PEMBERIAN ZINC TERHADAP STATUS DEHIDRASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN An.A DENGAN DIARE AKUT DI BANGSAL MELATI RSUD KARANGANYAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBERIAN ZINC TERHADAP STATUS DEHIDRASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN An.A DENGAN DIARE AKUT DI BANGSAL MELATI RSUD KARANGANYAR"

Transkripsi

1 PEMBERIAN ZINC TERHADAP STATUS DEHIDRASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN An.A DENGAN DIARE AKUT DI BANGSAL MELATI RSUD KARANGANYAR DI SUSUN OLEH SUWARDI NIM.P PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

2 PEMBERIAN ZINC TERHADAP STATUS DEHIDRASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN An.A DENGAN DIARE AKUT DI BANGSAL MELATI RSUD KARANGANYAR Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DI SUSUN OLEH SUWARDI NIM.P PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 i

3 SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : SUWARDI NIM : P Program Studi Judul Karya Tulis Ilmiah : DIII Keperawatan : Pemberian Zinc Terhadap Status Dehidrasi pada Asuhan Keperawatan An. A dengan Diare Akut di Bangsal Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku. Surakarta, 12 Mei 2016 Yang Membuat Pernyataan SUWARDI NIM. P ii

4 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama : SUWARDI NIM : P Program Studi : DIII Keperawatan Judul :Pemberian Zinc Terhadap Status Dehidrasi pada Asuhan Keperawatan An. A dengan Diare Akut di Bangsal Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan di : Surakarta Hari/Tanggal : Senin/ 30 Mei 2016 DEWAN PENGUJI Pembimbing : Ns. Meri Oktariani, M. Kep ( ) NIK Penguji I : Ns. Joko Kismanto, S. Kep ( ) NIK Penguji II : Ns. Meri Oktariani, M. Kep ( ) NIK Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Ns. Meri Oktariani, M. Kep NIK iii

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Pemberian Zinc Terhadap Status Dehidrasi pada Asuhan Keperawatan An. A dengan Diare Akut di Bangsal Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan dan dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan sarta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini, dan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ns. Alfyana Nadya R. M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ns. Joko Kismanto S.Kep, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan sarta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. iv

6 4. Ns. Anik Suprapti S.Kep, selaku pembimbing klinik yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan sarta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 6. Kedua orangtuaku, yang selalu memberikan inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin. Surakarta, 12 Mei 2016 Penulis v

7 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME...ii LEMBAR PENGESAHAN...iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL...viii DARTAF GAMBAR...ix DAFTAR LAMPIRAN...x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1 B. Tujuan Penulisan...5 C. Manfaat Penulisan...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Diare akut Konsep Asuhan Keperawatan Dehidrasi Pemberian Zinc...35 B. Kerangka Teori...38 BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subjek Aplikasi Riset...39 B. Tempat dan Waktu...39 C. Media atau Alat yang digunakan...39 D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset...40 E. Alat ukur evaluasi tindakan aplikasi riset...41 BAB IV LAPORAN KASUS A. Identitas klien...42 B. Pengkajian...42 C. Perumusan masalah keperawatan...50 D. Perencanaan...52 E. Implementasi...53 vi

8 F. Evaluasi...59 BAB V PEMBAHASAN A. Pengkajian...65 B. Perumusan masalah keperawatan...75 C. Perencanaan...80 D. Implementasi...83 E. Evaluasi...86 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...90 B. Saran...92 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

9 DAFTAR TABEL No. Kerangka Tabel Halaman 1. Tabel 2.1 Penurunan berat badan pada anak dehidrasi Tabel 2.2 Klasifikasi dehidrasi Tabel 3.1 Prosedur pemberian zinc Tabel 3.2 Alat ukur derajat dehidrasi...41 viii

10 DAFTAR GAMBAR No. Kerangka Gambar Halaman 1. Gambar 2.1 Kerangka Teori Gambar 4.1 Genogram...45 ix

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran : 1. Asuhan Keperawatan 2. Lembar Obervasi 3. Log Book 4. Jurnal 5. Usulan Judul 6. Surat Pernyataan 7. Lembar Konsultasi 8. Format Pendelegasian 9. Daftar Riwayat Hidup x

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare akut merupakan penyabab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tibatiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran nafas atas (ISPA) atau saluran kemih (ISK), terapi antibiotik atau pemberian obat pencahar (laksatif). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lama sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi. Diare infeksius akut (gastroenteritis infeksiosa) dapat disebabkan oleh virus bakteri dan parasit yang patogen (Wong, 2008). Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi (Sazawal dkk, 1996 dalam Wong, 2008). Di Indonesia, angka kejadian diare akut diperkirakan masih sekitar 60 juta kejadian diare setiap tahunnya dan angka kesakitan pada kelompok balita sekitar kejadian diare di antara 1000 penduduk setiap tahunnya dan 1-5% diantaranya berkembang menjadi diare kronik (Soebagyo, 2008). 1

13 2 Jumlah kasus diare di Jawa Tengah pada tahun 2007 adalah sebanyak penderita dengan indeks rata-rata (IR) 9,2%, sedangkan jumlah kasus diare pada balita yaitu sebanyak penderita dengan indeks rata-rata 16,4%. Kasus diare pada balita masih tinggi dibanding golongan umur yang lainnya (Riskesdas Jateng, 2007). Kota Surakarta merupakan salah satu dari 35 kota atau kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kejadian diare di kota Surakarta pada tahun 2007 cukup tinggi yaitu sebanyak 7,06% dari total jumlah penduduk (Depkes RI, 2009). Pada asuhan keperawatan diare akut terdapat beberapa diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien diare menurut Wilkinson (2007) adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan intake cairan inadekuat, hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare, resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan terhadap patogen, ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress. Kekurangan volume cairan merupakan salah satu diagnosa yang akan muncul pada anak dengan penyakit diare akut. Anak dengan kekurangan volume cairan biasanya akan mengalami dehidrasi akibat kehilangan banyak cairan karena frekuensi BAB yang berlabih muntah. Intervnesi atau rencana keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan adalah pantau tanda dan gejala dehidrasi (kulit membran mukosa kering, kenaikan berat jenis urin tiap 4

14 3 jam, rasa haus), patau masukkan dan keluaran dengan cermat meliputi frekuensi, warna, dan konsistensi, pantau ketidakseimbangan elektrolit (Natrium klorida, Kalium),timbang berat badan setiap hari, monitor tanda- tanda vital (suhu, nadi) setiap 4 jam, monitor pemeriksaaan laboratorium (elektrolit, berat jenis urin, nitrogen urea darah), lakukan tindakan untuk mengurangi demam (ganti pakaian katun dan kompres dingin), kolaborasi dengan dokter tentang rehidrasi terutama untuk dehidrasi berat dan terdapatnya penyakit berat lainnya (Susilaningrum dkk, 2013). Selain itu WHO dan UNICEF merekomendasikan kebijakan terbaru menenai penatalaksanaan daire pada anak, yaitu dengan menambahkan suplementasi zinc (Zn) pada terapi rehidrasi oral tersebut (Ulfak dkk, 2010) Suatu meta-analisis mengemukakan suplementasi zinc secara bermakna menurunkan frekuensi, berat serta morbiditas diare akut (Anggarwal et al., 2006 dalam Huryamin dkk, 2012). Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare (Dipkes RI, 2011). Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan kemampuannya meningkatkan sistim kekebalan tubuh. Zinc merupakan mineral penting bagi tubuh. Lebih 300 enzim dalam tubuh yang bergantung pada zinc. Zinc juga dibutuhkan oleh berbagai organ tubuh, seperti kulit dan mukosa saluran cerna. Semua yang berperan dalam fungsi imun, membutuhkan zinc. Jika zinc diberikan pada anak yang sistim kekebalannya belum berkembang baik, dapat meningkatkan sistim kekebalan dan melindungi anak dari penyakit infeksi. Itulah sebabnya mengapa anak yang diberi zinc (diberikan sesuai dosis) selama 10 hari

15 4 berturut - turut berisiko lebih kecil untuk terkena penyakit infeksi, diare dan pneumonia(kemenkes RI, 2011). Pada hasil penelitian menemukan ini menemukan bahwa zinc efektif dalam mengatasi diare akut pada balita di salah satu puskesmas di Kalimantan Barat, dengan cara mengurangi frekuensi defekasi dan memperpendek durasi diare (Ulfah dkk, 2010). Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian zinc (Zn) pada anak diare dengan lama rawat inap di Rumah Sakit PKU Muahmmadiyah Surakarta berdasarkan pada hasil uji analisis Chi-square dengan nilai p sebesar 0,003 (p<0,05) dan dari Rasio Prevalensi (RP) = 4,405 (interval kepercayaan 95% 1,578-12,301) yang berarti bahwa pemberian zinc merupakan faktor risiko dari cepatnya lama rawat inap pasien diare (Huryamin dkk, 2012). Penyakit diare benyak ditemukan di rumah sakit umum daerah Karanganyar. Hanya beberapa data yang dapat ditemukan di bulan Desember tahun 2015 terdapat pasien sebanyak 33 anak yang rawat inap. Dan pada tahun 2016 tercatat pada bulan Januari sampai tanggal 17 Januari 2016 terdapat 17 pasien yang rawat inap dengan diare. Berdasarkan observasi penulis di ruang melati RSUD Karanganyar pada bulan januari tangaal 4 Januari 2016 sampai tanggal 17 Januari 2016 terdapat 17 pasien diare yang rawat inap. Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 6 Januari 2016 dan hasil yang didapatkan beberapa pasien dengan diare yang mengalami dehidrasi ringan sampai sedang dan hanya dehidrasi berat yang mendapatkan terapi zinc dari dokter.

16 5 Dari hal di atas tersebut memperlihatkan adanya suatu kasus yaitu kejadian diare akut pada anak yang terjadi karena peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI, sehingga dapat menyebabkan kehilangan cairan dan meyebabkan dehidrasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemberian zinc terhadap status dehidrasi pada pasien dengan diare akut di RSUD Karanganyar. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Mengaplikasikan tindakan pemberian zinc terhadap status dehidrasi pada An. A dengan diare di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. 2. Tujuan khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An. A dengan diare akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. A dengan diare akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. c. Penulis mampu menyusun intervensi pada An. A dengan diare akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada An. A dengan diare akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada An. A dengan diare akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

17 6 f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian zinc terhadap status dehidrasi pada An. A dengan diare akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. C. Manfaat penulisan 1. Bagi Institusi Rumah Sakit Dapat memberikan informasi tentang asuhan keperawatan pasien dengan pemberian zinc terhadap status dehidrasi pada pasien diare, khususnya pada pasien diare akut, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan lebih baik pada pasien diare. Perawat mampu bersikap profesional dalam memberikan asuhan keperawatan pemberian zinc terhadap status dehidrasi pada pasien diare. 2. Bagi institusi pendidikan Sebagai informasi kepada mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien diare, sehingga dapat memberikan gambaran tentang penatalaksanaan pemberian zinc terhadap status dehidrasi pada pasien diare. 3. Bagi pasien Sebagai salah satu tindakan keperawatan kepada pasien dengen pemberian zinc terhadap status dehidrasi pada pasien diare. 4. Bagi penulis Mengetahui informasi serta mampu menerapkan asuhan keperawatan tentang pemberian zinc terhadap status dehidrasi pada pasien diare.

18 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Diare Akut a. Definisi Perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10 ml/kgbb/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari. Pola defekasi neonatus dan bayi, hingga usia 4-6 bulan, yang defekasi >3 kali/hari dan konsistensinya cair atau lembek masih dianggap normal selama tumbuh kembangnya baik (Cristanto dkk, 2014). b. Etiologi 1) Infeksi : virus (rotavirus, adenovirus, norwalk), bakteri (shigella sp., salmonella sp., E. coli, vibrio sp.), parasit (protozoa: E, hystolytica, G. Lamblia, blantidium coli: cacing; ascaris sp., trichuris sp., strongylodies sp ; jamur : candida sp.), infeksi ekstra usus (otitis media akut, infeksi saluran kemih, pneumonia). Terbanyak disebabkan rotavirus (20-40%). 2) Alergi makanan : alergi susu sapi, protein kedelai, alergi multipel. 3) Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak dan protein. 7

19 8 4) Keracunan makanan (misalnya makanan kaleng akibat Botulinum sp.). 5) Lain-lain : obat-obatan (antibiotik atau obat lainnya), kelainan anatomi (Cristanto dkk, 2014). c. Klasifikasi Klasifikasi diare pada anak menurut Wong (2008) berdasarkan derajat dehidrasi. 1) Dehidrasi berat Apabila kehilangan cairan >10% berat badan dengan gambaran klinik/ tanda-tanda kondisi umun lemah, latergis/ tidak sadar, ubun-ubun besar, mata sangat cekung, malas minum/ tidak dapat minum, cubitan perut kembali sangat lambat (>=2 detik). 2) Dehidrasi ringan-sedang Apabila kehilangan cairan 5-10% berat badan dengan gambaran klinik/ tanda-tanda rewel, gelisah, cengeng, ubun-ubun besar, mata sedikit cekung, tampak kehausan, cubitan perut kembali lambat. 3) Tanpa dehidrasi Apabila kehilangan cairan >5% berat badan. d. Manifestasi Klinis Pasien yang menderita gastroenteritis, mula-mula pasien cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemungkinan timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama makin kehijau-hijauan

20 9 karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diapsorpsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul setelah atau sebelum diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah, 2005). Frekuensi BAB (buang air besar) pada bayi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari, bentuk cair pada buang air besarnya kadang-kadang disertai lendir dan darah, nafsu makan menurun, warnanya lama kelamaan menjadi kehijauan karena bercampur empedu, muntah, rasa haus, malaise, adanya lecet pada daerah sekitar anus, feses bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserap usus, adanya tanda dehidrasi, kemudian dapat terjadi diuresis yang berkurang (oliguria sampai dengan anuria) atau sampai dengan terjadi asidosis metabolic seperti tampak pucat dengan pernafasan (Hidayat, 2006).

21 10 e. Patofisiologi Diare akut pada anak umumnya disebabkan oleh virus tapi etiologi lainnya seperti bakteri, dan bakteri mungkin menjadi penyebab terjadinya diare. Virus melukai lapisan penyerapan sel vili menyebabkan penurunan proses penyerapan dan defisiensi disakarida (Ricci & Kyle, 2009). Bakteri menghasilkan cedera usus dengan secara langsung menginvasi mukosa usus, merusak lapisan permukaan vili atau melepaskan racun (toksin). Diare akut dapat menghasilkan pengeluaran darah ataupun tidak. Diare juga dapat terkait dengan penggunaan antibiotik dalam waktu yang lama atau dosis yang tinggi sehingga membunuh flora normal yang ada di usus. Hockenberry dan Wilson (2010 dalam Novianti, 2010) merangkum patofisiologi diare menjadi tiga mekanisme berbeda. Invasi mikroorganisme patogen ke dalam saluran pencernaan menyebabkan diare melalui, yaitu (1) produksi enterotoksin yang menstimukasi sekresi air dan elektrolit, (2) invasi serta destruksi sel-sel eptitel usus, dan (3) inflamasi lokal serta invasi sitemik oleh mikroorganisme tersebut. Patogen merusak sel mukosa vili di usus kecil menyebabkan cedera permukaan dan penurunan kapasitas absorbsi air dan elektrolit. Patogen juga memasuki mukosa dan submukosa usus menyebabkan kerusakan sel, nekrosis, dan ulserasi. Enterotoksin yang dihasilkan patogen bakteri menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel

22 11 sekresi primer di usus kecil. Aksi dari enterotoksin juga mempengaruhi fungsi absorbsi dari daerajat permukaan usus kecil. Akibatnya, terjadilah ketidakseimbangan sekresi cairan dan elektrolit dan termanifestasikan dengan peningkatan frekuensi bab. Diare dengan proses demikian dapat mengarahkan penderita mengalami dehidrasi dan asidosis metabolik (Pott and Mandleco dalam Novanti, 2010). Jika kondisi dehidrasi dan asidosis metabolik tidak tertangani, maka kejadian syok hipovolemik tidak terelakkan. Kondisi tersebut mengancam jiwa penderita. f. Pemeriksaan penunjang 1) Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan. 2) Kultur tinja. 3) Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa. 4) Pemeriksaan tinja; ph, leukosit, glukosa, dan adanya darah (Suryadi dan Yuliani, 2006). g. Komplikasi Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti: 1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik). 2) Renjatan hipovolemik. 3) Hypokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram).

23 12 4) Hipoglikemia. 5) Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan vili mukosa usus halus. 6) Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik. 7) Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami kelaparan (Susilaningrum dkk, 2013). h. Penatalaksanaan Penatalaksanaan diare akut antara lain : 1) Rehidrasi Bila pasien umum dalam keadaan baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan gula atau strach harus diberikan. Terapi rehidrasi oral murah, efektif, dan lebih praktis daripada cairan intravena. Cairan oral antara lain; pedialit, oralit dll cairan infus a.l ringer laktat dll. Cairan diberikan ml/kgbb/24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi. 2) Diet Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntahmuntah hebat. Pasien dianjurkan justru minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna seperti pisang,

24 13 nasi, keripik dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi laktase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alkohol harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus. 3) Obat antidiare Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala yang paling efektif yaitu derivat opioid misal loperamide, difenoksilat-atropin dan tinkur opium. Loperamide paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil, Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat digunakan tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan enselofati bismuth. Obat antimotilitas penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas (termasuk infeksi Shigella) bila tanpa disertai mikroba, karena dapat memperlama penyembuhan penyakit, obat yang mengeraskan tinja; atapulgite 4 x 2 tab perhari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap diare/bab encer sampai diare berhenti obat anti sekretorik atau anti enkephalinase: Hidrase 3 x 1 tab perhari. 4) Obat antimikroba Pengobatan empirik tidak dianjurkan pada semua pasien. Pengobatan empirik diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, diare turis traveler s diarrhea) atau imunosupresif (Setiawan, 2006).

25 14 2. Konsep Asuhan keperawatan a. Pengkajian Pengkajian merupakan dasar pertama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan dan merupakan suatu proses yang sistematis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi data dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Pada tahap ini semua data dan informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengumpulkan data, menganalisa data sehingga ditemukan diagnosa keperawatan (Gunawan, 2009). Adapun langkah-langkah dalam pengkajian adalah sebagai berikut : 1) Identitas pasien/ biodata Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan. Untuk umur pada pasien diare akut, sebagian besar adalah anak dibawah dua tahun. Insiden paling tinggi umur 6-11 bulan karena pada saat ini mulai diberikan makanan pendamping. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. 2) Keluhan utama Buang air besar (BAB) lebih tiga kali sehari. BAB kurang dari empat kali dengan konsistensi cair (diare tanpa dehidrasi).

26 15 BAB 4-10 kali dengan konsistensi cair (dehidrasi ringan/sedang) BAB lebih dari 10 kali (dehidrasi berat). Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari adalah diare akut. Bila berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare presisten. 3) Riwayat penyakit sekarang a) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat. Nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan timbul diare. b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu. c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam. d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. e) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak. f) Diuresis, yaitu terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/bb/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urin dalam waktu enam jam (dehidrasi berat). 4) Riwayat penyakit dahulu Yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit yang pernah di derita oleh anak maupun keluarga dalam hal ini orang tua.

27 16 Apakah dalam keluarga pernah mempunyai riwayat penyakit keturunan atau pernah menderita penyakit kronis sehingga harus dirawat di rumah sakit. 5) Riwayat kesehatan a) Riwayat imunisasi terutama anak yang belum imunisasi campak. Diare lebih sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang menderita campak dalam empat minggu terakhir, yaitu akibat penurunan kekebalan pada pasien. b) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena faktor ini salah satu kemungkinan penyebab diare. c) Riwayat penyakit yang serung pada anak di bawah dua tahun biasanya batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah diare, seperti OMA, tonsilitis, faringitis, bronko pneumonia, ensefalitis. 6) Riwayat nutrisi Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi hal sebagai berikut. a) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi risiko diare dan infeksi yang serius.

28 17 b) Pemberian susu formula, apakah menggunakan air masak, diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah terjadi pencemaran. c) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa), pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus, ingin minum banyak, sedangkan pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa minum. 7) Pemeriksaan fisik a) Keadaan umum klien Pada anak terdapat keluhan dan kelainan-kelainan yang perlu mendukung perlu dikaji adanya tanda-tanda dehidrasi seperi mata cekung, ubun-ubun besar, mukosa bibir kering, dan turgor kulit berkurang keelastisannya, kemudaian ditanyakan frekuensi BAB, adanya nyari atau disentri abdomen, demam dan terjadinya penurunan berat badan (Gunawan, 2009). b) Berat badan Anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan sebagai berikut. Tabel 2.1 Penurunan berat badan anak dengan dehidrasi Kehilangan Berat Badan Tingkat Dehidrasi Bayi Anak Besar Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg) Dehidrasi sedang 5-10%( ml/kg) 6% (60 ml/kg)

29 18 Dehidrasi berat 10-15%( % (90ml/kg) ml/kg) Sumber : (Susilanigrum, 2013) Presentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak dirawat di rumah sakit. Sedangkan di puskesmas/ fasilitas pelayanan dasar dapat digunakan pedoman MTBS (2008). c) Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, kita dapat melakukan pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut dengan kedua ujung jari (bukan kedua kuku). Turgor kembali cepat kurang dari 2 detik berarti diare tanpa dehidrasi. Turgor kulit kembali lambat bila cubutan kembali dalam waktu 2 detik dan ini berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Turgor kulit kembali sangat lambat bila cubitan kembali lebih dari 2 detik dan ini termasuk diare dengan dehidrasi berat. d) Kepala Anak di bawah 2 tahun mengalami dehidrasi, ubun ubunnya biasanya cekung. e) Mata Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata normal. Bila dehidrasi ringan/sedang, kelopak mata cekung

30 19 (cowong). Sedangkan dehidrasi berat, kelopak mata sangat cekung. f) Mulut dan lidah (1) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi). (2) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang). (3) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat). g) Abdomen kemungkinan distensi, kram, bising usus meningkat. h) Anus Adakah iritasi pada anus (Susilaningrum, 2013). 8) Pola Fungsional Kesehatan Pola fungsional kesehatan dapat dikaji melalui pola Gordon dimana pendekatan ini memungkinkan perawat untuk mengumpulkan data sacara sistematis dengan cara mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus, Model konsep & tipologi pola kesehatan fungsional menurut gordon : a) Pola persepsi-managemen Kesehatan Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktik kesehatan.

31 20 b) Pola Nurtisi dan Metabolik Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit. Nafsu makan, pola makan, diet, fluktasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan, mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi, masalah/ penyembuhan kulit, makanan kesukaan. c) Pola Eliminasi Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih dan kulit, kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, diuri, dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih, masalah bau badan, perspirasi berlebih, dan lain-lain. d) Pola Latihan-Aktivitas Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi. Pentingnya latihan/ gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama lain. Kemampuan klien dalam menata diri apabila tingkat kemampuan 0 : mandiri, 1 : dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung dalam melakukan ADL, kekuatan otot dan Range Of Motion, riwayat penyakit

32 21 jantung, frekuensi, irama dan kedalaman nafas, bunyi nafas riwayat penyakit paru. e) Pola Kognitif Perseptual Menjelaskan sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap peristiwa yang telah lama terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan nama (orang atau benda yang lain). Tingkat pendidikan, persepsi nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk mengikuti, menilai nyeri skala 0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan, pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman, dan lain-lain. f) Pola Istirahat dan Tidur Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi tentang energi. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.

33 22 g) Pola Konsep Diri-Persepsi Diri Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan. Kemempuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ideal diri sendiri. Manusia sebagai sistem terbuka dimana keseluruhan bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai sistem terbuka, manusia juga sebagai makhluk bio-psiko-sosial-kultural spiritual dan dalam pandangan holistic. Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri, dampak sakit terhadap diri, kontak mata, asetif atau passive, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya, gugup/ rileks. h) Pola Peran dan Hubungan Menggambarkan dan megetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien. Pekerjaan, tempat tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/ agresif terhadap orang lain, masalah keuangan, dan lain-lain. i) Pola Reproduksi/Seksual Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan marnae sendiri, riwayat penyakit hubungan sex, pemerikasaan genital.

34 23 j) Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stress) Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan penggunaan sistem pendukung. Penggunaan obat untuk menanganai stress, interaksi dengan orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa digunakan, efek penyakit terhadap tingkat stress. k) Pola Keyakinan dan Nilai Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk spiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan dan budaya, berbagi dengan orang lain, bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit (Winugroho, 2008). b. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan singkat, jelas dan pasti tentang masalah klien yang nyata/potensial serta penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gastroenteritis menurut Wilkinson (2007) yaitu: a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi. b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan intake cairan inadekuat.

35 24 c) Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi. d) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare. e) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan terhadap patogen. f) Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress. c. Fokus Intervensi a) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi (1) Kriteria hasil : (a) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal. (b) Tekanan darah, nadi suhu tubuh dalam batas normal. (c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebih. (2) Intervensi : (a) Timbang popok/ pembalut jika diperlukan. (b) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat. (c) Monitor status hidrasi (kelembaban mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik). (d) Monitor vital sign. (e) Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian.

36 25 (f) Kolaborasi pemberian cairan IV. (g) Monitor status nutrisi. (h) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan. (i) Atur kemungkinan transfusi. (j) Persiapan untuk transfusi. b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan intake inadekuat. (1) Kriteria hasil : (a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan. (b) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan. (c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi. (d) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. (e) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan. (f) Tidak terjadi penurunan berat badan. (2) Intervensi (a) Monitor adanya alergi makanan. (b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. (c) Anjurkan pasien untuk meningkaan intake Fe. (d) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C. (e) Berikan substansi gula.

37 26 (f) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi. (g) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori. (h) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi. (i) Monitor adanya penuruna berat badan. (j) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi. (k) Monitor kalori dan intake nutrisi. c) Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi. (1) Kriteria hasil : (a) Suhu tubuh dalam rentan normal. (b) Nadi dan pernafasan dalam rentan normal. (c) Tidak ada perubahan warna kulit. (2) Intervensi : (a) Mengobservasi kenaikan suhu tubuh dan perubahan yang menyertai. (b) Beri kompres hangat pada daerah dahi, aksila dan lipat paha. (c) Monitor tanda-tanda vital. (d) Anjurkan untuk minum yang cukup. (e) Anjurkan untuk menggunakan pakaian tipit dan menyerap keringat. (f) Monitor WBC, Hb, dan Hct.

38 27 (g) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian atipiretik. d) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare. (1) Kriteria hasil: (a) Perfusi jaringan normal. (b) Tidak ada tanda-tanda infeksi. (c) Ketebalan dan tekstur jaringan normal. (d) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera berulang. (e) Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka (2) Intervensi : (a) Jaga kulit agar tetap bersih dan kering. (b) Monitor kulit akan adanya kemerahan. (c) Pajankan dengan ringan kulit utuh yang kemerahan pada udara jika mungkin. (d) Hindari menggunakan tissue basah yang dijual bebas yang mengandung alkohol pada kulit yang teriritasi. (e) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat berupa salep pelindung pada kulit. (f) Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat. (g) Kolaborasi dengan ahli gizi diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein).

39 28 e) Risiko infeksi berhubungan dengan port de entre mikroorganisme patogen. (1) Kriteria hasil : (a) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi. (b) Nurtisi adekuat. (c) Mendapatkan imunisasi yang tepat. (d) Nadi dan suhu dalam rentan yang normal. (2) Intervensi : (a) Pertahankan cuci tangan yang benar. (b) Pakaikan popok dengan tepat. (c) Gunakan popok sekali pakai. (d) Ajarkan anak, bila mungkin tindakan perlindaungan diri misalnya cuci tangan setelah menggunakan toilet. (e) Anjurkan keluarga dan pengunjung dalam praktik isolasi khususnya mencuci tangan. f) Ansietas berhubungan dengan terjadinya hospitalisasi. (1) Kriteria hasil : (a) Pasien tidak cemasa atau gelisah. (b) Pasien dapat istirahat atau tidur. (c) Pasien dapat merencanakan strategi kooping untuk situasi-situasi yang membuat stress. (d) Mampu mempertahankan penampilan peran. (e) Melaporkan tidak adanya gangguan persepsi sensori.

40 29 (f) Tidak ada kecemasan secara fisik. (2) Intervensi (a) Mengobservasi tingkat kecemasan. (b) Pertahankan kontak sering dengan orang tua, selalu sedia untuk mendengarkan dan bicara bila dibutuhkan. (c) Identifikasi cara-cara dimana pasien mendapat bantuan jika dibutuhkan. (d) Berikan informasi yang sesuai kebutuhan dan jika diminta oleh pasien atau orang terdekat. (e) Beri stimulasi sensori dan pengalihan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan komdisinya (Nurarif dan Kusuma, 2012). 3. Dehidrasi a. Definisi Dehidrasi dideskripsikan sebagai suatu keadaan keseimbangan cairan yang negatif atau terganggu yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis penyakit (Huang et al, 2009). Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air (input) (Suraatmaja, 2010). Cairan yang keluar biasanya disertai dengan elektrolit (Latief, dkk 2005). Pada dehidrasi gejala yang timbul berupa rasa haus, berat badan turun, kulit bibir dan lidah kering, saliva menjadi kental. Turgor kulit

41 30 dan tonus berkurang, anak menjadi apatis, gelisah kadang-kadang disertai kejang. Akhirnya timbul gejala asidosis dan renjatan dengan nadi dan jantung yang berdenyut cepat dan lemah, tekanan darah menurun, kesadaran menurun, dan pernapasan kussmaul (Latief, dkk, 2005). b. Klasifikasi Dehidrasi 1) Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik, dehidrasi dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 2.2 Klasifikasi dehidrasi Gejala/tanda Ringan (3-5%) Sedang (6-9%) Berat (10 % lebih) Tingkat Sadar Letargi Tidak sadar kesadaran Pengisian kembali 2 detik 2-4 detik Lebih dari 4 detik kapiler Membran Normal Kering Sangat kering mukosa Denyut jantung Sedikit meningkat Meningkat Sangat meningkat Laju pernapasan Normal Meningkat Meningkat dan hiperapnea Tekanan darah Normal Normal, ortostik Menurun Denyut nadi Normal Cepat dan Sangat lemah/ lemah samar atau tidak teraba Turgor kulit Kembali Kembali Tidak segera normal lambat kembali Mata Normal Cekung Sangat cekung Keluaran urin Menurun Oliguria Anuria Sumber : (Huang et al, 2009)

42 31 2) Berdasarkan gambaran elektrolit serum, dehidrasi dapat dibagi menjadi : a) Dehidrasi Hiponatremik atau Hipotonik Dehidrasi hiponatremik merupakan kehilangan natrium yang relatif lebih besar daripada air, dengan kadar natrium kurang dari 130 meq/l. Apabila terdapat kadar natrium serum kurang dari 120 meq/l, maka akan terjadi edema serebral dengan segala akibatnya, seperti apatis, anoreksia, nausea, muntah, agitasi, gangguan kesadaran, kejang dan koma (Garna, dkk, 2000). b) Dehidrasi Isonatremi atau Isotonik Dehidrasi isonatremik (isotonik) terjadi ketika hilangnya cairan sama dengan konsentrasi natrium dalam darah. Kehilangan natrium dan air adalah sama jumlahnya/besarnya dalam kompartemen cairan ekstravaskular maupun intravaskular. Kadar natrium pada dehidrasi isonatremik meq/l (Huang et al, 2009). Tidak ada perubahan konsentrasi elektrolit darah pada dehidrasi isonatremik (Latief, dkk, 2005). c) Dehidrasi Hipernatremik atau Hipertonik Dehidrasi hipernatremik (hipertonik) terjadi ketika cairan yang hilang mengandung lebih sedikit natrium daripada darah (kehilangan cairan hipotonik), kadar natrium serum > 150

43 32 meq/l. Kehilangan natrium serum lebih sedikit daripada air, karena natrium serum tinggi, cairan di ekstravaskular pindah ke intravaskular meminimalisir penurunan volume intravaskular (Huang et al, 2009). Dehidrasi hipertonik dapat terjadi karena pemasukan (intake) elektrolit lebih banyak daripada air (Dell, 1973 dalam Suharyono, 2008). Cairan rehidrasi oral yang pekat, susu formula pekat, larutan gula garam yang tidak tepat takar merupakan faktor resiko yang cukup kuat terhadap kejadian hipernatremia (Segeren dkk, 2005). Terapi cairan untuk dehidrasi hipernatremik dapat sukar karena hiperosmolalitas berat dapat mengakibatkan kerusakan serebrum dengan perdarahan dan trombosis serebral luas, serta efusi subdural. Jejas serebri ini dapat mengakibatkan defisit neurologis menetap. c. Penatalaksanaan Secara sederhana prinsip penatalaksanaan dehidrasi adalah mengganti cairan yang hilang dan mengembalikan keseimbangan elektrolit, sehingga keseimbangan hemodinamik kembali tercapai. Selain pertimbangan derajat dehidrasi, penanganan juga ditujukan untuk mengoreksi status osmolaritas pasien. Terapi farmakologis dengan loperamide, antikolinergik, bismuth subsalicylate, dan adsorben, tidak direkomendasikan terutama pada anak, karena selain dipertanyakan efektivitasnya, juga berpotensi menimbulkan berbagai

44 33 efek samping. Pada dehidrasi karena muntah hebat, ondansetron efektif membantu asupan cairan melalui oral dan ondansetron efektif membantu asupan cairan melalui oral dan mengatasi kedaruratan. Pemberian makan segera saat asupan oral memungkinkan pada anakanak yang dehidrasi karena diare, dapat mempersingkat durasi diare. Susu tidak perlu diencerkan, pemberian ASI jangan dihentikan. Disarankan memberikan makanan tergolong karbohidrat kompleks, buah, sayur dan daging rendah lemak. Makanan berlemak dan jenis karbohidrat simpel sebaiknya dihindari. WHO sejak tahun 2004 juga telah menambahkan zinc dalam panduan terapi diare pada anak (WHO, 2005). d. Diagnosa keperawatan tentang dehidrasi Diagnosa keperawatan yang muncul pada dehidrasi adalah Kekurangan volume cairan. Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskuler, interstisial dan atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan tanpa perubahan pada natrium. Batasan karakteristik dari kekurangan volume cairan adalah perubahan status mental, penurunan tekanan darah, penurunan tekanan nadi, penurunan turgor kulit, penurunan haluaran urine, penurunan pengisian vena, membran mukosa kering, kulit kering, peningkatan hematokrit, peningkatan suhu tubuh, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan konsentrasi urine, penurunan berat badan, haus, kelemahan (Herdman, 2012).

45 34 e. Mekanisme terjadinya dehidrasi Kekurangan volume cairan adalah keadaan yang umum terjadi pada berbagai keadaan dalam klinik. Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan kehilangan cairan tubuh melalui ginjal atau di luar ginjal. Penyebab tersering kekurangan volume cairan yang juga sering terjadi adalah tersimpannya cairan pada cidera jaringan luka, luka bakar berat, peritonitis / obstruksi saluran cerna. Terkumpulnya cairan di dalam ruang non ECF dan non ECF. Pada prinsipnya cairan menjadi terperangkap dan tidak dapat dipakai oleh tubuh. Penumpukkan volume cairan yang cepat dan banyak pada ruang-ruang seperti berada dari volume ECF sehingga dapat mengurangi volume sirkulasi darah efektif. Perdarahan, muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik yang terdiri dari ari, Na (30-70 m Eg/l) dan klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang panas, bisa terjadi kehilagnan 1 L keringat/ jam. Sehingga dapat menyebabkan kekurangan volume jika asupannya tidak mencukupi. Jumlah besar cairan dapat hilang melalui kulit karena penguapan jika luka bakar dirawat dengan metode terbuka. Kehilangan Na dan air melalui ginjal tanpa adanya penyakit ginjal terjadi pada 3 keadaan yang paling sering adalah pemakaian diuretik yang berlebihan, terutama tiazid atau diuretik sampai yang kuat seperti furosemid. Diuresis osmotik obligatorik juga sering menyebabkan kehilangan Na dan air yang terjadi selama glikosuria

46 35 pada DM yang tidak terkontrol atau koma hipermosmolar non ketonik pada kasus pemberian makanan tinggi protein secara enternal atau parenteral dapat terbentuk urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen osmotik (Tarwoto, 2006). 4. Pemberian Zinc a. Definisi Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011). b. Manfaat pengobatan zinc pada anak yang terkena diare Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian Zinc mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare. Berdasarkan studi WHO selama lebih dari 18 tahun, manfaat zinc sebagai pengobatan diare adalah mengurangi :1) Prevalensi diare sebesar 34%; (2) Insidens pneumonia sebesar 26%; (3) Durasi diare

47 36 akut sebesar 20%; (4) Durasi diare persisten sebesar 24%, hingga; (5) Kegagalan terapi atau kematian akibat diare persisten sebesar 42%. c. Mekanisme kerja Zinc Zinc mempengaruhi berbagai aspek dari sistem kekebalan tubuh. zinc sangat penting untuk perkembangan dan fungsi kekebalan selmediasi bawaan, neutrofil, dan natural killer. Makrofag dan produksi sitokin semua dipengaruhi oleh defisiensi zinc. Pertumbuhan dan fungsi T dan sel B juga terkena dampak negatif akibat kekurangan zinc. Defisiensi zinc mempengaruhi timulin di timus sebagai kofaktor dan berada di dalam plasma.sel T dihasilkan dalam timus, dimana fungsi sel T digunakan untuk memanggil leukosit ke tempat terjadinya infeksi, sebagai contoh kemotaksis sel-sel polimorfonuklear dan mendorong adesi sel-sel meilomonositik. Dengan aktivasi sel T helper 2 akan memicu sitokin untuk melakukan proliferasi sel B untuk menjadi TNF- α dan antibodi, antibodi yang diproduksi berupa imunoglobulin, seperti IgA yang terdapat pada interstitium, saliva, lapisan mukosa dan saluran pencernaan untuk mencegah infeksi oleh antigen (Prasad, 2009). Zinc menstabilkan struktur membran dan memodifikasi fungsi membran dengan cara berinteraksi dengan oksigen, nitrogen dan ligan sulfur makromolekul hidrofilik serta aktivitas antioksidan. Zinc melindungi membran dari efek agen

48 37 infeksius dan dari peroksidasi lemak dengan meningkatkan pembentukan immunoglobulin A sekretori (Wapnir, 2000). d. Cara Pemberian Obat Zinc 1) Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat Zinc selama 10 hari berturut-turut. 2) Larutkan tablet dalam 1 sendok air minum atau ASI (tablet mudah larut kira-kira 30 detik, segera berikan ke anak). 3) Dosis pemberian Zinc pada balita: a) Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari b) Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari. Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011). 4) Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat Zinc, ulangi pemberian dengan cara potong lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga 1 dosis penuh. 5) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan obat Zinc segera setelah anak bisa minum atau makan.

49 38 B. KERANGKA TEORI Perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10 ml/kgbb/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurnag dari 14 hari (Cristanto dkk, 2014). Infeksi (virus, bakteri, jamur), alergi makanan, malabsorbsi, keracunan makanan, lain-lain : obat-obatan (antibiotik atau obat lainnya), kelainan anatomi. Tanda dan gejala : diare, muntah, anoreksia, panas. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah dan intake cairan inadakuat. Hipertermi behubungan dengan dehidrasi. Kerusakan integritas kulit b.d iritasi rectal karena diare. Resiko infeksi b.d peningkatan paparan lingkungan terhadap patogen. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress Kekurangan volume cairan Dehidrasi Pemberian Zinc Efek samping : Muntah Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : (Cristanto, 2014; Wong, 2008; Wilkinson, 2007)

50 BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subjek Aplikasi Riset Subjek dari aplikasi riset ini adalah pasien balita yang mengalami diare akut di bangsal Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. B. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di bangsal Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. 2. Waktu Pemberian zinc diberikan selama hari pada pasien diare akut. C. Media atau alat yang digunakan Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang digunakan yaitu : 1. Suplemen zinc 2. Alat ukur derajat dehidrasi 39

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare 2.1.1. Definisi Diare Menurut Latief, dkk. (2005), diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Definisi Diare Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare atau gastroenteritis. Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi: Dehidrasi Pengertian, Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan Pengertian: Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan, sehingga keseimbangan gula-garam

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Akut dan Tata Laksananya Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi 3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan

Lebih terperinci

bubur Setengah bubur Setengah padat padat

bubur Setengah bubur Setengah padat padat Mekanisme pembentukan feses Gerakan kolon lambat dan non-propulsif. Interval antara 2 kontraksi haustra dapat mencapai 30 menit. Gerakan haustra secara perlahan mengaduk isi kolon melalui gerakan maju

Lebih terperinci

Pola buang air besar pada anak

Pola buang air besar pada anak Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia ratarata akan mengalami diare 23 kali per tahun. Dengan diperkenalkannya

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan. BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada subyek berumur 1-5 tahun. Pemilihan subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk pencegahan utama keracunan botulismus pada

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Akut dan Tatalaksananya Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi 3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia, angka kejadian anak yang mengalami penyakit tropis cukup tinggi. Hal ini ditunjang oleh kelembaban daerah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair, dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi debit tinja dibandingkan dengan pola usus normal individu, merupakan gejala dari suatu penyakit sistemik

Lebih terperinci

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit diare 1. Definisi Diare merupakan buang air besar dengan konsistensi cair atau lembek dan dapat berupa air saja dengan frekuensi buang air besar lebih dari normalnya

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare 1. Pengertian diare Diare adalah penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali disertai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DRPs 2.1.1 Definisi DRPs DRPs adalah adalah kejadian yang tidak diinginkan pasien terkait terapi obat, dan secara nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome yang diinginkan

Lebih terperinci

Pokok Bahasan: GASTROENTEROLOGI dan HEPATOLOGI Sakit perut berulang M. Juffrie

Pokok Bahasan: GASTROENTEROLOGI dan HEPATOLOGI Sakit perut berulang M. Juffrie Pokok Bahasan: GASTROENTEROLOGI dan HEPATOLOGI Sakit perut berulang M. Juffrie Definisi Sakit perut yang terjadi paling sedikit 3 kali, cukup berat sampai tidak bisa melakukan kegiatan sehari hari dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Air Susu Ibu (ASI) ASI adalah salah satu zat terbaik yang dimiliki manusia sebagai makanan bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama hidupnya (Gupte,

Lebih terperinci

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) JELASKAN KEPADA IBU TENTANG 4 ATURAN PERAWATAN DI RUMAH: BERI CAIRAN TAMBAHAN a. Jelaskan kepada ibu: - Pada bayi muda, pemberian ASI

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Gastroenteritis adalah peradangan dari lambung dan usus yang

BAB I KONSEP DASAR. Gastroenteritis adalah peradangan dari lambung dan usus yang BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Gastroenteritis adalah peradangan dari lambung dan usus yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan pathogen parasit (Wong, 1996: 403). Gastroenteritis adalah radang dari

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Saku 1. Pengertian Buku saku adalah buku yang berukuran kecil yang dapat dimasukkan ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku saku diare adalah

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono: 2008). Gastroenteritis

Lebih terperinci

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala diabetes sering kali tidak terlihat secara jelas di awalnya. Kadang kita baru sadar atau terindikasi diabetes ketika sudah mengalami komplikasi diabetes.

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE I. PENDAHULUAN Hingga saat ini penyakit Diare maerupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt Farmakoterapi I Diar dan konstipasi Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt DEFINISI Diare Peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi tinja dibandingkan dengan kondisi normal. BAB (defekasi) dengan jumlah tinja

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI OLEH : KELOMPOK 5 HAPPY SAHARA BETTY MANURUNG WASLIFOUR GLORYA DAELI DEWI RAHMADANI LUBIS SRI DEWI SIREGAR 061101090 071101025 071101026 071101027 071101028 Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau

Lebih terperinci

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

KONSEP TEORI. 1. Pengertian KONSEP TEORI 1. Pengertian Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Febris / demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diare a. Definisi Diare adalah peningkatan tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya dan terjadi paling sedikit 3 kali atau lebih dalam

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

Dinukleosida Adenosin (DNA) dan Ribonukleosida Adenosin (RNA), dan. dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil dan mutlak diperlukan.

Dinukleosida Adenosin (DNA) dan Ribonukleosida Adenosin (RNA), dan. dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil dan mutlak diperlukan. A. DEFINISI ZINC Zinc addalah micronutrisi yang bisa ditemukan disemua jaringan tubuh dan penting bagi pertumbuhan sel, diferensiasi sel dan sintesa DNA. Juga penting untuk menjaga sistem daya tubuh yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pada buang air besar perharinya. Berat daily stool dapat melebihi berat normal ratarata

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pada buang air besar perharinya. Berat daily stool dapat melebihi berat normal ratarata BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Diare 2.1.1.2 Definisi Diare Diare didefinisikan sebagai peningkatan keenceran, frekuensi, dan volume pada buang air besar perharinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan susu hasil sekresi dari payudara setelah ibu melahirkan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan tanpa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan. 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diare a. Pengertian diare Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima tahun (balita) dengan disertai muntah dan buang air besar

Lebih terperinci

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk: HIPONATREMIA 1. PENGERTIAN Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalam

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR A.

BAB I KONSEP DASAR A. BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa muntah (muntah berak) (Junaedi, dkk. 1995:585). Diare adalah buang air

Lebih terperinci

Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty (**) *Poltekkes Kemenkes Palu **RSUD Undata Palu

Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty (**) *Poltekkes Kemenkes Palu **RSUD Undata Palu PENGARUH PEMBERIAN SUSU BEBAS LAKTOSA TERHADAP KARAKTERISTIK BUANG AIR BESAR PASIEN ANAK 1 24 BULAN DENGAN DIARE AKUT DI RUANG PERAWATAN ANAK RSU ANUTAPURA PALU 2013 Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

Lebih terperinci

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit P e n g e r t i a n D i e t DASAR DIETETIK M u s l i m, M P H l m u D i e t I Cabang ilmu gizi yang mengatur pemberian makan pada kelompok/perorangan dalam keadaan sehat/sakit dengan memperhatikan syarat

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diare. 1. Definisi diare. Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diare. 1. Definisi diare. Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Definisi diare Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang

Lebih terperinci

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Dr. Suparyanto, M.Kes GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT CAIRAN TUBUH Cairan tubuh adalah larutan isotonik yang tersusun atas air dan zat terlarut (mineral)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak (Hidayat, 2011). Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak (Hidayat, 2011). Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare Diare adalah pengeluaran tinja yang abnormal, lebih dari 3 x/hari dan pada neonatus lebih dari 4 x/hari, perubahan yang terjadi diantaranya adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan didapat terutama di paru atau berbagai organ tubuh

Lebih terperinci

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh MALNUTRISI Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh Apa itu malnutrisi? Kebutuhan tubuh akan makronutrien (lemak, karbohidrat dan protein) tidak terpenuhi Penyebab : Asupan makanan kurang Penyakit Klasifikasi

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

Apa Penyebab Diare? Penyebab diare pada bayi/anak dan dewasa ada yang berbeda. Penulis akan menjelaskan penyebab bayi/anak dan dewasa tersebut.

Apa Penyebab Diare? Penyebab diare pada bayi/anak dan dewasa ada yang berbeda. Penulis akan menjelaskan penyebab bayi/anak dan dewasa tersebut. Apa Diare itu...? Alhamdulillaah, Buletin ketiga dari UGD RSI Aisyiyah Malang telah selesai dibuat. Segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang telah memberikan kemudahan dalam menulis buletin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Definisi diare Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi virus selain oleh bakteri, parasit, toksin dan obat- obatan. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. infeksi virus selain oleh bakteri, parasit, toksin dan obat- obatan. Penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyebab kematian ke-5 di dunia dengan jumlah 5-10 juta anak per tahun, penyebab utama diare pada anak usia dini adalah infeksi virus selain oleh bakteri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Telaah Pustaka Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Telaah Pustaka Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya yang terjadi paling sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena adanya suatu proses ekstrakranium tanpa adanya kecacatan neurologik dan biasanya dialami oleh anak- anak.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit pada penderita diare sering disebabkan oleh diare itu sendiri dan

Lebih terperinci

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat Yusi Meilia, S.ST, M.Kes Halaman : 1 / 5 NIP A. Pengertian Buang air besar yang frekuensi, lebih sering dari biasnya pada umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan konsistensi cair berlangsung < 7 hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam faeces (Ngastiyah,

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 5 Diare Catatan untuk instruktur Fabian adalah anak usia 2 tahun yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari desa terpencil dengan diare dan tanda dehidrasi berat. Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap makhluk hidup memerlukan energi untuk melaksanakan setiap aktivitas kehidupannya. Energi ini berasal dari metabolisme yang bahan dasarnya berasal dari makanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) a. Pengertian MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24 bulan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. bayi dan lebih dari 3 kali pada anak-anak, konsistensi tinja sncer dapat

BAB I KONSEP DASAR. bayi dan lebih dari 3 kali pada anak-anak, konsistensi tinja sncer dapat 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak-anak, konsistensi tinja sncer dapat berwarna hijau atau dapat

Lebih terperinci

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK Demam pada anak merupakan salah satu pertanda bahwa tubuhnya sedang melakukan perlawanan terhadap kuman yang menginfeksi. Gangguan kesehatan ringan ini sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Perilaku Menurut Bloom, derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor genetik. Faktor perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Oleh : Dewi Rahmawati 201420461011056 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca BAB VI PEMBAHASAN Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca suplementasi seng. Kejadian diare berulang dapat merupakan suatu infeksi menetap dimana proses penyembuhan tidak berlangsung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah dunia sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak terutama di negara berkembang, dengan perkiraan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Perawatan Anak Dengan Diare Hari/Tanggal : Rabu/ 23 Januari 2008 Pukul : 11.00-11.45 Sasaran: Seluruh orang tua bayi/anak di RT 02 / RW 04 Kel. Andalas Timur Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2001 anak di bawah usia 5 tahun yang meninggal karena diare diperkirakan 1,5 juta. Di Indonesia pada kelompok balita yang menderita diare sekitar

Lebih terperinci