STUDI PENENTUAN LOKASI LAYANAN REGISTRASI KEPENDUDUKAN BERGERAK DI KABUPATEN PATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PENENTUAN LOKASI LAYANAN REGISTRASI KEPENDUDUKAN BERGERAK DI KABUPATEN PATI"

Transkripsi

1 STUDI PENENTUAN LOKASI LAYANAN REGISTRASI KEPENDUDUKAN BERGERAK DI KABUPATEN PATI Skripsi Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik RADHITYO AJI K.B I JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 i

2 LEMBAR PENGESAHAN STUDI PENENTUAN LOKASI LAYANAN REGISTRASI KEPENDUDUKAN BERGERAK DI KABUPATEN PATI SKRIPSI Oleh : Radhityo Aji Kusumo Bawono I Telah disidangkan di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dan diterima guna memenuhi persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Teknik. Pada hari : Kamis Tanggal : 3 Januari 2013 Tim Penguji : 1. Roni Zakaria S.T., M.T. ( ) NIP Yusuf Priyandari S.T., M.T. ( ) NIP Dr. Cucuk Nur Rosyidi, S.T., M.T ( ) NIP Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT ( ) NIP Mengesahkan, Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT NIP ii

3 SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Radhityo Aji Kusumo Bawono NIM : I Judul TA : Studi Penentuan Lokasi Layanan Registrasi Kependudukan Bergerak Di Kabupaten Pati Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun tidak mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti bahwa Tugas Akhir yang saya susun mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan batal atau gelar Sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau dicabut. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup menanggung segala konsekuensinya. Surakarta, 1 Februari 2013 Radhityo Aji K. B I iii

4 SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Radhityo Aji Kusumo Bawono NIM : I Judul TA : Studi Penentuan Lokasi Layanan Registrasi Kependudukan Bergerak Di Kabupaten Pati Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian dari publikasi karya ilmiah Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Surakarta, 1 Feruari Radhityo Aji K. B I iv

5 KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini. Penyusunan laporan skripsi ini tentu tidak terlepas dari peran banyak pihak, baik dalam hal materi maupun dorongan semangat. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Allah Subhanahu wa Ta ala atas segala kemudahan dan kekuatan yang besar sehingga penulis berhasil menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. 2. Ibunda, Ayah, kakak dan adik, serta keluarga besar yang selalu memberi dukungan, semangat dan doa yang tak pernah putus. 3. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret dan selaku dosen Penguji I atas masukan dan saran untuk laporan skirpsi. 4. Bapak Roni Zakaria, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing I atas kesabaran, ilmu dan motivasi yang diberikan selama masa pengerjaan laporan skripsi. 5. Bapak Yusuf Priyandari, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing II dan Kepala Laboratorium OPSI atas waktu, kesabaran, motivasi dan ilmu yang telah diberikan selama masa kuliah dan pengerjaan laporan skirpsi. 6. Ibu Rahmaniyah Dwi Astuti, S.T., M.T., selaku dosen penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya hasil skripsi yang lebih baik. 7. Bapak Murman Budiyanto S.T., M.T. selaku Pembimbing Akademis atas bantuan dan dorongan yang diberikan sejak mengikuti masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi. 8. Bapak Kunto dan seluruh pegawai Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati atas kesempatan, kemudahan, dan kenyamanan yang diberikan selama menjalani penelitian skripsi di kantor. 9. Seluruh dosen Teknik Industri yang telah memberikan ilmu-ilmu teknik industri yang bermanfaat, baik dalam konsep maupun praktek. v

6 10. Mba Yayuk, mba Rina, mba Tutik dan karyawan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret atas kerjasama, dukungan dan bantuannya selama menjalani masa-masa kuliah. 11. Bayu, Fathir, Dewangga, Dinar, Seto, Alfian dan seluruh penghuni kost Wisma Indry atas dukungan dan teman satu atap selama hidup di Solo. 12. Seluruh Asisten OPSI mulai angkatan 2006 hingga 2009 atas bantuan selama pengerjaan laporan skripsi. 13. Seluruh teman-teman angkatan 2007 teknik industri atas dukungan dan kebersamaan selama ini. 14. Semua pihak yang belum tertulis di atas, yang telah membantu dalam proses pengerjaan tugas akhir ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya bagi siapa saja yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Surakarta, Desember 2012 Penulis vi

7 ABSTRAK Radhityo Aji Kusumo Bawono, NIM : I , STUDI PENENTUAN LOKASI LAYANAN REGISTRASI KEPENDUDUKAN BERGERAK DI KABUPATEN PATI. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Desember Menurut undang-undang kependudukan nomor 23 tahun 2006 Pasal 63, warga negara Indonesia diwajibkan untuk memiliki KTP, termasuk penduduk Kabupaten Pati. Dari data Dinas Catatan Sipil tahun 2011, Kabupaten Pati memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, jiwa diwajibkan memiliki kartu tanda penduduk karena telah berumur 17 tahun ke atas, tetapi menurut Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati, hanya jiwa yang telah memilik KTP, sehingga prosentase penduduk yang memiliki KTP hanya sebesar 55,43%. Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati membuat solusi untuk menambah prosentase penduduk yang memiliki KTP dengan membuat layanan mobile unit. Mobile unit adalah layanan registrasi kependudukan yang berupa unit bergerak, dimana layanan ini akan mengunjungi beberapa lokasi desa yang dianggap potensial. Penelitian ini bertujuan menetukan lokasi alternatif pemberhentian mobile unit kartu penduduk berdasarkan jumlah penduduk yang belum memiliki kartu penduduk, jarak alternatif pemberhentian dengan desa sekitar dan kekuatan sinyal Tahap penelitian diawali dengan mengumpulkan data jumlah penduduk yang belum memiliki kartu penduduk, data jarak alternatif pemberhentian dengan desa sekitar dan data kekuatan sinyal. Kemudian data-data tersebut diolah dengan menggunakan model set covering problem untuk menentukan lokasi alternatif pemberhentian mobile unit kartu penduduk. Data yang diolah dibagi menjadi tiga, berdasarkan setiap provider, yaitu provider Telkomsel, provider Indosat dan provider Excelcomindo. Running model set covering problem menggunakan software Risk Solver Platform V9.0. Penelitian ini menghasilkan tiga solusi lokasi alternatif pemberhentian mobile unit kartu penduduk disertai dengan kekuatan sinyal masing-masing lokasi alternatif dan jumlah penduduk yang dapat dilayani oleh satu titik lokasi alternatif. Solusi pertama adalah lokasi alternatif pemberhentian mobile unit kartu penduduk untuk provider Telkomsel, solusi kedua adalah lokasi alternatif pemberhentian mobile unit kartu penduduk untuk provider Indosat dan solusi ketiga adalah lokasi alternatif pemberhentian mobile unit kartu penduduk untuk provider Excelcomindo. Kata kunci : Kabupaten Pati, model set covering problem, Kartu Tanda Penduduk xv halaman; 24 gambar; 18 tabel; 8 lampiran Daftar pustaka : 15 ( ) vii

8 ABSTRACT Radhityo Aji Kusumo Bawono, NIM : I , STUDY OF DETERMINATION LOCATION SERVICES REGISTRATION MOVING POPULATION IN DISTRICT PATI.. thesis. Surakarta : Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, Desember According to law number 23 of 2006 the population of Article 63, citizens of Indonesia are required to have ID cards, including resident Pati. Of the Civil Service data in 2011, Pati has a population of 1,190,993 inhabitants. Of the total population, 899,267 required to have an identity card because it has been aged 17 years and over, but according to the Department of Civil Pati, only 498,485 having an ID card, so the percentage of residents who have ID cards by only 55.43%. Office of Civil Pati create solutions to increase the percentage of residents who have ID cards by making mobile service unit. Mobile unit is the residence registration services in the form of mobile units, where the service will visit some villages that are considered potential locations. This study aims to determine the location of the mobile unit stops alternate identity cards based on the number of people who do not have identity cards, an alternative distance dismissal with surrounding villages and signal strength Research phase begins with collecting data on number of people who do not have identity cards, an alternative distance data stops with surrounding villages and data signal strength. Then the data is processed by using the model set covering problem to determine the location of the mobile unit stops alternate identity cards. The processed data is divided into three, based on each provider, the provider Telkomsel, Indosat and provider Excelcomindo provider. Running the model set covering problem using Risk Solver Platform V9.0 software. This research resulted in the dismissal of three alternative locations of mobile solutions unit card along with the signal strength of each alternative location and the number of people who can be served by one point an alternative location. The first solution is an alternative location dismissal mobile unit Telkomsel resident card to the provider, the second solution is the dismissal of alternative locations for the mobile unit provider Indosat resident cards and third solution is the dismissal of alternative locations for the mobile unit provider Excelcomindo resident card. Keyword : Pati Regency, model set covering problem, identity card, mobile unit. xv pages; 24 figures; 18 tables; 8 appendixes Bibliography : 15 ( ) viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH... iii SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR RUMUS... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... I Perumusan Masalah... I Batasan Masalah... I Asumsi... I Tujuan Penelitian... I Manfaat Penelitian... I Sistematika Penulisan... I-4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Facility Location II Pengertian Facility Location... II Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi... II Model Pemilihan Lokasi II Pengertian Sistem Informasi Geografis... II Data Spasial... II Format Data Spasial... II Data Vektor... II Data Raster... II Sumber Data Spasial commit... to user... II-13 ix

10 Peta Analog... II Data Sistem Penginderaan Jarak Jauh... II Data Hasil Pengukuran Lapangan... II Data GPS (Global Positioning System)... II Peta, Proyeksi Peta, Sistem Koordinat, Survey dan GPS... II Peta II Proyeksi Peta... II Pengelompokkan Proyeksi Peta... II Berdasarkan Mempertahankan Sifat Aslinya... II Berdasarkan Bidang Proyeksi yang Digunakan... II Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)... II Sifat-Sifat Proyeksi UTM... II Sistem Koordinat UTM... II Metoda Penentuan Posisi... II Sistem Koordinat II Metode Penetuan Sistem Global (GPS)... II Sistem GPS... II Bagian Angkasa... II Bagian Pengontrol... II Bagian Pengguna... II Metoda-Metoda Penentuan Posisi dengan GPS... II Kekuatan Sinyal II Kartu Tanda Penduduk... II-24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flowchart Penelitian... III Penjelasan Flowchart Penelitian... III Tahapan Pengamatan III Pengumpulan dan Pengolahan Data III Tahap Analisis III Kesimpulan dan Saran III-10 x

11 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data... IV Peta Digital Kabupaten Pati IV Data Titik-Titik Koordinat Kantor Kepala Desa Dan Kantor Kecamatan IV Data Kekuatan Sinyal Tiap Titik Koordinat Kantor Kepala Desa dan Kantor Kecamatan... IV Data Kependudukan IV Pengolahan Data... IV Pemetaan Data Koordinat Kantor Kepala Desa dan Kecamatan IV Pengolahan Data Kependudukan IV Pengolahan Data From-to Chart Antar Titik Alternatif Pemberhentian dengan Tiap Desa IV Pengolahan Data Jarak Antar Titik Alternatif Pemberhentian dengan Tiap Desa IV Menentukan Titik Alternatif Lokasi Terpilih dengan Set Covering Problem IV-6 BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL 5.1 Analisis Kriteria Penentuan Titik Alternatif Pemberhentian Mobile Unit... V Analisis Demand V Analisis Jarak Antar Titik Alternatif Pemberhentian Mobile Unit V Analisis Kekuatan Sinyal V-4 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan VI Saran VI-2 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Data koordinat Kecamatan Dukuhseti... IV-2 Tabel 4.2 Data kekuatan sinyal Kecamatan Dukuhseti... IV-3 Tabel 4.3 Data kependudukan Kecamatan Dukuhseti... IV-3 Tabel 4.4 Data demand Kecamatan Dukuhseti... IV-5 Tabel 4.5 Data kependudukan dan data jarak yang siap diolah untuk Kecamatan Dukuhseti... IV-7 Tabel 4.6 Data from-to chart Kecamatan Dukuhseti... IV-8 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Data jarak antar titik alternatif pemberhentian untuk Kecamatan Dukuhseti... Data sinyal Kecamatan Dukuhseti yang telah diberikan nilai mutlak Titik alternatif mobile unit untuk provider Telkomsel... Titik alternatif mobile unit untuk provider Indosat... Titik alternatif mobile unit untuk provider Excelcomindo... Tabel 5.1 Demand Kecamatan Dukuhseti... V-1 Tabel 5.2 Titik alternatif mobile unit untuk Kecamatan Dukuhseti... V-1 Tabel 5.3 Desa terlayani dan total jarak Kecamatan Trangkil... V-3 Tabel 5.4 Demand Kecamatan Trangkil Titik... V-3 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Desa terlayani dan total jarak Kecamatan Trangkil... Perbandingan kekuatan sinyal titik alternatif Kabupaten Pati Perbandingan kekuatan sinyal seluruh desa di Kabupaten Pati... IV-8 IV-9 IV-11 IV-12 IV-14 V-4 V-4 V-5 xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Klasifikasi Model Lokasi. II-3 Gambar 2.2 Uraian (Breakdown) Model Lokasi Discrete... II-4 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Vektor II-11 Raster. II-12 Gambar 2.5 Perbandingan Proyeksi.... II-14 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Gambar 2.12 Gambar 2.13 Gambar 2.14 Gambar 2.15 Gambar 2.16 Gambar 2.17 Gambar 2.18 Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Bidang Datar.. II-15 Bidang Kerucut. Bidang Silinder. Sistem koordinat UTM. Pembagian Wilayah menggunakan UTM. Sistem Kordinat Sistem Kordinat Toposentrik. Prinsip GPS Bagian Utama GPS Konstelasi Satelit di Luar Angkasa... Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GPS Tampilan aplikasi MDMA Mekanisme Pengurusan KTP II-15 II-15 II-16 II-16 II-18 II-18 II-19 II-19 II-20 II-21 II-23 II-25 Flowchart metodologi penelitian.. III-1 Peta digital Kabupaten Pati... IV-1 Grafik data kependudukan Kecamatan Dukuhseti IV-4 Plotting koordinat kantor kepala desa dan kecamatan.. IV-5 Grafik Perbandingan kekuatan sinyal titik alternatif Kabupaten Pati Grafik Perbandingan kekuatan sinyal seluruh desa di Kabupaten Pati... V-5 V-6 xiii

14 DAFTAR RUMUS Rumus 2.1 Rumus 2.2 Rumus 2.3 Rumus 2.4 Rumus 2.5 Rumus 2.6 Rumus 2.7 Rumus 2.8 Rumus 2.9 Rumus 2.10 Rumus 2.11 Rumus 2.12 Rumus 2.13 Rumus 2.14 Rumus 3.1 Rumus 3.2 Rumus 3.3 Rumus 3.4 Rumus 3.5 Rumus 3.6 Rumus 3.7 Fungsi Tujuan network model Melkote & Daskin... II-6 Batasan persamaan arus (flow equation)... II-6 Batasan satu titik demand... II-6 Batasan bahwa arus (flow) hanya melalui jalur yang dibangun... II-7 Batasan arus (flow) yang mengalir tidak bernilai negatif. II-7 Batasan total permintaan tidak bernilai negatif.. II-7 Fungsi tujuan model penentuan lokasi ritel.. Batasan persamaan arus (flow equation)... II-7 II-8 Batasan lokasi area minimarket memiliki jumlah penduduk minimal sebanyak 4000 orang... II-8 Batasan single assignment property... II-8 Batasan skenario jumlah minimarket yang ingin dibangun II-9 Batasan lokasi minimarket yang saling berpotongan... II-9 Nonnegatif Constraints... II-9 Binary Constrains... II-9 Fungsi tujuan model set covering problem... III-7 Batasan persamaan arus (flow equation)... III-8 Batasan total demand yang menuju ke titik alternatif lebih besar dari dari rata-rata total demand di kecamatan tersebut... III-8 Batasan titik alternatif mobile unit memiliki kapasitas demand diatas rata-rata total demand yang dilayani di kecamatan tersebut... III-8 Batasan skenario jumlah titik alternatif pemberhentian mobile unit yang akan digunakan... III-9 Nonnegatif Constraints... III-9 Binary Constrains... III-9 xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Lampiran II Lampiran Data Titik-Titik Koordinat Kantor Kepala Desa dan Kantor Kecamatan... L-1 Lampiran Data Kekuatan Sinyal Tiap Titik Koordinat Kantor Kepala Desa dan Kantor Kecamatan... L-10 Lampiran III Lampiran Data Kependudukan... L-19 Lampiran IV Lampiran Grafik Data Kependudukan... L-28 Lampiran V Lampiran data kependudukan dan data jarak yang siap diolah oleh software Risk Solver Platform V L-39 Lampiran VI Lampiran data sinyal yang telah diberikan nilai... L-47 Lampiran VII Lampiran Data From-to Chart Antar Titik Alternatif Pemberhentian Dengan Tiap Desa... L-56 Lampiran VIII Lampiran Data Jarak Antar Titik Alternatif Pemberhentian Dengan Tiap Desa... L-66 xv

16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang kajian teori dan landasan teori yang digunakan untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan. Pengetahuan tentang Facility location, sistem informasi geografis, data spasial, peta, proyeksi peta, sistem koordinat, survey, GPS, kekuatan sinyal dan kartu tanda penduduk Facility Location Pengertian Facility Location Facility location adalah suatu proses pengidentifikasian lokasi geografis terbaik dari suatu fasilitas produksi atau jasa (Reid, 2005). Menurut Krajewsky (2005) facility location adalah suatu proses pemilihan lokasi geografis untuk operasi-operasi suatu perusahaan. Dalam penentuan lokasi ada 3 alternatif pilihan yang dapat diambil. Pertama tidak berpindah lokasi tetapi memperluas failitas yang telah ada (on-site expansion). Kedua, membangun atau menambah fasilitas-fasilitas yang baru ( new location). Pilihan ketiga adalah menutup fasilitas yang ada dan berpindah ke lokasi lain (relocation). On-site expansion mempunyai manfaat menjaga proses manajerial menjadi satu, mengurangi waktu dan biaya konstruksi, serta menghindari pemisahan operasi. Manfaat dari new location atau relocation adalah dapat memperoleh tenaga kerja yang lebih produktif, dapat memajukan perusahaan dengan mengaplikasikan teknologi baru, dan dapat mengurangi transportation cost. Pemilihan facility location diperlukan karena berbagai alasan, yaitu sebagai berikut : 1. Memulai bisnis baru. 2. Memperluas usaha dan lokasi yang telah ada sudah tidak memenuhi. 3. Membuka cabang baru. 4. Lokasi dipindah karena waktu sewa telah habis. 5. Alasan sosial, ekonomi dan politik. II - 1

17 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Manajer pada industri manufaktur maupun jasa, harus mempertimbangkan banyak faktor ketika menetukan suatu lokasi yang diinginkan, meliputi kedekatan dengan konsumen dan supplier, biaya tenaga kerja serta biaya transportasi. Manajer secara umum dapat mengabaikan factor-faktor yang tidak sesuai setidaknya dengan satu dari dua kondisi berikut ini (Krajewsky, 2005): 1. Faktor harus sensitif terhadap lokasi. Ini berarti manajer sebaiknya tidak mepertimbangkan suatu faktor yang tidak terpengaruh oleh keputusan pemilihan lokasi. Contohnya, jika perilaku-perilaku konsumen sama pada semua alternatif lokasi, maka perilaku konsumen tersebut bukan merupakan suatu faktor. 2. Faktor harus mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Contohnya, meskipun lokasi yang berbeda akan mempunyai jarak yang berbeda dengan supplier, tetapi jika transportasi dan komunikasi dapat dijangkau dengan pengiriman semalam, fax atau cara lain, maka jarak terhadap supplier tersebut sebaiknya dipertimbangkan sebagai suatu faktor. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan lokasi menjadi dapat dibagi menjadi 2 yaitu dominant factors dari secondary factors. Dominant factors adalah faktor-faktor yang diturunkan dari competitive priorities (cost, quality, time, flexibility) dan mempunyai dampak tertentu terhadap biaya dan penjualan. Secondary factors juga penting untuk diperhatikan tetapi manajemen dapat menurunkan atau bahkan mengabaikan beberapa dari secondary factors jika faktor lain ternyata lebih penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan penentuan lokasi menurut Murary (2009) adalah sebagai berikut : 1. Kedekatan dengan pasar. 2. Integrasi dengan bagian lain dalam suatu organisasi 3. Ketersedian skill dan tenaga kerja 4. Site cost. 5. Ketersedian fasilitas lain seperti : perumahan, rumah sakit dan lain-lain. 6. Ketersedian input (dekat dengan commit supplier). to user II - 2

18 7. Kedekatan dengan jasa seperti : air, udara, drainase dan fasilitas pembuangan. 8. Kesesuaian dengan suhu dan kondisi tanah. 9. Peraturan daerah setempat. 10. Ruang untuk ekspansi. 11. Perangkat keamanan. 12. Kondisi sosial, politik dan budaya 13. Pajak daerah, batasan ekspor atau impor Model Pemilihan Lokasi Model Lokasi pada dasarnya memodelkan hubungan antara titik permintaan dan titik lokasi fasilitas pelayanan. Variabel keputusan pada model lokasi umumnya menentukan dimana lokasi-lokasi optimal untuk dibangun fasilitas pelayanan. Asumsi dan fungsi obyektif pada model lokasi adalah berbeda-beda menurut variannya. Pemodelan lokasi diklasifikasikan menjadi 4 macam, yaitu analytical models, continous models, network models, dan discrete models (Daskin, 2008). Pengklasifikasian pemodelan lokasi dapat dilihat pada gambar 2.1. Location Models Analytic models Continuous Models Network Models Discrete Models Gambar 2.1 Klasifikasi Model Lokasi Sumber : Daskin. What You Should Know About Location Modeling (2008) Analytical models berasumsi bahwa alternatif lokasi fasilitas dan alternatif titik-titik permintaan keduanya tersebar kontinyu (uniform) pada suatu area. Continous models merupakan model dengan permintaan hanya muncul pada lokasi atau titik tertentu, tetapi alternatif lokasinya mencakup seluruh titik pada area tersebut. Network models dan discrete models keduanya berasumsi bahwa alternatif lokasi dan titik tertentu saja commit dalam to user area. Network model mengasumsikan II - 3

19 adanya network / patch atau jalan yang menghubungkan titik permintaan dengan titik alternatif lokasi sementara discrete models tidak memerlukan asumsi seperti itu. Lebih rinci lagi, Daskin (2008) membagi discrete models menjadi varianvariannya yang dapat dilihat pada gambar 2.2. Discrete models terdiri dari 3 cabang, yaitu covering base models, median base models, p dispersion. Dalam model ini menunjukkan bahwa adanya batasan-batasan permintaan pada suatu titik (node) yang sekaligus dijadikan sebagai titik alternatif lokasi. Dalam model lokasi discrete sendiri di bagi lagi menjadi beberapa bagian model. Gambar 2.2 Uraian (Breakdown) Model Lokasi Discrete Sumber : Daskin. What You Should Know About Location Modeling (2008) Kelompok covering-based model dibedakan menjadi tiga model berdasarkan fungsi objektifnya, yaitu set covering, max covering dan p_center. Variabel keputusan ketiga model ini adalah sama yaitu dimana lokasi-lokasi yang optimal untuk dibangun fasilitas pelayanan sehingga fungsi objektif tercapai. 1. Set Covering Problem Model set covering bertujuan meminimumkan jumlah titik lokasi fasilitas pelayanan tetapi dapat melayani semua titik permintaan. II - 4

20 2. Maximal Covering Problem Model lokasi maximal covering menunjukkan adanya suatu batasan pada banyaknya fasilitas untuk dijadikan sebagai lokasi. Model max covering memiliki fungsi objektif untuk memaksimumkan jumlah titik permintaan yang terlayani dengan batasan hanya tersedia sejumlah p titik lokasi fasilitas pelayanan yang dapat melayani titik-titik permintaan tersebut. 3. P-Center Problem Model p-center fungsi obyektifnya adalah meminimumkan rata-rata jarak terjauh (coverage distance) antara titik permintaan dan titik lokasi fasilitas pelayanan. Fungsi objektif dalam model p-center sering disebut MinMax objective. Model lainnya adalah model p-median atau sering disebut Weber Problem. Model p-median memiliki fungsi obyektif untuk meminimumkan rata-rata jarak berbobot antara titik lokasi fasilitas pelayanan dan titik permintaan. Fixed Charge model memiliki fungsi objektif untuk meminimumkan total biaya tetap (biaya investasi) dan biaya variabel (transportation cost) yang ditanggung oleh fasilitas pelayanan dan konsumen.. Melkote dan Daskin (2008) mengembangkan network model untuk menentukan titik-titik lokasi fasilitas pelayanan dengan fungsi objektif minimasi total biaya investasi yang ditanggung oleh fasilitas pelayanan dan biaya transportasi yang ditanggung oleh konsumen. Adapun model matematikanya dijelaskan sebagai berikut : A. Notasi N : Kumpulan beberapa titik-titik permintaan dalam sebuah network. L : Kumpulan links dalam satu network. d i : besarnya permintaan pada titik i. M : total besarnya permintaan pada network N t ij : Biaya transportasi per unit flow on link yang ditanggung konsumen. f i : Biaya pembangunan fasilitas baru di titik i K i : Kapasitas fasilitas di titik i c ij : Biaya pembangunan link baru yang menghubungkan titik i dan titik j II - 5

21 B. Fungsi tujuan Tujuan dari model ini adalah meminimalkan total biaya dengan rumusan sebagi berikut: Minimasi ( i, j) L t ij Y ij i N f Z i ( i, j) L E. Batasan satu titik demand Single-Assignment Property menjadi acuan dalam masalah pelayanan. Maksud dari Single-Assignment Property adalah bahwa setiap satu titik permintaan akan dilayani oleh satu fasilitas saja sehingga tidak ada pembagian demand ke titik fasilitas lainnya. Berdasarkan acuan tersebut, maka diperoleh rumusan sebagai berikut W i K i Z i, i N (2.3) II - 6 i c ij X ij (2.1) C. Variabel Keputusan 1, jika dibangun fasilitas pelayanan di titik i Z i = 0, jika tidak 1, jika dibangun link yang menghubungkan titik i dan titik j Z i = 0, jika tidak Y i = flow on link (i,j) W i = total demand yang dilayani oleh fasilitas di titik i D. Batasan persamaan arus (flow equation) Sistem yang berlaku dalam model ini adalah customer-to-server dimana permintaan bergerak menuju fasilitas untuk dilayani oleh karena itu diperlukan suatu persamaan yang mengatur arus (flow) permintaan ke dan dari fasilitas pelayanan. Inbound flow = Outbond flow, dimana inbound flow (arus ke fasilitas) merupakan total Inbound demand ditambah demand di node sedangkan outbond flow (arus dari fasilitas) merupakan outbond demand ditambah demand yang terlayani di node, sehingga diperoleh persamaan : Yijdi j N i N Y W, i N (2.2) ij i

22 F. Batasan bahwa arus (flow) hanya melalui jalur yang dibangun. Y ij MX ij (i,j) L (2.4) G. Batasan arus (flow) yang mengalir tidak bernilai negatif X ij 0,1, (i,j) L (2.5) H. Batasan total permintaan tidak bernilai negatif W i 0, i N (2.6) Network model yang telah dikembangkan oleh Melkote dan Daskin (2008) digunakan pada penelitian Eko Liquiddanu dan Yusuf Priyandari yang berjudul Pengembangan model lokasi jaringan ritel minimarket dalam upaya melindungi pasar tradisional dan menghindari persaingan tidak sehat antar peritel. Pada penelitian tersebut terdapat beberapa penyesuian model agar dapat digunakan dalam studi kasus penelitian tersebut. Secara matematik, model penentuan lokasi ritel disajikan sebagai berikut : A. Fungsi Tujuan Minimasi = R598 j R1 t ji (( Yji Yij) Zi) fi. Z (2.7) i 21 Untuk i = 21, 26, 27.., 166(indeks ini adalah indeks dari titik lokasi usulan yang telah disaring dari sebelumnya berjumlah 166 titik menjadi 33 titik) Dengan : T ji Y ji Z i f i i j = besar biaya transportasi yang ditanggung oleh konsumen dari titik permintaan (j) = jumlah konsumen dari j (mewakili titik RW) menuju titik lokasi minimarket usulan i. = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila minimarket dibangun dan bernilai 0 jika tidak = besar biaya pembangunan tiap lokasi minimarket = menyatakan titik lokasi minimarket usulan = menyatakan titik permintaan konsumen tiap RW II - 7

23 B. Batasan 1. Batasan persamaan arus (flow equation) R598 j R1 Y ji Z i Y 0i W i (2.8) Untuk i = 21, 26, 27.., 166 dengan : Y ji = jumlah konsumen dari j (mewakili titik RW) menuju titik lokasi minimarket usulan i. Z i = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila minimarket usulan i digunakan dan bernilai 0 jika tidak. Y 0i = jumlah konsumen yang tidak terlayani oleh minimarket usulan i. W i = jumlah konsumen yang dilayani oleh minimarket i. i = menyatakan titik lokasi minimarket usulan j = menyatakan titik permintaan konsumen tiap RW 2. Batasan lokasi area minimarket memiliki jumlah penduduk minimal sebanyak 4000 orang. R598 j R1 Y ( M (1 Z )) 4000 (2.9) ji i Untuk i = 21, 26, 27.., 166 dengan: Y ji = jumlah konsumen dari j (mewakili titik RW) menuju titik lokasi minimarket usulan i. M = bilangan riil yang sangat besar. Z i i j = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila minimarket usulan i digunakan dan bernilai 0 jika tidak. = menyatakan titik lokasi minimarket usulan = menyatakan titik permintaan konsumen tiap RW 3. Batasan single assignment property W 4000 (2.10) i Z i Untuk i = 21, 26, 27.., 166 dengan : W i = jumlah konsumen yang commit dilayani to oleh user minimarket i. II - 8

24 Z i i = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila minimarket usulan i digunakan dan bernilai 0 jika tidak. = menyatakan titik lokasi minimarket usulan 4. Batasan skenario jumlah minimarket yang ingin dibangun 166 i 21 Z i dengan : Z i L i L (2.11) = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila minimarket usulan i digunakan dan bernilai 0 jika tidak. = jumlah minimarket yang ingin dibangun = menyatakan titik lokasi minimarket usulan 5. Batasan lokasi minimarket yang saling berpotongan Batasan ini memastikan supaya apabila terdapat dua lokasi minimarket usulan yang saling berdekatan sehingga memiliki wilayah pelayanan yang berpotongan maka hanya akan dipilih satu lokasi usulan saja untuk melayani dua area pelayanan tersebut. Z Z 1 (2.12) dengan : Z i i i i = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila minimarket usulan i digunakan dan bernilai 0 jika tidak. = menyatakan titik lokasi minimarket usulan 6. Nonnegatif Constraints W 0 dan Y 0 (2.13) i 0i Untuk i = 21, 26, 27.., Binary Constrains Z (0,1) (2.14) i Untuk i = 21, 26, 27.., Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer II - 9

25 yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989). Secara umum pengertian SIG sebagai berikut: Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis. Dalam pembahasan selanjutnya, SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem yang berbasis komputer, walaupun pada dasarnya SIG dapat dikerjakan secara manual, SIG yang berbasis komputer akan sangat membantu ketika data geografis merupakan data yang besar (dalam jumlah dan ukuran) dan terdiri dari banyak tema yang saling berkaitan. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. Telah dijelaskan diawal bahwa SIG adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri dari berbagai komponen, tidak hanya perangkat keras komputer beserta dengan perangkat lunaknya saja akan tetapi harus tersedia data geografis yang benar dan sumberdaya manusia untuk melaksanakan perannya dalam memformulasikan dan menganalisa persoalan yang menentukan keberhasilan SIG Data Spasial Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute) yang dijelaskan berikut ini : II - 10

26 1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi. 2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya : jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya Format Data Spasial Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu: Data Vektor Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis). Gambar 2.3 Vektor Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007) Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual. II - 11

27 Data Raster Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Gambar 2.4 Raster Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007) Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran file-nya dan sangat tergantung pada kapasistas perangkat keras yang tersedia. Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara matematis. II - 12

28 Sumber Data Spasial Salah satu syarat SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain : Peta Analog Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainya. Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara format raster diubah menjadi format vektor melalui proses digitasi sehingga dapat menunjukan koordinat sebenarnya di permukaan bumi Data Sistem Penginderaan Jauh Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara dan sebagainya), merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa memperoleh berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster Data Hasil Pengukuran Lapangan Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut contohnya: batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan dan lain-lain Data GPS (Global Positioning System) Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor. Pembahasan mengenai GPS akan diterangkan selanjutnya. II - 13

29 2.4. Peta, Proyeksi Peta, Sistem Koordinat, Survey dan GPS Data spasial yang dibutuhkan pada SIG dapat diperoleh dengan berbagai cara, salah satunya melalui survei dan pemetaan yaitu penentuan posisi/koordinat di lapangan. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas beberapa hal yang berkaitan dengan posisi/koordinat serta metoda-metoda untuk mendapatkan informasi posisi tersebut di lapangan Peta Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka bumi baik yang terletak di atas maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada skala dan proyeksi tertentu (secara matematis). Karena dibatasi oleh skala dan proyeksi maka peta tidak akan pernah selengkap dan sedetail aslinya (bumi), karena itu diperlukan penyederhanaan dan pemilihan unsur yang akan ditampilkan pada peta Proyeksi Peta Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk menggambarkan sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu dilakukan langkah-langkah agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat didatarkan dan distorsinya dapat terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke bidang datar Pengelompokan Proyeksi Peta Berdasar Mempertahankan Sifat Aslinya 1. Luas permukaan yang tetap (ekuivalen) 2. Bentuk yang tetap (konform) 3. Jarak yang tetap (ekuidistan) Perbandingan dari daerah yang sama untuk proyeksi yang berbeda : Gambar 2.5 commit Perbandingan to user Proyeksi Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007) II - 14

30 Berdasar Bidang Proyeksi yang Digunakan 1. Bidang datar 2. Bidang kerucut 3. Bidang silinder Gambar 2.6 Bidang Datar Gambar 2.7 Bidang Datar Gambar 2.8 Bidang Silinder Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) Proyeksi UTM dibuat oleh US Army sekitar tahun 1940-an. Sejak saat itu proyeksi ini menjadi standar untuk pemetaan topografi Sifat-sifat Proyeksi UTM 1. Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong bola bumi pada dua buah meridian, yang disebut dengan meridian standar. Meridian pada pusat zone disebut sebagai meridian tengah. 2. Daerah diantara dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6 sehingga bola bumi dibagi menjadi 60 zone. 3. Perbesaran pada meridian tengah adalah 0, Perbesaran pada meridian standar adalah Perbesaran pada meridian tepi adalah 1, Satuan ukuran yang digunakan commit adalah to meter. user II - 15

31 Sistem Koordinat UTM Gambar 2.9 Sistem koordinat UTM Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007) Untuk menghindari koordinat negatif dalam proyeksi UTM setiap meridian tengah dalam tiap zone diberi harga mt (meter timur). Untuk harga-harga ke arah utara, ekuator dipakai sebagai garis datum dan diberi harga 0 mu (meter utara). Untuk perhitungan ke arah selatan ekuator diberi harga mu. Gambar 2.10 Pembagian Wilayah menggunakan UTM Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007) Wilayah Indonesia ( BT dan 11 LS 6 LU) terbagi dalam 9 zone UTM, dengan demikian wilayah Indonesia dimulai dari zona 46 sampai zona 54 (meridian sentral BT). II - 16

32 Metoda Penentuan Posisi Metoda penentuan posisi adalah cara untuk mendapatkan informasi koordinat suatu objek (contoh koordinat titik batas, koordinat batas persil tanah dan lainlain) di lapangan. Metoda penentuan posisi dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu metoda penentuan posisi terestris dan metoda penentuan posisi extraterestris (satelit). Pada metoda terestris penentuan posisi titik dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap target atau objek yang terletak di permukaan bumi. Beberapa contoh metoda yang umum digunakan adalah : 1. Metode poligon. 2. Metode pengikatan ke muka. 3. Metode pengikatan ke belakang. 4. Dan lain-lain. Pada metode ekstra terestris penentuan posisi dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap benda atau objek di angkasa seperti bintang, bulan, quasar dan satelit buatan manusia, beberapa contoh penentuan posisi extra terestris adalah sebagai berikut : 1. Astronomi geodesi. 2. Transit Dopler. 3. Global Positioning System (GPS). 4. Dan lain-lain Sistem Koordinat Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua-dimensi atau tiga-dimensi) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Sistem koordinat itu sendiri dapat didefinisikan dengan menspesfikasi tiga parameter berikut, yaitu : a) Lokasi Titik Nol dari Sistem Koordinat Posisi suatu titik di permukaan bumi umumnya ditetapkan dalam/terhadap suatu sistem koordinat terestris. Titik nol dari sistem koordinat terestris ini dapat berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem koordinat geosentrik), maupun di salah satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat toposentrik). II - 17

33 b) Orientasi dari Sumbu-sumbu Koordinat Posisi tiga-dimensi (3D) suatu titik di permukaan bumi umumnya dinyatakan dalam suatu sistem koordinat geosentrik. Tergantung dari parameter-parameter pendefinisi koordinat yang digunakan, dikenal dua sistem koordinat yang umum digunakan, yaitu sistem koordinat Kartesian (X,Y,Z) dan sistem koordinat Geodetik (L,B,h), yang keduanya diilustrasikan pada gambar berikut : Gambar 2.11 Sistem Kordinat Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007) Koordinat 3D suatu titik juga bisa dinyatakan dalam suatu sistem koordinat toposentrik, yaitu umumnya dalam bentuk sistem koordinat Kartesian (N,E,U) yang diilustrasikan pada gambar berikut. Gambar 2.12 Sistem Kordinat Toposentrik Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007) Parameter - parameter (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk mendefiniskan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut. Posisi titik juga dapat dinyatakan dalam 2D, baik commit dalam to user (L,B), ataupun dalam suatu sistem II - 18

34 proyeksi tertentu (x,y) seperti Polyeder, Traverse Mercator (TM) dan Universal Traverse Mercator (UTM) Metode Penentuan Posisi Global (GPS) GPS adalah sistem navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang dikembangkan dan dikelola oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan dan waktu di mana saja di muka bumi setiap saat, dengan ketelitian penentuan posisi dalam fraksi milimeter sampai dengan meter. Kemampuan jangkauannya mencakup seluruh dunia dan dapat digunakan banyak orang setiap saat pada waktu yang sama (Abidin,H.Z, 1995). Prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS adalah perpotongan ke belakang dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS seperti gambar berikut : Sistem GPS Gambar 2.13 Prinsip GPS Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007) Untuk dapat melaksanakan prinsip penentuan posisi di atas, GPS dikelola dalam suatu sistem GPS yang terdiri dari dari 3 bagian utama yaitu bagian angkasa, bagian pengontrol dan bagian pemakai, seperti gambar berikut : Gambar 2.14 Bagian Utama GPS Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007) II - 19

35 Bagian Angkasa Terdiri dari satelit-satelit GPS yang mengorbit mengelilingi bumi, jumlah satelit GPS adalah 24 buah.satelit GPS mengorbit mengelilingi bumi dalam 6 bidang orbit dengan tinggi rata-rata setiap satelit ± Km dari permukaan bumi. Gambar 2.15 Konstelasi Satelit di Luar Angkasa Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007) Setiap satelit GPS secara kontinyu memancarkan sinyal-sinyal gelombang pada 2 frekuensi L-band (dinamakan L1 dan L2). Dengan mengamati sinyalsinyal dari satelit dalam jumlah dan waktu yang cukup, kemudian data yang diterima tersebut dapat dihitung untuk mendapatkan informasi posisi, kecepatan maupun waktu Bagian Pengontrol Adalah stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit yang berfungsi untuk memonitor dan mengontrol kelaikgunaan satelit-satelit GPS. Stasiun kontrol ini tersebar di seluruh dunia, yaitu di pulau Ascension, Diego Garcia, Kwajalein, Hawai dan Colorado Springs. Di samping memonitor dan mengontrol fungsi seluruh satelit, juga berfungsi menentukan orbit dari seluruh satelit GPS Bagian Pengguna Adalah peralatan (Receiver GPS) yang dipakai pengguna satelit GPS, baik di darat, laut, udara maupun di angkasa. Alat penerima sinyal GPS (Receiver GPS) diperlukan untuk menerima dan memproses sinyal-sinyal dari satelit GPS untuk II - 20

36 digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan, maupun waktu. Secara umum Receiver GPS dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Receiver militer 2. Receiver tipe navigasi 3. Receiver tipe geodetik Metoda-metoda Penentuan Posisi dengan GPS Pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan satelit GPS adalah pengikatan ke belakang dengan jarak, yaitu mengukur jarak ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Perhatikan gambar berikut : Gambar 2.16 Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GPS Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007) Penentuan posisi dengan GPS dapat dikelompokkan atas beberapa metoda diantaranya : a) Metoda absolut, Penentuan posisi dengan GPS metode absolut adalah penentuan posisi yang hanya menggunakan 1 alat receiver GPS. Karakteristik penentuan posisi dengan cara absolut ini adalah sebagai berikut : 1. Posisi ditentukan dalam sistem WGS 84 (terhadap pusat bumi). 2. Prinsip penentuan posisi adalah perpotongan ke belakang dengan jarak ke beberapa satelit sekaligus. 3. Hanya memerlukan satu receiver GPS. 4. Titik yang ditentukan posisinya bisa diam (statik) atau bergerak (kinematik). 5. Ketelitian posisi berkisar antara 5 sampai dengan 10 meter. II - 21

37 Aplikasi utama untuk keperluan navigasi, metoda penentuan posisi absolut ini umumnya menggunakan data pseudorange dan metoda ini tidak dimaksudkan untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian posisi yang tinggi. b) Metoda Relatif (Differensial) Yang dimaksud dengan penentuan posisi relatif atau metoda differensial adalah menentukan posisi suatu titik relatif terhadap titik lain yang telah diketahui koordinatnya, pengukuran dilakukan secara bersamaan pada dua titik dalam selang waktu tertentu. Selanjutnya dari data hasil pengamatan diproses/dihitung akan didapat perbedaan koordinat kartesian 3 dimensi (dx, dy, dz) atau disebut juga dengan baseline antar titik yang diukur. Karakteristik umum dari metoda penentuan posisi ini adalah sebagai berikut : 1. Memerlukan minimal 2 receiver, satu ditempatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya. 2. Posisi titik ditentukan relatif terhadap titik yang diketahui. 3. Konsep dasar adalah differencing process dapat mengeliminir atau mereduksi pengaruh dari beberapa kesalahan dan bias. 4. Bisa menggunakan data pseudorange atau fase. 5. Ketelitian posisi yang diperoleh bervariasi dari tingkat mm sampai dengan dm. 6. Aplikasi utama : survei pemetaan, survei penegasan batas, survei geodesi dan navigasi dengan ketelitian tinggi Kekuatan Sinyal Kekuatan sinyal biasa di ukur sebagai Receive Signal Strength Indicator (RSSI). RSSI adalah radio penerima teknologi generik metrik, yang biasanya terlihat oleh pengguna dari perangkat yang berisi penerima, tetapi langsung diketahui pengguna jaringan nirkabel IEEE Dalam sistem RSSI IEEE adalah kekuatan sinyal yang diterima relatif dalam lingkungan nirkabel, dalam unit sewenang-wenang. RSSI merupakan indikasi dari tingkat daya yang diterima oleh antena. Oleh karena itu, semakin tinggi jumlah RSSI (atau kurang negatif dalam beberapa perangkat), semakin kuat sinyal. (Wikipedia,2011) Satuan sinyal dari RSSI adalah dbm atau db milliwatt. satuan db (Decibel) merupakan satuan perbedaan (atau Rasio) antara kekuatan daya pancar signal. II - 22

38 Penamaannya juga untuk mengenang Alexander Graham Bell (makanya huruf "B" merupakan huruf besar). Satuan ini digunakan untuk menunjukkan efek dari sebuah perangkat terhadap kekuatan atau daya pancar suatu sinyal. Sedangkan dbm (db milliwatt) merupakan satuan kekuatan sinyal atau daya pancar (Signal Strengh or Power Level). 0 dbm didefinisikan sebagai 1 mw (milliwatt) beban daya pancar, contohnya bisa dari sebuah Antenna ataupun Radio. Daya pancar yang kecil merupakan angka negatif (contoh: -90 dbm).( Purbo, 2008). Kekuatan sinyal terdapat batasan dalam menentukan apakah kekuatan sinyal tersebut baik atau buruk. Hal ini diungkapkan oleh Marc Proulx, dalam artikel di Koran Kompas berjudul AXIS Sukses Uji Jaringan Sepanjang Jalur Mudik yang ditulis oleh Tenni Purwanti dan Tri Wahono, skala pengukuran kekuatan sinyal adalah sangat bagus apabila berada di kisaran 0 hingga -75 dbm, apabila berada di kisaran -75 hingga -85 dbm maka termasuk bagus, dan apabila berada di kisaran - 85 hingga -125 dbm, maka dianggap buruk. Terdapat beberapa aplikasi yang dapat mengukur kekuatan sinyal suatu lokasi. Salah satu aplikasi pengukur kekuatan sinyal adalah Mobile Data Monitoring Application (MDMA). Aplikasi ini dapat mengukur kekuatan sinyal dengan satuan dbm dan dapat mengukur berbagai jenis kekuatan sinyal seperti HSDPA, 3G, EDGE dan GRPS. Contoh tampilan aplikasi MDMA dapat dilihat pada gambar Gambar 2.17 commit Tampilan to user aplikasi MDMA II - 23

39 2.6. Kartu Tanda Penduduk Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku diseluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Undang-undang kependudukan nomor 23 tahun 2006 Pasal 63 menyatakan bahwa Penduduk WNI dan orang asing yang memiliki izin tinggal tetap yang berumur 17 (tujuh belas) tahun ke atas atau telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki kartu tanda penduduk (KTP). Penduduk Indonesia adalah Warga Negara Indonesia dan orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Setiap penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP dan wajib dibawa pada saat bepergian. Penduduk yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun diberi KTP yang berlaku seumur hidup. KTP berlaku secara Nasional dan mempunyai masa berlaku : Untuk WNI berlaku selama 5 (lima) tahun. Untuk Orang Asing Tinggal Tetap disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal Tetap Manfaat dan Kegunaan KTP adalah dokumen kependudukan utama yang menjadi bukti resmi identitas diri yang dapat digunakan sebagai syarat kelengkapan administrasi dalam mengurus berbagai kepentingan dan hak-hak seseorang sebagai penduduk dan warga Negara Indonesia. Pengurusan KTP melalu beberapa prosedur yang harus di lakukan oleh penduduk yang akan membuat atau memperpanjang KTP. Berikut akan disajikan mekanisme pengurusan KTP. II - 24

40 Penduduk Kepala Desa / Lurah Penduduk mengisi dan menandatangani formulir permohonan KTP Petugas mencatat dalam buku harian Petugas melakukan verifikasi dan validasi data Kepala Desa/Lurah menandatangani formulir permohonan KTP Petugas menyerahkan formulir permohonan kepada penduduk untuk diteruskan ke Camat Camat Petugas melakukan verifikasi dan validasi data kependudukan Camat menandatangani formulir permohonan KTP Petugas menyerahkan formulir permohonan kepada penduduk untuk diteruskan kepada Instansi Pelaksana Instansi Pelaksana Petugas melakukan verifikasi dan validasi data kependudukan Camat menandatangani formulir permohonan KTP Petugas menyerahkan formulir permohonan kepada penduduk untuk diteruskan kepada Instansi Pelaksana Gambar 2.18 Mekanisme Pengurusan KTP Sumber : Dinas Catatan Sipil Indonesia. " Sosialisasi Kartu Tanda Penduduk" ( 2011) II - 25

41 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang dan identifikasi masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, penetapan asumsi serta sistematika yang digunakan dalam penelitian. Tujuan penulisan bab ini untuk memberikan gambaran mengenai permasalahan yang berkaitan dengan tujuan penelitian Latar Belakang Masalah Pasal 13 UU No 23 Tahun 2009 tentang Administrasi Kependudukan telah mengamanatkan bahwa setiap warga negara wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) (Ayat 1), berlaku seumur hidup (Ayat 2), dan dicantumkan dalam setiap dokumen kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat izin mengemudi, nomor pokok wajib pajak, polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Ayat 3). Selain itu Undangundang kependudukan nomor 23 tahun 2006 Pasal 63 menyatakan bahwa Penduduk WNI dan orang asing yang memiliki izin tinggal tetap yang berumur 17 (tujuh belas) tahun ke atas atau telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki kartu tanda penduduk (KTP). Tidak hanya KTP saja yang wajib dimiliki oleh penduduk Indonesia, ada beberapa data kependudukan yang wajib dimiliki oleh penduduk Indonesia, antara lain adalah akta kelahiran, surat nikah, surat kematian, kartu keluarga dan lain-lain. Menurut undang-undang di atas maka masyarakat di Kabupaten Pati diwajibkan untuk memiliki KTP. Dari data Dinas Catatan Sipil, Kabupaten Pati memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, jiwa diwajibkan memiliki kartu tanda penduduk karena telah berumur 17 tahun ke atas, tetapi menurut Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati, hanya jiwa yang telah memilik KTP. Prosentase penduduk yang memiliki KTP hanya sebesar 55,43%. Menurut hasil survei Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati pada tahun 2011, rendahnya jumlah penduduk yang memiliki KTP di indikasikan karena kurangnya kesadaran penduduk untuk mengurus kartu penduduknya sendiri dan jarak yang jauh antara kantor kepala desa dengan kantor I - 1

42 kecamatan yang membuat warga enggan untuk membuat KTP atau memperpanjang KTP. Pemerintah Kabupaten Pati membuat solusi untuk menangani dua indikasi rendahnya jumlah penduduk yang memiliki KTP. Solusi kurangnya kesadaran penduduk untuk mengurus kartu penduduk adalah dengan melakukan sosialisasi pentingnya kartu kependudukan. Sosialisasi ini dilakukan oleh pengurus desa setempat langsung kepada warganya. Solusi untuk jarak yang jauh antara kantor kepala desa dengan kantor kecamatan adalah dengan membuat layanan mobile unit. Mobile unit adalah layanan registrasi kependudukan yang berupa unit bergerak, dimana layanan ini akan mengunjungi beberapa lokasi desa dalam satu kecamatan yang dianggap potensial. Mobile unit dapat berupa kendaran roda dua maupun kendaran roda empat. Dengan mobile unit ini penduduk yang akan mengurus pembuatan maupun perpanjangan KTP tidak perlu lagi datang ke kantor kecamatan untuk mengurus pembuatan ataupun perpanjangan KTP, tetapi hanya perlu mendatangi mobile unit. Hal yang diperlukan untuk memfasilitasi mobile unit ini adalah efesiensi pelayanan, yaitu lokasi penentuan desa yang akan dijadikan titik alternatif pemberhentian mobile unit, karena mobile unit tidak mungkin dapat melayani seluruh desa di Pati sehingga hanya ada beberapa lokasi saja yang akan dijadikan alternatif pemberhentian mobile unit. Alternatif lokasi pemberhentian mobile unit ini diharapkan sesedikit mungkin tetapi dapat mencakup semua titik demand. Penentuan lokasi ini akan didasarkan oleh tiga kriteria, yaitu demand, jarak antar titik alternatif pemberhentian mobile unit dan kekuatan sinyal. Semakin banyak jumlah penduduk yang belum memiliki kartu penduduk ( demand ) maka lokasi tersebut semakin berpotensi dijadikan lokasi alternatif pemberhentian mobile unit. Kemudian jarak antara titik pemberhentian mobile unit dengan desa sekitar akan menjadi pertimbangan juga. Selain jumlah penduduk dan jarak, kekuatan sinyal di calon titik alternatif tersebut juga ikut mempengaruhi penentuan lokasi, dikarenakan mobile unit bersifat semi-online dan membutuhkan sinyal yang baik untuk pengiriman data. Ada tiga provider yang akan diukur kekuatan sinyalnya yaitu Telkomsel, commit Indosat to user dan Excelcomindo. Pemilihan ketiga I - 2

43 provider ini didasarkan bahwa ketiga provider tersebut memiliki jumlah BTS terbanyak di Indonesia. Provider Telkomsel memiliki BTS (Achmad R.N, 2012) provider Indosat memiliki BTS (PT Indosat Tbk, 2012) BTS dan provider Excelcomindo memiliki BTS (Rina Garmina, 2012). Penentuan lokasi ini menggunakan metode Set Covering Problem yang mengacu pada network model yang dikembangkan oleh Eko Liqquidanu untuk menentukan titik-titik lokasi fasilitas pelayanan dengan fungsi objektif biaya transportasi yang ditanggung oleh konsumen Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu : Bagaimana menetukan lokasi alternatif pemberhentian mobile unit kartu penduduk berdasarkan jumlah penduduk yang belum memiliki kartu penduduk, jarak alternatif pemberhentian dengan desa sekitar dan kekuatan sinyal? 1.3. Batasan Masalah Agar pembahasan dalam masalah ini lebih terarah dan tidak terlalu meluas serta untuk memahami permasalahan yang akan dibahas, maka perlu kiranya ada batasan permasalahan. Adapun batasan-batasan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Titik lokasi layanan hanya di pusatkan pada kantor kepala desa dan kantor kecamatan. b. Provider telekomunikasi yang digunakan hanya Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo. c. Data Kependudukan yang digunakan adalah data kependudukan periode April Juni Asumsi a. Traffic data dari layanan mobile unit ke server di Kantor Catatan Sipil Kabupaten Pati dapat di transfer melalui sinyal GPRS. b. Pengumpulan data jarak antar desa menggunakan pendekatan visual. c. Pertumbuhan penduduk tahun 2012 diabaikan. I - 3

44 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menentukan titik-titik lokasi kunjungan untuk tiap kecamatan yang memungkinkan dijadikan titik lokasi alternatif pemberhentian mobile unit Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah membantu Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati untuk menentukan alternatif lokasi mobile unit untuk setiap kecamatan Sistematika Penulisan Pada bagian ini menguraikan gambaran umum mengenai tata cara penyusunan laporan kerja praktek dan isi pokok dari laporan ini. BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan tugas akhir, manfaat yang diperoleh dari hasil tugas akhir, batasan masalah yang berfungsi membatasi laporan agar tidak terlalu luas dan menentukan secara spesifik area pembahasan yang akan dilakukan, asumsi yang berfungsi untuk menyederhanakan kompleksitas permasalahan yang dihadapi, dan sistematika penulisan yang berisi urutan penulisan bab dalam tugas akhir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Memuat konsep dan teori pendukung penelitian dalam pengolahan data. Sumber diperoleh dari referensi-referensi terkait. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Berisi langkah-langkah penyelesaian masalah secara umum (gambaran terstruktur tahap demi tahap proses penyelesaian masalah yang digambarkan dalam bentuk flowchart). BAB IV PENGUMPULAN DAN PEGOLAHAN DATA. Berisi data-data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah dan pengolahannya secara bertahap. BAB V ANALISIS Berisi uraian analisa dan interpretasi hasil pengolahan yang telah dilakukan. I - 4

45 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan hasil dari pengolahan data dan analisa serta saran-saran yang diperlukan dalam mendapatkan hasil yang lebih baik. I - 5

46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang urutan langkah-langkah dalam melakukan laporan Tugas Akhir ini mulai dari awal perumusan masalah hingga membuat kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang ada. 3.1 Flowchart Penelitian Mulai Identifikasi Masalah Tujuan Penelitan Tahap Pengamatan Tinjauan Pustaka Karakterisasi Sistem Pengumpulan Data 1. Peta digital Kabupaten Pati 2. Data titik-titik kordinat kantor kepala desa dan kantor kecamatan. 3. Data kekuatan sinyal tiap titik kordinat kantor kepala desa dan kantor kecamatan. 4. Data jumlah penduduk, wajib KTP dan KTP aktif untuk tiap desa. Pemetaan data koordinat kantor kepala desa dan kecamatan Pengolahan data kependudukan Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengolahan data from-to chart antar titik alternatif pemberhentian dengan tiap desa Pengolahan data jarak antara desa dengan titik alternatif Pemberhentian mobile unit. Penentuan titik alternatif pemberhentian mobile unit dengan Set Covering Problem Tahap Analisis Analisa dan Interpretasi hasil Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dan saran Selesai Gambar 3.1 Flowchart commit to metodologi user penelitian III - 1

47 3.2 Penjelasan Flowchart Pembuatan laporan Tugas Akhir dilakukan dalam beberapa tahapan yang digambarkan dalam flowchart berikut uraiannya secara singkat Tahap pengamatan a. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, kemudian disusun sebuah rumusan masalah. Perumusan masalah dilakukan dengan menetapkan sasaran-sasaran yang akan dibahas untuk kemudian dicari solusi pemecahan masalahnya dengan teori yang didapat dari bangku kuliah maupun dari referensi. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana menetukan lokasi alternatif pemberhentian mobile unit kartu penduduk berdasarkan jumlah penduduk yang belum memiliki kartu penduduk, jarak alternatif pemberhentian dengan desa sekitar dan kekuatan sinyal. b. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dijadikan acuan dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitan ini adalah menentukan titik-titik kunjungan untuk tiap daerah yang memungkinkan dijadikan titik alternatif pemberhentian mobile unit. c. Tinjauan Pustaka Tinjuan pustaka dilakukan untuk mencari rumusan-rumusan dan konsep teoritis dari berbagai literature yang dapat dipakai sebagai landasan untuk penelitian serta untuk mendapatkan dasar-dasar referensi yang kuat bagi peneliti dalam menerapkan suatu metode yang digunakannya. Sumber yang dipakai untuk studi pustaka berupa buku-buku, jurnal dan referensi lain tentang konsep Sistem Informasi Geografis (SIG), teori facility location dan laporan penelitan pada bidang yang sama Pengumpulan dan Pengolahan Data a. Pengumpulan Data Penelitian Tugas akhir ini dilakukan di Kabupaten Pati dalam kurun waktu bulan April hingga bulan September. commit to Langkah user awal yang dilakukan dalam III - 2

48 penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data yang diperlukan. Data diperoleh pada saat penelitian di Kantor Catatan Sipil Kabupaten Pati. Selain data dari Kantor Catatan Sipil Kabupaten Pati, data lapangan diperoleh dengan survei langsung ke tiap kantor kepala desa dan kantor kecamatan. Setelah data yang dibutuhkan diterima maka dilakukan pengecekan apakah data tersebut sudah benar-benar lengkap. Jika belum maka kita mencari tambahan data yang kita perlukan, sehingga setelah data tersebut lengkap maka kita dapat berlanjut ke langkah selanjutnya yaitu pengolahan data. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1. Peta Digital Kabupaten Pati. Peta digital yang digunakan adalah Peta Umum Indonesia Basis Desa. Peta ini berupa Peta Indonesia dengan batas desa yang ada di seluruh Indonesia. Karena penelitian hanya di Kabupaten Pati, maka peta ini dipotong hingga hanya terdapat peta Kabupaten Pati saja. Peta digital Kabupaten Pati digunakan sebagai visualisasi penelitian. Peta ini didapat dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Peta ini menggunakan software ArcGis sebagai pengolahannya. Sedangkan untuk tingkat ketelitian peta ini mencapai hingga tingkat ketelitian wilayah desa. Sedangkan untuk revisi peta terakhir pada tahun Data koordinat kantor kepala desa dan kantor kecamatan. Data ini diperoleh dengan studi lapangan, yaitu datang langsung ke lokasi kantor kepala desa dan kantor kecamatan lalu mencatat koordinat menggunakan GPS. Koordinat yang digunakan adalah koordinat lintang dan bujur. Data ini akan digunakan sebagai input dalam peta digital. 3. Data kekuatan sinyal tiap titik koordinat kantor kepala desa dan kantor kecamatan. Data Kekuatan Sinyal diperoleh dengan melakukan pengecekan dan pencatatan sinyal terhadap 3 provider jaringan telekomunikasi GSM yaitu Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo (XL) menggunakan Software MDMA ( Mobile Data Monitoring Application ) di tiap kantor kepala desa dan kantor kecamatan. III - 3

49 4. Data Kependudukan. Data kependudukan Kabupaten Pati diperoleh dari Kantor Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati. Data ini mencakup jumlah penduduk di tiap desa, jumlah penduduk yang wajib memiliki KTP, beserta jumlah penduduk yang memiliki KTP aktif. Data jumlah kependudukan yang digunakan adalah data periode bulan April hingga Juni. b. Pengolahan Data Pengolahan data diperlukan untuk mencari solusi dari masalah yang sedang diteliti agar pengolahan data sesuai dengan tujuan penelitian. Pengolahan data dilakukan terhadap seluruh data yang dibutuhkan. Langkah-langkah pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Pemetaan data koordinat kantor kepala desa dan kecamatan. Melakukan plotting titik koordinat kantor kepala desa dan kecamatan yang ada kedalam peta digital Kabupaten Pati, Peta digital yang digunakan adalah peta digital Bakosurtanal dengan ketelitian wilayah hingga tingkat desa. 2. Pengolahan data kependudukan. Data penduduk diolah untuk menentukan selisih antara jumlah wajib KTP dengan jumlah KTP aktif. Sehingga akan diperoleh potensi atau demand untuk setiap desa. Dikarenakan titik kantor kecamatan memiliki demand yang sama pada desa utama untuk kecamatan tersebut, maka titik yang digunakan hanya titik kantor kepala desa sedangkan titik kantor kecamatan tersebut tidak digunakan. Pengurangan titik ini hanya dilakukan pada desa utama yang terdapat kantor kecamatan dan kantor kepala desa. Hal ini disebabkan calon titik alernatif diharuskan memiliki demand. 3. Pengolahan data from-to chart antar titik alternatif pemberhentian dengan tiap desa. Data from-to chart adalah data antar titik alternatif dengan tiap desa dalam satu kecamatan. Data ini digunakan untuk memudahkan dalam pengumpulan data jarak antar titik alternatif pemberhentian dengan tiap desa. Data ini mempertimbangkan apakah antar desa dapat dilalui dengan menarik garis lurus pada commit peta. Garis to user lurus tidak dapat digunakan apabila III - 4

50 terdapat barrier dalam peta, seperti gunung, sungai, sawah, tambak dan tidak terdapatnya jalan yang menghubungkan antar desa. Dalam mengumpulan data from-to chart, digunakan aplikasi Google Earth dan Google Maps. Google Earth digunakan untuk pertimbangan penarikan garis lurus, karena dalam Google Earth dapat dilihat apakah terdapat barrier atau tidak. Sedangkan Google Maps digunakan untuk pengukuran jarak yang akan digunakan dalam data jarak antar titik alternatif pemberhentian dengan tiap desa. Terdapat beberapa batasan dalam menarik garis lurus pada peta, batasan tersebut antara lain : a.1) Garis lurus dapat digunakan apabila terdapat jalan yang menghubungkan tiap desa. a.2) Garis lurus tidak dapat digunakan apabila terdapat barrier antar desa yang akan ditarik garis lurus. a.3) Apabila terdapat desa yang tidak dapat ditarik garis lurus dikarenakan jalan yang berkelok, tetapi tidak terdapat barrier yang menghalangi maka akan dilakukan pengecekan jarak, yaitu jarak dengan menarik garis lurus dan jarak yang didapat dari Google Maps. Jika selisih jarak dengan menarik garis lurus dan jarak dari Google Maps tidak berbeda jauh maka dianggap dapat ditarik garis lurus. a.4) Khusus Kecamatan Pati, Sukolilo dan Juwana tidak digunakan fromto chart dikarenakan seluruh desa dapat menggunakan Google Maps sebagai pengumpulan data jarak. a.5) Selain menggunakan Google Maps dan Google Earth, penarikan garis lurus dipertimbangkan langsung oleh peneliti karena peneliti sudah melakukan survei langsung ke tiap desa. 4. Pengolahan data jarak antar titik alternatif pemberhentian dengan tiap desa. Data jarak mengacu pada data from-to chart, apabila dalam data from-to chart dapat ditarik garis lurus maka akan dihitung jarak garis lurus tersebut dalam Google Earth. Apabila dalam data from-to chart tidak dapat ditarik garis lurus maka dalam commit data jarak to user akan berisi jarak yang unlimited ( III - 5

51 diasumsikan bernilai 99). Khusus untuk kecamatan yang tidak menggunakan data from-to chart, data jarak diperoleh dari Google Maps. 5. Menentukan titik alternatif lokasi terpilih dengan Set Covering Problem. Untuk memilih titik alternatif pemberhentian mobile unit, digunakan model yang dikemukakan oleh Eko Liquiddanu (2009) yaitu Set Covering Problem. Dikarenakan terdapat tiga provider yang digunakan dalam penentuan titik alternatif pemberhentian mobile unit, maka terdapat tiga perhitungan set covering untuk masing-masing provider. Data sinyal ini di gunakan dalam perhitungan set covering problem, untuk memudahkan perhitungan set covering problem setiap data sinyal akan diberikan nilai dengan ketentuan sebagai berikut: Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran 0 dbm hingga -65 dbm diberikan nilai 1. Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran -66 dbm hingga -70 dbm diberikan nilai 1,1. Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran -71 dbm hingga -75 dbm diberikan nilai 1,2. Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran -76 dbm hingga -80 dbm diberikan nilai 1,3. Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran -81 dbm hingga -85 dbm diberikan nilai 1,4. Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran -86 dbm hingga -90 dbm diberikan nilai 1,5. Kekuatan sinyal yang bernilai kurang dari -91 dbm diberikan nilai 99 Menurut pendapat ahli, sinyal dengan kekuatan sinyal -91 dbm sudah tidak layak lagi digunakan sebagai sarana pengiriman data digital. Sehingga desa dengan kekuatan sinyal kurang dari -91 dbm diberikan nilai 99 dalam perhitungan set covering problem. Pemberian nilai sinyal dalam perhitungan set covering problem digunakan hanya semata-mata untuk memudahkan dalam perhitungan set covering problem. Bila suatu titik commit alternatif to user pemberhentian mobile unit memiliki III - 6

52 kekuatan sinyal di kisaran -89 dbm hingga --95 dbm diberikan nilai 1,5, maka pada perhitungan set covering problem menghasilkan jumlah perkalian yang lebih besar bila dibandingkan dengan suatu titik alternatif pemberhentian mobile unit yang memiliki kekuatan sinyal di kisaran -68 dbm hingga -74 dbm yang diberikan nilai 1,1. Sedangkan dalam fungsi tujuan set covering problem adalah mencari hasil paling minimum, sehingga titik alternatif pemberhentian mobile unit yang memiliki kekuatan sinyal buruk tidak akan terpilih. Hal ini juga berlaku sebaliknya untuk titik alternatif pemberhentian mobile unit yang memiliki kekuatan sinyal baik akan terpilih. Nilai kekuatan sinyal di simbolkan S i pada perhitungan set covering problem. Hasil dari set covering adalah minimasi jarak, minimasi jarak ini di konversi dalam bentuk rupiah agar lebih valid datanya. Konversi jarak ke rupiah di hitung dengan asumsi 1 liter bensin dapat menempuh 45km. Sehingga konversi rupiah yang digunakan adalah 100 rupaih per km orang. Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Fungsi tujuan: Minimasi = ( d ji(( Yji Yij) Zi) PSi ) j N (3.1) Untuk i = titik-titik alternatif pemberhentian mobile unit. dengan : d ji Y ji Z i S i 1 S i = jarak yang ditempuh dari titik demand (j) menuju ke titik alternatif pemberhentian mobile unit i. = demand j (mewakili titik desa) menuju titik alternatif pemberhentian mobile unit i. = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila titik alternatif pemberhentian mobile unit i digunakan dan bernilai 0 jika tidak. = nilai kekuatan sinyal pada titik alternatif pemberhentian mobile unit = nilai kekuatan sinyal pada titik alternatif pemberhentian mobile unit setelah diberikan nilai mutlak. III - 7

53 P i j = Konversi rupiah (100 rupiah per km orang) = menyatakan titik alternatif pemberhentian mobile unit. = menyatakan titik demand tiap desa. b. Batasan b.1) Batasan persamaan arus. j N Y ji Z i W i (3.2) dengan : Y ji Z i W 1 i j = demand j (mewakili titik desa) menuju titik alternatif pemberhentian mobile unit i. = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila titik alternatif pemberhentian mobile unit i digunakan dan bernilai 0 jika tidak. = jumlah total demand desa yang dilayani oleh titik alternatif pemberhentian mobile unit i. = menyatakan titik alternatif pemberhentian mobile unit. = menyatakan titik demand tiap desa. b.2) Batasan total demand yang menuju ke titik alternatif lebih besar dari dari rata-rata total demand di kecamatan tersebut. j N Y ji ( M (1 Z )) D (3.3) i dengan: Y ji M Z i D i j = demand j (mewakili titik desa) menuju titik alternatif pemberhentian mobile unit i. = bilangan riil yang sangat besar. = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila titik alternatif pemberhentian mobile unit i digunakan dan bernilai 0 jika tidak. = rata-rata total demand di kecamatan yang akan dihitung. = menyatakan titik alternatif pemberhentian mobile unit. = menyatakan titik demand tiap desa. III - 8

54 b.3) Batasan titik alternatif mobile unit memiliki kapasitas demand diatas rata-rata total demand yang dilayani di kecamatan tersebut. W D (3.4) i Z i dengan : W i = jumlah total demand yang dilayani titik alternatif pemberhentian mobile unit. Z i i D = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila titik alternatif pemberhentian mobile unit i digunakan dan bernilai 0 jika tidak. = menyatakan titik alternatif pemberhentian mobile unit. = rata-rata total demand di kecamatan yang akan dihitung. b.4) Batasan skenario jumlah titik alternatif pemberhentian mobile unit yang akan digunakan. Jumlah titik jumlah titik alternatif pemberhentian mobile unit yang akan digunakan telah ditentukan di awal. Z i L (3.5) i dengan: Z i L i = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila titik alternatif pemberhentian mobile unit i digunakan dan bernilai 0 jika tidak. = jumlah titik alternatif pemberhentian mobile unit yang akan digunakan. = menyatakan titik alternatif pemberhentian mobile unit. b.5) Nonnegatif Constraints W 0 (3.6) i b.6) Binary Constrains Z (0,1) (3.7) i Tahap Analisis Membahas tentang penentuan titik lokasi pemberhentian mobile unit kartu penduduk beserta alasan yang mendasari pemilihan lokasi tersebut. III - 9

55 3.2.4 Kesimpulan dan Saran Setelah laporan Tugas Akhir selesai dan dari masalah yang ada akan dapat di simpulkan dan dapat menjadi saran bagi Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati dalam menentukan lokasi pemberhentian mobile unit kartu penduduk. III - 10

56 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini memaparkan keseluruhan proses observasi, pengumpulan data, dan pengolahannya, serta penjelasan teknis untuk mendapatkan nilai-nilai sebagai alat bantu dalam pemecahan masalah dengan beberapa metode dan data kuesioner Pengumpulan Data Peta Digital Kabupaten Pati Peta digital Kabupaten Pati yang digunakan mencapai tingkat ketelitian hingga batas desa. Peta didapat dari Bakosurtanal dan revisi terakhir peta pada tahun Peta digital Kabupaten Pati dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini. Gambar 4.1 Peta digital Kabupaten Pati Sumber : Bakosurtanal Indonesia (2009) IV - 1

57 Data Titik-Titik Koordinat Kantor Kepala Desa dan Kantor Kecamatan Data titik koordinat kantor kepala desa dan kantor kecamatan digunakan sebagai titik alternatif pemberhentian mobile unit. Terdapat 426 titik yang mencakup 21 titik kantor kecamatan dan 405 titik kantor kepala desa. Data ini diperoleh dengan studi lapangan, yaitu datang langsung ke lokasi kantor kepala desa dan kantor kecamatan lalu mencatat koordinat menggunakan GPS. Koordinat yang digunakan adalah koordinat lintang dan bujur. Data ini akan digunakan sebagai input dalam peta digital.titik-titik koordinat kantor kepala desa dan kantor kecamatan untuk Kecamatan Dukuhseti dapat dilihat pada tabel 4.1. Sedangkan untuk tabel koordinat kantor kepala desa dan kantor kecamatan seluruh kabupaten pati dapat dilihat pada lampiran. Tabel 4.1 Data koordinat Kecamatan Dukuhseti A B C D Kecamatan Kecamatan Dukuhseti Desa / Kelurahan Garis lintang selatan Garis bujur timur Kecamatan 06 28'32.06" '15.86" Bakalan 06 30'15.99" '31.42" Ngagel 06 29'28.51" '19.07" Kenanti 06 29'18.97" '32.21" Grogolan 06 29'00.73" '20.26" Dukuhseti 06 27'20.79" '51.09" Alasdowo 06 28'33.87" '18.00" Kembang 06 26'59.86" '36.82" Tegalombo 06 26'19.80" '11.67" Puncel 06 26'45.72" '14.58" Banyutowo 06 27'30.31" '49.14" Dumpil 06 30'31.29" '21.06" Wedusan 06 29'22.66" '33.96" Data Kekuatan Sinyal Tiap Titik Koordinat Kantor Kepala Desa dan Kantor Kecamatan. Terdapat tiga data kekuatan sinyal untuk masing-masing titik koordinat. Tiga data tersebut didapat dari pengecekan sinyal tiga provider, yaitu Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo (XL). Untuk satuan pengecakan sinyal yang digunakan adalah dbm. Data Kekuatan Sinyal diperoleh dengan melakukan pengecekan dan pencatatan sinyal terhadap 3 provider jaringan telekomunikasi GSM yaitu Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo commit (XL) to user menggunakan Software MDMA ( IV - 2

58 Mobile Data Monitoring Application ) di tiap kantor kepala desa dan kantor kecamatan.data kekuatan sinyal untuk Kecamatan Dukuhseti dapat dilihat pada table 4.2. Sedangkan untuk tabel kekuatan sinyal seluruh titik koordinat kantor kepala desa dan kantor kecamatan Kabupaten Pati dapat dilihat pada lampiran. Tabel 4.2 Data kekuatan sinyal Kecamatan Dukuhseti Kecamatan Kecamatan Dukuhseti Data Kependudukan. Kekuatan Signal GPRS / EDGE Desa / Kelurahan (dbm) Telkomsel Indosat XL Kecamatan Bakalan Ngagel Kenanti Grogolan Dukuhseti Alasdowo Kembang Tegalombo Puncel Banyutowo Dumpil Wedusan Data kependudukan meliputi total jumlah penduduk tiap desa, jumlah penduduk yang wajib memiliki KTP tiap desa dan jumlah penduduk yang memiliki KTP aktif tiap desa. Data yang diperoleh mencakup keseluruhan desa yang ada di Kabupaten Pati. Data kependudukan Kecamatan Dukuhseti dapat dilihat pada tabel 4.3 dan untuk grafiknya dapat dilihat pada gambar 4.1. Sedangkan untuk tabel data kependudukan seluruh desa di Kabupaten Pati dapat dilihat pada lampiran. Kecamatan Tabel 4.3 Data kependudukan Kecamatan Dukuhseti Desa / Kelurahan IV - 3 Penduduk Wajib KTP KTP Kecamatan Dukuhseti Bakalan Ngagel Kenanti Grogolan Dukuhseti Alasdowo Kembang Tegalombo Puncel Banyutowo Dumpil Wedusan Jumlah

59 Gambar 4.2. Grafik data kependudukan Kecamatan Dukuhseti 4.2. Pengolahan Data Pemetaan Data Koordinat Kantor Kepala Desa dan Kecamatan. Data koordinat kantor kepala desa dan kecamatan dilakukan plotting kedalam peta digital Kabupaten Pati dengan bantuan aplikasi ArcGis. Hasil plotting dapat dilihat pada gambar Pengolahan Data Kependudukan Pengolahan data kependudukan digunakan untuk mencari demand untuk setiap desa. Demand diperoleh dari selisih jumlah penduduk yang wajib memiliki KTP dengan jumlah penduduk yang memiliki KTP aktif. Data ini akan digunakan pada pengolahan set covering. Semakin besar demand pada suatu desa, maka kemungkinan desa tersebut dapat menjadi calon lokasi pemberhentian mobile unit. Data demand untuk kecamatan pati dapat dilihat pada tabel 4.5. Sedangkan data demand untuk keseluruhan kecamatan di Kabupaten Pati dapat dilihat pada lampiran data kependudukan. IV - 4

60 Gambar 4.3 Plotting koordinat kantor kepala desa dan kecamatan Tabel 4.4 Data demand Kecamatan Dukuhseti Kecamatan Desa / Kelurahan Penduduk Wajib KTP KTP Selisih Kecamatan Dukuhseti Bakalan Ngagel Kenanti Grogolan Dukuhseti Alasdowo Kembang Tegalombo Puncel Banyutowo Dumpil Wedusan Jumlah IV - 5

61 Pengolahan Data From-to Chart Antar Titik Alternatif Pemberhentian Dengan Tiap Desa. Data from-to chart berupa data antar desa dalam satu kecamatan apakah antar desa tersebut dapat ditarik garis lurus dalam pengukuran jaraknya dengan mempertimbangkan apakah terdapat jalan yang dapat dilalui dan terdapat barrier yang menghalangi garis lurus tersebut. Terdapat beberapa batasan dalam menentukan penarikan garis lurus antar desa seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Dalam menarik garis lurus digunakan aplikasi Google Earth sebagai alat bantunya. Data from-to chart untuk desa Dukuhseti dapat dilihat pada tabel Pengolahan Data Jarak Antar Titik Alternatif Pemberhentian dengan Tiap Desa. Data jarak mengacu pada data from-to chart, apabila dalam data from-to chart dapat ditarik garis lurus maka akan dihitung jarak garis lurus tersebut dalam Google Earth. Apabila dalam data from-to chart tidak dapat ditarik garis lurus maka dalam data jarak akan berisi jarak yang unlimited ( diasumsikan bernilai 99). Data jarak untuk Kecamatan Dukuhseti dapat dilihat pada tabel 4.7. Sedangkan data jarak untuk seluruh kecamatan di Kabupaten Pati dapat dilihat pada lampiran Menentukan titik alternatif lokasi terpilih dengan Set Covering Problem. Sebelum menentukan titik alternatif mobile unit terpilih dengan menggunakan model set covering, terlebih dahulu menentukan jumlah titik alternatif mobile unit yang akan digunakan untuk setiap kecamatan. Jumlah titik alternatif mobile unit yang akan digunakan berjumlah tiga titik untuk setiap kecamatan. Jumlah tiga titik ini didasarkan pada jam kerja untuk 1 hari pelayanan mobile unit adalah delapan jam. Pelayanan dimulai dari jam WIB hingga WIB, untuk setiap titik alternatif mobile unit dibatasi melayani hanya dua jam saja sehingga tiga titik alternatif akan memiliki waktu pelayanan enam jam. Dua jam tersisa digunakan untuk waktu menempuh seluruh perjalanan ke tiap titik alternatif mobile unit. IV - 6

62 Hasil titik alternatif mobile unit terpilih merupakan hasil pengolahan data menggunakan bantuan software Risk Solver Platform V9.0 dengan memasukkan model yang telah dibuat sebelumnya. Running model dilakukan dengan memasukkan batasan-batasan yang telah ditentukan pada model set covering. Kemudian dengan menggunakan model yang telah dikembangkan, dilakukan pencarian untuk menemukan tiga titik alternatif mobile unit yang memiliki jarak paling minimum dan demand yang dapat terlayani paling maksimal serta kekuatan sinyal yang terbaik. Running model dilakukan untuk setiap kecamatan dan setiap provider. Tiga titik alternatif mobile unit yang terpilih untuk setiap kecamatan berdasarkan setiap provider dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Berikut adalah data kependudukan, data jarak dan data kekuatan sinyal yang telah diberikan nilai mutlak untuk Kecamatan Dukuhseti. Data kependudukan mencakup demand dan total demand setiap desa serta rata-rata total demand di kecamatan Dukuhseti. Data jarak mencakup data jumlah desa yang dapat terlayani dan total jarak desa yang dapat terlayani untuk setiap desa. Data inilah yang akan di-running menggunakan software Risk Solver Platform V9.0 dengan model set covering. Tabel 4.5 Data kependudukan dan data jarak yang siap diolah untuk Kecamatan Dukuhseti Kecamatan Kecamatan Dukuhseti Desa / Kelurahan Demand di Total Rata-rata Desa yg Total jarak yg desa i demand di demand tercover tercover (km) Bakalan 2160 desa i Ngagel Kenanti Grogolan Dukuhseti Alasdowo Kembang Tegalombo Puncel Banyutowo Dumpil Wedusan IV - 7

63 Tabel 4.6 Data from-to chart Kecamatan Dukuhseti Lokasi Bakalan Ngagel Kenanti Grogolan Dukuhseti Alasdowo Kembang Tegalombo Puncel Banyutowo Dumpil Wedusan Bakalan Ngagel Kenanti Grogolan Dukuhseti Alasdowo Kembang Tegalombo Puncel Banyutowo Dumpil Wedusan IV - 8 = jalur desa A ke B dapat ditarik garis lurus = jalur desa A ke B tidak dapat ditarik garis lurus Tabel 4.7 Data jarak antar titik alternatif pemberhentian untuk Kecamatan Dukuhseti (km) Lokasi Bakalan Ngagel Kenanti Grogolan Dukuhseti Alasdowo Kembang Tegalombo Puncel Banyutowo Dumpil Wedusan Bakalan Ngagel Kenanti Grogolan Dukuhseti Alasdowo Kembang Tegalombo Puncel Banyutowo Dumpil Wedusan IV - 8

64 Tabel 4.8 Data sinyal Kecamatan Dukuhseti yang telah diberikan nilai Kecamatan Kecamatan Dukuhseti Desa / Kelurahan Kekuatan Signal GPRS / EDGE (dbm) Nilai Kekuatan Sinyal Telkomsel Indosat XL Telkomsel Indosat XL Bakalan Ngagel Kenanti Grogolan Dukuhseti Alasdowo Kembang Tegalombo Puncel Banyutowo Dumpil Wedusan Contoh perhitungan manual set covering problem untuk Kecamatan Dukuhseti dengan provider Telkomsel dapat dilihat dibawah ini. = j N Minimasi = 2d (( Y ) Z ) PS ) ( ji ji i i j N (2.0 Bakalan-Bakalan ((2160)Z Bakalan )100.1,4)+(2.1,5 Ngagel- Bakalan)((1972)Z Bakalan )100.1,4+(2.1,8 Kenanti-Bakalan ((1502)Z Bakalan )100.1,4 +...(2.99 Bakalan-Wedusan ((376)Z Wedusan )100.1,4 = ( Z Bakalan ) + ( Z Ngagel ) + ( Z Kenanti ) ( Z Wedusan ) Dari fungsi tujuan di atas maka tentukan titik alternatif lokasi terpilih yang sesuai dengan batasan-batasan dari model set covering. Batasan-batasan tersebut adalah : Batasan persamaan arus. j N Y ji Z i W i untuk i=desa Bakalan (2160.Z Bakalan ) + (1972.Z Ngagel ) + (1502.Z Kenanti ) +... (376.Z Wedusan ) = ( ) Batasan total demand yang menuju ke titik alternatif lebih besar dari dari ratarata total demand di kecamatan tersebut. j N Y ji ( M (1 Z )) D i (2160.Z Bakalan + (M (1-Z Bakalan ))) + (1972.Z Ngagel + (M (1-Z Ngagel ))) + (1502.Z Kenanti + (M (1-Z Kenanti ))) +... (376.Z Wedusan + (M (1-Z Wedusan ))) IV - 9

65 12356 Batasan titik alternatif mobile unit memiliki kapasitas demand diatas rata-rata total demand yang dilayani di kecamatan tersebut. W D i Z i untuk i = Bakalan ( ) Z Bakalan Batasan skenario jumlah titik alternatif pemberhentian mobile unit yang akan digunakan. Jumlah titik jumlah titik alternatif pemberhentian mobile unit yang akan digunakan telah ditentukan di awal. i Z i L Z bakalan + Z Ngagel + Z Kenanti +... Z Wedusan = 3 Nonnegatif Constraints W i 0 untuk i = Bakalan ( ) 0 Binary Constrains Z i (0,1) Langkah selanjutnya adalah memilih titik alternatif lokasi terpilih yang sesuai dengan batasan-batasan set covering dan fungsi tujuan terkecil (minimum). Terpilihlah titik alternatif mobile unit yaitu Desa Dukuhseti, Alasdowo dan Banyutowo. Titik alternatif mobile unit terpilih hasil pengolahan data menggunakan bantuan software Risk Solver Platform V9.0 dengan memasukkan model set covering untuk seluruh kecamatan di Kabupaten Pati dapat dilihat pada tabel dibawah ini. IV - 10

66 Tabel 4.9 Titik alternatif mobile unit untuk provider Telkomsel Kecamatan Desa Terpilih Sinyal jumlah jumlah desa penduduk yg yang tercover terlayani Dukuhseti Dukuhseti Alasdowo Banyutowo Payak Cluwak Karangsari Sumur Sendangrejo Tayu Jepat Lor Keboromo Karanglegi Trangkil Tlutup Kertomulyo Pagerharjo Wedarijaksa Tlogoharum Wedarijaksa Sumberejo Gunungwungkal Jembulwunul Sidomulyo Pati Kidul Pati Pati Wetan Sidoharjo Cebolek Kidul Margoyoso Purworejo Margoyoso Dadirejo Margorejo Langse Margorejo Gunungsari Tlogowungu Lahar Regaloh Gembong Gembong Pohgading Wonosekar Kayen Kayen Purwokerto Sumbersari Beleadi Sukolilo Sukolilo Sumbersoko Penanggungan Gabus Plumbungan Tanjang commit -76 to user IV - 11

67 Tabel 4.9 Titik alternatif mobile unit untuk provider Telkomsel (lanjutan) Kecamatan Desa Terpilih Sinyal jumlah jumlah desa penduduk yg yang tercover terlayani Karangwono Tambakromo Mojomulyo Tambakromo Kedungmulyo Jakenan Sendangsoko Sidomulyo Sriwedari Jaken Sumberrejo Tamansari Kropak Winong Kudur Mintorahayu Pucakwangi Pucakwangi Triguno Wateshaji Sejomulyo Juwana Tluwah Trimulyo Jembangan Batangan Lengkong Mangunlegi Tabel 4.10 Titik alternatif mobile unit untuk provider Indosat Kecamatan Desa Terpilih Sinyal jumlah jumlah desa penduduk yg yang tercover terlayani Dukuhseti Dukuhseti Alasdowo Banyutowo Payak Cluwak Karangsari Sumur Dororejo Tayu Jepat Lor Keboromo Karanglegi Trangkil Krandan Kertomulyo Bumiayu Wedarijaksa Tlogoharum Wedarijaksa commit to -76 user IV - 12

68 Tabel 4.10 Titik alternatif mobile unit untuk provider Indosat (lanjutan) Kecamatan Desa Terpilih Sinyal jumlah jumlah desa penduduk yg yang tercover terlayani Jembulwunul Gunungwungkal Sidomulyo Ngethuk Pati Wetan Pati Semampir Sidoharjo Cebolek Kidul Margoyoso Purworejo Margoyoso Badegan Margorejo Dadirejo Margorejo Guwo Tlogowungu Suwatu Tlogorejo Gembong Gembong Pohgading Wonosekar Kayen Kayen Pesagi Purwokerto Beleadi Sukolilo Gadudero Sukolilo Plumbungan Gabus Tanjang Tlogoayu Karangwono Tambakromo Mojomulyo Tambakromo Kalimulyo Jakenan Sendangsoko Sidomulyo Sriwedari Jaken Sumberagung Sumberrejo Kudur Winong Mintorahayu Tawangrejo Pucakwangi Pucakwangi Triguno Wateshaji commit to -68 user IV - 13

69 Tabel 4.10 Titik alternatif mobile unit untuk provider Indosat (lanjutan) Kecamatan Desa Terpilih Sinyal jumlah jumlah desa penduduk yg yang tercover terlayani Sejomulyo Juwana Tluwah Trimulyo Batursari Batangan Jembangan Mangunlegi Tabel 4.11 Titik alternatif mobile unit untuk provider Excelcomindo Kecamatan Desa Terpilih Sinyal jumlah jumlah desa penduduk yg yang tercover terlayani Dukuhseti Dukuhseti Ngagel Dumpil Payak Cluwak Plaosan Sumur Sendang rejo Tayu Jepat Lor Keboromo Karanglegi Trangkil Tlutup Krandan Bumiayu Wedarijaksa Tlogoharum Wedarijaksa Jembulwunul Gunungwungkal Perdopo Sidomulyo Pati Wetan Pati Semampir Sidoharjo Cebolek Kidul Margoyoso Purworejo Margoyoso Wangunrejo Margorejo Margorejo Sukoharjo Guwo Tlogowungu Suwatu Tlogorejo commit to -76 user IV - 14

70 Tabel 4.11 Titik alternatif mobile unit untuk provider Excelcomindo (lanjutan) Kecamatan Desa Terpilih Sinyal jumlah jumlah desa penduduk yg yang tercover terlayani Klakah Kasian Gembong Pohgading Ketanggan Durensawit Kayen Pasuruhan Purwokerto Beleadi Sukolilo Sukolilo Sumbersoko Penanggungan Gabus Tlogoayu Tanjang Karangwono Tambakromo Mojomulyo Sitirejo Jakenan Jakenan Sidomulyo Kedungmulyo Sriwedari Jaken Sumberrejo Tegalarum Mintorahayu Winong Tanggel Tawangrejo Pucakwangi Pucakwangi Bodeh Wateshaji Sejomulyo Juwana Karangrejo Kebonsawahan Lengkong Batangan Jembangan Mangunlegi IV - 15

71 BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisis hasil pengolahan data model set covering problem Analisis Kriteria Penentuan Titik Alternatif Pemberhertian Mobile Unit Analisis Demand Kriteria yang digunakan dalam penentuan titik alternatif pemberhentian mobile unit adalah demand ( jumlah penduduk yang belum memiliki KTP). Semakin banyak demand suatu calon titik alternatif maka akan semakin besar kemungkinan titik tersebut dijadikan titik alternatif pemberhentian mobile unit. Kecamatan Kecamatan Dukuhseti Tabel 5. 1 Demand Kecamatan Dukuhseti Desa / Kelurahan Demand di Total desa i demand di Bakalan 2160 desa i Ngagel Kenanti Grogolan Dukuhseti Alasdowo Kembang Tegalombo Puncel Banyutowo Dumpil Wedusan Rata-rata total demand dengan total demand terbesar ada pada desa Dukuhseti (17090), Alasdowo (15588) dan Banyutowo (16527). Tiga desa tersebut terpilih sebagai titik alternatif Tabel 5.2 Titik alternatif mobile unit untuk Kecamatan Dukuhseti Provider Telkomsel Indosat Excelcomindo Desa Terpilih Sinyal jumlah penduduk yg terlayani jumlah desa yang tercover Dukuhseti Alasdowo Banyutowo Dukuhseti Alasdowo Banyutowo Dukuhseti Ngagel Dumpil Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa tiga desa pada Kecamatan Dukuhseti V-1

72 pemberhentian mobile unit untuk provider Telkomsel dan Indosat seperti yang telihat pada tabel 5.2. Desa Kembang (2254), Desa Bakalan (2160 dan Desa Tegalombo (1878) tidak terpilih sebagai titik alternatif walaupun memiliki demand desa di atas demand Desa Alasdowo (1784) dan Desa Banyutowo (1127) dikarenakan keempat desa tersebut memiliki total demand dibawah total demand desa Alasdowo dan Desa Banyutowo. Selain itu total demand Desa Tegalombo (11081) dibawah rata-rata total demand Kecamatan Dukuhseti (12356). Diketahui bahwa model set covering memiliki batasan total demand yang menuju ke titik alternatif lebih besar dari dari rata-rata total demand di kecamatan tersebut.hal ini membuktikan bahwa semakin besar total demand disuatu titik maka titik tersebut semakin besar kemungkinan menjadi titik alternatif pemberhentian mobile unit. Hal berbeda terjadi pada provider Excelcomindo yang memilih Desa Ngagel dan Dumpil sebagai titik alternatif walalupun kedua desa tersebut memiliki total demand dibawah total demand desa Banyutowo dan Desa Alasdowo. Hal ini disebabkan pada provider Excelcomindo Desa Banyutowo dan Desa Alasdowo memiliki kekuatan sinyal kurang dari -90 yang berarti kedua desa tersebut tidak dapat terpilih sebagai titik alternatif pemberhentian mobile unit Analisis Jarak Antar Titik Alternatif Pemberhentian Mobile Unit Model Set Covering Problem memiliki fungsi tujuan minimasi jarak tempuh yang harus dilalui oleh demand. Hasil dari perhitungan set covering kriteria jarak diwakili total jarak yang telayani oleh satu titik alternatif pemberhentian mobile unit. Apabila semakin kecil total jarak yang terlayani pada satu titik alternatif, maka titik tersebut semakin besar kemungkinan menjadi titik alternatif pemberhentian mobile unit. Hasil perhitungan set covering problem dengan fungsi tujuan minimasi jarak, menghasilkan titik alternatif pemberhentian mobile unit yang dapat melayani desa lebih banyak dari titik alternatif pemberhentian lain. Semakin banyak desa yang terlayani maka semakin kecil total jarak yang terlayani pada titik alternatif tersebut. Hal ini disebabkan pemberian nilai unlimited ( 99 ) untuk desa yang tidak terlayani. Desa yang tidak terlayani ini identik dengan desa yang tidak dapat ditarik garis lurus pada data from-to chart. V-2

73 Pada pembahasan analisis demand, Kecamatan Trangkil memiliki perbedaan pada titik alternatif terpilih untuk setiap provider. Pada tabel 5.3 provider Telkomsel memilih Desa Karanglegi, Tlutup dan Keryomulyo, provider Indosat memilih Desa Karanglegi, Krandan dan Kertomulyo dan provider Excelcomindo memilih Desa Karanglegi, Tlutup dan Krandan. Provider Telkomsel memilih Desa Tlutup dan provider Indosat memilih Desa Krandan dan provider Excelcomindo memelih kedua desa tersebut. Terdapat kesamaan dari desa-desa terpilih tersebut selain total demand yang diatas rata-rata, yaitu total jarak yang tercover dari desa-desa tersebut adalah total jarak yang terkecil bila dibandingkan desa-desa lainnya pada kecamatan Trangkil. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.5. Desa Karanglegi memiliki total jarak yang tecover sebesar 158,6 km, desa Tlutup memiliki 336,8 km, Desa Kertomulyo memiliki 337,9 km, dan Desa Krandan memiliki 236,6 km. Tabel 5.3 Desa terlayani dan total jarak Kecamatan Trangkil Provider Telkomsel Indosat Excelcomindo Kecamatan Kecamatan Trangkil Desa Terpilih Sinyal jumlah penduduk yg terlayani jumlah desa yang tercover Karanglegi Tlutup Kertomulyo Karanglegi Krandan Kertomulyo Karanglegi Tlutup Krandan Tabel 5.4 Demand Kecamatan Trangkil Desa / Kelurahan Demand di Total desa i demand di Mojoagung 1313 desa i Ketanen Kajar Karangwage Rejoagung Sambilawang Pasucen Tegalharjo Karanglegi Kadilangu Tlutup Krandan Kertomulyo Guyangan Trangkil Asempapan Rata-rata demand V-3

74 Tabel 5.5 Desa terlayani dan total jarak Kecamatan Trangkil Kecamatan Kecamatan Trangkil Analisis Kekuatan Sinyal Desa / Kelurahan Desa yg Total jarak tercover yg tercover Mojoagung ,6 Ketanen ,5 Kajar ,4 Karangwage ,7 Rejoagung 9 723,1 Sambilawang ,1 Pasucen ,5 Tegalharjo ,4 Karanglegi ,6 Kadilangu ,8 Tlutup ,8 Krandan ,6 Kertomulyo ,9 Guyangan ,9 Trangkil ,5 Asempapan ,6 Layanan registrasi kependudukan bergerak menggunakan sistem semionline sehingga membutuhkan sinyal yang baik agar pengiriman data dari mobile unit ke server dapat berjalan lancar. Semakin baik kekuatan sinyal maka semakin baik pula pengiriman datanya. Oleh karena itu, kekuatan sinyal mempengaruhi dalam penentuan titik alternatif pemberhetian mobile unit. Semakin kuat sinyal pada suatu desa, maka desa tersebut semakin baik bila dijadikan titik alternatif pemberhentian mobile unit. Menurut Marc Proulx (2001), skala pengukuran kekuatan sinyal adalah sangat baik apabila berada di kisaran 0 hingga -75 dbm, apabila berada di kisaran -75 hingga -85 dbm maka termasuk baik, dan apabila berada di kisaran -85 hingga -125 dbm, maka dianggap buruk. Dari skala pengukuran ini dibuat grafik perbandingan kekuatan sinyal seluruh titik alternatif pemberhentian mobile unit Kabupaten Pati Tabel 5.6 Perbandingan kekuatan sinyal titik alternatif Kabupaten Pati Telkomsel Indosat Excelcomindo Sangat Baik Baik Buruk V-4

75 Gambar 5.1 Grafik Perbandingan kekuatan sinyal titik alternatif Kabupaten Pati Dari grafik 5.1 terlihat bahwa provider Telkomsel banyak memilih titik alternatif dengan kekuatan sinyal baik dan sangat baik, provider Indosat lebih merata dalam pemilihan titik alternatif, sedangakan provider Excelcomindo lebih banyak memilih titik alternatif dengan kekuatan sinyal buruk dan baik. Hal ini disebabkan oleh kekuatan sinyal masing-masing provider tersebut. Pada tabel 5.8 terlihat bahwa provider Telkomsel memiliki jumlah desa dengan kekuatan sinyal sangat baik sebanyak 204 desa, kekuatan sinyal baik sebanyak 138 desa dan kekuatan sinyal buruk sebanyak 63 desa. Provider Indosat memiliki desan dengan kekuatan sinyal sangat baik sebanyak 185 desa, kekuatan sinyal baik sebanyak 131 desa dan kekuatan sinyal buruk sebanyak 89 desa. Sedangkan provider Excelcomindo memiliki desan dengan kekuatan sinyal sangat baik sebanyak 78 desa, kekuatan sinyal baik sebanyak 139 desa dan kekuatan sinyal buruk sebanyak 188 desa. Bila dilihat dari data tersebut maka wajar provider Telkomsel banyak memilih alternatif dengan kekuatan sinyal baik dan sangat baik. Begitu pula dengan provider Excelcomindo yang lebih banyak memilih titik alternatif dengan kekuatan sinyal buruk dan baik. Tabel 5.7 Perbandingan kekuatan sinyal seluruh desa di Kabupaten Pati Telkomsel Indosat Excelcomindo Sangat Baik Baik Buruk V-5

76 Gambar 5.2 Grafik Perbandingan kekuatan sinyal seluruh desa di Kabupaten Pati V-6

BAB I Pengertian Sistem Informasi Geografis

BAB I Pengertian Sistem Informasi Geografis BAB I KONSEP SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS 1.1. Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Outline presentasi Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) Komponen SIG Pengertian data spasial Format data spasial Sumber

Lebih terperinci

Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki enam kemampuan berikut dalam mengangani data yang bereferensi geografis :

Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki enam kemampuan berikut dalam mengangani data yang bereferensi geografis : 1 PENGENALAN SIG & ArcGIS 1.1 Pengertian SIG Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan

Lebih terperinci

Mendeteksi Kebakaran Hutan Di Indonesia dari Format Data Raster

Mendeteksi Kebakaran Hutan Di Indonesia dari Format Data Raster Tugas kelompok Pengindraan jauh Mendeteksi Kebakaran Hutan Di Indonesia dari Format Data Raster Oleh Fitri Aini 0910952076 Fadilla Zennifa 0910951006 Winda Alvin 1010953048 Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DENGAN METODE SWOT ANALYSIS DI KOPERASI TIGA JAYA MANDIRI SURAKARTA

PERANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DENGAN METODE SWOT ANALYSIS DI KOPERASI TIGA JAYA MANDIRI SURAKARTA PERANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DENGAN METODE SWOT ANALYSIS DI KOPERASI TIGA JAYA MANDIRI SURAKARTA Skripsi WIDY PRATAMI 10304074 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

Modul Praktikum Geographic Information System 1. Oleh Team Asisten

Modul Praktikum Geographic Information System 1. Oleh Team Asisten Modul Praktikum Geographic Information System 1 Oleh Team Asisten Laboratorium Sistem Informasi Laboratorium Sistem Informasi Jurusan Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Padang 2014 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc www.pelagis.net 1 Materi Apa itu GPS? Prinsip dasar Penentuan Posisi dengan GPS Penggunaan GPS Sistem GPS Metoda Penentuan Posisi dengan GPS Sumber Kesalahan

Lebih terperinci

Bab 10 Global Positioning System (GPS)

Bab 10 Global Positioning System (GPS) Bab 10 Global Positioning System (GPS) 10.1 Metode Penentuan Posisi Dengan GPS sistem navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang dikelola oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS dapat

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 Sistem Informasi Geografis Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 5 Cara Memperoleh Data / Informasi Geografis 1. Survei lapangan Pengukuran fisik (land marks), pengambilan sampel (polusi air), pengumpulan

Lebih terperinci

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM UU no. 4 Tahun 2011 tentang INFORMASI GEOSPASIAL Istilah PETA --- Informasi Geospasial Data Geospasial :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis adalah bahagian dari pada sistem informasi yang diaplikasikan untuk data geografi atau alat database untuk analisis

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Ketelitian data Global Positioning Systems (GPS) dapat

Lebih terperinci

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut:

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut: Bab IV ANALISIS Analisis dilakukan terhadap hasil revisi dari Permendagri no 1 tahun 2006 beserta lampirannya berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan Geodesi, adapun analalisis yang diberikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS PENENTUAN POSISI DENGAN GPS Disampaikan Dalam Acara Workshop Geospasial Untuk Guru Oleh Ir.Endang,M.Pd, Widyaiswara BIG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Jln. Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong, Bogor 16911

Lebih terperinci

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG Winardi Puslit Oseanografi - LIPI Sekilas GPS dan Kegunaannya GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan sistem untuk menentukan

Lebih terperinci

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA 1. SISTIM GPS 2. PENGANTAR TANTANG PETA 3. PENGGUNAAN GPS SISTIM GPS GPS Apakah itu? Dikembangkan oleh DEPHAN A.S. yang boleh dimanfaatkan

Lebih terperinci

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA Oleh : Winardi & Abdullah S.

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA Oleh : Winardi & Abdullah S. Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) (Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang) Jl. Raden Saleh, 43 jakarta 10330 Phone : 62.021.3143080 Fax. 62.021.327958 E-mail : Coremap@indosat.net.id

Lebih terperinci

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA SISTIM GPS SISTEM KOORDINAT PENGGUNAAN GPS SISTIM GPS GPS Apakah itu? Singkatan : Global Positioning System Dikembangkan oleh DEPHAN A.S. yang

Lebih terperinci

BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT UNTUK DKI JAKARTA. Hasanuddin Z. Abidin

BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT UNTUK DKI JAKARTA. Hasanuddin Z. Abidin BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT UNTUK DKI JAKARTA Hasanuddin Z. Abidin Jurusan Teknik Geodesi, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 e-mail : hzabidin@gd.itb.ac.id

Lebih terperinci

By. Y. Morsa Said RAMBE

By. Y. Morsa Said RAMBE By. Y. Morsa Said RAMBE Sistem Koordinat Sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinatkoordinat yang bersangkutan merepresentasikan titik-titik. Jenis sistem koordinat:

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 Sistem Koordinat Parameter SistemKoordinat Koordinat Kartesian Koordinat Polar Sistem Koordinat

Lebih terperinci

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) TEKNIS PENGUKURAN DAN PEMETAAN KOTA Surabaya, 9 24 Agustus 2004 Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT

Lebih terperinci

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84? Nama : Muhamad Aidil Fitriyadi NPM : 150210070005 Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84? Jenis proyeksi yang sering di gunakan di Indonesia adalah WGS-84 (World Geodetic System) dan UTM (Universal

Lebih terperinci

Nur Meita Indah Mufidah

Nur Meita Indah Mufidah Pengantar GIS (Gographical Information System) Nur Meita Indah Mufidah Meita153@gmail.com Lisensi Dokumen: Copyright 2003-2006 IlmuKomputer.Com Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut. Berkembangnya teknologi informasi dan komputer

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut. Berkembangnya teknologi informasi dan komputer BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekembangan teknologi informasi dan komputer yang sangat pesat dewasa ini semakin luas. Komputer merupakan alat bantu yang memberikan kemudahan bagi manusia untuk

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 Sistem Koordinat Parameter SistemKoordinat Koordinat Kartesian Koordinat Polar Sistem Koordinat Geosentrik Sistem Koordinat Toposentrik Sistem Koordinat

Lebih terperinci

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut: Bab II TEORI DASAR 2.1 Batas Daerah A. Konsep Batas Daerah batas daerah adalah garis pemisah wilayah penyelenggaraan kewenangan suatu daerah dengan daerah lain. Batas daerah administrasi adalah wilayah

Lebih terperinci

K NSEP E P D A D SA S R

K NSEP E P D A D SA S R Mata Kuliah : Sistem Informasi Geografis (SIG) Perikanan. Kode MK : M10A.125 SKS :2 (1-1) KONSEP DASAR DATA GEOSPASIAL OLEH SYAWALUDIN A. HRP, SPi, MSc SISTEM KOORDINAT DATA SPASIAL SUB POKOK BAHASAN 1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian ini. Proses persiapan data ini berpengaruh pada hasil akhir penelitian. Persiapan yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

PURWARUPA SISTEM INFORMASI KADASTER 3D BERBASIS WEB (STUDI KASUS : RUMAH SUSUN PENJARINGAN SARI, KOTA SURABAYA)

PURWARUPA SISTEM INFORMASI KADASTER 3D BERBASIS WEB (STUDI KASUS : RUMAH SUSUN PENJARINGAN SARI, KOTA SURABAYA) Purwarupa Sistem Informasi Kadaster 3D Berbasis Web (Studi Kasus : Rumah Susun Penjaringan Sari, Kota Surabaya) PURWARUPA SISTEM INFORMASI KADASTER 3D BERBASIS WEB (STUDI KASUS : RUMAH SUSUN PENJARINGAN

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BENANG DI PERUSAHAAN TEKSTIL PT.XYZ DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

PEMILIHAN SUPPLIER BENANG DI PERUSAHAAN TEKSTIL PT.XYZ DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PEMILIHAN SUPPLIER BENANG DI PERUSAHAAN TEKSTIL PT.XYZ DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BRIHASPATI YOGARUDHA I 0308034

Lebih terperinci

TUGAS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI PADA DIREKTORAT PENATAGUNAAN TANAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

TUGAS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI PADA DIREKTORAT PENATAGUNAAN TANAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL TUGAS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI PADA DIREKTORAT PENATAGUNAAN TANAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen (SIM) Dosen : Dr. Ir. Arif Imam

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT 2 DIMENSI DISUSUN OLEH : HERA RATNAWATI 16/395027/TK/44319

MAKALAH SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT 2 DIMENSI DISUSUN OLEH : HERA RATNAWATI 16/395027/TK/44319 MAKALAH SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT DIMENSI DISUSUN OLEH : HERA RATNAWATI 16/9507/TK/19 DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 017 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Prinsip Kerja GPS (Sumber :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Prinsip Kerja GPS (Sumber : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi GPS GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat dengan bantuan penyelarasan

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI DENGAN NATURAL AREA CODING SYSTEM (NAC)

PENENTUAN LOKASI DENGAN NATURAL AREA CODING SYSTEM (NAC) PENENTUAN LOKASI DENGAN NATURAL AREA CODING SYSTEM (NAC) NIA HAERANI Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Penentuan suatu lokasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA Disusun Oleh : Widya Lestafuri K3513074 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota. Adipandang Yudono 13

Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota. Adipandang Yudono 13 Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota Adipandang Yudono 13 Definisi Peta Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di

Lebih terperinci

PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA

PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA Proyeksi Peta dan Skala Peta 1. Pengertian Proyeksi peta ialah cara pemindahan lintang/ bujur yang terdapat pada lengkung permukaan bumi ke bidang datar. Ada beberapa ketentuan

Lebih terperinci

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*) URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI Oleh: Nanin Trianawati Sugito*) Abstrak Daerah (propinsi, kabupaten, dan kota) mempunyai wewenang yang relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gambar situasi adalah gambaran wilayah atau lokasi suatu kegiatan dalam bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan atribut (Basuki,

Lebih terperinci

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016 Model Data pada SIG Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 1 Materi Sumber data spasial Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PETA 2.1.1. Pengertian peta Peta merupakan suatu representasi konvensional (miniatur) dari unsur-unsur (fatures) fisik (alamiah dan buatan manusia) dari sebagian atau keseluruhan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Populasi Penduduk 2.2 Basis Data

BAB II DASAR TEORI 2.1 Populasi Penduduk 2.2 Basis Data BAB II DASAR TEORI 2.1 Populasi Penduduk Populasi adalah sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel; sekumpulan yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

KARINA MURYASTUTI I

KARINA MURYASTUTI I EVALUASI PENENTUAN KRITERIA DAN SUBKRITERIA SERTA PEMBOBOTAN PENILAIAN TAHAP DESK EVALUASI PROPOSAL PENELITIAN PNBP LPPM UNS DENGAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) Skripsi KARINA MURYASTUTI I0312039

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data batimetri semakin meningkat seiring dengan kegunaan data tersebut untuk berbagai aplikasi, seperti perencanaan konstruksi lepas pantai, aplikasi

Lebih terperinci

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE LAPORAN PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID SYUHADA PERUMAHAN BEJI PERMAI, DEPOK PT. Mahakarya Geo Survey DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR GAMBAR... 2 DAFTAR TABEL... 2 1. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi GPS (Global Positioning System) Global positioning system merupakan metode penentuan posisi ekstra-teristris yang menggunakan satelit GPS sebagai target pengukuran. Metode ini dinamakan penentuan posisi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 25/PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PROSEDUR

Lebih terperinci

PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNS UNTUK MENDUKUNG PROGRAM GREEN CAMPUS

PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNS UNTUK MENDUKUNG PROGRAM GREEN CAMPUS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNS UNTUK MENDUKUNG PROGRAM GREEN CAMPUS MODA TRANSPORTATION CHOICE OF ENGINEERING FACULTY UNS STUDENT TO SUPPORT GREEN CAMPUS PROGRAM Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel)

Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel) Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel) Merupakan satuan perbedaan (atau Rasio) antara kekuatan daya pancar signal. Penamaannya juga untuk mengenang Alexander Graham Bell (makanya

Lebih terperinci

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan Pengumpulan dan Integrasi Data Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengetahui sumber data dari GIS dan non GIS data Mengetahui bagaimana memperoleh data raster dan vektor Mengetahui

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT RISIKO POSTUR KERJA OPERATOR BATIK CAP MENGGUNAKAN QUICK EXPOSURE CHECKLIST DAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT

ANALISIS TINGKAT RISIKO POSTUR KERJA OPERATOR BATIK CAP MENGGUNAKAN QUICK EXPOSURE CHECKLIST DAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT ANALISIS TINGKAT RISIKO POSTUR KERJA OPERATOR BATIK CAP MENGGUNAKAN QUICK EXPOSURE CHECKLIST DAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (Studi kasus : Batik Vania Solo) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengolahan Data Data GPS yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah hasil pengukuran secara kontinyu selama 2 bulan, yang dimulai sejak bulan Oktober 2006 sampai November 2006

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

- Sumber dan Akuisisi Data - Global Positioning System (GPS) - Tahapan Kerja dalam SIG

- Sumber dan Akuisisi Data - Global Positioning System (GPS) - Tahapan Kerja dalam SIG Matakuliah Sistem Informasi Geografis (SIG) Oleh: Ardiansyah, S.Si GIS & Remote Sensing Research Center Syiah Kuala University, Banda Aceh Session_03 March 11, 2013 - Sumber dan Akuisisi Data - Global

Lebih terperinci

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b... PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL I. UMUM Sehubungan

Lebih terperinci

Bab ini memperkenalkan mengenai proyeksi silinder secara umum dan macam proyeksi silinder yang dipakai di Indonesia.

Bab ini memperkenalkan mengenai proyeksi silinder secara umum dan macam proyeksi silinder yang dipakai di Indonesia. BAB 7 PENDAHULUAN Diskripsi singkat : Proyeksi Silinder bila bidang proyeksinya adalah silinder, artinya semua titik di atas permukaan bumi diproyeksikan pada bidang silinder yang kemudian didatarkan.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING APLIKASI GIS UNTUK PEMBUATAN PETA INDIKATIF BATAS KAWASAN DAN WILAYAH ADMINISTRASI DIREKTORAT PENGUKURAN DASAR DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

SUMBER DATA GIS SUMBER DATA GPS PENGENALAN GPS KONVEKSI DATA DARI GPS KE GIS ENTRY MANUAL DATA EXCEL SATRIA WIRA BUANA

SUMBER DATA GIS SUMBER DATA GPS PENGENALAN GPS KONVEKSI DATA DARI GPS KE GIS ENTRY MANUAL DATA EXCEL SATRIA WIRA BUANA SUMBER DATA GIS SUMBER DATA GPS PENGENALAN GPS KONVEKSI DATA DARI GPS KE GIS ENTRY MANUAL DATA EXCEL SATRIA WIRA BUANA 2015.28.0006 SUMBER DATA GIS Sistem informasi geografis adalah suatu sistem yang terdiri

Lebih terperinci

SIG DAN AHP UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERENCANAAN WILAYAH INDUSTRI DAN PEMUKIMAN KOTA MEDAN SKRIPSI MUHAMMAD HANAFI

SIG DAN AHP UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERENCANAAN WILAYAH INDUSTRI DAN PEMUKIMAN KOTA MEDAN SKRIPSI MUHAMMAD HANAFI SIG DAN AHP UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERENCANAAN WILAYAH INDUSTRI DAN PEMUKIMAN KOTA MEDAN SKRIPSI MUHAMMAD HANAFI 071401008 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

REKONSTRUKSI/RESTORASI REKONSTRUKSI/RESTORASI. Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA. 1. Rekonstruksi (Destripe) SLC (Scan Line Corrector) off

REKONSTRUKSI/RESTORASI REKONSTRUKSI/RESTORASI. Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA. 1. Rekonstruksi (Destripe) SLC (Scan Line Corrector) off Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA REKONSTRUKSI/KOREKSI Rekonstruksi/Restorasi Koreksi geometri Mosaik Koreksi radiometri/koreksi topografi TRANSFORMASI Penajaman citra Transformasi spasial/geometri : merubah

Lebih terperinci

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis Pendahuluan Data yang mengendalikan SIG adalah data spasial. Setiap fungsionalitasyang g membuat SIG dibedakan dari lingkungan analisis lainnya adalah karena berakar pada keaslian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah memiliki arti penting bagi kelangsungan hidup manusia, baik sebagai faktor produksi dan barang konsumsi maupun sebagai ruang ( space ) tempat melakukan kegiatan.

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA OPERATOR DI PABRIK

ANALISIS POSTUR KERJA OPERATOR DI PABRIK ANALISIS POSTUR KERJA OPERATOR DI PABRIK GENTING TANAH LIAT MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST DAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (Studi Kasus: Pabrik Genting Super Mantili) Skripsi Nandiwardhana

Lebih terperinci

Proyeksi Peta. Tujuan

Proyeksi Peta. Tujuan Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Setelah menyelesaikan bab ini, anda diharapkan dapat: Memahami tentang bentuk permukaan bumi Memahami proyeksi dari peta bumi (3D) ke peta topografi

Lebih terperinci

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 51 BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 5.1 Data Airborne LIDAR Data yang dihasilkan dari suatu survey airborne LIDAR dapat dibagi menjadi tiga karena terdapat tiga instrumen yang bekerja secara

Lebih terperinci

Adipandang YUDONO

Adipandang YUDONO Pengenalan Kartografi Adipandang YUDONO 11 E-mail: adipandang@yahoo.com Outline Apa itu Kartografi? Peta Definisi Peta Hakekat Peta Syarat-syarat yang dikatakan peta Fungsi peta Klasifikasi peta Simbol-simbol

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA II TRANSFORMASI PROYEKSI DAN DIGITASI ON SCREEN

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA II TRANSFORMASI PROYEKSI DAN DIGITASI ON SCREEN LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA II TRANSFORMASI PROYEKSI DAN DIGITASI ON SCREEN Disusun oleh : NAMA : NUR SIDIK NIM : 11405244001 HARI : Kamis, 13 MARET 2014 JAM : 08.00 10.00 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS

Lebih terperinci

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data by: Ahmad Syauqi Ahsan Data pada SIG Mendapatkan data adalah bagian yang sangat penting pada setiap proyek SIG Yang harus diketahui: Tipe-tipe data yang dapat

Lebih terperinci

Home : tedyagungc.wordpress.com

Home : tedyagungc.wordpress.com Email : tedyagungc@gmail.com Home : tedyagungc.wordpress.com Subagyo 2003, Permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik

Lebih terperinci

MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA

MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA Edisi : I Tahun 2003 KERJASAMA ANTARA DEPARTEMEN DALAM NEGERI DENGAN BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAAN NASIONAL Cibogo, April 2003 MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA Oleh:

Lebih terperinci

PEMETAAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN ( STUDI KASUS BUNDARAN WARU ) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS AKHIR

PEMETAAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN ( STUDI KASUS BUNDARAN WARU ) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS AKHIR PEMETAAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN ( STUDI KASUS BUNDARAN WARU ) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL JENIS DAN TARIF ATAS JENIS

Lebih terperinci

Modul 13. Proyeksi Peta MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN. Modul Pengertian Proyeksi Peta

Modul 13. Proyeksi Peta MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN. Modul Pengertian Proyeksi Peta MODUL KULIAH Modul 13-1 Modul 13 Proyeksi Peta 13.1 Pengertian Proyeksi Peta Persoalan ditemui dalam upaya menggambarkan garis yang nampak lurus pada muka lengkungan bumi ke bidang datar peta. Bila cakupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi menggunakan wahana satelit. Sistem yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca ini,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, wwwbpkpgoid PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 27 TENTANG JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENGUKURAN KECEPATAN OBYEK DENGAN PENGOLAAN CITRA MENGGUNAKAN METODE THRESHOLDING SKRIPSI. Disusun Oleh : Hery Pramono NPM.

PENGUKURAN KECEPATAN OBYEK DENGAN PENGOLAAN CITRA MENGGUNAKAN METODE THRESHOLDING SKRIPSI. Disusun Oleh : Hery Pramono NPM. PENGUKURAN KECEPATAN OBYEK DENGAN PENGOLAAN CITRA MENGGUNAKAN METODE THRESHOLDING SKRIPSI Disusun Oleh : Hery Pramono NPM. 0434010389 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGONTROLAN KUALITAS LAYANAN AGEN KARTU SELULER PRABAYAR TERTENTU PADA CALL CENTER SURABAYA DENGAN DIAGRAM KONTROL D 2 (MAHALANOBIS DISTANCE)

PENGONTROLAN KUALITAS LAYANAN AGEN KARTU SELULER PRABAYAR TERTENTU PADA CALL CENTER SURABAYA DENGAN DIAGRAM KONTROL D 2 (MAHALANOBIS DISTANCE) TUGAS AKHIR ST 1325 PENGONTROLAN KUALITAS LAYANAN AGEN KARTU SELULER PRABAYAR TERTENTU PADA CALL CENTER SURABAYA DENGAN DIAGRAM KONTROL D 2 (MAHALANOBIS DISTANCE) RISMA ERNITA NRP 1305 100 043 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 3 PROSES REALISASI PENETAPAN BATAS LAUT (ZONA EKONOMI EKSKLUSIF) INDONESIA DAN PALAU DI SAMUDERA PASIFIK

BAB 3 PROSES REALISASI PENETAPAN BATAS LAUT (ZONA EKONOMI EKSKLUSIF) INDONESIA DAN PALAU DI SAMUDERA PASIFIK BAB 3 PROSES REALISASI PENETAPAN BATAS LAUT (ZONA EKONOMI EKSKLUSIF) INDONESIA DAN PALAU DI SAMUDERA PASIFIK Batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah penetapan batas laut yang lebih tepatnya Zona Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penduduk adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negeri, pulau, dan sebagainya) (KBBI, 2015). Penduduk pada suatu daerah tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Pendataan dengan menggunakan Sistem Manajemen dan Informasi Objek Pajak dilaksanakan mulai tahun 1993 sampai dengan saat ini. Dengan sistem ini pendataan dilakukan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3 1. Data spasial merupakan data grafis yang mengidentifikasi kenampakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG JENIS DAN ATAS YANG BERLAKU PADA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) III. 1 GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Global Positioning System atau GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit [Abidin, 2007]. Nama

Lebih terperinci

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri

Lebih terperinci

APLIKASI MENGUBAH POLARISASI FRAME GAMBAR 2 DIMENSI MENJADI 3 DIMENSI

APLIKASI MENGUBAH POLARISASI FRAME GAMBAR 2 DIMENSI MENJADI 3 DIMENSI APLIKASI MENGUBAH POLARISASI FRAME GAMBAR 2 DIMENSI MENJADI 3 DIMENSI ABDUL ARDI 41507110115 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2014 APLIKASI MENGUBAH

Lebih terperinci