Hipotesa dalam penelitian ini adalah : ada hubungan antara keberfungsian. keluarga dengan kematangan emosi pada remaja laki-laki.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hipotesa dalam penelitian ini adalah : ada hubungan antara keberfungsian. keluarga dengan kematangan emosi pada remaja laki-laki."

Transkripsi

1 Hipotesa dalam penelitian ini adalah : ada hubungan antara keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi pada remaja laki-laki. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisa data, dan pengambilan kesimpulan penelitian serta dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri atas identifikasi variabel penelitian; definisi operasional variabel penelitian; populasi dan metode pengambilan sampel; metode dan alat pengumpulan data; serta metode analisa data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Tujuan metode penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2000). Peneliti

2 ingin mengetahui hubungan antara keberfungsian keluarga dan kematangan emosi pada remaja laki-laki. A. Identifikasi Variabel Adapun variabel yang terlibat dalam penelitian ini, adalah: Variabel bebas Variabel tergantung : Keberfungsian keluarga : Kematangan emosi B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional penelitian bertujuan agar pengukuran variabel-variabel penelitian lebih terarah sesuai dengan tujuan dan metode pengukuran yang dipersiapkan. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kematangan Emosi Kematangan emosi merupakan kondisi remaja mampu mengendalikan dan mengarahkan penyaluran emosi sesuai situasi dan waktu yang tepat dengan cara yang dapat diterima, mampu menggunakan pemikiran terlebih dahulu terhadap suatu situasi sebelum menggunakan respon emosional, serta mengambil keputusan yang didasarkan pada pertimbangan sehingga tidak mudah berubahubah. Dalam penelitian ini, kematangan emosi diukur dengan menggunakan skala kematangan emosi yang dikembangkan berdasarkan karakteristik kematangan emosi yaitu kontrol emosi, pemahaman diri, dan penggunaan fungsi kritis mental.

3 Skor tinggi pda skala ini akan menunjukkan tingginya kematangan emosi individu dan skor rendah pada skala ini menunjukkan rendahnya kematangan emosi individu. 2. Keberfungsian Keluarga Keberfungsian keluarga merupakan kondisi dimana kelompok sosial terkecil yang didalamnya terdapat ayah, ibu, dan anak menjalankan fungsi dalam keluarga dengan baik dan ditandai dengan adanya komunikasi yang lancar termasuk didalamnya saling memberikan dukungan dalam interaksi antar anggota keluarga, mengembangkan nilai-nilai tertentu untuk setiap anggota keluarga, adanya aturan dan pengawasan terhadap aktivitas keluarga. Dalam penelitian ini, keberfungsian keluarga diukur dengan menggunakan skala keberfungsian keluarga yang dikembangkan berdasarkan dimensi keberfungsian keluarga yaitu dimensi relationship dengan aspek cohesion, expresiveness, conflict; dimensi personal growth dengan aspek independence, achievement orientation, intellectual-culture orientation, active-recreational orientation, moral-religious emphasis; dan dimensi system maintenance dengan aspek organization, dan control. Skor tinggi pda skala ini akan menunjukkan tingginya keberfungsian keluarga yang dimiliki individu dan skor rendah pada skala ini menunjukkan rendahnya keberfungsian keluarga yang dimiliki individu.. C. Populasi, Sampel dan teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel

4 Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti (Sugiarto, 2003). Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki. Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian atau yang dikenal dengan nama sampel. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang ingin diteliti, karakteristik subjek penelitian sebenarnya merupakan gambaran dari populasi yang diteliti dan sampel yang diambil harus memenuhi karakteristik tersebut karena diambil dari populasi tersebut (Sugiarto, 2003). Karakteristik subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Remaja laki-laki Karakteristik ini dipilih karena menurut Santrock (2003), laki-laki dikenal lebih berkuasa jika dibandingkan dengan perempuan, mereka memiliki pendapat tentang kemaskulinan terhadap dirinya sehingga tidak mampu mengekspresikan emosi seperti yang dilakukan oleh perempuan, hal ini menunjukkan laki-laki cenderung memiliki ketidakmatangan emosi jika dibandingkan dengan perempuan. Ketika laki-laki merasa tidak dapat menghadapi masalah, mereka cenderung menyalurkan emosinya dengan kemarahan ataupun perilaku agresif dan menggantikan reaksi-reaksi emosional melalui perkelahian fisik, dan kurang peka terhadap keadaan emosi diri sendiri maupun diri orang lain (Broidy dan Hall, dalam Goleman, 2001).

5 b. Remaja SMA Semakin tinggi tingkat pendidikan individu maka akan lebih banyak memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu akan digunakan untuk melawan tekanan yang akan dihadapi di masa akan datang dan mengakibatkan semakin matang emosinya (Anderson dalam Mappiare, 1983). c. Berusia tahun Karakteristik ini dipilih karena menurut Hurlock (2004) ketika remaja berada pada masa remaja akhir yaitu usia tahun, seharusnya remaja sudah mampu mengendalikan emosinya dan menunjukkan kematangan emosi. d. Tinggal bersama orangtua Karakteristik ini dipilih karena orangtua berperan penting dalam perkembangan anak dalam keluarga dan dalam struktur keluarga terdapat sub sistem orangtua yang bertanggungjawab terhadap pemeliharaan dan pengawasan yang dihubungkan dengan interaksi antara orangtua dan anak (Minuchin, 1974). e. Memiliki saudara kandung Karakteristik ini dipilih karena dengan adanya interaksi saudara sekandung dapat belajar berkompetisi dan saling bekerjasama di dalam keluarga dan salah satu komponen dalam keberfungsian keluarga adalah struktur keluarga dan didalamnya terdapat sub sistem saudara sekandung (Minuchin, 1974). 2. Jumlah sampel dan teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah multi stage sampling adalah teknik sampling yang membagi-bagi daerah-daerah populasi ke dalam sub-

6 sub daerah dan sub-sub daerah ini dibagi dalam daerah kecil, dan seterusnya sehingga dilaksanakan dalam dua tahap atau lebih sesuai dengan kebutuhan. Pada saat pengambilan sampel bertahap ini anggota kelompok tidak harus seluruhnya dijadikan sampel (Sugiarto, 2003). Pada kota Medan terdapat 22 kecamatan, yang kemudian dirandom 2 kecamatan (kecamatan Medan timur dan kecamatan Medan Amplas). Pengambilan sekolah dilakukan secara random kembalidan terpilih 2 sekolah dari masing-masing kecamatan yaitu MAN 3 dan SMA Krakatau. Adapun jumlah subjek dalam penelitian ini berjumlah 65 orang. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode skala. Skala merupakan suatu prosedur pengambilan data sebagai alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu. Penelitian ini menggunakan penskalaan model Likert dengan model penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai sikap (Azwar, 2004). 1. Skala Keberfungsian Keluarga Skala keberfungsian keluarga, dimana aitem-aitemnya disusun berdasarkan dimensi keberfungsian keluarga yang diungkapkan oleh Moos dan Moos (2002) yaitu dimensi relationship dengan aspek cohesion, expresiveness, conflict, dimensi personal growth dengan aspek independence, achievement orientation, intellectual-culture orientation, active-recreational orientation, moral-religious

7 emphasis, dan dimensi system maintenance dengan aspek organization, dan control. Tabel 2 Blue Print Skala Keberfungsian Keluarga NO Dimensi Aspek Indikator Perilaku 1. Relationship Cohesion Mendukung dan membantu anggota keluarga Expresiveness Mengekspresikan apa yang dirasakan secara bebas Conflict Mengekspresikan perbedaan pendapat dan kemarahan secara terbuka 2. Personal Independence Membuat keputusan Growth sendiri Achievement Belajar bersama di orientation rumah atau belajar di 3. System Maintenance intellectualculture orientation Activerecreational orientation Moralreligious emphasis Organization luar rumah Mengajak anggota keluarga mendukung hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran, kebudayaan, dan politik Menjalankan kegiatan sosial di rumah atau di luar rumah Mengajarkan etika dan ajaran agama Menentukan tanggung jawab dan rencana dalam keluarga. Menjalankan aturan yang telah ditetapkan Aitem Fav unfav 1, 51, 13, 30, , 11, 31 3, 29, 48 4, 27, 46 5, 35, 57 17, 26, 34 7, 23, 37 19, 42, 55 9, 21, 44 28, 50, 59 12, 40, 52 14, 33, 53 15, 25, 45 6, 47, 54 16, , 24, 36 18, 39, 60 Total Control 20, 22, 10, 38, Jumlah Skala Kematangan Emosi

8 Skala kematangan emosi, aitem yang disusun berdasarkan karakteristik yang diungkapkan oleh Hurlock (2004) yaitu kontrol diri, pemahaman diri, dan penggunaan fungsi kritis mental. Tabel 3 Blue Print Skala Kematangan Emosi NO. Dimensi Kematangan Emosi Indikator Perilaku 1. Kontrol emosi a. Mengekspresikan emosi sesuai situasi dan waktu yang tepat 2. Pemahaman diri b. Mengekspresikan emosi dengan cara yang dapat diterima c. Mengendalikan diri saat memosi memuncak a. Memperlihatkan kepekaan terhadap emosi yang dirasakan b. Mencari cara mengatasi emosi yang dialami dengan mengetahui penyebab emosi Fav 6, 27, 69, 71 18, 47, 66, 67 2, 12, 37, 60 5, 36, 49, 62 1, 34, 56, 65 Aitem Unfav 46, 72, 70, 11. 7, 28, 61, 68 19, , 48 39, 40, 58, 59 13, 15, 35, 57 Total Penggunaan fungsi kritis mental a. Tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan b. Menerima pendapat orang lain c.mempertahankan pendapat ketika berbeda dengan orang lain d. Membuat keputusan dengan mempertimbangkan dampaknya 17, 20, 25, 33 14, 31, 42, 51 4, 29, 54, 32, 10, 23, 44, 53 3, 26, 50, 64 9, 22, 45, 55 16, 43, 52, 63 8, 21, 24,

9 Jumlah Setiap komponen-komponen di atas akan diuraikan ke dalam sejumlah pernyataan favorabel dan unfavorabel, dimana subjek diberikan empat alternatif pilihan yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk aitem yang favorabel, pilihan SS akan mendapatkan skor empat, pilihan S akan mendapatkan skor tiga, pilihan TS akan mendapatkan skor dua, dan pilihan STS akan mendapatkan skor satu. Sedangkan untuk aitem yang unfavorabel pilihan SS akan mendapatkan skor satu, pilihan S mendapatkan skor dua, pilihan TS akan mendapatkan skor tiga, dan pilihan STS akan mendapatkan skor empat. E. Uji Validitas, Uji Daya Beda, dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Uji Validitas Uji validitas merupakan ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi alat ukurnya, artinya alat ukur memang mengukur apa yang diinginkan untuk diukur (Hadi, 2000). Untuk mengkaji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan arah isi yang diukur yang disebut dengan validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem dalam skala mencakup keseluruhan isi yang ingin diungkapkan oleh tes tersebut. Hal ini berarti isi alat ukur tersebut harus komprehensif dan memuat isi yang relevan serta tidak keluar dari batasan alat ukur (Hadi, 2000). Validitas isi memiliki dua tipe yaitu validitas muka dan validitas logik. a. Validitas muka

10 Validitas muka merupakan tipe validitas yang didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka telah terpenuhi. b. Validitas logik Validitas logik menunjukkan sejauhmana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logik yang tinggi, suatu tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi aitem yang relevan. Suatu objek ukur yang yang hendak diungkap oleh tes haruslah dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkret. Penilaian validitas isi tergantung pada penilaian subjektif individual. Hal ini dikarenakan estimasi validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan dengan analisis rasional dan melalui professional judgement. Dalam penelitian ini, peneliti meminta professional judgement yaitu dosen pembimbing peneliti dan dosen bidang psikometri. 2. Uji Daya Beda Sebelum melakukan pengujian reliabilitas, hendaknya terlebih dahulu melakukan prosedur seleksi aitem dengan cara menguji karakteristik masingmasing aitem yang menjadi bagian tes yang bersangkutan. Aitem-aitem yang tidak

11 memenuhi syarat kualitas yang baik tidak boleh diikutkan menjadi bagian tes. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur skala sebagaimana dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2004). Pengujian daya beda aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (r it ) yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan r it 0,275. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,275, daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga r it kurang dari 0,275 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah (Azwar, 2004). Pernyataan-pernyataan pada skala diuji daya beda aitemnya dengan menghitung antara skor aitem dengan skor total skala. Teknik statistika yang digunakan adalah koefisiensi Product Moment oleh Pearson. Formulasi koefisien korelasi Product Moment dari Pearson digunakan bagi tes-tes yang setiap aitemnya diberi skor berkelanjutan. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasi rendah mendekati angka nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik (Azwar, 2004). Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0

12 3. Uji Reliabilitas Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2004). Untuk menguji reliabilitas dari aitem-aitem yang ada digunakan formula Alpha Cronbach melalui bantuan SPSS Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r xx ) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas. F. Hasil Uji Coba Alat Ukur 1. Skala Keberfungsian Keluarga Uji coba skala keberfungsian keluarga dilakukan terhadap 70 remaja laki-laki usia 16 sampai18 tahun, bersekolah, tinggal bersama orangtua, memiliki saudara kandung. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala keberfungsian keluarga akan dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 4 Distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala keberfungsian keluarga NO Dimensi Aspek Indikator Aitem Total Perilaku Fav unfav 1. Relationship Cohesion Mendukung dan 51 13, 30, 4 membantu anggota keluarga 49 Expresiveness Mengekspresikan apa 2, 31 50, 59 4 yang dirasakan secara bebas Conflict Mengekspresikan - 12, 52 2

13 2. Personal Growth 3. System Maintenance Independence Achievement orientation intellectualculture orientation Activerecreational orientation Moralreligious emphasis Organization perbedaan pendapat dan kemarahan secara terbuka Membuat keputusan sendiri Belajar bersama di rumah atau belajar di luar rumah Mengajak anggota keluarga mendukung hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran, kebudayaan, dan politik Menjalankan kegiatan sosial di rumah atau di luar rumah Mengajarkan etika dan ajaran agama Menentukan tanggung jawab dan rencana dalam keluarga. Menjalankan aturan yang telah ditetapkan - 14, , 25, 2-47, , 43, 56 42, 55 8, , 60 2 Control 41 10, 38, 4 58 Jumlah Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 60 aitem skala keberfungsian keluarga diperoleh diperoleh 34 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (r it 0, 275), akan tetapi diadakan lagi pemilihan aitem yang lebih mewakili setiap aspek. Hal ini dikarenakan pada masing-masing aspek tidak mempunyai tujuan ukur yang berbeda secara spesifik satu sama lain melainkan merupakan dimensi saja dari satu tujuan ukur yang lebih luas, maka aitem yang berdiskriminasi tinggi sebagai aitem final tanpa perlu risau mengenai komposisi jumlah aitem dalam setiap aspeknya (Azwar, 2004). Sehingga jumlah aitem yang dijadikan alat ukur

14 penelitian adalah sejumlah 30 aitem (lihat tabel 4) dengan koefisien alpha sebesar 0, 902. Koefisien korelasi aitem-aitem yang reliabel berkisar 0,306 hingga 0,676. Pada skala diatas akan dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitemaaitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur dan tidak terpilih, tidak diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem skala yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5 Distribusi aitem-aitem skala penelitian keberfungsian keluarga NO Dimensi Aspek Indikator Perilaku 1. Relationship Cohesion Mendukung dan membantu anggota keluarga Expresiveness Mengekspresikan apa yang dirasakan secara bebas Conflict Mengekspresikan perbedaan pendapat dan kemarahan secara terbuka 2. Personal Independence Membuat keputusan Growth sendiri Achievement Belajar bersama di orientation rumah atau belajar di Intellectualculture orientation Activerecreational orientation Moralreligious emphasis luar rumah Mengajak anggota keluarga mendukung hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran, kebudayaan, dan politik Menjalankan kegiatan sosial di rumah atau di luar rumah Mengajarkan etika dan ajaran agama Aitem Fav Unfav 22 5, 11, 20 Total 4 1, 12 21, , , , , , 18, 27 17, 26 2, 9, System Organization Menentukan tanggung - 15,

15 Maintenance jawab dan rencana dalam keluarga. Control Menjalankan aturan yang telah ditetapkan 16 3, 14, 28 4 Jumlah Skala Kematangan Emosi Uji coba skala kematangan emosi dilakukan terhadap 70 remaja laki-laki, usia 16 sampai 18 tahun, bersekolah, tinggal bersama orangtua, memiliki saudara kandung. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala keberfungsian keluarga akan dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 6 Distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala kematangan emosi NO. Indikator Kematangan Emosi Indikator Perilaku 1. Kontrol emosi a. Mengekspresikan emosi sesuai situasi dan waktu yang tepat 2. Pemahaman diri b. Mengekspresikan emosi dengan cara yang dapat diterima c. Mengendalikan diri saat memosi memuncak a. Memperlihatkan kepekaan terhadap emosi yang dirasakan b. Mencari cara mengatasi emosi yang dialami dengan mengetahui penyebab emosi Fav Aitem Unfav - 46, 11, 70, 72-7, 28, 61, 68 Total , , 35, Penggunaan fungsi kritis mental a. Tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan b. Menerima pendapat orang lain 33 26, 50, 64 42, 51 9, 22, 45,

16 c.mempertahankan pendapat ketika berbeda dengan orang lain. d. Membuat keputusan dengan mempertimbangkan dampaknya 32 43, , 24, 30 Jumlah Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 72 aitem skala kematangan emosi diperoleh diperoleh 37 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (r it 0, 275), akan tetapi diadakan lagi pemilihan aitem yang lebih mewakili setiap aspek. Hal ini dikarenakan pada masing-masing aspek tidak mempunyai tujuan ukur yang berbeda secara spesifik satu sama lain melainkan merupakan dimensi saja dari satu tujuan ukur yang lebih luas, maka aitem yang berdiskriminasi tinggi sebagai aitem final tanpa perlu risau mengenai komposisi jumlah aitem dalam setiap aspeknya (Azwar, 2004). Sehingga jumlah aitem yang dijadikan alat ukur penelitian adalah sejumlah 31 aitem dengan koefisien alpha sebesar 0,900. Koefisien korelasi aitem-aitem yang reliabel berkisar 0,310 hingga 0,703. Pada skala diatas akan dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitemaitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur dan tidak terpilih, tidak diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem skala yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada berikut : Tabel 7 Distribusi aitem-aitem skala penelitian kematangan emosi NO. Indikator Kematangan Emosi Indikator Perilaku Aitem Fav Unfav Total

17 1. Kontrol emosi a. Mengekspresikan emosi sesuai situasi dan waktu yang tepat b. Mengekspresikan emosi dengan cara yang dapat diterima c. Mengendalikan diri saat 2. Pemahaman diri memosi memuncak a. Memperlihatkan kepekaan terhadap emosi yang dirasakan b. Mencari cara mengatasi emosi yang dialami dengan mengetahui penyebab emosi - 8, 23 15, 18-11, 12, 16, , , Penggunaan a. Tidak tergesa-gesa dalam 1 21, 22, 4 fungsi kritis mengambil keputusan 28 mental b. Menerima pendapat orang 9, 13 4, 7, 5 lain 29, 30 c.mempertahankan pendapat 6 3, 14 3 ketika berbeda dengan orang lain. d. Membuat keputusan - 5, 10, 3 dengan mempertimbangkan dampaknya 17 Jumlah G. Prosedur Penelitian Penelitian ini memiliki prosedur pelaksanaan penelitian yang terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data. 1. Tahap Persiapan Penelitian Tahap persiapan yang dilakukan oleh peneliti mencakup; a. Pembuatan Alat Ukur Tahap persiapan penelitian diawali dengan menyusun alat ukur penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 skala yaitu skala

18 keberfungsian keluarga dan kematangan emosi. Pembuatan alat ukur Skala keberfungsian keluarga dan Kematangan emosi dimulai dengan mengkaji teori-teori maupun hasil penelitian yang berkaitan dan dilanjutkan dengan membuat indikator-indikator dari tiap aspek untuk memudahkan dalam penjabarannya. Penyusunan skala ini dilakukan dengan membuat blue print dan kemudian dioperasionalisasikan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Setelah aitem tersusun, peneliti meminta penilaian ahli yaitu pada dosen pembimbing dan dosen statistika untuk mendiskusikan apakah aitem yang telah dibuat dapat diterima oleh subjek penelitian secara umum. b. Uji Coba Alat Ukur Alat ukur penelitian terlebih dahulu diujicobakan. Alat ukur diberikan kepada 70 remaja laki-laki berusia 16 sampai 18 tahun. Uji coba dilakukan dari tanggal 18 November 2010 sampai 30 November c. Revisi Alat Ukur Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur, maka peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala dengan menggunakan koefisien reliabilitas alpha dari Cronbach dengan bantuan aplikasi program SPSS 17.0 for windows. Setelah diketahui aitem-aitem yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, maka kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut menjadi alat ukur yang dapat digunakan untuk mengambil data penelitian (Azwar, 2004). d. Pemilihan tempat penelitian

19 Peneliti kemudian melakukan randomisasi untuk pemilihan tempat penelitian. Randomisasi dilakukan dengan mengambil undian. Randomisasi dilakukan untuk menentukan kecamatan tempat penelitian, dari 22 kecamatan diambil 2 kecamatan. Kecamatan yang terpilih yaitu kecamatan Medan Timur dan Medan Amplas. Setelah terpilih 2 kecamatan, dilakukan kembali untuk memilih sekolah. Dari masing-masing kecamatan dipilih 1 sekolah yang mewakili kecamatan tersebut. Setelah dilakukan randomisasi maka terpilih 2 sekolah sebagai tempat penelitian yaitu MAN 3 dan SMA Krakatau. e. Mengurus surat izin penelitian Selanjutnya peneliti meminta surat permohonan kepada Fakultas Psikologi untuk memberikan izin melakukan penelitian di sekolah yang menjadi sampel penelitian. Kemudian peneliti meminta izin kepada kepala sekolah yang bersangkutan agar dapat memberikan izin dan mengatur jadwal untuk peneliti melakukan penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 Desember 2010 sampai 16 Desember Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam mengambil data penelitian adalah sebagai berikut: a. Pemilihan Sampel

20 Peneliti melakukan kembali random untuk menentukan kelas mana yang akan menjadi kelompok penelitian. Kemudian peneliti melakukan kembali random terhadap siswa dengan cara mengambil sejumlah siswa berdasarkan daftar nama kelas yang telah tersedia yang disesuaikan dengan jumlah sampel penelitian. b. Penyebaran Skala Penelitian Peneliti melaksanakan penelitian pada kelas yang terpilih menjadi kelompok sampel. Peneliti melaksanakan penelitian pada jam dan hari yang telah ditentukan pihak sekolah. Peneliti awalnya memberikan pengarahantentang petunjuk pengerjaan skala penelitian. Siswa diberi waktu sekitar 15 sampai 30 menit untuk menyelesaikan skala. Proses penyebaran skala didampingi oleh seorang guru dari sekolah. 3. Tahap Pengolahan Data Setelah diperoleh hasil skor skala keberfungsian keluarga dan kematangan emosi, maka dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS Versi untuk windows. H. Metode Analisa Data Data-data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan korelasi Pearson product moment. Teknik ini dapat digunakan oleh peneliti untuk menerangkan keeratan hubungan antar dua variabel (Hadi, 2000). Keseluruhan

21 analisa data dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputerisasi SPSS 17.0 for windows. Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi : 1. Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian bahwa sampel yang dihadapi adalah berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji one sample kolmogorov-smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p > 0, Uji Linearitas Uji linearitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data distribusi penelitian yaitu variabel bebas (keberfungsian keluarga) dan variabel tergantung (kematangan emosi) memiliki hubungan linier. Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel. Asumsi ini menyatakan bahwa hubungan antar variabel yang hendak dianalisis itu mengikuti garis lurus. Jadi peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas pada variabel lainnya. Uji linearitas dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan nilai p < 0.05.

22 BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan menguraikan analisa data dan pembahasan, yang diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dan pembahasan. A. Gambaran Subjek Penelitian Populasi penelitian ini adalah remaja laki-laki berusia 16 sampai 18 tahun yang tinggal bersama orangtua. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 65 orang. Berikut ini akan diuraikan, yaitu: 1. Berdasarkan usia Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel berikut:

23 Tabel 8 Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) 16 tahun 25 38, tahun 28 43,07 18 tahun 12 18,46 Total Berdasarkan data pada tabel 8, diketahui bahwa jumlah subjek berusia 16 tahun sebanyak 25 orang (38,46%), jumlah subjek berusia 17 tahun sebanyak 28 orang (43,07%), jumlah subjek berusia 18 tahun sebanyak 12 orang (18,46%). 2 Berdasarkan jumlah saudara Tabel 9 Gambaran subjek penelitian berdasarkan jumlah saudara Jumlah saudara Jumlah (N) Persentase (%) 1-3 orang 27 41, orang 31 47,69 >8 orang 7 10,76 Total Berdasarkan data pada tabel 10, diketahui bahwa subjek yang memiliki jumlah saudara 1-3 orang sebanyak 27 orang (41,53%), jumlah saudara 4-7 orang sebanyak 31 orang (47,69%), dan jumlah saudara > 8 orang sebanyak 7 orang (10,76%). B. Uji Asumsi Penelitian

24 Sebelum dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi pada data peneitian yang diperoleh, meliputi uji normalitas sebaran, uji linearitas kemudian dilakukan uji hipotesis. Analisa tersebut dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputerisasi SPSS 17.0 for windows. 1. Uji normalitas sebaran Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode One Sample Kolmogorov Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal dengan harga p > 0,05. Tabel 10 Normalitas sebaran variable keberfungsian keluarga terhadap kematangan emosi remaja laki-laki Keberfungsian keluarga Kematangan emosi N Normal Parameters(a,b) Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Uji normalitas data keberfungsian keluarga dilakukan dengan metode statistik tes Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas diperoleh nilai Z = 0,557 dan p

25 = 0,916, dengan p > 0,05 artinya distribusi data keberfungsian keluarga telah menyebar secara normal. b. Uji normalitas data kematangan emosi dilakukan dengan metode statistik tes kolmogorov-smirnov. Hasil uji normalitas diperoleh nilai Z = 0,772 dan p = 0,590, dengan p > 0,05 artinya distribusi data skala kematangan emosi telah menyebar secara normal. 2. Uji Linearitas Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel bebas (keberfungsian keluarga) dan variabel tergantung (kematangan emosi) memiliki hubungan linear. Berdasarkan hasil uji linearitas antara kedua variabel tersebut menggunakan uji F = 29,518 dan p < 0,05 (p = 0,000), maka dapat disimpulkan bahwa variabel keberfungsian keluarga memiliki hubungan yang linear dengan variabel kematangan emosi. Grafik 1 Linearitas sebaran

26 C. Hasil Analisa Data 1. Korelasi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi pearson product moment dengan bantuan program komputer SPSS Hasil pengujian statistik yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 11 Korelasi antara keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi remaja laki-laki

27 Keberfungsian keluarga Keberfungsian keluarga Kematangan emosi Pearson Correlation Sig. (2-tailed).000 N Kematangan emosi Pearson Correlation Sig. (2-tailed).000 N Hipotesis dalam penelitian ini: Ha (Hipotesa Alternatif) : p > 0, artinya ada hubungan antara keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi remaja laki-laki Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,580 dengan taraf signifikansi (p) sebesar 0,000 sehingga p < 0,05. Hal ini artinya hipotesa alternatif (Ha) diterima. Selanjutnya dilakukan analisa regresi untuk mengetahui pengaruh keberfungsian keluarga terhadap kematangan emosi remaja laki-laki. Hasil pengolahannya dapat dilihat pada tabel berikut: 2 Kategorisasi Data a. Kategorisasi Data Keberfungsian Keluarga Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor populasi terdistribusi normal dan jumlah subjek termasuk dalam kategori besar, maka dilakukan pengkategorisasian data keberfungsian keluarga dengan menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal). Deskripsi skor hipotetik data dapat dilihat dalam tabel berikut :

28 Tabel 13 Deskripsi skor hipotetik data Keberfungsian Keluarga Skor Hipotetik Min Maks Mean SD Berdasarkan tabel 13 skor hipotetik menunjukkan hasil mean hipotetik untuk variabel keberfungsian keluarga didapat sebesar 75 dengan standar deviasi hipotetik sebesar 15. Data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma tertentu. Data dikategorikan menjadi tiga kelompok dengan rumus (Azwar, 2004) : Tinggi = Mean + 1 (SD) X Sedang = Mean 1 (SD) X < Mean + 1 (SD) Rendah= X < Mean 1 (SD) Kategorisasi data keberfungsian keluarga beserta persentase dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 14 Kategorisasi Data hipotetik Keberfungsian Keluarga Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase Keberfungsian 90 X Tinggi 37 56,92% Keluarga 60 X < 90 Sedang 28 43,07% X < 60 Rendah 0 0% Berdasarkan kriteria kategorisasi pada tabel 13 menunjukkan bahwa 37 orang (56,92%) termasuk dalam keberfungsian keluarga yang tinggi, 28 orang (43,07%) termasuk dalam keberfungsian keluarga yang sedang, dan tidak ada yang termasuk dalam kategori keberfungsian keluarga yang rendah (0%). Hal ini

29 dapat diartikan bahwa sebagian besar keberfungsian keluarga dari siswa berada dalam kategori tinggi.. b. Kategorisasi Data kematangan Emosi Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor populasi terdistribusi normal dan jumlah subjek termasuk dalam kategori besar, maka dilakukan pengkategorisasian data kematangan emosi dengan menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal). Deskripsi skor hipotetik data dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 15 Deskripsi skor hipotetik data kematangan emosi Skor Hipotetik Min Maks Mean SD ,5 15,5 Berdasarkan tabel 15 skor hipotetik kematangan emosi menunjukkan hasil mean hipotetik untuk variabel kematangan emosi didapat sebesar 77,5 dengan standar deviasi hipotetik sebesar 15,5. Berdasarkan kategorisasi data penelitian secara hipotetik, data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma tertentu. Data dikategorikan menjadi tiga kelompok dengan rumus (Azwar, 2004): Tinggi = Mean + 1 (SD) X Sedang = Mean 1 (SD) X < Mean + 1 (SD) Rendah= X < Mean 1 (SD) Kategorisasi data kematangan emosi beserta persentase dapat dilihat pada tabel berikut :

30 Tabel 16 Kategorisasi Data hipotetik Kematangan Emosi Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase Kematangan 93 X Tinggi 31 47,69% Emosi 62 X < 93 Sedang 34 52,30% X < 62 Rendah 0 0% Berdasarkan kategorisasi pada tabel 16 menunjukkan bahwa 31 orang (47,69%) termasuk dalam kematangan emosi yang tinggi, 34 orang (52,30%) termasuk dalam kematangan emosi yang sedang, dan tidak ada yang termasuk dalam kategori kematangan emosi yang rendah (0%). Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar kematangan emosi siswa berada dalam kategori sedang. Setelah mengetahui pengkategorisasian kedaua variabel penelitian, hasilnya dapat dimasukkan dalam tabel penyebaran variabel dalam bentuk matriks kategorisasi yang ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 17 Matriks kategorisasi variabel keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi Keberfungsian keluarga Kematangan emosi Rendah Sedang Tinggi Jumlah % Jumlah % Jumlah % subjek subjek Subjek Rendah 0 0% 0 0% 0 0% Sedang 0 0% 18 27,69% 10 15,38% Tinggi 0 0% 17 26,15% 21 32,30% 65 (100%) Keberfungsian keluarga yang dimiliki individu pada kategori tinggi dengan kematangan emosi yang dimiliki individu pada kategori tinggi sebanyak 32,30%. Keberfungsian keluarga yang dimiliki individu pada kategori sedang dengan

31 kematangan emosi individu pada ketegori sedang sebesar 27,69%. Keberfungsian keluarga yang dimiliki individu pada kategori tinggi, sedangkan kematangan emosi yang dimiliki individu pada kategori sedang sebanyak 26,15%. Keberfungsian keluarga yang dimiliki individu pada kategori sedang dengan kematangan emosi individu pada kategori tinggi sebanyak 15,38%. D. Pembahasan Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa Ha diterima. Hasil pengujian korelasi sebesar r = 0,580 dengan p = 0,000. Tingkat signifikansi korelasi p = 0,000 (p<0,05) menunjukkan adanya hubungan antara keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi remaja laki-laki. Kualitas keterkaitan antara keberfungsian keluarga terhadap kematangan emosi remaja laki-laki sebesar Dengan menggunakan kriteria interpretasi harga r menurut Hadi (2000), menyatakan hubungan keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi pada remaja laki-laki menunjukkan korelasi yang agak rendah. Hasil perhitungan korelasi ini sejalan dengan Hurlock (2004) yang menyatakan bahwa keluarga dapat mengajarkan bagaimana individu dapat mengeksplorasi emosi. Perhatian, kasih sayang, dan perasaan aman akan membantu individu menghadapi masalah-masalah tertentu dengan memperhatikan keseimbangan emosinya. Perhatian, kasih sayang, dan perasaan aman dapat terpenuhi ketika keluarga dapat berfungsi dengan baik. Keberfungsian keluarga didefinisikan sebagai kualitas interaksi antar anggota keluarga. Secara spesifik dapat dilihat dari jumlah komunikasi, keluarga dapat

32 beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi, konflik yang terjadi dalam keluarga, dukungan dan kasih sayang antar anggota keluarga, kemampuan mengekspresikan apa yang dirasakan dan diinginkan, menghabiskan waktu bersama, kebebasan antar anggota keluarga, orientasi prestasi, moral, keagamaan, dan penyelesaian masalah yang dapat dilakukan anggota keluarga (Moos dan Moos dalam Stewart, 1998). Keluarga yang saling memberikan dukungan dan memiliki kohesivitas dapat mengurangi kenakalan remaja (Bal, et.al dalam Reinherz, et.al, 2003). Sebaliknya, remaja yang berada dalam keluarga penuh dengan konflik dapat memicu kenakalan remaja, karena cenderung mengalami ketidakmampuan dalam mengendalikan emosi (Brook, et.al dalam Santrock, 2003). Pengawasan orangtua juga berperan penting dalam mencegah kenakalan remaja (Dishion, et.al dalam Coley, 2008). Adanya pengawasan orangtua dapat menjadi salah satu ciri keluarga yang dapat menjalankan fungsi dengan baik. Berdasarkan penjelasan mengenai teori yang berkaitan dengan keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil matriks kategorisasi dalam penelitian ini yang menunjukkan kebanyakan terlihat remaja laki-laki yang memiliki keberfungsian keluarga dalam kategori tinggi dengan kematangan emosi yang dicapai oleh remaja laki-laki berada pada kategori tinggi yaitu 32,30%, artinya ketika keluarga telah berfungsi dengan baik pada kategori tinggi, remaja laki-laki juga memiliki kematangan emosi pada kategori tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi yang agak rendah. Hal ini dapat disebabkan adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kematangan

33 emosi dan tidak dikontrol oleh peneliti. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor lingkungan disekitar kehidupan keluarga yang dapat memungkinkan tercapainya kematangan emosi remaja laki-laki. (Chaube, 2002). Faktor pola asuh orangtua juga dapat mempengaruhi kematangan emosi. Pola asuh orangtua dapat berupa cara orangtua memperlakukan anak-anaknya yang akan memberikan akibat permanen bagi kehidupan anak (Goleman, 2001). Namun tidak dapat dikatakan jika pola asuh orangtua otoriter memiliki keberfungsian keluarga yang rendah. Dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut tidak terkontrol. Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kematangan emosi adalah faktor teman sebaya. Adakalanya meskipun keluarga telah berfungsi dengan baik, namun individu memiliki kematangan emosi yang rendah dikarenakan adanya faktor teman sebaya yang dapat membuat remaja mudah terpengaruh dengan perbuatan negatif. Hurlock (2004) menyatakan bahwa remaja lebih sering berada dengan teman sebaya daripada di dalam rumah. Pengaruh teman sebaya terhadap minat, penampilan, sikap, dan perilaku lebih besar jika dibandingkan dengan pengaruh keluarga. Hal ini dapat dilihat ketika anggota kelompok mencoba mengikuti perilaku merokok, minum-minuman keras, tawuran, dan menggunakan obat terlarang, kemudian akan diikuti oleh anggota lainnya tanpa memperhatikan akibatnya. Perilaku negatif yang diikuti oleh remaja tersebut mencerminkan ketidakmatangan emosi. Namun pada penelitian ini, faktor ini tidak dikontrol oleh peneliti. Keberfungsian keluarga berada pada kategori tinggi sebanyak 37 orang (56,92%), yang artinya keluarga dapat menjalankan fungsi yang ada dalam

34 keluarga dengan baik; adanya komunikasi yang lancar antar anggota keluarga; keluarga dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi; adanya keterbukaan dan penyelesaian konflik yang terjadi dalam keluarga; saling memberikan dukungan dan kasih sayang; adanya kesempatan untuk mengekspresikan apa yang dirasakan dan diinginkan; serta adanya orientasi terhadap nilai-nilai tertentu (Moos dan moos, dalam stewart 1998). Keberfungisan keluarga pada kategori sedang sebanyak 28 orang (43,07%), yang artinya keluarga cukup dapat berfungsi dengan baik dan dapat diandalkan ketika individu membutuhkan bantuan dan individu cukup merasakan bantuan keluarga terhadap dirinya. Keberfungsian keluarga yang berada pada kategori rendah sebanyak 0 orang (0%), yang artinya keluarga gagal dalam memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarga; keluarga mengabaikan kebutuhan untuk bertahan hidup anggota keluarga, misalnya kebutuhan makan, pakaian, dll, padahal dalam status ekonomi menengah ke atas; keluarga tidak menciptakan rasa aman bagi anggota keluarga; keluarga tidak menciptakan rasa tanggung jawab dan kemandirian bagi anggota keluarga; tidak adanya komunikasi yang lancar antar anggota keluarga; serta orang tua tidak memberikan kebebasan kepada anggota keluarga (Jamiolkowski, 1993). Sebagian besar siswa remaja laki-laki MAN 3 dan SMA Krakatau yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki kategori sedang dalam keberfungsian keluarga. Kematangan emosi berada pada kategori tinggi sebanyak 31 orang (47,69%) artinya individu mampu mengendalikan emosi diri dan mampu menghadapi tekanan yang datang dari luar yang dapat mempengaruhi emosi; mampu

35 memahami situasi yang dihadapi tanpa terpengaruh oleh dominasi emosi yang dirasakan; selalu memiliki pertimbangan dalam bertindak berdasarkan kondisi yang ada (Puspasari, 2009). Kematangan emosi pada kategori sedang sebanyak 34 orang (52,30%), artinya individu dapat mengendalikan emosi diri; terkadang sulit mengendalikan emosi jika ada kondisi diluar batas yang dapat memicu emosi; belum dapat mengendalikan kondisi dari luar yang dapat memicu emosinya, sehingga ketika tekanan itu muncul di luar perkiraan menyebabkan individu kehilangan kendali terhadap emosi yang dirasakan dan cenderung impulsif. Kematangan emosi pada kategori rendah sebanyak 0 orang (0%), artinya individu lebih mengutamakan apa yang dirasakan daripada apa yang dipikirkan; lebih melihat sesuatu berdasarkan nilai yang negatif jika bertentangan dengan nilai perasaan yang diyakini (Puspasari, 2009). Sebagian besar siswa remaja laki-laki MAN 3 dan SMA Krakatau yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki kematangan emosi pada kategori sedang. Jika dilihat dari matriks kategorisasi kedua variabel. Keberfungsian keluarga yang dimiliki remaja laki-laki pada kategori tinggi dan memiliki kematangan emosi pada kategori sedang sebesar 26,15%. Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya faktor teman sebaya dan lingkungan sekitar keluarga seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Meskipun keluarga telah berfungsi dengan baik, namun ketika pengaruh teman sebaya dan lingkungan sekitar kehidupan lebih kuat terhadap diri remaja laki-laki maka dapat menyebabkan remaja laki-laki hanya mencapai kematangan emosi pada kategori sedang.

36 Ketika keberfungsian keluarga pada kategori sedang, ada juga remaja laki-laki memiliki kematangan emosi yang tinggi yaitu sebesar 15,38%. Hal ini dapat dijelaskan dengan faktor temperamen yang dapat mempengaruhi tingginya kematangan emosi remaja laki-laki meskipun dalam keluarga yang berfungsi pada kategori sedang. Temperamen merupakan suasana hati yang mencirikan emosi individu dan bawaan sejak lahir dan dapat diubah sejalan dengan perkembangan individu (Goleman, 2001). BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

37 Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian dan di bagian akhir akan dijelaskan tentang saran-saran yang bersifat psikis dan metodologis yang dapat berguna untuk penelitian yang akan datang dengan menggunakan variabel yang sama dengan penelitian ini. A. KESIMPULAN 1. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi remaja laki-laki dengan r = 0,580 dan p = 0, Berdasarkan kategori data keberfungsian keluarga diketahui bahwa remaja lakilaki sebagian besar memiliki keberfungsian keluarga dalam kategori tinggi yaitu sebesar 56,92% (37 orang). 3. Berdasarkan kategori data kematangan emosi diketahui bahwa remaja laki-laki memiliki sebagian besar memiliki kematangan emosi berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 52,30% (34 orang). 4. Berdasarkan matriks kategorisasi, terlihat bahwa sebagian besar remaja lakilaki SMA Krakatau dan MAN 3 yang enjadi sampel penelitian ini memiliki keberfungsian keluarga pada kategori tinggi dan memiliki kematangan emosi pada kategori tinggi sebesar 32,30%. B. SARAN 1. Saran Metodologis

38 a. Peneliti selanjutnya hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh dalam tercapinya kematangan emosi, misalnya faktor pola asuh, teman sebaya, dan faktor internal. c. Peneliti selanjutnya jika ingin meneliti variabel yang sama diharapkan menggunakan sampel yang spesifik, misalnya diteliti dengan metode kualitatif. d. Peneliti selanjutnya jika ingin meneliti variabel yang sama diharapkan dapat menambahkan wawancara dan observasi sebagai metode tambahan yang dapat digunakan untuk memudahkan dalam pembahasan hasil penelitian. 2 Saran Praktis a. Bagi Keluarga Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga mempengaruhi kematangan emosi. Oleh karena itu, diharapkan anggota keluarga dapat menjalankan fungsi dalam keluarga dengan baik. Anggota keluarga dapat saling menjaga komunikasi dan aturan yang ditetapkan tidak bersifat terlalu membatasi melainkan anggota keluarga diberikan kebebasan untuk menyatakan hal-hal yang ingin dilakukan ataupun dikatakan. Ketika anak mencapai usia remaja, keluarga sangat berperan dalam setiap tugas perkembangan yang akan dicapai oleh remaja. Dalam hal ini keluarga mempengaruhi pencapaian kematangan emosi sebagai tugas perkembangan di masa remaja. b. Bagi Remaja laki-laki

39 Bagi remaja laki-laki diharapkan lebih terbuka dalam menjalin hubungan baik dengan anggota keluarga, misalnya bersedia cerita tentang masalah yang dihadapi kepada orang tua atau saudara kandung agar dapat memperoleh masukan atau solusi yang tepat sehingga terhindar dari halhal negatif. c. Bagi pihak sekolah Pihak sekolah dibagian guru bimbingan dan konseling diharapkan dapat menjalin hubungan yang baik dan dapat bekerjsama dengan keluarga siswa sehingga dapat memberikan arahan yang tepat. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. (1999). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas kehidupan bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. benar dalam mengumpulkan data, analisa data, pengambilan kesimpulan penelitian dan dapat

BAB III METODE PENELITIAN. benar dalam mengumpulkan data, analisa data, pengambilan kesimpulan penelitian dan dapat BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisa data, pengambilan kesimpulan penelitian dan dapat menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. 2. Populasi Penelitian Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi: desain penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional, yaitu penelitian yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yang diprediksi memiliki hubungan. A. IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo, Kabupaten Pamekasan. Selanjutnya akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2013). Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan dua variabel dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2013). Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan dua variabel dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah pengelompokan yang logis dari dua atau lebih atribut (Machfoedz, 010). Variabel disebut juga sebagai objek penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif korelasional. Deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. analisis (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat penting karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan keputusan hasil penelitian. Pembahasan dalam metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional yaitu korelasi parsial. Menurut Arikunto (2002:23) penelitian kuantitatif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bandung, yang terletak di Jalan Pasir Kaliki Nomor 51. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Bandung, yang terletak di Jalan Pasir Kaliki Nomor 51. Pemilihan lokasi BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung, yang terletak di Jalan Pasir Kaliki Nomor 51. Pemilihan lokasi tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi jiwa, yaitu PT. Prudential Life Assurance (Prudential

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperanan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperanan dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperanan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Variabel Tergantung : Kematangan karir pada remaja Variabel Bebas : 1. Self-Esteem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa di sekolah tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa di sekolah tersebut BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah di Kota Indramayu yaitu SMA PGRI 2 Sindang yang beralamat di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dan mengkorelasikan variabel tanpa melakukan treatmen selama

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dan mengkorelasikan variabel tanpa melakukan treatmen selama BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional, di sini penulis hanya bermaksud untuk mengumpulkan data dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variasi pada satu atau lebih faktor lain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel I : Pet Attachment 2. Variabel II : Well-being

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Profil Subjek Penelitian Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus University angkatan 2011 dan angkatan 2012 dengan hasil yang mengisi 124 orang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara sikap terhadap iklan rokok (X1) dan konformitas teman sebaya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara sikap terhadap iklan rokok (X1) dan konformitas teman sebaya BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai. 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y) BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Korelasi (hubungan) dalam penelitian ini, digunakan untuk melihat hubungan antar variabel yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Kenakalan Remaja

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Kenakalan Remaja BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Kenakalan Remaja 2. Variabel Bebas : a.persepsi Keharmonisan Keluarga : b. Konsep Diri B. Definisi Operasional

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dengan merumuskan variabel penelitian melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik 9 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik pada remaja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu dukungan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan BAB 4 ANALISIS PENELITIAN 4.1. Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan sebanyak 150 remaja dengan rentang usia 15-18 tahun dan berjenis kelamin laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identivikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Harga diri 2. Varibel bebas : a. Dukungan sosial b. Regulasi emosi B. Definisi Operasional 1. Harga Diri Harga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas tentang orientasi kancah penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, hasil uji coba, hasil uji asumsi, hasil uji hipotesa dan pembahasan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerical

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional. Variabel Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berada pada tingkatan sekolah menengah pertama. Penelitian dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. berada pada tingkatan sekolah menengah pertama. Penelitian dilakukan di 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian kepada remaja yang berada pada tingkatan sekolah menengah pertama. Penelitian dilakukan di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam- macam nilai. 1 Adapun variabel terdiri dari macam, yaitu : 1. Variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan deskriptif korelasional. Penelitian dengan pendekatan kuatitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Sampel dalam penelitian ini adalah 75 anggota aktif. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai gambaran sampel berdasarkan usia dan Masa bekerja. Selanjutnya akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. persiapan administrasi. Sebelum persiapan penelitian ada tahap-tahap yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. persiapan administrasi. Sebelum persiapan penelitian ada tahap-tahap yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Sebelum melaksanakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak terdapat kendala dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Survei (metode survei). Kasiram (2008) dalam bukunya Metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang mana kuantitif sendiri diartikan sebagai sebuah metode yang digunakan untuk menguji teori tertentudengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian (disebut juga rancangan penelitian; proposal penelitian atau usul penelitian) adalah penjelasan mengenai berbagai komponen yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan mengumpulakan data yang berupa angka. Data tersebut kemudian diolah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Theresiana Salatiga yang terletak di jalan Kemiri Raya II Salatiga dengan akreditasi A. SMA Theresiana merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam melakukan penelitian, metode penelitian sangat erat kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif untuk mengetahui perbedaan hardiness mahasiswa lakilaki dan mahasiswa perempuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional (X) dengan efektivitas kinerja karyawan (Y),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yaitu analisis pearson product moment untuk mengetahui hubungan yang terjadi antar variabel Self (X) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 1. Variabel Penelitian Untuk menguji hipotesis penelitian, akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel yang diambil dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Usman (1996:

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN Bab ini membahas mengenai persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan yang terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Variabel tergantung Varibel bebas : Prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Metode penelitian korelasional digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hijabers Community Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hijabers Community Bandung. 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hijabers Community Bandung. 2. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini merupakan anggota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik regresi ganda. Menurut Arikunto (2002:23) Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Menurut Arikunto (2002:23) Penelitian kuantitatif adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Menurut Arikunto (2002:23) Penelitian kuantitatif adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini kami menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Menurut Arikunto (00:3) Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi perilaku atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian (Hadi, 000). Variabel penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Metode korelasional adalah metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Metode korelasional adalah metode penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan usaha yang harus ditempuh dalam penelitian untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu kebenaran pengetahuan. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN.1. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan korelasional dengan teknik survei untuk melihat hubungan variabel terikat dengan variabel tergantungnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasi.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasi. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasi. Penelitian dengan teknik korelasi bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Ngablak yang berada di desa Ngablak, kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Alasan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian korelasional yang bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasivariasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 48 Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ada pengaruh dukungan sosial terhadap depresi pada remaja awal korban bullying. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 49 Metode penelitian merupakan unsur penting di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: Variabel independent : motivasi kerja (X 1 ) dan sikap karyawan (X 2 ) Variabel dependent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan atau perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan atau perbedaan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan atau perbedaan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau tehnik dalam mengadakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau tehnik dalam mengadakan 43 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara atau tehnik dalam mengadakan penelitian. Cara atau tehnik dalam penelitian ini merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Kristen Satya Wacana yang terletak di Jalan Diponegoro, Salatiga. Populasi penelitian adalah semua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel kriterium: Penyesuaian diri terhadap lawan jenis. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel kriterium: Penyesuaian diri terhadap lawan jenis. B. Definisi Operasional digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu satu variabel kriterium dan dua variabel prediktor, sebagai berikut: 1. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berbentuk data kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan antara tingkat self-esteem dengan normative social influence pada remaja di SMA X yang meliputi hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam

Lebih terperinci