Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2014Kota Padangsidimpuan. Kecamatan Kluster. PSP.Tenggara 3. PSP.

Transkripsi

1 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 5 Desa dan 5 Kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke-10 Desa/kelurahan tersebut disajikan pada tabel berikut: Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2014Kota Padangsidimpuan No Kel /DesaTerpilih Kecamatan Kluster 1 Desa Manunggang Jae PSP.Tenggara 3 2 Desa Labuhan Labo PSP.Tanggara 3 3 Desa Aek Tuhul PSP.Batunadua 2 4 Desa Simatohir PSP.Angkola Julu 2 5 Desa Pintu Langit Jae PSP.Angkola Julu 2 6 Kel.Panyanggar PSP.Utara 2 7 Kel.Kantin PSP.Utara 3 8 Kel.Ujung Padang PSP.Selatan 1 9 Kel.Silandit PSP.Selatan 2 10 Kel.Hutaimbaru PSP.Hutaimbaru 2 Jumlah RT Jumlah /lingk Responden Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Padangsidimpuan

2 Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai brikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan. 3. Desa/Kelurahan yang berada di sepanjang aliran sungai 4. Daerah terkena banjir (kelurahan yang memiliki genangan air). Klastering wilayah Kota Padangsidimpuan menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada tabel dibawah ini, wilayah (kecamatan atau kelurahanl/desa) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kelurahan/desa yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kota Padangsidimpuan. Tabel Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko Katagori Kriteria Klaster Klaster 0 Wilayah kelurahan/desa yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko. Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Wilayah kelurahan/desa yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah kelurahan/desa yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah kelurahan/desa yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah kelurahan/desa yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Padangsidimpuan

3 Hasil dari klastering dengan menggunakan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP, maka diproleh hasil klastering pada tiap-tiap kelurahan di Kota Padangsidimpuan. Tabel 5. 3.Hasil Klastering Kelurahan di Kota Padangsidimpuan No. Klaster Jumlah Nama Desa/Kelurahan Desa manunggang Jae,Labuhan Labo, Kel.Kantin Desa Aek Tuhul,Simatohir,Pintu Langit Jae, Kel.Silandit, Panyanggar,Ht.Imbaru Kel.Ujung Padang Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Padangsidimpuan, 2014 Hasil klastering wilayah kelurahan di Kota Padangsidimpuan menghasilkan distribusi sebegai berikut: 1) klaster 0 sebanyak 0 %. 2) klaster 1 sebanyak 10 %, 3) klaster 2 sebanyak 60 % 4) klaster 3 sebanyak 30%, dan 5) dan klaster 4 sebanyak 0 %. 67

4 Untuk lebih jelasnya distribusi kelurahan kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini: TOTAL Strata Jumlah Gambar Grafik Distribusi Kelurahan Per Klaster untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA Berdasarkan survey EHRA yang sudah dilakukan diketahui bahwa area beresiko sanitasi Kota Padangsidimpuan terdiri dari area beresiko tinggi, area beresiko sedang dan area kurang beresiko. Yang menjadi wilayah prioritas dalam area beresiko sangat tinggi adalah Kelurahan Padangmatinggi.Faktor yang menjadi permasalahan utama pada area ini adalah banyaknya sampah yang berserakan dan terjadinya pencemaran air limbah. Penyebab uatamanya yang lainnya sebagai berikut : 1. Pengelolaan sampah (pengangkutan sampah tidak memadai dan tidak tepat waktu, sampah tidak diolah) sehingga banyak sampah berserakan. 2. Tidak tersedianya Drainase di sepanjang Jalan Nasional 3. Terjadinya genangan air saat musim penghujan. 4. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) masih kurang. 5. Kejadian Diare 6. Sumber air tercemar 68

5 Untuk melihat area beresiko Kota Padangsidimpuan secara keseluruhan dapat dilihat pada 5.2 area beresiko sanitasi Kota Padangsidimpuan. 69

6 5.2 Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini Pokja Sanitasi Kota Padangsidimpuan dalam melakukan analisis terhadap pengelolaan yang dilakukan sampai saat ini dengan menggunakan metode analisis SWOT karena dengan metode ini dapat menentukan cara yang paling baik, realistis dan dapat dilaksanakan serta menumbuhkan semangat kebersamaan dan menyatukan kepentingan-kepentingan stakeholder dalam mencapai tujuan. Agar dapat dianalisis dengan metode ini maka Pokja Sanitasi Kota Padangsidimpuan dalam melakukan setiap studi/kajian mengidentifikasikan: Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. A. Posisi Pengelolaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Kota Padangsidimpuan Posisi pengelolaan Pengelolaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berdasarkan hasil analisis SWOT dari masing-masing SKPD terkait berada pada titik (x,y) = (1.7, 2.0), sehingga berada pada posisi pertumbuhan yang stabil. Posisi ini cukup aman karena berada hampir 45 derajat menuju pertumbuhan. Jika keberadaan posisi ini dapat dipertahankan maka kondisi ini akan cenderung stabil pada pertumbuhan yang konstan (kecuali ada perubahan kebijakan yang akan mempengaruhi kekuatan dan peluang). Berdasarkan hasil analisis SWOT dan isu strategis pada PHBS Kota Padangsidimpuan, maka untuk mempertahankan posisioning ini dapat dilakukan dengan tetap: Mempertahankan kader posyandu yang ada pada tiap kelurahan Meningkatkan anggaran (APBD) PHBS Meningkatkan monitorting STBM dan PHBS Sosialisasi PHBS dilaksanakan secara berkelanjutan Menjaga lomba-lomba kelurahan sehat Sedangkan hal-hal yang masih perlu ditingkakan adalah: Layanan air bersih Kesadaran ber-phbs Tangki septik yang memenuhi standar kesehatan Menghilangkan perilaku buang air sampah di saluran drainase 70

7 BERTAHAN Lingkungan (+) O Stabil PERTUMBUHAN { 1.7,2.0 } Cepat Lemah (-) W S (+) Kuat Berputar besar-besaran RASIONALIS Ceruk terpusat DIVERSIVIKASI T (-) Lingkungan tidak/kurang B. Posisi Pengelolaan Air Limbah Kota Padangsidimpuan Posisi pengelolaan air limbah di Kota Padangsidimpuan juga memiliki letak yang aman, yaitu berada pada titik (x,y) = (2.3, 2.1). Posisi pengelolaan air limbah Kota Padangsidimpuan berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan termasuk ke dalam pertumbuhan cepat. Posisi ini menunjukkan hal yang positif dalam pengelolaan air limbah di Kota Padangsidimpuan. Kondisi lingkungan yang mendukung serta kondisi internal yang kuat (kelembagaan), mampu meningkatkan kestabilan pertumbuhan yang positif dalam menjaga kedudukan pengelolaan air limbah di Kota Padangsidimpuan.. Beberapa hal yang bisa menjadi penghambat atau melemahkan posisi Kota Padangsidimpuan dalam pengelolaan air limbah, antara lain: Pemanfaatan saluran drainase belum optimal 71

8 IPAL komunal belum tersedia Sosialisasi pada Masyarakat tentang limbah rumah tangga kurang Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. BERTAHAN Lingkungan (+) O Stabil PERTUMBUHAN Lemah Cepat { 2.3,2.1 } (-) W S (+) Kuat Berputar besar-besaran RASIONALIS Ceruk terpusat DIVERSIVIKASI T (-) Lingkungan tidak/kurang 72

9 C. Posisi Pengelolaan PersampahanKota Padangsidimpuan Posisioning pengelolaan persampahan di Kota Padangsidimpuan juga menunjukkan hasil yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan, pengelolaan persampahan Kota Padangsidimpuan berada pada kuadran pertumbuhan cepat dengan titik sumbu (x,y) = (1.7, 1.5). pertumbuhan ini dapat menjadi pertumbuhan yang stabil jika beberapa indikator (program/kegiatan) yang telah dilakukan Kota Padangsidimpuan dalam mengelola sampah dapat dipertahankan konsitensinya bahkan ditingkatkan. BERTAHAN Lingkungan (+) O Stabil PERTUMBUHAN Lemah { 1.7,1.5 } Cepat (-) W S (+) Kuat Berputar besar-besaran RASIONALIS Ceruk terpusat T (-) Lingkungan tidak/kurang DIVERSIVIKASI Antisipasi juga perlu dilakukan terhadap hal-hal yang mampu melemahkan atau bahkan memperpuruk posisi Kota Padangsidimpuan dalam melaksanakan pengelolaan persampahan. Beberap hal yang perlu mendapat perhatian agar tetap menjaga pertumbuhan pengelolaan persampahan di Kota Padangsidimpuan adalah: APBD yang terbatas 73

10 Kurang memadainya sarana dan prasarana TPA Belum ada Masterplan persampahan Perilaku masyarakat yg buang sampah sembarangan Kepedulian terhadap lingkungan yg masih kurang 74

11 D. Posisi Pengelolaan Drainase Kota Padangsidimpuan Berdasarkan analisis SWOT dan isu strategis dalam pengelolaan drainase Kota Padangsidimpuan, maka dapat diketahui posisi pengelolaan drainase Kota Padangsidimpuanberada pada titik (x,y) = (1.4, 1.6). Posisi ini merupakan sebuah prestasi yang cukup baik karena merupakan pertumbuhan yang cepat dalam pengelolaan drainase. Akan tetapi juga perlu diperhatikan karena posisi ini mendekati dengan proses diversivikasi. Hal-hal yang mampu menghambat atau melemahkan posisi Kota Padangsidimpuan dalam pengelolaan drainaseantara lain: Drainase mandiri belum ada Belum semua wilayah tercover APBD Terbatas Penyadaran PMJK masih kurang (Drainase dijadikan buangan limbah/sampah) 75

12 BERTAHAN Lingkungan (+) O Stabil PERTUMBUHAN Lemah { 1.4,1.6 } Cepat (-) W S (+) Kuat Berputar besar-besaran RASIONALIS Ceruk terpusat T (-) Lingkungan tidak/kurang DIVERSIVIKASI 76