BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. commission pada PT X yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya,
|
|
- Yandi Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara studi dokumen dan pengamatan partispatif atas kasus handling commission pada PT X yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya, maka Peneliti menyampaikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-145/PJ/2010 yang diterbitkan pada tanggal 22 Desember 2010 tidak dapat diberlakukan retroaktif (berlaku surut) sejak 1 April Peraturan yang memiliki daya berlaku surut digunakan sebagai cara mencegah Wajib Pajak melakukan tindakan penghindaran pajak akibat mengetahui beberapa celah-celah hukum suatu peraturan perpajakan, namun pemberlakuan tersebut akan menimbulkan dampak berupa sanksi adminstrasi dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang berhubungan dengan jangka waktu pembayaran dan pelaporan kewajiban perpajakan sehingga tidak memenuhi asas keadilan apabila peraturan retoraktif tersebut diberlakukan. Dalam Putusan Pengadilan Pajak No. PUT-aaaaa/PP/ M.VI./16/2013 yang diucapkan pada tanggal 21 Nopember 2013 juga menolak pelaksanaan Surat Edaran Dirjen Pajak No. 145/PJ/2010 yang diterbitkan pada tanggal 22 Desember 2010 untuk dapat yang diberlakukan secara retroaktif (berlaku surut) sejak tanggal 1 April
2 Disamping itu, Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-145/PJ/2010 yang menerapkan prinsip tempat asal (origin/purchase destination) bertentangan dengan definisi PPN sebagaimana dijabarkan dalam penjelasan umum dari Undang-Undang PPN No.42 Tahun 2009 bahwa PPN adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi, dimana dalam hal ini menganut prinsip tempat tujuan (destination principle). 2. Sebaliknya Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-08/PJ.52/1996 yang diterbitkan pada tanggal 29 Maret 1996 tentang PPN atas Jasa Perdagangan menganut prinsip tempat tujuan (destination principle) dimana PPN dipungut ditempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi. Dengan demikian, Surat Edaran Dirjen Pajak SE-08/PJ.52/1996 tidak bertentangan dengan Penjelasan Umum UU PPN No. 42 Tahun 2009 sampai Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-145/PJ/2010 diterbitkan pada tanggal 22 Desember 2010 dan menyatakan bahwa Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-08/PJ.52/1996 tidak berlaku lagi. Berdasarkan tinjauan pustaka dan putusan Pengadilan Pajak, Peneliti berkesimpulan bahwa untuk periode transisi yaitu April sampai dengan Desember 2010, dengan tidak dapat diberlakukan secara retroaktif Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-145/PJ/2010 sebagaimana dijelaskan di atas dan belum dicabutnya Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-08/PJ.52/1996, maka Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-08/PJ.52/1996 masih tetap berlaku. Disamping itu, argumentasi yang menguatkan kesimpulan Peneliti adalah bahwa dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h UU PPN No. 42 Tahun 2009 mengatur 140
3 ketentuan mengenai pengenaan PPN atas ekspor jasa dengan tarif 10% (origin/purchase principle), sedangkan dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c UU PPN No. 42 Tahun 2009 mengatur pengenaan PPN atas ekspor jasa dengan tarif 0% (destination principle). Dengan demikian, peraturan-peraturan yang mengatur mengenai PPN tidak dikenakan/dibebaskan (destination principle) atas jasa perdagangan adalah Penjelasan Umum dari UU PPN No. 42 Tahun 2009 beserta petunjuk teknisnya yaitu Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-08/PJ.52/1996, sebelum dicabut dan digantikan dengan Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-145/PJ/2010 pada tanggal 22 Desember Penerapan destination principle dan origin/purchase principle secara simultan oleh suatu negara tidak direkomendasikan oleh OECD, karena akan terjadi distorsi (tidak netral) atas kegiatan ekspor dan impor dalam bentuk terjadinya pajak berganda (double taxation) atau tidak terjadinya/terhindar pajak sama sekali (no taxation at all/absence of tax). Semakin banyak jurisdiksi/negara mengadopsi pendekatan yang sama (dengan menggunakan destination principles yang diadopsi oleh banyak negara), semakin besar pengurangan kompleksitas, ketidakpastian, risiko pajak berganda dan tidak terjadinya pajak sama sekali. Akan tetapi, untuk menerapkan prinsip tempat tujuan (destination principle) bagi perdagangan internasional di bidang jasa (services) dan barang tidak berwujud (intangible goods) lebih sulit dibandingkan dengan perdagangan internasional untuk barang (tangible goods). Sifat jasa dan barang tidak berwujud adalah sedemikian rupa sehingga mereka tidak dapat 141
4 dikenakan kontrol perbatasan (border control/border adjustments) dengan cara yang sama seperti halnya diterapkan untuk barang. Oleh karena jasa dan barang tidak berwujud bersifat abstrak, maka sulit untuk menentukan tempat penyerahan/tempat dimana jasa dan barang tidak berwujud tersebut dikonsumsi dan kebenaran akan terjadinya ekspor jasa dan barang tidak berwujud sulit dipastikan (invisible) karena tidak adanya dokumen ekspor yang dapat mengklarifikasikan bahwa jasa dan barang tiak berwujud tersebut benar-benar diekspor sebagaimana halnya dengan barang yang dapat dibuktikan dengan dokumen ekspor seperti Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), Bill of Lading (dokumen pengiriman barang bahwa barang tersebut benar-benar diekspor ke luar Daerah Pabean), Commercial Invoice dan Letter of Credit (bahwa penerimaan uang berasal dari pelanggan dari luar Daerah Pabean yang mengkonsumsi barang tersebut), dan sebagainya. 4. Preseden yang dapat diambil dari Putusan Pengadilan Pajak atas perlakuan PPN atas ekspor jasa pada umumnya dan perlakuan PPN atas kasus handling commission pada PT X pada khususnya, jelas-jelas menunjukkan ketidakpastian mengenai bagaimana suatu hukum harus ditegakkan, khususnya dalam menjawab kasus handling commission pada PT X tersebut yang berakhir kepada: 1. Atas 3 (tiga) putusan Pengadilan Pajak mengabulkan permohonan Banding Wajib Pajak (PT X ) terhadap kasus sengketa pajak atas Banding PPN untuk masa pajak Agustus, Oktober dan Desember 2010, akan tetapi; 142
5 2. Atas 6 (enam) putusan Pengadilan Pajak terjadi dissenting opinion dan menolak permohonan Banding Wajib Pajak. (PT X ) terhadap kasus sengketa pajak atas Banding PPN untuk masa pajak April sampai dengan Juli, September dan Nopember Sedangkan Preseden yang dapat diambil dalam Putusan Mahkamah Agung atas kasus ekspor jasa terutama dalam era Undang-Undang PPN Lama No. 18 Tahun 2000, cenderung menyatakan bahwa PPN tidak dikenakan atas ekspor jasa pada umumnya dan jasa perdagangan pada khususnya, karena pengenaan PPN atas ekspor jasa dalam era UU PPN lama No. 18 Tahun 2000 tersebut masih bersifat restriktif dan limitatif, dimana tidak ada ketentuan yang jelas yang mengatur pengenaan PPN atas ekspor jasa dalam UU PPN lama No. 18 Tahun Oleh karena kasus handling commission pada PT X merupakan kasus yang pertama kali disidangkan dalam Pengadilan Pajak pada saat UU PPN baru No. 42 Tahun 2009 diberlakukan dan belum adanya aturan yang mencabut Surat Edaran Dirjen Pajak No 08/PJ.52/1996, tentunya preseden putusan dari Mahkamah Agung atas kasus handling commission pada PT X sangat ditunggu-tunggu dan diharapkan dapat menjawab bagaimana putusan seharusnya atas kasus tersebut dapat diterapkan guna memenuhi rasa keadilan bagi Wajib Pajak dan kepastian hukum bagi pelaksana keputusan, dalam hal ini pihak fiskus (DJP) sendiri dalam hal menerapkan suatu aturan yang tepat di masa yang akan datang. Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian di atas, Peneliti menyimpulkan bahwa perlakuan PPN atas ekspor jasa di Indonesia bersifat tidak 143
6 konsisten dan terjadi kesimpang-siuran dan ketidak-pastian hukum dalam penerapan prinsip destinasi sekaligus prinsip asal atas PPN untuk ekspor jasa termasuk jasa perdagangan. Pengecualian 3 (tiga) ekspor jasa sebagaimana tercantum dalam daftar positif (yaitu jasa maklon, jasa konstruksi serta jasa perbaikan dan perawatan) yang dikenakan PPN dengan tarif 0% dengan alasan bahwa ketiga jasa tersebut dapat diukur kebenarannya dikonsumsi di luar negeri karena terkait dengan transaksi induk/pokok atas barang yang diekspor ke luar Daerah Pabean memberikan dampak diskriminasi bagi kegiatan Jasa Perdagangan yang jelas-jelas secara administrasi dapat dibuktikan bahwa komisi yang diterima melekat atau terkait dengan induk/pokok transaksi perdagangan barang yang terjadi. Dalam hal ini, apabila tidak terjadi transaksi perdagangan barang dengan pihak konsumen (penerima manfaat) di luar negeri, maka komisi tidak akan dibayarkan oleh wajib pajak luar negeri penerima manfaat (service user) tersebut. Perlakuan atas ekspor jasa yang sebenarnya berdasarkan teori dapat digunakan prinsip destinasi, dalam prakteknya tidak digunakan. Hal ini dipengaruhi oleh kurang yakinnya pihak DJP dalam memastikan tempat penyerahan serta kebenaran terjadinya ekspor jasa dan juga alasan pengamanan penerimaan Negara. Sebaliknya, negara-negara tetangga (Malaysia, Filipina, Thailand, Taiwan, Tiongkok (dahulu RRC), Vietnam, Australia, New Zealand dan negara-negara lainnya) memberi perlakuan berdasarkan teori dan menerapkan prinsip destinasi. Dalam praktik perpajakan di Eropa yang merujuk pada EEC Eight Directive dan di Australia yang merujuk pada Sec GST Act 1999, 144
7 dan sesuai dengan kelaziman internasional, terdapat banyak negara juga telah memberlakukan tarif 0% atas ekspor jasa (prinsip destinasi) dan terdapat pengkreditan pajak masukannya agar ekspor jasa lebih kompetitif dan terdapat pula kewajiban memungut PPN bagi pengimpor jasa. Untuk dokumentasinya dapat meniru Australia, misalnya untuk jasa arsitek, eksportir JKP harus menyerahkan rancangan arsiteknya, untuk legal advisor harus menyerahkan legal opinion yang bersangkutan. Dapat pula meniru Tiongkok, dimana eksportir baik barang maupun jasa hanya bisa mengklaim restitusi apabila dapat membuktikan adanya transfer dana dari luar negeri atas transaksi ekspornya. Meskipun invoice ataupun bill of lading tujuannya ke luar negeri namun bila pembayaran kontan (dalam mata uang apapun) terjadi di Tiongkok maka fasilitas restitusi tidak dapat dinikmati eksportir. Masalah yang timbul dalam ekspor Jasa adalah masalah administrasi dan pengawasan. Jasa yang invisible (tidak melekat pada suatu barang atau fisik) sulit diadministrasikan dalam PEB atau dokumen pemberitahuan ekspor lainnya sehingga membuka peluang besar bagi eksportir jasa untuk melakukan ekspor fiktif dimana JKP sebenarnya dijual untuk pasar dalam negeri sehingga penjual sama sekali tidak terkena PPN bahkan berhak mendapat restitusi pajak (yang berarti pula kerugian bagi Negara). Kesulitan administrasi ekspor JKP juga menyebabkan kompleksnya pemeriksaan dan peningkatan biaya pengawasan pajak. 145
8 2. Saran Peneliti menyarankan agar alasan perumusan kebijakan PPN terutama yang berkaitan dengan transaksi perdagangan internasional dan lintas batas yuridiksi agar lebih didasarkan kepada ketentuan konsep PPN yang berlaku sesuai dengan kelaziman internasional dan best practice yang berlaku dan tidak didasarkan alasan pengamanan penerimaan Negara semata-mata. Dalam hal ini, Peneliti menyarankan kepada pihak-pihak terkait, yaitu kepada: a. Direktorat Jenderal Pajak Dalam hal ini, DJP dapat merubah paradigma untuk tidak semata-mata berorientasi kepada penerimaan negara saja tetapi dapat menerapkan prinsipprinsip praktek perpajakan yang sesuai dengan kelaziman internasional. DJP dapat mencari alternatif lain terkait dengan instrumen pengawasan atas ekspor jasa dengan tidak membatasi hanya untuk 3 (tiga) jenis ekspor jasa sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 dari Peraturan Menteri Keuangan No. 70/PMK.03/2010, karena banyak sekali ekspor jasa yang tidak bersifat abstrak, salah satunya adalah jasa perdagangan. Salah satunya dapat mengikuti contoh negara lain yang sudah benar-benar menetapkan tarif PPN atas ekspor jasa sebesar 0% (prinsip destinasi), dimana untuk pembuktiannya, pihak pemberi jasa (service provider) di Dalam Pabean harus dapat membuktikan beberapa dokumen diantaranya: 1. Surat Keterangan Domisili (Certificate of Domicille or Residence) dari Penerima Jasa (Service User); 2. Kontrak atau Perjanjian atas transaksi Jasa yang ditanda-tangani dengan service user dari luar negeri (non-indonesian resident); 146
9 3. Bank Order atau bukti pembayaran lainnya dalam bentuk transfer dana (bukan dana tunai) yang mengkonfirmasikan pembayaran yang dilakukan oleh pihak service user di luar Daerah Pabean melalui bank atau media pembayaran lainnya; 4. Khusus untuk Jasa Perdagangan, dimana Jasa tersebut sudah melekat dengan Barang yang diekspor dan dapat dibuktikan dengan kontrak transaksi perdagangan barang (kontrak induk/pokok) dan bukti dokumen ekspor barang seperti PEB, Bill of Lading dan sebagainya disertai dengan kontrak jasa dan perhitungan komisi dikaitkan dengan transaksi perdagangan barang tersebut. Dalam hal ini, Jasa Perdagangan sudah sesuai dengan Pasal 7 ayat (2) huruf (c) UU PPN No. 42 Tahun 2009 dan seharusnya dikenakan tarif PPN 0%, sehingga PPN masukannya dapat dikreditkan dan bukan berdasarkan PPN dibebaskan lagi seperti penerapan sebelumnya, sehingga PPN Masukan tidak dapat dikreditkan. Pengenaan PPN atas Jasa Perdagangan dengan tarif 10% merupakan salah satu bentuk diskriminasi, dimana alasan yang disampaikan oleh DJP atas ketiga jenis ekspor jasa yang dikecualikan dari pengenaan PPN dengan tarif 10 % justru terdapat dalam kriteria jasa perdagangan sehingga menjadi tidak konsisten. Surat Edaran DJP No. 145/PJ/2010 perlu dilakukan telaah ulang oleh pihak DJP, karena tidak sesuai dengan Penjelasan Umum PPN yang menerapkan PPN atas barang dan jasa di Daerah Pabean atau dikenal dengan prinsip konsumsi dalam negeri (prinsip destinasi), Pasal 16B ayat (3) dan Pasal 7 ayat (2) huruf (c) dari UU PPN No. 42 Tahun Surat Edaran DJP No. 145/PJ/2010 juga tidak 147
10 termasuk dalam jenis peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, dengan demikian Surat Edaran tersebut termasuk dalam peraturan kebijakan (beleidsregel). Pihak DJP perlu melakukan konsolidasi peraturan agar peraturan di tingkat atas sampai dengan peraturan di tingkat bawah dapat berjalan secara konsisten dan tidak tumpang tindih. Selain ketiga jenis jasa yang dikenakan PPN dengan tarif 0%, Peneliti juga menyarankan pengenaan tarif PPN 0% juga dapat dikenakan pada ekspor jasa yang melekat pada barang atau bangunan fisik saja (sesuai dengan teori A. Tait) yaitu: a) Jasa yang berkaitan dengan bumi dan bangunan mancanegara b) Penyewaan alat transport untuk dipakai di mancanegara c) Jasa yang berkaitan dengan barang dan kegiatan mancanegara d) Pekerjaan atau impor temporer untuk dire-ekspor e) Jasa pemrosesan barang untuk diekspor Namun bisa pula jasa lain seperti pengalihan hak kepada WPLN (seperti penjualan hak cipta dan royalti) atau jasa yang dinikmati di luar negeri dapat dikenakan tarif PPN 0% seperti yang dilakukan Australia (Sec GST Act 1999). Berdasarkan teori di atas, jasa perdagangan dapat dikatagorikan ke dalam jasa yang berkaitan dengan barang dan kegiatan mancanegara, sehingga seyogyanya pengenaan PPN diterapkan dengan menggunakan prinsip destinasi, baik dengan menggunakan konsep free of tax (PPN dibebaskan dan Pajak masukan tidak dapat dikreditkan sebagaimana diterapkan dalam Penjelasan 148
11 Umum dan Pasal 16B ayat (3) UU PPN No. 42 Tahun 2009 dan petunjuk teknis sebagaimana dimuat dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-08/PJ.52/1996) atau zero-rated (PPN dipungut dengan tarif 0% tetapi PPN Masukan tetap dapat dikreditkan) sebagaimana diterapkan dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c dari UU PPN No. 42 Tahun b. Pengadilan Pajak Pengadilan Pajak perlu melakukan konsolidasi peraturan dan keputusan agar putusan yang diterbitkan justru tidak membingungkan (dengan adanya putusan yang kontradiktif) dan merugikan Wajib Pajak. Putusan Pengadilan Pajak seyogyanya dapat memberikan keputusan yang seadil-adilnya dan diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, berdasarkan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku, dan berdasarkan keyakinan Hakim sebagaimana tertuang dalam Pasal 78 Undang-Undang No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. c. Mahkamah Agung Peneliti juga menyarankan sekiranya Hakim Mahkamah Agung yang menangani kasus ini dapat melakukan judicial review (peninjauan kembali) terhadap penerbitan Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-145/PJ/2010 yang diterbitkan pada tanggal 22 Desember 2010, karena bertentangan dengan prinsip tempat tujuan (destination principle) sebagaimana tertuang dalam Penjelasan Umum, butir Pasal 16B ayat (3) dan butir Pasal 7 ayat (2) huruf (c) UU PPN No. 42 Tahun Negara Indonesia apabila tidak melakukan harmonisasi dengan 149
12 kebijakan yang berlaku sesuai dengan kelaziman praktik bisnis di dunia internasional saat ini maka akan merugi dan dikucilkan dari pergaulan dan perdagangan internasional terutama dalam hal ekspor jasa karena dirasakan tidak kompetitif dalam harga dan maupun dalam kualitas pelayanan. Bila negara Indonesia tetap mengadopsi kedua prinsip pemungutan PPN yaitu purchase/origin principle dan destination principle secara simultan, maka akan terjadi pajak berganda, dimana ekspor jasa akan dikenakan pajak di dalam negeri dan juga di luar negeri, sehingga membuat ekspor jasa Indonesia tidak kompetitif. Oleh karena itu pilihan menerapkan prinsip destinasi secara utuh (atas impor dan ekspor) sesuai dengan rekomendasi OECD dan kelaziman internasional dengan memberlakukan PPN dengan tarif 0% atas ekspor jasa seperti yang dilakukan oleh negara-negara tetangga yang menganut prinsip tempat tujuan adalah pilihan yang disarankan. 150
BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pembangunan yang cukup pesat dalam kehidupan nasional yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana dalam perkembangannya telah menghasilkan pembangunan
Lebih terperinciPPN TRANSAKSI LINTAS BATAS MENURUT UU PPN Oleh: Winarto Suhendro (Staf Pengadilan Pajak)
PPN TRANSAKSI LINTAS BATAS MENURUT UU PPN Oleh: Winarto Suhendro (Staf Pengadilan Pajak) PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui terdapat 2 (dua) prinsip dasar pemungutan PPN atas transaksi lintas batas (cross
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi
Lebih terperinciFaktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi
BAB 1 JENIS, FUNGSI, DAN KEWAJIBAN PEMBUATAN FAKTUR PAJAK Pendahuluan Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi yang sangat penting dalam pelaksanaan ketentuan pemungutan Pajak Pertambahan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Ekspor. Kegiatan.
No.153, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Ekspor. Kegiatan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PMK.03/2010 TENTANG BATASAN KEGIATAN DAN JENIS JASA KENA
Lebih terperinciDirektori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Direktori Putusan M PUTUSAN Nomor 515/B/PK/PJK/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG Memeriksa permohonan peninjauan kembali perkara pajak telah memutuskan sebagai berikut
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA
BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA Didalam bab ini akan dilakukan analisis atau pembahasan hasil pemeriksaan, keberatan sampai dengan keluarnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak 2005 dan 2006 (Rp miliar)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara, sehingga pemerintah sebagai satu-satunya otoritas yang memiliki kewenangan untuk mengenakan pajak berusaha sedapat
Lebih terperinciSEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2012
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017 Jenis Pajak : PPh Pasal 23 Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa Menurut Terbanding : bahwa nilai sengketa terbukti dalam banding ini adalah koreksi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Andriani yang telah diterjemahkan oleh Santoso Brotodiharjo (Waluyo,2003:3): Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan)
Lebih terperincibahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ.
Putusan : Put-87868/PP/M.VA/99/2017 Nomor Jenis Pajak : Gugatan Masa Pajak : 2014 Pokok Sengketa Menurut Tergugat Menurut Penggugat Menurut Majelis : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah
Lebih terperinciBAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK
BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK 2.1 Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara lain:
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar - dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Dibawah ini terdapat beberapa definisi-definisi dan unsur pajak yang terangkum tentang pajak yang dikemukakan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa usaha jasa persewaan kendaraan roda 4 (empat) atau lebih
82 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam pembahasan pada bab sebelumnya, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa usaha jasa persewaan kendaraan roda 4 (empat)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wujud pelayanan pemerintah kepada masyarakat. berasal dari iuran rakyat yang berdasarkan Undang Undang (dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah sumber utama pembiayaan Negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar sumber pembiayaan Negara berasal dari dari sektor pajak. Pengadaan dana merupakan
Lebih terperinciDirektori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Direktori Putusan Maia Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.46597/PP/M.II/16/2013 Jenis Pajak Tahun Pajak : 28 Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon Banding Menurut Majelis : Pajak Pertambahan
Lebih terperinciPPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust
: Put. 43692/PP/M.XV/16/2013 Mahkamaa Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi Pajak Masukan
Lebih terperinciSURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG 26 Maret 2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai tata cara penerapan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai tata cara penerapan
Lebih terperinci70/PMK.03/2010 BATASAN KEGIATAN DAN JENIS JASA KENA PAJAK YANG ATAS EKSPORNYA DIKENAI PAJAK PERTAMBA
70/PMK.03/2010 BATASAN KEGIATAN DAN JENIS JASA KENA PAJAK YANG ATAS EKSPORNYA DIKENAI PAJAK PERTAMBA Contributed by Administrator Wednesday, 31 March 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI
Lebih terperinciBAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah
Lebih terperinciSEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : PUT /2014/PP/M.VIB Tahun Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2014.
Putusan Nomor : PUT-112135.16/2014/PP/M.VIB Tahun 2018 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon Banding : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011
Jurnal Ilmiah Buletin Ekonomi ISSN: 1410-3842 Volume 17 No.2 September 2013 EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Meta Evelin Samosir Rachmat Kurniawan Ganda Hutapea
Lebih terperinciSEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan : Put-87849/PP/M.XVA/99/2017. Jenis Pajak : Gugatan Masa Pajak : 2009 Pokok Sengketa
Putusan : Put-87849/PP/M.XVA/99/2017 Nomor Jenis Pajak : Gugatan Masa Pajak : 2009 Pokok Sengketa Menurut Tergugat Menurut Penggugat Menurut Majelis : bahwa yang menjadi sengketa dalam Gugatan ini adalah
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 62/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 62/PJ/2013 TENTANG PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSI E-COMMERCE MODEL
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA. jawab atas kewajiban pembayaran pajak berada pada masyarakat sendiri untuk
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi juga merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap
Lebih terperinciNo. 17/ 11 /DKSP Jakarta, 1 Juni 2015 SURAT EDARAN. Perihal : Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
No. 17/ 11 /DKSP Jakarta, 1 Juni 2015 SURAT EDARAN Perihal : Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap penerbitan Keputusan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26. Tahun Pajak : 2010
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26 Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap
Lebih terperinciKoreksi Pajak Masukan yang berhubungan dengan kegiatan unit usaha/divisi kebun sebesar Rp ,00,
Putusan Nomor : PUT-72658/PP/M.XB/16/2016 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini Koreksi Pajak Masukan yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN. Konsep pengenaan pajak atas penghasilan berdasarkan Undang-undang Pajak
BAB 4 PEMBAHASAN Konsep pengenaan pajak atas penghasilan berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan (UU PPh) Pasal 4 ayat (1) yang saat ini berlaku di Indonesia mengandung pengertian bahwa, yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan ini diperlukan strategi yang tepat agar dapat
Lebih terperinciComprehensive Tax Planning 2014
Updating Manajemen Pemeriksaan Pajak dan Penyelesaian Sengketa Pajak 5 Juli 2014 Training Room Ortax 08.30 16.00 Updating Teknik Praktis Faktur Pajak (efaktur Pajak) Sesuai PER-16/PJ/2014 dan PER- 17/PJ/2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar pengaruhnya terhadap pembangunan di segala bidang. Penerimaan negara dari sektor pajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank
Lebih terperinci2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel
No.4, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPAJAKAN. PAJAK. PPN. Barang dan Jasa. Pajak Penjualan. Barang Mewah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5271) PERATURAN
Lebih terperinciDirektori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Direktori Putusan M Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.44159/PP/M.XII/16/2013 Jenis Pajak Tahun Pajak : 2009 Pokok Sengketa : Pajak Pertambahan Nilai : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan
Lebih terperinciBAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang
BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPh Badan Perbedaan dalam pengakuan pendapatan dan beban antara perlakuan akuntansi
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS
BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh
Lebih terperinciKEBIJAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA KEPELABUHANAN UNTUK ANGKUTAN LAUT JALUR PELAYARAN INTERNASIONAL
KEBIJAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA KEPELABUHANAN UNTUK ANGKUTAN LAUT JALUR PELAYARAN INTERNASIONAL Latar Belakang Angkutan laut berupa kapal-kapal dalam jalur pelayaran internasional sangat berperan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 dalam Mardiasmo (2011: 23) tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa, pajak adalah kontribusi
Lebih terperinciPutusan : PUT-44259/PP/M.VI/16/2013 Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP
Putusan : PUT-44259/PP/M.VI/16/2013 Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP Tahun Pajak : 2009 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PMK.03/2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PMK.03/2010 TENTANG BATASAN KEGIATAN DAN JENIS JASA KENA PAJAK YANG ATAS EKSPORNYA DIKENAI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ). Pada era gliobalisasi seperti sekarang, persaingan antar negara semakin ketat. Oleh karena itu, Negara Indonesia dengan gencar
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK X
BAB IV ANALISIS PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK X IV.1 Dasar Hukum Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Ketentuan yang mengatur tentang pengembalian
Lebih terperincipemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN SURAT KONFIRMASI (Lampiran 1)
PETUNJUK PENGISIAN SURAT KONFIRMASI (Lampiran 1) Angka 1 Angka 2 Angka 3 Angka 4 Angka 5 Angka 6 Angka 7 Angka 8 Angka 9 Angka 10 Angka 11 Angka 12 Angka 13 Angka 14 Angka 15 Angka 16 Angka 17 : Diisi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN tentang PEMBERIAN FASILITAS PERPAJAKAN DAN KEPABEANAN UNTUK KEGIATAN PEMANFAATAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN tentang PEMBERIAN FASILITAS PERPAJAKAN DAN KEPABEANAN UNTUK KEGIATAN PEMANFAATAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 17 Maret 2010 Dasar Pemikiran - Mengurangi
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.03/2014
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PROSEDUR PERSETUJUAN BERSAMA (MUTUAL AGREEMENT PROCEDURE) DENGAN
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 143 TAHUN 2000 (143/2000) TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada era globalisasi seperti sekarang, persaingan antar negara semakin ketat. Oleh karena itu, Negara Indonesia dengan gencar
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAANUNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN
Lebih terperinciMenurut Majelis : bahwa dasar hukum yang terkait dengan materi gugatan ini adalah :
Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put.53311/PP/M.XVIIIB/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap Penerbitan Surat
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal
Lebih terperinciPERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009
PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009 UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 106/PMK.04/2007 TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI ATAS IMPOR KEMBALI BARANG YANG TELAH DIEKSPOR
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 106/PMK.04/2007 TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI ATAS IMPOR KEMBALI BARANG YANG TELAH DIEKSPOR MENTERI KEUANGAN,
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 45/PMK.03/2009 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 45/PMK.03/2009 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN, PENGADMINISTRASIAN, PEMBAYARAN, SERTA PELUNASAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN/ATAU
Lebih terperinciPokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap :
: Put-44250/PP/M.VIII/16/2013 Maia Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPN JLN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap : Menurut Terbanding
Lebih terperincimenjadi dokumen sumber dan sebagai dasar pencatatan pengakuan pendapatan atau pencatatan piutang. 3. Selaras dengan prinsip akuntansi yang berlaku
JENIS : SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK NO : 50 NOMOR : SE-50/PJ/2011 TANGGAL : 3 AGUSTUS 2011 PERIHAL : PENEGASAN SAAT PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK DAN/ATAU JASA KENA PAJAK SEBAGAI DASAR SAAT TERUTANG PAJAK
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA
Lebih terperinciGAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA
BAB III GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA 3.1Definisi Faktur Pajak Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas
Lebih terperinciP U T U S A N NOMOR : 190/B/PK/PJK/2007
P U T U S A N NOMOR : 190/B/PK/PJK/2007 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa permohonan peninjauan kembali telah mengambil putusan sebagai berikut dalam
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG BENTUK, UKURAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN, DAN TATA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional saat ini adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA
Lebih terperinciFREQUENTLY ASKED QUESTIONS
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11 1 11/DKSP TANGGAL 1 JUNI 2015 PERIHAL KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA A. UMUM 1. Apa saja pertimbangan
Lebih terperinciNomor KEP-4949/WPJ.09/2015 tanggal 20 Oktober 2015;
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.72331/PP/M.VIIIA/99/2016 Jenis Pajak Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa Menurut Tergugat Menurut Penggugat Menurut Majelis : Gugatan Pajak : bahwa yang menjadi sengketa
Lebih terperinciPerpajakan 2 PPN & PPnBM
Perpajakan 2 PPN & PPnBM 18 Februari 2017 Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Karakteristik PPN 1. Pajak tidak langsung Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan
Lebih terperinciTINGKAT RISIKO PENGUSAHA KENA PAJAK
Lampiran 1 TINGKAT RISIKO PENGUSAHA KENA PAJAK Tingkat Risiko Pengusaha Kena Pajak ditentukan sebagai berikut : 1. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu a. Pengusaha Kena Pajak yang berisiko
Lebih terperinciBuku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
139 BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PENGERTIAN Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau PPN merupakan pelunasan pajak yang dikenakan atas setiap transaksi pembelian barang atau perolehan jasa dari
Lebih terperinciFaktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan
Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Faktur a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c. ekspor BKP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan pembangunan dan kelangsungan jalannya
Lebih terperinciEvaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO
Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO ABSTRAK Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor perusahaan ke sektor publik. Salah satu pajak yang sangat mempengaruhi
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 27 Desember 2013 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSI
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-103678.16/2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah 1. Koreksi
Lebih terperinci: bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah Koreksi Dasar Pengenaan Pajak
Putusan Nomor : Put.69128/PP/M.IA/16/2016 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon : bahwa nilai sengketa terbukti dalam
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36985/PP/M.XIII/15/2012. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36985/PP/M.XIII/15/2012 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : Koreksi positif atas Biaya Usaha Lainnya berupa Biaya yang dikoreksi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Definisi Pajak berdasarkan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut : Pajak adalah kontribusi wajib
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pajak Negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penerimaan pajak merupakan sumber utama pendapatan negara dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Pajak bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.462, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengawasan. Pengadministrasian. Pembayaran. Pelumasan. PPN. Pajak Penjualan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPeredaran Usaha Arus Piutang cfm Pemeriksa Rp DPP PPN yang belum dilaporkan WP dalam SPM PPN nya tahun 2012 Rp
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-87217/PP/M.IA/16/2017 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa Menurut Terbanding : bahwa Nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah Koreksi
Lebih terperinciI. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ./2009 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ./2009 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 12
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Jika kita membahas pengertian dari pajak, banyak ahli yang memiliki pengertian yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT IO merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang wajib menjalankan kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Berdasarkan analisa dan penelitian
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-09/BC/2009 TENTANG PETUNJUK PENYELESAIAN URUSAN PUNGUTAN EKSPOR DIREKTUR
Lebih terperincibahwa menurut Tergugat sesuai dengan Pasal 12 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.72332/PP/M.VIIIA/99/2016 Jenis Pajak Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa Menurut Tergugat Menurut Penggugat : Gugatan Pajak : bahwa nilai sengketa terbukti dalam gugatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi yang diberikan oleh Wajib Pajak (WP) kepada negara yang berdasarkan undang-undang bersifat wajib dan memaksa tanpa ada kontraprestasi (imbalan)
Lebih terperinci