Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap Nilai Indeks Sektoral di Bursa Efek Indonesia Pasca Kebijakan Fluktuasi Harga BBM. Tesis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap Nilai Indeks Sektoral di Bursa Efek Indonesia Pasca Kebijakan Fluktuasi Harga BBM. Tesis"

Transkripsi

1 Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap Nilai Indeks Sektoral di Bursa Efek Indonesia Pasca Kebijakan Fluktuasi Harga BBM Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Magister Manajemen Oleh: Christopher Daniel PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 vi KATA PENGANTAR Berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM menyebabkan gejolak ekonomi di Indonesia contohnya bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan dan industri. Kebijakan fluktuasi harga BBM juga menyebabkan harga saham pada sektor pertambangan dan industri menjadi tidak menentu, dimana investor akan mempertimbangkan fluktuasi harga minyak dunia saat melakukan proses investasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh harga minyak dunia terhadap nilai indeks sektoral pasca kebijakan fluktuasi harga BBM, dimana hal tersebut menyebabkan nilai investasi yang tidak menentu. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam penulisan thesis ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan. Terlepas dari hal tersebut, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Salatiga, Juni 2016 Christopher Daniel

7 vii UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan thesis ini. Thesis ini berjudul Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap Nilai Indeks Sektoral di Bursa Efek Indonesia Pasca Kebijakan Fluktuasi Harga BBM. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan thesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada: 1. Orang tua saya, Bapak Tjong Tje dan Ibu Melinda Tjioe, yang telah mendukung baik moril maupun materil serta dukungan dan doanya dalam penulisan skripsi ini. 2. Prof. Christantius Dwiatmadja, SE., ME., PhD, selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. 3. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA, PhD, selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. 4. Prof. Supramono, SE, MBA, DBA, selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran dan bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini. 5. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

8 viii 6. Ibu Ira Yuliani, S.Pd., selaku Staf Sekretariat Pasca Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. 7. Teman-teman saya, khususnya Vita Agesi Argentina yang selalu mendukung, memberi semangat dan mendoakan saya selama penulisan thesis ini. Penulis menyadari bahwa thesis ini memiliki keterbatasan dan masih jauh dari sempurna. Namun, penulis berharap kiranya thesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Salatiga, Juni 2016 Christopher Daniel

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xi PENDAHULUAN... 1 KAJIAN LITERATUR... 4 Konsep Efficient-market Hypothesis... 4 Hubungan fluktuasi harga minyak dan pasar modal... 6 Hubungan fluktuasi harga minyak dunia di pasar modal negara berkembang... 8 Peran dan Kebijakan Migas di Indonesia PENGEMBANGAN HIPOTESIS METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Tahapan Pengujian HASIL Analisis Deskriptif Pengujian Asumsi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Hasil Panjang Lag Optimal Uji Kointegrasi Uji Granger Causality Analisis Vector Auto Regression (VAR) PEMBAHASAN Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap nilai indeks di sektor pertambangan ix

10 x Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap nilai indeks di sektor industri dasar Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap nilai indeks di sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi PENUTUP Simpulan Implikasi Teoritis Saran Referensi... viii Lampiran 1: Hasil Uji Akar... vi Lampiran 2: Hasil Uji Panjang Lag Optimal... viii Lampiran 3: Hasil Uji Kointegrasi... vi Lampiran 4: Hasil Uji Granger Causality... vi Lampiran 5: Hasil Uji Vector Auto Regression... vi

11 xi DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Rangkaian waktu event study Gambar 2: Grafik Histogram pergerakan perubahan harga Minyak WTI antara Oktober 2013 sampai Oktober Gambar 3: Grafik Histogram pergerakan perubahan harga Minyak WTI antara November 2014 sampai November DAFTAR TABEL Tabel 1: Jumlah data yang diolah sebelum dan sesudah kebijakan Tabel 2: Peristiwa yang tidak mempunyai kaitan dengan harga minyak dunia dan mempunyai pengaruh langsung pada nilai saham di Bursa Efek Indonesia Tabel 3: Deskripsi Data Penelitian Tabel 4: Output Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test Tabel 5: Panjang Lag Optimal Tabel 6: Ranking Kointegrasi dari Variabel Minyak WTI dan Keempat Sektor yang Diteliti Tabel 7: Uji Kausalitas Granger untuk Keempat Sektor yang Diteliti Tabel 8: Estimasi VAR untuk keempat Sektor yang diteliti... 33

12 PENDAHULUAN Indonesia yang telah menikmati harga BBM yang relatif murah selama bertahun-tahun harus menyerah pada kenaikan harga yang substansial dalam produk minyak bumi. Hal tersebut diakibatkan kenaikan harga minyak mentah dunia yang cukup signifikan. Pada 17 November 2014, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM. Premium naik dari Rp menjadi Rp 8.500, sedangkan solar dari Rp menjadi Rp per liter (Nashrillah, 2014). Selanjutnya, pada 1 Januari 2015, Presiden Joko Widodo resmi menghapus subsidi BBM yang telah diterapkan sejak tahun 1980 untuk jenis premium, dan untuk bahan bakar solar ditetapkan subsidi tetap sebesar Rp Harga BBM Premium dan Solar akan diumumkan oleh pemerintah setiap awal bulan. Perhitungan harga akan menggunakan rumus yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan mengacu pada harga minyak dunia, kurs Rupiah terhadap Dolar AS, serta faktor inflasi (Gumelar, 2015). Kenaikan harga minyak mentah telah memaksa pemerintah Indonesia untuk menanggung kenaikan biaya kepada konsumen. Harga baru memicu reaksi keras baik dari perusahaan maupun konsumen. Ketidakpastian harga BBM di Indonesia yang dipengaruhi oleh harga minyak dunia akan berimbas pada bisnis dan perusahaan. Para pengusaha khawatir bahwa kenaikan harga akan berdampak negatif terhadap bisnis mereka dan konsumen pun juga akan terkena imbasnya dengan adanya kenaikan umum harga barang dan jasa. Setelah berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM, pemerintah sudah tidak akan lagi memberikan subsidi BBM terhadap masyarakat Indonesia, dimana harga BBM di Indonesia akan mengikuti pergerakan harga pasar minyak dunia. Pada tahun 2011, Indonesia mengekspor minyak mentah sebanyak barrel (Indonesia: Oil for 2011, 2011) dikenal sebagai 1

13 2 negara pengekspor minyak (Humberto, 2010). Kenaikan harga minyak dipandang sebagai sinyal awal potensi kenaikan kapasitas produksi industri yang kemudian dapat memberi beberapa dampak positif terhadap kinerja pasar saham Indonesia. Kondisi seperti ini masih sangat baru bagi masyarakat negeri ini, berbeda dengan masyarakat luar negeri yang sudah terbiasa dengan fluktuasi harga BBM. Kasus semacam ini juga dapat dikatakan baru bagi bidang akademis, belum ada penelitian yang dilakukan untuk melihat hal tersebut. Studi yang meneliti hubungan antara harga minyak dan pasar saham masih relatif sedikit. Penelitian yang dilakukan oleh Jones & Kaul (1996) merupakan studi pertama untuk menganalisis pengaruh pergerakan harga minyak di pasar saham. Gjerde & Sættem (1999) dan Papapetrou (2001) memperluas penelitian ke Norwegia dan Yunani. Lescaroux & Mignon (2008) menemukan kausalitas Granger yang kuat dari harga minyak dengan harga saham, terutama untuk negaranegara pengekspor minyak. Bhar & Nikolova (2010) menemukan kembali bahwa harga minyak dunia memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkat pengembalian ekuitas di Rusia. Seshaiah & Behera (2009) menemukan bahwa indeks harga saham India terintegrasi dengan harga minyak mentah. Pollet (2002) menemukan bahwa perubahan harga minyak dapat memprediksi return pasar saham secara global, sementara Hammoudeh & Li (2004) juga menemukan pentingnya faktor minyak untuk harga saham di negara-negara pengekspor minyak. Namun, Sawyer & Nandha (2006) menggunakan model hirarkis terhadap pengembalian saham, studi mereka menghasilkan hubungan negatif antara harga minyak dengan return saham secara agregat. Pada akhirnya, Gogineni (2007) juga memberikan dukungan statistik untuk

14 3 sejumlah hipotesis, jika pergerakan harga minyak mencerminkan perubahan dalam permintaan secara agregat, harga minyak berhubungan secara positif dengan harga saham, namun akan berhubungan secara negatif dengan harga saham, apabila pergerakan harga minyak mencerminkan perubahan dalam penawaran. Berdasarkan pemaparan tersebut, harga minyak mentah, yang merupakan bahan bakar utama kegiatan industri, memainkan peran penting dalam membentuk perkembangan ekonomi, tidak hanya dengan langsung mempengaruhi indikator agregat, tetapi juga dengan mempengaruhi biaya operasional dan pendapatan perusahaan. Ketika pasar saham dalam keadaan efisien, pergerakan harga minyak mentah akan mempengaruhi arus kas dan nilai pasar perusahaan secara negatif, menyebabkan penurunan langsung dalam pengembalian pasar saham secara keseluruhan. Pertanyaan penelitian yang muncul adalah bagaimana pergerakan harga ini akan mempengaruhi return pasar saham untuk sektor pertambangan dan sektor industri di Bursa Efek Indonesia.. Banyak analis telah memprediksi bahwa berkaitan dengan kondisi ketidakstabilan pergerakan harga minyak dalam beberapa tahun terakhir, pergerakan return pasar saham juga akan terpengaruh. Hal tersebut sesuai apabila dikaitkan dengan yang terjadi di Indonesia mengenai kebijakan harga BBM yang fluktuatif mengikuti harga minyak dunia. Dengan kebijakan yang tergolong baru bagi kegiatan ekonomi Indonesia yang pada sebelumnya harga BBM di dalam negeri disubsidi oleh pemerintah, maka dapat diteliti perbandingan efek sebelum dan sesudah kebijakan harga BBM fluktuatif dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah pergerakan harga minyak berdampak pada return pasar saham Indonesia dengan menggunakan data harian selama 2 periode yaitu Oktober 2013

15 4 hingga Oktober 2014 ketika harga BBM masih disubsidi pemerintah dan November 2014 sampai November 2015 saat kebijakan fluktuasi harga BBM dilakukan. Selain itu, juga ditujukan untuk melihat dampak dari pergerakan harga minyak di sektor masing-masing industri di Indonesia pasca kebijakan fluktuasi harga BBM. Sektorsektor tersebut mencakup konsumsi, industri dasar, pertambangan, dan aneka industri. Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi bagi investor pasar modal dapat menjadikan penelitian ini sebagai sumber informasi bagi pelaku pasar saham dalam mengambil keputusan investasi dan menjadi bahan acuan yang diharapkan memberi gambaran mengenai hubungan kausalitas antara variabel makro yang dalam penelitian ini adalah harga minyak dunia dengan pergerakan harga saham. KAJIAN LITERATUR Konsep Efficient-market Hypothesis Konsep efficient-market hypothesis pertama kali dikemukakan dan dipopulerkan oleh Fama (1970). Dalam konteks ini yang dimaksud dengan pasar adalah pasar modal (capital market) dan pasar uang. Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal return), setelah disesuaikan dengan risiko, dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada. Artinya, hargaharga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada atau stock prices reflect all available information. Ekspresi yang lain menyebutkan bahwa dalam pasar yang efisien harga-harga asset atau sekuritas secara cepat dan utuh mencerminkan informasi yang tersedia tentang aset atau sekuritas tersebut. Dalam

16 5 mempelajari konsep pasar efisien, perhatian kita akan diarahkan pada sejauh mana dan seberapa cepat informasi tersebut dapat mempengaruhi pasar yang tercermin dalam perubahan harga sekuritas. Dalam hal ini Haugen (2001) membagi kelompok informasi menjadi tiga, yaitu (1) informasi harga saham masa lalu (information in past stock prices), (2) semua informasi publik (all public information), dan (3) semua informasi yang ada termasuk informasi orang dalam (all available information including inside or private information). Masing-masing kelompok informasi tersebut mencerminkan sejauh mana tingkat efisiensi suatu pasar. Menurut Fama (1970) bentuk efisien pasar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yang dikenal sebagai hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis). Ketiga bentuk efisien pasar dimaksud adalah: (1) hipotesis pasar efisien bentuk lemah (weak form of the efficient market hypothesis), (2) hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat (semistrong form of the efficient market hypothesis), dan hipotesis pasar efisien bentuk kuat (strong form of the efficient market hypothesis). Masing-masing bentuk pasar efisien tersebut terkait erat dengan sajauh mana penyerapan informasi terjadi di pasar. Penelitian ini digolongkan dalam hipotesis bentuk setengah kuat karena harga saham mencerminkan tidak hanya informasi mengenai harga saham di masa lalu tetapi juga semua informasi umum yang tersedia yang relevan bagi perusahaan. Dengan kata lain harga saham akan secara cepat menyesuaikan diri untuk merefleksikan adanya informasi baru yang tersedia untuk umum. Jadi seorang investor baru melakukan tindakan setelah suatu informasi baru dikeluarkan untuk umum dan tidak dapat mengharapkan laba yang abnormal atas tindakannya karena harga saham sudah mencerminkan pengaruh dari informasi baru tersebut.

17 6 Berdasarkan hipotesis ini, akan masuk akal untuk perusahaan di mana minyak adalah input atau output, pasar saham akan cepat menyerap informasi baru dari perubahan harga minyak. Hubungan fluktuasi harga minyak dan pasar modal Sriwardani (2009) berpendapat ada beberapa faktor faktor yang menyebabkan pergerakan harga minyak mentah dunia, sebagai berikut: 1) Kekhawatiran akan berkurangnya suplai di pasaran akibat turunnya kapasitas produksi; minyak merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbarui, karenanya jumlah cadangan minyak dunia akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya penggunaan minyak tersebut, 2) penutupan atau perbaikan kilang minyak (refineries), 3) faktor cuaca (badai); bencana yang dialami negara produsen minyak sangat mempengaruhi stok di pasar; bencana alam dapat menyebabkan kerusakan pada instalasi produksi minyak, 4) faktor geopolik terutama yang terjadi di wilayah produsen; 5) faktor melonjaknya permintaan dari negara emerging market terutama China dan India, serta meningkatnya aksi spekulatif di pasar komoditi. Cunado & Gracia (2004) mempelajari dampak dari variabel-variabel ekonomi makro pada aktivitas ekonomi di negara-negara Asia. Mereka berpendapat bahwa setelah Perang Dunia II terjadi peningkatan tajam untuk produk-produk energi. Kenaikan harga minyak pada saat konsumsi sedang menurun akan menyebabkan penurunan permintaan minyak. Ketika permintaan menurun, ekspor juga akan menurun dan akan mengakibatkan penurunan kegiatan ekonomi. Efek lainnya adalah harga yang lebih tinggi akan

18 7 menyebabkan biaya produksi lebih tinggi dan output potensial negara pengimpor menurun. Selama tiga dekade terakhir, para peneliti menyelidiki secara signifikan terjadinya inflasi harga minyak, fluktuasi ekonomi dan produktivitas secara keseluruhan akan berdampak pada perusahaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ketika harga minyak diukur dalam mata uang domestik dampaknya lebih tinggi karena faktor nilai tukar dan variabel ekonomi makro lainnya. Dalam jangka pendek, uji Granger menemukan bahwa perubahan harga minyak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jepang, Korea Selatan dan Thailand. Harga minyak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap inflasi di semua negara yang dianalisis. Namun, Malaysia menunjukkan hubungan yang kurang signifikan dibandingkan negara-negara Asia lainnya, hal ini disebabkan karena Malaysia merupakan negara pengekspor minyak. International Monetary Fund (2000) menyatakan bahwa perubahan harga minyak dunia akan mempengaruhi kegiatan ekonomi, pendapatan perusahaan, inflasi dan kebijakan moneter yang juga memiliki implikasi untuk harga saham perusahaan dan dengan demikian juga dengan pasar keuangan. Berikut ini akan diberikan pengenalan singkat dengan hipotesis pasar yang efisien dan hubungan antara pergerakan harga minyak dan pasar saham. Ada beberapa perspektif yang berbeda di mana sebuah pergerakan harga minyak dapat mempengaruhi harga saham. Dilihat dari perspektif ekonomi mikro, yang paling jelas adalah kenyataan bahwa banyak perusahaan, minyak merupakan sumber daya penting dan input penting dalam produksi barang. Maka dari itu perubahan harga minyak tentu akan berdampak pada biaya. Perubahan biaya diperkirakan akan berdampak lebih jauh terhadap harga saham. Teori ekonomi dan peneliti di masa lalu menemukan bahwa ada hubungan antara harga minyak dan pasar saham dimana pergerakan

19 8 harga minyak akan mempengaruhi ekonomi makro dan akhirnya berimbas pada tingkat return ekuitas. Hal ini dikarenakan, pergerakan harga minyak sangat mempengaruhi output riil dan dengan demikian memiliki efek buruk pada keuntungan perusahaan dimana minyak digunakan sebagai input. Jones (2004) menyatakan: Ideally, stock values reflect the market's best estimate of the future profitability of firms, so the effect of oil price shocks on the stock market is a meaningful and useful measure of their economic impact. Since asset prices are the present discounted value of the future net earnings of firms, both the current and expected future impacts of an oil price shock should be absorbed fairly quickly into stock prices and returns without having to wait for those impacts to actually occur. Seperti barang dan jasa, teori permintaan dan penawaran juga berlaku untuk harga minyak dunia. Jika terjadi surplus permintaan untuk minyak akan menyebabkan harga minyak menjadi lebih tinggi. Dengan demikian akan muncul dua skenario, konsumen pertama berusaha untuk menemukan energi alternatif yang lebih murah, dan skenario kedua, biaya perusahaan non-minyak akan meningkat dan ini meningkatkan resiko dan ketidakpastian yang akan berpengaruh negatif terhadap harga saham dan mengurangi modal dan investasi perusahaan. Hubungan fluktuasi harga minyak dunia di pasar modal negara berkembang Basher & Sadorsky (2006) melakukan penelitian tentang hubungan risiko harga minyak dengan pasar saham di negara berkembang. Mereka melakukan penelitian dengan penekanan pada sikap negara berkembang yang sedang menuju industrialisasi dengan pesat. Pemilihan negara berkembang juga keputusan yang rasional dan didasarkan pada kenyataan bahwa ekonomi di negara maju yang

20 9 hemat energi dan mereka memiliki konsumsi rendah untuk produk minyak. Di sisi lain, negara-negara berkembang cenderung menggunakan lebih banyak minyak dan lebih banyak produk minyak untuk mendukung industri mereka. Maka dari itulah alasan pasar saham mereka menjadi sasaran risiko harga minyak yang tinggi. Untuk tujuan penilaian, mereka mengembangkan sebuah model regresi berganda. Data yang dikumpulkan didapat dari 2 sumber berbeda yaitu Morgan Stanley World Index untuk data yang terkait dengan return saham dan untuk data return minyak berjangka didapat dari West Texas Intermediate (WTI). Semua data diambil setiap hari dan telah dikumpulkan di 21 negara berkembang. Temuan penelitian jelas menyebutkan adanya hubungan positif dari dampak risiko harga minyak pada tingkat return pasar saham di negara berkembang. Nandha & Hammoudeh (2006) mempelajari hubungan risiko beta dengan return dari pasar saham dengan harga minyak dunia di 15 negara Asia Pasifik. Dasar pemikiran di balik studi ini adalah permintaan minyak di negara-negara tersebut meningkat secara signifikan dan telah dilaporkan bahwa peningkatan permintaan minyak dari kawasan Asia Pasifik lebih besar daripada peningkatan permintaan dunia pada tahun 2004 dan beberapa dari 15 negara Asia tersebut adalah pemain terbaik di pasar saham di tahun 1990-an. Mujahid, Ahmed, & Mustafa (2007) melakukan studi untuk menyelidiki ketidakstabilan pasar saham karena fluktuasi harga minyak. Mereka membatasi ruang lingkup studi mereka hanya untuk pasar saham Pakistan. Alasannya adalah bahwa fluktuasi harga minyak dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan yang signifikan bagi nilai perusahaan-perusahaan minyak yang berpengaruh secara langsung terhadap biaya produksi mereka. Salah satu perubahan penting dalam model di studi ini adalah penambahan volume perdagangan harian di Bursa Efek Karachi sebagai variabel

21 10 proxy. Harga minyak diambil sebagai variabel independen sedangkan return saham digunakan sebagai variabel dependen. Studi ini menyimpulkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara harga minyak dan tingkat pengembalian saham. Mereka berpendapat bahwa harga Liquefied Petroleum Gas (LPG) lebih mempunyai pengaruh terhadap return di bursa saham daripada fluktuasi harga minyak. Peran dan Kebijakan Migas di Indonesia Di Indonesia, energi minyak dan gas masih menjadi andalan utama perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun pemasok kebutuhan energi dalam negeri. Pembangunan prasarana dan industri yang sedang giat-giatnya dilakukan di Indonesia, membuat pertumbuhan konsumsi energi rata-rata mencapai 7% dalam 10 tahun terakhir. Sementara itu, konsumsi minyak bumi (BBM) di dalam negeri sudah melebihi kapasitas produksi. Dalam beberapa tahun belakangan ini penyediaan BBM dalam negeri tidak dapat seluruhnya dipenuhi oleh kilang minyak domestik, hampir 20%-30% kebutuhan minyak bumi dalam negeri sudah harus diimpor dari luar negeri (Biro Riset LM FE UI, 2010). Kebutuhan impor minyak bumi ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat dan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri yang diharapkan semakin membaik ditahun-tahun mendatang. Pada bulan Oktober 2005, pemerintah Indonesia memutuskan untuk menghapus subsidi minyak dalam negeri untuk konsumsi industri. Selanjutnya pada Januari 2015, Presiden Joko Widodo resmi menghapus subsidi BBM untuk jenis premium, dan untuk bahan bakar solar ditetapkan subsidi tetap sebesar Rp Perhitungan harga akan menggunakan rumus yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan mengacu pada harga minyak dunia, kurs Rupiah terhadap Dolar AS, serta faktor inflasi. (Gumelar, 2015). Akibatnya,

22 11 kinerja industri khususnya pada profit perusahaan menjadi lebih rentan terhadap kenaikan harga minyak dunia. PENGEMBANGAN HIPOTESIS Sebuah studi oleh Nandha & Faff (2008) menganalisis 35 indeks industri global untuk periode antara tahun 1983 sampai Temuan mereka menunjukkan bahwa harga minyak memiliki dampak negatif pada pengembalian ekuitas untuk semua industri kecuali pertambangan, serta industri minyak dan gas. Faff dan Brailsford (1999) mendapatkan dampak negatif yang sama dari pergerakan harga minyak pada industri seperti kertas dan pengemasan, bank dan transportasi. Dibalik itu, sektor keuangan mempunyai kinerja yang lebih stabil dan kurang terpengaruh dengan fluktuasi harga minyak yang tinggi. Meskipun literatur di atas menunjukkan bahwa harga minyak yang tinggi umumnya adalah berita buruk bagi nilai indeks di sebagian besar sektor, namun hal yang sama tidak berlaku untuk industri minyak di mana minyak merupakan output produksi. Oleh karena itu yang akan membuat perbedaan besar adalah apakah minyak sebagai output atau input dalam sebuah perusahaan. Sebuah studi oleh El- Sharif (2005) meneliti hubungan antara harga minyak mentah dengan harga saham di industri minyak dan gas di Inggris. Bukti mereka menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kedua faktor, dan seringkali signifikan dan mencerminkan dampak langsung dari gejolak harga minyak pada harga ekuitas. Penelitian lain yang dilakukan oleh Huang, Masulis dan Stoll (1996), Faff dan Brailsford (1999), Nandha dan Faff (2008), Cong (2008), dan Mohanty, Nandha, & Bota (2010) pun mencapai kesimpulan yang sama pada hubungan antara harga minyak dan industri minyak dan gas untuk beberapa negara yang berbeda. Hal tersebut disebabkan perusahaan

23 12 menggunakan minyak sebagai output produksi, pergerakan terhadap harga minyak mentah dunia akan berimbas pada meningkatnya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kemampuan dalam memberikan dividen. Peningkatan kemampuan menghasilkan laba dan membagikan dividen akan membuat minat investor menjadi tinggi, dan akan cenderung untuk membeli saham sehingga harga saham menjadi naik. Kenaikan harga saham akan meningkatkan return yang diperoleh oleh investor. Maka dari itu dirumuskan hipotesis pertama yaitu: Hipotesis 1: Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap nilai indeks di sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Hamilton (1983), Gisser & Goodwin (1986), Sadorsky (1999), Gjerde dan Sættem (1999), Ciner (2001), dan Park dan Ratti (2008) meneliti dampak dari pergerakan harga minyak terhadap pasar saham di berbagai negara. Hasilnya menunjukkan bahwa ketidakstabilan harga minyak memiliki dampak signifikan secara statistik pada pasar saham, terutama bagi perusahaan yang termasuk golongan industri. Hal ini dikarenakan perusahaan menggunakan minyak sebagai input energi bahan bakar, pergerakan terhadap harga minyak mentah dunia akan membuat harga bahan bakar pendukung produksi menjadi naik dan memberikan pengaruh terhadap meningkatnya biaya produksi dan berimbas pada menurunnya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kemampuan dalam memberikan dividen. Penurunan kemampuan menghasilkan laba dan membagikan dividen akan membuat minat investor menjadi rendah, dan investor perusahaan yang bersangkutan akan cenderung untuk menjual sahamnya sehingga harga saham turun. Penurunan harga saham akan menurunkan return yang diperoleh oleh investor. Di Bursa Efek Indonesia ada tiga sektor yang termasuk sebagai golongan industri, yakni sektor Industri Dasar, Aneka Industri, dan Industri Barang

24 13 Konsumsi. Maka dari itu dirumuskan hipotesis sebagai berikut, pergerakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap nilai indeks di golongan sektor industri di Bursa Efek Indonesia. Untuk memaparkan lebih jelas dampak pergerakan harga minyak dunia terhadap nilai indeks per sektor yang termasuk golongan industri, dirumuskan 3 sub-hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 2a: Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap nilai indeks di sektor Industri Dasar di Bursa Efek Indonesia. Hipotesis 2b: Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap nilai indeks di sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia. Hipotesis 2c: Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap nilai indeks di sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian ini menggunakan data harga minyak WTI harian dan penutupan indeks harian di 4 indeks saham sektoral di Bursa Efek Indonesia yaitu Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, dan Industri Barang Konsumsi selama 1 tahun sebelum adanya penghapusan subsidi untuk harga BBM dari Oktober 2013 sampai Oktober 2014 dan 1 tahun pasca berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM mengikuti harga pasar dari November 2014 hingga November Data sekunder tersebut diperoleh dari informasi yang tersedia di website untuk indeks saham sektoral di Bursa Efek Indonesia serta website US Energy Administration ( untuk harga minyak WTI.

25 14 Untuk untuk menghindari adanya confounding effect atau tercampurnya informasi dari suatu peristiwa dengan peristiwa lain, penelitian ini menggunakan metode event study dengan menghapus beberapa data saat peristiwa yang tidak mempunyai kaitan dengan harga minyak dunia terjadi dan mempunyai pengaruh langsung pada nilai saham di Bursa Efek Indonesia. Menurut MacKmlay (1997), event study merupakan salah satu metodologi penelitian yang menggunakan data-data pasar keuangan untuk mengukur dampak dari suatu kejadian yang spesifik terhadap nilai perusahaan, biasanya tercermin dari harga saham dan volume transaksinya. Penerapan event study banyak digunakan dalam penelitian di bidang keuangan dengan variasi kejadian yang sangat luas, seperti merger & akuisisi, pengumuman earnings, pengumuman variabel ekonomi makro seperti defisit perdagangan dan lain-lain. Untuk melakukan event study, hampir seluruh literatur yang ada menyebutkan kesamaan langkah-langkah yang harus ditempuh, menurut MacKinlay (1997) terdiri dari beberapa tahap, yaitu mendefinisikan kejadian yang diamati, yaitu berupa informasi baru yang tersedia di pasar. Mengidentifikasi kumpulan perusahaan yang mengalami kejadian tersebut dan mengidentifikasi tanggal kejadian (event dates); dengan perkataan lain pada tahap ini melakukan kriteria seleksi untuk memasukkan suatu pemisahan apakah termasuk di dalam sampel penelitian. Memilih sebuah event window yang cocok dan justifikasi jaraknya, apabila melebihi dua hari. Dalam hal ini berarti mengidentifikasi periode dimana harga-harga saham perusahaan yang terlibat dengan kejadian tersebut dapat diuji. Rangkaian waktu (timeline) untuk sebuah event study dapat dilihat

26 15 pada Gambar 1. Tahap selanjutnya adalah mengeliminasi atau menyesuaikan perusahaan-perusahaan yang mengalami kejadian lain yang relevan selama event window. Gambar 1: Rangkaian waktu event study Periode data yang digunakan berkisar antara Oktober 2013 hingga November 2015, dengan hamparan sebagai berikut: untuk data sebelum berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM mengikuti harga pasar berkisar selama 12 bulan setelah Oktober 2013; data untuk periode setelah berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM mengikuti harga pasar terhitung selama 12 bulan sebelum November Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan melihat grafik histogram dari masing-masing kelompok data yang dapat dilihat pada gambar 2 dan 3.

27 16 Gambar 2: Grafik Histogram pergerakan perubahan harga Minyak WTI antara Oktober 2013 sampai Oktober 2014

28 17 Gambar 3: Grafik Histogram pergerakan perubahan harga Minyak WTI antara November 2014 sampai November 2015 Distribusi normal adalah salah satu distribusi teoretis dari variabel random kontinu, merupakan distribusi yang simetris dan berbentuk genta atau lonceng. Pada bentuk tersebut ditunjukkan hubungan ordinat pada rata-rata dengan berbagai ordinat pada berbagai jarak simpangan baku yang diukur dari rata-rata. Beberapa bagian luas dibawah kurva untuk distribusi normal umum dengan rata-rata μ dan simpangan baku σ tertentu, dapat ditentukan. Dapat dilihat kedua histogram yang ditunjukan gambar 3 dan 4 memiliki distribusi normal maka dapat diterjemahkan sebagai berikut: 1) kira-kira 68,27% dari kasus ada dalam daerah satu simpangan baku sekitar rata-rata, yaitu antara μ σ dan μ+σ; 2) kira-kira 95,45% dari kasus ada dalam daerah satu simpangan baku sekitar rata-rata, yaitu antara μ 2σ dan μ+2σ;

29 18 3) kira-kira 99,73% dari kasus ada dalam daerah satu simpangan baku sekitar rata-rata, yaitu antara μ 3σ dan μ+3σ. Selanjutnya, data yang berada di luar batasan gejolak yaitu μ σ dan μ+σ, dapat digunakan dalam penelitian ini. Pengolahan data dikelompokan dari dua kali standar deviasi hingga tiga kali standar deviasi, guna membandingkan besarnya pengaruh perubahan fluktuasi harga minyak WTI juga memberikan pengaruh yang besar terhadap nilai indeks masing-masing sektor. Tabel 1: Jumlah data yang diolah sebelum dan sesudah kebijakan Jumlah data yang diolah sebelum kebijakan setelah kebijakan μ 3σ μ 2σ μ 3σ μ 2σ dan dan dan dan μ+2σ μ+3σ μ+2σ μ+3σ Jumlah (dalam hari) Peristiwa diluar fluktuasi harga minyak dunia yang berpengaruh langsung pada nilai saham (dalam hari) Jumlah yang diolah (dalam hari) Sumber: Data Diolah (2015) Jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 295, yang terdiri dari 110 data sebelum berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM mengikuti harga pasar setelah beberapa data saat peristiwa yang tidak mempunyai kaitan dengan harga minyak dunia terjadi dan mempunyai pengaruh langsung pada nilai saham di Bursa Efek Indonesia, seperti peristiwa banjir Jakarta dengan membuang 2 hari, pemilihan umum presiden, serta Kebijakan The Federal Reverse melanjutkan program pengurangan stimulus (tappering off) dan rencana menaikkan suku bunga acuan (Fed Rate) masing-masing dengan membuang 1 hari; dan 185 data pasca berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM mengikuti harga pasar dengan membuang

30 19 peristiwa isu reshuflle kabinet, rencana buyback saham dengan mengeleminasi 2 hari, dan rencana The Federal Reverse akan menaikkan suku bunga acuan yang mempunyai dampak langsung pada nilai saham di Bursa Efek Indonesia. Masing-masing data dari 110 data sebelum berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM mengikuti harga pasar terdiri dari 22 data untuk harga minyak WTI, 22 Pertambangan, 22 Industri Dasar, Aneka Industri, dan 22 Industri Barang Konsumsi. Selanjutnya untuk 185 data pasca berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM mengikuti harga pasar masing-masing terdiri dari 37 data harga minyak WTI, 37 data Pertambangan, 37 data Industri Dasar, 37 data Aneka Industri, dan 37 data untuk Industri Barang Konsumsi. Berikut adalah data peristiwa yang tidak mempunyai kaitan dengan harga minyak dunia dan mempunyai pengaruh langsung pada nilai saham di Bursa Efek Indonesia. Tabel 2: Peristiwa yang tidak mempunyai kaitan dengan harga minyak dunia dan mempunyai pengaruh langsung pada nilai saham di Bursa Efek Indonesia Waktu Peristiwa Januari 2014 Banjir Jakarta 10 Juli 2014 Pemilu Presiden Kebijakan The Federal Reverse melanjutkan 11 September program pengurangan stimulus (tappering 2014 off) dan rencana menaikkan suku bunga acuan (Fed Rate). 12 Agustus 2015 Isu reshuflle kabinet 25 Agusuts 2015 Rencana buyback saham The Federal Reverse akan menaikkan suku 29 Oktober 2015 bunga acuan Sumber: Data Diolah (2015)

31 20 Selanjutnya, pengolahan data pada penelitian ini dibantu oleh software EViews 8. Tahapan Pengujian 1. Data saham yang didapat merupakan indeks penutupan harian sektoral, untuk mendapatkan perubahan nilai indeks harian diperlukan pengolahan terlebih dahulu melalui versi sederhana dari rumus lognatural. Hal yang sama pun diterapkan pada data variabel independent yaitu harga minyak mentah harian, guna memperoleh nilai dari perubahan harga minyak harian dilakukan perhitungan melalui rumus yang serupa dengan perhitungan return saham. 2. Setelah mendapatkan perubahan nilai indeks harian dan perubahan nilai harga minyak harian dilakukan uji akar unit untuk menguji adanya anggapan bahwa sebuah data time series stasioner. Stasioneritas merupakan salah satu prasyarat penting dalam model ekonometrika untuk data time series. Apabila setelah dilakukan pengujian akar unit, data yang tersedia memiliki sifat tidak stasioner maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji derajat integrasi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui pada derajat integrasi berapa derajat data yang diamati stationer. 3. Pengujian berikutnya adalah uji kointegrasi berguna untuk menyelidiki adanya hubungan antar variabel time series yang stabil dalam jangka panjang. 4. Uji Granger Causality merupakan langkah selanjutnya dalam penelitian ini berguna untuk melihat ada tidaknya hubungan sebab akibat (causalities) antara variabelnya yang dapat dijelaskan oleh nilai-nilai masa lalu.

32 21 5. Apabila data yang tersedia lolos dari 3 uji asumsi diatas, dilakukan analisis Vector Auto Regression (VAR) untuk menganalisis dampak dinamis dari faktor gangguan yang terdapat dalam sistem variabel tersebut. Pengukuran Variabel Variabel dependent yang dianalisis dalam penelitian ini adalah Perubahan nilai indeks sektoral harian, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: dimana: ISit Pit ISit = P it P it 1 P it 1... (1) : Perubahan nilai indeks saham sektor i pada hari ke t : Penutupan indeks sektor i pada hari ke t Pit-1 : Penutupan indeks sektor i pada hari ke t-1 Variabel independent di penelitian ini adalah harga minyak dunia harian yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: POILt = WTI t WTI t 1 WTI t 1... (2) dimana: POILt : Perubahan harga minyak dunia pada hari ke t WTIt : Harga minyak dunia pada hari ke t WTIt-1 : Harga minyak dunia pada hari ke t-1 Tujuan dari regresi ini adalah untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang hubungan antara perubahan harga minyak dan return saham indeks sektoral. Regresi awal dinyatakan sebagai berikut:

33 22 R it = a i + bp OIL t 1 + ε i... (3) dimana: Rit : Perubahan nilai indeks saham sektor i pada hari ke t POILt-1 : Perubahan harga minyak dunia pada hari ke t-1 Uji akar unit (Unit Root Test) Uji akar unit digunakan untuk menguji adanya anggapan bahwa sebuah data time series stasioner. Uji yang biasa digunakan adalah uji Dickey Fuller. Uji lain yang serupa yaitu Uji Phillips Perron. Keduanya mengindikasikan keberadaan akar unit sebagai hipotesis nol. Perlu diketahui bahwa data yang dikatakan stasioner adalah data yang bersifat flat, tidak mengandung komponen trend, dengan keragaman yang konstan, serta tidak terdapat fluktuasi periodik. Hipotesis yang digunakan pada pengujian augmented dickey fuller adalah: H0 : ρ = 0 (Terdapat unit roots, data tidak stasioner) H1 : ρ 0 (Tidak terdapat unit roots, data stasioner) Kesimpulan hasil root test diperoleh dengan membandingkan nilai t- hitung dengan t-tabel pada tabel Dickey-Fuller. Uji Kointegrasi Pendekatan kointegrasi berkaitan erat dengan pengujian terhadap kemungkinan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel-variabel ekonomi seperti yang disyaratkan oleh teori ekonomi. Pendekatan kointegrasi dapat pula dipandang sebagai uji teori dan merupakan bagian yang penting dalam perumusan dan estimasi suatu model dinamis.

34 23 Dalam konsep kointegrasi, dua atau lebih variabel runtun waktu stasioner akan terkointegrasi bila kombinasinya juga linier sejalan dengan berjalannya waktu, meskipun bisa terjadi masing-masing variabelnya bersifat tidak stasioner. Bila variabel runtun waktu tersebut terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Uji kointegrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kointegrasi yang dikembangkan oleh Johansen. Uji Johansen menggunakan analisis trace statistic dan nilai kritis pada tingkat kepercayaan α= 5 %. Hipotesis nolnya apabila nilai trace statistic lebih besar dari nilai kritis pada tingkat kepercayaan α= 5 % atau nilai probabilitas lebih kecil dari α= 5 % maka terindikasi kointegrasi. Uji Granger Causality Tujuan dari uji kausalitas menggunakan Granger Causality adalah mendeteksi ada tidaknya hubungan sebab akibat (causalities) antara variabelnya yang dapat dijelaskan oleh nilai-nilai masa lalu. Variabel independent dikatakan granger-causes variabel dependent, apabila variabel independent membantu memprediksi variabel dependent. Maka dari itu rumusan hipotesis dari Granger Causality adalah : H0 : Variabel dependent tidak memiliki Granger cause terhadap variabel independent H1 : Variabel dependent memiliki Granger cause terhadap variabel independent Analisis Vector Auto Regression (VAR) Vector Auto Regression (VAR) biasanya digunakan untuk memproyeksikan sistem variabel-variabel runtut waktu dan untuk menganalisis dampak dinamis dari faktor gangguan yang terdapat

35 24 dalam sistem variabel tersebut. Pada dasarnya Analisis VAR bisa dipadankan dengan suatu model persamaan simultan, oleh karena dalam Analisis VAR kita mempertimbangkan beberapa variabel endogen secara bersama-sama dalam suatu model. Perbedaannya dengan model persamaan simultan biasa adalah bahwa dalam Analisis VAR masing-masing variabel selain diterangkan oleh nilainya di masa lampau, juga dipengaruhi oleh nilai masa lalu dari semua variabel endogen lainnya dalam model yang diamati. Analisis VAR juga merupakan alat analisis yang sangat berguna, baik di dalam memahami adanya hubungan timbal balik (interrelationship) antara variabel-variabel ekonomi, maupun di dalam pembentukan model ekonomi berstruktur. Di samping itu, dalam analisis VAR biasanya tidak ada variabel eksogen dalam model tersebut. Salah satu karakteristik dari proses VAR adalah stabilitasnya. Artinya bahwa prosesnya menghasilkan deret waktu yang stasioner dengan rata-rata yang tidak berubah pada fungsi waktu. HASIL Analisis Deskriptif Penelitian ini meliputi data harga minyak WTI harian dan penutupan indeks harian di 4 indeks saham sektoral di Bursa Efek Indonesia yaitu Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, dan Industri Barang Konsumsi selama 1 tahun sebelum adanya penghapusan subsidi untuk harga BBM dari Oktober 2013 sampai Oktober 2014 dan 1 tahun pasca berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM mengikuti harga pasar dari November 2014 hingga November Deskripsi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1.

36 Tabel 3: Deskripsi Data Penelitian Min Max Mean Std. Deviasi harga minyak WTI -5.81% 2.84% -0.08% 0.99 MING -3.39% 2.77% 0.00% 0.11 Sebelum harga BIND -5.55% 4.20% 0.05% 0.13 Kebijakan saham MISC -5.53% 5.76% 0.04% 0.15 CONS -3.09% 2.66% 0.05% 0.10 harga minyak WTI % 10.31% -0.21% 0.99 MING -3.58% 3.48% -0.19% 0.11 Sesudah harga BIND -7.68% 6.83% -0.09% 0.17 Kebijakan saham MISC -7.24% 8.90% -0.04% 0.19 CONS -3.79% 5.44% 0.00% 0.13 Sumber: Data Diolah (2016) keterangan: MING : Mining Index (sektor Pertambangan) BIND : Basic Industry and Chemicals Index (sektor Industri Dasar) MISC : Miscellaneous Index (sektor Aneka Industri) CONS : Consumer Goods Index (sektor Industri Barang Konsumsi) 25

37 Berdasarkan tabel 1, perubahan harga minyak WTI sebelum berlakunya kebijakan Fluktuasi Harga BBM mengalami penurunan rata-rata sebesar 0.08% dengan nilai maksimum kenaikan sebesar 2.84% dan penurunan terekstrem sebanyak 5.81%. Sedangkan untuk rata-rata data perubahan harga minyak WTI setelah berlakunya kebijakan Fluktuasi Harga BBM mengalami depresiasi sebesar 0.21% dengan nilai kenaikan terbesar 10.31% dan penurunan 10.53%. Pada sektor pertambangan, data perubahan harga saham sebelum berlakunya kebijakan Fluktuasi Harga BBM memiliki rata-rata kenaikan sebesar 0.003%. Sebaliknya, data perubahan harga saham pada sektor pertambangan setelah berlakunya kebijakan Fluktuasi Harga BBM mengalami penurunan rata-rata sebesar 0.19%. Selanjutnya, pada data perubahan harga saham pada ketiga sektor industri yang diteliti sebelum berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM mengalami kenaikan dengan nilai mean masing-masing sebesar 0.05%, 0.04% dan 0.05%. Akan tetapi, rata-rata data perubahan harga saham pada sektor industri dasar dan sektor aneka industri setelah berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM masing-masing mengalami penurunan sebesar 0.09% dan 0.04%. Sedangkan, untuk sektor industri barang konsumsi mengalami kenaikan 0.004%. Pengujian Asumsi 1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Perlu diketahui bahwa data yang dikatakan stasioner adalah data yang bersifat flat, tidak mengandung komponen trend, dengan keragaman yang konstan, serta tidak terdapat fluktuasi periodik. Kesimpulan hasil root test diperoleh dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel pada tabel Dickey-Fuller adalah sebagai berikut: 26

38 27 Tabel 4: Output Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test Panel A: sebelum Kebijakan Nilai t-statistic dan critical Variabel values MING BIND MISC CONS Augmented Dickey-Fuller t-statistic Critical values 5% Panel B: pasca Kebijakan Nilai t-statistic dan critical values Augmented Dickey-Fuller t-statistic Variabel MING BIND MISC CONS Critical values 5% Sumber: Data Diolah (2016) keterangan: MING : Mining Index (sektor Pertambangan) BIND : Basic Industry and Chemicals Index (sektor Industri Dasar) MISC : Miscellaneous Index (sektor Aneka Industri) CONS : Consumer Goods Index (sektor Industri Barang Konsumsi) Dapat dilihat bahwa nilai statistik t-hitung pada tabel 2 Panel A yaitu sebelum kebijakan Fluktuasi Harga BBM mengikuti harga pasar pada sektor pertambangan, sektor industri dasar, sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi lebih kecil daripada nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 5% (-2.87). Hasil output tersebut menunjukkan bahwa data stasioner dan hipotesis null ditolak. Sedangkan berdasarkan hasil output ADF Test Pasca berlakunya Kebijakan Fluktuasi Harga BBM mengikuti harga pasar, nilai t-hitung pada seluruh sektor yang diteliti lebih kecil daripada nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 5% yang artinya data stasioner dan hipotesis null ditolak.

39 28 2. Hasil Panjang Lag Optimal Pendekatan VAR sangat sensitif terhadap jumlah lag data yang digunakan, maka perlu ditentukan jumlah lag yang optimal. Penentuan panjang lag dimanfaatkan untuk mengetahui lamanya periode keterpengaruhan suatu variabel terhadap variabel masa lalunya maupun terhadap variabel endogen lainnya. Pemilihan kriteria menggunakan Schwarz Information Criterion (SIC) mengikuti Reimers (1992) menemukan bahwa SIC berjalan baik dalam pemilihan panjang lag yang optimal. Setelah melakukan trial error terhadap panjang lag, berdasarkan tabel panjang lag optimal dapat dilihat dari Schwarz Information Criterion (SIC) lag yang optimal untuk kedua kelompok data adalah lag pertama. Hal ini berarti estimasi dengan panjang lag sebesar 1 hari akan menghindarkan dari risiko terjadi kesalahan spesifikasi model akibat lag terlalu pendek atau pengurangan derajat kebebasan akibat lag terlalu panjang. Tabel 5: Panjang Lag Optimal Lag sebelum Kebijakan pasca Kebijakan * *

40 29 Sumber: Data Diolah (2016) (*) menunjukan panjang lag optimal dan signifikan apabila nilai probability < Uji Kointegrasi Berdasarkan panjang lag diatas, peneliti melakukan uji kointegrasi untuk mengetahui apakah akan terjadi keseimbangan dalam jangka panjang, yaitu terdapat kesamaan pergerakan dan stabilitas hubungan diantara variabel-variabel di dalam penelitian ini atau tidak. Dalam penelitian ini, uji kointegrasi dilakukan dengan menggunakan metode Johansen s Cointegration Test. Berikut ini disajikan tabel hasil uji kointegrasi untuk setiap sektor dengan metode Johansen s Cointegration Test. Tabel 6: Ranking Kointegrasi dari Variabel Minyak WTI dan Keempat Sektor yang Diteliti Variabel Sebelum kebijakan Prob Pasca kebijakan Prob MING BIND MISC CONS Sumber: Data Diolah (2016) keterangan: MING : Mining Index (sektor Pertambangan) BIND : Basic Industry and Chemicals Index (sektor Industri Dasar) MISC : Miscellaneous Index (sektor Aneka Industri) CONS : Consumer Goods Index (sektor Industri Barang Konsumsi) (*) signifikan apabila nilai probability < 0.05 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas dari data sebelum dan sesudah berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM mengikuti harga pasar lebih kecil dari critical value dengan tingkat

41 30 signifikansi 5%. Hal ini berarti menerima hipotesis nol yang menyatakan bahwa ada kointegrasi. Berdasarkan analisis ekonometrik di atas dapat dilihat bahwa semua variabel dalam penelitian ini menunjukkan kointegrasi pada tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian, dari hasil uji kointegrasi mengindikasikan bahwa di antara nilai indeks di sektor industri dasar, aneka industri, industri barang konsumsi dan pertambangan dengan perubahan harga minyak dunia memiliki hubungan stabilitas atau keseimbangan dan kesamaan pergerakan dalam jangka panjang. Dengan kata lain, dalam setiap periode jangka pendek, seluruh variabel cenderung saling menyesuaikan, untuk mencapai ekuilibrium jangka panjangnya. 4. Uji Granger Causality Hasil Uji Granger Causality untuk menguji arah dan hubungan kausalitas antara perubahan harga minyak WTI dan keempat sektor yang diteliti disajikan dalam tabel 5 berikut: Tabel 7: Uji Kausalitas Granger untuk Keempat Sektor yang Diteliti Null Hypothesis: Sebelum Kebijakan Pasca Kebijakan POIL MING 0.048* 0.028* MING POIL POIL BIND BIND POIL POIL MISC 0.037* 0.038* MISC POIL POIL CONS 0.033* 0.049* CONS POIL Sumber: Data Diolah (2016)

42 31 keterangan: POIL MING MISC CONS : harga minyak WTI : Mining Index (sektor Pertambangan) : Miscellaneous Index (sektor Aneka Industri) : Consumer Goods Index (sektor Industri Barang Konsumsi) (*) signifikan apabila nilai probability < 0.05 Perubahan harga Minyak WTI secara statistik signifikan mempengaruhi nilai indeks sektor pertambangan (MING) karena mempunyai nilai probabilty dan Namun, nilai indeks sektor pertambangan secara statistik tidak signifikan memengaruhi perubahan harga Minyak WTI yang dibuktikan dengan nilai probabilty lebih besar dari 0.05 yaitu dan Dengan demikian, disimpulkan bahwa terjadi kausalitas searah sebelum dan sesudah kebijakan fluktuasi harga BBM antara nilai indeks sektor pertambangan dan perubahan harga Minyak WTI yaitu hanya perubahan harga Minyak WTI yang secara statistik signifikan memengaruhi nilai indeks sektor pertambangan namun tidak berlaku sebaliknya. Fluktuasi harga Minyak WTI secara statistik tidak signifikan mempengaruhi nilai indeks sektor industri dasar (BIND) dan begitu pula sebaliknya nilai indeks sektor industri dasar secara statistik tidak signifikan memengaruhi perubahan harga Minyak WTI baik sebelum dan sesudah kebijakan fluktuasi harga BBM diberlakukan yang dibuktikan dengan nilai probabilty masing-masing lebih besar dari 0.05 yaitu dan sehingga disimpulkan bahwa tidak terjadi kausalitas apapun untuk nilai indeks sektor industri dasar dan perubahan harga Minyak WTI. Oleh karena itu, hipotesis pergerakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap nilai indeks di sektor industri dasar di Bursa Efek Indonesia ditolak. Berdasarkan tabel diatas, perubahan harga Minyak WTI secara statistik signifikan mempengaruhi nilai indeks sektor aneka industri

GONCANGAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP PASAR MODAL INDONESIA KERTAS KERJA

GONCANGAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP PASAR MODAL INDONESIA KERTAS KERJA GONCANGAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP PASAR MODAL INDONESIA Oleh: Christopher Daniel NIM: 212011050 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan

Lebih terperinci

Sumber: Crude Oil Prices and Price Charts, 2013

Sumber: Crude Oil Prices and Price Charts, 2013 PENDAHULUAN Signifikannya kenaikan harga minyak mentah dunia membuat Indonesia yang telah menikmati harga BBM yang relatif murah selama bertahun-tahun harus menyerah pada kenaikan harga yang substansial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, Singapura, dan Malaysia (bisnis.news.viva.co.id). Perkembangan pasar

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, Singapura, dan Malaysia (bisnis.news.viva.co.id). Perkembangan pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan pertumbuhan pasar modal di negara-negara kawasan Asia lainnya, seperti Jepang, Singapura,

Lebih terperinci

S NAU3 Semnas & Call For Paper UPN Veteran 2014

S NAU3 Semnas & Call For Paper UPN Veteran 2014 GONCANGAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP PASAR MODAL INDONESIA Christopher Daniel, Maria Rio Rita Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 Jawa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini pasar modal merupakan instrumen penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Efisiensi Pasar Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2010:219). No one

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sumber Data Keselurahan data yang diterima sebelumnya belum mengindikasikan dinamika perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi tentang rata-rata bersyarat pada Y

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi tentang rata-rata bersyarat pada Y BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari- hari sering dijumpai data time series yang terdiri dari beberapa variabel yang saling terkait yang dinamakan dengan data time series

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Input Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan Foreign Direct Investment ((FDI). Deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbedaan nilai tukar suatu mata uang negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang (Tajul, 2000:129). Kurs merupakan salah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR MIGAS (MINYAK DAN GAS) DI INDONESIA; PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL

PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR MIGAS (MINYAK DAN GAS) DI INDONESIA; PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR MIGAS (MINYAK DAN GAS) DI INDONESIA; PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL OLEH WILIA AGUSTIANI Willia.Agustiani@gmail.com FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Risk Averse Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau resiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah nilai tukar rupiah, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Ekspor impor pertanian menurut subsektor, (juta Ton)

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Ekspor impor pertanian menurut subsektor, (juta Ton) 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Selama periode 2008-2013, kinerja Sektor Pertanian mengalami pertumbuhan positif sebesar 5.89% per tahun. Pada tahun 2012 kontribusi Sektor Pertanian terhadap total PDB Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar modal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar modal merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar modal merupakan sarana bertemunya pihak yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. statistik. Penelitian ini mengukur pengaruh pembalikan modal, defisit neraca

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. statistik. Penelitian ini mengukur pengaruh pembalikan modal, defisit neraca BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, yaitu penelitian yang mengukur suatu variabel, sehingga lebih mudah dipahami secara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account III. METODELOGI PENELITIAN A. Deskripsi Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account sebagai variabel terikat dan nilai tukar, inflasi, PDB, dan aktiva luar negeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Bursa Efek Indonesia bulan Mei Berdasarkan penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Bursa Efek Indonesia bulan Mei Berdasarkan penelitian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Pratama (2011), peneliti menganalisis data yang telah dikumpulkan berupa return dan abnormal return pada sampel saham LQ 45 yang terdaftar di Bursa

Lebih terperinci

ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN

ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN 2003.1 2005.12 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Pada fakultas

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tandelilin, 2010:26). Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8

BAB I PENDAHULUAN. (Tandelilin, 2010:26). Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu tempat bertemunya pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. H 1 : tidak terdapat unit root (data stasioner)

BAB 4 PEMBAHASAN. H 1 : tidak terdapat unit root (data stasioner) BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil estimasi berdasarkan metode penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dan pembahasan analisis hasil estimasi tersebut. Pembahasan dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Dan juga lewat. dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Dan juga lewat. dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam beberapa tahun belakangan ini. Tingginya pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat dijadikan

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini 43 III.METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Data 1. Analisis Bank Indonesia Rate Bank Indonesia rate atau yang disebut dengan suku bunga Bank Indonesia (BI) merupakan kebijakan moneter (keuangan) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang 30 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Laporan Bank Indonesia, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap 37 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split yang Terjadi di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Data penelitian Penelitian interdependensi pasar saham indonesia dengan pasar saham dunia ini menggunakan data sekunder berupa nilai penutupan harian/daily

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi investor. Investasi dapat diartikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran aktif lembaga pasar modal sangat diperlukan dalam membangun perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang strategis dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua data mengenai variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak peneliti dan analis saham menyatakan bahwa, turun-naiknya Indeks Harga Saham di pasar modal ada hubungannya dengan perkembangan ekonomi makro yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus mulai mengkikis cara berpikir bahwa perusahaan berdiri semata-mata hanya

BAB I PENDAHULUAN. harus mulai mengkikis cara berpikir bahwa perusahaan berdiri semata-mata hanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi gejolak ekonomi yang terjadi pada saat ini perusahaan harus mulai mengkikis cara berpikir bahwa perusahaan berdiri semata-mata hanya untuk mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan nilai tukar merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan nilai tukar merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan nilai tukar merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi yang mempengaruhi perusahaan. Kerugian dan kebangkrutan banyak perusahaan dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF VENNY SYAHMER,

RINGKASAN EKSEKUTIF VENNY SYAHMER, RINGKASAN EKSEKUTIF VENNY SYAHMER, 2010. Keterkaitan Nilai Tukar Rupiah Dengan Indeks Saham di Bursa Efek Indonesia. Di bawah bimbingan NOER AZAM ACHSANI dan TRIAS ANDATI. Stabilitas terhadap nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan ekonomi makro merupakan lingkungan yang berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan ekonomi makro merupakan lingkungan yang berpengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan ekonomi makro merupakan lingkungan yang berpengaruh terhadap operasi perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor dalam meramalkan dan memahami kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pasar modal dianggap sebagai sarana pembentuk modal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak

Lebih terperinci

Bab V SIMPULAN DAN SARAN

Bab V SIMPULAN DAN SARAN Bab V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Ringkasan Penelitian ini dilakukan untuk menguji prediksi menggunakan metode ARIMA. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data IHSG penutupan harian IHSG mulai periode

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kelapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Harga dari sekuritas menunjukkan informasi yang penting bagi investor dalam berinvestasi di saham tertentu. Salah satu pengumuman yang dapat mempengaruhi harga dari sekuritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan minyak mentah yang merupakan salah satu input penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan minyak mentah yang merupakan salah satu input penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara dewasa ini seringkali dikaitkan dengan keberadaan atau ketersediaan minyak mentah yang merupakan salah satu input penting dalam proses produksi. Ketersediaan

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci