UNIVERSITAS INDONESIA AUDIT ATAS AKUN UTANG SEWA KAPAL (BARGERS) DAN BEBAN SEWA KAPAL (BARGERS) PT X LAPORAN MAGANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA AUDIT ATAS AKUN UTANG SEWA KAPAL (BARGERS) DAN BEBAN SEWA KAPAL (BARGERS) PT X LAPORAN MAGANG"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA AUDIT ATAS AKUN UTANG SEWA KAPAL (BARGERS) DAN BEBAN SEWA KAPAL (BARGERS) PT X LAPORAN MAGANG KAPTEN TARIGAN FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JANUARI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA AUDIT ATAS AKUN UTANG SEWA KAPAL (BARGERS) DAN BEBAN SEWA KAPAL (BARGERS) PT X LAPORAN MAGANG Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi KAPTEN TARIGAN FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JANUARI 2012

3

4

5 KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan laporan magang ini tepat pada waktunya. Penulisan laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi. Laporan magang ini akan memberikan gambaran tentang prosedur audit yang dilakukan untuk melaksanakan audit atas akun utang sewa bargers dan beban sewa bargers atas salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan minyak dan gas. Prosedur yang dilaksanakan akan dibandingkan dengan berbagai referensi yang ada untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita semua. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan hingga pada penyusunan laporan magang ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan magang ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1) Bapak Firdaus A. Dunia selaku dosen pembimbing penulis dalam menyelesaikan laporan magang ini yang selalu bersabar memberi arahan kepada penulis. Terima kasih atas segala waktu, dukungan, cerita pengalaman dan pengetahuan, serta bimbingan yang diberikan kepada penulis; 2) Ibu Sylvia Veronica dan Ibu Rini Yulius selaku dosen penguji. Terima kasih atas segala masukan dan kritikan yang diberikan sewaktu sidang yang berguna unutk menyempurnakan hasil laporan magang ini. 3) Pihak kantor akuntan publik tempat penulis menjalani magang. Bang Doly Damanik, Mas Daddy Mulyana, Mbak Lies, Kak Ariadi, Kak Charlie, Kak Erly Rosni, Kak Alfa Firmana, Kak Tetti, Kak Adhi Ciuyono, Kak Alfi Rahmi, Kak Pamela Hutapea, Kak Dianita Budiyanti, Kak Aiko Soekasah, Kak Lala, Kak Eka Styani, Kak Genesius Kristianto, Kak Windy, Kak Utie, iv

6 Kak Aulia Rinsela, Kak Ross. Terima kasih atas kesempatan dan bimbingannya selama penulis mengikuti program magang; 4) Para dosen dan karyawan FEUI yang telah memberikan penulis begitu banyak pengetahuan dan pengalaman intelektual maupun moral yang tidak ternilai harganya; 5) Orang tua terkasih yang telah membesarkan, mendidik, membimbing, mendukung, mendoakan, serta memberikan kasih sayang yang begitu besar kepada penulis selama ini. Terima kasih atas kepercayaan, jerih payah, kesabaran, dukungan baik materil dan moril, serta nasihat yang diberikan sehingga penulis dapat semakin mengerti tentang arti kehidupan ini; 6) Seluruh keluarga dan sanak saudara penulis yang selalu memberikan dukungan, nasihat, kebebasan, dan kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan sarjana ini; 7) Seluruh teman-teman penulis yang turut memberikan dukungan selama mengikuti program magang begitu juga dalam penyusunan laporan magang ini. Samuel Krissandi, Stephen Sinalsal, Deodatus Bayu Segara, Misha Siahaan, Benyamin Dwiwana, Christianta Randall, Hernanda Wicaksono, Christian Armantyo, Abraham Christo, Arnold Sitanggang, Aji Wiradharma, David Parlindungan, Januarius Rettob, Maringan Hutagalung, Pharel Jonathan, Mochamad Triawan, Dani Pardamean, Quito Gunadharma, dan teman-teman lain yang tidak saya sebutkan satu per satu. Terima kasih atas waktu yang diberikan untuk saling berbagi pengalaman, kritikan, saran, ataupun hiburannya; 8) Seluruh tim Audit Seminar, Training, and Company Visit (ATV) Penulis sangat berterima kasih atas pertemanan dan kerja sama yang telah kita ciptakan sehingga memberikan berbagai pengalaman yang begitu berharga bagi penulis. 9) Teman-teman organisasi Studi Profesionalisme Akuntan dan Liga Fotografi FEUI. Terima kasih atas dukungan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk ikut bergabung bersama kalian untuk belajar berorganisasi. v

7 10) Seluruh teman-teman seperjuangan mahasiswa FEUI angkatan Penulis merasa sangat bangga bisa menjadi bagian dari teman-teman dan tetap semangat berkarya untuk meraih kesuksesan. Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Akhir kata, saya menyampaikan permintaan maaf saya jika di dalam penulisan laporan magang ini, terdapat hal-hal yang kurang berkenaan di hati pembaca. Dan saya akan berkenan jika pembaca memberikan kritikan beserta saran yang bersifat membangun dan semoga laporan magang ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Depok, Januari 2012 Penulis vi

8

9 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Kapten Tarigan : Akuntansi : Audit Atas Akun Utang Sewa Kapal (Bargers) dan Beban Sewa Kapal (Bargers) PT X Laporan magang ini membahas mengenai audit atas akun utang sewa kapal (bargers) dan beban sewa kapal (bargers) yang dimiliki PT X. Laporan ini ditulis berdasarkan praktik lapangan yang dilakukan oleh penulis sewaktu menjalani program magang di salah satu kantor akuntan publik di Indonesia ketika mengaudit PT X. Pertimbangan profesional seorang auditor sangat dibutuhkan ketika melakukan audit. Sistem pengendalian internal yang tidak baik merupakan salah satu temuan audit sehingga pengujian substantif atas transaksi diuji lebih intensif. Sedikitnya jumlah transaksi sewa dan nilainya yang begitu besar menjadi pertimbangan dilakukannya pengujian 100% bukti transaksi. Salah saji material tidak ditemukan selama audit transaksi sewa. Kata Kunci: prosedur audit, utang sewa kapal, beban sewa kapal, pertimbangan profesional, pengendalian internal. viii

10 ABSTRACT Name Study Program Title : Kapten Tarigan : Accounting : Audit for Bargers Rent Payable and Bargers Rent Expense of PT X This internship report describes audit for bargers rent payable and bargers rent expense owned by PT X. This report was written based on field practice that had been done by writter when he experienced internship program in one of public accountant firm in Indonesia when did an audit in PT X. Professional judgment by an auditor is really needed when do an audit. Ineffective internal control system is one of audit findings thus substantive test over transactions was tested more intensive. Few rental transactions coupled with large dollar amounts become a consideration to do test 100% over transaction s evidence. Material misstatement was not found during audit of rental transactions. Key Words: audit procedure, bargers rental payable, bargers rental expense, professional judgment, internal control. ix

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR... vi ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Program Magang Tujuan Program Magang dan Penulisan Laporan Magang Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang Ruang Lingkup Pelaksanaan Magang dan Penulisan Laporan Sistematika Penulisan Laporan LANDASAN TEORI Definisi Auditing Jenis-jenis Audit Audit Operasional (Operational Audit) Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) Tujuan Audit atas Laporan Keuangan Tujuan Audit Terkait Transaksi (Transaction-Related Audit Objective) Tujuan Audit Terkait Saldo (Balance-Related Audit Objective) Tujuan Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure-Related Audit Objective) Langkah-langkah Audit atas Laporan Keuangan Merencanakan dan Mendesain Pendekatan Audit Melakukan Test of Control dan Substantive Test of Transaction Melakukan Prosedur Analitis dan Test of Details of Balances Menyelesaikan Audit dan Mengeluarkan Laporan Audit Audit Sampling Audit atas Akun Utang Usaha (Account Payable) Tahap I Tahap II Tahap III Audit atas Akun Beban Usaha (Operating Expense) x

12 Prosedur Ananlitis Pengujian Pengendalian dan Substantif atas Transaksi Pengujian Detail atas Saldo Analisis Beban Sewa (Lease) GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN KLIEN DAN PERUSAHAAN TEMPAT MAGANG Gambaran Umum Perusahaan Klien: PT X Gambaran Umum Perusahaan Tempat Magang: KAP Y PEMBAHASAN Audit Secara Umum atas PT X Estimasi materiality dan tolerable misstatement Pemahaman serta penilaian internal control dan resiko terhadap PT X Dasar penentuan banyaknya sampel yang dipilih untuk diuji Audit atas Akun Utang Usaha PT X Perjanjian Kerjasama PT X dengan salah satu vendor kapal Alur Transaksi dan Pencatatan Proses Pembayaran Audit atas Akun Utang Usaha (Account Payable) Hasil Audit atas Akun Utang Usaha Utang Sewa Kapal (Bargers) Audit atas Akun Beban Usaha (Operating Expense) Beban Sewa Kapal (Bargers) Hasil Audit atas Akun Beban Sewa Kapal Analisis Penentuan Sewa Pembiayaan atau Sewa Operasi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI xi

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Hubungan transaksi antara PT X dengan SFP dan SE xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Invoice SFP Lampiran 2 Form Konfirmasi Account Payable Lampiran 3 Working Paper Trade Payable Lampiran 4 Working Paper Operating Expense Lampiran 5 Working Paper Account Payable SUREL xiii

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Magang Menghasilkan lulusan yang mampu bersaing secara global merupakan salah satu misi yang harus dijalankan Departemen Akuntansi FEUI dalam mencapai visinya, yaitu menjadi salah satu Departemen Akuntansi terbaik di ASEAN. Lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif yang berbekal pengetahuan dan pengalaman akan menjadi salah satu kunci sukses suatu fakultas dalam menghantarkan mahasiswanya meraih masa depan yang cerah dan dapat mengharumkan almamater mereka. Kata-kata pengalaman merupakan salah satu guru terbaik dalam menyelesaikan suatu masalah, patut menjadi teladan bagi semua orang termasuk penulis sehingga apa yang telah mereka alami sebelumnya dapat dibagikan kepada orang lain dan menjadi pelajaran berharga di masa yang akan datang. Karena itulah mengapa program magang dijadikan sebagai salah satu alternatif pilihan tugas akhir mahasiswa untuk menempuh kelulusan. Departemen Akuntansi FEUI memahami betul bahwa setiap mahasiswa memiliki minat dan bakat serta keahlian yang berbeda. Ada mahasiswa yang lebih tertarik berkecimpung di dunia akademis untuk memperdalam pengetahuan mereka, sehingga tugas akhir skripsi akan menjadi pilihan yang menarik untuk dijalani. Akan tetapi, kita juga tidak boleh lupa bahwa ada mahasiswa yang lebih menyukai praktik nyata dari apa yang mereka pelajari di perguruan tinggi untuk menamabah wawasan dan pengalaman mereka. Program magang ini merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa untuk lebih mengenal dunia kerja yang sesungguhnya. Kesempatan ini akan menambah wawasan baru bagi mahasiswa karena akan terdapat perbedaan antara apa yang dipelajari di bangku perkuliahan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi di 1

16 2 lapangan. Di kesempatan inilah, mahasiswa diharapkan dapat lebih kritis dalam memahami kenapa perbedaan itu dapat terjadi sehingga dapat menjadikan pengalaman magang tersebut menjadi pengalaman yang berharga untuk berkompetisi secara global dalam memasuki dunia kerja. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk mengikuti program magang ini adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan mata kuliah minimal 120 sks dan memiliki Indeks Prestasi Kumulatif di atas 2,75. Dan kewajiban mahasiswa yang mengikuti program magang ber-sks ini adalah membuat laporan kegiatan magang dengan cara memilih suatu topik tertentu yang pernah dijalankan mahasiswa selama mengikuti magang, kemudian topik tersebut akan dibahas secara mendalam untuk dijadikan karya tulis sebagai salah satu syarat kelulusan mahasiswa tersebut. 1.2 Tujuan Program Magang dan Penulisan Laporan Magang Pengalaman di dunia kerja merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga bagi mahasiswa yang hendak lulus dari perguruan tinggi ataupun dalam tahap memasuki dunia kerja. Dengan berbekal pengalaman tersebut, para mahasiswa tentunya sudah mengenal dan memperoleh gambaran dunia kerja secara umum dan kondisi kerja tempat mereka pernah mendapatkan pengalaman tersebut. Program magang ini akan menjadi salah satu sarana penilaian tentang seberapa jauh persiapan yang telah dimiliki oleh mahasiswa terkait untuk memasuki dunia kerja, sehingga setelah meyelesaikan program ini para mahasiswa diharapkan dapat membenahi diri sebelum benar-benar memasuki dunia kerja setelah lulus dari perguruan tinggi. Program ini akan melatih mahasiswa tentang bagaimana cara bekerja di dalam suatu tim, berkomunikasi dengan baik, menjaga kepercayaan orang lain, meningkatkan rasa tanggung jawab, dan membentuk etika dalam bekerja yang menjunjung tinggi profesionalisme. Selain itu, mahasiswa yang mengikuti program ini akan memiliki keterampilan tersendiri di bidang yang telah mereka

17 3 kerjakan selama magang dibandingkan dengan mahasiswa lainnya sehingga akan menjadi modal penting untuk bersaing secara global. Setelah menyelesaikan program magang, mahasiswa diwajibkan untuk membuat suatu laporan tentang aktivitas yang mereka kerjakan di perusahaan tempat magang. Laporan tersebut nantinya akan dijadikan sebagai tugas akhir perkuliahan di perguruan tinggi. Akan tetapi, laporan tersebut bukan semata hanya untuk formalitas syarat kelulusan, melainkan juga sebagai bentuk pertanggungjawaban bahwa mahasiswa bersangkutan mendapatkan suatu pengalaman kerja yang berharga dan dapat dianalisis untuk menambah pengetahuan serta wawasan mahasiswa tersebut. Hal ini tentu akan sangat berguna bagi mahasiswa lain yang hendak mencari informasi tentang pengalaman nyata di dunia kerja. Selain itu, topik yang dibahas dalam laporan magang tersebut akan membantu mahasiswa untuk berpikir secara kritis dalam memahami titik permasalahan yang dihadapi perusahaan khususnya di bidang yang dibahas mahasiswa tersebut. 1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang Pelaksanaan program magang yang diikuti oleh penulis dimulai pada tanggal 10 Juni 2011 sampai dengan tanggal 26 Agustus 2011 yang dilaksanakan di KAP Y yang berada di Jakarta. Penulis ditempatkan sebagai assistant auditor dengan status intern yang tergabung dalam group Oil & Mining, Assurance and Advisory Business Services (AABS) Division. Waktu kerja yang dijalankan tidak berbeda dengan karyawan tetap di KAP tersebut, yakni dari hari Senin sampai dengan Jum at yang dimulai setiap harinya pada pukul WIB, namun tidak menutup kemungkinan adanya jam lembur di luar jam kerja reguler tersebut termasuk hari Sabtu maupun Minggu.

18 4 1.4 Ruang Lingkup Pelaksanaan Magang dan Penulisan Laporan Selama mengikuti program magang, penulis membatu pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan pada dua perusahaan klien, yaitu PT X dan PT Y di mana kedua perusahaan tersebut tidak memiliki hubungan. Selain membatu pelaksanaan audit secara umum atas Laporan Keuangan, penulis juga pernah membantu pelaksanaan reporting atas perusahaan PT Z. Dalam mengaudit PT X dan PT Y, penulis banyak membantu melaksanakan audit atas berbagai akun, namun penulis paling banyak terlibat dalam audit atas akun utang usaha dan beban usaha yang dimiliki oleh PT X. Oleh karena itu, penulis mengambil topik tentang kedua akun tersebut karena lebih memahami dan banyak terlibat jika dibandingkan dengan akun lainnya. Akan tetapi, penulis membatasi lingkup penulisan laporan ini hanya terbatas pada audit atas akun utang usaha yang merupakan utang sewa kapal (bargers) dan akun beban sewa kapal (bargers) dikarenakan kedua akun tersebut saling berkaitan dan merupakan akun yang paling signifikan jika dibandingkan dengan akun utang ataupun beban usaha lainnya yang dimiliki PT X. 1.5 Sistematika Penulisan Laporan magang ini terdiri dari 5 (lima) bab yang disusun secara sistematis dan dilengkapi dengan lampiran sebagai pendukung laporan. Adapun sistematika penulisan laporan magang ini adalah sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini akan membahas latar belakang program magang, tujuan pelaksanaan program magang dan penulisan laporan, waktu dan tempat pelaksanaan magang, ruang lingkup pelaksanaan magang dan penulisan laporan serta sistematika penulisan laporan magang ini.

19 5 BAB 2 - LANDASAN TEORI Teori-teori yang mendukung pembahasan topik yang dipilih penulis akan dipaparkan di dalam bab ini. Teori tersebut merupakan teori-teori akuntansi dan auditing yang diambil dari buku-buku teks yang dipakai penulis selama menjalani perukuliahan dan dari standar-standar yang berhubungan dengan topik tersebut. BAB 3 - GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN KLIEN DAN PERUSAHAAN TEMPAT MAGANG Bab ini memberikan gambaran umum atas perusahaan klien, yakni PT X sebagai salah satu perusahaan yang pernah diaudit penulis. Selain itu, bab ini juga akan memberikan gambaran umum kantor akuntan publik Y tempat penulis mengikuti magang. BAB 4 PEMBAHASAN Bab ini akan membahas tentang prosedur audit atas utang sewa kapal (bargers) dan beban sewa kapal PT X serta hasil yang diperoleh dengan melaksanakan prosedur audit tersebut. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bagian ini akan memaparkan kesimpulan atas semua pembahasan prosedur audit laporan keuangan khususya akun utang sewa kapal dan beban sewa kapal PT X serta memberikan saran yang diharapkan dapat berguna baik bagi pembaca maupun mahasiswa yang akan mengambil program magang.

20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Auditing Di dalam bukunya, Arens et al. (2009) secara garis besar menjelaskan bahwa auditing adalah pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti mengenai suatu informasi untuk mengukur dan melaporkan tingkat kesepadanan antara informasi yang ada dengan kriteria yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen. Sedangkan menurut Mulyadi (2002), secara umum auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk melaksanakan audit diperlukan informasi yang dapat diuji kebenarannya dan beberapa kriteria atau standar sehingga auditor dapat mengevaluasi informasi tersebut. Informasi tersebut dapat berasal dari berbagai bentuk bahan bukti, seperti bukti fisik, testimonial, dokumenter, atau bukti analitis. Suatu bukti dapat memberikan informasi yang berguna kepada auditor jika bukti tersebut memenuhi kriteria, seperti sufficiency, competence, material, dan relevance (Sawyer & Sumners, 2003). Selanjutnya, orang yang layak melaksanakan audit adalah auditor yang kompeten dan mempunyai pemahaman atas kriteria yang dipakai serta mengetahui jenis dan banyaknya bukti yang dikumpulkan untuk memberikan kesimpulan yang tepat setelah bukti-bukti tersebut diperiksa. Selain itu, karena di dalam suatu area audit terdapat berbagai pihak yang berkepentingan, maka auditor harus bertindak secara independen dan adil kepada setiap pihak yang 6

21 7 berkepentingan. Dengan demikian, kepercayaan users terhadap laporan audit dapat tetap terjaga. 2.2 Jenis-jenis Audit Di dalam kehidupan ekonomi yang semakin kompleks seperti saat ini, terdapat banyak jenis audit yang dapat dilakukan. Namun, secara umum Arens et al. (2009) membaginya ke dalam 3 jenis utama, yaitu audit operasional, kepatuhan, dan audit atas laporan keuangan Audit Operasional (Operational Audit) Arens et al. (2009) mendefinisikan audit operasional sebagai evaluasi atas efisiensi dan efektivitas dari setiap bagian yang ada dalam metode dan prosedur operasi yang dimiliki organisasi. Pengertian lain dari audit operasional adalah pemeriksaan yang sistematis terhadap kegiatan, program organisasi dan seluruh atau sebagian dari aktivitas dengan tujuan menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana digunakan secara ekonomis dan efisien dan apakah tujuan program, kegiatan, aktivitas, yang telah direncanakan dapat dicapai dengan tidak bertentangan dengan peraturan, ketentuan dan undang-undang yang berlaku (BPKP, 1993). Dengan adanya audit operasional ini, manajemen mengharapkan adanya rekomendasi yang berguna untuk memperbaiki atau menyempurnakan kegiatan, program, atau aktivitas agar pengelolaanya dapat dilaksanakan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Peninjauan yang dilakukan dalam audit operasional tidak terbatas pada wilayah akuntansi, melainkan dapat berupa evaluasi terhadap struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan area lain yang sesuai dengan kompetensi auditor.

22 Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Kepatuhan berarti sesuai dengan spesifikasi atau standar dan peraturan atau hukum yang berlaku. Audit kepatuhan dilaksanakan untuk mengetahui apakah auditee telah taat terhadap prosedur, peraturan, atau hukum yang telah diterapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit jenis ini biasanya dilaporkan kepada pihak manajemen karena mereka merupakan kelompok utama yang dilibatkan dengan tingkat kepatuhan perusahaan terhadap prosedur dan aturan yang ada Audit atas Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) Audit atas laporan keuangan dilaksanakan untuk mengetahui apakah semua informasi keuangan yang disajikan sebuah entitas sesuai dengan kriteria dan aturan yang berlaku secara umum, seperti PSAK, IFRS, atau aturan Bapepam- LK. Untuk menentukan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku, auditor terlebih dahulu harus memahami prinsip akuntansi yang diterima secara umum dan mengumpulkan bahan bukti yang mendukung informasi yang tersaji di dalam laporan tersebut. Selain itu, auditor juga harus mempunyai pemahaman menyeluruh atas entitas dan lingkungannya. 2.3 Tujuan Audit atas Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu dokumen penting yang dibuat oleh manajemen perusahaan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan kepada pihak yang berkepentingan. Dengan demikian, diharapkan bahwa apa yang tertera di dalam laporan keuangan akan mencerminkan keadaan sesungguhnya yang terjadi di dalam perusahaan. Namun, tidak seorang pun dapat memastikan laporan tersebut benar-benar lepas dari segala kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja (human error). Oleh karena itu, audit atas laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memastikan informasi yang disajikan oleh manajemen di dalam laporan keuangan bebas dari salah saji material

23 9 sehingga tidak menyebabkan pihak yang berkepentingan salah dalam mengambil keputusan. PSA No.2 (SA Seksi 110) tahun 2001 menyatakan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Untuk tujuan lainnya, seperti kepentingan pasar modal, Buletin Akuntansi Staf (BAS) No.9 menjelaskan bahwa Laporan keuangan yang disampaikan baik untuk penawaran umum maupun untuk laporan berkala, wajib diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Bapepam dan LK. Kewajiban audit tersebut berlaku bagi Emiten dan Perusahaan Publik yang merupakan entitas tunggal maupun sebagai induk perusahaan dari anak perusahaan yang dimilikinya. Asersi yang terdapat di dalam suatu laporan keuangan diharapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia untuk menghindari konflik kepentingan (conflict of interest) antar pihak yang berkepentingan di suatu perusahaan. Berdasarkan PSA No.7 (SA Seksi 326) tahun 2001, Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit ataupun eksplisit serta dapat diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar sebagai berikut ini: Keberadaan atau Keterjadian (Existence or Occurrence) Hal ini berhubungan dengan apakah informasi, baik transaksi ataupun akun yang ada dalam laporan keuangan, telah terjadi selama periode tertentu. Kelengkapan (Completeness) Hal ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Hak dan Kewajiban (Rights and Obligations)

24 10 Hal ini berhubungan dengan apakah aset merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Penilaian (Valuation) atau Alokasi (Allocation) Hal ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen aset, kewajiban, pendapatan dan beban sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure) Hal ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan telah diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan sebagaimana semestinya. Terkait asersi manajemen di dalam laporan keuangan, Arens et al. (2009) membagi tujuan audit ke dalam 3 (tiga) bagian utama, yaitu tujuan audit terkait transaksi umum, saldo, dan terkait penyajian dan pengungkapan Tujuan Audit Terkait Transaksi Umum (General Transaction-Related Audit Objectives) Occurrence, untuk memastikan apakah transaksi yang tercatat merupakan suatu transaksi yang benar-benar terjadi; Completeness, apakah semua transaksi yang seharusnya disajikan dalam jurnal telah dicantumkan di dalamnya; Accuracy, memastikan bahwa transaski yang telah dicatat disajikan pada jumlah yang tepat; Posting and Summarization, memastikan bahwa pemindahan informasi atas transaksi tercatat beserta ringkasannya telah dilaksanakan dengan benar; Classification, untuk memastikan apakah suatu transaksi telah dimasukkan ke dalam akun yang tepat dengan pengklasifikasian yang benar; Timing, memastikan bahwa semua transaksi telah dicatat pada tanggal yang benar karena akan memberikan interpretasi yang berbeda jika tidak dicatat pada saat terjadinya transaksi.

25 Tujuan Audit Terkait Saldo (Balance-Related Audit Objectives) Existence, tujuan ini berguna untuk memastikan bahwa jumlah yang dimasukkan ke dalam laporan keuangan merupakan jumlah yang nyata; Completeness, memastikan bahwa seluruh jumlah yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya; Accuracy, memastikan bahwa jumlah yang ada dalam laporan keuangan telah disajikan dengan jumlah yang telah dihitung secara tepat; Classification, apakah jumlah yang masuk ke dalam daftar klien telah diklasifikasikan dengan benar berdasarkan standar yang berlaku; Cut-off, tujuan auditor adalah untuk memastikan apakah transaksi telah dicatat dan dimasukkan ke dalam saldo akun pada periode yang tepat; Detail Tie-In, untuk memastikan apakah detail dalam saldo akun telah sesuai dengan jumlah dalam master file yang terkait, dan jika ditotalkan akan sesuai dengan total yang ada dalam general ledger ; Realizable Value, memperhatikan apakah suatu jumlah saldo akun telah disajikan pada nilai realisasinya; Rights and Obligations, untuk memastikan bahwa aset dan kewajiban yang dimasukan memang benar-benar sesuai dengan hak dan kewajiban entitas Tujuan Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure-Related Audit Objective) Terdapat empat tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa penyajian dan pengungkapan telah dinyatakan dengan benar. Keempat tujuan audit tersebut adalah sebagai berikut: Occurrence and Rights and Obligations, asersi ini membahas apakah kejadian-kejadian yang diungkapkan telah benar-benar terjadi dan merupakan hak dan kewajiban entitas tersebut; Completeness, asersi ini terkait dengan apakah semua pengungkapan yang diharuskan telah dimasukkan dalam laporan keuangan;

26 12 Valuation and Allocation, asersi ini terkait dengan apakah informasi keuangan telah diungkapkan dengan wajar dan dengan jumlah yang tepat; Classification and Understandability, asersi ini terkait dengan apakah jumlah-jumlah telah diklasifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan dan catatan-catatan kaki dan apakah penjelasan saldo dan pengungkapan terkait dapat dipahami. 2.4 Langkah-langkah Audit atas Laporan Keuangan Di dalam audit atas laporan keuangan, auditor berkewajiban untuk memeriksa bahwa asersi manajemen di dalam laporan tersebut bebas dari salah saji material. Karena itu, tim audit akan berusaha mencari dan mengumpulkan bukti pendukung yang memberikan informasi tentang asersi tersebut sehingga tujuan audit dapat tercapai. Untuk melakukan hal tersebut, auditor harus mengikuti proses audit, yakni sebuah metodologi yang didefinisikan dengan baik untuk mengorganisasikan suatu audit sehingga dapat memastikan bahwa bukti yang dikumpulkan memang tepat dan cukup serta semua tujuan audit yang dibutuhkan dan ditetapkan dapat tercapai. Menurut Arens et al. (2009), proses audit tersebut terbagi dalam empat tahap, yaitu (1) perencanaan dan desain sebuah pendekatan audit; (2) melakukan pengujian pengendalian internal dan uji substantif atas transaksi; (3) melaksanakan prosedur analitis dan uji detail atas saldo; dan (4) menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit Merencanakan dan Mendesain Pendekatan Audit Informasi yang diperoleh dari prosedur penilaian risiko terhadap perusahaan klien akan sangat berguna untuk menerima perusahaan sebagai auditee dan berguna untuk perencanaan awal. Terdapat beberapa alasan mengapa diperlukan suatu perencanaan yang matang dalam suatu pekerjaan audit, seperti untuk memungkinkan auditor agar mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat sehingga masalah legal dapat diminimalisir dan reputasi baik auditor dalam komunitas bisnis dapat dipertahankan, kemudian membantu agar biaya audit tetap

27 13 wajar serta dapat mengestimasi waktu audit yang diperlukan sehingga dapat tetap kompetitif, dan menghindari kesalahpahaman dengan klien agar relasi dengan klien dapat tetap terjaga. yakni: Ada delapan aktivitas penting dalam tahap pertama langkah audit ini, Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal (accept client and perform initial audit planning) Memahami bisnis dan industri dari klien (understand the client s business and industry) Menilai risiko bisnis dari klien (assess client business risk) Melakukan prosedur analitis awal (perform preliminary analytical procedure) Mematok tingkat materialitas dan menilai acceptable audit risk dan inherent risk (set materiality and assess acceptable audit risk and inherent risk) Memahami kontrol internal dan menilai risiko pengendalian (understand internal control and assess control risk) Mengumpulkan informasi untuk menilai fraud risk (gather information to assess fraud risk) Menghasilkan perencanaan audit keseluruhan dan program audit (develop overall audit plan and audit program) Di dalam PSA No. 05 (SA Seksi 311) dijelaskan bahwa perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas. Pada saat merencanakan audit, auditor harus mempertimbangkan masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat usaha entitas tersebut, kebijakan dan prosedur akuntansinya, metode yang digunakan untuk mengolah informasi akuntansi yang signifikan, tingkat risiko

28 14 pengendalian yang direncanakan, pos laporan keuangan yang memerlukan penyesuaian, pertimbangan awal tentang materialitas, dan sebagainya. Pengetahuan tentang bisnis merupakan suatu kerangka acuan (frame of reference) yang menjadi pertimbangan profesional auditor dalam penaksiran risiko dan identifikasi masalah, perencanaan dan pelaksanaan audit yang efektif dan efisien, ataupun evaluasi bukti audit. PSA No.67 (SA Seksi 318) menyebutkan sumber informasi yang dapat menambah pengetahuan auditor tentang industri dan entitas. Misalnya, diskusi dengan orang dalam entitas (seperti direktur, personel operasi senior), pengalaman sebelumnya, diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat lain yang telah memberikan jasa kepada entitas atau dalam industri, diskusi dengan orang yang berpengetahuan di luar entitas (seperti ahli ekonomi industri, badan pengatur industri, pelanggan, pemasok, dan pesaing), perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas, kunjungan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas, dokumen yang dihasilkan entitas (seperti notulen rapat), dan publikasi yang berkaitan dengan industri. Tujuan prosedur analitis dalam perencanaan audit seperti yang dijelaskan dalam PSA No. 22 (SA Seksi 329) adalah untuk membantu dalam perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti saldo akun atau golongan transaksi tertentu. Untuk itu prosedur analitis dimaksudkan untuk menambah pengetahuan auditor atas entitas dan mengidentifikasi bidang tertentu yang memiliki risiko tinggi atau tidak biasa. Prosedur analitis umumnya menggunakan data keuangan dan nonkeuangan. PSA No. 25 (SA Seksi 312) menjelaskan bahwa risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari (a) risiko [yang meliputi risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk)] bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji (disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan) yang dapat menjadi material

29 15 terhadap laporan keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan transaksi lainnya, dan (b) risiko [risiko deteksi (detection risk)] bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut. Di dalam PSA No. 69 (SA Seksi 319) dijelaskan bahwa Dalam semua audit, auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern yang memadai untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut telah dioperasikan. Dengan demikian, auditor dapat menaksir risiko pengendalian untuk asersi yang terdapat dalam saldo akun, golongan transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan. Sebagai bagian dari penaksiran risiko, PSA No. 70 (SA Seksi 316) menyebutkan kalau auditor juga harus meminta keterangan kepada manajemen (a) untuk memperoleh pemahaman dari manajemen tentang risiko kecurangan dalam entitas dan (b) untuk menentukan apakah manajemen memiliki pengetahuan tentang kecurangan yang telah dilakukan terhadap atau terjadi dalam entitas. Informasi dari permintaan keterangan ini dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko kecurangan yang mungkin berdampak terhadap taksiran auditor dan tanggapan yang bersangkutan. Aktivitas terakhir di tahap ini adalah mengembangkan semua rencana audit dan membuat suatu program audit. Program audit tersebut harus mencakup semua prosedur yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan audit. Dalam mengembangkan program audit, auditor harus diarahkan oleh hasil pertimbangan dan prosedur perencanaan auditnya. Selama berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat menyebabkan diperlukannya perubahan prosedur audit yang telah direncanakan tersebut Melakukan Test of Control dan Substantive Test of Transaction Dalam PSA NO. 25 (SA Seksi 312) Paragraf 30: Auditor juga menggunakan pertimbangan profesional dalam menetapkan risiko pengendalian untuk suatu asersi yang berhubungan dengan suatu saldo akun atau golongan

30 16 transaksi. Penetapan risiko pengendalian didasarkan atas cukup atau tidaknya bukti audit yang mendukung efektivitas pengendalian dalam mencegah dan mendeteksi salah saji asersi dalam laporan keuangan. Apabila auditor yakin bahwa pengendalian intern tidak ada kaitannya dengan asersi tersebut atau tidak efektif, atau jika ia yakin bahwa evaluasi terhadap efektivitas pengendalian intern tidak efisien, ia akan menentukan risiko pengendalian untuk asersi tersebut pada tingkat yang maksimum. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa bukti audit dan pertimbangan profesional dapat digunakan untuk menetapkan risiko pengendalian suatu asersi. Apabila auditor telah mengetahui bahwa pengendalian intern tidak berjalan dengan baik tanpa pengujian terlebih dahulu sehingga risiko pengendalian intern begitu tinggi, maka auditor dapat melewatkan tahap test of control dan dapat langsung melaksanakan pengujian substantif. Pengendalian terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini: Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur yang mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya; Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola; Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan; Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasikan, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka; Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern organisasi, auditor harus melaksanakan prosedur yang memberikan pengetahuan yang

31 17 memadai tentang desain pengendalian yang relevan dengan masing-masing dari lima komponen dan apakah pengendalian tersebut dioperasikan. Pengetahuan tersebut biasanya diperoleh melalui pengalaman sebelumnya dengan entitas dan prosedur lain seperti permintaan keterangan dari manajemen, supervisor, dan personel staf; inspeksi terhadap dokumen dan catatan entitas; dan pengamatan atas aktivitas dan operasi entitas. Ketika audior telah mempertimbangkan bahwa tingkat pengendalian suatu organisasi berada di tingkat significant deficiencies atau material weaknesses, maka mereka berkeyakinan bahwa di dalam laporan keuangan terdapat salah saji. Oleh karena itu, auditor melakukan pengujian substantif untuk menguji apakah salah saji tersebut secara langsung mempengaruhi ketepatan saldo laporan keuangan. Terdapat tiga tipe pengujian substantif, yakni pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan tests of details of balances. Pengujian substantif atas transaksi digunakan untuk mengukur apakah keenam tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi untuk setiap jenis transaksi. Setelah auditor berkeyakinan bahwa semua transaksi telah dicatat dengan benar di dalam jurnal dengan memperhatikan semua tujuan audit terkait transaksi, maka mereka yakin total di dalam buku besar telah benar Melakukan Prosedur Analitis dan Test of Details of Balances Pada saat melaksanakan audit, auditor akan berhadapan dengan berbagai keadaan atau tren yang tidak wajar mengenai informasi keuangan atau nonkeuangan. Keadaan atau informasi tersebut mungkin merupakan sebuah indikasi adanya salah saji di dalam laporan keuangan. Perbandingan jumlah yang dicatat dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor termasuk prosedur analitis. Ketika prosedur analitis dapat mengindikasi adanya perubahan yang tidak wajar, auditor harus melaksanakan perngujian substantif atas transaksi dan pengujian detail saldo untuk menentukan apakah terdapat salah saji di dalam laporan keuangan dan begitu juga sebaliknya.

32 18 Pengujian detail atas saldo merupakan prosedur audit untuk menguji salah saji moneter apakah kedelapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo telah terpenuhi untuk setiap soldo akun yang signifikan. Pengujian ini begitu penting karena kebanyakan bukti yang diperoleh merupakan bukti yang berasal dari sumber yang independen dari klien sehingga dapat dikatakan memiliki kualitas dan keandalan yang tinggi. Pengujian ini juga akan membantu auditor dalam menentukan koreksi nilai akun yang bersangkutan Menyelesaikan Audit dan Mengeluarkan Laporan Audit Setelah tim audit menyelesaikan ketiga tahap tersebut, mereka harus mengumpulkan bukti tambahan yang berhubungan dengan tujuan penyajian dan pengungkapan, rangkuman hasil audit, menerbitkan laporan audit, dan tidak lupa untuk mengkomunikasikannya dengan pihak manajemen dan komite audit. Selama tahap akhir, auditor harus melakukan prosedur yang berhubungan dengan liabilitas kontijensi dan peristiwa kemudian. Auditor juga harus memastikan bahwa pengungkapan telah dibuat dengan lengkap dan tepat. Jenis laporan audit yang akan diterbitkan tergantung dari bukti yang diperoleh dan temuan audit. Temuan tersebut dapat didiskusikan terlebih dahulu dengan manajemen ataupun komite audit. PSA No. 48 (SA Seksi 380) menyebutkan masalah yang dikomunikasikan kepada komite audit, seperti kebijakan akuntansi signifikan, pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi, penyesuaian audit signifikan, informasi lain yang menyangkut laporan keuangan auditan, ketidaksepakatan dengan manajemen, konsultasi manajemen dengan akuntan lain, kesulitan yang dijumpai dalam pelaksanaan audit, dan isu lain yang signifikan mempengaruhi opini auditor. 2.5 Audit Sampling Pada saat melakukan prosedur audit, auditor tentunya tidak akan menguji semua bukti transaksi yang dilakukan oleh perusahaan. Akan tetapi, auditor harus memilih bukti transaksi yang dapat mencerminkan keadaan populasi yang

33 19 sebenarnya. Sampel audit sangatlah berguna untuk melakukan audit karena biasanya auditor tidak memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo atau transaksi khusus yang menurut pertimbangannya perlu untuk diuji. Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit (Arens et al., 2009), yaitu statistik dan nonstatistik. Pendekatan statistik merupakan metode penentuan jumlah sampel dengan menggunakan perhitungan statistik matematis, sedangkan pendekatan nonstatistik merupakan metode penentuan banyaknya sampel atas dasar pertimbangan. Kedua jenis pendekatan ini mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian sampel. Setelah menentukan seberapa banyak sampel yang harus dipilih, auditor dihadapkan pada pertanyaan sampel mana yang harus dipilih. Untuk memilih sampel terdapat dua metode, yakni probabilistic sample selection (auditor memilih sampel secara acak sehingga setiap sampel dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel) dan nonprobabilistic sample selection (auditor memilih sampel berdasarkan pertimbangan profesionalnya). Pemilihan sampel tidak terlepas dari risiko karena tidak semua jenis bukti transaksi diuji. Risiko sampling timbul karena suatu sampel tertentu mungkin mengandung salah saji moneter atau penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan. Risiko ini akan bervariasi secara berlawanan dengan ukuran sampelnya dimana semakin kecil ukuran sampel maka risikonya akan semakin besar. 2.6 Audit atas Akun Utang Usaha (Account Payable) Utang usaha merupakan kewajiban yang belum dibayarkan oleh perusahaan sehubungan dengan transaksi barang dan jasa yang telah diterima dalam menjalankan kegiatan bisnisnya (Arens et al., 2009). Saldo akun utang usaha cenderung signifikan untuk kebanyakan perusahaan sehingga auditor perlu melakukan pengujian untuk membuktikan nilai saldo tersebut. Untuk merancang

34 20 pengujian terhadap saldo utang usaha, Arens et al. (2009) menyebutkan ada 3 tiga tahapan yang harus dilakukan oleh tim auditor Tahap I Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi utang usaha Seiring berkembangnya bisnis suatu perusahaan, elemen-elemen yang ada di dalamnya juga akan berubah semakin kompleks sehingga risiko bisnis klien dapat tumbuh dengan signifikan. Kebutuhan akan informasi oleh pihak yang berkepentingan menjadi tantangan yang harus dipenuhi oleh perusahaan khususnya perusahaan publik. Karena itu, manajemen akan terus berusaha untuk melakukan perbaikan terhadap semua sistem yang menunjang bisnis perusahaan. Di sini auditor diharapkan dapat memahami dengan cermat perubahan tersebut beserta risiko bisnis yang dapat mempengaruhi salah saji material terhadap akun utang usaha Menentukan tingkat torelable misstatement dan menilai inherent risk Saldo utang usaha sangat dipengaruhi oleh banyaknya transaksi yang berkaitan dengan siklus pembelian dan pembayaran karena pembayaran secara tunai sangat jarang dilakukan pada saat akuisisi. Oleh karena itu, saldo utang usaha begitu besar dan membutuhkan perhatian yang besar karena berkaitan dengan kewajiban kepada pihak luar. Besarnya nilai utang usaha dan banyaknya vendor/supplier yang terkait menyebabkan audit atas akun ini relatif lebih mahal. Karena alasan tersebut, auditor biasanya menetapkan tolerable misstatement untuk akun ini relatif tinggi dan risiko bawaannya menegah atau tinggi Menilai control risk Setelah auditor menentukan tolerable misstatement dan inherent risk atas akun utang usaha, mereka dapat menilai control risk atas dasar pemahaman auditor terhadap pengendalian intern yang dimiliki perusahaan. Dengan menilai risiko tersebut, auditor dapat menentukan apakah perlu untuk melakukan pengujian terhadap pengendalian intern perusahaan atau tidak.

35 Tahap II Untuk menguji keefektifan internal control yang dimiliki suatu perusahaan, auditor perlu merancang dan melakukan test of control serta pengujian substantif atas transaksi yang berhubungan dengan utang usaha. Jika hasilnya cukup efektif maka banyaknya pengujian substantif atas transaksi utang usaha dapat dikurangi karena melalui hasil test of control tersebut, auditor berkeyakinan bahwa semua transaksi telah dilakukan sesuai dengan prosedur. Akan tetapi, jika hasil dari test of control tidak sesuai dengan harapan auditor atau control risk yang begitu tinggi, maka mereka dapat lebih intensif melakukan pengujian substantif atas transaksi utang usaha. Oleh karena itu, tests of control dan substantive tests of transactions dapat dilaksanakan bersamaan untuk transaksi yang sama Tahap III Prosedur analitis (analytical procedure) Akun utang usaha sangat rentan dengan salah saji karena selain jumlah transaksinya yang begitu banyak, nilainya juga tinggi sehingga risiko understatement atas akun utang usaha ini perlu untuk diperhatikan. Prosedur analitis sangatlah berguna untuk mengenali dan membuka kejanggalan yang terdapat di dalam akun ini dengan cara: Membandingkan saldo beban terkait pembelian, sewa, utilitas, dan beban rutin lainnya periode saat ini dengan periode lalu; Mengkaji ulang daftar utang usaha yang tidak biasa, tidak memiliki vendor, dan yang memiliki bunga untuk mengetahui klasifikasi salah saji; Membandingkan setiap saldo utang usaha dengan periode sebelumnya untuk mengetahui akun yang tidak ada atau tidak tercatat, atau salah saji; Membuat perhitungan rasio, seperti perbandingan antara utang usaha dengan saldo utang lancar, dan lain-lain.

36 Test of details of account payable balances Tujuan secara keseluruhan atas semua prosedur audit yang dilakukan atas utang usaha adalah untuk memastikan bahwa saldo akun utang usaha telah disajikan dengan benar dan diungkapkan dengan layak. Tujuh dari delapan tujuan audit terkait saldo dapat diaplikasikan dalam audit atas utang usaha, yakni existence, completeness, accuracy, classification, cutoff, detail tie-in, serta rights and obligations dengan tiga modifikasi: Tujuan realizable value tidak dapat diaplikasikan dalam kewajiban, namun hanya pada asset Aspek hak dalam rights and obligations tidak dapat diaplikasikan dalam kewajiban. Auditor akan lebih terfokus pada kewajiban klien untuk membayar kewajibannya Perhatian akan lebih dipusatkan kepada pencarian terhadap keberadaan understatement utang dibandingkan dengan overstatement. 2.7 Audit atas Akun Beban Usaha (Operating Expense) Beban merupakan salah satu akun penting di dalam siklus akuisi dan pembayaran selain akun utang usaha yang telah diuraikan sebelumnya. Sifat dan tahapan audit atas akun beban usaha tidak jauh berbeda dari audit atas akun utang usaha. Auditor harus dapat memastikan bahwa setiap total akun beban usaha yang ada di laporan laba rugi tidak ada salah saji materil. Komponen-komponen tahapan audit atas akun beban usaha terdiri dari tiga tahap seperti yang dilakukan atas akun utang usaha (Arens et al., 2009). Bagian audit yang secara langsung mempengaruhi akun tersebut adalah prosedur analitis, pengujian substantif atas transaksi, dan pengujian detail atas saldo Prosedur Analitis Prosedur analitis yang dilakukan harus cukup tangguh sebagai bagian pengujian kebenaran pengungkapann di dalam laporan keuangan. Beberapa

37 23 prosedur analitis yang dapat dilakukan untuk menemukan kemungkinan salah saji adalah: Membandingkan setiap jenis beban dengan tahun sebelumnya untuk mengetahui lebih saji atau kurang saji atas akun tersebut Membandingkan setiap jenis aset dengan saldo utang dengan tahun sebelumnya untuk mengetahui lebih atau kurang saji akun neraca yang juga mempengarui akun laporan laba rugi Membandingkan setiap beban dengan anggaran untuk mengetahui salah saji beban yang berhubungan dengan akun neraca dan lain-lain Pengujian Pengendalian dan Substantif atas Transaksi Kedua jenis pengujian tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan untuk memverifikasi akun neraca dan laba rugi. Jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal cukup untuk memberikan reasonable assurance bahwa transaksi dalam siklus ini dicatat dan diklasifikasikan secara tepat, maka auditor akan mengumpulkan bukti yang memperkuat kesimpulan tersebut Pengujian Detail atas Saldo Analisis Beban Analisis atas akun beban meliputi pemeriksaan terhadap dokumen yang bersangkutan atas setiap transaksi dan nilai yang menimbulkan nilai total akun beban. Dokumen tersebut jenisnya sama dengan yang digunakan untuk memeriksa transaksi akuisisi, termasuk tagihan, surat penerimaan, pesanan pembelian, dan kontrak. Analisa ini berbeda denga pengujian pengendalian dan substantif. Di dalam analisis beban, auditor akan memverifikasi transaksi dalam akun tertentu untuk menentukan apakah transaksi tersebut layak untuk klien, diklasifikasikan dengan benar, dan dicatat dengan tepat. Sedangkan pengujian pengendalian dan substantif ditujukan untuk menilai risiko pengendalian.

38 Sewa (Lease) PSAK No.30 Revisi 2007 tentang sewa menjelaskan bahwa sewa (lease) adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Di dalam standar ini disebutkan ada dua jenis sewa yang diklasifikasikan berdasarkan atas sejauh mana risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset sewaan berada pada lessor atau lessee dengan kata lain dapat dilihat dari substansi transaksinya bukan pada bentuk kontraknya. Risiko tersebut termasuk kemungkinan rugi dari kapasitas tidak terpakai atau keusangan teknologi dan variasi imbal hasil karena perubahan kondisi ekonomi. Sedangkan manfaat dapat tercermin dari ekspektasi operasi yang menguntungkan selama umur ekonomis dan laba dari kenaikan nilai atau realisasi dari nilai residu. Di dalam paragraf 8 disebutkan bahwa Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemiikan aset. Suatu sewa diklasfikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Indikator situasi yang menunjukkan bahwa suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan adalah jika lessee dapat membatalkan sewa, maka rugi lessor yang terkait dengan pembatalan ditanggung oleh lessee; lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan nilai rental yang secara substansial lebih rendah dari nilai rental pasar; laba atau rugi dari fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee (sebagai contoh, dalam bentuk potongan harga rental dan yang setara dengan sebagian besar hasil penjualan residu pada akhir sewa); sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa; lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan; masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset

39 25 meskipun hak milik tidak dialihkan; pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset sewaan; atau aset sewaan bersifat khusus dimana hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material. Berbagai indikator yang telah diuraikan di atas tidak selalu harus konklusif, artinya jika jelas dari fitur lainnya bahwa sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan, sewa tersebut akan diklasifikasikan sebagai sewa operasi.

40 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN KLIEN DAN PERUSAHAAN TEMPAT MAGANG 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Klien: PT X PT X didirikan pada tanggal 28 Oktober 1996 berdasarkan akta notaris Veronica Lily Dharma, S.H., dan pada tanggal 14 November 1996, akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan utama Perusahaan adalah menjalankan usaha di bidang jasa, pertambangan, perdagangan, pelayaran dan angkutan laut. Saat ini perusahaan berkantor pusat di Jakarta dan menyediakan jasa di bidang minyak dan gas. Di akhir tahun 2010, perusahaan mempunyai kepemilikan secara langsung atas anak perusahaan masing-masing sebesar 99,83%, yaitu PT VKOS yang beroperasi di bidang konstruksi pertambangan dan jasa pendukung pertambangan serta PT DXI yang bergerak dalam pengembangan sewa gedung. Sedangkan, PT XYRA merupakan perusahaan induk yang memiliki 99,9% kepemilikan saham atas PT X. Perusahaan induk menyediakan jasa transportasi truk untuk industri semen serta menyediakan jasa di bidang minyak dan gas melalui anak perusahaan yang dimilikinya, yakni PT X, SSI Pte. Ltd., dan SOM Pte. Ltd. PT X memberikan jasa kepada pihak yang memerlukan kapal beserta awak kapalnya untuk keperluan pengembangan eksploitasi ladang minyak dan gas yang potensial. Sampai dengan akhir Juni 2011, perusahaan mempunyai 2 unit kapal kecil yang disewakan untuk mengangkut barang dalam wilayah teritorial negara Republik Indonesia. Kapal utama yang digunakan untuk mengebor minyak dan gas disewa dari MIH Pte. Ltd. dan SFP Pte. Ltd. yang berdomisili di Singapura. Kapal tersebut 26

41 27 disewakan kepada PT X untuk kemudian disewakan kembali kepada pelanggan PT X. Pada saat menyewa kapal, pihak penyewa akan menandatangani kontrak hanya dengan PT X. Penyewa kemudian akan meminta modifikasi atas kapal tersebut kepada PT X sesuai dengan kebutuhannya. Modifikasi atas kapal tersebut dilakukan oleh PT X dengan memesan suku cadang (sparepart) kapal dari LSP Pte. Ltd. dan menagihkan invoice atas suku cadang tersebut serta jasa instalasinya kepada penyewa. Selisih antara pembayaran sewa kapal kepada MIH Pte. Ltd. dan SFP Pte. Ltd. yang dibayar oleh PT X dengan penerimaan yang diperoleh dari penyewa kapal menjadi pendapatan bagi PT X. Dalam menjalankan usahanya, PT X dipimpin oleh 3 orang direktur yang masing-masing menjabat sebagai direktur utama, operasional, dan pemasaran. Kinerja dari ketiga oranga direktur ini diawasi oleh 3 orang komisaris dan seorang komisaris utama. Sebenarnya, manajemen PT X terdiri dari orang-orang yang sama dengan induk perusahaan, hanya saja posisi yang sedikit berbeda. Fungsi direktur utama di perusahaan adalah selain memimpin, mengkoordinasi, dan melaksanakan pengawasan pada seluruh aktivitas usaha untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan juga sebagai pengawas dan pengendali kegiatan keuangan perusahaan. Semua bentuk transaksi material yang memerlukan otorisasi pimpinan harus memperoleh persetujuan oleh direktur utama. Direktur operasional bertanggung jawab pada aktvitas operasi perusahaan dan melakukan pengawasan terhadap semua logistik penyediaan jasa agar berfungsi dengan tepat. Direktur pemasaran memiliki fungsi untuk mengeola dan meberdayakan sumber daya pemasaran secara optimal dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan sehingga dapat menciptakan customer satisfaction. Selain fungsi tersebut, direktur operasional dan pemasaran juga bersama-sama dengan direktur utama merncarikan klien bagi PT X dan kedua direktur tersebut juga dapat menggantikan direktur utama dalam menyetujui cash disbursement perusahaan. PT X mempunyai 80 orang karyawan dengan dengan seorang tenaga ahli. Divisi Human Resources ditangani oleh seorang dan sekaligus mengurusi sistem

42 28 payroll perusahaan beserta anak perusahaan PT X. Sedangkan divisi Accounting terdiri dari 3 orang, termasuk manajer yang mengurusi sistem akuntansi perusahaan dan anak perusahaanya. Bagian ini juga bertugas untuk membuat perbandingan budget atas beban setiap bulannya, membuat jurnal atas transaksi yang dilakukan perusahaan, membuat rekapitulasi beban sewa kapal beserta dokumentasinya. Untuk divisi Finance dan Perpajakan terdiri dari 2 orang, yakni seorang manajer dan seorang staf. Divisi ini bertanggung jawab untuk membuat rekapitulasi pembayaran pajak dan rekapitulasi pembayaran pajak. Sisanya merupakan awak kapal (crew) dan driver dengan status pegawai kontrak. Awak kapal tersebut nantinya akan disewakan kepada penyewa dan diberikan daftar tugas yang harus mereka kerjakan dalam sebuah proyek pengembangan lapangan minyak atau gas. 3.2 Gambaran Umum Perusahaan Tempat Magang: KAP Y KAP Y adalah perusahaan jasa profesional dan merupakan salah satu kantor akuntan publik yang termasuk dalam peringkat the big four auditors di dunia. Di Indonesia, KAP Y berafiliasi dengan salah satu kantor akuntan publik lokal dan bermarkas di Jakarta, sedangkan KAP Y Global bermarkas di London, Inggris. Setiap negara anggota KAP Y dikelola sebagai bagian dari salah satu dari lima wilayah, yakni Eropa, Timur Tengah, India & Afrika (EMEIA), Amerika, Timur Jauh, Oseania, dan Jepang. Setiap wilayah mempunyai sebuah tim manajemen tunggal yang dipimpin oleh seorang Area Managing Partner yang duduk dalam Global Executive Board dan seluruh wilayah mengintegrasikan model bisnis mereka. Untuk KAP Y Indonesia sendiri memiliki 37 orang partner yang menjalankan bisnis mereka. Secara garis besar, KAP Y memiliki empat lini bisnis utama sebagai berikut: Assurance and Advisory Business Services (AABS), yang meliputi Accounting Financial Reporting, External Audit Services, Financial

43 29 Accounting Advisory Services, dan Fraud Investigation & Dispute Services. Lini bisnis ini terdiri dari empat group, yaitu OMT (Oil, Mining, and Telecomunication), RCP (Retail), BCI (Bank), dan UIC (Utility). Tax, lini bisnis ini akan menyediakan pengetahuan teknis yang mendalam, baik global maupun lokal, yang dikombinasikan dengan pengalaman praktik, komersial, dan industri untuk membangun kepatuhan perusahaan klien terhadap aspek perpajakan dan dasar pelaporan serta strategi pajak yang berkelanjutan. Lini bisnis ini meliputi Tax Business Compliance, Human Capital, Indirect Tax, International Tax Services, Tax Accounting & Risk Advisory Services, dan Transaction Tax. Transaction Advisory Services (TAS), lini bisnis ini akan memberikan jasa advisory yang terintegrasi untuk mengevaluasi peluang bisnis yang dimiliki klien dan menjadikan transaksi mereka lebih efisien dalam mencapai tujuan strategisnya. Lini bisnis ini meliputi due diligence komersial, keuangan, real estat, dan pajak, merger & akuisisi, penilaian & pemodelan bisnis, restrukturisasi korporasi, dan jasa integrasi Advisory, memberikan layanan konsultasi dalam penyelesaian masalah yang dihadapai perusahaan klien, seperti meningkatkan kinerja bisnis, manajemen risiko, dan pengurangan biaya sehingga mereka dapat menciptakan posisi kompetitif yang kuat. Lini bisnis ini terdiri dari Technology and Security Risk Services (TSRS), Business Risk Services (BRS), Fraud Investigation and Dispute Services (FIDS), Advisory for Financial Services, dan Performance Improvement.

44 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Audit Secara Umum atas PT X Ada beberapa hal umum yang terlebih dahulu penting untuk diketahui ketika melaksanakan audit atas PT X dikarenakan hal tersebut memiliki hubungan yang begitu erat untuk melakukan prosedur audit berikutnya Estimasi Materiality dan Tolerable Misstatement KAP Y memiliki standar dan panduan untuk menetapkan estimasi materialitas dan tolerable misstatement pada saat melaksanakan audit atas laporan keuangan. Terdapat 3 (tiga) hal penting yang harus diperhatikan, yaitu planning materiality (PM), tolerable error (TE), serta summary audit differences (SAD). Penentuan besarnya nilai dari masing-masing hal tersebut tidak akan terlepas dari professional judgment, dan relatif terhadap setiap perusahaan tergantung dari jenis, ukuran, atau kondisi lain yang dimiliki perusahaan. Planning materiality (PM) merupakan tingkat materialitas awal secara agregat atas laporang keuangan perusahaan klien. Besarnya nilai PM ini ditentukan dengan dua cara, yakni: 5% dari pre tax income jika perusahaan klien merupakan entitas yang terdaftar dalam bursa saham atau masuk dalam kategori regulated industries 10% dari pre tax income jika perusahaan klien masuk dalam kategori entitas yang tidak terdaftar dalam bursa saham, atau unregulated industry dan statutory audits of subsidiaries Tolerable error (TE) merupakan bagian dari Planning materiality (PM) yang digunakan dalam perencanaan audit untuk menentukan tingkat materialitas 30

45 31 yang dialokasikan kepada beberapa saldo akun tertentu. Aplikasi ini digunakan untuk mengurangi kemungkinan salah saji yang tidak terdeteksi secara agregrat melebihi PM. Cara menentukan besarnya tingkat TE dalam pelaksanaan audit ada dua jenis, yakni: Untuk entitas yang terdaftar dalam bursa saham atau masuk dalam kategori regulated industries, maka TE ditentukan sebesar 50% dari PM. Jika entitas tidak terdaftar dalam bursa saham, dalam unregulated industry dan statutory audits of subsidiaries, maka TE ditentukan sebesar 75% dari PM. Summary Audit Differences (SAD) merupakan besarnya perbedaan antara amount per audited dengan balance per book atau dengan kata lain, SAD merupakan besarnya misstatement maksimal yang dapat ditoleransi dalam setiap prosedur audit yang dilaksanakan. Jika besarnya nilai SAD yang terjadi tidak melebihi besar SAD yang telah ditetapkan, maka jumlah temuan tersebut diperkirakan tidak akan memberikan pengaruh material terhadap laporan keuangan jika diakumulasi secara keseluruhan dalam setiap segmen. Nilai SAD tersebut nantinya akan digunakan auditor sebagai dasar pengajuan adjustment entries kepada klien terkait prosedur audit yang telak dilaksanakan. KAP Y mempunyai dua cara untuk menentukan besarnya SAD, yaitu: Ketika TE ditentukan sebesar 50% dari PM, maka SAD ditentukan sebesar 5% dari PM. Ketika TE ditentukan sebesar 75% dari PM, maka SAD ditentukan sebesar 3% dri PM. Penentuan nilai-nilai tersebut juga pasti tidak terlepas dari professional judgment auditor yang telah mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh dengan baik. Pengalaman yang pernah diperoleh saat melakukan audit atas berbagai perusahaan di beberapa industri dapat memberikan suatu ide penting dalam menyusun standar tersebut. Hal itu tercermin dengan dibedakannya cara penentuan nilai materialitas, tolerable error, ataupun summary audit

46 32 differeces untuk perusahaan publik dan nonpublik. Oleh karena itu, tidak jarang pada saat melakukan audit di beberapa perusahaan dalam industri yang sama dan sama-sama perusahaan non-publik atau publik memiliki cara yang berbeda dalam penentuan nilai materialitas dan kesalahan yang dapat ditolerir. Pasti akan sangat berbeda nilai materialitas perusahaan besar dan kecil, begitu juga dengan perusahaan publik dan non-publik. Kesalahan yang diharapkan dalam penyusunan laporan keuangan publik sangat minimal karena menyangkut kebutuhan publik yang berpengaruh langsung terhadap keberlangsungan perusahaan. Regulated industry, seperti perbankan juga sangat sensitif jika terdapat salah saji material di dalam laporan keuangannya. Investasi masyarakat di industri tersebut sangat penting untuk menjalankan roda perekonomian negara sehingga perlu diatur oleh suatu lembaga tertentu dan informasi keuangan perusahaan juga sangat diharapkan terlepas dari salah saji material. Dengan demikian, nilai tolerable error dan materialitas perusahaan yang termasuk ke dalam regulated indusry dengan yang tidak juga pasti akan berbeda. Dalam pelaksanaan audit atas PT X sendiri, auditor memutuskan untuk melakukan modifikasi atas persentase PM, TE, dan SAD yang telah ditetapkan karena pertimbangan dan pengalaman auditor dalam pelaksanaan audit PT X di periode sebelumnya. Untuk planning materiality ditetapkan sebesar 7,5% dari pre tax income senilai Rp ,00 sehingga nilai PM itu sendiri adalah Rp ,00. Nilai tolerable error ditetapkan 80% dari PM, sehingga nilai TE itu sendiri adalah Rp ,00. Sedangkan untuk summary audit differences ditetapkan 5% dari PM, sehingga nilai SAD itu sendiri adalah Rp , Pemahaman serta penilaian internal control dan risiko terhadap PT X Pengujian pengendalian internal (test of control) biasanya wajib dilakukan pada saat periode pertama kali tim audit dari suatu kantor akuntan publik melakukan audit di suatu perusahaan klien. Sedangkan untuk tahun-tahun selanjutnya, dalam praktiknya auditor melakukan up date atas implementasi alur

47 33 transaksi serta internal control dengan tujuan untuk memperbaharui pemahaman auditor atas prosedur pengendalian internal yang dimiliki oleh perusahaan klien. Tim audit dapat meminta klien untuk memberikan salah satu contoh transaksi dari setiap alur dan kemudian memeriksa kelengkapan pengendalian internalnya. Jika internal control dari contoh transaksi tersebut telah dilaksanakan dengan baik, maka auditor dapat melakukan test of control untuk menguji kefektifan pengendalian tersebut. Namun, jika dari contoh transaksi tersebut tidak menunjukkan terlaksananya internal control dengan baik, maka test of control tidak perlu dilakukan. Aktivitas up date atas implementasi pengendalian internal dilaksanakan hanya sebagai kelengkapan dokumen selama tidak ada perubahaan yang signifikan dalam implementasi tersebut. Sistem pengendalian intern yang dimiliki oleh PT X dinilai tidak cukup memadai, sehingga tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi. Ketidakcukupan tersebut tercermin dari SOP (Standard of Operating Procedure) perusahaan yang tidak lengkap, struktur organisasi yang tidak ada, ataupun pengalaman auditor dalam mengaudit PT X di periode sebelumnya. Untuk periode 30 Juni 2011, PT X juga belum ada membuat atau memperbaharui prosedur kerja perusahaan. Berdasarkan pemahaman atas hal-hal tersebut di atas, maka tim audit berpendapat bahwa sistem pengendalian intern atas utang dan beban sewa kapal memiliki risiko yang sangat tinggi (control risk at the maximum) sehingga tim audit mengambil keputusan untuk tidak melakukan prosedur test of control. Sebagai konsekuensi atas keyakinan auditor bahwa internal kontrol di PT X tidak berjalan dengan efektif, efisien, dan ekonomis adalah terdapat prosedur audit lain yang harus dijalankan lebih intensif, yaitu substantive test of transaction. Misalnya, memperbanyak jumlah sampel yang akan diuji sehingga auditor percaya bahwa sampel tersebut akan mencerminkan karakteristik populasi secara keseluruhan. Atau, sebelum melakukan pengujian substantif biasanya auditor dapat melakukan walkthrough transaksi. Prosedur ini dilakukan dengan cara bertanya kepada manajemen tentang alur transaksi atas siklus yang signifikan yang dimiliki perusahaan klien seperti siklus penerimaan, pengeluaran, dan

48 34 payroll. Prosedur ini mewajibkan auditor untuk melakukan pemeriksaan dan penelusuran atas dokumen terkait dengan siklus transaksi yang terjadi di perusahaan klien. Akan tetapi, prosedur ini juga tidak dilaksanakan karena tingkat pemahaman auditor yang sudah cukup layak atas alur transaksi karena prosedur ini telah dilakukan di periode sebelumnya Dasar penentuan banyaknya sampel yang dipilih untuk diuji Menentukan banyakanya jumlah sampel yang dipilih merupakan salah satu prosedur audit yang sangat penting karena dengan sampel yang tepat akan mencerminkan keadaan populasi yang sesungguhnya. Sehingga, dalam memilih sampel terdapat beberapa pendekatan yang digunakan oleh auditor, seperti menggunakan program teknologi informasi yang dimiliki kantor akuntan publik yang bersangkutan, menggunakan perkiraan dan pemilihan langsung (misalnya, bergantung dari nilai PM, TE, dan SAD), berdasarkan transaksi dengan jumlah uang terbesar, persentasi dari jumlah populasi, intensitas dilakukannya transaksi dari suatu siklus yang diaudit, atau berdasarkan jumlah yang umumnya diambil dalam setiap prosedur. Akan tetapi, jika jumlah populasi transaksi sedikit, maka tidak menutup kemungkinan dilakukan pemeriksaan terhadap seluruh bukti transaksi. Selain cara tersebut, banyaknya sampel juga dapat ditentukan berdasarkan hasil penilaian risiko yang telah ditetapkan sebelumnya oleh auditor. Namun, jika test of control tidak dilaksanakan berarti auditor menilai risiko berdasarkan pengalaman periode sebelumnya. Jika demikian, maka sampel akan diambil melalui professional judgment dari tim audit dengan memperkirakan titik aman sampel di atas nilai risiko yang telah ditentukan sebelumnya sehingga dengan jumlah tersebut kebutuhan sampel dengan tingkat risiko tertentu dapat terpenuhi. Pada saat mengaudit akun utang dan beban sewa kapal PT X, tim auditor memeriksa seluruh dokumen transaksi sewa dan pembayaran utang kapal yang terjadi dikarenakan selain nilai nominalnya sangat besar juga jumlah transaksinya yang begitu sedikit, sehingga memungkinkan untuk diperiksa secara menyeluruh dalam waktu yang singkat. Sehingga penggunaan sampling audit dalam audit

49 35 utang dan beban sewa kapal kali ini kurang tepat, karena metode yang digunakan adalah pengujian secara keseluruhan atas semua bukti transaksi. Dengan demikian, hasil dari pemeriksaan tersebut merupakan hasil yang benar-benar terjadi di lapangan dan penggunaan metode ini akan terhindar dari sampling risk. 4.2 Audit atas Akun Utang Usaha PT X PT X memiliki dua jenis akun utang usaha yang dibagi berdasarkan pihak yang melakukan transaksi dengan perusahaan, yakni: 1. Utang usaha dengan pihak ketiga (Account payable with third parties). Merupakan utang perusahaan yang dikarenakan adanya transaksi secara kredit antara PT X dengan pihak ketiga, yakni SFP dan PT TBL. Dalam hal ini, transaksi yang terlaksana adalah aktivitas penyewaan kapal yang dimiliki SFP dan PT TBL oleh PT X. Total utang kepada pihak ketiga periode Juni 2011 adalah sebesar 42% dari seluruh utang usaha. 2. Utang usaha dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa (Account payable with related parties). Merupakan utang perusahaan yang terjadi karena adanya transaksi secara kredit antara PT X dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dengannya, misalnya perusahaan induk atau anak PT X. Dalam hal ini, PT MIH merupakan pihak istimewa yang memiliki piutang kepada PT X atas penyewaan kapal. PT MIH merupakan perusahaan yang memiliki induk perusahaan yang sama dengan PT X, yaitu PT XYRA dengan proporsi kepemilikan sebesar 93,31%. Oleh karena itu, utang penyewaan kapal tersebut kepada PT MIH disebut sebagai utang usaha kepada pihak hubungan istimewa. Total utang yang dimiliki PT X kepada PT MIH periode Juni 2011 adalah sebesar 58% dari seluruh utang usaha. Seluruh utang usaha yang dimiliki PT X adalah utang kepada pihak penyedia kapal baik pihak ketiga maupun pihak yang memiliki hubungan istimewa. Sedangkan proporsi utang usaha itu sendiri terhadap utang lancar adalah 97,57% dan terhadap total utang sebesar 63,05%.

50 Perjanjian kerja sama PT X dengan salah satu vendor kapal Salah satu vendor yang menyewakan kapalnya kepada PT X adalah SFP Pte. Ltd yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri gas dan minyak offshore, termasuk bisnis akuisisi, kepemilikan, konversi, dan operasi FPSO (Floating Production Storage and Offloading). PT X dan SFP telah sepakat membuat kontrak kerja sama keagenan yang bertujuan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tender di wilayah teritorial Indonesia yang dilakukan oleh SE (pihak ketiga) untuk penyediaan floating unit (bersamaan dengan mooring systems dan semua peralatan serta jasa penunjang minyak dan gas) untuk pengembangan Kakap field, laut Natuna, Indonesia. Dalam perjanjian hubungan keagenan ini, dinyatakan bahwa SFP mengizinkan PT X untuk merepresentasikan kapal yang dimiliki oleh SFP. Bagian scope of co-operation perjanjian tersebut menyatakan bahwa PT X harus menjalankan kontrak resmi dengan SE terkait dengan imbalan yang sesuai dengan kontrak. Untuk melaksanakan kontrak antara PT X dengan SE, kedua belah pihak harus terlebih dahulu melakukan negosiasi yang mengarah pada kontrak antara SFP atau kantor cabangnya yang terdaftar dalam wilayah Indonesia dengan PT X. Perjanjian tersebut juga mengharuskan pembukaan sebuah joint bank account yang bertujuan untuk sarana transaksi pembayaran PT X kepada SFP dan penerimaan dari SE. Disebut sebagai joint bank account karena penunjukkan bank dilakukan atas kesepakatan bersama dan rekening tersebut dikhususkan hanya untuk keperluan transaksi ketiga belah pihak, yaitu SE, PKR, dan SFP. Akan tetapi, buku rekening tersebut adalah atas nama PT X sehingga pihak yang memiliki kuasa untuk tarik tunai ataupun transfer dana dari rekening tersebut adalah PT X. Perjanjian ini mengharuskan PT X mengeluarkan instruksi tertulis yang tidak dapat dibatalkan kepada SE untuk membayar seluruh pembayaran yang dinyatakan dalam kontrak antara PT X dengan SE ke bank account tersebut. Di setiap lembar invoice yang dikirimkan kepada SE selalu dicantumkan nama bank dan nomor rekening untuk transfer pembayaran dari SE kepada PT X. Selain itu, PT X juga harus berpartisipasi dalam kontrak-kontrak dan persyaratan yang

51 37 dikeluarkan oleh SFP, termasuk di dalamnya operasional kapal dan pemeliharaan kontrak yang berhubungan dengan instalasi kapal sebelum penggunaan kapal menurut kontrak antara PT X dengan SE. SFP 1 PT X 2 SE Hubungan keagenan Sewa Kapal Owner of the Vessel Agent Third Party User Gambar 4.1 Hubungan transaksi antara PT X dengan SFP dan SE Dari gambar 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa PT X dan SFP melakukan kerja sama sewa kapal karena PT X telah memenangkan tender di bidang oil & gas services di wilayah Indonesia. Keterangan gambar nomor 1 menggambarkan bahwa SFP menyewakan kapal yang dimilikinya kepada PT X dan atas transaksi itu PT X membayar beban penyewaan tersebut kepada SFP. Selanjutnya untuk keterangan gambar nomor 2, PT X kemudian menyewakan kembali kapal yang tersebut kepada pelanggannya, yakni SE dan atas transaksi tersebut PT X memperoleh pendapatan sewa dari SE. Dalam konteks ini, PT X melakukan instalasi kapal atas permintaan SE terhadap kapal milik SFP yang ia sewa melalui PT X. Selanjutnya PT X memesan spare parts kapal yang dibutuhkan dari pihak ketiga yaitu L.S Pty. Ltd. yang berdomisili di Singapura dan melakukan instalasi. Beban instalasi ini ditanggung oleh PT X yang pada akhirnya akan ditagihkan kepada SE. Terakhir, PT X harus menanggung seluruh beban dan membayar semua biaya yang berkaitan dengan promosi atas PT X atau pun bisnis SFP secara umum dalam wilayah Indonesia yang tidak ditimbulkan dari kewajiban yang telah disetujui oleh SFP dalam segala bentuk kontrak tertulis. Misalnya, PT X melakukan kunjungan bisnis ke Singapura untuk melobi kerja sama atas sewa kapal yang dimiliki oleh SFP. Kunjungan bisnis ini dilakukan atas biaya PT X sendiri dan tidak dapat ditagihkan kepada SFP. Kunjungan bisnis tersebut diakui dan dicatat oleh PT X sebagai beban pemasaran.

52 38 Di lain pihak, SFP harus menyediakan kapal dan semua perlengkapan yang disyaratkan sesuai dengan kontrak antara PT X dengan SE. SFP juga harus memastikan bahwa kapal dan segala perlengkapannya yang disyaratkan dalam kontrak tersebut harus cocok dan sesuai dengan tujuan dan memenuhi syarat di dalam kontrak. Selain itu, SFP harus mengadakan dan menyediakan semua jasa penunjang yang disyaratkan untuk memberikan sokongan atas penggunaan kapal dan perlengkapan kapal seperti yang tertera di dalam kontrak. SFP juga harus memastikan bahwa jasa penunjang yang diberikan harus sesuai dengan tujuan dan memenuhi syarat seperti yang dimintakan di dalam kontrak. Mengenai payment and consideration, perjanjian ini menyatakan bahwa seluruh pembayaran yang diterima oleh PT X sesuai yang terdapat di dalam kontrak harus dibayarkan ke bank account yang telah ditunjuk dan disetujui bersama. SE sebagai pihak ketiga dan pengguna akhir dari kapal sewaan tersebut membayar tagihan PT X ke rekening bank tersebut. Selanjutnya jika SFP menagih beban sewa kepada PT X, maka pembayaran juga akan dilakukan melalui buku rekening tersebut. Jika terjadi keterlambatan pembayaran oleh PT X kepada SFP atas suatu invoice yang dikirimkan, maka akan dikenakan denda sebesar 1% dari nilai invoice tersebut kepada PT X Alur Transaksi dan Pencatatan Utang usaha muncul karena adanya suatu peristiwa atau transaksi ekonomi di masa lalu sehingga perusahaan berkewajiban untuk melunasinya di masa depan. Keberadaan akun utang sewa kapal tersebut telah melalui beberapa tahapan yang dijalankan di dalam PT X sehingga transaksi yang telah dilakukan dapat diakui sebagai utang. Transaksi yang terjadi antara pihak yang menyewakan kapal dengan PT X sebagai agen diawali dengan adanya perjanjian kontrak kerja sama untuk beberapa periode. Seperti yang telah diterangkan di dalam perjanjian bahwa hubungan keagenan PT X dan SFP adalah untuk mengikuti tender oil & gas services yang ada di wilayah teritorial Indonesia. Karena itu, PT X selaku agen akan mencarikan pihak yang hendak menyewa kapal dan layanan di bidang tersebut. Setelah

53 39 perusahaan memenangkan tender, maka PT X dan SFP membuat suatu perjanjian kerja sama untuk menyewa kapal yang dimiliki SFP dan kemudian PT X melakukan modifikasi dan instalasi sesuai dengan kebutuhan penyewa kapal. Karena di dalam perjanjian ini PT X selaku agen yang menyewa kapal dari SFP dan selanjutnya PT X menyewakan kembali kepada SE, maka PT X akan memperoleh pendapatan dari SE dan PT X harus membayar biaya penyewaan kapal tersebut kepada SFP. Beban sewa kapal yang akan ditagihkan kepada PT X dilakukan setiap bulan dan begitu juga PT X akan menagih pendapatan sewa mereka kepada SE setiap bulan. Berikut ini merupakan salah satu contoh pencatatan yang dilakukan oleh PT X atas diterimanya invoice dari SFP pada tanggal 28 Februari 2011 (lampiran 1). Di dalam invoice tersebut disebutkan bahwa daily rate berdasarkan perjanjian adalah USD4,410 selama 28 hari kerja. Kurs pada saat diterimanya invoice tersebut adalah sebesar Rp8.865,00/USD, sehingga jurnalnya adalah sebagai berikut: Biaya Sewa Bargers (Rp8.865 x x 28) Rp PPN Masukan (10% x Rp8.865 x x 28) Rp Utang usaha - SFP Rp Keterangan: Kode akun adalah kode akun untuk biaya sewa kapal/bargers Kode akun adalah kode akun untuk PPN Masukan Kode akun adalah kode akun untuk utang usaha kepada SFP Proses Pembayaran Terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh manajemen untuk melakukan pembayaran atas utang sewa kapal tersebut. a) Bagian Accounting

54 40 Melakukan review guna mengecek kelengkapan dokumen, seperti Invoice asli, PO/SO asli, perjanjian, timesheet/work acceptance, faktur pajak, dan dokumen pendukung lainnya. Setelah itu, bagian ini akan mengecek kebenaran penjumlahan tagihan dan kesesuaian dengan dokumen pendukung Tahap approval invoice di mana bagian akuntansi akan membuat budget comparison untuk melihat apakah pembayaran yang diminta under/over budget atau apakah beban tersebut memang telah dianggarkan sebelumnya. Jika belum dianggarkan atau melebihi budget, maka harus diajukan Approval for Expense (AFE) kepada Controller untuk disetujui. b) Bagian Finance Menyiapkan payment request dan menentukan currency Membuat bank transfer slip/giro Melakukan reviewed payment request, seperti aplikasi pembayaran vs payment request (nama penerima, currency, bank dan No. Rekening penerima) Approved dokumen pembayaran beserta dokumen pendukungnya, seperti surat perintah pencairan dana ke bank. Setelah dilakukan pembayaran, bukti pembayaran tersebut dikembalikan kepada bagian akuntansi untuk membuat voucher pembayaran dan melakukan pencatatan jurnal atas pengeluaran kas tersebut. Dari contoh transaksi di atas, sebelum jatuh tempo, yaitu 30 hari setelah diterimanya tagihan dari SFP, PT X melakukan pembayaran. Pada saat melakukan pembayaran nilai kurs rupiah terhadap USD melemah menjadi Rp8.975/USD, sehingga pencatatan jurnal atas transaksi pembayaran utang tersebut adalah sebagai berikut: Utang Usaha - SFP (Rp x ) Rp , Kerugian Selisih Kurs Rp , Bank Mandiri (Rp x ) Rp ,00

55 41 Keterangan: Kode akun adalah kode akun untuk utang usaha kepada SFP Kode akun adalah kode akun untuk rugi selisih kurs Kode akun adalah kode akun untuk bank Mandiri Audit atas Akun Utang Usaha (Account Payable) Tujuan keseluruhan dalam audit utang adalah menentukan apakah akun utang tersebut telah disajikan secara layak dan tepat. Untuk memenuhi tujuan tersebut, KAP Y memiliki standar prosedur yang harus diikuti oleh para auditornya ketika melakukan audit atas akun utang. Adapun prosedur tersebut adalah sebagai berikut: a) Meminta ledger akun utang usaha selama periode berjalan serta meminta rincian saldo akun utang usaha yang dimiliki perusahaan klien. Dengan demikian, auditor dapat membandingkan total dari semua rincian saldo dengan akun utang usaha pada laporan posisi keuangan (neraca). Jika menurut pertimbangan auditor terdapat akun-akun yang tidak wajar, maka auditor dapat meminta penjelasan kepada manajemen atas saldo yang bersangkutan. b) Meminta aging schedule kepada klien terkait utang usaha serta melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Jika terdapat suatu akun utang usaha yang masih outstanding dalam waktu yang lama, maka auditor perlu meminta penjelasan tentang transaksi tersebut kepada manajemen. c) Melakukan vouching atas beberapa sampel transaksi yang telah ditentukan sebelumnya. Karena akun utang usaha cenderung berisiko understatement, maka prosedur yang dilakukan adalah memeriksa dokumen setiap transaksi kemudian mencocokkannya dengan nilai yang dicatat. Jika terdapat perbedaan antara amount per book dengan amount per audit yang melebihi nilai SAD yang telah ditentukan, maka jurnal penyesuaian perlu diajukan kepada manajemen. d) Melaksanakan prosedur AP cut off terhadap akun utang usaha perusahaan klien. Tujuan dilakukannya prosedur ini adalah untuk mengetahui

56 42 kemungkinan kesalahan waktu pengakuan utang usaha. Prosedur ini dilaksanakan dengan melihat general ledger utang perusahaan dan mengambil beberapa transaksi utang perusahaan yang diakui berdekatan sebelum akhir tahun pembukuan serta beberapa invoice yang diterima pada awal setelah ahir tahun pembukuan. Kemudian melakukan vouching terhadap transaksi yang diambil sekaligus memeriksa kebenaran pengakuan utang dengan membandingkan hasil vouching dengan waktu perusahaan mengakui utang tersebut. e) Melakukan SUREL (Search for Unrecorded Liabilities) dengan cara memilih pengeluaran atas utang usaha setelah akhir periode dan mencocokkan invoice dan receiving report. Tujuan dilakukannya prosedur ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya utang usaha yang belum tercatat dalam periode pembukuan (understatement). f) Mengirimkan konfirmasi utang kepada pihak supplier untuk memastikan kebenaran jumlah utang perusahaan klien yang masih outstanding. Prosedur ini dilakukan dengan meminta daftar semua nama pemasok beserta alamatnya yang masuk ke dalam rincian outstanding payable perusahaan klien. Setelah itu dilakukan pemilihan beberapa pemasok yang perlu untuk dikonfirmasi. Pemilihan tersebut didasarkan pada pemasok yang memiliki saldo utang di atas 75% dikalikan dengan summary audit differences (SAD). Selain cara perhitungan tersebut, auditor juga dapat memilih sampel dengan cara acak jika banyak akun utang usaha yang nilainya tidak melebihi hasil perhitungan tersebut. Konfirmasi yang dikirimkan berjenis konfirmasi positif yang berupa surat konfirmasi dengan nilai saldo utang yang kosong dan harus diisi oleh pemasok sesuai dengan catatan account receivable yang ada dalam pembukuan pemasok. Setelah mendapatkan balasan atas konfirmasi tersebut, maka segera dilakukan rekonsiliasi untuk membandingkan saldo utang yang ada dalam detail neraca sesuai dengan nama pemasok yang membalas konfirmasi tersebut. Sedangkan konfirmasi negatif hanya akan dibalas jika pihak pemasok tidak setuju dengan jumlah utang yang tertulis di dalam surat konfirmasi. Auditor juga akan sulit mengetahui apakah konfirmasi tersebut

57 43 tidak mendapatkan balasan dari supplier karena informasinya sudah benar atau mungkin saja pihak pemasok menghiraukan keberadaan surat tersebut sehingga dapat mempengaruhi kesimpulan auditor. g) Melakukan pemeriksaan subsequent event atas akun utang usaha. Prosedur ini dapat dilakukan dengan cara meminta semua daftar utang yang dibayarkan setelah periode tutup buku dan dari daftar tersebut kemudian dilihat utang mana saja yang merupakan utang yang masih belum dibayar hingga periode tutup buku dan memastikan apakah pembayaran yang dilakukan setelah tanggal neraca merupakah utang untuk periode berjalan. Dari setiap pembayaran dilakukan vouching ke bank statement untuk memastikan kebenaran pembayaran tersebut. h) Melakukan valuation of accounts payable dengan cara test forex (foreign exchange rate) terhadap utang yang memiliki document currency selain rupiah. Tujuan dilakukannya prosedur ini adalah untuk mengetahui seberapa besar perubahan nilai utang dalam rupiah karena adanya fluktuasi nilai mata uang asing. Setelah mengetahui nilai perubahan tersebut, selanjutnya akan dilakukan adjustment journal terhadap akun utang usaha. 4.3 Hasil Audit atas Akun Utang Usaha Utang Sewa Kapal (Bargers) Berikut ini merupakan hasil audit atas akun utang usaha setelah mengikuti prosedur audit di atas : a) Nilai dari setiap transaksi akun utang sewa kapal sangat signifikan jika dibandingkan dengan akun lainnya. Proporsi utang sewa kapal itu sendiri terhadap utang lancar adalah 97,57% dan terhadap total utang sebesar 63,05%. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan ketelitian seorang auditor untuk memeriksa kembali general ledger yang telah disajikan oleh PT X. Jika dilihat dari hasil review atas rincian saldo dan penyajian akun utang usaha di neraca, tidak ditemukan sesuatu yang aneh dan semuanya telah sesuai dengan jumlah yang ada di general ledger. Seluruh utang usaha merupakan utang kepada pihak penyedia kapal. Pengklasifikasian atas

58 44 akun utang sewa kapal juga telah dilakukan dengan benar karena akun ini memiliki karakter tersendiri yang dihasilkan dari perjanjian kontrak kerja sama sehingga mudah untuk diidentifikasi. Prosedur ini penting untuk dilaksanakan untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo, yakni detail tie-in dan juga classification. b) Aging schedule atas akun utang sewa kapal yang diberikan PT X dihitung berdasarkan tanggal invoice di mana sebagian besar jatuh tempo utang sewa kapal adalah selama 30 hari dari tanggal tagihan. Jika PT X terlambat melakukan pembayaran, maka PT X akan dikenakan denda sebesar 1% dari jumlah tagihan per bulan. Hasil analisis terhadap aging schedule tersebut diketahui bahwa terdapat beberapa jumlah utang usaha yang masih outstanding di atas 30 hari dikarenakan pihak yang menagih juga terlambat mengirimkan invoice kepada PT X. Oleh karena itu, keterlambatan pembayaran utang dapat dimaklumi dan pengenaan denda sebesar 1% tidak pernah terjadi. Peristiwa seperti ini hampir selalu terjadi setiap bulannya dimana tagihan perbulan yang seharusnya di terima di awal bulan tetapi tagihan baru diterima PT X beberapa minggu setelahnya. c) Auditor harus membuktikan kebenaran isi buku besar atas akun utang sewa kapal yang diberikan oleh pihak manajemen PT X. Salah satu caranya adalah dengan melakukan vouching terhadap beberapa bukti transaksi, seperti slip tranfer bank, bank statement, perjanjian kerja sama, ataupun tax invoice. Invoice atas utang sewa kapal didokumentasikan secara terpisah dari tagihan lain untuk mempermudah pemeriksaan. Hasil dari prosedur ini adalah tidak ditemukannya salah saji material di dalam buku besar ataupun laporan keuangan. Setiap bukti transaksi yang ada telah dicatat dengan tepat oleh bagian akuntansi di dalam buku besar sehingga tim audit tidak perlu mengajukan jurnal penyesuaian atas utang sewa ini. Prosedur ini bertujuan untuk memenuhi tujuan audit atas kelengkapan (completeness) akun utang sewa kapal itu sendiri sehingga nilai yang tertera di dalam laporan keuangan dapat dinyatakan benar. d) Karena jumlah populasi yang sangat sedikit, maka tim audit memutuskan untuk menguji semua bukti transaksi utang yang ada di bulan Juni dan Juli

59 apakah telah diakui dengan tepat. Setelah dilakukan pemeriksaan termasuk melaksanakan vouching dapat disimpulkan bahwa semua invoice yang diterima sebelum tanggal neraca (30 Juni 2011) telah diakui dan dicatat dengan tepat di buku besar. Begitu juga dengan tagihan yang diterima setelah tanggal neraca atas transaksi yang masih berada dalam periode tanggal neraca telah dicatat dengan benar sehingga tidak ada jurnal penyesuaian yang diperlukan. Prosedur Account Payable Cutoff perlu dilakukan untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo, yaitu cutoff. Dengan adanya prosedur ini, maka setiap akun utang usaha dapat diyakini secara material berada dalam periode yang benar. e) SUREL (Search for Unrecorded Liabilities) atau out-of-period liability test merupakan salah satu prosedur yang dilakukan ketika mengaudit akun utang sewa kapal PT X dengan tujuan untuk memeriksa kelengkapan (completeness) seluruh pengakuan utang sewa kapal. Pembayaran utang sewa kapal biasanya dilakukan melalui bank, bahkan PT X mempunyai satu rekening tersendiri untuk melakukan transaksi dengan salah satu vendor penyedia kapal. Transaksi pembayaran tersebut dapat dilihat di dalam bank statement yang dapat diperoleh dari bank yang bersangkutan. Seluruh populasi atas transaksi pengeluaran atau pembayaran utang sewa kapal pada bulan Juli akan diuji apakah terdapat transaksi yang seharusnya di catat dalam periode pembukuan tetapi belum dilakukan. Selain bank statement, dokumen pendukung seperti daftar jurnal, slip transfer bank, ataupun surat setoran pajak diperlukan untuk mendukung dilakukannya prosedur ini dengan benar. Setelah dilakukannya prosedur ini, tim audit tidak menemukan adanya utang yang belum tercatat. f) Untuk memastikan keakuratan saldo utang sewa kapal yang masih outstanding, maka auditor perlu melakukan konfirmasi kepada pemasok kapal. Karena jumlah pemasok kapal ke PT X sangat sedikit, yaitu hanya ada 3 pihak, maka semua pihak tersebut dikirimi surat konfirmasi untuk memastikan jumlah yang dicatat perusahaan tidak berbeda dengan yang dicatat pemasok. Namun, sampai kontrak magang penulis berakhir, belum ada pihak yang memberikan tanggapan atas surat konfirmasi tersebut.

60 46 Namun, ada prosedur audit lain yang telah dilakukan, seperti subsequent event dan vouching. Tujuan audit terkait dengan prosedur ini adalah untuk membuktikan ketepatan (accuracy) atas akun utang yang telah dicatat oleh perusahaan klien. g) Subsequent event dilakukan guna mengetahui daftar outstanding payable per 30 Juni 2011 yang telah dibayar setelah tanggal neraca tersebut. Terdapat beberapa saldo utang sewa kapal yang telah dibayar di bulan Juli 2011, setelah itu dilakukan penulusuran lebih dalam dengan memastikan tagihan yang diterima telah dibayar melalui bank yang tercantum dalam bank statement. Pada saat melakukan prosedur ini, tim audit tidak menemukan kejanggalan dan dapat disimpulkan utang sewa kapal dicatat dengan lengkap. Tujuan dilakukannya prosedur ini adalah untuk memastikan kelengkapan utang sewa kapal tersebut (completeness). h) Karena seluruh transaksi yang terjadi antara pihak PT X dengan pihak pemasok kapal dilakukan dengan mata uang asing (dolar Amerika dan Singapura) maka test forex perlu untuk dilakukan. Nilai tukar yang dijadikan acuan untuk melakukan valuasi ini adalah kurs tengah BI per 30 Juni 2011, yakni Rp8.597/USD dan Rp6.984,61/SGD. Laba dan rugi yang terjadi akibat perubahan nilai tukar tersebut dikreditkan atau dibebankan pada operasi berjalan. Setelah dilakukan pengujian tersebut diketahui bahwa jumlah utang sewa kapal setelah dikonversi menjadi rupiah melebihi jumlah saldo utang sewa kapal yang ada dalam laporan posisi keuangan (neraca). Dengan demikian, jurnal pernyesuaian perlu diajukan dengan tujuan untuk mengalihkan nilai selisih antara utang usaha yang telah diakui dengan hasil perhitungan test forex ke akun utang sewa kapal. Akibat perbedaan nilai tersebut, maka auditor akan mengajukan jurnal penyesuaian. Dari seluruh perhitungan nilai utang sewa kapal diketahui bahwa PT X memperoleh keuntungan selisih kurs karena nilai tukar rupiah terhadap dolar menguat dari nilai yang telah diakui sebelumnya sehingga akan mengurangi nilai utang itu sendiri dalam rupiah. total keuntungan selisih kurs yang diperoleh dari akun utang sewa kapal ini adalah senilai

61 47 Rp ,12. Dengan demikian, jurnal penyesuaian yang diajukan adalah: Utang Usaha Rp , Keuntungan Selisih Kurs Rp ,12 Keterangan: Kode akun adalah kode akun untuk utang usaha Kode akun adalah kode akun untuk keuntungan selisih kurs Utang dalam mata uang asing yang disajikan dalam rupiah memang disajikan dalam jumlah ataupun nilai yang handal dan semestinya sehingga terkait dengan tujuan audit, prosedur ini sesuai dengan valuation (terkait asersi manajemen dan tujuan audit terkait penyajian). Setelah menjalankan seluruh prosedur yang diterapkan oleh KAP Y ketika melakukan audit atas akun utang usaha, dengan melihat hasil dari setiap prosedur audit dapat disimpulkan bahwa hasil audit atas akun utang usaha adalah tidak ditemukannya salah saji secara material. 4.4 Audit atas Akun Beban Usaha (Operating Expense) Beban Sewa Kapal (Bargers) Prosedur audit yang dilakukan pada akun beban usaha tidak jauh berbeda dan sebagian besar juga telah dilakukan pada saat melakukan audit atas utang usaha. Di dalam hal ini, ruang lingkup pembahasan terbatas hanya pada beban sewa kapal untuk melihat kaitannya dengan utang sewa kapal yang telah dibahas sebelumnya. Alur transaksi, pencatatan, serta pembayaran atas beban sewa kapal ini sangat berkaitan dengan akun utang sewa kapal seperti yang dijelaskan di atas. Ketika pihak ketika menyewa kapal yang meminta berbagai modifikasi dan instalisasi, maka pendapatan yang diterima PT X akan digunakan untuk membayar beban penyewaan kapal tersebut kepada SFP.

62 48 Biaya sewa kapal yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penyewaan dapat diukur dengan andal. Artinya, pendapatan dan beban yang timbul dari transaksi tertentu diakui secara bersamaan. Hal ini mengacu pada prinsip matching cost against revenue. Ketika beban tersebut belum dibayar oleh PT X kepada SFP, maka perusahaan harus mengakui ada utang terkait sewa kapal yang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan untuk membayarnya. Sehingga dalam audit ini, pengakuan beban sewa kapal dan utang sewa kapal memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda. Prosedur audit atas akun beban sewa kapal (bargers) yang dapat dilakukan adalah: a) Meminta general ledger akun beban sewa kapal selama periode berjalan kemudian membandingkan total nilai yang tertera dalam laporan posisi keuangan (neraca) dengan yang ada di buku besar b) Melaksanakan vouching terhadap beberapa sampel transaksi yang telah ditentukan sebelumnya. karena akun beban usaha berhubungan erat dengan akun utang sewa kapal, maka akun ini juga cenderung memiliki risiko understatement, maka pemeriksaan yang akan dilakukan dimulai dari bukti transaksi kemudian mencocokkannya dengan pembukuan yang dibuat oleh manajemen perusahaan. c) Membandingkan akun beban sewa kapal dengan periode sebelumnya. Tim audit dapat meminta detail dari biaya sewa kapal periode berjalan dan periode sebelumnya dan menginvestigasi perubahan besar yang terjadi, transaksi yang tidak biasa atau jarang terjadi, atau kurang dari apa yang diharapkan d) Jika terdapat transaksi yang besar dan tidak biasa, maka dapat dilakukan peninjauan kembali guna memperoleh keyakinan yang memadai bahwa nilai beban sewa kapal tidak salah saji secara material.

63 Hasil Audit atas Akun Beban Sewa Bargers Karena akun utang sewa kapal dan beban sewa kapal saling berkaitan, maka hasil yang diperoleh dari audit atas utang sewa kapal sebelumnya dapat memberikan gambaran akan hasil pelaksanaan audit atas beban sewa kapal ini. a) Sama seperti akun utang sewa kapal, total nilai dari akun beban sewa kapal juga sangat signifikan jika dibandingkan dengan akun-akun lainnya yang termasuk beban usaha, yakni sekitar 81% dari total beban usaha. Karena itu, auditor harus mencocokkan total nilai beban sewa kapal per tanggal transaksi di buku besar harus sama dengan apa yang dicantumkan di dalam laporan laba rugi. Transaksi tersebut perlu diperiksa untuk memastikan kebenaran pengklasifikasian akun yang dibuat manajemen telah sesuai dengan standar yang berlaku. Dengan demikian, prosedur ini sangatlah penting untuk dilakukan untuk mencapai tujuan audit terkait saldo, yakni detail tie-in dan classification. Dari hasil review tidak ditemukan perbedaan antara total nilai di general ledger dengan total nilai akun beban sewa kapal di laporan laba rugi. b) Nilai yang tertera di dalam buku besar atas akun beban sewa kapal yang disediakan oleh manajemen perusahaan harus dibuktikan kebenarannya dengan mencari bukti pendukung sekaligus menganalisisnya. Ivoices atas transaksi penyewaan kapal menjadi salah satu bukti untuk menilai kehandalan total nilai yang di cantumkan di dalam buku besar. Pada saat melakukan vouching terhadap bukti transaksi, tim audit tidak menemukan salah saji material dan semuanya didukung dengan bukti transaksi. Prosedur ini bertujuan untuk memenuhi tujuan audit terkait kelengkapan (completeness) pengakuan beban sewa kapal, apakah semuanya telah diakui dan dicatat dengan benar serta tidak ada yang terlewatkan. c) Salah satu metode yang digunakan dalam analytical procedure adalah dengan membandingkan serta menganalisis perbedaan yang terjadi antara periode sekarang dengan periode sebelumnya atas akun beban sewa kapal. Auditor dapat melihat trend terjadinya peristiwa sewa kapal antar periode sehingga jika terlihat ada transaksi yang aneh dan tidak wajar dapat

64 50 langsung terdeteksi. Kejanggalan yang terdeteksi tersebut dapat menjadi suatu pertanda (symptoms) adanya ketidakberesan dalam laporan keuangan perusahaan. Selain dengan cara ini, auditor juga dapat melakukan perhitungan rasio-rasio keuangan untuk periode sekarang dengan memperhatikan pergerakan dari setiap jenis rasio, sehingga jika terdapat rasio yang tidak biasa dapat dilakukan penelusuran lebih lanjut untuk membuktikan kebenaran pencatatan akuntansi yang telah dibuat. Perbandingan total nilai beban sewa kapal periode sekarang dengan tahun lalu tidak dilakukan karena tim audit tidak memperoleh data mengenai besarnya nilai beban sewa kapal untuk periode Juni d) Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa jika terdapat hal-hal yang tidak wajar, maka auditor dapat melakukan penelusuran lebih lanjut untuk membuktikan kebenaran peristiwa tersebut. Tim audit dapat menanyakan keterangan transaksi tersebut kepada manajemen dan mencari dokumen pendukung. Karena ini menyangkut penyewaan kapal, maka auditor juga dapat melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga, yakni supplier/vendor kapal itu sendiri. Dari semua bukti transaksi yang ada, tim audit tidak menemukan invoice yang tidak wajar karena nilai invoicenya hampir sama tiap transaksi hanya saja perbedaan terjadi tergantung pada lamanya PT X menyewa kapal dari vendor. Oleh karena itu, hal penting yang harus diperhatikan adalah jangka waktu penyewaan termasuk hitungan jam kemudian mencocokkannya dengan harga penyewaan yang telah disepakati bersama di dalam kotrak. Setelah menjalankan semua prosedur audit atas akun beban sewa kapal, dapat disimpulkan bahwa tidak ada salah saji material yang ditemukan baik masing-masing prosedur audit maupun secara keseluruhan. 4.6 Analisis Penentuan Sewa Pembiayaan atau Sewa Operasi Penentuan suatu aktivitas sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan akan lebih sulit dilakukan di dalam praktik dibandingkan dengan sewa operasi

65 51 karena membutuhkan banyak informasi terkait dengan aset sewaan tersebut, seperti opsi pembelian, nilai wajar, tingkat bunga pinjaman inkremental, tingkat bunga implisit dalam sewa, pembayaran sewa minimum, ataupun umur ekonomis aset sewaan tersebut. PT X dengan SFP sepakat untuk membuat suatu perjanjian kerja sama atas sewa kapal pada tanggal 26 Agustus 2009 dengan jangka waktu 5 tahun. Di dalam perjanjian tersebut dijelaskan bahwa SFP hanya menyewakan kapalnya kepada PT X selama masa sewa tanpa adanya transfer kepemilikan di akhir periode sewa. Perjanjian tersebut juga tidak menyebutkan bahwa PT X mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan. Kriteria berikutnya adalah pengujian umur ekonomis aset sewaan. Umur ekonomis sebuah kapal biasanya berada di atas 15 tahun sedangkan jangka waktu penyewaan hanya selama 5 tahun. Dari kondisi tersebut dapat diketahui bahwa indikator kondisi sewa operasi berdasarkan PSAK 30 tentang sewa, yaitu masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset tidak terpenuhi. Kriteria lainnya juga tidak terpenuhi karena kekurangan informasi yang dimiliki seperti nilai wajar kapal, tingkat bunga implisit sewa, ataupun nilai pembayaran sewa minimum. Dengan mempertimbangkan berbagai kriteria sewa yang ada dapat disimpulkan bahwa aktivitas sewa antara PT X dengan SFP tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan kapal, sehingga sewa tersebut diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Karena sewa tersebut diklasifikasikan sebagai sewa operasi maka PT X tidak menyajikan aset sewaan tersebut di dalam laporan posisi keuangannya melainkan mengakui adanya beban sewa atas kapal tersebut di laporan laba rugi. Biaya penyewaan kapal yang belum dibayar akan diakui sebagai utang sewa dan PT X tidak mengakui adanya alokasi beban penyusutan ataupun kerugian lain, seperti penurunan nilai atas kapal sewaan tersebut.

66 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Aktivitas penyewaan kapal yang terjadi antara PT X dengan SFP merupakan sewa operasi sehingga menyebabkan adanya pengakuan beban sewa bagi PT X. Oleh karena itu, aktivitas penyewaan kapal tersebut mewajibkan PT X untuk membayar sejumlah uang sebagai biaya penyewaan kepada pemasok kapal. Jika biaya tersebut belum dibayar, maka akan menimbulkan adanya pengakuan utang sewa kapal kepada pemasok tersebut oleh PT X. Proses pelaksanaan audit atas akun utang dan beban sewa kapal PT X tidak sepenuhnya sama persis dengan apa yang tertera dalam teori auditing. Misalnya, penentuan materiality, tolerable misstatement, ataupun summary audit difference tergantung dari kantor akuntan yang melaksanakan audit tersebut. Setiap KAP pasti memiliki prosedur dan standar untuk menentukan hal tersebut ditambah lagi pertimbangan profesional auditor karena telah memahami lingkungan bisnis perusahaan. Selain itu, metode pemilihan sampel yang tejadi sewaktu melaksanakan audit PT X adalah pengujian 100% unsur yang membentuk akun atau kelompok transaksi utang atau beban sewa kapal. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan auditor mengingat internal control yang sangat lemah, jumlah transaksi yang sedikit, namun nilai dolar per transaksi begitu besar. Pengujian terhadap sistem pengendalian perusahaan tidak dilakukan dalam pelaksanaan audit kali ini karena auditor telah memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern perusahaan yang tidak mungkin berkenaan dengan suatu asersi atau tidak mungkin efektif dan efisien. Pemahaman tersebut diperoleh berdasarkan pengalaman audit periode sebelumnya dan komponen pengendalian intern yang dimiliki sangat lemah. Perusahaan tidak memiliki standar operasional 52

67 53 yang memadai, satu orang memegang lebih dari satu jabatan, pemisahaan tugas dan tanggung jawab yang kurang baik, dan pendokumentasian yang tidak rapi menjadi kelemahan utama internal control perusahaan sehingga auditor menaksir risiko pengendalian pada tingkat maksimum. Prosedur audit yang dilakukan selanjutnya sama dengan teori, yakni substantive test of transaction, analytical procedure, dan test of detail balances. Terkait dengan akun utang dan beban sewa kapal tersebut, tim audit memeriksa seluruh bukti transaksi kemudian mencocokkannya dengan perjanjian kontrak kerja sama yang telah disepakati. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung dan menambah keyakinan auditor bahwa tidak terdapat salah saji material pada nilai yang tertera dalam laporan keuangan PT X. Di dalam perjanjian kontrak kerja sama baik dengan customer ataupun dengan vendor/supplier kapal terdapat suatu bagian yang menyatakan pengenaan denda bunga jika terlambat melakukan pembayaran. Namun, pada praktiknya pengenaan denda tersebut tidak pernah ditagih meskipun perusahaan tidak tepat waktu membayar jumlah tagihan. Hal ini dapat terjadi karena tagihan yang dikirimkan pemasok setiap bulannya juga sering tidak tepat waktu sehingga denda bunga tidak pernah ditagih oleh pihak pemasok kapal. Transaksi dengan pemasok ataupun pelanggan hampir seluruhnya dilakukan dalam mata uang asing (USD dan SGD). Karena itu, test forex perlu dilakukan untuk menilai pengaruh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap kedua mata uang asing tersebut apakah mengalami gain/loss. Setelah melakukan prosedur audit atas akun utang sewa kapal (bargers) dan beban sewa kapal (bargers), tim audit tidak menemukan adanya salah saji material yang nantinya mempengaruhi pendapat kewajaran auditor atas kedua akun tersebut. 5.2 Saran Selama melaksanakan audit atas laporan keuangan PT X khususnya akun utang dan beban sewa kapal, penulis memperoleh gambaran sesungguhnya apa

68 54 yang terjadi di dalam praktik lapangan terutama di bidang accounting dan auditing. Karena itu, penulis memiliki pemahaman sedikit tentang bisnis dan pencatatan akuntansi PT X sehingga dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut: a) Merancang dan mengimplementasikan sistem pengendalian intern sebaik mungkin, seperti SOP tertulis yang jelas dan menyeluruh atas suatu transaksi mulai dari proses pengakuan hingga pencatatan dan pelaporannya. b) Sistem pengendalian atas proses pengeluaran kas sebaiknya mengikuti prosedur yang sudah tertera di dalam anggaran dasar perusahaan. Direktur utama selaku pengendali dan pengelola atas aktivitas keuangan perusahaan melakukan otorisasi terhadap cash disbursement. Namun, yang terjadi di lapangan adalah manajer keuangan yang melakukan otorisasi. c) Mendesain struktur organisasi yang mencakup setiap lini pegawai agar pengendalian terhadap arus penyerahan atau penerimaan suatu tanggung jawab terlihat jelas. Perusahaan juga sebaiknya membentuk divisi internal audit dan jika memungkinkan menempatkannya di bawah dewan komisaris untuk menjaga independesinya. Divisi ini sangat penting untuk mengembangkan bisnis perusahaan karena akan membantu manajemen dalam menilai operasional perusahaan telah berjalan efektif, efisien, dan ekonomis. Sedangkan untuk KAP Y, penulis berharap untuk masa yang akan datang, semakin banyak mahasiswa yang diberikan kesempatan untuk mengikuti program magang ini agar mahasiswa semakin mengerti esensi dari berbagai teori yang telah mereka dapatkan di bangku perkuliahan. Pengalaman kerja yang mereka dapatkan akan menambah kompetensi mahasiswa di bidang akuntansi, auditing, dan etika kerja sehingga dapat bersaing secara global.

69 55 DAFTAR REFERENSI Arens, Alvin A., Mark S. Beasley, Randal J. Elder, & Amir A. Jusuf. (2009). Auditing and Assurance Services, An Integrated Approach (Indonesian Adapatation). Jurog: Pearson Education South Asia Pte Ltd. Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan. (1993). Pedoman Pelaksanaan dan Pengelolaan Operasional. Jakarta: BPKP. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. (2006). Buletin Akuntansi Staf BAPEPAM dan LK No.9. Jakarta: Bapepam-LK. Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Jakarta: IAI. Institut Akuntan Publik Indonesia. (2001). Pernyataan Standar Auditing (PSA). Jakarta: IAI. Sawyer, Lawrence B. & Glen E. Sumners. (2003). Sawyer's Internal Auditing 5th edition. The Institute of Internal Auditors. Mulyadi. (2002). Auditing, edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

70 56 LAMPIRAN Lampiran 1: Invoice SFP INVOICE PT X JL. MNO Invoice Number: 11/12/BUT 41 NO. 101 Date: 28-Feb-11 Jakarta Terms : C.O.D Phone Attn: Laurence Page: 1 of 1 Bobby Customer Number: PU001 BUT SFP Pte. Ltd. Gedung Raya Jl. QWER No. 22 Kel. Cilandak Pasar Minggu, Jakarta Selatan

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit Standar Prof SA Seksi 3 1 2 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi

Lebih terperinci

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: SA Seksi 326 BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan

Lebih terperinci

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor independen dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir

BAB II LANDASAN TEORI. karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Auditing Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan

Lebih terperinci

alasan kuat dalam pengambilan kesimpulan mengenai laporan keuangan, apakah telah disajikan secara wajar atau tidak.

alasan kuat dalam pengambilan kesimpulan mengenai laporan keuangan, apakah telah disajikan secara wajar atau tidak. Tujuan audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai

Lebih terperinci

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 00 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode

Lebih terperinci

Tujuan Auditing. AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)

Tujuan Auditing. AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) Dosen: Christian Ramos K AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Tujuan Auditing REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 Menjelaskan tujuan dari pelaksanaan audit

Lebih terperinci

BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti Audit BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: "Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

AUDITING. Ahmad Try Handoko ( ) Magister Akuntansi SOAL MATRIKULASI

AUDITING. Ahmad Try Handoko ( ) Magister Akuntansi SOAL MATRIKULASI AUDITING Prepared by: Signature: Ahmad Try Handoko (15919043) Magister Akuntansi SOAL MATRIKULASI AUDITING PENGANTAR Dra. Erna Hidayah., M.Si., Ak, CA. Take Home Exam Dikumpulkan paling lambat Hari : Minggu,

Lebih terperinci

BAB 6 Pertanggungjawaban & Tujuan Audit. Amir Fasichurochman Ayu Mawada Muhammad Syukri Duwila Rahmat Setiawan

BAB 6 Pertanggungjawaban & Tujuan Audit. Amir Fasichurochman Ayu Mawada Muhammad Syukri Duwila Rahmat Setiawan BAB 6 Pertanggungjawaban & Tujuan Audit Amir Fasichurochman Ayu Mawada Muhammad Syukri Duwila Rahmat Setiawan 1. Tujuan Pelaksanaan Audit Atas Laporan Keuangan Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN SA yang berlaku umum mengenai pekerjaan lapangan yang pertama mengharuskan dilakukannya perencanaan yang memadai. Auditor harus melakukan perencanaan kerja yang memadai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

The Capital Acquisition & Repayment Cycle. KELOMPOK E Elly Juliaty Ranita Wijaya Ratna Yani Rika Christin Yoshanti Andikasari

The Capital Acquisition & Repayment Cycle. KELOMPOK E Elly Juliaty Ranita Wijaya Ratna Yani Rika Christin Yoshanti Andikasari The Capital Acquisition & Repayment Cycle KELOMPOK E Elly Juliaty Ranita Wijaya Ratna Yani Rika Christin Yoshanti Andikasari Overview of Adelphia History of Adelphia Didirikan tahun 1992 oleh John Rigas

Lebih terperinci

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis. SA Seksi 710 PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM AUDIT BISNIS KECIL Sumber : PSA No. 58 PENDAHULUAN 01. Pernyataan Standar Auditing yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia diterapkan dalam audit informasi

Lebih terperinci

Pertemuan 1 AUDITING

Pertemuan 1 AUDITING Pertemuan 1 AUDITING PENGERTIAN AUDITING (SUKRISNO AGUS) Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis 2), oleh pihak yang independen 3), terhadap laporan keuangan 1) yang telah disusun

Lebih terperinci

REPRESENTASI MANAJEMEN

REPRESENTASI MANAJEMEN SA Seksi 333 REPRESENTASI MANAJEMEN Sumber: PSA No. 17 PENDAHULUAN 01 Seksi ini mensyaratkan auditor untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN SA Seksi 322 PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber: PSA No. 33 PENDAHULUAN 01 Auditor mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup

Lebih terperinci

Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit.

Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit. SA Seksi 722 INFORMASI KEUANGAN INTERIM Sumber : PSA No. 73 PENDAHULUAN 01. Seksi ini memberikan pedoman mengenai sifat, saat, dan lingkup prosedur yang harus diterapkan oleh akuntan publik dalam melakukan

Lebih terperinci

ISU AUDIT TERKAIT ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK

ISU AUDIT TERKAIT ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK PERTANYAAN DAN JAWABAN TJ 07 IAPI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA ISU AUDIT TERKAIT ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK KOMITE ASISTENSI DAN IMPLEMENTASI STANDAR PROFESI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

Tanggapan Atas Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan

Tanggapan Atas Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan Edisi : VII/Juli 2009 Tanggapan Atas Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan Oleh: Rian Ardhi Redhite Beny Kurniawan Keduanya Auditor pada KAP Syarief Basir & Rekan Pada

Lebih terperinci

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci tedi last 09/17 TINJAUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN AUDIT Alasan

Lebih terperinci

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI AUDIT I Modul ke: 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Audit risk and materiality Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA Program Studi AKUNTANSI KONSEP MATERIALITAS Financial Accounting Standards Board mendefinisikan materialitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Definisi Audit Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun

KATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun 1 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, pada akhirnya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Materialitas dan Risiko Audit ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

audit dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

audit dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang

Lebih terperinci

Tujuan Auditing. AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)

Tujuan Auditing. AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) Dosen: Christian Ramos K AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Tujuan Auditing REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 Menjelaskan tujuan dari pelaksanaan audit

Lebih terperinci

STANDAR PERIKATAN AUDIT

STANDAR PERIKATAN AUDIT EXPOSURE DRAFT EXPOSURE DRAFT STANDAR PERIKATAN AUDIT ( SPA ) 300 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN Exposure draft ini diterbitkan oleh Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia

Lebih terperinci

Audit objective (Tujuan audit)

Audit objective (Tujuan audit) Audit objective (Tujuan audit) Universitas Esa Unggul Yulazri M.Ak. CPA Audit process Planning Field work Reporting Penilaian internal control Materiality planning Penaksiran resiko Penggunaan tenaga spesialist

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ASET TETAP PADA PT BCD LAPORAN MAGANG OKTA VADHYAH AHLINA

UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ASET TETAP PADA PT BCD LAPORAN MAGANG OKTA VADHYAH AHLINA UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ASET TETAP PADA PT BCD LAPORAN MAGANG OKTA VADHYAH AHLINA 0906532515 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JANUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT

Lebih terperinci

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas SPR 0 Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas SA Paket 000.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN REVIU 0 REVIU ATAS INFORMASI KEUANGAN INTERIM YANG DILAKSANAKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Audit Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No. SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH Sumber: PSA No. 62 PENDAHULUAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini berisi standar untuk pengujian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT

GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam senua

Lebih terperinci

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani ` PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani PENDAHULUAN Pengendalian internal merupakan bagian penting dari kelanjutan pertumbuhan, kinerja, dan kesuksesan setiap

Lebih terperinci

PROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN

PROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN SA Seksi 330 PROSES KONFI RMASI Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang proses konfirmasi dalam audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN SA Seksi 319 PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber : PSA No. 69 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang pertimbangan auditor atas pengendalian intern klien

Lebih terperinci

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang Pada Standar Pekerjaan Lapangan #1 (PSA 05) menyebutkan bahwa Pekerjaan (audit) harus direncanakan sebaik-baiknya, dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya Perencanaan audit meliputi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Auditing Menurut Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. Auditing adalah suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT

PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai cakupan atau jenis-jenis audit termasuk didalamnya adalah audit khusus atau investigasi. Melalui pembelajaran ini,

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban

Daftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban Daftar Pertanyaan Petunjuk Pengisian Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban yang disediakan dengan singkat dan jelas dan sandainya Bapak/Ibu berkeberatan mencantumkan

Lebih terperinci

PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI

PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI Laporan praktisi tentang prosedur yang disepakati yang berkaitan dengan asersi manajemen tentang kepatuhan entitas terhadap persyaratan tertentu atau tentang efektivitas

Lebih terperinci

Standar Audit SA 530. Sampling Audit

Standar Audit SA 530. Sampling Audit SA 0 Sampling Audit SA paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR AUDIT 0 SAMPLING AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk

Lebih terperinci

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga STANDAR AUDITING SA Seksi 200 : Standar Umum SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga SA Seksi 500 : Standar Pelaporan Keempat STANDAR UMUM 1.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit.

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit. BAB II LANDASAN TEORI II.1. Audit II.1.1 Pengertian Audit Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit. William F. Messier, Steven M. Glover dan Douglas F. Prawitt yang diterjemahkan

Lebih terperinci

Penetapan Materialitas Penetapan Risiko. tedi last 09/16

Penetapan Materialitas Penetapan Risiko. tedi last 09/16 Penetapan Materialitas Penetapan Risiko tedi last 09/16 TAHAPAN PERENCANAAN PEMERIKSAAN (aplikasi pemeriksaan keuangan) 1. Menerima Klien dan Melaksanakan Perencanaan Audit Awal. 2. Memahami Bidang kegiatan/operasional

Lebih terperinci

PEMAHAMAN ATAS BISNIS KLIEN

PEMAHAMAN ATAS BISNIS KLIEN SA Seksi 318 PEMAHAMAN ATAS BISNIS KLIEN Sumber: PSA 67 PENDAHULUAN 01 Tujuan Seksi ini adalah untuk menetapkan standar dan untuk memberikan panduan tentang apa yang dimaksud dengan pengetahuan tentang

Lebih terperinci

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Materialitas, dan Risiko. REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Materialitas, dan Risiko. REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) Dosen: Christian Ramos K Materialitas, dan Risiko AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 Materialitas 11-2 FASB definisi

Lebih terperinci

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA Tujuan Umum Untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan PABU Tujuan Khusus

Lebih terperinci

Audit 2 - Sururi Halaman 1

Audit 2 - Sururi Halaman 1 Halaman 1 Auditing adalah proses pengujian kesesuaian asersi/pernyataan atau kegiatan dengan standar yang berlaku dan kemudian mengkomunikasikan hasil pengujiannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR AUDITING

BAB 1 PENGANTAR AUDITING BAB 1 PENGANTAR AUDITING 1.1 PENDAHULUAN AUDITING 1.1.1 PENGERTIAN AUDITING Menurut Soekrisno Agoes, (2004:3): Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistimatis, oleh pihak yang rofessiona,

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

Chapter 22 Audit terhadap Siklus Perolehan dan Pembayaran Kembali Capital

Chapter 22 Audit terhadap Siklus Perolehan dan Pembayaran Kembali Capital Chapter 22 Audit terhadap Siklus Perolehan dan Pembayaran Kembali Capital Owners Equity 1 A. Karakteristik Siklus Perolehan dan Pembayaran Capital Siklus ini meliputi perolehan dan pembayaran kembali capital

Lebih terperinci

Standar audit Sa 500. Bukti audit

Standar audit Sa 500. Bukti audit Standar audit Sa 500 Bukti audit SA paket 500.indb 1 Standar Audit Standar audit 500 BuKti audit (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi menyajikan informasi keuangan di berbagai entitas dalam dunia usaha. Salah satu entitas usaha yaitu perusahaan yang menjalankan aktivitas untuk memperoleh

Lebih terperinci

pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi

pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi a. Sifat Siklus Akuntansi Sifat siklus akuntansi suatu entitas atau perusahaan berisi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kepemilikan surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan kedalam persaingan yang semakin ketat dan kompetitif. Perusahaan berlomba-lomba

Lebih terperinci

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan. tedi last 09/16

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan. tedi last 09/16 Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan tedi last 09/16 TINJAUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN AUDIT Alasan utama auditor harus merencanakan penugasannya dengan tepat: 1. Memudahkan

Lebih terperinci

1.1 Pengertian Auditing

1.1 Pengertian Auditing 1.1 Pengertian Auditing Secara umum Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan - pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,

Lebih terperinci

ATESTASI KEPATUHAN. SAT Seksi 500. S u m b e r : P S A T N o. 0 6 P E N D A H U L U A N D A N K E T E R T E R A P A N

ATESTASI KEPATUHAN. SAT Seksi 500. S u m b e r : P S A T N o. 0 6 P E N D A H U L U A N D A N K E T E R T E R A P A N Atestasi Kepatuhan SAT Seksi 500 ATESTASI KEPATUHAN S u m b e r : P S A T N o. 0 6 P E N D A H U L U A N D A N K E T E R T E R A P A N 01 Tujuan Seksi ini adalah untuk memberikan panduan bagi perikatan

Lebih terperinci

Chapter 13 Keseluruhan Rencana Audit dan Program Audit

Chapter 13 Keseluruhan Rencana Audit dan Program Audit Chapter 13 Keseluruhan Rencana Audit dan Program Audit 13-1 Pendahuluan - Bab ini akan membahas tahap ketujuh dari Perencanaan Audit. - Tahap ini merupakan fase yang penting karena pada tahap inilah dihasilkan

Lebih terperinci

Chapter 20-a Audit terhadap Aktiva Tetap Berwujud (Tangible Assets)

Chapter 20-a Audit terhadap Aktiva Tetap Berwujud (Tangible Assets) Chapter 20-a Audit terhadap Aktiva Tetap Berwujud (Tangible Assets) 1 A. Aktiva Tetap Berwujud Property, Plant, Equipment Aktiva tetap berwujud mencakup: Tanah (land & land improvement) Bangunan (building

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam menghadapi era globalisasi yang menuju pada era perdagangan bebas, perusahaan kecil dituntut untuk terus berkembang. Namun dalam mengembangkan usahanya tersebut,

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

REPRESENTASI MANAJEMEN

REPRESENTASI MANAJEMEN SA Seksi 333 REPRESENTASI MANAJEMEN Sumber: PSA No. 17 PENDAHULUAN 01 Seksi ini mensyaratkan auditor untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai

Lebih terperinci

K A P IKATAN AKUNTAN INDONESIA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK. Standar Auditing. Per 1 Januari 2001

K A P IKATAN AKUNTAN INDONESIA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK. Standar Auditing. Per 1 Januari 2001 K A P IKATAN AKUNTAN INDONESIA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK Standar Auditing Per 1 Januari 2001 Daftar Isi Ringkas Standar Auditing DAFTAR ISI RINGKAS STANDAR AUDITING Halaman Daftar Isi Ringkas Standar

Lebih terperinci

Standar Audit SA 500. Bukti Audit

Standar Audit SA 500. Bukti Audit SA 00 Bukti Audit SA paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 00 BUKTI AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk Emiten),

Lebih terperinci

AUDITING INVESTASI. SA Seksi 332. Sumber: PSA No. 07

AUDITING INVESTASI. SA Seksi 332. Sumber: PSA No. 07 SA Seksi 332 AUDITING INVESTASI Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN TERHADAP KETERTERAPAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mengaudit investasi dalam efek, yaitu efek utang dan efek ekuitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA BAHAN BUKTI AUDIT DALAM MENILAI KEWAJARAN PROPERTI INVESTASI DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN PT X LAPORAN MAGANG

UNIVERSITAS INDONESIA BAHAN BUKTI AUDIT DALAM MENILAI KEWAJARAN PROPERTI INVESTASI DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN PT X LAPORAN MAGANG UNIVERSITAS INDONESIA BAHAN BUKTI AUDIT DALAM MENILAI KEWAJARAN PROPERTI INVESTASI DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN PT X LAPORAN MAGANG GERALD DE BRITTO 0906532276 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut 6 BAB II LANDASAN TEORI A. AUDITING 1. Definisi Auditing Kata auditing diambil dari bahasa latin yaitu Audire yang berarti mendengar dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah pemeriksaan akuntan.

Lebih terperinci

Risiko bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya

Risiko bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya Definisi Risiko AR IR CR DR Risiko bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya Risiko bahwa suatu asersi rentan terhadap salah saji material dengan asumsi tidak ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Januarti (2009) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal).

Lebih terperinci

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT Minggu ke-6 MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT Program Studi Akuntansi STIE PELITA NUSANTARA KONSEP MATERIALITAS Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang

Lebih terperinci

ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN DAN MATERIALITAS. Tugas Mata Kuliah. Auditing 1

ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN DAN MATERIALITAS. Tugas Mata Kuliah. Auditing 1 ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN DAN MATERIALITAS Tugas Mata Kuliah Auditing 1 Oleh : Husnul Irfan Efendi 150810301138 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember Tahun 2017 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. Standar Profesi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian utang usaha Menurut Munawir, (2007:18) utang dagang adalah utang yang timbul karena adanya pembelian dagangan secara kredit. Jadi dapat disimpulkan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 450. Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit

Standar Audit SA 450. Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit SA 0 Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PENGEVALUASIAN ATAS KESALAHAN PENYAJIAN YANG DIIDENTIFIKASI SELAMA AUDIT (Berlaku efektif

Lebih terperinci

SA Seksi 552 PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN DAN DATA KEUANGAN PILIHAN. Sumber: PSA No. 53 PENDAHULUAN

SA Seksi 552 PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN DAN DATA KEUANGAN PILIHAN. Sumber: PSA No. 53 PENDAHULUAN SA Seksi 552 PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN DAN DATA KEUANGAN PILIHAN Sumber: PSA No. 53 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam pelaporan atas dokumen yang dibuat oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan perdagangan dunia saat ini banyak perusahaan melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya principal (pemilik

Lebih terperinci

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1)

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Dosen: Christian Ramos K AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Penerimaan Perikatan dan Perencanaan Audit REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 PERENCANAAN

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL MUKADIMAH Dalam melaksanakan fungsi audit internal yang efektif, Audit Internal berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam Standar Pelaksanaan Fungsi Audit

Lebih terperinci

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA 0 Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA Paket 00.indb //0 0::0 AM STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN AUDIT TERKAIT DENGAN ENTITAS YANG MENGGUNAKAN SUATU ORGANISASI

Lebih terperinci

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan SPR 00 Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan SA Paket 000.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN REVIU 00 PERIKATAN UNTUK REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk reviu atas laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa audit mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Auditing Secara umum auditing adalah suatu proses sistematika untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT SA Seksi 325 KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT Sumber: PSA No. 35 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan untuk mengidentifikasi dan melaporkan

Lebih terperinci

UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN

UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN SA Seksi 317 UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN Sumber: PSA No. 31 PENDAHULUAN 01 Seksi mengatur sifat dan lingkup pertimbangan yang harus dilakukan oleh auditor independen dalam melaksanakan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN ATAS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN Pengendalian Intern : Rencana organisasi dan semua metode, prosedure serta kebijaksanaan, yang terkoordinasi dalam suatu unit usaha, dengan tujuan : a. Mengamankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan dalam bentuk badan hukum di Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

Tugas Individu Kasus 10

Tugas Individu Kasus 10 Nama : Irene Nathasia Devi NIM : 115020307111013 Kelas : CE Tugas Individu Kasus 10 Pertanyaan Diskusi 1. PSA No. 39 SA Seksi 336 merupakan pengaturan auditor dalam menggunakan jasa profesional lainnya

Lebih terperinci

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) Disampaikan oleh M. HUSNI MUBAROK, SE. M.SI.Ak. CA MAULAN IRWADI, SE.M MSI,.Ak.CA PREVIEW GENERAL AUDIT 1. DEFINISI 2. TUJUAN 3.TANGGUNG JAWAB LAP. KEU 4.CARA

Lebih terperinci

TINJAUAN PROSES AUDIT

TINJAUAN PROSES AUDIT TINJAUAN PROSES AUDIT Review Proses Audit Pemahaman Bisnis dan Industri Identifikasi Asersi Manajemen Materialitas Risiko Auidt Bukti Pertibangkan Jasa Pertambahan Nilai Komunikasi Temuan Proses Audit

Lebih terperinci

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT Definisi Materialitas FASB mendefinisikan materialitas sebagai berikut: Besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari keadaan-keadaan

Lebih terperinci

5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca

5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca Subsequent Event Subsequent Events adalah : Peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya Laporan Audit Mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan

Lebih terperinci