SEKRETARIAT PENGADILAN PAJAK
|
|
- Doddy Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Putusan Nomor : 80370/PP/M.VIIB/19/2017 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2015 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah penetapan pembebanan tarif bea masuk atas impor AAA AAA Baby Dry Pants/AAA New Baby, negara asal Jepang; Menurut Terbanding : bahwa telah terbukti dan tidak terbantahkan lagi bahwa pembebanan tarif atas barang impor dalam sengketa a quo yang ditetapkan dengan tariff bea masuk yang berlaku umum (MFN) sebesar 15% sebagaimana SPKTNP-01 yang telah dilakukan pembetulan dengan surat Terbanding Nomor 035/Agustus/CBL/PGHP/2015 tanggal 28 Agustus 2015 adalah telah benar dan sesuai peraturan perundang-undangan; Menurut Pemohon Banding : bahwa secara keseluruhan barang impor Pemohon Banding telah memenuhi syarat tarif preferential dalam rangka skema JIEPA dikarenakan berdasarkan hasil diskusi supplier Pemohon Banding (P&G KK) dengan otoritas Negara asal yakni Japan Chamber of Commerce and Industry (JCCI) dijelaskan bahwa JCCI telah menerbitkan Form JIEPA secara sah dan Form JIEPA tersebut telah melalui proses analisa oleh otoritas Penerbit sebelum diterbitkan; apakah barang impor tersebut layak diberikan Form JIEPA atau tidak. Hal ini berarti segala komponen Form JIEPA termasuk juga uraian barang telah dianalisa dan dianggap memenuhi syarat penerbitan Form JIEPA; Menurut Majelis : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah penetapan Terbanding sesuai Surat Penetapan Kembali Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPKTNP) Nomor SPKTNP- 01/WBC.08/2015 tanggal 03 Juli 2015 dimana atas importasi Pemohon Banding berupa AAA Baby Dry Pants/AAA New Baby yang diberitahukan oleh Pemohon banding dalam 173 (seratus tujuh puluh tiga) PIB, pos tarif dengan pembebanan tarif bea masuk yang berlaku umum (MFN) dan tidak mendapat tarif preferensi dalam rangka skema JIEPA dikarenakan uraian barang yang tercantum dalam Form JIEPA tidak sama dengan uraian barang dalam PIB dan Invoice, tidak sesuai ketentuan yang diatur pada Part 2 Section 1 Rule 1(b) The Agreement Between Japan and The Republic of Indonesia for an Economic Partnership (JIEPA); bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan penetapan Terbanding dalam Surat Penetapan Kembali Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPKTNP) Nomor SPKTNP- 01/WBC.08/2015 tanggal 03 Juli 2015 dengan alasan bahwa Pemohon Banding telah memenuhi syarat tarif preferensi dalam rangka skema JIEPA karena otoritas negara asal (Jepang) telah menerbitkan Form JIEPA secara sah dan Form JIEPA tersebut telah melalui proses analisa oleh otoritas penerbit sebelum diterbitkan; apakah barang impor tersebut layak diberikan Form JIEPA atau tidak. Hal ini berarti segala komponen Form JIEPA termasuk juga uraian barang telah dianalisa dan dianggap memenuhi syarat penerbitan Form JIEPA, oleh karena itu perbedaan penulisan deskripsi/uraian barang pada kolom 4 SKA Form JIEPA dengan PIB tidak serta merta menggugurkan SKA tersebut. Namun Terbanding dapat mengkonfirmasikan keabsahan SKA tersebut kepada instansi penerbit di negara eksportir, karena SKA pada dasarnya merupakan dokumen yang sifatnya given oleh otoritas negara penerbit;
2 bahwa Pasal 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, menyatakan: (1) Bea masuk dapat dikenakan berdasarkan tarif yang besarnya berbeda dengan yang dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) terhadap: a. barang impor yang dikenakan tarif bea masuk berdasarkan perjanjian atau kesepakatan internasional; atau b.... dst.... (2) Tata cara pengenaan dan besarnya tarif bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri. Penjelasan Pasal 13 Ayat (1) : Ayat ini memberikan kewenangan kepada menteri untuk menetapkan tarif bea masuk yang besarnya berbeda dengan tarif yang dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1). Huruf a Tarif bea masuk dikenakan berdasarkan perjanjian atau kesepakatan yang dilakukan Pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah negara lain atau beberapa negara lain, misalnya bea masuk berdasarkan Common Effective Preferential Tarif for Asean Free Trade Area (CEPT for AFTA). bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pengesahan Agreement Between The Republic of Indonesia and Japan for an Economic Partnership, Pasal 1 menyatakan: Mengesahkan Agreement between the Republic of Indonesia and Japan for an Economic Partnership (Persetujuan antara Republik Indonesia dan Jepang mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi) yang telah ditandatangani pada tanggal 20 Agustus 2007 di Jakarta yang naskah aslinya dalam Bahasa lnggris dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini ; bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 209/PMK.011/2012 tanggal 17 Desember 2012 Tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Dalam Rangka Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi, antara lain disebutkan: Pasal 1 Menetapkan tarif bea masuk atas impor barang dari negara Jepang dalam rangka Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; Pasal 2 Pengenaan bea masuk berdasarkan penetapan tarif bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Tarif bea masuk dalam rangka Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi yang lebih rendah dari tarif bea masuk yang berlaku secara umum, hanya diberlakukan terhadap barang impor yang dilengkapi dengan Surat Keterangan Asal (Form JIEPA) yang telah ditandatangani oleh pejabat berwenang di negara-negara bersangkutan; b Importir wajib mencantumkan nomor referensi Surat Keterangan Asal (Form JIEPA) sebagaimana dimaksud pada huruf a dan kode fasilitas dalam rangka Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi, pada pemberitahuan impor barang; c. Lembar asli dari Surat Keterangan Asal (Form JIEPA) dalam rangka Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi sebagaimana dimaksud pada huruf a, wajib
3 disampaikan oleh importir pada saat pengajuan pemberitahuan impor barang sebagaimana dimaksud pada huruf b di Kantor Pabean pada pelabuhan pemasukan; dan d. Dalam hal tarif bea masuk yang berlaku secara umum lebih rendah dari tarif bea masuk dalam rangka Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini, tarif yang berlaku adalah tarif bea masuk yang berlaku secara umum. bahwa berdasarkan Part 2 Section 1 Rule 1(b) Operational Procedures The Agreement Between Japan and The Republic of Indonesia for an Economic Partnership (JIEPA): The tarif classification numbers of the Harmonized System (HS), as amended on January 1, 2002, should be indicated on a certificate of origin at the six-digit level, and the description of the good on a certificate of origin should be substantially identical to the description on the invoice and, if possible, to the description under the HS for the good"; bahwa berdasarkan Operational Procedures The Agreement Between Japan and The Republic of Indonesia for an Economic Partnership (JIEPA): Appendix 1-B: Instructions for certificate of origin Field 4: The description of the good on the certificate of origin should be substantially identical to the description on the invoice and, if possible, to the description under the HS for the good. bahwa berdasarkan Part 2 Section 1 Rule 5 Operational Procedures The Agreement Between Japan and The Republic of Indonesia for an Economic Partnership (JIEPA): The customs authority of the importing Party should disregard minor errors, such as slight discrepancies or omissions, typing errors or overrunning the margin of the designated field, provided that these minor errors do not affect the authenticity of the certificate of origin or the accuracy of the information included in the certificate of origin"; bahwa berdasarkan Article 43 The Agreement Between Japan and The Republic of Indonesia For An Economic Partnership, mengatakan: Article 43 Request for Checking of Certificate of Origin 1. For the purposes of determining whether a good imported from the exporting Party under preferential tariff treatment qualifies as an originating good of the exporting Party, the customs authority of the importing Party may request information relating to the origin of the good from the competent governmental authority of the exporting Party on the basis of the certificate of origin. 2. For the purposes of paragraph 1, the competent governmental authority of the exporting Party shall, in accordance with the laws and regulations of the Party, provide the information requested in a period not exceeding six months after the date of receipt of the request. If the customs authority of the importing Party considers necessary, it may require additional information relating to the origin of the good. If additional information is requested by the customs authority of the importing Party, the competent governmental authority of the exporting Party shall, in accordance with the laws and regulations of the exporting Party, provide the information requested in a period not exceeding four months after the date of receipt of the request. 3. For the purposes of paragraph 2, the competent governmental authority
4 of the exporting Party may request the exporter to whom the certificate of origin has been issued, or the producer of the good in the exporting Party referred to in subparagraph 7(b) of Article 41, to provide the former with the information requested. bahwa atas keraguan terhadap 173 (seratus tujuh puluh tiga) Form JIEPA, Terbanding tidak melakukan konfirmasi (retroactive check) kepada issuing authority The Japan Chamber of Commerce and Industry, sebagaimana dimaksud dalam Article 43 The Agreement Between Japan and The Republic of Indonesia For An Economic Partnership; bahwa atas keraguan terhadap 173 (seratus tujuh puluh tiga) Form JIEPA, Terbanding telah mengirimkan Rejection Notification on Certificate of Origin kepada Embassy of Japan for Indonesia dengan surat nomor : S-747/WBC.08/2015 tanpa tanggal; bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas surat Embassy of Japan for Indonesia tanpa nomor tanggal 15 Juni 2016 mengenai certificate of origin under Indonesia-Japan Economic Partnership (IJEPA), pada butir 1 angka (3) mengatakan:. (3) The Government of Japan understands that with regard to the meaning of substantially identical which is stipulated in the Part 2 Rules of Origin Section 1, Rule 1 (b) and Apendix 1-b the Guideline of Field 4, Operational Procedures under IJEPA, the description of goods in COOs and the description of goods in Invoice should be the same to the extent that the identity of the product can be judged, but not to the extent that the complete identity including spesific model number and so on is required ; bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas 173 (seratus tujuh puluh tiga) PIB tercantum uraian barang AAA Baby Dry Pants/AAA New Baby, bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas 173 (seratus tujuh puluh tiga) Certificate of Origin (Form JIEPA), pada kolom 4 tercantum uraian barang; Nomor HS: Paper Diaper; ; bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut di atas, terdapat perbedaan penulisan uraian barang yang tercantum dalam 173 (seratus tujuh puluh tiga) Form JIEPA berupa "paper diaper" dengan uraian barang yang tercantum dalam 173 (seratus tujuh puluh tiga) PIB berupa " AAA Baby Dry Pants dan AAA New Baby, sehingga Majelis berpendapat bahwa kesalahan penulisan uraian barang dalam Form JIEPA a quo tidak dapat dikategorikan sebagai slight discrepancies sebagaimana dimaksud dalam Part 2 Section 1 Rule 5 Operational Procedures The Agreement Between Japan and The Republic of Indonesia for an Economic Partnership (JIEPA), dengan demikian Majelis berpendapat bahwa penerbitan 173 (seratus tujuh puluh tiga) Form JIEPA tidak memenuhi ketentuan Part 2 Rules of Origin Section 1, Rule 1 (b) and Apendix 1-b the Guideline of Field 4 The Agreement Between Japan and The Republic of Indonesia for an Economic Partnership (JIEPA), sehingga tidak mendapat tarif preferensi dalam rangka skema JIEPA; bahwa berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 213/PMK.011/2011 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor, nomor urut 9994, untuk pos tarif dikenakan tarif bea masuk 15%;
5 bahwa berdasarkan uraian di atas, penjelasan Pemohon Banding dan Terbanding dalam persidangan dan data yang ada dalam berkas banding, Majelis berkesimpulan untuk menolak banding Pemohon Banding, dan menetapkan pembebanan tarif bea masuk atas barang impor 173 (seratus tujuh puluh tiga) PIB, negara asal Jepang, dengan 173 (seratus tujuh puluh tiga) PIB, pos tarif sesuai penetapan Terbanding dalam Surat Penetapan Kembali Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPKTNP) Nomor SPKTNP- 01/WBC.08/2015 tanggal 03 Juli 2015 dengan pembebanan tarif bea masuk 15% (MFN); Terhadap putusan Pengadilan Pajak tersebut diatas, satu orang Hakim Pengadilan Pajak Majelis VII Menyatakan pendapat atas pemeriksaan materi sengketa banding sengketa Pajak yang berbeda sebagai berikut: bahwa yang menjadi pokok sengketa banding adalah Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai berupa Surat Penetapan Kembali Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPKTNP) Nomor SPKTNP-01/WBC.08/2015 Tanggal 3 Juli 2015 dan telah dilakukan pembetulan dengan surat Nomor:S-623/WBC.08/2015 Tanggal 14 Agustus 2015 yang merupakan tindak lanjut dari Nota Hasil Penelitian Ulang (NHPU) Nomor:NHPU-01/WBC.08/BD.02/2015 Tanggal 3 Juli 2015 Terhadap: 173 PIB Dengan tagihan sebesar Rp ,00, dengan alasan 173 SKA-Form JIEPA tidak mendapat preferensi tarif karena uraian barang dalam Form JIEPA tidak sesuai dengan Part 2 Setion 1, Rule 1(b) yang menyebutkan: The tariff classification numbers of the Harmonized System (HS), as amended on January 1, 2002, should be indicated on a certificate of origin at the six-digit level, and the description of the good on a certificate of origin should be substantially identical to the description on the invoice and, if possible, to the description under the HS for the good ; bahwa terhadap penetapan Terbanding tersebut Pemohon Banding tidak memperoleh hasil penelitian ulang mengenai PIB-PIB mana saja yang dipermasalahkan oleh Terbanding, Pemohon Banding mendapatkan informasi dari penjelasan lisan pihak Terbanding mengenai PIB-PIB yang dikenakan penelitian ulang. Berdasarkan hasil informasi ini Pemohon Banding berpendapat bahwa terjadi overlepping PIB-PIB antara periode Audit periode 1 Mei 2012 hingga 30 April 2014 (LHA No. 157/BC.62/2015 Tanggal 21 April 2015) dengan periode Nota Hasil Penelitian Ulang (NHPU) periode 2013 hingga 2015 (NHPU Nomor: NHPU-01/WBC.08/BD.02/2015 Tanggal 3 Juli 2015), artinya telah terjadi 2 (dua) kali pemeriksaan terhadap PIB-PIB yang sama dari 173 PIB dan Pemohon Banding menambahkan sampai dengan Banding diajukan kepada Pengadilan Pajak Pemohon Banding Tidak mengetahui rincian PIB-PIB yang disengketakan walaupun telah diminta oleh Pemohon Banding secara resmi dengan surat tanggal 29 Juli 2015; bahwa menurut Pemohon Banding tidak sahnya penetapan NHPU, karena dalam Laporan Hasil Audit (LHA) pada bagian prosedur Audit poin LHA No.157/BC.62/2015 telah dijelaskan bahwa pemeriksaan tarif bea masuk atas barang impor dilakukan dengan membandingkan klasifikasi dan pembebanan yang diberitahukan dalam dokumen pemberitahuan pabean (yg dimasud PIB ) dengan Buku Tarif kepabeanan Indonesia ( BTKI ) serta peraturan terkait skema Free Trade Agreement ( FTA ), oleh karenanya PIB-PIB yang telah diaudit (hasilnya LHA) tidak boleh dilakukan penelitian ulang oleh Terbanding; bahwa dalam Surat Uraian Banding bagian D. Analisis angka 5 huruf c Terbanding menyimpulkan bahwa metode penelitian dan materi temuan antara
6 penelitian ulang dan Audit adalah berbeda, kesimpulan tersebut mengartikan bahwa Terbanding mengakui melakukan penelitian dan penetapan terhadap obyek yang sama tetapi metode penelitian dan materi temuan antara penelitian ulang dan Audit adalah berbeda; bahwa Terbanding menyebutkan Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan sengketa, antara lain pada angka 1 huruf c; Pasal 16 ayat (1) menyatakan: Pejabat bea dan cukai dapat menetapkan tarif dan/atau nilai pabean barang impor untuk perhitungan bea masuk sebelum penyerahan pemberitahuan pabean atau dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pemberitahuan pabean, bahwa dasar hukum Terbanding terbantahkan, karena tindakan yang dilakukan oleh pejabat Nota Hasil Penelitian Ulang (NHPU) yang melakukan tugas jabatannya terhadap PIB-PIB (pemberitahuan pabean) yang telah diberitahukan dan telah mendapat nomor pendaftaran dari Terbanding lebih dari 30 (tiga puluh) hari; bahwa pada SPKTNP Nomor SPKTNP-01/WBC.08/2015 Tanggal 3 Juli 2015 dan telah dilakukan pembetulan dengan surat Nomor : S-623/WBC.08/2015 Tanggal 14 Agustus 2015 tidak menyebutkan alasan-alasan penyebab diterbitkan SPKTNP tetapi hanya mencantumkan dasar petetapkan SPKTNP yaitu NHPU No. NHPU-01/WBC.08/BD.02/2015 Tanggal 3 Juli 2015 beserta rincian tagihan sebesar Rp ,00, sehingga Pemohon Banding tidak mengetahui alasan penyebab sengketa, kecuali hasil pemeriksaan ulang yang dituangkan dalam NHPU disampaikan kepada Pemohon Banding oleh Terbanding. Untuk mengetahui yang disengketakan Pemohon Banding harus mempelajari Surat Uraian Banding (SUB) yang diperoleh dari Pengadilan Pajak setelah Pemohon Banding mengajukan banding yang ditanggapi oleh Terbanding dengan SUB; bahwa Permohonan Banding menjelaskan bahwa barang impor telah dilengkapi atau dilampiri dengan asli Surat Keterangan Asal (SKA) Form JIEPA yang sudah ditandatangani oleh pejabat berwenang di negara Jepang dan sudah mencantumkan nomor referensi Form JIEPA pada Pemberitahuan Impor (PIB) dan pada saat penyerahan PIB telah diserahkan asli Form JIEPA sebagai mana dipersyaratkan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 209/PMK.011/ 2012 Tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas barang impor dalam rangka JIEPA, sebagai persyaratan mendapat preferensi tariff IJEPA; bahwa ketentuan mengenai tarif bea masuk diatur dalam Pasal 13 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, yang antara lain menyebutkan: (1) Bea masuk dapat dikenakan berdasarkan tarif yang besarnya berbeda dengan yang dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) terhadap: a. barang impor yang dikenakan tarif bea masuk berdasarkan perjanjian atau kesepakatan internasional; atau b. barang impor bawaan penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, atau barang kiriman melalui pos atau jasa titipan. (2) Tata cara pengenaan dan besarnya tarif bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri. Penjelasan ayat (1) huruf a: Ayat ini memberikan kewenangan kepada menteri untuk menetapkan tarif bea masuk yang besarnya berbeda dengan tarif yang dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a: Tarif bea masuk dikenakan berdasarkan perjanjian atau kesepakatan yang
7 ) dilakukan Pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah negara lain atau beberapa negara lain, misalnya bea masuk berdasarkan Common Effective Preferential Tariff for Asean Free Trade Area (CEPT for AFTA). Bahwa ketentuan Form JIEPA yang digunakan menjadi dasar penetapan dalam sengketa a quo adalah Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pengesahan Agreement between the Republic of Indonesia and Japan for an Economic partnership, Part 2 rules of origin, Section 1. Certificate of origin (COO) Rule 1 (b) yang menyatakan: The tariff classification numbers of the Harmonized System (HS), as amended on January 1, 2002, should be indicated on a certificate of origin at the six-digit level, and the description of the good on a certificate of origin should be substantially identical to the description on the invoice and, if possible, to the description under the HS for the good. (nomor klasifikasi tarif dari Harmonized System (HS), sebagaimana telah diubah Tanggal 1 Januari 2002 harus ditunjukkan pada sertifikat asal ditingkat 6 (enam) digit dan deskripsi barang pada sertifikat asal harus identik secara substansi dengan deskripsi pada invoice dan jika mungkin deskripsi pada HS untuk barang tersebut) bahwa ketentuan yang mengatur pelaksanaan preferensi tariff IJEPA di dalam Negeri diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 209/PMK.011/ 2012 Tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas barang impor dalam rangka JIEPA, yang antara lain menetapkan hal-hal sebagai berikut: Pasal 1 (1 Menetapkan tarif bea masuk atas impor barang dari Negara Jepang dalam rangka persetujuan antara Republik Indonesia dan Jepang mengenai suatu kemitraan ekonomi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (2 Terhadap penetapan tarif bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ) berlaku ketentuan sebagai berikut: a Penetapan tarif bea masuk sebagaimana tercantum dalam kolom (5),. kolom (6), kolom (7), (kolom 8), kolom (9), dan kolom (10) dalam Lampiran Peraturan Menteri ini, merupakan besaran tarif bea masuk dalam rangka Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi atas impor barang. b Penetapan tarif bea masuk sebagaimana tercantum dalam kolom (5). Lampiran Peraturan Menteri ini, mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2013 sampai dengan tanggal 31 Desember c. Penetapan tarif bea masuk sebagaimana tercantum dalam kolom (6) Lampiran Peraturan Menteri ini, mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan tanggal 31 Desember d Penetapan tarif bea masuk sebagaimana tercantum dalam kolom (7). Lampiran Peraturan Menteri ini, mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2015 sampai dengan tanggal 31 Desember e Penetapan tarif bea masuk sebagaimana tercantum dalam kolom (8). Lampiran, mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan tanggal 31 Desember f. Penetapan tarif bea masuk sebagaimana tercantum dalam kolom (9) Lampiran Peraturan Menteri ini, mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Desember 2017.
8 g Penetapan tarif bea masuk sebagaimana tercantum dalam kolom (10). Lampiran Peraturan Menteri ini, mulai berlaku pada tanggal 1 Januari Pasal 2 Pengenaan bea masuk berdasarkan penetapan tarif bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Tarif bea masuk dalam rangka Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi yang lebih rendah dari tarif bea masuk yang berlaku secara umum, hanya diberlakukan terhadap barang impor yang dilengkapi dengan Surat Keterangan Asal (Form JIEPA) yang telah ditandatangani oleh pejabat berwenang di negara-negara bersangkutan; b. Importir wajib mencantumkan nomor referensi Surat Keterangan Asal (Form JIEPA) sebagaimana dimaksud pada huruf a dan kode fasilitas dalam rangka Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi, pada pemberitahuan impor barang; c. Lembar asli dari Surat Keterangan Asal (Form JIEPA) dalam rangka Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi sebagaimana dimaksud pada huruf a, wajib disampaikan oleh importir pada saat pengajuan pemberitahuan impor barang sebagaimana dimaksud pada huruf b di Kantor Pabean pada pelabuhan pemasukan; dan d. Dalam hal tarif bea masuk yang berlaku secara umum lebih rendah dari tarif bea masuk dalam rangka Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini, tarif yang berlaku adalah tarif bea masuk yang berlaku secara umum. Pasal 3 Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini berlaku terhadap barang impor yang dokumen pemberitahuan impor barangnya telah mendapatkan nomor pendaftaran dari Kantor Pabean pelabuhan pemasukan. Bahwa yang menjadi sengketa adalah karena uraian barang dalam Form JIEPA tidak sama dengan uraian pada invoice sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pengesahan Agreement between the Republic of Indonesia and Japan for an Economic partnership, Part 2 rules of origin, Section 1. Certificate of origin (COO) Rule 1 (b) yang menyatakan: The tariff classification numbers of the Harmonized System (HS), as amended on January 1, 2002, should be indicated on a certificate of origin at the six-digit level, and the description of the good on a certificate of origin should be substantially identical to the description on the invoice and, if possible, to the description under the HS for the good. (nomor klasifikasi tarif dari Harmonized System (HS), sebagaimana telah diubah Tanggal 1 Januari 2002 harus ditunjukkan pada sertifikat asal ditingkat 6 (enam) digit dan deskripsi barang pada sertifikat asal harus identik secara substansi dengan deskripsi pada invoice dan jika mungkin deskripsi pada HS untuk barang tersebut) bahwa sengketa a quo merupakan sengketa dalam perjanjian internasional yang
9 merupakan kesepakatan kedua negara, dalam pelaksanaan perjanjian bilateral seharusnya antara negara Jepang dan Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak saling menyalahkan secara sepihak tetapi harus ada persetujuan kedua belah pihak, hal tersebut sesuai dengan Perjanjian antara negara Jepang dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang disahkan dengan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pengesahan Agreement between the Republic of Indonesia and Japan for an Economic Partnership, jika terjadi kesalahan atau perbedaan pendapat perlu dilakukan komunikasi (diklarifikasi atau Konfirmasi atau konsutasi) antara pejabat pemerintah yang berwenang kedua negara yang tujuannya untuk mendapat persetujuan bersama atau jawaban kebenaran, sah atau tidak sahnya Form JIEPA yang disengketakan; bahwa menurut Hakim dissenting dalam melaksanakan perjanjian apalagi menyangkut perjanjian internasional tidak seharusnya Terbanding langsung menetapkan SKA-Form JIEPA tidak mendapat preferensi tarif, tetapi yang harus dicari adalah penyelesaian permasalahannya dengan melakukan Konfirmasi atau konsultasi dengan Pejabat berwenang Jepang, karena dalam hal ini Pemohon Banding hanya menerima Form JIEPA yang sah dari Pejabat berwenang Jepang yang mengharapkan mendapat Preferensi Tarif JIEPA, Bahwa Preferensi Tarif IJEPA merupakan pelaksanaan perjanjian Internasional antara Pemerintah dengan Pemerintah (Goverment to Goverment), sehingga tidak mungkin pihak Pemohon Banding (swasta) melakukan konfirmasi kepada pemerintah Jepang untuk mencari bukti syah atau tidaknya Form JIEPA yang telah dikeluarkan oleh Pejabat Jepang. Oleh karenanya Kami berpendapat bahwa Terbanding sebagai Pejabat Tata Usaha Negara atau Administrasi Negara yang berkewajiban membuktikan syah atau tidaknya Form JIEPA berdasarkan hasil Komfirmasi atau konsultasi dari pejabat berwenang Jepang; bahwa dalam sengketa a quo Terbanding menyatakan telah mengirimkan surat pemberitahuan kepada Embassy of Japan for Indonesia perihal rejection notification on Certificate of origin dengan alasan Part 2 Rules Of Origin, Section 1. Certificate of origin (COO) Rule 1 (b): the description of the good on a certificate of origin should be substantially identical to the description on the invoice and, if possible, to the description under the HS for the good. akan tetapi sampai dengan akhir persidangan Terbanding tidak memberikan jawaban Konfirmasi atau klarifikasi dari pejabat Jepang; bahwa Majelis menerima surat dari Pemohon Banding dalam persidangan merupakan surat informasi dari Embassy of Japan di Indonesia tertanggal 15 Juni 2016 yang ditanda tangani oleh Iwao Ikeya, Commercial Counselor Trade, Investment and Industry ditujukan kepada Mr.Muhammad Purwantoro, Kepala Wilayah Bea dan Cukai Jawa Barat di Bandung dan Mr.Iskandar Tarigan, Kepala Kantor Bea dan Cukai Bekasi di Bekasi dengan Tembusan: Direktur Teknis Kepabeanan, Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga, dan Direktur Penindakan dan Penyidikan yang menyatakan pada butir 3 singkatnya bahwa rejection notification letters dari Kantor Bea dan Cukai kepada Pemerintah Jepang (Embassy of Japan di Indonesia). Kedutaan Jepang di Jakarta tidak menerima surat-surat dimaksud, hanya menerima informasi dari P&G K.K. bahwa Sehubungan dengan COOs IJEPA, Embassy of Japan di Indonesia dalam suratnya tertanggal 15 Juni 2016 menginformasikan sebagai berikut: 1. According to P&G K.K., the prefential tariff treatment for the aforementioned Certificate of Origins (178 COOs) was denied because the description of
10 goods in the COOs and the description of goods in the invoice are not identical. (1) As for the validity of all COOs IJEPA, the Government of Japan informs the Government of Indonesia that the Government of Japan confirms the issuance by the Japan Chamber of Commerce and Industry (JCCI) for the above mentioned certificates. (2) When the Government of Japan checked the documents such as invoices provided by the recipients of COOs, the description of goods is properly described based on Operational Procedures under IJEPA (3) Furthermore, the Government of Japan understands that with regard to the meaning of substantially identical which is stipulated in the Part 2 Rules of Origin Section 1, Rule 1 (b) and Appendix 1-b the guideline of Field 4, Operational Procedures under IJEPA, the description of goods in COOs and the description of goods in invoice should be the same to the extent that the identity of the product can be judged, but not to the extent that the complete identity including specific model number and so on is required. 2. Furthermore, according to P&G K.K. in addition to the above 178 COOs cases, prefential tariff treatment was also denied on many other cases based on the same reason. Regarding these cases, the Government of Japan understands that with regard to the meaning of substantially identical which is stipulated in the Part 2 Rules of Origin Section 1, Rule 1 (b) and Appendix 1-b the guideline of Field 4, Operational Procedures under IJEPA, the description of goods in COOs and the description of goods in invoice should be the same to the extent that the identity of the product can be judged, but not to the extent that the complete identity including specific model number and so on is required. Bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyerahkan surat dari P&G K.K. di Jepang tertanggal 28 April 2016 perihal penjelasan mengenai Uraian barang pada Form JIEPA dan Bill of Lading, pada alinea kedua dan ketiga, sebagai berikut: The description of that is declared in Certificate of origin (COO) has followed the Japan Chamber of Commerce and Industry ruquiretment. It could proven that JCCI Accepted the description of and issued the Form JIEPA for our exported goods becouse reflects the nature of our products which are made from paper and used as Diaper for babies. With this regards, we would like to confirm that the goods declared in the COO using are the same goods with the goods declared in our invoices to you. Description of Goods Description of Goods Declared in Invoice Declared in the COO AAA New Baby NB 245x8 AAA Baby Dry Pants S (Bulk) 36Sx4 AAA Baby Dry Pants S 22Sx8 AAA New Baby Taped (Bulk) Diaper NB 22Sx3 AAA Baby Dry Pant S (Bulk) 72Sx3 AAA Premium Care New Baby NB (Bulk) 80Sx3 AAA Baby Dry Pants XXL (Bulk) 76Sx3
11 AAA Baby Dry Pants XXL 38Sx4 AAA Premium Care New Baby NB 28Sx8 AAA Premium Care Active Baby Pants XXL 28x4 AAA Baby Dry Pants S 36Sx4 bahwa dalam sengketa a quo yang menjadi sengketa adalah mengenai uraian barang (description of goods) yaitu uraian barang pada Form JIEPA paper Diaper dan uraian barang pada Invoice dan PIB AAA Baby Dry Pants atau AAA New dengan berbagai ukuran (size) yang berbeda atau sama antara masing-masing invoice (173 PIB). Yang oleh Terbanding ditetapkan tidak mendapat preferensi tarif atas 173 SKA-Form IJEPA dan ditetapkan Tarif bea masuk yang berlaku umum sesuai dengan yang terdapat dalam BTKI (MFN); bahwa Surat dari Embassy of Japan di Indonesia tertanggal 15 Juni 2016 menginformasikan bahwa uraian barang pada COOs sudah tepat (properly), karena described based on Operational Procedures under IJEPA dan deskripsi barang pada sertifikat asal harus identik secara substansi dengan deskripsi pada invoice, menurutnya: should be the same to the extent that the identity of the product can be judged, but not to the extent that the complete identity including specific model number and so on is required; Bahwa surat dari P&G K.K. di Jepang tertanggal 28 April 2016 yang ditujukan kepada P&G Indonesia perihal penjelasan mengenai uraian barang pada Form JIEPA dan Bill of Lading (B/L) bahwa 11 tipe uraian barang yang diberitahukan pada Invoice sama barangnya dengan uraian barang yang diberitahukan pada Form JIEPA (COO) dan B/L, secara subtansial merupakan jenis barang yang sama yaitu popok bayi sekali pakai dan barang origin dari Jepang; bahwa Pejabat berwenang Jepang sebelum menerbitkan Form JIEPA terlebih dahulu meneliti kebenaran jenis barang yang tercantum dalam invoice, sehingga untuk mengetahui kesamaan jenis barang (bukan uraian barang) pada Form JIEPA dengan jenis barang pada Invoice, pada kolom 7 Form JIEPA telah dicantumkan nomor dan tanggal invoice yang menjadi dasar Pejabat berwenang Jepang untuk menerbitkan Form JIEPA bahwa Form JIEPA telah ditandatangani oleh pejabat berwenang Jepang dan diekspor dari Jepang (B/L), artinya Pejabat berwenag Jepang meyakini kebenaran bahwa uraian barang yang diberitahukan pada Invoice sama barangnya dengan uraian barang yang diberitahukan pada Form JIEPA (COO) dan B/L; Bahwa yang menjadi sengketa mengenai Form JIEPA adalah uraian barang (description of goods) bukan fisik barang, hal tersebut terlihat dalam NHPU dan SPKTNP dengan tidak adanya koreksi terhadap nilai pabean dan Terbanding menetapkan tidak menyatakan bahwa Form JIEPA tidak sah, tetapi Terbanding hanya menetapkan SKA-Form JIEPA tidak mendapat preferensi tarif, karena ketentuan tidak sahnya dokumen (Form JIEPA) dijelaskan dalam Appendix 1-B Operational Posedures Agreement between the Republic of Indonesia and Japan for an Economic Partnership, Intructions for Certificate of Origin, menyebutkan: For the purposes of claiming preferential tariff treatment, the document should be completed legibly and in full by the expoter or its authorized agent and certified by the competent governmental authority or its designee. Any item of the form should be completed in the English lunguage. The document should be no longer valid, if it is completed in any lunguages other than English or modified after the issuance. Oleh karenanya menurut Hakim Dissenting Form JIEPA
12 tetap sah dan mendapat preferensi tarif IJEPA dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 209/PMK.011/ 2012 Tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas barang impor dalam rangka JIEPA Pos Tarif untuk Tahun 2013, 2014 dan 2015 dikenakan Bea Masuk: 0% (IJEPA); Bahwa Berdasarkan Appendix 2 Examples of Aplications Rules of Origin, Operational Posedures Agreement between the Republic of Indonesia and Japan for an Economic Partnership, menurut Hakim Dissenting ketentuan tersebut mengatur tentang kreteria kandungan lokal (local content), artinya barang impor yang telah diterbitkan Form JIEPA dan telah diisi prefernce criterion kolom 5, dan telah ditandatangani oleh pejabat berwenang pemerintah Jepang, maka Form JIEPA telah memenuhi rule of origin dan mendapat preferensi Tarif IJEPA dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 209/PMK.011/ 2012 Tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas barang impor dalam rangka JIEPA Pos Tarif untuk Tahun 2013, 2014 dan 2015 dikenakan Bea Masuk: 0% (IJEPA); bahwa berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 209/PMK.011/ 2012 Tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas barang impor dalam rangka JIEPA, Pemohon Banding pada saat menyerakan PIB beserta lampiran berupa dokumen pendukung impor kepada Terbanding telah diserahkan Surat Keterangan Asal Form JIEPA yang ditandatangani oleh pejabat berwenang di negara Jepang dan sudah mencantumkan nomor referensi Form JIEPA pada Pemberitahuan Impor (PIB), oleh karenanya menurut Hakim Dissenting atas173 PIB dengan Form JIEPA yang disampaikan oleh Pemohon Banding kepada Terbanding berhak mendapat preferensi tarif IJEPA; Bahwa Penetapan kurang bayar SPKTNP-01/WBC.08/2015 Tanggal 3 Juli 2015 diterbitkan berdasarkan Nota Hasil Penelitian Ulang (NHPU-01) periode 2013 hingga 2015 atas PIB-PIB tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 (yang menjadi sengketa), sedangkan terhadap PIB-PIB 1 Mei 2012 sampai dengan 30 April 2014 telah dilakukan pemeriksaan dan penetapan melalui Audit kepabeanan periode 1 Mei 2012 hingga 30 April 2014 (LHA No. 157/BC.62/2015 Tanggal 21 April 2015), sehingga telah terjadi 2 (dua) kali pemeriksaan dan penetapan atas PIB-PIB yang sama; Bahhwa Terbanding membantah terjadi overlepping PIB-PIB antara periode Audit dengan periode NHPU, Terbanding berpendapat yang dituangkan dalam Surat Uraian Banding bagian D. Analisis angka 5 huruf c Terbanding menyimpulkan bahwa metode penelitian dan materi temuan antara penelitian ulang dan Audit adalah berbeda; Bahwa pendapat Terbanding tersebut yang menyimpulkan berbeda terbantahkan dengan pendapat Terbanding dalam Laporan Hasil Audit LHA No. 157/BC.62/2015 Tanggal 21 April 2015), pada bagian prosedur Audit poin LHA No.157/BC.62/2015 yang menjelaskan bahwa pemeriksaan tarif bea masuk atas barang impor dilakukan dengan membandingkan klasifikasi dan pembebanan yang diberitahukan dalam dokumen pemberitahuan pabean ( PIB ) dengan Buku Tarif kepabeanan Indonesia ( BTKI ) serta peraturan terkait skema Free Trade Agreement ( FTA ), hal tersebut menegaskan bahwa dalam Audit kepabeanan juga telah dilakukan pemeriksaan atau penelitian terkait skema Free Trade Agreement ( FTA ), sehingga tindakan yang dilakukan dengan cara Nota Hasil Penelitian Ulang maupun dengan cara Audit kepabeanan merupakan tindakan terhadap obyek yang sama;
13 Menimbang : Mengingat : Memutuskan : Bahwa berdasarkan bukti dan fakta tesebut di atas Hakim Dissenting berpendapat telah terjadi dua kali tindakan atau perbuatan yang sama yaitu sama-sama Penetapan kembali (sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006) terhadap obyek yang sama (yaitu PIB-PIB yang sama) ibis in idem, sehingga penetapan Terbanding batal demi hukum; bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Hakim Dissenting berkesimpulan membatalkan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai berupa Penetapan Kembali Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPKTNP) Nomor SPKTNP- 01/WBC.08/2015 Tanggal 3 Juli 2015 dan telah dilakukan pembetulan dengan surat Nomor:S-623/WBC.08/2015 Tanggal 14 Agustus 2015 yang merupakan tindak lanjut dari Nota Hasil Penelitian Ulang (NHPU) Nomor:NHPU- 01/WBC.08/BD.02/2015 Tanggal 3 Juli 2015 Terhadap: 173 PIB dengan tagihan sebesar Rp ,00, dan mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding dan menetapkan jenis barang AAA Baby Dry Pants atau AAA New, Negara asal Jepang yang diberitahukan dalam 173 PIB diklasifikasikan ke dalam pos tarif untuk Tahun 2013, 2014 dan 2015 dengan pembebanan bea masuk 0% (JIEPA), sehingga tagihannya adalah Nihil; Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Undangundang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006, dan peraturan perundangundangan lainnya yang berkaitan dengan sengketa ini; Menolak Banding Pemohon Banding terhadap Surat Penetapan Kembali Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPKTNP) Nomor SPKTNP-01/WBC.08/2015 tanggal 03 Juli 2015, tentang penetapan kembali tarif dan/atau nilai pabean oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan Pasal 17 ayat (1) Undangundang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006, atas nama: XXX, dan menetapkan pembebanan tarif bea masuk atas barang impor AAA Baby Dry Pants / AAA New Baby, negara asal Jepang, yang diberitahukan oleh Pemohon banding dalam 173 (seratus tujuh puluh tiga) PIB, pos tarif dengan pembebanan tarif bea masuk 15% (MFN), sehingga jumlah bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang masih harus dibayar sebesar Rp ,00 (dua puluh empat miliar delapan puluh delapan juta delapan ratus empat puluh lima ribu rupiah); Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan yang dicukupkan pada hari Kamis, tanggal 28 Juli 2016, oleh Majelis VIIB Pengadilan Pajak, dengan susunan Majelis dan Panitera Pengganti sebagai berikut: Sudirman S. S.H., M.H. Hadi Rudjito, SH Wahyu Tri Mulyo, SE Lalita Irawati, SE.,MM sebagai Hakim Ketua, sebagai Hakim Anggota, sebagai Hakim Anggota, sebagai Panitera Pengganti, Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Kamis tanggal 26 Januari 2017, dengan dihadiri oleh para Hakim
14 Anggota, Panitera Pengganti, serta tidak dihadiri oleh Pemohon Banding dan tidak dihadiri oleh Terbanding...
: bahwa dalam pemeriksaan yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah, penetapan Terbanding atas Pembebanan, yaitu berupa:
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-36477/PP/M.XVII/19/2012 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa dalam pemeriksaan yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah,
Lebih terperinciPutusan Nomor : Put-68162/PP/M.IXB/19/2016. Jenis Pajak : Bea Masuk. Tahun Pajak : 2014
Putusan Nomor : Put-68162/PP/M.IXB/19/2016 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah penetapan pembebanan tarif bea
Lebih terperinci2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1729, 2015 KEMENKEU. Tarif. Bea Masuk. Perjanjian. Kesepakatan Internasional. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.04/2015 TENTANG TATA CARA PENGENAAN
Lebih terperinciSEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : Put-86509/PP/M.VII.A/19/2017. Jenis Pajak : Bea Masuk
Putusan Nomor : Put-86509/PP/M.VII.A/19/2017 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2016 Pokok Sengketa : bahwa dalam yang menjadi pokok sengketa dalam banding ini adalah banding atas Surat Penetapan Kembali
Lebih terperincibahwa sebagai contoh yang tertulis di Form E dan Invoice/Packing List, secara jelas dapat dilihat;
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-62921/PP/M.XVIIB/19/2015 Jenis Pajak : Bea Cukai Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah mengenai pembebanan
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR-09/BC/2008 TENTANG TATA CARA PELAYANAN DAN PENGAWASAN PENGGUNAAN TARIF BEA
Lebih terperinciPutusan Nomor : Put-68160/PP/M.IXB/19/2016. Jenis Pajak : Bea Masuk. Tahun Pajak : 2014
Putusan Nomor : Put-68160/PP/M.IXB/19/2016 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah penetapan klasifikasi atas impor
Lebih terperinci2017, No Harmonized System 2017 dan ASEAN Harmonised Tariff Nomenclature 2017, perlu melakukan penyesuaian terhadap komitmen Indonesia berdasar
No.347, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Tarif Bea Masuk. Persetujuan antara Republik Indonesia dan Jepang mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciIMPOR MURAH DENGAN SKEMA FREE TRADE AGREEMENT
IMPOR MURAH DENGAN SKEMA FREE TRADE AGREEMENT Kurniawan, SE ASBTRAK Skema FTA pada dasarnya ditujukan untuk pengaturan penurunan dan/atau penghapusan tarif bea masuk, sebagai wujud dari berkembangnya liberalisasi
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/PMK.04/2013 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/PMK.04/2013 TENTANG PENGENAAN TARIF BEA MASUK DALAM SKEMA ASEAN TRADE IN GOODS AGREEMENT (ATIGA) DENGAN
Lebih terperinciNomor Putusan Pengadilan Pajak. : Put.59129/PP/M.IXA/19/2015. Jenis Pajak : Bea Masuk. Tahun Pajak : 2013
Nomor Putusan Pengadilan Pajak : Put.59129/PP/M.IXA/19/2015 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2013 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap Pembebanan Tarif
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan.
No.528, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/M-DAG/PER/3/2015
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010 TENTANG SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG KETENTUAN PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBM 0% (fasilitas ATIGA) BM 5% Rp ,00
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.50870/PP/M.XA/19/2014 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2013 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap Surat Keputusan
Lebih terperinciSEKRETARIAT PENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : Put-73723/PP/M.XVIIA/19/2016. Jenis Pajak : Bea Masuk. Tahun Pajak : 2015
Putusan Nomor : Put-73723/PP/M.XVIIA/19/2016 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2015 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah pembebanan atas importasi berupa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/6/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/6/2008 TENTANG KETENTUAN EKSPOR PISANG DAN NANAS KE JEPANG DALAM RANGKA IJ-EPA (INDONESIA JAPAN-ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT) DENGAN
Lebih terperinciPutusan Nomor : Put-68167/PP/M.IXB/19/2016. Jenis Pajak : Bea Masuk. Tahun Pajak : 2014
Putusan Nomor : Put-68167/PP/M.IXB/19/2016 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah bahwa atas SPP Nomor: SPP-133/BC.6/2014
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 05/DAGLU/PER/6/2008 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 05/DAGLU/PER/6/2008 TENTANG PENGALOKASIAN KUOTA EKSPOR PISANG DAN NANAS KE JEPANG DALAM RANGKA IJ-EPA (INDONESIA JAPAN-ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT)
Lebih terperinciPutusan Nomor : Put-68166/PP/M.IXB/19/2016. Jenis Pajak : Bea Masuk. Tahun Pajak : 2014
Putusan Nomor : Put-68166/PP/M.IXB/19/2016 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah bahwa atas SPP Nomor: SPP-135/BC.6/2014
Lebih terperinciJumlah Barang Pcs. Negara Asal : China berdasarkan penetapan nilai pabean dengan menggunakan data Metode nilai transaksi barang serupa.
Putusan Nomor Jenis Pajak : Put-81243/PP/M.IIB/19/2017 : Bea Masuk Tahun Pajak : 2016 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi sengketa dalam perkara banding ini adalah penetapan Nilai Pabean atas impor 60ML
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap penerbitan Keputusan
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor. : Put-51936/PP/M.XVIIA/19/2014. Jenis Pajak : Bea Masuk. Tahun Pajak : 2012
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-51936/PP/M.XVIIA/19/2014 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap Penetapan pembebanan
Lebih terperinciNo. Sifat Nomor dan Tanggal Kepada Perihal Surat. Und-306/BC.8/2015 tanggal 21 Desember 2015
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-87297/PP/M.VIIA/20/2017 Jenis Pajak : Cukai Tahun Pajak : 2015 Pokok Sengketa Menurut Terbanding : bahwa yang menjadi pokok sengketa banding dalam perkara banding ini
Lebih terperinci2017, No mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi, telah dijadwalkan skema penurunan tarif bea masuk dalam rangka Persetujuan antara Republik Indonesi
No.346, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Tarif Bea Masuk. Persetujuan antara Kemitraan Ekonomi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.010/2017 TENTANG PENETAPAN
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang: bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1034, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Sistem Sertifikasi Mandiri. Percontohan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/M-DAG/PER/8/2013
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK. 011/2009 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK. 011/2009 TENTANG PERUBAHAN KLASIFIKASI DAN PENETAPAN TARIF BEA MASUK ATAS BARANG IMPOR PRODUK-PRODUK TERTENTU DALAM
Lebih terperinciPokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap tarif bea masuk karena
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-59072/PP/M.XVIIB/19/2015 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2013 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap tarif bea masuk
Lebih terperinci: 64491/PP/M.XVII.A/19/2015
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : 64491/PP/M.XVII.A/19/2015 Jenis Pajak : Bea Cukai Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah penetapan kembali atas imporasi berupa ALLOY
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-36/BC/2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BEA MASUK TINDAKAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciMenteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/MPP/Kep/1/1997
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/MPP/Kep/1/1997 TENTANG KETENTUAN DAN TATACARA PERMOHONAN FASILITAS
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1612, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Tarif. Bea Masuk. Impor. AANZFTA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 208/PMK.011/2013 TENTANG PENETAPAN TARIF BEA MASUK
Lebih terperinciyang mana atas pengenaan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp ,00;
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.52224/PP/M.VII B/19/2014 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap penerbitan
Lebih terperinciMenurut Pemohon: Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-62358/PP/M.VIIB/19/2015. Tahun Pajak : 2013
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-62358/PP/M.VIIB/19/2015 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2013 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap Penetapan Nilai
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 122/PMK. 04/2011 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 122/PMK. 04/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 51/PMK.04/2008 TENTANG TATA CARA PENETAPAN TARIF,
Lebih terperinciThere are no translations available.
There are no translations available. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) disingkat SKA adalah dokumen yang disertakan pada waktu barang ekspor Indonesia yang telah memenuhi ketentuan asal barang
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-01 /BC/2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BEA MASUK TINDAKAN
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-61710/PP/M.VIIB/19/2015. Tahun Pajak : 2013
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-61710/PP/M.VIIB/19/2015 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2013 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap penetapan Terbanding
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI JALAN JENDERAL A. YANI JAKARTA-13230 KOTAK POS 108 JAKARTA-10002 TELEPON (021) 4890308; FAKSIMILE (021) 4890871; SITUS www.beacukai.go.id
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/M-DAG/PER/10/2014 Menimbang TENTANG KETENTUAN ASAL BARANG INDONESIA {RULES OF ORIGIN OF INDONESIA) DENGAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.04/2009 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.04/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 51/PMK.04/2008 TENTANG TATA CARA PENETAPAN TARIF, NILAI
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci-1- DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,
-1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-02/BC/2016 TENTANG TATA LAKSANA PENGELUARAN BARANG IMPOR DARI KAWASAN PABEAN UNTUK DITIMBUN DI PUSAT
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PMK.010/2018 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PMK.010/2018 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK I DAN H SECTION DARI BAJA PADUAN LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 966, 2014 KEMENKEU. Bea Keluar. Pemungutan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-19/BC/2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR
Lebih terperinciNomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011
Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put-4/PP/M.XIIA/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap permohonan Pengurangan
Lebih terperinci2017, No b. bahwa sehubungan dengan pemberlakuan ketentuan mengenai sistem klasifikasi barang berdasarkan Harmonized System 2017 dan ASEAN Har
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.345, 2017 KEMENKEU. Tarif Bea Masuk. Perjanjian Perdagangan Preferensial antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Islam Pakistan. Pencabutan. PERATURAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-10/BC/2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH
Lebih terperinciPokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah penerbitan Keputusan Tergugat Nomor KEP-3281/ WPJ.11/2015 tanggal 15 Oktober 2015;
Putusan Nomor : 72832/PP/M.IIIA/99/2016 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah penerbitan Keputusan Tergugat Nomor KEP-3281/ WPJ.11/2015 tanggal
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-11/BC/2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH
Lebih terperincibahwa selanjutnya, Nilai Pabean ditetapkan dengan menggunakan metode II sampai dengan VI secara hierarkis;
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-61793/PP/M.XVIIA/19/2015 Jenis Pajak : Bea Cukai Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap penetapan Nilai
Lebih terperinciP - 12/BC/2010 TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA
P - 12/BC/2010 TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA Contributed by Administrator Tuesday, 09 March 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 146/PMK.04/2014 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 214/PMK.04/2008 TENTANG PEMUNGUTAN
Lebih terperinciMenurut Terbanding : bahwa berdasarkan dokumen pelengkap pabean yang dilampirkan. dapat disimpulkan :
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.58226/PP/M.XVIIB/19/2014 Jenis Pajak : Bea Cukai Tahun Pajak : 2013 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap pembebanan
Lebih terperinci133/PMK.011/2009 PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK DEXTROSE MONOHYDRATE
133/PMK.011/2009 PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK DEXTROSE MONOHYDRATE Contributed by Administrator Monday, 24 August 2009 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-26/BC/2008
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-26/BC/2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-103678.16/2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah 1. Koreksi
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 214/PMK.04/2008 TENTANG PEMUNGUTAN BEA KELUAR
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 214/PMK.04/2008 TENTANG PEMUNGUTAN BEA KELUAR MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (5), Pasal 14, dan Pasal 18 Peraturan
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 06/BC/2006
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 06/BC/2006 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-16/BC/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-29/BC/2008 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-29/BC/2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH
Lebih terperinci2017, No Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
No.176, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKEU. Tarif Bea Masuk. Penetapan Klasifikasi Barang Impor.Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/PMK.010/2017 TENTANG PENETAPAN
Lebih terperinciMenurut Pemohon: Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62478/PP/M.IXA/19/2015. Tahun Pajak : 2014
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62478/PP/M.IXA/19/2015 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa Menurut Terbanding : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 978, 2013 KEMENKEU. Bea Masuk. Impor. Canai Lantaian. Pengenaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137.1/PMK.011/2014 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 178/PMK.011/2007 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR
Lebih terperinci2 Perdagangan, yaitu pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan terhadap impor produk steel wire rod; d. bahwa dalam rangka menindaklanjuti hasil penyeli
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1184, 2015 KEMENKEU. Steel Wire Rod. Impor Produk. Pengamanan. Bea Masuk. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/PMK.010/2015 TENTANG PENGENAAN BEA
Lebih terperinciNASKAH PENJELASAN PENGESAHAN
NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION AMONG THE GOVERNMENTS OF THE MEMBER COUNTRIES OF
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/M-DAG/PER/9/2005
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/M-DAG/PER/9/2005 TENTANG PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICA TE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR
Lebih terperinciSEKRETARIAT PENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : Put-82423/PP/M.XVIIA/19/2017. Jenis Pajak : Bea Masuk. Tahun Pajak : 2014
Putusan Nomor : Put-82423/PP/M.XVIIA/19/2017 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi sengketa dalam perkara banding ini adalah penetapan Nilai Pabean importasi berupa
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor. : Put.52474/PP/M.IXA/19/2014. Jenis Pajak : Bea Masuk. Tahun Pajak : 2012
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put52474/PP/MIXA/19/2014 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap Penetapan Nilai
Lebih terperinciMenimbang : Mengingat :
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/KMK.05/1997 TENTANG TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang
Lebih terperinciTATA CARA TINDAK LANJUT TERHADAP PERMINTAAN PERTUKARAN INFORMASI DARI NEGARA MITRA P3B
Lampiran I TATA CARA TINDAK LANJUT TERHADAP PERMINTAAN PERTUKARAN INFORMASI DARI NEGARA MITRA P3B 1. Dalam hal informasi/data yang terdapat dalam surat permintaan informasi dari Negara Mitra P3B telah
Lebih terperinci1. Keputusan atas Nilai Pabean oleh Terbanding
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-36240/PP/M.X/19/2012 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah, penetapan nilai pabean oleh Terbanding
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 24 /BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang :
Lebih terperinciNomor Putusan Pengadilan Pajak. : Put.50166/PP/M.XII/15/2014. Jenis Pajak : PPh Badan. Tahun Pajak : 2007
Nomor Putusan Pengadilan Pajak : Put.50166/PP/M.XII/15/2014 Jenis Pajak : PPh Badan Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi Harga
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia NOMOR : 43/M-DAG/PER/10/ /M-DAG/PER/9/2007
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 43/M-DAG/PER/10/2007---/M-DAG/PER/9/2007 TENTANG PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN)
Lebih terperinciKATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI
KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI Menunjuk Surat Keputusan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea dan Cukai nomor KEP-46/PP.5/2012 tanggal 23 April 2012
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 45 /BC/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENELITIAN ULANG TARIF
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG
Lebih terperinciSat. KGM. Hasil Penelitian terhadap data pendukung nilai transaksi yang dilampirkan adalah sebagai berikut: No. Dokumen Nomor Tanggal Nilai (USD)
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-87298/PP/M.VII.A/19/2017 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2015 Pokok Sengketa Menurut Terbanding : bahwa yang menjadi pokok sengketa banding dalam perkara banding
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.010/2015 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.010/2015 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK I DAN H SECTION DARI
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak : Put-43163/PP/M.IX/19/2013. Jenis Pajak : Bea Masuk. Masa/Tahun Pajak : 2011
Putusan Pengadilan Pajak : Put-43163/PP/M.IX/19/2013 Nomor Jenis Pajak : Bea Masuk Masa/Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap Penetapan
Lebih terperinciTahun Pajak : Penelitian Identifikasi Barang
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-36631/PP/M.XVII/19/2012 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam banding ini adalah, penetapan nilai pabean
Lebih terperinciAmelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor
1. Jelaskan tiga dokumen yang diperlukan untuk mengurus pengiriman sebelum melaksanakan ekspor! a. Delivery Order (DO), yaitu surat dari perusahaan pelayaran sebagai jawaban dari shipping instruction b.
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA EKSPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.04/2007 TENTANG PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.04/2007 TENTANG PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-55/BC/2011 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-55/BC/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENELITIAN SURAT KETERANGAN ASAL DALAM RANGKA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.13, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pajak. Kelebihan Pembayaran. Pengembalian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P-19/BC/2007
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P-19/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 107/PMK.011/2011 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN KOMPONEN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12 /PUU-VII/2009 Tentang Undang-undang Kepabeanan (Sertifikat Registrasi Pabean)
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12 /PUU-VII/2009 Tentang Undang-undang Kepabeanan (Sertifikat Registrasi Pabean) I. PEMOHON Philipus P. Soekirno bertindak untuk dan atas nama diri sendiri, baik selaku
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR63/PMK.04/2011 TENTANG REGISTRASI KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR63/PMK.04/2011 TENTANG REGISTRASI KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan semakin
Lebih terperinciSlide untuk eksternal BC
Directorate General of Customs and Excise Ministry of Finance of Indonesia Slide untuk eksternal BC PMK 229/PMK.04/2017 Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pengenaan Tarif Bea Masuk Atas Barang
Lebih terperinci2017, No Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.108, 2017 EKONOMI. Pelanggaran HKI. Impor. Ekspor. Pengendalian. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6059) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciP - 36/BC/2007 TATALAKSANA AUDIT KEPABEANAN
P - 36/BC/2007 TATALAKSANA AUDIT KEPABEANAN Contributed by Administrator Friday, 30 November 2007 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 36/BC/2007 TENTANG TATALAKSANA
Lebih terperinci