THE COMPARISON INTEREST STUDENTS CLASS IPA AND CLASS IPS TOWARD OF SPORT AND PHYSICAL EDUCATION LEARNING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "THE COMPARISON INTEREST STUDENTS CLASS IPA AND CLASS IPS TOWARD OF SPORT AND PHYSICAL EDUCATION LEARNING"

Transkripsi

1 THE COMPARISON INTEREST STUDENTS CLASS IPA AND CLASS IPS TOWARD OF SPORT AND PHYSICAL EDUCATION LEARNING (The research in the XI and XII grate students of SMAN 1 Sidoarjo) EKO FEBRI RAHMAWAN ABSTRACT S1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya qnyonk_r7@yahoo.co.id Dosen Pembimbing: Taufiq Hidayat, S.Pd., M.Kes. In the world of senior high school education (high school) there are two different majors natural sciences (IPA) and social science (IPS). Both majors have the characteristics of students and academic learning are different, those differences impact the students' interest in learning of sport and physical education, interest will either give a good impact on the learning objectives. The goal of such research was to get information about students' interest towards the learning of sport and physical education in SMAN 1 Sidoarjo. Researchers in this study used a quantitative approach to the type nonexperimental research design was survey and comparability. The variable in this study is the difference in grade science and social studies classes (independent variable) and an interest in teaching physical education, sport, and health (dependent variable). The population in this study were all students of class XI and XII in SMAN 1 Sidoarjo and the samples of the research were three classes of science class, a class XI IPA 5, XI IPA 8, and 4 and class XII science XI IPS 1, XI IPS 2, XII IPS 1, and XII IPS 2. The results of the analysis of students' interest in science classes and social studies classes to learning of sport and physical education in SMAN 1 Sidoarjo was no significant difference can be seen from the results of t hitung declared value is not significant at the 5% level of accuracy because the sig (2-tailed) in the calculation of > more than the value of alpha (a = 0.05). Interests grade science and social studies classes to teaching physical education, sport, and health fall into the category that the show was the percentage of IPA by 63, 8% and 62.7% grade social studies. thus concluded that free no difference between interest-class science and social studies classes at SMAN 1 Sidoarjo Key word : Interest of student class IPS and class IPS, learning of sport and physical education PERBANDINGAN MINAT KELAS IPA DAN KELAS IPS TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (Studi Pada Siswa Kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo) EKO FEBRI RAHMAWAN ABSTRAK Di dalam dunia pendidikan sekolah menengah atas (SMA) terdapat dua jurusan yang berbeda yaitu ilmu pengetahuan alam (IPA) dan ilmu pengetahuan social (IPS). Kedua jurusan tersebut memiliki karakteristik siswa dan pembelajaran akademik yang berbeda, perbedaan itu memberikan pengaruh terhadap minat siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, minat yang baik akan memberikan dampak yang baik terhadap tujuan pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di SMA Negeri 1 Sidoarjo. dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif non eksperimen dengan jenis penelitian survey dan desain penelitiannya adalah komparatif. Variabel dalam penelitian ini adalah perbedaan kelas IPA dan kelas IPS (variabel bebas) dan minat terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (variabel terikat). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo dan sampel penelitian ini adalah tiga kelas dari kelas IPA, kelas XI IPA 5, XI IPA 8, serta XII IPA 4 dan kelas XI IPS 1,XI IPS 2, XII IPS 1, dan XII IPS 2. Hasil analisis minat siswa kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di SMA Negeri 1 Sidoarjo adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari hasil nilai t hitung sebesar 1,249 nilai tersebut dinyatakan tidak signifikan pada tingkat ketelitian 5% karena nilai sig.(2- tailed) pada perhitungan tersebut 0,214> lebih dari nilai alpha (a=0,05). Minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan masuk dalam katergori sedang hal itu di tunjukan dari persentase nila IPA sebesar 63,8% dan kelas IPS 62,7%. Dengan demikian disimpulkan bahawa tidak ada perbedaan antara minat kelas IPA dan kelas IPS di SMA Negeri 1 SIdoarjo

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan segala upaya untuk memajukan pikiran, budi pekerti, serta jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup. Pendidikan jamani kesehatan dan olahraga sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam hal jasmani khususnya. Dalam upaya untuk mewujudkan manusia yang kuat, trampil, bermoral, dan tangung jawab adalah dengan pendidikan jasmani. Menurut Kristiyandaru ( 2010 :4) pendidikan jasmani bukan hanya bertugas mendidik siswa dalam pertumbuhuan jasmani saja, namun penanaman sikap dan nilai nilai hidup yang benat dapat ditanamkan melalui aktivitas jasmani. Dunia pendidikan menyadari akan pentingnya pendidikan jasmani sebagai upaya mewujudkan manusia yang kuat, terampil, bermoral, dan tanggung jawab, hal ini di buktikan dengan adanya pendidikan jasmani dalam bentuk pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ( penjasorkes) di sekolah. Penjasorkes adalah bagian dari pendidikan jasmani secara umum yang diajarkan di sekolah dan mengutamakan aktivitas dan pengembangan hidup sehat untuk pertumbuhan jasmani, mental, sosial, dan emosional siswa. Aktifitas di dalam pembelajaran jasmani kebanyakan di jadikan siswa sebagai sarana refreshing dari kejenuhan aktifitas belajar siswa yang padat dalam

3 lingkup pembelajaran siswa sesuai program studi mereka selain itu juga digunakan sebagai sarana belajar untuk menjadi pribadi seorang yang disiplin, tegas, dan bijaksana. Sebagaimana yang kita ketahui di dalam pendidikan sekolah menengah atas terdapat penjurusan pendidikan sesuai bakat dan minat siswa, yaitu: ( Ilmu Pengetahuan Alam) IPA, ( Ilmu Pengetahuan Sosial) IPS, dan Bahasa. Karakter siswa kelas IPA mempunyai perbedaan dengan karekter siswa kelas IPS, hal ini terlihat dari cara berfikirnya, siswa kelas IPA berfikirnya ilmiah, pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan cermat disebabkan kebiasaan mereka sehari hari mendapatkan sarana berfikir ilmiah seperti metematika Logika dan statistika, sedangkan siswa kelas IPS berfikirnya alamiah, pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. ( Blog at wordpress.com.) di unduh 19 Oktober 2011 Berdasarkan perbedaan cara berfikir siswa kelas IPA dan kelas IPS pembelajaran penjasorkes bisa digunakan sebagai sarana untuk menunjang siswa mengembangkan cara berfikir ilmiah dan alamiah, seperti yang di nyatakan SK Menpora Nomor 053 A /Menpora/1994 dalam Nurhasan, ( 2005:2) pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar dan dilakukan secara sistematis dalam rangka memperoleh keterampilan jasmani, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan watak Selain itu juga di tujukan untuk meningkatkan minat siswa terhadap pendidikan jasmani sehingga dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani siswa merasa senang dan aktif untuk belajar seperti yang dikemukakan oleh

4 Slameto (2003:57) minat besar terbatas seperti ekspresi wajah dan pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Selain itu menurut Djamarah dalam Ocky (2012:4) Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar, anak didik yang berminat pada suatu peajaran akan mempelajarinya dengan sunguh sunguh dari kutipan tersebut kita bisa mengetahui bahwa minat besar pengaruhnya terhadap hasi belajar anak didik. Tidak ada yang bisa diharapakan dari prestasi belajar tanpa adanya minat yang baik dari anak yang tidak berminat mempelajari sesuatu. Untuk mengetahui minat, tidak ada yang memiliki informasi langsung tentang keadaan minat seseorang. Yang bisa lakukan adalah menilai petunjuk luar yang gerak tubuh. Orientasi pembelajaran penjasorkes harus di sesuaikan dengan karkter dan perkembangan siswa yang belajar di kelas IPA atau IPS serta isi materi harus disesuaikan dengan perkembangan dan karakter siswa kelas IPA atau IPS sehingga isi materi bisa menarik perhatian siswa untuk belajar penjasorkes. Seringkali guru penjasorkes berhadapan dengan persoalan siswa yang kurang memberikan perhatian dan merasa bosan terhadap satu mata pelajaran dan dapat diketahui minat merupakan faktor yang sangat besar mempengaruhi faktor belajar, minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada tanpa minat. Dari latar belakang adanya perbedaan cara berfikir itulah peneliti ingin mengetahui seberapa besar minat siswa IPA dan IPS terhadap

5 pembelajaran penjasorkes, sehubungan dengan itu peneliti mengambil judul perbandingan minat siswa kelas IPA dan IPS terhadap pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Sidoarjo 1. Mengetahui besarnya minat siswa kelas IPA dan IPS kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo dalam mengikuti materi pembelajaran penjasorkes? 2. Mengetahui perbedaan minat belajar B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat ditarik penjasorkes antara siswa yang belajar di kelas IPA dan siswa yang belajar di kelas IPS? permasalahan sebagai berikut yaitu: 1. Bagaimanakah minat siswa kelas IPA dan IPS kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo dalam mengikuti materi pembelajaran penjasorkes? D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat bagi banyak pihak, antara lain yaitu: 1. Bagi Sekolah: Sebagai bahan pertimbangan untuk 2. Apakah ada perbedaan minat pada siswa yang belajar di kelas IPA dan memaksimalkan penjasorkes. pembelajaran siswa yang belajar di kelas IPS C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah yang ada, maka peneliti ini mempunyai 2. Bagi Guru: Diharapkan guru mampu berupaya meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran penjasorkes. tujuan :

6 3. Bagi Siswa: Diharapakan setelah mengikuti materi pembelajaran penjasorkes siswa dapat menengah atas terdapat dua penjurusan yang berbeda dengan fungsi untuk perkembangan meningkatkan kemampuannya belajar siswa sesuai karakter dan dalam bidang jasmani. 4. Bagi Peneliti: Mendapatkan pengetahuan tentang minat siswa dalam mengikuti pembelajaran penjasorkes E. Definisi Operasional,Asumsi, dan Keterbatasan 1. Definisi Operasional a. Minat minat adalah suatu perasaan ketertarikan dan rasa suka berlebih pada suatu hal yang dipelajari yang timbul dari dalam diri sendiri dan diukur dengan angket skala minat. b. Jurusan IPA dan IPS minat. Siwa yang masuk dalam jurusan IPA dan IPS mempunyai perbedaan karakter dan akademik Jurusan IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan yang diperoleh dengan menggunakan langkah langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil exsperimen atau observasi yang bersifat umum. Sedangkan Jurusan IPS adalah perwujudan dari suatu IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakanintegrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni Sebagaimana yang kita sosiologi, antropologibudaya, ketahui di dalam sekolah psikologi, sejarah, geokrafi,

7 ekonomi, ilmu politik dan mengikuti pelajaran penjasorkes ekologimanusia, diformulasikan untuk instruksional yang tujuan pada siswa kelas XI dan XII SMAN 1 Sidoarjo. BAB II 2. Asusmsi Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang sudah dikemukakan maka timbul asumsi dari peneliti yaitu 1. Minat siswa pada pembelajaran penjasorkes beragam 2. Setiap siswa memiliki KAJIAN PUSTAKA A. Minat 1. Pengertian Minat Minat Menurut Pintrich dan Schunk dalam (Mikarsa, Taufik, dan Prianto, 2007:3.3) adalah merupakan aspek penting motivasi yang pembelajaran penjasorkes yang mempengaruhi perhatian, sama, fasilitas belajar yang sama, dan mengikuti proses belajar mengajar yang sama, 3. Responen mengisi instrument sesuai dengan keadaan yang sebenarnya 3. Keterbatasan Dalam hal ini permasalahan dibatasi pada minat siswa dalam belajar, berpikir, dan berprestasi. Menurut Slameto (2003:57) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

8 Suatu minat dapat diungkapkan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula diwujudkan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Seseorang dikatakan berminat terhadap penjasorkes berarti dia menyenangi dan berusaha mempelajari bidang tersebut sehingga pada akhirnya memperoleh hasil, sesuai dengan yang diinginkan. Menurut Mikarsa, Taufik, dan karena kegiatan tersebut kurang memiliki nilai. Minat pribadi umumnya ditujukan pada suatu kegiatan khusus, misalnya minat khusus pada olahraga. Pengertian ini ditujukan pada perbedaan individual dan bagaimana perbedaan individu dengan proses belajar (Mikarsa, taufik, dan prianto, 2007:3.4). Dalam pendidikan di sekolah, minat berperan penting dalam mendorong siwa untuk belajar. Menurut Hurlock dalam Mikarsa, Taufik dan Prianto (2007: ) ada empat cara prianto (2007:3.5): Minat minat mempengaruhi pribadi sebagai suatu ciri pribadi individu. Seseorang akan mengabaikan suatu kegiatan apabila ia kurang memiliki pengetahuan mengenai kegiatan tersebut, perkembangan anak, yaitu berikut ini: a. Minatdapat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi. b. Minat dapat sebagai pendorong. c. Minat berpengaruh pada prestasi.

9 d. Minat yang berkembang pada masa kanak-kanak dapat menjadi minat selamanya. Minat seseorang timbul melalui proses belajar. Pertumbuhan minat dalam diri seseorang juga tidak terlepas dari faktor fisik dan mental, tetapi juga pengaruh dari lingkungan. Anak yang selalu melakukan kegiatan berkaitan dengan minatnya, lama kelamaan akan timbul kebiasaan dan akan terus bertahan menjadi minat selamanya (Mikarsa, Taufik dan Prianto 2007:3.7). Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Dengan demikian minat berkembang dari pengalaman belajar dalam kehidupan sehari-hari. Anak memiliki minat terhadap belajar dan guru berusaha membangkitkan siswa tersebut dengan cara memilih dan menentukan bahan pengajaran sebagai key concept untuk mendapatkan perhatian siswa secara penuh (Winataputra, dkk, 2007:9.7). 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Minat Menurut Crow and Crow, ada tiga faktor yang menimbulkan minat yaitu Faktor yang timbul dari dalam diri individu, faktor motif sosial dan faktor emosional yang ketiganya mendorong timbulnya minat, (Johny Killis,

10 1988 : 26 ). Pendapat tersebut sejalan dengan yang yaitu dorongan dari diri individu, dorongan sosial dan dikemukakan faktor-faktor Sudarsono, yang motif dan dorongan emosional. Timbulnya minat pada diri menimbulkan minat dapat individu berasal dari individu, digolongkan sebagai berikut : selanjutnya individu a. Faktor kebutuhan dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan. b. Faktor motif sosial, Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, perhargaan dari lingkungan dimana ia berada. c. Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuat kegiatan atau objek tertentu ( 1980 : 12 ) Jadi berdasarkan dua pendapat diatas faktor yang menimbulkan minat ada tiga mengadakan interaksi dengan lingkungannya yang menimbulkan dorongan sosial dan dorongan emosional. ( 2/12/pengertian-minat-menurutpara-ahli.html) di unduh 17 Januari Jenis Jenis minat Minat dapat dilihat dari exspresi dari pernyataan yang memperlihatkan siswa tertarik pada suatu hal. Minat tidak di bawa sejak lahir minat tumbuh dari perkembangan kehidupan. Minat yang tumbuh dan sudah disadari terhadap suatu mata

11 pelajaran akan membuat siswa menjaganya sehingga bisa mempengaruhi anak tersebut dalam pembelajarannya. menguasai Menurut London dalam Djaali (2008 : 122) minat dapat di bagi menjadi 6 jenis yaitu : d. Realitas, orang yang umumnya mapan, kasar, praktis, berfikir kuat dan sangat atletis, memiliki kondisi otot yang baik dan terampil akan teteapi kurang mampu menggunakan medium verbal dan kurang memiliki keterampilan komunikatif dengan orang lain. e. Imnestigative termasuk orang yang berorientasi keilmuan. Mereka umumnya berorientasi pada tugas, introspektif, an sisoal, lebih menyukai memikirkan sesuatu daripada melaksanakanya, memiliki dorongan kuat untuk memahami alam, menyukai tugas yang tidak pasti, suka bekerja sendiri, kurang pemahaman dalam kepemimpinan, akademik dan intelektual, menyatakan diri sendiri sebagai analisis, selalu ingin tahu, bebas dan bersyarat, dan kurang menyukai pekerjaan yang berulang. f. Artistik, menyukai hal hal yang tidak berstruktur, bebas, memiliki kesemapatan bereaksi, sangat membutuhkan suasana yang dapat mengexspresikan secara individu, dan sangat kreatif dalam bidang seni. g. Sosial, dapat bergaul, bertanggung jawab, berkemanusiaan, dan suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat perhatian kelompok memiliki kemampuan verbal. h. Enterprishing, cenderung menguasai atau memimpin, memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, percaya

12 diri dan umumnya sangat aktif i. Konvesional, menyukai lingkungan yang sangat tertib komunikasi verbal, senang kegiatan denga kegiatan yang berhubungan dengan angka, sangat efektif menyelesaikan tugas yang berstruktur tapi menghindari situasi yang tidak menentu, menyatakan diri orang yang setia, patuh, praktis, tenang, tertib, efesien, mereka mengidentifikasi kekuasaan materi. 4. Minat dan Aktivitas Belajar Minat sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar. Anak yang berminat dalam mempelajari suatu mata pelajaran, dia akan pembelajaran akan mudah di capai. Menurut Dalyono dalam Djamarah (2011 : 191), minat belajar yang besar akan cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Dari pernyataan di atas dapat dikatakan minat sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Minat akan memberikan kepuasan terhadap seorang anak pada setiap aktivitas yang di ikuti. Bila anak berminat pada suatu aktivitas, mempelajarinya dengan mereka akan cenderung tinggi sungguh sungguh. Denga begitu proses belajar mengajar akan berjalan baik dan tujuan dari tingkat antusiasnya dalam menjalani aktivitas tersebut dan akan terhindar dari rasa bosan, sehingga pada

13 akhirnya tujuan pembelajaran dari aktivitas belajar akan mudah dicapai dan nantinya aktivitas belajar tersebut akan Menurut Gafur, (dalam Abdulah, 1994:5) pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah salah satu proses pendidikan memberikan dampak positif. yang dimana seseorang pemegang peranan sebagai perorangan maupun sebagai anggota B. Pembelajaran Pendidikan masyarakat yang dilakukan secara Jasmani Olahraga, Kesehatan dan sadar dan sistematik melalui suatu kegiatan jasmani yang intensif 1. Pengertian Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk bertujuan meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani. Program penjasorkes Menurut Kristiyandaru yang berkualitas memberikan (2010:33) Pendidikan jasmani kesempatan pada siswa untuk olahraga dan kesehatan adalah mengembangkan kemampuan bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial, dan emosional yang serasi. Sedangkan menurut mereka melalui keterampilan fisik yang mereka miliki. Para siswa yang memiliki kebugaran jasmani tinggi lebih senang bersekolah dibandingkan dengan siswa yang memiliki kebugaran jasmani rendah

14 (Abduljabar dan Yudiana dalam jurnal ilmiah, (2010:42). Pendapat di atas memberikan kesimpulan bahwa penjasorkes adalah pendidikan yang memanfaatkan aktivitas dalam perkembangan manusia bisa berkembang secara menyeluruh dan berdampak positif. 2. Tujuan Pendididkan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam pembelajaran jasmani Tujuan pendidikan untuk mengembangkan individu dalam segi organik, nouromuskuler, kognitif dan emosional. menurut Kritiyandaru (2010:34) pendidikan jasmani memgang peranan penting dalam pembentukan manusia sutuhnya. penjasorkes selalu mengutamakan anak sebagai kesatuan untuh dan tidak menggangapnya sebagai individu yang terpisah. Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahawa penjasorkes adalah suatu biang pembelajaran yang komplek dan dengan penjasorkes inilah semua aspek jasmani dan olahraga yang dijelaskan Nurhasan dkk, (2005: 6) yaitu ada sembilan tujuan yang dijabarkan sebagai berikut: a. Meletakan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. b. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama. c. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugastugas ajar pendidikan jasmani,

15 olahraga, dan kesehatan. d. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani, permainan dan olahraga. e. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga seperti; permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri/senam, aktivitas ritmik, dan pendidikan luar kelas (outdoor education). f. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga. g. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. h. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat, i. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat kreatif. (Nurhasan, dkk. 2005: 6) Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan penjasorkes adalah membentuk karakter moral yang kuat, meningkatkan kesehatan, kebugaran dari aktifitas keterampilan gerak dan nilai yang terkandung di dalamnya serta menerapkan pola hidup sehat. 3. Fungsi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Menurut Nurhasan, dkk. Fungsi dari pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yaitu: a. Aspek organis: menjadikan fungsi sistem tubuh lebih baik, meningkatkan

16 kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan kordiovaskuler, dan fleksibilitas. b. Aspek Neuromuskuler: meningkatkan keharmonisan fungsi saraf dan otot, mengembangkan keterampilan lokomotor, nonlokomotor, manipulative, ketepatan, irama, power, kecepatan reaksi, kelincahan, berbagai keterampilan olahraga, dan keterampilan rekreasi. c. Aspek Perseptual: mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat, kemampuan ruang, koordinasi, gerak visual, keseimbangan tubuh, dominasi, lateralitas, image tubuh. d. Aspek Kognitif: mengembangkan kemampuan mengekplorasi, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan. Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, etika serta penggunaan strategi dan teknik. Mengembangkan pengetahuan bagaimana fungsi tubuh, menghargai kinerja tubuh, pemahaman untuk memecahkan problem-problem perkembangan melalui aktivitas gerak. e. Aspek Sosial: menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan, mengembangkan kemampuan membuat keputusan dalam situasi kelompok, belajar berkomunikasi dan tukar pikiran dan orang lain, mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai-nilai yang positif dalam masyarakat. f. Aspek Emosional: mengembangkan respon yang sehat terhadap aktivitas jasmani dan rekreasi yang positif sebagai penonton, memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas, menghargai pengalaman astetika dari berbagai

17 aktivitas yang relevan. (Nurhasan, dkk. 2005: 6) Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dirinya. Ketepatan dalam memilih jurusan dapat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Sebaliknya, kesempatan yang sangat baik bagi siswa akan hilang karena penjasorkes adalah kekurang tepatan menentukan meningkatkan fungsi syaraf dan jurusan. otot, mengembangkan 1. Karakteristik Siswa kelas IPA kemampuan dalam aktivitas jasmani, moral, dan karakter. C. Jurusan IPA dan IPS Dalam lingkungan pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) terdapat program penjurusan sebagai program lanjutan pengajaran siswa, Penjurusan merupakan salah satu proses untuk menempatkan atau menyalurkan kedalam pemilihan dan Siswa kela IPS a. Siswa IPA lebih berfikir secara logika karena mereka mendapatkan pelajaran yg mengandalkan logika dalam cara berfikirnya b. Siswa IPS lebih berfikir secara nalar karena mereka lebih banyak mendapatkan pembelajaran yang menggandalkan nalar 2. Waktu penentuan dan pelaksanaan penjurusan program pengajaran para siswa Penentuan penjurusan SMA. Dalam penjurusan ini, siswa diberi kesempatan untuk memilih jurusan yang paling tepat dengan karakteristik prilaku dan kemampuan bagi peserta didik untuk program IPA, IPS dan Bahasa dilakukan mulai akhir semester 2 (dua) kelas X.

18 Pelaksanaan KBM sesuai jurusan (program studi), dimulai pada semester 1 (satu) kelas XI. 3. Kriteria penjurusan program studi Penentuan penjurusan program studi dilakukan dengan mempertimbangkan potensi, prilaku, minat dan kebutuhan peserta didik, yang harus dibuktikan dengan hasil prestasi akademik yang sesuai dengan kriteria nilai yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Apabila terjadi perbedaan antara potensi/minat dengan nilai akademik seorang peserta didik, maka guru harus mengkaji dan melakukan perbaikan dalam memberikan layanan belajar kepada yang bersangkutan. a. Potensi dan Minat Peserta Didik Untuk mengetahui potensi dan minat peserta didik dapat dilakukan melalui angket/kuesioner dan wawancara, atau cara lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi potensi, minat, dan bakat. b. Nilai akademik Peserta didik yang naik ke kelas XI dan akan mengambil program studi tertentu yaitu: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau Bahasa: boleh memiliki nilai yang tidak tuntas paling banyak 3 (tiga) mata pelajaran pada mata pelajaran-mata pelajaran yang bukan menjadi ciri khas program tersebut 4. Penentuan Penjurusan Peserta didik yang naik ke kelas XI, dan yang bersangkutan mendapat nilai tidak tuntas 3 (tiga) mata pelajaran, maka nilai tersebut harus dijadikan dasar untuk

19 menentukan program studi yang dapat diikutinya, contoh : a. Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah Fisika, Kimia dan Geografi (2 mata pelajaran ciri khas program studi IPA dan 1 ciri khas program studi IPS), maka peserta didik tersebut secara akademik dapat dimasukkan ke program Bahasa. b. Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah Bahasa Indonesia, Bah asa Inggris, dan Fisika (2 mata pelajaran ciri khas Bahasa dan 1 ciri khas IPA), maka peserta didik tersebut secara akademik dapat dimasukkan ke program IPS. c. Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah Ekonomi, Sosilologi, dan Bahasa Inggris (2 mata pelajaran ciri khas program studi IPS dan 1 ciri khas program studi Bahasa), maka peserta didik tersebut secara akademik dapat dimasukkan ke program IPA. d. Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah Fisika, Ekonomi, dan Bahasa Indonesia (mencakup semua mata pelajaran yang menjadi ciri khas ketiga program di SMA) maka peserta didik tersebut: perlu diperhatikan minatnya. perlu diperhatikan prestasi Pengetahuan, Praktik dan Sikap pada mata pelajaran yang menjadi ciri khas program studi IPA seperti Fisika, Kimia, dan Biologi dibandingkan dengan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program studi IPS (Ekonomi, Geografi, Sosiologi) dan dibandingkan dengan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program studi Bahasa (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman). Perbandingan nilai prestasi peserta didik dimaksud dapat dilakukan melalui program remedial dan diakhiri dengan ujian. Apabila pada nilai dari setiap mata pelajaran yang menjadi ciri khas program studi tertentu terdapat nilai prestasi yang lebih unggul daripada program studi lainya, maka peserta didik tersebut dapat dijuruskan ke program studi yang nilai prestasi mata pelajarannya lebih unggul. Apabila antara minat dan prestasi ketiga aspek tidak cocok/sesuai, wali kelas dengan

20 mempertimbangkan masukan dari guru Bimbingan dan Konseling dapat memutuskan program studi apa yang dapat dipilih oleh peserta didik. Bagi peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk masuk ke semua program studi, diberi kesempatan untuk pindah jurusan apabila ia tidak cocok pada program studi semula atau tidak sesuai dengan kemampuan dan kemajuan belajarnya. Satuan pendidikan harus memfasilitasi agar peserta didik dapat mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki di kelas baru. Batas waktu untuk pindah program studi ditentukan oleh satuan pendidikan paling lambat 1 (satu) bulan. Dalam kegiatan belajar, motif berprestasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motif berprestasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Kemampuan hanya sebagian dari syarat dapat berhasil. Yang lebih penting adalah minat. Pokoknya, setiap anak yang inteligensinya cukup tinggi dapat berhasil pada setiap jurusan, akan tetapi akan

21 berhasil pada jurusan yang diminati. Adapun hipotesis penelitian ini adalah ada perbedaan yang Kriteria pemilihan signifiikan antara minat kelas IPA program jurusan didasarkan pada Taksonomi Bloom tentang tujuan-tujuan perilaku ( Bloom,1965 ), yang meliputi tiga domain, yaitu domain dan Kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes. Di kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo. BAB III METODELOGI PENELITIAN kognetif, domain afektif, dan domain psikomotorik. A. Jenis dan Desain penelitian ( m/2010/04/16/kurikulum-dankompetensi-guru-) diunduh 19 oktober 2011 D. Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara yang diajukan peneliti yang berupa pertanyaan pertanyaan yang masih harus di uji kebenarannya (Maksum, 2008:27) berdasarkan kajian yang sudah diteliti maka selanjutnya akan diajukan hipotesis yang akan di uji. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuatitatif non exsperimen dengan jenis penelitian survei dan desain penelitiannya adalah komparatif B. Variable penelitian variabel ada dua macam, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, sementara variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi. Dalam penelitaian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat yaitu:

22 1. Variabel Bebas (X) : Perbedaan Kelas IPA dan Kelas IPS 2. Variabel Terikat (Y) : minat terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, Olahraga dan kesehatan. 3.1 Gambar Desain Komperatif IPA dan IPS jumlah siswa kelas XI IPA sebesar 226 siswa dan IPS sebesar 37 siswa. Sedangkan jumlah siswa kelas XII IPA 212 siswa dan XII IPS 44 siswa jadi total untuk kelompok siswa kelas IPA 438 dan kelompok siswa IPS Sampel Kelompok X1 X1 X2 xn Kelompok X1 X2 X2 xn (Maksum, 2009 : 50) Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini cluster random sampling, pengambilan sampelnya dilakukan secara acak dan yang dipilih menjadi sampel dalam penelitian C. Populasi dan Sampel 1. Populasi populasi adalah keseluruhan ini bukanlah individu melainkan kelompok. Peneliti mengambil sampel subyek penelitian dalam penelitan ini berjumlah 7 (arikunto,2006:130). Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sidoarjo dengan populasinya adalah siswa yang belajar di kelas XI, XII kelas empat kelas yang menjadi sampel dari kelas IPS dan tiga kelas dari kelas IPA. IPA akan diwakili tiga kelas. satu dari kelas XII dan

23 dua lainnya dari kelas XI sedangkan IPS keempat kelas dijadikan sampel penelitian. Dari teknik cluster random sampling ini terpilih 7 kelas yaitu : 1. Kelas XI IPA 5 ( 28 siswa ) 2. Kelas XI IPA 8 ( 28 siswa ) 3. Kelas XII IPA 4 ( 28 siswa ) 4. Kelas XI IPS 1 ( 14 siswa ) 5. Kelas XI IPS 2 ( 23 siswa ) 6. Kelas XII IPS 1 ( 21 uji validitas dengan menggunakan analisis product moment, akhirnya menghasilkan 26 item pertanyaan yang dinyatakan signifikan. Dan item yang signifikan tadi kemudian dilakukan perhitungan realibilitas sebesar shingga item tersebut dinyatakan realibel. Pedoman angket untuk kuesioner dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.3 Pedoman angket kuesioner siswa ) 7. Kelas XII IPS 2 ( 23 siswa ) Variab el Indikato r No. butir soal Jadi jumlah sampel dari kelas Judul Proses 8,15,16,17,19,20,23,24 IPA 84 dan dari kelas IPS 81 belajar,25 Materi 10,11,12,13,14 D. Instrument Penelitian Angket di adopsi dari wahyudi (2008:30), mahasiswa Unesa S-1 kurikulu m Suasana 12,3,4,5,6,7,9,21,22 18,16 Pendidikan Olahrag. Angket ini telah di

24 akademi k Sarpras Untuk menentukan skor tiap item menggunakan skala ukur, yaitu skala yang menggunakan pernyataan positif Dalam menjawab pertanyaan yang terdapat dalam angket atau kuesioner, responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang disediakan SS : Sangat setuju dan pernyataan negative dan pernyataan di gambarkan pada tabel di bawah ini Tabel 3.4 Skala pernyataan positif dan negatif S R TS : Setuju : Ragu-ragu : Tidak setuju Positif Negatif STS : Sangat tidak setuju Jawaban Skor Jawaban Skor (wahyudi dalam Ocky 2008:31) SS 5 SS 1 S 4 S 2 E. Teknik Pengumpulan Data Data yang terkumpul akan dianalisa R 3 R 3 dengan teknik analisa deskriptif. karena TS 2 TS 4 penelitian bersifat survei, pendapat STS 1 STS 5 masyarakat, observasi dan beberapa hal mengarah pada pengamatan terhadap suatu masalah lingkungan yang ditemui. Langkah-langkah penelitian deskriptif secara umum adalah sebagai berikut:

25 Keterangan : M = Mean X = jumlah total nilai dalam distribusi. Langkah-langkah penelitian deskriptif: 1. Menentukan masalah. 2. Mengidentifikasi informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. 3. Memilih atau menyusun instrumen pengumpul data. 4. Menentukan sampel. 5. Mengumpulkan data. 6. Menganalisa data. 7. Menyusun laporan penelitian. (Maksum, 2008:16) F. Teknik Analisis Data Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat maka peneliti memakai, mean, uji-t, dan Standar Deviasi (SD) 1. Mean N = jumlah individu. 2. Standar Deviasi (SD) SD SD N ( Maksum 2009: 27). 2 = Standart Deviasi 2 = Jumlah total nilai dalam distribusi dikuadratkan N 3. Varian SD = Jumlah individu (Maksum, 2009:27) fx 2 fx 2 2 Keterangan : SD2 N = Varian N fx 2 = Jumlah nilai dikalikan frekuensi dan dikuadratkan M X N

26 fx = Jumlah nilai dikalikan frekuensi (Maksum 2009:30) 4. Uji Normalitas X 2 = fo fe fe 2 Pada bagian ini akan dipaparkan analisa hasil penelitian yang di kaitkan dengan tujuan penelitian sebagaimana di ungkapkan di bab I, maka dapat diurakan dengan deskripsi data dan hasil pengujian hiptesis. Deskripsi data yang X 2 fo fe = Nilai Chi-square = Frekuensi yang diperoleh = frekuensi yang di harapkan, (Maksum 2009:47) nantinya disajikan diperoleh dari hasil skor angket minat siswa kelas IPA dan kelas IPS di SMA Negeri 1 Sidarjo dengan jumlah pertanyaan sebanyak Uji-t t M1 M 2 S 2 S 2 N1 N1 M 1 = Mean pada distribusi sampel 1 M2 = Mean pada distribusi sampel 2 S12 = Nilai varian pada ditribusi 1 S22 = Nilai varian pada ditribusi 2 N1 = Jumlah individu pada sampel 1 N2 = Jumlah individu pada sampel 2 BAB IV (Maksum 2009:42) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN item dan di bagikan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian. Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini berjumlah 165 siswa yang di bagi menjadi 2 keompok yaitu kelas IPA berjumlah 84 siswa dan kelas IPS berjumlah 81 siswa. Dalam perhitungan analisis data ini peneliti menggunakan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 18 for windows yang di gunakan sebagai pengecekan pada hasil penelitian.

27 A. Deskripsi Data Interval kelas Pada bagian deskripsi data ini akan dipaparkan data minat siswa kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Sidoarjo. berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat dari angket minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes selanjutnya skor tersebut dimasukan dalam kategori sesuai dengan skala interval dan dapat di peroleh hasil persentase kelas IPA dan kelas IPS sebagai berikut : Tabel 4.1 Persentase Minat Siswa Kelas IPA dan Kelas IPS Pada Pembelajaran Penjasorkes Kategori Sangat tinggi Frekue nsi Kelas IPA Prosenta se Frekue nsi Kelas IPS Prosenta se 0 0% 0 0% Tinggi 17 21% 20 24,6% Sedang % 58 71,6% Rendah 0 0% 3 3,7% Sangat rendah 0 0% 0 0% Jumlah % % Tabel di atas memperlihatkan minat siswa kelas IPA di SMA Negeri 1 Sidoarjo terhadap pembelajaran penjasorkes adalah tidak ada siswa yang memiliki minat sangat tinggi, 17 siswa atau 21 % siswa memiliki minat tinggi, 67 siswa atau 79 % siswa memiliki minat sedang dan tidak ada siswa yang memiliki minat rendah dan sangat rendah. Sedangkan untuk minat kelas IPS di SMA Negeri 1 Sidoarjo terhadap pembelajaran penjasorkes adalah tidak ada siswa yang mempunyai minat sangat tinggi, 20 siswa atau 24,6% siswa memiliki minat tinggi, 58 siswa atau 71,6% memiliki minat sedang, 3 siswa atau 3,7% siswa memiliki minat rendah tidak ada siswa yang memiliki minat sangat rendah. Setelah di ketahui persentase perbandingan minat kelas IPA dan kelas IPS senajutnya peneliti melakukan

28 analisa perhitungan statistik dengan menggunakan program SPSS 18 for windows dan didapatkan deskripsi hasil data dari minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Sidoarjo sebagai berikut Statistik Deskripsi Kelas IPA Kelas IPS Jumlah siswa ( N ) Rata rata ( Mean ) Nilai Terendah ( Min ) Nilai Tertinggi ( Max ) Standar Deviasi 5,84 7,85 Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Minat Siswa kelas IPA dan Kelas IPS Terhadap Penjasorkes Berdasarkan hasil analisis tabel 4.3 dapat di ketahui bahwa minat kelompok siswa kelas IPA terhadap pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Sidoarjo memiliki nilai mean sebesar dengan standart deviasi sebesar 5,84. Nilai terendah sebesar 71 dan nilai tertinggi 101. Sedangkan minat kelompok siswa kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Sidoarjo memiliki nilai mean sebesar dengan standart deviasi sebesar 7,85. Nilai terendah sebesar 60 dan nilai tertinggi 99. Dari hasil analisis dan penjelasan di atas dapat di asumsikan bahwa tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan antara siswa kelas IPA dan kelas IPS. Pada tabel di atas terlihat ada perbedaan antara minat kelas IPA yang sedikit lebih baik dibandikan minat kelas IPS terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan akan tetapi perbedaan itu tidaklah terlalu signifikan. Perbedaan minat siswa kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes ditunjukan dari perhitungan nilai mean dan persentase skor minat yang disebarkan kepada siswa. Dimana nilai mean

29 kelompok siswa kelas IPA sebesar 82,8 dan kelompok siswa kelas IPS sebesar 81,5. Dari hasil tersebut dapat terlihat jika tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan antara minat siswa kelas IPA dan kelas IPS di SMA Negeri 1 Sidoarjo. B. Syarat Uji Hipotesis Di bagian ini akan diungkapkan pengujian hipotesis berdasarkan hasil data yang diperoleh dari angket minat Minat kelas IPA 84 0,662 Minat Kelas IPS 81 0,712 Bedasarkan tabel pengujian normalitas yang terpapar di atas di ketahui P value kelas IPA sebesar 0,662 dan kelas IPS sebesar 0,712. Nilai ini > alpha (a=0,05), dengan demikian data disimpulkan normal dan dapat di teruskan untuk penelitian selanjutnya. kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 1 Sidoarjo, dan diperoleh data sebagai berikut : Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode kolmogrorov- Smirnov. Berikut ini adalah hasil pemeriksaan pada distribusi data residual dengan SPSS : C. Analisis Data 1. Perbandingan Minat Kelas IPA Dan Kelas IPS Terhadap Pembelajaran Penjasorkes Pada bagian ini akan dikemukakan hasil data yang diperoleh dari angket minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan Tabel 4.3 Uji normalitas Variable N P value yang signifikan antara minat kelas IPA dan kelas IPS kemudian hasil

30 tersebut diolah dan di analisis mengunakan SPPS 18 for windows untuk menjawab hipotesis yang telah di ajukan, uji analisis yang dipergunakan adalah uji-t independent t-test (beda antar kelompok) dengan nilai yang digunakan dalam perhitungan uji-t independent merupakan nilai dari masing-masing kelompok (Minat kelas IPA dan Kelas IPS) terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Dan diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji-t Anatara kedua kelompok 1,249 nilai ini dikatakan tidak signifikan pada tingkat ketelitian 5% karena nilai Sig.(2-tailed) pada perhitungan tersebut bernilai 0,214 lebih dari nilai 0,05. Hasil ini membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes. 2. Kategori Besarnya Minat Siswa Kelas IPA dan IPS Dalam bagian ini akan dipaparkan besarnya minat siswa kelas IPA dan siswa Kelas IPS, Dalam penelitian ini menerapkan patokan (Arikunto, 2008 : 246) : Minat siswa dinyatakan tinggi Variabel t tabel df Sig. (2- tailed) apabila mencapai 76% - 100% Minat kelas IPA dan kelas IPS 1, ,214 Minat siswa dinyatakan sedang apabila mencapai 56% - 75% Dari hasil perhitungan independent t-test antara minat siswa kela IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran Minat siswa dinyatakan rendah apabila mencapai 40% - 56% penjasorkes diperoleh t tabel sebesar

31 Minat siswa dinyatakan sangat rendah apabila mencapai - 40% Dari hasil perhitungan distribusi data minat kelas IPA didapatkan nilai sebesar 63,75458 % hasil ini menujukan bahwa minat kelas IPA terhadap Penjasorkes masuk kategori sedang dan dari hasil perhitungan distribusi data minat kelas IPS didapatkan nilai sebesar 62,71605 % hasil ini menujukan bahwa minat kelas IPA terhadap Penjasorkes masuk kategori sedang Dari data diatas dapat di ketahui bahwa minat kelas IPA dan kelas IPS masuk kategori sedang. D. Pembahasan Dalam pembahasan ini akan dibahas mengenai perbedaan minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap penjasorkes pada siswa kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo. Dari hasil diskriptif diperoleh hasil minat siswa kelas IPA memiliki nilai mean sebesar dengan standart deviasi sebesar 5,84. Nilai terendah sebesar 71 dan nilai tertinggi 101 nilai ini termasuk cukup baik. Sedangkan minat kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes pada siswa kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo memiliki nilai mean sebesar dengan standart deviasi sebesar 7,85. Nilai terendah sebesar 60 dan nilai tertinggi 99 nilai ini dikatakan cukup baik. berdasarkan perbedaan perhitungan persentase skor jawaban angket minat siswa dapat diperoleh data bahwa minat kelas IPA berbeda denga kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes tapi perbedaan itu tidak terlalu signifikan. Untuk mengetahui nilai uji beda antara minat kelas IPA dan Kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes di gunakan teknik analisis uji-t. dari hasil uji-t menujukan bahwa nilai t tabel sebesar 1,249 dengan nilai Sig.(2-tailed)

32 sebesar 0,214 bernilai lebih dari nilai 0,05 pada taraf signifikan 5% sehingga jelas terlihat bahwa hasil ini menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes. Dari hasil data distribusi angket minat siswa kelas IPA dan IPS terhadap pembelajaran penjasorkes terlihat besaran minatnya kelas IPA sebesar 63,75458% dan kelas IPS sebesar 62,71605 % dengan hasil ini minat kelas IPA dan IPS terhadap pembelajaran penjasorkes pada siswa kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 sidoarjo masuk dalam kategori sedang Dengan ini terbukti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes dan dapat terlihat bahwa selama ini pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Sidoarjo belum bisa dikatakan baik karena telihat dari minat siswa kelas IPA dan IPS berada di kategori sedang saja dalam mengikuti pembelajaran penjaorkes. Maka didalam penelitian ini tidak ada perbedaan yang signifikan antara minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes dan siswa kelas IPA dan IPS mempunyai minat sedang saja dalam mengikuti pembelajaran penjasorkes. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes dikatakan sedang, dengan besaran 63,75458 % untuk kelas IPA dan besaran 62,71605 % untuk kelas IPS

33 2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara minat kelas IPA dan minat kelas IPS karena hal itu akan meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran penjasorkes sehingga pada akhirnya terhadap pembelajaran tujuan pembelajaran akan mudah penjasorkes pada siswa kelas XI tercapai. dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo tahun , hal ini dapat diketahui dari nilai t tabel sebesar 1,249 dan nilai DAFTAR RUJUKAN signifikannya sebesar 0,214 dimana nilai ini lebih besar dari taraf sinifikan 5% yaitu nilai alpha (a=0,05). Dan dikatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara minat kelas IPA dan minat kelas IPS. B. Saran Dari hasil ini guru penjasorkes di SMA Negeri 1 Sidoarjo dapat melakukan kajian dan juga acuan untuk menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan dan bernilai positif untuk siswa, Abdullah, A. & Manadji, A Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Suatu Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Pengertian Dan Ciri-Ciri Pembelajaran 19 Oktober. Jurnal Ilmiah Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, Kementrian Pendidikan Nasional. Kristiyandaru, A Manajemen Pendidikan Jasmani Dan Olahraga.Unesa University Press Maksum, A Metodologi Penelitian Dalam Olahraga. Surabaya: Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya.

34 Maksum, A Statistik Dalam Olahraga. Surabaya: Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya. Mikarsa,Taufik, dan Prianto Pendidikan Anak SD. Jakarta: Universitas terbuka. Nurhasan,dkk.2005.Petunjuk Praktis Pendidikan Jasmani.Unesa University Pers Ocky Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Guru Dengan Minat Siswa Dalam Pembelajaran Olahraga Skripsi tidak diterbitkan di Surabaya Slameto Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta Sudarno. S.P Pendidikan Kesegaran Jasmani. Dirjen Pendidikan Tinggi, Depdikbud Tim Penyusun Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi UNESA.Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Winataputra, U.S. dkk Materi Dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta. Universitas terbuka. Zulkifli, L Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdak

PERBANDINGAN MINAT KELAS IPA DAN KELAS IPS TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN DI SMA

PERBANDINGAN MINAT KELAS IPA DAN KELAS IPS TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN DI SMA Perbandingan Minat IPA Dan IPS Terhadap Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan PERBADIGA MIAT KELAS IPA DA KELAS IPS TERHADAP PEMBELAJARA PEDIDIKA JASMAI, OLAHRAGA, DA KESEHATA DI SMA

Lebih terperinci

MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016 Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Penjasorkes... (Aris Bintarko) 1 MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

Perbedaan Persepsi Antara Siswa Sekolah Negeri Dan Swasta Terhadap Pembelajaran Guru Pendidikan Jasmani

Perbedaan Persepsi Antara Siswa Sekolah Negeri Dan Swasta Terhadap Pembelajaran Guru Pendidikan Jasmani 59 Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 60-63 PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA SISWA SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA TERHADAP PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA SISWA PROGRAM IPA DAN SISWA PROGRAM IPS KELAS XII DI SMA NEGERI 1 LAMONGAN

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA SISWA PROGRAM IPA DAN SISWA PROGRAM IPS KELAS XII DI SMA NEGERI 1 LAMONGAN PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA SISWA PROGRAM IPA DAN SISWA PROGRAM IPS KELAS XII DI SMA NEGERI 1 LAMONGAN Bambang Yudi Erwanto Mahasiswa S-1 Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN JASMANI DI SMA MUHAMMADIYAH KEDIRI

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN JASMANI DI SMA MUHAMMADIYAH KEDIRI Jurnal Pembelajaran Olahraga http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pjk/index Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017 PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN JASMANI DI SMA MUHAMMADIYAH KEDIRI Hendra Mashuri

Lebih terperinci

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS Tujuan Pendidikan Jasmani Pengembangan kebugaran jasmani. Pengembangan keterampilan motorik. Pengembangan kognitif. Pengembangan afektif. Physically Educated Person Memiliki keterampilan

Lebih terperinci

Abstract

Abstract PERSEPSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMPN 1 PATAMUAN KABUPATEN PADANG PARIAMAN Vionirita Sewasa 1), Erman Har 2), dan Azrita 2)

Lebih terperinci

Kata Kunci : Persepsi, Pembelajaran Guru pendidikan jasmani dan Sekolah Negeri dan Swasta

Kata Kunci : Persepsi, Pembelajaran Guru pendidikan jasmani dan Sekolah Negeri dan Swasta PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA SISWA SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA TERHADAP PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (Studi Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Ngawi dengan SMP Ma arif Ngawi)

Lebih terperinci

PERBEDAAN SIKAP SPORTIVITAS ANTARA SISWA PUTRA DAN PUTRI DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

PERBEDAAN SIKAP SPORTIVITAS ANTARA SISWA PUTRA DAN PUTRI DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PERBEDAAN SIKAP SPORTIVITAS ANTARA SISWA PUTRA DAN PUTRI DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI (Studi Pada Siswa Kelas XI di SMK Negeri 1 Grogol Tahun Pelajaran 20014/2015) SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL Oleh RENANTI WIDYA DARA NAZARUDDIN WAHAB ERNI MUSTAKIM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR Kadek Budiasa (1), Viyanti (2), I Dewa Putu Nyeneng (3) (1) Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Unila, budiasakadek60@yahoo.com;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program pendidikan jasmani (penjas) dan olahraga di sekolah diarahkan pada potensi aspek-aspek pembangunan utuh peserta didik. Prosesnya lebih mengutamakan pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI 1 HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 2 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan pada data-data numerical atau

Lebih terperinci

MINAT SISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 2 TEMPEL KAB. SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MINAT SISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 2 TEMPEL KAB. SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Minat Siswa dalam...(septianingrum S)1 MINAT SISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 2 TEMPEL KAB. SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA STUDENTS INTEREST IN LEARNING PHYSICAL EDUCATION

Lebih terperinci

ABSTRACT RELATED LEARNING MOTIVATION AND LEARNING FACILITY WITH STUDENT ACHIEVEMENT IPS

ABSTRACT RELATED LEARNING MOTIVATION AND LEARNING FACILITY WITH STUDENT ACHIEVEMENT IPS 1 ABSTRACT RELATED LEARNING MOTIVATION AND LEARNING FACILITY WITH STUDENT ACHIEVEMENT IPS by Yuda Ardi Saputra *, Erni Mustakim **, Syaifuddin Latif *** Bandar Lampung City Email: Yudaardisaputra@gmail.com

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA SISWA KELAS XI SMA ISLAM BRAWIJAYA, SMA TARUNA NUSA HARAPAN, DAN SMA TAMAN SISWA DI KOTA MOJOKERTO

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA SISWA KELAS XI SMA ISLAM BRAWIJAYA, SMA TARUNA NUSA HARAPAN, DAN SMA TAMAN SISWA DI KOTA MOJOKERTO Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Siswa Kelas XI PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA SISWA KELAS XI SMA ISLAM BRAWIJAYA, SMA TARUNA NUSA HARAPAN, DAN SMA TAMAN SISWA DI KOTA MOJOKERTO

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA-BIOLOGI SISWA KELAS VII MTSN PARAK LAWAS PADANG

HUBUNGAN SIKAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA-BIOLOGI SISWA KELAS VII MTSN PARAK LAWAS PADANG HUBUNGAN SIKAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA-BIOLOGI SISWA KELAS VII MTSN PARAK LAWAS PADANG Yulia Rasmadesi 1), Gusmaweti ), dan Nawir Muhar ) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

TANGGAPAN PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN KEBUGARAN JASMANI DI KURIKULUM 2013 KELAS X SMK N 1 DEPOK SLEMAN

TANGGAPAN PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN KEBUGARAN JASMANI DI KURIKULUM 2013 KELAS X SMK N 1 DEPOK SLEMAN Tanggapan Peserta Didik.(Irza Aji Ramadhana) 1 TANGGAPAN PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN KEBUGARAN JASMANI DI KURIKULUM 2013 KELAS X SMK N 1 DEPOK SLEMAN STUDENT S RESPONSES TOWARDS PHYSICAL FITNESS

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014,

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014, PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA (Studi pada SMA Negeri 3 Sampang dan SMA Darussyahid Sampang) Fathor Rahman Mahasiswa S-1

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH. (Studi pada SMA Negeri se Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH. (Studi pada SMA Negeri se Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH (Studi pada SMA Negeri se Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh : YONA YUDHA PRATAMA 086464236 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Andri Irawan

PENDAHULUAN. Andri Irawan Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Volume 11, Nomor 1, April 2015 Andri Irawan Diterbitkan Oleh: Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta KETERAMPILAN GURU

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI. (Jurnal) Oleh DEBI GUSMALISA

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI. (Jurnal) Oleh DEBI GUSMALISA 1 PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI (Jurnal) Oleh DEBI GUSMALISA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

Perbandingan Motivasi Belajar PJOK SMP Negeri Dan SMP Swasta

Perbandingan Motivasi Belajar PJOK SMP Negeri Dan SMP Swasta PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SWASTA (Studi pada SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo dan SMP At-Taqwa ) Pahlefi

Lebih terperinci

Bravo s Jurnal Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan STKIP PGRI Jombang ISSN:

Bravo s Jurnal Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan STKIP PGRI Jombang ISSN: Bravo s Jurnal ISSN: 2337-7674 PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN TEACHING GAMES FOR UNDERSTANDING (TGFU) TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLAVOLI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 JOMBANG TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI 3 PAINAN KAB. PESISIR SELATAN JURNAL

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI 3 PAINAN KAB. PESISIR SELATAN JURNAL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI 3 PAINAN KAB. PESISIR SELATAN JURNAL Oleh: NOFRINDO SANDRA NIM. 18786 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

Lebih terperinci

IN PRAMBANAN STATE SENIOR HIGH SCHOOL KLATEN

IN PRAMBANAN STATE SENIOR HIGH SCHOOL KLATEN Tingkat Pengetahuan Peserta...(Novianta Wahyu Prasetiawan)1 TINGKAT PENGETAHUAN PESERTA DIDIK TERHADAP MATERI PERMAINAN BOLA BESAR DALAM EMBELAJARAN PENJASORKES KELAS XI DI SMA N 1 PRAMBANAN KLATEN LEVEL

Lebih terperinci

SURVEI TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS XI (SEBELAS) SMA MUHAMMADIYAH 1 BABAT KABUPATEN LAMONGAN

SURVEI TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS XI (SEBELAS) SMA MUHAMMADIYAH 1 BABAT KABUPATEN LAMONGAN Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 01 Tahun 2014, 88-93 SURVEI TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS XI (SEBELAS) SMA MUHAMMADIYAH 1 BABAT KABUPATEN LAMONGAN Eko Nurcahyo Mahasiswa

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII MTs UNIT SEKOLAH BARU (USB) SAGULUNG BATAM

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII MTs UNIT SEKOLAH BARU (USB) SAGULUNG BATAM SIMBIOSA, 5 (2): 84-90 HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII MTs UNIT SEKOLAH BARU (USB) SAGULUNG BATAM THE CORRELATION BETWEEN SELF-CONCEPT AND STUDENTS OUTCOMES ON LEARNING

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA SISWA SMPN 1 SAMBENG DENGAN SISWA MTs 45 ASSA ADAH KANDANGAN

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA SISWA SMPN 1 SAMBENG DENGAN SISWA MTs 45 ASSA ADAH KANDANGAN PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA SISWA SMPN 1 SAMBENG DENGAN SISWA MTs 45 ASSA ADAH KANDANGAN Wahyudi Mahasiswa S-1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM SISWA KELAS XI IPA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMAN 5 PADANG.

ANALISIS KEPUASAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM SISWA KELAS XI IPA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMAN 5 PADANG. ANALISIS KEPUASAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM SISWA KELAS XI IPA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMAN 5 PADANG Irmai Yusrita 1), Nawir Muhar 2), Azrita 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI SISWA DI SMPN 1 BATU BERSURAT

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI SISWA DI SMPN 1 BATU BERSURAT 78 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI SISWA DI SMPN 1 BATU BERSURAT mimiyulianti15@yahoo.com Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi FKIP

Lebih terperinci

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1)

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1) Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 27-31 Info Artikel: Diterima14/02/2013 Direvisi 20/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013

Lebih terperinci

MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SDN 22 SERINGKUYANG KECAMATAN MENJALIN

MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SDN 22 SERINGKUYANG KECAMATAN MENJALIN MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SDN 22 SERINGKUYANG KECAMATAN MENJALIN Yosep Laurensius G.M, Imran, Wiwik Yunintaningrum Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi FKIP Untan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 6 BINTAN KABUPATEN BINTAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 6 BINTAN KABUPATEN BINTAN HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 6 BINTAN KABUPATEN BINTAN Gatot Pranoto 1, Annika Maizeli 2, Evrialiani Rosba 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh IMAM SUBIANTO NAZARUDIN WAHAB TAMBAT USMAN

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh IMAM SUBIANTO NAZARUDIN WAHAB TAMBAT USMAN HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL Oleh IMAM SUBIANTO NAZARUDIN WAHAB TAMBAT USMAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH DAN CARD SORT PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 MATARAM TAHUN AJARAN 2016/2017 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA JURNAL. Oleh MARYATI FITRIA AKHYAR SUGIYANTO

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA JURNAL. Oleh MARYATI FITRIA AKHYAR SUGIYANTO HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA JURNAL Oleh MARYATI FITRIA AKHYAR SUGIYANTO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015

Lebih terperinci

THE EFFECT OF VIDEO MEDIA VARIATION TO LEARNING INTEREST OF FOURTH GRADE STUDENT

THE EFFECT OF VIDEO MEDIA VARIATION TO LEARNING INTEREST OF FOURTH GRADE STUDENT 316 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun ke-6 2017 PENGARUH VARIASI MEDIA VIDEO TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI GOLO YOGYAKARTA THE EFFECT OF VIDEO MEDIA VARIATION TO LEARNING

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPERIMEN DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN IT

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPERIMEN DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN IT PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPERIMEN DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN IT Differences of Student Result Learning Used Experiment Model and Direct Learning

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah metode yang berlandaskan

Lebih terperinci

terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk permainan atau pertandingan/ perlombaan

terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk permainan atau pertandingan/ perlombaan Konsep Dasar Pendidikan Jasmani dan Olahraga Olahraga adalah kegiatan fisik manusia yang berpengaruh terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang menuntut kegiatan fisik tertentu untuk menggunakan tubuh

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA KARTIKA 1-5 PADANG ABSTRACT

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA KARTIKA 1-5 PADANG ABSTRACT 1 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA KARTIKA 1-5 PADANG Mesri Zulhandri Yani 1, Liza Yulia Sari 2, Evrialiani Rosba 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 WATES TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLABASKET

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 WATES TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLABASKET Faktor-Faktor yang...(aditya Bayu)1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 WATES TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLABASKET THE INFLUENCES FACTORS OF STUDENTS PERCEPTION

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK Pengaruh Penggunaan Metode... (Adi Rukmana Putra) 73 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK THE INFLUENCE OF DEMONSTRATION TEACHING METHOD ON THE STUDENT

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS JURNAL. Oleh DEVIYANTI PANGESTU SULTAN DJASMI ERNI MUSTAKIM

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS JURNAL. Oleh DEVIYANTI PANGESTU SULTAN DJASMI ERNI MUSTAKIM 1 HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS JURNAL Oleh DEVIYANTI PANGESTU SULTAN DJASMI ERNI MUSTAKIM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI I NATAR

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI I NATAR HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI I NATAR Sri Wahyuni (sriwah@yahoo.co.id) 1 Muswardi Rosra 2 Shinta Mayasari 3 ABSTRACT The aims

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA Sri Hartutik, Irma Mustikasari STIKES Aisyiyah Surakarta Ners_Tutty@yahoo.com

Lebih terperinci

RENA A JURNAL. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD

RENA A JURNAL. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD 1 PENGARUH BUKU PENUNJANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI MADRASAH ALIYAH ALKHAIRAAT TONDO PALU RENA A 351 09 033 JURNAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Tingkat Kesulitan Belajar... (Surya Aditama) 1 TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 THE LEVEL

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISKUSI TIGA LAPIS PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISKUSI TIGA LAPIS PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISKUSI TIGA LAPIS PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE DI KELAS X SMA NEGERI 6 KOTA TASIKMALAYA TAHUN AJARAN 2012/2013 JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA 1 PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA BABUL HASANAH A 351 09 037 JURNAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations ACTIVE 4 (10) (2015) Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR LEMPAR TANGKAP BOLA MELALUI PERMAINAN LETABOTAI

Lebih terperinci

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2014, Volume 6, Nomor 2

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2014, Volume 6, Nomor 2 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISTIM KOLOID Asrial 1), Arnina Dwijaya 2) 1) Staf Pengajar di Program Magister Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: SUGIYARNO NPM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SKRIPSI. Oleh: SUGIYARNO NPM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Artikel Skripsi PENGARUH PEMBELAJARAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR LEMPAR CAKRAM GAYA MENYAMPING SISWA KELAS VIII MTs NEGERI KEBONAGUNGTAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMAN 5 MAKASSAR

PENGARUH INTENSITAS BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMAN 5 MAKASSAR PENGARUH INTENSITAS BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMAN 5 MAKASSAR A. Rezki Ayu Lestary MD Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA N 5 PADANG E-JURNAL

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA N 5 PADANG E-JURNAL PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA N 5 PADANG E-JURNAL Oleh : HAYATUL MUSYARAFAH 11090172 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Perbandingan Tingkat Kohesivitas Antara Siswa RSBI dan SSN

Perbandingan Tingkat Kohesivitas Antara Siswa RSBI dan SSN PERBANDINGAN TINGKAT KOHESIVITAS ANTARA SISWA RINTISAN SEKOLAH BERSTANDAR INTERNASIONAL (RSBI) DAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN) (Studi Pada Kelas XI SMAN 15 Dan Siswa Kelas XI SMAN 11 ) M. Iqbal Agung

Lebih terperinci

Ema Susanti Purwati Kuswarini Suprapto

Ema Susanti Purwati Kuswarini Suprapto The Effect of Model Cooperative Learning Type of Take and Give in the Students Learning Result on The Depends Each Other in Ecosystem Concept in 7 th Grade of the 16 th Public Junior High School at Tasikmalaya

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING DAN STOPING

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING DAN STOPING 35 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING DAN STOPING fernandoricky@edu.uir.ac.id, kamarudin@edu.uir.ac.id Program Studi

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF STAD MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING CONTROL SEPAKBOLA

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF STAD MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING CONTROL SEPAKBOLA ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF STAD MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING CONTROL SEPAKBOLA Oleh I Gusti Agung Gede Darma Putra NIM 0816011167 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Application of Cooperative Learning Model Type of Question Student Have on The Human Body Excretion System Concept (Experimental Studies at II th Grade Science of the 1 st Public Senior High School Singaparna

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR SKRIPSI Oleh: ASRI NAFI A DEWI X4307018 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen Di kelas XI IPA SMA Negeri 4 Tasikmalaya)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasional. penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan angka,

Lebih terperinci

The Study of Attitude Students of Attended Learning Geography in XI Social Studies Class of Senior High School Bunda Padang. By:

The Study of Attitude Students of Attended Learning Geography in XI Social Studies Class of Senior High School Bunda Padang. By: 0 The Study of Attitude Students of Attended Learning Geography in XI Social Studies Class of Senior High School Bunda Padang By: Nik Arya Finuriha*Edi Suarto**Momon Dt. Tanamir** *Geography Education

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: TRI SANDI ADI PANGESTU NPM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

SKRIPSI. Oleh: TRI SANDI ADI PANGESTU NPM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI Artikel Skripsi PENGARUH METODE PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLAVOLI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TULAKAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP Shaufan Habibi 1), Trapsilo Prihandono 2), Sri Wahyuni 2) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R)

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R) HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R) DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 Skripsi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. NASKAH PUBLIKASI PENGARUH INTENSITAS BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN AJARAN 2015/2016 Usulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR

Lebih terperinci

TINGKAT KEAKTIFAN SISWA KELAS V DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN TONNIS DI SD N 01 REJOSARI KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2015/2016

TINGKAT KEAKTIFAN SISWA KELAS V DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN TONNIS DI SD N 01 REJOSARI KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2015/2016 Tingkat Keaktifan Siswa...(Thomas Prasetyo U)1 TINGKAT KEAKTIFAN SISWA KELAS V DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN TONNIS DI SD N 01 REJOSARI KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2015/2016 THE LEVELS OF A ACTIVENES IN

Lebih terperinci

E-JURNAL. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) Oleh : WENI YUNIARTI

E-JURNAL. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) Oleh : WENI YUNIARTI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, MINAT BELAJAR, DAN CARA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI PELAJARAN EKONOMI DI KELAS X PEMASARAN SMK N 4 PADANG E-JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

Perbandingan Pelaksanaan PPL Tahun 2013 Dengan PPP Tahun 2014 Mahasiswa FIK Unesa

Perbandingan Pelaksanaan PPL Tahun 2013 Dengan PPP Tahun 2014 Mahasiswa FIK Unesa PERBANDINGAN PELAKSANAAN PPL TAHUN 2013 DENGAN PPP TAHUN 2014 MAHASISWA FIK UNESA (Studi pada SMP, SMA dan SMK yang menjadi mitra P3G Unesa di Surabaya) Ardho Gonggo Wicaksono Mahasiswa S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH DASAR

PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH DASAR Journal of EST, Volume 2 Nomor 2 Agustus 2016 hal. 91-97 91 p-issn: 2460-1497 e-issn: 2477-3840 PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA BIOLOGI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI METODE DEMONSTRASI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA BIOLOGI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI METODE DEMONSTRASI PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA BIOLOGI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI METODE DEMONSTRASI 1 Ota Mulyono, 2 Yakobus Bustami, dan 3 Hendrikus Julung 123 Program studi Pendidikan Biologi, STKIP

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI BELAJAR SENI MUSIK SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI BELAJAR SENI MUSIK SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi (Lulut Kusumaningtyas) 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI BELAJAR SENI MUSIK SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN FACTORS INFLUENCING STUDENT S MUSIC LEARNING CONDITION

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN SIKAP SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II DEPOK SLEMAN ARTIKEL JURNAL

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN SIKAP SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II DEPOK SLEMAN ARTIKEL JURNAL HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN SIKAP SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II DEPOK SLEMAN ARTIKEL JURNAL Oleh Saeful Iman NIM 12105244018 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERBEDAAN FORMASI TEMPAT DUDUK U SHAPE DAN CHEVRON TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD N DENGGUNG SLEMAN

PERBEDAAN FORMASI TEMPAT DUDUK U SHAPE DAN CHEVRON TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD N DENGGUNG SLEMAN PERBEDAAN FORMASI TEMPAT DUDUK U SHAPE DAN CHEVRON TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD N DENGGUNG SLEMAN Nur Fitri Barokah Siti Maisaroh, S.E., M.Pd. Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL Diajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperoleh GelarSarjanaPendidikan S1 ( strata satu) SUCI RAHMADANI NIM.11030016

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Nur Widia Wardani Nurul Ulfatin E-mail: nurwidia_wardani@yahoo.co.id, Universitas Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

Fakhruddin *), Elva Eprina, dan Syahril Laboratorium Pendidikan Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru

Fakhruddin *), Elva Eprina, dan Syahril Laboratorium Pendidikan Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru Jurnal Geliga Sains 4 (1), 18-22, 2010 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau ISSN 1978-502X SIKAP ILMIAH SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER MELALUI MODEL KOOPERATIF

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan BAB III METODE PENELITIAN Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan metode penelitian. Seperti yang sudah Penulis paparkan pada bab satu, metode penelitian yang digunakan adalah

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGJATI

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGJATI 894 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 ke-5 Tahun 2016 PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGJATI THE EFFECT OF CONTEXTUAL LEARNING

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN IPS SMP SE-KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN JURNAL

PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN IPS SMP SE-KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN JURNAL PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN IPS SMP SE-KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN JURNAL Disusun Oleh: Eva Riyanti 12416241011 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014,

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014, PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLAVOLI (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Takeran, Kabupaten Magetan) Aditya Andri Kusuma Mahasiswa

Lebih terperinci

TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET

TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET RESPONSE OF GRADE VII STUDENTS ON THE USE OF LEARNING

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 SURABAYA DAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 36 SURABAYA

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 SURABAYA DAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 36 SURABAYA Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Dan SMP Negeri 36 PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 SURABAYA DAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 36 SURABAYA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identivikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KMS DAN NON KMS DI SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KMS DAN NON KMS DI SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL Perbedaan Kemnadirian Belajar (Fitri Sulistyowati) 1 PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KMS DAN NON KMS DI SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh Fitri Sulistyowati NIM 08104244024

Lebih terperinci

PENGARUH MINAT, KEMANDIRIAN, DAN SUMBER BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII SMP NEGERI 5 UNGARAN

PENGARUH MINAT, KEMANDIRIAN, DAN SUMBER BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII SMP NEGERI 5 UNGARAN JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI DINAMIKA PENDIDIKAN Vol. VII, No. 1, Juni 2012 Hal. 8-13 PENGARUH MINAT, KEMANDIRIAN, DAN SUMBER BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII SMP

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lain dari masalah yang diteliti (Notoadmodjo, 2002). Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah cara-cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Penelitian ini

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA Marthina 1), Pentatito Gunowibowo 2), Arnelis Djalil 2) marthinajayasironi@yahoo.com 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR SERVICE BAWAH DALAM PEMBELAJARAN BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA SMK MUHAMMADIYAH KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

HUBUNGAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR SERVICE BAWAH DALAM PEMBELAJARAN BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA SMK MUHAMMADIYAH KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR SERVICE BAWAH DALAM PEMBELAJARAN BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA SMK MUHAMMADIYAH KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

Absract. Key words: students result of learning, expository learning strategy, contextual teaching learning strategy. Abstrak

Absract. Key words: students result of learning, expository learning strategy, contextual teaching learning strategy. Abstrak PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI DAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA SUB KONSEP SPERMATOPHYTA (Studi Eksperimen di Kelas X MIA SMA

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI. (Jurnal) Oleh HAMDA WARA

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI. (Jurnal) Oleh HAMDA WARA PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI (Jurnal) Oleh HAMDA WARA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU 1 Siti Nazhifah 1, Jimmi Copriady, Herdini fhazhivnue@gmail.com 081372751632 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci