INSTALASI DAN UJI FUNGSI KONTROL SUHU MODEL PXR-9 PADA FURNACE SINTERING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INSTALASI DAN UJI FUNGSI KONTROL SUHU MODEL PXR-9 PADA FURNACE SINTERING"

Transkripsi

1 Triyono ISSN INSTALASI DAN UJI FUNGSI KONTROL SUHU MODEL PXR-9 PADA FURNACE SINTERING Triyono Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6601 ykbb, Yogyakarta ABSTRAK INSTALASI DAN UJI FUNGSI KONTROL SUHU MODEL PXR-9 PADA FURNACE SINTERING. Telah dilakukan instalasi dan uji fungsi kontrol suhu model PXR-9 pada furnace sintering. Kegiatan meliputi: instalasi dan uji fungsi kontrol suhu dengan sensor tipe B dan beban furnace sintering. Instalasi terbentuk dari beberapa komponen utama meliputi: kontrol suhu PXR-9, sensor suhu tipe B, kabel sensor suhu tipe B, sumber tegangan 12 Volt DC, solid state relay (SSR) 25 amper tegangan 3-32 Volt DC, relay ac SK-20, current transformer ratio 100 / 5 amper, ampermeter amper, saklar putar, saklar on-off, kabel penghubung dan casis berukuran panjang 52 cm lebar 40 cm tinggi 17 cm. Uji fungsi meliputi: pengubahan parameter operasi utama, uji fungsi kontrol suhu dengan sensor tipe B, uji fungsi kestabilan kontrol suhu pada suhu O C. Hasil uji fungsi kontrol suhu PXR-9 pada furnace sintering menunjukkan bahwa: kontrol suhu dapat berfungsi dengan beban furnace sintering secara kontinyu pada suhu O C. Suhu ruang pemanas antara O C menghasilkan tegangan sensor 0-11,30 mvolt. Konsumsi arus listrik primer untuk membangkitkan suhu O C antara 16,6-20,2 amper pada tegangan primer Volt AC. Kontrol suhu dapat beroperasi pada suhu setting O C dengan deviasi terendah antara 1-7 O C dan deviasi tertinggi antara O C. Kata Kunci : kontrol suhu PXR-9 furnace sintering ABSTRACT INSTALATION AND TESTING OF TEMPERATURE CONTROLLER MODEL PXR-9 ON SINTERING FURNACE. The temperature controller model PXR-9 on sintering furnace has been instaled and tested. The activity include: instalatiton and testing temperature controller with type B sensor and load sintering furnace. Instalation consist from some main component i.e : temperature controller PXR-9 temperature sensor type B cable temperature sensor type B, power supplay 12 volts DC, solid state relay (SSR) 25 ampers voltage 3-32 volt DC, relay ac SK-20, current transformer ratio 100 / 5 ampers, ampermeter ampers, rotary swicth, on-off swicth, conector cable and chasis with size long 52 cm wide 40 cm high 17 cm. Testing i.e: contartion first operation parameter, testing temperature controller with type B sensor, stabilitation testing temperature controller of temperature O C. The result testing temperature controller PXR-9 of sintering furnace showed that : temperature controller can function with load sintering furnace to continual of temperature O C. Temperature chamber between O C to production sensor voltages 0-11,30 mvolts. Consumtion primer electric current for generate temperature O C between 16,6-20,2 amperes on the primer voltages volts AC. Temperature controller can operation of temperature setting O C with lower deviation between 1-7 O C and higher deviation between O C. Keywords : temperature controller PXR-9 sintering furnace LATAR BELAKANG R eaktor Suhu Tinggi (RST) atau High Temperature Reactor (HTR) dewasa inimerupakan salah satu pembangkit energi listrik yang lebih diminati dibandingkan reaktor nuklir jenis lain. Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh RST antara lain panas yang tinggi yang ditimbulkan sebagai hasil sampingnya bisa dimanfaatkan untuk keperluan proses industri. Laboratorium Bidang Kimia Dan Teknologi Proses Bahan PTAPB- BATAN Yogyakarta saat ini sedang dan akan mengembangkan penelitian pembuatan kernel UO 2 sebagai inti dari partikel berlapis untuk elemen bahan bakar RST. Adapun tahapan proses pembuatan kernel UO 2 meliputi: pembuatan larutan uranyl nitrat (UN), pelarutan PVA, pembuatan sol, proses gelasi, perendaman, pencucian, pengeringan, kalsinasi, reduksi, dan sintering. Untuk dapat memperoleh kernel UO 2 yang memenuhi syarat bila digunakan sebagai bahan bakar HTR, maka diperlukan beberapa peralatan proses sesuai dengan tahapan tersebut. Salah satu peralatan proses yang digunakan yaitu unit sinter untuk melakukan proses sintering kernel UO 2 pada suhu yang telah ditentukan (1600 O C) (1,2). Untuk melengkapi sistem kontrol suhu pada proses sintering unit sinter telah terinstal dan

2 104 ISSN Triyono teraplikasi kontrol suhu tipe PXR-9, kontrol suhu tipe PXR-9 mampu bekerja pada suhu antara O C dengan variasi input sensor yang cukup memadahi sesuai keperluan. Secara fisik kontrol suhu PXR-9 berukuran 10 x 10 cm dilengkapi dengan fasilitas antara lain: tegangan kerja Volt, input sensor (K, T, B, R, S, J, PT 100), keluaran berupa relay kontak normally open dan normally clouse dan solid state relay (SSR (3). Sistem hubungan terminal kabel terhadap furnace dapat dilihat pada Gambar 1. Untuk menghubungkan antara temperature controller PXR-9 terhadap pemakai perlu dipelajari secara teliti pada terminal keluarannya yang ditunjukkan pada Gambar 1. Demi terhindarnya kerusakan alat akibat kesalahan dalam menghubungkan terminal keluaran terhadap pemakai perlu dipelajari manual instruction dari PXR-9 secara teliti. Tegangan input Volt AC terhubung ke terminal 11 dan 12, keluaran berupa alarm terhubung melalui kontak common 7 dengan alarm (1, 2 dan 3). Keluaran 1 terhubung pada terminal dengan kontak normally clouse (NC) maupun kontak normally open (NO) dan input sensor terhubung melalui terminal 35 dan 36 (karena input sensor berupa termokopel (4). dan komponen pendukung meliputi : solid state relay (SSR) dengan kemampuan arus 25 amper dan tegangan 3-32 Volt DC, relay ac tipe SK-20. Power supply 12 Volt DC, terminal kabel, lampu power, saklar power, kabel sensor tipe B. Curren transformer MSQ-30 dengan ratio 100 / 5 amper dan ampermeter amper akan terbentuk satu unit kontrol suhu pada unit sinter secara kompak (5). Pengontrolan suhu dilakukan dengan cara menghubungkan dan memutus aliran keluaran tegangan variac ke furnace sintering melalui kontrol keluaran PXR-9 sesuai suhu settingnya. Kontrol suhu PXR-9 berfungsi untuk mempertahankan kondisi suhu ruang pemanas yang diinginkan dalam sistem fisis dengan mengatur variabel suhu (set point) dalam sistem. Sistem kontrol mempunyai fasilitas tambahan yang amat penting berupa feedback control dengan menggunakan hasil keluaran output dari sistem untuk mempengaruhi input dari sistem yang sama (6). Untuk memperoleh suhu ruang pemanas 1600 O C diperlukan tegangan dari variac minimal 170 Volt selama 80 menit dengan arus primer 16,6-20,6 amper. Untuk menjaga agar selama operasi furnace tidak terjadi panas yang berlebihan pada tutup pemasukan cuplikan dan tutup pada sensor suhu dialirkan air pendingin yang cukup sekitar 8 liter / menit selama proses pemanasan berlangsung. Blok diagram temperature controller PXR-9 pada unit sinter dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 1. Sistem hubungan terminal kabel terhadap furnace. Keterangan Gambar 1 Input sensor : Berupa termokopel tipe B Keluaran : Normally clouse (NO) untuk kerja automatik ke relay furnace pada suhu awal sampai suhu setting yang dikehendaki. Power input : Tegangan kerja ke temperature controller PXR Volt AC. Alarm 1,2 : Digunakan untuk peralatan tanda dan 3 suhu tercapai berupa alarm Normally : Normally open terhubung ke clouse furnace Dengan menambah beberapa komponen yang terinstal kedalam chasis berukuran panjang 52 cm tinggi 17 cm dan lebar 40 cm akan terbentuk kontrol suhu yang mampu mengontrol proses sintering pada unit sinter. Komponen yang terinstal terdiri dari komponen utama berupa kontrol suhu model PXR-9 Gambar 2. Blok di.agram temperature controller PXR-9 pada unit sinter. Sistem kontrol suhu dapat dibebani dengan arus primer antara 0-25 amper pada tegangan primer Volt AC yang dikendalikan oleh saklar zat padat berupa saklar elektronik solid state relay (SSR) yang terhubung ke keluaran 1 berupa normally clouse (NC) dan normally open (NO) (4). Kontrol suhu PXR-9 difasilitasi dengan dua penampil proces value (PV) menunjukkan suhu yang sebenarnya dan setting value menampilkan suhu setting yang diinginkan

3 Triyono ISSN dalam proses sintering pada unit sinter. Untuk mengamankan setting suhu yang telah ditetapkan dapat dilakukan penguncian dengan mengaktipkan pengunci berupa parameter operasi Lock. Aplikasi temperature kontroller PXR-9 pada unit sinter dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Aplikasi temperature kontroller PXR-9 pada unit sinter Dengan terinstal dan teraplikasinya temperature controller PXR-9 pada unit sinter, maka proses sintering pada unit sinter dapat dikendalikan secara lebih baik dan diharapkan hasil proses memenuhi persyaratan yang diinginkan. TATA KERJA Alat Peralatan yang digunakan: automatic peeling pliers boss tools, digital multimeter CD 800a, toolsets, peralatan mekanik, tang ampermeter kew snap 2055 AC / DC, bor listrik, automatic wire tripper & cutter JRF-WS 102 dan hand crimping tools. Bahan Bahan yang diperlukan meliputi: temperature controller PXR-9, relay ac SK-20, current transformer ratio 5 / 100, pengukur arus beban amper, power supplay 12 Volt dc, terminal kabel, solid state relay 3-32 Volt dc, chasis panjang 52 cm lebar 40 cm tinggi 17 cm, saklar power 220 Volt 16 amper, lampu indikator 220 Volt, kabel serabut 1,5-4 mm, kabel sensor termokopel B dan sensor termokopel B. Cara kerja. 1. Disediakan komponen utama berupa temperature controller PXR-9 dan instruction manual. 2. Dipelajari instruction manual secara teliti untuk menentukan power utama, input sensor, keluaran dan cara pengubahan harga parameter secara benar. a. Cara pengubahan parameter awal dilakukan sebagai berikut: Aktifkan kontrol SEL ± 1 detik, maka pada penampil PV terbaca parameter MANU= Off. Stby (standby =off). LACH (alarm lach cancel=0) AT (autotuning=0) Tn-1 (timer 1 display=0) Tn-2 (timer 2 display=0) AL-1 (alarm 1 set value=10) AL-2 (alarm 2 set value=10) Loc (key Lock=0) b. Cara pengubahan blok parameter ke dua dilakukan sebagai berikut. Aktifkan kontrol SEL ± 3 detik: Pada penampil PV tertampil MENU menuju parameter P=29,4 % parameter I=112 detik Aktipkan kontrol down pada PV terampil parameter d= 21,6 detik parameter HYS= 1 % FS parameter cool=0,5 parameter db=0,0 parameter CTRL=PID TC= 2 TC 2=2 P-n2= 3 P-SL=0 P-SU= 1600 O C P-dP=0 PU-OF=0 P-dF=0 ALARM 1=5 ALRM 2=9 (terakhir)

4 106 ISSN Triyono c. Pengubahan blok parameter ketiga. Aktipkan kontrol SEL ± 5 detik pada PV tertampil P-n1=4 down pada PV tertampil SV-L=0 down pada PV tertampil SV-H=410 down pada PV tertampil dly1=0 down pada PV tertampil dly2=0 down pada PV tertampil A1HY=1 down pada PV tertampil A2HY=1 down pada PV tertampil A1OP=0 down pada PV tertampil A2OP=0 down pada PV tertampil dsp1=60 down pada PV tertampil dsp2=224 down pada PV tertampil dsp3=128 down pada PV tertampil dsp4=13 down pada PV tertampil dsp5=20 down pada PV tertampil dsp6=255 down pada PV tertampil dsp7=235 down pada PV tertampil dsp8=255 down pada PV tertampil dsp9=15 3. Digambar sistem wiring antara temperature controller terhadap komponen pendukungnya secara jelas dan benar. 4. Disediakan chasis untuk menginstal terhadap komponen utama dan pendukungnya secara kompak. 5. Dilakukan instalasi komponen utama dan komponen pendukung. 6. Dilakukan pengecekan ulang terhadap hasil instalasi untuk meyakinkan kebenarannya. 7. Dilakukan uji fungsi pada unit sinter dengan variasi suhu secara bertahap. HASIL DAN PEMBAHASAN Telah dilakukan instalasi dan uji fungsi kontrol suhu model PXR-9 pada furnace sintering. Instalasi kontrol suhu model PXR-9 dimaksudkan untuk mengendalikan suhu pada proses sintering dan diharapkan terjadi kestabilan antara suhu setting terhadap suhu sebenarnya. Sedangkan uji fungsi dimaksudkan mengetahui fungsi alat sesuai yang diinginkan untuk pengontrolan furnace sintering. Input sensor ke temperature controller berupa termokopel tipe B yang terpasang pada ruang pemanas unit sinter. Untuk mengetahui seberapa perubahan tegangan yang dibangkitkan pada junction termokopel dipasang alat ukur tegangan digital (mvolt) pada kedua terminalnya. Semakin suhu bertambah maka tegangan termokopel juga semakin bertambah besar sesuai panas yang diterima oleh junction. Hasil pengubahan blok parameter utama (parameter awal) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pengubahan blok parameter utama (parameter awal). No Nama parameter utama Kode Harga parameter Harga parameter akhir parameter awal 1 Selecting manual mode Stand by Nanu / MANU Stby Off On (hanya mengatur sampai suhu setting) 2 Alarm lach cancel 0 Off (tampilan SV tak berkedip) On (tampilan SV berkedip) 3 Autoning AT 1 Alarm aktip 1 (pengaturan secara automatik) 4 Timer 1 display Tn Timer 2 display Tn Alarm 1 set value AL Alarm 2 set value AL Key lock loc 0 On (data terkunci)

5 Triyono ISSN Dari hasil pengubahan blok parameter utama pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kontrol suhu bekerja secara automatik dengan alarm 1 dan alarm 2 selama 10 detik dan semua data yang telah ditetapkan terkunci. Dengan mengaktipkan key lock maka tidak setiap orang dapat merubah harga parameter alat yang telah ditetapkan. Apabila menginginkan pengaturan parameter atau setting suhu, maka key loc diubah harganya dari 0 menjadi 1. Hasil uji fungsi kontrol suhu PXR-9 dengan sensor tipe B dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil uji fungsi kontrol suhu PXR-9 dengan sensor B. No Suhu yang ditampilkan oleh PXR-9, O C Tegangan sensor tipe B, mvolt , , , , , , , , , , , , , , ,3 Dari hasil uji fungsi kontrol suhu dengan sensor tipe B yang ditunjukkan pada Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa tegangan sensor B akan dipengaruhi oleh panas yang diterima oleh junction termokopel. Panas yang dirasakan oleh junction akan diubah menjadi tegangan (mvolt) yang disebut sebagai effeck Seeback. Tegangan sensor yang masih lemah dikuatkan dalam sistem kontrol suhu dan ditampilkan menjadi suhu proces (PV). Sensor suhu tipe B berdiameter 2 mm dengan panjang 2 meter dapat digunakan pada daerah suhu yang cukup luas. Sensor suhu pada saat proses pemanasan berlangsung tidak diperbolehkan dipindah terutama pada suhu O C, karena sensor akan retak atau patah dan tidak dapat dipakai lagi. Hasil uji fungsi kontrol suhu pada unit sinter pada tegangan kerja primer Volt dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil uji fungsi kontrol suhu pada tegangan Volt pada unit sinter yang ditunjukkan pada Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa, semakin lama waktu uji akan menentukan besarnya suhu pada ruang reaktor maupun pada ruang pemanas. Selama waktu uji 0-90 menit memberikan kenaikan suhu pada ruang reaktor antara O C dan kenaikan suhu pada ruang pemanas O C dengan tegangan sensor antara 0,0-11,3 mvolt. Untuk membangkitkan suhu hingga 1600 O C diperlukan tegangan kerja primer Volt AC dan arus kerja primer 16,6-20,2 amper. Penampilan awal kontrol suhu PXR-9 berupa kode LLLL (set low) lambat laun akan menuju suhu nyata (PV) 74 O C. Selama uji fungsi unit sinter perlu pendinginan pada tutup sensor maupun ada tutup masuknya cuplikan, agar seal tutup pintu tidak leleh atau retak saat pemanasan. Pada suhu ruang pemanas 1600 O C memberikan perubahan suhu ruang reaktor sebesar 1117 O C selama waktu uji 90 menit. Perbedaan suhu antara ruang pemanas terhadap ruang reaktor dimana cuplikan diproses sebesar 483 O C. Untuk memperkecil perbedaan suhu dapat dilakukan dengan memperpanjang proses pemanasan lebih dari 90 menit. Uji fungsi stabilitas kontrol suhu PXR-9 pada suhu setting O C dapat dilihat pada Tabel 4. Uji fungsi stabilitas kontrol suhu dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar deviasi yang terjadi pada saat suhu setting tercapai (off) atau suhu tertinggi dan suhu terendah pada saat hidup kembali (on). Dari uji fungsi stabilitas kontrol suhu PXR-9 pada suhu setting O C yang ditunjukkan pada Tabel 4 diperlukan tegangan kerja primer antara Volt AC. Pada suhu setting O C menghasilkan tegangan sensor sebesar 0-11,30 mvolt. Untuk mencapai suhu 1600 O C yang diperlukan sebagai proses sintering minimal dibutuhkan tegangan primer 187 Volt AC. Besarnya deviasi pada suhu setting O C menunjukkan deviasi terendah (saat hidup) O C dan deviasi tertinggi (saat mati) sebesar 1-7 O C. Pada suhu setting O C menghasilkan deviasi terendah cukup stabil yaitu 13 O C, sedangkan deviasi tertinggi sebesar 1-4 O C.

6 108 ISSN Triyono Tabel 3. Hasil uji fungsi kontrol suhu pada tegangan kerja Volt pada unit sinter. No Waktu uji, Hasil tampilan suhu, O C Kebutuhan arus Tegangan menit Ruang reaktor Ruang pemanas kerja primer, amper sensor B, mvolt ,2 0, ,2 1, ,7 4, ,9 6, ,6 7, ,3 8, ,7 9, ,6 10, ,6 10, ,6 11,3 Tabel 4. Uji fungsi stabilitas kontrol suhu PXR-9 pada suhu setting O C. Kondisi uji: Tegangan kerja primer : Volt AC Arus kerja primer : 2,2-20,9 amper No Suhu setting saat uji fungsi, C Kondisi pengontrolan suhu ruang pemanas, O C Tegangan sensor, mvolt Tegangan kerja, volt Suhu terendah Suhu tertinggi , , , , , , , , , , , , , , , KESIMPULAN Dari hasil instalasi dan uji fungsi temperature controller PXR-9 TCCL-FV000 pada furnace sintering sebagai berikut. Uji fungsi meliputi pengubahan parameter operasi dan uji fungsi dengan beban furnace sintering. Pengubahan parameter operasi utama meliputi: input sensor (P-n2=3), parameter set low (P-SL=0) dan parameter set up (P- SU=1600). Kontrol suhu dapat berfungsi dengan beban furnace sintering secara kontinyu pada suhu ruang pemanas antara O C dengan tegangan sensor antara 0-11,3 mvolt secara baik. Untuk membangkitkan suhu O C diperlukan arus listrik 16,6-20,2 amper pada tegangan primer Volt. Deviasi yang terjadi pada suhu ruang pemanas O C terendah antara 1-7 O C dan tertinggi antara O C. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bpk Bambang Rahmat Sunarto, Bpk Parimun, AMd dan Bpk Jaswadi atas segala bantuannya, sehingga kegiatan penelitian dapat terlaksana dengan baik. DAFTAR PUSTAKA 1. HIDAYATI DKK, Proseding Pertemuan Dan Presentasi Ilmiah Dasar Ilmu Pengetahuan Dan

7 Triyono ISSN Teknologi Nuklir, PTAPB-BATAN Yogyakarta 10 Juli NONAME, Manual Operating Instruction HT Furnace, Nabertherm Bremen W, Germany MOCH SETYADJI, SETYO ATMODJO TRIYONO, Analisis rancangan Dan Pembuatan Reaktor Sinter UO 2, Jurnal IPTEK Nuklir Ganendra, Volume 13 Nomor 1 Januari 2010, ISSN NONAME, Instruction Manual Temperature Controller PXR-9 TCCI FV000 Fuji Japan. 5. NONAME, RS Component, March February ABDUL WAHID, IR, MT, Pengantar Pengendalian Proses, BAB I, Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok TANYA JAWAB Saminto Dimana letak/posisi termokopel dipasang? Apakah uji fungsi control suhu itu memanfaatkan fasilitas PID pada modul tersebut? Triyono Letak atau posisi termokopel dipasang di tengah ruang pemanas agar yang terjadi tidak menimbulkan penyimpangan suhu yang terlalu besar. Uji fungsi kontrol suhu menggunakan fasilitas on-off keluaran control suhu terhubung ke solid state relay 24 volt dc terhadap variac 10kvA untuk membangkitkan suhu 1600⁰C.

MODIFIKASI SISTEM PEMANAS PADA UNIT KALSINASI

MODIFIKASI SISTEM PEMANAS PADA UNIT KALSINASI MODIFIKASI SISTEM PEMANAS PADA UNIT KALSINASI -BATAN, Jl Babarsari Nomor 21, Kotak pos 6101 Ykbb 55281 Yogyakarta, e-mail : ptapb@batan.go.id ABSTRAK MODIFIKASI SISTEM PEMANAS PADA UNIT KALSINASI. Telah

Lebih terperinci

PEMBUATAN PERANGKAT KERAS PANEL SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI PADA PROSES GELASI

PEMBUATAN PERANGKAT KERAS PANEL SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI PADA PROSES GELASI PEMBUATAN PERANGKAT KERAS PANEL SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI PADA PROSES GELASI Triyono, Supardjono Mudjiman, Sri Widiyati -BATAN-Yogyakarta Jl Babarsari Nomor 21, Kotak pos 6101 Ykbb 55281 e-mail

Lebih terperinci

INSTALASI DAN UJI COBA SISTEM PENGATUR SUHU PADA REAKTOR PEMBUATAN SOL

INSTALASI DAN UJI COBA SISTEM PENGATUR SUHU PADA REAKTOR PEMBUATAN SOL Triyono, dkk. ISSN 0-8 0 INSTALASI DAN UJI COBA SISTEM PENGATUR SUHU PADA REAKTOR PEMBUATAN SOL Triyono, Moch Setyadji Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN, Yogyakarta ABSTRAK INSTALASI DAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT PENGAMAN SISTEM PENDINGIN OPERASIONAL FURNACE RUHSTRAT

PEMBUATAN ALAT PENGAMAN SISTEM PENDINGIN OPERASIONAL FURNACE RUHSTRAT PEMBUATAN ALAT PENGAMAN SISTEM PENDINGIN OPERASIONAL FURNACE RUHSTRAT -BATAN, Babarsari Yogyakarta 5581 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK PEMBUATAN ALAT PENGAMAN SISTEM PENDINGIN OPERASIONAL FURNACE RUHSTRAT.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA UNIT KALSINASI BMF-14

PENINGKATAN KINERJA UNIT KALSINASI BMF-14 PRSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELLAAN PERANGKAT NUKLIR PENINGKATAN KINERJA UNIT KALSINASI BMF-14 PTAPB-BATAN Yogyakarta ptapb@batan.go.id ABSTRAK PENINGKATAN KINERJA UNIT KALSINASI BMF-14.Telah dilakukan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL SUHU UNTUK UNIT REDUKSI

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL SUHU UNTUK UNIT REDUKSI RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL SUHU UNTUK UNIT REDUKSI Triyono, Moch Setyadji dan Adi Abimanyu, BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281 email: triyono793@gmail.com ABSTRAK RANCANG BANGUN

Lebih terperinci

INSTALASI DAN UJI FUNGSI KONTROL SUHU PADA UNIT PRE- HEATER PASIR ZIRKON

INSTALASI DAN UJI FUNGSI KONTROL SUHU PADA UNIT PRE- HEATER PASIR ZIRKON INSTALASI DAN UJI FUNGSI KONTROL SUHU PADA UNIT PRE- HEATER PASIR ZIRKON Isti Dian Rachmawati, Triyono dan Sudaryadi, BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281 email:istidian@batan.go.id

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INSTRUMEN KONTROL SUHU PADA UNIT KALSINASI KR-260E

RANCANG BANGUN SISTEM INSTRUMEN KONTROL SUHU PADA UNIT KALSINASI KR-260E RANCANG BANGUN SISTEM INSTRUMEN KONTROL SUHU PADA UNIT KALSINASI KR-260E Triyono dan Adi Abimanyu, BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281 email:triyono793@gmail.com ABSTRAK RANCANG BANGUN

Lebih terperinci

DX1220 LITEPUTER DIMMER PACK 12CH DMX512. Disusun oleh: Iwan B Pratama Blastica Sound

DX1220 LITEPUTER DIMMER PACK 12CH DMX512. Disusun oleh: Iwan B Pratama Blastica Sound LITEPUTER DIMMER PACK 12CH DMX512 Disusun oleh: Iwan B Pratama Blastica Sound Panel Depan DX1220 terdiri dari 12 modul P-30 (1 ch modul) dan 1 buah DP-5 (DMX interface). Modul P-30 TRIG : menandakan jika

Lebih terperinci

DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT

DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA Rohmad Salam Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir ABSTRAK DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR. Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR. Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008 APLIKASI DAN UJI FUNGSI SENSOR SUHU TERMOKOPEL K3 PADA UNIT REDUKSI TIPE Triyono PTAPB-BATAN Yogyakarta ABSTRAK APLIKASI DAN UJI FUNGSI SENSOR SUHU TERMOKOPEL TIPE K3 PADA UNIT REDUKSI. Telah dilakukan

Lebih terperinci

UJI FUNGSI ALAT PENGENDALI SUHU TIPE TZ4ST-R4C SEBAGAI PERANGKAT PENGKONDISIAN SINYAL

UJI FUNGSI ALAT PENGENDALI SUHU TIPE TZ4ST-R4C SEBAGAI PERANGKAT PENGKONDISIAN SINYAL UJI FUNGSI ALAT PENGENDALI SUHU TIPE TZ4ST-R4C SEBAGAI PERANGKAT PENGKONDISIAN SINYAL Saminto, Untung Margono, Ihwanul Aziz, Sugeng Riyanto - BATAN Yogyakarta ptapb@batan.go.id ABSTRAK UJI FUNGSI PENGENDALI

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI TUNGKU AUTOCLAVE ME-24

RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI TUNGKU AUTOCLAVE ME-24 RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI TUNGKU AUTOCLAVE ME-24 Sugeng Rianto, Dedy Haryadi, Triarjo PTBBN-BATAN Serpong Email : sugeng-r@batan.go.id SEMINAR NASIONAL X ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI TUNGKU

Lebih terperinci

logo l RANCANG-BANGUN AKUISISI DATA DAN KONTROL UNTUK OPTIMASI PROSES PEMBUATAN GEL AMONIUM DIURANAT

logo l RANCANG-BANGUN AKUISISI DATA DAN KONTROL UNTUK OPTIMASI PROSES PEMBUATAN GEL AMONIUM DIURANAT B.48 logo l RANCANG-BANGUN AKUISISI DATA DAN KONTROL UNTUK OPTIMASI PROSES PEMBUATAN GEL AMONIUM DIURANAT Ir. Moch. Setyadji, MT. Prof. Drs. Sahat Simbolon, M.Sc. Drs. Damunir Aryadi, ST. Wijiono, SP.

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT Pada bab sebelumnya telah diuraikan konsep rancangan dan beberapa teori yang berhubungan dengan rancangan ACOS (Automatic Change Over Switch) pada AC (Air Conditioning)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Blok Diagram LED indikator, Buzzer Driver 1 220 VAC Pembangkit Frekuensi 40 KHz 220 VAC Power Supply ATMEGA 8 Tranduser Ultrasounik Chamber air Setting Timer Driver 2 Driver

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI ph PADA REAKTOR PENGENDAPAN ZIRKON HIDROKSIDA

RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI ph PADA REAKTOR PENGENDAPAN ZIRKON HIDROKSIDA RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI ph PADA REAKTOR PENGENDAPAN ZIRKON HIDROKSIDA Moch. Rosyid, Sudaryadi -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail: m_rosyid@batan.go.id ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI

Lebih terperinci

INSTALASI DAN PENGUJIAN SISTEM KONTROL TEMPERATUR FURNACE MULTI STEP RAMP/SOAK FUJI PXR 9

INSTALASI DAN PENGUJIAN SISTEM KONTROL TEMPERATUR FURNACE MULTI STEP RAMP/SOAK FUJI PXR 9 INSTALASI DAN PENGUJIAN SISTEM KONTROL TEMPERATUR FURNAE MULTI STEP RAMP/SOAK FUJI PXR 9 Heri Nugraha 1), Marga Asta Jaya Mulya 2) 1) Pusat Penelitian Metalurgi-LIPI, Kawasan Puspiptek Gd. 470, Serpong,

Lebih terperinci

PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI TVNGKV HERAEVS

PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI TVNGKV HERAEVS ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI TVNGKV HERAEVS Ngatijo, Pranjono ABSTRAK PERBAIKAN DAN UJI FUNGSI TUNGKU HERAEUS. Telah dilakukan perbaikan Tungku Heraeus

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM FISIKA MATERIAL DAN INSTRUMENTASI No. Dokumen : IKO/FM.003/VCF PETUNJUK OPERASIONAL VACUM CHAMBER FURNACE JK-1200

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM FISIKA MATERIAL DAN INSTRUMENTASI No. Dokumen : IKO/FM.003/VCF PETUNJUK OPERASIONAL VACUM CHAMBER FURNACE JK-1200 Halaman : 1 dari 8 PETUNJUK OPERASIONAL VACUM CHAMBER FURNACE JK-1200 1. Ruang Lingkup Petunjuk ini digunakan untuk mengoperasionalkan Vacum Chamber JK-1200 sesuai dengan prosedur operasional yang disarankan.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 47 BAB IV PENGUJIAN ALAT Dalam bab ini akan menguraikan persiapan komponen-komponen dan peralatan yang digunakan serta langkah-langkah praktek, kemudian menyiapkan data hasil pengukuran dari pengujian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar. 4.1 Blok Diagram sistem counting bottle. Unit Power. Primus CMP-72T. Keypad.

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar. 4.1 Blok Diagram sistem counting bottle.  Unit Power. Primus CMP-72T. Keypad. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sistem Counting Bottle Pada prinsipnya sistem ini digunakan untuk menghitung botol tranparan pada conveyor yang sedang beroperasi dengan kecepatan 400-500 botol permenit. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai persiapan komponenkomponen dan peralatan yang digunakan serta langkah-langkah praktek, kemudian menampilkan data hasil

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN 42 BAB III METODA PENELITIAN 3.1. Komponen yang digunakan lain: Adapun komponen-komponen penting dalam pembuatan modul ini antara 1. Lampu UV 2. IC Atmega 16 3. Termokopel 4. LCD 2x16 5. Relay 5 vdc 6.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER 4.1 Pemilihan Komponen Dalam pemilihan komponen yang akan digunakan, diperlukan perhitunganperhitungan seperti perhitungan daya, arus, serta mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan komponen yang digunakan untuk pembuatan rangkaian modul. adalah sebagai berikut : 3. Kapasitor 22nF dan 10nF

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan komponen yang digunakan untuk pembuatan rangkaian modul. adalah sebagai berikut : 3. Kapasitor 22nF dan 10nF 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN Bahan komponen yang digunakan untuk pembuatan rangkaian modul adalah sebagai berikut : 3.1.1 Rangkaian Minimum System Komponen yang digunakan pada rangkaian minimum

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perancangan sistem pemanasan air menggunakan SCADA software dengan Wonderware InTouch yang terdiri dari perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Waterbath terapi rendam kaki menggunakan heater dan peltier sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Waterbath terapi rendam kaki menggunakan heater dan peltier sebagai 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Spesifikasi Alat Waterbath terapi rendam kaki menggunakan heater dan peltier sebagai komponen utamanya. Berikut adalah spesifikasi dari alat waterbath terapi: 1. Tegangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Penerapan sistem membahas hasil dari penerapan teori yang telah berhasil penulis kembangkan sehingga menjadi sistem tersebut dapat berjalan sesuai dengan

Lebih terperinci

PRO SIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKA T NUKLIR. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 11 September 2013

PRO SIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKA T NUKLIR. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 11 September 2013 @ PRO SIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKA T NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan PEMBUATANPANEL SUMBER TEGANGAN 380/220 VOLT ARUS 63 AMPER KELUARAN RELAY AC PADA UNIT PELAPISAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Programmable Logic Controller Proses di berbagai bidang industri manufaktur biasanya sangat kompleks dan melingkupi banyak subproses. Setiap subproses perlu dikontrol secara seksama

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PERANCANGAN SISTEM BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Gambaran Umum Sistem Perancangan kendali kelistrikan rumah menggunakan web dimulai dari perancangan hardware yaitu rangkaian pengendali dan rangkaian pemantau seperti rangkaian

Lebih terperinci

MAKALAH. TIMER / TDR (Time Delay Relay)

MAKALAH. TIMER / TDR (Time Delay Relay) MAKALAH TIMER / TDR (Time Delay Relay) DISUSUN OLEH : MUH. HAEKAL SETO NUGROHO 5115116360 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2014 Latar Belakang Dalam dunia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sistem Hot Plate Magnetic Stirrer Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Blok alat 20 21 Fungsi masing-masing

Lebih terperinci

BATAN. [ PTAPB BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta Telp. (62)(0274) , Fax: ,

BATAN. [ PTAPB BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta Telp. (62)(0274) , Fax: , BATAN [B 77 ] PENYEMPURNAAN UJI FUNGSI DAN VALIDASI PERHITUNGAN UNIT PELAPISAN KERNEL UO2 Ir. R. Sukarsono, SU [ PTAPB BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281 Telp. (62)(0274) 488435,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. monitoring daya listrik terlihat pada Gambar 4.1 di bawah ini : Gambar 4.1 Rangkaian Iot Untuk Monitoring Daya Listrik

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. monitoring daya listrik terlihat pada Gambar 4.1 di bawah ini : Gambar 4.1 Rangkaian Iot Untuk Monitoring Daya Listrik BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1. Hasil Pengujian Penerapan sistem membahas hasil dari penerapan teori yang telah berhasil penulis kembangkan sehingga menjadi sistem tersebut dapat berjalan sesuai dengan

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC UNTUK STARTING DAN BREAKING PADA PINTU GESER MENGGUNAKAN PID

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC UNTUK STARTING DAN BREAKING PADA PINTU GESER MENGGUNAKAN PID SISTEM PENGATURAN MOTOR DC UNTUK STARTING DAN BREAKING PADA PINTU GESER MENGGUNAKAN PID Disusun oleh : Rachmat Yustiawan Hadi 2209030002 Lucky Setiawan 2209030031 Dosen pembimbing 1 Ir. Rusdhianto Effendi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Toolset 2. Solder 3. Amplas 4. Bor Listrik 5. Cutter 6. Multimeter 3.1.2 Bahan 1. Trafo tipe CT 220VAC Step down 2. Dioda bridge 3. Dioda bridge

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pegontrolan Temperatur dan Waktu untuk Proses Heat Treatmet

Rancang Bangun Sistem Pegontrolan Temperatur dan Waktu untuk Proses Heat Treatmet Rancang Bangun Sistem Pegontrolan Temperatur dan Waktu untuk Proses Heat Treatmet Sari Widya Fitri *, Harmadi, Wildian Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163

Lebih terperinci

EVALUASITERHADAPPENGGUNAANTEMWERATURE CONTROLLER TIPE B 170 (MB1) PADA FURNACE TIPE L3/12/BI70 UNTUK PROSES PEMANGGANGAN GRAFIT

EVALUASITERHADAPPENGGUNAANTEMWERATURE CONTROLLER TIPE B 170 (MB1) PADA FURNACE TIPE L3/12/BI70 UNTUK PROSES PEMANGGANGAN GRAFIT Yogyakarta, 28 Agustus 2006 EVALUASITERHADAPPENGGUNAANTEMWERATURE CONTROLLER TIPE B 170 (MB1) PADA FURNACE TIPE L3/12/BI70 UNTUK PROSES PEMANGGANGAN GRAFIT Triyono, Tunjung Indrati Yuliati, Hidayati PTAPB-BATAN

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 13 BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Sistem Aplikasi ini membahas tentang penggunaan IC AT89S51 untuk kontrol suhu pada peralatan bantal terapi listrik. Untuk mendeteksi suhu bantal terapi

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN DAN UJI KINERJA TUNGKU REDUKSI KERNEL U 3 O 8

ANALISIS PERANCANGAN DAN UJI KINERJA TUNGKU REDUKSI KERNEL U 3 O 8 18 ISSN 0216-3128 Moch. Setyadji, dkk. ANALISIS PERANCANGAN DAN UJI KINERJA TUNGKU REDUKSI KERNEL U 3 O 8 Moch. Setyadji, Triyono, Dedy Husnurrofiq PSTA BATAN, Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS Tindak lanjut dari perancangan pada bab sebelumnya adalah pengujian sistem. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

A. SKEMA RANGKAIAN DAN INSTALASI. A.1. Blok Diagram Alarm - 3 -

A. SKEMA RANGKAIAN DAN INSTALASI. A.1. Blok Diagram Alarm - 3 - Terimakasih atas kepercayaan Anda terhadap Alarm Sepeda Motor Zuvitronic ZN01 sebagai pengaman sepeda motor Anda. Keunggulan Alarm ini adalah: 1. Password 3 digit. Motor tidak akan bisa dihidupkan tanpa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Bab ini akan membahas mengenai perancangan dan realisasi perangkat keras serta perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung keseluruhan alat yang dibuat. Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam merancang bangun, yaitu : 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam perancangan Variable

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen komponen dan peralatan yang dipergunakan serta langkahlangkah praktek,

Lebih terperinci

2. Pengendalian otomat dengan tenaga hydroulic

2. Pengendalian otomat dengan tenaga hydroulic 2. Pengendalian otomat dengan tenaga hydroulic Keuntungan : Pengontrolan mudah dan responnya cukup cepat Menghasilkan tenaga yang besar Dapat langsung menghasilkan gerakan rotasi dan translasi 1 P a g

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dilakukan, pembuatan sampel mentah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi

III. METODE PENELITIAN. dilakukan, pembuatan sampel mentah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dibeberapa tempat berbeda berdasarkan proses kegiatan yang dilakukan, pembuatan sampel mentah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Programmable Logic Controller (PLC) Programmable logic controller singkatnya PLC merupakan suatu bentuk khusus pengendalian berbasis mikroprossesor yang memanfaatkan memori

Lebih terperinci

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive) 15 BAB III CAPACITOR BANK 3.1 Panel Capacitor Bank Dalam sistem listrik arus AC/Arus Bolak Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya Semu (S,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TEORI DASAR GENSET Genset adalah singkatan dari Generating Set. Secara garis besar Genset adalah sebuah alat /mesin yang di rangkai /di design /digabungkan menjadi satu kesatuan.yaitu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 62 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan dari pembuatan alat ini telah telaksana dengan baik atau tidak, maka perlu dilakukan pengujian dan analisa terhadap alat yang dibuat.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 41 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Tujuan Perancangan Dalam pembuatan suatu sistem kontrol atau kendali, perancangan merupakan tahapan yang sangat penting untuk dilalui atau dilakukan. Perancangan adalah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kerja Panel Kontrol Lift BAB III LANDASAN TEORI Gambar 3.1 Lift Barang Pada lift terdapat 2 panel dimana satu panel adalah main panel yang berisi kontrol main supaly dan control untuk pergerakan

Lebih terperinci

Jurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital

Jurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital Jurnal Skripsi Alat mesin mini voting digital ini adalah alat yang digunakan untuk melakukan pemilihan suara, dikarenakan dalam pelaksanaanya banyaknya terjadi kecurangan dalam perhitungan jumlah hasil

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420 RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420 Suhanto Prodi D3 Teknik Listrik Bandar Udara, Politeknik Penerbangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil dan analisis terhadap sistem yang telah dibuat secara keseluruhan. Pengujian tersebut berupa pengujian terhadap perangkat keras serta pengujian

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA THERMOCOUPLE W3Re25 PADA SUHU PENYINTERAN 1500 O C

ANALISIS UNJUK KERJA THERMOCOUPLE W3Re25 PADA SUHU PENYINTERAN 1500 O C ANALISIS UNJUK KERJA THERMOCOUPLE W3Re25 PADA SUHU PENYINTERAN 1500 O C Dede Sutarya Bidang Bahan Bakar Nuklir - PTBN ABSTRAK ANALISIS UNJUK KERJA THERMOCOUPLE W3Re25 PADA SUHU PENYINTERAN 1500 O C. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri skala kecil hingga skala besar di berbagai negara di belahan dunia saat ini tidak terlepas dari pemanfaatan mesin-mesin industri sebagai alat

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN

BAB III RANCANG BANGUN 26 BAB III RANCANG BANGUN 3.1. Tujuan Perancangan. Dalam pembuatan suatu alat, perancangan merupakan tahapan yang sangat penting dilakukan. Tahapan perancangan merupakan suatu tahapan mulai dari pengamatan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu :

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu : III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik 1. Saklar Elektro Mekanik (KONTAKTOR MAGNET) Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Tujuan Pengukuran 4.2. Peralatan Pengukuran

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Tujuan Pengukuran 4.2. Peralatan Pengukuran BAB IV PEMBAHASAN Setelah perancangan dan pembuatan peralatan selesai, maka tahap selanjutnya akan dibahas mengenai pembahasan dan analisa dari pengukuran yang diperoleh. Untuk mengetahui apakah rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen komponen dan peralatan yang digunakan serta langkah-langkah praktek, kemudian menyiapkan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI. pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk

BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI. pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI 2.1 Pengertian Pengontrolan Pengontrolan dapat diartikan sebagai pengaturan dan pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERUSAKAN BARREL LIFTING DEVICE DAN BARREL DOUBLE LID HOTCELL 001/102 DI IRM

IDENTIFIKASI KERUSAKAN BARREL LIFTING DEVICE DAN BARREL DOUBLE LID HOTCELL 001/102 DI IRM ISSN 1979-2409 Identifikasi Kerusakan Barrel Lifting Device Dan Barrel Double Lid Hotcell 001/102 Di IRM (Junaedi, Darma Adiantoro, Saud Maruli Tua) IDENTIFIKASI KERUSAKAN BARREL LIFTING DEVICE DAN BARREL

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN. yang dibikin dipasaran menggunakan sistem manual saja, atau otomatis

BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN. yang dibikin dipasaran menggunakan sistem manual saja, atau otomatis BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN 3.1. Perakitan Panel Panel Lampu Luar merupakan salah satu panel yang telah dikenal luas, khususnya dalam instalasi lampu penerangan lampu jalan ( PJU ). Biasanya

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA ALAT DRYING OVEN BINDER ED-53

INSTRUKSI KERJA ALAT DRYING OVEN BINDER ED-53 INSTRUKSI KERJA ALAT DRYING OVEN BINDER ED-53 Laboratorium Sains Program Studi Teknik Kimia Universitas Brawijaya Malang 2015 Instruksi Kerja Drying Oven BINDER ED-53 Laboratorium Sains Program Studi Teknik

Lebih terperinci

TEKNIK PERBAIKAN SAMBUNGAN TERMOKOPEL TEMPERATUR TINGGI PADA HEATING-01

TEKNIK PERBAIKAN SAMBUNGAN TERMOKOPEL TEMPERATUR TINGGI PADA HEATING-01 TEKNIK PERBAIKAN SAMBUNGAN TERMOKOPEL TEMPERATUR TINGGI PADA HEATING-01 Sigma Epsilon ISSN 0853-9103 Oleh Joko Prasetio W 1, Kiswanta 1, Edy Sumarno 1, Ainur Rosidi 1, Ismu Handoyo 1, Khrisna 2 1 Pusat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menitik beratkan pada pengukuran suhu dan kelembaban pada ruang pengering menggunakan sensor DHT21. Kelembaban dan suhu dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1. Pendahuluan Sebelum digunakan untuk produksi, rancangan prototype robot auto spray ini harus diuji terlebih dahulu. Pengujian ini berfungsi untuk: Mengetahui kondisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil dan analisis terhadap sistem yang telah dibuat secara keseluruhan. Pengujian tersebut berupa pengujian terhadap perangkat keras serta pengujian

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR 2009/2010 http://www.totoktpfl.wordpress.com Page 1 of 39 Disusun : TOTOK NUR ALIF, S.Pd, ST NIP. 19720101 200312

Lebih terperinci

PEMBUATAN SISTEM ANTARMUKA DAN AKUISISI DATA MENGGUNAKAN CIMON SCADA PADA MODEL SUNGKUP PLTN TIPE PWR

PEMBUATAN SISTEM ANTARMUKA DAN AKUISISI DATA MENGGUNAKAN CIMON SCADA PADA MODEL SUNGKUP PLTN TIPE PWR PEMBUATAN SISTEM ANTARMUKA DAN AKUISISI DATA MENGGUNAKAN CIMON SCADA PADA MODEL SUNGKUP PLTN TIPE PWR Agus Nur Rachman, Kussigit Santosa Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN e-mail : ptrkn@batan.go.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proteksi Sistem Tenaga Listrik Proteksi terhadap suatu sistem tenaga listrik adalah sistem pengaman yang dilakukan terhadap peralatan- peralatan listrik, yang terpasang pada sistem

Lebih terperinci

DASAR KONTROL KONVENSIONAL KONTAKTOR

DASAR KONTROL KONVENSIONAL KONTAKTOR SMK NEGERI 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN Kelas XI DASAR KONTROL KONVENSIONAL Buku Pegangan Siswa REVISI 03 BUKU PEGANGAN SISWA (BPS) Disusun : TOTOK NUR ALIF,S.Pd.,ST NIP. 19720101 200312

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER 4.1 TUJUAN PENGUJIAN Tujuan dari pengujian Cigarette Smoke Filter ialah untuk mengetahui seberapa besar kinerja penyaringan yang dihasilkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Eksperimen dilakukan untuk mengetahui proses pembakaran spontan batubara menggunakan suatu sistem alat uji yang dapat menciptakan suatu kondisi yang mendukung terjadinya pembakaran

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI DIGITAL

SISTEM KENDALI DIGITAL SISTEM KENDALI DIGITAL Sistem kendali dapat dikatakan sebagai hubungan antara komponen yang membentuk sebuah konfigurasi sistem, yang akan menghasilkan tanggapan sistem yang diharapkan. Jadi harus ada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan alat Infra merah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan alat Infra merah BAB III METODOLOGI PENELITIAN Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan alat Infra merah Terapi dengan Sensor Suhu yang terdiri atas komponen fisik penunjang seperti Dimmer, Timer, Lampu IR Philip,Sensor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. makanan menggunakan termoelektrik peltier TEC sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. makanan menggunakan termoelektrik peltier TEC sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu dan tempat pelaksanaan pembuatan mesin pendingin minuman dan makanan menggunakan termoelektrik peltier TEC1-12706 sebagai berikut : 1.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 21 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rangkaian Keseluruhan Sistem kendali yang dibuat ini terdiri dari beberapa blok bagian yaitu blok bagian plant (objek yang dikendalikan), blok bagian sensor, blok interface

Lebih terperinci

Instruksi Kerja Penggunaan Oven Carbolite

Instruksi Kerja Penggunaan Oven Carbolite Instruksi Kerja Penggunaan Oven Carbolite Laboratorium Kesmavet Program kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2012 1 Instruksi Kerja Penggunaan Oven Carbolite Laboratorium Kesmavet Program Kedokteran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. BAB II LANDASAN TEORI II.I. Pengenalan Alat Ukur. Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang

Lebih terperinci

SISTEM PENGATUR DAN PEMANTAU SUHU MENGGUNAKAN MIKROKOMPUTER MEK 6802D5. Budiono, Kurniadi, Sumaamidjaja Pusat Penelitian Teknik Nuklir-BATAN ABSTRAK

SISTEM PENGATUR DAN PEMANTAU SUHU MENGGUNAKAN MIKROKOMPUTER MEK 6802D5. Budiono, Kurniadi, Sumaamidjaja Pusat Penelitian Teknik Nuklir-BATAN ABSTRAK SISTEM PENGATUR DAN PEMANTAU SUHU MENGGUNAKAN MIKROKOMPUTER MEK 6802D5 Budiono, Kurniadi, Sumaamidjaja Pusat Penelitian Teknik Nuklir-BATAN ABSTRAK Telah dibuat sistem pengatur dan pemantau suhu menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM KONTROL

BAB III PERANCANGAN SISTEM KONTROL BAB III PERANCANGAN SISTEM KONTROL Secara keseluruhan sistem kontrol yang dibuat terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kontrol 42Vac dan kontrol 5Vdc, bagian kontrol 42Vac untuk mengontrol kontaktor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Sistem pengendalian otomatis generator pada saat listrik padam, berfungsi untuk mengalihkan sumber catu daya listrik, dari listrik PLN ke listrik yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I SISTEM KONTROL TNA 1

BAB I SISTEM KONTROL TNA 1 BAB I SISTEM KONTROL Kata kontrol sering kita dengar dalam pembicaraan sehari-hari. Kata kontrol disini dapat diartikan "mengatur", dan apabila kita persempit lagi arti penggunaan kata kontrol dalam teknik

Lebih terperinci

MAX GUARD.

MAX GUARD. MAX GUARD ALARM MOTOR DENGAN PASSWORD ZN-P204 DIPRODUKSI OLEH ZUVITRON DIGITAL http://zuvitronic.tripod.com Terimakasih atas kepercayaan Anda terhadap Alarm Sepeda Motor Max Guard ZN-P204 sebagai pengaman

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL

BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL 82 BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL Analisa rangkaian kontrol pada rangkaian yang penulis buat adalah gabungan antara rangkaian kontrol dari smart relay dan rangkaian kontrol konvensional yang terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci