EVALUASI KEMURNIAN GENETIK DENGAN MARKA MIKROSATELIT DAN APLIKASI RIZOBAKTERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG HIBRIDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KEMURNIAN GENETIK DENGAN MARKA MIKROSATELIT DAN APLIKASI RIZOBAKTERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG HIBRIDA"

Transkripsi

1 EVALUASI KEMURNIAN GENETIK DENGAN MARKA MIKROSATELIT DAN APLIKASI RIZOBAKTERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG HIBRIDA AWALUDIN HIPI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI DAN PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul Evaluasi Kemurnian Genetik dengan Marka Mikrosatelit dan Aplikasi Rizobakteri untuk Meningkatkan Produksi dan Mutu Fisiologis Benih Jagung Hibrida adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014 Awaludin Hipi NIM. A

3 RINGKASAN AWALUDIN HIPI. Evaluasi Kemurnian Genetik dengan Marka Mikrosatelit dan Aplikasi Rizobakteri untuk Meningkatkan Produksi dan Mutu Fisiologis Benih Jagung Hibrida. Dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN (Ketua), SATRIYAS ILYAS (Anggota), GIYANTO (Anggota). Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah melalui penggunaan benih jagung bermutu dari varietas unggul. Upaya untuk memenuhi kebutuhan benih jagung berkualitas tinggi harus terus ditingkatkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pengawasan benih dengan pengembangan dan penerapan metode untuk pengujian kualitas/kemurnian genetik. Hal ini disebabkan pengujian kualitas genetik menggunakan karakter morfologi konvensional memiliki kelemahan yaitu memerlukan lebih banyak waktu (satu siklus hidup tanaman), dan sering sulit dibedakan dari non-hibrida. Marka molekuler dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Di antara berbagai jenis penanda molekuler, SSR atau sering disebut mikrosatelit telah banyak digunakan untuk sidik jari, analisis keragaman genetik, hubungan keluarga, dan sebagai marka penyeleksi. Marka SSR adalah penanda yang sering digunakan dalam studi genetik tanaman jagung. Oleh karena itu diharapkan bahwa SSR dapat digunakan untuk menganalisis kemurnian genetik benih jagung hibrida untuk menentukan tingkat hibriditas dari benih jagung hibrida. Upaya lain yang diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan produktivitas dan mutu fisiologis benih jagung hibrida adalah dengan menggunakan rizobakteri dan pupuk P. Peran mikroba ini adalah untuk meningkatkan ketersediaan nutrisi terutama P dalam tanah. Penggunaan rizobakteri pelarut fosfat, dapat melarutkan fosfat yang sulit larut menjadi bentuk tersedia bagi tanaman. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mendapatkan marka SSR yang spesifik untuk tetua jantan dan betina; 2) mengetahui keefektifan marka SSR dalam uji kemurnian genetik benih jagung hibrida; 3) mendapatkan isolat rizobakteri yang mampu melarutkan fosfat, mampu memproduksi IAA, tidak bersifat patogen terhadap tanaman, dan dapat meningkatkan mutu fisiologis benih tetua betina jagung hibrida; 4) mempelajari pengaruh rizobakteri dan pupuk P dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tetua betina jagung hibrida; 5) mempelajari pengaruh rizobakteri dan pupuk P terhadap pertumbuhan, produktivitas dan mutu fisiologis benih jagung hibrida Penelitian dilakukan dalam empat tahap percobaan: (1) Evaluasi kemurnian genetik benih jagung hibrida menggunakan marka SSR, (2) Karakterisasi rizobakteri dalam memproduksi asam indol asetat (IAA), kemampuan melarutkan fosfat, reaksi hipersensitif, dan meningkatkan kualitas fisiologis benih jagung hibrida, (3) Pengujian keefektifan rizobakteri dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tetua betina jagung hibrida di polybag, dan (4) Pengujian keefektifan rizobakteri dan pupuk P dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas fisiologis benih jagung hibrida di lapang. Hasil percobaan 1, terdapat 3 marka spesifik (phi96100, phi072, dan phi328175) yang dapat digunakan untuk identifikasi kemurnian genetik jagung hibrida Bima-3 dan Bima-4. Marka phi96100 spesifik untuk tetua jantan dan tetua

4 betina hibrida Bima-4 (Mr-14 dan G180), marka phi072 spesifik untuk tetua jantan dan tetua betina Bima-3 (Mr-14 dan Nei9008), dan marka phi spesifik untuk tetua jantan dan tetua betina kedua hibrida Bima-3 dan Bima-4. Berdasarkan uji dengan marka SSR, benih jagung hibrida varietas Bima-3 dan Bima-4 memiliki kemurnian genetik masing-masing 97.5% dan 80%. Marka SSR dapat mendeteksi kemurnian genetik jagung hibrida secara cepat dan akurat, dimana secara morfologi sulit untuk dideteksi. Marka SSR efektif digunakan untuk uji kemurnian genetik benih jagung hibrida. Hasil percobaan kedua, terdapat 23 isolat rizobakteri yang mampu melarutkan fosfat, dan 23 isolat menunjukkan reaksi hipersensitif negatif, 18 isolat mampu memproduksi IAA. Dari hasil karakterisasi tersebut, terpilih rizobakteri untuk digunakan pada pengujian selanjutnya yaitu lima isolat dari jenis Aktinomiset (AB3, ATS4, AB11, AB2 dan ATS5); lima isolat dari jenis Bacillus spp. (B13, B46, B28, B37 dan B42); dan lima isolat dari Pseudomonas kelompok fluorescens (P24, P12, P14, P31 dan P34) yang digunakan untuk pengujian mutu fisiologis benih tetua betina jagung hibrida. Hasil pengujian mutu fisiologis di rumah kaca, didapatkan bahwa isolat B28 dan B46 dapat meningkatkan indeks vigor dan kecepatan tumbuh benih jagung. Isolat B28 mampu meningkatkan daya berkecambah hingga mencapai 80 %. Isolat lain yang berpotensi meningkatkan daya berkecambah yaitu B46, B42, B13, P14, P31, AB2, AB3, AB11, ATS4, dan ATS5. Aplikasi rizobakteri P34 dan P12 tidak berpengaruh terhadap tinggi bibit dan bobot kering bibit, namun dapat meningkatkan panjang akar jagung dibanding kontrol. Berdasarkan hasil karakterisasi dan pengaruh terhadap peningkatan mutu fisiologis benih tetua betina jagung hibrida, terpilih enam isolat rizobakteri dari masing-masing jenis rizobakteri yang dapat digunakan pada percobaan di lapang yaitu AB2, ATS4, B28, P14, dan P31. Isolat B42 terpilih karena memiliki kemampuan memproduksi IAA yang tinggi. Pada percobaan ketiga, didapatkan bahwa pemupukan P belum dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot tongkol dan bobot biji/tongkol. Isolat B42 berpotensi meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun. Isolat rizobakteri B28 berpotensi meningkatkan bobot tongkol dan bobot biji/tongkol. Pada percobaan keempat di lapang didapatkan bahwa pada musim tanam I (musim hujan), pemupukan P 100 kg SP-36 ha -1 dapat meningkatkan produktivitas benih jagung hibrida. Isolat B42, ATS4, dan P31 dapat meningkatkan produktivitas benih jagung. Perlakuan rizobakteri dapat meningkatkan mutu fisiologis benih jagung pada periode simpan empat bulan pada suhu o C dan RH 53 62%, tetapi hanya isolat ATS4 yang dapat meningkatkan mutu benih setelah disimpan selama delapan bulan. Pada musim tanam II (musim kemarau), pemupukan P 100 kg SP-36 ha -1 dapat meningkatkan produktivitas benih jagung hibrida. Isolat ATS4 mampu meningkatkan tinggi tanaman dan produktivitas benih jagung hibrida. Aplikasi rizobakteri yang diikuti dengan pemupukan P 100 kg SP-36 ha -1 dapat meningkatkan rendemen benih hingga 83.8%. Aplikasi rizobakteri dapat mengurangi penggunaan pupuk P 50 % dari dosis rekomendasi. Rizobakteri ATS4 dan pemupukan P 100 kg SP-36 ha -1 terbaik dalam meningkatkan mutu fisiologis benih setelah empat bulan simpan dalam ruangan pada suhu o C dan RH 53 62%. Kata kunci: Aktinomiset, Bacillus spp., galur tetua jagung hibrida, marka SSR, penyimpanan benih, Pseudomonas fluorescens

5 SUMMARY AWALUDIN HIPI. Evaluation of Genetic Purity Using Microsatelite Marker and Application of Rhizobacteria for Increasing Productivity and Physiological Quality of Maize Hybrid Seed. Supervised by MEMEN SURAHMAN (Chair), SATRIYAS ILYAS (Member), GIYANTO (Member). One effort to improve maize production is through the use of high quality maize seed. In order to assure high quality seed, it s genetic quality must be tested. SSR markers often used in genetic studies of maize plants. Therefore SSR can be used to analyze the genetic purity of maize hybrid seed. Another effort to increase productivity and physiological quality of maize hybrid seeds is using rhizobacteria and phosphate fertilizer. The objectives of this research were 1) to determine SSR markers specific for male and female parents, 2) to know the effectiveness of SSR markers for the genetic purity testing of maize hybrid seeds, 3) to find non phytopathogenic rhizobacteria isolates capable of dissolving phosphate, producing IAA, and improving the physiological quality of seed and seedling growth of female parent of maize hybrid, 4) to assess the effect of rhizobacteria and phosphate fertilizers to increase plant growth and yield female parent of maize hybrid, 5) to investigate the effect of rhizobacteria and P fertilizer for increasing productivity and physiological quality of maize hybrid seed. This research consisted of four stages: (1) Selection of SSR primers specific for female and male parents, and testing of genetic purity of hybrid maize seed using SSR markers, (2) Characterization of rhizobacteria in producing IAA, dissolving unsoluble forms of phosphate, non phytopathogenic (hypersensitive reaction test), and improving the physiological quality of maize hybrid seed, (3) Testing the effectiveness of rhizobacteria and phosphate fertilizer on plant growth of female parent in polybag, and (4) Evaluation the effectiveness of rhizobacteria and phosphate fertilizer to increase productivity and the physiological quality of maize hybrid seed in the field. All stages of the research were conducted from April 2011 until December Results of experiment 1 showed that: 1) Out of five markers tested, three markers namely phi96100, phi and phi072 produced polymorphic bands and were able to distinguish parental lines of two maize hybrid varieties. SSR marker phi96100 was specific for detection the genetic purity of cv.bima-4 and phi072 for cv.bima-3. While phi was specific markers to both maize hybrids. The genetic purity of cv.bima-3 and cv. Bima-4 were 97.5% and 80% respectively. Results of experiment 2 showed that from 34 rhizobacteria isolates, consisted of Actinomycetes, Bacillus spp., and Fluorescent pseudomonads, five isolates of each group having characteristic of dissolving phosphate, producing IAA, and non phytopathogenic. B28 and B46 isolates increased growth rate and vigour index of female parent seeds of hybrid maize. AB2, ATS4, B28, P14, and P31 isolates were selected based on the ability to improve the physiological seed quality of female parent and the rhizobacteria B42 based on the highest production of IAA. These isolates were then used in the field experiment.

6 Results of experiment 3 showed that phosphate fertilizer did not effect the plant growth, weight of ear, and weight kernel per ear but rhizobacteria B42 isolate was potential to increase plant growth compared the control and other rhizobacteria. B28 isolate was potential to increase weight of ear, and weight kernel per ear. Results of the field experiment showed that at the first planting season (rainy season), application of 100 kg SP-36 ha -1 increased productivity compared to control. B42, ATS4 and P31 isolates increased number of leaves, leaf area index, and productivity of maize hybrid seeds. Trial the second planting season (dry season) showed that application of 100 kg SP-36 ha -1 increased productivity compared untreated. ATS4 rhizobacteria increased plant heigth and productivity of maize hybrid seed. Application of ATS4 isolate followed by 100 kg SP-36 ha -1 increased the percentage of good quality seeds. Rhizobacteria reduced P fertilizer 50 % from the recomendation dosage. Application of ATS4 isolate and fertilizer P 100 kg SP-36 ha -1 increased physiological quality of harvested seeds after four month storage at o C and % RH. Key words : Actinomycetes, Bacillus spp., Fluorescent pseudomonads, parental lines of maize hybrid, seed storage, SSR marker

7 Hak Cipta milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

8 EVALUASI KEMURNIAN GENETIK DENGAN MARKA MIKROSATELIT DAN APLIKASI RIZOBAKTERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG HIBRIDA AWALUDIN HIPI Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

9 Penguji pada Ujian Tertutup : 1. Dr Ir Abdul Qadir, MS (Staf Pengajar Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen AGH, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor) 2. Dr Ir Henny Purnamawati, MScAgr (Staf Pengajar Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Departemen AGH, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor) Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Prof (R) Dr A. Karim Makarim (Peneliti Puslitbang Tanaman Pangan Badan Litbang Pertanian, Kementrian Pertanian RI) 2. Dr Ir Faiza C. Suwarno (Staf Pengajar Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen AGH, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor)

10 Judul Disertasi Nama NIM : Evaluasi Kemurnian Genetik dengan Marka Mikrosatelit dan Aplikasi Rizobakteri untuk Meningkatkan Produksi dan Mutu Fisiologis Benih Jagung Hibrida : Awaludin Hipi : A Disetujui Komisi Pembimbing Prof Dr Ir Memen Surahman, MScAgr Ketua Prof Dr Ir Satriyas Ilyas, MS Anggota Dr Ir Giyanto, MSi Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih Dekan Sekolah Pascasarjana Dr Ir Endah R Palupi, MSc Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 20 Desember 2013 Tanggal Lulus:

11 Judul Disertasi Nama : Evaluasi Kemurnian Genetik dengan Marka Mikrosatelit dan Aplikasi Rizobakteri untuk Meningkatkan Produksi dan Mutu Fisiologis Benih Jagung Hibrida : Awaludin Hipi NIM : A Disetujui Komisi Pembimbing Prof Dr Ir Memen Surahman, MScAgr Ketua ProfDr lr Satriyas Ilyas, MS Anggota Dr lr Giyanto, MSi Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih ""'M'l'ttMi'J:(I~~l Pascasrujana Ir Endah R Palupi, MSc Tanggal Ujian: 20 Desember 2013 Tanggal Lulus: 1 6 JA N 2014

12 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2011 sampai Desember 2012 ini adalah Evaluasi Kemurnian Genetik Benih Jagung Hibrida dengan Marka Mikrosatelit dan Aplikasi Rizobakteri untuk Meningkatkan Produksi dan Mutu Fisiologis Benih Jagung Hibrida. Tema ini memberikan penekanan terhadap pengembangan metode uji kemurnian genetik, peningkatan produktivitas dan mutu fisiologis benih jagung hibrida. Dalam rentang waktu perkuliahan hingga penyelesaian akhir Disertasi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan dukungan dari semua pihak. Olehnya dengan hati yang tulus penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Prof Dr Ir Memen Surahman, MScAgr selaku ketua komisi pembimbing, Prof Dr Ir Satriyas Ilyas, MS dan Dr Ir Giyanto,MSi selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan saran, koreksi, petuah, dan kesabaran selama membimbing penulis sejak penyusunan rencana penelitian hingga selesainya disertasi ini. 2. Dr Ir Heni Purnamawati, MScAgr dan Dr Ir Abdul Qadir, MS selaku penguji pada ujian tertutup, Prof (R) Dr A. Karim Makarim dan Dr Ir Faiza C. Suwarno selaku penguji pada ujian terbuka, serta Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc selaku Ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih, atas saran dan koreksinya untuk perbaikan disertasi ini. 3. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian RI atas kesempatan melanjutkan studi ini, bantuan Beasiswa dan dana penelitian melalui kerjasama program Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi (KKP 3 T). Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (BBP 2 TP) dan Kepala Balai Pengkajian teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat, atas arahan dan kerjasamanya. 4. Bapak Rektor IPB, Dekan dan Sekretaris Dekan serta Dosen SPs IPB, atas pembinaan, dan pelayanannya selama studi. Demikian pula kepada Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Pertanian IPB, Ketua dan Sekretaris Departemen AGH serta Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih beserta staf yang telah banyak membantu penulis selama studi. 5. Kepala Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor dan kepala laboratorium molekuler atas izin penggunaan laboratorium. Bapak Ir Ahmad Dadang atas bantuannya mendampingi selama penelitian di laboratorium molekuler. Pimpinan dan staf University Farm IPB, pimpinan dan staf Balai Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan Nusa Tenggara Barat, atas bantuan dan kerjasamanya. 6. Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros, Sulawesi Selatan, terutama kepada Dr. Andi Takdir Makkulawu, atas saran dan bantuan benih yang digunakan dalam penelitian ini. 7. Orangtua yang telah membesarkan dan merawat dengan kasih sayangnya yang tiada batas. Isteri (Baiq Tri Ratna Erawati, SP, MSc) dan anak-anak tercinta (Ratna Tanzilla Ch. Hipi dan Tiara W. Rahmawati Hipi), serta seluruh keluarga, atas doa, pengorbanan dan kesabarannya.

13 8. Rekan-rekan yang telah membantu penelitian di laboratorium Bakteriologi Departemen Proteksi Tanaman IPB, di laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, dan di Leuwikopo, atas bantuan dan dukungannya. Buat Candra Budiman,SP, MSi, Ir Tjipto R. Basoeki, MS, Drs Jekvy Hendra, MSi, dan Dr Agustiansyah, atas dukungan dan bantuannya. 9. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Badan Litbang Pertanian di IPB, atas informasi, kerjasama, dan persahabatan yang terjalin selama studi. Demikian pula rekan-rekan mahasiswa pascasarjana Departemen AGH dan khususnya rekan-rekan Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih, atas bantuan, dukungan dan kebersamaannya. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya. Bogor, Januari 2014 Awaludin Hipi

14 DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN DAFTAR ISI Halaman xiv xv xvi Latar belakang 1 Perumusan masalah 3 Tujuan penelitian 4 Manfaat penelitian 4 Alur penelitian 5 TINJAUAN PUSTAKA Varietas Jagung Hibrida 6 Marka Simple Sequence Repeats (SSR) dan Penggunannya 7 Rizobakteri dan Pupuk Fosfat Untuk Meningkatkan Pertumbuhan 8 dan Produksi tanaman serta Mutu Fisiologis Benih EVALUASI KEMURNIAN GENETIK BENIH JAGUNG HIBRIDA DENGAN MARKA MIKROSATELIT Abstrak 11 Pendahuluan 12 Bahan dan Metode 13 Hasil dan Pembahasan 15 Kesimpulan 18 KARAKTERISASI RIZOBAKTERI UNTUK MENINGKATKAN MUTU FISIOLOGIS DAN PERTUMBUHAN BIBIT TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA Abstrak 19 Pendahuluan 20 Bahan dan Metode 21 Hasil dan Pembahasan 24 Kesimpulan 29 PENGARUH RIZOBAKTERI DAN PUPUK FOSFAT DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA Abstrak 31 Pendahuluan 32 Bahan dan Metode 32 Hasil dan Pembahasan 33 Kesimpulan 36

15 DAFTAR ISI (lanjutan) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG HIBRIDA DENGAN APLIKASI RIZOBAKTERI DAN PUPUK FOSFAT Halaman Abstrak 37 Pendahuluan 38 Bahan dan Metode 39 Hasil dan Pembahasan 43 Kesimpulan 58 PEMBAHASAN UMUM 58 KESIMPULAN UMUM 63 SARAN 64 DAFTAR PUSTAKA 65 LAMPIRAN 76

16 DAFTAR TABEL Halaman 1 Marka mikrosatelit yang digunakan dalam penelitian 13 2 Deteksi kemurnian genetik benih hibrida Bima-4 berdasarkan marka 16 SSR dan marka morfologi 3 Deteksi kemurnian genetik benih hibrida Bima-3 berdasarkan marka 17 SSR dan marka morfologi 4 Karakter morfologi hibrida Bima-3 dan Bima-4 pada pengujian lapang 18 Cikabayan. Bogor 5 Isolat rizobakteri yang digunakan dalam penelitian 21 6 Reaksi hipersensitif dan kemampuan melarutkan fosfat dari isolat 26 rizobakteri 7 Pengaruh aplikasi isolat rizobakteri terhadap tinggi tanaman, panjang 29 akar, dan bobot kering bibit jagung pada umur 4 MST 8 Pengaruh aplikasi pupuk P terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun 34 9 Pengaruh aplikasi rizobakteri terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun Pengaruh aplikasi pupuk P terhadap bobot tongkol dan bobot 35 biji/tongkol 11 Pengaruh aplikasi rizobakteri terhadap bobot tongkol dan bobot 36 biji/tongkol 12 Pengaruh aplikasi pupuk P terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun Pengaruh aplikasi rizobakteri terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun Pengaruh pemupukan P dan aplikasi rizobakteri terhadap indeks luas 45 daun (ILD) 15 Pengaruh aplikasi pupuk P terhadap kehijauan daun Pengaruh aplikasi rizobakteri terhadap kehijauan daun Pengaruh aplikasi pupuk P dan rizobakteri terhadap bobot tongkol Pengaruh aplikasi pupuk P dan rizobakteri terhadap rendemen benih Pengaruh aplikasi pupuk P dan rizobakteri terhadap produktivitas Pengaruh aplikasi pupuk P terhadap mutu fisiologis benih jagung 49 hibrida Bima-3 yang disimpan selama 4 dan 8 bulan 21 Pengaruh aplikasi rizobakteri terhadap mutu fisiologis benih jagung 50 hibrida Bima-3 yang disimpan selama 4 dan 8 bulan 22 Pengaruh aplikasi pupuk P terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun Pengaruh aplikasi rizobakteri terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun Pengaruh rizobakteri dan pupuk P terhadap produktivitas benih Pengaruh rizobakteri dan pupuk P terhadap bobot tongkol Pengaruh rizobakteri dan pupuk P terhadap bobot 1000 butir benih Pengaruh rizobakteri dan pupuk P terhadap kandungan P benih Pengaruh rizobakteri dan pupuk P terhadap rendemen benih Pengaruh aplikasi pupuk P terhadap mutu fisiologis benih jagung 56 hibrida Bima-3 pada beberapa periode simpan 30 Pengaruh aplikasi rizobakteri terhadap mutu fisiologis benih jagung 57 hibrida Bima-3 pada beberapa periode simpan

17 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Bagan alir kegiatan penelitian 5 2. Visualisasi fragmen DNA hasil amplifikasi dengan primer SSR pada 15 tetua jantan dan betina jagung hibrida 3. Visualisasi pola pita DNA dengan marka SSR phi96100 melalui 16 elektroforesis vertikal 6% PAGE pada jagung hibrida Bima-4. 4 Visualisasi pola pita DNA dengan marka SSR phi072 melalui 17 elektroforesis vertikal 6% PAGE pada jagung hibrida Bima-3 5 Pelarutan fosfat oleh isolat rizobakteri 24 6 Reaksi hipersensitif isolat rizobakteri 25 7 Produksi IAA dari isolat Aktinomiset, Bacillus spp, dan 25 Pseudomonas kelompok fluorescens 8 Pengaruh aplikasi rizobakteri terhadap indeks vigor (IV) dan 27 kecepatan tumbuh (K CT ) benih tetua betina jagung hibrida 9 Pengaruh aplikasi rizobakteri terhadap daya berkecambah benih tetua betina jagung hibrida Tata letak tetua jantan dan betina 41

18 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Deskripsi varietas Bima Deskripsi varietas Bima Deskripsi tetua betina jagung hibrida Bima Deskripsi tetua jantan jagung hibrida Bima Hasil analisis tanah. Cikemeuh. Bogor Hasil analisis tanah. Lembar. Lombok Barat Curah hujan, suhu, kelembaban, dan penyinaran selama pelaksanaan penelitian 81

19

20 PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan komoditas unggulan nasional, dan menjadi salah satu dari lima komoditas prioritas yang diprogramkan oleh Kementrian Pertanian. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jagung nasional dan untuk mengurangi impor akibat kurangnya produksi jagung dalam negeri. Produksi jagung pada tahun 2011 dan 2012 ditargetkan sebesar 21.9 dan 24.1 juta ton (Ditjen Tanaman Pangan 2010), namun hanya tercapai 17.6 dan 19.4 juta ton (BPS Indonesia 2012). Untuk memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri, maka pada tahun 2011 pemerintah telah mengimpor sebanyak 3.2 juta ton. Peningkatan permintaan jagung dalam negeri dipicu oleh perkembangan industri pakan ternak (> 55%), pangan (30 %), dan industri lainnya serta untuk benih (Kasryno et al. 2007). Demikian pula dengan meningkatnya krisis energi, maka akan terjadi peningkatan penggunaan jagung sebagai sumber bioetanol. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah dengan mengembangkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada kondisi lingkungan tertentu, seperti varietas hibrida. Purwanto (2007) menyatakan bahwa untuk meningkatkan produktivitas jagung maka perlu diprogramkan penggunaan benih berkualitas dari jenis hibrida dan komposit unggul. Di Indonesia, penggunaan benih hibrida pada tahun 2010 sebesar 54% dari luas tanam jagung, dan pada tahun 2014 diproyeksikan menjadi 75% (+ 60 ribu ton) (Ditjen Tanaman Pangan 2010). Untuk menunjang penggunaan varietas jagung hibrida, diperlukan penyediaan benih yang cukup dan berkualitas prima. Kendala utama dalam memproduksi benih hibrida adalah rendahnya produktivitas, sementara kebutuhan benih lebih besar dibanding yang diproduksi. Selama ini untuk memenuhi kekurangan benih jagung dalam negeri adalah dengan cara melakukan impor. BPS Indonesia (2012) melaporkan bahwa impor benih jagung pada tahun 2012 mencapai 1650 ton atau senilai US$ 5.28 juta. Untuk mendukung peningkatan produksi jagung di Indonesia, sebaiknya benih jagung komersil tingkat nasional diproduksi dalam negeri (Karama 2004). Namun hingga saat ini, sumber daya dan kelembagaan perbenihan jagung dalam negeri belum merupakan usaha yang mumpuni dan berdaya saing handal (Baihaki 2004). Oleh sebab itu, aspek pemahaman ilmu pemuliaan praktis dalam kehidupan pertanian khususnya ilmu menghasilkan benih jagung bermutu oleh petani harus diperluas dan ditingkatkan. Sebelum teknologi benih berkembang, perhatian terhadap kualitas benih difokuskan pada cara mempertahankan dan menentukan kualitas benih. Namun perlu disadari bahwa kualitas benih ditentukan mulai dari proses prapanen. Panen dan pascapanen hanya merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas benih yang telah dicapai. Perbedaan kualitas dari lot benih (sebelum benih disimpan) dapat terjadi karena adanya perbedaan lingkungan pertumbuhan (tingkat kesuburan tanah, iklim, dan cara budidaya), waktu dan cara panen, cara pengeringan, pemipilan, pembersihan, sortasi, pengemasan, dan distribusi. Berkaitan dengan mutu benih, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: (1) teknik produksi benih bermutu; (2) teknik mempertahankan mutu benih yang telah dihasilkan dan pendistribusiannya; dan (3) teknik deteksi

21 2 mutu benih (Saenong et al. 2005). Dalam memproduksi benih, mutu benih yang mencakup mutu genetis, mutu fisiologis, mutu fisik, dan mutu kesehatan benih (Ilyas 2012) mutlak untuk dipenuhi. Untuk mendeteksi mutu genetik benih dari suatu varietas tanaman, dapat dilakukan dengan cara pengamatan morfologi tanaman, atau dengan marka molekuler (DNA). Marka molekuler banyak digunakan untuk mengatasi kesulitan seleksi secara konvensional, membantu mengurangi jumlah populasi dan waktu yang dibutuhkan dalam pemuliaan per siklus seleksi. Kelebihan marka molekuler adalah mampu menyeleksi tanaman pada tahap pembibitan, yang biasanya baru bisa diamati setelah tanaman tumbuh menjadi besar dan kemampuannya menyeleksi sifat yang sangat sulit, yang bila menggunakan seleksi fenotipe membutuhkan waktu relatif panjang (Couch dan Tanskley 1991). Berbeda dengan marka morfologi dan biokimia, marka DNA selain tidak terbatas di dalam jumlah, juga tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan fase perkembangan dari tanaman (Tanksley dan McCouch 1997). Benih yang mengalami segregasi penampilannya secara visual sulit dibedakan dengan aslinya. Dalam pemeriksaan secara visual di lapang, sering terjadi kesalahan-kesalahan ini khususnya untuk jagung karena sifatnya yang menyerbuk silang. Dengan demikian, untuk mengontrol kemurnian varietas dan inbrida pembentuknya dari generasi ke generasi secara cepat dan akurat, maka pemanfaatan alat bantu marka mikrosatelit seperti simple sequence repeat (SSR) sangat dibutuhkan. Simple sequence repeat (SSR) atau biasa disebut mikrosatelit merupakan salah satu dari marka molekuler (DNA) yang banyak digunakan dalam studi genetik. Beberapa pertimbangan penggunaan marka SSR adalah terdistribusi secara melimpah dan merata dalam genom, variabilitasnya sangat tinggi, dan sifatnya yang kodominan. Marka mikrosatelit merupakan alat uji yang memiliki reproduksibilitas dan ketepatan yang sangat tinggi sehingga banyak digunakan dalam membedakan genotipe, evaluasi kemurnian benih, pemetaan gen, sebagai alat bantu seleksi, studi genetik populasi, dan analisis diversitas genetik. Marka SSR telah banyak digunakan pada program pemuliaan tanaman, namun masih sedikit yang menggunakannya untuk mengevaluasi kemurnian genetik suatu varietas terutama varietas-varietas hibrida komersial. Penggunaan marka SSR untuk mendeteksi kemurnian genetik telah dilakukan pada tanaman jagung (Senior et al. 1998; Pabendon et al. 2005), pada tanaman padi (Garland et al. 1999; Yashitola et al. 2002; Mulsanti 2011), dan pada tomat hibrida (Liu et al. 2007). Selain menjaga kemurnian genetik, dalam produksi benih, diupayakan peningkatan produktivitas dan mutu fisiologis benih. Mutu fisiologis benih memiliki pengaruh besar terhadap produksi tanaman. Benih dengan mutu fisiologis tinggi akan menghasilkan tanaman yang sehat dengan sistem perakaran yang berkembang dengan baik, dapat lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, pertumbuhan bibit yang cepat, dan berkorelasi dengan hasil yang tinggi (Harris et al. 2000). Peningkatan produktivitas dan mutu fisiologis benih diantaranya dapat dilakukan dengan pemberian pupuk fosfor (P) dan rizobakteri. Pupuk fosfor sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan sel, memperkuat batang tanaman, pembentukan bunga, buah dan biji. Kandungan P dalam benih sangat diperlukan

22 3 dalam proses metabolisme selama perkecambahan, dan berpengaruh terhadap kandungan ATP, vigor dan viabilitas benih. Benih yang berasal dari induk yang cukup mendapatkan pupuk P, dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang kekurangan unsur P. Pupuk P yang diberikan pada tanaman, hanya sekitar 10 hingga 30% (Jones 1982), 20% (Hagin dan Tucker 1982) yang diserap oleh tanaman dari pupuk yang diberikan, dan selebihnya tersimpan dalam tanah sebagai residu. Pupuk P yang diberikan, mengalami proses pengikatan atau fiksasi dalam tanah sehingga sukar larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Penggunaan bakteri perlarut fosfat seperti Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. dapat melarutkan bentuk-bentuk fosfat yang sukar larut sehingga menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman (Rodriquez dan Fraga 1999; Rao 2007; Prihartini 2009). Dengan demikian penggunaan pupuk P lebih efisien dan dapat dihemat. Hasil penelitian Santosa et al. (1997) mendapatkan bahwa inokulasi bakteri pelarut fosfat dan aplikasi P-alam (rock phosphate) pada tanah masam Ultisol mampu meningkatkan ketersediaan P, serapan P, dan bobot biji kering kacang tanah. Berdasarkan aktivitasnya, fungsi rizobakteri terhadap pertumbuhan tanaman adalah: (i) membantu dalam memperoleh nutrisi seperti nitrogen, fosfor, atau besi; (ii) mencegah perkembangbiakan organisme patogen; dan (iii) menyediakan hormon tanaman seperti auksin, sitokinin, atau menurunkan produksi etilen melalui aktivitas enzim 1-aminocyclopropane-1-karboksilat (ACC) deaminase (Glick et al. 2007). Perumusan masalah Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan jagung nasional adalah meningkatkan produktivitas antara lain dengan menggunakan varietas unggul berdaya hasil tinggi seperti hibrida. Untuk mendukung penggunaan hibrida, diperlukan benih dalam jumlah yang cukup dan berkualitas prima. Kebutuhan benih jagung hibrida dalam negeri belum dapat terpenuhi secara keseluruhan, sehingga pemerintah melakukan impor. Masalah utama memproduksi benih di dalam negeri adalah produktivitas masih rendah terutama hibrida silang tunggal. Selain itu benih jagung yang beredar dipasaran terdapat beberapa kelemahan baik dari segi mutu genetik maupun mutu fisiologis, sehingga jika ditanam akan berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Dalam produksi benih jagung hibrida, sumber utama kontaminasi genetik di lapangan adalah silang diri (selfing) dari induk betina karena detaselling yang tidak sempurna. Selain itu kontaminasi dapat pula terjadi pada saat prosesing benih dan pengelolaan digudang selama penyimpanan. Kontaminasi ini mengurangi mutu genetik dan mutu fisiologis benih yang akibatnya dapat menurunkan produktivitas tanaman. Untuk mendeteksi kemurnian genetik varietas jagung, selama ini masih menggunakan metode konvensional dengan marka morfologi yang membutuhkan waktu relatif lama. Untuk mengatasi hal tersebut, maka digunakan marka mikrosatelit atau yang disebut simple sequence repeats (SSR). Marka SSR merupakan alat uji yang memiliki reproduksibilitas dan ketepatan yang tinggi dalam membedakan genotip, evaluasi kemurnian benih, pemetaan gen, dan membutuhkan waktu yang relatif singkat. Selain itu uji kemurnian benih dengan marka SSR tidak tergantung fase pertumbuhan tanaman, dan tidak dipengaruhi oleh

23 4 lingkungan. Penggunaan marka SSR belum banyak dilakukan dalam evaluasi kemurnian genetik benih jagung hibrida komersial, terutama di Indonesia. Selain memiliki kualitas genetik, benih juga dituntut harus memiliki kualitas fisiologis yang tinggi. Benih dengan kualitas fisiologis yang tinggi akan menghasilkan tanaman yang sehat, lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, dan dapat memberikan hasil yang tinggi. Upaya peningkatan produktivitas dan mutu fisiologis benih dapat dilakukan dengan pemberian pupuk fosfor. Pupuk fosfor sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan sel, memperkuat batang tanaman, pembentukan bunga, buah dan biji. Kandungan P dalam benih sangat diperlukan dalam proses metabolisme selama perkecambahan, dan berpengaruh terhadap kandungan ATP, vigor dan viabilitas benih. Benih yang berasal dari induk yang cukup mendapatkan pupuk P, dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang kekurangan unsur P. Pupuk P yang diberikan mengalami proses pengikatan atau fiksasi oleh tanah sehingga sukar larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Oleh karena itu diperlukan bakteri yang dapat melarutkan fosfat sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Di Indonesia, penggunaan rizobakteri sebagai biostimulants dan biofertilizer untuk meningkatkan produksi tanaman belum banyak dilakukan, meskipun berbagai artikel menunjukkan bahwa rizobakteri berpotensi besar dalam meningkatkan produksi tanaman. Oleh karena itu, penelitian mengenai pemanfaatan rizobakteri penting dilakukan dalam usaha untuk meningkatkan produksi pertanian yang efisien dan ramah lingkungan. Berdasarkan uraian dan pertimbangan diatas, maka diperlukan penelitian untuk mengevaluasi kemurnian genetik, dan upaya peningkatan produktivitas dan mutu fisiologis benih jagung hibrida. Tujuan umum yang ingin dicapai adalah untuk menyediakan benih jagung hibrida dengan mutu genetik dan mutu fisiologis yang tinggi. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan marka SSR yang spesifik untuk tetua jantan dan betina. 2. Mengetahui keefektifan marka SSR dalam uji kemurnian genetik benih jagung hibrida 3. Mendapatkan rizobakteri yang mampu melarutkan fosfat, mampu memproduksi IAA, tidak bersifat patogen terhadap tanaman, dan dapat meningkatkan mutu fisiologis dan pertumbuhan bibit tetua betina jagung hibrida. 4. Mempelajari pengaruh rizobakteri dan pupuk P dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tetua betina jagung hibrida. 5. Mempelajari pengaruh rizobakteri dan pupuk P terhadap pertumbuhan, produktivitas dan mutu fisiologis benih jagung hibrida. Manfaat Penelitian 1. Dapat dijadikan acuan bagi produsen benih dalam mengembangkan perbenihan jagung hibrida. 2. Sebagai bahan rekomendasi ilmiah bagi pengambil kebijakan maupun untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan

24 5 Alur penelitian Alur penelitian dilakukan sesuai cakupan penelitian yang terdiri atas: 1) aspek pengembangan metode pengujian kemurnian benih jagung hibrida dengan bantuan marka SSR, dan 2) aspek peningkatan produktivitas dan mutu fisiologis benih jagung hibrida dengan aplikasi rizobakteri (Gambar 1). Pengembangan metode uji kemurnian genetik benih jagung hibrida PERCOBAAN 1 1. Identifikasi marka SSR spesifik tetua jantan dan betina jagung hibrida 2. Evaluasi kemurnian genetik benih jagung hibrida dengan marka SSR OUTPUT 3. Marka spesifik tetua jantan dan tetua betina 4. Keefektifan marka SSR dalam uji kemurnian benih jagung hibrida 5. Kemurnian genetik benih jagung hibrida Peningkatan produktivitas dan mutu fisiologis benih jagung hibrida PERCOBAAN 2 Karakterisasi rizobakteri untuk meningkatkan mutu fisiologis benih dan pertumbuhan bibit tetua betina jagung hibrida PERCOBAAN 3 Uji keefektifan rizobakteri dan pupuk P dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tetua betina jagung hibrida di polybag OUTPUT Isolat rizobakteri yang berpotensi untuk meningkatkan mutu fisiologis dan pertumbuhan benih tetua betina jagung hibrida OUTPUT Isolat rizobakteri dan dosis pupuk P yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil benih tetua betina jagung hibrida Benih jagung hibrida bermutu genetik dan fisiologis yang tinggi PERCOBAAN 4 OUTPUT Uji keefektifan rizobakteri dan pupuk P dalam meningkatkan produktivitas dan mutu fisiologis benih jagung hibrida di lapang Isolat rizobakteri dan dosis pupuk P yang dapat meningkatkan pertumbuhan, produktivitas dan mutu fisiologis benih jagung hibrida Gambar 1. Bagan alir kegiatan penelitian

25 6 TINJAUAN PUSTAKA Varietas Jagung Hibrida Varietas atau kultivar adalah sekelompok individu tanaman yang dapat dibedakan berdasarkan sifat morfologi, fisiologis, atau sifat lainnya apabila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat tersebut tidak berubah. Suatu varietas atau kultivar baru dapat dilepas oleh Menteri Pertanian setelah terbukti menunjukkan sifat-sifat unik, seragam, dan mantap berdasarkan DUS (distinct uniform, dan stable) test (BSN 2000). Jadi pada jagung, varietas merupakan kumpulan fenotipe-fenotipe yang relatif seragam dalam hal tinggi tanaman, letak tongkol, umur tanaman, dan karakter lainnya dan merupakan superior suatu populasi dari suatu daur seleksi. Jagung merupakan tanaman pertama yang dibentuk menghasilkan hibrida secara komersial. Varietas hibrida adalah merupakan generasi pertama (F1) hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida atau varietas bersari bebas yang berbeda genotipe. Menurut Poehlman dan Sleeper (1995), jagung hibrida adalah progeni generasi pertama dari persilangan galur-galur murni. Departemen Pertanian (1971) memberi batasan, hibrida adalah F1 dari persilangan yang dihasilkan dengan mengatur penyerbukan dan kombinasinya. Hibrida tersebut dapat dibentuk dari: (1) dua atau lebih galur hasil penyerbukan sendiri dari tanaman yang menyerbuk silang (inbred) atau; (2) satu galur inbred atau satu persilangan tunggal dengan suatu varietas bersari bebas, atau; (3) dua varietas atau spesies, kecuali varietas jagung yang bersari bebas. Benih F2 dan selanjutnya dari persilangan seperti di atas tidak termasuk hibrida. Langkah-langkah dalam pembentukan varietas hibrida (Takdir et al. 2007): 1. Membentuk galur inbrida, secara normal dengan melakukan beberapa generasi silang dalam (inbreeding) pada spesies tanaman menyerbuk silang. 2. Penilaian galur inbred berdasarkan uji daya gabung umum dan daya gabung khusus untuk menentukan kombinasi-kombinasi kultivar hibrida. 3. Menyilangkan pasangan galur murni yang tidak berkerabat untuk membentuk kultivar hibrida F 1. Perkembangan jagung hibrida dimulai sejak ditemukannya fenomena hybrid vigor atau heterosis. Bila dua individu homozigot yang berbeda disilangkan, maka keturunannya akan memperlihatkan gejala heterosis atau vigor hibrida (Poehlman dan Sleeper 1995). Fenomena ini menunjukkan keunggulan hibrida dibandingkan rata-rata kedua tetuanya. Keunggulan tersebut berupa peningkatan hasil, ukuran sel, tinggi tanaman, ukuran daun, perkembangan akar, jumlah biji, ukuran benih dan bentuk lainnya. Chaudhari (1971) mendefenisikan heterosis sebagai peningkatan vigor, pertumbuhan, hasil atau fungsi dari suatu hibrida melebihi tetua, yang merupakan hasil dari persilangan secara genetik suatu individu yang berbeda. Berdasarkan cara pembuatannya, jagung hibrida diklasifikasikan menjadi silang tunggal, silang tiga jalur, silang ganda, dan silang puncak (BSN 2003). Hibrida silang tunggal mempunyai interaksi genotipe dengan lingkungan yang lebih besar dari silang ganda maupun silang tiga jalur, namun produktivitas benih hibrida silang tunggal sedikit karena potensi hasil inbridanya rendah (1-3 t ha -1 ), sehingga harga benih menjadi lebih mahal (Takdir et al. 2007). Selain memiliki

26 7 produktivitas tinggi, hibrida silang tunggal lebih seragam dan produksi benihnya relatif lebih mudah dibanding silang ganda dan silang tiga jalur (Singh 1987). Jagung hibrida di Indonesia mulai diteliti sejak tahun 1913, dan dilanjutkan pada tahun 1950-an. Awal tahun 1980-an, perusahaan swasta multinasional mulai mengevaluasi jagung hibrida di Indonesia. Hibrida jagung di Indonesia pertama kali dilepas pada tahun 1983 yang dihasilkan oleh PT BISI yaitu varietas C-1. Varietas jagung hibrida yang telah dilepas oleh perusahaan swasta dan Badan Litbang Pertanian hingga saat ini sudah mencapai 69 varietas. Varietas jagung hibrida tersebut seperti Pioneer, BISI, NK, Cargil (C), Nusantara, Semar, Bima, Jaya, dan lainnya. Sejak tahun 1991 sudah banyak dirilis varietas jagung hibrida, sehingga potensi hasil jagung meningkat berkisar 8,0 14,0 t ha -1, dimana sebelumnya hanya berkisar 5,8 6,6 t ha -1 (Takdir et al. 2007). Marka Simple Sequence Repeats (SSR) dan Penggunaannya Terdapat tiga tipe utama marka genetik: (i) marka morfologi adalah ciri atau karakter fenotipik; (ii) marka biokimia, yang menyangkut varian alelik dari enzim yang disebut isozim; dan (iii) marka DNA (molekuler), yang menggambarkan letak variasi DNA (Tanksley dan McCouch, 1997). Marka morfologi dikarakterisasi secara visual berdasarkan fenotipik seperti warna bunga, bentuk biji, tipe tumbuh atau pigmentasi. Marka isozim adalah marka yang dapat membedakan enzim yang dideteksi melalui elektroforesis dan merupakan penanda spesifik. Marka DNA adalah tipe yang paling luas mendominasi dalam kaitannya dengan jumlah. Berbeda dengan marka morfologi dan biokimia, marka DNA selain tidak terbatas di dalam jumlah, juga tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau oleh fase perkembangan dari tanaman (Tanksley dan McCouch 1997). Hingga saat ini, marka molekuler yang banyak digunakan adalah marka simple sequence repeats (SSR). Marka SSR merupakan unit pengulangan 1-6 pasang basa DNA dengan variasi yang tinggi (Gupta et al. 1996; Senior et al. 1998), berulang sebanyak lima kali atau lebih secara tandem (Vigouroux et al. 2002). Produk PCR dapat dielektroforesis yang dibedakan menurut jumlah unit pengulangan DNA dalam alel-alel SSR yang muncul dan menghasilkan polimorfisme yang tinggi antar spesies (Senior dan Heun 1993; Taramino dan Tingey 1996; Senior et al. 1998). Teknik SSR sering juga menggunakan gel polyacrilamid karena gel polyacrylamide mempunyai resolusi yang lebih tinggi dari pada gel agarose (Macaulay et al. 2001). Kemudahan SSR dalam amplifikasi dan tingginya polimorfisme yang dihasilkan menyebabkan ideal untuk dipakai dalam studi genetik dengan jumlah sampel yang banyak. Marka SSR berguna dalam membuat pengelompokan heterotik dalam waktu singkat, dan dapat membedakan satu inbred dengan inbred lainnya (Pabendon et al. 2009). Selain itu dalam teknik PCR metode SSR hanya menggunakan DNA dalam jumlah kecil dengan daerah amplifikasi yang kecil dari genom. SSR dapat diaplikasikan tanpa merusak tanaman karena hanya sedikit menggunakan bahan dalam ekstraksi DNA atau dapat menggunakan bagian lain seperti biji atau pollen (Senior et al. 1996). Yashitola et al. (2002) mengemukakan bahwa penggunaan marka mikrosatelit dapat menentukan tingkat heterosigositas di antara inbrida inbrida tetua padi hibrida, dan lebih tepat untuk mengetahui tingkat kemurnian benih

27 8 hibrida. Pabendon et al. (2005) menggunakan marka SSR untuk sidik jari jagung hibrida. Dari 26 marka SSR yang diuji terdapat 10 marka yang memiliki tingkat polimorfis yang tinggi, yang dapat digunakan dalam melakukan sidik jari materi-materi hibrida jagung, untuk mempertahankan kualitas genetik dan untuk perlindungan varietas. Pada benih tomat hibrida (Hezuo 903 dan Sufen No.8), penggunaan marka mikrosatelit (SSR) menunjukkan bahwa tingkat kemurnian masing-masing mencapai 96.2 dan 93.8 %, dimana tidak berbeda jauh dengan uji morfologi yaitu masing-masing mencapai 96.7 dan 95.2% (Liu et al. 2007). Hal ini menunjukkan bahwa marka SSR dapat digunakan sebagai alat untuk mengontrol kualitas benih tomat hibrida. Penelitian Daniel et al. (2012) menunjukkan bahwa marka SSR merupakan alat bioteknologi yang mampu mendeteksi kemurnian genetik jagung hibrida. Marka SSR telah terbukti menjadi penanda molekuler yang saat ini lebih banyak digunakan untuk identifikasi kemurnian genetik beberapa tanaman (Yashitola et al. 2002), karena efisiensi dan sederhana pelaksanaannya (Wu et al. 2010). Rizobakteri dan Pupuk Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi tanaman serta Mutu Fisiologis Benih Mutu fisiologis benih merupakan interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan tumbuh di mana benih dihasilkan. Untuk memperoleh benih dengan mutu awal yang tinggi, lingkungan pertanaman termasuk kesuburan tanah diusahakan pada kondisi optimal, agar tanaman dapat menghasilkan benih dengan vigor yang tinggi. Benih jagung yang diproduksi dari struktur tanaman induk yang bervigor tinggi akan lebih tahan disimpan dibanding dengan benih yang diperoleh dari struktur tanaman yang kurang vigor (Saenong 1982). Upaya peningkatan produktivitas dan mutu fisiologis benih jagung dapat dilakukan dengan memberikan pupuk fosfor (P). Pupuk fosfor sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan sel, memperkuat batang tanaman, pembentukan bunga, buah dan biji. Kandungan P dalam benih sangat diperlukan dalam proses metabolisme selama perkecambahan, dan berpengaruh terhadap kandungan ATP, vigor dan viabilitas benih. Benih yang berasal dari induk yang cukup mendapatkan pupuk P, dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang kekurangan unsur P. Respon tanaman terhadap pemupukan P tergantung pada beberapa faktor seperti, karakteristik tanah, pertumbuhan tanaman, iklim, cara persiapan lahan, interaksi dengan nutrisi lainnya, pengelolaan tanaman dan pengelolaan pupuk, serta interkasi dengan mikroorganisme. Oleh karena itu faktor-faktor ini perlu dipertimbangkan sebelum memulai program pemupukan P untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan keuntungan ekonomi. Beberapa penelitian pemupukan P telah dilakukan dalam meningkatkan produktivitas dan mutu fisiologis benih. Rahardjo dan Fathan (1985) melaporkan bahwa pemberian pupuk P 70 kg P 2 O 5 ha -1 pada jagung varietas Arjuna, dapat meningkatkan jumlah benih per tongkol dari 164 menjadi 240 butir. Syafruddin (1997) mengemukakan bahwa benih jagung dari tanaman yang dipupuk kg P 2 O 5 ha -1, masih memiliki daya berkecambah berkisar antara % setelah disimpan selama enam bulan. Unsur P dapat meningkatkan kandungan protein dan bobot biji yang selanjutnya meningkatkan vigor dan ketahanan simpan benih (Mugnisyah dan Nakamura 1986). Penelitian Sumpena dan Hilman (2000)

28 pada tanaman buncis, menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan jumlah dan mutu benih yang tinggi diperlukan fosfor sebanyak 135 kg P 2 O 5 ha -1. Defisiensi P pada tanaman dapat memperlambat waktu pemasakan dan menurunkan hasil (Kasim 1990). Pupuk P yang diberikan pada tanaman, hanya sebagian yang diserap oleh tanaman, dan selebihnya tersimpan dalam tanah sebagai residu. Jones (1982), menyatakan bahwa tanaman hanya memanfaatkan P sebesar 10% hingga 30% dari pupuk yang diberikan, dan selebihnya (70 hingga 90 %) tetap berada di dalam tanah sebagai residu. Pupuk P yang diberikan mengalami proses pengikatan atau fiksasi dalam tanah sehingga sukar larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Untuk meningkatkan efisisensi penggunaan pupuk P, salah satu caranya adalah dengan menggunakan rizobakteri pelarut fosfat (Rao 2007; Prihartini 2009; Yafizham dan Abubakar 2010). Plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) adalah kelompok bakteri yang hidup berkoloni di akar tanaman yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Secara umum, mekanisme rizobakteri dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah: (1) sebagai biostimulants, rizobakteri mampu menghasilkan atau mengubah konsentrasi hormon tanaman seperti asam indol asetat (indole asetic acid = IAA), asam giberelat, sitokinin, dan etilen di dalam tanaman, memfiksasi nitrogen, melarutkan fosfat, mempengaruhi produksi bintil akar atau menguasai bintil akar; (2) sebagai bioprotectants, rizobakteri memberi efek antagonis terhadap patogen tanaman melalui beberapa cara yaitu memproduksi antibiotik, siderofor, enzim kitinase, β-1,3-glucanase, sianida, parasitisme, kompetisi sumber nutrisi dan menginduksi ketahanan tanaman secara sistemik (Fernando et al. 2005). Bakteri pelarut P tidak hanya memiliki kemampuan dalam meningkatkan ketersediaan P tetapi juga kemampuannya dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh, terutama oleh mikroba yang hidup dalam permukaan akar seperti P. fluorescens, P. putida, dan P. striata. Mikroba-mikroba tersebut dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh (fitohormon) seperti asam indol asetat (IAA) dan asam giberalin (GA 3 ) (Arshad dan Frankenberger 1993; Patten dan Glick 1996). Selain itu, bakteri juga memiliki kemampuan menekan aktivitas patogen dengan cara menghasilkan berbagai senyawa atau metabolik sekunder seperti siderofore, ß-1,3-glukonase, kitinase, antibiotik, dan sianida (Tenuta 2006; Klopper 1993), dan enzim amynocyclopropane carboxylate (ACC) deaminase (Glik 1995). Gholami et al. (2009), melaporkan bahwa aplikasi rizobakteri pada benih jagung secara signifikan dapat meningkatkan daya berkecambah dan vigor benih jagung, namun besarnya peningkatan tersebut bervariasi antar jenis bakteri. Bakteri Azospirillum lipoferum DSM1691 dapat meningkatkan daya berkecambah hingga 18.5% di banding tanpa rizobakteri. Inokulasi Azospirillum brasilense DSM 1690 dan P. putida R-168 dapat meningkatkan indeks vigor tertinggi. Pada benih gandum, inokulasi A. Brazilense dapat meningkatkan jumlah dan panjang akar lateral (Barbieri et al. 1986). Khalimi dan Wirya (2009), melaporkan bahwa penggunaan PGPR pada benih kedelai secara signifikan mampu meningkatkan tinggi tanaman maksimum, jumlah cabang maksimum, jumlah daun maksimum, bobot basah dan kering akar, dan bobot kering biji. Pada benih padi, inokulasi PGPR dapat meningkatkan daya berkecambah 2.3 hingga 14.7% dibanding tanpa PGPR (Ashrafuzzaman et al. 2009). Agustiansyah et al. (2010), melaporkan 9

29 10 bahwa kombinasi perlakuan benih dengan matriconditioning + isolat bakteri A6 dan matriconditioning + isolat A54 dapat meningkatkan daya berkecambah dan vigor benih padi. Selanjutnya dikatakan bahwa perlakuan matriconditioning + isolat A54 merupakan perlakuan terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan bibit padi di rumah kaca. Pada benih cabai, aplikasi rizobakteri dapat meningkatkan daya berkecambah 27%, potensi tumbuh maksimum 11%, indeks vigor 31%, kecepatan tumbuh relatif 29%, dan menurunkan T50 0,75 hari dibanding tanpa penggunaan rizobakteri (Sutariati et al. 2006). Penggunaan mikroba pelarut P merupakan salah satu pemecahan masalah peningkatan efisiensi pemupukan P yang aman bagi lingkungan, dan sekaligus dapat menghemat penggunaan pupuk P (Saraswati dan Sumarno 2008).

30 11 EVALUASI KEMURNIAN GENETIK BENIH JAGUNG HIBRIDA DENGAN MARKA MIKROSATELIT Abstract The development of hybrid varieties should be supported by the availability of high quality seeds. Genetic purity is one of the quality criteria required for successful seed production of maize hybrid. In producing hybrid seeds, it is frequently contaminated by crossed pollen from another variety or the occurrence of selfing. The objectives of this study were 1) to obtain SSR markers specific for male and female parents, 2) to know the effectiveness of SSR markers for the genetic purity testing of maize hybrid seeds. The experiments were conducted at field station at University Farm Cikabayan Bogor Agricultural University, and in the molecular laboratory at Indonesian Center for Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Bogor, from April until December Maize hybrid varieties and their parental lines seed used in this research were obtained from Indonesian Cereal Research Institute (ICERI) Maros, South Sulawesi. Five SSR markers selected for parental lines were phi109275, phi96100, phi374118, phi328175, and phi072. The assessment of genetic purity of two hybrid varieties namely cv. Bima-3 and Bima-4, used specific markers from previous experiment. Fourty samples of individual plants from each maize hybrid variety were tested. From five markers tested, three markers namely phi96100, phi and phi072 produced polymorphic bands and capable to distinguish parental line of two maize hybrids. Microsatellite marker phi96100 was specifically used for testing genetic purity of cv. Bima-4 and phi072 for cv. Bima-3. While phi was specific marker for both maize hybrids. The genetic purity test of cv. Bima-3 and Bima-4 indicated that both varieties had purity levels of 97.5% and 80%, respectivelly. This study showed that SSR markers were more reliable for assessing genetic purity as compared to morphological marker. The results of study can be useful in verifying varieties and seed purity testing in the laboratory quickly and accurately. Key words : parental lines, polymorphic bands, quality of maize hybrid seed Abstrak Pengembangan varietas hibrida perlu didukung oleh ketersediaan benih yang bermutu. Kemurnian genetik merupakan salah satu kriteria yang harus dipenuhi untuk keberhasilan produksi jagung hibrida. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mendapatkan marka mikrosatelit (SSR) yang spesifik untuk tetua jantan dan betina, 2) mengevaluasi kemurnian genetik benih jagung hibrida Bima-3 dan Bima-4. Penelitian dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor, pada bulan April Desember Tetua betina dan tetua jantan jagung hibrida yang digunakan adalah tetua yang digunakan untuk memproduksi benih hibrida Bima-3 dan Bima-4. Sampel benih berasal dari Balai Penelitian Tanaman Serealia (BALITSEREAL) Maros Sulawesi Selatan, dan marka yang diseleksi untuk mendapatkan marka spesifik tetua jantan dan betina yaitu phi109275, phi96100, phi374118, phi328175, dan phi072. Untuk penilaian kemurnian genetik, digunakan dua varietas hibrida yaitu Bima-3 dan Bima-4, dan marka hasil identifikasi spesifik untuk kedua tetua hibrida tersebut. Individu tanaman dari masing-masing varietas yang diuji sebanyak 40 sampel. Dari 5 primer yang diuji, 3 diantaranya menghasilkan pita polimorfis yaitu phi96100, phi dan phi072. Primer phi072 spesifik untuk tetua Bima-3, primer phi96100 spesifik terhadap tetua Bima-4. Sementara primer phi spesifik untuk tetua kedua hibrida yang diuji. Hasil pengujian kemurnian genetik menunjukkan bahwa masing-masing 80% benih hibrida Bima-4 dan 97,5% benih Bima-3 murni secara genetik. Hasil penelitian ini dapat berguna dalam memverifikasi varietas dan uji kemurnian benih di laboratorium secara cepat dan akurat. Kata kunci: galur tetua, mutu benih jagung hibrida, pita polymorpic

31 12 Pendahuluan Jagung merupakan komoditas prioritas yang diprogramkan oleh pemerintah. Beberapa tahun terakhir, produksi jagung belum dapat memenuhi kebutuhan nasional sehingga masih dilakukan impor. Dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas jagung, penggunaan varietas unggul seperti hibrida merupakan salah satu alternatif. Penggunaan varietas unggul hibrida perlu dibarengi dengan penyediaan benih yang bermutu tinggi. Mutu benih mencakup mutu genetis, mutu fisiologis, mutu fisik, dan mutu patologis (Ilyas 2012). Penanaman benih hibrida yang tidak murni secara genetik akan berakibat pada penurunan produktivitas. Sehubungan dengan hal itu diperlukan teknik untuk mengidentifikasi dan menguji kemurnian hibrida dan tetuanya sehingga kualitas genetiknya dapat terjaga. Dengan dirilisnya berbagai varietas jagung hibrida akan menyebabkan kesulitan dalam mengatasi kemurnian genetik, karena secara kasat mata sulit untuk membedakan antara varietas yang satu dengan yang lainnya. Selama ini metode yang digunakan untuk uji kemurnian hibrida dan tetuanya adalah melalui pengamatan keseragaman tanaman di lapang (grow out test), namun cara ini membutuhkan waktu dan sumberdaya yang cukup besar (Komori dan Nitta 2004). Selain itu, estimasi kemurnian karakter morfologi kadang-kadang sering mengalami kesulitan, karena karakter-karakter ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Teknik seperti ini masih banyak digunakan untuk perlindungan varietas dan standarisasi kemurnian genetik benih jagung di Indonesia. Mutu genetik benih dipengaruhi oleh praktek agronomi dan karakteristik ekologi dari lokasi di mana bibit ditanam. Dalam produksi benih jagung hibrida, sumber utama kontaminasi genetik di lapangan adalah silang diri (selfing) dari induk betina karena detaselling yang tidak sempurna. Selain itu kontaminasi dapat pula terjadi pada saat prosesing benih dan pengelolaan digudang selama penyimpanan. Kontaminasi ini mengurangi mutu genetik dan mutu fisiologis benih yang akibatnya dapat menurunkan produktivitas tanaman. Dengan berkembangnya teknologi biologi molekuler, identifikasi varietas dapat dilakukan dengan bantuan marka molekuler, baik berdasarkan DNA maupun protein. Marka molekuler merupakan alat yang efektif karena deteksinya berdasarkan variasi genetik, yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Marka DNA tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan atau fase perkembangan dari tanaman (Tanksley dan McCouch, 1997; Yashihota et al. 2002). Marka mikrosatelit atau marka simple sequence repeats (SSR) memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah tingkat polimorfisme yang tinggi, bersifat kodominan, dan memiliki akurasi yang tinggi. Marka SSR dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan memverifikasi suatu varietas tanaman (Maesang et al. 2001; Nunome et al. 2003). Yashitola et al. (2002) mengemukakan bahwa penggunaan marka mikrosatelit dapat menentukan tingkat heterosigositas di antara inbrida inbrida tetua padi hibrida, dan lebih tepat untuk mengetahui tingkat kemurnian benih hibrida. Sejumlah penelitian lain telah dilakukan pada jagung (Senior et al. 1998; Pabendon 2005; Wu et al. 2010), pada padi (Garland et al. 1999; Mulsanti 2011), dan pada tomat hibrida (Liu et al. 2007). Penelitian Daniel et al. (2012) menunjukkan bahwa marka SSR merupakan alat bioteknologi yang mampu mendeteksi kemurnian genetik jagung hibrida. Marka SSR telah terbukti menjadi penanda molekuler yang saat ini lebih banyak digunakan untuk identifikasi

32 13 kemurnian genetik beberapa tanaman (Yashitola et al. 2002), karena efisiensi dan sederhana pelaksanaannya (Wu et al. 2010). Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mendapatkan marka SSR yang spesifik untuk tetua jantan dan betina, dan 2) untuk mengevaluasi kemurnian genetik benih jagung hibrida Bima-3 dan Bima-4. Bahan dan Metode Identifikasi Marka SSR Spesifik Tetua Jantan dan Tetua Betina Jagung Hibrida Percobaan dilaksanakan di laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor. Tetua jagung hibrida yang digunakan untuk identifikasi marka spesifik adalah tetua varietas Bima-3 (Nei9008/Mr-14) dan Bima-4 (G180/Mr-14). Sampel benih berasal dari Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) Maros Sulawesi Selatan, sedangkan marka yang digunakan untuk identifikasi spesifik tetua jantan dan betina adalah marka molekuler yang mempunyai tingkat polimorfisme yang tinggi dalam penelitian sidik jari materi-materi hibrida jagung (Pabendon 2005) (Tabel 1). Tabel 1. Marka SSR yang digunakan dalam penelitian Marka SSR phi phi96100 phi phi phi072 Sekuen AAGCTCAGAAGCCGGAGC// GGTCATCAAGCTCTCTGATCG AGGAGGACCCCAACTCCTG// TTGCACGAGCCATCGTAT TACCCGGACATGGTTGAGC// TGAAGGGTGTCCTTCCGAT GGGAAGTGCTCCTTGCAG// CGGTAGGTGAACGCGGTA ACCGTGCATGATTAATTTCTCCAGCCTT// GACAGCGCGCAAATGGATTGAACT Benih masing-masing tetua jagung hibrida ditanam sebanyak 20 individu pada bak plastik dengan menggunakan media tanah. Materi tanaman yang digunakan untuk ekstraksi DNA adalah daun tanaman yang sudah membuka penuh saat berumur 15 hari setelah tanam (HST). Isolasi DNA, amplifikasi dan visualisasi pola pita DNA mengikuti prosedur George et al. (2004) yang dimodifikasi sesuai kondisi laboratorium. Sampel daun diambil dari 20 individu tanaman, dipotong-potong kecil dan dicampur, dimasukkan ke dalam mortal dan ditambahkan nitrogen cair agar mudah digerus. Sampel digerus sampai halus, kemudian diambil 1 g dan dimasukkan ke dalam ependorf, kemudian ditambahkan larutan buffer CTAB 0.7 ml dan ß-mercaptoethanol 10 μl. Tabung ependorf dimasukkan ke dalam waterbath dengan suhu berkisar 65ºC selama 60 menit dan setiap 15 menit membolak-balik tabung agar larutan tercampur dengan baik.

33 14 Setelah proses inkubasi, tabung dikeluarkan dari waterbath dan didinginkan pada suhu ruang selama + 10 menit, kemudian ditambahkan 700 μl clorofom isoamylalkohol (24:1 v/v). Tabung ependorf dibolak-balik agar larutan tercampur dengan baik, kemudian disentrifugasi pada rpm selama 15 menit. Supernatan DNA dipisahkan ke ependorf steril dan ditambahkan 700 μl isopropanol kemudian disimpan dalam freezer selama semalam. Pelet DNA dihasilkan melalui sentrifugase selama 5 menit, kemudian dicuci dengan alkohol 70% dan dikeringkan dengan cara membalik tabung ependorf di atas kertas tissue. Pelet DNA yang telah dicuci, ditambahkan 200 µl buffer 1 x TE. Untuk setiap reaksi PCR digunakan 1.5 µl DNA dan ditambahkan 3 µl buffer (5x), 3 µl Enhancer (5x), 0.3 µl dntp mix (1 µm), 1.0 µl primer (0.5 mm), 0.15 µl Taq DNA polimerase, dan 6.05 µl ddh 2 O. Larutan tersebut masing-masing ditutup dengan satu tetes mineral oil. Proses amplifikasi terdiri atas beberapa tahap yaitu tahap denaturasi awal pada 94 o C selama 2 menit, denaturasi-1 94 o C selama 0.5 menit, 56 o C selama 1 menit annealing, 72 o C selama 1 menit extention, 72 o C selama 5 menit extention tambahan. Siklus diulang 29 kali dan berakhir dengan siklus pemanjangan pada 4 o C. Produk PCR ditambahkan 4 µl loading dye pada masing-masing sumur, dan dielektroforesis dengan menggunakan PAGE (polyacrylamide gel electrophoresis) 6% pada tegangan 100 Volt selama 65 menit atau hingga bromphenol blue telah mencapai bagian bawah plate. Selanjutnya gel dipisahkan dari plate kaca, dan segera direndam dalam larutan Etidium bromida sambil dishaker selama kurang lebih 10 menit, dan dilanjutkan perendaman dalam air selama 15 menit. Pita-pita DNA dideteksi melalui dengan Bio-Rad Laboratories Segrate Milan Italy. Pengamatan dilakukan terhadap pita spesifik yang terbentuk pada setiap tetua/inbrida yang diuji. Evaluasi Kemurnian Genetik Benih Jagung Hibrida dengan Marka SSR Pengujian kemurnian genetik dilakukan di laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor dan penanaman di lapang dilakukan di University Farm Cikabayan, IPB Bogor. Varietas jagung hibrida yang diuji kemurnian genetiknya yaitu Bima-3 dan Bima-4 berasal dari Balitsereal Maros Sulawesi Selatan, dan marka yang digunakan untuk menguji kemurnian genetik adalah marka yang teridentifikasi polimorfis (spesifik pada tetua jantan atau betina) dari hasil percobaan 1. Percobaan terdiri atas dua bagian. Bagian pertama, berupa pengujian keseragaman tanaman di lapang. Pengujian ini dilakukan dengan menanam varietas yang akan diuji kemurniannya. Sebelum ditanam, benih diberi perlakuan fungisida metalaksil. Penanaman jagung hibrida di lapang satu butir per lubang dengan jarak tanam 0.75 x 0.20 m. Pemupukan dilakukan dua kali yaitu : 1) Pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 100 kg, 200 kg, dan 75 kg ha -1 diberikan pada saat tanaman berumur 7 HST, 2) pupuk Urea, dan KCl dengan dosis masing-masing 200 kg dan 25 kg ha -1 saat tanaman berumur 30 HST. Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai kondisi serangan. Uji keseragaman di lapang dilakukan dengan mengamati karakter morfologi berdasarkan deskripsi varietas hibrida yang diuji. Pengamatan morfologi yang dilakukan antara lain adalah umur 50% berbunga jantan dan betina (hari), tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, warna anther dan warna rambut tongkol, warna batang, bentuk tongkol, tipe biji, warna biji, jumlah baris/tongkol, dan bobot 1000 biji.

34 15 Bagian kedua adalah pengujian kemurnian genetik benih menggunakan marka SSR di laboratorium. Sampel tanaman yang diambil sebanyak 40 ditentukan secara acak untuk masing-masing varietas hibrida. Isolasi DNA dengan cara mini-prep dan berdasarkan metoda CTAB Doyle dan Doyle (1990) yang dimodifikasi. Sampel daun muda yang telah membuka penuh diambil pada saat tanaman berumur 15 HST, dimasukkan ke dalam ependorf, kemudian dimasukkan ke dalam box yang berisi es. Isolasi dilakukan dengan menambahkan nitrogen cair, kemudian sampel daun digerus dengan menggunakan sumpit, selanjutnya dilakukan seperti pada percobaan 1. Proses amplifikasi, dan visualisasi pola pita DNA seperti percobaan 1. Persentase tingkat kemurnian genetik hibrida dihitung berdasarkan pola pita yang muncul pada individu tanaman sampel, dengan formula sebagai berikut : Kemurnian hibrida (%) dimana : TS (total sampel) = jumlah sampel/individu tanaman yang diuji NH (non hibrida) = jumlah individu tanaman yang memiliki satu pola pita yang sama dengan tetua betina atau tetua jantan, atau sampel yang tidak mempunyai pita Hasil dan Pembahasan Marka SSR Spesifik Tetua Jantan dan Betina Berdasarkan identifikasi 5 primer, terdapat satu primer (phi96100) teridentifikasi spesifik untuk tetua jantan dan tetua betina hibrida Bima-4 (Mr-14 dan G180), primer phi072 spesifik untuk tetua jantan dan tetua betina Bima-3 (Mr-14 dan Nei9008), dan 1 primer (phi ) teridentifikasi spesifik untuk tetua jantan dan tetua betina kedua hibrida Bima-3 dan Bima-4 (Gambar 2). Primer phi96100, phi072, dan phi dipertimbangkan untuk digunakan dalam pengujian kemurnian genetik hibrida Bima-3 dan Bima-4. Identifikasi kebenaran suatu genotipe tanaman dengan menggunakan satu marka yang polimorfik sudah cukup untuk pengujian kemurnian benih (Yashitola et al. 2002). Gambar 2. Visualisasi fragmen DNA hasil amplifikasi dengan primer SSR pada tetua jantan dan tetua betina jagung hibrida; (G= G180; M=Mr-14; N=Nei9008; L=DNA ladder) (a)

35 16 Kemurnian Genetik Benih Jagung Hibrida Uji kemurnian genetik terhadap 40 sampel individu tanaman hibrida Bima-4 yang diidentifikasi dengan menggunakan primer Phi96100, terdapat tujuh sampel tanaman (no.4,6,8,9,19,31,39) yang serupa dengan pita tetua jantan (Mr-14), dan satu sampel tanaman (no.12) yang serupa dengan pita tetua betina (G180) (Gambar 3). Hasil identifikasi yang menunjukkan terdapat pola pita yang sama dengan tetua jantan, diduga bahwa terjadi percampuran dalam proses panen atau dalam kegiatan prosesing, sedang terdapatnya pola pita yang sama dengan tetua betina menunjukkan bahwa dalam proses produksi terjadi selfing akibat ketidaktepatan dalam melakukan detaseling. Secara keseluruhan dari total sampel tersebut terdapat 20% dari benih Bima-4 tidak murni secara genetik. Gambar 3. Visualisasi pola pita DNA dengan marka SSR phi96100 melalui elektroforesis vertikal 6% PAGE pada hibrida Bima-4. F= tetua betina, M= tetua jantan. F1= No. 1, 2, 3, 40 adalah hibrida Bima-4. Jika dibandingkan dengan pengamatan secara morfologi, marka SSR dapat mengidentifikasi tanaman campuran lebih banyak dalam satu lot benih (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa marka SSR lebih akurat dalam mengidentifikasi benih hibrida dibanding pengamatan morfologi. Individu tanaman nomor 31 dan 39 berdasarkan pengamatan morfologi (warna anter) teridentifikasi bukan merupakan hibrida Bima-4. Individu tanaman nomor 31 terdeteksi bukan hibrida Bima-4, baik dengan marka SSR maupun dengan pengamatan morfologi, berbeda dengan tanaman sampel no 39 berdasarkan marka morfologi bukan hibrida ternyata berdasarkan SSR teridentifikasi merupakan hibrida. Tanksley dan McCouch (1997), melaporkan bahwa marka DNA tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan/atau fase perkembangan dari tanaman seperti marka morfologi. Tabel 2. Deteksi kemurnian genetik benih hibrida Bima-4 berdasarkan marka SSR dan marka morfologi Metode uji Jumlah Tanaman kemurnian sampel campuran (%) Nomor sampel Marka SSR ,6,8,9,10,12,31,34 Marka morfologi ,39 Pengujian kemurnian genetik terhadap hibrida Bima-3 dengan menggunakan primer phi072, menunjukkan bahwa 97.5% benih hibrida yang diproduksi murni secara genetik, hanya 2.5% yang pola pitanya sama dengan tetua jantan (Mr-14) (Gambar 4). Hal ini diduga bahwa benih yang diuji terjadi percampuran dalam proses panen atau dalam kegiatan prosesing di gudang.

36 17 Gambar 4. Visualisasi pola pita DNA dengan marka SSR phi072 melalui elektroforesis vertikal 6% PAGE pada hibrida Bima-3. F= tetua betina, M= tetua jantan. F1=No. 1, 2, 3, 40 adalah hibrida Bima-3. Individu tanaman nomor 28, berdasarkan pengamatan morfologi (warna rambut tongkol) bukan merupakan hibrida Bima-3, namun pada pengujian dengan marka SSR teridentifikasi sebagai hibrida (Tabel 3). Sementara tanaman nomor 38 teridentifikasi bukan hibrida Bima-3 pada uji SSR, sebaliknya tidak terlihat pada pengamatan morfologi. Mulsanti (2013) melaporkan adanya perbedaan hasil pada uji kemurnian genetik hibrida padi dengan marka SSR dan secara morfologi. Tabel 3. Deteksi kemurnian genetik benih hibrida Bima-3 berdasarkan marka SSR dan marka morfologi Metode Uji kemurnian Jumlah sampel Tanaman campuran (%) Nomor sampel Marka SSR Marka morfologi Secara umum hasil pengamatan karakter morfologi hibrida Bima-3 dan Bima-4 berdasarkan deskripsi varietas (Tabel 4). Karakter morfologi yang secara visual dapat membedakan hibrida dan non hibrida adalah pada warna anter dan warna rambut tongkol, sementara untuk karakter lainnya relatif seragam sesuai dengan deskripsi varietas masing-masing hibrida yang diuji. Karakter morfologi lainnya banyak dipengaruhi lingkungan tumbuh tanaman, sehingga sulit untuk dijadikan dasar penentuan kemurnian benih hibrida. Penilaian varietas tanaman berdasarkan karakter morfologi sangat tergantung dari tingkat keahlian dan pengalaman petugas pemeriksa tanaman. Penilaian yang tidak tepat dalam uji kemurnian benih di lapang dapat menyebabkan kerugian besar pada produsen benih karena kemungkinan tanaman-tanaman yang dinilai sebagai tanaman campuran, secara visual berbeda karena dipengaruhi oleh pemupukan dan atau serangan hama penyakit.

37 18 Tabel 4. Karakter morfologi hibrida Bima-3 dan Bima-4 pada pengujian lapang Cikabayan. Bogor Karakter morfologi Bima-3 Bima-4 Jumlah sampel Tinggi tanaman (cm) % keluar rambut (hari) % keluar pollen (hari) Warna batang Hijau sedikit ungu Hijau Warna anther Krem (100%) Krem (95%) Warna rambut Krem (97.5%) Krem (100%) Bentuk tongkol Silindris Silindris Tinggi letak tongkol (cm) Tipe biji Semi Mutiara Mutiara Jumlah baris/tongkol Warna biji Jingga Jingga Bobot 1000 biji (g) Penampilan tanaman dikendalikan oleh sifat genetik yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Jika faktor lingkungan yang memberikan pengaruh yang lebih kuat, maka akan terjadi variasi terhadap morfologi tanaman. Oleh karena itu, karakter morfologi tidak dapat dijadikan dasar penentuan kemurnian genetik varietas tanaman. Penilaian secara morfologi bersifat subjektif dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, juga tergantung pada tingkat keahlian dan pengalaman dari petugas pemeriksa tanaman. Dengan demikian, untuk mengontrol kemurnian varietas jagung hibrida dan inbrida pembentuknya secara cepat dan akurat diperlukan alat bantu marka SSR. KESIMPULAN Terdapat 3 marka spesifik (phi96100, phi072, dan phi328175) yang dapat digunakan untuk identifikasi kemurnian genetik jagung hibrida Bima-3 dan Bima-4. Marka phi96100 spesifik untuk tetua jantan dan tetua betina hibrida Bima-4 (Mr-14 dan G180), marka phi072 spesifik untuk tetua jantan dan tetua betina Bima-3 (Mr-14 dan Nei9008), dan marka phi spesifik untuk tetua jantan dan tetua betina kedua hibrida Bima-3 dan Bima-4. Berdasarkan uji dengan marka SSR, benih jagung hibrida varietas Bima-3 dan Bima-4 memiliki kemurnian genetik masing-masing 97.5% dan 80%. Marka SSR dapat mendeteksi kemurnian genetik jagung hibrida secara cepat dan akurat, dimana secara morfologi sulit untuk dideteksi. Marka SSR efektif digunakan untuk uji kemurnian genetik benih jagung hibrida.

38 19 KARAKTERISASI RIZOBAKTERI UNTUK MENINGKATKAN MUTU FISIOLOGIS BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA Abstract Rhizobacteria has ability in increasing plant growth, yield, and improve plant resistance to disease, because it produce plant growth regulator and increases plant nutrition uptake such as phosphate, and is not phathogenic to plant. The objectives of this experiment were to get rhizobacteria isolates capable of dissolving phosphate, producing IAA, not pathogenic to the plant, and can improve the physiological quality of seeds and seedling growth of female parent of maize hybrid. The experiments were conducted in Bacteriology laboratory, Departement of Plant Protection Faculty of Agriculture IPB and in greenhouse at Leuwikopo laboratory of Seed Science and Technology, Department of Agronomy and Horticulture Faculty of Agriculture IPB, during Maret until July The groups of isolates Actinomycetes, Bacillus spp. and Fluorescent pseudomonads were used in these experiments. The experiment steps were: (1) characterization of rhizobacteria, (2) selection of selected rhizobacteria based on their ability to improve seed quality and seedling growth of female parents of maize hybrid. The results of experinment 1 showed, there were five isolate choosen from each genus of rhizobacteria based on the criteria of high dissolving of phosphate, negative hypersensitive reaction test, and producing IAA. Experiment 2 showed the rhizobacteria B28 and B46 increase growth rate and seed vigor index, and B28 isolate increased germination of seed. Rhizobacteria AB2, ATS4, B28, P14, P31, and B42 isolate were selected due to their ability to improve the physiological seed quality of female parent of maize hybrid. Key words : dissolving phosphate, producing IAA, seedling growth Abstrak Rizobakteri memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Hal ini karena rizobakteri mampu menghasilkan regulator pertumbuhan tanaman dan meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman seperti fosfat, dan tidak patogen terhadap tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan isolat rizobakteri yang mampu melarutkan fosfat, memproduksi IAA, tidak bersifat patogen bagi tanaman, dan dapat meningkatkan mutu fisiologis benih serta pertumbuhan bibit tetua betina jagung hibrida. Percobaan dilakukan di laboratorium Bakteriologi Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB dan di rumah kaca laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Leuwikopo Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB, sejak Maret hingga Juli Rizobakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari jenis Aktinomiset, Bacillus spp. dan Pseudomonas kelompok flourescens. Tahapan percobaan adalah: (1) Karakterisasi rizobakteri, (2) seleksi rizobakteri berdasarkan kemampuannya dalam meningkatkan mutu fisiologis benih dan pertumbuhan bibit tetua betina jagung hibrida. Hasil percobaan tahap 1, terpilih lima isolat dari masing-masing genus rizobakteri yang diuji berdasarkan kriteria pelarutan fosfat yang tinggi, reaksi hipersensitif negatif, dan mampu memproduksi IAA yang tinggi. Hasil percobaan tahap 2 menunjukkan rizobakteri B28 dan B46 meningkatkan kecepatan tumbuh dan indeks vigor benih, isolat B28 mampu meningkatkan daya berkecambah. Rizobakteri AB2, ATS4, B28, P14, P31, dan B42 dipilih untuk digunakan pada percobaan lapang. Kata kunci : melarutkan fosfat, memproduksi IAA, pertumbuhan bibit

39 20 Pendahuluan Penggunaan input kimia dalam jangka panjang, telah menyebabkan degradasi lahan pertanian dan polusi lingkungan. Untuk mengembalikan kesuburan lahan pertanian agar dapat berproduksi dengan baik dan ramah lingkungan, salah satu caranya adalah dengan menggunakan bakteri akar pemacu pertumbuhan tanaman (plant growth-promoting rhizobacteria= PGPR). Penggunaan PGPR untuk peningkatan produksi, pengurangan input kimia dan polusi lingkungan sangat penting dalam rangka menciptakan pertanian organik yang ramah lingkungan. Rizobakteri telah banyak diaplikasi pada berbagai tanaman dan beberapa diantaranya telah dikemas dalam berbagai bentuk dan dikomersilkan sebagai pupuk hayati dan untuk pengendalian penyakit tanaman (Herman et al. 2008; Minorsky 2008; Ashrafuzzaman et al. 2009). Penggunaan rizobakteri mampu memacu pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman. Glick et al. (2007) menyatakan bahwa fungsi rizobakteri terhadap pertumbuhan tanaman adalah: (i) membantu meningkatkan serapan hara; (ii) mencegah perkembangbiakan organisme patogen; dan (iii) menyediakan hormon pertumbuhan. Dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, rizobakteri memiliki peran penting seperti menghasilkan hormon tumbuh seperti IAA (Thakuria et al. 2004; Karnwal 2009; Agustiansyah 2010), giberelin dan memfiksasi N (Hafeez et al. 2006; Ismarini 2007), melarutkan fosfat (Gray dan Smith 2005; Mehvraz dan Chaichi 2008). Khusus pada kemampuan melarutkan fosfat, rizobakteri seperti Pseudomonas spp. dan Bacillus spp. dapat mengeluarkan asam-asam organik seperti asam formiat, asetat, dan laktat yang bersifat dapat melarutkan bentuk-bentuk fosfat yang sukar larut tersebut menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman (Rodriquez dan Fraga 1999; Rao 2007; Prihartini 2009). Dalam meningkatkan mutu fisiologis benih, Gholami et al. (2009) mengemukakan bahwa inokulasi benih jagung dengan rizobakteri secara signifikan meningkatkan daya berkecambah dan vigor benih jagung. Namun, peningkatan tersebut bervariasi antar jenis bakteri. Bakteri Azospirilium lipoferum DSM1691 dapat meningkatkan daya berkecambah benih jagung hingga 18.5% dibanding tanpa inokulasi. Pada benih padi, inokulasi rizobakteri signifikan meningkatkan viabilitas dan vigor benih (Ashrafuzzaman et al. 2009; Agustiansyah et al. 2010). Peningkatan mutu fisiologis benih jagung, dapat dilakukan dengan perlakuan benih menggunakan rizobakteri. Perlakuan benih dilakukan dengan tujuan (1) menghasilkan pertumbuhan bibit yang baik, (2) meminimalkan kehilangan hasil, (3) mempertahankan dan memperbaiki mutu, dan (4) menghindari penyebaran organisme berbahaya (Ilyas 2006). Kemampuan rizobakteri dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada berbagai komoditas telah banyak dilaporkan. Penggunaan rizobakteri dalam meningkatkan pertumbuhan, mutu fisiologis benih tetua jagung hibrida dalam rangka produksi benih belum banyak dilakukan. Berdasarkan hal tersebut maka karakterisasi rizobakteri dalam meningkatkan mutu fisologis dan pertumbuhan tanaman tetua betina jagung hibrida untuk produksi benih perlu dilakukan. Tujuan percobaan ini adalah untuk mendapatkan isolat rizobakteri yang mampu melarutkan fosfat, mampu memproduksi IAA, tidak bersifat patogen terhadap tanaman, dapat meningkatkan mutu fisiologis benih dan pertumbuhan bibit tetua betina jagung hibrida.

40 21 Bahan dan Metode Karakterisasi rizobakteri dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB dan pengujian mutu fisiologis dilakukan di rumah kaca Ilmu dan Teknologi Benih Leuwikopo IPB. Rizobakteri yang diuji adalah dari jenis Aktinomiset, Bacillus spp., dan Pseudomonas kelompok fluorescens, koleksi laboratorium Bakteriologi Departemen Proteksi Tanaman IPB (Tabel 5). Tabel 5. Isolat rizobakteri yang digunakan dalam penelitian Isolat Genus Asal Isolat Referensi AB1 Aktinomiset Tanah perakaran bambu Himmah (2012) AB2 Aktinomiset Tanah perakaran bambu Himmah (2012) AB3 Aktinomiset Tanah perakaran bambu Himmah (2012) AB4 Aktinomiset Tanah perakaran bambu Himmah (2012) AB10 Aktinomiset Tanah perakaran bambu Himmah (2012) AB11 Aktinomiset Tanah perakaran bambu Himmah (2012) APS7 Aktinomiset Tanah perakaran sawit Himmah (2012) APS12 Aktinomiset Tanah perakaran sawit Himmah (2012) ATS4 Aktinomiset Tanah sawah Himmah (2012) ATS5 Aktinomiset Tanah sawah Himmah (2012) ATS6 Aktinomiset Tanah sawah Himmah (2012) ATS8 Aktinomiset Tanah sawah Himmah (2012) B11 Bacillus spp. Koleksi lab.bakteriologi DPT Penelitian ini B13 Bacillus spp. Koleksi lab.bakteriologi DPT Penelitian ini B26 Bacillus spp. Tembilahan- Riau Penelitian ini B27 Bacillus spp. Koleksi lab.bakteriologi DPT Penelitian ini B28 Bacillus spp. Koleksi lab.bakteriologi DPT Penelitian ini B29 Bacillus spp. Bogor Penelitian ini B31 Bacillus spp. Tembilahan- Riau Penelitian ini B36 Bacillus spp. Tembilahan- Riau Penelitian ini B37 Bacillus spp. Koleksi lab.bakteriologi DPT Penelitian ini B38 Bacillus spp. Koleksi lab.bakteriologi DPT Penelitian ini B42 Bacillus spp. Koleksi lab.bakteriologi DPT Penelitian ini B46 Bacillus spp. Koleksi lab.bakteriologi DPT Penelitian ini P11 Pseudomonas kel.fluorescens Citere-Pengalengan Ratdiana (2012) P12 Pseudomonas kel.fluorescens Koleksi lab.bakteriologi DPT Ratdiana (2012) P13 Pseudomonas kel.fluorescens Koleksi lab.bakteriologi DPT Ratdiana (2012) P14 Pseudomonas kel.fluorescens Landungsari-Malang Ratdiana (2012) P16 Pseudomonas kel.fluorescens Koleksi lab.bakteriologi DPT Ratdiana (2012) P17 Pseudomonas kel.fluorescens Koleksi lab.bakteriologi DPT Ratdiana (2012) P24 Pseudomonas kel.fluorescens Koleksi lab.bakteriologi DPT Ratdiana (2012) P31 Pseudomonas kel.fluorescens Koleksi lab.bakteriologi DPT Ratdiana (2012) P32 Pseudomonas kel.fluorescens Koleksi lab.bakteriologi DPT Penelitian ini P34 Pseudomonas kel.fluorescens Batu-Malang Ratdiana (2012)

41 22 Uji Kemampuan Melarutkan Fosfat Rizobakteri yang diuji berupa Pseudomonas kelompok fluorescens, Bacillus spp. dan Aktinomiset (Tabel 5). Pengujian kemampuan rizobakteri melarutkan fosfat menggunakan media uji Pikovskaya s dengan penambahan tri-calcium phosphate (TCP) sebagai sumber fosfat (Rao, 1999). Komposisi medium yang digunakan per liter terdiri atas glukosa (10 g), NaCl (0.2 g), KCl (0.2 g) MgSO 4 (0.1 g), FeSO 4 (2.5 mg), yeast extract (0.5 g), (NH 4 ) 2 SO 4 (0.5 g), dan agar (15 g). Media disterilisasi dengan pemanasan menggunakan autoklaf. Media uji dituangkan kedalam cawan petri, dibuat lubang dengan cork borer dan diisi dengan 10 µl suspensi isolat bakteri yang diuji. Media uji dengan bakteri diinkubasi selama 3 hari pada suhu 28 o C. Kemampuan melarutkan fosfat dari isolat yang diuji dievaluasi secara kualitatif berdasarkan terbentuknya zona bening di sekitar lubang yang berisi suspensi bakteri (Thakuria et al, 2004). Uji reaksi hipersensitif Pengujian ini bertujuan untuk menyeleksi isolat rizobakteri yang tidak bersifat patogen terhadap tanaman. Pengujian dilakukan dengan cara menyuntikkan isolat rizobakteri ke daun tanaman tembakau yang sehat, dan dievaluasi jam setelah inokulasi. Reaksi hipersensitif ditandai dengan timbulnya gejala nekrosis pada daun tembakau. Isolat yang menunjukkan gejala nekrosis mengindikasikan isolat tersebut bersifat patogen terhadap tanaman. Isolat rizobakteri yang tidak menunjukkan gejala nekrosis berpotensi untuk digunakan dalam pengujian lebih lanjut. Uji Produksi Asam Indol Asetat (IAA) Rizobakteri yang diuji berupa Pseudomonas kelompok fluorescens, Bacillus spp. dan Aktinomiset yang teridentifikasi melarutkan fosfat, dan tidak patogen terhadap tanaman, masing-masing jenis 6 isolat dari tiap jenis rizobakteri. Isolat Pseudomonas kelompok fluorescens ditumbuhkan dalam medium King s B cair, Bacillus spp. dalam larutan nutrient broth, dan Aktinomiset dalam larutan YCED cair masing-masing sebanyak 5 ml. Untuk memacu sintesis auksin, ke dalam masing-masing media ditambahkan asam amino triptofan 0.1 mm. Media yang berisi isolat bakteri diinkubasi dalam kondisi gelap pada suhu ruang selama 48 jam sambil dikocok pada kecepatan 110 rpm. Kultur bakteri disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit, kemudian supernatan dipisahkan dari endapan bakteri, dan dianalisis kandungan IAA-nya. Kandungan IAA dalam filtrat kultur bakteri dideteksi dengan menggunakan reagen Salkowski (FeCl 3 12 g/l dalam 7.9 M H 2 SO 4 ). Filtrat kultur bakteri (1 ml) ditambahkan reagen Salkowski (4 ml) dan diinkubasi selama 30 menit. Setelah periode inkubasi, nilai absorban campuran dibaca dengan spektrofotometer (model Parmacia) pada panjang gelombang 510 nm. Kurva standar berdasarkan nilai absorban larutan IAA murni digunakan untuk menghitung kandungan IAA dalam filtrat kultur bakteri (Glickman dan Dessaux 1995).

42 23 Uji Keefektifan Rizobakteri dalam Meningkatkan Mutu Benih dan Pertumbuhan bibit Tetua Jagung Hibrida Percobaan dilakukan di rumah kaca Leuwikopo pada bulan Agustus - September Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap, dimana jenis rizobakteri yang diuji sebagai perlakuan. Isolat rizobakteri yang diuji sebanyak 15 isolat hasil seleksi dari percobaan sebelumnya yaitu: AB2, AB3, AB11, ATS4, ATS5, B13, B28, B37, B42, B46, P12, P14, P24, P31, P34. Benih jagung yang digunakan adalah tetua betina dari hibrida Bima-3 berasal dari Balitsereal Maros Sulawesi Selatan, hasil panen bulan Mei Aplikasi rizobakteri dilakukan pada benih sebelum ditanam yaitu dengan merendam dalam suspensi bakteri dengan nilai OD yang sama selama 12 jam, kemudian dikeringanginkan (Afzal, 2002). Benih jagung yang telah diberi perlakuan rizobakteri dikecambahkan dalam bak plastik berukuran 40 x 30 x 12 cm (panjang, lebar, dan tinggi) yang berisi media pasir steril. Setiap perlakuan ditanam 25 benih, dan masing-masing perlakuan diulang empat kali. Untuk menjaga media agar tetap lembab, dilakukan penyiraman tiap hari. Pengamatan dilakukan terhadap: 1. Mutu fisiologis benih: a. Daya berkecambah (DB) Pengukuran daya berkecambah (%) dihitung berdasarkan perbandingan jumlah kecambah normal pada hitungan pertama dan kedua dengan jumlah total benih yang ditanam. Hitungan pertama adalah 4 hari setelah pengecambahan dan hitungan kedua adalah 7 hari setelah pengecambahan (ISTA 2007), dengan rumus sebagai berikut : b. Indeks Vigor (IV) Indeks vigor dihitung berdasarkan jumlah kecambah normal pada pengamatan hitungan ke-1 (Copeland dan McDonald 1995) dengan rumus: c. Kecepatan Tumbuh (K CT ) Kecepatan tumbuh benih dihitung berdasarkan jumlah pertambahan persentase kecambah normal/etmal (1 etmal = 24jam) (Sadjad et al. 1999) dengan rumus: K CT dimana: K CT = kecepatan tumbuh benih (% etmal -1 ) d = tambahan persentase kecambah normal t = waktu perkecambahan 2. Tinggi bibit diukur dari batang sejajar media tumbuh hingga ujung daun tertinggi. Pengamatan dilakukan pada saat bibit berumur 4 minggu setelah tanam (MST). 3. Panjang akar, diukur dari pangkal batang tempat tumbuhnya akar hingga akar terpanjang. Tanaman dibongkar dari box plastik secara perlahan-lahan sambil disiram air, kemudian dicuci, dikeringkan dan diukur panjang akarnya.

43 24 4. Bobot kering bibit, dihitung dengan cara menimbang seluruh bibit dibagi dengan jumlah bibit, setelah dioven pada suhu 60 o C selama 3 x 24 jam. Kemampuan Melarutkan Fosfat Hasil dan Pembahasan Identifikasi pelarutan fosfat dengan melihat adanya lingkaran bening (halo) (Gambar 5). Dari hasil uji dengan metode sumur, teridentifikasi enam isolat Pseudomonas kelompok fluorescens, tujuh isolat Bacillus, dan sepuluh isolat Aktinomiset yang dapat melarutkan fosfat. Isolat Pseudomonas kelompok fluorescens memiliki potensi besar dalam melarutkan fosfat yang ditandai dengan terbentuknya halo yang lebih besar dibanding isolat Bacillus spp. dan Aktinomiset (Tabel 6). Rao (2007) melaporkan bahwa mikroorganisme dari kelompok Bacillus spp. dan Pseudomonas spp. merupakan pelarut fosfat yang potensial. Gambar 5. Pelarutan fosfat oleh isolat rizobakteri; P12, P13, P17, P31 = rizobakteri Pseudomonas kelompok fluorescens Reaksi hipersensitif Isolat bersifat hipersensitif positif jika pada area daun tembakau yang disuntik dengan isolat rizobakteri tersebut menunjukkan gejala kematian sel, kering dan nekrosis (Gambar 6). Rizobakteri yang menunjukkan gelala hipersensitif positif pada daun tembakau diduga bersifat patogen bagi tanaman. Gejala nekrosis Gambar 6. Reaksi hipersensitif isolat rizobakteri

44 25 Dari hasil pengujian, terdapat empat isolat Bacillus spp menunjukkan gejala hipersensitif positif yaitu B11, B27, B31, dan B36, tiga isolat dari jenis Pseudomonas kelompok fluorescens yaitu P16, P17, dan P32, sedang dari jenis Aktinomiset terdapat empat isolat yaitu AB4, AB10, APS12, dan ATS8. Terdapat delapan isolat dari jenis Bacillus spp., tujuh isolat dari jenis Pseudomonas kelompok fluorescens, dan delapan isolat dari jenis Aktinomiset yang menunjukkan hipersensitif negatif atau tidak patogen terhadap tanaman (Tabel 6). Produksi Asam Indol Asetat (IAA) Penapisan rizobakteri dimulai dari pengujian kemampuan dalam melarutkan fosfat dan reaksi hipersensitifnya pada daun tembakau. Berdasarkan dua pengujian tersebut dipilih masing-masing enam isolat rizobakteri dari setiap jenis rizobakteri untuk diuji kemampuan produksi IAAnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan memproduksi IAA dari masing-masing jenis rizobakteri. Isolat rizobakteri dari jenis Bacillus spp. dan Pseudomonas kelompok fluorescens mampu menghasilkan IAA lebih tinggi dibandingkan isolat dari jenis (Gambar 7). Isolat B42 dan B28 menghasilkan IAA lebih tinggi dibanding isolat lainnya. Thakuria et al. (2004) melaporkan bahwa rizobakteri dari kelompok Bacillus spp. mampu menghasilkan IAA lebih tinggi. Kemampuan rizobakteri mengkolonisasi perakaran tanaman berimplikasi pada jumlah asam amino triptofan yang diperoleh dari eksudat akar tanaman. Produksi IAA oleh rizobakteri hanya akan terjadi jika konsentrasi asam amino triptofan di daerah perakaran tanaman cukup tinggi (Karnval 2009). IAA merupakan hormon tumbuhan yang berperan dalam pemanjangan batang, penyembuhan luka, dan penuaan daun (Taiz dan Zeiger 2002), penundaan gugurnya daun, bunga, dan buah (Salisbury dan Ross 1995). Produksi IAA (µg/ml) B28 B42 B46 B37 B29 B13 P34 P31 P24 P12 P14 P13 Isolat rizobakteri ATS4 ATS6 AB11 AB2 AB3 ATS5 Gambar 7. Produksi IAA dari isolat, Bacillus spp, Pseudomonas kelompok fluorescens, dan Aktinomiset Berdasarkan hasil karakterisasi rizobakteri terhadap kemampuan melarutkan fosfat, reaksi hipersensitif, dan produksi IAA, selanjutnya dilakukan penapisan rizobakteri untuk digunakan pada percobaan berikutnya.

45 26 Tabel 6. Reaksi hipersensitif dan kemampuan melarutkan fosfat dari isolat rizobakteri Isolat Bakteri Reaksi hipersensitif *) Pelarutan fosfat **) Aktinomiset AB1 AB2 AB3 AB4 AB10 AB11 APS7 APS12 ATS4 ATS5 ATS6 ATS8 Bacillus spp. B11 B13 B26 B27 B28 B29 B31 B36 B37 B38 B42 B46 P. kelompok fluorescens P11 P12 P13 P14 P16 P17 P24 P31 P32 P Keterangan : *) : + = hipersensitif positif; - = hipersensitif negatif **) pelarutan fosfat: - = tidak; + = rendah; ++ = sedang; +++ = tinggi Dari hasil seleksi, terpilih lima isolat dari masing-masing jenis rizobakteri. Dari kelompok Aktinomiset terpilih isolat: AB3, ATS4, AB11, AB2 dan ATS5, dari kelompok Bacillus spp. terpilih lima isolat: B13, B46, B28, B37 dan B42, sedangkan dari Pseudomonas kelompok fluerescens terpilih isolat: P24, P12, P14, P31 dan P34.

46 27 Isolat B29 memiliki kemampuan memproduksi IAA lebih tinggi dibanding rizobakteri B13, B46 dan B28, namun kemampuan melarutkan fosfat lebih rendah dibanding ke tiga isolat tersebut. Pengaruh Rizobakteri terhadap Mutu Fisiologis Benih Tetua Betina Jagung Hibrida Aplikasi rizobakteri dapat meningkatkan indeks vigor (IV) dan kecepatan tumbuh (K CT ) benih jagung hibrida dibanding kontrol, kecuali isolat P12. Pengamatan terhadap IV, menunjukkan bahwa perlakuan benih dengan isolat B28 dan B46 mencapai IV tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan P12 dan kontrol (Gambar 8). Isolat B28 dan B46 dapat meningkatkan IV masing-masing 19% dan 22%. Demikian pula pada variabel kecepatan tumbuh, isolat B28 dan B46 menghasilkan K CT benih jagung hibrida yang tinggi dibanding isolat P12 dan kontrol. IV (%) a a a a ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab b b ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab b b K CT (% etmal-1) 0 0 Isolat rizobakteri Indeks Vigor Kecepatan tumbuh Gambar 8. Pengaruh aplikasi rizobakteri terhadap indeks vigor (IV) dan kecepatan tumbuh (K CT ) benih tetua betina jagung hibrida. Huruf yang sama pada tengah balok data dan diatas lambang [ ], menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α= 5% Isolat B28 mampu meningkatkan DB benih jagung 15% lebih tinggi dibanding kontrol, berbeda nyata dengan perlakuan P24, P34, P12, dan kontrol, namun tidak berbeda nyata dibanding perlakuan B46, B42, B13, P14, P31, AB2, AB3, AB11, ATS4, dan ATS5 (Gambar 9). Hameda et al. (2008) melaporkan bahwa inokulasi bakteri pelarut fosfat dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih jagung. Perbaikan viabilitas dan vigor benih diduga disebabkan peningkatan sintesis hormon seperti IAA atau giberelin (GA3) sebagai pemicu aktivitas enzim amilase yang berperan dalam perkecambahan (Gholami et al. 2009). Inokulasi PGPR pada benih padi dapat meningkatkan daya berkecambah benih % dibanding tanpa PGPR (Ashrafuzzaman et al. 2009). Demikian pula yang dilaporkan oleh Sutariati et al. (2006), bahwa perlakuan benih cabai dengan Bacillus spp. dan P. fluorescens, mampu meningkatkan daya berkecambah, indeks

47 28 vigor, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh relatif, dan menurunkan waktu yang dibutuhkan untuk berkecambah 50% (T 50 ). Isolat rizobakteri mampu meningkatkan DB diduga karena isolat-isolat tersebut mampu memproduksi hormon pertumbuhan seperti IAA, giberelin dan sitokinin, serta mampu menginduksi tanaman sejak perkecambahan a ab ab ab ab ab bc ab bc c ab ab ab ab ab bc DB (%) Isolat rizobakteri Gambar 9. Pengaruh aplikasi rizobakteri terhadap daya berkecambah (DB) benih tetua betina jagung hibrida. Huruf yang sama diatas balok data menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 5% Aplikasi rizobakteri tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan bobot kering bibit, namun berpengaruh terhadap panjang akar jagung (Tabel 7). Isolat P34 dan P12 mampu meningkatkan panjang akar masing-masing mencapai 50.0 dan 49.1cm dibanding kontrol (39.8 cm). Hameeda et al. (2008) melaporkan adanya peningkatan panjang akar dan tinggi tanaman akibat inokulasi bakteri pelarut fosfat pada benih jagung. Akar merupakan salah satu organ tanaman yang sangat sensitif terhadap konsentrasi IAA. Tanaman merespon IAA dengan mekanisme pemanjangan akar primer, pembentukan akar lateral dan akar adventif (Leveau 2005). Patten dan Glick (2002), menyatakan bahwa IAA yang disekresikan oleh bakteri meningkatkan pertumbuhan akar tanaman secara langsung dengan menstimulasi pemanjangan sel atau pembelahan sel. Rata-rata bobot kering bibit jagung berkisar antara g. Isolat P12, B13, dan P34 cenderung meningkatkan bobot kering bibit jagung (Tabel 7). Sharafzadeh (2012) melaporkan bahwa inokulasi PGPR dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat dalam rumah kaca. Namun percobaan lapangan perlu dilakukan untuk memastikan bahwa efek positif tersebut masih dapat dipertahankan.

48 29 Tabel 7. Pengaruh aplikasi isolat rizobakteri terhadap tinggi tanaman, panjang akar, dan bobot kering bibit jagung pada umur 4 MST Isolat rizobakteri Tinggi tanaman (cm) Panjang akar (cm) Bobot kering bibit (g/bibit) Kontrol bc 0.59 B abc 0.55 B abc 0.52 B abc 0.50 B ab 0.58 B abc 0.63 P abc 0.61 P ab 0.60 P bc 0.48 P a 0.62 P a 0.64 AB c 0.55 AB ab 0.59 AB abc 0.55 ATS abc 0.54 ATS bc 0.49 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α= 5% Hasil penelitian Ashrafuzzaman et al. (2009), menunjukkan bahwa perlakuan benih padi dengan rizobakteri dapat meningkatkan tinggi bibit, bobot kering bibit, panjang akar, dan bobot kering akar padi. Agens hayati sebagai agens pemacu pertumbuhan dan peningkatan produksi tanaman dapat melalui beberapa mekanisme yaitu mampu memfiksasi nitrogen, melarutkan fosfat, dan memproduksi hormon pertumbuhan tanaman seperti IAA, giberelin, dan sitokinin (Egamberdiyeva 2005; Bae et al. 2007). Berdasarkan hasil tersebut di atas terutama peranannya dalam meningkatkan viabilitas dan vigor benih tetua jagung, maka terpilih isolat B28 (Bacillus spp.), P14, P31 (Pseudomonas kelompok fluerescens), AB2, dan ATS4 (Aktinomiset.). Isolat B42 (Bacillus spp.) dipilih karena selain menghasilkan IAA yang tinggi yaitu μg ml -1, juga menghasilkan kitinase yang tinggi yaitu 8.67 mm (Budiman 2012), dibanding rizobakteri lainnya pada jenis Bacillus spp. Rizobakteri hasil seleksi tersebut akan digunakan pada percobaan di lapang. KESIMPULAN 1. Terdapat 23 isolat yang mampu melarutkan fosfat, dan 23 isolat menunjukkan reaksi hipersensitif negatif, 18 isolat mampu memproduksi IAA. 2. Berdasarkan karakterisasi rizobakteri, terpilih lima isolat dari jenis Aktinomiset (AB3, ATS4, AB11, AB2 dan ATS5), lima isolat dari jenis Bacillus spp. (B13, B46, B28, B37 dan B42), dan lima isolat dari Pseudomonas kelompok fluorescens (P24, P12, P14, P31 dan P34) yang digunakan untuk pengujian mutu fisiologis benih tetua betina jagung hibrida.

49 30 3. Isolat B28 dan B46 dapat meningkatkan indeks vigor dan kecepatan tumbuh benih jagung. Isolat B28 mampu meningkatkan daya berkecambah hingga mencapai 80 %. Isolat lain yang berpotensi meningkatkan daya berkecambah yaitu: B46, B42, B13, P14, P31, AB2, AB3, AB11, ATS4, dan ATS5. 4. Aplikasi rizobakteri P34 dan P12 mampu meningkatkan panjang akar jagung. 5. Berdasarkan hasil karakterisasi rizobakteri dan pengaruhnya terhadap peningkatan mutu fisiologis benih jagung, terpilih enam isolat rizobakteri dari masing-masing jenis rizobakteri yang dapat digunakan pada percobaan selanjutnya yaitu AB2, ATS4, B28, B42, P14, dan P31.

50 31 PENGARUH RIZOBAKTERI DAN PUPUK FOSFAT DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA Abstract The use of quality seeds from improved varieties will produce more productive and efficient plants. Phosphate fertilizer can increase plant growth, productivity, and physiological quality of seeds. However, only 10-30% of P fertilizer can be absorbed by plants. Application of rhizobacteria can increase phosphate uptake and plant growth. The objectives of this experiment were to evaluate the effect of rhizobacteria and phosphate fertilizers on plant growth and yield of female parent of maize hybrid. The experiment was conducted at University Farm, Cikabayan field station Bogor Agricultural University. Parent of maize hybrid seed cv. Bima-3, namely: Nei9008 (female parent) and Mr-14 (male parent) were used. The groups of isolates Actinomycetes, Bacillus spp. and Fluorescens pseudomonads were used in these experiments. The seeds were planted in polybags with sterilized soil. Experiment was arranged in a split plot design with three replications. The main plot was P fertilizer (untreated, 50 kg, 100 kg, 150 kg, and 200 kg SP-36 ha -1 ), and the subplot was rhizobacteria treatment (untreated, B28, B42, P14, P31, AB2 and ATS4 rhizobacteria isolates). Phosphate fertilizer did not give significant effect on the average number of leaves, plant height, weight of ear, and kernel weight per ear. B42 isolate was potential to increase plant growth, while B28 isolate was potential to increase weight of ear, and weight seed per ear. Key word: Actinomycetes, Bacillus spp., Fluorescent pseudomonads, Abstrak Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul akan menghasilkan tanaman yang lebih produktif dan efisien. Pupuk fosfat dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, produktivitas dan mutu fisiologis benih. Namun biasanya hanya 10-30% dari pupuk P yang dapat diserap oleh tanaman. Penggunaan rizobakteri dapat meningkatkan serapan fosfat dan pertumbuhan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rizobakteri dan pupuk fosfat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman tetua betina jagung hibrida. Percobaan dilakukan di kebun percobaan di Universitas Farm, Cikabayan IPB, menggunakan benih tetua jagung hibrida cv. Bima-3, yaitu: Nei9008 (tetua betina) dan MR-14 (tetua jantan). Rizobakteri yang digunakan dari kelompok Aktinomiset, Bacillus spp. dan Pseudomonas kelompok fluorescens. Benih telah ditanam dalam polybag yang diisi tanah steril. Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi dengan tiga ulangan. Petak utama berupa pupuk P (tanpa P, 50 kg, 100 kg, 150 kg, dan 200 kg SP-36 ha -1 ), dan anak petak adalah perlakuan rizobakteri (tanpa rizobakteri, rizobakteri B28, B42, P14, P31, AB2 dan ATS4). Aplikasi pupuk P tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah daun, tinggi tanaman, bobot tongkol, dan bobot benih per tongkol. Rizobakteri B42 berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Isolat B28 rizobakteri dapat meningkatkan bobot tongkol, dan bobot benih per tongkol. Kata kunci: Aktinomiset, Bacillus spp., Pseudomonas kelompok fluorescens

51 32 Pendahuluan Pupuk merupakan komponen budidaya yang sangat berperan dalam pencapaian hasil panen. Penggunaan pupuk yang tidak mencukupi atau berlebih akan berdampak pada hasil panen, efisiensi usahatani dan lingkungan. Salah satu pupuk yang banyak digunakan adalah pupuk fosfor (P) yang merupakan unsur hara makro esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari pemupukan serta hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Jumlah P total dalam tanah cukup banyak, namun yang tersedia bagi tanaman jumlahnya rendah hanya mg/kg tanah (Handayanto dan Hairiyah 2007). Pemberian pupuk P sering tidak efisien, karena pupuk P yang diberikan akan membentuk senyawa yang tidak dapat diserap oleh tanaman, sehingga perlu diberikan dalam dosis yang tinggi. Untuk meningkatkan ketersediaan P dalam tanah adalah dengan memanfaatkan rizobakteri. Rizobakteri pemacu tumbuh tanaman yang lebih popular disebut plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) merupakan kelompok bakteri menguntungkan yang secara aktif mengkolonisasi rizosfer. PGPR berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan lahan (Wahyudi 2009). Secara langsung, PGPR merangsang pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan hormon pertumbuhan, vitamin dan berbagai asam organik serta meningkatkan asupan nutrisi bagi tanaman. Pertumbuhan tanaman ditingkatkan secara tidak langsung oleh PGPR melalui kemampuannya dalam menghasilkan antimikroba patogen yang dapat menekan pertumbuhan fungi penyebab penyakit tanaman (fitopatogenik) dan siderophore (Ashrafuzzaman et al. 2009; Yazdani et al. 2009). Patten dan Glick (1996) mengemukakan bahwa keefektifan bakteri pelarut fosfat tidak hanya disebabkan oleh kemampuannya dalam meningkatkan ketersediaan P tetapi juga disebabkan kemampuannya dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh, terutama mikroba yang hidup pada permukaan akar seperti P. fluorescens, P. puptida dan P. striata. Mikroba tersebut dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti asam indol asetat (IAA) dan asam giberelin (GA 3 ). Wulandari (2001) melaporkan bahwa inokulasi bakteri pelarut fosfat jenis Pseudomonas diminuta dan Pseudomonas cepaceae yang diikuti dengan pemberian pupuk fosfat pada tanaman kedelai, dapat meningkatkan ketersediaan fosfat dan meningkatkan produksi tanaman serta meningkatkan efisiensi pupuk P yang digunakan. Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui keefektifan rizobakteri dan pupuk P dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tetua betina jagung hibrida. Bahan dan Metode Percobaan dilakukan di kebun percobaan University farm IPB Cikabayan. Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi. Petak utama terdiri atas lima taraf dosis pemupukan P yaitu: P 1 ) tanpa P (kontrol), P 2 ) 50 kg SP-36 ha -1, P 3 )100 kg SP-36 ha -1, P 4 ) 150 kg SP-36 ha -1, dan P 5 ) 200 kg SP-36 ha -1. Anak petak adalah perlakuan benih dengan rizobakteri yaitu (1) tanpa rizobakteri (kontrol); (2) B28; (3) B42; (4) P13; (5) P31; (6) AB2; dan (7) ATS4. Setiap satuan percobaan terdiri atas tiga tanaman, dan masing-masing kombinasi perlakuan diulang tiga kali. Rizobakteri yang digunakan sebanyak enam isolat yang terbaik dari hasil

52 33 percobaan sebelumnya, yang masing-masing berasal dari tiga jenis bakteri (Bacillus spp., Pseudomonas kelompok fluorescens, dan Aktinomiset). Benih tetua betina dan tetua jantan yang digunakan adalah Nei9008 dan MR-14 berasal dari Balitsereal Maros, Sulawesi Selatan, yang merupakan tetua dalam memproduksi jagung hibrida Bima-3. Tanah yang digunakan untuk mengisi polybag berasal dari kebun percobaan Cikemeuh Bogor, yang telah disterilkan selama empat jam dalam suhu 120 o C pada tekanan atm. Tanah steril dimasukkan ke dalam polybag masing-masing sebanyak 8-10 kg/polybag. Jumlah polybag yang digunakan sebanyak 315 untuk penanaman tetua betina dan 79 buah untuk penanaman tetua jantan. Benih ditanam sebanyak dua benih/polybag, dan dijarangkan menjadi satu tanaman/polybag pada saat tanaman berumur satu minggu setelah tanam (MST). Aplikasi rizobakteri dan pupuk P diberikan pada tetua betina sesuai dengan perlakuan. Rizobakteri diberikan dua kali yaitu perlakuan pada benih sebelum ditanam dan saat tanaman berumur 35 HST. Aplikasi pertama sebagai perlakuan benih, dilakukan sebelum benih ditanam direndam dalam suspensi bakteri 12 jam, dan kemudian dikeringanginkan. Aplikasi kedua, 50 ml suspensi bakteri dengan populasi cfu/ml disiram pada pangkal tanaman. Untuk perlakuan tanpa rizobakteri, benih direndam dengan air steril sebagai pengganti suspensi rizobakteri, kemudian dikeringanginkan (Afzal et al, 2002; Khalimi dan Wirya 2009). Untuk pupuk SP-36 diberikan pada saat tanaman berumur 7 HST dengan dosis sesuai perlakuan dan dikonversi sesuai kebutuhan tanaman setiap polybag. Selain pupuk P, tanaman tetua betina juga diberi pupuk Urea dan KCl. Pemupukan Urea dengan dosis 300 kg ha -1 diberikan dua kali yaitu 1/3 bagian pada saat tanaman berumur 7 HST dan 2/3 bagian sisanya saat berumur 30 HST. Pemupukan KCl dengan dosis 100 kg ha -1 diberikan dua kali yaitu 75% pada saat tanaman berumur 7 HST dan 25% sisanya saat berumur 30 HST. Tanaman tetua jantan diberi pemupukan sesuai rekomendasi yaitu 300 kg Urea, 200 kg SP-36, dan 100 kg KCl ha -1. Cara dan waktu aplikasi pupuk Urea dan KCl seperti pada tetua betina, sedang pupuk SP-36 diberikan seluruhnya pada saat tanaman berumur 7 HST bersama pupuk Urea dan KCl pertama. Variabel yang diamati berupa: tinggi tanaman, jumlah daun, bobot tongkol, dan bobot biji/tongkol. Tinggi tanaman fase vegetatif diukur dari pangkal batang sejajar tanah hingga pucuk tanaman, setiap dua minggu. Jumlah daun diamati setiap dua minggu pada fase vegetatif hingga tanaman berbunga. Bobot tongkol dan bobot biji/tongkol diamati setelah dikeringkan selama tujuh hari. Untuk mengetahui kandungan hara tanah, dilakukan analisis sebelum tanam. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan analisis ragam (Anova) dengan bantuan software SAS versi 9,0. Jika terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Hasil dan Pembahasan Penggunaan pupuk P dengan dosis yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung umur 4 MST, namun tidak berbeda nyata pada tinggi tanaman 2, 6, dan 9 MST (Tabel 8). Secara keseluruhan perlakuan pupuk P belum memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun dibanding kontrol. Aplikasi pupuk P 200 kg SP-36 ha -1 dapat meningkatkan tinggi

53 34 tanaman pada umur 4 MST hingga mencapai cm. Pada umur 9 MST (saat berbunga), aplikasi pupuk P 150 kg dan 50 kg ha -1 dapat mencapai tanaman jagung tertinggi masing-masing 92.4 dan 91.7 cm. Tabel 8. Pengaruh aplikasi pupuk P terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun Pupuk P (kg SP-36 ha -1 ) Umur tanaman (MST) Tinggi tanaman (cm) ab b ab ab a Jumlah daun (helai) ab c bc a c 10.7 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf α= 5% Demikian pula, perlakuan pupuk P tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun jagung pada umur 2, 4 dan 9 MST, namun pada umur 6 MST memberikan pengaruh yang nyata (Tabel 8). Pemupukan P 150 kg SP-36 ha -1 dapat meningkatkan jumlah daun dibanding dosis lainnya, kecuali dengan kontrol. Hal ini diduga karena kandungan hara P tersedia dalam tanah yang digunakan tergolong tinggi (Balai Penelitian Tanah 2005) yaitu dengan kandungan P 2 O 5 rata-rata 43 ppm (Lampiran 5). Aplikasi rizobakteri berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung pada umur 2 dan 6 MST, namun tidak berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 9). Isolat rizobakteri B28, B42, ATS4 dan AB2, cenderung meningkatkan tinggi tanaman jagung dibanding isolat lainnya. Penggunaan rizobakteri tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun jagung pada umur 2, 6 dan 9 MST, tapi berbeda nyata pada saat tanaman berumur 4 MST. Isolat B42, ATS4, dan B28 mampu meningkatkan jumlah daun jagung dibanding isolat lainnya pada umur tanaman 4 MST. Kandungan hara P tanah yang tinggi diduga menyebabkan pengaruh rizobakteri untuk memacu pertumbuhan tanaman jagung menjadi tidak optimal. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa aplikasi rizobakteri dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung (Biari et al. 2008; Yazdani et al. 2009; Sharifi et al. 2011; Ashrafi dan Seiedi 2011), dan pada tanaman padi (Agustiansyah et al. 2010; Ashrafuzzaman et al. 2009).

54 35 Tabel 9. Pengaruh aplikasi rizobakteri terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun Isolat rizobakteri Umur tanaman (MST) Tinggi tanaman (cm) Kontrol 24.4 a a 91.1 B bc a 92.3 B ab a 91.2 P bc b 91.4 P c b 87.8 AB abc ab 86.8 ATS abc a Jumlah daun (helai) Kontrol ab B abc B a P bc P c AB bc ATS abc Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α= 5% Peningkatan ketahanan tanaman terhadap patogen oleh rizobakteri akan memacu sintesis senyawa tertentu, sehingga energi untuk pertumbuhan sebagian terpakai dalam sistesis senyawa tersebut. Agrios (2005) menyatakan bahwa ketahanan tanaman terhadap patogen oleh rizobakteri berhubungan dengan lignifikasi sel, serta pembentukan hidrogen peroksida yang secara langsung dapat menghambat pathogen. Hal ini menyebabkan tingginya aktivitas enzim peroksidase, yang berpengaruh terhadap energi untuk pertumbuhan. Tidak terdapat interaksi antara pupuk P dengan perlakuan rizobakteri terhadap bobot tongkol dan bobot biji/tongkol. Aplikasi pupuk P tidak berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol dan bobot biji/tongkol (Tabel 10). Tabel 10. Pengaruh aplikasi pupuk P terhadap bobot tongkol dan bobot biji/tongkol Pupuk P (kg SP-36 ha -1 ) Bobot tongkol (g) Bobot biji/tongkol (g) a 9.71 a a a a a a 9.30 a a 9.88 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α= 5%

55 36 Perlakuan rizobakteri berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol dan bobot biji/tongkol (Tabel 11). Isolat B28 mampu meningkatkan bobot tongkol dan bobot biji/tongkol hingga mencapai 23.5 g dan 13.2 g, namun tidak berbeda nyata dengan kontrol. Isolat P14 menghasilkan bobot tongkol dan bobot biji/tongkol lebih rendah dibanding kontrol. Tabel 11. Pengaruh aplikasi rizobakteri terhadap bobot tongkol dan bobot biji/tongkol Isolat rizobakteri Bobot tongkol (g) Bobot biji/tongkol (g) Kontrol ab 8.54 ab B a a B b 9.19 ab P b 7.86 b P ab ab AB ab 9.93 ab ATS ab ab Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α= 5% Penggunaan rizobakteri sebagai pupuk hayati, selain ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, juga untuk memelihara kelestarian lingkungan dari polusi penggunaan bahan kimia. Egamberdiyeva et al. (2007) menyatakan bahwa keuntungan teknologi pupuk hayati selain meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, juga dapat meminimalkan biaya produksi dan menurunkan kerusakan lingkungan. KESIMPULAN 1. Pemberian pupuk P belum dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot tongkol dan bobot biji/tongkol. 2. Isolat B42 berpotensi meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun. 3. Aplikasi isolat rizobakteri B28 cenderung meningkatkan bobot tongkol dan bobot biji/tongkol.

56 37 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG HIBRIDA DENGAN APLIKASI RIZOBAKTERI DAN PUPUK FOSFAT Abstract An effort to improve maize productivity is through the use of good quality maize seed. The objective of this research was to study the effect of rhizobacteria and P fertilizer on plant growth, productivity, and physiological quality of maize hybrid seed. The experiment was conducted at Lembar village West Lombok district, West Nusa Tenggara province, and at Seed Science and Technology laboratory IPB since October 2011 until December Field experiments were conducted during two planting seasons, the first planting season (rainy season) since October 2011 until February 2012, and the second planting season (dry season) since April 2012 until August This experiment was arranged in a split plot design with three replications. In the first planting seasons, the main plot was P fertilizer (untreated, 50, 100, 150, and 200 kg SP-36 ha -1 ), and the subplot was rhizobacteria treatment (untreated, rhizobacteria B28, B42, P14, P31, AB2 and ATS4). In the second planting season, the main plot was P fertilizer (untreated, 50, 100, 150, and 200 kg SP-36 ha -1 ), and the subplot was rhizobacteria treatment (untreated, rhizobacteria B42, and rhizobacteria ATS4). The result showed that in the first planting season, application of 100 kg SP-36 ha -1 increased productivity (1.10 t ha -1 ) compared untreated (0.91 t ha -1 ). B42, ATS4, and P31 isolates could increased number of leaf, leaf area index, and productivity of maize hybrid seeds. Result from the second planting season showed that application of 100 kg SP-36 ha -1 increased productivity compared untreated. ATS4 rhizobacteria could increase plant heigth and productivity of maize hybrid seed. Application of ATS4 rhizobacteria followed by 100 kg SP-36 ha -1 fertilizer increased the percentage of good quality seed. ATS4 rhizobacteria and P 100 kg SP-36 ha -1 fertilizer increased the physiological quality of harvested seeds after four month storage at o C and % RH. Key words: Actinomycetes,Bacillus.spp, Fluorescent pseudomonads, phosphate efficiency, seed storage Abstrak Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah melalui penggunaan benih bermutu dari varietas hibrida dan penggunaan pupuk yang optimal. Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari pengaruh aplikasi rizobakteri dan pupuk fosfat terhadap pertumbuhan, produktivitas dan mutu fisiologis benih jagung hibrida. Percobaan dilakukan di desa Lembar kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat, dan di laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB sejak Oktober 2011 hingga Desember Percobaan lapang dilakukan selama dua musim tanam yaitu musim tanam I (musim hujan= MH) bulan Oktober Pebruari 2012, dan musim tanam II (musim kemarau=mk) bulan April 2012 Agustus Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi dengan tiga ulangan. Pada musim tanam I, petak utama berupa lima dosis pemupukan P, dan anak petak berupa enam isolat rizobakteri dan kontrol (air). Pada musim tanam II, petak utama berupa lima dosis pupuk P dan anak petak berupa dua isolat rizobakteri hasil seleksi terbaik dari musim I dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada musim tanam I (MH), aplikasi pupuk P 100 kg SP-36 ha -1 dapat meningkatkan produktivitas benih jagung (1.10 t ha -1 ) dibanding tanpa P (0.91 t ha -1 ). Isolat rizobakteri B42, ATS4, dan P31 dapat meningkatkan jumlah daun, indeks luas daun, dan produktivitas benih jagung hibrida. Pada musim tanam II (MK), perlakuan pupuk P 100 kg SP-36 ha -1 dapat meningkatkan produktivitas dibanding kontrol. Isolat rizobakteri ATS4 mampu meningkatkan tinggi tanaman dan produktivitas benih jagung hibrida. Aplikasi rizobakteri

57 38 yang diikuti dengan pemupukan P 100 kg SP-36 ha -1 dapat meningkatkan rendemen benih. Penggunaan rizobakteri dapat mengurangi penggunaan SP % dari dosis rekomendasi. Rizobakteri ATS4 dan pupuk P 100 kg SP-36 ha -1 terbaik dalam meningkatkan mutu fisiologis benih setelah empat bulan simpan pada suhu o C dan RH 53 62%. Kata kunci : Aktinomiset, Bacillus spp., efisiensi pupuk P, Pseudomonas kelompok fluorescens, penyimpanan benih Pendahuluan Peran jagung akan semakin strategis dalam pemenuhan karbohidrat dan protein baik sebagai bahan pangan, pakan maupun untuk industri. Produksi jagung dalam negeri belum mencukupi kebutuhan, sehingga setiap tahun masih dilakukan impor. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah dengan mengembangkan varietas unggul berdaya hasil tinggi dan adaptif pada kondisi lingkungan tertentu, seperti varietas hibrida. Di Indonesia, penggunaan benih jagung hibrida diupayakan meningkat setiap tahun. Pada tahun 2010 penggunaan benih jagung hibrida mencapai 54% dari luas tanam jagung, dan diproyeksikan menjadi 75% pada tahun 2014 (Ditjen Tanaman Pangan 2010). Untuk menunjang penggunaan varietas jagung hibrida, diperlukan penyediaan benih yang cukup dan berkualitas prima. Kendala utama dalam memproduksi benih hibrida adalah rendahnya produktivitas, sementara kebutuhan benih lebih besar dibanding yang diproduksi. Selama ini untuk memenuhi kekurangan kebutuhan benih jagung dalam negeri adalah dengan melakukan impor. BPS Indonesia (2012) melaporkan bahwa impor benih jagung pada tahun 2012 mencapai 1650 ton atau senilai US$ 5,28 juta. Berkaitan dengan mutu benih, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah teknik produksi benih berkualitas, teknik mempertahankan kualitas benih yang telah dihasilkan dan pendistribusiannya, dan teknik deteksi kualitas benih (Saenong et al. 2005). Mutu benih mencakup mutu genetis, mutu fisiologis, mutu fisik, dan mutu kesehatan benih (Ilyas 2012) mutlak dipenuhi dalam memproduksi benih. Mutu fisiologis benih berpengaruh besar terhadap produksi tanaman. Benih dengan mutu fisiologis yang tinggi akan menghasilkan tanaman yang sehat dengan sistem perakaran yang berkembang dengan baik, dapat lebih tahan terhadap kekeringan, pertumbuhan bibit yang cepat, dan terbukti berkorelasi dengan hasil yang tinggi (Harris et al. 2000). Upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu fisiologis benih dapat dilaklukan diantaranya dengan pemberian pupuk fosfor (P). Kandungan P dalam benih sangat diperlukan dalam proses metabolisme selama perkecambahan, dan berpengaruh terhadap kandungan ATP, vigor, dan viabilitas benih. Benih yang berasal dari induk yang cukup mendapatkan pupuk P, dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang kekurangan unsur P. Pupuk P yang diberikan pada tanaman hanya 10 hingga 30 % yang diserap oleh tanaman, dan selebihnya tersimpan dalam tanah sebagai residu (Jones 1982). Pupuk P yang diberikan mengalami proses pengikatan atau fiksasi dalam tanah sehingga sukar larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Salah satu cara untuk meningkatkan P tersedia adalah dengan menggunakan bakteri perlarut fosfat yang dapat melarutkan bentuk-bentuk fosfat sehingga dapat diserap oleh tanaman (Rao 2007; Prihartini 2009; Yafizham dan

58 39 Abubakar 2010). Glick et al. (2007) melaporkan bahwa fungsi rizobakteri terhadap pertumbuhan tanaman adalah: (i) membantu dalam memperoleh nutrisi seperti nitrogen, fosfor atau besi; (ii) mencegah perkembangbiakan organisme patogen; dan (iii) menyediakan hormon tanaman seperti auksin atau sitokinin, atau menurunkan produksi etilen melalui aktivitas enzim 1-aminocyclopropane- 1-karboksilat (ACC) deaminase. Mikroorganisme tanah seperti bakteri sangat penting dalam rangka meningkatkan penyerapan dan sirkulasi nutrisi tanaman dan mengurangi kebutuhan pupuk kimia (Egamberdiyeva 2007). Wu et al, (2005), melaporkan bahwa penggunaan Bacillus megaterium dan Bacillus mucilaginous tidak hanya meningkatkan pertumbuhan tanaman, tetapi juga meningkatkan asimilasi nutrisi tanaman (N total, P dan K). Secara umum, fungsi PGPR dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) sebagai pemacu/perangsang pertumbuhan (biostimulan) dengan mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai zat pengatur tumbuh (fitohormon) seperti IAA, giberelin, sitokinin dan etilen dalam lingkungan akar; (2) sebagai penyedia hara (biofertilizer) dengan menambat N2 dari udara secara asimbiosis dan melarutkan hara P yang terikat di dalam tanah; (3) sebagai pengendali pathogen berasal dari tanah (bioprotectans) dengan cara menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit anti pathogen seperti siderophore, β-1,3-glukanase, kitinase, antibiotik dan sianida (Husen et al. 2008; Egamberdiyeva 2007; Yolanda et al. 2011). Perlakuan bakteri dari spesies B. megatarium, B. subtilis, dan P. corrugata pada tanaman padi, dapat meningkatkan penampilan tanaman dan meningkatkan hasil gabah karena memperbaiki penyerapan pupuk fosfat (Trivedi et al. 2007), meningkatkan tinggi tanaman, panjang akar, bobot kering akar tanaman padi (Ashrafuzzman et al. 2009). Herman et al. (2008) melaporkan bahwa aplikasi bakteri B. subtilis dan B. amyloliquefaciens menyebabkan terjadinya peningkatkan hasil buah secara nyata pada tanaman paprika (bell pepper. Di Indonesia, penggunaan rizobakteri sebagai biostimulants dan biofertilizer untuk meningkatkan produksi pertanian terutama untuk produksi benih belum banyak dilakukan, meskipun berbagai artikel menunjukkan bahwa rizobakteri berpotensi dalam meningkatkan produksi pertanian. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan dalam usaha untuk meningkatkan produksi pertanian yang efisien dan ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi rizobakteri dan pupuk fosfat terhadap pertumbuhan, produktivitas dan mutu fisiologis benih jagung hibrida. Bahan dan Metode Percobaan dilakukan di Desa Lembar Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat selama dua musim tanam yaitu musim tanam I (musim hujan=mh) dimulai Oktober 2011 hingga Pebruari 2012, dan musim tanam II (musim kemarau = MK) yang dimulai April 2012 hingga Agustus Lokasi percobaan secara geografis terletak pada 08 o LS, 116 o BT dengan ketinggian 44 m dari permukaan laut (dpl), merupakan lahan kering berpengairan sumur dangkal. Tanah di lokasi penelitian bertekstur lempung berdebu, memiliki kandungan nitrogen yang sangat rendah, P tersedia rendah hingga sedang, K tersedia tinggi, dan kandungan bahan organik yang rendah (Lampiran 6).

59 40 Percobaan disusun mengikuti rancangan petak terbagi, dimana petak utama adalah perlakuan pemupukan P, dan anak petak adalah perlakuan rizobakteri. Pada musim tanam I, petak utama terdiri atas lima taraf dosis pemupukan P yaitu: P 1 ) kontrol (tanpa P), P 2 ) 50 kg SP-36 ha -1, P 3 ) 100 kg SP-36 ha -1, P 4 ) 150 kg SP-36 ha -1, dan P 5 ) 200 kg SP-36 ha -1, dan anak petak adalah perlakuan rizobakteri yang terdiri atas: R0) tanpa rizobakteri, R1) rizobakteri B28, R2) B42, R3) P14, R4) P31, R5) AB2, dan R6) ATS4. Pada musim tanam II, perlakuan P sebagai petak utama perlakuannya sama dengan musim I, sedangkan anak petak adalah perlakuan rizobakteri hasil seleksi dari percobaan musim I yaitu R0) tanpa rizobakteri, R1) rizobakteri B42, dan R2) ATS4. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang tiga kali. Benih tetua betina (Nei 9008) dan tetua jantan (MR-14) berasal dari Balitsereal Maros Sulawesi Selatan yang digunakan dalam memproduksi benih jagung hibrida Bima-3. Isolat rizobakteri yang digunakan adalah jenis bakteri Bacillus spp., Pseudomonas kelompok fluorescens, dan Aktinomiset, koleksi Laboratorium Departemen Proteksi Tanaman IPB. Isolat rizobakteri tersebut merupakan hasil seleksi terbaik melalui serangkaian penelitian di rumah kaca dan penelitian lapang, dan tidak bersifat patogen terhadap tanaman. Tanah diolah sempurna dengan menggunakan bajak traktor, dibuatkan saluran drainase agar air tidak tergenang. Penanaman dilakukan dengan menggunakan tugal dengan jarak tanam 0.75 meter antar baris, 0.20 meter dalam baris, satu butir per lubang tanam. Tetua betina ditanam empat baris sepanjang 5 meter, sedangkan tetua jantan ditanam satu baris sepanjang 5 meter disamping tetua betina untuk satu plot percobaan. Perbandingan antara tetua jantan dan tetua betina 1 : 4 (Gambar 10 Penanaman tetua jantan dilakukan tiga hari lebih awal dari tetua betina pada musim tanam I, dan empat hari lebih awal pada musim tanam II. Pada musim tanam I, tidak terjadi sinkronisasi antara keluarnya polen pada tetua jantan dengan stigma pada tetua betina, sehingga penyerbukan dibantu secara manual dengan mengambil polen pada tanaman tetua jantan yang ditanam empat dan lima hari lebih awal. Aplikasi pupuk P dan rizobakteri dilakukan terhadap tetua betina sesuai dengan perlakuan. Pemupukan P diberikan saat tanam sesuai perlakuan. Selain pupuk P, tanaman diberi pupuk Urea dan KCl. Dosis pupuk Urea dan KCl yang digunakan masing-masing 300 kg ha -1 dan 100 kg ha -1 dengan waktu pemberian pupuk sebagai berikut:1) Pemupukan I: 100 kg ha -1 Urea, dan 75 kg ha -1 KCl diberikan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam (HST), 2) Pemupukan II: 200 kg ha -1 Urea dan 25 kg ha -1 KCl diberikan saat tanaman berumur 30 HST. Rizobakteri diaplikasikan dua kali yaitu perlakuan pada benih sebelum tanam dan saat tanaman berumur 35 HST. Aplikasi pertama dilakukan sebelum tanam, benih direndam dalam suspensi bakteri dengan kepadatan populasi cfu ml -1 selama 12 jam, kemudian dikeringanginkan. Pada perlakuan tanpa rizobakteri, benih direndam dalam air, kemudian dikeringanginkan (Khalimi dan Wirya 2009). Aplikasi kedua, suspensi bakteri disiram pada pangkal tanaman, saat tanaman berumur 35 HST.

60 41 Gambar 10. Tata letak tetua jantan dan tetua betina di lapang Pemeliharaan tanaman berupa penyiangan, pembumbunan, pengairan, dan pengendalian hama penyakit dilakukan secara intensif. Untuk meningkatkan hasil polinasi, penyerbukan selain secara alami, juga dibantu secara manual. Panen dilakukan setelah kelobot jagung sudah kering dan berwarna coklat muda, rambut tongkol sudah mengering, terbentuk lapisan hitam (black layer) pada pangkal biji. Tongkol jagung yang telah dipanen kemudian dikeringkan dan dipipil. Benih yang dihasilkan dikemas dalam kantong plastik dan dimasukkan dalam doz. Benih yang telah dikemas kemudian disimpan dalam ruangan dengan suhu berkisar o C dan kisaran RH 53 62%. Pengamatan dilakukan terhadap : 1. Tinggi tanaman. Pengamatan tinggi tanaman pada fase vegetatif dilakukan dengan cara mengukur dari pangkal batang sejajar tanah hingga daun tanaman tertinggi. Tinggi tanaman saat fase generatif diukur dari pangkal batang sejajar dengan tanah hingga cabang malai yang pertama. Pengamatan dilakukan terhadap 10 tanaman sampel yang dipilih secara acak. 2. Jumlah daun. Pengamatan terhadap jumlah daun dilakukan sejak fase vegetatif hingga fase generatif. Pengamatan dilakukan terhadap 10 tanaman sampel yang dipilih secara acak. 3. Luas daun dan indeks luas daun. Pengamatan luas daun dilakukan pada fase generatif dengan mengukur panjang dan lebar daun maksimum. Perhitungan luas daun berdasarkan formula Pearce et al. 1975: LD = (P x L) x 0.75 x 9.39; dimana LD= luas daun P= panjang daun, L=lebar daun maksimum. Indeks luas daun (ILD) dihitung dengan membandingkan luas daun dengan luas tanah yang dinaungi tanaman (jarak tanam). Perhitungan ILD berdasarkan formula Sitompul dan Guritno (1995) sebagai berikut: ILD = ; LD= luas daun, A= luas tanah (jarak tanam). 4. Kehijauan daun. Pengamatan kehijauan daun dipakai sebagai indikator kadar klorofil pada daun. Penentuan kehijauan daun dilakukan menggunakan alat klorofilmeter (SPAD-502) Minolta. Pengukuran dilakukan pada 5 tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Varietas Jagung Hibrida

TINJAUAN PUSTAKA Varietas Jagung Hibrida 6 TINJAUAN PUSTAKA Varietas Jagung Hibrida Varietas atau kultivar adalah sekelompok individu tanaman yang dapat dibedakan berdasarkan sifat morfologi, fisiologis, atau sifat lainnya apabila diproduksi

Lebih terperinci

PENGARUH RIZOBAKTERI DAN PUPUK FOSFAT DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA

PENGARUH RIZOBAKTERI DAN PUPUK FOSFAT DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA 31 PENGARUH RIZOBAKTERI DAN PUPUK FOSFAT DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA Abstract The use of quality seeds from improved varieties will produce more productive

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan komoditas penting kedua dalam ekonomi tanaman pangan di Indonesia setelah padi/beras. Akan tetapi dengan berkembang pesatnya industri peternakan, dimana

Lebih terperinci

EVALUASI KEMURNIAN GENETIK BENIH JAGUNG HIBRIDA DENGAN MARKA MIKROSATELIT

EVALUASI KEMURNIAN GENETIK BENIH JAGUNG HIBRIDA DENGAN MARKA MIKROSATELIT 11 EVALUASI KEMURNIAN GENETIK BENIH JAGUNG HIBRIDA DENGAN MARKA MIKROSATELIT Abstract The development of hybrid varieties should be supported by the availability of high quality seeds. Genetic purity is

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuliaan tanaman telah menghasilkan bibit unggul yang meningkatkan hasil pertanian secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan dihasilkan

Lebih terperinci

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan PEMBAHASAN UMUM Penggabungan karakter resisten terhadap penyakit bulai dan karakter yang mengendalikan peningkatan lisin dan triptofan pada jagung merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO

PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENGUKURAN KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF TETUA SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L.)

PENGUKURAN KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF TETUA SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L.) PENGUKURAN KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF TETUA SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L.) SKRIPSI Oleh : FIDELIA MELISSA J. S. 040307013 / BDP PET PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga untuk mendukung

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga untuk mendukung 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai [Glycine max (L.) Merril] merupakan komoditas strategis di Indonesia. Oleh karena itu, upaya untuk berswasembada kedelai tidak hanya bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI RIZOBAKTERI UNTUK MENINGKATKAN MUTU FISIOLOGIS BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA

KARAKTERISASI RIZOBAKTERI UNTUK MENINGKATKAN MUTU FISIOLOGIS BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA 19 KARAKTERISASI RIZOBAKTERI UNTUK MENINGKATKAN MUTU FISIOLOGIS BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA Abstract Rhizobacteria has ility in increasing plant growth, yield, and improve plant

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG HIBRIDA DENGAN APLIKASI RIZOBAKTERI DAN PUPUK FOSFAT

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG HIBRIDA DENGAN APLIKASI RIZOBAKTERI DAN PUPUK FOSFAT 37 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG HIBRIDA DENGAN APLIKASI RIZOBAKTERI DAN PUPUK FOSFAT Abstract An effort to improve maize productivity is through the use of good quality maize

Lebih terperinci

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH 1 PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN SKRIPSI OLEH : STEPHANIE C.C. TAMBUNAN

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung 18 TINJAUAN PUSTAKA Jagung Kebutuhan jagung di Indonesia semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Upaya peningkatan produksi jagung terus dilakukan melalui usaha secara ekstensifikasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strain bakteri yang menguntungkan dalam meningkatkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Strain bakteri yang menguntungkan dalam meningkatkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Strain bakteri yang menguntungkan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dikelompokkan sebagai Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) (Kloepper, 99). Secara umum,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesuburan tanah menurun cepat, pencemaran air dan tanah, bahaya residu

I. PENDAHULUAN. kesuburan tanah menurun cepat, pencemaran air dan tanah, bahaya residu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan kembali ke alam (back to nature) yang dilandasi oleh kesadaran pentingnya kesehatan dan kelestarian lingkungan kini menjadi sebuah gaya hidup masyarakat dunia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH :

KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH : KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH : DINI RIZKITA PULUNGAN 110301079 / PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA Dewasa ini, pemerintah terus menggalakkan penggunaan benih jagung hibrida untuk menggenjot produksi jagung nasional. Pangsa pasar jagung hibrida pun terus tumbuh

Lebih terperinci

Pengaruh Aplikasi Rizobakteri dan Pupuk Fosfat terhadap Produktivitas dan Mutu Fisiologis Benih Jagung Hibrida

Pengaruh Aplikasi Rizobakteri dan Pupuk Fosfat terhadap Produktivitas dan Mutu Fisiologis Benih Jagung Hibrida Pengaruh Aplikasi Rizobakteri dan Pupuk Fosfat terhadap Produktivitas dan Mutu Fisiologis Benih Jagung Hibrida Awaludin Hipi 1, Memen Surahman 2, Satriyas Ilyas 2, dan Giyanto 3 1 Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di Indonesia, dan memegang peranan penting diantaranya iklim, tenaga kerja, dan kesediaan lahan yang masih cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman (PGPR) Enzim ACC Deaminase dan Etilen

TINJAUAN PUSTAKA Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman (PGPR) Enzim ACC Deaminase dan Etilen TINJAUAN PUSTAKA Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman (PGPR) Rizobakteri pemacu tumbuh tanaman yang populer disebut plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) diperkenalkan pertama kali oleh Kloepper

Lebih terperinci

KERAGAAN GENERASI SELFING-1 TANAMAN JAGUNG (Zea mays) VARIETAS NK33

KERAGAAN GENERASI SELFING-1 TANAMAN JAGUNG (Zea mays) VARIETAS NK33 KERAGAAN GENERASI SELFING-1 TANAMAN JAGUNG (Zea mays) VARIETAS NK33 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Program Studi Agroteknologi oleh ERICK

Lebih terperinci

PENAMPILAN MORFOFISIOLOGI AKAR BEBERAPA HASIL PERSILANGAN (F1) JAGUNG (Zea mays L.) PADA DUA MEDIA TANAM DI RHIZOTRON SKRIPSI OLEH:

PENAMPILAN MORFOFISIOLOGI AKAR BEBERAPA HASIL PERSILANGAN (F1) JAGUNG (Zea mays L.) PADA DUA MEDIA TANAM DI RHIZOTRON SKRIPSI OLEH: PENAMPILAN MORFOFISIOLOGI AKAR BEBERAPA HASIL PERSILANGAN (F1) JAGUNG (Zea mays L.) PADA DUA MEDIA TANAM DI RHIZOTRON SKRIPSI OLEH: DESY MUTIARA SARI/120301079 AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap,

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT SKRIPSI OLEH: VICTOR KOMALA 060301043 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG HIBRIDA PADA BERBAGAI CAMPURAN PUPUK KANDANG SAPI DAN NPKMg SKRIPSI OLEH YOZIE DHARMAWAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG HIBRIDA PADA BERBAGAI CAMPURAN PUPUK KANDANG SAPI DAN NPKMg SKRIPSI OLEH YOZIE DHARMAWAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG HIBRIDA PADA BERBAGAI CAMPURAN PUPUK KANDANG SAPI DAN NPKMg SKRIPSI OLEH YOZIE DHARMAWAN 110301254 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

TERM OF REFFERENCE (TOR) PENINGKATAN SERAPAN HARA, PENGISIAN TONGKOL, DAN PENCEGAHAN SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

TERM OF REFFERENCE (TOR) PENINGKATAN SERAPAN HARA, PENGISIAN TONGKOL, DAN PENCEGAHAN SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays) TERM OF REFFERENCE (TOR) PENINGKATAN SERAPAN HARA, PENGISIAN TONGKOL, DAN PENCEGAHAN SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays) 2016 PENDAHULUAN Daerah rhizosper tanaman banyak dihuni

Lebih terperinci

Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o2 untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai

Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o2 untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai Pendahuluan Penyakit bulai merupakan salah satu penyakit utama

Lebih terperinci

VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH

VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH IKKE YULIARTI E10012026 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl SKRIPSI OLEH: DEWI MARSELA/ 070301040 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan terpenting yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat komoditas

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.) SKRIPSI PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.) Oleh : IrvanSwandi 10882003293 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN 1979 5777 31 PEMUPUKAN SP36 PADA LAHAN REGOSOL BEREAKSI MASAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) Amin Zuchri Fakultas

Lebih terperinci

Pengaruh Formula dengan Penambahan Bumbu untuk Makanan Rumah Sakit pada Status Gizi dan Kesehatan Pasien LIBER

Pengaruh Formula dengan Penambahan Bumbu untuk Makanan Rumah Sakit pada Status Gizi dan Kesehatan Pasien LIBER Pengaruh Formula dengan Penambahan Bumbu untuk Makanan Rumah Sakit pada Status Gizi dan Kesehatan Pasien LIBER SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

KANDUNGAN HORMON IAA, SERAPAN HARA, DAN PERTUMBUHAN BEBERAPA TANAMAN BUDI DAYA SEBAGAI RESPON TERHADAP APLIKASI PUPUK BIOLOGI SIGIT TRI WIBOWO

KANDUNGAN HORMON IAA, SERAPAN HARA, DAN PERTUMBUHAN BEBERAPA TANAMAN BUDI DAYA SEBAGAI RESPON TERHADAP APLIKASI PUPUK BIOLOGI SIGIT TRI WIBOWO KANDUNGAN HORMON IAA, SERAPAN HARA, DAN PERTUMBUHAN BEBERAPA TANAMAN BUDI DAYA SEBAGAI RESPON TERHADAP APLIKASI PUPUK BIOLOGI SIGIT TRI WIBOWO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI SKRIPSI Ajeng Widayanti PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 71 PENDAHULUAN Latar Belakang Sorgum manis [Sorghum bicolor (L.) Moench] merupakan salah satu tanaman pangan utama dunia. Hal ini ditunjukkan oleh data mengenai luas areal tanam, produksi dan kegunaan

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH : HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN K SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI

PENGARUH KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN K SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI PENGARUH KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN K SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. merill) PADA GRUMUSOL DARI CIHEA Oleh Siti Pratiwi Hasanah A24103066 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN DEPAN... i HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PERSETUJUAN. iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT v UCAPAN TERIMA KASIH vi ABSTRAK viii ABSTRACT. ix RINGKASAN..

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600- 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas unggulan nasional karena kontribusinya yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Saat ini, Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH INOKULASI Azotobacter sp. TERHADAP PERAKARAN JAGUNG PADA BEBERAPA TINGKAT PEMBERIAN KNO 3 DI MEDIA PADAT WATANABE XENIA A

PENGARUH INOKULASI Azotobacter sp. TERHADAP PERAKARAN JAGUNG PADA BEBERAPA TINGKAT PEMBERIAN KNO 3 DI MEDIA PADAT WATANABE XENIA A PENGARUH INOKULASI Azotobacter sp. TERHADAP PERAKARAN JAGUNG PADA BEBERAPA TINGKAT PEMBERIAN KNO 3 DI MEDIA PADAT WATANABE XENIA A14053651 DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida Kegiatan pemuliaan diawali dengan ketersediaan sumberdaya genetik yang beragam. Keanekaragaman plasma nutfah tanaman jagung merupakan aset penting sebagai sumber

Lebih terperinci

EVALUASI KARAKTER TANAMAN KEDELAI HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 2

EVALUASI KARAKTER TANAMAN KEDELAI HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 2 EVALUASI KARAKTER TANAMAN KEDELAI HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 2 HENRY ARDIANSYAH SIPAHUTAR 060307024 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Lebih terperinci

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill)

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill) SKRIPSI PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill) Oleh: Siti Rosmiati 10982008360 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR GARAM NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI KEDUA (M 2 ) HASIL RADIASI SINAR GAMMA

PENGARUH KADAR GARAM NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI KEDUA (M 2 ) HASIL RADIASI SINAR GAMMA PENGARUH KADAR GARAM NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI KEDUA (M 2 ) HASIL RADIASI SINAR GAMMA HERAWATY SAMOSIR 060307005 DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG HIJAU (Phaseolus radiatusl.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK GUANO SKRIPSI OLEH:

LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG HIJAU (Phaseolus radiatusl.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK GUANO SKRIPSI OLEH: LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG HIJAU (Phaseolus radiatusl.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK GUANO SKRIPSI OLEH: DESY LAVRIA 100301244/AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A34103038 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

KESELARASAN PENYEDIAAN NITROGEN DARI PUPUK HIJAU DAN UREA DENGAN PERTUMBUHAN JAGUNG PADA INCEPTISOL DARMAGA W A W A N

KESELARASAN PENYEDIAAN NITROGEN DARI PUPUK HIJAU DAN UREA DENGAN PERTUMBUHAN JAGUNG PADA INCEPTISOL DARMAGA W A W A N KESELARASAN PENYEDIAAN NITROGEN DARI PUPUK HIJAU DAN UREA DENGAN PERTUMBUHAN JAGUNG PADA INCEPTISOL DARMAGA W A W A N SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Varietas unggul padi telah tersebar di seluruh dunia untuk dijadikan bibit yang digunakan oleh para petani. Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan lebih dari

Lebih terperinci

APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG. Mamihery Ravoniarijaona

APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG. Mamihery Ravoniarijaona APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG Mamihery Ravoniarijaona SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 APLIKASI ASAM OKSALAT

Lebih terperinci

homozigot lebih banyak didapatkan pada tanaman BC2F2 persilangan Situ Bagendit x NIL-C443 dan Batur x NIL-C443 dibandingkan dengan Situ Bagendit x

homozigot lebih banyak didapatkan pada tanaman BC2F2 persilangan Situ Bagendit x NIL-C443 dan Batur x NIL-C443 dibandingkan dengan Situ Bagendit x 144 PEMBAHASAN UMUM Penelitian introgresi segmen Pup1 ke dalam tetua Situ Bagendit dan Batur ini memiliki keunikan tersendiri. Kasalath dan NIL-C443 yang sebagai tetua sumber segmen Pup1 memiliki karakteristik

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SERTA MUTU BAWANG MERAH

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SERTA MUTU BAWANG MERAH PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SERTA MUTU BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) MELALUI PEMUPUKAN ZA DAN PUPUK KANDANG PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI KABUPATEN DELI SERDANG TESIS Oleh : Riyadi Pratiwa

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA

PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA Fauziah Koes dan Oom Komalasari Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

UJI KARAKTER BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L.) DI LAHAN PASANG SURUT PADA PERLAKUAN PUPUK HAYATI SKRIPSI. Oleh:

UJI KARAKTER BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L.) DI LAHAN PASANG SURUT PADA PERLAKUAN PUPUK HAYATI SKRIPSI. Oleh: UJI KARAKTER BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L.) DI LAHAN PASANG SURUT PADA PERLAKUAN PUPUK HAYATI SKRIPSI Oleh: DEWI JULITA SITANGGANG 050307012/ BDP- PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI PEMULIAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT Baiq Tri Ratna Erawati 1), Awaludin Hipi 1) dan Andi Takdir M. 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia jagung merupakan komoditas penting kedua setelah padi dan termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dengan harga terjangkau. Di Indonesia, kedelai banyak

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH: PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH: ARIF AL QUDRY / 100301251 Agroteknologi Minat- Budidaya Pertanian Perkebunan PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan tempe, tahu, kecap, dan susu kedelai. Tanaman yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN ABU SERBUK GERGAJI DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO (Theobroma Cacao L.)

SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN ABU SERBUK GERGAJI DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO (Theobroma Cacao L.) SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN ABU SERBUK GERGAJI DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO (Theobroma Cacao L.) UIN SUSKA RIAU Oleh: Muhammad Irham 10982008453 JURUSAN ILMU PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PYRACLOSTROBIN ROLE IN IMPROVING EFFICIENCY NITROGEN FERTILIZER AND EFFECT ON QUALITY OF YIELD SEEDS CORN (Zea mays L.)

PYRACLOSTROBIN ROLE IN IMPROVING EFFICIENCY NITROGEN FERTILIZER AND EFFECT ON QUALITY OF YIELD SEEDS CORN (Zea mays L.) JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 2 MEI-2013 ISSN: 2338-3976 PENGARUH PEMBERIAN PYRACLOSTROBIN TERHADAP EFISIENSI PUPUK NITROGEN DAN KUALITAS HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PYRACLOSTROBIN ROLE IN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn. f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan diminati oleh banyak orang, baik dalam maupun luar negeri.

Lebih terperinci

PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) UIN SUSKA RIAU Oleh: Cici Sriwahyuni 11082202882 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI Oleh: CAROLINA SIMANJUNTAK 100301156 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI 110301232 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG 1 PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA SKRIPSI OLEH NIKO FRANSISCO SILALAHI 090301024

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pangan kedua setelah padi di Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan sebagai pakan ternak.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN RIZOBAKTERI PADA BENIH DAN TANAMAN SERTA PEMUPUKAN FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA CANDRA BUDIMAN

PENGARUH PERLAKUAN RIZOBAKTERI PADA BENIH DAN TANAMAN SERTA PEMUPUKAN FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA CANDRA BUDIMAN PENGARUH PERLAKUAN RIZOBAKTERI PADA BENIH DAN TANAMAN SERTA PEMUPUKAN FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA CANDRA BUDIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK DAN KETINGGIAN PERMUKAAN MEDIA HIDROPONIK SISTEM DRIP TERHADAP HASIL DAN KANDUNGAN NUTRISI RUMPUT GAJAH SKRIPSI

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK DAN KETINGGIAN PERMUKAAN MEDIA HIDROPONIK SISTEM DRIP TERHADAP HASIL DAN KANDUNGAN NUTRISI RUMPUT GAJAH SKRIPSI PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK DAN KETINGGIAN PERMUKAAN MEDIA HIDROPONIK SISTEM DRIP TERHADAP HASIL DAN KANDUNGAN NUTRISI RUMPUT GAJAH SKRIPSI Oleh Meida Wulandari NIM 091510501104 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SKRIPSI.

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SKRIPSI. RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SKRIPSI Oleh : SETIADI LAKSANA 050307032/BDP Pemuliaan Tanaman Skripsi Sebagai Salah

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L. ) PADA BERBAGAI TINGKAT PEMBERIAN AIR SKRIPSI

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L. ) PADA BERBAGAI TINGKAT PEMBERIAN AIR SKRIPSI ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L. ) PADA BERBAGAI TINGKAT PEMBERIAN AIR SKRIPSI OLEH : ELSA V. HUTAGALUNG 030301008 BDP AGR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KOMBINASI ANTARA PUPUK HAYATI DAN SUMBER NUTRISI DALAM MEMACU SERAPAN HARA, PERTUMBUHAN, SERTA PRODUKTIVITAS JAGUNG

KOMBINASI ANTARA PUPUK HAYATI DAN SUMBER NUTRISI DALAM MEMACU SERAPAN HARA, PERTUMBUHAN, SERTA PRODUKTIVITAS JAGUNG KOMBINASI ANTARA PUPUK HAYATI DAN SUMBER NUTRISI DALAM MEMACU SERAPAN HARA, PERTUMBUHAN, SERTA PRODUKTIVITAS JAGUNG (Zea mays L.) DAN PADI (Oryza sativa L.) IQBAL TAQDIR EL AINY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PROGRAM INSENTIF RISET DASAR

PROGRAM INSENTIF RISET DASAR PERAKITAN KULTIVAR UNGGUL JAGUNG TOLERAN KEMASAMAN: SELEKSI IN VITRO MUTAN IRADIASI SINAR GAMMA DAN VARIAN SOMAKLON Surjono Hadi Sutjahjo, Dewi Sukma, Rustikawati PROGRAM INSENTIF RISET DASAR Bidang Fokus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas

Lebih terperinci

UJI EFISIENSI PUPUK MAJEMUK DAN PUPUK TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERUNG (Solanum melongena, L) PADA TANAH GAMBUT DAN MINERAL

UJI EFISIENSI PUPUK MAJEMUK DAN PUPUK TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERUNG (Solanum melongena, L) PADA TANAH GAMBUT DAN MINERAL SKRIPSI UJI EFISIENSI PUPUK MAJEMUK DAN PUPUK TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERUNG (Solanum melongena, L) PADA TANAH GAMBUT DAN MINERAL Oleh: Wan Juli Pramono 11082100069 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, dan jika ditambahkan ke dalam tanah atau ke tanaman. Pupuk dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua sesudah padi yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Selain dikonsumsi, jagung

Lebih terperinci

KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI

KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031

Lebih terperinci

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i ABSTRACT ERNI SUMINAR. Genetic Variability Induced

Lebih terperinci

EVALUASI KARAKTER BERBAGAI VARIETAS KEDELAI BIJI HITAM (Glycine max (L.) Merr.) AZRISYAH FUTRA

EVALUASI KARAKTER BERBAGAI VARIETAS KEDELAI BIJI HITAM (Glycine max (L.) Merr.) AZRISYAH FUTRA EVALUASI KARAKTER BERBAGAI VARIETAS KEDELAI BIJI HITAM (Glycine max (L.) Merr.) AZRISYAH FUTRA 060307012 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 EVALUASI

Lebih terperinci

Deskripsi FORMULA PUPUK HAYATI TANAMAN KEDELAI

Deskripsi FORMULA PUPUK HAYATI TANAMAN KEDELAI 1 Deskripsi FORMULA PUPUK HAYATI TANAMAN KEDELAI Bidang Teknik Invensi Invensi ini secara umum berhubungan dengan formula pupuk hayati, khususnya pupuk hayati untuk tanaman kedelai, untuk meningkatkan

Lebih terperinci