HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN TINGKAT ASERTIVITAS REMAJA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN TINGKAT ASERTIVITAS REMAJA SKRIPSI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN TINGKAT ASERTIVITAS REMAJA SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syaratsyarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi Oleh AIDINA TITANIDA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

2 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA TERHADAP TINGKAT ASERTIVITAS REMAJA Aidina Titanida Quratul Uyun INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara pola asuh demokratis orangtua dengan tingkat asertivitas remaja. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara pola asuh demokratis orangtua terhadap tingkat asertivitas remaja. Semakin tinggi pola asuh demokratis yang diberikan orangtua, maka semakin tinggi pula tingkat asertivitas yang dimiliki remaja. Sebaliknya semakin rendah pola asuh demokratis yang diberikan orangtua, maka semakin rendah pula tingkat asertivitas yang dimiliki remaja. Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putra dan putri yang berumur 18 sampai 24 tahun. Tekhnik pengambilan data yang digunakan adalah dengan menggunakan skala. Adapun skala yang digunakan adalah skala pola asuh demokratis yang berjumlah 30 aitem dengan menggunakan aspek-aspek pola asuh demokratis dari Dalimunthe dan skala tingkat asertivitas yang berjumlah 30 aitem dengan mengunakan aspek-aspek asertivitas dari Alberti dan Emmons. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas SPSS Versi 14,0 for windows untuk menguji apakah ada hubungan antara pola asuh demokratis orangtua dengan tingkat aserivitas remaja. Korelasi product moment dari Karl Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0,7444 dan p = 0,000 (p< 0,01). Hal ini berarti ada bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel pola asuh demokratis dengan tingkat asertivtas. Jadi hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Kata kunci : Pola asuh demokratis, Asertivitas, Remaja. 2

3 PENGANTAR Pada masa sekarang ini, pergaulan remaja semakin tidak terkendali, ajakan dari teman sebaya atau peer group cukup banyak mempengaruhi tingkah laku remaja, seperti dikatakan oleh Ausubel dalam Hurlock (1973) bahwa remaja memiliki dua macam gerak, ke arah orangtua dan ke arah teman. Sebenarnya itu bukan merupakan masalah jika teman disekitarnya dapat membawa remaja ke arah yang lebih baik, akan tetapi pada kenyataanya kebanyakan teman justru membawa ke dalam pengaruh negatif seperti narkoba dan seks bebas. Sebagai contohnya terdapat data KTD (kehamilan yang tidak diinginkan) sebanyak 560 kasus (10,89 %) kehamilan tidak dikehendaki (KTD) sepanjang tahun 2004, terjadi pada kelompok usia 18 tahun atau usia SLTA. Fakta tersebut diperoleh dari data konseling Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Seharusnya remaja dapat menolak hal-hal yang dirasa tidak tepat tersebut, akan tetapi pada kenyataanya para remaja banyak yang tidak mampu dan tidak berani menolak ajakan tersebut. Keberanian untuk mengungkapakan pikiran merupakan salah satu dari ciri sifat asertif. Tetapi pada kenyataanya, masih banyak sekali remaja yang tidak asertif dalam kehidupannya sehari-hari. Seperti diungkapakan oleh Wolpe (1973) asertif adalah pernyataan emosi secara tepat tanpa ada perasaan cemas kepada orang lain. Secara rinci Rimm dan Masters dalam Fensterheim (1980) merumuskan perilaku asertif sebagai perlaku marah yang langsung pada tujuannya, terbuka, penuh 3

4 pecaya diri, atau suatu perilaku antar pribadi yang berupa pernyataan perasaan yang jujur dan relatif bersifat langsung. Contoh paling sederhana berdasarkan survey yang dilakukan oleh penulis adalah banyaknya mahasiswa yang tidak berani mengungkapkan pendapatnya di dalam kelas, atau sekedar bertanya sesuatu yang mereka tidak mengerti dengan alasan malu atau takut salah, sifat tersebut berlainan dengan ciri-ciri asertivitas yang diharapkan ada dalam diri remaja bangsa ini. Menurut Wolpe (1973) asertif adalah pernyataan emosi secara tepat tanpa ada perasaan cemas kepada orang lain. Secara rinci Rimm dan Masters (1974) merumuskan perilaku asertif sebagai perlaku marah yang langsung pada tujuannya, terbuka, penuh pecaya diri, atau suatu perilaku antar pribadi yang berupa pernyataan perasaan yang jujur dan relatif bersifat langsung. Hal senada juga dikatakan oleh Taubman (1976) bahwa asertif adalah ekspresi dari perasaan, keinginan dan kebutuhan tersebut dan menghormati perasaan, keinginan, dan kebutuhan orangorang disekitarnya. Alberti dan Emmons (2001) mendefinisikan asertif sebagai perilaku yang mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia, yang memungkinkan kita untuk bertindak menurut kepentingan kita sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya, untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, untuk menerapkan hak-hak pribadi kita tanpa menyangkali hak-hak orang lain. Kemudian Alberti dan Emmons merinci unsur-unsur tersebut menjadi lebih rinci.yang pertama, mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia berarti menempatkan kedua belah pihak secara setara, memulihkan keseimbangan kekuatan 4

5 dengan cara memberikan kekuatan pribadi terhadap si underdog serta menjadikannya mungkin bagi setiap orang untuk menang dan tidak ada seorang pun yang merugi, kedua bertindak menurut kepentingan anda sendiri mengacu kepada kesanggupan untuk membuat keputusan anda sendiri tentang karier, hubungan, gaya hidup, dan jadwal, untuk berinisiatif mengawali pembicaraan dan mengorganisir kegiatan, untuk mempercayai penilaian diri sendiri, untuk menetapkan tujuan dan berusaha meraih itu semua, untuk meminta bantuan dari orang lain, untuk berpartisipasi dalam pergaulan, ketiga membela diri sendiri mencangkup perilaku seperti berkata tidak, menetukkan batas-batas bagi waktu dan energi, menaggapi krtitk atau hinaan atau amarah, memgekspresikan persetujuan dengan dukungan, bersikap spontan dan kesemuanya tanpa bersikap menyakitkan, keempat menerapkan hak-hak pribadi berhubungan dengan kesanggupan sebagai warga negara, sebagai konsumen, sebagai anggota dari sebuah organisasi atau sekolah atau kelompok kerja, sebagai partisipan dalam peristiwa umum untuk mengekspresikan opini, untuk bekeja bagi perubahan untuk menganggapi pelanggaran dari hak seseorang atau hak orang lain, dan kelima tidak menyangkali hak-hak orang lain adalah mencapai ekspresi pribadi di atas kritik tidak adil terhadap orang lain, tanpa perilaku yang menyakitkan terhadap orang lain, tanpa menjuluki, tanpa intimidasi, tanpa manipulasi, tanpa mengendalikan orang lain, tanpa menjuluki, tanpa intimidasi. Menurut Lazarus (dalam Rakos, 1991) asertivitas adalah mampu berkata tidak, mampu untuk meminta bantuan atau menyatakan suatu permintaan, mampu untuk mengekspresikan perasaan 5

6 positif atau negatif, mampu untuk memulai, memelihara, dan menghentikan suatu pembicaraan. Alberti dan Emmons (2001) menggolongkan beberapa faktor yang mempengaruhi asertivitas seseorang,keluarga, sekolah, dan tempat kerja. Keluarga sebagai salah satu faktor pendukung asertivitas seseorang memerlukan peran orangtua dalam mendidik anak yang disebut pola asuh. Pola asuh terbagi tiga yaitu autoritarian, autoritatif, dan permisif. Pengasuhan authoritarian (authoritarian parenting) adalah gaya yang membatasi serta bersifat menghukum yang mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk orangtua dan untuk menghormati pekerjaan dan usaha, pengasuhan autoritatif (authoritative parenting) mendorong remaja untuk bebas tapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka., dan permisif memanjakan dan bersikap permisif tidak perduli. Pengasuhan autoritatif (authoritative parenting) atau yang sering disebut pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang dianggap paling mendukung peningkatan asertivitas remaja. Dalam sebuah penelitian, Diana Baumrid dalam Santrock (1996), menganalisa pola-pola pengasuhan dan kecakapan sosial dalam masa remaja. Pengukuran yang menyeluruh melibatkan 139 orang anak laki-laki dan perempuan berusia 14 tahun dan orangtua mereka. Lebih daripada faktor-faktor lain, ketanggapan (perhatian dan dukungan) orangtua berkaitan dengan kecakapan sosial remaja. Dan ketika orangtua sendiri memilki masalah perilaku (alkohol dan masalah pernikahan), remaja seringkali mempunyai masalah yang menunjukkan penurunan kecakapan sosial. Para peneliti yang lain terus mencari bukti yang mendukung keyakinan bahwa 6

7 pola asuh autoritarian dan permisif kurang efektif dibanding gaya orangtua yang bersifat autoritatif (Durbin dkk, 1993; Lamborn, Dornbusch, & Kraemer,1990; taylor, 1994). METODE PENELITIAN Subjek dalam penelitian ini adalah remaja di Yogyakarta, umur tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan metode skala. Skala ini terdiri dari skala pola asuh demokratis yang disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Dalimunthe (2000) dan skala asertivitas remaja yang juga disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Alberti dan Emmons (1978). Metode analisis data pada penelitian ini adalah analisis statistik. Untuk melihat hubungan antara pola asuh demokratis orangtua dengan tingkat asertivitas remaja yaitu dengan menggunakan korelasi product moment Pearson. HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, kemudian dilakukan analisis statistik untuk menguji hupotesis penelitian. Semua data yang diperoleh dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji linearitas hubungan. Analisa data dan uji asumsi dulakukan dengan bantuan program SPSS 14.0 for window. 7

8 a. Uji Normalitas Uji normalitas sebaran aitem dengan menggunakan program uji normalitas Kolmogrof-Smirrnov. Jika nilai p dari nilai Kolmogrof-Smirnov Z lebih besar dari 0,005 (p>0,05) maka data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada alat ukur menunjukkan bahwa data pola asuh demokratis orangtua pada tingkat asertivitas remaja adalah normal (K-S Z = 0,707: p = 0,699 atau p > 0,05) dan data tingkat asertivitas adalah normal (K-S Z = 0,873: p = 0,431. atau p > 0,05). b. Uji Linearitas Hasil uji antara pola asuh demokratis orangtua dan tingkat asertivitas pada remaja menunjukkan F linear 63, 615 dengan probabilitas 0,000 (p < 0,05). Deviasi dari Linearitas adalah 1,120 dan p = 0,400 (p > 0,05). Hasil dari uji linearitas dari pola asuh demokratis orangtua dan tingkat asertivitas bersifat linear. c. Uji Hipotesis Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan analisis product moment Pearson karena data dari penelitian ini berdistribusi normal dan linear, lalu dibandingkan dengan tabel korelasi one tailed karena hipotesis dari penelitian ini telah terarah. Hasil penelitian menunjukkan angka korelasi r = 0, 7444 dan p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel pola asuh demokratis dengan variabel tingkat asertivitas. Semakin tinggi pola asuh demokratis orangtua maka semakin tinggi tingkat asertivitas pada remaja. Maka hipotesis yang diajukan peneliti diterima. 8

9 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian data penelitian, maka hipotesis yang telah diajukan, yaitu ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan tingkat asertivitas remaja dapat diterima. Hasil penelitian menunjukkan angka korelasi r = 0, 7444 dan p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel pola asuh demokratis dengan variabel tingkat asertivitas. Penerimaan hipotesis tersebut menunjukkan remaja yang dibesarkan dengan pola asuh demokratis oleh orangtua nya akan tumbuh menjadi anak yang memiliki kemampuan sosial yang baik, kepercayaan diri yang kuat, dan kebebasan yang bertanggung jawab (Diana Baumrid 1971, 1980). Hal ini berkaitan dengan pola asuh demokratis yang membuka komunikasi dengan anak. Anak diberikan kebebasan untuk bertanya dan bertingkah laku dengan tetap pengawasan yang baik, dan orangtua memandang anak sebagai seorang individu yang berkembang, dan menjadikan dirinya pembimbing yang baik bagi anak. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh seperti itu akan terbiasa membuka pikirannya dan memiliki cara komunikasi yang baik untuk mengungkapkan kebahagiaan ataupun kemarahannya. Alberti dan Emmons (1978) mengatakan perilaku asertif adalah perilaku yang memungkinkan individu dapat bertindak sesuai keinginannya sendiri, mempertahankan dirinya tanpa perasaan cemas, mengekspresikan perasaan secara jujur dan tepat, serta dapat menggunakan haknya tanpa mengabaikan hak-hak orang lain. Dalam sebuah penelitian, (Diana Baumrid, 1991) menganalisa pola-pola pengasuhan dan kecakapan sosial dalam masa remaja. Pengukuran yang menyeluruh 9

10 melibatkan 139 orang anak laki-laki dan perempuan berusia 14 tahun dan orangtua mereka. Lebih daripada faktor-faktor lain, ketanggapan (perhatian dan dukungan) orangtua berkaitan dengan kecakapan sosial remaja. Dan ketika orangtua sendiri memilki masalah perilaku (alkohol dan masalah pernikahan), remaja seringkali mempunyai masalah yang menunjukkan penurunan kecakapan sosial. Para peneliti yang lain terus mencari bukti yang mendukung keyakinan bahwa pola asuh autoritarian dan permisif kurang efektif dibanding gaya orangtua yang bersifat autoritatif (Durbin dkk, 1993; Lamborn, Dornbusch, & Kraemer,1990; taylor, 1994). Berdasarkan kategotisasi yang diperoleh pada skala pola asuh demokratis yang diterima oleh subyek terbanyak ada pada tingkat tinggi yaitu 48 %. Dari 50 subjek penelitian, 16 orang memiliki pola asuh demokratis sangat tinggi, 24 orang memilki pola asuh demokratis yang tinggi, 8 orang memiliki pola asuh demokratis sedang, 2 orang memiliki tingkat pola asuh demokratis rendah dan tidak ada orang yang memiliki tingkat asertivitas yang sangat rendah. Berdasarkan analisis aspek-aspek yang diukur dari Dalimunthe (2000), ratarata subjek penelitian ini memiliki tingkat pola asuh demokratis pada kategori tinggi yaitu ada 24 orang (48 %), ada 16 orang pada kategori sangat tinggi (32%), dan ada 8 orang untuk kategori sedang (16%) sedangkan untuk kategori rendah hanya 2 orang (4%) dan kategori sangat rendah tidak ada. Dalam hal ini berarti subjek penelitian ini dianggap memiliki tingkat pola asuh demokratis yang baik sehingga dapat mendorongnya memiliki tingkat asertivitas yang tinggi. 10

11 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh demokratis yang dilakukan orangtua dengan tingkat asertivitas remaja. Semakin tinggi pola asuh demokratis yang diterima, maka seorang remaja akan lebih memiliki tingkat asertivitas yang tinggi dan sebaliknya, semakin rendah pola asuh demokratis yang diterima, maka seorang remaja akan lebih memiliki tingkat asertivitas yang rendah. Remaja yang dibesarkan dengan pola asuh demokratis yang tinggi akan memiliki cara komunikasi yang baik, dan akan terbiasa mengungkapkan perasaan nya dengan baik karena mereka telah terbiasa melakukan hal tersebut sejak kecil bersama orangtuanya. B. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka beberapa saran yang dapat diberikan oleh peniliti adalah: 1. Bagi Subjek Penilitian Tidak semua orang memperoleh pendidikan dengan sisitem pola asuh demokratis dalam keluarganya, namun perilaku asertif bukan hanya dibentuk oleh pola asuh melainkan dengan banyak hal. Apabila seseorang merasa tingkah lakunya tidak asertif maka bukan berarti mereka dapat langsung menyalahkan orangtua. Karena sebenarnya tingkah laku asertif juga dapat dibangun oleh diri kita sendiri. 11

12 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil yang signifikan antara pola asuh demokratis dengan tingkat asertivitas yang dimiliki remaja. Hasil penelitian ini belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan bisa membuat alat ukur yang lebih baik yang dikaitkan dengan variabel-variabel eksternal yang mempengaruhi tingkat asertivitas remaja. Peneliti selanjutnya hendaknya membuat klasifikasi populasi yang jelas untuk mendapatkan sampel yang lebih spesifik lagi. Dinamika psikologis masih perlu diperbaiki untuk membuat penelitian yang memiliki dasar teori yang kuat. Peneliti selanjutnya dapat meneliti hubungan antara pola asuh demokratis dengan tingkat asertivitas remaja dengan menggubakan subjek khusus. Contohnya Hubungan Antara Pola Asuh Drmokratis dengan tingkat Asertivitas Anak Tunggal Dalam Keluarga. 12

13 Daftar Pustaka Astuti, A Resiliasi pada Remaja ditinjau dari Pola Asuh Demokratis Orangtua dan Status Sosial Ekonomi Keluarga. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII Azwar, S Reabilitas dan Validitas, edisi ke-3, Yogyakarta:Penerbit Pustaka Pelajar Alberti, R.E and Emmons, M.L Your Perfect Right. A Guide to Assertive Behavior. California: Impact Publisher Alberti, R.E and Emmons, M.L Your Perfect Right (Terjemahan). Jakarta: PT Elex Media Komputindo Fensterheim, H and baer, J Jangan Bilang Ya Bila Anda akan Mengatakan Tidak (Terjemahan n.n). Jakarta: Pt Gunung Jati Dalimunthe, D Hubungan Antara Kedemokratisan Pola Asuh Orang Tua dengan Kompetensi Sosial Pada Remaja. Skripsi (Tidak diterbitkan) Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Handayani Hubungan Pola Asuh Oreangtua dalam Masalah Seksual dengan Pemilihan Orangtua sebagai Sumber Informasi Seks pada Remaja. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Hapsari. Y.L Hubungan antara Gaya Kelekatan Aman dengan Asertivitas Remaja. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII Hurlock, E.B Adolescent Development. Tokyo: Mc.Graw-Hill Hurlock, E, B Perkembangan Anak, Jakarta : Erlangga Khusna, M Hubungan Asertivitas dengan Prestasi belajar pada Siswa kelas II SMUM VII Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII Laurence, S Adolescence. 6th Edition. Tokyo : Mc. Graw-Hill Monks. F. J. Knoers, A.M.P., Haditono, S.R Psikologi Perkembangan ; Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. 13

14 Rakos, R.F Assertive Behavior; Therapy, Research, and Training. International series on Communication Skill. New York: Routledge Rathus, S.A and Nevid, J.B Behavior Therapy: Strategies of Solving Problem in Living. New York; The new American library, Inc Sarwono. W Psikologi Remaja. Edisi Tahunan. Jakarta Santrock, J. W Adolescence. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sony, R Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan Konsep Diri pada Homoseksual. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII Sprinthall, A and Collins, W Adolescent Psychology Third Edition. New York:mc. Graw-Hill Srinarti Kepuasan Perkawinan Ditinjau dari Perilaku Asertif Pasangan Suami- Istri di Kecamatan Jetis Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Taubman, B How to Become an Asertive Woman. New York: Pocket Book Thornburg, H.D Development Adolescent. Calofornia; Brooks Publishing Co. Wolpe, J The Practice of Behaviour Therapy (2nd edition). New York Pergamon Press, Inc Data Kasus Remaja PKBI ( Lakukan Seks ( Terbanyak Usia SLTA ( 14

15 IDENTITAS PENULIS Nama Alamat : Aidina Titanida : Jalan Kaliurang km 7 Pasar Colombo no 71 Sleman Yogyakarta No tlp/hp :

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Masing-masing individu yang berinteraksi akan memberikan respon yang berbeda atas peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI Masa awal remaja adalah masa dimana seorang anak memiliki keinginan untuk mengetahui berbagai macam hal serta ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN RESILIENSI TERHADAP PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA. Vita Ristinawati Irwan Nuryana K INTISARI

PENGARUH PELATIHAN RESILIENSI TERHADAP PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA. Vita Ristinawati Irwan Nuryana K INTISARI PENGARUH PELATIHAN RESILIENSI TERHADAP PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA Vita Ristinawati Irwan Nuryana K INTISARI Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh pelatihan resiliensi

Lebih terperinci

Hubungan antara Perilaku Asertif dengan Penyesuaian Diri pada Siswa Kelas X Asrama SMA MTA Surakarta

Hubungan antara Perilaku Asertif dengan Penyesuaian Diri pada Siswa Kelas X Asrama SMA MTA Surakarta Hubungan antara Perilaku Asertif dengan Penyesuaian Diri pada Siswa Kelas X Asrama SMA MTA Surakarta The Relationship Assertive Behavior with Adjustment in Class X s Student SMA MTA Surakarta Boarding

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan lingkungan sekitarnya. Sebagai makhluk sosial, manusia diharapkan mampu mengatasi segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan pendapatnya, berani tampil di muka umum, memiliki kepedulian sosial, dan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang. variabel bebasnya adalah pola asuh orang tua.

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang. variabel bebasnya adalah pola asuh orang tua. 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1) Variabel Widoyoko (2014) Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel bebas (Independent

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini semakin mendapat perhatian dari Pemerintah Indonesia. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analitik deskriptif untuk memperoleh gambaran empirik mengenai kemandirian serta asertif

Lebih terperinci

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: DINA

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari pelaporan penelitian yang membahas tentang latar belakang penelitian yang dilakukan, adapun yang menjadi fokus garapan dalam penelitian ini adalah masalah

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU Oleh: AMELIA DESTARI SONNY ANDRIANTO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan

Lebih terperinci

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Selamat membaca, mempelajari dan memahami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menghadapi lingkungan yang memiliki perbedaan pola pikir, kepribadian serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik dari segi emosi, tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku asertif sangat penting bagi setiap orang guna memenuhi segala kebutuhan dan keinginan, terutama pada mahasiswa, dimana harus menyelesaikan tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IX A dan Kelas IX B yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, manusia lahir dalam keadaan lemah tidak berdaya, mereka memiliki rasa ketergantungan pada orang lain terutama pada orang tua serta orangorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Riski Tri Astuti Dr. Awaluddin Tjalla Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tak akan terlepas dari kodratnya, yaitu manusia sebagai makhluk sosial, yang mana ia harus hidup berdampingan dengan manusia lainnya dan sepanjang hidupnya

Lebih terperinci

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M. GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA 12-15 TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.PSI 1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK Kemandirian

Lebih terperinci

Djamarah, M.Ag, Drs. Syaiful Bahri Pola Asuh Orang Tua DanKomunikasi Dalam Keluarga. Jakarta:Rineka Cipta.

Djamarah, M.Ag, Drs. Syaiful Bahri Pola Asuh Orang Tua DanKomunikasi Dalam Keluarga. Jakarta:Rineka Cipta. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,S.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktik.Jakarta : Rineka Cipta. Agustiani, Hendriati.2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: Reflika Aditama. Buchin, Prof. Dr. Syamsul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG

ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG Yuke Hasnabuana 1, Dian Ratna Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN IDENTITAS DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN IDENTITAS DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN IDENTITAS DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

POLA PENGASUHAN DAN GANGGUAN KEPRIBADIAN

POLA PENGASUHAN DAN GANGGUAN KEPRIBADIAN POLA PENGASUHAN DAN GANGGUAN KEPRIBADIAN Yuli Azmi Rohali Fakultas Psikologi Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510 yuli.azmi@indonusa.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo, Kabupaten Pamekasan. Selanjutnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA Oleh : Finda Fatmawati Hepi Wahyuningsih PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dari skripsi ini akan membahas beberapa hal terkait penelitian, termasuk latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat/signifikansi penelitian.

Lebih terperinci

INTENSI KOMPLAIN KONSUMEN DITINJAU DARI SIKAP ASERTIVITASNYA. Anne Fatma

INTENSI KOMPLAIN KONSUMEN DITINJAU DARI SIKAP ASERTIVITASNYA. Anne Fatma 18 INTENSI KOMPLAIN KONSUMEN DITINJAU DARI SIKAP ASERTIVITASNYA Anne Fatma Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta Email : annefatma2011@yahoo.com Abstract Consumers

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini masih terdapat orang - orang tidak mampu untuk menyatakan pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya mengemukakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya barat, tepatnya di Jalan Manukan Wasono. SMK ini berjumlah dengan

Lebih terperinci

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu KEMANDIRIAN REMAJA YANG MEMILIKI ORANGTUA YANG BERCERAI STARLINA AULIA UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif karena penelitian ini banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran

Lebih terperinci

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA AMANDA RIZKI NUR Dosen Pembimbing : Drs. Aris Budi Utomo, M.Si ABSTRAK Mahasiswa tentunya memiliki tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ada hubungan antara perilaku asertif dan kontrol diri pada pegawai administrasi sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ada hubungan antara perilaku asertif dan kontrol diri pada pegawai administrasi sekolah HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN KONTROL DIRI PADA PEGAWAI ADMINISTRASI SEKOLAH Disusun Oleh : Nama : Ratna Suryaningtyas NPM : 18510975 Pembimbing : Erik Saut H. Hutahaean S.Psi., M.Si FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BABV PENUTUP. dunia psikologi dan jelas terlihat dalam penelitian ini, bahwa perempuan yang

BABV PENUTUP. dunia psikologi dan jelas terlihat dalam penelitian ini, bahwa perempuan yang BABV PENUTUP BABV PENUTUP 5.1. Bahasan Kondisi depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ada di dalam dunia psikologi dan jelas terlihat dalam penelitian ini, bahwa perempuan yang melakukan aborsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah salah satu fase kehidupan yang pasti akan dilewati oleh semua manusia. Fase ini sangat penting, karena pada saat remaja seseorang akan mencari jati

Lebih terperinci

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya PERANAN INTENSITAS MENULIS DI BUKU HARIAN TERHADAP KONSEP DIRI POSITIF PADA REMAJA Erny Novitasari ABSTRAKSI Universitas Gunadarma Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri, dimana remaja berusaha

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu

PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial, adanya kecenderungan perilaku asertif sangat membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu lain yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Perilaku asertif siswa terhadap perilaku negatif berpacaran dapat ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. PERILAKU ASERTIF 1. Pengertian Perilaku Asertif Kata asertif berasal dari bahasa Inggris assertive yang berarti tegas dalam pernyataannya, pasti dalam mengekspresikan dirinya atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Perilaku Asertif Perilaku assertif adalah perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Perilaku assertif

Lebih terperinci

Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup

Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup BABI PENDAHULUAN 1 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar BeJakang Masalah Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup

Lebih terperinci

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Oleh: Hanggara Budi Utomo Dosen FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Seringkali

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA Nike Kusumawati, Salmah Lilik, Rin widya Agustin Program Studi Psikologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pulau Jawa merupakan tempat yang paling banyak menjadi tujuan para calon mahasiswa di Indonesia untuk menggali ilmu. Berdasarkan data Kementrian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan keputusan hasil

Lebih terperinci

Kontribusi Perilaku Asertif Terhadap Kecerdasan Emosi

Kontribusi Perilaku Asertif Terhadap Kecerdasan Emosi Kontribusi Perilaku Asertif Terhadap Kecerdasan Emosi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar kontribusi perilaku asertif terhadap kecerdasan emosi. Sampel pada penelitian ini berasal

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Rahmi Sofah, Harlina, Rani Mega Putri, Vira Afriyanti Universitas Sriwijaya E-mail: rani@konselor.org ABSTRAK Narkoba adalah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 PALEMBANG

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 PALEMBANG HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 PALEMBANG Urfaa Fajarwati Dosen Universitas Bina Darma Jalan A. Yani No. 12 Palembang Surel:

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh: NINING DEWI RATIH NPM. 12.1.01.01.0149 Dibimbing oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Asertif 2.1.1. Pengertian Perilaku Asertif Menurut Smith (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA JULI SUSANTI SUKARTI PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN ASERTIF TERHADAP ASERTIFITAS SISWA BARU DAN KEBERANIAN SERTA KEPERCAYAAN DIRI SISWA UNTUK MEMUTUSKAN KEHENDAK BAIKNYA

PENGARUH PELATIHAN ASERTIF TERHADAP ASERTIFITAS SISWA BARU DAN KEBERANIAN SERTA KEPERCAYAAN DIRI SISWA UNTUK MEMUTUSKAN KEHENDAK BAIKNYA PENGARUH PELATIHAN ASERTIF TERHADAP ASERTIFITAS SISWA BARU DAN KEBERANIAN SERTA KEPERCAYAAN DIRI SISWA UNTUK MEMUTUSKAN KEHENDAK BAIKNYA Zun Azizul Hakim IAIN Tulungagung Jl. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Remaja seringkali diartikan sebagai masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA Oleh: Iffah Savitri Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TERHADAP ORANG TUA DENGAN OTONOMI PADA REMAJA. Nadia Indah Permatasari Irwan Nuyana Kurniawan INTISARI

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TERHADAP ORANG TUA DENGAN OTONOMI PADA REMAJA. Nadia Indah Permatasari Irwan Nuyana Kurniawan INTISARI 1 HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TERHADAP ORANG TUA DENGAN OTONOMI PADA REMAJA Nadia Indah Permatasari Irwan Nuyana Kurniawan INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui apakah ada hubungan

Lebih terperinci

KEPUASAN PERKAWINAN PADA PASANGAN BEDA USIA (Studi Pada Istri Yang Berusia Lebih Tua Daripada Usia Suami) SKRIPSI

KEPUASAN PERKAWINAN PADA PASANGAN BEDA USIA (Studi Pada Istri Yang Berusia Lebih Tua Daripada Usia Suami) SKRIPSI KEPUASAN PERKAWINAN PADA PASANGAN BEDA USIA (Studi Pada Istri Yang Berusia Lebih Tua Daripada Usia Suami) SKRIPSI Oleh : KARTIKA DEWI ANJANI 05810121 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Lebih terperinci

Nama : Wienda Tridimita Ayu NPM : Fakultas : Psikologi Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Hera Lestari Mikarsa, Ph.D

Nama : Wienda Tridimita Ayu NPM : Fakultas : Psikologi Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Hera Lestari Mikarsa, Ph.D HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT DENGAN ORANG TUA DAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA Nama : Wienda Tridimita Ayu NPM : 18512091 Fakultas : Psikologi Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Hera Lestari Mikarsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu mengalami perubahan sepanjang kehidupan yakni sejak dalam kandungan sampai meninggal. Fase-fase perkembangan yang terjadi hampir bersamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

Hubungan antara Berpikir Positif dengan Penerimaan Diri pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan

Hubungan antara Berpikir Positif dengan Penerimaan Diri pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan Hubungan antara Berpikir Positif dengan Penerimaan Diri pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan Fatwa Tentama Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Abstract : The purpose

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Mencapai

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA JAWA DAN HARGA DIRI TERHADAP ASERTIVITAS PADA REMAJA SISWA KELAS XDI SMA NEGERI 3 PONOROGO

PENGARUH BUDAYA JAWA DAN HARGA DIRI TERHADAP ASERTIVITAS PADA REMAJA SISWA KELAS XDI SMA NEGERI 3 PONOROGO ejournal Psikologi,3 (1) 2015 : 348-357 ISSN 0000-0000, ejournal.sos.fisip-unmul.org Copyright 2015 PENGARUH BUDAYA JAWA DAN HARGA DIRI TERHADAP ASERTIVITAS PADA REMAJA SISWA KELAS XDI SMA NEGERI 3 PONOROGO

Lebih terperinci

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

MEMBANGUN HUBUNGAN AKRAB BERWIBAWA * DENGAN ANAK

MEMBANGUN HUBUNGAN AKRAB BERWIBAWA * DENGAN ANAK MEMBANGUN HUBUNGAN AKRAB BERWIBAWA * DENGAN ANAK Dr. I Made Rustika, M.Si.,Psikolog ** Pada waktu bayi baru dilahirkan ia hanya mengandalkan gerakan-gerakan refleks (insting) untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN ASERTIVITAS PADA SISWA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN ASERTIVITAS PADA SISWA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN ASERTIVITAS PADA SISWA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG Maharani Mutiara Hati, Imam Setyawan Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara asertivitas dengan perilaku seksual pranikah dengan menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment. Sebelum melakukan

Lebih terperinci

ASERTIFITAS SISWA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL (Survei di Kelas XI SMA Negeri 31 Jakarta)

ASERTIFITAS SISWA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL (Survei di Kelas XI SMA Negeri 31 Jakarta) Asertifitas Siswa Terhadap Perilaku Seksual (Survei di Kelas XI SMA Negeri 31 Jakarta) ASERTIFITAS SISWA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL (Survei di Kelas XI SMA Negeri 31 Jakarta) Ariesanti Juwita Sari 1 Dra.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap tergantung ke arah kemandirian. Pada mulanya seorang anak akan bergantung kepada orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi sekarang ini, manusia dituntut untuk dapat menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting, namun sampai sekarang

Lebih terperinci

asertifnya. Sebaliknya, jika semakin rendah tingkat religiositas seseorang, maka semakin rendah juga tingkat perilaku asertifnya.

asertifnya. Sebaliknya, jika semakin rendah tingkat religiositas seseorang, maka semakin rendah juga tingkat perilaku asertifnya. BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Dalam penelitian ini perilaku asertif didefinisikan sebagai pengungkapan perilaku untuk membela hak diri sendiri secara tepat dan benar, namun tetap menghormati hak orang lain

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci