ANALISIS RISIKO PEMASARAN TANAMAN HIAS POT DI PT BINA USAHA FLORA, KECAMATAN SUKARESMI, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO PEMASARAN TANAMAN HIAS POT DI PT BINA USAHA FLORA, KECAMATAN SUKARESMI, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO PEMASARAN TANAMAN HIAS POT DI PT BINA USAHA FLORA, KECAMATAN SUKARESMI, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI RISTY PUSPITASARI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2 RINGKASAN RISTY PUSPITASARI. Analisis Risiko Pemasaran Tanaman Hias Pot di PT Bina Usaha Flora, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. (Di bawah bimbingan TINTIN SARIANTI). Tanaman hias merupakan komoditas hortikultura yang cukup potensial untuk dikembangkan. Hal ini didukung dengan meningkatnya pendapatan konsumen, tuntutan keindahan lingkungan, pembangunan industry pariwisata, serta pembangunan kompleks perhotelan dan perkantoran. Salah satu bentuk tanaman hias yang saat ini banyak diminati masyarakat adalah tanaman hias dalam pot (potted plant). Usaha ini semakin berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat terhadap lingkungan yang asri, nyaman, indah. Terlihat semakin banyaknya rumah tangga, perkantoran, perhotelan, serta pusat perbelanjaan di kota-kota besar menghias tempatnya dengan menggunakan tanaman hias dalam pot, baik untuk disimpan di luar ruangan ataupun di dalam ruangan. Selain itu tanaman hias dalam pot memiliki nilai artistik pada bagian tanamannya, baik bunga ataupun daunnya. Tanaman ini juga mudah dipindahkan sesuai lingkungannya dan tidak memerlukan lahan yang luas dalam pemeliharaannya, sehingga dapat dinikmati walaupun di ruangan yang sempit. PT Bina Usaha Flora merupakan salah satu perusahaan di Jawa Barat yang bergerak dalam industri tanaman hias, khususnya tanaman hias pot. Permasalahan yang dihadapi oleh PT Bina Usaha Flora adalah perusahaan mengalami risiko pemasaran dalam melaksanakan usahanya. Hal ini dapat dilihat dari adanya fluktuasi penjualan tanaman hias yang diproduksi oleh perusahaan setiap bulannya. Dalam menjalankan usahanya, PT Bina Usaha Flora dihadapkan pada permasalahan belum terpenuhinya target penjualan yang sudah direncanakan sebelumnya, padahal tanaman hias memiliki kelemahan dalam hal penyimpanan sehingga perusahaan tidak dapat melakukan penyimpanan produknya dalam waktu lama. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko pemasaran. Perusahaan dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pemasaran yang tepat agar produknya dapat laku terjual sesuai target yang diharapkan. Hal ini akan berakibat pada fluktuasi penerimaan yang diperoleh perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi risiko dan sumber-sumber risiko tanaman hias pot yang terjadi di PT BUF. (2) Menganalisis hubungan diversifikasi usaha dengan upaya mengurangi risiko pada PT BUF. (3) Mengkaji alternatif penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh PT BUF. Penelitian ini dilakukan di PT Bina Usaha Flora, Kec.Sukaresmi, Kab.Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga April Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaaan, seperti General Manager, Koordinator Ornamental dan Kepala Produksi. PT BUF. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur dan instansi yang terkait seperti BPS, Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, perpustakaan LSI IPB, internet dan literatur lain yang relevan. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan 2

3 deskriptif. Analisis ini untuk mengetahui gambaran umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan.. Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi sumber risiko, melakukan pengukuran risiko, penanganan risiko dan evaluasi untuk melihat efektivitas penanganan risiko yang diterapkan perusahaan. Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi dengan menggunakan metode variance, standard deviation dan coefficient variation pada komoditas tanaman hias vinca, gloxinia, petunia dan pentas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko pemasaran yang dialami oleh PT Bina Usaha Flora terjadi karena beberapa sumber risiko, yaitu preferensi konsumen, adanya event tertentu, kurangnya informasi pasar dan kerusakan tanaman pada saat pengiriman. Analisis risiko pada kegiatan spesialisasi berdasarkan penerimaan pada tanaman hias vinca, gloxinia, petunia dan pentas diperoleh risiko paling tinggi dari keempat komoditas adalah gloxinia yaitu sebesar 1,319 yang artinya bahwa etiap satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 1,319. Sedangkan risiko paling rendah adalah vinca yaitu sebesar 0,603 yang artinya bahwa etiap satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadpi sebesar 0,603. Hal ini terjadi karena tanaman hias vinca memiliki kuantitas penjualan yang cukup tinggi setiap bulannya dan memiliki harga yang cukup tinggi. Analisis risiko pada kegiatan diversifikasi meliputi gabungan dari dua komoditas yaitu gabungan vinca dan gloxinia, vinca dan petunia, vinca dan pentas, gloxinia dan petunia, gloxinia dan pentas, serta petunia dan pentas. Gabungan tiga komoditas meliputi gabungan vinca, gloxinia dan petunia, gabungan vinca, gloxinia dan pentas, gabungan vinca, petunia dan pentas, serta gabungan gloxinia, petunia dan pentas. Gabungan empat komoditas meliputi gabungan vinca, gloxinia, petunia dan pentas. Dari hasil diversifikasi diperoleh nilai coefficient variation terendah pada gabungan komoditas vinca dan petunia yaitu sebesar 0,693. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Strategi penanganan risiko yang dapat dilakukan oleh PT Bina Usaha Flora untuk meminimalkan risiko adalah melakukan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kemitraan, promosi yang lebih efektif, networking yang luas, serta kontrak pemasaran. 3

4 ANALISIS RISIKO PEMASARAN TANAMAN HIAS POT DI PT BINA USAHA FLORA, KECAMATAN SUKARESMI, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT RISTY PUSPITASARI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

5 Judul Penelitian Nama NIM : Analisis Risiko Pemasaran Tanaman Hias Pot di PT Bina Usaha Flora, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat : Risty Puspitasari : H Menyetujui, Pembimbing Tintin Sarianti, SP, MM NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus: 5

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Risiko Pemasaran Tanaman Hias Pot di PT Bina Usaha Flora, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2012 Risty Puspitasari H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Rangkasbitung pada tanggal 10 Januari 1990 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan M. Ishom Setyawan dan Rita Rosnia. Masa pendidikan penulis dimulai dari pendidikan Taman kanak-kanak di TK Anggrek, Ciputat dan lulus tahun Penulis melanjutkan jenjang Sekolah Dasar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sukadamai 3 dan lulus tahun Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Bogor dan lulus tahun Lalu melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Bogor dan lulus tahun Penulis diterima pada Depertemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Mananjemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Organisasi Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) periode sebagai bendahara D soul dan periode sebagai staf D Soul. Selain itu penulis juga mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan yang diselenggarakan di IPB, diantaranya sebagai staf Divisi Expo Extravaganza 2009, staf Divisi 3D IPB Art Contest 2010, staf Divisi PDD Masa Perkenalan Departemen dan Fakultas 2010, dan ketua Divisi Sponsorship Agrination Penulis juga pernah menjadi Asisten Ekonomi Umum Tahun

8 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Risiko Pemasaran Tanaman Hias Pot di PT Bina Usaha Flora, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi risiko dan sumber-sumber risiko tanaman hias pot, menganalisis hubungan diversifikasi usaha dengan upaya mengurangi risiko, serta mengkaji alternatif penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh PT BUF. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Bogor, Juli 2012 Risty Puspitasari 8

9 UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberi dukungan, serta doa yang diberikan selama menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku dosen penguji utama pada ujian sidang skripsi yang telah meluangkan waktu, memberikan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Narni Farmayanti, SP, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan pada ujian sidang skripsi yang telah meluangkan waktu, memberikan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini. 4. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan kepada penulis. 5. Orangtua tercinta serta adik tersayang Rifka Saskia Nurunnisa yang selalu memberikan kasih sayang, senantiasa memberi dukungan, doa serta motivasi yang luar biasa kepada penulis. 6. Dosen dan stafdepartemen Agribisnis yang telah membantu, membimbing dan mendukung penulis selama menjadi mahasiswa Departemen Agribisnis. 7. Ir. Ida Widaningsih selaku General Manager, Bapak Jajat selaku pembimbing di lapangan serta staf lainnya di PT Bina Usaha Flora atas bimbingan, informasi dan bantuannya selama penulis melakukan penelitian di lapangan 8. Emil Fatmala yang telah menjadi pembahas dalam seminar penulis. 9. Sahabat seperjuangan di Agribisnis Ratih Kusuma Ningrum, Herawati, Anggarini Dianing Safitri, Steffi Fikri, Emil Fatmala, Farisah Firas, Dian Puspitasari, Akbar Zaenal Mutaqin, Andi Facino, Amelia, Ni Putu Ayuning, Rizki Amelia atas diskusi dan bantuannya. 9

10 10. Teman-teman sebimbingan Pitta Nababan, Tommy Gunanta Ginting, Yulinda Nasti. 11. Sahabat tercinta Ratih Kusuma Ningrum, Sheila Santika Putri, Nurul Utami 12. Semua pihak yang telah bersedia membantu penulis selama proses penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Bogor, Juli 2012 Risty Puspitasari 10

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xii xiv xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Hortikultura Gambaran Umum Tanaman Hias Penelitian Terdahulu Kajian Risiko Bisnis Kajian Manajemen Risiko III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Definisi Risiko Jenis Risiko Sumber Risiko Hubungan Karakteristik dengan Risk dan Return Teori Portofolio Manajemen Risiko Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Spesialisasi Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Diversifikasi V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Lokasi dan Kondisi Perusahaan Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan Sumberdaya Perusahaan

12 Sumberdaya Fisik Sumberdaya Manusia Sumberdaya Finansial Operasional Kegiatan Subsistem Input Subsistem Budidaya Subsistem Pemasaran VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Risiko Risiko Pemasaran Analisis Risiko Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi Analisis Risiko pada Kegiatan Diversifikasi Strategi Penanganan Risiko VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun Penjualan Tanaman Hias di PT Bina Usaha Flora Tahun Bahan yang digunakan Divisi Propogation and Mother Stock berdasarkan fungsi pada PT Bina Usaha Flora Tahun Bahan yang digunakan Divisi Media and Transplantation berdasarkan fungsi pada PT Bina Usaha Flora Tahun Alat yang Digunakan dalam Proses Produksi pada PT Bina Usaha Flora Tahun Asumsi Data Penjualan Tanaman Hias pada Kegiatan Spesialisasi Jumlah Tanaman Hias yang Mati di PT Bina Usaha Flora Bulan Februari 2011-Desember Penilaian Expected Return Berdasarkan Nilai Penjualan Komoditas Vinca, Gloxinia, Petunia dan Pentas Penilaian Risiko Pemasaran pada Kegiatan Spesialisasi Berdasarkan Penerimaan pada Tanaman Hias Vinca Gloxinia, Petunia dan Vinca di PT Bina Usaha Flora Bobot Portofolio pada Kombinasi Dua, Tiga dan Empat Komoditi Tanaman Hias Vinca, Gloxinia, Petunia dan Vinca di PT Bina Usaha Flora Expected Return Tanaman Hias Vinca, Gloxinia, Petunia dan Pentas pada Kegiatan Diversifikasi di PT Bina Usaha Flora Penilaian Risiko Pemasaran pada Kegiatan Diversifikasi Empat Komoditas berdasarkan Penerimaan di PT Bina Usaha Flora Penilaian Risiko Pemasaran pada Kegiatan Diversifikasi Dua Komoditas berdasarkan Penerimaan di PT Bina Usaha Flora

14 16 Penilaian Risiko Pemasaran pada Kegiatan Diversifikasi Tiga Komoditas berdasarkan Penerimaan di PT Bina Usaha Flora Perbandingan Risiko Pemasaran Berdasarkan Penerimaan Pada Kegiatan Spesialisasi dan Diversifikasi Tanaman Vinca, Gloxinia, Petunia dan Pentas di PT Bina Usaha Flora

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Tiga Perbedaan Pengambil Keputusan Hubungan Expected Return dan Standard Deviation dalam Perspektif Risiko Operasional Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan dan Output yang Dihasilkan Kerangka Pemikiran Operasional Struktur Organisasi PT Bina Usaha Flora Tanaman Hias Vinca Tanaman Hias Gloxinia Tanaman Hias Petunia Tanaman Hias Pentas Penyemaian Bibit pada Plug Pembuatan Media Tanam Penanaman Bibit Yellow Trap Persegi Saluran Pemasaran PT Bina Usaha Flora

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Data Penjualan Tanaman Hias Pot di PT Bina Usaha Flora Tahun Penerimaan PT BUF pada Komoditi Vinca (Januari 2010-Desember 2011) Penerimaan PT BUF pada Komoditi Gloxinia (Januari 2010-Desember 2011) Penerimaan PT BUF pada Komoditi Petunia (Januari 2010-Desember 2011) Penerimaan PT BUF pada Komoditi Pentas (Januari 2010-Desember 2011)

17 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. (Ditjen Hortikultura 2010). Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman baik tanaman hortikultura tropis maupun hortikultura subtropis, yang mencakup 323 jenis komoditas, yang terdiri dari 60 jenis komoditas buah-buahan, 80 jenis komoditas sayuran, 66 jenis komoditas biofarmaka dan 117 jenis komoditas tanaman hias 1. Hal ini menunjukkan peran penting subsektor hortikultura dalam mendukung perekonomian nasional, khususnya dalam upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Besarnya kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB nasional dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun No. Komoditas Nilai PDB (Milyar Rupiah) Buah-buahan Sayuran Tanaman Hias Biofarmaka Hortikultura Perkembangan 11,08% 11,88% 9,48% 5,06% -2,00% Sumber: Ditjen Hortikultura (2011) 1 Pengelolaan Data dan Informasi Ditjen Hortikultura. (Diakses tanggal 3 Desember 2011) 1

18 Berdasarkan Tabel 1, dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB nasional terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 nilai total kontribusi hortikultura sebesar milyar dan terus meningkat pada tahun 2009 menjadi Kontribusi hortikultura terhadap PDB nasional yang meningkat tiap tahunnya mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik di masa mendatang sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian Indonesia. Namun pada tahun 2010, nilai PDB hortikultura mengalami penurunan sebesar 2%. Penurunan ini disebabkan karena adanya penurunan jumlah produksi dari komoditas buah-buahan dan tanaman biofarmaka. Salah satu kelompok komoditi hortikultura yang cukup prospektif dalam pengembangannya adalah tanaman hias. Mulai dari tahun 2006 hingga tahun 2010, tanaman hias memberikan kontribusi yang meningkat terhadap PDB nasional, yaitu sebesar milyar rupiah pada tahun 2006 menjadi milyar rupiah pada tahun Peningkatan ini terjadi karena tanaman hias memiliki permintaan yang semakin besar yang berpengaruh pada peningkatan produksi dan luas panen di beberapa wilayah di Indonesia. Produksi tanaman hias di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun No. Komoditi Produksi (unit) Bunga Potong Daun Potong Tanaman Pot+Taman 4 Bunga Tabur Total Sumber: Ditjen Hortikultura (2011) 2

19 Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa jumlah produksi tanaman hias secara umum mengalami peningkatan mulai dari tahun 2007 hingga tahun Terutama pada tanaman hias dalam bentuk bunga potong, daun potong dan tanaman pot+taman mengalami yang mengalami kenaikan produksi. Hal ini terjadi karena semakin banyaknya permintaan terhadap komoditas tersebut.pada komoditas bunga potong peningkatan produksi terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu terjadi peningkatan sebesar 43.78%. Pada komoditas daun potong peningkatan produksi yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2008 sebesar 488,59%. Pada tanaman pot+taman peningkatan produksi terbesar terjadi pada tahun 2008 sebesar 852,35%. Sedangkan pada komoditi bunga tabur, jumlah produksinya mengalami fluktuasi.besarnya luas panen tanaman hias di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun No. Komoditi Luas Panen (m 2 ) Bunga Potong Daun Potong Tanaman Pot+Taman 4 Bunga Tabur Total Sumber: Ditjen Hortikultura (2011) Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa secara umum total luas panen tanaman hias di Indonesia peningkatan mulai dari tahun 2007 hingga tahun Hal ini berbanding lurus dengan meningkatnya permintaan terhadap tanaman hias setiap tahunnya. Berdasarkan luas panen, tanaman pot+taman menduduki posisi kedua setelah bunga potong. Hal ini memperlihatkan bahwa tanaman hias+pot dilirik oleh para produsen tanaman hias untuk dikembangkan. Pada masa kini kegiatan usaha tanaman hias dilakukan secara komersial. Usahatani tanaman hias mampu menggerakkan pertumbuhan industri barang dan jasa, berkembangnya kegiatan usaha tanaman hias di dalam negeri berhubungan dengan meningkatnya pendapatan konsumen, tuntutan keindahan lingkungan, pembangunan industri pariwisata, serta pembangunan kompleks perumahan, 3

20 perhotelan dan perkantoran. Pengembangan usaha tanaman hias perlu didorong agar mampu memberi peran yang lebih besar terhadap pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan tanaman hias juga diharapkan membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan petani, menambah devisa dan membuka peluang tumbuhnya sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi. Kini tanaman hias banyak dibutuhkan untuk memperindah lingkungan sekitar, termasuk dekorasi ruangan dan halaman rumah. Bahkan, pemanfaatan tanaman hias telah berkembang menjadi sarana komunikasi personal untuk menyatakan rasa duka maupun suka kepada teman dan kerabat karib. Dengan makin berkembangnya pemanfaatan tanaman hias permintaan pasar domestik dalam beberapa tahun terakhir meningkat cukup tajam (Direktorat Tanaman Hias 2004). Usaha tanaman hias ini pada umumnya dimiliki oleh perorangan. Pada umumnya usaha ini telah ada sejak 10 tahun yang lalu dan mengalami perkembangan dari tahun ke tahunnya. Motivasi pendirian usaha ini diantaranya adalah karena harga jualnya yang cukup baik, meneruskan usaha yang telah ada (usaha keturunan) ataupun karena hobi atau minat pemilik usaha. Para pengusaha tanaman hias pada umumnya melakukan kemitraan dengan petani, individu atau perorangan, maupun industri. Kemitraan dengan petani yaitu dalam hal pengadaan bibit atau tanaman yang siap tanam. Kemitraan dengan perorangan yaitu dalam hal penjualan tanaman hias. Sedangkan kemitraan dengan instansi pada umumnya dalam hal pembuatan proyek taman atau landscape. (Bank Indonesia 2008) 2. Salah satu bentuk tanaman hias yang saat ini banyak diminati masyarakat adalah tanaman hias dalam pot (potted plant). Usaha ini semakin berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat terhadap lingkungan yang asri, nyaman, indah. Terlihat semakin banyaknya rumah tangga, perkantoran, perhotelan, serta pusat perbelanjaan di kota-kota besar menghias tempatnya dengan menggunakan tanaman hias dalam pot, baik untuk disimpan di luar ruangan ataupun di dalam 4

21 2 Bank Indonesia Pola Pembiayaan Usaha Kecil pada Industri Tanaman Hias. Jakarta: Bank Indonesia [Diakses tanggal 3 Desember 2011] ruangan. Selain itu tanaman hias dalam pot memiliki nilai artistik pada bagian tanamannya, baik bunga ataupun daunnya. Tanaman ini juga mudah dipindahkan sesuai lingkungannya dan tidak memerlukan lahan yang luas dalam pemeliharaannya, sehingga dapat dinikmati walaupun di ruangan yang sempit. Sebanyak hampir 70% pencipta taman menghiasi ruangannya dengan tanaman hias dalam pot. Inilah yang mendorong permintaan akan bunga dalam pot meningkat dan secara otomatis akan merangsang orang untuk berusaha di bidang ini. Secara kelembagaan industri tanaman hias dalam pot (potted plant) sebelum tahun 1985 dilayani oleh perangkai, penggemar dan hobbies bunga dan beberapa persatuan penggemar tanaman hias dalam pot (potted plant). Kini diikuti oleh produsen, pemasok dan peneliti yang professional dari kalangan masyarakat swasta dan pemerintah. Adanya organisasi seperti Perhimpunan Anggrek Indonesia, Yayasan Bunga Nusantara dan beberapa produsen pada industri tersebut bahkan telah mendirikan berbagai asosiasi seperti Pusat Koperasi Bunga Indonesia. Asosiasi Bunga Indonesia dan lain-lainnya untuk kepentingan anggota dalam pengembangan aspek internal maupun eksternal terhadap perkembangan subsektor hortikultura tanaman hias dalam pot (potted plant) 3. Usaha agribisnis tidak terlepas dari adanya risiko, begitu pula pada usaha tanaman hias pot, Volume penjualan tanaman hias pot setiap bulan cukup berfluktuatif, terdapat kecenderungan perbedaan intensitas penjualan untuk bulanbulan tertentu. Selain itu, tanaman hias pot merupakan kebutuhan tersier, sehingga jika daya beli masyarakat menurun mereka akan lebih mendahulukan kebutuhan primer dan sekunder dibandingkan dengan kebutuhan tersier. Oleh karena itu, pengusaha tanaman hias perlu terus berupaya agar permintaan akan tanaman hias tetap ada. 5

22 3 Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan Volume 3 Edisi [Diakses tanggal 7 Desember 2011] Menurut data Bank Indonesia 2008, kenaikan harga tanaman hias dari tahun ke tahun adalah sekitar 5-10 %. Kenaikan harga ini lebih kecil dari kenaikan harga bahan baku (medianya). Banyak pengusaha yang lebih mementingkan perputaran penjualan dan harga yang murah. Walaupun marjin keuntungan per unitnya kecil tetapi volume tanaman yang terjual banyak. Kendala pemasaran yang dihadapi oleh pengusaha tanaman hias adalah peningkatan harga jual tanaman hias yang tidak secepat peningkatan biaya produksi untuk budidaya tanaman. Misalnya peningkatan harga jual hanya 5-10%, tetapi peningkatan biaya produksi (media tanam) lebih besar dari peningkatan harga jual (bahkan dapat mencapai 50%). Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra penghasil tanaman hias di Indonesia.Hal ini disebabkan karena wilayah Jawa Barat memiliki kondisi tanah dan iklim yang cocok untuk pengembangan usaha tanaman hias. Produksi tanaman hias unggulan di Jawa Barat terdapat di wilayah Bogor, Bandung, Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Karawang dan Cirebon 4. PT Bina Usaha Flora (BUF) merupakan salah satu perusahaan yang terdapat di wilayah Cipanas, Kabupaten Cianjur.Perusahaan ini memproduksi tanaman pot, terutama jenis semusim. Ada lebih dari 20 jenis tanaman pot yang meliputi tanaman indoor dan outdoor. Sebagian besar tanaman yang ada diperbanyak dengan benih. PT BUF terletak di komplek Taman Bunga Nusantara, jalan Mariwati Km 5,5 Desa Pataruman, Kecamatan Sukaresmi, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dalam perkembangannya, PT BUF mengalami kendala dalam pemasaran produknya maka PT BUF perlu melakukan kegiatan yang tepat untuk mengelola risiko yang dihadapi perusahaan Perumusan Masalah PT Bina Usaha Flora (BUF) merupakan salah satu perusahaan florikultura yang memproduksi lebih dari 20 jenis tanaman hias. PT BUF memiliki luas 2,7 ha dan terdapat 17 green house yang digunakan untuk pembibitan (seedling), 4 Sentra Tanaman Hias di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009.(Diakses tanggal 13 Februari 2012) 6

23 tanaman pot (potted plant), tanaman hamparan (bedding plant), rehabilitasi dan percobaan. Selain itu PT BUF juga melakukan kerjasama dengan petani sekitar dan berbagai perusahaan yaitu dengan melakukan pembelian jenis tanaman yang tidak diproduksi oleh PT BUF. PT BUF memproduksi lebih dari 20 jenis tanaman pot, seperti Hypoestes, Portulaka, Peperomia, Zamio, Apelandra, Snapdragon, Ornamental, Begonia, Portulaka yellow, Lipstik, Cloropitum, Hoya, Patah tulang, Sedum, Impitations, Sirih gading, Ivy geranium, Vinca, Gloxinia, Petunia dan Pentas. Namun penjualan terbesar terletak pada tanaman Vinca, Gloxinia, Petunia dan Pentas. Keempat tanaman ini merupakan tanaman unggulan dan memiliki jumlah permintaan yang lebih banyak dibandingkan tanaman lainnya yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Tanaman hias vinca, gloxinia, petunia dan pentas memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap penerimaan perusahaan. Dalam menjalankan usahanya, PT Bina Usaha Flora dihadapkan pada permasalahan belum terpenuhinya target penjualan yang sudah direncanakan sebelumnya, padahal tanaman hias memiliki kelemahan dalam hal penyimpanan sehingga perusahaan tidak dapat melakukan penyimpanan produknya dalam waktu lama. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko. Risiko yang dihadapi perusahaan adalah risiko pemasaran. Perusahaan dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pemasaran yang tepat agar produknya dapat laku terjual sesuai target yang diharapkan. Terdapat sumber risiko yang diindikasikan menjadi penyebab berfluktuasinya penjualan tanaman hias, seperti jumlah permintaan dan selera konsumen tanaman hias yang berpengaruh pada penerimaan perusahaan. Sedangkan harga pada keempat komoditas terbilang stabil per potnya, yaitu vinca Rp 7.000, gloxinia Rp 7.500, petunia Rp , dan pentas Rp Data penjualan pada keempat jenis tanaman tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. 7

24 Tabel 4. Penjualan Tanaman Hias di PT Bina Usaha Flora Tahun Komoditi (pot) Tahun Bulan Vinca Gloxinia Petunia Pentas Sumber: PT BUF (2012) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Berdasarkan Tabel 4, penjualan tanaman hias ada PT BUF dalam dua tahun terakhir menunjukkan nilai penjualan yang sangat bervariatif. Dalam periode waktu tertentu jumlah tanaman hias yang terjual sangat banyak, 8

25 sedangkan pada periode lainnya sangat sedikit bahkan tidak ada. Hal ini tergantung dari sisi permintaan yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. Nilai penjualan pada setiap jenis tanaman hias masih di bawah target penjualan yang diinginkan perusahaan. Setiap bulannya perusahaan menargetkan jumlah penjualan pada masing-masing tanaman hias, yaitu pada vinca sebesar 1000, gloxinia sebesar 500 pot, petunia sebesar 500 pot dan pentas sebesar 1000 polybag. Untuk mengurangi risiko tersebut, perusahaan melakukan diversifikasi usaha. Diversifikasi yang dilakukan oleh PT BUF ditujukan untuk memenuhi permintaan konsumen, meningkatkan permintaan, serta meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan. Penerapan diversifikasi dalam upaya mengurangi risiko merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti.berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana risiko pemasaran yang dialami oleh PT BUF dan apakah sumbersumber risiko tersebut? 2. Sejauh mana hubungan diversifikasi yang dilakukan oleh PT BUF dalam upaya mengurangi risiko? 3. Apakah bentuk strategi penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh PT BUF? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah sebelumnya, maka penelitian bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi risiko pemasaran dan sumber-sumber risiko tanaman hias pot yang terjadi di PT BUF. 2. Menganalisis hubungan diversifikasi usaha dengan upaya mengurangi risiko pada PT BUF. 3. Mengkaji alternatif penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh PT BUF Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan kontribusi bagi pihak-pihak terkait, seperti: 9

26 1. Bagi perusahaan, sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menjalankan usaha pengendalian risiko. 2. Bagi pembaca, sebagai informasi dan menambah pengetahuan mengenai risiko agribisnis, serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh. 3. Bagi penulis, menambah wawasan, mengaplikasikan ilmu, serta melatih kemampuan analisis dalam pemecahan masalah Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Produk yang dikaji adalah produk unggulan yang dipilih berdasarkan kontribusi penjualan tertinggi. Keempat produk unggulan tersebut adalah vinca, gloxinia, petunia, dan pentas. 2. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai analisis risiko pemasaran, khususnya pada risiko pemasaran pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi. 3. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara kepada perusahaan dan data sekunder. Data yang digunakan merupakan data penjualan tahun 2010 dan 2011, serta data produksi tahun

27 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Hortikultura Menurut Zulkarnain (2009), kata hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa latin, yakni hortus yang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan (terutama sekali mikroorganisme) pada suatu medium buatan. Pada umumnya para pakar mendefinisikan hortikultura sebagai ilmu yang mempelajari budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan, atau tanaman hias. Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sedangkan dalam GBHN selain buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan.ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga). Peranan hortikultura adalah 5 : a). Memperbaiki gizi masyarakat, b) memperbesar devisa negara, c) memperluas kesempatan kerja, d) meningkatkan pendapatan petani, dan e)pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan. Namun dalam membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu : a). Tidak dpat disimpan lama, b) perlu tempat lapang (voluminous), c) mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan, d) melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain, dan e) fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo 1997). Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut. Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah dilihat dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam 5 [Diakses tanggal 24 November 2011] 11

28 pemulihan perekonomian Indonesia waktu mendatang. Oleh karenanya usaha hortikultura patut untuk dikembangkan ada saat ini. Hortikultura dikelompokkan menjadi 6 : 1. Tanaman Buah-buahan (pomology): kelompok tanaman ini memiliki keanekaragaman morfologi, seperti ada yang berbentuk pohon (misalnya rambutan, mangga,durian, jeruk, dan sebagainya), atau bentuk semak markisa. 2. Tanaman sayuran (olerikultur): tanaman ini merupakan tanaman hortikultura yang utama. Bagian tanaman tersebut dapatberasal dari daun, tangkai daun, umbi, batang, akar, bunga, buah ataupun biji.berbeda dengan tanaman buah - buahan, sayuran memiliki umur yangrelatif singkat. Tanaman ini umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar,oleh karenanya proses penanganannya lebih spesifik dibandingkandengan hortikultura lainnya. 3. Tanaman Hias (florikultura): Manfaat dari tanaman hias ini adalah meningkatkan estetika lingkungan. Budidaya tanaman ini dapat dilakukan pada ruang terbukamaupun tertutup. 4. Lanskap arsitektur. Lanskap menggunakan tanaman tertentu yang dipadukan dengan elemen-elemen lainnya untuk menghasilkan pemandangan yangindah.aspek utama dalam lanskap arsitektur ini adalah penutupan permukaan tanah yang umumnya diwakili dengan rumput.lanskap arsitektur sedemikian pentingnya karena dapat memuaskan masyarakat yang melihatnya dan berpengaruh terhadap efek fisiologis manusia. 5. Tanaman obat-obatan. Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan ramuan tradisional.dimana bahan-bahan tersebut diambil dari berbagai bagian dari tanaman tersebut Gambaran Umum Tanaman Hias Tanaman hias adalah semua tanaman yang dibudidayakan dengan tujuan untuk dinikmati keindahannya. Kehadiran tanaman hias mampu menghadirkan nilai-nilai keindahan yang dapat menimbulkan dampak psikologis bagi orang 6 [24 November 2011] 12

29 yang memandangnya. Dampak psikologis yang dimaksud misalnya berupa rasa senang, gembira, nyaman, dan sebagainya. Selain itu, apabila dibudidayakan dengan baik serta dikelola dengan benar, bisnis tanaman hias juga akanmemberikan keuntungan secara ekonomi, terutama bagi penduduk kota. Hal ini tidak saja bagi penjual tanaman hias dalam bentuk bunga potong, tetapi juga bagi penjual tanaman hias di dalam pot mulai dari ukuran bibit hingga ukuran dewasa. Jasa pembuatan taman juga akan menjadi lapangan pekerjaan baru bagi mereka yang menaruh minat pada budidaya tanaman hias dan memiliki bekal pengetahuan seni merancang taman. Selain manfaat berupa keindahan, tanaman hias juga dapat memiliki fungsi-fungsi fisik (jasmaniah), seperti: 1) Sebagai peneduh; 2) Sebagai pengencer polusi, 3) Sebagai peredam suara, serta 4) Sebagai pembatas (Zulkarnain 2009) Penelitian Terdahulu Kajian Risiko Bisnis Telah banyak penelitian yang mengkaji mengenai risiko. Permana (2011) meneliti tentang analisis risiko produksi bunga potong mawar pada PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah risiko produksi dalam pengembangan usahanya, hal ini dapat dilihat dari produksi atau produktivitas yang berfluktuasi selama masa tanam berlangsung. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kondisi cuaca dan iklim, keterampilan tenaga kerja, serta serangan hama dan penyakit. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis risiko dengan Variance, Standard deviation, Coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dapat menunjukkan bahwa perusahaan mengalami risiko sebesar 0,23 tangkai pada saat terjadi risiko produksi dengan nilai expected return sebesar 11,27. Arfah (2009) meneliti tentang Analisis Risiko Penjualan Anggrek Phalaenopsis pada PT Eka Karya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Permasalahan penjualan yang terjadi di perusahaan disebabkan adanya klaim penjualan tanaman anggrek Phalaenopsis baik pemasaran lokal maupun ekspor. Klaim penjualan ini disebabkan karena adanya pengembalian tanaman dan pemusnahan tanaman, kontaminasi dan kerusakan mekanis, serta tanaman yang tidak sesuai dengan criteria standar pemesanan. Adanya risiko penjualan ini dapat 13

30 mempengaruhi realisasi penjualan dan ketidakpastian terhadap keuntungan atau pendapatan yang akan diperoleh perusahaan. Analisis risiko menggunakan variance, standard deviation, coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan analisis pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko penjualan pada kegiatan spesialisasi berdasarkan realisasi penjualan anggrek Phalaenopsis pada pasar lokal dan ekspor diperoleh risiko tertinggi yaitu pasar ekspor sebesar 0, Sedangakan risiko terendah pada pasar lokal sebesar 0, Hal ini dikarenakan penjualan pada pasar ekspor sangat rentan terhadap klaim penjualan yang mengakibatkan pengembalian dan pemusnahan tanaman serta kerusakan mekanis dibandingkan pada pasar lokal. Panggabean (2011) meneliti tentang Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Permata Anggrek melakukan diversifikasi usaha yaitu dengan melakukan penjualan terhadap tiga kelompok dendrobium, yaitu dendrobium campur besar, dendrobium campur sedang, dan dendrobium campur kecil. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation serta melihat pengaruh diversifikasi untuk mengurangi risiko. Indikasi adanya risiko dalam usaha pemeliharaan dan penjualan dendrobium terlihat dari nilai penjualan yang berfluktuasi. Sumber risiko pada tahapan pra penjualan disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca serta serangan hama yang dapat menurunkan jumlah persediaan. Risiko dalam penjualan (pasar) disebabkan oleh fluktuasi harga jual, kerusakan tanaman pada proses pengiriman, dan selera konsumen yang tidak sesuai dengan jenis anggrek yang dijual. Berdasarkan hasil penilaian risiko tunggal menggunakan ukuran coefficien variation diketahui bahwa usaha penjualan kelompok dendrobium canpur sedang menghadapi risiko tertinggi dibandingkan dengan kelompok dendrobium lainnya yaitu sebesar 0,764. Pada hasil analisis risiko usaha diversifikasi antara dua kelompok dan tiga kelompok dendrobium, diperoleh kombinasi yang memiliki nilai risiko paling tinggi yaitu dendrobium campur besar dan sedang sebesar 0,737. Sedangkan nilai risiko paling rendah dimiliki oleh kombinasi dendrobium campur besar dan kecil sebesar 0,

31 Solihin (2009) meneliti tentang risiko produksi dan harga serta pengaruhnya terhadap pendapatan peternakan ayam broiler CV AB Farm, Kecamatan Bojonggenteng, Sukabumi. Risiko yang dihadapi perusahaan adalah risiko produksi akibat perubahan cuaca dan wabah penyakit serta kualitas sapronak. Sedangkan risiko harga yang terjadi akibat fluktuasi harga sarana produksi ternak tiap periodenya dengan tren harga yang terus naik. Begitu juga dengan harga jual ayam dipasar yang fluktuatif.dengan harga pakan yang tinggi dan harga jual ayam yang rendah menyebabkan pendapatan peternak rendah dan bahkan merugi. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan Variance, Standard Deviation, Coefficient Variation, dan metode Z-score. Berdasarkan hasil analisa, nilai expected return CV AB Farm sebesar Rp dengan nilai coefficient variation adalah 2,63. Risiko produksi yang terjadi akibat penyimpangan Indeks Prestasi Produksi perusahaan terhadap Indeks Prestasi Produksi standar yang seharusnya dicapai selama tujuh periode sebesar 23,0% (Tabel Z-Score). Amri (2011) meneliti tentang Risiko Harga Sayuran di Indonesia. Analisis risiko dilakukan dengan menganalisis tingkat risiko harga kentang, kubis, dan tomat dengan menggunakan model ARCH-GARCH dan perhitungan Value at Risk (VaR). Model yang diajukan untuk kentang, kubis, dan tomat adalah GARCH (1,1) yang berarti bahwapola pergerakan harga komoditas tersebut dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga pada satu hari sebelumnya. Berdasarkan nilai VaR, menunjukkan bahwa kenaikan penerimaan sebesar satu rupiah akan meningkatkan risiko harga kentang sebesar 6,42 persen, kubis sebesar 16,12 persen, dan tomat sebesar 15,46 persen. Risiko terendah pada periode satu hari terjadi pada komoditi kentang, tetapi pada periode tujuh dan 14 hari cenderung meningkat dibandingkan komoditas kubis dan tomat. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi yang dilakukan pedagang untuk komoditas kentang dalam waktu satu hari. Sedangkan untuk komoditas kubis dan tomat pada periode satu hari memiliki nilai yang lebih besar karena kedua komoditas ini memiliki karakteristik mudah busuk dan tidak tahan lama. Oleh sebab itu, kedusa komoditas ini harus terjual dalam satu hari. 15

32 Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa semua kegiatan menghadapi risiko, terlebih pada kegiatan berbasis pertanian yang memiliki sifat perishable, bulky, dan voluminous. Risiko yang biasa terjadi berdasarkan penelitian terdahulu adalah risiko operasional dan risiko pasar. Risiko operasional yang dialami berupa risiko produksi yang dapat berasal dari dalam lingkungan perusahaan atau dari luar lingkungan perusahaan. Risiko dari dalam lingkungan perusahaan seperti keterampilan yang dimiliki oleh sumber daya manusia perusahaan. Sedangkan risiko yang berasal dari luar lingkungan perusahaan dapat berupa kondisi iklim atau cuaca ataupun serangan hama dan penyakit. Risiko lainnya adalah risiko pasar yang diakibatkan dari kegiatan pemasaran suatu perusahaan. Risiko ini merupakan kondisi yang dialami oleh suatu pelaku usaha yang disebabkan oleh perubahan kondisi dan situasi pasar di luar kendali pelaku usaha. Risiko pasar dapat berupa fluktuasi penjualan, kerusakan atau kematian produk selama proses pemeliharaan atau distribusi, serta ketidakpastian dalam perubahan harga. Risiko yang terjadi berpengaruh signifikan pada penerimaan pelaku usaha. Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan terhadap return dari suatu aset. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Semua data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis dengan Microsoft office excel untuk mengetahui besarnya risiko yang dihadapi dan manajemen risiko yang diterapkan pada perusahaan.pada penelitian sebelumnya, Pengolahan dan analisis data yang digunakan untuk mengukur besarnya risiko yang terjadi dilakukan dengan menggunakan analisis varian (Variance), simpangan baku (Standard Deviation), koefisien variasi (Coefficient Variation) baik dalam kegiatan spesialisasi ataupun diversifikasi. Kegiatan diversifikasi dilakukan untuk menurunkan risiko seminimal mungkin, termasuk salah satunya dengan menganekaragamkan risiko tersebut. Selain mengukur besarnya risiko usaha, ada beberapa penelitian yang mengukur dampak risiko tersebut yaitu dengan menggunakan metode Z-score. metode ini mengukur risiko atau kejadian yang merugikan akibat hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil standar. Dengan mengetahui Z-score, dapat 16

33 diketahui besarnya kemungkinan suatu ukuran atau suatu nilai yang berada lebih besar atau lebih kecil dari rata-ratanya ataupun dari nilai standarnya. Dengan adanya penelitian terdahulu, dapat diketahui sumber-sumber risiko yang biasa terjadi serta dampak yang ditimbulkan dari adanya risiko pada kegiatan pertanian. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai risiko khususnya risiko pemasaran tanaman hias pot. Penelitian ini menggunakan metode analisis variance, standard deviation, dan cofficient variation pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi pada empat komoditas Kajian Manajemen Risiko Manajemen risiko diperlukan untuk meminimalisasi risiko yang ada dan dapat meningkatkan presentase keberhasilan produksi yang berimplikasi pada pendapatan perusahaan. Manajemen Risiko yang baik akan dapat meminimalkan kerugian-kerugian yang dihadapi perusahaan. Sehingga perusahaan bisa tetap menjaga kelangsungan hidupnya bahkan bisa berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar dan sukses dalam bisnisnya. Menurut penelitian Permana (2011), strategi yang dapat dilakukan oleh PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) adalah peningkatan pengaturan cahaya greenhouse, menerapkan sistem karantina untuk memperlambat prosespenyebaran hama dan penyakit, dengan mengunakan screen atau plastik UV (ultraviolet) dengan dibentangkan pada bak tanam yang terserang hama, meningkatkan kualitas perawatan tanaman bunga potong mawar dengan mengukur secara lebih teliti dosis pupuk, nutrisi, dan pestisida yang akan diberikan, melakukan kegiatan perompesan daun secara menyeluruh dan benar, proses penyiangan yang dilakukan secara menyeluruh, dan sortasi yang dilakukan secara lebih teliti dan benar, mengembangkan sumberdaya manusia. Menurut penelitian Arfah (2009) alternative manajemen risiko dalam mengatasi risiko penjualan anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora yaitu dengan melakukan peningkatan teknologi pada pengaturan cahaya green house, penerapan teknologi biopestisida sebagai pengendali hama dan penyakit, bimbingan manajemen mutu dan pasca panen. Penanganan risiko juga dapat dilakukan dengan menerapkan sistem standar operasional terhadap kebijakan 17

34 mutu produk. Selain itu perlu adanya peningkatan manajemen perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik. Menurut penelitian Panggabean (2011) diversifikasi pada beberapa kelompok dendrobium dapat menekan risiko, namun diversifikasi tidak serta merta dapat menghilangkan risiko sepenuhnya. Saran yang direkomendasikan adalah integrasi vertikal, diversifikasi usaha, kontrak pemasaran dan perbaikan sarana serta prasarana produksi. Hal yang cukup penting untuk diterapkan adalah strategi kontrak pemasaran, yaitu untuk mengurangi besarnya pengaruh risiko harga dalam pengusahaan dendrobium. Selain itu memperbaiki penerapan dalam penanganan serangan hama dan penyakit yang dapat mematikan tanaman. Menurut penelitian Solihin (2009), manajemen risiko yang dapat diterapkan adalah dengan memproduksi pakan secara mandiri untuk menekan biaya produksi karena biaya pakan merupakan biaya tertinggin dari total biaya produksi. Melakukan kontrol kandang secara ketat, mengkonsultasikan gejala klinis yang timbul kepada Field Controller. Memperketat biosekuriti baik sanitasi maupun medikasi. Memperbaiki manajemen perkandangan dengan menambah atap topi agar air hujan tidak tampias dan panas matahari tidak menyengat sebagian kandang, sehingga ayam dapat menyebar dan tidak terjadi kepadatan di satu sudut kandang. Merencanakan dengan baik jadwal produksi dan panen. Membentuk kelompok peternak sebagai sarana informasi dan diskusi terkait kemajuan usaha. Alternatif strategi untuk mengatasi harga sayuran menurut penelitian Amri (2011) dapat dilakukan oleh petani melalui pengaturan pola tanam, pengaktifan koperasi, pengolahan produk, dan hubungan kemitraan dengan perusahaan, serta usaha rumah tangga maupun pedagang. Untuk pedagang yaitu dengan melakukan kemitraan dengan perusahaan dan industri rumah tangga. Pemerintah dapat memberikan pendidikan dan pelatihan untuk mengelola Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Program Sub Terminal Agribisnis (STA) perlu dibentuk di setiap kota dan mudah diakses oleh petani. Asuransi pertanian perlu dukungan pemerintah untuk koordinasi dan sosialisasi terhadap stakeholders. Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat berbagai macam cara yang dilakukan para pelaku usaha untuk mengelola risiko yang dihadapi. Alternatif 18

35 strategi penanganan risiko dilakukan dengan dua cara yaitu, preventif dan mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya risiko. Secara umum, penelitian sebelumnya melakukan strategi preventif dengan cara membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur serta mengembangkan sumber daya manusia. Strategi lainnya adalah strategi mitigasi, strategi ini dilakukan untuk mengurangi dampak risiko yang berimplikasi pada penerimaan perusahaan. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti diversifikasi, penggabungan, atau pengalihan risiko. Pada penelitian sebelumnya, para pelaku usaha melakukan strategi mitigasi dengan melakukan diversifikasi pada usahanya. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usaha masih dapat ditutupi dari kegiatan usaha lainnya. Oleh karena itu diversifikasi merupakan alternatif yang banyak disarankan untuk dapat meminimalkan sekaligus melindungi usaha dari adanya risiko. Dengan adanya penelitian terdahulu, dapat menjadi gambaran bagi penelitian ini untuk dapat membuat alternatif strategi penanganan risiko yang sesuai dengan permasalahan perusahaan dan dapat membantu perusahaan agar dapat meminimalkan atau melindungi dari adanya fluktuasi penjualan yang berimplikasi pada penerimaan perusahaan. 19

36 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut Definisi Risiko Ada banyak definisi tentang risiko (risk). Risiko adalah peristiwa yang potensial untuk terjadi yang mungkin dapat menimbulkan kerugian pada suatu perusahaan. Risiko timbul karena adanya unsur ketidakpastian di masa mendatang, adanya penyimpangan, terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan, atau tidak terjadinya sesuatu yang diharapkan. Risiko bersifat dinamis dan memiliki interdependensi satu sama lain. Dengan demikian dinamisme sifat risiko itu harus diantisipasi sejak awal (Hanggraeni 2010). Risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tadi. Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan peluang kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan.sementara itu, kerugian risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian risiko baik secara langsung maupun tidak langsung.kerugian sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian nonfinansial (Basyaib 2007). Menurut Vaughan (1978) diacu dalam Darmawi (2010) menjelaskan bahwa risiko memiliki bermacam definisi, yaitu: 1. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian) Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. 2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian) Istilah possibility berarti bahwa probabilitas suatu peristiwa berada di antara nol dan satu. 20

37 3. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian) Risiko berhubungan dengan ketidakpastian (uncertainty), yaitu adanya risiko karena adanya ketidakpastian Jenis Risiko Menurut Kountur (2008) ada beberapa kategori risiko tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya adalah: 1. Risiko dari sudut pandang penyebab, risiko dapat dilihat dari sudut pandang sebab terjadinya risiko. Apabila dilihat dari sebab terjadinya risiko, ada dua macam risiko yaitu: a. Risiko keuangan, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan, seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. b. Risiko operasional, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor nonkeuangan, seperti manusia, teknologi, dan alam 2. Risiko dari sudut pandang akibat, ada dua kategori risiko jika dilihat dari akibat yang ditimbulkan yaitu: a. Risiko murni Suatu kejadian bisa berakibat merugikan saja, atau bisa berakibat merugikan atau menguntungkan.apabila suatu kejadian berakibat hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan maka risiko tersebut disebut risiko murni. b. Risiko spekulatif, adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan. 3. Risiko dari sudut pandang aktivitas, misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank risikonya disebut risiko kredit. 4. Risiko dari sudut pandang kejadian, risiko sebaiknya dinyatakan berdasarkan kejadian. Misalnya, kejadiannya adalah kebakaran maka disebut risiko kebakaran. Menurut Fahmi (2010), secara umum risiko itu hanya dikenal dalam 2 (dua) tipe saja, yaitu risiko murni (pure risk) dan risiko spekulatif (speculative risk). Adapun kedua bentuk tipe risiko tersebut adalah: 21

38 1. Risiko murni (pure risk). Risiko murni dapat dikelompokkan pada 3 (tiga) tipe risiko yaitu: a. Risiko asset fisik. Merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada asset fisik suatu perusahaan/organisasi. Contohnya kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung meletus, dll. b. Risiko karyawan. Merupakan risiko karena apa yang dialami oleh karyawan yang bekerja di perusahaan/ organisasi tersebut. Contohnya kecelakaan kerja sehingga aktivitas perusahaan terganggu. c. Risiko legal. Merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. Contohnya perselisihan dengan perusahaan lain sehingga adanya persoalan sebagai ganti rugi. 2. Risiko spekulatif (speculative risk). Risiko spekulatif ini dapat dikelompokkan kepada empat tipe risiko yaitu: a. Risiko pasar. Merupakan risiko yang terjasi dari pergerakan harga di pasar. Contohnya harga saham mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian. b. Risiko kredit. Merupakan risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Contohnya timbulnya kredit macet, presentase piutang meningkat. c. Risiko likuiditas. Merupakan risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. Contohnya kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu membayar hutang secara tepat, meyebabkan perusahaan harus menjual asset yang dimilikinya. d. Risiko operasional. Merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak berjalan dengan lancer. Contohnya terjadi kerusakan pada computer karena berbagai hal termasuk terkena virus. Menurut Hanggraeni (2010), terdapat beberapa pendapat mengenai penggolongan jenis risiko, antara lain: 1. Menurut Bank Indonesia, jenis risiko pada umumnya dikelompokkan menjadi 8 (delapan) jenis, meliputi: 22

39 a. Risiko kredit/investasi, yaitu risiko yang timbul akibat dari kegagalan pemenuhan kewajiban oleh counterparty atau debitur. b. Risiko pasar, yaitu risiko yang timbul karena adanya pergerakan variable pasar yang bervariasi, seperti akibat suku bunga, nilai tukar dan komoditas. c. Risiko likuiditas, yaitu risiko yang muncul karena ketidakmampuan dalam menempatkan/ mengolah liability (kewajiban). d. Risiko kepatuhan, yaitu risiko yang disebabkan oleh kegagalan mematuhi dengan atau tanpa menerapkan hukum, peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan lainnya. e. Risiko operasional, risiko ini relative masih baru diatur dalam perbankan yang biasanya muncul karena ketidakmampuan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau masalah-masalah eksternal lainnya. f. Risiko hukum, risiko ini akibat kelemahan masalah hukum, mulai dari tuntutan hukum, tidak adanya kerangka hukum, dan kelemahan perjanjian. g. Risiko reputasi, risiko ini relatif baru yang biasanya muncul terkait dengan masalah publikasi atau persepsi-persepsi negative. h. Risiko strategi, risiko yang timbul akibat lemahnya pembentukan dan penerapan strategi perusahaan, lemahnya pengambilan keputusan dalam dunia bisnis atau kesenjangan reaksi dalam menghadapi perubahan. 2. Menurut Sadgrove (2005: hal 18) risiko digolongkan menjadi: a. Risiko operasional, risiko yang berkaitan dengan proses produksi atau operasi perusahaan. b. Risiko strategi, merupakan isu yang besar yang mendorong perusahaan berfikir secara skala besar. Risiko ini dikelola pada level Direksi dan memerlukan perencanaan strategi. c. Risiko kepatuhan, merupakan risiko yang dihadapi perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan perusahaan terhadap aturan-aturan hukum serta aturan-aturan hukum serta aturan-aturan pemerintah untuk meningkatkan pengendlian risiko perusahaan sebagai perusahaan publik. 23

40 d. Risiko keuangan internal, merupakan risiko yang dihadapii perusahaan yang berhubungan dengan keuangan. 3. Menurut Lam (2007) risiko digolongkan menjadi: a. Risiko pasar, risiko pergerakan harga yang berdampak negatif terhadapperusahaan. b. Risiko kredit, risiko kegagalan pelanggan, pihak ketiga, atau pemasok dalam memenuhi kewajibannya. c. Risiko operasional, risiko kegagalan orang, proses dan sistem, atau risiko terjadinya suatu peristiwa eksternal (misal gempa bumi dan kebakaran) yang berdampak negatif pada perusahaan. d. Risiko bisnis, risiko tidak tercapainya sasaran hasil-hasil operasi. e. Risiko organisasional, risiko yang timbul dari buruknya rancangan struktur organisasi atau tidak memadainya sumber daya manusia Sumber Risiko Menurut Darmawi (2010) menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya. Sumber risiko tersebut adalah: 1. Risiko sosial Sumber utama risiko adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan kita. 2. Risiko fisik Ada banyak sumber risiko fisik yang sebagiannya adalah fenomena alam, sedangkan lainnya disebabkan oleh kesalahan manusia. 3. Risiko ekonomi Banyak risiko yang dihadapi perusahaan bersifat ekonomi, seperti inflasi, fluktuasi lokal, dan ketidakstabilan perusahaan individu, dan sebagainya. Menurut Kountur (2008) dan Hanafi (2007) risiko dapat dibedakan berdasarkan sudut pandang manajer perusahaan dan dari sumber penyebab risiko. Risiko menurut manajer perusahaan adalah risiko spekulatif yaitu risiko yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan kemungkinan merugikan dan kemungkinan menguntungkan, dan risiko murni adalah risiko dimana tidak ada kemungkinan yang menguntungkan dan yang ada hanya kemungkinan merugikan. 24

41 Sedangkan risiko berdasarkan penyebabnya terdiri dari risiko keuangan dan risiko operasional.risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata uang. Risiko Operasional merupakan semua risiko yang tidak termasuk pada kelompok risiko keuangan seperti risiko yang disebabkan oleh faktor manusia, alam dan teknologi. Dengan demikian pengambil keputusan dapat mengidentifikasi permasalahan berdasarkan sudut pandang tersebut sehingga pengelolaan risiko bisa lebih efektif Hubungan Karakteristik dengan Risk dan Return Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan, maka ada faktor yang turut mempengaruhinya yaitu karakteristik sang pengambil keputusan. Karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Takut pada risiko atau risk avoider Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang diambilnya, bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya menghindari risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Secara umum pebisnis yang berkarakter seperti ini cenderung melakukan tindakan yang biasanya disebut dengan safety player. Maka mereka penganut risk avoider cenderung sulit menjadi pemimpin dan lebih banyak menjadi follower bukan seorang innovator. 2. Hati-hati pada risiko atau risk indifference Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan tersebut dilakukan. Namun bagi mereka yang menganut karakter seperti ini dengan kecenderungan kehati-hatian yang begitu tinggi maka biasanya setelah keputusan tersebut diambil, ia tidak akan mengubahnya begitu saja. Bagi kalangan bisnis mereka menyebut orang dengan karakter ini secara ekstrem sebagai tipe peragu. 3. Suka pada risiko atau risk seeker atau risk lover Karakteristik seperti ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Karena bagi dia semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan diperolehnya. Prinsip seperti ini cenderung begitu menonjol dan 25

42 mempengaruhi besar terhadap setiap keputusan yang ia ambil, mereka terbiasa spekulasi dan itu pula yang membuat mereka selalu saja ingin menjadi pemimpin. Mental risk lover adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar, karakter ini juga umumnya dimiliki oleh para pemberontak dimana mereka mau bersusah payah dengan keyakinan akan memperoleh kenikmatan setelah itu yaitu berupa kemenangan. (Fahmi 2010). Utility Risk Avoider Risk Indifference Risk Seeker Monetary Outcome Gambar 1. Tiga Perbedaan Pengambil Keputusan Sumber: Barry Render and Ralph M. Stair, Jr 1997 (Diacu dalam Irham Fahmi 2010) Menurut Mamduh (2009) salah satu teknik untuk mengukur risiko operasional adalah dengan menggunakan dua klasifikasi sebagai berikut: (1) Frekuensi atau probabilitas terjadinya risiko, (2) Tingkat keseriusan kerugian atau impact dari risiko tersebut. Pengukuran risiko operasional dapat dilakukan dengan menempatkan tingkatan dari setiap bentuk risiko yang terjadi. Yaitu semakin tinggi risiko maka semakin tinggi kemungkinan untuk memperoleh return yang diharapkan, dengan asumsi risiko dan return bersifat linear. 26

43 E(R) IV I M III II 0 Gambar 2. Hubungan Expected Return dan Standard Deviation dalam Perspektif Risiko Operasional. Sumber: Irham Fahmi 2010 Keterangan: E(R) = Expected Return atau keuntungan yang diharapkan = Standar deviasi atau simpangan baku. Simpangan baku disini sering diartikan dengan tingkat risiko yaitu semakin besar simpangan bakunya maka semakin besar tingkat risiko yang akan terjadi. 1. Posisi I adalah dimana E(R) berada di posisi yang tertinggi dan juga berada di posisi yang tertinggi, dalam artian semakin tinggi pengharapan pada E(R) maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya. Atau dengan kata lain disini kondisi maksimalitas expected return bersifat searah (linier) dengan risiko yang akan diterima. 2. Posisi II adalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan berada pada posisi yang tinggi atau dengan kata lain E(R) dan bersifat tidak searah (non linier). 3. Posisi III adalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan juga berada pada posisi yang rendah atau dengan kata lain E(R) dan bersifat searah (linier). 4. Posisi IV adalah dimana E(R) berada pada posisi tinggi dan berada pada posisi rendah atau dengan kata lain E(R) dan bersifat tidak searah (non linier). 27

44 5. Posisi M adalah posisi yang dianggap sebagai titik yang paling optimal untuk kondisi E(R) dan Teori Portofolio Teori portofolio merupakan teori yang berhubungan dengan pengembalian portofolio yang diharapkan dengan tingkat risiko yang dapat diterima. Tingkat pengembalian yang diharapkan adalah return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Penentuan portofolio yang optimal merupakan suatu yang sangat penting bagi investor karena akan menghasilkan return yang optimal dengan risiko tertentu. Portofolio yang optimal ditentukan dengan membentuk portofolio yang efisien terlebih dahulu. Portofolio efisien adalah portofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terendah, atau risiko tertentu dengan tingkat keuntungan tertinggi (Husnan, 1998). Menurut Markowitz (1959) pemilihan saham dan penentuan portofolio optimal dimulai dari data historis atas saham individual yang dijadikan input, kemudian dianalisis untuk menggambarkan setiap portofolio. Markowitz mengembangkan teori portofolio pilihan yang belum pasti di masa depan. Teori ini didasarkan pada memaksimalkan utilitas dari kekayaan investor. Fungsi utilitas ini didefinisikan sesuai dengan expected return dan standard deviation kekayaan. Menurut Kountur (2008) diversifikasi adalah cara menempatkan aset di beberapa tempat sehingga jika saah satu tempat mengalami kerugian, maka tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian, standar deviasi dan koefisien variasi. Standar deviasi merupakan akar kuadrat dari varian sedangkan koefisien merupakan rasio dari standar deviasi dengan nilai ekspektasi return dari suatu asset. Varian dan standar deviasi hanya menunjukkan nilai risiko yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko risiko dengan hasil yang diharapkan sehingga kurang tepat untuk penilaian risiko. Untuk membandingkan asset dengan return yang diharapkan berbeda, maka pelaku bisnis dapat menggunakan koefisien variasi. Koefisien variasi merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan, khususnya dalam mengambil salah satu alternative dari beberapa kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk 28

45 setiap return yang diperoleh. Nilai varian dan standar deviasi yang rendah dapat menghasilkan koefisien variasi yang tinggi. Sedangkan nilai varian dan standar deviasi yang tinggi dapat menghasilkan koefisien variasi yang rendah. Dengan ukuran koefisien variasi, perbandingan antara kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return Manajemen Risiko Menurut Hanafi (2009) manajemen risiko organisasi adalah suatu system pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses berikut ini: 1. Identifikasi risiko Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan cara menelusuri sumber-sumber risikosampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. 2. Evaluasi dan pengkuran risiko Evaluasi dan pengukuran risiko dilakukan untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menghitung peluang (kemungkinan) risiko. 3. Pengelolaan risiko Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan berbagau cara, seperti penghindaran, retention, diversifikasi, transfer risiko, pengendalian risiko, dan pendanaan risiko. Menurut Kountur (2008) dalam menangani risiko-risiko yang ada dalam perusahaan, diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses pengelolaan risiko dimulai dengan identifikasi risiko. Risiko perlu diidentifikasi untuk mendapatkan suatu daftar risiko.daftar risiko merupakan output/hasil dari identifikasi risiko.setelah semua risiko yang diperlukan diketahui teridentifikasi dan daftar risiko telah dibuat, kemudian risiko-risiko yang ada pada daftar risiko tersebut diukur.dengan demikian, proses selanjutnya setelah identifikasi risiko alah pengukuran risiko. Maksud dari pengukuran risiko ini adalah supaya dapat menghasilkan apa yang disebut dengan 29

46 status risiko dan peta risiko. Status risiko sebenarnya adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga kita bisa mengetahui mana risiko yang lebih berisiko dari yang lain dan mana yang tidak terlalu berisiko dari yang lain. Sedangkan peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga kita bisa mengetahui dimana risiko berada dalam suatu peta. Dan dalam peta risiko ini, akan tampak statusnya. Berdasarkan peta risiko dan status risiko ini, kemudian manajemen melakukan penanganan risiko. Penanganan risiko dimaksudkan untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang terpetakan. Evaluasi merupakan aktivitas selanjutnya dari proses manajemen perusahaan. PROSES OUTPUT IDENTIFIKASI RISIKO Daftar Risiko EVALUASI PENGUKURAN RISIKO 1. Peta Risiko 2. Status Risiko PENANGANAN RISIKO Usulan (Penanganan Risiko) Gambar 3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan dan Output yang Dihasilkan Sumber: Kountur 2008 Menurut Kountur (2008) berdasarkan hasil dari penilaian risiko dapat diketahui strategi penanganan risiko yang tepat untuk dilakukan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu: 30

47 1. Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: a) membuat atau memperbaiki sistem prosedur; b) mengembangkan sumber daya manusia; dan c) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2. Mitigasi Strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah: a. Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau usaha di beberapa tempat sehingga jika salah satu terkena musibah maka tidak akan menghabiskan sluruh asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. b. Penggabungan Penggabungan ini merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau akuisisi dengan perusahaan lain. c. Pengalihan risiko Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging Kerangka Pemikiran Operasional Usaha tanaman hias merupakan salah satu usaha yang sedang berkembang seiring dengan semakin meningkatnya masyarakat yang menginginkan lingkungan yang asri, nyaman, dan indah. Selain itu, meningkatnya jumlah industri yang bergerak dalam agribisnis tanaman hias menjadi bukti bahwa 31

48 usaha tanaman hias memiliki peluang yang besar untuk berkembang. Namun peluang usaha tersebut harus dihadapkan dengan beberapa masalah dalam menjalankan usahanya. Salah satunya adalah risiko yang dihadapi oleh perusahaan dalam proses penjualan. PT Bina Usaha Flora memiliki luas lahan sebesar 2,7 Ha untuk memproduksi berbagai macam komoditas tanaman hias. Pada penelitian ini akan diambil beberapa komoditas unggulan perusahaan yaitu vinca, gloxinia, petunia, dan pentas. Keempat tanaman ini memiliki volume penjualan yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman lainnya yang diproduksi perusahaan. Dalam memproduksi tanaman tersebut, PT BUF memiliki mengalami fluktuasi penjualan yang mengindikasikan adanya risiko di dalam perusahaan. Tingkat risiko yang terjadi pada perusahaan akan berpengaruh terhadap besarmya penerimaan yang diperoleh perusahaan. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis risiko yang tepat untuk menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan pada PT Bina Usaha Flora. Analisis risiko dilakukan melalui pendekatan metode Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variance pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi. Analisis pada kegiatan spesialisasi dilakukan untuk mengetahui nilai risiko pada masing-masing komoditas. Analisis pada kegiatan diversifikasi dilakukan untuk mengetahui nilai risiko pada usaha diversifikasi gabungan empat komoditas yang dilakukan oleh perusahaan saat ini, dan dilakukan perhitungan diversifikasi gabungan dua dan tiga komoditas untuk membandingkan nilai risiko yang diperoleh. Setelah dianalisis akan diperoleh hasil yang akan menjadi alternatif strategi penanganan risiko sebagai pertimbangan bagi PT Bina Usaha Flora untuk mengatasi risiko yang dihadapi. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4. 32

49 PT Bina Usaha Flora Fluktuasi Penjualan Tanaman Hias Fluktuasi Penerimaan Sumber-sumber Risiko Analisis Kuantitatif (Identifikasi variance, standard deviation, coefficient variance) Penilaian Risiko pada Kegiatan Spesialisasi Penilaian Risiko pada Kegiatan Diversifikasi Strategi Penanganan Risiko Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional 33

50 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada PT Bina Usaha Flora (PT BUF) yang terletak di komplek Taman Bunga Nusantara, jalan Mariwati Km 5,5 Desa Pataruman, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tersebut merupakan tempat produksi tanaman hias yang cukup besar bergerak pada bidang potted plant, bedding plant, dan bunga potong. Perusahaan telah melakukan usaha diversifikasi untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2012 hingga April Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaaan PT BUF, seperti General Manager, Koordinator Ornamental dan Kepala Produksi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur dan instansi yang terkait seperti BPS, Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, perpustakaan LSI IPB, internet dan literatur lain yang relevan Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan pengolahan data. Data dan informasi yang telah terkumpul diolah dengan bantuan program Microsoft Excel. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini untuk mengetahui gambaran umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan.. Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi sumber risiko, melakukan pengukuran risiko, penanganan risiko dan evaluasi untuk melihat efektivitas penanganan risiko yang diterapkan perusahaan. Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi. 34

51 Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return dari suatu aset. Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah varian (variance), standar deviasi (standard deviation), dan kofisien variasi (coefficient variation). Penentuan peluang berdasarkan suatu kejadian pada yang dapat diukur dari pengalaman yang telah terjadi sebelumnya. Peluang dari masing-masing kejadian akan diperoleh pada setiap kondisi yakni tertinggi, normal dan terendah. Pengukuran peluang pada setiap kondisi diperoleh dari frekuensi kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung dan secara sistematis dapat dituliskan : P= f / T Dimana : P = Peluang f = Frekuensi kejadian T = Periode penjualan (24 periode) Total peluang dari beberapakejadian berjumlah satu dan secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut : 1 Untuk mengukur sejauh mana risiko yang dihadapi dalam menjalankan usaha terhadap hasil atau pendapatan yang diperoleh perusahaan digunakan pendekatan sebagai berikut : a. Expected Return Nilai expected return dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:. Dimana : E(Ri) = Expected return Pi = Peluang dari suatu kejadian Ri = Return (Penerimaan) n = Jumlah kejadian = 24 i = Kejadian (1, 2, 3,.., 24.) 35

52 Pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan expected return. Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi peluang masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti. b. Variance Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) Dimana: Pij Rij Ř i = Variance dari return = Peluang dari suatu kejadian = Return (Penerimaan) = Expected return Ři Rumus variance dapat juga dituliskan sebahai berikut: 2 ( Σxi Σx i ) ( n 1) 2 Dimana: X i = Penerimaan X i = Expected Return n = Jumlah kejadian = 24 Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yangdihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. c. Standard Deviation Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut : Dimana : = Variance = Standard deviation 36

53 d. Coefficient Variation Coefficient variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah : Dimana : CV = Coefficient variation = Standard deviation Ř i = Expected return CV = / Ř i Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Diversifikasi Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam melakukan investasi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam menginvestasikan dananya dengan melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset dinamakan dengan diversifikasi. Kegiatan usaha diversifikasi juga tidak terlepas dari risiko usaha. Diversifikasi adalah salah satu upaya untuk meminimalisasi risiko yang ada. Risiko yang dihadapi disebut dengan risiko portofolio. Komoditi yang dianalisis dalam kegiatan diversifikasi adalah kombinasi dua, tiga, dan empat komoditi. Fraction portofolio atau bobot komoditi yang diperoleh pada masingmasing komoditi ditentukan dari perbandingan luas lahan komoditi dengan total luas lahan yang diusahakan pada kegiatan portofolio tersebut. Total bobot dari beberapa kegiatan portofolio berjumlah satu. Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi dua komoditi adalah: W 2 (i) = W 2 (j) = Dimana: W 2 (i) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi i W 2 (j) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi j i = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas j = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi tiga komoditi adalah: W 3 (i) = W 3 (j) = 37

54 W 3 (k) = Dimana: W 3 (i) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi i W 3 (j) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi j W 3 (k) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi k i = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas j = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas k = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi empat komoditi adalah: W 4 (i) = W 4 (j) = W 4 (k) = W 4 (l) = Dimana: W 4 (i) W 4 (j) W 4 (k) W 4 (l) i j k l = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi i = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi j = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi k = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi l = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas Setelah fraction portofolio pada tiap komoditi diperoleh, dilakukan perhitungan expected return portofolio tiap kombinasi komoditi. Cara menghitung expected return portofolio kombinasi dua komoditi adalah: Dimana: E(R p ) 2 = [E(R i ) x W 2 (i)] + [E(R j ) x W 2 (j)] E(R p ) 2 = Expected Return Portofolio kombinasi dua komoditi E(R i ) = Expected Return komoditi i E(R j ) = Expected Return komoditi j W 2 (i) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi i W 2 (j) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi j Cara menghitung expected return portofolio kombinasi tiga komoditi adalah: E(R p ) 3 = [E(R i ) x W 3 (i)] + [E(R j ) x W 3 (j)] + [E(R k ) x W 3 (k)] Dimana: E(R p ) 3 = Expected Return Portofolio kombinasi tiga komoditi E(R i ) = Expected Return komoditi i E(R j ) = Expected Return komoditi j W 3 (i) = Bobot portofolio kombinasi tiga komoditi i W 3 (j) = Bobot portofolio kombinasi tiga komoditi j 38

55 W 3 (k) = Bobot portofolio kombinasi tiga komoditi k Cara menghitung expected return portofolio kombinasi empat komoditi adalah: E(R p ) 4 = [E(R i ) x W 4 (i)] + [E(R j ) x W 4 (j)] + [E(R k ) x W 4 (k)] + [E(R l ) x W 4 (l)] Dimana: E(R p ) 4 = Expected Return Portofolio kombinasi tiga komoditi E(R i ) = Expected Return komoditi i E(R j ) = Expected Return komoditi j E(R k ) = Expected Return komoditi k E(R l ) = Expected Return komoditi l W 4 (i) = Bobot portofolio kombinasi empat komoditi i W 4 (j) = Bobot portofolio kombinasi empat komoditi j W 4 (k) = Bobot portofolio kombinasi empat komoditi k W 4 (l) = Bobot portofolio kombinasi empat komoditi l Selanjutnya dilakukan perhitungan variance untuk mengukur risiko portofolionya yang merupakan gabungan dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Jika investasi digunakan untuk dua aset maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995): 2 σ p = k 2 2 σ i + (1 k) 2 2 σ j + 2k (1 k) σ ij Dimana : σp 2 σ ij k (1-k) = Variance portofolio untuk investasi aset i dan j = Covariance antara investasi aset i dan j = Fraction portofolio pada investasi aset i = Fraction portofolio pada investasi aset j Jika σ ij = ρ ij σ i σ j dimana ρ ij merupakan koefisien korelasi antara investasi aset i dan j maka persamaan variance portofolio dari dua aset dapat dituliskan menjadi sebagai berikut: σp 2 = k 2 2 σ i +(1-k) 2 2 σ j + 2 ρ i j k (1-k) σ i σ j Nilai variance portofolio (σij 2 ) menunjukkan ukuran risiko portofolio yang dihadapi dalam menjalankan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau diversifikasi. Nilai variance portofolio sangat ditentukan korelasi diantara aset i dan j. Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρ i j ) mempunyai nilai maksimum positif satu (+1) dan minimum negatif satu (-1). Beberapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya sebagai berikut: 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak bersama-sama. 39

56 2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah. 3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu sama lain. 4. Nilai koefisien korelasi sama dengan 0.5 mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu sama lain. Beberapa nilai koefisien korelasi tersebut dapat menunjukkan bagaimana risiko portofolio yang dihadapi dibandingkan dengan risiko masing-masing aset atau spesialisasi. Jika terdapat tiga aset, yaitu aset A, B dan C maka bobot untuk ketiga aset adalah wa, wb dan wc dengan jumlah ketiga bobot adalah satu (ka+kb+kc = 1). Besarnya expected return gabungan kombinasi tiga komoditas dapat dituliskan sebagai berikut (Diether 2009) : Ř i(p) = k a Ř i(a) + k b Ř i(b) + k c Ř i(c) Dimana : Ř i ( p ) k a k b k c Ř i ( a ) Ř i ( b ) Ř i ( c ) = Expected return investasi tiga aset yang digabungkan = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset A = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset B = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset C = Expected return dari investasi asset A = Expected return dari investasi asset B = Expected return dari investasi asset C Nilai variance gabungan ketiga aset dapat dituliskan sebagai berikut : σi 2 2 ( p ) = k a σ 2 2 i ( a ) + k b σ 2 2 i ( b ) + k c σ 2 i ( c ) + 2k a k b σ ij (a,b) + 2k a k c σ ij (a,c) + 2k b k c σ ij (b,c) Dimana : σ 2 i ( p ) = Variance portofolio untuk investasi tiga asset yang digabungkan σ 2 i ( a ) =Variance investasi asset A σ 2 i ( b ) = Variance investasi asset B σ 2 i ( c ) = Variance investasi asset C k a = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset A = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset B k b k c σ ij (a,b) = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset C = Covariance antara investasi aset pertama dan kedua, diperolehdengan rumus : ρ ab σ a σ b dimana ρ ab diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama 40

57 σ ij (a,c) σ ij (b,c) σi( a ) σi( b ) σi( c ) = Covariance antara investasi aset pertama dan ketiga, diperoleh dengan rumus : ρ ac σ a σ c dimana ρac diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama = Covariance antara investasi aset kedua dan ketiga, diperoleh dengan rumus : ρ bc σ b σ c dimana ρbc diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama = Standar Deviation asset A = Standar Deviation asset B = Standar Deviation asset C Jika investasi untuk empat aset, maka asumsi jumlah bobot untuk keempatinvestasi =1 (ka+kb+kc+kd = 1). Untuk menghitung expected return gabungankeempat investasi dapat dituliskan sebagai berikut (Diether 2009): Ř i(p) = k a Ř i(a) + k b Ř i(b) + k c Ř i(c) + k d Ř i(d) Dimana : Ř i ( p ) = Expected return investasi tiga aset yang digabungkan k a = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset A k b = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset B k c = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset C k d = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset D Ř i ( a ) = Expected return dari investasi asset A Ř i ( b ) = Expected return dari investasi asset B Ř i ( c ) = Expected return dari investasi asset C Ř i ( d ) = Expected return dari investasi asset D Besarnya variance untuk empat aset dapat dituliskan sebagai berikut(mengacu Diether 2009): σ 2 2 i ( p ) = k a σ 2 2 i ( a ) + k b σ 2 2 i ( b ) + k c σ 2 2 i ( c ) + k d σ 2 i ( d ) + 2k a k b σ ij (a,b) + 2k a k c σ ij (a,c) + 2k b k c σ ij (b,c) + 2k b k d σ ij (b,d) + 2k c k d σ ij (c,d) + 2k d k a σ ij (d,a) Dimana : σ 2 i ( p ) = Variance portofolio untuk investasi tiga asset yang digabungkan σ 2 i ( a ) = Variance investasi asset A σ 2 i ( b ) = Variance investasi asset B σ 2 i ( c ) = Variance investasi asset C σ 2 i ( d ) = Variance investasi asset D k a = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset A k b = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset B = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset C k c k d σ ij (a,b) σ ij (a,c) = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset D = Covariance antara investasi aset pertama dan kedua,diperolehdengan rumus : ρ ab σ a σ b dimana ρ ab diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama = Covariance antara investasi aset pertama dan ketiga, diperoleh dengan rumus : ρ ac σ a σ c dimana ρ ab diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak berscma-sama 41

58 σ ij (b,c) σ ij (b,d) σ ij (c,d) σ ij (d,a) σ i ( a ) σ i ( b ) σ i ( c ) σ i ( d ) = Covariance antara investasi aset kedua dan ketiga, diperoleh dengan rumus : ρ bc σ b σ c dimana ρ bc diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama = Covariance antara investasi aset kedua dan ketiga, diperoleh dengan rumus : ρ bd σ b σ d dimana ρ bd diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama = Covariance antara investasi aset kedua dan ketiga, diperoleh dengan rumus : ρ cd σ c σ d dimana ρ cd diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama = Covariance antara investasi aset kedua dan ketiga, diperoleh dengan rumus : ρ da σ d σ a dimana ρ da diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama = Standar Deviation asset A = Standar Deviation asset B = Standar Deviation asset C = Standar Deviation asset D 42

59 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT Bina Usaha Flora (BUF) dirintis berkaitan dengan pembukaan Taman Bunga Nusantara pada bulan September 1995 oleh. Pada awal berdirinya, PT BUF didanai oleh investor dari Amerika dan beberapa investor dari dalam negeri. Namun pada tahun 1997 investor asing melepaskan diri sehingga tinggal investor dalam negeri yang sekaligus merupakan dewan direksi dalam struktur organisasi dalam PT BUF, mereka adalah Ibu Cut Sjahrain, Bapak Ning M. Widjaja, dan Ibu Listya Natalia. Sebelumnya pada bulan Mei 1995 dilakukan uji coba adaptasi 200 jenis tanaman semusim (annual) yang terdiri dari hampir varietas hibrida yang berasal dari beberapa negara seperti Amerika, Belanda, Jerman, dan Jepang. Dari uji coba tersebut terdapat 300 varietas yang sesuai untuk ditanam. Awalnya PT BUF hanya memproduksi beddingplant yang disuplai ke Taman Bunga Nusantara. Namun karena banyaknya permintaan di luar TBN, maka PT BUF meningkatkan produksinya baik dari jumlah tanamannya maupun jenis tanamannya. Saat ini jenis produk yang diproduksi oleh PT BUF terdiri dari tanaman pot (potted plants), tanaman hamparan (bedding plants atau polybag), bunga potong (cut flowers) dan bibit tanaman (plug). Selain itu PT BUF juga bekerjasama dengan petani dan melakukan pembelian dari perusahaan lain untuk jenis potted plant, bunga potong, dan benih yang tidak diproduksi perusahaan untuk dijual kembali kepada konsumen (trading). PT BUF juga menerima penitipan barang seperti bunga kering, pot, kompos dan kascing. PT BUF terletak di Jalan Mariwati Km 5,5 Desa Pataruman Kecamatan Sukaresmi, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pada awal berdirinya, luas lahan yang dimiliki oleh PT BUF adalah 1,5 ha dengan luas areal produktif 6400m². Pada tahun 2006, perusahaan ini melakukan perluasan lahan budidaya yang terletak di Desa Ciwalen dengan luas lahan 2,7 ha yang dinamakan PT BUF Ornamental, pada lahan ini khusus untuk budidaya tanaman hias pot, tanaman hias hamparan, dan bunga potong dari bibit hingga siap jual. Perluasan lahan dilakukan perusahaan untuk meningkatkan hasil produksi agar perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen yang semakin meningkat. Sedangkan lahan yang berada di Desa Paturaman khusus memproduksi bibit. 43

60 5.2. Lokasi dan Kondisi Perusahaan PT Bina Usaha Flora Ornamental terletak di Desa Ciwalen, Kecamatan Sukaresmi, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Luas lahan untuk kegiatan ornamental seluas 2,7 Ha, yang terdiri dari 17 kebun produksi (greenhouse), anak perusahaan PT BUF yaitu PT Sae (Sigma Agri Entitas), dan lahan produksi khusus bekerjasama dengan petani sekitar. PT Bina Usaha Flora memiliki visi yaitu sebagai nursery tempat pembibitan dan produksi tanaman yang terbesar se-indonesia. Sedangkan misi perusahaan adalah melakukan upaya agar menjadi pusat budidaya tanaman. PT BUF berusaha memberikan yang terbaik kepada konsumen sesuai dengan mottonya We Bring Colors to Your Garden. Perusahaan ini memproduksi berbagai tanaman hias pot, tanaman hias hamparan, bibit siap tanam, dan bunga potong, seperti Snapdragon, Sunflower, African Marigold, Begonia. Gazania, French Marigold, Ornamental Pepper, Celosia, Geranium, Petunia, Coleus, Gerbera, Gloxinia, Vinca, Pentas, Dusty Miller, Torenia, dll. Secara geografis, PT. Bina Usaha Flora Ornamental berada pada ketinggian 800 meter dpl dan klasifikasi iklimnya termasuk zona A (sangat basah), suhu siang derajat celcius dan suhu malam derajat celcius, kelembaban persen, serta curah hujan mm per tahun dan intesitas matahari 100 persen Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan Struktur organisasi perusahaan merupakan bagian dalam menentukan kelancaran usaha yang sedang dijalankan. Struktur organisasi juga menunjukan secara jelas pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam organisasi. Struktur organisasi PT Bina Usaha Flora Ornamental dipimpin oleh Board of Director yang memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan tertinggi untuk menentukan kebijakan dan rencana perusahaan serta memiliki kewenangan sebagai penasehat di PT Bina Usaha Flora Ornamental. Board of Director dapat disebut juga sebagai pendiri perusahaan walaupun tidak terlibat secara langsung dalam operasional perusahaan. Board of Director memiliki wewenang atau tugas menentukan perencanaan produksi yang akan dilaksanakan perusahaan dan mengontrol serta membantu menyelesaikan 44

61 perrmasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan operasional. Secara periodic Board of Director dan General Manager melakukan rapat umum yang bertujuan untuk membahas perkembangan perusahaan dan permasalahan yang ada dalam perusahaan. Dalam kegiatan operasional PT BUF Ornamental dipimpin oleh seorang General Manager yang bertanggung jawab langsung kepada pemilik sekaligus pimpinan perusahaan. Sedangkan pemilik perusahaan hanya mengawasi jalannya perusahaan, tidak ikut serta dalam mengatur kegiatan produksi tanaman dan kegiatan pengelolaan lainnya di lapangan. General Manager dibantu oleh supervisor produksi, supervisor pemasaran, serta supervisor administrasi dan keuangan seperti terlihat pada Gambar5. Dewan Direksi General Manager Koordinator Hebit Koordinator Ornamental Supervisor Produksi Supervisor Pemasaran Supervisor Keuangan & Administrasi Supervisor Produksi Supervisor Pemasaran Supervisor Keuangan & Administrasi Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Gambar 5. Struktur Organisasi PT. Bina Usaha Flora Tahun 2012 Sumber : PT. Bina Usaha Flora (2012) Berikut merupakan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing bagian di dalam PT. Bina Usaha Flora Ornamental: 1. Dewan Direksi Dewan Direksi PT BUF tidak berperan secara langsung dalam kegiatan operasional perusahaan. Dewan Direksi hanya mengawasi jalannya perusahaan 45

62 dan menerima laporan dari penanggung jawab perusahaan terkait dengan semua kegiatan yang dijalankan perusahaan. 2. General Manager General Manager bertanggung jawab dan memiliki wewenang penuh dalam seluruh kegiatan operasional perusahaan. Selain itu bertugas untuk mengkoordinir divisi-divisi yang ada, seperti produksi, pemasaran, dan keuangan. 3. Produksi Manajer produksi bertanggung jawab dalam dalam kegiatan produksi mulai dari penanaman, pemeliharaan, sampai dengan pemanenan. Dalam melaksanakan tugasnya, manajer produksi dibantu oleh beberapa divisi yaitu: a. Mother Stock, bertanggung jawab atas ketersediaan media tanam untuk proses produksi tanaman sekaligus melaksanakan kegiata penanaman. b. Potted Plant, bertanggung jawab dalam produksi dan pemeliharaan tanaman pot. c. Bedding Plant bertanggung jawab dalam produksi dan pemeliharaan tanaman hamparan. d. Cut flower bertanggung jawab dalam produksi dan pemeliharaan bunga potong. e. Maintenance bertanggung jawab dalam pemeliharaan tanaman yang telah dipindahkan dalam media selanjutnya. 4. Pemasaran Manajer pemasaran memiliki tanggung jawab dalam mengatur prosedur pengiriman tanaman jadwal pengiriman, mempromosikan tanaman yang diproduksi oleh perusahaan, serta merencanakan pengemasan untuk pengiriman tanaman dan mengontrol produk sampai ke konsumen. Dalam menjalankan tanggung jawabnya Manajer Pemasaran dibantu oleh tenaga marketing untuk menawarkan produk dan mempromosikan tanaman hasil produksi yaitu sales dan logistik. 5. Keuangan dan Administrasi Manajer keuangan memiliki tanggung jawab untuk mengatur kegiatan administrasi dan keuangan, mengelola uang yang masuk dan uang yang 46

63 keluar dari perusahaan, bertanggung jawab terhadap data-data yang berhubungan dengan keuangan perusahaan, bertanggung jawab untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran perusahaan, serta bertanggung jawab untuk mengurus masalah keuangan di dalam maupun di luar lingkungan perusahaan. 6. Karyawan Karyawan pada PT BUF Ornamental tidak terfokus pada satu pekerjaan saja. Sehingga setiap karyawan diharapkan dapat melakukan semua pekerjaan pada bagian produksi dan pemasaran Sumberdaya Perusahaan PT BUF ornamental memiliki sumberdaya berupa sumberdaya fisik, sumberdaya manusia, dan sumberdaya finansial Sumberdaya Fisik Dalam menjalankan kegiatan produksinya, perusahaan memiliki sumberdaya fisik seperti: 1. Lahan PT BUF Ornamental memiliki luas lahan sebesar 2,7 ha, yang terdiri dari lahan untuk produksi tanaman hias pot dan tanaman hamparan seluas 9000m, lahan untuk kerjasama dengan petani seluas 9000m, dan lahan untuk digunakan sebagai unit pemasaran (PT Sae) seluas 9000m. 2. Bangunan PT BUF Ornamental memiliki beberapa bangunan, seperti: satu buah kantor, satu buah gudang, satu buah pos. 3. Greenhouse PT BUF Ornamental memiliki 17 buah greenhouse yang terdiri dari: dua greenhouse untuk membudidayakan bunga potong, enam greenhouse untuk membudidayakan tanaman pot, 3 greenhouse untuk mother stock, satu greenhouse untuk media, dan empat greenhouse untuk membudidayakan tanaman hamparan. 4. Kendaraan PT BUF Ornamental memiliki satu buah kendaraan yang digunakan untuk mengirimkan tanaman hias kepada konsumen. 47

64 Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia memegang peranan penting dalam kegiatan operasional perusahaan. Saat ini PT BUF memiliki jumlah karyawan sebanyak 38 orang, yang terdiri dari 24 orang pada bagian Hebit dan 14 orang pada bagian Ornamental. Jenjang pendidikan untuk tingkat manajer adalah Sarjana, sedangkan jenjang pendidikan minimal untuk karyawan adalah SMA. Perusahaan lebih mengutamakan pengalaman dibandingkan pendidikan formal, karena dengan pengalaman para karyawan dapat lebih memahami pekerjaannya tersebut. Karyawan PT. Bina Usaha Flora Ornamental direkrut dari lokasi lingkungan sekitar perusahaan sebagai wujud partisipasi perusahaan dalam mengurangi angka pengangguran dan ikut meningkatkan kesejahteraan di lingkungan masyarakat sekitar perusahaan. Penetapan hari kerja di PT BUF Ornamental yaitu dari Hari Senin hingga Sabtu dimulai pukul WIB dengan dua kali istirahat. Istirahat pertama pada pukul WIB, sedangkan istirahat kedua pukul WIB. Setiap hari libur tetap dilakukan perawatan tanaman dengan pengaturan jadwal piket secara bergiliran. Perusahaan mewajibkan setiap karyawan untuk mengenakan seragam khusus perusahaan. Penetapan gaji karyawan berdasarkan Upah Minimum Kabupaten Cianjur Sumberdaya Finansial Sejak awal berdirinya, PT BUF Ornamental merupakan usaha perluasan dari PT BUF. Perusahaan menggunakan modal pribadi dari pemilik perusahaan. Permodalan yang dimiliki perusahaan berupa lahan, bangunan, peralatan yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. PT BUF Ornamental merupakan perusahaan badan hukum dengan bentuk perseroan terbatas (PT). Sebagai suatu usaha yang berbadan hukum dan dalam skala yang sudah cukup besar, segala aktivitas perusahaan telah dilakukan pencatatan dengan baik Operasional Kegiatan Kegiatan bisnis yang dilakukan PT BUF Ornamental meliputi subsistem input, budidaya, dan pemasaran. 48

65 Subsistem Input PT Bina Usaha Flora Ornamental memiliki beberapa divisi, yaitu Divisi Propagation and Mother Stock dan Divisi Media and Transplantation. Divisi Propogation and Mother Stock adalah divisi yang khusus menangani tanaman indukan yang akan digunakan perusahaan untuk menghasilkan bibit tanaman yang diperoleh dengan cara stek maupun pembenihan dari biji. Tabel 5. Bahan yang digunakan Divisi Propogation and Mother Stock berdasarkan fungsi pada PT Bina Usaha Flora Tahun 2012 No Bahan Fungsi 1 Batang tanaman Bahan perbanyak vegetatif 2 Growmore 20:20:20 Pupuk 3 Pucuk daun tanaman Media campuran untuk penyemaian 4 Rootone F Perangsang akar 5 Rosasol Penyubur daun Sumber : PT Bina Usaha Flora (2012) Divisi media and transplantation adalah divisi yang melakukan pemenuhan plug menggunakan media cocopeat yang telah diayak. Proses transplant dilakukan setelah bibit berumur 4-6 minggu setelah tanam dan semai. Adapun tahapan transplant adalah sebagai berikut : a. Mengelompokkan tanaman menurut umurnya b. Mengambil tanaman menurut besar kecilnya, serta medianya dari plug yang satu ke plug yang lainnya. Pekerjaan ini dilakukan dengan bantuan alat pinset. Tujuan dari menggunakan plug yaitu untuk menyeragamkan tanaman dan mengetahui presentase perkecambahan. Tabel 6. Bahan yang digunakan Media and transplantation berdasarkan fungsi pada PT Bina Usaha Flora Tahun 2012 No Bahan Fungsi 1 Arang sekam Media tanaman semusim 2 Benih Bahan tanaman 3 Cocopeat Media tanaman semusim 4 Furadan Sterilitator 5 NPK 16:16:16 Pupuk dasar 6 Pasir Media tanaman sekulen 7 Pupuk kandang Media campuran tanaman tahunan 8 Sekam mentah Media tanaman hamparan Sumber : PT Bina Usaha Flora (2012) 49

66 Selain bahan, ada beberapa alat yang digunakan dalam kegiatan produksi yaitu dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Alat yang Digunakan dalam Proses Produksi di PT Bina Usaha Flora Tahun No Nama Alat Fungsi 1 Cutter Memotong dahan yang di stek 2 Cangkul Membersihkan gulma dan mengaduk tanah, pasir, maupun media 3 Ember Wadah dahan stek maupun sisa dahan yang rusak 4 Gunting dahan Memotong ujung batang bunga potong 5 Pinset Memindahkan bibit dari satu media ke media lainnya 6 Plug Wadah penyemaian biji tanaman 7 Cellpack Wadah yang digunakan untuk melakukan transplant 8 Polybag Wadah pembesaran tanaman sampai siap jual 9 Pot Wadah pembesaran tanaman sampai siap jual 10 Pencetak lubang tanaman Mencetak lubang pada media tanam 11 Sekop Mengaduk media tanam 12 Selang Menyiram tanaman 13 Pompa air Memompa air untuk digunakan menyiram tanaman 14 Water torn Tempat penampungan air 15 Gerobak Alat pengangkut media 16 Kawat Menggantung pot 17 Sarung tangan Melindungi tangan saat pengisian media 18 Sepatu boot Melindungi kaki karyawan 19 Koran Mengemas pot yang siap jual Sumber : PT. Bina Usaha Flora (2012) Subsistem Budidaya Tanaman vinca dan gloxinia diproduksi pada pot berdiameter 15cm, tanaman petunia diproduksi pada pot berdiameter 20 cm, sedangkan tanaman pentas diproduksi pada polybag yang terbuat dari plastik. Keempat tanaman ini memiliki perlakuan yang hampir sama dalam proses budidaya. 50

67 Gambar 6. Tanaman Hias Vinca Gambar 7. Tanaman Hias Gloxinia Gambar 8. Tanaman Hias Petunia Gambar 9. Tanaman Hias Pentas Budidaya tanaman hias di PT BUF terdiri dari empat tahapan, yaitu penyemaian, pembuatan media dan penanaman, pemeliharaan, dan pemasaran. Penyemaian dilakukan oleh bagian pembibitan, sedangkan pembuatan media dan penanaman, pemeliharaan, serta pemasaran dilakukan oleh bagian ornamental. 1. Penyemaian Tahapan penyemaian (seedling) meliputi pembuatan media semai, penyemaian, dan pemindahan (transplant). Proses penyemaian menggunakan teknik plug, yaitu suatu teknik menanam benih dalam tempat tertentu (plug tray). Plug tray mempunyai bentuk persegi panjang, terbuat dari bahan plastik atau styrofoam dengan isi 288, 200, 128 dan 4. Perbedaan ukuran plug tray disesuaikan dengan ukuran benih dan bertujuan untuk efisiensi biaya, efisiensi waktu semai, dan efisiensi media. 51

68 Gambar 10. Penyemaian Bibit pada Plug Pembuatan media merupakan langkah awal dalam penyemaian. Media penyemaian yang digunakan adalah media Klasmann yang diimpor dari Amerika Serikat. Media terlebih dahulu diberi air secukupnya (1/4 ember air untuk satu karung media). Selanjutnya dimasukkan ke dalam plug tray sampai cukup padat. Plug tray yang sudah terisi media kemudian disikat permukaannya untuk menghilangkan media yang berlebih. Benih tanaman hias yang dibudidayakan berasal dari Amerika Serikat dengan merek dagang Ball Seeds. Ukuran benih menyebabkan perlakuan yang berbeda terhadap penyemaian. Penyemaian benih berukuran kecil tidak memerlukan penyiraman terlebih dahulu. Benih tersebut langsung ditanam pada media semai, selanjutnya pada bagian atasnya ditambahkan media untuk menutupi benih. Sedangkan untu benih yang berukuran besar perlu disiram terlebih dahulu lalu ditanam. Setelah benih ditanam dalam plug tray, dilakukan pelabelan dengan menempelkan kertas pada plug tray yang berisi informasi jenis tanaman, warna bungam tanggal semai, minggu semai, minggu tanam, dan pemesan. Plug tray kemudian disimpan di atas rak dalam greenhouse yang dilengkapi dengan paranet. Jika dalam satu plug tray pertumbuhan benih tidak seragam, maka perlu dilakukan pemindahan agar tanaman tumbuh seragam. Selama penyemaian juga dilakukan penyiraman, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit ketika bibit baru tumbuh. 2. Pembuatan Media dan Penanaman Media tanam merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman, tempat akar atau bakal akar yang akan tumbuh dan berkembang. Media tanam yang digunakan terdiri dari campuran top soil, cocopeat, dan sekam mentah 52

69 atau sekam arang dengan perbandingan 1:1:2. Cocopeat atau sabut kelapa merupakan bahan organik yang berasal dari buah kelapa tua yang memiliki serat kuat. Setelah itu media dicapurkan dengan pupuk dasar seperti TSP Z-A, Z-K, Z- N, Urea, Furudan, Dolomit, dan KCL dalam suatu bak besar. Media yang telah tercampur dimasukkan ke dalam pot atau polybag digunakan untuk menampung media. Vinca dan gloxinia menggunakan pot berdiameter 15 cm, petunia menggunakan pot berdiameter 20 cm, dan pentas menggunakan polybag. Pot dan polybag terbuat dari bahan plastik. Selain itu media ditambahkan pupuk dasar seperti TSP Z-A, Z-K, Z-N, Urea, Furudan, Dolomit, KCL. Media yang telah diolah atau dicampur didiamkan terlebih agar unsur-unsur yang ada pada masingmasing media dapat tercampur dengan baik. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau pada saat suhu udara tidak tinggi agar tanaman tidak menjadi layu dan stres saat dipindahkan ke dalam pot atau polybag. Penanaman harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak perakaran. Pot yang telah berisi media disusun di atas meja pajang dan disiram air secukupnya, kemudian dilubangi bagian tengahnya. Bibit dikeluarkan dari plug tray dengan bantuan pinset dan dimasukkan ke dalam lubang yang telah disediakan dan ditimbun dengan media. Pot dan polybag yang telah ditanamai disimpan di dalam greenhouse dan dilakukan pemeliharaan sampai tanaman dewasa dan berbunga. Gambar 11. Pembuatan Media Tanam Gambar 12. Penanaman Bibit 3. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman, penjarangan, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit. 53

70 a. Penyiraman Penyiraman dilakukan untuk pertumbuhan tanaman. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi hari dan sore hari. Pada tanaman yang belum berbunga penyiraman dilakukan dari atas tanaman, sedangkan untuk tanaman yang telah berbunga penyiraman dilakukan dari bawah agar tidak terjadi kerusakan pada bunga. Keadaan media dan keadaan iklim mempengaruhi intensitas penyiraman. Saat musim penghujan atau pada keadaan media masih basah, penyiraman dapat dilakukan minimal dua hari sekali. Air yang digunakan untuk penyiraman harus bebas dari zat kimia atau zat-zat lainya yang tidak dapat dinetralisir tanaman seperti minyak. Air yang digunakan untuk proses penyiraman disalurkan dari bak penampungan air, kemudian ditampung dalam torn air yang bervolume 1000 liter. Air dalam torn ini disiramkan pada tanaman melalui selang selang yang dihubungkan dengan nozzle pada ujungnya. Selain itu, tingkat kederasan air yang disiramkan harus diatur sedemikian rupa hal ini bertujuan menghindari bagian tanaman dari kerusakan karena tersiram air yang terlalu deras. b. Pemupukan Pemupukan dilakukan untuk memberikan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemupukan dilakukan sekali dalam seminggu, yaitu pada hari senin. Pemupukan dilakukan satu minggu setelah tanam dengan menggunakan pupuk NPK mutiara 200 ppm. Lalu pemupukan seterusnya (2-10 minggu setelah tanam) dilakukan dua kali dalam seminggu. c. Pemincingan Pemincingan atau pembuangan tunas pucuk pada tanaman adalah salah satu kegiatan perawatan yang dilakukan dengan tujuan menunda fase generatif dan merangsang pertumbuhan tunas lateral. Pada tanaman Vinca pemincingan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu satu minggu setelah tanam, tiga minggu setelah tanam, dan lima minggu setelah tanam. Pada tanaman Petunia pemincingan dilakukan dua kali, yaitu satu minggu dan tiga minggu setelah tanam. Sedangkan pada tanaman Gloxinia dan Pentas pemincingan dilakukan dua kali pada saat satu minggu dan empat minggu 54

71 setelah tanam. Pemicingan dilakukan dengan bantuan alat pemotong yang telah disterilkan dengan alkohol atau tanpa menggunakan alat yaitu dengan menggunakan tangan secara lansung dengan memetik tunas utamanya. d. Pemangkasan Pemangkasan dilakukan jika tanaman mencapai kondisi over bloom atau diorientasikan pada tanaman yang sudah lama diproduksi.tanaman dipangkas secara selektif pada bagian ketiak daun dengan merata mengikuti bentuk pot. Tujuan pemangkasan adalah mengontrol pertumbuhan yakni meremajakan tanaman dewasa dengan menumbuhkan tunas muda, dan menjaga penampilan tanaman yakni mempertahankan ukuran serta bentuk yang ideal dan indah. e. Penyiangan (Sanitasi) Penyiangan pada tanaman pot dilakukan pada dua minggu setelah tanam ketika gulma mulai tumbuh.selanjutnya secara rutin penyiangan dilakukan setiap selang dua minggu sekali.sedangkan penyiangan pada areal pemeliharaan dilakukan secara kerja bakti setiap minggunya dengan membersihkan sampah-sampah dan gulma yang terdapat pada areal pemeliharaan.tujuan kegiatan penyiangan adalah mempertahankan keindahan sesuai dengan standar mutu dan menjaga kesehatan tanaman agar pertumbuhan tidak terganggu akibat kompetisi unsure hara.penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma pada areal pemeliharaan dan pot tanaman f. Penjarangan Penjarangan dilakukan untuk memberi ruang tumbuh yang optimal bagi suatu tanaman untuk berkembang. Penjarangan juga berfungsi untuk mengurangi kelembaban sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit pada tanaman. Selain itu jarak antar tanaman yang rapat akan mengakibatkan persaingan antar tanaman sehingga dibutuhkan ruang antar tanaman. Penjarangan atau penyusunan pot diatur di atas rak dengan posisi lurus atau selang-seling. Waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah pada saat 55

72 tanaman mulai tumbuh menjadi tanaman dewasa dan membutuhkan ruang yang lebih luas. g. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kultur teknis dilakukan dengan sanitasi, membersihkan lumut pada areal pemeliharaan untuk mencegah tumbuhnya larva penyebab penyakit, dan penyiangan gulma. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu secara mekanik, preventif dan kimiawi. Secara mekanik pengendalian hama dilakukan dengan mengandalkan kekuatan fisik yaitu pemasangan mulsa, pemasangan perangkap kuning (yellow trap) yang terbuat dari plastik kuning dengan lapisan campuran bensin dan lem tikus, serta membunuh ulat dan memusnahkan bagian tanaman berhama atau berpenyakit. Salah satu contoh pengendalian hama dengan menggunakan yellow trap. Cara kerja alat ini dapat membasmi serangga yang akan mengganggu tanaman dengan cara memasangnya diantara beberapa tanaman, dengan cara ini maka serangga akan menyentuh yellow trap dan lengket sehingga tidak dapat bergerak lagi. Yellow trap terdiri atas tiga bentuk, yakni dengan lembaran ukuran 180 x 8 sentimeter dan persegi dengan ukuran 20 x 20 sentimeter. Gambar 13. Yellow Trap Persegi Secara preventif dengan menjaga kebersihan alat yang digunakan dalam kegiatan produksi. Salah satu contohnya adalah dengan menjaga kebersihan water torn dari sampah maupun zat-zat lain yang tidak dapat dinetralisir oleh tanaman. Secara kimiawi, pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan yang menggunakan bahan kimia berupa cairan fungisida dan inseksida. Cairan fungisida yang digunakan adalah Prefigur 56

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 5 [Diakses tanggal 24 November 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 5  [Diakses tanggal 24 November 2011] II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Hortikultura Menurut Zulkarnain (2009), kata hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa latin, yakni hortus yang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI SKRIPSI MUHAMAD SOLIHIN H34067016 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah diberlakukan pada akhir 2015 lalu tidak hanya menghadirkan peluang yang sangat luas untuk memperbesar cakupan bisnis bagi para pelaku dunia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi wortel dan bawang daun dilakukan di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura Agribisnis secara umum adalah suatu sistem yang terdiri dari empat subsistem yang terintegrasi secara fungsional. Sub-sistem pertama adalah agribisnis hulu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat populer di mata dunia karena memiliki bunga yang cantik, indah dan menarik. Selain itu

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN STRATEGIS PT. ANGGREK PERSADA INDAH DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN BISNIS ANGGREK DENDROBIUM. Oleh. MASTA HERAWATI br SINULINGGA

ANALISIS MANAJEMEN STRATEGIS PT. ANGGREK PERSADA INDAH DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN BISNIS ANGGREK DENDROBIUM. Oleh. MASTA HERAWATI br SINULINGGA ANALISIS MANAJEMEN STRATEGIS PT. ANGGREK PERSADA INDAH DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN BISNIS ANGGREK DENDROBIUM Oleh MASTA HERAWATI br SINULINGGA A07400002 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi sebagai titik lompatan menuju

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi sebagai titik lompatan menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sebagaimana dikonsepsikan oleh para ahli ekonomi telah menciptakan perubahan penting dalam kehidupan suatu bangsa. Pembangunan telah mengantarkan negaranegara

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA (Kasus: Restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) Taman Topi dan Rahat Cafe di Bogor) SKRIPSI BESTARI DEWI NOVIATNI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI YUNITA ARIANI ZEBUA H34096127 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Florist

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Florist II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Florist Florist adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan perdagangan bunga profesional. Meliputi perawatan bunga dan penanganan, desain bunga atau merangkai bunga,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI Oleh : DEVI KUNTARI NPM : 0824010021 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JATIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah Indonesia memiliki iklim dan wilayah tropis yang menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, sehingga wilayah dan

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu syarat penting menuju terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut melibatkan banyak sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG SKRIPSI IMAM WAHYUDI H34066064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT OLEH: ARYANI PRAMESTI A 14301019 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat dikarenakan dampak globalisasi

I. PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat dikarenakan dampak globalisasi I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat dikarenakan dampak globalisasi dengan diberlakukannya era perdagangan bebas yang telah menggeser paradigma bisnis dari keunggulan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) Oleh PRIMA GANDHI A14104052 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hortikultura tergolong sebagai komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi (high value commodity). Kontribusi sub sektor hortikultura pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah ROZFAULINA. ' Analisis Pendapatan dan Produksi Usahatani Cabai Merah Keriting, kasus Tiga Desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI). Salah satu tanaman

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Salah satu komoditas pertanian khas tropis yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci