IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar Agroforestri jarak pagar di bawah tegakan mahoni di BKPH Babakan Madang berada di dua macam jenis tegakan yaitu mahoni muda dan mahoni tua. Secara visual pertumbuhan jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda lebih baik dibandingkan dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua. Jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda tumbuh lebih besar dan tinggi. Bebeda halnya dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda, jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua pertumbuhanya membengkok mencari arah datangnya cahaya. Selain secara visual pertumbuhan jarak pagar dapat diukur dengan beberapa parameter antara lain : tinggi, diameter, panjang, lebar, luas tajuk dan panjang akar. Adapun hasi dari pengukuran parameter pertumbuhan dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1 Hasil pengukuran parameter pertumbuhan jarak pagar Rata-rata JPMM JPMT Diameter (cm) 2,3 1,8 Tinggi (cm) 142,4 125,4 Panjang tajuk (cm) 67,7 50,3 Lebar Tajuk (cm) 42,6 35 Luas Tajuk (cm²) 31,4 21 Panjang akar horisontal (cm) 64,2 55,6 Panjang akar vertikal (cm) 19,5 20,8 Keterangan : JPMM (Jarak Pagar Mahoni Muda) JPMT (Jarak Pagar Mahoni Tua) Pertumbuhan jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan tua dibandingkan dengan pengujian statistik berupa uji-t. Uji-t atau uji sebaran t merupakan salah satu pengujian untuk menguji dua peubah yaitu pertumbuhan jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan mahoni tua dalam satu populasi. Dimana hasil uji-t dapat dilihat dalam Tabel 2.

2 Tabel 2 Hasil uji-t parameter pertumbuhan Rata-rata Nilai-P (Hasil Uji-t) Diameter (cm) 0,000* Tinggi (cm) 0,007* Panjang tajuk (cm) 0,000* Lebar Tajuk (cm) 0,017* Luas Tajuk (cm²) 0,000* Panjang akar horisontal (cm) 0,571 tn Panjang akar vertikal (cm) 0,812 tn Keterangan* = Nilai P < 0,05 berbeda nyata, tn = Nilai P > 0,05 tidak berbeda nyata. Hasil uji-t pada Tabel 2 parameter pertumbuhan yang memiliki nilai p < 0,05 antara lain : diameter, tinggi, panjang, lebar, dan luas tajuk. Nilai p < 0,05 memiliki arti bahwa parameter diameter, tinggi, panjang, lebar dan luas tajuk di bawah tegakan mahoni muda berbeda nyata dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua. Sedangkan parameter akar pada panjang horizontal dan vertikal memiliki nilai p > 0,05 yang berarti tidak berbeda nyata antara akar jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan mahoni tua Parameter diameter, tinggi, dan luas tajuk Diameter merupakan salah satu parameter yang dapat dilihat dalam pertumbuhan suatu tanaman. Dari hasil uji-t pada Tabel 2 diameter jarak pagar pada tegakan mahoni muda berbeda nyata dengan tegakan mahoni tua. Perbedaan ini dapat dilihat dari hasil pengukuran pada Tabel 1. Dari Tabel 1 nilai rata-rata diameter JPMM lebih besar dibandingkan dengan diameter JPMT. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh tegakan mahoni yang paling baik untuk diameter adalah jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda. Tinggi juga merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang sering diamati selain diameter. Dari hasil uji-t pada Tabel 2 tinggi jarak pagar pada mahoni muda berbeda nyata dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua. Perbedaan ini dapat dilihat pada Tabel 1. Rata-rata tinggi jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda lebih besar dibandingkan dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua. Tajuk merupakan bagian dari tanaman yang memiliki salah satu fungsi untuk menahan pukulan air hujan. Selain itu tajuk juga memiliki kaitan penting

3 dengan faktor-faktor seperti jarak tanam permulaan, kontrol kualitas kayu, pemeliharaan antar tegakan dan berpengaruh terhadap produksi sebuah tanaman. Menurut Widodo (2005) di dalam Raden et al. (2009). Pembentukan arsitektur tajuk bertujuan untuk mengurangi sistem percabangan, meratakan penerimaan cahaya, menyebarkan percabangan agar dapat membagi ruang tumbuh secara merata, mempermudah pengelolaan pohon dan mempermudah penyusunan anggaran kebun serta prediksi hasil karena ukuran dan bentuk pohon seragam. Hasil uji-t pada Tabel 2, panjang, lebar, dan luas tajuk memiliki nilai p < 0,05 yang berarti adanya perbedaan antara jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua. Perbedaan ini dapat dilihat dari hasil rata-rata panjang, lebar dan luas tajuk pada Tabel 1. Dilihat dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa pengaruh tegakan mahoni muda lebih baik untuk panjang, lebar, dan luas tajuk jarak pagar dibandingkan dengan pengaruh tegakan mahoni tua. Perbedaan hasil pertumbuhan untuk diameter, tinggi, panjang, lebar, dan luas tajuk jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda memiliki pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi. Menurut Pandey dan Sinha (1972) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain, suplai makanan (nutrisi), suplai air, suplai oksigen, suhu, cahaya, hormon pertumbuhan. Selain itu menurut Sitompul dan Guritno (1995) faktor genetik, bahan tanaman, dan pengaruh masa lalu juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Salah satu faktor yang penting adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang bepengaruh terhadap proses fotosintesis. Hasil pengukuran intensitas cahaya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil pengukuran intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk mahoni Jenis tegakan Persentase penutupan tajuk (%) Intensitas cahaya matahari (10¹ LUX) Mahoni muda 36, Mahoni tua 84,38 192

4 Intensitas cahaya yang tertinggi pada tegakan mahoni muda yaitu ¹ Lux (Tabel 3). Semakin besar intensitas cahaya matahari maka pertumbuhan juga akan semakin cepat. Hal ini disebabkan karena cahaya matahari berpengaruh terhadap laju fotosintesis dari suatu tanaman. Daniel et al. (1987) menyebutkan bahwa intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis. Bertambahnya intensitas cahaya, maka bertambah pula fotosintesis neto. Hasil dari proses fotosintesis berupa photosintat yang akan membantu pertumbuhan tanaman. Kecilnya intensitas cahaya akan mengakibatkan pertumbuhan tinggi tidak ke atas tetapi ke arah datangnya cahaya. Pertumbuhan jarak pagar yang membengkok terdapat pada jarak pagar mahoni tua (Lampiran 1). Intensitas cahaya matahari dipengaruhi oleh cuaca dan juga tajuk. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase penutupan tajuk pada mahoni muda lebih kecil dibandingkan dengan persentase penutupan tajuk pada mahoni tua. Menurut Suryanto et al perkembangan tajuk berhubungan dengan proses penangkapan energi matahari. Dalam praktek tumpangsari, informasi perkembangan tajuk akan berhubungan dengan proses berbagai sumberdaya dengan tanaman pertanian, terutama mengenai durasi praktek tumpangsari. Perbedaan persentase ini menyebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam tegakan mahoni muda lebih besar dibandingkan dengan intensitas cahaya di mahoni tua. Cuaca juga berpengaruh terhadap besarnya intensitas cahaya matahari. Karena setiap waktu cuaca dapat berubah-ubah. Perbedaan waktu pengukuran intensitas cahaya juga dapat berpengaruh terhadap besarnya intensitas cahaya. Untuk itu perlu adanya pengukuran intensitas cahaya dalam waktu yang bersamaan. Dilihat dari hasil perbedaan intensitas cahaya tersebut dapat diduga intensitas cahaya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan pertumbuhan jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan mahoni tua. Besarnya intensitas pada tegakan mahoni muda dapat menyebabkan pertumbuhan jarak pagar yang lebih baik dibandingkan dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua. Suhu merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu tanaman. Karena suhu berpengaruh terhadap fotosintesis suatu tanaman. Dari hasil pengukuran suhu pada tegakan mahoni muda lebih tinggi

5 yaitu 28,53ºC dibandingkan dengan suhu pada mahoni tua yang besarnya 28,07ºC. Menurut Hambali et al. (2006) jarak pagar paling sesuai tumbuh pada suhu 20 26º C. Apabila suhu terlalu tinggi atau lebih dari 35º C atau lebih rendah dari pada 15º C, akan menyebabkan pertumbuhan yang terhambat dan mengurangi kadar minyak dalam biji. Jadi pada suhu tersebut jarak pagar masih dapat bertahan hidup. Perbedaan suhu diantara kedua tegakan memang tidak berbeda jauh. Suhu dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari dan juga cuaca. Seperti halnya pada intensitas cahaya, pengukuran suhu sebaiknya dilakukan secara bersamaan dikedua tegakan. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengukuran suhu dapat dibandingkan dengan kedua tegakan Menurut Pandey dan Sinha (1972) suhu rendah pada malam hari untuk mengurangi laju respirasi dan suhu tinggi selama sehari untuk fotosintesis yang berguna untuk meningkat dan mengumpulkan photosintat juga meningkatkan pertumbuhan. Suhu pada mahoni muda lebih tinggi dibandingkan dengan tegakan mahoni tua. Hal ini diduga sebagai salah satu penyebab perbedaan pertumbuhan pada kedua tegakan tersebut. Faktor yang berpengaruh penting adalah unsur hara. Tanah merupakan perantara penyedia faktor unsur hara. Menurut Daniel et al. (1995) tanah merupakan faktor yang penting dalam pengelolaan silvikultur seperti pertumbuhan semai dan penentuan pertumbuhan tegakan. Analisis tanah pada penelitian ini dilakukan dengan pustaka sekunder. Hasil analisis tanah dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis tanah Analisi Tanah JPMM JPMT Tekstur Liat Liat Pasir (%) 6,97 6,89 Pasir sangat halus (%) 0,73 0,66 Debu (%) 29,20 29,83 Liat (%) 62,99 62,62 Bobot Isi (gr/cm³) 1,1 1,05 Permeabilitas (cm/jam) 2,73 4,42 Porositas (%) 58,44 43,85 Ph 5,64 6,41 C-Organik (%) 1,34 1,62 N-total (%) 0,1 0,03 KTK (me/100 gr) 17,72 26,78 Sumber : (Prihatiningtyas 2010)

6 Tekstur tanah pada kedua tegakan bersifat liat. Pada Tabel 4 bobot isi tanah kecil, dan permeabilitas sedang memungkinkan lebih banyak air yang terserap ke dalam tanah sehingga dapat mengurangi erosi. Bobot isi berbanding terbalik dengan porositas tanah, bila bobot isi tanah rendah maka porositas tanah akan tinggi dan sebaliknya. Porositas dipengaruhi oleh bahan organik, struktur tanah, dan juga tekstur tanah. Bobot isi menunjukan kepadatan tanah, selain itu bobot isi berfungsi untuk menghitung kebutuhan pupuk dan air. (Hardjowiegeno 2003) Bahan organik pada analisis tanah JPMM lebih kecil dibandingkan dengan JPMT. Menurut Sutanto (2005) kandungan bahan organik biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik. Pada C-organik JPMM lebih kecil dibandingkan dengn JPMT. Kedua tegakan juga memiliki ph yang masam. Kemasaman tanah (ph) memiliki fungsi untuk menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap oleh tanaman. Menurut Hardjowiegeno (2003) pada umumnya hara mudah diserap pada ph netral, karena pada ph tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada ph masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al. Selain itu tanah masam unsur mikro dapat mudah larut, sehingga ditemukan unsur mikro yang banyak dan dapat bersifat racun. Sedangkan nilai N-total pada tegakan mahoni muda tergolong rendah, sedangkan pada tegakan mahoni tua tergolong sangat rendah. Kekurangan nitrogen dapat menyebabkan pertumbuhan yang kerdil, pertumbuhan akar yang terhambat, dan juga menyebabkan warna daun menjadi kuning. Kapasitas tukar kation atau KTK sangat erat dengan kesuburan tanah. Semakin tinggi KTK semakin subur tanah karena tanah mampu menjerat dan menyediakan unsur hara lebih tinggi. Pada Tabel 4 nilai KTK pada mahoni tua lebih besar dibandingkan dengan mahoni muda. Seharusnya tanah di bawah tegakan mahoni tua lebih subur dibandingkan dengan mahoni muda. Namun kembali kekandungan N total yang lebih tinggi di mahoni muda. Hal ini lah yang diduga menjadi salah satu penyebab pertumbuhan jarak pagar lebih baik di bawah tegakan mahoni muda lebih baik dibandingkan dengan mahoni tua. Jarak tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Karena jarak tanam berpengaruh terhadap kompetisi unsur hara, air,

7 dan intensitas cahaya. Tanaman jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua ataupun mahoni muda memiliki jarak tanam rata-rata 1 m x 1 m, namun banyak jarak tanam antar jarak pagar kurang dari 1 m x 1 m, dan lebih dari 1 m x 1 m. Jarak tanam yang tidak beraturan dan terlalu dekat menimbulkan persaingan atau kompetisi. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) apabila dua atau lebih tanaman ditanam dengan cukup dekat dan ketersediaan unsur hara dan air terbatas, maka kompetisi akan faktor tersebut akan terjadi. Selain itu menurut Suprayogo et al kompetisi antar tanaman yang ditanam berdampingan pada satu lahan yang sama sering terjadi, bila ketersediaan sumber kehidupan tanaman berada dalam jumlah yang terbatas. Kompetisi ini biasanya diwujudkan dalam hambatan pertumbuhan terhadap tanaman lain, seperti berkurangnya intensitas cahaya karena naungan pohon, atau menipisnya unsur hara dan air karena dekatnya perakaran dua jenis tanaman yang berdampingan. Pada lokasi penelitian pada jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan tegakan mahoni tua diduga terjadi sebuah kompetisi, karena jarak tanam yang terlalu dekat dan juga kandungan unsur hara yang sedikit. Kondisi dari jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua dan muda dapat dilihat dalam Gambar 1. A B Gambar 1 Tanaman jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua (A), mahoni muda (B) Lingkaran merah merupakan kondisi tanaman jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan tua. Dari gambar di atas dapat dikatakan bahwa kondisi kerapatan pada tegakan mahoni tua lebih rapat di bandingkan dengan tegakan mahoni muda. Adanya kerapatan ini akan menimbulkan kompetisi. Menurut Omon dan Adman (2007) Persaingan akan terjadi bila tajuk tanaman saling bersentuhan dan persaingan dalam memperoleh cahaya matahari

8 serta unsur cahaya. Dari Gambar 1 tanaman jarak pagar (lingkaran merah) mahoni tua saling besentuhan dengan sesama jarak pagar (intra-spesies), dan dengan tanaman lain (inter-spesies) dibandingkan dengan jarak pagar mahoni muda. Dengan demikian dapat diduga bahwa JPMT memiliki kompetisi yang lebih besar dibandingkan dengan JPMM. Kompetisi cahaya tidak seaktif kompetisi air dan hara. Biasanya adanya kompetisi cahaya tanaman akan merubah bentuk tumbuhnya mencari arah datangnya cahaya, selain itu akan memperbesar permukaan daun, dan mempertebal daun. Seperti pada JPMT banyak tanaman yang tumbuhnya tidak keatas melainkan mencari datangnya cahaya. Hal ini disebabkan karena kerapatan tanaman jarak pagar pada mahoni tua lebih rapat dibandingkan dengan jarak pagar di mahoni muda. Adanya kerapatan pada JPMT menyebabkan pertumbuhan pada JPMT tidak dapat tumbuh secara baik, karena diduga persaingan yang terjadi di JPMT lebih besar dibandingkan dengan JPMM. Pemeliharaan tanaman juga sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan. Pada lokasi penelitian sudah dilaksanakan pemeliharaan, namun pemeliharaan yang dilakukan kurang intensif. Hal ini terbukti dengan banyaknya gulma berupa rumput dan semak belukar yang tumbuh di bawah tegakan mahoni, terutama pada mahoni tua. Hambali et al menyebutkan bahwa gulma yang tumbuh disekitar jarak pagar dapat menjadi pesaing dalam penyerapan nutrisi. Lahan yang bebas gulma berdampak pada pertumbuhan tanaman jarak lebih baik karena dapat menyerap nutrisi secara optimal. Pertumbuhan JPMM lebih baik dibandingkan dengan JPMT dapat disebabkan karena adanya gulma yang lebih banyak di JPMT. Selain penyiangan yang dilakukan juga terdapat pendangiran namun, tidak semua tanaman jarak pagar dilakukan pendangiran. Ada beberapa tanaman jarak pagar pada mahoni tua di bagian atas tidak dilakukan pendangiran karena letak tanaman jarak pagar yang sulit dijangkau. Adanya gangguan hewan kerbau menyebabkan tanaman menjadi rusak dan mati. Tanaman jarak pagar yang sudah rusak dan mati tidak langsung dilakukan penyulaman, terkadang sampai berminggu-minggu baru dilakukan penyulaman. Penyulaman menggunakan tanaman jarak kembali yang ditanam tidak sesuai aturan yaitu 1 m x 1 m. Menurut Omon dan Adman (2007) pembersihan atau pemeliharaan akan memberikan ruang bagi masuknya cahaya yang sangat dibutuhkan oleh tanaman

9 untuk melangsungkan proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini sangat berguna bagi tanaman dalam bertahan hidup. Perlu adanya peningkatan pemeliharaan tanaman jarak pagar agar pertumbuhan semakin meningkat. Hasil pengukuran parameter pertumbuhan jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda lebih baik dibandingkan dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua. Melihat dari hal ini dapat disimpulkan bahwa tanaman jarak pagar dapat digunakan sebagai tanaman tumpangsari dengan syarat intensitas cahaya yang cukup bagi jarak pagar. Jarak pagar dapat tetap ditanam di tegakan yang tua asalkan masih memungkinkan adanya intensitas cahaya matahari yang masuk cukup serta pemeliharaan yang intensif Parameter akar Parameter pertumbuhan selain tinggi, diameter, panjang, lebar, dan luas tajuk, adalah akar. Akar merupakan salah satu parameter pertumbuhan. Dimana akar memiliki fungsi yang penting dalam suatu pertumbuhan. Selain untuk menopang tubuh tanaman, akar juga berfungsi untuk menyerap air dan juga hara. Dimana hara dan air merupakan salah satu unsur yang penting untuk pertumbuhan dan produksi. Dari hasil uji-t pada Tabel 2 nilai p untuk panjang akar horizontal dan vertikal memiliki nilai yang lebih besar dari pada 0,05. Nilai p > 0,05 memiliki arti panjang akar horizontal dan vertikal jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda tidak berbeda nyata dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua. Nilai rata-rata pada Tabel 1 merupakan nilai antara (range) panjang akar vertikal dan horizontal. Panjang akar vertikal jarak pagar berkisar antara 19,5 cm sampai 20,8 cm. Sedangkan panjang akar horizontal berkisar antara 55,6 sampai 64,2 cm. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jarak pagar tegakan mahoni muda ataupun tua tidak berpengaruh terhadap akar. Pertumbuhan akar sangat penting karena berkaitan dengan keberlangsungan dari pertumbuhan suatu tanaman. Parameter pertumbuhan akar memiliki perbedaan dengan parameter pertumbuhan lain. Parameter diameter, tinggi, lebar, panjang, dan luas tajuk jarak pagar di bawah mahoni muda berbeda dengan jarak pagar di bawah mahoni tua. Sedangkan pada akar tidak terdapat perbedaan antara kedua tegakan mahoni. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa

10 faktor. Menurut Sutton (1969) dalam Daniel et al. (1987) faktor yang dapat mempengaruhi sitem perakaran seperti tipe tanah, status nutrisi, karakteristik drainase, keberadaan atau ketidak beradaan gambut, lempung, padas dan bahan organik. Selain itu juga menurut Islami dan Utomo (1995) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan sistem perakaran antara lain, faktor dalam (hereditas), dan faktor luar/ lingkungan (kelembaban tabah, suhu tanah, kesuburan tanah, keasaman tanah, aerasi tanah, hambatan mekanis tanah, kompetisi dan interaksi perakaran) Kesuburan atau status nutrisi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan atau pertumbuhan akar. Pada Tabel 4 kandungan nilai nitrogen pada kedua tegakan tersebut rendah. Kekurangan nitrogen dapat menyebabkan pertumbuhan akar terhambat. Hal inilah yang dapat diduga menjadi salah satu penyebab perakaran tersebut tidak berkembang di kedua tegakan tersebut. Keasaman tanah (ph) juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan akar. Biasanya akar dapat tumbuh pada ph sekitar 5-8. Namun, ada beberapa tanaman yang membutuhkan ph tertentu agar dapat tumbuh. Kemasaman tanah (ph) asam dapat menyebabkan kelarutan pada mangan, besi, dan alumunium semakin meningkat sehingga dapat menghambat pertumbuhan akar. Dari kedua tegakan memiliki jenis tanah yang asam. Menurut Islami dan Utomo (1995) tanaman yang tumbuh pada tanah asam dengan kelarutan Al yang tinggi dapat menyebabkan berhentinya pertumbuhan akar dan penumpulan pada akar tanaman. Meskipun tidak terlalu asam pada tanah di kedua tegakan tersebut. Hal ini diduga menjadi salah satu penyebab pertumbuhan akar jarak pagar yang tidak maksimal di kedua tegakan tersebut. Hambatan mekanis juga merupakan salah satu faktor dari pertumbuhan akar. Hambatan mekanis ini bisa berupa tekstur ataupun struktur dari tanah. Menurut Islami dan Utomo (1995) tekstur dan struktur tanah yang tidak sesuai dapat menghambat petumbuhan akar. Sebagai contoh tanah yang tumbuh di tanah lempung dan berpasir lebih baik pertumbuhanya dibandingkan dengan tanahtanah yang memiliki kandungan lempung tiga kali lipat. Perkembangan akar akan terhambat dengan adanya mekanis tanah, dalam arti kekuatan tanah makin tinggi.

11 Selain itu menurut Rusdiana et al struktur tanah yang padat akan menghambat laju penetrasi akar lebih dalam. Karena tanah padat susah ditembus oleh akar, maka daerah pemanjangan akar akan semakin pendek. Tanah pada lokasi penelitian memiliki tekstur liat. Tanah liat ini akan mengakibatkan pertumbuhan akar terhambat. Hal ini disebabkan tanah liat memiliki porositas yang sangat kecil. Tanah liat juga akan mengakibatkan terjadinya kelembaban pada tanah yang tinggi karena air yang sulit untuk meresap kedalam tanah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pembuskan pada akar. Pembusukan pada akar dapat dilihat pada Gambar 2. A B Gambar 2 Busuk akar pada tanaman jarak pagar mahoni tua (A), mahoni muda (B) Gangguan dari hewan kerbau diduga menjadi salah satu penghambat dalam pertumbuhan akar. Tanah yang dilewati kerbau struktur tanahnya menjadi lebih padat. Sehingga akar akan susah untuk berkembang karena pori-pori yang semakin kecil. Menurut Rusdiana et al pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik tanahnya. Adanya pemadatan tanah akan merubah struktur tanah dan pori-pori tanah, sehingga kandungan air tanah tersebut berubah. Kondisi akar jarak pagar yang berada di tanah yang sering dilewati kerbau terdapat pada Lampiran 1. Selain itu di lapangan banyak ditemukan batu-batu besar di dalam tanah baik di bawah tegakan mahoni muda atau di bawah tegakan mahoni tua. Tanaman jarak pagar yang masih terdapat polybag juga ditemukan. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan akar jarak pagar terhambat. Adanya hambatan-hambatan ini diduga menjadi salah satu penyebab dari perbedaan antara parameter pertumbuhan akar dengan parameter pertumbuhan yang lain. Sampel dari tanaman jarak pagar yang digunakan dapat menjadi salah satu penyebab perbedaan antara parameter akar dengan parameter pertumbuhan yang

12 lain. Sampel yang diambil yaitu berjumlah 15 tanaman pada masing-masing tegakan. Sedangkan pada pengukuran parameter lain tidak menggunakan sampel tetapi dengan metode sensus. Hal ini disebabkan karena metode pengukuran akar menggunakan metode destruktif atau merusak tanaman jarak pagar. Karena hal inilah sampel yang diambil hanya berjumlah 15 tanaman jarak pagar dari setiap masing-masing tegakan. Untuk itu perlu adanya perbaikan dalam pengambilan sampel untuk akar pada jarak pagar agar dapat mewakili. Hasil pengukuran panjang akar dari jarak pagar dapat digunakan sebagai perkiraan jarak tanam jarak pagar sebagai tanaman tumpang sari. Menurut Prihandana dan Hendroko 2006 perakaran jarak pagar yang berasal dari biji memiliki akar tunggang, sedangkan bibit yang berasal dari stek batang sistem perakaran lemah atau dangkal. Pada hasil penelitian perakaran dari jarak pagar tidak terlalu dalam. Panjang akar vertikal dari jarak pagar terdalam yaitu sekitar 20,8 cm, sedangkan horizontal 64,2 cm. Menurut Hambali et al menyebutkan bahwa tanaman jarak pagar memiliki sifat intercroping atau sifat yang dapat ditanam dengan tanaman lain, jarak tanam dapat ditanam dengan jambu mete dengan jarak tanam jambu mete yaitu 6 m x 12 m. Sementara jarak pagar ditanam jarak tanam 2 m x 2 m. Dari hasil penelitian Nurunnajah 2011 bahwa perakaran dari pohon mahoni tidak telalu dalam. Perakaran dalam vertikal hanya sekitar 14,8 cm. Dilihat dari hal tersebut pada lokasi penelitian dapat dikatakan tidak sesuai Agroforestri antara mahoni dengan jarak pagar karena jarak tanam yang berdekatan. Seharusnya jarak tanaman jarak pagar minimal 2 m x 2 m atau lebih karena perakaran dalam mahoni dangkal, dan jarak tanam mahoni sangat tidak beraturan. Tanaman jarak pagar dapat digunakan sebagai tanaman tumpangsari. Menurut Jumin 2008 ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sistem tumpangsari salah satunya adalah akar. Pengaturan sifat akar sangat perlu untuk menghindarkan persaingan unsur hara, air yang berasal dari tanah. Oleh sebab itu jarak tanam dalam sebuah agroforestri sangatlah penting. Jarak tanam yang sesuai untuk tanaman jarak pagar adalah minimal 2 m x 2 m. Namun, jarak tanam ini tergantung dari kondisi tanah dan tegakan. Menurut Sudrajat (2006) jarak tanam untuk tanaman jarak pagar 2 m x 1,5 m untuk tanah kurus / dengan irigasi, 2 m x 2

13 m untuk tanah normal, dan 2 m x 3 m untuk tanah subur. Menurut Puslitbang Pertanian (2008) jarak tanam untuk tanaman jarak pagar 1,5 m x 4 m, 1,5 m x 6 m, 2 m x 4 m dan 2 m x 6 m. Kondisi tegakan juga berpengaruh terhadap jarak tanam. Tegakan dengan intensitas cahaya yang besar dapat ditanam lebih rapat dibandingkan dengan tegakan yang intensitasnya kecil. Adapun kondisi dari akar tanaman jarak pagar dapat dilihat pada Gambar 3. A B Gambar 3 Akar tanaman jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua (A), mahoni muda (B) 5.2 Produksi Jarak Pagar Jarak pagar memiliki banyak fungsi, terutama buah jarak pagar yang memiliki kandungan minyak yang besar yaitu %. Kandungan minyak yang besar pada buah jarak pagar menjadikan tanaman tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan. Pada penelitian ini, selain melihat pertumbuhan dari tanaman jarak pagar juga melihat produksi buah dari jarak pagar. Produksi buah jarak pagar dilihat dari berat buah jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan tua. Hasil berat buah jarak pagar yang telah ditimbang kemudian dilakukan uji sebaran t atau uji-t. Dari hasil uji-t untuk produksi nilai p yaitu 0,000 yang lebih kecil dari pada 0,05. Hal ini berarti bahwa produksi jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda (JPMM) berbeda nyata dengan jarak pagar mahoni tua (JPMT). Perbedaan jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua dapat dilihat dari hasil berat buah pada kedua tegakan tersebut. Dari hasil penimbangan berat buah jarak pagar, buah jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda lebih besar yaitu 21,5 g/pohon/bulan dibandingkan dengan berat buah jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua yaitu sebesar 7,47 g/pohon/bulan.

14 Menurut Hambali et al produksi biji dari buah jarak pagar 3 4 kg biji/pohon/tahun.pada hasil penelitian berat buah JPMM sebelum menjadi biji yaitu 21,5 g/pohon/bulan atau 0,02 kg/pohon/bulan. Sedangkan untuk JPMT berat buahnya 7,47 g/pohon/bulan atau 0,007 kg/pohon/bulan. Apabila di konversikan ke dalam tahun untuk produksi buah jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda sekitar 0,24 kg/pohon/tahun, sedangkan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua yaitu 0,084 kg/pohon/tahun. Produksi buah ini dapat dikatakan masih sangat kecil, karena tidak semua tanaman jarak pagar pada lokasi penelitian berbuah. Pada lokasi penelitian jumlah jarak pagar hanya berbuah 36 tanaman, sedangkan jarak pagar di bawah mahoni tua 15 tanaman. Produksi buah jarak pagar sangat kecil, selain itu perbedaan produksi buah jarak pagar antara mahoni muda dan tua sangat besar. Adanya perbedaan produksi dari jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan mahoni tua disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Daniel et al. (1987), ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi antara lain : tempat tumbuh, iklim, penyebab fisiologis. Sedangkan menurut Sudrajat (2006) salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas tanaman jarak pagar adalah kesuburan tanah. Produktivitas tanaman jarak pagar di mahoni muda lebih baik dibandingkan dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tuamahoni tua. Perbedaan ini diakibatkan karena intensitas cahaya pada mahoni muda lebih besar dari pada mahoni muda. Seperti halnya pada pertumbuhan, produksi juga membutuhkan cahaya untuk proses fotosintesis. Semakin tinggi intensitas cahaya maka akan meningkatkan proses fotosintesis dan akan meningkatkan pula produksi dari tanaman jarak pagar. Menurut Raden et al. (2009) semakin meningkatnya laju fotosintesis akan meningkatkan kebutuhan sink pada pertumbuhan dan produksi (jumlah buah, jumlah biji dan bobot biji pertanaman) tanaman jarak pagar. Kesuburan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh di dalam produksi buah. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa kandungan nitrogen atau unsur makro yang dibutuhkan tanaman lebih besar tanah di bawah tegakan mahoni muda. Adanya unsur makro yang lebih besar akan menyebabkan peningkatan produksi dari sebuah tanaman. Menurut Sudrajat (2006) semakin subur lahan

15 maka produktivitasnya juga tinggi. Semakin subur dari tanah dibawah tegakan mahoni muda dapat menyebabkan peningkatan produktivitas pada tanaman jarak pagar. Jarak tanam merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi. Seperti halnya pada pertumbuhan, jarak tanam terhadap kompetisi unsur hara, air, dan intensitas cahaya. Jarak tanam pada kondisi lapang tidak beraturan karena jarak tanam yang tidak sesuai dapat mengakibatkan timbulnya kompetisi. Pada jarak pagar mahoni tua (JPMT) kondisi dilapangan lebih rapat dibandingkan dengan jarak pagar mahoni muda (JPMM). Selain jarak tanam yang rapat pada JPMT juga terdapat beberapa tanaman lain atau gulma, sehingga menimbulkan persaingan atau kompetisi. Menurut Jumin (2008) kerapatan tanaman sangat penting diketahui karena berpengaruh terhadap sebuah produksi tanamannya. Adanya persaingan yang sangat ketat yang berakibat adanya penurunan produksi. Menurut Sitompul dan Guritno (1995), intensitas kompetisi semakin rendah dengan tingkat penyediaan nitrogen akan semakin tinggi yang membawa kepada hasil per satuan tanaman semakin besar. Pada Tabel 4 dapat dilihat unsur dari N sangat kecil, dan kerapatan pada mahoni tua lebih rapat. Hal ini diduga menyebabkan perbedaan produksi jarak pagar pada tegakan mahoni muda dan tua. Pemeliharaan juga sangat berkaitan dengan produksi jarak pagar. Di lokasi penelitian pemeliharaan tidak intensif. Hal ini terbukti banyaknya tanaman jarak pagar yang mati, banyak ditumbuhi gulma. Pemeliharaan ini tidak hanya pada pemupukan tanaman jarak pagar, penyiangan, tetapi juga pemotongan cabang pada tanaman jarak pagar. Menurut Hambali et al pemotongan cabang berfungsi untuk meningkatkan jumlah cabang produktif. Semakin banyak cabang pada tanaman jarak pagar maka biji yang dihasilkan akan semakin banyak pula. Menurut Raden et al peningkatan jumlah cabang akibat pemangkasan batang utama memberikan pengaruh terhadap peningkatan diameter batang, luas daun total, dan presentase intersepsi cahaya. Tinggi pemangkasan cm dengan jumlah cabang primer 3 atau lebih (6 cabang primer) dapat meningkatkan produksi jarak pagar. Pada kondisi lapangan cabang dari tanaman jarak pagar sendiri sangat sedikit, sehingga produksi yang dihasilkan juga sedikit. Selain itu pemeliharaan untuk hama juga sangat penting. Ada beberapa buah jarak pagar

16 yang diserang hama berupa kepik yang menyerap buah, sehingga menurunkan produksi dari buah jarak pagar. Untuk itu perlu adanya pengendalian hama pada buah jarak pagar yaitu dengan cara penyemprotan menggunakan pestisida nabati. Namun, pada kondisi dilapangan hal ini tidak ditindak lanjuti dan ditakutkan hama akan semakin menyebar ke tanaman jarak pagar lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

Pengaruh Tegakan Mahoni (Swietenia macrophylla King) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.)

Pengaruh Tegakan Mahoni (Swietenia macrophylla King) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA 198 Nurheni Wijayanto et al. J. Silvikultur Tropika Vol. 02 No. 03 Desember 2011, Hal. 198 204 ISSN: 2086-8227 Pengaruh Tegakan Mahoni (Swietenia macrophylla King) Terhadap Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah dan Klasifikasi Tanaman Nanas Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus (L.) Merr. memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Tegakan Berdasarkan Tabel 3 produktivitas masing-masing petak ukur penelitian yaitu luas bidang dasar (LBDS), volume tegakan, riap volume tegakan dan biomassa kayu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik dan Mekanik Media Tanam Hasil pengujian sifat fisik dan mekanik media tanam pada penelitian ini berupa densitas partikel, kerapatan lindak dan porositas, tahanan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), klasifikasi tanaman bengkuang adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta :

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Pemberian dosis kotoran kambing pada budidaya secara tumpang sari antara tanaman bawang daun dan wortel dapat memperbaiki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinggi tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai tahapan umur pengamatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Pemadatan tanah adalah penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena ada gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit. Pemadatan

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, diameter, berat kering dan NPA dari semai jabon pada media tailing dengan penambahan arang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perum Perhutani merupakan Perusahaan milik negara yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di Pulau Jawa dan Madura dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2011 sampai Januari 2012. Lokasi penelitian yaitu di RPH Jatirejo, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Pertumbuhan Dimensi Tanaman Paraserianthes falcataria Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tanaman pokok P. falcataria pada 3 (tiga) pola agroforestri menunjukkan rata-rata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani merupakan sebuah badan usaha yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola hutan tanaman yang ada di Pulau Jawa dan Madura dengan menggunakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

12/04/2014. Pertemuan Ke-2

12/04/2014. Pertemuan Ke-2 Pertemuan Ke-2 PERTUMBUHAN TANAMAN 1 PENGANTAR Pertumbuhanadalah proses pertambahan jumlah dan atau ukuran sel dan tidak dapat kembali kebentuk semula (irreversible), dapat diukur (dinyatakan dengan angka,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi dan Manfaat Vertikultur Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical dan culture). Menurut Nitisapto (1993) vertikultur

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas adalah pengamatan yang digunakan untuk mendukung hasil pengamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN CAHAYA Faktor esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi Fotosintesis

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA Pemeliharaan pada tanaman muda Kegiatan-kegiatan : Penyiangan Pendangiran Pemupukan Pemberian mulsa Singling dan Wiwil Prunning Pemberantasan hama dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Fisika dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisik dan kimia tanah tempat pelaksanaan penelitian di Dutohe Kecamatan Kabila pada lapisan olah dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian 5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4.1 Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tabel di bawah dapat dilihat bahwa perlakuan mulsa dan jarak tanam tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Adapun interaksi antar keduanya juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi

TINJAUAN PUSTAKA. yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi TINJAUAN PUSTAKA Sistem Jarak Tanam Salah satu faktor penentu produktivitas jagung adalah populasi tanaman yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi tanaman tersebut,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Paremeter pertumbuhan tanaman yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi dinyatakan dalam satuan cm dan pertambahan diameter tanaman dinyatakan dalam satuan

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci