STUDI PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK MINIMUM KELUARGA MISKIN di SURABAYA
|
|
- Adi Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STUDI PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK MINIMUM KELUARGA MISKIN di SURABAYA Panji Pamungkas Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih Sukolilo Surabaya 0111 Abstrak Energi listrik sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia. Namun pada kenyataanya belum semua penduduk Indonesia khususnya kota Surabaya dapat merasakan energi tersebut. Hal ini mungkin dikarenakan harga jual energi listrik yang dirasakan cukup tinggi bagi beberapa kelompok masyarakat (penduduk miskin) dengan pendapatan sebulan yang hanya bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan dasar saja. Untuk itu perlu adanya peranan dari pemerintah bersama perusahaan listrk dalam memenuhi kebutuhan listrik kelompok masyarakat tersebut. Kata kunci : Energi listrik, harga jual listrik, masyarakat miskin 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada tahun 2007 sebesar Kota Surabaya memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa dan jumlah rumah tangga sebanyak Persentase penduduk miskin sebesar 9.07 persen ( jiwa) atau urutan ke 9 (sembilan) kota dengan persentase penduduk miskin terendah di Jawa Timur. Berdasarkan salah satu indikator kemiskinan BPS, rumah tangga miskin tidak menggunakan listrik sebagai sumber penerangan, sehingga mereka menggunakan petromaks, lilin, pelita dan lain sebagainya sebagai alat penerangan. Rasio elektrifikasi kota Surabaya pada tahun 2007 adalah sebesar 99,79 persen ( rumah tangga pelanggan). Sisanya sebesar 0,21 persen adalah rumah tangga belum berlistrik dan rumah tangga yang masuk dalam daftar tunggu penyambungan baru listrik ( 2.30 calon pelanggan ). Subsidi tarif disarankan hanya untuk penggunaan listrik bagi kebutuhan dasar, sehingga batas konsumsi listrik yang disubsidi disarankan maksimal 30 kwh/bulan untuk golongan tarif S1, S2, R1, I1, dan B1 dengan daya terpasang 450 VA.Untuk itu pemerintah dalam hal ini PT.PLN wajib memberikan subsidi berupa subsidi pemberian listrik 30 kwh bagi pelanggan dengan daya terpasang 450 VA dan subsidi berupa alat penerangan seperti lampu dengan panel surya bagi penduduk yang belum menjadi pelanggan listrik PLN (Rumah Tangga sangat miskin). 1.2 Permasalahan 1. Berapa besar pertumbuhan penduduk dan penduduk miskin di Kota Surabaya? 2. Berapa besar Rasio Elektrifikasi Kota Surabaya? 3. Siapa dan berapa besar tangga miskin yang harus mendapatkan subsidi listrik? subsidi dalam bentuk apa? 4. Bagaimana status Kota Surabaya dilihat dari sisi sosial-ekonomi? 1.4 Batasan Masalah 1. Mengkaji pertumbuhan serta jumlah penduduk dan penduduk miskin di Kota Surabaya. 2. Meninjau Kota Surabaya dari kelistrikan rumah tangga. 3. Menganalisa dan memetakan Rumah Tangga Miskin berdasarkan pemakaian energi listrik serta memberikan rekomendasi sudsidi bagi Rumah Tangga Miskin. 4. Melihat Status Kota Surabaya dari sosial ekonomi. 1.3 Tujuan 1. Mengetahui berapa besar laju pertumbuhan penduduk dan penduduk miskin di Kota Surabaya 2. Mengetahui Rasio Elektrifikasi Kota Surabaya. 3. Mengelompokkan Rumah Tangga Miskin penerima subsidi listrik dan bentuk subsidi yang diterima 4. Menunjukan status Kota Surabaya berdasarkan sosial ekonomi 2. KONSEP DAN DEFINISI 2.1 Penduduk Miskin Hingga saat ini memang kita hanya mengandalkan dua sumber data ketika membicarakan masalah kemiskinan. Data Susenas BPS dan data Keluarga (Pra-) sejahtera BKKBN. Dari kedua lembaga yang berbeda ini tentu kita akan mendapat informasi yang berbeda pula tentang data jumlah warga masyarakat miskin. Kedua versi data ini memang bisa dipercaya secara ilmiah namun sama-sama memiliki keterbatasan. BPS dalam pelaksanannya menggunakan metode tehnik sampling sehingga menjadi sulit untuk menentukan dimana letaknya warga atau keluarga miskin tersebut berada. Sedangkan BKKBN dengan mengandalkan petugasnya yang turun langsung ke lapangan namun data ini juga masih sulit untuk digunakan dalam hal lain karena spesifik hanya untuk tujuan para petugas BKKBN sendiri. 1
2 Ada juga standar kemiskinan internasional seperti yang terdefinisi miskin dalam kategori Millenium Development Goals (MDGs) adalah warga miskin yang berpendapatan di bawah $US1 setiap harinya. Bank Dunia juga mendifinisikan warga miskin yaitu sebesar $US2 perkapita perhari. Walaupun data dari BPS terlihat sulit dalam menentukan dimana letaknya warga miskin, namun sampai saat ini pemerintah masih menggunakannya pada program-program bantuan untuk mengentaskan kemiskinan. Adapun Indikator-indikator kemiskinan yang dipakai oleh BPS adalah sebagai berikut : 1. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. 4. Fasilitas buang air besar /bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.. Sumber penerangan tidak menggunakan listrik. 7. Jenis bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 9. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari. 10. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5 ha,buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD. 14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp , seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Dari indikator-indikator diatas, akhirnya diperoleh kategori penduduk miskin yaitu : 1) KATEGORI PENDUDUK SANGAT MISKIN adalah penduduk yang konsumsinya kurang dari kalori per orang per hari ditambah dengan Pengeluaran Non-Makan (PNM) atau senilai Rp per orang per bulan. RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN adalah yang berpenghasilan kurang dari Rp per bulan. 2) KATEGORI PENDUDUK MISKIN adalah mereka yang kemampuan pemenuhan konsumsinya antara kalori per orang per hari ditambah Pengeluaran Non Makan atau senilai Rp per orang per bulan,. RUMAH TANGGA MISKIN adalah yang berpendapatan kurang dari Rp per bulan, yang jumlahnya juta Rumah Tangga. 3) KATEGORI PENDUDUK MENDEKATI MISKIN adalah mereka yang kemampuan pemenuhan konsumsinya antara kalori ditambah PNM atau setara denagn Rp per orang per bulan. RUMAH TANGGA MENDEKATI MISKIN adalah Rumah Tangga yang pendapatannya kurang dari Rp per bulan. 2.2 Tarif Dasar Listrik Prinsip Dasar Tarif Listrik Yaitu menentukan tingkat dan pola pembebanan kepada konsumen akibat penggunaan jasa Pelaku Usaha Ketenagalistrikan dan akan menghasilkan penerimaan yang dapat menutupi biaya operasi dan tingkat keuntungan yang wajar dari nilai investasinya (Return On Investment). Dasar dalam menentukan dan menghitung tarif adalah biaya pokok -penyediaan, yaitu biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai pelayanan yang dijanjikan/diberikan kepada konsumen. (biaya operasi dan biaya modal). Jumlah dari seluruh biaya penyediaan kepada tiap kelas konsumen sama dengan jumlah penerimaan yang diharapkan (Revenue Requirement) Sifat Tarif Listrik Secara umum tarif listrik harus bersifat adil, praktis, baik bagi masyarakat dan stabil. Adapun maksud dari sifat listrik adalah sebagai berikut : a. Adil Semua pelanggan berkedudukan sama terhadap perusahaan lisrik. Tidak ada yang diistimewakan, sehingga peraturan yang ada berlaku untuk semua pelanggan. b. Praktis Sistem pentarifan harus praktis dan mempunyai maksud sebagai Berikut : 1. Mudah diukur, sehingga tidak memerlukan peralatan yang mahal dalam pengukuran. 2. Mudah dihitung, sehingga mudah juga dibuat kuitansinya, mengingat banyaknya pelanggan dan jenis pelanggan. 3. Membuat golongan pemakai yang dimaksud, akan mau menjadi langganannya. Hal ini untuk mengantisipasi pelanggan yang mempunyai alat-alat pembangkit sendiri agar lebih memilih untuk menjadi pelanggan perusahaan listrik tersebut. c. Baik bagi masyarakat Mempunyai pengertian harus dapat mencegah pemborosan terutama untuk bidang-bidang yang konsumtif, tetapi dilain pihak harus dapat memberikan dorongan pada bidang-bidang yang produktif. d. Stabil Tarif harus stabil, tidak sering ganti-ganti. Hal ini untuk bisa mencegah kebingungan dari pelanggan. 2
3 2.3 Subsidi Listrik Mike Crosetti (1999), seperti yang dikutip oleh Kadoatje (2002), mendefinisikan subsidi sebagai berikut: All measures that keep prices for consumers below the market level, keep prices for producers above the market level, reduce costs for consumers or producers by giving direct or indirect financial support. Subsidi merupakan kebijakan yang ditujukan untuk membantu kelompok konsumen tertentu agar dapat membayar produk atau jasa yang diterimanya dengan tarif di bawah harga pasar, atau dapat juga berupa kebijakan yang ditujukan untuk membantu produsen agar memperoleh pandapatan di atas harga yang dibayar oleh konsumen, dengan cara memberikan bantuan keuangan, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Agar subsidi dapat berjalan secara efektif, maka pengelolaan subsidi perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Transparan Terarah (sasaran jelas dan sampai kepada sasaran secara langsung) Tepat waktu Dapat secara cepat diterapkan Non By Passable (sasaran tidak dapat dikecualikan). Pada umumnya subsidi berasal dari pemerintah. Namun dalam prakteknya, subsidi dapat juga berasal dari perusahaan listrik, pelanggan, atau pihak lain. Subsidi dari pemerintah dapat berasal dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, atau Pemerintah Kabupaten/Kota. Subsidi yang bersumber dari perusahaan listrik pada umumnya berupa subsidi dari perusahaan listrik milik pemerintah ke perusahaan listrik milik swasta, dalam rangka menarik minat perusahaan swasta agar bersedia melakukan investasi di industri listrik. Subsidi dari pelanggan pada umumnya berupa subsidi silang antar kelompok pelanggan, misalnya dari pelanggan industri ke pelanggan perumahan. Sementara itu, subsidi dari pihak lain dapat berupa sumbangan, hibah, atau grant yang diberikan kepada perusahaan penghasil energi listrik. 2.4 Modul Surya dan Lampu LED Sekilas Mengenai Modul Surya.Modul surya adalah Solar photovoltaik, yang merubah cahaya menjadi listrik yang dapat dsimpan dalam baterei sehingga listrik dapat diambil/digunakan kapan saja. Modul surya menghasilkan listrik DC (Direct current) atau arus searah, apabila dibutuhkan listrik AC, modul surya harus dilengkapi dengan inverter (pengubah arus DC ke AC). Listrik yang dihasilkan dapat digunakan untuk segala macam keperluan, mulai dari lampu penerangan, penyejuk ruangan, alat elektronik, bahkan dipakai untuk menggerakan mobil/pesawat terbang dan kapal fery Sekilas Mengenai Lampu LED Lampu LED merupakan lampu terbaru yang merupakan sumber cahaya yang efisien energinya. Lampu LED bertahan dari hingga jam tergantung pada warna. Lampu LED digunakan untuk banyak penerapan pencahayaan seperti tanda keluar, sinyal lalu lintas, cahaya dibawah lemari, dan berbagai penerapan dekoratif. Walaupun masih dalam masa perkembangan, teknologi lampu LED sangat cepat mengalami kemajuan dan menjanjikan untuk masa depan. Dalam lampu LED, biasanya memiliki kekuatan 2-5W masing-masing, memberikan penghematan yang cukup berarti dibanding lampu pijar dengan bonus keuntungan masa pakai yang lebih lama, yang pada gilirannya mengurangi perawatan. Usia pemakaian lampu LED sekitar 20 kali lampu bohlam dan 3 kali lempu neon, atau sekitar lebih dari jam. Gambar 2.1 Lampu LED Solar Energy Dari segi penghematan energi, energi yang digunakan oleh LED sekitar 1/10 dari lampu bohlam, dan 1/2 dari lampu neon. Kelebihan lampu LED yang lain adalah directivity, yaitu hanya menerangi daerah tertentu bergantung dari sudut pancarannya juga panas yang dipancarkan relatif kecil, lebih tahan goncangan karena tidak menggunakan gas dan filamen, menggunakan arus searah sehingga lebih hemat listrik, rangkaian listrik relatif lebih simple dan lain sebagainya. Pada gambar 2.1 menunjukan lampu LED yang dihubungkan pada modul surya yang dijemur sekitar 8-10 jam per hari untuk dipakai pada waktu malam hari dengan waktu -8 jam, lampu ini juga disebut lampu LED solar energy yang lagi populer di Bangladesh. 3. GAMBARAN KOTA SURABAYA TAHUN Ditinjau Dari Letak Geografis Kota Surabaya terletak pada garis Lintang Selatan antara dan Bujur Timur. Luas wilayah adalah ± Ha dengan 3,45 persen atau 33,048 ha dari luas total wilayah merupakan daratan dan selebihnya sekitar 3,55 persen atau ha merupakan wilayah laut 3
4 milyar (1,33 persen) sedangakan Air Bersih menyumbangkan Rp.190,8 milyar (0,28 persen). Untuk pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya selama 5 tahun, naik sebesar 2,02 persen yaitu pada tahun 2003 sebesar 4,29 persen menjadi,31 persen pada tahun Gambar 2.2 Peta penyebaran kecamatan di Kota Surabaya Secara administratif wilayah kota Surabaya terbagi terbagi atas 5 wilayah yaitu Surabaya Pusat, Surabaya Utara, Surabaya Selatan, Surabaya Timur dan Surabaya barat dengan 31 kecamatan dan 13 kelurahan. 3.2 Ditinjau dari Sosial Ekonomi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pada tahun 2007, nilai IPM Kota Surabaya adalah sebesar 74,3 dengan Indeks Kesehatan sebesar 74,5; Indeks Pendidikan sebesar 87,47, Indeks Daya Beli sebesar 1,12 dan Reduksi Shortfall sebesar 5, Nilai ini berada diatas nilai rata-rata Jawa Timur dan Indonesia. UNDP membagi status pembangunan manusia dalam empat kategori dengan kriteria sebagai berikut : Rendah bila angka IPM < 50 Menengah Bawah bila angka 50 < IPM < Menengah Atas bila angka < IPM < 89 Tinggi bila angka IPM >80 Status pembangunan manusia Kota Surabaya masuk dalam status menengah keatas. Badan Pusat Statistik menetapkan kota Surabaya peringkat ke 37 dari 45 kota di Indnesia berdarsarkan nilai IPM Gambar 2.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya tahun Ditinjau Dari Kependudukan Pertumbuhan Penduduk Rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 0,1172 dari tahun 200 dengan jumlah penduduk sampai dengan bulan Desember 2007 adalah sebesar jiwa dan jumlah rumah tangga sebesar Kota Surabaya adalah ibukota dan sentra kegiatan ekonomi di Jawa Timur yang memiliki faktor penarik untuk menjadi daerah tujuan bagi para pencari kerja, pertumbuhan penduduknya sudah semakin jenuh, hal ini disebabkan karena pendatang pada umumnya mencari domisili dikabupaten/kota sekitarnya Pertumbuhan Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin kategori 2 dan 3 di Kota Surabaya pada tahun 2007 adalah sebesar 9,07 persen ( jiwa), mengalami penurunan sebesar 1,31 persen dari tahun 200. Jumlah Rumah tangga miskin sebesar Indonesia Propinsi Jawa Timur Kota Surabaya IPM Tahun 200 IPM Tahun Gambar 2.3 Perbandingan Nilai IPM Indonesia, Jawa Timur, dan Kota Surabaya tahun Besaran PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Besaran PDRB atas dasar harga berlaku (PDRBADHB) pada tahun 2007 mencapai Rp ,04 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (PDRBADHK) sebesar Rp.7.95,82 milyar. Dari sektor Sekunder pada PDRBADHK, Gas memberikan kontribusi terbesar yaitu Rp.94,8 milyar (1,43 persen), Listrik menyumbang sebesar Rp.897,28 Persentase Pertumbuhan Penduduk Miskin Gambar 2.5 Persentase pertumbuhan Penduduk Miskin kategori 2 dan 3 tahun Ditinjau Dari Kelistrikan Kota Surabaya masuk dalam wilayah kerja PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur dengan 3 Area Pelayanan dan Jaringan (APJ), yaitu : APJ Surabaya Selatan, APJ Surabaya Utara dan APJ Surabaya Barat. 4
5 Rasio elektrifikasi kota Surabaya pada tahun 2007 adalah sebesar 99,79 persen ( rumah tangga pelanggan) dengan jumlah pelanggan rumah tangga daya terpasang minimum 450 VA sebesar rumah tangga. Sampai pada tahun 200 masih ada sekitar 2.7 rumah tangga non PLN yang memanfaatkan energi listrik sebagai sumber penerangan dan ada pula sebanyak 3.21 rumah tangga yang memakai petromaks, pelita dan obor sebagai sumber penerangan rumah mereka. Tabel 2.1 Perkembangan Neraca Daya Energi di Kota Surabaya Tahun (MWh) TAHUN SIAP DIJUAL TERJUAL SELISIH ,830,238 5,9,70 133, ,149,377,213,890-4, ,43,847 ########## -9, ,528,073 ########## ,888,815 ########## 1.53 Daya terpasang untuk pelanggan rumah tangga adalah sebesar 2.817,92 MVA serta energi listrik terjual untuk rumah tangga sebesar ,47 MWh. Tarif listrik pelanggan rumah tangga yang berlaku sampai saat ini adalah Tarif Dasar Listrik tahun 2004 yang ditetapkan oleh Presiden dalam Keppres RI No.104 tahun 2003 tanggal 31 Desember Adapun tarif dasar listrik untuk pelanggan rumah tangga dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.2 Tarif Dasar Listrik Pelanggan Rumah Tangga Untuk harga Biaya Pokok Penyediaan, berdasarkan audit dari Badan Pengawas Keuangan (BPK) tahun 2007 adalah sebesar Rp.842,98/kWh, dengan harga jual rata-rata sebesar Rp.24,58/kWh. Sehingga subsidi listrik yang didapatkan dari pemerintah adalah sebesar Rp.224,21/kWh. 4. ANALISA RUMAH TANGGA MISKIN DAN SUBSIDI Dalam konteks ketenagalistrikan di Indonesia, subsidi listrik merupakan sejumlah dana yang dibayar oleh Pemerintah Indonesia kepada PT. PLN (Persero) yang dihitung berdasarkan selisih antara harga pokok penjualan untuk tegangan rendah dengan tarif dasar listrik tahun 2001 dikalikan dengan jumlah kwh yang dikonsumsi para pelanggan maksimum 30 kwh per bulan. Kebijakan subsidi khususnya listrik dalam APBN disalurkan melalui PT PLN berupa subsidi harga kepada kelompok masyarakat tidak mampu, yaitu kelompok pelanggan dengan daya terpasang sampai 450 VA. (Surat Menteri ESDM kepada Menteri Keuangan No. 4019/3/MEM.S/2002). Selanjutnya, kelompok pelanggan tersebut dipertegas oleh Departemen Keuangan melalui KMK No. 00/KMK.01/2002, yaitu hanya kelompok pelanggan yang menggunakan listrik sampai dengan 0 kwh per bulan. Berdasarkan kajian tarif listrik regional Kota Surabaya tahun 2005 oleh Pusat Energi Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pada Masyarakat (LPPM-ITS), Ada 4 kategori kelompok miskin listrik, yaitu : 1) Kategori Rumah Tangga Sangat Miskin dan Belum Berlistrik Adalah Rumah Tangga Miskin yang belum menggunakan energi listrik sebagai sumber penerangan. Kelompok tersebut masih menggunakan petromaks, pelita, obor dan sebagainya sebagai alat penerangan dengan bahan bakar minyak tanah. Jika setiap bulan menggunakan sebanyak 5 liter minyak tanah dengan harga per liter = Rp.4000, maka biaya yang dikeluarkan untuk penerangan adalah Rp /bln. 2) Kategori rumah tangga sangat miskin dan berlistrik Adalah Rumah Tangga Miskin dengan konsumsi listrik dibawah Wh (30 kwh) per bulan atau senilai kurang atau sama dengan Wh per hari. Kelompok rumah tangga ini biasanya bukan merupakan pelanggan listrik PLN namun menyambung listrik dari pelanggan listrik PLN dengan membayar sesuai kesepakatan bersama, biasanya rata-rata perbulan yang harus dibayar adalah sebesar Rp ) Kategori rumah tangga miskin berlistrik Adalah Rumah Tangga dengan pemakaian listrik antara Wh per bulan (>30 kwh 0 kwh), atau senilai antara Wh Wh per hari. 4) Kategori rumah tangga mendekati miskin berlistrik Adalah Rumah Tangga dengan pemakaian listrik antara Wh per bulan (>45 kwh 0 kwh), atau senilai rata-rata antara Wh Wh per hari. Pengeluaran untuk listrik pada Rumah Tangga Miskin Kategori 1) dan 2) jauh lebih mahal dari harga listrik PLN. Dengan pemakaian 30 kwh/bulan pelanggan rumah tangga PLN dengan daya tersambung 450 VA hanya membayar sebesar Rp (biaya beban =Rp Biaya 30 kwh =Rp.5070). Sebagai solusi, pemerintah bisa memberikan SUBSIDI berupa peralatan penerangan dengan memanfaatkan energi terbarukan sebagai bahan bakar, sebagai contoh 5
6 pemberian Lampu LED SOLAR ENERGY (Lampu SOLAR ENERGY ini adalah Lampu Komplit dengan Panel Surya dan dijemur sekitar 8-10 jam per hari untuk dipakai pada waktu malam hari dengan waktu 8 jam maksimal). Pada kategori rumah tangga miskin 3) dan 4) biasanya kelompok tersebut sudah menjadi pelanggan listrik PLN dengan daya terpasang sampai dengan 450 VA, diberikan Subsidi listrik sebesar 30 kwh namun untuk pemakaian diatas 30 kwh tarif listrik bukan lagi tarif bersubsidi melainkan diberikan tarif sama seperti harga jual rata-rata per kwh.. 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Rata-rata pertumbuhan penduduk Kota Surabaya pada tahun 2007 adalah sebesar 0,1172 dengan jumlah penduduk sebesar jiwa dan jumlah rumah tangga sebesar Jumlah penduduk miskin kategori 2 dan 3 di Kota Surabaya pada tahun 2007 adalah sebesar 9,07 persen ( jiwa), mengalami penurunan sebesar 1,31 persen dari tahun 200. Jumlah Rumah tangga miskin sebesar Rasio elektrifikasi kota Surabaya pada tahun 2007 adalah sebesar 99,79 persen ( rumah tangga pelanggan) dengan jumlah pelanggan rumah tangga daya terpasang minimum 450 VA sebesar rumah tangga. 3. Ada 4 kategori kelompok miskin listrik, yaitu : 1) Kategori Rumah Tangga Sangat Miskin dan Belum Berlistrik. yang memakai petromaks, pelita dan obor sebagai sumber penerangan jumlah kelompok tersebut sekitar 3.21 rumah tangga rumah. 2) Kategori Rumah Tangga Sangat Miskin berlistrik dengan konsumsi listrik dibawah Wh (30 kwh) per bulan atau senilai kurang atau sama dengan Wh per hari. Jumlah kelompok ini sekitar 2.7 rumah tangga. 3) Rumah Tangga Miskin Berlistrik dengan pemakaian listrik antara Wh per bulan (>30 kwh 0 kwh), atau senilai antara Wh Wh per hari.. 4) Rumah Tangga mendekati miskin berlistrik dengan pemakaian listrik antara Wh per bulan (>45 kwh 0 kwh), atau senilai rata-rata antara Wh Wh per hari. Jumlah dari Rumah Tangga kategori 3 dan 4 adala sama dengan jumlah pelanggan listrik PLN dengan dengan daya tersambung 450 VA yaitu sebesar rumah tangga. 4. Nilai IPM Kota Surabaya pada tahun 2007 adalah sebesar 74,3, dengan Indeks Kesehatan sebesar 74,5; Indeks Pendidikan sebesar 87,47, Indeks Daya Beli sebesar 1,12 dan Reduksi Shortfall sebesar 5,. Besaran PDRB atas dasar harga berlaku (PDRBADHB) pada tahun 2007 mencapai Rp ,04 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (PDRBADHK) sebesar Rp.7.95,82 milyar. Dari sektor Sekunder pada PDRBADHK, Gas memberikan kontribusi terbesar yaitu Rp.94,8 milyar (1,43 persen), Listrik menyumbang sebesar Rp.897,28 milyar (1,33 persen) sedangakan Air Bersih menyumbangkan Rp.190,8 milyar (0,28 persen). Pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya sebesar,31 persen. Dari data-data diatas menunjukan bahwa Status pembangunan manusia Kota Surabaya masuk dalam status menengah keatas. 5.2 Saran Untuk mencapai mutu pelayanan yang baik dan 100 persen rasio elektrifikasi di Jawa Timur khususnya Kota Surabaya, PT.PLN Distribusi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya harus memperhatikan beberapa aspek, seperti: 1) Pemberian Subsidi secara tepat dan terarah kepada Rumah Tangga Miskin berlisrik maupun yang belum berlistrik dengan memperhatikan daya beli serta hemat pemakaian energi listrik dari masyarakat.. 2) Pemberian subsidi Rumah Tangga Sangat Miskin berlistrik maupun belum berlistrik dapat berupa lampu LED SOLAR ENERGY, sedangkan untuk Rumah Tangga Miskin dan Rumah Tangga Mendekati Miskin berlistrik diberikan Subsidi listrik sebesar 30 kwh namun untuk pemakaian diatas 30 kwh tarif listrik bukan lagi tarif bersubsidi melainkan diberikan tarif sama seperti harga jual rata-rata per kwh. DAFTAR PUSTAKA [1] BPS Jakarta, Indeks Pembangunan Manusia, Tahun [2] BPS Jawa Timur, Pelaksanaan Pendataan Rumah Tangga Miskin, tahun [3] BPS Jawa Timur, Analisa Penyusunan Kinerja Makro Ekonomi dan Sosial Jawa Timur, tahun [4] BPS Kota Surabaya, Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya,Tahun [5] Aep Rusmana, S.Sos., M.Si, Kajian Indeks BPS Tentang Kemiskinan. Bandung, 200. [] Pemerintah Kota Surabaya, Peraturab Daerah Kota Surabaya No.3 Tahun 2007 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya, Surabaya, [7] Pemerintah Kota Surabaya, Informasi Laporan Penyelenggaran Pemerintah Daerah (ILLPD), Surabaya, [8] PT.PLN (Persero) Dist.JATIM, Statistik PLN Tahun 2007.
7 [9] Badan Pemeriksa Keuangan, Hasil Pemeriksaan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik PT.PLN (PERSERO) Tahun 200, 200. [10] Purwoko, Analisa Peran Subsidi bagi Industri dan Masyarakat Pengguna Listrik, Tahun [11] Menko Perekonomian, Kajian Awal Evaluasi Kebijakan Pelayanan Umum (PSO) Tahun 2007, Jakarta,2007. [12] Presiden RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan, Jakarta [13] Presiden RI, Lampiran III Keppres RI Nomor 104 Tahun 2003 Tentang Tarif Dasar Lisrik Untuk Kepeeluan Rumah Tangga, Jakarta [14] The Institute of International Education Electricity Restructuring Activities Group (IIE/ERAG), Tarif Listrik : Prinsip Dasar dan Pola Penyusunan, Tahun [15] Lembaga Peneliatian dan Pengabdian pada Masyarakat-ITS (LPPM-ITS), Seminar Kajian Tarif Listrik Nasional, Surabaya,Tahun [1] Penetapan Tarif Listrik Sendiri Melanggar Undang- Undang,, Kamis, 31 Januari 2008 [17] Sulitnya Mendapat Jaringan Listrik Baru, Senin 20 Juni DAFTAR RIWAYAT HIDUP Panji Pamungkas dilahirkan di Jayapura 8 April Setelah menyelesaikan pendidikan di SMU Negeri 3 Jayapura pada tahun 2001, lalu melanjutkan pendidikan di Jurusan Jeknik Elektro, Bidang Studi Sistem Tenaga di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Jawa Timur. 7
BESAR SUBSIDI UNTUK DISTRIBUSI JAWA TIMUR TAHUN 2007 SEBESAR Rp.224,21/kWh
BESAR SUBSIDI UNTUK DISTRIBUSI JAWA TIMUR TAHUN 2007 SEBESAR Rp.224,21/kWh Dalam perkembangannya, untuk memenuhi keinginan dari permintaan calon pelanggan rumah tangga, PT.PLN mengeluarkan produk-produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raskin merupakan program bantuan yang sudah dilaksanakan Pemerintah Indonesia sejak Juli 1998 dengan tujuan awal menanggulangi kerawanan pangan akibat krisis moneter
Lebih terperinciPANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN
PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN By : Suyatno, Ir. MKes Office : Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health Diponegoro University, Semarang Contact : 081-22815730 / 024-70251915
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT }
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum adalah sebuah lembaga pendidikan islam yang setara dengan tingkatan Sekolah Dasar (SD), yang berada di naungan Kementrian Agama. Sebagaimana
Lebih terperinciKEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI
KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KRITERIA KEMISKINAN BPS GARIS KEMISKINAN Kota Bogor tahun 2003: Rp 133 803/kap/bln Kab Bogor tahun 2003: Rp 105 888/kap/bln UNDP US 1/kap/day tahun 2000 US 2/kap/day
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà
-1- jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà A TAALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS
1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Evaluasi (penilaian) suatu program biasanya dilakukan pada suatu waktu tertentu atau pada suatu tahap tertentu (sebelum program, pada proses pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah
Lebih terperincidengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis
dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi kewenangan pemerintah pusat. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup turun drastis pada tahun 2011, hal ini karena kasus kematian ibu
Lebih terperincipendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.
Tabel 2.41. Perhitungan Indeks Gini Kabupaten Temanggung Tahun 2012 Kelompok Jumlah Rata-rata % Kumulatif Jumlah % Kumulatif Xk-Xk-1 Yk+Yk-1 (Xk-Xk-1)* Pengeluaran Penduduk Pengeluaran Penduduk Pengeluaran
Lebih terperinciBUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)
BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang Mengingat a. bahwa
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE
IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara
Lebih terperinci14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.
14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat
Lebih terperinciPRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan.
PRO POOR BUDGET Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan. Mengapa Anggaran Pro Rakyat Miskin Secara konseptual, anggaran pro poor merupakan bagian (turunan) dari kebijakan yang berpihak pada
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA CIREBON
BERITA DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 51 TAHUN 2009 PERATURAN WALIKOTA CIREBON NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA KELUARGA / RUMAH TANGGA MISKIN KOTA CIREBON Menimbang : WALIKOTA CIREBON, a. bahwa kemiskinan
Lebih terperinciAnalisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung
Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung Dari kajian terdahulu memberi kesimpulan bahwa tingginya persentase dan jumlah penduduk miskin Lampung lebih disebabkan oleh masih tingginya
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran
224 LAMPIRAN 225 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian 2 3 1 4 Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran 226 Lampiran 2 Hasil uji reliabilitas
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi
Lebih terperinciI Putu Surya Atmaja. Proceeding Seminar Tugas Akhir
ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja Jurusan Teknik Elektro-FTI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, energi listrik merupakan kebutuhan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Masalah di bidang tersebut yang sedang menjadi perhatian utama saat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang :
Lebih terperinciBidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciMEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008
Zulhajji, Penghematan Energi Listrik Rumah Tangga dengan Metode Demand Side Management PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK RUMAH TANGGA DENGAN METODE DEMAND SIDE MANAGEMENT (DSM) Zulhajji Jurusan Pendidikan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di
Lebih terperinciWritten by Irwandi Wednesday, 24 February :56 - Last Updated Monday, 21 March :22
KRITERIA CALON PENERIMA BEASISWA PROGRAM JALUR MISKIN I. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan program Pemerintah Aceh untuk Peningkatan Sumber Daya Manusia Aceh. Salah satu program Lembaga Peningkatan
Lebih terperinciDINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG
IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas
Lebih terperinciBAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA
BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA 5.1 Kelembagaan PKH Pemilihan rumah tangga untuk menjadi peserta PKH dilakukan berdasarkan kriteria BPS. Ada 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Ummul Hairah ummihairah@gmail.com Program Studi Teknik Informatika
Lebih terperinciBAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT
BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti BLSMadalah Brazil, kemudian diadopsi oleh negara-negara lain dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) adalah salah satu program bantuan bersyarat dari pemerintah berupa pemberian uang tunaiuntuk masyarakat miskindi Indonesia.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN_TEORI. aktivitas pemrosesan informasi yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas
BAB II LANDASAN_TEORI 2.1. Pengertian Aplikasi Menurut Indrajani (2011), aplikasi adalah suatu program yang menentukan aktivitas pemrosesan informasi yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas khusus
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU
LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat ke : 16 Jenis Rapat : Rapat
Lebih terperinciPerilaku Merokok Penerima Jamkesmas/Penerima Bantuan Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (PBI BPJS)
Perilaku Merokok Penerima Jamkesmas/Penerima Bantuan Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (PBI BPJS) Dr. H. Sandu Siyoto, S.Sos., SKM., M.Kes (Ketua Stikes Surya Mitra Husada Kediri Jawa Timur) Latar
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa penanggulangan kemiskinan
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka
Lebih terperinciKatalog BPS :
Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau
Lebih terperinciANALISIS AUDIT ENERGI DI BENGKEL LAS POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS
ANALISIS AUDIT ENERGI DI BENGKEL LAS POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS Johny Custer Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bengkalis E-mail: johnycaster@polbeng.ac.id Abstrak Penggunaan alat-alat las di Bengkel
Lebih terperinciSUBSIDI LISTRIK DAN PERMASALAHANNYA
SUBSIDI LISTRIK DAN PERMASALAHANNYA 1. Subsidi listrik dan belanja pemerintah pusat Proporsi subsidi listrik terhadap belanja pemerintah pusat cenderung meningkat dari hanya 2,5% pada tahun 2005 menjadi
Lebih terperinciHASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)
HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik) Pendahuluan Dalam delapan tahun terakhir (2005-2012) rata-rata proporsi subsidi listrik terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan fungsi kinerja perusahaan untuk mencapai kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan pemerintah nomor 23 tahun 1994 tanggal 23 Juni 1994 status PLN berubah dari perusahaan umum listrik negara (umum), perubahan status tersebut dimaksudkan
Lebih terperinciP R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System
P R O P O S A L CV. SURYA SUMUNAR adalah perusahaan swasta yang bergerak dibidang pengadaan dan penjualan energi listrik dengan menggunakan tenaga surya (matahari) sebagai sumber energi utamanya. Kami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu perhatian besar dari berbagai negara-negara di dunia. Sumber daya energi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi, baik energi primer dan energi sekunder menjadi salah satu perhatian besar dari berbagai negara-negara di dunia. Sumber daya energi telah menjadi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kemiskinan mempunyai indikator dan faktor penyebab. Mereka adalah sebagian warga miskin kota Depok. Pemerintah Depok menggolongkan mereka ke dalam kelompok
Lebih terperinciOLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA
STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KAB TANAH LAUT) OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA 2206 100 036 Dosen Dosen
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur
57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara
Lebih terperinciGAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014
GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN 2013 Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 Statistik Dasar UU NO. 16 TAHUN 1997 (TENTANG STATISTIK) Statistik yang pemanfaatannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii v viii I. PENDAHULUAN 1 7 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rasional 4 1.3. Perumusan Masalah 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Studi 5 1.4.1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 13 TAHUN 20II TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN,
BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 13 TAHUN 20 TENTANG NDKATOR KELUARGA MSKN D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN, Menimbang Meagiogat a. b. : c. d. 2. \ 3. bahwa kemiskinan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hadirnya energi listrik ke dalam kehidupan manusia merupakan salah satu hal penting yang mendukung pesatnya perkembangan kemajuan kehidupan di dunia sekarang ini. Hampir setiap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik dalam era globalisasi ini merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kebutuhan tenaga listrik dalam era globalisasi ini merupakan salah satu kebutuhan mendasar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bahkan peranan
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS
PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW DI MELAK KALIMANTAN TIMUR SEBAGAI PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS KELISTRIKAN DI INDONESIA TIMUR Oleh : Bayu Hermawan (2206 100 717) Dosen Pembimbing :
Lebih terperinciPENERAPAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPERBAIKI PENYUSUNAN RANGKING WILAYAH MISKIN
PENERAPAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPERBAIKI PENYUSUNAN RANGKING WILAYAH MISKIN Sholeh Hadi Setyawan University of Surabaya sholeh@ubaya.ac.id ABSTRACT Programs for eliminating poverty need to correctly identify
Lebih terperinciAnalisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat
37 Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat M. Iqbal Arsyad Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura iqbalarsyad@yahoo.co.id Abstract Electrical sector plays important
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20
No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14
A. Gambaran Umum Provinsi Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampung tanggal 18 Maret 1964. Secara
Lebih terperinci2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi
No.1812, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penyediaan Tenaga Listrik Skala Kecil. Percepatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar 4.1.1 Demografi Provinsi Banten Provinsi Banten secara umum merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 200 meter di atas permukaan laut, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hampir setiap kehidupan manusia memerlukan energi. Energi ada yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena hampir setiap kehidupan manusia memerlukan energi. Energi ada yang dapat diperbaharui dan ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk
Lebih terperinciANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI
ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Periode RPJMD Kabupaten Temanggung Tahun 2008-2013 beserta semua capaian kinerjanya
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMIS ENERGI LISTRIK TENAGA SURYA DESA TERTINGGAL TERPENCIL
KAJIAN EKONOMIS ENERGI LISTRIK TENAGA SURYA DESA TERTINGGAL TERPENCIL Oleh Aditya Dewantoro P (1) Hendro Priyatman (2) Universitas Muhammadiyah Pontianak Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Tel/Fax 0561
Lebih terperinciTanya Jawab Seputar PLN, Menyongsong 2013
Tanya Jawab Seputar PLN, Menyongsong 20 Pada 20, PLN merencanakan meningkatkan kemampuan menjual listrik hingga 182 TWh guna mendorong pergerakan perekonomian dan memungkinkan lebih dari 2,5 juta pelanggan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciVersi 27 Februari 2017
TARGET INDIKATOR KETERANGAN 7.1 Pada tahun 2030, menjamin akses universal 7.1.1* Rasio elektrifikasi Indikator nasional yang sesuai dengan indikator layanan energi yang global (Ada di dalam terjangkau,
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan Listrik Negara (PLN)adalah Badan Usaha Milik Negara. jasa yaitu mendistribusikan pasokan listrik bagi masyarakat yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan umum Listrik Negara atau lebih dikenal dengan nama perusahaan Listrik Negara (PLN)adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di wilayah Republik Indonesia
Lebih terperinciPEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM
PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan
Lebih terperinciStudi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 83 89 ISSN: 2085 1227 Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut International Finance Corporation (IFC), Indonesia memiliki cadangan minyak bumi, batu bara dan gas alam yang berlimpah. Selama beberapa dekade, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs).
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH
PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai
Lebih terperinciStudi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano
Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa OLEH : Gilang Velano 2204 100 050 Dosen Pembimbing 1 Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak
Lebih terperinciKenaikan TDL Konferensi Pers. Jakarta, 29 Juni 2010
Mengukur Dampak Ekonomi Kenaikan TDL 2010 Konferensi Pers ReforMiner Institute Jakarta, 29 Juni 2010 Untuk keterangan lebih lanjut dapat mengubungi: Komaidi (0815 531 33252) Pri Agung Rakhmanto (0812 8111
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. Jumlah Desa/Kelurahan Swasembada Menurut Kabupaten/Kota Tahun
Tabel 2.1 DAFTAR TABEL Banyaknya Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Luas Wilayah Menurut Kabupaten Kota Tahun 14... Halaman 6 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 2.13 2.14 2.15 2.16 2. Banyaknya
Lebih terperinciSTUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR
STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR Vian Vebrianto 2205 100 004 Bidang Studi Teknik Sistem
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE
KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 08/08/Th.IV, 3 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN Ekonomi Kabupaten Ngada pada tahun 2011 tumbuh
Lebih terperinci