BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Inverter Konverter DC - AC atau biasa disebut Inverter adalah suatu alat elektronik yang berfungsi menghasilkan keluaran AC Sinusoidal dari masukan DC dimana magnitudo dan frekuensinya dapat diatur. Inverter biasanya banyak digunakan pada kendali mesin AC dan UPS (Uninterruptible Power Supply). Dilihat dari masukannya, inverter dibagi menjadi dua macam yaitu VSI (Voltage Source Inverter) dimana masukannya adalah sumber tegangan DC dan CSI (Current Source Inverter) dimana masukannya adalah sumber arus DC. Pada umumnya, inverter yang lebih sering digunakan adalah VSI sedangkan CSI penggunaannya terbatas pada kontrol Motor AC dengan daya yang sangat besar. 5

2 6 Gambar 2.1. Topologi inverter full-bridge Untuk menghasilkan keluaran AC sinusoidal, inverter bekerja dengan mengatur penyaklaran masukan sumber DC. Dalam satu lengan, transistor yang boleh ON hanya satu karena apabila dua transistor dalam satu lengan ON maka sumber tegangan DC akan terhubung singkat. Dengan demikian pada saat on maka akan off, hal yang sama terjadi pada dan. Pada saat dan on, maka beban akan merasakan tegangan ( = ).Pada saat dan on maka beban akan merasakan tegangan ( = - ). Bentuk sinyal tegangan keluaran dari gambar 2.2 adalah sebagai berikut : Gambar 2.2 Bentuk keluaran inverter Keluaran inverter dengan penyaklaran seperti diatas adalah gelombang persegi. Gelombang seperti ini memiliki kandunagan harmonisa yang besar. Biasanya keluaran inverter yang diinginkan adalah bentuk gelombang sinus murni

3 7 karena gelombang sinus murni tidak mengandung harmonisa. Untuk mendapatkan bentuk gelombang sinusoidal maka teknik penyaklaran transistor harus diatur salah satu teknik yang paling umum digunakan dalam mengatur penyaklaran transistor dalam inverter adalah PWM (Pulse Width Modulation) Pulse Width Modulation Pulse Width Modulation (PWM) adalah salah satu teknik untuk mengatur penyaklaran transistor dalam inverter. Teknik ini pada dasarnya adalah membandingkan dua sinyal untuk mendaptkan pola penyaklaran transistor. Sinyal pertama adalah sinyal repetitif sebagai sinyal yang carrier dan biasanya adalah sinyal segitiga. Sinyal kedua adalah sinyal yang akan dimodulasi untuk mendapatkan bentuk keluaran yang diinginkan dan biasa disebut sinyal referensi. Apabila sinyal referensi lebih besar (kecil) dari sinyal carrier maka lengan atas ( ) akan menerima sinyal on (off). Gambar 2.3 Pulse Width Modulation

4 8 Perbandingan antara amplitudo sinyal referensi dan amplitudo sinyal carrier disebut indeks modulasi m....(2.1) Pada saat amplitudo sinyal referensi sama dengn sinyal carrier maka indeks modulasi maksimum. Rentang antara indeksi modulasi minimum (nol) sampai indeks modulasi maksimum adalah rentang besarnya keluaran yang dapat diatur oleh inverter. Apabila amplitudo sinyal referensi lebih tinggi dari amplitudo sinyal segitiga maka inverter berada pada daerah operasi overmodulation. Pada daerah ini hubungan antara keluaran inverter dengan indeks modulasi tidak lagi linear. Jika m besaran sehingga sinyal referensi berpotongan dengan sinyal segitiga pada titik zero crossing (Gambar 2.3) maka pola penyaklaran adalah penyaklaran sinyal persegi. Daerah ini bisa disebut daerah saturasi PWM karena indeks modulasi m sudah tidak lagi berpengaruh terhadap besaranya keluaran. Salah satu keutungan operasi penyaklaran persegi adalah setiap lengan berubah keadaannya hanya satu kali dalam satu periode.hal ini penting untuk level dengan daya besar dimana biasannya respon saklar semikonduktor pada level ini rendah. Karena inverter tidak dapat mengatur besarannya keluaran maka satu-satunya cara untuk mengatur besarannya keluaran adalah dengan mengatur masukannya. Dalam aplikasi industri, biasannya keluaran inverter harus bisa diatur. Pengaturan ini biasanya ditunjukan untuk mengatsi masalah variasi tegangan masukan sumber DC, pengaturan keluaran inverter agar sesuai denagn kebutuhan,

5 9 dan untuk kebutuhan pengaturan volt/frekuensi yang tetap. Dengan demikian maka inverter harus diusahakan bekerja pada daerah linearnya. Denagn sinyal referensi sinus bisa didapat adalah 1. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk memperbesar daerah liner inerter. Penelitian biasanya dilakuakan pada kontrol pada penyaklaran inverter atau modifikasi PWM yang sudah ada. Gambar 2.4 Pengaturan tegangan dengan m. a. Parameter Peformasi Inverter Teknik PWM dapat menghasilkan keluaran yang mendekati bentuk sinusoidal dibandingkan dengan teknik penyaklarannya. Akan tetapi, keluaran inverter dengan menggunakan teknik PWM tetap mengandung riak, terutama pada daerah indeks mudulasi yang tinggi.

6 10 b. Riak Riak atau ripple atau distorsi adalah gelombang repetitif yang merupakan perbedaan antara nilai sesaat suatu gelombang dengan nilai fundamental gelombang tersebut. Riak dapat diturunkan dari deret fourier yaitu: ĩ(t) = i(t) i 1 (t)...(2.2) Dimana, ĩ(t) = riak, i(t) = nilai sesaat dan i 1 (t) = nilai fundamental atau dalam bentuk nilai RMS....(2.3) Dimana: Ĩ = nilai RMS riak, I = nilai RMS gelombang dan I 1 = nilai RMS fundamental gelombang. Selain itu riak biasa dinyatakan sebagai THD yaitu perbandingan antara riak dengan komponen fundamental. ( )...(2.4) Riak yang dihasilkan oleh inverter dapat mengakibatkan: 1. efek pemanasan (rugi-rugi motor, trafo, kabel) 2. efek harmonisa torka (motor) 3. kesalahan pembacaan meter c. Rugi-rugi Penyaklaran Rugi-rugi penyaklaran berasal dari karakteristik transistor sebagai saklar. Apabila karakteristik transistor mendekati karakteristik saklar ideal maka rugirugi akibat penyaklaran akan berkurang. Rugi-rugi akibat penyaklaran berhubungan juga dengan frekuensi penyaklaran yang dioperasikan pada saklar.

7 11 rugi-rugi penyaklaran sebanding dengan frekuensi penyaklaran yang digunakan artinya semakin sering saklar digunakan pada penyaklaran maka rugi-ruginya akan semakin tinggi. Rugi-rugi penyaklaran dinyatakan sebagai : ( ( ) ( ) )...(2.5) Dimana : V D = Tegangan masukan I 0 = Arus yang mengalir pada saklar F s = Frekuensi penyaklaran t c(on) = Waktu hidup saklar t c(off) = Waktu mati saklar 2.2 Resistor Gambar 2.5 Resistor Resistor menentukan aliran arus dalam rangkaian listrik.dimana ada resistansi yang besar di rangkaian aliran arus kecil, dan resistansi rendah aliran arus besar.

8 Kapasitor Gambar 2.6 Kapasitor Kapasitor adalah komponen yang digunakan untuk menyimpan muatan listrik dan digunakan dalam rangkaian timer.sebuah kapasitor dapat digunakan dengan resistor untuk menghasilkan timer. Kadang-kadang kapasitor digunakan untuk memperhalus arus dalam sebuah rangkaian karena mereka dapat memotong spike dari komponen lain seperti relay. Bila daya dipasok ke sirkuit yang mengandung kapasitor Kapasitor mengisi daya.bila daya dimatikan kapasitor mulai pembuangan muatan listrik secara perlahan-lahan. 2.4 Dioda Gambar 2.7 Dioda

9 13 Sebuah dioda memungkinkan listrik mengalir dalam satu arah saja dan menghalangi aliran ke arah yang berlawanan.mereka dapat dianggap sebagai katup satu arah dan mereka digunakan dalam berbagai sirkuit, biasanya sebagai bentuk perlindungan. Ada berbagai jenis dioda namun fungsi dasar mereka adalah sama. 2.5 Transistor Ada dua macam transistor yaitu transistor BJT (Bipolar Junction Transistor) dan transistor efek medan FET (Field Efect Transistor). Disini hanya membahas tentang transistor bipolar yang selanjutnya cukup disebut sebagai transistor.. Sebuah transistor memiliki tiga daerah doped, seperti yang terlihat pada gambar 2.8. Ketiga daerah tersebut diberi nama kolektor (collector), basis (base), dan emitor (emitter). Jika yang di tengah adalah jenis-p maka disebut transistor npn dan jika jenis-n maka disebut transistor pnp. Gambar 2.8 (a) Transistor NPN, (b) Transitor PNP Gambar 2.8 menunjukkan simbol skematik transistor npn dan pnp. Anak panah selalu ditempatkan pada emitor, pada transistor npn menunjukkan arah arus

10 14 konvensional (arah muatan listrik positif) dan pada transistor pnp menunjukkan aliran elektron (arah muatan listrik negatif). Gambar 2.9(a) Simbol Transistor NPN (b) Transitor PNP (Malvino, 2003) Pada gambar 2.9 terdapat tiga arus yang berbeda pada transistor : Arus emiter I E, arus basis I B dan arus kolektor I C. Perbandingan arus pada transistor npn dengan pnp, pada transistor npn, arus mengalir dari B ke E dan dari C ke E. Ini berarti VB > VE dan VC > VE. Sebaliknya, pada transistor pnp, arus mengalir dari E ke B dan dari E ke C. Ini berarti VE > VB dan VE > VC. Hubungan arus arus, hukum arus kirchoff mengatakan bahawa semua arus yang masuk pada suatu titik percabangan sama dengan jumlah arus yang keluar pada titik tersebut. Jika diterapkan pada arus transistor maka dapat dibuat rumus (Malvino, 2003) : I E = I C + I B... (2.6) Persamaam tersebut mengatakan bahwa arus emiter adalah jumlah arus kolektor dan basis. Karena arus basis sangat kecil, arus kolektor kira kira sama

11 15 dengan arus emiter, dan besar arus basis jauh lebih kecil daripada arus kolektor dapat dibuat rumus sebagai berikut (Malvino, 2003): I B << I C... (2.7) Alpha (α dc ). Tetapan α dc pada transitor daya tinggi lebih besar dari pada 0,99 dan daya rendah lebih besar dari pada 0,95 (Malvino, 2003) : α dc =...(2.8) Beta (β dc ) sebuah transistor didefenisikan sebagai rasio arus kolektor DC dengan arus basis DC (Malvino, 2003) : β dc =...(2.9) Beta juga dikenal dengan gain arus karena arus basis yang kecil dapat menghasilkan arus kolektor yang jauh lebih besar. Tetapan β dc pada transistor daya tinggi memiliki arus gain dan daya rendah

12 Hubungan Transistor Ada tiga cara untuk menghubungkan pada sebuah transistor : dengan CE (common emitter), CC (mommon collector) dan CB (common base), di sini hanya membahas hubungan CE karena hubungan ini banyak digunakan. Common Emitter (CE) Pada gambar 2.10 sisi Common atau ground pada tiap sumber tegangan dihubungkan dengan emiter. Karena itulah, rangkaian ini disebut dengan koneksi common emiter (CE). Rangkaian ini memiliki dua kalang : kalang kiri (kalang basis) dan kanan (kalang kolektor). Gambar 2.10 Hubungan CE. (a) Rangkaian Dasar (b) Rangkaian dengan Ground (Malvino, 2003) Pada gambar 2.10(b) tegangan antara titik yang disubskripkan dengan ground. Tegangan V B adalah tegangan antara basis dengan ground, V C adalah tegangan antara kolektor dengan ground dan V E adalah tegangan antara emiter

13 17 dengan ground. (Pada rangkaian ini V E = 0). Dapat dibuat rumus sebagai berikut (Malvino, 2003): V CE = V C - V E V CB = V C V B V BE = V B - V E Dari rumus tegangan di atas dapat di sederhanakan : V CE = V C... (2.9) V CB = V C V B... (2.10) V BE = V B... (2.11) Dengan menerapkan hukum Ohm terhadap resistor basis pada gambar 2.10 akan memberikan rumus (Malvino, 2003):...(2.11)

14 18 V BE = 0,7 V seperti yang terlihat pada gambar 2.11 berikut : Gambar 2.11 Kurva Dioda Kurva Kolektor Kita dapat mengubah V BB dan V CC pada gambar 2.10 untuk menghasilkan tegangan dan arus transistor yang berbeda. Dengan menghitung I C dan V CE, kita dapat memperoleh data untuk menggambar kurva I C vs V CE seperti beikut : Gambar 2.12 Kurva Kolektor (Malvino, 2003)

15 19 Jika nilai V CE 0, dioda kolektor tidak terbias balik. Inilah mengapa grafik menunjukan besarnya arus kolektor 0. Jika besar V CE besar dari 0 maka arus kolektor naik dengan tajam pada grafik. Tegangan dan Daya Kolektor pada transistor : Hukum tegangan kirchhoff mengatakan bahwa jumlah tegangan pada rangkaian tertutup sama dengan 0. Jika diterapkan pada rangkaian kolektor pada gambar 2.10 maka hukum tegangan kirchhoff menghasilkan (Malvino, 2003): V CE = V CC - I C R C...(2.12) Ini berarti bahwa tegangan kolektor-emitor sama dengan tegangan sumber kolektor dikurangi dengan tegangan pada resistor kolektor. Pada gambar 2.10 transistor memiliki disipasi daya (P D ) kira-kira: P D = V CE I C... (2.13) Daerah Operasi Transistor Kurva pada gambar 2.10 memilik daerah yang berbeda di mana kerja transistor berubah. Secara grafis daearah aktif adalah bagian horizontal dari kurva. Dengan kata lain, arus kolektor konstan pada daerah ini. Daerah operasi yang lain adalah daerah breakdown. Transistor tidak boleh beropersi pada daerah ini karena akan rusak. Daerah saturasi adalah bagian yang miring pada kurva. Pada daerah ini arus basis I B lebih besar dari pada normalnya dan gain arus (β dc ) lebih kecil dari pada normalnya. Perhatikan kurva gambar 2.11 : besar arus basis adalah nol, tetap terdapat arus kolektor yang kecil (arus Cutoff kolektor), daerah inilah yang disebut Cutoff.

16 Transistor sebagai Penguat Terdapat dua cara untuk mengatur titik operasi sebuah transistor, yaitu dengan bias basis dan bias emiter. Bias basis menghasilkan sebuah nilai tetap dari arus basis, sedangkan bias emiter menghasilkan sebuah nilai tetap dari arus emiter. Bias basis paling berguna dalam rangkain saklar, sedangkan bias emiter lebih dominan dalam rangkaian penguat karena mempunyai titik kerja Q stabil. Transistor sebagai penguat arus Jika kuat arus masuk I B dan kuat arus keluaran I C, maka diperoleh hasil bahwa I C jauh lebih besar dari pada I B, seperti ditunjukkan pada persamaan (2.14). β dc didefinisikan sebagai nilai perbandingan antara kuat I C sebagai keluaran dan kuat I B sebagai masukan dapat dibuat rumus sebagai berikut (Malvino, 2003) I C = β dc I B...(2.14) Transistor sebagai penguat tegangan Pada gambar 2.13 memperlihatkan sebuah penguat bias pembagi tegangan, bati tegangan didepenisikan sebagai tegangan keluaran AC yang terbagi oleh tegangan input AC.

17 21 Gambar 2.13 (a) Penguat CE, (b) Ekuivalen Pada Basis dan (b) Ekuivalen Pada Kolektor (Malvino, 2003) Dalam rangkaian kolektor, sumber arus mengeluarkan arus AC (i c ) melalui hubungan paralel R C dan R L (R p ) karena itu, tegangan keluaran AC adalah (Malvino, 2003) : V OUT = i c (R p ) = βi b (R p )...(2.15) tegangan (A) Sekarang dapat membagi V out oleh V in untuk memperoleh penguat A = = A = ( )...(2.16) Keterangan : A = Penguat Tegangan βi b = Arus Basis Ac βr, e= Ipedansi masukan dari basis Titik Q memiliki arus kolektor dan tegangan kolektor emiter, karena bias pembagi tegangan di turunkan dari bias emiter, titik Q tidak terpengaruh terhadap perubahan pada penguat arus. Salah satu cara untuk memindahkan titik Q menjadi

18 22 QH pada gambar 2.13 (b) adalah dengan mengubah hambatan emiter, maka arus kolektor turun Transistor Sebagai Saklar Bias basis berguna dalam rangkaian-rangkaian digital karena rangkaian tersebut biasanya dirancang untuk beroperasi di daerah jenuh dan cutoff. Oleh sebab itu rangkaian ini memiliki tegangan keluaran rendah ataupun tinggi. Dengan kata lain, tidak ada titik Q (titik perpotongan antara garis beban dengan kurva kolektor) yang di gunakan antara titik jenuh dan cutoff. Untuk alasan ini, variasi titik Q tidak jadi masalah, karena transistor tetap dalam kondisi jenuh atau cutoff ketika pengutan arus berubah. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada gambar 2.14 berikut ini : Gambar 2.14 (a) Daerah Saturasi (b) Garis Beban (Malvino, 2003) Ketika saklar terbuka,. Arus basis turun menjadi nol. Oleh sebab itu, arus kolektor turun memjadi nol. Dengan tidak adanya arus yang melalui resistor 1 Kohm, semua tegangan catu kolektor akan melalui terminal kolektor-emiter. Oleh

19 23 sebab itu, tegangan keluaran akan naik menjadi + 10 V. Sekarang, titik Q berada di ujung bawah garis beban lihat gambar 2.12b. Berarti rangkaian ini hanya memiliki dua tegangan keluaran : 0 atau + 10 V. 2.6 Rangkaian Oscilator Osilator berfungsi untuk membangkitkan pulsa-pulsa tegangan DC maupun pulsa-pulsa tegangan AC. Perubahan tegangan dalam siklus perdetik disebut frekuensi osilator. Ada empat macam bentuk gelombang dasar osilator, yaitu: persegi, segitiga, gigi gergaji dan sinus. Oscilator dapat dibuat dengan menggunakan piranti Transistor, Op-Amp dan IC ( Integrate Circuit ). Oscilator yang dibahas pada Proyek Tugas Akhir ini adalah oscilator yang menghasilkan gelombang kotak dengan menggunakan IC CMOS logic inverter yang digunakan untuk menghasilkan frekuensi 50/60 Hz. Rangkaian pembangkit pulsa ini dapat ditunjukan pada gambar 2.15 dibawah ini. Gambar 2.15 Gambar Rangkaian Pembangkit Pulsa

20 24 Untuk mendapatkan frekuensi dengan nilai 50 Hz diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut : Selang waktu penundaan keluaran tinggi untuk pengisian kapasitor dari 1/3 Vcc sampai dengan 2/3 Vcc adalah : t1 = 0,693 (R 1 + R 2 )C 1 Sedangkan selang waktu penundaan keluaran rendah untuk pengosongan kapasitor dari 2/3 Vcc sampai dengan 1/3 Vcc adalah: t2 = 0,693 (R2)C1 adalah : Jadi jumlah waktu isolasi (T) untuk pengisian dan pengosongan kapasitor T = t1 + t2 Sehingga Frekuensi untuk gelombang keluaran adalah kebalikan dari waktu perioda isolasi total : ( )... (2.17)

21 25 Keterangan : f = frekuensi ( Hertz) R1 = Besarnya tahanan pada Resistor R1 ( Ohm ) R2 = Besarnya tahanan pada Resistor R2 ( Ohm ) C1 = Kapasitor ( Farad ) 2.7 MOSFET ( Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor ) MOSFET adalah singkatan dari Metal Oxida Semikonduktor FET, dan sering juga disebut InsulatedGate FET ( IGFET ). Hal ini disebabkan karena gate pada MOSFET tidak langsung berhubungan dengan saluran, tetapi diisolasi oleh suatu lapisan oksida logam yang tipis ( biasanya Silikon Oksida ).MOSFET mempunyai kaki-kaki : Sumber (Source) = S, Cerat (Drain) = D, Gerbang (Gate) = G 1. Depletion Enhanchement MOSFET ( DE-MOSFET ) 2. Enhanchement MOSFET ( E-MOSFET ) DE-MOSFET MOSFET jenis ini prinsip kerjanya hampir sama dengan J-FET yaitu beroperasi dengan aksi pengosongan ( depletion action ) dan aksi peningkatan ( enhanchement action ). Yaitu pada saat tegangan gate nol dan tegangan drain tetap, arus akan maksimum dan kemudian menurun dengan diberikan potensial gate dengan polaritas yang benar ( piranti normally on ).

22 26 Simbol DE-MOSFET Simbol DE-MOSFET dapat dilihat pada gambar 2.15 dibawah ini. Gambar 2.16 Susunan dan Simbol DE-MOSFET Prinsip Kerja DE-MOSFET Prinsip kerja DE-MOSFET diperlihatkan pada gambar Gambar 2.17 Prinsip Kerja DE-MOSFET

23 27 Gambar 2.17 di atas merupakan rangkaian kerja DE MOSFET Kanal N, dengan kerja sebagai berikut: a Tegangan positif maupun negatif yang diberikan pada gate tidak akan menyebabkan adanya metal oxida antara gate dan saluran. b Bila gate diberi tegangan negatif, maka muatan negatif pada gate ini akan menolak elektron-elektron yang ada pada saluran, sehingga arus drain Id akan berkurang. c Pada tegangan gate tertentu, semua elektron bebas pada saluran akan terusir, sehingga menyebabkan tidak mengalirnya arus drain Id. Karena itu operasi dengan tegangan gate negatif disebutdepletion action (aksi pengosongan ). d Bila gate diberi tegangan positif, maka muatan positif ini akan menarik elektronelektron bebas pada saluran antara gate dan substrat. Hal ini akan meningkatkan arus drain Id, karena itu operasi ini dinamakan enhanchement action ( aksi peningkatan ). e Karena MOSFET ini dapat beroperasi dengan depletion action dan enhanchement action, maka MOSFET ini dikatakan DE-MOSFET (Depletion Enhanchement MOSFET). Kesimpulannya adalah bahwa DE-MOSFET dapat beroperasi ( bekerja ) dengan memberikan tegangangate positif maupun negatif. Penjabaran di atas merupakan prinsip/cara kerja DE-MOSFET kanal N, sedangkan untuk DE- MOSFET kanal P semua polaritas baik tegangan maupun arus adalah kebalikan dari DE-MOSFET kanal N.

24 28 Kurva drain DE-MOSFET Analisa kurva drain dilakukan dengan mencoba beberapa tegangan gate Vgs konstan, lalu dibuat grafik hubungan antara arus drain Id terhadap tegangan Vds. Gambar 2.18Kurva drain DE-MOSFET Dari kurva ini terlihat jelas bahwa transistor DE-MOSFET dapat bekerja (ON) mulai dari tegangan V gs negatif sampai positif. Terdapat dua daerah kerja, yang pertama adalah daerah ohmic dimana resistansi drain-source adalah fungsi dari: R ds(on) = V ds /I ds... (2.18) Jika tegangan Vgs tetap dan Vds terus dinaikkan, transistor selanjutnya akan berada pada daerah saturasi. Jika keadaan ini tercapai, arus Ids adalah konstan. Tentu saja ada tegangan Vgs(max), yang diperbolehkan. Karena jika

25 29 lebih dari tegangan ini akan dapat merusak isolasi gate yang tipis alias merusak transistor itu sendiri E-MOSFET E-MOSFET adalah MOSFET yang hanya beroperasi dengan enhanchement action ( aksi peningkatan ) saja. Yaitu tidak ada arus yang mengalir pada saat tengangan gate nol Simbol E-MOSFET Simbol E-MOSFET dapat dilihat pada gambar Gambar 2.19 Susunan dan Simbol E-MOSFET

26 30 Prinsip Kerja E-MOSFET Gambar 2.20 Prinsip Kerja E-MOSFET Substrat (St) menutup seluruh jalan (saluran) antara Source (S) dan Drain (D). E-MOSFET ini adalah sejenis MOSFET yang hanya bekerja dengan aksi peningkatan saja. Pada saat Vgs = nol, tidak ada arus drain Id yang mengalir walaupun Vdd ada tegangannya, karena bahan P tidak mempunyai pembawa muatan. Apabila Gate diberi tegangan positif yang cukup besar, maka akan mengalirlah arus drain Id. Bila gate mendapat tegangan positif maka akan terinduksikan muatan negatif pada substrat. Muatan negatif ini adalah berupa ion-ion negatif yang ada pada bahan P tersebut. Selanjutnya bila tegangan positif pada gate dinaikkan hingga mencapai suatu harga tertentu, maka elektron-elektron bebas akan

27 31 membentuk lapisan tipis yang berfungsi sebagai pembawa muatan yang mengakibatkan arus drain Id naik. Kurva drain E-MOSFET Mirip seperti kurva DE-MOSFET, kurva drain transistor E-MOSFET adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.21 berikut. Namun di sini V GS semua bernilai positif. Garis kurva paling bawah adalah garis kurva dimana transistor mulai ON. Tegangan V GS pada garis kurva ini disebut tegangan threshold V GS(th). Gambar 2.21 Kurva drain E-MOSFET Dari kurva di atas, MOSFET bekerja pada daerah ohmic, sehingga diperoleh hubungan:...(2.19) Karena transistor MOSFET umumnya digunakan sebagai saklar (switch), parameter yang penting pada transistor E-MOSFET adalah resistansi drain-

28 32 source. Biasanya yang tercantum pada datasheet adalah resistansi pada saat transistor ON. Resistansi ini dinamakan R DS(on). Besar resistansi bervariasi mulai dari 0.3 Ohm sampai puluhan Ohm. Untuk aplikasi power switching, semakin kecil resistansi R DS(on) maka semakin baik transistor tersebut. Karena akan memperkecil rugi-rugi disipasi daya dalam bentuk panas. Juga penting diketahui parameter arus drain maksimum I D(max) dan disipasi daya maksimum P D(max). 2.8 Transformator Gambar 2.22 Transformator Step Down Transformator atau transformer atau trafo adalah komponen elektromagnet yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Tegangan masukan bolakbalik yang membentangi primer menimbulkan fluks magnet yang idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder.

29 33 Gambar 2.23 Ilustrasi Fluks pada Transformator Fluks bolak-balik ini menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi sempurna, semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder. Rumus untuk fluks magnet yang ditimbulkan lilitan primer adalah...(2.20) dan rumus untuk GGL induksi yang terjadi di lilitan sekunder adalah...(2.21) Karena kedua kumparan dihubungkan dengan fluks yang sama, maka...(2.22) dimana dengan menyusun ulang persamaan akan didapat...(2.23)

30 34 sedemikian hingga....(2.24) Dengan kata lain, hubungan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder ditentukan oleh perbandingan jumlah lilitan primer dengan lilitan sekunder. Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC. 2.9 Baterai Aki Baterai aki, atau bisa juga accu adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya berlangsung proses elektrokimia yang reversibel (dapat berbalikan) dengan efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses elektrokimia reversibel, adalah di dalam baterai dapat berlangsung proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (proses pengosongan), dan sebaliknya dari tenaga listrik menjadi tenaga kimia, pengisian kembali dengan cara regenerasi dari elektrodaelektroda yang dipakai, yaitu dengan melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas) yang berlawanan di dalam sel. Didalam baterai terdapat elektrolit asam sulfat, elektroda positif dan negatif dalam bentuk plat. Plat plat tersebut dibuat dari timah atau berasal dari timah. Karena itu baterai tipe ini sering disebut baterai timah, Ruangan didalamnya dibagi menjadi beberapa sel dan didalam masing masing sel terdapat beberapa elemen yang terendam didalam elektrolit.

31 35 Gambar Battery Accu Jumlah tenaga listrik yang disimpan dalam baterai dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik tergantung pada kapasitas baterai dalam satuan amper jam (AH). Jika pada kotak baterai tertulis 12 volt 60 AH, berarti baterai baterai tersebut mempunyai tegangan 12 volt dimana jika baterai tersebut digunakan selama 1 jam dengan arus pemakaian 60 ampere, maka kapasitas baterai tersebut setelah 1 jam akan kosong (habis). Kapasitas baterai tersebut juga dapat menjadi kosong setelah 2 jam jika arus pemakaian hanya 30 ampere. Disini terlihat bahwa lamanya pengosongan baterai ditentukan oleh besarnya pemakaian arus listrik dari baterai tersebut. Semakin besar arus yang digunakan, maka akan semakin cepat terjadi pengosongan baterai, dan sebaliknya, semakin kecil arus yang digunakan, maka akan semakin lama pula baterai mengalami pengosongan. Besarnya kapasitas baterai sangat ditentukan oleh luas permukaan plat atau banyaknya plat baterai. Jadi dengan bertambahnya luas plat atau dengan bertambahnya jumlah plat baterai maka kapasitas baterai juga akan bertambah.

32 36 Sedangkan tegangan accu ditentukan oleh jumlah daripada sel baterai, dimana satu sel baterai biasanya dapat menghasilkan tegangan kira kira 2 sampai 2,1 volt. Tegangan listrik yang terbentuk sama dengan jumlah tegangan listrik tiap-tiap sel. Jika baterai mempunyai enam sel, maka tegangan baterai standar tersebut adalah 12 volt sampai 12,6 volt. Biasanya setiap sel baterai ditandai dengan adanya satu lubang pada kotak accu bagian atas untuk mengisi elektrolit aki.

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 TUJUAN Memahami

Lebih terperinci

Transistor Efek Medan - Field Effect Transistor (FET)

Transistor Efek Medan - Field Effect Transistor (FET) Transistor Efek Medan - Field Effect Transistor (FET) Jenis lain dari transitor adalah Field effect Transistor. Perbedaan utama antara BJT dengan FET adalah pada pengontrol kerja dari transistor tersebut.

Lebih terperinci

Prinsip kerja transistor adalah arus bias basis-emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-emiter.

Prinsip kerja transistor adalah arus bias basis-emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-emiter. TRANSISTOR Transistor adalah komponen elektronika yang tersusun dari dari bahan semi konduktor yang memiliki 3 kaki yaitu: basis (B), kolektor (C) dan emitor (E). Untuk membedakan transistor PNP dan NPN

Lebih terperinci

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias Transistor Bipolar Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah disinggung juga sedikit tentang arus bias yang memungkinkan elektron

Lebih terperinci

PNPN DEVICES. Pertemuan Ke-15. OLEH : ALFITH, S.Pd, M.Pd

PNPN DEVICES. Pertemuan Ke-15. OLEH : ALFITH, S.Pd, M.Pd PNPN DEVICES Pertemuan Ke-15 OLEH : ALFITH, S.Pd, M.Pd 1 TRIAC TRIAC boleh dikatakan SCR adalah thyristor yang unidirectional, karena ketika ON hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda

Lebih terperinci

Gambar 1 Tegangan bias pada transistor BJT jenis PNP

Gambar 1 Tegangan bias pada transistor BJT jenis PNP KEGIATAN BELAJAR 2 Percobaan 1 A. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karakteristik switching dari BJT b. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i masukan dan keluaran

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 3 B. DASAR TEORI 1. MOSFET

KEGIATAN BELAJAR 3 B. DASAR TEORI 1. MOSFET KEGIATAN BELAJAR 3 A. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karakteristik switching dari mosfet b. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i masukan dan keluaran mosfet.

Lebih terperinci

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan Transistor Bipolar oleh aswan hamonangan Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah disinggung juga sedikit tentang arus bias

Lebih terperinci

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan transistor. 2.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan MOSFET. 3.Praktikan dapat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat dapat

Lebih terperinci

I. Tujuan Praktikum. Mampu menganalisa rangkaian sederhana transistor bipolar.

I. Tujuan Praktikum. Mampu menganalisa rangkaian sederhana transistor bipolar. SRI SUPATMI,S.KOM I. Tujuan Praktikum Mengetahui cara menentukan kaki-kaki transistor menggunakan Ohmmeter Mengetahui karakteristik transistor bipolar. Mampu merancang rangkaian sederhana menggunakan transistor

Lebih terperinci

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT TUJUAN Mengetahui karakteristik penguat berkonfigurasi Common Emitter Mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inverter BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kedudukan inverter pada sistem pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS adalah sebagai peeralatan yang mengubah listrik arus searah (DC) menjadi listrik arus bolak-balik

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

Pengertian Transistor fungsi, jenis, dan karakteristik

Pengertian Transistor fungsi, jenis, dan karakteristik Pengertian Transistor fungsi, jenis, dan karakteristik Gambar 1. Transistor Transistor adalah salah satu komponen yang selalu ada di setiap rangkaian elektronika, seperti radio, televisi, handphone, lampu

Lebih terperinci

BAB II Transistor Bipolar

BAB II Transistor Bipolar BAB II Transistor Bipolar 2.1. Pendahuluan Pada tahun 1951, William Schockley menemukan transistor sambungan pertama, komponen semikonduktor yang dapat menguatkan sinyal elektronik seperti sinyal radio

Lebih terperinci

TRANSISTOR Oleh : Agus Sudarmanto, M.Si Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

TRANSISTOR Oleh : Agus Sudarmanto, M.Si Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo TRANSISTOR Oleh : Agus Sudarmanto, M.Si Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Transistor adalah komponen elektronika yang tersusun dari dari bahan semi konduktor yang memiliki 3 kaki yaitu: basis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Power Regulator Pada umumnya adalah sebagai alat atau perangkat keras yang mampu menyuplai tenaga atau tegangan listrik secara langsung dari sumber tegangan listrik ke tegangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah teori catu

Lebih terperinci

TRANSISTOR 1. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Politeknik Telkom

TRANSISTOR 1. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Politeknik Telkom TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013 Politeknik Telkom Bandung 2013 www.politekniktelkom.ac.id TRANSISTOR 1 Disusun oleh: Duddy Soegiarto, ST.,MT dds@politekniktelkom.ac.id Hanya dipergunakan

Lebih terperinci

Dioda-dioda jenis lain

Dioda-dioda jenis lain Dioda-dioda jenis lain Dioda Zener : dioda yang dirancang untuk bekerja dalam daerah tegangan zener (tegangan rusak). Digunakan untuk menghasilkan tegangan keluaran yang stabil. Simbol : Karakteristik

Lebih terperinci

MODUL 04 PENGENALAN TRANSISTOR SEBAGAI SWITCH

MODUL 04 PENGENALAN TRANSISTOR SEBAGAI SWITCH P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 04 PENGENALAN TRANSISTOR SEBAGAI SWITCH 1 TUJUAN Memahami karakteristik kerja transistor BJT dan FET

Lebih terperinci

Modul Elektronika 2017

Modul Elektronika 2017 .. HSIL PEMELJRN MODUL I KONSEP DSR TRNSISTOR Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik serta fungsi dari rangkaian dasar transistor..2. TUJUN agian ini memberikan informasi mengenai penerapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 48 BAB I HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. HASIL PERCOBAAN 4.1.1. KARAKTERISTIK DIODA Karakteristik Dioda dengan Masukan DC Tabel 4.1. Karakteristik Dioda 1N4007 Bias Maju. S () L () I D (A) S () L ()

Lebih terperinci

Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor

Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor - 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor Missa Lamsani Hal 1 SAP Pengelompokan bahan-bahan elektrik dari sifat-sifat listriknya. Pengertian resistivitas dan nilai resistivitas bahan listrik : konduktor,

Lebih terperinci

Modul 05: Transistor

Modul 05: Transistor Modul 05: Transistor Penguat Common-Emitter Reza Rendian Septiawan April 2, 2015 Transistor merupakan komponen elektronik yang tergolong kedalam komponen aktif. Transistor banyak digunakan sebagai komponen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555) Pada laporan ini akan menyajikan bagaimana efisien sebuah power supply untuk LED. Dengan menggunakan rangkaian buck converter diharapkan dapat memberikan tegangan dan arus pada beban akan menjadi stabil,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Simbol Dioda.

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Simbol Dioda. 7 BAB II DASAR TEORI 2.1. Dioda Dioda merupakan piranti dua terminal yang berfungsi untuk menghantarkan / menahan arus. Dioda mempunyai simbol seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Dioda memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN Pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat suatu alat yang dapat mengkonversi tegangan DC ke AC.

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA 213 Universitas Sriwijaya Fakultas Ilmu Komputer Laboratorium LEMBAR PENGESAHAN MODUL PRAKTIKUM

Lebih terperinci

RANGKAIAN INVERTER DC KE AC

RANGKAIAN INVERTER DC KE AC RANGKAIAN INVERTER DC KE AC 1. Latar Belakang Masalah Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC). Inverter mengkonversi DC dari perangkat

Lebih terperinci

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward 1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward C. Karakteristik dioda dibias reverse D. Karakteristik dioda

Lebih terperinci

BAB VII ANALISA DC PADA TRANSISTOR

BAB VII ANALISA DC PADA TRANSISTOR Bab V, Analisa DC pada Transistor Hal: 147 BAB V ANALSA DC PADA TRANSSTOR Transistor BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah suatu devais nonlinear terbuat dari bahan semikonduktor dengan 3 terminal yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Catu Daya / power supply Power supply adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memberikan tegangan listrik yang dibutuhkan oleh suatu rangkaian elektronika. Dalam

Lebih terperinci

TRANSISTOR. Pengantar Teknik Elektronika Program Studi S1 Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

TRANSISTOR. Pengantar Teknik Elektronika Program Studi S1 Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto TRANSISTOR Pengantar Teknik Elektronika Program Studi S1 Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto TIK Setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa memahami

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras ( Hardware) Dalam pembuatan tugas akhir ini diperlukan penguasaan materi yang digunakan untuk merancang kendali peralatan listrik rumah. Materi tersebut merupakan

Lebih terperinci

Elektronika Daya ALMTDRS 2014

Elektronika Daya ALMTDRS 2014 12 13 Gambar 1.1 Diode: (a) simbol diode, (b) karakteristik diode, (c) karakteristik ideal diode sebagai sakaler 14 2. Thyristor Semikonduktor daya yang termasuk dalam keluarga thyristor ini, antara lain:

Lebih terperinci

Mata kuliah Elektronika Analog L/O/G/O

Mata kuliah Elektronika Analog L/O/G/O Mata kuliah Elektronika Analog L/O/G/O Pengertian Transistor Fungsi Transistor Jenis & Simbol Transistor Prinsip kerja Transistor Aplikasi Transistor Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai

Lebih terperinci

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai karakteristik semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai pensakelaran, pengubah,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor - 3 Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor Missa Lamsani Hal 1 SAP bentuk fisik transistor NPN dan PNP injeksi mayoritas dari emiter, lebar daerah base, rekomendasi hole-elektron, efisiensi

Lebih terperinci

Divais Elektronika TRANSISTOR

Divais Elektronika TRANSISTOR Divais Elektronika TRANSISTOR BJT dan FET Sumber : Transistor 1 Transistor Bipolar Bipolar Junction Transistor Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan NPN maupun PNP menjadi

Lebih terperinci

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : 081910201059 INSTRUMENTASI DAN OTOMASI THYRISTOR Thyristor adalah komponen semikonduktor untuk pensaklaran yang berdasarkan pada strukturpnpn. Komponen ini memiliki kestabilan

Lebih terperinci

Bias dalam Transistor BJT

Bias dalam Transistor BJT ias dalam Transistor JT Analisis atau disain terhadap suatu penguat transistor memerlukan informasi mengenai respon sistem baik dalam mode AC maupun DC. Kedua mode tersebut bisa dianalisa secara terpisah.

Lebih terperinci

PERCOBAAN IV TRANSISTOR SEBAGAI SWITCH

PERCOBAAN IV TRANSISTOR SEBAGAI SWITCH PERCOBAAN IV TRANSISTOR SEBAGAI SWITCH 1. Tujuan Mengetahui dan mempelajari fungsi transistor sebagai penguat Mengetahui dan mempelajari karakteristik kerja Bipolar Junction Transistor ketika beroperasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

Daerah Operasi Transistor

Daerah Operasi Transistor Daerah Operasi Transistor Sebuah Transistor memiliki empat daerah Operasi Transistor : 1. Daerah Aktif 2. Daerah CutOff 3. Daerah Saturasi 4. Daerah Breakdown Daerah Aktif Daerah kerja transistor yang

Lebih terperinci

Adaptor. Rate This PRINSIP DASAR POWER SUPPLY UMUM

Adaptor. Rate This PRINSIP DASAR POWER SUPPLY UMUM Adaptor Rate This Alat-alat elektronika yang kita gunakan hampir semuanya membutuhkan sumber energi listrik untuk bekerja. Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current)

Lebih terperinci

TRANSISTOR EFEK-MEDAN (FIELD-EFFECT TRANSISTOR)

TRANSISTOR EFEK-MEDAN (FIELD-EFFECT TRANSISTOR) "! # 3 2! 12 TANSISTO EFEK-MEDAN (FIELD-EFFECT TANSISTO) 12.1 Pengatar Fungsi utama dari sebuah penguat adalah untuk menghasilkan penguatan isyarat dengan tingkat penguatan tertentu. Transistor unipolar

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai prinsip dasar pengukuran. Mengukur arus,

Lebih terperinci

PENGERTIAN THYRISTOR

PENGERTIAN THYRISTOR PENGERTIAN THYRISTOR Thyristor merupakan salah satu devais semikonduktor daya yang paling penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian elektronika daya.thyristor biasanya digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB IX. FET (Transistor Efek Medan) dan UJT (Uni Junction Transistor)

BAB IX. FET (Transistor Efek Medan) dan UJT (Uni Junction Transistor) Bab IX, FET dan UJT Hal 180 BAB IX FET (Transistor Efek Medan) dan UJT (Uni Junction Transistor) Pada FET hanya menggunakan satu jenis pembawa muatan, dikelompokkan sebagai devais unipolar. ibandingkan

Lebih terperinci

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan konverter daya yang efisien dan berukuran kecil terus berkembang di berbagai bidang. Mulai dari charger baterai, catu daya komputer, hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini

BAB I PENDAHULUAN. Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini sangat berguna untuk mengoperasikan alat elektronis AC ketika tidak ada sumber listrik

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER Deni Almanda 1, Anodin Nur Alamsyah 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih

Lebih terperinci

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya - 2 Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya Missa Lamsani Hal 1 SAP Semikonduktor tipe P dan tipe N, pembawa mayoritas dan pembawa minoritas pada kedua jenis bahan tersebut. Sambungan P-N, daerah deplesi

Lebih terperinci

Karakteristik Transistor. Rudi Susanto

Karakteristik Transistor. Rudi Susanto Karakteristik Transistor Rudi Susanto PN-Junction (Diode) BIAS MAJU / FORWARD BIAS BIAS MUNDUR / REERSE BIAS Transistor Bipolar Arus pada Transistor Alpha dc (α dc ) adalah perbandingan antara arus Ic

Lebih terperinci

LAB SHEET ILMU BAHAN DAN PIRANTI

LAB SHEET ILMU BAHAN DAN PIRANTI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO NOMOR : O1 MATA KULIAH ILMU BAHAN DAN PIRANTI TOPIK :KARAKTERISTIK DIODA I. TUJUAN 1. Pengenalan komponen elektronika dioda semi konduktor 2. Mengetahui karakteristik dioda semi

Lebih terperinci

Percobaan 4 (versi A) Karakteristik dan Penguat FET Revisi 24 Maret 2014

Percobaan 4 (versi A) Karakteristik dan Penguat FET Revisi 24 Maret 2014 Percobaan 4 (versi A) Karakteristik dan Penguat FET Revisi 24 Maret 2014 I. Tujuan Mengetahui dan mempelajari karakteristik transistor FET Memahami penentuan titik kerja Memahami penggunaan FET sebagai

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

PERTEMUAN 9 RANGKAIAN BIAS TRANSISTOR (LANJUTAN)

PERTEMUAN 9 RANGKAIAN BIAS TRANSISTOR (LANJUTAN) PERTEMUAN 9 RANGKAIAN BIAS TRANSISTOR (LANJUTAN) KURVA TRANSISTOR Karakteristik yang paling penting dari transistor adalah grafik Dioda Kolektor-Emiter, yang biasa dikenal dengan Kurva Tegangan-Arus (V-I

Lebih terperinci

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami. BAB II DASAR TEORI Thyristor merupakan komponen utama dalam peragaan ini. Untuk dapat membuat thyristor aktif yang utama dilakukan adalah membuat tegangan pada kaki anodanya lebih besar daripada kaki katoda.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR 1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya

Lebih terperinci

BAB III RANGKAIAN PEMICU DAN KOMUTASI

BAB III RANGKAIAN PEMICU DAN KOMUTASI BAB III RANGKAIAN PEMICU DAN KOMUTASI KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai prinsip kerja rangkaian pemicu dan rangkaian komutasi. Menguasai

Lebih terperinci

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM :2201141004 TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER Rangkaian ini merupakan salah satu konverter DC-DC pada Elektronika Daya (ELDA). Dengan rangkaian Buck-Converter ini, kita

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam BAB II LANDASAN TEORI Temperatur merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan mesin penetas telur,temperature yang diperlukan berkisar antara 38-39 0 C. Untuk hasil yang optimal dalam Pembuatan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TRANSISTOR

KARAKTERISTIK TRANSISTOR KARAKTERISTIK TRANSISTOR 1. KURVA KOLEKTOR dibawah ini. Kurva kolektor dapat kita peroleh dengan rangkaian transistor seperti pada Gambar 1 Gambar 1. Rangkaian common emitor Dengan mengubah-ubah nilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Ohm meter. Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Ohm meter. Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ohm meter Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk mengukur hambatan listrik. Alat ukur ohmmeter dipasaran biasanya menjadi satu bagian dengan alat ukur

Lebih terperinci

Materi 5: Bipolar Junction Transistor (BJT)

Materi 5: Bipolar Junction Transistor (BJT) Materi 5: Bipolar Junction Transistor (BJT) I Nyoman Kusuma Wardana Sistem Komputer STMIK STIKOM Bali Outline Struktur transistor Unbiased transistor Biased transistor Koneksi CE Kurva basis Kurva kolektor

Lebih terperinci

SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA)

SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA) SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA) 1. Komponen elektronik yang berfungsi untuk membatasi arus listrik yang lewat dinamakan A. Kapasitor D. Transistor B. Induktor

Lebih terperinci

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015 Modul 03: Catu Daya Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan Reza Rendian Septiawan February, 205 Dalam dunia elektronika, salah satu komponen yang paling penting adalah catu daya. Sebagian besar komponen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Kendali Sistem kendali adalah suatu sistem yang bertujuan untuk mengendalikan suatu proses agar output yang dihasilkan dapat dikontrol. Secara umum, sistem kendali dapat

Lebih terperinci

Penguat Kelas B Komplementer Tanpa Trafo Keluaran

Penguat Kelas B Komplementer Tanpa Trafo Keluaran Penguat Kelas B Komplementer Tanpa Trafo Keluaran 1. Tujuan : 1 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami operasi dari rangkaian penguat kelas B komplementer. 2 Mahasiswa dapat menerapkan teknik pembiasan

Lebih terperinci

PENGUAT MENGGUNAKAN TRANSISTOR

PENGUAT MENGGUNAKAN TRANSISTOR PENGUAT MENGGUNAKAN TRANSISTOR Sudah menjadi suatu hal yang lumrah jika seseorang selalu mencari sesuatu yang lebih baik. Tak terkecuali di bidang rancang bangun penguat amplifier, perancang, peminat atau

Lebih terperinci

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom DIODA KHUSUS Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa mampu: mengetahui, memahami dan menganalisis karakteristik dioda khusus Memahami

Lebih terperinci

Multimeter. NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : Kelas : C2=2014. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: navigasi, cari

Multimeter. NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : Kelas : C2=2014. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: navigasi, cari NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : 1400454 Kelas : C2=2014 Multimeter Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Lompat ke: navigasi, cari Multimeter digital Multimeter atau multitester adalah alat

Lebih terperinci

TRANSISTOR BIPOLAR. Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng. 1. IDE DASAR TRANSISTOR Gambaran ide dasar sebuah transistor dapat dilihat pada Gambar 1.

TRANSISTOR BIPOLAR. Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng. 1. IDE DASAR TRANSISTOR Gambaran ide dasar sebuah transistor dapat dilihat pada Gambar 1. TRANSSTOR BPOLAR Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng Transistor adalah salah satu komponen aktif yang dibuat menggunakan bahan semikonduktor. Seperti halnya sebuah dioda, maka sebuah transistor dibuat dengan

Lebih terperinci

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA Semikonduktor Daya 2010 BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai karakteristik semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah Kode / SKS Program Studi Fakultas : Elektronika Dasar : IT012346 / 3 SKS : Sistem Komputer : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor TIU : - Mahasiswa

Lebih terperinci

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER 4.1 Tujuan dan Latar Belakang Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendemonstrasikan cara kerja dari Power Amplifier kelas A common-emitter. Amplifier

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci

VERONICA ERNITA K. ST., MT. Pertemuan ke - 5

VERONICA ERNITA K. ST., MT. Pertemuan ke - 5 VERONICA ERNITA K. ST., MT Pertemuan ke - 5 DIODA SEMIKONDUKTOR Resistor merupakan sebuah piranti linear karena grafik arus terhadap tegangan merupakan garis lurus. Berbeda dengan dioda. Dioda merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan elektronika daya telah membuat inverter menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari mesin-mesin listrik AC. Penggunaan inverter sebagai sumber untuk mesin-mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan tabung hampa dengan transistor adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan tabung hampa dengan transistor adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dan Sejarah Transistor Sejarah transistor pada awalnya di temukan oleh William Shockley dan John Barden pada tahun 1948. Transistor awal mulanya di pakai dalam praktek

Lebih terperinci

Karakteristik dan Rangkaian Dioda. Rudi Susanto

Karakteristik dan Rangkaian Dioda. Rudi Susanto Karakteristik dan Rangkaian Dioda Rudi Susanto 1 Pengantar tentang Dioda Resistor merupakan sebuah piranti linier karena arus berbanding terhadap tegangan. Dalam bentuk grafik, grafik arus terhadap tegangan

Lebih terperinci

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA 52150492 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA KONVERTER DC KE DC CHOPPER PENGERTIAN DC to DC converter itu merupakan suatu device

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ELEKTRONIKA DASAR KODE : TSK-210 SKS/SEMESTER : 2/2 Pertemuan Pokok Bahasan & ke TIU 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor TIU : - Mahasiswa mengenal Jenis-jenis

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG [ EAN T]

ELEKTRONIKA ANALOG [ EAN T] i Sampul ELEKTRONIKA ANALOG [03 1 2 EAN T] 2015 POLITEKNIK BOSOWA Kampus II - Jalan Kapasa Raya No. 17, Makassar-Sulawesi Selatan 90245 Telp. +62 411 4720012, Faks. +62 411 4720013 Email: info@politeknik-bosowa.ac.id,

Lebih terperinci

Transistor Dwi Kutub. Laila Katriani. laila_katriani@uny.ac.id

Transistor Dwi Kutub. Laila Katriani. laila_katriani@uny.ac.id Transistor Dwi Kutub Laila Katriani laila_katriani@uny.ac.id Transistor adalah komponen elektronika semikonduktor yang memiliki 3 kaki elektroda, yaitu Basis (Dasar), Kolektor (Pengumpul) dan Emitor (Pemancar).

Lebih terperinci

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555 Simulasi Karakteristik Inverter IC 555 Affan Bachri *) *) Dosen Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan Makalah ini menyajikan sebuah rangkaian inverter yang dibangun dari multivibrator

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Perancangan rangkaian daya Proteksi perangkat daya Penentuan strategi kontrol Perancangan rangkaian logika dan nilai nominal Gambar 3.1 Proses

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1. Skema Buck Converter [5]... 7 Gambar 2. 2. Buck Converter: Saklar Tertutup [5]... 7 Gambar 2. 3. Buck Converter: Saklar Terbuka [5]... 8 Gambar 2. 4. Rangkaian Boost Converter

Lebih terperinci

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA Prakarya X Ukuran Komponen Elektronika Komponen Elektronika? Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing

Lebih terperinci

sinyal pembawa yang dimodulasi disebut dengan modulasi fase (phase

sinyal pembawa yang dimodulasi disebut dengan modulasi fase (phase BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sinyal Modulasi AM Modulasi merupakan penumpangan suatu sinyal (sinyal informasi) ke sinyal pembawa (earner). Apabila yang dimodulasi adalaii amphtudo dan sinyal pembawa, maka

Lebih terperinci