BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Strategi IS/IT Setiap perusahaan tentunya memiliki objektif-objektif bisnisnya masingmasing. Organisasi IT yang ada di dalam perusahaan tersebut tentunya harus memiliki tekad untuk mendukung pencapaian tujuan bisnis perusahaan. Broadbent et al (2005, pp 130) mengatakan:...anda dan organisasi IS Anda membutuhkan strategi IT yang tepat yang mampu memberitahukan Anda dimana upaya dan sumber daya harus difokuskan. Proses formulasi strategi untuk pemanfaatan IS/IT secara efektif memiliki sifat yang kompleks. Ada beberapa dimensi permasalahan yang harus ditenggarai, dan oleh sebab itu dibutuhkan kombinasi dari pendekatan- pendekatan dan perangkat/alat dalam penyusunannya. Strategi IS/IT itu sendiri bertujuan untuk mencapai tuntutan efisiensi, efektivitas, tujuan-tujuan kompetitif, atau objektifobjektif yang menghasilkan nilai/value (Ward et al, 2002) Komponen Perencanaan Dan Formulasi Strategi Sebuah model yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. mengilustrasikan blokblok pembentuk dari perencanaan dan formulasi strategi. Blok-blok pembentuk 16

2 17 tersebut antara lain input, output, serta aktivitas-aktivitas penting yang berhubungan dengan kedua hal tersebut. Gambar 2.1 Model Strategi IS/IT (Ward et al, 2002, pp 154) Penjelasan mengenai komponen-komponen input dan output di atas dapat disimak berikut pada tabel-tabel berikut ini.

3 18 Tabel 2.1 Komponen Input Dari Perencanaan dan Formulasi Strategi (Ward et al, 2002, pp 153) Input Lingkungan Bisnis Internal Strategi bisnis yang berlaku saat ini, tujuan-tujuan, sumber daya, proses-proses, budaya dan nilai-nilai perusahaan. Lingkungan Bisnis Eksternal Situasi ekonomi, iklim kompetisi pada industri di mana organisasi kita beroperasi. Lingkungan IS/IT Internal ara pandang IS/IT terhadap bisnis saat ini, tingkat kematangan dari IS/IT, cakupan bisnis dan kontribusinya, keahlian, sumber daya dan infrastruktur teknologi. Termasuk ke dalam lingkungan ini di antaranya portfolio aplikasi, sistem yang ada saat ini, yang sedang dikembangkan, dan yang belum dikerjakan. Lingkungan IS/IT Eksternal Tren teknologi dan kesempatan-kesempatan yang hadir karena penggunaan IT oleh pihak lain, khususnya oleh pelanggan, kompetitor, dan supplier. Tabel 2.2 Komponen Output Dari Perencanaan dan Formulasi Strategi (Ward et al, 2002, pp 154) Output Strategi Manajemen IS/IT Elemen-elemen umum dari strategi yang diaplikasikan di keseluruhan organisasi. Jika diperlukan juga mendukung konsistensi kebijakan. Strategi IS Pada Bisnis Strategi IT agaimana setiap unit atau fungsi akan menghadirkan IS/IT dalam mencapai tujuan-tujuan bisnis. Termasuk di dalamnya ialah portfolio aplikasi yang akan dikembangkan untuk unit bisnis atau model bisnis, yang menjelaskan arsitektur informasi dari setiap unit. Kebijakan dan strategi untuk pengelolaan sumber daya teknologi dan sumber daya spesialis IT.

4 Dualitas IS/IT Ward et al (2002) menggambarkan dinamika IT dan konsekuensinya terhadap bisnis dan strategi IS/IT seperti pada Gambar 2.2 berikut ini: Gambar 2.2 Pengaruh dan Dampak (Ward et al, 2002, pp 51) Pertama-tama gambar tersebut menggambarkan dua sisi dari teknologi, yang mana teknologi tidak hanya mendukung strategi dari organisasi (panah a), tetapi teknologi juga bisa mendefinisikan bisnis itu sendiri, karena strategi mungkin saja tidak bisa berjalan tanpa kehadiran teknologi (panah b). Dalam lingkungannya, suatu organisasi pastilah tidak seorang diri saja. Ia pasti memiliki kompetitor, dan merupakan anggota dari dari sistem industri dan lingkungan bisnis yang lebih luas. Pergerakan-pergerakan para kompetitor,

5 20 termasuk pendatang baru, akan mempengaruhi dinamika industri. Konsekuensinya tentunya mempengaruhi organisasi itu sendiri dan juga strategi dari organisasi tersebut (panah c); Pada saat yang bersamaan penerapan strategi yang dijalankan oleh suatu organisasi akan mempengaruhi langkah-langkah dari kompetitor (panah d). Inovasi di bidang teknologi bisa memiliki efek yang disruptif terhadap industri (panah e), merombak ulang aturan berkompetisi dan bahkan membuat orang menanyakan ulang konsep dari struktur industri yang ada di saat tersebut Dua Jenis Hubungan IT Dengan Bisnis Informasi dengan bisnis memiliki keterkaitan yang erat, dan manajemen informasi bisnis bersifat vital dalam mendukung operasi dari proses-proses di dalam organisasi dan meningkatkan kinerja organisasi (Chaffey et al, 2005). Tetapi tentunya bentuk hubungan IT dengan bisnis harus bisa dirumuskan dengan baik agar IT bisa memberikan kontribusi nilai seperti yang diharapkan. Tetapi dalam kenyataannya sistem informasi yang telah dikembangkan dan diimplementasikan mungkin saja tidak memenuhi tuntutan dari bisnis. Salah satu alasannya bisa berupa koordinasi yang kurang baik antara manajemen IS demand dan manajemen IT supply (Ward et al, 2002). Benson et al (2004a) mengutarakan dua jenis hubungan perencanaan antara strategic intentions dari bisnis dengan IT: (1) Strategi, perencanaan dan aksi-aksi IT menjalankan strategic intentions dari bisnis dan menghasilkan hal-hal yang memang dibutuhkan, dan (2) IT dapat berinovasi dan menyumbangkan strategic intentions dari bisnis yang baru sama sekali. Jenis-jenis hubungan ini dapat disimak pada gambar berikut ini:

6 21 Gambar 2.3 Praktek-praktek Perencanaan Demand/Supply dan Inovasi (Benson et al, 2004a, pp 168) Jenis hubungan yang pertama adalah dasar dari strategic demand/supply planning. Demand melambangkan apa yang dibutuhkan bisnis dari IT, supply mendefinisikan bagimana IT akan memenuhi demand tersebut. Jenis hubungan yang kedua melambangkan inovasi IT terhadap bisnis. Adapun elemen-elemen dari strategic demand/supply planning dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 2.4 Elemen Dari Perencanaan Strategis Demand/Supply (Benson et al, 2004a, pp 175)

7 22 Jenis hubungan yang kedua ialah IT sebagai penggerak inovasi. Komponen-komponen penting dan perihal-perihal yang perlu dihadirkan pada penyusunan strategi IS/IT dalam perannya sebagai penggerak inovasi dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 2.5 Sekumpulan Pertanyaan dan Komponen dari Innovation Planning (Benson et al, 2004a, pp 190) 2.2. Praktek-praktek New Information Economics (NIE) Penggunaan IT (use of IT) pastilah memiliki memiliki suatu nilai bagi kelangsungan bisnis perusahaan. Hal ini terlihat dari investasi-investasi yang dilakukan perusahaan-perusahaan saat ini di bidang IT, entah itu berupa aplikasi, komputer baru, atau layanan-layanan IT. Perusahaan-perusahaan tersebut tentunya menyadari bahwa ada hubungan antara biaya-biaya yang dikeluarkan untuk IT terhadap kinerja ekonomi mereka. Pengukuran kontribusi IT dengan metode perhitungan Return On Investment (ROI) ternyata tidak dapat menggambarkan bagaimana sebenarnya IT

8 23 memberikan nilai/value terhadap bisnis perusahaan. Stenzel et al (2007, pp 321) mengutarakan pendapat berikut ini: kalkulasi ROI konvensional tidak dirancang untuk menangkap kompleksitas yang meningkat dari kehadiran teknologi informasi saat ini dan evolusi yang cepat dari sumber daya-sumber daya teknologi informasi yang dijalankan secara strategis. Marylin Parker, Robert Benson, dibantu oleh H.E. Trainor memperkenalkan istilah yang disebut sebagai information economics. Mereka mendefinisikan nilai/value dari IT bagi organisasi berdasarkan kinerja bisnis yang mengalami peningkatan, dan mendefinisikan biaya berupa biaya keseluruhan organisasi, dimana kesemuanya itu mendefinisikan dampak ekonomis yang sebenarnya berasal dari teknologi informasi (Parker et al, 1988). Benson et al (2004a) lalu mengembangkan praktek-praktek yang merupakan pengembangan dari information economics. Praktek-praktek ini disebut dengan praktek-praktek New Information Economics (NIE). Berikut ini adalah kelima praktek NIE: Praktek NIE 1: Strategic Demand/Supply Planning Praktek NIE 2: Inovasi Praktek NIE 3: Prioritasisasi Praktek NIE 4: Penyelarasan/Alignment Praktek NIE 5: Pengukuran Kinerja

9 Business Value Maturity Model Ketidaksinambungan antara IT dan bisnis dapat menjadi batu sandungan bagi perusahaan dalam upaya mereka mencapai nilai/value yang sebenarnya bisa dihasilkan oleh IT. Menilik pernyataan yang diutarakan oleh Ward et al (2002, pp 44) berikut ini: ketidakmampuan organisasi-organisasi dalam menyadari nilai/value dari investasi IS/IT sebagian dikarenakan adanya kekurang selarasan antara bisnis dengan strategi IS/IT. Lutchen (2004, pp 43-44) juga menyatakan pentingnya hubungan antara IT dengan bisnis. Menurutnya dengan menyandingkan IT dengan strategi bisnis akan mendorong unit-unit bisnis dan pimpinan-pimpinan di dalam perusahaan untuk menegosiasikan investasi-investasi IT dengan tujuan mendukung lini-lini bisnis, produk-produk, atau bisnis regional dengan cara yang sama mereka menegosiasikan perihal anggaran-anggaran lainnya. Salah satu cara untuk mengetahui bagaimana posisi IT terhadap bisnis ialah dengan melakukan assessment dengan suatu model yang dinamakan dengan Business Value Maturity Model. Salah satu tujuan dari penggunaan Business Value Maturity Model yaitu untuk membantu organisasi memahami jurang pemisah antara kontribusi IT terhadap tujuan organisasi (Benson et al, 2004a). Karakteristik jenjang dari Business Value Maturity Model dapat dilihat pada tabel berikut ini:

10 25 Tabel 2.3 Business Value Maturity Model (Benson et al, 2004a, pp 236) 0 Nonexistent No management processes apply the practice to produce the desired outcomes. 1 Initial/Ad Hoc No formal management processes, but a few managers attempt to apply the practice informally to produce the outcomes. 2 Repeatable But Intuitive No formal management processes, but the idea is understood and informally applied to produce the desired outcomes. 3 Defined Process Management processes exist to apply the practice, but no companywide standards or enforcement 4 Managed and Measurable Management proceses are standard practices; executions monitored; outcomes affect the business. 5 Optimized Management processes that apply the practices are central to the company and continuously improved. Benson et al (2004a) juga mengusulkan suatu bentuk assessment yang menggunakan Business Value Maturity Model yang mengandung elemenelemen praktek-praktek NIE, dan menyebutnya dengan istilah Business Value Assessment. Bentuk dari assessment tersebut dapat dilihat berikut ini:

11 26 Tabel 2.4 Business Value Assessment (Benson et al, 2004a, pp 243) Business Value Maturity Model High-Level Assessment Form Praktek NIE Keterangan Praktek NIE Instruksi: Pilihlah jenjang yang paling mendekati kenyataan saat ini. Nonexistent Initial/AdHoc Repeatable/Intuitive Defined Process Managed and Measurable Optimized Processes Rank 1 s/d 9 Demand/ Supply Planning Innovation Alignment Prioritization Performance Measurement Explicitly connecting IT strategies and plans to business strategic intentions. Establishing the business strategic demand for IT, and then IT s strategies and plans for the supply of the necessary IT capabilities. Translating IT opportunities into new business strategic intentions and finding new ways for IT to support existing strategic intentions. Assessing the business impact of new IT initiatives and prioritizing them according to strategic intentions. Assessing the business impact and support of business strategic intentions of the existing IT infrastructure, applications, and services Assessing the quality and service levels for existing IT resources, as input to demand/supply planning Measuring IT performance in ways related to the business and its strategic intentions

12 27 Strategy- To-Bottom- Line Value Chain IT Impact Management Portfolio Management Culture Management Connecting the processes doing planning, innovation, prioritization, alignment, and performance measurement with themselves and with the other appropriate company processes. Establishing and achieving IT s business value proposition. Managing IT based on business value outcomes. Establishing baseline, business value, and performance information for the entire IT investment. Establishing baseline, business value, and performance information for the entire IT investment IT Portfolio Seiring dengan tuntutan bisnis dari suatu perusahaan, proyek-proyek dan aset-aset IT yang digunakan oleh perusahaan juga akan semakin bertambah banyak dan kompleks. Proyek-proyek maupun aset-aset ini bisa saja berkaitan dengan infrastruktur IT (misalkan pengadaan komputer baru), berkaitan dengan aplikasi (misalkan implementasi sistem informasi CRM), maupun berkaitan dengan layanan-layanan IT (misalkan jasa pemeliharaan infrastruktur IT). Penerapan IT portfolio dan manajemen IT portfolio terhadap proyekproyek dan aset-aset IT dapat membantu terciptanya perencanaan strategis IT yang baik. Salah satu contoh dari tujuan penggunaan IT portfolio dalam perencanaan strategis IT menurut Stenzel (2007) yaitu untuk menghilangkan asetaset yang redundan, dan memberikan pandangan yang jelas mengenai lebih/kurangnya jumlah lisensi aplikasi software, di mana hal ini dapat mengurangi biaya-biaya secara langsung maupun menghindari resiko hukum.

13 28 Dengan penggunaan IT portfolio, investasi yang tumpang tindih dapat terlihat dengan jelas, sehingga investasi yang redundan dapat dikurangi. Praktek-praktek NIE pun tidak bisa lepas dari peran IT portfolio karena portfolio-portfolio adalah fondasi dari praktek-praktek NIE. IT Portfolio pada praktek NIE akan digunakan sebagai acuan untuk melakukan prioritasisasi, alignment, perencanaan demand/supply, perencanaan inovasi, dan pengukuran kinerja (Benson et al, 2004a). Dengan penggunaan IT portfolio, sumber daya yang ada bisa dioptimalkan untuk proyek-proyek yang memiliki prioritas yang lebih tinggi, dan oleh sebab itu meminimalisasi resiko berupa penggunaan sumber daya untuk aktivitas-aktivitas yang benefitnya yang kecil (Hackos, 2007). Manajemen IT portfolio adalah sebuah perangkat yang dapat membantu perusahaan selama masa perkembangannya yang pesat maupun saat iklim ekonomi sedang tidak bersahabat. Manajemen IT portfolio mendukung perbaikan yang teratur dan mendukung terciptanya konsistensi, keterulangan, dan akuntabilitas (Maizlish et al, 2005) Siklus Hidup IT Maizlish et al (2005) membagi siklus hidup aset IT ke dalam 3 fase, yaitu fase IT discovery, fase IT project, dan fase IT asset. Fase IT Discovery Seringkali disebut sebagai bagian awal yang samar-samar, IT discovery phase mengambil tempat saat pengkonsepan dan ide-ide muncul dari riset-riset

14 29 sederhana. Insiatif-insiatif IT yang ada di fase ini bersifat jangka panjang, lebih beresiko, dan yang lebih memiliki ketidakpastian bila dibandingkan dengan 2 fase lainnya. Fase ini bisa digunakan perusahaan sebagai lokomotif perubahan dan pengembangan bisnis. Inisiatif-inisiatif di fase ini dimasukkan ke dalam IT discovery portfolio. Fase IT Project Seringkali disebut sebagai pengembangan produk baru, fase ini ditata dengan serangkaian tahap-tahap dalam mengelola siklus hidup proyek-proyek. Investasi di fase ini bisa saja merupakan investasi yang dilakukan untuk memenuhi syarat kewajiban (tuntutan regulasi, keamanan, standar industri). Investasi di fase ini dimasukkan ke dalam IT project portfolio. Fase IT Asset Fase ini menjelaskan bagian dari siklus hidup IT yang sekarang berada dalam cakupan operasional dan perawatan. Investasi di fase ini digunakan untuk menjalankan bisnis. Investasi di fase ini dimasukkan ke dalam IT asset portfolio IT SubPortfolio Maizlish et al (2005) membagi IT portfolio ke dalam beberapa subportfolio. Pembagian IT portfolio menjadi subportfolio-subportfolio dilakukan berdasarkan fase-fase siklus hidup IT. Berikut ini adalah subportfolio-subportfolio tersebut:

15 30 1. IT discovery portfolio: terdiri atas ide-ide, konsep-konsep, maupun kesempatan-kesempatan yang berhubungan dengan IT. 2. IT project portfolio: terdiri atas proyek-proyek IT yang ada. 3. IT asset portfolio: terdiri atas investasi IT yang sudah menjadi aset dan operasional Prioritasisasi Proyek-Proyek IT Seiring dengan tuntutan bisnis dan perkembangan iklim kompetisi, sekarang ini perusahaan-perusahaan banyak yang beroperasi di dalam lingkungan yang kompleks, dalam pengertian ada beberapa program-program maupun proyek-proyek yang berjalan secara bersamaan. Namun ada kendala umum yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan ini berkaitan dengan situasi di atas. Banyak bisnis tidak memiliki pendekatan yang sistematis saat hendak mengadopsi/menjalankan proyek meskipun sumber daya yang mereka miliki ada batasannya. Akibatnya timbul masalah seleksi proyek, masalah prioritasisasi, dan masalah kriteria batas penerimaan (Syrris, 2009). Salah satu pendekatan sistematis untuk proyek-proyek yang hendak diadopsi ialah dengan praktek prioritasisasi. Benson et al (2004a, pp 141) berpendapat: Prioritasisasi yang berlandaskan bisnis ialah suatu perangkat guna mengetahui dampak bottom-line dari proyek-proyek, dan juga untuk menempatkan sumber daya ke proyek-proyek yang paling bernilai tinggi.

16 31 Ward et al (2002) menambahkan bahwa pendekatan prioritasisasi yang praktis dan konsisten sangat penting artinya jika prioritasisasi ingin diimplementasikan secara sukses. Salah satu cara untuk melakukan praktek prioritasisasi ialah dengan mencari tahu hubungan sebab-akibat dari inisiatif IT dengan strategic intention dari organisasi (Benson et al, 2004a). Dengan melakukan assessment ini tehadap semua proyek IT, maka kita bisa mendapatkan perbandingan antara satu insiatif/proyek dengan insiatif/proyek lainnya, dan bisa diurutkan sesuai dengan nilai/valuenya bagi tujuan strategis bisnis. Pentingnya suatu proyek untuk bisa memenuhi strategic intention dari organisasi diutarakan oleh Syrris (2009) yang berpendapat jika suatu proyek yang sukses tetapi tidak berkontribusi terhadap pencapaian tujuan, sederhananya proyek tersebut sebenarnya hanya menghabiskan sumber daya saja IT Alignment Melakukan alignment antara IT dengan terhadap bisnis adalah salah satu upaya yang bertujuan agar IT dapat menghasilkan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh bisnis.ward et al (2002) berpendapat bahwa ada perbedaan antara memiliki hanya memiliki sebuah strategi IS/IT dengan memiliki strategi IS/IT yang memberikan kontribusi terhadap penciptaan nilai/value dari bisnis. Farrell (2003) dalam risetnya menyimpulkan bahwa hasil riset pada beberapa tahun terakhir menemukan bahwa organisasi-organisasi yang melakukan alignment antara IT mereka dengan tujuan korporat, memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak melakukannya. Oleh sebab itu ia

17 32 berpendapat bahwa kesuksesan melakukan IT alignment terhadap tujuan-tujuan korporat menjadi isu yang penting. Konteks mengenai IT alignment ternyata tidak memiliki definisi yang spesifik. Hasil riset yang dilakukan oleh DeLisi et al (2007) mengkonfirmasikan bahwa: 1) Tidak ada definisi mengenai IT alignment yang disepakati secara umum; 2) IT alignment yang optimal sebenarnya merupakan target yang samarsamar dan tidak ada satu bentuk pasti dalam studi tersebut; dan 3) Dalam ketidakhadiran IT alignment yang optimal, beberapa CIO mengadopsi pendekatan-pendekatan yang kreatif yang tampaknya bisa menghasilkan nilai/value bagi perusahaan-perusahaan tempat mereka bekerja. Ward et al (2004) sendiri membagi praktek alignment menjadi 3 bagian, yaitu: 1. Strategic Alignment 2. Internal Alignment 3. Functional Alignment Strategic Alignment Menitikberatkan pada penyelarasan kumpulan aset-aset IT (aplikasi, infrastruktur, layanan, dan manajemen) terhadap strategic intentions dari bisnis. Pertanyaan mendasar yang diajukan untuk penyelarasan jenis ini ialah seberapa baik portfolio aplikasi, infrastruktur, dan layanan dalam mendukung strategic intentions bisnis dan kebutuhan dari operasional bisnis. Pada gambar 2.6. terdapat ilustrasi yang menampilkan portfolio aplikasi yang diselaraskan/aligned dengan (1) strategic intentions perusahaan, dan (2) proses bisnis perusahaan. Sebagai

18 33 akibatnya, maka muncullah 6 jenis pengujian di mana masing-masing pengujian memiliki templatenya masing-masing. Gambar 2.6 Strategic Alignment: 6 Pengujian (Benson et al, 2004a, pp 153) Internal Alignment Menitikberatkan pada seberapa konsistennya kumpulan aset-aset IT yang satu dengan yang lain (dari kumpulan aset-aset IT berupa aplikasi, infrastruktur, layanan, dan manajemen). Akibatnya timbul pertanyaan mengenai seberapa baiknya infrastruktur IT dan layanan IT dalam mendukung aplikasi. Gambar berikut ini mengilustrasikan praktek Internal Alignment.

19 34 Gambar 2.7 IT Internal Alignment: 6 Pengujian (Benson et al, 2004a, pp 154) Functional Alignment Pada prioritasisasi, manajemen menyediakan sumber daya untuk inisiatifinisiatif IT yang diusulkan berdasarkan pertimbangan dampak bottom linenya dan hubungannya ke strategic intentions dari bisnis. Pada banyak perusahaan, sumber daya IT yang didedikasikan untuk aktivitas yang ada biasanya besarnya jauh melebihi inisiatif baru yang hendak dikerjakan. Alokasi sumber-sumber daya ini jarang ditelaah kembali untuk melihat kesinambungan kontribusi terhadap bisnis (Benson et al, 2004a). Functional alignment melanjutkan pengujian ini dengan memperhatikan perihal kualitas, service level, intensitas penggunaan, dan teknologi.

20 Key Performance Indicator (KPI) Kapabilitas organisasi IT tentunya memiliki korelasi dengan kinerja perusahaan di mana organisasi IT tersebut bernaung. Terdapat sebuah korelasi yang tinggi antara kapabilitas IT dan pertumbuhan profit bisnis. Perusahaanperusahaan yang membangun sistem IT dengan kapabilitas tinggi ternyata bertumbuh lebih cepat daripada perusahaan yang tidak melakukannya, dan dilakukan sembari meningkatkan pendapatan dan profit mereka (Robb, 2005). Kapabilitas IT tentunya harus bisa diukur. Ternyata pengukuran memiliki hubungan erat dengan indikator-indikator. Fiorenzo et al, (2007) menyatakan bahwa semua perusahaan, semua aktivitas, semua pekerja membutuhkan indikator-indikator. Indikator mengejawantahkan aktivitas pengukuran secara mendasar (mengevaluasi seberapa baiknya kita melakukan suatu hal), mengedukasi (karena apa yang kita ukur pastilah sesuatu yang dianggap penting; apa yang kita ukur mengindikasikan bagaimana cara kita memberikan nilai/value kepada pelanggan), dan mengarahkan (masalah-masalah potensial dikenali dengan adanya beda nilai antara indikator dengan tujuan/target). Berkaitan dengan pengukuran kinerja yang menggunakan indikator, Parmenter (2007) berpendapat bahwa terdapat 3 macam pengukuran kinerja, di antaranya: 1. Key Result Indicator (KRI), yang memberitahu Anda bagaimana pencapaian kerja Anda berdasarkan suatu perspektif tertentu. 2. Performance Indicator (PI) yang memberitahu Anda apa yang harus Anda lakukan.

21 36 3. Key Performance Indicator (KPI) yang memberitahu Anda apa yang harus Anda lakukan untuk meningkatkan kinerja secara dramatis. Hubungan antara ketiga model ini bisa diibaratkan seperti penampang irisan bawang, seperti yang digambarkan pada gambar berikut ini. Gambar 2.8 Tiga Jenis Pengukuran Kinerja (Parmenter, 2007, pp 2) Key Result Indicators (KRI) Parmenter (2007) mengutarakan bahwa seringkali KRI disalah artikan sebagai KPI. Beberapa contoh KRI di antaranya: Kepuasan pelanggan Keuntungan sebelum pajak Profitabilitas pelanggan Kepuasan karyawan

22 37 Terdapat karakteristik yang umum dari KRI. Kesemuanya merupakan hasil dari banyak aksi, dan dapat memberikan gambaran yang jelas apakah arah yang ditempuh sudah tepat. KRI tidak menginformasikan perihal-perihal yang harus dilakukan untuk memperbaiki/meningkatkan hasil-hasil tadi. Oleh karena itu informasi dari KRI tepat untuk para dewan direksi yang tidak terlibat dalam manajemen keseharian (Parmenter, 2007) Key Performance Indicators (KPI) KPI merepresentasikan sekumpulan ukuran yang berfokus pada aspekaspek dari kinerja organisasi yang sangat kritis untuk tercapainya sukses masa kini dan masa mendatang suatu organisasi. Terdapat 7 karakteristik KPI (Parmenter, 2007), yaitu: 1. Pengukurannya non-finansial (tidak diekspresikan dalam bentuk Rupiah, Dollar, Yen, dan lainnya) 2. Diukur secara berkala (misalkan harian atau bulanan) 3. Ditindaklanjuti oleh CEO dan tim manajemen senior 4. Pemahaman akan pengukuran dan tindakan korektif harus dimengerti oleh semua staf 5. Mengikatkan setiap tanggung jawab ke individual atau tim tertentu 6. Ada dampak signifikannya (misalkan mempengaruhi sebagian besar dari CSF (Critical Success Factor) inti dan lebih dari satu perspektif Balanced Scorecard 7. Ada dampak positifnya (misalkan mempengaruhi semua pengukuran kinerja lainnya secara positif)

23 Anggaran IT dan Tata Kelola Biaya IT Anggaran diciptakan untuk mendukung manajemen fiskal dan menciptakan kejelasan terhadap pembelanjaan yang akan dilakukan sehingga target-target finansial bisa dikomunikasikan dengan para shareholder dan stakeholder. Anggaran perusahaan sendiri adalah bagian dari siklus tahunan perencanaan bisnis. Anggaran IT adalah subset/bagian dari anggaran korporat secara keseluruhan. Hal-hal yang terkandung di dalam anggaran IT antara lain estimasi dari pengeluaran operasional IT dan pengeluaran kapital/capital expenditure IT (Baschab et al, 2007). Salah satu fungsi anggaran yaitu untuk menghadirkan kontrol terhadap pengeluaran selama berjalannya tahun. Manajemen akan membandingkan hasil aktual(realisasi anggaran) dengan perkiraan anggaran, lalu memberikan perhatian terhadap selisih anggaran yang mencolok. Selisih anggaran yang besar bisa saja mengindikasikan adanya permasalahan di dalam operasional atau manajemen, atau asumsi-asumsi yang digunakan di dalam anggaran ternyata sudah berubah. Pada kasus apapun, selisih anggaran akan memicu investigasi (Baschab et al, 2007) Perbedaan Antara Belanja IT Perusahaan Dengan Anggaran Departemen IT Menurut Baschab et al (2007), pembelanjaan perusahaan di IT meliputi elemen-elemen berikut ini: Pengeluaran operasional/operational expenses. Ialah jumlah yang dikeluarkan untuk operasional IT hari per hari di dalam anggaran korporat.

24 39 Belanja modal/capital expenses. Biaya akuisisi untuk aset tetap baru dan proyek jangka panjang Layanan IT dan outsourcing. Pengeluaran untuk layanan teknologi eksternal (konsultasi IT, layanan riset, hosting, dan lainnya) LitBang/R&D. Fungsi-fungsi yang berkaitan dengan penciptaan teknologi (inkubasi produk baru, ekesperimen). Produk baru dan teknologi. Biaya pasca litbang untuk implementasi produk baru dan teknologi baru. Gaji dan benefit untuk staf IT Aplikasi. Termasuk di dalamnya biaya-biaya implementasi dan penyempurnaan sistem aplikasi yang menunjang sistem bisnis yang ada sekarang. Perawatan dan administrasi. Biaya untuk fungsi-fungsi yang dijalankan oleh staf IT dan biaya dasar/baseline cost untuk menjalankan dan merawat sistem. Di sisi lain, anggaran operasional bagi departemen IT meliputi: Pengeluaran untuk operasional IT. Hal ini tidak termasuk pembelanjaan IT yang didanai oleh unit bisnis lain. Biaya implementasi untuk aplikasi dan teknologi baru (selama mereka diimplementasikan di departemen IT). Pengeluaran departemen IT (misalkan gaji personil dan benefit, pembelian software, layanan eksternal).

25 40 Dukungan terhadap aplikasi seperti biaya penyempurnaan sistem aplikasi dan biaya untuk dukungan untuk hal tersebut. Perawatan dan administrasi: Biaya untuk fungsi-fungsi yang dijalankan staf IT dan baseline cost untuk menjalankan dan merawat infrastruktur sistem Komponen Utama Dari Anggaran IT Baschab et al (2007) mengelompokkan komponen-komponen utama dari anggaran IT pada tabel berikut ini. Tabel 2.5 Komponen-Komponen Kunci Dari Anggaran IT (Baschab et al, 2007, pp 498) KOMPONEN ANGGARAN KETERANGAN Hardware Termasuk di dalamnya semua pembelanjaan hardware non kapital Termasuk depresiasi dari aset hardware kapital Software Termasuk di dalamnya semua pembelanjaan software non kapital Termasuk depresiasi dari aset software kapita Biaya pekerja (personil internal) Termasuk di dalamnya gaji dan benefit dari semua personil IT yang tidak termasuk di dalam anggaran kapital Penyedia layanan eksternal Termasuk di dalamnya semua biaya untuk penyedia layanan eksternal, seperti biaya konsultasi, biaya audit security, kontraktor IT Data dan komunikasi Termasuk di dalamnya biaya untuk layanan infrastruktur jaringan, koneksi WAN, manajemen LAN, telpon seluler untuk staf, dan lainlainnya. Bisa juga termasuk biaya dari komunikasi suara Lain-lain Semua pengeluaran lainnya dimasukan ke dalam kategori ini, seperti pelatihan, biaya perekrutan, biaya legal, dan lain-lain.

26 Pemicu Utama Biaya Adapun pemicu-pemicu utama menurut Baschab et al (2007) antara lain: Tabel 2.6 Pemicu Utama Biaya (Baschab et al, 2007, pp 511) DRIVER KETERANGAN Kompleksitas dari lingkungan infrastruktur Kompleksitas infrastruktur meningkatkan biaya support secara dramatis; hal ini juga memicu biaya tak terduga karena sulitnya mengatur lingkungan yang kompleks. Karakteristiknya termasuk hadirnya beberapa platform yang berbeda. Menciptakan faktor resiko di dalam anggaran dan biaya untuk merasionalisasi lingkungan tersebut. Pertumbuhan pendapatan Pertumbuhan pendapatan akan menyebabkan peningkatan biaya untuk mendukung bisnis termasuk penambahan kapasitas server, penambahan biaya untuk dukungan enduser, aplikasi baru untuk dukungan pelanggan, dan lainnya. Semakin meningkatnya pendapatan maka semakin tinggi pula tuntutan tyerhadap IT. Penambahan/pengurangan jumlah karyawan Penambahan/pengurangan jumlah end-user akan memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran IT Penambahan karyawan akan memicu kebutuhan belanja PC dan juga file server dan print server, juga termasuk lisensi software. Pengurangan karyawan tentunya akan mengurangi tuntutan akan hal-hal di atas. Iklim bisnis yang sedang tidak kondusif Bergantung pada sektor di mana perusahaan berkompetisi, organisasi akan merasakan akibat dari resesi dalam hal pertumbuhan sales yang semakin kecil, atau bahkan penurunan sales. Dalam masa resesi, CIO seharusnya menyiapkan pemotongan anggaran dan pemotongan belanja. Mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari dengan memprioritaskan belanja dan proaktif dalam membuat penyesuaian sangat dianjurkan. Akuisisi Akuisisi memicu integrasi IT yang besar jika akuisisi tersebut hendak digabungkan ke dalam bisnis utama Akuisisi akan memicu biaya integrasi sistem IT, lisensilisensi end-user, dan standarisasi platform operasional. Bisa juga termasuk biaya dari komunikasi suara Lain-lain Semua pengeluaran lainnya dimasukan ke dalam kategori ini, seperti pelatihan, biaya perekrutan, biaya legal, dan lainlain.

27 Change Management Organisasi bisa dijabarkan sebagai sebuah sistem yang kompleks yang terdiri dari orang-orang, proses-proses, teknologi, bahan-bahan baku, prosedur/cara kerja, dan struktur. Suatu perubahan yang terjadi di suatu area dalam organisasi akan menimbulkan riak perubahan pula di sisi sisi lainnya dari organisasi tersebut. Harrington et al (2000) berpendapat bahwa ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan tata kelola perubahan, yaitu: 1. Area resiko dari perubahan strategis/strategic change risk areas 2. Area resiko dari perubahan taktis/tactical change risk areas Strategic Risk Areas Dalam kondisi perubahan strategis, hal-hal yang harus diperhatikan, di antaranya (Harrington et al, 2000): 1. Resilience, yaitu kemampuan dari inidividu dan tim untuk menyerap perubahan. Hal yang tercakup di dalamnya antara lain kemampuan untuk menyerap perubahan yang dampaknya signifikan sembari menampilkan perilaku yang minimum terhadap perubahan kualitas dan produktivitas. 2. Change knowledge, yaitu pengetahuan mengenai konsep-konsep perubahan itu sendiri. Tercakup di dalamnya ialah pemahaman yang menyeluruh tentang bagaimana perubahan akan terjadi di organisasi dan terhadap inidividu di dalamnya. 3. Mengelola sumber daya adaptasi, yaitu perihal di mana keputusankeputusan akan perubahan juga memperhatikan/ mempertimbangkan

28 43 penggunaan yang efisien akan sumber daya adaptasi yang ada. Hal ini mencakup penyelarasan dari perubahan-perubahan yang ada, baik yang sedang direncanakan dan yang sedang berjalan, dengan sumber daya yang tersedia untuk menjalankan perubahan tersebut. 4. Membangun arsitektur implementasi, tencakup di dalamnya penggunaan kerangka kerja yang terstruktur namun fleksibel yang menggunakan konsep, teknik, dan perangkat-perangkat yang berkaitan dengan implementasi perubahan Tactical Risk Areas Dalam kondisi perubahan taktis, hal-hal yang harus diperhatikan di antaranya (Harrington et al, 2000): Komitmen dari sponsor Resistansi dari target perubahan Penyelarasan secara kultural Kemampuan dari agen-agen perubahan yang ada Komunikasi mutlak dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan suksesnya perubahan-perubahan yang dilakukan. Broadbent (2005) mengusulkan tiga area di mana komunikasi terhadap perubahan dilakukan secara top-down: Mengartikulasikan nilai IT kepada dan direksi dan shareholder organisasi. Mengidentifikasi dan melaporkan indikator-indikator nilai/value dari IT yang berkaitan dengan nilai/value dari bisnis Menciptakan pengukuran kinerja IT yang efektif, dan dalam bahasa yang relevan dengan bisnis.

29 IT Infrastructure Library (ITIL) Saat ini penggunaan teknologi informasi sudah menjadi tuntutan umum bagi hampir semua organisasi. Tidak jarang pula teknologi informasi bisa menjadi faktor penentu kekompetitifan dari suatu organisasi, asalkan dalam penerapannya bisa menghindari resiko yang mungkin muncul, ada visinya, dieksekusi dengan baik, dan bisa direspon dengan cepat (Applegate et al, 2007). Sistem informasi diharapkan mampu merespon dengan gesit terhadap kehadiran dari kesempatan-kesempatan bisnis yang baru, untuk mendemonstrasikan manajemen finansial yang bertanggung jawab, dan memuaskan pelanggan internal seperti staf dan manajemen maupun pelanggan eksternal melalui sistem-sistem online. Tingkat pelayanan ini hanya bisa dicapai melalui komunikasi yang efektif antara IT dengan lini-lini bisnis yang ada (Pollard et al, 2009). Kemudian muncul suatu strategi manajemen layanan IT yang dinamakan sebagai IT Service Management (ITSM), yang mana sistem informasi ditawarkan kepada pelanggan dalam suatu ikatan kontrak dan kinerjanya dikelola sebagai sebuah layanan. Pollard et al (2009) juga menyatakan bahwa ITSM memberikan benefit nyata bagi organisasi IT dengan menjadikannya lebih bersifat adaptif, fleksibel, efektif secara biaya, dan berorientasi terhadap layanan. ITSM mendorong perubahan yang fundamental di dalam organsiasi IT termasuk di antaranya proses-proses di dalamnya, aset-set teknologi, vendor-vendor, pengerahan personil, dan bagaimana staf IT bisa memahami peran mereka secara organisasi. Addy (2007) menambahkan bahwa definisi dari IT Service Management ialah:

30 45 IT Service Management adalah penggunaan yang terrencana dan terkendali dari aset-aset IT (termasuk di dalamnya sistem, infrastruktur, dan peralatan/tool), orang-orang, dan proses-proses untuk mendukung kebutuhan operasional dari bisnis secara efisien sembari memastikan bahwa organisasi tetap memiliki kemampuan untuk bereaksi secara cepat dan efektif terhadap hal-hal yang di luar perencanaan, situasi yang berubah, dan kebutuhan bisnis baru, dan di sisi lain juga secara terus menerus mengevaluasi proses-proses tersebut dan kinerjanya guna mengidentifikasi dan mengimplementasi kesempatan-kesempatan untuk perbaikan/peningkatan. Salah satu kerangka kerja yang cukup umum digunakan dalam manajemen layanan IT adalah Information Technology Infrastructure Library (ITIL). Menurut Addy (2007) standar dapat menciptakan pemahaman bersama akan sesuatu hal yang memungkinkan pihak-pihak yang berbeda untuk menyampaikan sesuatu dalam sebuah keseragaman. Hal ini memungkinkan sebuah benda menjadi komoditas sehingga prinsip ekonomi pasar bebas bisa diterapkan dan pengurangan biaya bisa dicapai untuk barang-barang yang memiliki standar tersebut. ITIL adalah suatu standar yang pada awalnya dikembangkan untuk digunakan oleh Pemerintah Inggris. Seiring perkembangannya ITIL bisa menjadi panduan untuk perbaikan proses bagi para profesional-profesional di bidang IT dalam membangun fondasi yang kokoh dalam mencapai kesempurnaan layanan/service excellence sembari memenuhi persyaratan/batasan dari anggaran dan regulasi. ITIL terdiri dari kumpulan pendekatan-pendekatan yang masuk akal

31 46 secara umum terhadap manajemen layanan, yaitu mengadaptasi kerangka kerja bersama atas praktek-praktek yang menyatukan semua area dari semua layanan IT terhadap satu tujuan yaitu memberikan value/nilai kepada bisnis. Daftar berikut ini mendefinisikan karakteristik utama dari ITIL (Office of Government Commerce, 2007): Tidak terikat/non proprietary Praktek-parktek manajemen layanan ITIL dapat diaplikasikan ke dalam organisasi IT apapun karena tidak berlandaskan teknologi/platform apapun atau tipe industri tertentu. ITIL dimiliki oleh Pemerintah Inggris dan tidak terikat dengan praktek-praktek komersial atau solusi tertentu. Tidak bersyarat/non-prescriptive ITIL menawarkan praktek-praktek yang matang, kuat, dan teruji oleh waktu dan memiliki aplikabilitas terhadap semua jenis organsiasi berbasis layanan. ITIL tetap berlanjut menjadi sesuatu yang memiliki kegunaan dan tetap relevan baik di sektor publik maupun privat, untuk penyedia layanan internal dan eksternal, perusahaan besar, menengah, dan kecil, dan di dalam lingkungan teknis apapun. Praktek terbaik/best practice Manajemen layanan ITIL merupakan pengejawantahan dari pengalaman belajar dan pemikiran-pemikiran terkemuka dari penyedia layanan terbaik di muka bumi ini. Praktek yang baik/good practice Tidak semua praktek pada ITIL dapat dikategorikan sebagai 'best practice'. Untuk banyak kasus, perpaduan dari praktek-praktek yang terbaik, praktek

32 47 yang baik, dan praktek yang umum adalah sesuatu yang memberikan pengertian dalam perihal ketercapaian/achievability terhadap ITSM. Semua best practice pada ujung-ujungnya akan menjadi praktek yang umum, digantikan oleh praktek terbaik yang lebih baru. Siklus hidup layanan ITIL memiliki 5 elemen yang dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 2.9 ITIL Service Lifecycle (Office of Government Commerce, 2007, pp 19) IT Governance Perusahaan-perusahaan mengelola banyak aset seperti orang-orang di dalamnya, uang, gedung/fasilitas, dan hubungan dengan pelanggan mereka.

33 48 Selain hal-hal tadi, informasi dan teknologi yang mengumpulkan, menyimpan, dan menyampaikan informasi juga termasuk aset yang dikelola oleh perusahaanperusahaan dan bisa jadi merupakan aset-aset yang paling membingungkan. Kebutuhan bisnis terus menerus berubah, sementara sistem, setelah ditempatkan, biasanya relatif stabil/tidak berubah. Menurut penelitian Weill et al (2004), perusahaan-perusahaan yang berkinerja sangat baik mendapatkan hasil balik dari investasi IT mereka lebih besar 40 persen dibandingkan dengan kompetitor mereka karena perusahaanperusahaan ini meraih sukses karena mereka mengimplementasikan IT governance yang efektif dalam mendukung strategi mereka. Weill et al (2004) mendefinisikan IT governance sebagai berikut: Menentukan kerangka kerja untuk hal-hak pengambilan keputusan dan akuntabilitas demi mendukung perilaku yang diharapkan dalam perihal penggunaan IT/use of IT. IT Governance Institute (ITGI) di situsnya menyatakan bahwa proses IT governance bermulai dari menentukan tujuan dari IT perusahaan dan menyediakan arahan awal. Berikutnya sebuah siklus yang berkelanjutan akan dijalankan, yaitu: kinerja yang diukur dan dibandingkan dengan tujuan. Dari sini akan didapatkan hasil berupa perubahan arah dari aktivitas-aktivitas dimana diperlukan, dan perubahan tujuan jika memang harus dilakukan. Proses IT governance ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

34 49 Gambar 2.10 Proses IT Governance menurut ITGI (IT Governance Institute/ITGI, 2010) IT Profit Model Dalam banyak organisasi, jurang pemisah antara manajemen bisnis dan manajemen IT bisa menghambat komunikasi dan kerjasama yang efektif. Para manajer IT cenderung berfokus pada hal-hal yang bersifat detil teknis, dan tidak bisa dipahami oleh kebanyakan manajer-manajer senior lainnya. Pada kasus tersebut manajer-manajer IT tidak berbicara dalam bahasa bisnis. Sebagai akibatnya CEO dan para manajer yang lain berpaling kepada ukuran finansial dalam melakukan hubungan dengan hal-hal seputar IT (Benson et al, 2004a). Hal-hal ini sebenarnya bisa dihindari jika para manajer bisnis mengerti akan peran IT terhadap profitabilitas, dan manajer IT mampu berbicara dengan bahasa bisnis kepada para manajer-manajer lain tersebut. Di sinilah fungsi IT Profit Model yang bisa menggambarkan hubungan antara IT dengan profitabilitas

35 50 perusaahaan. Benson et al (2004b) mengusulkan empat hal yang harus dipenuhi dalam menyusun IT Profit Model, yaitu: 1. Mengaplikasikan IT Profit Model yang cukup sederhana yang bisa diterima/dipahami oleh para manajer-manajer bisnis 2. Menyadari bahwa IT terdiri atas beberapa hal yang berlainan, dan tidak mungkin satu IT Profit Model bisa menjelaskan kesemuanya 3. Bergantunglah kepada manajer-manajer bisnis dalam pengembangan dan aplikasi IT Profit Model 4. Mengembangkan proyek-proyek yang tepat Salah satu bentuk hubungan antara IT dengan profitabilitas dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 2.11 IT Profit Model (Benson et al, 2004b, pp 22)

36 51 Benson et al (2004b) juga menyatakan bahwa IT Profit Model dapat dibangun dengan memecah-mecah IT ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil (misalkan portfolio aplikasi, portfolio proyek, portfolio infrastruktur) dan mengaplikasikan profit model ke setiap komponen-komponen tersebut. Pembahasan mengenai IT Profit Model menutup bab II dari tesis ini. Bab III dari tesis ini akan menjabarkan metodologi penyusunan IS Strategic Planning untuk CNI Indonesia dan landasan-landasan pemikiran dari metodologi yang digunakan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Praktek New Information Economics (NIE). Setiap perusahaan yang me-investasikan IT, mengharapkan adanya nilai dari investasi IT itu sendiri bagi kelangsungan bisnis perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Landasan Pemikiran

BAB III METODOLOGI. 3.1 Landasan Pemikiran BAB III METODOLOGI 3.1 Landasan Pemikiran Nilai/value dari penggunaan IT dalam suatu perusahaan dapat diraih dengan penerapan manajemen strategis IT. Nilai/ value ini bisa saja berupa penghematan biaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. konsep-konsep New Information Economics (NIE).

BAB 2 LANDASAN TEORI. konsep-konsep New Information Economics (NIE). BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum Teori-teori berikut merupakan teori yang digunakan untuk mendukung konsep-konsep New Information Economics (NIE). 2.2.1 Sistem Menurut Mathiassen (2000, p9), system

Lebih terperinci

Jurusan Sistem Informasi, Universitas Bina Nusantara; 2) Fakultas Ekonomi, Universitas Bina Nusantara; 3)

Jurusan Sistem Informasi, Universitas Bina Nusantara; 2) Fakultas Ekonomi, Universitas Bina Nusantara; 3) ANALISIS INVESTASI SISTEM APLIKASI YANG BERJALAN DAN PROYEK SISTEM INFORMASI MENGGUNAKAN METODE NEW INFORMATION ECONOMICS PADA ADANDU (PT NUANSA ASPIRASI BENING, JAKARTA) Hudiarto 1) ; E.A. Kuncoro 2)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada sub bab ini berisi teori-teori umum yang digunakan sebagai

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada sub bab ini berisi teori-teori umum yang digunakan sebagai BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-Teori Umum Pada sub bab ini berisi teori-teori umum yang digunakan sebagai landasan dasar dalam penulisan skripsi New Information Economics (NIE). 2.1.1 Sistem Menurut McLeod

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terdiri atas penggunaan software, hardware, dan fasilitas komunikasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. terdiri atas penggunaan software, hardware, dan fasilitas komunikasi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Layanan Sistem dan Teknologi Informasi Layanan Sistem dan Teknologi Informasi (STI) adalah layanan yang terdiri atas penggunaan software, hardware, dan fasilitas komunikasi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk menjawab pertanyaan Apakah Strategi TI Bank Indonesia sudah sesuai dan sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Teori Umum Teori teori berikut adalah teori yang digunakan untuk mendukung konsep New Information Economics (NIE). 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem informasi menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memberikan beberapa landasan teori, meliputi teori di bidang tata kelola TI, dan pengelolaan investasi TI yang digunakan dalam penelitian. 2.1 Definisi Sebelum lebih jauh,

Lebih terperinci

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI Titien S. Sukamto Pengantar Dalam proses mencapai keselarasan dan dampaknya, diperlukan adanya pemahaman akan lingkungan bisnis dan teknologi,

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Nilai (Value) Nilai dalam bahasa yunani axia yang berarti berharga, namun ada perbedaan konsep antara harga dan nilai dalam bahasa Indonesia. Nilai bermakna sesuatu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Program Studi Strata I Skripsi Sarjana Komputer

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Program Studi Strata I Skripsi Sarjana Komputer UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Informasi Program Studi Strata I Skripsi Sarjana Komputer ANALISIS MANFAAT KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE NEW INFORMATION ECONOMICS

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rencana Strategis Bisnis Rencana strategis bisnis berisi sekumpulan arahan strategi yang akan dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada. Adapun arahan strategi yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Layanan Sistem dan Teknologi Informasi Layanan Sistem dan Teknologi Informasi (STI) merupakan sebuah layanan yang memanfaatkan kegunaan dari software, hardware, dan fasilitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari penggunaan hardware, software, dan fasilitas komunikasi lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari penggunaan hardware, software, dan fasilitas komunikasi lainnya yang BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Layanan Sistem dan Teknologi Layanan Sistem dan Teknologi Informasi (STI) merupakan layanan yang berasal dari penggunaan hardware, software, dan fasilitas komunikasi lainnya yang

Lebih terperinci

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention)

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention) L1 Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan Arahan Strategi ( Strategic Intention) Untuk menjawab pertanyaan dibawah ini menggunakan format skor dengan skala ( 0-5 ) dan lingkari skor yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah :

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah : 19 BAB III METODOLOGI 3.1. Komponen Sebuah Perencanaan Penyusunan sebuah perencanaan terdiri atas beberapa komponen. Pada proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

BEST PRACTICES ITG di Perusahaan. Titien S. Sukamto

BEST PRACTICES ITG di Perusahaan. Titien S. Sukamto BEST PRACTICES ITG di Perusahaan Titien S. Sukamto Beberapa Best Practices Guideline untuk Tata Kelola TI 1. ITIL (The Infrastructure Library) ITIL dikembangkan oleh The Office of Government Commerce (OGC),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi New Information Economics (NIE).

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi New Information Economics (NIE). 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-Teori Umum Pada sub bab ini berisi teori-teori umum yang menjadi landasan dasar dalam penulisan skripsi New Information Economics (NIE). 2.1.1 Sistem Menurut O Brien (2003,p8),

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi LAMPIRAN Lampiran A. Hasil kuisioner Proses TI PO Menentukan Arsitektur Informasi Responden Adanya kesadaran bahwa arsitektur informasi penting bagi organisasi Pengetahuan untuk mengembangkan arsitektur

Lebih terperinci

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE MENGGUNAKAN COBIT ( CONTROL OBJECTIVES FOR INFORMATION AND RELATED TECHNOLOGY ) VERSI 3.0 PADA INSTITUSI PENDIDIKAN Wahyuni Program Studi Sistem Informasi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TEORI DASAR 2.1.1. Peranan COBIT dalam tata kelola TI COBIT adalah seperangkat pedoman umum (best practice) untuk manajemen teknologi informasi yang dibuat oleh sebuah lembaga

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan

LAMPIRAN LAMPIRAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan LAMPIRAN LAMPIRAN I. KUISIONER HUBUNGAN LIGHTS-ON DAN PROYEK DENGAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan dan staf senior dari departemen

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Media Indormatika Vol. 8 No. 3 (2009) PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto

BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto Balanced Scorecard (BSC) BSC dikembangkan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1992. BSC merupakan sebuah Performance Management System yang memungkinkan

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto Pengembangan Strategi SI/TI Mengembangkan sebuah strategi SI/TI berarti berpikir secara strategis dan merencanakan manajemen yang efektif untuk jangka waktu

Lebih terperinci

IT GOVERNANCE (TATA KELOLA IT)

IT GOVERNANCE (TATA KELOLA IT) with COBIT Framework introductory IT GOVERNANCE (TATA KELOLA IT) Oleh: Ahmad Syauqi Ahsan 1 Tujuan Memahami manfaat IT Governance Mengerti kapan perlu mengaplikasikan IT Governance Mengerti prinsip2 dasar

Lebih terperinci

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak EVALUASI PERAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KOPERASI SWADHARMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MATURITY LEVEL PADA KERANGKA KERJA COBIT PADA DOMAIN PLAN AND ORGANISE RAHMADINI DARWAS Program Magister Sistem Informasi

Lebih terperinci

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) adalah seperangkat praktik terbaik (kerangka) untuk teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan munculnya teknologi-teknologi baru yang lebih inovatif

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan munculnya teknologi-teknologi baru yang lebih inovatif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi (TI) saat ini berkembang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya teknologi-teknologi baru yang lebih inovatif dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. dijalankan oleh PT. Huabei Petroleum Service. Adapun arahan strategi yang diperoleh adalah sebagai berikut:

BAB 4 HASIL PENELITIAN. dijalankan oleh PT. Huabei Petroleum Service. Adapun arahan strategi yang diperoleh adalah sebagai berikut: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Rencana Strategi Bisnis Rencana strategis bisnis berisi sekumpulan arahan strategi yang akan dijalankan oleh PT. Huabei Petroleum Service. Adapun arahan strategi yang diperoleh

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER. PO 1 : Define a strategic IT Plan Pendefinisian Perencanaan Strategi TI

LAMPIRAN 1 KUESIONER. PO 1 : Define a strategic IT Plan Pendefinisian Perencanaan Strategi TI L1 LAMPIRAN 1 KUESIONER Pilihan Jawaban : 1 : Tidak Setuju 2 : Kurang Setuju 3 : Setuju 4 : Sangat Setuju PO 1 : Define a strategic IT Plan Pendefinisian Perencanaan Strategi TI Maturity Level 0 : Non-existent

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN (MATURITY LEVEL) TEKNOLOGI INFORMASI PADA PUSTAKA MENGGUNAKAN COBIT 4.1

ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN (MATURITY LEVEL) TEKNOLOGI INFORMASI PADA PUSTAKA MENGGUNAKAN COBIT 4.1 ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN (MATURITY LEVEL) TEKNOLOGI INFORMASI PADA PUSTAKA MENGGUNAKAN COBIT 4.1 Angga Pratama Teknik Informatika, Universitas Malikussaleh Jl. Cot Tengku Nie Reuleut Muara Batu, Aceh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. signifikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber bahan bakar fosil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. signifikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber bahan bakar fosil yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi energi dunia setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber bahan bakar fosil yang cukup besar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2005/2006 MENGEVALUASI KINERJA APLIKASI K SOFT DAN MENENTUKAN PRIORITAS PENERAPAN APLIKASI SHAGA ERP DENGAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir PT. Tawada Graha yang menjadi obyek dari tulisan kami menjalankan bisnis mereka secara tradisional. Tidak ada perencanaan strategis jangka panjang yang

Lebih terperinci

COST BENEFIT INVESTASI TIK 8-A

COST BENEFIT INVESTASI TIK 8-A Modul PJJ Mata Ajar COST BENEFIT INVESTASI TIK Topik Bahasan STRATEGI MENILAI MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI Versi 2013/1.0 Nama File CBIT-8A-StrategiMenilai.pdf Referensi Pembelajaran 8-A 82 15. Strategi

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana: LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah nilai bobot antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali. Sangat sedikit hubungannya. Sedikit hubungannya Cukup berhubungan. Memiliki

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

MENETAPKAN STRATEGI SISTEM INFORMASI BISNIS Titien S. Sukamto

MENETAPKAN STRATEGI SISTEM INFORMASI BISNIS Titien S. Sukamto MENETAPKAN STRATEGI SISTEM INFORMASI BISNIS Titien S. Sukamto Menetapkan Strategi SI Sistem dan informasi sudah ada dan dijalankan secara normal Strategi harus mengidentifikasi apa yang sebenarnya diperlukan

Lebih terperinci

KONSEP TATA KELOLA TI

KONSEP TATA KELOLA TI KONSEP TATA KELOLA TI Pertemuan ke 2 Mata Kuliah Tata Kelola dan Audit Sistem Informasi Diema Hernyka S, M.Kom Konsep IT Governance Outline : Pentingnya Tata Kelola TI Perbedaan Manage dan Govern Definisi

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR

PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR Natalis Sariman Simbolon 1), Febriliyan Samopa ) 1) Magister

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Informasi Peminatan Corporate Information System Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2005/2006 ANALISIS SISTEM APLIKASI YANG BERJALAN DAN RENCANA PROYEK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh setiap organisasi. Hal inilah yang seringkali membuat organisasi terus menerus melakukan perbaikanperbaikan yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah skor antara dimana: Tidak berhubungan sama sekali Sangat sedikit hubungannya Sedikit berhubungan Cukup berhubungan Memiliki hubungan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah mengubah pola dan cara beraktivitas pada organisasi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Terdapat suatu ungkapan dalam manajemen modern, yaitu : Mengukur adalah untuk mengerti (memahami), Memahami adalah untuk memperoleh pengetahuan, Memperoleh

Lebih terperinci

RANGKUMAN SIM BAB 14 Mengelola Rancangan Proyek (Managing Projects)

RANGKUMAN SIM BAB 14 Mengelola Rancangan Proyek (Managing Projects) RANGKUMAN SIM BAB 14 Mengelola Rancangan Proyek (Managing Projects) A. PENTINGNYA MANAJEMEN RANCANGAN PROYEK Ada tingkat kegagalan yang sangat tinggi antara proyek-proyek sistem informasi. Di hampir setiap

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka 1. Pendahuluan Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi (TI), Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi (TI) dan sistem informasi (SI), penggunaan komputer dalam

Lebih terperinci

MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5

MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5 MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5 Rahmi Eka Putri Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Andalas e-mail : rahmi230784@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Informasi Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2005/2006 ANALISIS SISTEM APLIKASI YANG BERJALAN DAN RENCANA PROYEK DENGAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Sejarah Metode New Information Economics (NIE) mengkuantifikasikan biaya (cost) dan manfaat (benefit) dari proyek TI.

BAB 2 LANDASAN TEORI Sejarah Metode New Information Economics (NIE) mengkuantifikasikan biaya (cost) dan manfaat (benefit) dari proyek TI. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Khusus 2.1.1 Sejarah Metode New Information Economics (NIE) 2.1.1.1 Information Economics (IE) Information Economics merupakan sekumpulan peralatan (tools) komputasional

Lebih terperinci

PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya)

PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya) PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya) Agus Hermanto [9112205310] Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Hari Ginardi, M.Kom PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satunya adalah penelitian yang melakukan analisa lingkungan internal dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satunya adalah penelitian yang melakukan analisa lingkungan internal dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan kajian. Berikut ini adalah pemaparan secara singkat yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Pelayanan akademik dalam pekerjaan teknis administrasi, Menurut (Kotler

BAB III LANDASAN TEORI. Pelayanan akademik dalam pekerjaan teknis administrasi, Menurut (Kotler BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pelayanan Akademik Pelayanan akademik dalam pekerjaan teknis administrasi, Menurut (Kotler & Lee, 2008) setiap kegiatan yang ditawarkan dan dilakukan baik secara fisik maupun

Lebih terperinci

Model Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework Cobit Pada Proses Pendidikan Dan Pelatihan Pengguna

Model Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework Cobit Pada Proses Pendidikan Dan Pelatihan Pengguna Model Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework Cobit Pada Proses Pendidikan Dan Pelatihan Pengguna Rini Astuti Unit Sumber Dya Informasi Institut Teknologi Bandung riniastuti2001@yahoo.com

Lebih terperinci

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih Project Integration Management Binsar Parulian Nababan 201381156 Sutrisno 201381129 Diphda Antaresada 201581294 Adrian Kosasih 201581301 Kunci Sukses Proyek Keseluruhan: Manajemen Integrasi Proyek yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan teknologi yang ada. Adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Strategi Definisi strategi secara umum adalah rencana tindakan atau kebijaksanaan yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan. Dan menurut beberapa ahli, strategi adalah arah dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Menurut Robbins dan Coulter dalam Tisnawatisule dan Saifullah (2005), perencanaan sebagai sebuah proses yang dimulai dari penerapan tujuan organisasi, menentukan strategi

Lebih terperinci

ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE

ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE Aullya Rachmawati1), Asro Nasiri2) 1,2) Magister Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umum Pada sub bab ini berisi tentang teori-teori dasar atau umum dari berbagai sumber yang menjadi landasan dalam pembuatan skripsi New Information Economics.

Lebih terperinci

Manejemen Pusat Data

Manejemen Pusat Data Manejemen Pusat Data Modul ke: 03 Fakultas Ilmu Komputer ITSM (Management Layanan Teknologi Informasi) Dian Wirawan, S.Kom, M.Kom Program Studi Teknik Informatika ITSM (BERBASIS ITIL V3) Management Pusat

Lebih terperinci

Hudiarto; Hernanda Raditya; Cecep Supriyatna; M. Ichsan Amrin

Hudiarto; Hernanda Raditya; Cecep Supriyatna; M. Ichsan Amrin METODE NEW INFORMATION ECONOMICS UNTUK MENGANALISIS MANAJEMEN DEPARTEMEN TEKNOLOGI INFORMASI PT. TEIJIN INDONESIA FIBER CORPORATION (TIFICO), Tbk. TANGERANG Hudiarto; Hernanda Raditya; Cecep Supriyatna;

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi dengan menggunakan Metode Information Economics Evaluasi sistem dan teknologi informasi dengan metode

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perencanaan Audit Sistem Informasi Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan beberapa tahap perencanaan audit. Hasil perencanaan audit

Lebih terperinci

Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis

Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis Untuk memaksimalkan laba dari investasi infrastruktur e-bisnis, perlu pemahaman tentang bagaimana perusahaan dalam menerapkan e-bisnis. Penelitian menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES

STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES Dafid Sistem Informasi, STMIK GI MDP Jl Rajawali No.14 Palembang dafid@stmik-mdp.net Abstrak Layanan penjualan

Lebih terperinci

KONSEP STRATEGI BISNIS DAN IMPLIKASI STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

KONSEP STRATEGI BISNIS DAN IMPLIKASI STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto KONSEP STRATEGI BISNIS DAN IMPLIKASI STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto Manajemen Strategi Bisnis Saat ini sebagian besar organisasi menyadari bahwa strategi sistem informasi harus dikembangkan dalam konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Idealnya, setiap manajemen perusahaan memerlukan suatu alat ukur untuk mengetahui seberapa baik performa perusahaan. Objek yang selalu diukur adalah bagian keuangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teknologi informasi menjadi bagian yang signifikan bagi perusahaan maupun instansi pemerintahan. Teknologi informasi berperan dalam mendukung tujuan bisnis perusahaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Dasar Enterprise Arsitektur 3.1.1. Enterprise Architecture Enterprise Architecture atau dikenal dengan arsitektur enterprise adalah deskripsi yang didalamnya termasuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Teknologi informasi (TI) yang terus berkembang memberi berbagai kemudahan bagi banyak dunia bisnis dalam meningkatkan efisiensi. Manfaatnya yang besar khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai sudut pandang yang meliputi tujuan, manfaat maupun finansial.

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai sudut pandang yang meliputi tujuan, manfaat maupun finansial. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dalam dunia bisnis tidak lepas kaitannya dengan sisi ekonomi dari bisnis tersebut. Segala bentuk implementasi teknologi informasi selalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. efektivitas dan efisiensi bisnis dari berbagai segi terutama waktu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. efektivitas dan efisiensi bisnis dari berbagai segi terutama waktu dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketatnya persaingan yang dihadapi perusahaan-perusahaan di Indonesia saat ini membuat pihak manajemen perusahaan harus melihat efektivitas dan efisiensi bisnis dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. Visi yang dimiliki oleh BSI UMY adalah menjadi Biro yang mampu meningkatkan posisi UMY sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI. menghubungkan strategi dan perencanaan TI dengan bisnis strategic intention. Konteks strategi bisnis

BAB 4 PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI. menghubungkan strategi dan perencanaan TI dengan bisnis strategic intention. Konteks strategi bisnis BAB 4 PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI 4.1 Demand/ Supply Planning Demand/ Supply Planning merupakan kebutuhan strategi TI sebagai demand dan perencanaan strategi TI sebagai solusi kebutuhan TI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan bisnis yang begitu kompetitif dan cepat berubah,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan bisnis yang begitu kompetitif dan cepat berubah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang begitu kompetitif dan cepat berubah, perusahaan semakin menyadari manfaat potensial yang dihasilkan oleh Teknologi Informasi (TI). Banyak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Latar Belakang CMMI (Capability Maturity Model Integration) Menurut Dennis M. Ahern, Aaron Clouse, dan Richard Turner, dalam buku mereka yang berjudul CMMI Distilled: A Practical

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHAPTER 5

DAFTAR ISI CHAPTER 5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 CHAPTER 5 ANOTHER INTERNAL CONTROL FRAMEWORK : CobiT 5.1 Pengantar COBIT... 3 5.2 Kerangka COBIT 4 5.3 Menggunakan COBIT untuk Menilai Pengendalian Intern... 6 5.4 Langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Layanan yang memanfaatkan penggunaan software, hardware, dan fasilitas

BAB II LANDASAN TEORI. Layanan yang memanfaatkan penggunaan software, hardware, dan fasilitas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Layanan Sistem dan Teknologi Infromasi Layanan yang memanfaatkan penggunaan software, hardware, dan fasilitas komunikasi yang berguna dalam akses informasi kepada pelanggan/ pengguna

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN 3.1. Analisis dan Pemberian Bobot Nilai Metode yang digunakan dalam memberikan bobot nilai untuk IE versi kedua (Parker, 1996) diambil dari IE versi pertama (Parker, 1988).

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Oleh : Ariyan Zubaidi 23509025 MAGISTER INFORMATIKA SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

1.1. Profil Perusahaan Sejarah Perusahaan

1.1. Profil Perusahaan Sejarah Perusahaan BAB I PENDAHULUAN Saat ini perkembangan industri dan bisnis di Indonesia tidak lepas dari peran perkembangan teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat dan semakin kompleks,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini membahas tentang identifikasi kendali dan memperkirakan resiko, mengumpulkan bukti, mengevaluasi temuan, sampai dengan membuat rekomendasi audit pengembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Informasi atau Information Technology (IT) dalam bisnis telah mengalami perubahan dan perkembangan yang lumayan cepat sejak TI pertama kali di perkenalkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Sistem Informasi Information System (IS) atau yang dikenal dengan Sistem Informasi (SI) oleh Oetomo (2002, p11) didefinisikan sebagai kumpulan elemen yang

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada saat ini persaingan didalam dunia bisnis semakin ketat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada saat ini persaingan didalam dunia bisnis semakin ketat sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini persaingan didalam dunia bisnis semakin ketat sehingga berbagai cara dilakukan oleh perusahaan agar mampu bersaing dengan para kompetitornya. Salah satu

Lebih terperinci

Framework Penyusunan Tata Kelola TI

Framework Penyusunan Tata Kelola TI Bab IV Framework Penyusunan Tata Kelola TI Dalam bab ini akan dibahas tahapan-tahapan dalam penyusunan tata kelola TI Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Terdapat beberapa tahapan dalam penyusunan tata kelola

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. 1 Tinjauan Teoretis 2.1. 1 Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Teknologi Informasi saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dan terintegrasi dengan tujuan bisnis organisasi. Bagaimana teknologi

1. Pendahuluan Teknologi Informasi saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dan terintegrasi dengan tujuan bisnis organisasi. Bagaimana teknologi 1. Pendahuluan Teknologi Informasi saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dan terintegrasi dengan tujuan bisnis organisasi. Bagaimana teknologi informasi diaplikasikan dalam suatu organisasi akan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Manajemen dan Perencanaan Strategis SI/TI (Pertemuan Pertama) Perencanaan Strategis Sistem Informasi (Ward-Peppard)

Sistem Informasi Manajemen dan Perencanaan Strategis SI/TI (Pertemuan Pertama) Perencanaan Strategis Sistem Informasi (Ward-Peppard) Sistem Informasi Manajemen dan Perencanaan Strategis SI/TI (Pertemuan Pertama) Perencanaan Strategis Sistem Informasi (Ward-Peppard) 1 Pokok Bahasan dalam Perencanaan Strategis Sistem Informasi (Ward-Peppard)

Lebih terperinci

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) Pengertian Cobit COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi semakin menyadari manfaat potensial yang dihasilkan oleh Information

BAB I PENDAHULUAN. organisasi semakin menyadari manfaat potensial yang dihasilkan oleh Information BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang begitu kompetitif dan cepat berubah, organisasi semakin menyadari manfaat potensial yang dihasilkan oleh Information Technology (IT).Kunci

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.

Lebih terperinci