BAB I PENDAHULUAN. mencapai jiwa (BPS, 2014). Menurut Jhingan (2003) jumlah penduduk
|
|
- Ida Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki jumlah penduduk sampai dengan bulan Februari 2014 ini mencapai jiwa (BPS, 2014). Menurut Jhingan (2003) jumlah penduduk yang besar merupakan salah satu potensi bangsa dalam pembangunan nasional. Apabila penduduk terserap sebagai tenaga terampil, akan menjadi modal pembangunan yang besar di segala bidang. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dapat mengakibatkan pertumbuhan angkatan kerja yang semakin tinggi pula. Ini berarti semakin banyak dampak yang ditimbulkan akibat semakin tingginya jumlah orang yang mencari pekerjaan. Hal ini tentu akan menimbulkan berbagai permasalahan salah satunya adalah kekurangan lapangan pekerjaan yang menimbulkan pengangguran. Permasalahan pengangguran merupakan permasalahan klasik yang dihadapi oleh setiap negara termasuk Indonesia. Berbagai cara untuk mengatasi masalah pengangguran ini menurut Sukirno (2004) seperti kebijakan dari sisi permintaan yaitu dengan menurunkan atau menaikkan tingkat suku bunga dan menambah pengeluaran pemerintah yang diikuti pula dengan pengurangan pajak. Sedangkan menurut Sukirno (2004) kebijakan dari sisi penawaran salah satunya adalah mendorong lebih banyak
2 2 investasi, mengembangkan infrastruktur, meningkatkan efisiensi, memberi subsidi, namun masalah ini belum juga dapat terselesaikan. Menurut Manik Pratiwi (2009) pengangguran ini muncul karena jumlah angkatan kerja yang ada secara relatif atau absolut lebih banyak dibandingkan dengan kesempatan kerja yang tersedia sehingga mengakibatkan sebagian angkatan kerja tidak dapat diserap oleh pasar kerja. Menurut Todaro (2006), terjadinya pengangguran tidak semata-mata akibat adanya kelebihan tenaga kerja tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti kualitas angkatan kerja, dan distorsi dalam pasar kerja baik itu dari segi permintaan maupun penawaran terhadap tenaga kerja. Menganggur, menyebabkan penduduk tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Lebih dari itu, menurut Kembar Sri Budhi (2008) karena menganggur, manusia kehilangan kesempatan mengaktualiasasikan hidupnya. Penyebabnya, berkembang paradigma, manusia akan dihargai oleh orang lain kalau ia bekerja dan tidak bergantung pada orang lain untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Ketenagakerjaan merupakan salah satu indikator perekonomian yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu daerah (Nugraha Setiawan,2006). Indikator ketenagakerjaan yang sering digunakan antara lain Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Menurut Mulyadi (2003) semakin tinggi TPAK semakin baik, karena itu berarti partisipasi angkatan kerja juga akan semakin meningkat. Bila peningkatan angkatan kerja seiring dengan bertambahnya partisipasi penduduk yang bekerja, hal ini dapat
3 3 berarti peningkatan TPAK diiringi dengan menurunnya partisipasi penduduk yang bekerja, ini pertanda bahwa pemicu tingginya TPAK adalah meningkatnya penduduk yang mencari pekerjaan. Dengan kata lain, mengakibatkan bertambahnya pengangguran. Kondisi ketenagakerjaan suatu daerah dapat menggambarkan tingkat perkembangan perekonomian dan tingkat perkembangan kesejahteraan masyarakatnya. Gambaran ini sangat penting bagi perencanaan pembangunan, pengambilan kebijakan maupun pemerhati masalah sosial ekonomi dan kependudukan (BPS, 2011) Permasalah pengangguran juga terjadi di Bali, dimana Provinsi Bali merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah penduduk yang cukup besar. Struktur perekonomian Provinsi Bali sangat spesifik dan mempunyai karakteristik tersendiri dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Menurut Manik Pratiwi (2009), perekonomian yang dibangun dengan mengandalkan industri pariwisata sebagai leading sector, telah mampu mendorong terjadinya perubahan struktur perekonomian daerah Provinsi Bali. Perubahan struktur perekonomian dari yang sebelumnya sektor pertanian beralih ke jasa disebabkan oleh pertumbuhan industri pariwisata Manik Pratiwi (2009). Perubahan struktur ekonomi tersebut juga mengakibatkan terjadinya perubahan dalam struktur penyerapan tenaga kerja. Selain itu pengangguran terbuka pada tahun 2013 di Bali lebih banyak didominasi oleh daerah perkotaan. Arus urbanisasi dan migrasi merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya jumlah pengangguran di perkotaan. Data mengenai
4 4 jumlah dan tingkat pengangguran menurut kabupaten/ kota di Provinsi Bali dapat dilihat dalam Tabel 1.1 Tabel 1.1 Penduduk yang Bekerja, Persentase Pengangguran,dan Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota Agustus 2013 Provinsi Bali Kabupaten/ Kota Penduduk 15+ (Orang) Angkatan Kerja (Orang) Bekerja (Orang) Pengangguran (Orang) Bukan Angkatan Kerja (Orang) TP AK (%) TPT (%) Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar Bali Sumber : SAKERNAS, BPS Provinsi Bali, 2013 Berdasarkan Tabel 1.1 menurut kabupaten/kota, Kota Denpasar memiliki tingkat pengangguran terbuka yang paling tinggi yakni sebesar 3,69 persen disusul oleh Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Jembrana. Kabupaten lain memiliki tingkat pengangguran terbuka relatif rendah (kurang dari 3 persen). Kota Denpasar sebagai ibu kota provinsi dan sebagai pusat pemerintahan di provinsi ini memiliki jumlah pengangguran yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pengangguran di Kota Denpasar tidak hanya berasal dari penduduk lokal tetapi juga bertambah seiring dengan semakin besarnya arus urbanisasi ke Kota Denpasar. Data pengangguran terbuka di Kota Denpasar,dijelaskan bahwa pengangguran terbuka banyak terjadi di kalangan masyarakat dengan pendidikannya baik. Komposisi pengangguran terbuka yang terjadi di Kota Denpasar menurut data SAKERNAS
5 5 tahun 2013 diperoleh sekitar 1,9 % pengangguran di Kota Denpasar adalah yang berasal dari masyarakat tidak pernah sekolah, 4,0% masyarakat yang pendidikannya belum tamat SD, kemudian 12,5 % berasal dari masyarakat yang hanya menamatkan pendidikan sampai SD, kemudian 18,4% pengangguran yang hanya menamatkan pendidikan sampai SMP. Selanjutnya pengangguran terdidik yang berasal dari tingkat pendidikan SMA dan perguruan tinggi yaitu 42,3% berasal dari masyarakat dengan tingkat pendidikan SMA dan sisanya yaitu 20,8% didominasi oleh masyarakat dengan pendidikan perguruan tinggi. Hal ini diperkuat menurut Dhanani (2004) dalam Anton A Setyawan, pengangguran di perkotaan tiga kali lipat lebih besar dari pengangguran dipedesaan. Pernyataan tersebut diperkuat juga oleh Byrne dan Strobl (2004) dalam Anton A Setyawan, karena diperkotaan pekerjaan lebih dianggap mempunyai arti daripada di wilayah pedesaan. Kata arti yang dimaksud tersebut adalah adanya aspek mendapat keuntungan dan manfaat yang lebih yang dapat dirasakan dengan mencari pekerjaan di wilayah perkotaan dibandingan dengan daerah pedesaan. Selain itu menurut Todaro (2000) adanya perbedaan ekspektasi pendapatan yang sangat lebar antara tingkat upah di perkotaan dibandingkan dengan pedesaan membuat seseorang melalukan pilihan bermigrasi dari desa menuju kota. Selain itu fenomena yang menarik untuk dicermati khususnya di Provinsi Bali ialah tingginya tingkat pengangguran terbuka yang berasal dari lulusan perguruan tinggi. Berdasarkan Gambar 1.1 terlihat bahwa pada tahun 2011 sampai
6 6 dengan tahun 2013 Tingkat Pengangguran Terbuka terbesar terdapat pada kelompok penduduk berpendidikan perguruan tinggi. Persentase tingkat pengangguran terbuka paling tinggi terjadi ditahun 2011 yaitu sebesar 8.47 persen dan 6.45 persen dibandingkan tahun-tahun setelahnya. Tingginya pengangguran yang berasal dari penduduk kelompok berpendidikan tinggi menurut A. Ihsan (2011) disebabkan karena adanya kualifikasi pekerjaan yang diinginkan yang tidak sesuai dengan kualifikasi kompetensi yang dimiliki oleh pekerja. Kondisi ini yang akan menciptakan missmatch antara ketersediaan kompetensi pekerja dengan kualifikasi perusahaan yang diinginkan. Meskipun persentase tingkat pengangguran terbuka dari tahun 2011 sampai tahun 2013 mengalami penurunan, namun tidak berarti terjadi penurunan yang absolut terhadap tingginya pengangguran terbuka yang berasal dari lulusan perguruan tinggi. Berikut ini akan disampaikan data mengenai tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan yang ditamatkan, Provinsi Bali tahun dalam Gambar 1.1.
7 7 Gambar 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan, Provinsi Bali Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan (%) Tidak sekolah Tidak tamat SD SD SLTP SMA SMA Kej Dip I/II/III Dip IV/S1 S2/S Sumber :SAKERNAS, BPS Provinsi Bali, 2013 Data tersebut memberikan indikasi bahwa jumlah penduduk yang bekerja pada kelompok ini sedikit. Penduduk yang berpendidikan tinggi cenderung memilihmilih pekerjaan atau tidak asal bekerja padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas. Biasanya, penduduk pada kelompok tersebut cenderung memilih menganggur sambil menunggu pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan mereka. Kondisi ini akan berbeda jika dikaitkan dengan pendudukan yang berpendidikan rendah misalnya lulusan Sekolah Dasar, yang banyak terserap di lapangan pekerjaan karena mereka tidak memilih-milih pekerjaan. Bagi mereka yang penting adalah
8 8 bekerja, sehingga dengan demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka pada kelompok penduduk tersebut kecil (BPS, 2013). Menurut Vincent dalam Wiwiek (2007), fenomena mengenai tingginya pengangguran yang didominasi oleh lulusan perguruan tinggi disebabkan oleh ketidakmampuan lulusan itu beradaptasi dengan kebutuhan dunia industri modern. Sementara perubahan lingkungan yang dihadapi oleh industri modern memerlukan kemampuan adaptasi yang tinggi akan infrastruktur suatu perekonomian. Selain itu adanya aspek pengakuan menurut The International Labor Office (ILO) dalam Nehen (2012) yaitu didalam negara berkembang yang dikatakan sebagai pekerja apabila pekerja memberikan pengakuan kepada seseorang bahwa dia terikat dengan sesuatu yang layak bagi hidupnya membuat pekerja itu sendiri dapat mempengaruhi pilihan sesorang terhadap pekerjaan yang diambil. Menurut Moh Farid Najib (2007), secara umum orientasi pencari kerja lulusan perguruan tinggi berorientasi pada proses pelamaran kerja dengan mengandalkan pada ijazah dan gelar akademiknya berdasarkan program studi yang diambil. Menurut Susanto dalam Moh Farid Najib (2007), mengemukakan adanya suatu kecenderungan empiris yang telah membuktikan bahwa lulusan perguruan tinggi mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hal ini mengakibatkan munculnya kesan bahwa lulusan perguruan tinggi cenderung menjadi pencari kerja (job seeker) dibandingkan pencipta kerja (job keeper).
9 9 Menurut Juhdi dalam Wiwiek (2007) sebuah studi terhadap lulusan perguruan tinggi di Malaysia menyebutkan bahwa masalah yang dihadapi pengguna lulusan adalah bukan pada technical skill tetapi pada soft skill alumni. Para lulusan ini sangat menguasai bidang teknis, seperti penguasaan teknologi dan informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology), manajemen, teknik (engineering) dan pemasaran dengan baik. Sebaliknya para lulusan perguruan tinggi mempunyai kemampuan yang rendah dalam kemampuan komunikasi, kepemimpinan, kemampuan dalam adaptasi terhadap pekerjaan dan lingkungan, kemampuan kerjasama dalam tim dan kemampuan dalam hal pemecahan masalah. Hal ini berdampak pada tingginya tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi dari tahun ke tahun Adanya beberapa lapangan pekerjaan yang dipilih oleh para lulusan perguruan tinggi setelah menamatkan bangku kuliahnya merupakan salah satu penyebab ke sektor mana saja minat atau aspirasi kerja lulusan perguruan tinggi tersebut untuk bekerja. Memilih-milih pekerjaan sesuai dengan aspirasi kerja yang diinginkan menjadi penyebab lama tunggunya seorang pengangguran mendapatkan pekerjaan baik itu di daerah perkotaan maupun pedesaan terutama di Provinsi Bali. Menurut Mulyadi (2003) struktur perekonomian suatu negara ataupun daerah dapat dicerminkan antara lain struktur lapangan pekerjaan utama, struktur jenis pekerjaan utama, dan status pekerjaan utama dari para pekerjanya. Lapangan pekerjaan utama seseorang adalah bidang kegiatan utama pekerja tersebut. Berikut ini data mengenai
10 10 penduduk Bali berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan dalam Tabel 1.2. No Tabel 1.2 Penduduk Bali Berumur 15 Tahun Ke atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2013 Lapangan Pekerjaan Utama Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Program Diploma IV/S1 (Orang) Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian - 3 Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Konstruksi Perdagangan,Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Transportasi,Pergudangan, dan Komunikasi Lmbg Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan, & Js Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Lainnya - Jumlah Sumber : SAKERNAS, BPS Provinsi Bali,2013 Dari Tabel 1.2 terlihat pada tahun 2013 adanya sebaran lulusan perguruan tinggi Diploma IV/S1 di Bali bekerja pada beberapa sektor pekerjaan menunjukkan semakin banyaknya lulusan yang terserap di beberapa sektor tersebut. Apabila dilihat dari sektor yang mendominasi sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan
11 11 berada di posisi tertinggi yaitu orang, atau tingginya minat masyarakat untuk bekerja di sektor informal. Menurut A. Ihsan (2011), hal ini disebabkan kecenderungan yang terjadi di masyarakat adalah kesempatan kerja yang tercipta tidak dapat dinikmati oleh semua masyarakat khususnya pada sektor formal, karena di sektor ini diperlukannya sumber daya manusia yang memenuhi standar tingkat pendidikan yang telah ditentukan oleh badan usaha atau instansi terkait. Kemudian sektor lain yang cukup diminati oleh para lulusan perguruan tinggi tersebut adalah sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi yaitu sekitar Mengingat Bali sebagai daerah tujuan wisata maka tidak mengherankan sektor ini juga cukup kuat mendominasi lulusan untuk memilih pekerjaan disektor tersebut. Namun cukup disayangkan pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan serta sektor pengolahan listrik, gas dan air minum tidak terlalu diminati oleh lulusan perguruan tinggi sekitar dan Hal ini terjadi mengingat mulai enggannya para lulusan perguruan tinggi tersebut untuk bekerja di sektor pertanian, disebabkan karena adanya pola pikir yang sudah mulai berubah yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang yang ditempuh, maka semakin mahal pula bentuk pertambahan hasil kerja atau penghasilan yang dapat dia peroleh. Tidak hanya dikenal dengan pariwisatanya, dalam kategori dunia pendidikan pun pulau Bali banyak memiliki perguruan tinggi negeri yang patut dipertimbangkan kualitasnya. Salah satunya adalah Universitas Udayana merupakan perguruan tinggi negeri yang ada di Bali yang berdiri secara resmi pada tanggal 17 Agustus 1962
12 12 dengan surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor 104 Tanggal 9 Agustus 1962 dan selanjutnya diperkuat oleh Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 tanggal 31 Januari Universitas Udayana memiliki 12 program pendidikan yang telah disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan pembangunan daerah dan nasional. Program pendidikan yang menjadi salah satunya adalah Fakultas Ekonomi. Fakultas Ekonomi berdiri sejak tahun 1967, yang pada tanggal 21 Juni 2013 berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana Nomor 100A/UN14/HK/2013 berganti nama menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Sampai tahun 1975 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana belum diijinkan menamatkan sarjana (S1), akan tetapi hanya terbatas pada jenjang Sarjana Muda. Ijin penyelenggaraan program S1 baru diperoleh pada tahun Selama itu, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana juga memiliki beberapa strata pendidikan yaitu Diploma 3 yang terdiri dari 4 program studi, Strata 1 yang terdiri dari 3 program studi serta Strata 2 yang terdiri dari 3 program studi yang merupakan kelanjutan dari program pendidikan Sarjana 1, serta dua program Strata 3 yaitu S3 Ilmu Ekonomi dan S3 Ilmu Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana hingga saat ini telah menghasilkan ribuan lulusan yang menamatkan pendidikan tiap tahunnya. Berikut ini adalah data mengenai jumlah lulusan yang menamatkan pendidikannya dari tahun per triwulan pada Tabel 1.3.
13 13 Tabel 1.3 Jumlah Lulusan Program S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang Menamatkan Pendidikan pada Tahun per Triwulan (orang) No Periode Wisuda (Bulan) Program Pendidikan S1 (Orang) Februari 172 Mei 110 Agustus 291 Nopember 53 Januari 50 Maret 88 Mei 78 Agustus 115 Nopember 139 Jumlah 1096 Sumber : Universitas Udayana (Data diolah), 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana merupakan salah satu industri jasa pendidikan yang ada di Bali sangat perlu melakukan perbaikan secara terus menerus dan secara berkelanjutan dalam hal penyelenggaraan pendidikan sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas. Mengingat tiga program studi yang dimiliki Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yaitu program S1 Akuntansi, S1 Manajemen dan S1 Ekonomi Pembangunan berhasil meraih akreditas A ( asumsinya lulusan yang dihasilkan tergolong baik atau sangat baik. Berdasarkan atas asumsi tersebut, harusnya lulusan yang berasal dari FEB Unud dengan mudah beradaptasi dan diterima di dunia kerja. Apabila terjadi ketidaksiapan lulusan dalam memenuhi kebutuhan industri di segala bidang akan menimbulkan kesenjangan (gap) yang menyebabkan tingginya
14 14 masa tunggu (lama menganggur) lulusan di perguruan tinggi, khususnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Menurut Fadhilah Rahmawati dan Vincent Hadiwiyono dalam Reza Primanda (2011) yang apabila kesenjangan ini terjadi berarti perguruan tinggi sebagai proses untuk menyiapkan lulusan atau tenaga kerja siap pakai belum berfungsi sebagaimana mestinya. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat pengangguran terutama lulusan perguruan tinggi. Selain ketimpangan dalam permintaan dan penawaran tenaga kerja, permasalahan ketenagakerjaan juga menyangkut ketimpangan antara struktur angkatan kerja, dengan struktur kesempatan kerja, dan ketimpangan dalam struktur pasar kerja. Ketimpangan dalam struktur angkatan kerja dan kesempatan kerja terlihat dari kemampuan daya serap pasar kerja pada tingkat pendidikan angkatan kerja yang semakin tinggi semakin terbatas. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi ditemui tingkat pengangguran yang lebih tinggi, hal ini harus dipersepsikan bahwa terdapat keterbatasan kesempatan kerja yang dianggap sesuai untuk kelompok pendidikan tersebut. Mungkin juga terjadi mereka yang terdidik lebih bersedia menganggur karena ditopang oleh keluarganya yang mampu. Jadilah mereka orang-orang yang mampu menganggur (BPS, 2009). Selain faktor pendidikan dan pendapatan rumah tangga juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap lama menganggur. Menurut Setiawan (2010) tenaga kerja terdidik umumnya datang dari keluarga yang lebih berada terutama untuk masyarakat
15 15 kalangan berpendapatan rendah yang menganggap pendidikan masih dirasa mahal. Dengan demikian tenaga kerja dari keluarga berpendapatan rendah umumnya tidak mampu meneruskan pendidikannya dan terpaksa mencari kerja. Sehingga tenaga kerja terdidik akan selalu berusaha mencari pekerjaan dengan upah, jaminan sosial, dan lingkungan kerja yang baik. Maka dari itu, tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi lama menganggurnya lulusan. Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi lama menganggur seseorang. Lowongan pekerjaan sering kali mencantumkan pengalaman kerja atau keterampilan yang dimiliki sebagai prasyarat utama. Adanya prasyarat tersebut, mengakibatkan adanya perbedaan lama menganggur antara pencari kerja baru yang belum memiliki pengalaman kerja atau keterampilan dan pencari kerja lama yang sebelumnya telah memiliki pengalaman kerja. Menurut Sutomo dkk dalam Setiawan (2010), dengan memiliki pengalaman kerja atau keterampilan didukung pula dengan tingkat pendidikan yang tinggi, maka tenaga kerja akan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut Mantra (2003), jumlah tanggungan responden dapat diartikan sebagai jumlah seluruh anggota keluarga yang harus ditanggung dalam satu keluarga. Setiap keluarga memiliki jumlah tanggungan keluarga yang berbeda-beda. Asumsinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka kebutuhan dalam keluarga tersebut semakin banyak. Oleh karena itu, semakin banyak tanggungan
16 16 seseorang semakin sedikit pula responden menyia-nyiakan lowongan pekerjaan yang ada untuk memenuhi kebutuhan. Jarak tempat tinggal seorang pencari kerja ke tempat bekerja merupakan jarak yang harus ditempuh sorang pencari kerja menuju ke tempat bekerja. Semakin jauh jarak yang harus ditempuh maka ketersediaan informasi antara pencari kerja dengan lowongan pekerjaan yang tersedia akan semakin jauh juga. Menurut Simanjuntak (2001), pengangguran dapat pula diakibatkan oleh adanya proses seleksi pekerjaan, faktor jarak serta kurangnya informasi. Akibatnya lamanya seorang menganggur akan semakin panjang. Adanya aspirasi kerja yang mendasari para pekerja mencari kerja membuat sesorang semakin lama menganggur. Hal ini disebabkan karena adanya pilihanpilihan pekerjaan yang ada baik itu dari sudut lingkungan kerja, pribadi dan perkembangannya, dan interaksi pribadi dengan lingkungannya. Banyaknya pencari kerja yang tetap bersedia menganggur dikarenakan adanya kecenderungan memandang pekerjaan sesuai dengan stereotipnya. Menururt Fadhilah Rahmawati dkk dalam Setiawan (2010) adanya aspirasi kerja dari golongan berpendidikan tinggi yang menganggap bahwa semakin tinggi pendidikan yang ditempuh maka masa menganggur akan semakin lama karena masyarakat golongan pendidikan tinggi akan menginginkan pekerjaan yang sesuai dan sebanding dengan return biaya pendidikannya.
17 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimanakah pengaruh pendapatan rumah tangga, keterampilan, Jumlah tanggungan dan jarak terhadap aspirasi kerja lulusan perguruan tinggi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana? 2) Bagaimanakah pengaruh pendapatan rumah tangga, keterampilan, jumlah tanggungan, jarak dan aspirasi kerja terhadap lama menganggur lulusan perguruan tinggi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana? 3) Adakah pengaruh tidak langsung pendapatan rumah tangga, keterampilan, jumlah tanggungan dan jarak terhadap lama menganggur melalui aspirasi kerja lulusan perguruan tinggi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana?
18 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 1) Untuk menganalisis pengaruh pendapatan rumah tangga, keterampilan, jumlah tanggungan, dan jarak terhadap aspirasi kerja lulusan perguruan tinggi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 2) Untuk menganalisis pengaruh pendapatan rumah tangga, keterampilan, jumlah tanggungan, jarak dan aspirasi kerja terhadap lama menganggur lulusan perguruan tinggi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 3) Untuk menganalisis adanya pengaruh tidak langsung antara pendapatan rumah tangga, keterampilan, jumlah tanggungan dan jarak melalui aspirasi kerja terhadap lama menganggur lulusan perguruan tinggi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini berguna bagi aplikasi teori-teori ekonomi, perencanaan pembangunan yang selama ini diberikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, serta berguna dalam memperkaya ragam penelitian dan mampu menambah pengetahuan serta wawasan khususnya bagi mahasiswa mengenai pendapatan rumah tangga, keterampilan yang dimiliki, jumlah tanggungan, jarak dan aspirasi kerja yang berpengaruh terhadap lama
19 19 menganggur lulusan perguruan tinggi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah terutama pemerintah daerah, maupun lembaga yang dalam hal ini adalah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan dan pengendalian masalah pengangguran, sehingga nantinya dapat bekerja lebih baik, efektif dan efisien dalam mencapai tujuan bersama.
KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 29/05/61/Th. XIX, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,58 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 65/11/61/Th. XIX, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016
No.66/11/72/Th. XIX, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,29 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah pada Agustus 2016 mencapai
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 29/05/61/Th. XVII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,53 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 32/05/61/Th. XVIII, 05 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,78 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th. XI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,03 PERSEN
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 31/05/21/Th. VI, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEBESAR 7,04 PERSEN Jumlah
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2016
No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 No. 27/05/82/Th XV, 04 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI : Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 530,7 ribu orang, bertambah 11,7 ribu orang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.35 /05/33/Th.X, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,20 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2016 sebanyak 17,91 juta orang,
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011
No. 60/11/51/Th. V, 7 Nopember 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011 Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2011, tercatat sebanyak 2.952,55 ribu penduduk usia kerja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angkatan kerja tidak dapat diserap oleh pasar kerja (Pratiwi, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia yang muncul karena jumlah angkatan kerja yang ada secara relatif atau absolut lebih
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017
No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 30/05/82/Th XVI, 05 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 557,1 ribu orang bertambah 32,6 ribu orang dibanding
Lebih terperinciNo. 03/05/81/Th.XVIII, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU 2017 Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku pada Februari 2017 mencapai 769.108 orang, bertambah sebanyak 35.771 orang dibanding angkatan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN FEBRUARI 2017
No. 29/05/36/Th.XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN FEBRUARI 2017 Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2017 sebesar 5,51 juta orang, meningkat sekitar 273 ribu pekerja jika dibandingkan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016
KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 No. 29 /05/17/Th X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,84
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015
No. 36/05/51/Th. IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2015 mencapai 2.458.784 orang, bertambah sebanyak 142.026 orang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017
No.26/05/72/Th. XX, 05 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,97 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah pada Februari 2017 mencapai
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016
No. 66/11/36/Th.X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2016 mencapai 5,6 juta orang, naik sekitar 253 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015
No.08/11/62/Th.IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015 Agustus 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 4,54 persen angkatan kerja
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015
No.08/05/62/Th.IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 Februari 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,14 persen Jumlah angkatan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL, EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP LAMA MENGANGGUR LULUSAN PERGURUAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
TESIS ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL, EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP LAMA MENGANGGUR LULUSAN PERGURUAN TINGGI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA NI KADEK MEINDRAYANI PROGRAM PASCASARJANA
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016
No. 29 /05/17/Th X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,84 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.79 /11/33/Th.X, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,63 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2016 sebanyak 17,31 juta orang,
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Banten Agustus 2017 sebesar 9,28 persen Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 sebesar 5,08
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 66/11/16/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.81 /11/33/Th.IX, 05 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,99 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2015 sebanyak 17,30 juta orang,
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015
No. 60/11/14/Th. XVI, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,83 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2015 mencapai
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.37/05/33/Th.IX, 05 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2015 yang sebesar 18,29 juta
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016
No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 No. 65/11/82/Th XV, 07 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 524,5 ribu orang bertambah 10,9 ribu orang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017
No.08/05/62/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017 Februari 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,13 persen angkatan kerja
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016
No. 76/11/51/Th. X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Agustus 2016 mencapai 2.463.039 orang, bertambah sebanyak 80.573 orang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013
No. 26/05/14/Th. XIV, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Riau pada Februari 2013 sebesar 4,13 persen Jumlah angkatan kerja di Riau pada Februari 2013
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017
Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016
No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.51/11/31/Th. XIV, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada mencapai 5,37 juta orang, bertambah 224,74 ribu
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016
No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017
No. 34/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2017 mencapai 2.469.104 orang, bertambah 86.638 orang dibanding
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015
No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,83 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2015 mencapai
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2015
No. 78/11/51/Th. IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Agustus 2015 mencapai 2.372.015 orang, bertambah sebanyak 55.257 orang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 42/05/21/Th. X, 4 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,05 PERSEN Jumlah angkatan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016
BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No. 33/05/35/Th.XIV, 4 Mei 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,14 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 28/05/16/Th. XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 76/11/35/Th. XI, 6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk usia 15
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2016
No. 34/05/51/Th. X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2016 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2016 mencapai 2.382.466 orang, bertambah sebanyak 10.451 orang dibanding
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.32/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2015 mencapai 1,65 juta orang yang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015
No.67//72/Th. XVIII, 05 November 205 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 205 AGUSTUS 205: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,0 PERSEN Angkatan kerja di Sulawesi Tengah Agustus 205 mencapai.384.235 orang,
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2014
No. 54/11/91/Th. XIV, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2014 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua Barat pada Agustus 2014 mencapai 398.424 orang, mengalami peningkatan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009
BADAN PUSAT STATISTIK No. 75/12/Th. XII, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 113,83 juta orang, bertambah 90 ribu
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN
No. 68 /11/17/Th IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Agustus 2015
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 29/05/12/Th. XIX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,49 PERSEN angkatan kerja di Sumatera
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014
BADAN PUSAT STATISTIK KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,70 PERSEN No. 38/05/Th. XVII, 5 Mei 2014 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2012
No. 52/11/91/Th. VI, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2012 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua Barat mencapai 361.597 orang, turun sebesar 22.495 orang dibandingkan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015
No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
No. 53/11/14/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Badan Pusat Statistik Provinsi Riau Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Riau Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017
KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.29 /05/17/XI, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari 2017 sebanyak
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROV SUMSEL FEBRUARI 2016
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 29 /05/16/Th. XVIII, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROV SUMSEL FEBRUARI 2016 Februari 2016: Tingkat Pengangguran Terbuka Sebesar 3,94 Persen Jumlah angkatan kerja
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015
KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 No. 31 /05/17/Th IX, 5 Mei 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,21 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari 2015 mencapai
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 25/05/32/Th. XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,66 PERSEN Tingkat partisipasi angkatan kerja
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2015
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 06/11/18/Th.VIII, 5 Nopember 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,14 PERSEN Jumlah angkatan kerja (penduduk
Lebih terperinciBPS PROVINSI DKI JAKARTA
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 55/11/31/Th.XVI, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 29/05/61/Th. XX, 05 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,22 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015
BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 No. 36/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,31 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 29,74
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.22/05/64/Th.XVII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2014 mencapai 1.923.968 orang, bertambah
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2013
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 77/11/21/Th. VIII, 6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,25
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik
Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014
No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014
No.08/11/62/Th.VIII, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014 Agustus 2014 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,24 persen Jumlah angkatan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017
BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 33/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,10 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.44/05/64/Th.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada Februari 2017 mencapai 324.586 orang, bertambah
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 64/11/32/Th.XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,89 PERSEN Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.37/05/64/Th.XIX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2016 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Februari 2016 mencapai 1.650.377 orang,
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016
No.36/05/52/Th. IX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,66 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2016 mencapai
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 81/11/21/Th. IX, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.43/05/64/Th.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Februari 2017 mencapai 1.678.913 orang,
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat
Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016
No.27/05/72/Th. XIX, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,46 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah pada Februari 2016 mencapai
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016
No. 056/11/14/Th. XVII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,43 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2016
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014
BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 No. 34/05/35/Th.XII, 5 Mei 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,02 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 29,38
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013
No.64/II/72/Th. XVI, 6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,27 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah Agustus 2013 mencapai 1.228.337
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*)
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.33/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada 2015 mencapai 287 ribu orang yang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 67/11/32/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015 Agustus 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,72 PERSEN Jawa Barat mengalami penurunan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017
No. / / /Th., 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,67 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi pada Februari 2017 mencapai 1.792
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012
No. 08/11/62/Th.VI, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012 Agustus 2012 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,17 persen Jumlah angkatan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 06/05/18/Th.VII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,05 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU, AGUSTUS 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 92/11/21/Th. X, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU, AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,20 PERSEN
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
No. 74/11/35/Th.XV, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Timur Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Timur sebesar
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017
No.33/05/52/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,86 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2017 mencapai
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015
No.36/05/52/Th. IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,69 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Agustus 2015 mencapai
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI SULAWESI UTARA BULAN AGUSTUS 2015
3,` No. 80/11/71/Th. IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI SULAWESI UTARA BULAN AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Utara pada Agustus 2015 mencapai 1,10 juta orang, bertambah
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 35/05/21/Th. VIII, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013 FEBRUARI 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,39 PERSEN
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017
KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 28/5/13/Th XX, 05 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,80 PERSEN Angkatan kerja Sumatera Barat pada Februari 2017 sebanyak 2,62 juta,
Lebih terperinci