GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA"

Transkripsi

1 BAB III GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA 3.1Definisi Faktur Pajak Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), atau bukti pungutan pajak karena impor Barang Kena Pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Faktur Pajak dapat berupa Faktur Pajak Standar, Faktur Pajak Sederhana, atau dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak Standar dan Faktur Penjualan yang dapat dipersamakan dengan Faktur Pajak Standar Faktur Pajak Standar Faktur Pajak Standar adalah Faktur Pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak dengan ketentuan sebagai berikut : a. Bentuk dan ukuran Faktur Pajak Standar disesuaikan dengan kepentingan Pengusaha Kena Pajak. b. Setiap Faktur Pajak Standar harus menggunakan Kode dan Seri Faktur Pajak yang telah ditentukan di dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor: Per-159/PJ./2006 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, tata Cara Penyampaian, dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar, yaitu: - Kode Faktur Pajak Standar terdiri dari: (1) 2 (dua) digit Kode Transaksi; (2) 1 (satu) digit Kode Status; dan (3) 3 (tiga) digit Kode Cabang. 53

2 Khusus Pengusaha Kena Pajak yang dipusatkan secara jabatan pada Kantor Pelayanan Pajak yang menerapkan Sistem Administrasi Modern (SAM), Kode Cabang ditentukan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak tersebut dan wajib memberitahukan secara tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak tempat pemusatan pajak terutang dilakukan paling lambat sebelum Faktur Pajak diterbitkan. - Nomer Seri Faktur Pajak terdiri dari : (1) 2 (dua) digit Tahun Penerbitan; dan (2) 8 (delapan) digit Nomor Urut. c. Dalam Faktur Pajak Standar harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat: 1) Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; 2) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; 3) Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga; 4) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut; 5) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; 6) Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan 7) Nama, jabatan dan tandatangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. d. Faktur Pajak Standar paling sedikit dibuat dalam rangkap dua yaitu: - Lembar ke-1 : Untuk Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak sebagai bukti Pajak Masukan. - Lembar ke-2 : Untuk Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak Standar sebagai bukti Pajak Keluaran. Dalam hal Faktur Pajak Standar dibuat lebih dari rangkap dua, maka harus dinyatakan secara jelas penggunaannya dalam lembar Faktur Pajak yang bersangkutan. 54

3 e. Dalam hal rincian Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang diserahkan tidak dapat ditampung dalam satu Faktur Pajak, maka Penguasaha Kena Pajak dapat membuat Faktur Pajak dengan cara - Dibuat lebih dari satu Faktur Pajak yang masing-masing menggunakan kode dan nomor seri Faktur Pajak yang sama,ditandatangani setiap lembarnya, dan khusus untuk pengisian baris Harga JuaI/Penggantian/Uang Muka/Termijn, Potongan Harga, Uang Muka yang telah diterima, Dasar Pengenaan Pajak, dan Pajak Pertambahan Nilai cukup diisi pada lembar Faktur Pajak terakhir; atau - Dibuat satu Faktur Pajak asalkan menunjuk nomor dan tanggal Faktur Penjualan yang bersangkutan dan faktur penjualan tersebut merupakan lampiran Faktur Pajak yang tidak terpisahkan. f. Pengusaha Kena Pajak wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis nama pejabat (dapat lebih dari 1 orang) yang berhak menandatangani Faktur Pajak disertai contoh tandatangannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan paling lambat pada saat pejabat yang berhak menandatangani mulai menandatangani Faktur Pajak Standar. g. Faktur Penjualan yang memuat keterangan dan yang pengisiannya sesuai dengan ketentuan pada huruf c di atas dapat dipersamakan sebagai Faktur Pajak Standar. h. Atas Faktur Pajak Standar yang cacat, atau rusak, atau salah dalam pengisian, atau penulisan, atau yang hilang, Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak Standar tersebut dapat membuat Faktur Pajak Standar Pengganti Faktur Pajak Sederhana Faktur Pajak Sederhana adalah bukti pungutan pajak yang dapat dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang 55

4 dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir, dan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak, yang tidak diketahui identitasnya secara lengkap. Yang dimaksud dengan pembeli Barang Kena Pajak dan/atau penerima Jasa Kena Pajak yang tidak diketahui identitasnya secara lengkap adalah misalnya pembeli Barang Kena Pajak / penerima Jasa Kena Pajak yang tidak diketahui dan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak diketahui nama dan / atau alamat lengkapnya. Faktur Pajak sederhana tidak dapat digunakan oleh pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak sebagai sarana untuk pengkreditan Pajak Masukan. Pembuatan Faktur Pajak Sederhana harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Faktur Pajak Sederhana paling sedikit harus memuat; - Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak; - Jenis dan kuantum Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang diserahkan; - Jumlah Harga Jual atau Peggantian yang sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai atau besarnya Pajak Pertambahan Nilai dicantumkan secara terpisah; - Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sederhana. b. Bentuk Faktur Pajak Sederhana dapat berupa bon kontan, Faktur Penjualan, segi cash register, karcis, kuitansi atau tanda bukti penyerahan pembayaran lain yang sejenis. c. Faktur Pajak Sederhana dibuat sekurang-kurangnya dalam rangkap dua: - Lembar ke-1 : Untuk pembeli Barang Kena Pajak penerima Jasa Kena Pajak. - Lembar ke-2 : Untuk arsip Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan. Faktur Pajak Sederhana dianggap telah dibuat rangkap dua atau lebih dalam hal Faktur Pajak Sederhana tersebut dibuat dalam satu 56

5 lembar yang terdiri dari dua atau lebih bagian atau potongan yang disediakan untuk disobek atau dipotong, seperti yang terjadi pada karcis. d. Faktur Pajak Sederhana tidak dapat digunakan oleh pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak sebagai dasar untuk pengkreditan Pajak Masukan. e. Faktur Pajak Sederhana yang tidak memenuhi kriteria huruf a, merupakan Faktur Pajak yang tidak lengkap. f. Faktur Pajak Standar yang diisi tidak lengkap bukan merupakan Faktur Pajak Sederhana Dokumen Tertentu yang Ditetapkan sebagai Faktur Pajak Standar Dokumen tertentu yang diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar paling sedikit harus memuat : a. Identitas yang berwenang menerbitkan dokumen; b. Nama dan alamat penerima dokumen; c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam hal penerima dokumen adalah sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri; d. Jumlah satuan barang apabila ada; e. Dasar Pengenaan Pajak; f. Jumlah pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor. Dokumen-dokumen tersebut di bawah ini sepanjang memenuhi persyaratan sebagaimana tersebut di atas diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar, yaitu: a. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang dilampiri surat setoran pajak dan atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk impor Barang Kena Pajak; b. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah difiat muat oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut; c. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu; 57

6 d. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat/dikeluarkan oleh Pertamina untuk penyerahan BBM dan atau bukan BBM; e. Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa telekomunikasi; f. Ticket, Tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang dibuatl dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri; g. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean; h. Nota Penjualan Jasa yang dibuatl dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhan; i. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik Saat Pembuatan Faktur Pajak Standar Faktur Pajak Standar harus dibuat paling lambat: a. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dalam hal pembayaran diterima setelah akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak; b. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya seteiah bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak; c. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak; d. Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hai penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau e. Pada saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai Saat Pembuatan Faktur Pajak Gabungan Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lambat: 58

7 a. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, dalam hal pembayaran baik sebagian atau seluruhnya terjadi setelah berakhirnya bulan penyerahan Barang Kena Pajak danlatau Jasa Kena Pajak; atau b. Pada akhir bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, dalam hal pembayaran baik sebagian atau seluruhnya terjadi sebelum berakhirnya bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak Saat Pembuatan Faktur Pajak Sederhana Faktur Pajak Sederhana harus dibuat pada saat : a. Penyerahan Barang Kena Pajak dan atau saat penyerahan Jasa Kena Pajak, atau b. Pada saat pembayaran apabila pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak. 3.2Tata Cara Penggantian Faktur Pajak Standar yang Hilang Atas Faktur Pajak Standar yang hilang dapat dilakukan penggantian dengan cara sebagai berikut: 1. Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa Kena Pajak dapat mengajukan permohonan tertulis untuk meminta copy dari Faktur Pajak Standar yang hilang kepada Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak dengan tembusan kepada Kantor Pelayanan Pajak di tempat Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa Kena Pajak dikukuhkan dan kepada Kantar Pelayanan Pajak di tempat Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak dikukuhkan; 2. Berdasarkan permohonan dari Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa Kena Pajak, Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak membuat copy dari arsip Faktur Pajak Standar yang disimpan oleh Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak, untuk dilegalisir oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak dikukuhkan. Copy dibuat dalam rangkap 2 (dua), yaitu : 59

8 Lembar ke-1 : diserahkan ke Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa Kena Pajak melalui Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak. Lembar ke-2 : arsip Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan 3. Legalisir diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak dikukuhkan setelah meneliti asli arsip Faktur Pajak Standar dan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dari Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak tersebut. 4. Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa Kena Pajak dikukuhkan wajib melakukan penelitian atas Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dari Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa Kena Pajak untuk meyakinkan bahwa Faktur Pajak Standar yang dilaporkan hilang tersebut sudah dikreditkan sebagai Pajak Masukan. 3.3Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar yang Rusak atau Cacat atau Salah dalam Pengisian atau Salah dalam Penulisan 1. Atas permintaan Pengusaha Kena Pajak, pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak atau atas kemauan sendiri, Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak membuat Faktur Pajak Standar Pengganti terhadap Faktur Pajak Standar yang rusak, cacat, salah dalam pengisian, atau salah dalam penulisan. 2. Pembetulan Faktur Pajak Standar yang rusak, cacat, salah dalam pengisian, atau salah dalam penuiisan tidak diperkenankan dengan cara menghapus, atau mencoret, atau dengan cara lain, selain dengan cara membuat Faktur Pajak Standar Pengganti sebagaimana dimaksud dalam butir Penerbitan dan peruntukan Faktur Pajak Standar Pengganti dilaksanakan seperti penerbitan dan peruntukan Faktur Pajak Standar yang biasa sesuai dengan Kode dan Nornor Seri Faktur Pajak Standar yang telah ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor : Per-159/PJ./2006 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, 60

9 Ukuran, Pengadaan, tata Cara Penyampaian, dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar. 4. Faktur Pajak Standar Pengganti sebagaimana dimaksud pada butir 1, diisi berdasarkan keterangan yang seharusnya dan dilampiri dengan Faktur Pajak Standar yang rusak, cacat, salah dalam penulisan atau salah dalam pengisian tersebut. 5. Pada Faktur Pajak Standar Pengganti sebagaimana dimaksud pada butir 1, dibubuhkan cap yang mencantumkan Kode dan Nomor Seri serta tanggal Faktur Pajak Standar yang diganti tersebut. Pengusaha Kena Pajak dapat membuat cap tersebut seperti contoh berikut. Kode dan Nomor Seri serta tanggal Faktur Pajak Standar yang diganti dapat diisi dengan cara manual. Faktur Pajak Standar yang diganti : Kode dan Nomor Seri :. Tanggal :. 6. Penerbitan Faktur Pajak Standar Pengganti mengakibatkan adanya kewajiban untuk membetulkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai pada Masa Pajak terjadinya kesalahan pembuatan Faktur Pajak Standar tersebut. 7. Faktur Pajak Standar Pengganti dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan nilai pada : a. Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak Standar yang diganti, dengan mencantumkan nilai setelah penggantian; dan b. Masa Pajak diterbitkannya Faktur Pajak Standar Pengganti tersebut dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom Dasar Pengenaan Pajak, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah, untuk menjaga urutan Faktur Pajak Standar yang diterbitkan oieh Pengusaha Kena Pajak. 8. Pelaporan Faktur Pajak Standar Pengganti pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak sebagaimana dimaksud pada butir 7 huruf a dan b, harus 61

10 mencantumkan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar yang diganti pada kolom yang telah ditentukan. 3.4 Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak Standar 1. Dalam hal terjadi pembatalan transaksi penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajak Standarnya telah diterbitkan, maka Faktur Pajak Standar tersebut harus dibatalkan 2. Pembatalan transaksi harus didukung oleh bukti atau dokumen yang membuktikan bahwa telah terjadi pembatalan transaksi. Bukti dapat berupa pembatalan kontrak atau dokumen lain yang menunjukkan telah terjadi pembatalan transaksi 3. Pengusaha Kena Pajak Penjual yang melakukan pembatatan Faktur Pajak Standar harus memiliki bukti dan Pengusaha Kena Pajak Pembeli yang menyatakan bahwa transaksi dibatalkan. 4. Faktur Pajak Standar yang dibatalkan harus tetap diadministrasi (disimpan) oleh Pengusaha Kena Pajak Penjual yang menerbitkan Faktur Pajak Standar tersebut. 5. Pengusaha Kena Pajak Penjual yang membatalkan Faktur Pajak Standar harus mengirimkan surat pemberitahuan dan copy dari Faktur Pajak Standar yang. dibatalkan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak Penjual dikukuhkan dan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak Pembeli dikukuhkan. 6. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak Penjual belurn melaporkan Faktur Pajak Standar yang dibatalkan di dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, maka Pengusaha Kena Pajak Penjual harus tetap melaporkan Faktur Pajak tersebut dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 62

11 7. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak Penjual telah melaporkan Faktur Pajak Standar tersebut dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sebagai Faktur Pajak Keluaran, maka Pengusaha Kena Pajak Penjual harus melakukan pembetulan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak yang bersangkutan, dengan cara tetap melaporkan Faktur Pajak Standar yang dibatalkan tersebut dan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 8. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak Pembeli telah melaporkan Faktur Pajak Standar yang dibatalkan tersebut dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sebagai Faktur Pajak Masukan, maka 9. Pengusaha Kena Pajak Pembeli harus melakukan pembetulan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak yang bersangkutan, dengan cara tetap melaporkan Faktur Pajak Standar yang dibatalkan tersebut dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 3.5 Sistematika Penyelesaian Sengketa Pajak dan Sanksi Aministrasi Melakukan mekanisme pembetulan Faktur Pajak Pengganti Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar yang Rusak atau Cacat atau Salah dalam Pengisian atau Salah dalam Penulisan 1. Atas permintaan Pengusaha Kena Pajak, pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak atau atas kemauan sendiri, Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak membuat Faktur Pajak Standar Pengganti terhadap Faktur Pajak Standar yang rusak, cacat, salah dalam pengisian, atau salah dalam penulisan. 2. Pembetulan Faktur Pajak Standar yang rusak, cacat, salah dalam pengisian, atau salah dalam penuiisan tidak diperkenankan dengan cara menghapus, atau mencoret, atau dengan cara lain, selain 63

12 dengan cara membuat Faktur Pajak Standar Pengganti sebagaimana dimaksud dalam butir Penerbitan dan peruntukan Faktur Pajak Standar Pengganti dilaksanakan seperti penerbitan dan peruntukan Faktur Pajak Standar yang biasa sesuai dengan Kode dan Nornor Seri Faktur Pajak Standar yang telah ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor : Per-159/PJ./2006 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, tata Cara Penyampaian, dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar. 4. Faktur Pajak Standar Pengganti sebagaimana dimaksud pada butir 1, diisi berdasarkan keterangan yang seharusnya dan dilampiri dengan Faktur Pajak Standar yang rusak, cacat, salah dalam penulisan atau salah dalam pengisian tersebut. 5. Pada Faktur Pajak Standar Pengganti sebagaimana dimaksud pada butir 1, dibubuhkan cap yang mencantumkan Kode dan Nomor Seri serta tanggal Faktur Pajak Standar yang diganti tersebut. Pengusaha Kena Pajak dapat membuat cap tersebut seperti contoh berikut. Kode dan Nomor Seri serta tanggal Faktur Pajak Standar yang diganti dapat diisi dengan cara manual. Faktur Pajak Standar yang diganti : Kode dan Nomor Seri :. Tanggal :. 6. Penerbitan Faktur Pajak Standar Pengganti mengakibatkan adanya kewajiban untuk membetulkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai pada Masa Pajak terjadinya kesalahan pembuatan Faktur Pajak Standar tersebut. 7. Faktur Pajak Standar Pengganti dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan nilai pada : a. Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak Standar yang diganti, dengan mencantumkan nilai setelah penggantian; dan 64

13 b. Masa Pajak diterbitkannya Faktur Pajak Standar Pengganti tersebut dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom Dasar Pengenaan Pajak, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, untuk menjaga urutan Faktur Pajak Standar yang diterbitkan oieh Pengusaha Kena Pajak. 8. Pelaporan Faktur Pajak Standar Pengganti pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak sebagaimana dimaksud pada butir 7 huruf a dan b, harus mencantumkan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar yang diganti pada kolom yang telah ditentukan Melakukan Pembetulan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Pembetulan Surat Pemberitahuan bisa dilakukan oleh Wajib Pajak sesuai dengan Pasal 8 Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dengan menyampaikan pernyataan pembetulan suarat pemberitahuan secara tertulis dalam jangka dua tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak, tentunya sebelum dilakukan tindak pemeriksaan Mengajukan Permohonan pembetulan berdasarkan Pasal 16 Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pembetulan berdasarkan Pasal 16 adalah sebagai pelaksanaan azas adaptasi yang selayaknya dilaksanakan dalam rangka menjalankan tugas pemerintahan yang baik. Kesalahan atau kekeliruan tersebut sifatnya merupakan kesalahan manusiawi, yang apabila dikomunikasikan antara fiskus dan Wajib Pajak, maka masing-masing pihak akan dapat menerimanya. Jadi sifat kesalahan atau keliruan tersebut tidak mengandung adanya suatu yang dipersengketakan atau mengandung perbedaan argumentasi yuridis. Oleh sebab itu bila ditemukan adanya kesalahan atau keliruan demikian harus dilakukan pembetulan, baik diketahui oleh pejabat sendiri atau berdasarkan permohonan Wajib Pajak. 65

14 3.5.4 Mengajukan keberatan berdasarkan Pasal 25 Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Ruang lingkup keberatan dapat diajukan dalam hal Wajib Pajak tidak dapat menerima materi atau dasar pengenaan dari suatu surat ketetapan pajak yang meliputi ketetapan dalam Surat Ketetapan Pajak Nihil/ Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar / Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan/ Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar/ Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga, termasuk juga keberatan atas materi atau dasar pengenaan dari suatu surat ketetapan pajak yang sudah dibetulkan menurut Pasal 16 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Dengan demikian ketentuan mengenai keberatan mengatur tata cara dalam hal terdapat sengketa mengenai materi atau dasar pengenaan pajak antara Wajib Pajak dan Fiskus dan penyelesaian terdapat pada Direktorat Jenderal Pajak, sedangkan untuk keputusan keberatan diatur dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Mengajukan permohonan banding berdasarkan Pasal 27 Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Ruang lingkup banding sama dengan permasalahan ditingkat keberatan, dimana pada tingkat tersebut biasanya Wajib Pajak masih mempersengketakan dari keputusan keberatan. Banding yang berkaitan dengan keputusan keberatan hanya dapat dilakukan kepada Badan Peradilan Pajak yaitu Pengadilan Pajak sesuai dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2002 tanggal 12 April 2002 tentang Pengadilan Pajak Mengajukan Gugatan Pengajuan gugatan bisa dilakukan oleh Wajib Pajak sesuai dengan Pasal 23 ayat (2) Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, terhadap : - Pelaksanaan Surat paksa, Suarat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang; 66

15 - Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; - Keputusan pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 yang berkaitan dengan Surat Tagihan Pajak; - Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 yang berkaitan dengan Surat Tagihan Pajak. Kesemua gugatan tersebut hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak atau Pengadilan Pajak Mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berdasarkan Pasal 36 ayat (1) huruf a Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Ruang lingkup Pasal 36 ayat (1) huruf a diisini mengatur kewenangan Direktorat Jenderal Pajak untuk mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi yang terutang berupa bunga, denda dan kenaikan dan bukan merupakan hak Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan. Dalam hal keputusan mengakibatkan jumlah sanksi menjadi lebih besar atau bertambah dari sebelumnya hal tersebut bisa diproses dengan kuasa Pasal 16 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Wajib Pajak yang dapat mengajukan permohonan dalam hal sanksi administrasi dikenakan karena khilaf atau bukan karena kesalahannya, permasalahan ini tidak bisa diajukan banding. Pembatalan ketetapan tersebut bisa diselesaikan secara jabatan oleh fiskus atau permohonan dari Wajib Pajak Mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar berdasarkan Pasal 36 ayat (1) huruf b Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Ruang lingkup Pasal 36 ayat (1) huruf b mengatur kewenangan Direktorat Jenderal Pajak untuk mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar dan dalam rangka pelaksanaan prinsip adaptasi dan keadilan dalam pemungutan pajak dalam hal: 67

16 Materi atau dasar pengenaan pajak atau penerapan yuridis pada suatu ketetapan pajak tidak benar atau ketetapan pajak ganda, dan Hak Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan habis, dan Tidak ada lagi upaya hukum yang dapat ditempuh oleh Wajib Pajak. Pembatalan ketetapan tersebut bisa diselesaikan secara jabatan oleh fiskus atau permohonan dari Wajib Pajak Mengajukan permohonan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung Dalam Pasal 77 ayat (3) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, diatur terhadap putusan Pengadilan Pajak dapat diajukan upaya hukum luar biasa berupa peninjauan kembali oleh pihak-pihak yang bersengketa ke Mahkamah Agung berdasarkan alasan-alasan tertentu misalnya ditemukan novum. Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung merupakan upaya hukum luar biasa yang efisien, karena di samping akan mengurangi jenjang pemeriksaan ulang vertikal, juga penilaian terhadap kedua aspek pemeriksaan yang meliputi aspek penerapan hukum dan aspek fakta-fakta yang mendasari terjadinya sengketa pajak, akan dilakukan sekaligus oleh Mahkamah Agung. Sesuai dengan konsideran Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang menunjukan pada Pasal 24 dan Pasal 25 Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung serta pengaturan dalam Pasal 11 ayat (1) dan Pasal 77 ayat (3) maka ditentukan bahwa pembinaan dan pengawasan umum terhadap Hakim dan Pengadilan Pajak dilakukan oleh Mahkamah Agung, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari segi judicial, Pengadilan Pajak berpuncak di Mahkamah Agung, yang pada hakekatnya termasuk dalam lingkup Peradilan Tata Usaha Negara, namun pelaksanaannya diatur dengan hukum acara tersendiri. Permasalahan Faktur Pajak cacat, yang menerima akibat tidak hanya penjual melainkan juga pembeli, dimana permasalahan tersebut mempunyai tingkat kesulitan lebih besar dari pada permasalahan pada penerbit faktur cacat atau penjualnya. 68

17 Permasalahan faktur cacat mempunyai dampak yang berarti, yaitu bagi penjual akan dikenakan sanksi denda 2% dari dasar pengenaan pajak sedangkan bagi pembeli hal tersebut mempunyai permasalahan yang lebih besar bila dibandingkan dengan penjual. Dengan tidak bisa dikreditkannya faktur cacat maka akan berakibat kena sanksi administrasi berupa kurang bayar beserta bungannya, apabila koreksi dilakukan terhadap permohonan restitusi atau kompensasi hal ini bisa timbul denda kenaikan 100% sesuai dengan Pasal 13 ayat (3) huruf c Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Ketentuan Mengenai Imbalan Bunga Seperti yang telah diuraikan dalam bab II, ketentuan mengenai imbalan bungan diatur didalam Pasal 27A Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Imbalan Bunga diberikan kepada Wajib Pajak dalam hal memberikan keadilan bagi Wajib Pajak yang mana didalam pengajuan permohonan keberatan dan pengajuan banding ke Badan Peradilan Pajak, permohonan Wajib Pajak dikabulkan oleh Direktur Jenderal Pajak (Keputusan Keberatan) dan oleh Badan Peradilan Pajak dalam hal ini Pengadilan Pajak mengabulkan permohonan bandingnya. Negara dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak memberikan imbalan bunga dikarenakan ada jumlah pajak yang seharusnya tidak terutang menjadi terutang didalam ketetapan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan Wajib Pajak tersebut telah membayarnya terlebih dahulu, karena sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas Undang- Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan : Pasal 25 ayat (7) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak Pasal 27 ayat (5) 69

18 Pengajuan Banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak Pemasalahan Permasalahan yang berkaitan Faktur Pajak cacat dari putusan dari Badan Peradilan Pajak Dari permasalahan faktur cacat pada bab ini akan diuraikan awal permasalahan yang timbul disertai dengan sikap fiskus dalam memberikan suatu ketetapan atau surat ketetapan pajak, lalu dilanjutkan dengan sikap hakim doleansi (Keputusan Keberatan) yang dilakukan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak sendiri untuk mengadili adanya perselisihan berdasarkan tidak adanya persetujuan Wajib Pajak terhadap besarnya jumlah yang dipergunakan sebagai dasar pengenaan pajak dan yang diakhiri dengan putusan dari Majelis dari Badan Peradilan Pajak. Untuk Badan Peradilan Pajak disini antara lain Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dan Pengadilan Pajak. Dalam buku Santosa Brotodihardjo 37 yang menerangkan dalam disertasi Prof. Dr. Rochmat Soemitro yang berjudul Masalah Peradilan Administrasi dalam Hukum Pajak di Indonesia Unpad Bandung, 1964 memasukan peradilan oleh hakim doleansi tersebut kedalam kategori peradilan semu atau kuasi peradilan terutama pula karena tidak adanya tiga pihak yang saling berhadapan muka, yaitu dua pihak yang bersengketa dan satu pihak lagi yang mengadili, sehingga bila Wajib Pajak belum puas atas keputusan yang diambil di tingkat keberatan maka ia masih dapat mengajukan perkaranya ke Badan Peradilan Pajak (dulu Majelis Pertimbangan Pajak, diganti dengan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dan terakhir diganti dengan Pengadilan Pajak). Dan sekarang apabila dengan putusan dari Pengadilan Pajak Wajib Pajak masih merasa belum puas, bisa diajukan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung yang merupakan peradilan yang paling tinggi. Untuk mempermudahkan penyampaian data yang mempunyai unsur ketetapan pajak, keputusan dan putusan maka peneliti melakukan penyeleksi permasalahan yang berkaitan Faktur Pajak cacat dari putusan dari Badan Peradilan Pajak dikarenakan ketiganya unsur tersebut tertuang dalam putusan 37 Brotodihardjo, Santosa, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Penerbit Refika Aditama, Bandung, 1998, hal

19 Badan Peradilan Pajak, sedangkan untuk penyajiannya akan disesuaikan sesuai dengan unsur-unsur tersebut diatas: A. Pokok Sengketa dan Jenis Ketetapan B. Keputusan Direktur Jenderal Pajak C. Putusan Pengadilan Pajak Untuk lebih mempermudah pengidentifikasi permasalahan yang ada, baik permasalahan pemeriksa, keberatan maupun banding, dalam hal ini diuraikan permasalahan yang diuraikan sesuai dengan kenyataan dibagi per pokok permasalahan yang sering terjadi. PERMASALAHAN I Dalam kasus ini merupakan persengketaan atas Faktur Pajak cacat yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak penjual / Pertamina (Badan Usaha Milik Negara atau BUMN) yang kedudukannya sebagi pemungut dan melakukan penyerahan kepada Pengusaha Kena Pajak pembeli (Badan Usaha Milik Negara atau BUMN) yang kedudukannya juga sebagai pemungut untuk tahun pajak a. Ketetapan Bahwa berdasarkan laporan hasil pemeriksaan terhadap Pengusaha Kena Pajak Pembeli ditemukan bahwa Faktur Pajak masukan dengan jumlah Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp. xxx,- yang diterima Pengusaha Kena Pajak tidak memenuhi ketentuan formal pengisian Faktur Pajak standar yaitu: a. Koreksi dilakukan atas Faktur Pajak masukan karena adanya kesalahan penulisan Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib Pajak oleh pihak penjual PT. Pertamina dalam faktur ( Paktur Nota Bon Penyerahan atau PNBP) dimana sesuai dengan Kep-54/PJ/1994 tanggal 29 Desember 1994 Paktur Nota Bon Penyerahan diperlakukan sebagai Faktur Pajak standar. b. Wajib Pajak pernah melakukan persuratan ke pihak Pertamina untuk diadakan pembetulan atau menerbitklan Faktur Pajak pengganti atas Faktur Pajak cacat tersebut (sesuai dengan Kep-53/PJ/1994 tanggal 29 Desember 1994, sedangkan pihak Pertamina mengakui kesalahan penulisan Nomor Pokok Wajib Pajak ada padanya dan menyatakan tidak 71

20 dapat menerbitkan Faktur Pajak pengganti karena Paktur Nota Bon Penyerahan yang diterbitkan selain berfungsi sebagai Faktur Pajak, juga merupakan tagihan / penyerahan dan pembukuan, dan karenanya tidak dapat diterbitkan ulang sehingga tidak sesuai dengan Pasal 13 ayat (5) Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai. b. Keputusan keberatan Dalam keputusan ini tanggapan Peneliti Keberatan atas koreksi Pajak Masukan dari Faktur Pajak cacat adalah bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (8) huruf f Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai, maka Faktur Pajak tersebut tidak dapat dikreditkan karena cacat. Menanggapi permasalahan tersebut, Wajib Pajak menyatakan alasan-alasan keberatannya sebagai berikut : o Bahwa atas Faktur Pajak Masukan tersebut Wajib Pajak menyurati pihak PT. Pertamina untuk mengadakan pembetulan atau menerbitkan Faktur Pajak pengganti atas Faktur Pajak cacat tersebut, sedangkan pihak Pertamina menyatakan bahwa kesalahan penulisan Nomor Pokok Wajib Pajak memang ada pada pihak PT. Pertamina selaku PKP Penjual, namun PT. Pertamina tidak dapat menerbitkan Faktur Pajak pengganti karena Paktur Nota Bon Penyerahan yang diterbitkan selain berfungsi sebagai Faktur Pajak, juga merupakan tagihan / penyerahan dan pembukuan, sehingga oleh karena itu tidak dapat diterbitkan ulang. o Bahwa Pemohon Banding untuk tahun pajak yang sama, sebelumnya pernah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar berkaitan dengan Pengusaha Kena Pajak sebagai Perusahaan Eksportir Tertentu (PET). Dengan adanya permasalahan tersebut maka dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. o Bahwa PT. Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menerbitkan Paktur Nota Bon Penyerahan telah memungut dan menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai ke kas negara serta telah melaporkannya dalam Surat Pemberitahuan Masa, sehingga sudah selayaknya Pengusaha Kena Pajak mengkreditkan Pajak Pertambahan Nilai tersebut sebagai pajak masukannya 72

21 o Bahwa menurut Pengusaha Kena Pajak (Pemohon Banding), kesalahan PT. Pertamina dalam menulis Nomor Pokok Wajib Pajak pemohon banding seharusnya bukan menjadi tanggung jawab pemohon banding. Bahwa Keberatan Kanwil pernah melakukan konfirmasi atas kebenaran transaksi atau mengenai kebenaran Faktur Pajak-Faktur Pajak (Paktur Nota Bon Penyerahan) yang dipersengketakan, kepada PT Pertamina Dari alasan tersebut keputusan Direktorat Jenderal Pajak tetap mempertahankan ketetapan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut atau dengan kata lain menolak permohonan pembatalan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut. c. Putusan Bahwa amar putusan majelis adalah membatalkan koreksi pemeriksa atas Faktur Pajak yang tidak lengkap tersebut dan mengabulkan permohonan banding dengan alasan sebagi berikut: Bahwa menurut majelis yang menjadi sengketa banding adalah mengenai Faktur Pajak masukan yang tidak diakui karena diisi tidak lengkap (cacat) sesuai Pasal 9 ayat (8) Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai. Bahwa dengan adanya konfirmasi Faktur Pajak, ternyata Paktur Nota Bon Penyerahan yang beralamat ke Pengusaha Kena Pajak penjual (PT. Pertamina) ternyata benar ada. Berdasarkan pemeriksaan majelis terhadap bukti / dokumen yang ada dalam berkas banding, bahwa terdapat cukup bukti yang meyakinkan Majelis untuk meninjau kembali sehingga koreksi positif Pajak masukan tersebut tidak bisa dipertahankan dan Pajak Pertambahan Nilai atas Faktur Pajak tersebut telah dipungut, disetor dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan masa Pajak Pertambahan Nilai masa yang bersangkutan. PERMASALAHAN II Dalam kasus ini yang menjadi permasalahan adalah hasil putusan banding atas keputusan keberatan Wajib Pajak terhadap materi Nota Retur dan Faktur Pajak masukan cacat yang oleh Majelis Hakim Pengadilan Pajak dalam amar 73

22 putusannya menyatkaan menolak permohonan banding Pemohon Banding tersebut. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut : a. Ketetapan 1. Koreksi Pajak Pertambahan Nilai atas retur penjualan atau dengan kata lain nota retur, dalam permasalahan ini adanya koreksi atas nota retur yang tidak mencantumkan nomor dan tanggal Faktur Pajak dari Barang Kena Pajak yang dikembalikan. Dasar koreksi ini berdasarkan Pasal 3 ayat (3) Keputusan Menteri Keuangan nomor 596/KMK.04/1994 tanggal 21 Desember 1994 jo SE DJP nomor 12/PJ.54/1995 tanggal 3 April 1995 tentang Tata Cara Pengurangan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dikembalikan. Dan salah satu dari persyaratan yang tidak dipenuhi Wajib Pajak adalah tidak memenuhi ketentuan yang diatur pada huruf b. Yaitu tidak adanya nomor dan tanggal Faktur Pajak dari Barang Kena Pajak yang dikembalikan. 2. Koreksi atas pajak masukan dikarenakan Faktur Pajak masukan cacat, dalam permasalahan ini Wajib Pajak menerima Faktur Pajak masukan yang tidak memenuhi persyaratan Pasal 13 ayat (5) huruf g Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai yaitu tidak adanya nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. Permasalahan tersebut diatas sesuai dengan Pasal 9 ayat (8) huruf f Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai disebutkan bahwa Faktur Pajak masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (5) tidak dapat dikreditkan. b. Keputusan keberatan Dari ketetapan yang diterbitkan tersebut berupa Surat Ketetapan Pajak atas Pajak Pertambahan Nilai, Wajib Pajak mengajukan keberatan dengan alasan sebagai berikut: 1. bahwa mengenai dasar hukum penetapan yang dimaksud pemeriksa telah diketahui oleh Wajib Pajak, tetapi hal ini tidak dapat dipenuhi oleh pembeli untuk mencantumkan nomor dan tanggal Faktur Pajak atau nota retur tersebut. Tidak dipenuhi persyaratan tersebut 74

23 dikarenakan barang-barang yang dibeli sudah tergabung di dalam gudang dan tidak dapat diidentifikasi lagi berasal dari Faktur Pajak yang mana. Bahwa pembeli telah membuktikan kebenaran dari nota retur tersebut melalui penyerahan foto copy Surat Pemberitahuan masa Pajak Pertambahan Nilai meliputi masa yang dimaksud dimana nota-nota retur telah dilaporkan pembeli sebagai pengurang pajak masukan. 2. Untuk Faktur Pajak masukan cacat, Wajib Pajak mengakui bahwa Faktur Pajak yang ditemukan oleh pemeriksa tidak mencantumkan jabatan dan sebagian lagi tidak mencantumkan nama dari penanda tangan, tetapi menurut konfirmasi yang Wajib Pajak lakukan terhadap pihak penjual (supplier), Wajib Pajak telah menyerahkan fotocopy Surat Pemberitahuan masa, yang mencakup faktur-faktur Pajak yang dimaksud untu membuktikan bahwa faktur-faktur tersebut telah dilaporkan pada Surat Pemberitahuan masa Pajak Pertambahan Nilai (supplier) dan kekurangannya berarti telah dibayar ke kas negara. Berdasarkan temuan dari pemeriksa dan alasan dari Wajib Pajak yang berkaitan dengan nota retur dan Faktur Pajak masukan cacat, maka peneliti keberatan tetap berpendapat untuk mempertahankan koreksi yang dilakukan oleh pemeriksa atau menolak permohonan keberatan dari Wajib Pajak. c. Putusan Dalam pengajuan banding ke Pengadilan Pajak atas permasalahan tersebut diatas dengan alasan dan pengakuan yang sama pada waktu mengajukan permohonan keberatan, diperoleh keterangan sebagai berikut: 1. bahwa berdasarkan pemeriksaan majelis terhadap bukti berupa nota retur yang ada Majelis meyakini bahwa nota retur tidak mencantumkan nomor dan tanggal Faktur Pajak yang diretur dan berdasarkan Pasal 5A Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai jo Pasal 3 ayat (3) dan (4) Kepmen No. 596/KMK.04/1994 tanggal 21 Desember 1994 jo SE-12/PJ.54/1995 tanggal 3 April 1995, Majelis berpendapat koreksi yang dilakukan oleh terbanding telah benar dan tetap mempertahankan koreksi terbanding. 75

24 2. Berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap bukti berupa Faktur Pajak yang dikoreksi terbanding tidak dapat dikreditkan diketahui bahwa Faktur Pajak tersebut terbukti tidak mencantumkan nama dan jabatan yang menandatangani Faktur Pajak, berdasarkan ketentuan Pasal 13 ayat (5) huruf g dan Pasal 9 ayat (8) huruf f Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai. Majelis berpendapat koreksi yang dilakukan oleh terbanding telah benar dan tetap mempertahankan koreksi terbanding. PERMASALAHAN III Dalam kasus ini merupakan hasil gugatan mengenai Faktur Pajak cacat yang diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak penjual yang melakukan penyerahan terhadap pemungut. a. Ketetapan Ketetapan berupa Surat Tagihan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak januari s.d. Desember 2003 yang diterapkan kepada penerbit atau Pengusaha Kena Pajak penjual yang menerbitkan Faktur Pajak tidak sesuai dengan Pasal 13 ayat (5) Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai. Bahwa berdasarkan laporan hasil pemeriksaan ditemukan Faktur Pajak Keluaran dengan jumlah Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp. xxx,- yang diterbitkan Pengusaha Kena Pajak menunjukkan adanya cacat formal dimana pengisian Faktur Pajak tersebut tidak memenuhi syarat pengisian Faktur Pajak standard yaitu Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan pencoretan pada kolom Harga Jual atau Penggantian atau Potongan Harga sehingga tidak sesuai dengan Pasal 13 ayat (5) Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai dimana pada kolom tersebut disebutkan coret yang tidak perlu. Bahwa atas Faktur Pajak tidak lengkap tersebut diterbitkan Surat Tagihan Pajak sesuai dengan Pasal 14 ayat (1) huruf e Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dengan pengenaan sanksi denda administrasi sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak sesuai dengan Pasal 76

25 14 ayat (4) Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebesar Rp. xxx,- x 2%.. b. Keputusan keberatan Dalam keputusan ini merupakan tanggapan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya sesuai Pasal 36 ayat (1) huruf a Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Tanggapan Wajib Pajak dalam permasalahan tersebut mempunyai beberapa alasan : Faktur Pajak keluaran yang telah diterbitkannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Faktur Pajak yang telah diterbitkan tersebut telah dilaporkan di Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak Januari s.d. Desember Dengan alasan tersebut penerbit berharap untuk dinihilkan atas Surat Tagihan Pajak tersebut. Dari alasan tersebut keputusan Direktorat Jenderal Pajak tetap mempertahankan ketetapan atas Surat Tagihan Pajak tersebut atau dengan kata lain menolak permohonan pembatalan atas Surat Tagihan Pajak tersebut oleh Wajib Pajak. Alasan penolakan : o Bahwa karena Wajib Pajak sudah lama dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak maka seharusnya sudah mengetahui peraturan atau tatacara pembuatan Faktur Pajak Keluaran standar dan lengkap sesuai ketentuan, o Bahwa alasan yang disampaikan penggugat /Wajib Pajak tidak dapat diterima karena tidak ada unsur kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya. c. Putusan 77

26 Bahwa amar putusan Majelis Hakim Pengadilan Pajak adalah membatalkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Surat Tagihan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak Januari s.d. Desember 2003 tersebut dan sekaligus juga membatalkan Surat Tagihan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak Januari s.d. Desember 2003 tersebut. Bahwa menurut pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang menjadi sengketa gugatan adalah mengenai Faktur Pajak keluaran yang tidak diisi selengkapnya atau yang cacat sehingga diterbitkan sanksi administrasi 2% dari Dasar Pengenaan Pajak. Bahwa menurut pertimbangan Majelis Hakim pembuatan Faktur Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak tersebut tidak bertentangan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-323/PJ./2001 tanggal 30 April 2001 tentang Perubahan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-549/PJ./2000 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tata Cara Penyampaian dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar, sehingga tidak seharusnya terhadap Pengusaha Kena Pajak tersebut diterbitkan Surat Tagihan Pajak. Bahwa Faktur Pajak yang diterbitkan Pengusaha Kena Pajak benar-benar merupakan sarana administrasi dan tidak dipenuhinya persyaratan pengisian Faktur Pajak tidak berakibat apapun terhadap pihak penerima jasa, karena pihak penerima jasa adalah pemerintah sebagai pemungut pajak, sehingga dalam hal ini pemerintah tidak ada menanggung kerugian apapun karena pajak yang seharusnya dibayar kepada negara telah benar-benar dipenuhi dan dibayarkan ke kas negara. PERMASALAHAN IV Dalam Kasus ini merupakan penyelesaian banding dengan sengketa Faktur Pajak Cacat yang diserahkan oleh Pengusaha Kena Pajak Penjual dengan Pengusaha Kena Pajak Pembeli (transaksi normal/ biasa/ bukan sama pemungut) a. Ketetapan Bahwa berdasarkan laporan hasil pemeriksaan ditemukan bahwa Faktur Pajak masukan dengan jumlah dasar pengenaan pajak sebesar Rp. xxx,- 78

27 yang diterima Pengusaha Kena Pajak tidak memenuhi ketentuan formal pengisian Faktur Pajak standar yaitu: a. tidak terdapatnya nama jabatan penandatangan Faktur Pajak, b. tidak ada tanggal penyerahan, c. salah nomor Nomor Pokok Wajib Pajak sehingga tidak sesuai dengan Pasal 13 ayat (5) Undang Undang Pajak Pertambahn Nilai. b. Keputusan keberatan Dalam keputusan ini merupakan tanggapan atas koreksi Pajak Masukan dari Faktur Pajak cacat. Bahwa sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-35/PJ.5/1989 tanggal 6 Juli 1989 bahwa Faktur Pajak yang tidak dapat dikreditkan karena cacat (Pasal 9 ayat (8) huruf f Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai) tidak perlu dikonfirmasi. Tanggapan Wajib Pajak dalam permasalahan tersebut mempunyai beberapa alasan : Bahwa atas Faktur Pajak Masukan tersebut tidak ada tanggal penyerahannya tetapi Pengusaha Kena Pajak telah membayarnya, Bahwa atas Faktur Pajak yang tidak ada nama jabatannya tetapi Pengusaha Kena Pajak telah membayarnya dan melaporkannya dengan benar, Dengan alasan tersebut pengguna Faktur Pajak (Pembeli) berharap agar Faktur Pajak cacat tersebut diakui sehingga permohonan restitusinya dikabulkan. Dari alasan tersebut keputusan Direktorat Jenderal Pajak tetap mempertahankan ketetapan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut atau dengan kata lain menolak permohonan pembatalan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut. Alasan penolakan : Bahwa sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-35/PJ. 5/1989 tanggal 6 Juli 1989 bahwa Faktur Pajak yang tidak dapat dikreditkan karena cacat (Pasal 9 ayat (8) huruf f Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai) tidak perlu dikonfirmasi. 79

28 c. Putusan Dalam permohonan banding tanggapan Wajib Pajak atas keputusan DJP mempunyai beberapa alasan sebagai berikut : o Wajib Pajak menyadari bahwa terdapat kekeliruan / kesalahan pada Faktur Pajak yang dikreditkannya, namun Wajib Pajak juga merasa bahwa ia telah membayar Pajak Pertambahan Nilai-nya dan Pengusaha Kena Pajak penjual telah melaporkan dalam Surat Pemberitahuan masa Pajak Pertambahan Nilai-nya. o Dengan demikian apakah kesalahan tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak tersebut dikategorikan sebagai kesalahan yang bersifat material karena dilain pihak kesalahan tersebut bukan merupakan kesalahan pembeli melainkan kesalahan penjual. o Faktur-faktur yang tidak lengkap tersebut telah dikonfirmasikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat penjual terdaftar dan memang benar Faktur Pajak tersebut telah dilaporkan oleh penjual (pada waktu proses keberatan). Bahwa amar putusan majelis adalah membatalkan koreksi pemeriksa atas Faktur Pajak yang tidak lengkap tersebut dan mengabulkan permohonan banding dengan alasan sebagi berikut: Bahwa menurut majelis yang menjadi sengketa banding adalah mengenai Faktur Pajak masukan yang tidak diakui karena diisi tidak lengkap (cacat) sesuai Pasal 9 ayat (8) Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai. Bahwa pemohon memperlihatkan bukti-bukti berupa Faktur Pajak Standar, Invoice/faktur, invoice receipt, bilyet giro/bukti transfer bank, kwitansi pembayaran serta Surat Pemberitahuan masa Pajak Pertambahan Nilai dari Pengusaha Kena Pajak Penjual. Bahwa berdasarkan bukti-bukti yang diperlihatkan tersebut diperoleh petunjuk bahwa transaksi pembelian tersebut memang benar-benar ada dan Pajak Pertambahan Nilai atas Faktur Pajak tersebut telah dipungut, disetor dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan masa Pajak Pertambahan Nilai masa yang bersangkutan. Bahwa kesalahan tidak terdapat tanggal penyerahan, tidak ada nama jabatan dan kesalahan merupakan kelalaian dari Pengusaha Kena Pajak penerbit 80

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA Didalam bab ini akan dilakukan analisis atau pembahasan hasil pemeriksaan, keberatan sampai dengan keluarnya

Lebih terperinci

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Faktur Pajak Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c.

Lebih terperinci

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Faktur a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c. ekspor BKP

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 159 /PJ./2006 TENTANG SAAT PEMBUATAN, BENTUK, UKURAN, PENGADAAN, TATA CARA PENYAMPAIAN, DAN

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put-4/PP/M.XIIA/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap permohonan Pengurangan

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap penerbitan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Jika kita membahas pengertian dari pajak, banyak ahli yang memiliki pengertian yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri.

Lebih terperinci

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai Berbagi informasi terkini bersama teman-teman Anda Jakarta Istilah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bukan suatu hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Namun

Lebih terperinci

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK STANDAR

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK STANDAR PETUNJUK PENGISIAN Lampiran II TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK STANDAR 1. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar. Diisi dengan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar yang formatnya

Lebih terperinci

FAKTUR PAJAK STANDAR

FAKTUR PAJAK STANDAR FAKTUR PAJAK STANDAR Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : Pengusaha Kena Pajak : Alamat : NPWP : Tanggal Pengukuhan PKP : Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak : Alamat : NPWP : NPPKP : No.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak Pertambahan Nilai 1. Defenisi Pajak Pajak memiliki berbagai defenisi, yang pada hakekatnya mempunyai pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh

Lebih terperinci

Surat Edaran SE-13/PJ.52/2006

Surat Edaran SE-13/PJ.52/2006 Surat Edaran Nomor : SE-13/PJ.52/2006 Hal : Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-159/PJ./2006 Tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tata Cara Penyampaian, Dan Tata Cara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK Lampiran II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-13/PJ/2010 TANGGAL: 24 Maret 2010 TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK PETUNJUK PENGISIAN 1. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Diisi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

Penggantian ke 2 (dua) :

Penggantian ke 2 (dua) : Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.38645/PP/M.XIII/16/2012 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa dalam pemeriksaan yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh

BAB II TELAAH PUSTAKA. pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Umum Tentang Pajak Pajak memiliki berbagai defenisi, yang pada hakekatnya mempunyai pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan perbandingan Pajak Pertambahan Nilai sebelum dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan penelusuran atas laporan laba rugi, neraca,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA G. Pengertian Pajak 1.Defenisi Pajak Pajak memiliki berbagai defenisi, yang pada hakekatnya mempunyai pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para

Lebih terperinci

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

Perpajakan 2 PPN & PPnBM Perpajakan 2 PPN & PPnBM 18 Februari 2017 Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Karakteristik PPN 1. Pajak tidak langsung Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan

Lebih terperinci

Lembar ke 1 : untuk Pembeli BKP/Penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan FAKTUR PAJAK

Lembar ke 1 : untuk Pembeli BKP/Penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan FAKTUR PAJAK LAMPIRAN IA NOMOR PER-24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA Lembar ke 1 untuk Pembeli BKP/Penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan FAKTUR PAJAK Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak Pertambahan Nilai 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai Menurut Andriani dalam Brotodiharjo,(2009:2) menyatakan: Pajak adalah iuran kepada negara (yang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1)

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1) BAB II LANDASAN TEORI A. Perpajakan Adapun pengertian pajak yang dikemukakan para ahli dari sudut pandang yang berbeda. Beberapa pendapat mengenai definisi pajak yang dikemukakan para ahli sebagai berikut:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26. Tahun Pajak : 2010

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26. Tahun Pajak : 2010 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26 Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG BENTUK, UKURAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN, DAN TATA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Dasar Dasar Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Mengacu pada pasal 1 Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Keempat atas Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.49243/PP/M.XI/99/2013. Tahun Pajak : 2009

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.49243/PP/M.XI/99/2013. Tahun Pajak : 2009 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.49243/PP/M.XI/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2009 Pokok Sengketa Menurut Tergugat Menurut Penggugat : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah Penerbitan

Lebih terperinci

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ.

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ. Putusan : Put-87868/PP/M.VA/99/2017 Nomor Jenis Pajak : Gugatan Masa Pajak : 2014 Pokok Sengketa Menurut Tergugat Menurut Penggugat Menurut Majelis : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-103678.16/2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah 1. Koreksi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

FAKTUR PAJAK STANDAR

FAKTUR PAJAK STANDAR Lampiran 1A Lembar ke 1 : Untuk pembeli BKP/ Penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan Barang Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termijn (Rp) PPN = 10 % X *) Coret yang tidak perlu www.peraturanpajak.com

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN BANDING, PUTUSAN GUGATAN, DAN PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI A Umum DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU IV.1 Evaluasi atas Penyerahan Barang Kena Pajak Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan mengelompokkan penjualan

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Maia Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.46597/PP/M.II/16/2013 Jenis Pajak Tahun Pajak : 28 Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon Banding Menurut Majelis : Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan BAB IV PEMBAHASAN Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2000 yang merupakan perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

4. Faktur Pajak yang dibatalkan harus tetap diadministrasi (disimpan) oleh Pengusaha Kena Pajak Penjual yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut.

4. Faktur Pajak yang dibatalkan harus tetap diadministrasi (disimpan) oleh Pengusaha Kena Pajak Penjual yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut. 1. Perlakuan PPN dan PPnBM Apabila Terjadi Pembatalan Transaksi Pembelian Barang Kena Pajak (BKP ) Pertanyaan Konsultasi Pajak : Saya ada masalah dengan PPN dan PPn-BM nih gan, jika terjadi pembatalan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN,

Lebih terperinci

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VII FAKTUR PAJAK DAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VII FAKTUR PAJAK DAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) 149 BAB VII FAKTUR PAJAK DAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) PERATURAN TERKAIT a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 24/PJ/2012 Tentang Bentuk, ukuran, tata cara pengisian keterangan, prosedur pemberitahuan

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi pajak Pengertian pajak menurut Pasal 1 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP sebagai berikut : Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

Menurut Majelis : bahwa dasar hukum yang terkait dengan materi gugatan ini adalah :

Menurut Majelis : bahwa dasar hukum yang terkait dengan materi gugatan ini adalah : Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put.53311/PP/M.XVIIIB/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap Penerbitan Surat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: UU 6-1983 lihat: UU 9-1994::UU 28-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 126, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGURANGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

FAKTUR PAJAK STANDAR. Lampiran 1A. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-549/PJ/2000 Tanggal : 29 Desember 2000

FAKTUR PAJAK STANDAR. Lampiran 1A. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-549/PJ/2000 Tanggal : 29 Desember 2000 Lampiran 1A FAKTUR PAJAK STANDAR Lembar ke 1 : Untuk pembeli BKP/Penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Pengusaha Kena Pajak Tanggal Pengukuhan PKP Pembeli Barang Kena

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak : 39925/PP/M.II/99/2012. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2008

Putusan Pengadilan Pajak : 39925/PP/M.II/99/2012. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2008 Putusan Pengadilan Pajak : 39925/PP/M.II/99/2012 Nomor Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap penerbitan Surat Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK 2.1 Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara lain:

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN UMUM 1. Peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG 26 Maret 2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA

Lebih terperinci

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009 Disusun oleh : SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009 Oktober 2009 begawan5060@gmail.com begawan5060 1 Pasal 1 Pengertian 1 Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang

Lebih terperinci

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN I. UMUM 1. Undang-Undang

Lebih terperinci

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas : a.penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; b.impor Barang Kena Pajak;

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.162, 2011 EKONOMI. Pajak. Hak dan Kewajiban. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5268) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PUTUSAN SIDANG PENGADILAN PAJAK PADA KASUS BANDING PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PUTUSAN SIDANG PENGADILAN PAJAK PADA KASUS BANDING PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PUTUSAN SIDANG PENGADILAN PAJAK PADA KASUS BANDING PAJAK PERTAMBAHAN NILAI Arfian Maranatha Agung Handoko Anna Purwaningsih Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian pajak sehingga mudah dipahami. Perbedaannya hanya terletak pada sudut

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian pajak sehingga mudah dipahami. Perbedaannya hanya terletak pada sudut BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Pengertian Pajak Banyak definisi atau batasan pajak yang telah dikemukakan oleh para pakar, yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.03/2010 TENTANG Page 1 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGURANGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43000/PP/M.XIII/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah gugatan terhadap Keputusan

Lebih terperinci

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : PUT /2014/PP/M.VIB Tahun Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2014.

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : PUT /2014/PP/M.VIB Tahun Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2014. Putusan Nomor : PUT-112135.16/2014/PP/M.VIB Tahun 2018 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon Banding : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa

Lebih terperinci

PENETAPAN DAN KETETAPAN

PENETAPAN DAN KETETAPAN PENETAPAN DAN KETETAPAN Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar - dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Dibawah ini terdapat beberapa definisi-definisi dan unsur pajak yang terangkum tentang pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Umum Pajak Dalam sistem pemerintahan kita pajak merupakan sumber penerimaan yang mempunyai andil baik bagi pemerintah Pusat maupun pemerintah Daerah. Karena melibatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 II.1.1 Kerangka Teori dan Literatur Gambaran Umum Perpajakan II.1.1.1 Pengertian Pajak Banyak definisi tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG.

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG. PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG. 1 ALUR KUP WP SPT SKP Inkraacht 3 bulan (dikrim) Daftar Inkraacht Pemeriksaan Keberatan Inkraacht 5 tahun 3 bulan(dite rima)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa guna

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK, PERUBAHAN DATA DAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi BAB 1 JENIS, FUNGSI, DAN KEWAJIBAN PEMBUATAN FAKTUR PAJAK Pendahuluan Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi yang sangat penting dalam pelaksanaan ketentuan pemungutan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan 1 PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KOMPILASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN (KUP)

KOMPILASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN (KUP) KOMPILASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN (KUP) ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ BEBERAPA PERUBAHAN POKOK UU

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA

Lebih terperinci

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Kelebihan Pembayaran Pajak. Penghitungan. Prosedur PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci