BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pertumbuhan Dimensi Tanaman Tectona grandis Linn F. Hasil pengamatan menunjukkan tidak semua petani di Kecamatan Conggeang menanam tanaman jati sebagai tanaman pokok pada lahannya. Ada juga sebagian petani yang mengkombinasikan dengan tanaman lain seperti mahoni (Swietenia macrophylla), suren (Toona sureni), tisuk (Hibiscus macrophyllus) dan lamtoro (Leucaena leucocephala). Penelitian yang dilakukan pada 3 desa contoh menunjukkan bahwa pertumbuhan dimensi tanaman jati berbeda-beda baik dari diameter maupun rata-rata tinggi pohon yang diukur meskipun memiliki umur tanam yang relatif sama. Untuk Desa Karanglayung, tanaman jati dengan umur 12 tahun tidak dapat ditemukan karena sebagian besar tanaman jati yang berumur lebih dari 10 tahun telah ditebang oleh petani untuk keperluan sehari-hari sehingga sulit ditemukan. Rata-rata pertumbuhan dimensi tanaman jati pada ketiga desa yang diteliti disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Rata-rata pertumbuhan tanaman jati pada 3 (tiga) desa dengan 3 (tiga) umur tanam yang berbeda di Kecamatan Conggeang Rata-Rata Dimensi Umur (tahun) Lokasi Diameter (cm) Tinggi Bebas Cab. (m) Tinggi Total (m) LBDS (m 2 ) 3 Babakan Asem 5,35 3,62 7,02 0,0027 Conggeang Kulon 4,97 3,35 5,75 0,0021 Karanglayung 6,21 1,74 6,06 0, Babakan Asem 10,29 3,69 9,11 0,0093 Conggeang Kulon 7,88 3,21 7,45 0,0054 Karanglayung 9,37 2,45 8,58 0, Babakan Asem 13,98 3,97 12,19 0,0169 Conggeang Kulon 13,88 3,45 9,38 0,0163

2 27 Pada Desa Babakan Asem menunjukkan pertumbuhan dimensi yang lebih baik dibandingkan dengan desa lainnya. Rata-rata diameter tanaman jati pada Desa Babakan Asem tersebut adalah 5,355 cm (untuk umur 3 tahun); 10,29 cm (untuk umur 6 tahun); dan 13,98 cm (untuk umur 12 tahun). Terdapat perbedaan dimana diameter dan Luas Bidang Dasar (LBDS) terbaik berada pada Desa Karanglayung untuk kelas umur 3 tahun. Akan tetapi di Desa Karanglayung memiliki tinggi bebas cabang (Tbc) paling rendah diantara desa yang lain baik dalam kelas umur 3 tahun dan 6 tahun, yaitu 1,74 m dan 2,45 m. Berdasarkan kriteria tinggii tanaman, baik tinggi total (Ttot) dan tinggi bebas cabang (Tbc), Desa Babakan Asem merupakan desa yang memiliki tinggi tanaman paling baik dengan tinggi total dan bebas cabang berturut-turut menurut kelas umur, yaitu untuk kelas umur 3 tahun Ttot 7,02 m dan Tbc 3,62 m; untuk kelas umur 6 tahun Ttott 9,11 m dan Tbc 3,69 m; dan untuk kelas umur 12 tahun Ttot 12,19 m dan Tbc 3,97 m. Sedangkan Desa Karanglayungg memiliki pertumbuhan tinggi tanaman jati paling rendah dengan Ttot dan Tbc berturut-turut 6,06 m dan 1,74 untuk kelas umur 3 tahun dan 8,58 m dan 2,45 m untuk kelas umur 6 tahun. Perbandingan rata-rata tinggi dan diameter tanaman jati pada 3 (tiga) desa tersebut disajikan pada Gambar 1. Rata rata diameter (cm) Babakan Asem Conggeang Kulon 12 Umur tanam (thn) Karanglayung Rata rata tinggi (m) Umur tanam (thn) (A) (B) Gambar 1 Perbandingan pertumbuhan rata-rata tanaman jati Ket : (A) Diameter rata-rata; (B) Tinggi total rata-rata. Secara teknis, pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor letak lahan (topografi), kondisi ekologis, iklim dan lahan, kondisi kesuburan lahan (struktur dan tekstur tanah), dan pemilihan bibit yang baik (Siregar 2005). Selain dari itu, jenis perlakuan setelah penanamann pun dapat

3 28 berpengaruh erat terhadap pertumbuhan tanaman jati, seperti teknis penanaman, jarak tanam, pemeliharaaan dan pemilihan tanaman sela pada agroforestri. Perbedaan pertumbuhan tanaman jati pada masing-masing desa juga dapat dipengaruhi oleh adanya interaksi antar komponen tanaman. Interaksi antar tanaman positif dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tersebut karena terjadi saling interaksi yang menguntungkan, namun bila terjadi interaksi negatif maka pertumbuhan salah satu tanaman akan stagnan (tidak berkembang) seiring berkembangnya jenis tanaman yang lainnya (Hairiah et al. 2002). Pertumbuhan diameter tanaman pokok jati yang paling baik terdapat pada Desa Babakan Asem untuk kelas umur 6 dan 12 tahun, sedangkan untuk kelas umur 3 tahun berada di Desa Karanglayung. Perbedaan rata-rata diameter pohon jati paling besar terdapat tanaman jati pada kelas umur 6 tahun, dimana pertumbuhan diameter tanaman jati Desa Babakan Asem paling tinggi diantara desa lainnya. Perbandingan tinggi tanaman jati yang paling berbeda jauh adalah tanaman jati dengan kelas umur 12 tahun. Tinggi tanaman jati pada Desa Babakan Asem dapat mencapai 12,19 m sedangkan tinggi tanaman jati pada Desa Conggeang Kulon hanya mencapai 9,38 m. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jati diduga disebabkan oleh kualitas tempat tumbuh lokal, dan tindakan pemeliharaan yang dilakukan petani atau petani. Kondisi tempat tumbuh di Desa Babakan Asem sesuai dengan tanaman jati karena kondisi tanahnya relatif landai dengan kondisi curah hujan sedang dan lamanya penyinaran matahari yang cukup. Sedangkan tanaman jati di Desa Conggeang Kulon yang mempunyai rata-rata diameter paling kecil disebabkan karena kondisi tanah yang bergelombang dan berbatu dan memiliki curah hujan tinggi diduga ikut mempengaruhi pertumbuhan jati. Faktor pemeliharaan juga diduga dapat mempengaruhi pertumbuhan rata-rata diameter pohon dimana pada Desa Babakan Asem pemeliharaan dilakukan secara rutin dan terkontrol sehingga pertumbuhannya relatif cepat sedangkan pada Desa Conggeang Kulon kegiatan pemeliharaan dilakukan secara tidak intensif. Kegiatan pemeliharaan tanaman jati di Desa Conggeang Kulon yang tidak intensif diakibatkan oleh letak lahannya sangat jauh dari rumah petani sehingga petani hanya bisa melakukan

4 29 pemeliharaan bila mempunyai waktu yang banyak. Hal tersebut terjadi pula pada Desa Karanglayung dimana faktor jauhnya letak hutan rakyat menyebabkan kurang antusiasme petani untuk melakukan pengawasan dan memelihara tanaman pokok jatinya. Kegiatan pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur 1 sampai 2 tahun dengan pemberian pupuk urea selanjutnya diberikan pupuk kandang atau kompos dengan dosis dan frekuensi yang beragam tergantung pada kemampuan tiap-tiap petani. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa lokasi Desa Karanglayung memiliki tinggi bebas cabang yang paling rendah diantara desa lainnya pada kelas umur yang sama (3 dan 6 tahun). Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan pemeliharaan seperti wiwilan dan pemangkasan cabang jarang sekali dilakukan oleh petani. Tunas air yang muncul tidak dipangkas dan dibiarkan tumbuh. Hal tersebut dilakukan petani untuk mengharapkan banyaknya batang yang nanti dipanen tanpa mengetahui bahwa tunas air dapat mengganggu pertumbuhan batang utama jati. Selain itu, petani tidak mengetahui kegiatan wiwilan dapat menambah pertumbuhan tanaman jati lebih baik daripada membiarkan tunas air tumbuh. Menurut hasil wawancara dengan petani, perlakuan pemeliharaan seperti wiwilan, penyiangan dan pemangkasan cabang dikerjakan tidak intensif karena menurut anggapan mereka, tanaman jati akan tetap tumbuh dengan baik apabila tidak dipelihara dengan rutin. Hanya ada beberapa orang yang melakukan kegiatan pemeliharaan pada tanaman jati. Pemeliharaan yang tidak intensif diduga menyebabkan banyaknya gulma atau tanaman bawah dan semak belukar yang tumbuh lebat pada lahan tersebut. 5.2 Persentase Penutupan Tajuk Tajuk pohon merupakan tempat dimana daun sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis paling utama terjadi, menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik tanaman pokok maupun tanaman yang berada di bawah tegakan atau di bawah naungan. Kegiatan fotosintesis memanfaatkan cahaya matahari untuk membentuk karbohidrat dari karbon dioksida yang berasal dari udara dan air serta melepaskan oksigen sebagai hasil

5 30 sampingan (Taiz dan Zeiger 2002). Karbohidrat inilah yang nanti akan disalurkan sebagai bahan energi bagi pertumbuhan tanaman ke seluruh bagian tumbuhan. Tanaman jati yang ditanam sebagai tanaman pokok pada hutan rakyat di Kecamatan Conggeang dapat memberikan batasan energi cahaya matahari bagi tanaman pertanian ataupun tanaman buah-buahan yang dibudidayakan sebagai tanaman sela dalam sistem tumpang sari. Pengaruh langsung keberadaan pohon dalam sistem agroforestri adalah penaungan yang mengakibatkan cahaya yang dapat ditangkap oleh tanaman semusim berkurang. Tajuk pohon yang semakin rapat akan semakin mengurangi cahaya yang sampai ke permukaan tanah (Suryanto et al. 2005). Hal ini dapat berdampak pada tanaman dibawah naungan, dimana semakin tinggi tingkat naungan, maka pertumbuhan tanaman tersebut akan semakin terhambat (Sitompul 2002). Hasil penelitian terhadap pertumbuhan tanaman pokok jati di Kecamatan Conggeang menunjukkan adanya perbedaan persentase penutupan tajuk. Persentase penutupan tajuk pada masing-masing desa yang diamati disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Kelas Umur Rata-rata ukuran tajuk dan persentase penutupan tajuk pada hutan rakyat di Kecamatan Conggeang Rata-rata Rata-rata Persentase Lokasi panjang lebar tajuk penutupan tajuk (m) (m) tajuk (%) 3 Babakan Asem 2,06 1,28 31,86 Conggeang Kulon 2,45 1,39 31,86 Karanglayung 2,01 1,02 52,98 6 Babakan Asem 2,72 1,88 58,36 Conggeang Kulon 3,03 2,08 52,77 Karanglayung 2,97 1,69 68,01 12 Babakan Asem 2,50 1,77 57,71 Conggeang Kulon 3,56 2,53 56,45 Dari hasil pengamatan terhadap persentase penutupan tajuk menunjukkan bahwa sebagian besar cahaya matahari tertahan oleh tajuk tanaman pokok jati, sehingga kurang dari 40% cahaya yang dapat masuk ke permukaan tanah. Besarnya penutupan cahaya matahari oleh tajuk tanaman dipengaruhi oleh ukuran tajuk dan jumlah pohon dalam petak tersebut (jarak tanam). Penutupan tajuk pada

6 31 lokasi Desa Karanglayung pada kelas umur 3 tahun memiliki persentase penutupan tajuk yang paling besar (52,98 %). Hal tersebut disebabkan oleh jarak tanam yang tidak beraturan (campuran) dan struktur komposisi yang beragam. Selain itu, lokasi tersebut dikelilingi oleh tanaman jati yang telah berumur 4-6 tahun disekitarnya. Lokasi tersebut terdapat tanaman mahoni, tisuk dan lamtoro yang pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan tanaman pokok jati sehingga mengganggu masuknya cahaya matahari ke permukaan tanah. Tanaman mahoni mempunyai tajuk yang rapat sehingga ketika pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan tanaman pokok jati maka akan terjadi persaingan dalam memperebutkan cahaya matahari. Pada hasil pengamatan penutupan tajuk di Desa Babakan Asem, nilai penutupan tajuk mencapai 31,86 % untuk kelas umur 3 tahun, 58,36 % untuk kelas umur 6 tahun dan 57,71 % untuk kelas umur 12 tahun. Bila kita mengamati nilai penutupan tajuk tersebut, kita dapat menduga bahwa terjadi persaingan untuk mendapatkan cahaya matahari. Dengan nilai penutupan tajuk lebih dari 50% berarti cahaya matahari sebagian besar tertahan oleh tajuk tanaman dan permukaan tanah akan menerima sedikit pancaran cahaya matahari. Selain adanya tanaman pokok jati, terdapat pula tanaman sela seperti mahoni, tisuk, gmelina, kapuk randu, dan lamtoro sehingga terjadi persaingan memperebutkan cahaya matahari. Dengan ketatnya persaingan memperebutkan cahaya matahari serta sedikitnya cahaya matahari yang menembus ke permukaan tanah, maka sedikit sekali jenis tanaman yang dapat dibudidayakan di bawah tegakan jati. Berdasarkan pengamatan di lapangan, tumbuhan bawah yang dapat bertahan hanya rumput liar dan semak belukar. Hal tersebut berlangsung juga pada Desa Conggeang Kulon dimana permukaan tanah dibiarkan saja, tidak ditanami tumbuhan lain sebagai tanaman sela sehingga banyak rumput liar yang tumbuh dengan subur. Besarnya nilai persentase penutupan tajuk diduga berhubungan pula dengan jarak tanam. Pada lokasi Desa Babakan Asem diketahui bahwa jarak tanam yang digunakan adalah 1,5 x 1,5 m dan campuran. Sedangkan pada lokasi Desa Karanglayung, jarak tanam yang digunakan adalah 3 x 3 m. Dan pada lokasi Desa Conggeang Kulon memiliki jarak tanam yang beragam atau campuran.

7 32 Ukuran tajuk ikut mempengaruhi besarnya nilai persentase penutupan tajuk meskipun tidak secara langsung. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa besarnya nilai ukuran panjang dan lebar tajuk belum tentu menjadikan nilai penutupan tajuknya besar pula. 5.3 Parameter Tanah Tanah adalah kumpulan dari benda alam yang ada di permukaan bumi yang tersusun dalam lapisan-lapisan atau horizon-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman (Hardjowigeno 2003). Sedangkan menurut Hanafiah (2005), tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh berkembangnya perakaran tegak-tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai penyuplai unsur hara atau nutrisi; dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme). Proses pertumbuhan tanaman sangat erat kaitannya dengan kesuburan tanah dan topografi lahan. Proses pertumbuhan tanaman dapat berjalan dengan optimal apabila adanya kesesuaian tempat tumbuh dan kesuburan tanah yang baik. Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman (Notohadiprawiro et al. 2006). Sifat-sifat fisika tanah seperti pori-pori tanah, tekstur tanah, struktur tanah, drainase tanah, bulk density, warna tanah dan konsistensi tanah adalah faktor yang perlu diperhatikan dalam usaha pengelolaan tanah. Drainase tanah misalnya, keadaan drainase tanah menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh. Tanaman jati sensitif terhadap rendahnya nilai pertukaran oksigen dalam tanah. Sehingga pada lahan dengan tingkat porositas dan drainase yang baik akan menghasilkan pertumbuhan tanaman jati yang baik. Hal ini terjadi karena akar tanaman jati lebih mudah menyerap unsur hara pada kondisi tersebut (Purwowidodo 1991). Parameter sifat tanah yang diamati adalah sifat fisik dan kimia tanah. Data hasil analisis sifat fisik tanah untuk hutan rakyat di Kecamatan Conggeang disajikan pada Tabel 5.

8 Tabel 5 Hasil analisis sifat fisik tanah pada hutan rakyat di Kecamatan Conggeang Umur Lokasi Tekstur Pasir Debu Liat...(%)... Bulk Density (g/cm 3 ) Porositas (%) Kadar Air (% Volume) Air Tersedia (%) 3 Babakan Asem 4,8 38,9 56,3 1,26 52,45 36,45 13,5 Conggeang Kulon 5,9 39,6 54,5 1,24 53,21 43,10 15,5 Karanglayung 16,3 30,9 52,8 1,50 43,39 28,64 12,0 6 Babakan Asem 6,2 34,7 59,1 1,24 53,21 36,38 13,5 Conggeang Kulon 9,3 29,0 61,7 1,40 47,17 25,46 11,0 Karanglayung 7,6 34,7 57,7 1,39 47,55 32,19 11,5 12 Babakan Asem 4,2 33,1 62,7 1,54 41,88 27,76 2,5 Conggeang Kulon 11,4 35,5 53,1 1,28 51,69 43,91 11,5 Sumber : Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB

9 34 Parameter sifat fisik tanah yang diamati adalah tekstur bulk density, porositas, kadar air dan air tersedia. Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi relatif antara pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay) (Hanafiah 2005). Tanaman jati akan tumbuh lebih baik pada lahan dengan kondisi proporsi lempung, lempung berpasir, atau pada tanah liat berpasir (Siregar 2005). Kondisi lempung (loam) artinya kondisi tanah memiliki proporsi liat sekitar 10-30% dan pasir sekitar 22,5-52,5% dan debu 30-50%. Kondisi lempung berpasir (sandy loam) artinya kondisi tanah memiliki proporsi liat sekitar < 20% dan pasir sekitar 40-87,5% dan debu <50. Sedangkan kondisi tanah liat berpasir (sandy-clay) artinya tanah memiliki proporsi liat sekitar 37,5-57,5% dan pasir sekitar 45-62,5% dan debu <20% (Hanafiah 2005). Berdasarkan diagram segitiga tekstur tanah, hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa tanah di Kecamatan Conggeang berkisar pada tekstur liat. Sehingga sebenarnya secara tekstur tanah, tanaman jati kurang sesuai dengan tempat tumbuhnya yang dapat berdampak pada kurang optimalnya pertumbuhan tanaman jati. Bulk density atau bobot isi tanah biasa diartikan sebagai nisbah berat tanah teragregasi terhadap volumenya (gr/cm 3 atau gr/cc). Bulk density merupakan petunjuk tidak langsung atas kepadatan tanahnya, udara dan air, penerobosan akar tumbuhan ke dalam tubuh tanah. Keadaan tanah yang padat dapat mengganggu pertumbuhan tumbuhan karena akar-akarnya tidak berkembang dengan baik (Baver et al dalam Purwowidodo 2004). Nilai bobot isi kering oven yang diperoleh dapat diklasifikasikan sebagai berikut : rendah (< 1 gr/cc), sedang (1-1,5 gr/cc), tinggi (1,6-2,0 gr/cc) dan sangat tinggi (>2,0gr/cc). Bulk density yang tinggi menyebabkan makin kecil ruangan strukturnya dan semakin kecil ruang porinya. Kondisi demikian menyebabkan pertumbuhan akar akan terhambat dan berdampak langsung terhadap pertumbuhan tanaman. Tanah-tanah yang mengandung lempung cenderung mempunyai bobot isi yang tinggi, misalnya bagian solum Vertisol yang mempunyai bobot isi tipikal 1,8 gr/cc (Purwowidodo 2004). Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan

10 35 indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Porositas tanah berbanding terbalik dengan bulk density. Semakin tinggi bulk density, maka semakin kecil porositas tanahnya, begitu pula sebaliknya. Bulk density tanah yang tinggi membuat struktur tanah menjadi padat dan menyebabkan berkurangnya ruang pori tanah yang berakibat pada rendahnya nilai porositas. Porositas tanah sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, tekstur tanah dan struktur tanah yang ada pada lokasi tersebut. Tanah dengan kandungan liat mempunyai pori-pori total yang lebih baik dibandingkan dengan tanah pasir sehingga mudah menahan air (Hardjowigeno 2003). Kadar air tanah (water storage) merupakan selisih antara air yang masuk ke dalam tanah (water gain) dari presipitasi (meliputi hujan, salju, kabut) yang menginfiltrasi tanah ditambah hasil kondensasi (oleh tanaman dan tanah) dan absorpsi oleh tanah dikurangi air yang hilang (water loss) lewat evapotranspirasi, aliran air permukaan, perkolasi dan rembesan lateral (Hanafiah 2005). Kadar air dapat diartikan sebagai kondisi ketersediaan air dalam tanah setelah diserap oleh tanaman untuk proses evapotranspirasi. Menurut Hanafiah(2005), air tersedia merupakan perbedaan antara jumlah air dalam tanah pada kapasitas lapang (air yang tetap tersimpan dalam tanah yang tidak mengalir ke bawah karena gaya gravitasi) dan jumlah air dalam tanah pada titik layu permanen (pada kondisi kelembapan tanah ini tanaman akan layu dan tidak dapat pulih kembali). Kadar dan ketersediaan air tanah sangat bergantung pada tekstur tanah, kandungan bahan organik tanah (BOT), senyawa kimia dalam tanah, dan kedalaman solum atau lapisan tanah. Nilai bulk density di Kecamatan Conggeang berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5 termasuk ke dalam nilai bulk density sedang. Oleh karena itu, akar dapat berkembang dengan baik tanpa adanya hambatan akan padatnya tanah. Akan tetapi sebagian besar tanah milik petani merupakan tempat penggembalaan ternak sehingga kemungkinan untuk pemadatan tanah akibat terinjak-injak sapi menjadi tinggi. Penggembalaan ternak dapat mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah dan menghambat pertumbuhan akar. Nilai bulk density yang paling rendah terdapat pada lahan Desa Babakan Asem dengan kelas umur 6 tahun dan lahan Desa Conggeang Kulon dengan kelas

11 36 umur 3 tahun. Sedangkan bulk density paling tinggi terdapat pada lokasi Desa Babakan Asem kelas umur 12 tahun. Rendahnya nilai porositas dan tingginya nilai bulk density pada lokasi tersebut disebabkan oleh adanya pemadatan tanah yang terjadi akibat adanya penggembalaan ternak sapi di sekitar lokasi. Porositas yang rendah menyebabkan kemampuan tanah untuk menahan air menjadi berkurang sehingga tanah dapat mengalami kehilangan air dalam jumlah yang banyak sehingga ketersediaan air tanah menjadi kecil. Lokasi Conggeang Kulon kelas umur 12 tahun memiliki kadar air yang paling tinggi (43,91 %) diantara lokasi yang lain, sedangkan lokasi Conggeang Kulon kelas umur 6 tahun memiliki kadar air yang paling rendah (25,46 %). Lokasi Conggeang Kulon kelas umur 3 tahun memiliki nilai air tersedia tertinggi sebesar 15,5 %. Hal tersebut berarti di dalam tanah pada lokasi Conggeang Kulon kelas umur 3 tahun terdapat 15,5 % air yang dapat diserap langsung oleh tanaman. Sedangkan lokasi Babakan Asem 12 tahun memiliki nilai air tersedia paling rendah sebesar 2,5 %. Air tersedia dipengaruhi oleh tekstur tanah dimana kadar air pada tanah bertekstur liat > lempung > pasir. Pada lokasi Babakan Asem kelas umur 12 tahun terdapat keanehan dimana seharusnya kondisi tanah bertekstur liat lebih tinggi namun memiliki air tersedia yang sangat rendah. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya bulk density sehingga infiltrasi air ke dalam tanah menjadi sulit dan kadar air dalam tanah menjadi kecil. Parameter tanah lainnya yang diamati adalah sifat kimia tanah. Sifat kimia tanah seperti ph, KTK, dan beberapa unsur hara baik unsur mikro dan makro. Parameter sifat kimia tanah terutama unsur hara sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Tanaman jati dapat tumbuh optimal dalam kondisi solum tanah yang dalam dan kemasaman tanah (ph) optimum sekitar 6.0. Namun beberapa contoh kasus tertentu, dapat dijumpai tanaman jati yang dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki ph rendah (4-5). Kondisi kesuburan tanah dapat berdampak terhadap perilaku fisiologis tanaman dan ditunjukkan oleh perkembangan riap tumbuh (seperti diameter dan tinggi). Unsur hara mikro yang penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman jati adalah kalsium (Ca), fosfor (P), kalium (K), dan nitrogen (N) (Purwowidodo 1991). Data hasil analisis kimia tanah pada hutan rakyat di Kecamatan Conggeang disajikan pada Tabel 6.

12 Tabel 6 Hasil analisis sifat kimia tanah dan diameter rata-rata pada hutan rakyat di Kecamatan Conggeang Umur (thn) Lokasi ph 1:1 H 2 O KCl C-org N- Total P tersedia KTK C/N Ratio Basa-Basa yang dapat ditukar Ca Mg K Na Rata-Rata Diameter..(%)....(%).. (me/100g) (me/100g) (me/100g) (me/100g) (me/100g) (me/100g) (cm) 3 Babakan Asem 6,2 5,5 1,28 0,10 2,2 27,69 12,8 11,24 4,35 1,07 0,82 5,35 Conggeang Kulon 6,4 5,6 0,46 0,05 4,4 28,03 9,2 12,34 5,42 0,72 0,61 4,97 Karang Layung 6,4 5,5 0,72 0,07 1,5 19,10 10,3 9,28 4,17 1,22 0,74 6,21 6 Babakan Asem 6,1 5,3 2,00 0,15 4,1 27,52 13,3 10,06 4,18 0,95 0,84 10,29 Conggeang Kulon 5,9 5,0 1,28 0,11 2,9 21,39 11,6 8,42 3,18 0,61 0,43 7,88 Karang Layung 6,5 5,6 1,11 0,10 1,7 24,07 11,1 9,35 3,73 0,91 0,76 9,37 12 Babakan Asem 6,3 5,5 1,60 0,13 3,0 24,45 12,3 10,27 3,55 1,21 0,74 13,98 Conggeang Kulon 5,9 5,1 0,88 0,09 4,5 26,35 9,8 7,44 3,26 0,58 0,39 13,88 Sumber : Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB

13 38 Dilihat dari Tabel 6, dapat diketahui bahwa pada Desa Babakan Asem, Desa Conggeang Kulon maupun Desa Karanglayung memiliki ph tanah 6. Hal tersebut sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman jati dimana jati dapat tumbuh secara optimum pada ph sekitar 6.0. ph tanah yang optimum dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah sehingga hasil tanaman dapat berjalan optimal. Dari hasil analisis laboratorium untuk kandungan nitrogen dalam tanah berada pada kisaran sangat rendah. Kandungan nitrogen dalam tanah yang paling rendah terdapat pada lahan Desa Conggeang Kulon dengan kelas umur 3 tahun. Sedangkan lokasi Babakan Asem dengan tanaman jati umur 6 tahun memiliki kandungan N tersedia yang paling tinggi. Unsur nitrogen merupakan salah satu unsur hara paling penting di dalam pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen berfungsi sebagai bahan penyusun asam amino, amida, basa nitrogen, protein dan nukleprotein sehingga apabila terjadi kekurangan unsur nitrogen pada tanaman dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen hanya dapat diserap oleh tanaman dalam bentuk N-tersedia (NH + 4 dan NO - 3 ) (Hanafiah 2005). C/N ratio merupakan salah satu indikator yang menunjukkan proses mineralisasi dan immobilisasi N oleh mikroba dekomposer bahan organik. Semakin tinggi nilai nisbah C/N, maka semakin sulit proses mineralisasi dan immobilisasi N tersebut oleh mikroba. Unsur nitrogen juga penting bagi kelangsungan hidup mikroba dalam tanah. Unsur nitrogen merupakan bahan untuk berkembang biaknya mikroba tanah, sedangkan unsur carbon merupakan makanan dari mikroba. Bila nisbah C/N seimbang (C/N=1) maka proses dekomposisi serasah atau bahan organik tanah akan berlangsung dengan cepat sehingga unsur hara akan cepat tersedia dalam tanah dan bias langsung diserap oleh tanaman. Nisbah C/N yang paling rendah terdapat pada lokasi Conggeang Kulon kelas umur 3 dan 12 tahun. Nilai nisbah C/N berpengaruh pada pertumbuhan diameter pohon jati pada lokasi Conggeang Kulon kelas umur 12 tahun hampir menyamai pertumbuhan diameter jati pada lokasi Babakan Asem kelas umur 12 tahun yang memiliki keunggulan dalam kandungan nitrogen dalam tanah yang tinggi (lihat Tabel 4).

14 39 Unsur fosfor (P) merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman berperan dalam proses pembelahan sel, pembentukan bunga, buah, biji, memperkuat batangagar tidak roboh, perkembangan akar, membentuk RNA (Ribonucleic acid) dan DNA (Deoxyribonucleic acid) serta menyimpan dan memindahkan energy dalam bentuk ATP (Adenosin trifosfat) dan ADP (Adenosin difosfat). Unsur P hanya dapat digunakan oleh tumbuhan dalam bentuk P-tersedia. Unsur fosfor (P) yang tersedia pada lokasi Babakan Asem kelas umur 6 tahun (diameter 10,29 cm) termasuk paling besar diantara lokasi lainnya sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan diameter pohon. Unsur hara yang tak kalah pentingnya bagi pertumbuhan tanaman jati adalah unsur kasium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), dan natrium (Na). Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa jati memerlukan jumlah kandungan kalsium yang besar untuk pertumbuhannya karena kalsium membentuk 0,5 % tubuh tanaman. Unsur kalium (K) dalam tanaman berperan dalam metabolisme nitrogen dan sintesis protein, aktivasi berbagai macam enzim, percepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem (pucuk, tunas, akar) dan mengatur buka-tutupnya stomata. Begitu pentingnya unsur kalium bagi pertumbuhan tanaman namun unsur kalium hanya dapat diserap tanaman dalam bentuk ion K +. Ketersediaan unsur K dalam tanah sangat ditentukan oleh beberapa faktor, selain karena proses pemanenan oleh tanaman bisa juga unsur K hilang melalui pencucian (leaching). Unsur kalsium (Ca) diambil tanaman dalam bentuk ion Ca +, berperan sebagai komponen dinding sel, dalam pembentukan struktur dan permeabilitas membran sel. Kekurangan unsur ini dapat menyebabkan terhentinya pertumbuhan tanaman akibat terganggunya pembentukan pucuk tanaman dan ujung-ujung akar, serta jaringan penyimpan. Sedangkan unsur magnesium (Mg) diambil tanaman dalam bentuk ion Mg 2+, yang berperan sebagai penyusun klorofil, tanpa klorofil proses fotosintesis tidak akan berlangsung serta berperan dalam aktivator enzim. Kekurangan unsur Mg dapat menyebabkan daun menguning kemudian rontok karena pembentukan klorofil pada daun terganggu (Hardjowigeno 2003). Lokasi Desa Babakan Asem memiliki nilai kandungan Mg dalam tanah yang paling tinggi diantara lokasi lainnya.

15 40 dalam me/100g ,1 2,9 1,7 27,52 24,07 21,39 10,06 9,35 8,42 4,18 3,75 3,18 0,95 0,91 0,84 0,76 0,61 0,43 P tersedia KTK Ca Mg K Na Babakan Asem Conggeang Kulon Karanglayung sifat kimia tanah Gambar 2 Grafik nilai sifat kimia tanah pada hutan rakyat di Kecamatan Conggeang dalam kelas umur 6 tahun. Hubungan antara sifat kimia tanah dengan dimensi pohon dalam hal ini diameter pohon, berhubungan erat dimana sifat kimia tanah ikut mempengaruhi pertumbuhan diameter. Pada pengamatan tanaman jati kelas umur 6 tahun dapat dilihat perbedaan nilai unsur kimia yang diamati dapat berdampak pada beragamnya nilai diameter pohon (lihat Tabel 6). Lokasi Desa Babakan Asem mempunyai nilai sifat kimia tanah yang paling tinggi diantara desa yang lain dan hasil pengamatan diameter pohon juga merupakan tertinggi pula. Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang berhubungan sangat erat dengan kesuburan tanah. Tanah dengan nilai KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Berdasarkan Gambar 2 dapat dibuktikan bahwa sifat kimia tanah seperti unsur hara makro dan mikro, KTK dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam hal ini diameter pohon. 5.4 Pengelolaan Lahan pada Hutan Rakyat di Kecamatan Conggeang Hasil penelitian dan wawancara dengan petani pemilik lahan yang diteliti menjelaskan tentang sejarah pengelolaan lahan pada hutan rakyat jati di Kecamatan Conggeang. Lahan yang digunakan untuk kegiatan budidaya jati sebagian ada yang merupakan lahan milik pribadi dan sebagian besarnya bukan lahan milik pribadi melainkan lahan milik desa yang disewakan kepada

16 41 masyarakat dengan sistem sewa. Petani petani pada masing-masing desa seluruhnya berlatar belakang pendidikan yang masih sederhana. Latar belakang pendidikan juga merupakan salah satu penilaian penting karena dapat ikut mempengaruhi kegiatan pengelolaan hutan. Data tentang karakteristik responden dan status kepemilikan lahan disajikan pada Lampiran 3, 4, dan 5. Sebagian besar status kepemilikan lahan budidaya tanaman jati di Desa Babakan Asem merupakan lahan milik pribadi. Semenjak dahulu Desa Babakan Asem sudah lama membudidayakan tanaman jati sehingga merupakan salah satu penghasil kayu jati terluas di Kecamatan Conggeang. Luas hutan rakyat tanaman jati meliputi ha dengan didominasi oleh tanaman jati. Tanaman kayu lain yang dibudidayakan sebagai tanaman pengisi diantaranya tanaman mahoni, buahbuahan dan pisang. Tanaman sela yang dibudidayakan sangat beragam menurut pertimbangan masing-masing petani. Namun tanaman tumpang sari hanya bisa dilakukan sampai umur tanaman jati 2-3 tahun saja karena setelah tanaman jati berumur 3 tahun, tajuk tanaman jati akan mulai menutupi lahan dan mulai membatasi cahaya matahari menjadi menghambat petumbuhan tanaman yang berada di bawah naungan. Dilihat pada Lampiran 3 dan 4, status kepemilikan lahan budidaya tanaman jati di Desa Conggeang Kulon dan Desa Karanglayung merupakan lahan milik desa yang digarap oleh masyarakat dengan sistem sewa. Luasan lahan yang disewa sangat beragam tergantung kepada kesanggupan petani petani. Kegiatan budidaya tanaman jati di Desa Conggeang Kulon dan Desa Karanglayung termasuk yang paling baru dalam hal membudidayakan tanaman jati. Berbeda dengan Desa Babakan Asem yang sudah dari dahulu mengenal dan menbudidayakan tanaman jati, penduduk Desa Karanglayung baru mulai membudidayakan tanaman jati secara intensif sejak adanya program GERHAN tahun Dengan adanya pembagian bibit tanaman kehutanan secara gratis dari pemerintah, masyarakat dituntun untuk dapat membudidayakan tanaman tersebut. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa rata-rata tinggi bebas cabang tanaman jati di Desa Karanglayung hanya setinggi tak lebih dari 2 m. Hal tersebut disebabkan kondisi lahan yang memiliki topografi yang berbukit-bukit dan curam, serta kondisi tanah yang berlempung dan berbatu

17 42 sehingga teknik pengolahan tanah menjadi terbatas. Berbeda dengan di desa lainnya petani tanaman jati Desa Karanglayung tidak melakukan tumpang sari tanaman semusim seperti padi, cabai dan sayuran pada tahun-tahun pertama setelah penanaman karena kondisi tanah dan umumnya banyak yang lebih memilih berternak dari pada melakukan tumpang sari di bawah tegakan jati muda. Para Petani kurang mengenal kegiatan pemeliharaan tanaman jati seperti wiwilan, penjarangan, dan pendangiran karena keterbatasan pengetahuan tentang teknik silvikultur yang baik. Umumnya para petani hanya mengenal jarak tanam, dan melakukan pemupukan bila diberi pupuk oleh pemerintah saja. Kurangnya informasi yang masuk dan anggapan masyarakat yang lebih memilih membiarkan tanaman jati tumbuh tanpa adanya kegiatan pemeliharaan merupakan salah satu faktor terhambatnya pertumbuhan tanaman jati di Desa Karanglayung. Berbeda dengan kondisi di Desa Conggeang Kulon, para petani dapat menggarap lahan desa dengan syarat yaitu, apabila desa memerlukan kayu, pemerintah desa dapat mengambil dari kayu milik petani. Selain itu, sistem bagi hasil tebangan belum terlalu jelas sehingga petani kurang begitu antusias menggarap lahannya. Kondisi lahan yang berbatu-batu dan kurangnya penyampaian informasi tentang kehutanan kepada petani dari penyuluh kehutanan dinilai sebagai salah satu faktor yang cukup berpengaruh dalam perkembangan pengelolaan hutan rakyat jati di Desa Conggeang Kulon. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, sebagian besar bibit tanaman jati yang ditanam petani berasal dari para penjual bibit yang biasanya selalu berkeliling menawarkan bibit tanaman kehutananan, sehingga bibit yang ditanam tidak dapat dipastikan kualitas serta asal usul benihnya. Pemberian pupuk dilakukan karena pada umur tanaman jati 0-1 tahun setelah tanam, lahan dapat digunakan untuk menanam tanaman padi sebagai pola tumpang sari. Berdasarkan pengamatan di lapangan, beberapa lahan yang diamati di Desa Babakan Asem, memiliki tanaman jati yang berasal dari pemberian pemerintah lewat program GERHAN yang ditanam namun kondisi pertumbuhannya stagnan dan tidak berkembang. Faktor kondisi tanah yang agak tergenang setelah hujan dan kondisi iklim yang tidak menentu merupakan salah satu alasan mengapa pertumbuhan tanaman jati tersebut tidak tumbuh dengan baik.

18 43 Tabel 7 Teknik persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan dan sumber asal bibit pada hutan rakyat di Kecamatan Conggeang No Hal yang diamati Lokasi Babakan Asem Conggeang Kulon Karanglayung 1 Kegiatan Persiapan lahan Secara manual dengan cara dibabat dan dicangkul Secara manual dengan cara dibabat dan dicangkul Secara manual dengan cara dibabat dan dicangkul 2 Teknik penanaman a. Jarak tanam 1,5 x 1,5 m Campuran 2,5 x 2,5 m b. Ukuran Lubang 20 x 20 x 20 cm 30 x 30 x 30 cm 20 x 20 x 20 cm c. Pemupukan awal Urea/NPK dengan frekuensi 1-2 kali per tahun 3 Teknik Pemeliharaan a. Pemupukan lanjutan Kompos 1-2 kali per tahun Urea tablet dengan frekuensi 2-3 kali per tahun Tidak ada Urea/NPK saat pertama kali ditanam Tidak ada b. Penyulaman Dilakukan Dilakukan Tidak ada c. Penanganan Hama- Penyakit Tidak ada serangan Tidak ada serangan Tidak ada serangan d. Penyiangan Dilakukan secara manual dengan frekuensi 1 kali per tahun Dilakukan secara manual, sering dilakukan saat memasuki musim Dilakukan secara manual, jarang dilakukan kemarau e. Pemangkasan cabang Sering dilakukan Sering dilakukan Jarang dilakukan f. Penjarangan Tidal ada Tidal ada Tidal ada 4 Sumber asal bibit Pedagang keliling Pedagang keliling Pemerintah Bibit tanaman jati yang ditanam sebagian besar merupakan bibit yang berasal dari pemberian pemerintah lewat GERHAN tahun Namun ada sebagian petani juga yang membeli bibit tanaman jati, mahoni dan gmelina dari penjual seharga Rp ,- per bibit. Ukuran dan kualitas bibit tanaman jati yang dibeli tidak diketahui dengan jelas asal usulnya. Penanaman dan pemupukan dasar, sebagian ada yang melakukan dan ada yang tidak melakukan, dilakukan setelah pembersihan lahan dan pembuatan lubang tanam berukuran 20 x 20 x 20 cm. menurut hasil wawancara dengan petani, jarak tanam yang dilakukan berkisar antara 1 x 3 m atau 2 x 3 m yang nantinya ada yang menambahkan dengan membeli bibit tanaman lain sehingga jarak tanamnya menjadi campuran. Berdasarkan hasil wawancara, para petani menerapkan sistem agroforesti yang hampir sama pada masing-masing desa yang diamati. Namun hal yang membedakannya adalah tanaman sela yang ditanam masing-masing petani. Pada Desa Babakan Asem, petani lebih menyukai menanam padi setelah penanaman. Ada pula petani yang menanam singkong, pisang atau buah manga sebagai

19 44 tanaman sela. Kegiatan tumpang sari hanya dapat dilakukan pada saat umur tanaman jati belum 2 tahun. Sedangkan pada Desa Conggeang Kulon, petani menanam padi saat tumpangsari sangat sedikit. Selain itu, petani menanam tanaman cabai dan palawija untuk mengisi kekosongan lahan. Ada juga yang tidak melakukan tumpang sari. Petani di Desa Karanglayung tidak pernah menanam tanaman padi sebagai kegiatan tumpang sari, namun petani biasanya menanam buah-buahan ataupun lamtoro sebagai pakan ternak sebagai tanaman sela. Tindakan pemeliharaan yang memiliki dampak pengaruh yang paling besar terhadap pertumbuhan tanaman jati adalah pemupukan. Pemupukan yang diberikan pada tanaman pokok akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pokok tersebut. Pupuk yang sering digunakan oleh petani adalah pupuk kompos, pupuk kandang NPK, dan urea tablet. Pupuk kandang atau pupuk kompos terkadang diberikan 1-2 kali setahun tiap tahun bila memungkinkan bagi petani. Sedangkan pemberian pupuk NPK, urea tablet dilakukan pada saat persiapan lahan agar kesuburan tanah meningkat. Tidak ada yang begitu jelas berapa takaran untuk kegiatan pemupukan yang dilakukan oleh petani. Petani hanya mengirangira seberapa besar pupuk diberikan pada tanaman. Kegiatan pemeliharaan yang umum dilakukan petani adalah kegiatan pendangiran dan pemangkasan cabang. Pendangiran yang dilakukan memiliki manfaat untuk membersihkan tanaman pokok dari serangan gulma dan kompetisi memperebutkan unsur hara dalam tanah. Selain itu, pendangiran bermanfaat juga untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kegiatan pendangiran dapat membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama perbaikan aerasi dan drainase tanah. Kegiatan pemangkasan cabang sering sekali dilakukan khususnya pada tanaman kehutanan. Kegiatan pemangkasan cabang merupakan kegiatan membuang atau mengurangi cabang bagian bawah pohon untuk memperoleh batang dengan bebas cabang yang panjang dan bebas dari mata kayu (Kosasih et al dalam Indriyanto 2008).

20 Perbandingan Pertumbuhan Tanaman Jati Hutan Rakyat di Kecamatan Conggeang dengan Tanaman Jati BKPH Conggeang, KPH Sumedang Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten Hasil pengukuran yang dilakukan pada pertumbuhan tanaman jati di hutan rakyat Kecamatan Conggeang akan dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman jati di Perum Perhutani Unit III Jabar Banten, KPH Sumedang. Data perbandingan pertumbuhan dimensi tanaman jati antara hutan rakyat di Kecamatan Conggeang dengan pertumbuhan dimensi tanaman jati di Perhutani disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Perbandingan diameter pertumbuhan tanaman jati antara hutan rakyat di Kecamatan Conggeang dengan tanaman jati di Perum Perhutani KPH Sumedang Rata Rata Dimensi Umur Lokasi Diameter (cm) Tinggi Bebas Cabang (m) Tinggi Total (m) LBDS (m 2 ) 3 Hutan rakyat 5,51 ** 2,90 *a 6,27 tn. 0,0027 tn. Perum Perhutani 5,91 ** 2,83 *a 6,12 tn. 0,0028 tn. 6 Hutan rakyat 9,18 tn. 3,12 tn. 8,38 ** 0,0075 *a Perum Perhutani 8,64 tn. 3,04 tn. 10,04 ** 0,0062 *a 12 Hutan rakyat 13,93 ** 3,71 ** 10,78 ** 0,0166 ** Perum Perhutani 20,29 ** 5,03 ** 15,69 ** 0,0300 ** Ket: selang tingkat kepercayaan 95 % * = beda nyata ** = sangat berbeda nyata tn. = tidak nyata Pada Tabel 8 dapat terlihat bahwa pertumbuhan tanaman jati di hutan rakyat sangat berbeda nyata pada kelas umur 3 dan 12 tahun dan tidak berbeda nyata pada kelas umur 6 tahun dalam hal diameter pohon. Sedangkan pertumbuhan tinggi bebas cabang berbeda nyata pada kelas umur 3 tahun, sangat berbeda nyata pada kelas umur 12 tahun, dan tidak nyata pada kelas umur 6 tahun. Pertumbuhan tinggi total tanaman jati pada hutan rakyat menunjukkan perbedaan yang sangat nyata kecuali untuk kelas umur 3 tahun. Perbandingan Lbds antara hutan rakyat terhadap Perum Perhutani terlihat berbeda nyata pada kelas umur 6 dan 12 tahun.

21 46 Hal tersebut dikarenakan pengelolaan yang baik dan terstruktur dilakukan oleh Perum Perhutani untuk menghasilkan produksi kayu pertukangan yang berkualitas tinggi. Kegiatan yang dimulai dari persiapan bibit yang baik dan berkualitas sampai dengan kegiatan pemeliharaan telah diatur sedemikian rupa agar pertumbuhan tanaman pokok jati di Perum Perhutani dapat menghasilkan kualitas yang optimal. Sedangkan pengelolaan hutan rakyat pada umumnya hanya bersifat sebagai pengisi kekosongan lahan yang kurang produktif dimana masyarakat hanya beranggapan bahwa pohon merupakan tabungan atau investasi masa depan. Keterbatasan informasi dan teknologi kehutanan menyebabkan kurang optimalnya pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Conggeang. Keberhasilan hidup tanaman dan pertumbuhannya dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan yang terdapat pada tempat tumbuhnya. Faktor-faktor lingkungan pada tempat tumbuh yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dapat mencakup faktor biotik dan faktor abiotik (Indriyanto 2008). Untuk meningkatkan peran positif dan menekan peran negatif faktor lingkungan tersebut, maka diperlukan tindakan pemeliharaan tanaman. Berikut ini perbedaan kegiatan yang dilakukan antara pengelolaan hutan rakyat dengan Perum Perhutani dari tahapan asal bibit sampai pada kegiatan pemeliharaan. Indikator pertumbuhan suatu tanaman hutan di lapangan ditentukan oleh faktor-faktor pertumbuhan, yang terdiri dari faktor genetis dan faktor-faktor lingkungan (Indriyanto 2008). Faktor yang membedakan pertumbuhan tanaman pokok jati antara hutan rakyat dengan Perum Perhutani adalah asal bibit, kegiatan pemeliharaan : pemupukan, pemangkasan cabang, dan kegiatan penjarangan. Kualitas asal bibit merupakan salah satu faktor genetis yang ikut mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Perum Perhutani menggunakan asal benih yang berkualitas yaitu Jati Plus Perhutani yang dikembangkan oleh Litbang Perum Perhutani Cepu sehingga kualitas bibit yang digunakan terjamin. Pertumbuhan tanaman akan optimal bila dari faktor genetis saja sudah unggul. Berbeda dengan bibit jati yang digunakan di hutan rakyat, petani umumnya memakai bibit yang dijual oleh pedagang keliling dimana kualitas dan asal benihnya tidak begitu jelas sehingga diragukan kualitasnya.

22 47 Tabel 9 Perbandingan pengelolaan hutan rakyat dengan Perum Perhutani No Kegiatan Hutan Rakyat Perum Perhutani 1 Asal bibit Tidak jelas asal usulnya Jati Plus Perhutani 2 Persiapan lahan Dilakukan secara manual. Dilakukan secara manual 3 Penanaman a. Jarak tanam Campuran 3 x 3 m b. Lubang tanam 30 x 30 x 30 cm 40 x 40 x 40 cm 4 Pemeliharaan a. Penyulaman Dilakukan bila mempunyai biaya. b. Penyiangan Penyiangan dilakukan sambil mencari pakan ternak. c. Pendangiran Pendangiran umumnya dilakukan secara manual. Namun tidak sering dilakukan. d. Pemupukan Pemupukan dengan urea dilakukan pada tahun pertama dan kedua. Tahun selanjutnya digunakan pupuk kompos bila ada biaya. e. Pemangkasan cabang Pemangkasan cabang dilakukan tergantung pada masing-masing petani. f. Penjarangan Penjarangan dilakukan bila membutuhkan uang. Dilakukan sampai persentase tumbuh 100%. Dibuat jalur larikan tanaman pokok selebar 1 meter bagi tanaman tahun ke-ii sampai dengan tahun ke-v. Pendangiran umumnya dilakukan secara manual. Tanah didangir sedalam cm dengan membentuk piringan berdiameter 1 meter dan tanah dibuat gundukan setinggi minimal 10 cm. Pemupukan dilakukan pada tahun pertama sampai tahun ke lima. Pemangkasan cabang dilaksanakan setelah kegiatan penjarangan. Penjarangan dilakukan secara periodik menurut frekuensi tertentu. Faktor penentu pertumbuhan tanaman yang tak kalah pentingnya adalah faktor lingkungan (tempat tumbuh). Faktor lingkungan dapat dimanipulasi oleh manusia agar dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Salah satu kegiatan tersebut adalah kegiatan pemeliharaan tanaman. Menurut Keputusan Direksi Perum Perhutani No. 1840/Kpts/Dir/1998 dalam Saimima (2010),

23 48 pemeliharaan hutan merupakan tindakan silvikultur dengan tujuan mewujudkan tegakan hutan yang mampu menghasilkan massa kayu yang kualitas dan kuantitasnya optimal sesuai dengan tempat tumbuhnya. Pemupukan merupakan kegiatan penambahan unsur hara pada media tumbuh tanaman untuk menyeimbangkan unsur hara yang diperlukan terhadap pertumbuhan tanaman. Kegiatan pemupukan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan (Saimima 2010). Di Perum Perhutani, kegiatan pemupukan dilakukan setelah tanaman jati berumur 1 bulan dengan urea sebanyak 50 gr. Tanah di sekitar tanaman didangir dan dibuat pirangan dengan diameter + 50 cm sebelum pemupukan dilakukan. Kemudian dibuat dua lubang kecil untuk menaruh pupuk di Barat dan Timur tanaman dengan jarak cm agar pupuk dapat diserap oleh akar dengan baik. Pupuk urea yang telah ditakar selanjutnya dimasukkan ke dalam kedua lubang tersebut masing-masing sebanyak 25 gr. Kemudian lubang tersebut ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan dilakukan kembali pada tanaman tahun ke-2 setelah didangir dan dibuat piringan. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk urea dengan dosis sesuai ketentuan yaitu 100 gr. Kegiatan pemupukan pada tahun kedua sampai tahun kelima dilakukan pada triwulan I menjelang musim kemarau dan triwulan IV awal musim hujan. Berbeda halnya pada hutan rakyat, pemupukan dilakukan pada saat awal penanaman agar tanah menjadi subur. Setelah penanaman, pupuk urea diberikan pada tanaman padi sebagai tanaman tumpang sari sehingga secara tidak langsung juga memberi pupuk pada tanaman jati. Pemberian pupuk dilakukan sebanyak 1-2 kali per tahun dengan takaran 5 kg urea untuk lahan seluas m 2. Setelah tumpang sari tidak bias lagi dilakukan, petani hanya memberikan pupuk kandang apabila mempunyai modal. Nugroho (2003) menyimpulkan bahwa pemberian perlakuan melalui kegiatan penyiangan dan pemangkasan ringan dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter jati super umur 1 tahun di Taman Hutan Cikabayan. Sedangkan kegiatan pemberian pupuk urea dengan dosis 250 gr per tanaman dan kegiatan pemeliharaan melalui kegiatan pemangkasan ringan dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman.

24 49 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugraha mengindikasikan bahwa kegiatan pemeliharaan dapat berdampak pada pertumbuhan tanaman jati secara langsung. Pada Tabel 8 terlihat bahwa pada saat tanaman jati berumur 6 tahun, pertumbuhannya tidak berbeda nyata antara dimensi tanaman jati hutan rakyat dengan Perum Perhutani. Akan tetapi pada tanaman jati kelas umur 12 tahun, pertumbuhan jati Perum Perhutani berbeda jauh dengan pertumbuhan jati hutan rakyat khususnya dalam diameter, tinggi total dan Lbds. Salah satu yang faktor penyebab perbedaan tersebut adalah adanya kegiatan penjarangan yang dilakukan di Perum Perhutani. Penjarangan merupakan tindakan pemeliharaan dengan tujuan mengatur ruang tumbuh dengan cara mengurangi kerapatan tegakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kualitas pohon (Saimima 2010). Kegiatan penjarang yang dilakukan Perhutani dapat dilihat dari perbedaan jumlah pohon per ha. Hutan monokultur yang dikelola perhutani memiliki jumlah pohon per ha sebesar 320 pohon per ha dengan kerapatan tegakan sebesar 0,032 pohon per m 2. Sedangkan pada hutan rakyat jumlah pohon per ha salah satu lahan petani sebesar 390 pohon per ha dengan kerapatan tegakan sebesar 0,039 pohon per m 2. Kegiatan penjarangan dilakukan untuk memberikan ruang tumbuh bagi tanaman jati yang memerlukan cahaya yang lebih untuk pertumbuhannya. Pengurangan kerapatan tegakan dapat mengurangi persaingan antar pohon di dalam pemenuhan kebutuhan cahaya matahari, unsur hara, air maupun udara. Pemangkasan cabang merupakan rangkaian kegiatan pemeliharaan hutan yang turut menentukan kualitas tegakan akhir. Pemangkasan cabang dilakukan dengan menghilangkan cabang yang tumbuh pada batang 1/3 bagian dari tinggi total dan ditinggalkan 2/3 bagian. Tegakan tinggal dari hasil penjarangan kualitasnya ditingkatkan kembali dengan melakukan pemangkasan cabang. Sehingga pada akhir daur diperoleh tegakan dengan pertumbuhan yang optimal. Dampak kegiatan pruning dapat dilihat pada Tabel 9 dimana tinggi bebas cabang pada tanaman jati Perhutani mencapai 5,03 m sedangkan tinggi bebas cabang tanaman jati hutan rakyat hanya mencapai 3,71 m. Dengan kegiatan pemeliharaan yang intensif dan baik dapat menambah pertumbuhan tanaman jati dengan sangat pesat.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan milik petani yang mempunyai tanaman jati pada hutan rakyat di Desa Karanglayung, Desa Babakan Asem dan Desa Conggeang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Tegakan Berdasarkan Tabel 3 produktivitas masing-masing petak ukur penelitian yaitu luas bidang dasar (LBDS), volume tegakan, riap volume tegakan dan biomassa kayu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

Pertumbuhan Tanaman Pokok Jati (Tectona grandis Linn F.) pada Hutan Rakyat di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang

Pertumbuhan Tanaman Pokok Jati (Tectona grandis Linn F.) pada Hutan Rakyat di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA 10 Asep Hendra Supriatno et al. J. Silvikultur Tropika Vol. 02 No. 0 Desember 2011, Hal. 10 15 ISSN: 208-8227 Pertumbuhan Tanaman Pokok Jati (Tectona grandis Linn F.) pada Hutan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar Agroforestri jarak pagar di bawah tegakan mahoni di BKPH Babakan Madang berada di dua macam jenis tegakan yaitu mahoni muda dan mahoni tua.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional. Berbagai jenis tanaman pangan diusahakan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Pertumbuhan Dimensi Tanaman Paraserianthes falcataria Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tanaman pokok P. falcataria pada 3 (tiga) pola agroforestri menunjukkan rata-rata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO NERACA HARA KEBUN KAKAO PRODUKSI = f (Tanaman, Tanah, Air, Cahaya) Tanaman = bahan tanam (klon, varietas, hibrida) Tanah = kesuburan tanah Air = ketersediaan air Cahaya = intensitas cahaya KOMPOSISI TANAH

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, diameter, berat kering dan NPA dari semai jabon pada media tailing dengan penambahan arang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani merupakan sebuah badan usaha yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola hutan tanaman yang ada di Pulau Jawa dan Madura dengan menggunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Botani dan Klasifikasi Tanaman Gandum Tanaman gandum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas : Monokotil Ordo : Graminales Famili : Graminae atau

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN BANTAENG TAHUN PELAJARAN 2014/2015. : Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura : Kompetensi Kejuruan

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN BANTAENG TAHUN PELAJARAN 2014/2015. : Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura : Kompetensi Kejuruan DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN BANTAENG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Satuan Pendidikan Kompetensi Keahlian Mata Uji Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus dan Neraca Nitrogen (N) Menurut Hanafiah (2005 :275) menjelaskan bahwa siklus N dimulai dari fiksasi N 2 -atmosfir secara fisik/kimiawi yang meyuplai tanah bersama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah tinggi, diameter, berat kering total (BKT) dan nisbah pucuk akar (NPA). Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Pemberian dosis kotoran kambing pada budidaya secara tumpang sari antara tanaman bawang daun dan wortel dapat memperbaiki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Varietas kancil merupakan varietas yang tahan terhadap layu dan agak tahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Varietas kancil merupakan varietas yang tahan terhadap layu dan agak tahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Kacang Tanah Benih kacang tanah yang digunakan pada penelitian ini adalah varietas kancil. Varietas kancil merupakan varietas yang tahan terhadap layu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Budidaya tanaman pare ini dilakukan dari mulai pengolahan lahan manual dengan menggunakan cangkul, kemudian pembuatan bedengan menjadi 18 bedengan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat menguntungkan jika dibudayakan secara berkelanjutan. Khususnya kopi Lampung memiliki peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati dikenal sebagai kayu mewah karena kekuatan dan keawetannya dan merupakan salah satu tanaman yang berkembang baik di indonesia. Hal tersebut tercermin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tanah tidak terlepas dari pandangan, sentuhan dan perhatian kita. Kita melihatnya, menginjaknya, menggunakannya dan memperhatikannya. Kita

Lebih terperinci

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA Pemeliharaan pada tanaman muda Kegiatan-kegiatan : Penyiangan Pendangiran Pemupukan Pemberian mulsa Singling dan Wiwil Prunning Pemberantasan hama dan

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 19 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Potensi lahan kering di Bali masih cukup luas. Usahatani lahan kering sering kali mendapat berbagai kendala terutama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani Tanaman Sorgum. Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani Tanaman Sorgum. Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Sorgum Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk ke dalam : Kingdom : Plantae Divisi Class Ordo Family Genus : Magnoliophyta : Liliopsida

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Pemadatan tanah adalah penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena ada gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit. Pemadatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pengembangan pertanian selayaknya dilakukan secara optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha tersebut, maka produktivitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat, tepatnya di Desa Karanglayung dan Desa Narimbang. Secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci