II. LANDASAN TEORI A.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. LANDASAN TEORI A."

Transkripsi

1 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Proses produksi pada suatu usaha merupakan suatu proses dimana barang atau jasa yang disebut input diubah menjadi barang lain yang disebut output. Proses produksi akan meningkatkan nilai tambah dari suatu produk yang akan berpengaruh terhadap keuntungan pengusaha. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis usaha untuk mengetahui kekuatan suatu usaha secara keseluruhan. Penelitian terdahulu mengenai analisis usaha yang telah dilakukan adalah penelitian Suhesti (2007) yang diketahui bahwa usaha agroindustri geplak di Kabupaten Bantul mempunyai nilai profitabilitas sebesar 15,33%. Dengan keuntungan rata-rata yang diperoleh produsen sebesar Rp ,09. Efisiensi usaha sebesar 1,15 menunjukkan agroindustri tersebut sudah efisien, artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan oleh produsen akan memperoleh penerimaan sebanyak 1,15 kali dari biaya yang dikeluarkan tersebut. Selain penelitian analisis usaha pembuatan jenang kudus pada industri PJ. Muria di Kabupaten Kudus yang dilakukan Hidayat (2010) juga menunjukkan bahwa usaha pembuatan jenang sudah efisien, hal ini ditunjukkan dengan nilai R/ C rasio sebesar 1,36. Selain itu usaha pembuatan keripik belut juga mampu memberikan rata-rata keuntungan sebesar Rp ,83 per bulan. Walaupun menguntungkan, tetapi usaha pembuatan jenag juga mempunyai kemungkinan rugi, hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien variasi (CV) sebesar 1,44 dan nilai batas bawah keuntungan adalah Rp ,24. Sedangkan penelitian tentang agroindustri yang merupakan jenis industri yang sama adalah penelitian yang dilakukan Janani (2010) tentang agro industri jenang ketan di Kabupaten Ponorogo, dari penelitian ini dapat diketahui bahwa industri jenang ketan skala rumah tangga dapat meningkatkan keuntungan keluarga di pedesaan. Hal ini dibuktikan dengan 9

2 10 besarnya rata-rata keuntungan per bulan yang diperoleh pada industri jenang ketan, yaitu Rp ,29. Selain itu dapat diketahui juga bahwa industri jenang ketan sudah efisien, hal ini dibuktikan dengan nilai R/C rasio yang lebih besar dari satu yaitu 1,81. Usaha agroindustri jenang ketan memiliki risiko usaha yang rendah, hal ini karena memiliki nilai CV lebih rendah 0,5 yaitu sebesar 0,32 dan nilai batas bawah keuntungan adalah Rp ,56 per bulan. Sedangkan penelitian tentang usaha industri di lokasi yang sama adalah penelitian mengenai pengendalian mutu dan konsep HACCP pada jenang krasikan Bunga Melati yang dilakukan Savitri (2012) di Desa Tangkisan Kabupaten Sukoharjo. Pada penelitian ini lebih meneliti mengenai pengendalian mutu mulai dari bahan baku, proses produksi hingga akhir produksi. Dari hasil analisis yang dilakukan kadar abu dan cemaran kapang tidak sesuai dengan SNI. Sedangkan pembuatan konsep HACCP bertujuan untuk memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan serta dapat memenuhi kepuasan konsumen terhadap produk jenang krasikan. Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa usaha agroindustri sudah mampu memberikan penghasilan bagi produsen meskipun masih dalam jumlah yang relatif kecil, selain itu usaha tersebut juga sudah efisien secara ekonomis. Walaupun demikian juga dapat diketahui bahwa usaha agroindustri mempunyai kemungkinan rugi, oleh sebab itu produsen harus siap menanggung kerugian. B. Tinjauan Pustaka 1. Beras Ketan Padi (Oryza sativa L.) merupakan famili graminae dan genus Oryza. Padi jenis lain yaitu Oryza glaberrima, merupakan tanaman liar, tetapi bila dibudidayakan tidak dapat menghasilkan beras seperti Oryza sativa L. Padi ditanam lebih dari 100 negara dari semua benua kecuali antartika. Padi ditanam pada daerah 53 o LU-40 o LS sampai ketinggian 3000 m di atas permukaan laut (Koswara, 2009).

3 11 Beras (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok Asia. Beras memiliki manfaat kesehatan potensial. Di India bubur nasi dapat digunakan dalam mengatasi pencernaan yang tidak teratur, keluhan usus diare dan disentri. Air beras juga dapat menawar rasa sakit, dan di beberapa negara dengan meminum air beras dapat meredakan penyakit demam dan inflamasi usus. Studi epidemiologis menunjukkan bahwa konsumsi biji-bijian dan produk berbasis gandum dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit kronis karena komposisi phyto-chemical yang unik (Sircar, 2016). Beras ketan putih (Oryza sativa glutinosa) merupakan salah satu varietas padi yang termasuk dalam famili Graminae. Butir beras sebagian besar terdiri dari zat pati (sekitar 80-85%) yang terdapat dalam endosperma yang tersusun oleh granula-granula pati yang berukuran 3-10 milimikron. Tepung ketan berasal dari beras ketan putih yang memiliki warna putih, tidak transparan dan telah melalui tahap penggilingan sampai mencapai ukuran granula yang diinginkan. Tepung ketan dapat diperoleh dengan cara perendaman beras ketan selama 2-3 jam. Setelah itu beras ketan dicuci bersih dan ditiriskan lalu digiling dan diayak sampai diperoleh tepung ketan yang halus (Yuwono, 2015). Beras ketan (Oryza sativa L var. glutinosa) banyak terdapat di Indonesia dengan jumlah produksi sekitar ton pertahun. Namun penggunaannya di Indonesia masih terbatas pada industri makanan. Beras ketan mengandung amilopektin sangat tinggi yaitu 99,7% dan bersifat tidak mengembang dalam air dingin (Kadan et al, 1997). Beragam pangan tradisional seperti lemper, bubur ketan hitam, dodol, rengginang, brem, tape dan lapis terbuat dari ketan atau berbahan baku ketan. Berbeda dari beras, ketan memiliki butir opak, kadar amilosa sangat rendah dan memiliki tekstur nasi yang sangat lengket. Berdasarkan komposisi pati dalam ketan, disamping memiliki kadar amilosa yang sangat rendah, ketan memiliki kadar amilopektin yang tinggi. Lebih lanjut, kadar amilopektin yang tinggi inilah yang bertanggung jawab terhadap

4 12 tekstur lengket ketan. Butir ketan beragam warnanya, ada yang berwarna putih, merah atau hitam. Ketan hitam atau merah, seperti beras merah, mengandung antioksidan yang dipercaya baik bagi kesehatan tubuh. Ketan putih biasa dikonsumsi dalam bentuk ketan sosoh sempurna, sedangkan ketan merah atau hitam biasa dipasarkan dalam bentuk ketan pecah kulit atau ketan sosoh sebagian. Disamping itu, tepung ketan putih juga banyak dijumpai dipasaran (Balitbangtan, 2015). 2. Jenang Krasikan Jenang Krasikan merupakan makanan tradisonal yang juga banyak penggemarnya. Makanan ini merupakan jajanan pasar yang cukup terkenal dikalangan masyarakat dari jaman dulu. Makanan ini hampir mirip dengan dodol, namun teksturnya tidak terlalu lembut dan sedikit agak kasar. Tekstur kasar ini bukan berasal dari batu, melainkan beras ketan yang ditumbuk sehingga membuat rasanya menjadi unik (Farera, 2014). Krasikan atau ada yang menyebutnya dengan Kue Ladu adalah makanan ringan khas tradisional. Sebutan lengkapnya adalah Jenang Krasikan. Bahan dasarnya adalah beras ketan yang disangrai (sebelumnya di rendam dulu). Setelah disangrai, lalu digiling atau ditumbuk menjadi tepung. Untuk proses memasaknya, santan direbus sampai menjadi arih kemudian dimasukkan gula merah baru tepung cengkaruk diawur-awurkan ke dalam arih tadi. Biar harum di tambah vanili secukupnya. Berikut ini merupakan cara untuk membuat Jenang Krasikan yaitu : 1. Merendam beras ketan dengan air kapur 2. Sangrai ketan hingga kecoklatan kemudian ditumbuk hingga halus 3. Sangrai kelapa parut hingga kecoklatan kemudian ditumbuk hingga halus 4. Merebus gula jawa dengan santan sampai mendidih. 5. Setelah itu masukan ketan dan kelapa tumbuk, aduk hingga kering dan merata

5 13 6. Menuangkan adonan ke dalam loyang kemudian ditekan-tekan supaya padat setelah itu potong-potong sesuai ukuran yang diinginkan (Muhtarom, 2012). 3. Agroindustri Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian. Definisi tersebut dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebgai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian. Apabila dilihat dari sektor agribisnis, agroindustri merupakan bagian (subsistem) agribisnis yang memproses dan menstransformasikan bahan-bahan hasil pertanian menjadi barang-barang setengah jadi yang langsung dapat dikonsumsi dan barang atau bahan hasil produksi industri yang digunakan dalam proses produksi seperti traktor, pupuk, pestisida, mesin pertanian dan lain-lain (Kusnandar, et al 2010). Berdasarkan karakteristik fisik, Agroindustri didefinisikan sebagai pertanian secara luas, yang meliputi tanaman pangan dan hortikultura, perikanan, dan perkebunan kehutanan. Oleh karena itu, pengembangan agroindustri akan menghasilkan: (1) bahan makanan dan bahan baku makanan untuk manusia dan pakan untuk ternak dan hewan, (2) bahan serat bahan baku untuk tempat tinggal, perumahan, kertas untuk kain derivatif berikut, (3) bio-energi terbarukan dalam bentuk biodiesel (minyak sawit dan kelapa sawit) atau etanol (alkohol) yang berasal dari umbi-umbian, jagung atau tebu, dan (4) bahan baku obat dan bahan obat baku yang berasal dari tanaman obat tropis, rempah-rempah dan tanaman tropis dan binatang asli lainnya. Dengan keragaman produk agro, itu akan

6 14 menjadi produk agro pasar terbuka lebar, tidak hanya di pasar domestik tetapi juga peran pasar luar negeri (Nusantara, et al 2014). Dalam kaitannya dengan pengembangan ekonomi, agroindustri merupakan jawaban paling tepat karena mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang panjang. Hal ini perlu dikembangkan strategi dan kebijaksanaan yang menempatkan agroindustri sebagai salah satu sektor unggulan. Industri kecil perdesaan dalam hal ini agroindustri dapat mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi karena dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar (Maharani, et al 2010). Usaha industri pembuatan Jenang Krasikan merupakan industri pengolahan yang proses produksinya menggunakan bahan baku beras ketan, kelapa dan gula jawa. Sehingga usaha industri ini dapat dikatakan sebagai agroindustri. Hal ini karena menurut Soekartawi (2001) agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. 4. Biaya Menurut Nurdin (2010), dalam kegiatan produksi untuk mengubah input menjadi output, perusahaan atau perseorangan tidak hanya menentukan input apa saja yang diperlukan, tetapi juga harus mempertimbangkan harga dari input tersebut yang merupakan biaya produksi dari output. Produksi menunjuk pada jumlah input yang dipakai dan jumlah fisik output yang dihasilkan, sedangkan biaya produksi menunjukkan pada perolehan input tersebut (nilai uangnya). Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi (Daniel, 2002). Pada proses produksi usaha pembuatan jenang krasikan diperlukan biaya-biaya yang digunakan untuk mengubah input (faktor-faktor produksi) menjadi output. Biaya terdiri dari tiga konsep yang berbeda. Pertama, konsep biaya opportunitas yaitu pendapatan bersih yang dikorbankan. Konsep

7 15 biaya yang kedua adalah biaya akuntansi yaitu biaya dipandang sebagai pengeluaran nyata, biaya historis, depresiasi dan biaya lain yang berhubungan dengan masalah pembukuan. Konsep biaya yang terakhir adalah biaya ekonomi yang didefinisikan sebagai pengeluaran yang sepantasnya atau sewajarnya saja untuk menghasilkan suatu barang atau jasa (Nicholson, 1994). Menurut Gilarso (1991) biaya dibedakan menjadi biaya implisit dan biaya eksplisit. a. Biaya implisit adalah biaya yang secara ekonomis harus ikut diperhitungkan sebagai biaya produksi, meskipun tidak dibayar dalam bentuk uang. Misalnya upah tenaga kerja sendiri. b. Biaya eksplisit adalah semua pengeluaran yang dipergunakan untuk membayar faktor produksi, bahan bahan, transportasi, energi dan sebagainya. Menurut Mankiw (2003) Biaya adalah segala yang kita korbankan untuk memperoleh sesuatu. Dimana konsep biaya opportunitas (opportunity cost) dari suatu hal mencakup semua hal lain yang harus dikorbankan untuk memperoleh hal tersebut. Dengan demikian maka para ekonom memasukkan biaya eksplisit dan biaya implisit sebagai biaya total (total cost) ketika menghitung biaya dari sebuah perusahaan. 5. Penerimaan Menurut Soekartawi (1995) nilai penerimaan total (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Q) dengan harga jual (P). Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : TR = Q x P Keterangan: TR = Penerimaan total Q = Jumlah produk P = Harga produk Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produk yang bersangkutan, maka penerimaan total yang

8 16 diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima oleh produsen semakin kecil. Total penerimaan (TR) menunjukkan total penerimaan dari penjualan sejumlah produk, yaitu tingkat harga (P) dikalikan dengan jumlah produk (Q). Penerimaan marjinal (RM) menunjukkan perubahan total penerimaan sebagai akibat perubahan jumlah produk yang dijual sebanyak satu satuan (Herlambang, 2002). 6. Keuntungan Tujuan setiap pengusaha dalam menjalankan usahanya adalah untuk memperoleh keuntungan. Demikian juga dengan para pengusaha jenang krasikan yang berusaha untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Menurut Lipsey, et al (1990) keuntungan usaha merupakan selisih antara nilai penjualan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang yang dijual tersebut. Keuntungan adalah penerimaan total dikurangi biaya total. Jadi keuntungan ditentukan oleh dua hal, yaitu penerimaan dan biaya. Jika perubahan penerimaan lebih besar dari pada perubahan biaya dari setiap output, maka keuntungan yang diterima akan meningkat. Jika perubahan penerimaan lebih kecil dari pada perubahan biaya, maka keuntungan yang diterima akan menurun. Keuntungan akan maksimal jika perubahan penerimaan sama dengan perubahan biaya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : π = TR TC Keterangan : π = Keuntungan (Rp) TR = Penerimaan total (Rp) TC = Biaya total (Rp) (Lipsey, et al 1990).

9 17 7. Profitabilitas Untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dihasilkan dari usaha industri jenang krasikan, maka dilakukan analisis profitabilitas. Menurut Downey dan Erickson (1992) profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu istilah rasio profitabilitas merujuk pada beberapa indikator atau rasio yang berbeda yang bisa digunakan untuk menentukan profitabilitas dan prestasi kerja perusahaan. Bagi perusahaan pada umumnya masalah profitabilitas lebih penting daripada masalah keuntungan, karena keuntungan yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Dengan demikian yang harus diperhatikan oleh perusahaan tidak hanya bagaimana memperbesar keuntungan tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi profitabilitasnya. Besar kecilnya profitabilitas ditentukan oleh 2 faktor, yaitu hasil penjualan dan keuntungan usaha. Besar kecilnya keuntungan tergantung pada pendapatan yang merupakan selisih dari penjualan dikurangi dengan biaya usaha (Riyanto,1994). Menurut Riyanto (1997) profitabilitas merupakan perbandingan antara keuntungan dari penjualan dengan total biaya. Adapun perhitungan tingkat profitabilitasnya dengan membandingkan antara keuntungan yang diperoleh dengan biaya total yang dinyatakan dalam presentase. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Profitabilitas = TC Keterangan : π TC = Keuntungan = Biaya total x 100 % Kriteria yang digunakan dalam perhitungan profitabilitas adalah : Profitabilitas > 0 berarti usaha industri yang diusahakan menguntungkan

10 18 Profitabilitas = 0 berarti usaha industri yang diusahakan mengalami BEP (impas) Profitabilitas < 0 berarti usaha industri yang diusahakan tidak menguntungkan. 8. Efisiensi Usaha Efisiensi produk yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Kalau efisiensi fisik ini kemudian kita nilai dengan uang maka kita sampai pada efisiensi ekonomi (Mubyarto, 1995). Tersedianya sarana atau faktor produksi atau input belum berarti produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi. Namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang sangat penting.dalam kaitannya dengan konsep efisien ini dikenal adanya konsep efisiensi teknis/produksi, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis akan tercapai kalau petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi yang tinggi dapat dicapai bila petani mendapatkan pendapatan besar dari usahataninya, misalnya karena pengaruh harga maka petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksi secara efisiensi harga. Selanjutnya kalau petani mampu meningkatkan produksi yang tinggi dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan tetapi menjual produksinya dengan harga tinggi, situasi yang demikian sering disebut dengan istilah efisiensi ekonomi (Soekartawi, 1993). Pengertian efisiensi sangat relatif. Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi dapat diketahui dengan menghitung R/C Rasio. R/C Rasio adalah perbandingan antara total penerimaan denga total biaya (Soekartawi, 2001). Efisiensi diperhitungkan melalui analisis R/C (Revenue Cost Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :

11 19 TR Efisiensi = TC Keterangan : TR = Penerimaan total dari usaha TC = Biaya total dari usaha. Dimana secara teoritis dengan rasio TR/TC >1 bila suatu usaha itu dikatakan telah efisien dan jika TR/TC <1 berarti usaha tersebut tidak efisien sedangkan TR/TC =1 berarti usaha tersebut belum efisien atau baru mengalami kondisi impas (Soekartawi, 1995). 9. Risiko Usaha Menurut Alwi (1994), ahli-ahli statistik mendefinisikan lebih jelas tentang pengertian risiko dan ketidakpastian sebagai berikut: a. Risiko itu ada jika pembuat keputusan atau perencanaan proyek mampu mengestimasi kemungkinan-kemungkinan (probabilities) yang berhubungan dengan berbagai variasi hasil yang diterima selama periode investasi sehingga dapat disusun distribusi probabilitasnya. b. Ketidakpastian ada jika pembuat keputusan tidak memiliki data yang bisa dikembangkan untuk menyusun suatu distribusi probabilitas sehingga harus membuat dugaan-dugaan untuk menyusunnya. Para pelaku dalam kegiatan agribisnis dapat menghadapi risikorisiko, seperti risiko produksi (seperti penurunan volume dan mutu produk), risiko pemilikan, risiko keuangan dan pembiayaan, risiko kerugian karena perikatan, serta kerugian karena hubungan tata kerja. Risiko perubahan harga merupakan risiko yang sering menghantui pikiran para pelaku dalam sistem agribisnis (Gumbira, et al 2001). Sekurang-kurangnya ada lima sebab utama terjadinya suatu risiko. Pertama, ketidakpastian produksi; kedua, tingkat harga; ketiga, perkembangan teknologi; keempat, tindakan-tindakan perusahaan dan orang atau pihak lain; kelima, karena sakit, kecelakaan, atau kematian (Kadarsan, 1992).

12 20 C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Usaha jenang krasikan tingkat rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo telah melakukan produksi sejak lama, bahkan usaha ini telah diwariskan secara turun-temurun. Proses produksinya mudah dan menggunakan peralatan yang sederhana yaitu wajan dan pengaduk untuk pengolahannya. Usaha industri jenang krasikan tersebut tentu memiliki input yang harus dikeluarkan untuk proses produksi yaitu biaya. Karena penelitian ini menggunakan konsep keuntungan, maka biaya dalam usaha jenang krasikan ini dibedakan menjadi dua, yaitu biaya implisit dan biaya eksplisit. Selain itu dalam proses produksinya usaha ini juga menghasilkan output atau keluaran berupa penerimaan. Nilai total dari penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jenang krasikan, yang dirumuskan sebagai berikut : TR = Q P Keterangan: TR = Total Revenue/ Penerimaan total (Rp) Q = Quantity/ Jumlah Produk (Bungkus) P = Price/ Harga Produk (Rp) Dalam melakukan usaha, setiap produsen akan memperoleh Keuntungan yang merupakan selisih antara penerimaan total dan biaya total. Untuk menghitung jumlah keuntungan yang diperoleh dari proses produksi dapat menggunakan rumus : π = TR TC Keterangan: π = Keuntungan (Rp) TR = Penerimaan total (Rp) TC = Biaya total (Rp) Usaha industri jenang krasikan merupakan usaha yang juga memprioritaskan keuntungan dalam kegiatan produksinya. Sehingga perlu untuk mengetahui tingkat profitabilitas. Tingkat profitabilitas dapat dihitung

13 21 dengan cara membandingkan antara keuntungan yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi. Kriteria yang digunakan : Profitabilitas > 0 berarti usaha industri jenang krasikan yang diusahakan menguntungkan Profitabilitas = 0 berarti usaha industri jenang krasikan yang diusahakan mengalami impas Profitabilitas < 0 berarti usaha industri jenang krasikan yang diusahakan tidak menguntungkan. Selain berusaha memperoleh keuntungan yang tinggi, produsen juga harus memperhatikan tingkat efisiensi usaha. Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan R/C Rasio, yaitu dengan membandingkan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk berproduksi. R/C Rasio dirumuskan sebagai berikut: Efisien Keterangan : TR = TC TR = Total Revenue/Penerimaan total (Rp) TC = Total Cost/Biaya total (Rp) Kriteria yang digunakan : R/C > 1, berarti usaha industri jenang krasikan yang dijalankan sudah efisien R/C < 1, berarti usaha industri jenang krasikan yang dijalankan tidak efisien R/C = 1, berarti usaha industri jenang krasikan yang dijalankan belum efisien atau masih pada kondisi impas. Dalam menjalankan setiap usaha selain memperoleh keuntungan, pengusaha juga akan menghadapi risiko atas kegiatan usaha tersebut. Risiko merupakan suatu kemungkinan dimana tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan. Risiko dalam usaha industri jenang krasikan ini adalah risiko harga, risiko produksi, dan risiko pasar. Dalam penelitian ini risiko harga, produksi dan pasar tidak diamati, melainkan dapat dihitung dengan ukuran keragaman (variance) dan simpangan baku (standar deviation).

14 22 Sedangkan hubungan antara simpangan baku dengan keuntungan ratarata dapat diukur dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung produsen dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung oleh produsen semakin besar dibanding dengan keuntungannya. Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai normal yang terendah yang mungkin diterima oleh produsen. Apabila nilai (L) ini sama dengan atau lebih dari nol, maka produsen tidak akan mengalami kerugian. Sebaliknya jika nilai L kurang dari nol maka dapat disimpulkan bahwa dalam setiap proses produksi ada peluang kerugian yang akan diderita produsen. Hubungan antara koefisien variasi (CV) dengan batas bawah keuntungan adalah apabila nilai CV 0,5 dan nilai L 0 produsen akan selalu untung atau impas. Sebaliknya apabila nilai CV > 0,5 dan nilai L < 0 produsen akan mengalami kerugian.

15 23 Adapun kerangka berfikir pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Risiko Harga Usaha Industri Jenang Krasikan Masukan (input) Proses Produksi Keluaran (output) Biaya Eksplisit : 1. Biaya Sarana Produksi a. Biaya Bahan Baku b. Biaya Bahan Bakar c. Biaya Pengemasan d. Biaya Bahan Pelengkap 2. Biaya Lain-Lain a. Biaya Transportasi b. Biaya Pemasaran 3. Biaya Tenaga Kerja Luar Biaya Implisit : 1. Biaya Tenaga Kerja Dalam 2. Biaya Penyusutan Alat 3. Biaya Sewa Tanah 4. Biaya Bunga Modal Investasi Risiko Produksi Risiko Pasar Biaya Total Penerimaan Total Keterangan : = Variabel-variabel yang diamati pada penelitian ini = Variabel-variabel yang berpengaruh pada penelitian ini tetapi tidak diamati Gambar 1. Kerangka Berfikir Pendekatan Masalah Analisis Usaha : Keuntungan Tingkat Profitabilitas Efisiensi Risiko Usaha

16 24 D. Asumsi Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Bahan baku yang digunakan oleh produsen dalam proses produksi berasal dari luar atau melalui pembelian. 2. Produk yang diproduksi semuanya terjual. 3. Faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar. 4. Teknologi yang digunakan tidak mengalami perubahan selama penelitian. 5. Aset rumah tidak diperhitungkan karena memiliki fungsi ganda. 6. Harga input dan output menggunakan harga yang berlaku di daerah penelitian. E. Pembatasan Masalah 1. Analisis usaha yang dimaksud dalam penelitian ini didasarkan pada biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan risiko usaha pembuatan jenang krasikan di Kabupaten Sukoharjo. 2. Penelitian ini dibatasi pada produsen yang mengusahakan pembuatan jenang krasikan di Desa Tangkisan Kecamatan Tawangsari dan Desa Kenep Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. 3. Penelitian ini menggunakan data produksi selama periode satu bulan yaitu pada bulan april 2016 dengan rata-rata produksi sekitar 15 kali dalam satu bulan. 4. Penelitian ini menggunakan analisis usaha perbulan atau kegiatan usaha yang di analisis adalah selama 1 bulan masa produksi. F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 1. Usaha industri jenang krasikan merupakan usaha pengolahan makanan yang menggunakan gula merah sebagai bahan baku utama dan bahan baku pendukung tepung beras ketan, kelapa dan vanilli. Jenang krasikan memiliki warna kecoklatan dan tampak bintik-bintik putih pada permukaan jenang yang merupakan campuran tepung ketan. Jenang krasikan dikemas dalam bungkus sederhana yaitu plastik.

17 25 2. Proses produksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengolah suatu barang mentah menjadi barang yang lebih bermanfaat dan memiliki nilai tambah. 3. Analisa usaha merupakan analisa terhadap suatu kegiatan usaha dimana dalam hal ini usaha industri yang meninjau dari berbagai hal meliputi: biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi usaha, dan risiko usaha. 4. Biaya eksplisit adalah semua pengeluaran yang dipergunakan untuk membayar sarana produksi (bahan baku, bahan bakar, pengemasan, dan bahan pelengkap), biaya lain-lain (biaya transportasi dan biaya pemasaran), dan tenaga kerja luar. a. Biaya sarana produksi adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi secara langsung. Biaya sarana produksi meliputi biaya bahan baku, biaya bahan bakar, biaya pengemasan dan biaya bahan pelengkap. 1) Biaya bahan baku merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku utama dalam pembuatan jenang krasikan. Bahan baku dan bahan penunjang dalam pembuatan jenang krasikan yaitu tepung beras ketan, kelapa, dan gula jawa. 2) Biaya bahan bakar adalah bahan penolong untuk proses produksi. Bahan bakar yang digunakan dalam pembuatan jenang krasikan yaitu kayu dan gas. 3) Biaya pengemasan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar bahan yang digunakan untuk membuat tampilan produk lebih menarik dan lebih tahan lama. Bahan yang digunakan dalam pengemasan jenang krasikan adalah plastik pembungkus, plastik mika, dan kertas label. 4) Biaya bahan pelengkap merupakan biaya yang digunakan untuk mendukung kegiatan produksi misalnya bensin untuk menggerakkan mesin dinamo penggilingan beras ketan dan mesin pemarut kelapa.

18 26 b. Biaya lain-lain merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menunjang keberlangsungan kegiatan industri. Biaya lain-lain yaitu biaya transportasi dan biaya pemasaran. 1) Biaya transportasi adalah biaya untuk sarana pengangkutan dalam pembelian bahan baku. 2) Biaya pemasaran adalah biaya yang digunakan untuk sarana pemasaran produk. c. Biaya tenaga kerja luar merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa tenaga dari seseorang dari luar keluarga. 5. Biaya implisit adalah biaya yang secara ekonomis harus ikut diperhitungkan sebagai biaya produksi, meskipun tidak dibayar dalam bentuk uang. Biaya implisit dalam usaha industri jenang krasikan ini meliputi biaya tenaga kerja dalam, biaya penyusutan, biaya sewa tanah, dan biaya bunga modal investasi. a. Biaya tenaga kerja dalam merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa tenaga dari seseorang yang merupakan anggota keluarga. b. Biaya penyusutan merupakan pengurangan nilai suatu input karena umur dan penggunaannya. Rumus penyusutan ialah Penyusutan alat (Rp/tahun) = c. Biaya sewa tanah merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar sewa penggunaan lahan untuk kegiatan produksi yang dinyatakan dalam satuan rupiah. d. Biaya bunga modal investasi merupakan hasil perkalian antara nilai investasi dengaan suku bunga yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 6. Biaya total adalah semua biaya yang digunakan dalam usaha industri jenang krasikan, yang merupakan hasil penjumlahan antara total biaya implisit dan total biaya eksplisit, yang dinyatakan dengan satuan rupiah (Rp).

19 27 7. Penerimaan usaha pembuatan jenang krasikan diperoleh dengan cara mengalikan jumlah produksi jenang krasikan yang dihasilkan (Q) dengan harga jual jenang krasikan (P) yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 8. Keuntungan usaha pembuatan jenang krasikan adalah selisih antara penerimaan total dengan total biaya yang dikeluarkan dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 9. Profitabilitas merupakan perbandingan antara keuntungan yang diterima oleh pengusaha jenang krasikan dengan total biaya yang dikeluarkan, yang dinyatakan dalam satuan angka. Kriteria yang digunakan : Profitabilitas > 0, berarti usaha industri jenang krasikan yang diusahakan menguntungkan Profitabilitas = 0, berarti usaha industri jenang krasikan yang diusahakan mengalami impas Profitabilitas < 0, berarti usaha industri jenang krasikan yang diusahakan tidak menguntungkan. 10. Efisiensi merupakan ukuran yang digunakan untuk menunjukkan bagaimana baiknya sumberdaya ekonomi digunakan dalam proses produksi sehingga menghasilkan output. Efisiensi usaha pembuatan jenang krasikan adalah perbandingan antara penerimaan total dengan total biaya yang dikeluarkan yang dinyatakan dalam angka. Kriteria R/C sebagai berikut : R/C > 1, berarti usaha industri jenang krasikan yang dijalankan sudah efisien R/C < 1, berarti usaha industri jenang krasikan yang dijalankan tidak efisien R/C = 1, berarti usaha industri jenang krasikan yang dijalankan belum efisien atau masih pada kondisi impas. 11. Risiko Usaha adalah penyimpangan (variasi) hasil pengembalian dari yang diharapkan. Cara mengukur risiko usaha industri jenang krasikan adalah dengan menggunakan perhitungan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L).

20 28 a. Koefisien variasi (CV) merupakan hasil bagi antara simpangan baku usaha industri jenang krasikan dengan keuntungan rata-rata usaha industri jenang krasikan. b. Batas bawah keuntungan (L) merupakan nilai normal terendah yang mungkin diterima produsen dan merupakan hasil pengurangan antara keuntungan rata-rata usaha industri jenang krasikan dengan dua kali simpangan baku usaha industri jenang krasikan. Apabila nilai (L) ini sama dengan atau lebih dari nol, maka produsen tidak akan mengalami kerugian. Sebaliknya jika nilai (L) kurang dari nol maka dapat disimpulkan bahwa dalam setiap proses produksi ada peluang kerugian yang akan diderita produsen. c. Kriteria yang digunakan adalah apabila nilai CV 0,5 dan L 0 menyatakan bahwa usaha industri jenang krasikan akan selalu terhindar dari kerugian. Sebaliknya apabila nilai CV > 0,5 dan L < 0 maka terdapat peluang kerugian yang akan diterima oleh pengusaha jenang krasikan. 12. Risiko Harga merupakan kemungkinan terjadinya penyimpangan harga input produksi yang tidak sesuai dengan perkiraan untuk kegiatan produksi. Misalnya kenaikkan harga bahan baku, dan lain sebagainya. 13. Risiko Produksi merupakan kemungkinan terjadinya penyimpangan saat kegiatan produksi. Misalnya terjadi kerusakan bahan baku, kerusakan peralatan produksi, terjadinya kesalahan waktu memasak dan lain sebagainya. 14. Risiko Pasar merupakan kemungkinan terjadinya penyimpangan perilaku pasar yang tidak sesuai dengan perkiraan. Misalnya penurunan harga produk, jumlah pembeli yang berkurang dan lain sebagainya.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi dikembangkannya sektor pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional.

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

I. METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian A. Metode Dasar Penelitian I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis merupakan metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada TINJAUAN PUSTAKA Agroindustri Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Teknologi Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU Andi Ishak, Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 KONTRIBUSI PENDAPATAN AGROINDUSTRI DAWET IRENG TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PENGRAJIN DI KECAMATAN BUTUH KABUPATEN PURWOREJO Dian Setiawati 1), Eni Istiyanti 2) dan Uswatun Hasanah 1) 1) Program Studi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN Tinjauan Pustaka Menurut Tharir (2008), penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS 121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 2016 : Hal ISSN Keywords: Business Risk, Efficiency, Jenang Krasikan, Profit, Profitability

AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 2016 : Hal ISSN Keywords: Business Risk, Efficiency, Jenang Krasikan, Profit, Profitability AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 2016 : Hal. 392-404 ISSN 2302-1713 ANALISIS USAHA INDUSTRI JENANG KRASIKAN DI KABUPATEN SUKOHARJO Muhammad Ikhsan Fathoni, Kunto Adi, Sutarto Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. termasuk Indonesia. Buah ini dikenal dunia sejak zaman sebelum Masehi.

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. termasuk Indonesia. Buah ini dikenal dunia sejak zaman sebelum Masehi. II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pisang Pisang (Musa paradiciaca. L) merupakan tanaman asli Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Buah ini dikenal dunia sejak zaman sebelum Masehi. Pemintaan

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Industri Rumah Tangga olahan Salak Pondoh. Kegiatan pengolahan Salak Pondoh sudah dilakukan oleh warga masyarakat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Industri Rumah Tangga olahan Salak Pondoh. Kegiatan pengolahan Salak Pondoh sudah dilakukan oleh warga masyarakat V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Industri Rumah Tangga olahan Salak Pondoh Kegiatan pengolahan Salak Pondoh sudah dilakukan oleh warga masyarakat Desa Donokerto selama 10 tahun terakhir. Pengolahan Salak

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lahan Pasir Pantai Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan

Lebih terperinci

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi negara. Pengaruh agroindustri

Lebih terperinci

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT Uswatun Chasanah dan Hikma Ellya Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur hikmapolihasnur@gmail.com ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TERORI. dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine

KERANGKA PENDEKATAN TERORI. dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine II. KERANGKA PENDEKATAN TERORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kedelai Kedelai merupakan tanaman palawija yang telah lama dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI AGRIBISNIS SEBAGAI SUATU SISTEM Sistem agribisnis : Rangkaian kegiatan dari beberapa subsistem yg saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain Sub-sistem agribisnis

Lebih terperinci

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN Agus Sutanto PENDAHULUAN Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan pola konsumsi

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Mardikanto (2007: 28), agribisnis merupakan kegiatan yang terdiri dari 4 subsistem yaitu subsistem hulu, subsistem on farm, subsistem hilir dan subsistem jasa layanan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kacang Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tapioka Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung tapioka mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Pedagang 1. Identitas Responden V. HASIL DAN PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha keripik belut yang pada masa penelitian masih aktif berproduksi dan berdomisili di Kecamatan

Lebih terperinci

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis 5Kebijakan Terpadu Pengembangan Agribisnis Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan kondisi yang makin seimbang. Persentase sumbangan sektor pertanian yang pada awal Pelita I sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Desa Wonoanti. Pengambilan sampel Desa dilakukan dengan

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Sunarti, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Tito Hardiyanto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Ubi Kayu Singkong (Manihot esculenta) pertama kali dikenal di Amerika Selatan, kemudian dikembangkan

Lebih terperinci

CURAHAN WAKTU KERJA DAN ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO

CURAHAN WAKTU KERJA DAN ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO CURAHAN WAKTU KERJA DAN ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO Umi Barokah Jurusan Agrobisnis/Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian UNS e-mail : har_umi10@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Sesuai dengan amanat garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN

KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN AGROINDUSTRI TIK: Setelah mempelajari kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan agrobisnis dan agroindustri Catatan: Di akhir kuliah mohon dilengkapi 15 menit pemutan video Padamu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pada tahap awal pembangunan, ekspor setiap negara didominasi oleh hasil hasil

PENDAHULUAN. Pada tahap awal pembangunan, ekspor setiap negara didominasi oleh hasil hasil PENDAHULUAN Latar Belakang Pada tahap awal pembangunan, ekspor setiap negara didominasi oleh hasil hasil pertanian. Tetapi permintaan komoditas pertanian cenderung menurun dan diganti oleh produk olahan

Lebih terperinci

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim JURNAL EDUKASI KIMIA e-issn: 2548-7825 p-issn: 2548-4303 Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim Ainun Mardhiah 1* dan Marlina Fitrika 2 1 Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serealia, tepung atau pati (dari umbi dan kacang) dalam be ntuk krupuk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serealia, tepung atau pati (dari umbi dan kacang) dalam be ntuk krupuk, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Makanan Ringan Produk yang termasuk dalam kategori makanan ringan menurut Surat keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.52.4040 tanggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Lemang Lemang merupakan suatu olahan pangan yang dibuat dari beras ketan yang dimasak dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Ubi Kayu Ubi kayu merupakan tanaman tropis, namun demikian tetap mampu beradaptasi dan tumbuh baik di daerah subtropis. Di Indonesia, tanaman ini merupakan

Lebih terperinci

Proses pengolahan dodol susu terbagi atas pengadaan bahan, persiapan bahan, pernasakan, pendinginan, pengirisan, pembungkusan, dan pengepakan.

Proses pengolahan dodol susu terbagi atas pengadaan bahan, persiapan bahan, pernasakan, pendinginan, pengirisan, pembungkusan, dan pengepakan. Sosis Kedelai, Keju Kedelai (Sufi), Dodol Susu, EdiMe Flm (Pengemas Edible) Pema Memh (Angkak) 58 DODOL SUSU Dodol menurut SNI 01-2986-1992 me~pakan makanan semi basah yang pembuatannya dari tepung beras

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar Biaya dalam industri tahu meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merah (Oriza sativa) merupakan beras yang hanya dihilangkan kulit bagian luar atau sekamnya, sehingga masih mengandung kulit ari (aleuron) dan inti biji beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian di dalam pembangunan nasional sangat penting karena sektor ini mampu menyerap sumber daya yang paling besar dan memanfaatkan sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yang memberikan kontribusi sebesar 22,74 persen dibandingkan sektor-sektor lainnya, walaupun terjadi sedikit penurunan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar KLASIFIKASI INDUSTRI Industri adalah suatu usaha atau kegiatan yang melakukan proses atau aktivitas yang mengubah dari sesuatu atau bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi berupa barang

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Industri Rumah Tangga Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

INDUSTRI KERIPIK SINGKONG

INDUSTRI KERIPIK SINGKONG INDUSTRI KERIPIK SINGKONG KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010/2011 OLEH : EDY SETIAWAN 10.11.3986 KELAS 2F S1 TEKNIK INFORMATIKA STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN 2011

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau gejala-gejala

Lebih terperinci

sebagian besar masih dipasarkan sebagai bahan mentah atau nilailharga pada kondisi tersebut masih sangat rendah. Selain ini

sebagian besar masih dipasarkan sebagai bahan mentah atau nilailharga pada kondisi tersebut masih sangat rendah. Selain ini AGROINDUSTRI Sasaran utama pembangunan jangka panjang negara ini adalah pencapaian struktur ekonomis yang seimbang yaitu terdapatnya kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keripik Ubi kayu Keripik singkong adalah sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari umbiumbian yang mengandung pati. Biasanya keripik singkong melalui tahap penggorengan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa

METODE PENELITIAN. mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi sekarang.

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Industri Rumah Tangga Menurut Badan Pusat Statistik (2017), Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, 44 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, mencakup: Usahatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada konsumen (Silalahi, 2006). Salah satu produk yang. makanan ringan, jajanan atau cemilan. Makanan ringan, jajanan atau

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada konsumen (Silalahi, 2006). Salah satu produk yang. makanan ringan, jajanan atau cemilan. Makanan ringan, jajanan atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan fungsional merupakan makanan produk segar ataupun makanan olahan yang tidak hanya memberikan rasa kenyang namun juga memberikan keuntungan bagi kesehatan serta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun proses pengolahan Kue Bola-bola Wijen disajikan dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun proses pengolahan Kue Bola-bola Wijen disajikan dalam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Kue Bola-bola wijen Adapun proses pengolahan Kue Bola-bola Wijen disajikan dalam bentuk diagram alir di bawah ini : Persiapan Bahan : Tepung Tapioka, Tepung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas

Lebih terperinci

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu 8 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Widjojoko,. et all (2009) dengan judul Kajian Finansial dan Nilai Tambah Gula Semut (Granular Sugar) di Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : 1. Latar Belakang, 2. Identifikasi Masalah, 3. Maksud dan Tujuan Penelitian, 4. Manfaat Penelitian, 5. Kerangka Pemikiran, 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima sub-sektor yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Kelima sub-sektor pertanian tersebut bila

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

ANALISIS NILAI TAMBAH. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember ANALISIS NILAI TAMBAH Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://adamjulian.web.unej.ac.id PRICE-CONSUMPTION CURVE AND DEMAND AGRIBISNIS Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya (Soehardjo,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa

METODE PENELITIAN. set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. yang awalnya dirasa dapat mencukupi menjadi tidak optimal lagi. Dalam keadaan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. yang awalnya dirasa dapat mencukupi menjadi tidak optimal lagi. Dalam keadaan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Industri Rumah Tangga Nata De Coco a. Industri Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di Indonesia yang sangat berperan dalam penyediaan lapangan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen tinggi terhadap pembangunan ketahanan pangan sebagai komponen strategis dalam pembangunan nasional. Undang-undang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling TINJAUAN PUSTAKA Kambing Etawa Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak perkelahiran

Lebih terperinci

Analisis kelayakan Usaha Kue Semprong (kasippi) di Mega Rezky Skala Rumah Tangga Desa Lagi-Agi Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar

Analisis kelayakan Usaha Kue Semprong (kasippi) di Mega Rezky Skala Rumah Tangga Desa Lagi-Agi Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Analisis kelayakan Usaha Kue Semprong (kasippi) di Mega Rezky Skala Rumah Tangga Desa Lagi-Agi Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Ishak Manggabarani 1, Baharuddin 2 Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP 1 DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP Ribut Santosa (1) ; Awiyanto (2) ; Amir Hamzah (3) Alamat Penulis :(1,2,3) Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Serat ijuk adalah serat alam yang mungkin hanya sebagian orang yang mengetahuinya kalau serat ini sangatlah istimewa dibanding dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Sejalan dengan tahapan-tahapan perkembangan ekonomi maka kegiatan jasa-jasa dan bisnis yang

Lebih terperinci

Peluang Investasi Agribisnis Jagung

Peluang Investasi Agribisnis Jagung Halaman1 Peluang Investasi Agribisnis Jagung Jagung termasuk tanaman yang Familiar bagi sebagian masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung. Untuk lebih mengenal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efisiensi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soeharjo dan Patong (1973:135-137) kemungkinan ada pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan, karena itu analisa pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN (Studi Kasus di Kecamatan Banjar Kota Banjar) Oleh: Ani Sulistiani 1,

Lebih terperinci

Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran

Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran Tuesday, 22 September 2009 21:05 Last Updated Tuesday, 22 September 2009 21:14 Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran Berbagai macam hidangan disajikan di Hari Raya Lebaran, tidak ketinggalan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Nurul Fitry, 2 Dedi Herdiansah, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus oestreatus) merupakan jamur konsumsi dari jenis jamur kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci