BAB III METODE PENELITIAN. benar dalam mengumpulkan data, analisa data, pengambilan kesimpulan penelitian dan dapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. benar dalam mengumpulkan data, analisa data, pengambilan kesimpulan penelitian dan dapat"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisa data, pengambilan kesimpulan penelitian dan dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini, termasuk identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi, dan metode pengambilan sampel, metode dan alat pengumpulan data, serta metode analisa data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode penelitian korelasional digunakan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor yang berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2006). Peneliti ingin mengetahui hubungan antara kecerdasan adversitas dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja. A. Identifikasi Variabel Penelitian Berikut adalah identifikasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini : 1. Variabel bebas : Kecerdasan Adversitas 2. Variabel tergantung : Kematangan Karir

2 B. Definisi Operasional Definisi operasional penelitian bertujuan agar pengukuran variabel-variabel penelitian lebih terarah sesuai dengan tujuan dan metode pengukuran yang dipersiapkan. Definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kematangan Karir Kematangan karir adalah kemampuan individu dalam menguasai tugas perkembangan karir sesuai dengan tahap perkembangan karir, dengan menunjukkan perilaku-perilaku yang dibutuhkan untuk merencanakan karir, mencari informasi, memiliki wawasan mengenai dunia kerja dan memiliki kesadaran tentang apa yang dibutuhkan dalam membuat keputusan karir. Kematangan karir akan diukur dengan Skala Kematangan Karir yang dikembangkan dari empat dimensi kematangan karir yang diungkapkan oleh Super (dalam Watkins & Campbell, 2000), yaitu: career planning, career exploration, career decision making dan world of work information. Skala Kematangan Karir akan diisi oleh mahasiswa bekerja. Nilai total merupakan petunjuk tinggi rendahnya kematangan karir yang dimiliki mahasiswa bekerja. Semakin tinggi nilai yang dicapai mahasiswa bekerja berarti semakin tinggi kematangan karir mahasiswa bekerja tersebut. Sebaliknya, semakin rendah nilai yang dicapai mahasiswa bekerja berarti semakin rendah kematangan karir mahasiswa bekerja tersebut. 2. Kecerdasan Adversitas Kecerdasan adversitas adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat mengatasi suatu kesulitan, dengan karakteristik perilaku mampu mengontrol situasi sulit, menganggap sumber-sumber kesulitan berasal dari luar diri, memiliki tanggung jawab dalam situasi sulit,

3 mampu membatasi pengaruh situasi sulit dalam aspek kehidupan, dan bertahan saat menghadapi situasi sulit. Kecerdasan adversitas akan diukur dengan Skala Kecerdasan Adversitas yang dikembangkan dari empat dimensi kecerdasan adversitas yang diungkapkan oleh Stoltz (2000), yaitu: control, origin dan ownership, reach, serta endurance. Skala Kecerdasan Adversitas akan diisi oleh mahasiswa bekerja. Nilai total merupakan petunjuk tinggi rendahnya kecerdasan adversitas yang dimiliki mahasiswa bekerja. Semakin tinggi nilai yang dicapai mahasiswa bekerja berarti semakin tinggi kecerdasan adversitas mahasiswa bekerja tersebut. Sebaliknya, semakin rendah nilai yang dicapai mahasiswa bekerja berarti semakin rendah kecerdasan adversitas mahasiswa bekerja tersebut. 3. Mahasiswa bekerja Mahasiswa bekerja adalah individu dengan usia tahun yang memiliki kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi dan melakukan aktivitas kerja di luar jam perkuliahan selama jam dalam seminggu untuk memperoleh penghasilan dan memenuhi kebutuhan baik fisik, sosial, prestasi dan pengetahuan. C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel a. Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti (Sugiarto, 2003). Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa USU. Adapun karakteristik populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

4 1. Mahasiswa bekerja Menurut Rice (2008) tugas mahasiswa adalah menuntut ilmu setinggi-tingginya di perguruan tinggi guna mempersiapkan diri untuk memiliki karir yang mempunyai konsekuensi ekonomi dan finansial. Salah satu bentuk persiapan karir yang dapat dilakukan oleh mahasiswa adalah dengan bekerja sambilan. 2. Usia tahun Super (dalam Savickas, 2002) mengatakan bahwa tahap perkembangan karir individu yang berusia tahun berada pada tahap exploration tepatnya sub tahap transition. Tugas individu yang berada pada sub tahap ini adalah mengembangkan pemahaman yang nyata tentang bakat dan kemampuan yang dimiliki, mempersiapkan diri dan memilih pekerjaan. Pada sub tahap ini juga individu mencoba bekerja secara formal melalui bekerja sambilan. 3. Jadwal kerja Ronen (1981) menyatakan bahwa jadwal kerja paruh waktu yang dilakukan oleh mahasiswa adalah selama jam dalam seminggu. Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian atau yang dikenal dengan sebutan sampel. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang ingin diteliti, karakteristik subjek penelitian sebenarnya merupakan gambaran dari populasi yang diteliti dan sampel yang diambil harus memenuhi karakteristik tersebut karena diambil dari populasi tersebut (Sugiarto, 2003). b. Jumlah sampel dan teknik Pengambilan Sampel

5 Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2000). Peneliti menemui subjek yang diperkirakan memenuhi karakteristik sampel yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebelum skala diberikan, peneliti memastikan dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan karakteristik sampel. Bila memenuhi karakteristik yang telah ditentukan maka subjek dapat menjadi subjek penelitian. Menurut Azwar (2004), jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Kekuatan tes akan meningkat seiring dengan meningkatkan jumlah sampel, maka jumlah yang direncanakan dalam penelitian ini sebanyak 180 orang, dimana 100 orang sampel yang dilibatkan dalam proses try out, dan 80 orang lainnya adalah sampel yang digunakan untuk penelitian. D. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode skala. Skala yaitu suatu metode pengumpulan data yang berisikan suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis (Hadi, 2000). Skala merupakan kumpulan pernyataanpernyataan mengenai suatu objek. Skala merupakan suatu bentuk pengukuran terhadap performansi tipikal individu yang cenderung dimunculkan dalam bentuk respon terhadap situasisituasi tertentu yang sedang dihadapi (Azwar, 2006). Hadi (2000) menyatakan bahwa skala dapat digunakan dalam penelitian berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

6 2. Apa yang dinyatakan oleh subjek dalam penelitian adalah benar dan dapat dipercaya. 3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya sama dengan yang dimaksudkan peneliti. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Kematangan Karir dan Skala Kecerdasan Adversitas yang diberikan kepada mahasiswa bekerja, dengan menggunakan 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Penilaian bergerak dari 4 sampai 1 untuk item-item favourable dan 1 sampai 4 untuk item-item unfavourable. Berikut ini adalah daftar penilaian untuk tiap skala : Tabel 1 Daftar penilaian skala Bentuk Pernyataan Nilai SS S TS STS Favorable Unfavorable Semakin tinggi nilai yang diperoleh mahasiswa bekerja dalam Skala Kematangan Karir, maka semakin tinggi kematangan karir mahasiswa bekerja dan semakin rendah nilai yang diperoleh mahasiswa bekerja, maka semakin rendah kematangan karir mahasiswa bekerja. Begitu juga dengan Skala Kecerdasan Adversitas, semakin tinggi nilai yang diperoleh mahasiswa bekerja dalam Skala Kecerdasan Adversitas maka semakin tinggi kecerdasan adversitas mahasiswa bekerja dan semakin rendah nilai yang diperoleh mahasiswa bekerja maka semakin rendah kecerdasan adversitas mahasiswa bekerja.

7 1. Skala kematangan karir Skala ini disusun berdasarkan dimensi kematangan karir yaitu career planning, career exploration, career decision making, dan world of work information. Berikut adalah blue print skala kematangan karir.

8 Tabel 2 Blue print Skala Kematangan Karir No. Dimensi Indikator Prilaku Jenis Aitem Fav Unfav Jlh % 1. Career Percaya diri ,4 planning Belajar dari ,4 pengalaman Merencanakan 21,31 26,36 4 8,7 karir Mempersiapkan 2,12,41 7,17, Career exploration diri Memperoleh informasi Menggunakan kesempatan 3,8,22,32,37 13,27, , ,4 3. Career decision Mengambil keputusan 28,38 33,43 4 8,7 making Mandiri 4,14,24,34 9,19,29, ,4 4. World of work information Mengetahui jenis-jenis pekerjaan Mengetahui cara untuk 10,20,44 5,15, ,40 35, ,7

9 memperoleh sukses Jumlah Skala kecerdasan adversitas Skala ini disusun berdasarkan dimensi kecerdasan adversitas yaitu control, origin dan ownership, reach, dan endurance. Berikut adalah blue print skala kecerdasan adversitas. Tabel 3 Blue print Skala Kecerdasan Adversitas No Dimensi Indikator Prilaku Aitem Fav Unfav Jlh % 1. Control Mengendalikan diri 2,6,7,16, 30,9 saat kesulitan menghadapi 1,11,12,21,27,36,41,46,51 17,22,26, Origin a. Merasa bersalah secara berlebihan 32,42,52 3,8,13,18, 23,37, ,2 dan ownership Bertanggung jawab 14,5 terhadap tindakan yang 9,28,33,43,53 4,38,48 8 dilakukan 3. Reach Membatasi pengaruh situasi sulit terhadap aktivitas kehidupan 10,14,20,24, 34,44,54 5,15,19, 25,29,39, 49, 14 25,5 4. Endurance Bertahan saat 30,50 35,40,45, 6 10,9

10 mengadapi kesulitan 55 Jumlah E. Validitas, Uji Daya Beda dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes tersebut. Isi tes harus tetap relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran. Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistik tetapi menggunakan validitas rasional (Azwar, 2004). Pengujian validitas isi menggunakan analisis rasional atau lewat professional judgment. Pertama sekali aspek-aspek dan karakteristik yang akan diukur ditentukan terlebih dahulu. Selanjutnya peneliti akan menyusun aitem-aitem yang mengacu pada blue print yang telah dibuat sebelumnya. Setelah itu, peneliti meminta pertimbangan professional judgment sebelum aitemaitem dijadikan alat ukur. 2. Uji daya beda Prosedur seleksi aitem hendaknya dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian reliabilitas, dengan cara menguji karakteristik masing-masing aitem yang menjadi bagian tes yang bersangkutan. Aitem-aitem yang tidak memenuhi syarat kualitas yang baik tidak boleh diikutkan menjadi bagian tes (Azwar, 2004). Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk

11 melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya sesuai dengan fungsi ukur skala sebagaimana dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2006). Pengujian daya beda aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi nilai aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi nilai skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (r it ) yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan r it 0,3. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,3, daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki nilai r it kurang dari 0,3 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah (Azwar, 2006). Pernyataan-pernyataan pada skala diuji daya beda aitemnya dengan menghitung antara nilai aitem dengan nilai total skala. Teknik statistika yang digunakan adalah koefisiensi Pearson Product Moment. Formulasi koefisien korelasi Pearson Product Moment digunakan bagi tes-tes yang setiap aitem diberi nilai kontinyu. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara nilai aitem dengan nilai skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasi rendah mendekati angka nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik (Azwar, 2006). Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 14.0 for windows. 3. Uji reliabilitas Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2004). Untuk menguji reliabilitas dari aitem-aitem yang ada digunakan formula Alpha Cronbach melalui bantuan SPSS 14.0 for windows. Reliabilitas

12 dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r xx ) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya semakin rendah koefisien reliabilitas mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. F. Hasil Uji Coba Alat Ukur 1. Skala kematangan karir Uji coba skala kematangan karir dilakukan terhadap 100 mahasiswa bekerja berusia tahun. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala kecerdasan adversitas akan dijelaskan pada tabel 4. Tabel 4 Distribusi aitem-aitem hasil uji coba Skala Kematangan Karir No. Dimensi Indikator Prilaku Jenis Aitem Fav Unfav Jlh % 1. Career Percaya diri ,2 planning Belajar dari pengalaman Merencanakan ,2 karir Mempersiapkan 41 7, ,5 2. Career exploration diri Memperoleh informasi 37 27, ,5 Menggunakan ,4

13 kesempatan 3. Career decision Mengambil keputusan ,2 making Mandiri 14,24,34 19, ,8 Mengetahui 16,6 4. World of work information jenis-jenis pekerjaan Mengetahui cara untuk memperoleh 10,44 15, ,40 35, ,6 sukses Jumlah Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 46 aitem skala kematangan karir diperoleh 24 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (r it 0,3). Jumlah aitem yang dijadikan alat ukur penelitian adalah sejumlah 24 aitem dengan koefisien alpha sebesar 0,864. Koefisien korelasi aitem-aitem yang reliabel berkisar 0,320 hingga 0,559. Pada skala di atas akan dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur dan tidak terpilih, tidak diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem skala yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

14 Tabel 5 Distribusi aitem-aitem Skala Kematangan Karir No. Dimensi Indikator Prilaku Fav Jenis Aitem Unfav Jlh % 1. Career Percaya diri ,2 planning 2. Career exploration Belajar dari pengalaman Merencanakan karir Mempersiapkan diri Memperoleh informasi Menggunakan kesempatan ,2 20 2, , , , ,4 3. Career decision Mengambil keputusan ,2 making Mandiri 4,9,15 7, ,8 World of Mengetahui 16,6 4. work information jenis-jenis pekerjaan 3,22 5,10 4 Mengetahui 13,19 16, ,6

15 cara untuk memperoleh sukses Jumlah Skala kecerdasan adversitas Uji coba skala kecerdasan adversitas dilakukan terhadap 100 mahasiswa bekerja berusia tahun. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala kecerdasan adversitas akan dijelaskan pada tabel 6. Tabel 6 Distribusi aitem-aitem hasil uji coba Skala Kecerdasan Adversitas No Dimensi Indikator Prilaku Aitem Fav Unfav Jlh % 1. Control Mengendalikan diri saat menghadapi kesulitan 11,21,41,46,5 1 3,6,7,16,1 7,27,26, ,1 2. Origin b. Merasa bersalah secara berlebihan dan ownership Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan 3. Reach Membatasi pengaruh situasi sulit terhadap aktivitas kehidupan 3,8,13, ,33,43,53 4,38, ,34,44,54 5,25,39, ,5 18,9 21,6

16 4. Endurance Bertahan saat mengadapi kesulitan 30 35,40, ,8 Jumlah Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 55 aitem skala kekecerdasan adversitas diperoleh diperoleh 37 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (r it 0,3). Jumlah aitem yang dijadikan alat ukur penelitian adalah sejumlah 37 aitem dengan koefisien alpha sebesar 0,900. Koefisien korelasi aitem-aitem yang reliabel berkisar 0,300 hingga 0,637. Pada skala di atas akan dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur dan tidak terpilih, tidak diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem skala yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada berikut : Tabel 7 Distribusi aitem-aitem Skala Kecerdasan Adversitas No Dimensi Indikator Prilaku Aitem Fav Unfav Jlh % 1. Control Mengendalikan diri saat menghadapi kesulitan 9,13,26,29,33 1,5,6,11,1 2,14,16, ,1 2. Origin c. Merasa bersalah secara berlebihan dan ownership Bertanggung jawab terhadap tindakan yang 2,7,10, ,20,27,35 3,23, ,5 18,9

17 dilakukan 3. Reach Membatasi pengaruh 21,6 situasi sulit terhadap 8,21,28,36 4,15,24,32 8 aktivitas kehidupan 4. Endurance Bertahan saat mengadapi kesulitan 18 22,25, ,8 Jumlah G. Prosedur Penelitian Peneliti perlu melakukan tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pengolahan data sebelum melaksanakan penelitian di lapangan. 1. Tahap persiapan penelitian Tahap persiapan yang dilakukan oleh peneliti mencakup: a. Pembuatan alat ukur Tahap persiapan penelitian diawali dengan menyusun alat ukur penelitian. Alat ukur yang digunakan terdiri dari dua buah skala yaitu Skala Kematangan Karir dan Skala Kecerdasan Adversitas. Pembuatan alat ukur Skala Kematangan Karir dan Skala Kecerdasan Adversitas dimulai dengan mengkaji teori-teori maupun hasil penelitian yang berkaitan dan dilanjutkan dengan membuat indikator-indikator dari setiap dimensi untuk memudahkan dalam penjabarannya. Penyusunan skala ini dilakukan dengan membuat blue print dan kemudian dioperasionalisasikan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Setelah aitem tersusun, peneliti meminta penilaian ahli yaitu pada dosen pembimbing dan dosen statistika untuk mendiskusikan apakah aitem yang telah dibuat dapat diterima oleh subjek penelitian secara umum.

18 b. Uji Coba Alat Ukur Alat ukur penelitian terlebih dahulu diujicobakan. Alat ukur diberikan kepada 100 mahasiswa bekerja berusia tahun. Uji coba dilakukan dari tanggal 1 April 9 April c. Revisi Alat Ukur Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur, maka peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dengan bantuan aplikasi program SPSS 14.0 for windows. Setelah diketahui aitem-aitem yang memenuhi validitas dan reliabilitas, maka kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut menjadi alat ukur yang dapat digunakan untuk mengambil data penelitian (Azwar, 2004). 2. Tahap pelaksanaan penelitian Pelaksanaan penelitian diadakan dengan menyebarkan skala pada mahasiswa bekerja yang telah memenuhi karakteristik populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Para mahasiswa bekerja diberikan Skala Kematangan Karir dan Skala Kecerdasan Adversitas. Skala disebarkan kepada mahasiswa bekerja berusia tahun pada tanggal 18 April 24 April Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 orang. 3. Tahap pengolahan data Pengolahan data dilakukan setelah diperoleh hasil nilai Skala Kematangan Karir dan Skala Kecerdasan Adversitas. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS Versi 14.0 for windows.

19 H. Metode Analisis Data Data-data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Teknik ini dapat digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan keeratan hubungan antar dua variabel (Hadi, 2000). Keseluruhan analisa data dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputerisasi SPSS 14.0 for windows. Menurut Hadi (2000) uji asumsi seperti uji normalitas dan uji linieritas dilakukan sebelum menguji hipotesis dengan menggunakan statistika parametrik, sebagai berikut: 1. Uji normalitas Uji normalitas adalah pengujian bahwa sampel yang dihadapi adalah berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program komputer SPSS 14.0 for windows. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p > 0,05 dan sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak normal (Hadi, 2000). 2. Uji Linearitas Uji linieritas hubungan digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung serta untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Apabila penyimpangan tersebut tidak signifikan maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan linier. Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji F dengan bantuan program komputer SPSS 14.0 for windows. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara

20 variabel bebas dengan variabel tergantung adalah jika p < 0,05 maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan linier, sebaliknya jika p > 0,05 berarti hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan tidak linier (Hadi, 2000). Apabila uji asumsi terpenuhi, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis.

21 BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan menguraikan analisa data dan pembahasan, yang diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dan pembahasan. A. Gambaran Subjek Penelitian Populasi penelitian ini adalah mahasiswa bekerja berusia 18 sampai 21 tahun. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang. Berikut ini akan diuraikan, yaitu: 1. Berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan jenis kelamin, maka dapat digambarkan seperti yang terdapat pada tabel 8. Tabel 8 Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki 33 41,25 Perempuan 47 58,75 Total Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah subjek yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Subjek yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 47 orang (58,75%) dan laki-laki berjumlah 33 orang (41,25%).

22 2. Berdasarkan usia Berdasarkan usia, maka dapat digambarkan seperti yang terdapat pada tabel 9. Tabel 9 Gambaran subjek berdasarkan usia Usia Frekuensi Persentase (%) , , ,25 Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah subjek yang berusia 21 tahun paling banyak dalam penelitian ini. Subjek yang berusia 18 tahun berjumlah 5 orang (6,25%), usia 19 tahun berjumlah 22 orang (27,5%), usia 20 tahun berjumlah 20 orang (25%), dan usia 21 tahun berjumlah 33 orang (41,25%). 3. Berdasarkan waktu bekerja Berdasarkan lama bekerja, maka dapat digambarkan seperti yang terdapat pada tabel 10. Tabel 10 Gambaran subjek berdasarkan waktu bekerja Waktu bekerja Frekuensi Persentase (%) jam / minggu 14 17, jam / minggu 9 11, jam / minggu jam / minggu 41 51,25

23 Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah subjek yang bekerja dalam waktu jam / minggu paling banyak dalam penelitian ini. Subjek yang bekerja selama jam / minggu berjumlah 14 orang (17,5%), bekerja selama jam / minggu berjumlah 9 orang (11,25%), bekerja selama jam / minggu berjumlah 16 orang (20%), dan bekerja selama jam / minggu berjumlah 41 orang (51,25%). 4. Berdasarkan fakultas Berdasarkan fakultas, maka dapat digambarkan seperti yang terdapat pada tabel 11. Tabel 11 Gambaran subjek berdasarkan fakultas Fakultas Frekuensi Persentase (%) Ekonomi 22 27,5 Fisip 21 26,25 Hukum 18 22,5 Psikologi 19 23,75 Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah subjek yang kuliah di Fakultas Ekonomi paling banyak dalam penelitian ini. Subjek yang kuliah di Fakultas Ekonomi berjumlah 22 orang (27,5%), kuliah di Fakultas Fisip berjumlah 21 orang (26,25%), kuliah di Fakultas Hukum berjumlah 18 orang (22,5%), dan kuliah di Fakultas Psikologi berjumlah 19 orang (23,75%). B. Uji Asumsi Penelitian Syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum data dianalisa adalah uji asumsi normalitas sebaran pada kedua variabel penelitian, baik variabel bebas (kecerdasan adversitas) maupun variabel tergantung (kematangan karir). Selain itu, juga terdapat uji linearitas untuk

24 mengetahui bentuk korelasi antara masing-masing variabel. Pengujian asumsi dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 14.0 for Windows 1. Uji normalitas sebaran Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode One Sample Kolmogorov Smirnov. Kaidah yang digunakan yaitu jika p > 0,05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p < 0,05 maka sebaran tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 12 berikut. Tabel 12 Hasil Uji Normalitas Variabel Nilai Z Nilai p Keterangan Kecerdasan Adversitas 0,736 0,651 Sebaran normal Kematangan Karir 0,842 0,478 Sebaran normal Sebaran untuk skala kecerdasan adversitas diperoleh Z = 0,736 dengan p = 0,651, menunjukkan sebaran normal. Sebaran untuk skala kematangan karir diperoleh Z = 0,842 dengan p = 0,478 menunjukkan sebaran normal. 2. Uji Linieritas Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel bebas (kecerdasan adversitas) dan variabel tergantung (kematangan karir) memiliki hubungan linear. Berdasarkan hasil uji linieritas antara kedua variabel tersebut menggunakan uji F = 35,728 dan p < 0,05 (p = 0,000), maka dapat disimpulkan bahwa variabel kecerdasan adversitas memiliki hubungan yang linier dengan variabel kematangan karir.

25 C. Hasil Penelitian 1. Korelasi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi pearson product moment dengan bantuan program komputer SPSS 14.0 for windows. Hasil pengujian statistik yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 13 Korelasi antara kecerdasan adversitas dengan kematangan karir mahasiswa bekerja Kecerdasan Adversitas Kematang ankarir KecerdasanAdversi tas Pearson Correlation 1,579(**) Sig. (1-tailed),000 N KematanganKarir Pearson Correlation,579(**) 1 Sig. (1-tailed),000 N Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,579 dengan taraf signifikansi (p) sebesar 0,000 sehingga p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa nol (H0) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima. Hipotesa penelitian ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan adversitas dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja.

26 Berdasarkan nilai r² yang diperoleh yaitu 0,335 dan dapat dikatakan sumbangan efektif kecerdasan adversitas terhadap kematangan karir pada mahasiswa bekerja sebesar 33,5%. 2. Kategorisasi Data a. Kategorisasi data Kecerdasan adversitas Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa nilai populasi terdistribusi normal dan jumlah subjek termasuk dalam kategori besar, maka dilakukan pengkategorisasian data kecerdasan adversitas dengan menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal). Deskripsi nilai empirik dan hipotetik data dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 14 Deskripsi nilai empirik dan hipotetik data Kecerdasan adversitas Variabel Nilai Empirik Nilai Hipotetik Min Max Mean SD Min Max Mean SD Kecerdasan ,18 8, ,5 185 adversitas Berdasarkan tabel 14 diperoleh mean empirik untuk skala kecerdasan adversitas sebesar 116,18 dengan SD empirik sebesar 8,850, sedangkan untuk mean hipotetik sebesar 92,5 dengan SD hipotetik sebesar 185. Hasil perbandingan antara nilai mean empirik dengan nilai mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik. Hasil ini menunjukkan bahwa kecerdasan adversitas subjek penelitian lebih tinggi daripada rata-rata kecerdasan adversitas populasi umumnya. Data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma tertentu. Kategorisasi data kecerdasan adversitas beserta persentase dapat dilihat pada tabel berikut :

27 Tabel 15 Rentang nilai X < (µ-1,0б) (µ-1,0б) X < (µ+1,0б) (µ+1,0б) X Kategori Rendah Sedang Tinggi Berdasarkan mean hipotetik kecerdasan adversitas adalah 92,5 dengan SD 185 sehingga kategorisasi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 16 Kategorisasi data kecerdasan adversitas Rentang nilai Kategori Jumlah (N) Persentase (%) X < 50 Rendah X < 75 Sedang 21 26,25 75 X Tinggi 59 73, Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa, tidak ada subjek penelitian termasuk dalam kategori rendah, 21 orang subjek (26,25%) termasuk dalam kategori sedang, dan 59 orang subjek (73,75%) penelitian termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat kecerdasan adversitas tinggi. b. Kategorisasi data kematangan karir Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa nilai populasi terdistribusi normal dan jumlah subjek termasuk dalam kategori besar, maka dilakukan pengkategorisasian data

28 kematangan karir dengan menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal). Deskripsi nilai empirik dan hipotetik data dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 17 Deskripsi nilai empirik dan hipotetik data kematangan karir Variabel Nilai Empirik Nilai Hipotetik Min Max Mean SD Min Max Mean SD Kematangan ,53 6, karir Berdasarkan tabel 17 diperoleh mean empirik untuk skala kematangan karir sebesar 75,53 dengan SD empirik sebesar 6,242, sedangkan untuk mean hipotetik sebesar 60 dengan SD hipotetik sebesar 12. Hasil perbandingan antara nilai mean empirik dengan nilai mean hipotetik menunjukkan bahwa mean hipotetik lebih besar dari mean empirik. Hasil perbandingan antara nilai mean empirik dengan nilai mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik. Hasil ini menunjukkan bahwa kematangan karir subjek penelitian lebih tinggi daripada rata-rata kematangan karir populasi umumnya. Data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma tertentu. Kategorisasi data kematangan karir beserta persentase dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 18 Rentang nilai X < (µ-1,0б) (µ-1,0б) X < (µ+1,0б) (µ+1,0б) X Kategori Rendah Sedang Tinggi

29 Berdasarkan mean hipotetik kematangan karir adalah 60 dengan SD 12 sehingga kategorisasi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 19 Kategorisasi data Kematangan karir Rentang nilai Kategori Jumlah (N) Persentase (%) X < 66 Rendah X < 99 Sedang 22 27,5 99 X Tinggi 58 72, Berdasarkan tabel 19 dapat diketahui bahwa, tidak ada subjek penelitian termasuk dalam kategori rendah, 22 orang subjek (27,5%) termasuk dalam kategori sedang, dan 58 orang subjek (72,5%) penelitian termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti subjek penelitian memiliki tingkat kematangan karir tinggi. Hasil dari pengkategorisasian kedua variabel penelitian dapat dimasukkan dalam tabel penyebaran variabel dalam bentuk matriks kategorisasi yang ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 20 Matriks kategorisasi variabel kecerdasan adversitas dengan kematangan karir Kematangan karir Kecerdasan Rendah Sedang Tinggi adversitas Jumlah % Jumlah % Jumlah % Subjek Subjek Subjek Rendah 0 0% 0 0% 0 0% Sedang 0 0% 21 26,25% 0 0%

30 Tinggi 0 0% 1 1,25% 58 72,5% 61 (100%) Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui bahwa kecerdasan adversitas yang dimiliki mahasiswa bekerja pada kategori tinggi dengan kematangan karir pada kategori tinggi sebanyak 72,5%. Kecerdasan adversitas yang dimiliki mahasiswa bekerja pada kategori sedang dengan kematangan karir pada ketegori sedang sebesar 26,25%. Kecerdasan adversitas yang dimiliki mahasiswa bekerja pada kategori tinggi, sedangkan kematangan karir yang dimiliki pada kategori sedang sebanyak 1,25%. D. Hasil Tambahan 1. Kecerdasan adversitas ditinjau dari jenis kelamin Hasil uji statistik ditinjau dari jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21 Kecerdasan adversitas ditinjau dari jenis kelamin Jenis Kelamin N M F P Laki-laki ,58 2,844 0,096 Perempuan ,30 Berdasarkan t-tes diperoleh nilai p sebesar 0,096 (p > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kecerdasan adversitas jika ditinjau dari jenis kelamin. Dari tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai mean yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada nilai mean yang berjenis kelamin laki-laki.

31 2. Kematangan karir ditinjau dari jenis kelamin Hasil uji statistik ditinjau dari jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 22. Tabel 22 Kematangan karir ditinjau dari jenis kelamin Jenis Kelamin N M F P Laki-laki 33 73,48 1,589 0,211 Perempuan 47 75,26 Berdasarkan t-tes diperoleh nilai p sebesar 0,211 (p > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karir jika ditinjau dari jenis kelamin. Dari tabel 22 dapat dilihat bahwa nilai mean yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada nilai mean yang berjenis kelamin laki-laki. 3. Kematangan karir ditinjau dari usia Hasil uji statistik ditinjau dari usia dapat dilihat pada tabel 23. Tabel 23 Kematangan karir ditinjau dari usia Usia N M SL F P ,20 2,626 0,830 0, , , ,45

32 Berdasarkan uji homogenitas diperoleh nilai statistik levene sebesar 2,626 (p > 0,05) yang menunjukkan sampel bersifat homogen. Berdasarkan uji ANOVA diperoleh nilai p sebesar 0,830 (p > 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karir jika ditinjau dari usia. Dari tabel 24 dapat dilihat bahwa nilai mean subjek tertinggi berada pada subjek yang berusia 21 tahun, kemudian diikuti nilai mean subjek yang berusia 18 tahun, nilai mean subjek yang berusia 19 tahun, dan nilai mean subjek yang berusia 20 tahun. 5. Dimensi kecerdasan adversitas Tabel 25 Kategorisasi nilai kecerdasan adversitas subjek berdasarkan dimensi Dimensi Rentang nilai Kategori Jumlah Persentase Control X < 26 Rendah X < 39 Sedang 29 36,25 39 X Tinggi 51 63,75 Origin X < 10 Rendah X < 15 Sedang 10 12,5 15 X Tinggi 70 87,5 Ownership X < 14 Rendah X < 21 Sedang 23 28,75 21 X Tinggi 57 71,25 Reach X < 16 Rendah X < 24 Sedang 23 28,75 24 X Tinggi 57 71,25 Endurance X < 8 Rendah 0 0

33 8 X < 12 Sedang 10 12,5 12 X Tinggi 70 87,5 Berdasarkan tabel 25 dapat diketahui bahwa tidak ada subjek yang termasuk dalam kategori rendah dan secara garis besar semua subjek berada dalam kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa 70 subjek (87,5%) berada dalam kategori tinggi dan 10 subjek (12,5%) berada dalam kategori sedang pada dimensi origin dan endurance. Pada dimensi ownership dan reach terdapat 57 subjek (71,25%) berada dalam kategori tinggi dan 23 subjek (28,75%) berada dalam kategori sedang. Pada dimensi control terdapat 51 subjek (63,75%) termasuk dalam kategori tinggi, dan 29 subjek termasuk dalam kategori sedang (36,25%). 6. Dimensi kematangan karir Tabel 26 Kategorisasi nilai kematangan karir subjek berdasarkan dimensi Dimensi Rentang nilai Kategori Jumlah Persentase Career planning X < 10 Rendah X < 15 Sedang X Tinggi Career exploration X < 10 Rendah X < 15 Sedang 10 12,5 15 X Tinggi 70 87,5 Career decision making X < 3 Rendah X < 15 Sedang 2 2,5 15 X Tinggi 78 97,5

34 World of work information X < 16 Rendah X < 24 Sedang X Tinggi Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa tidak ada subjek penelitian yang termasuk dalam kategori rendah dan secara garis besar semua subjek berada dalam kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa 78 subjek (97,5%) termasuk dalam kategori tinggi dan 2 subjek (2,5%) termasuk dalam kategori sedang pada dimensi carer decision making. Pada dimensi career exploration terdapat 70 subjek (87,5%) termasuk dalam kategori tinggi dan 10 subjek (12,5%) termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa terdapat 64 subjek (80%) termasuk dalam kategori tinggi dan 16 subjek (20%) termasuk dalam kategori sedang pada dimensi world of work information. Pada dimensi career planning terdapat 48 subjek (60%) termasuk dalam kategori tinggi dan 32 subjek (40%) termasuk dalam kategori sedang. E. Pembahasan Hasil pengujian hipotesa menyatakan bahwa Ha diterima. Hasil pengujian korelasi sebesar r = 0,579 dengan p = 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara kecerdasan adversitas dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja. Kualitas keterkaitan antara kecerdasan adversitas terhadap kematangan karir pada mahasiswa bekerja sebesar 0,579. Menurut Hadi (2000), jika nilai r sebesar 0,579 maka dapat dinyatakan bahwa hubungan kecerdasan adversitas dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja memiliki korelasi sedang atau cukup. Sumbangan efektif kecerdasan adversitas terhadap kematangan karir

35 pada mahasiswa bekerja sebesar 33,5%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 66,5% sumbangan faktor lain yang dapat mempengaruhi kematangan karir mahasiswa bekerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan kecerdasan adversitas yang tinggi maka akan diikuti dengan kematangan karir yang tinggi juga. Begitu pula sebaliknya dengan kecerdasan adveristas yang rendah juga akan diikuti dengan kematangan karir yang rendah pula. Sehingga dapat dikatakan mahasiswa bekerja yang memiliki kematangan karir tinggi dan kecerdasan adversitas yang tinggi akan dapat menentukan pilihan karirnya dengan baik. Menurut Seligman (dalam Hawadi & Komandyahrini, 2008) menyebutkan beberapa ciri yang dapat menandai kematangan karir yang positif, yaitu meningkatnya selfawareness, meningkatnya pengetahuan mengenai pilihan yang relevan, meningkatnya kongruensi antara self-image (kemampuan, minat, nilai -nilai, kepribadian) dan tujuan karir, dan tujuan karir yang semakin realistis. Selain itu, juga ditandai dengan meningkatnya kompetensi untuk membuat perencanaan terkait karir dan kesuksesan karir, mengembangkan sikap positif terkait karir (orientasi terhadap pencapaian, kemandirian, penuh pertimbangan, komitmen, motivasi dan selfefficacy), serta bertambahnya kesuksesan dan kepuasan terhadap perkembangan karir dalam hidupnya. Sehingga dalam melaksanakan tugas perkembangan karir tentu para mahasiswa bekerja menghadapi hambatan. Kematangan karir mengandung makna bahwa mahasiswa mampu menyelesaikan tugas perkembangannya saat ini yaitu bekerja sambilan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Singg (2005) bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja memiliki kematangan karir dan tanggung jawab yang tinggi. Tanggung jawab adalah kesadaran individu tentang tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban (Adhika, 2004). Menurut Stoltz (2000) tanggung jawab termasuk dalam salah satu

36 dimensi kecerdasan adversitas yaitu ownership yang merupakan pengakuan terhadap akibatakibat yang ditimbulkan oleh kesulitan dan tanggung jawab, selain control, origin, reach dan endurance. Subjek yang berada dalam kategori tinggi pada kecerdasan adversitas berjumlah 59 orang (73,75%). Hal ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi adalah individu yang optimis, berpikir, bertindak secara tepat dan bijaksana, mampu memotivasi diri sendiri, berani mengambil resiko, berorientasi pada masa depan, serta disiplin. Individu yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas tinggi termasuk dalam tipe climber. Climbers merupakan individu yang selalu melakukan usaha, tanpa memperhitungkan keuntungan atau kerugian, dan nasib buruk atau baik. Tipe ini benar-benar memahami tujuan atas apa yang akan dikerjakan, tahu bahwa terdapat manfaat jangka panjang dan usaha yang dilakukan sekarang ini akan memberikan keuntungan di kemudian hari (Stotlz, 2000). Climbers selalu menerima tantangan yang diberikan dan yakin bahwa segala hal dapat dan akan terlaksana, meskipun individu lain bersikap negatif dan sudah memutuskan bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi. Climbers juga merupakan individu yang gigih, ulet, tabah, introspeksi diri dan terus bertahan sehingga dapat menghadapi kesulitan dengan keberanian dan disiplin. Tipe ini juga menyambut baik kesempatan untuk bergerak maju dalam setiap usaha, terbiasa menghadapi situasi sulit karena mengerti bahwa kesulitan adalah bagian dari hidup sehingga menghindari kesulitan sama saja dengan menghindari kehidupan. Climbers dapat memotivasi diri sendiri, memiliki semangat tinggi, berjuang untuk mendapatkan yang terbaik dari hidup dan cenderung membuat segala hal terwujud. Tipe ini bersedia mengambil resiko, menghadapi tantangan, mengatasi rasa takut, mempertahankan visi, memimpin, dan bekerja keras hingga pekerjaan tersebut selesai (Stotlz, 2000).

37 Subjek yang berada dalam kategori sedang pada kecerdasan adversitas berjumlah 21 orang (26,25%). Individu yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas sedang termasuk dalam tipe campers. Campers merupakan tipe individu yang menunjukkan sejumlah usaha dan inisiatif tetapi cepat puas dalam mencapai kesuksesan sehingga mengakhiri usaha yang telah dilakukan. Tipe ini akan bekerja keras dalam hal apa pun agar merasa aman hingga mencapai tingkat tertentu tetapi tidak mau mengembangkan diri dan mempunyai kemampuan terbatas dalam menghadapi kesulitan (Stotlz, 2000). Campers menjalani kehidupan yang tidak menyenangkan karena sudah merasa cukup puas dengan apa yang telah dicapai dan mengorbankan kemungkinan untuk melihat atau mengalami apa yang masih mungkin terjadi. Campers melepaskan kesempatan untuk maju, yang sebenarnya dapat dicapai jika usaha yang dimiliki mampu diarahkan dengan semestinya dan tidak memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga kurang berhasil dalam berprestasi. Motivasi tipe ini adalah rasa takut dan kenyamanan (Stotlz, 2000). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua dimensi kecerdasan adversitas berada pada kategori tinggi. Dimensi origin dan endurance berada pada urutan pertama. Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu termasuk mahasiswa bekerja pernah mengalami masa-masa sulit, menganggap kesulitan berasal dari pihak luar dan belajar dari kesalahan yang telah dilakukan. Mahasiswa bekerja juga optimis, menganggap kesulitan dan penyebab kesulitan sebagai hal yang bersifat sementara, cepat berlalu, dan kecil kemungkinan akan terjadi lagi serta memandang kesuksesan sebagai hal yang berlangsung terus menerus atau bahkan permanen (Stotlz, 2000). Dimensi ownership dan reach berada pada urutan kedua yang menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja bersedia bertanggung jawab dan mengakui akibat dari tindakan yang

38 dilakukan dan kesulitan yang dihadapi tidak akan mempengaruhi sisi lain kehidupan, merespon peristiwa buruk sebagai hal yang khusus dan terbatas. Dimensi control berada pada urutan akhir. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja mampu mengendalikan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, menemukan cara untuk menghadapi kesulitan, pantang menyerah, dan cepat tanggap dalam mencari penyelesaian (Stotlz, 2000). Hasil penelitian ini juga menunjukkan tidak ada perbedaan kecerdasan adversitas antara laki-laki dan perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan penyataan (Stotlz, 2000) yang menyatakan bahwa perempuan memiliki tingkat kecerdasan adversitas yang lebih rendah daripada laki-laki. Subjek yang berada dalam kategori tinggi pada kematangan karir berjumlah 58 orang (72,5%). Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan tingkat kematangan karir yang tinggi memiliki kemandirian, mampu membuat pilihan pekerjann yang sesuai dengan minat dan kemampuan; mampu memperoleh informasi mengenai dunia kerja, menggunakan kesempatan dan informasi yang berpotensial seperti orangtua, teman, dosen, dan konselor; memiliki pengetahuan tentang jenis pekerjaan, cara memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peran dalam dunia kerja; dan memiliki kepercayaan diri, serta ikut berpartisipasi dalam aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan (Super dalam Watkins & Campbell, 2000). Subjek yang berada dalam kategori sedang pada kematangan karir berjumlah 22 orang (27,5%). Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan tingkat kematangan karir yang sedang masih kurang memiliki kemandirian, belum cukup mampu membuat pilihan pekerjann yang sesuai dengan minat dan kemampuan; merasa cukup memiliki informasi mengenai dunia kerja, kurang memanfaatkan kesepatan dan informasi yang berpotensial seperti orangtua, teman, dosen, dan konselor; merasa cukup memiliki pengetahuan tentang jenis pekerjaan, kurang mengetahui cara memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peran dalam dunia kerja; dan kurang

39 memiliki kepercayaan diri, serta kurang ikut berpartisipasi dalam aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan (Super dalam Watkins & Campbell, 2000). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua dimensi kematangan karir berada pada kategori tinggi. Dimensi career decision making berada pada urutan pertama. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja memiliki kemandirian, membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, kemampuan untuk menggunakan metode dan prinsip pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah termasuk memilih pendidikan dan pekerjaan serta juga menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja siap mengambil keputusan. Dimensi career exploration berada pada urutan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiwa bekerja berusaha untuk memperoleh informasi mengenai dunia kerja serta menggunakan kesempatan dan sumber informasi yang berpotensial seperti orangtua, teman, guru, dan konselor Super (dalam Watkins & Campbell, 2000). Dimensi world of word information berada pada urutan ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja tahu cara untuk memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peranperan dalam dunia pekerjaan serta dengan wawasan yang luas dapat menggunakan informasi pekerjaan untuk diri sendiri dan mulai menetapkan bidang serta tingkat pekerjaan. Dimensi career planning berada pada urutan terakhir yang menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja memiliki kepercayaan diri, menyadari bahwa dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan pekerjaan, dan mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut dan ikut berpartisipasi dalam aktivitas perencanaan karir yaitu belajar tentang informasi karir, berbicara dengan orang dewasa tentang rencana karir, mengikuti kursus dan pelatihan yang akan membantu dalam menentukan karir, berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler dan bekerja paruh waktu (Super, dalam Watkins & Campbell, 2000).

40 Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karir laki-laki dan perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan penyataan Naidoo (1998) yang menyatakan bahwa perempuan memiliki nilai kematangan karir yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena wanita lebih rentan dalam memandang konflik peran sebagai hambatan dalam proses perkembangan karir, dan kurang mampu untuk membuat keputusan karir yang tepat dibandingkan dengan laki-laki. Namun, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hawadi dan Komandyahrini (2008) yang mengungkapkan bahwa pada tingkat SMA, tidak ditemukan perbedaan kematangan karir yang berarti antara laki -laki dan perempuan. Hasil serupa juga ditunjukkan oleh Ciptarini (2004) yang melakukam penelitian pada mahasiswa UI, yaitu laki-laki dan perempuan tidak memperlihatkan perbedaan kematangan karir yang berarti walaupun perempuan mempunyai nilai yang lebih tinggi. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karir jika dilihat dari tingkat pendidikan. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan hasil penelitian yang dilakukan oleh McCaffrey, Miller, dan Winstoa (dalam Naidoo, 1998) pada siswa junior, senior, dan alumni terdapat perbedaan dalam hal kematangan karir. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula kematangan karir yang dimiliki. Berdasarkan hasil matriks kategorisasi dalam penelitian ini yang menunjukkan kebanyakan mahasiswa bekerja memiliki kecerdasan adversitas dalam kategori tinggi dengan kematangan karir yang dicapai berada pada kategori tinggi yaitu 72,5%. Hal ini menunjukkan bahwa ketika kecerdasan adversitas berada pada kategori tinggi, mahasiswa bekerja juga memiliki kematangan karir pada kategori tinggi.

41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian dan dibagian akhir akan dijelaskan tentang saran-saran yang bersifat psikis dan metodologis yang dapat berguna untuk penelitian yang akan datang dengan menggunakan variabel yang sama dengan penelitian ini. A. KESIMPULAN 1. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara kecerdasan adversitas dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja dengan r = 0,579 dan p = 0, Sumbangan efektif kecerdasan adversitas terhadap kematangan karir pada mahasiswa bekerja dalam penelitian ini sebesar 33,5% dan 66,5% terdapat faktor lain dalam pembentukan kematangan karir. 3. Berdasarkan kategori data kecerdasan adversitas diketahui bahwa mahasiswa bekerja sebagian besar memiliki kecerdasan adversitas dalam kategori tinggi yaitu sebesar 73,75% (59 orang). 4. Berdasarkan kategori data kematangan karir diketahui bahwa mahasiswa bekerja sebagian besar memiliki kematangan karir berada dalam kategori tinggi yaitu sebesar 72,5% (58 orang). 5. Berdasarkan matriks kategorisasi, terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa bekerja di USU yang menjadi sampel penelitian ini memiliki kecerdasan adversitas pada kategori tinggi dan memiliki kematangan karir pada kategori tinggi sebesar 72,5%.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Variabel Tergantung : Kematangan karir pada remaja Variabel Bebas : 1. Self-Esteem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional, yaitu penelitian yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yang diprediksi memiliki hubungan. A. IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi jiwa, yaitu PT. Prudential Life Assurance (Prudential

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas kehidupan bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dan mengkorelasikan variabel tanpa melakukan treatmen selama

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dan mengkorelasikan variabel tanpa melakukan treatmen selama BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional, di sini penulis hanya bermaksud untuk mengumpulkan data dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku

Lebih terperinci

Hipotesa dalam penelitian ini adalah : ada hubungan antara keberfungsian. keluarga dengan kematangan emosi pada remaja laki-laki.

Hipotesa dalam penelitian ini adalah : ada hubungan antara keberfungsian. keluarga dengan kematangan emosi pada remaja laki-laki. Hipotesa dalam penelitian ini adalah : ada hubungan antara keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi pada remaja laki-laki. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam BAB 3 METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menekankan analisinya pada data-data numerikal (angka) tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identivikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi: desain penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada data- data numerical atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu variabel independent (bebas) dan variabel dependet (terikat).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang diamati, yaitu: b. Kecerdasan Adversitas

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang diamati, yaitu: b. Kecerdasan Adversitas BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang diamati, yaitu: 1. Variabel tergantung : Stres Kerja 2. Variabel bebas : a. Hardiness b. Kecerdasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional. Variabel Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data data numerical (angka) yang diolah dengan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. 2. Populasi Penelitian Populasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dengan merumuskan variabel penelitian melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di kampus program studi Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Metode penelitian korelasional digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 1. Variabel Penelitian Untuk menguji hipotesis penelitian, akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel yang diambil dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. analisis (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat penting karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan keputusan hasil penelitian. Pembahasan dalam metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Harga diri 2. Varibel bebas : a. Dukungan sosial b. Regulasi emosi B. Definisi Operasional 1. Harga Diri Harga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana

BAB II LANDASAN TEORI. Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana BAB II LANDASAN TEORI A. Kematangan Karir 1. Pengertian kematangan karir Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian kuantitatif, penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian kuantitatif, penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angkaangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu dukungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berbentuk data kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Survei (metode survei). Kasiram (2008) dalam bukunya Metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. Teknik analisis komparasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. Teknik analisis komparasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini bersifat komparasional. Desain komparasional menurut Arikunto (2010 ) menyebutkan bahwa penelitian membandingkan dua kejadian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y) BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Korelasi (hubungan) dalam penelitian ini, digunakan untuk melihat hubungan antar variabel yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai laporan pelaksanaan penelitian yang terdiri dari gambaran umum subjek, hasil uji validitas dan reliabilitas, uji normalitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16). 46 BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian mempunyai peranan yang penting dalam penelitian karena berhasil tidaknya pengujian suatu hipotesis sangat tergantung pada ketepatan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah 23 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah atau prosedur kerja sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif, maksud dari metode penelitian ini adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bandung, yang terletak di Jalan Pasir Kaliki Nomor 51. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Bandung, yang terletak di Jalan Pasir Kaliki Nomor 51. Pemilihan lokasi BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung, yang terletak di Jalan Pasir Kaliki Nomor 51. Pemilihan lokasi tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Menurut Sugiyono (2011), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2. Perilaku prososial. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2. Perilaku prososial. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang terdiri dari dua variabel penelitian yaitu variabel prediktor dan variabel kriterium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda ( Turmudi, 2008).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Karena dalam pengolahan data peneliti menggunakan perhitungan statistik yang telah baku dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Usman (1996:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai. 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara memecahkan persoalan dalam penelitian ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang digunakan (Sumadi Suryabrata, 000:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena kuliah sambil kerja banyak dijumpai di berbagai negara. Hal ini terjadi baik di negara berkembang maupun di negara maju yang telah mapan secara ekonomi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional (X) dengan efektivitas kinerja karyawan (Y),

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan studi korelasional yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi variabel-variabel penelitian. 1. Variabel tergantung : Persepsi terhadap penggunaan alat kontrasepsi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi variabel-variabel penelitian. 1. Variabel tergantung : Persepsi terhadap penggunaan alat kontrasepsi BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi variabel-variabel penelitian 1. Variabel tergantung : Persepsi terhadap penggunaan alat kontrasepsi 2. Variabel bebas : Komunikasi efektif bidan-pasien B. Definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif yang berangkat dari persoalan-persoalan umum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. (dependent variabel) dan variabel bebas (independent variabel).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. (dependent variabel) dan variabel bebas (independent variabel). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Hadi (1996) mengemukakan variabel adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran penyelidikan menunjukkan variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperanan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperanan dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperanan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan deskriptif korelasional. Penelitian dengan pendekatan kuatitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam- macam nilai. 1 Adapun variabel terdiri dari macam, yaitu : 1. Variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Unsur yang paling penting dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tmasan tersebut dapat ditentukan apakah hasil dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar,

BAB III METODE PENELITIAN. data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitif. Penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Alienasi 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua 3. Variabel Mediator : Konsep

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan satu bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik korelasi. Penelitian dengan teknik korelasi merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian komparasi atau perbedaan, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk membedakan atau membandingkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan 34 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa hubungan antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional yaitu korelasi parsial. Menurut Arikunto (2002:23) penelitian kuantitatif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara sikap terhadap iklan rokok (X1) dan konformitas teman sebaya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara sikap terhadap iklan rokok (X1) dan konformitas teman sebaya BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adversity Quotient dan Problem Focused Coping berdasarkan jenis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adversity Quotient dan Problem Focused Coping berdasarkan jenis 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskripsi subjek. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor Adversity Quotient dan Problem Focused Coping. Peneliti mendeskripsikan skor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakanpenelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerik

BAB III METODE PENELITIAN. merupakanpenelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerik BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakanpenelitian yang menekankan analisisnya pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan mengumpulakan data yang berupa angka. Data tersebut kemudian diolah

Lebih terperinci