BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah memiliki arti penting bagi kelangsungan hidup manusia, baik sebagai faktor produksi dan barang konsumsi maupun sebagai ruang ( space ) tempat melakukan kegiatan. Penggunaan dan pemanfaatan tanah di muka bumi ini mengalami perubahan yang relatif cepat, akibat pembangunan dan pertumbuhan manusia yang semakin meningkat, sedangkan tanah yang tersedia relatif tetap. Kebutuhan data penggunaan dan pemanfaatan tanah kini semakin diperlukan seiring dengan laju pesat pembangunan. Terkait dengan keruangan, tanah merupakan komponen ruang tempat berbagai kegiatan kehidupan manusia yang mendasar berlangsung, yang sering menimbulkan berbagai konflik penggunaan tanah. Salah satu contoh adalah penggunaan tanah yang tidak tepat di kawasan lindung menyebabkan adanya peningkatan intensitas dan sebaran banjir dan longsor pada musim hujan, sebaliknya terjadi kekeringan yang parah pada musim kemarau. Pada Lokasi perkotaan muncul permukiman tanpa kendali menimbulkan kantong kantong wilayah kumuh yang minim sanitasi dan fasilitas kebersihan. Di samping itu terjadi juga ketimpangan sosial sebagai akibat perencanaan pembangunan yang kurang tepat. Peta penggunaan dan pemanfaatan tanah mempunyai berbagai manfaat baik untuk kalangan pemerintahan maupun masyarakat. Informasi pada peta penggunaan dan pemanfaatan tanah dapat digunakan sebagai analisis perkembangan dan pembangunan wilayah. Selain itu, peta tersebut dapat digunakan sebagai kontrol laju pembangunan wilayah agar keseimbangan alam maupun ekonomi tetap terjaga, contohnya pergantian penggunaan tanah dari sawah menjadi perumahan, hutan menjadi kawasan pertambangan, dan sebagainya. Laju pembangunan di Kota Yogyakarta sangat pesat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya perubahan status penggunaan dan pemanfaatan tanah. Oleh karena itu, diperlukan peta tematik penggunaan dan pemanfaatan tanah Kota Yogyakarta. 1

2 2 I.2. Lingkup Kegiatan Agar tidak menyimpang dari permasalahan dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka lingkup kegiatan pada skripsi ini sebagai berikut : 1. Obyek kegiatan dibatasi pada perubahan penggunaan sawah, tegalan, perumahan, dan pemanfaatan akan tanah tersebut. 2. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi lapangan, dan data yang diperoleh dari lembaga yang terkait. 3. Analisis penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan membandingkan hasil interpretasi citra satelit IKONOS resolusi empat meter dengan hasil survey lapangan. I.3. Tujuan Berdasarkan dari latar belakang yang tertera di atas, maka tujuan dari kegiatan ini adalah: 1. Menyajikan informasi persebaran, keberadaan, penggunaan tanah dan pemanfaatan tanah di Kota Yogyakarta. 2. Pembaharuan peta penggunaan dan pemanfaatan tanah Kota Yogyakarta. I.4. Manfaat Pelaksanaan kegiatan ini diharapkan dapat memberi manfaat seperti yang tertera di bawah ini: 1. Memberikan informasi perkembangan pembangunan di Kota Yogyakarta. 2. Sebagai kontrol pembangunan di Kota Yogyakarta. I.5. Landasan Teori I.5.1. Peta Tematik Penggunaan Tanah Peta tematik adalah peta yang isinya mengutamakan penggambaran obyek tertentu (Prihandito, 2000). Peta tematik disebut juga peta khusus, yaitu peta dengan obyek khusus. Contoh peta tematik antara lain peta kadastral (batas kepemilikan), peta zona (peta rancangan legal penggunaan tanah), peta penggunaan tanah, peta kepadatan penduduk, peta kelerengan, peta geologi, peta curah hujan dan peta produktivitas pertanian.

3 3 Pemilihan sumber data peta tematik disesuaikan dengan maksud dan tujuan pembuatan peta. Sumber data yang digunakan pada pemetaan yaitu pengamatan langsung di lapangan, penginderaan jauh dan peta yang sudah ada (base map). Peta tematik penggunaan tanah adalah salah satu jenis peta tematik yang memperlihatkan informasi secara kualitatif dan kuantitatif dari bentuk-bentuk penggunaan tanah saat ini dalam hubungannya dengan unsur-unsur topografi (Sudiarto, 1994). Jenis penggunaan tanah yang ditampilkan antara lain perumahan, pertanian, industri, jalan, sungai, dan sebagainya. I.5.2. Penggunaan Tanah Kota Yogyakarta merupakan salah satu daerah padat penduduk dengan beragam aktifitas yang dilakukan oleh penduduk setempat. Oleh karena itu penggunaan tanah yang ada cukup beragam. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 1 Tahun 1997, klasifikasi penggunaan tanah di daerah perkotaan dapat dibedakan menjadi (Ritohardoyo, 2002) : 1. Tanah Perumahan Tanah perumahan merupakan persil-persil tanah yang digunakan untuk perumahan yang difungsikan sebagai rumah tinggal atau tempat hunian beserta dengan sarana lingkungan yang dibutuhkan. 2. Tanah Perusahaan Tanah perusahaan yaitu bidang tanah yang digunakan oleh negara, swasta maupun suatu badan hukum untuk kegiatan komersil dan transaksi jual beli barang dan jasa. Contoh dari penggunaan tanah perusahaan ini diantaranya yaitu pembangunan hotel, bank, kantor swasta, dan lain-lain. 3. Tanah Industri Tanah industri yaitu tanah yang digunakan oleh suatu badan hukum, badan usaha milik swasta, maupun badan usaha milik negara sebagai tempat untuk kegiatan komersil, produksi, perakitan, dan maintenance. Misalnya penggunaan tanah untuk percetakan, perakitan kendaraaan, pembuatan barang, dan lain-lain.

4 4 4. Tanah Jasa Tanah jasa merupakan suatu bidang tanah yang digunakan oleh organisasi masyarakat, pemerintah atau swasta yang dipergunakan untuk kegiatan sosial dan non komersial. Contohnya untuk pembangunan rumah sakit, puskesmas, apotek,dan lain-lain. 5. Tanah Tidak Ada Bangunan Tanah ini merupakan tanah yang tidak ada atau belum digunakan untuk pembangunan di perkotaan. 6. Tanah Terbuka Tanah terbuka yaitu bidang tanah yang tidak digunakan untuk bangunan dan digunakan untuk taman terbuka atau tanaman. 7. Tanah Non-Urban Tanah non-urban yaitu tanah di wilayah perkotaan yang digunakan untuk pertanian dalam artian yang luas. Misalnya tanah tersebut digunakan sebagai persawahan, tegalan, kebun, dan sebagainya. Survei dan pemetaan penggunaan tanah dimaksudkan untuk memperoleh data dari berbagai jenis tutupan tanah baik yang merupakan bentukan alami maupun buatan manusia (BPN, 2012). I.5.3. Pemanfaatan Tanah Pemanfaatan tanah adalah pemanfaatan atas suatu penggunaan tanah tanpa merubah wujud fisik seluruhnya dengan maksud untuk memperoleh nilai lebih atas penggunaan tanahnya (BPN, 2012). Survei dan pemetaan pemanfaatan tanah dilakukan untuk memperoleh data mengenai nilai tambah dari suatu penggunaan tanah tanpa merubah wujud fisik penggunaan tanahnya. Misalnya sebuah lapangan yang digunakan sebagai tempat pasar malam memiliki bentuk pemanfaatan berupa jasa perdagangan. Definisi dari klasifikasi penggunaan tanah dan pemanfaatannya, kriterianya adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2004) : 1. Pemanfaatan Tanah untuk kegiatan ekonomi dan/atau pemanfaatan tanah untuk kegiatan sosial, yaitu :

5 5 a. Pemanfaatan tanah untuk produksi pertanian seperti pertanian tanah basah, pertanian tanah kering, peternakan dan/atau perikanan. b. Pemanfaatan tanah untuk produksi non pertanian seperti kerajinan dan/atau lainnya. c. Pemanfaatan tanah untuk jasa pendidikan seperti pendidikan formal dan non formal yang dimiliki pemerintah atau pun swasta. d. Pemanfaatan tanah untuk jasa kesehatan seperti rumah sakit, klinik atau pun jasa kesehatan lainnya yang dimiliki pemerintah atau pun swasta. e. Pemanfaatan tanah untuk jasa perdagangan seperti transaksi jual beli barang atau jasa dan/atau keduanya, tukar menukar dan lainnya yang dilakukan pasar, toko, warung, minimarket, supermarket, dan sebagainya. f. Pemanfaatan tanah untuk jasa hiburan adalah berbagai jenis hiburan yang dilakukan di suatu tempat seperti pertunjukan musik, film, berupa permainan dan/atau tempat wisata. g. Pemanfaatan tanah untuk jasa olahraga seperti tempat/sarana untuk olah raga seperti GOR, tempat fitness, lapangan olah raga, dan/atau fasilitas olah raga lainnya. h. Pemanfaatan tanah untuk jasa lainnya. i. Pemanfaatan tanah untuk sosial peribadatan seperti masjid, gereja, pura, vihara, dan klenteng. j. Pemanfaatan tanah untuk sosial pendidikan, sama halnya dengan jasa pendidikan tetapi tidak berorientasi keuntungan. k. Pemanfaatan tanah untuk sosial kesehatan seperti sama halnya dengan jasa kesehatan tetapi tidak berorientasi keuntungan. 2. Pemanfaatan tanah untuk kegiatan ekonomi, yaitu : a. Pemanfaatan bidang produksi (produksi pertanian : produksi pertanian, dan/atau produksi non pertanian) b. Pemanfaatan bidang jasa (jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa perdagangan, jasa hiburan, jasa olahraga dan/atau jasa lainnya).

6 6 I.5.4. Pemutakhiran Peta Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah Peta tematik pertanahan belum memberikan informasi yang lengkap karena belum dikelola dengan baik dan terintegrasi. Hal tersebut membuat Badan Pertanahan Nasional (BPN) membuat rencana strategis yaitu Rencana Strategis BPN- RI Rencana Strategis tersebut adalah stimulasi, dinamisasi, dan memfasilitasi terselenggaranya survei dan pemetaan tanah secara cepat, modern, dan lengkap. Pemutakhiran merupakan kegiatan pembaharuan data maupun informasi dari yang sebelumnya. Peta penggunaan dan pemanfaatan tanah perlu diperbaharui agar informasi yang terkandung dalam peta selalu up to date. Status penggunaan dan pemanfaatan tanah diperbaharui dengan melakukan survei lapangan. Pada survei tersebut dilakukan pengecekan obyek survei, baik yang berubah maupun tidak. Contohnya, sawah berubah penggunaan menjadi perumahan, dan lain-lain. Data survei tersebut menjadi bahan untuk memperbaharui peta penggunaan dan pemanfaatan tanah yang lama. I.5.5. Proyeksi Peta Proyeksi peta adalah metode penyajian permukaan bumi pada suatu bidang datar dari koordinat geografis pada bola atau koordinat geodetis pada elipsoid. Permukaan bumi fisis tidak teratur, sehingga dipilih suatu bidang yang teratur yang mendekati bidang fisis bumi, yaitu bidang elipsoid. Bidang tersebut merupakan suatu bidang lengkung yang dapat digunakan sebagai bidang referensi hitungan untuk menyatakan posisi titik-titik di atas permukaan bumi dalam suatu sistem koordinat geodetis, yaitu lintang (φ) dan bujur (λ) (Prihandito, 2010). Peta merupakan gambar permukaan bumi pada bidang datar dalam ukuran yang lebih kecil. Dalam hal ini posisi titik-titik pada peta ditentukan terhadap sistem siku-siku x dan y, sedang posisi titik-titik pada muka bumi ditentukan oleh lintang dan bujur (φ dan λ). Di dalam konstruksi suatu proyeksi peta, bumi biasanya digambarkan sebagai bola (dengan jari-jari R = 6370,283 km). Dalam hal ini volume ellipsoid sama dengan volume bola. Bidang bola inilah yang nantinya akan diambil sebagai bentuk matematis dari permukaan bumi untuk mempermudah dalam perhitungan.

7 7 Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk menggambarkan sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu dilakukan langkah-langkah agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat didatarkan dan distorsinya dapat terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke bidang datar. Secara umum, proyeksi peta merupakan suatu fungsi yang merelasikan koordinat titik-titik yang terletak di atas permukaan suatu kurva (biasanya berupa elipsoid atau bola) ke koordinat titik-titik yang terletak di atas bidang datar. Metode proyeksi peta bertujuan untuk memindahkan pola-pola atau unsur-unsur yang terdapat di atas suatu permukaan ke permukaan yang lain dengan menggunakan rumus-rumus matematis tertentu sehingga tercapai kondisi yang diinginkan. Di bidang geodesi (pemetaan), secara khusus proyeksi peta bertujuan untuk memindahkan unsur-unsur titik, garis, dan sudut dari permukaan bumi (elipsoid) ke bidang datar dengan menggunakan rumus-rumus proyeksi peta sehingga tercapai kondisi yang diinginkan. Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan rangkaian proyeksi transverse mercator global dimana bumi dibagi menjadi 60 zona. Setiap zona memiliki ukuran 6 0 x 6 0. Ciri-ciri sistem proyeksi UTM adalah: 1. Bidang proyeksi silinder 2. Bersifat konform (sama bentuk) 3. Proyeksi transversal, sumbu simetri tegak lurus sumbu bumi 4. Tangent, bola bumi bersinggungan dengan bidang proyeksi Trasnverse Mercator 3 0 (TM3 0 ) merupakan sistem proyeksi yang digunakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). Proyeksi TM3 0 memiliki ciri-ciri yang sama dengan sistem proyeksi UTM. Akan tetapi, ukuran setiap zona pada sistem proyeksi ini adalah 3 0 x 3 0. I.5.6. Transformasi Koordinat I Transformasi koordinat adalah mengubah koordinat titik dari suatu sistem koordinat tertentu menjadi sistem koordinat lainnya dengan aturan tertentu. Untuk mencegah kesalahan interpretasi terhadap koordinat-koordinat yang digunakan, jenis sistem koordinat suatu peta harus disamakan dengan jenis sistem koordinat yang

8 8 menjadi peta dasarnya. Dengan demikian, diperlukan transformasi koordinat dari suatu sistem proyeksi ke sistem proyeksi peta yang lain. I Transformasi koordinat TM3º ke koordinat UTM. Untuk mengubah dari sistem proyeksi TM3 ke sistem proyeksi UTM, harus dikonversikan atau ditransformasikan koordinatnya ke dalam koordinat geodetis (φ,λ) terlebih dahulu, kemudian dikonversikan kembali ke Proyeksi UTM (Muryamto, 1999). Konversi koordinat proyeksi TM 3 (X,Y) ke dalam Koordinat Geodetik (φ,λ). tersebut diilustrasikan pada Gambar I.1. Sistem Proyeksi TM3 (X,Y) Sistem Koordinat Geodetis (φ,λ) Sistem Proyeksi UTM ) Gambar I.1. Diagram urutan transformasi dari TM3º ke UTM Koordinat titik pada proyeksi TM 3 (X,Y), dihitung dari koordinat geodetik (φ,λ). Hubungan koordinat proyeksi dengan koordinat geodetik digambarkan pada gambar Gambar I.2. Gambar I.2. Konversi koordinat proyeksi TM 3 ke koordinat geodetik (Prihandito, 2010)

9 9 I.5.7. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya (Prahasta, 2001). Menurut Aronoff (1989), SIG mempunyai empat komponen dasar sebagai berikut: 1. Data masukan. Komponen data masukan mengubah data dari keadaannya semula kesalah satu bentuk yang dapat digunakan oleh SIG. Data yang dimasukan dalam SIG mempunyai dua tipe, yaitu data spasial dan data atribut. a. Data Spasial. Data spasial adalah data berupa peta atau gambar lainnya yang menyajikan informasi aspek keruangan yang tersusun dalam bentuk titik (point), garis (line), ataupun luasan (poligon). b. Data Non-Spasial atau Data Atribut. Data non-spasial adalah data yang umumnya bersifat tabular yang menyajikan informasi atau keterangan/atribut pada setiap kenampakan dari data spasial (titik, garis, dan luasan). Data atribut dapat berupa data kualitatif (nama, jenis, tipe, dan lainlain) atau kuantitatif (jumlah, tingkatan, dan sebagainya). 2. Manajemen data. Komponen manajemen data dalam SIG berisikan fungsi yang diperlukan untuk menyimpan dan memanggil data. 3. Manipulasi dan analisis data. Fungsi dari manipulasi dan analisis data menentukan informasi apa yang dapat diperoleh dari SIG. 4. Data keluaran. Data keluaran merupakan prosedur untuk menyajikan informasi dari SIG dalam bentuk yang diinginkan pemakai. Data keluaran dapat ditampilkan dalam dua format yaitu format hardcopy dan softcopy atau elektronik. I Model data dalam Sistem Informasi Geografis. Dalam SIG, dikenal dua jenis model data, yaitu model data vektor dan model data raster. Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik-titik, garis-garis, atau poligon beserta atribut-atributnya. Bentuk-bentuk dasar representasi data spasial di dalam sistem model data vektor didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi (x, y). Di dalam model

10 10 data spasial vektor, garis-garis atau kurva merupakan sekumpulan titik-titik terurut yang dihubungkan.sementara itu, luasan atau poligon juga disimpan sebagai kumpulan daftar titik-titik, tetapi dengan catatan bahwa titik awal dan titik akhir poligon memiliki nilai koordinat yang sama (poligon tertutup sempurna). Contoh model data vektor dapat dilihat pada Gambar I.3. Gambar I.3. Model data vektor (Nuarsa, 2013) Model data raster adalah struktur data yang menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matrik atau piksel-piksel yang membentuk grid. Lokasi tiap sel atau piksel ditentukan dari nomor baris dan kolom.kumpulan sel-sel tersebut disusun dalam bentuk matriks. Nilai (value) yang diberikan pada tiap sel mengindikasikan nilai atribut yang diwakilinya. Contoh data raster (Gambar I.4.). Gambar I.4. Struktur Model Data Raster Sumber(Arcgisdesktop/10.0/helpHelp\data_integration.chm::/rasterdata.chm::/raster_ rat.gif)

11 11 I Analisis Sistem Informasi Geografis. Analisis pada SIG terdiri dari analisis spasial dan analisis atribut. Salah satu analisis spasial adalah proses overlay. Fungsi ini dilakukan dengan menggunakan minimal dua data spasial sebagai data masukannya. Secara grafis proses overlay harus dilakukan dalam satu koordinat yang sama, sehingga setiap tema/layer dapat digabungkan menjadi satu visualisasi. Gambar I.5. Ilustrasi proses overlay (Anonim, 2010) Contoh overlay secara grafis dapat dilihat pada Gambar I.5. Gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa proses overlay dapat dilakukan dengan lebih dari satu layer,baik itu berupa point, line (garis), dan poligon. Hasil dari overlay ini menjadi satu gabungan tampilan dari layer-layer yang merepresentasikan kenampakan dunia nyata (real world). I.5.8. Kartografi Kartografi merupakan ilmu dan seni serta suatu teknik dalam pembuatan peta (Riyadi,1994). Peta secara tradisional sudah dibuat menggunakan kertas dan pena, tetapi munculnya komputer sudah merevolusionerkan kartografi. Banyak peta dibuat dengan perangkat lunak komputer antara lain CAD, SIG, dan perangkat lunak lainnya. Kegiatan kartografi meliputi pengumpulan data, klasifikasi, analisa data, produksi peta, evaluasi, dan penafsiran peta. Seseorang yang melakukan kegiatan tersebut disebut kartograf. Titik berat studi kartografi adalah hubungan antara data

12 12 yang terkumpul, proses kartografinya, dan pemakaian peta. Hal tersebut dikarenakan peta harus dapat menyajikan fungsi dan informasi dari obyek yang digambarkan. I.5.9. Interpretasi Citra Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut (Sutanto,1992). Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali obyek melalui tahapan kegiatan, yaitu: a. Deteksi b. Identifikasi c. Analisis Setelah melalui tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam: geografi, geologi, lingkungan hidup, dan sebagainya. Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu melalui pengenalan obyek melalui proses deteksi dan penilaian atas fungsi obyek. 1. Pengenalan obyek melalui proses deteksi yaitu pengamatan atas adanya suatu obyek, berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan menggunakan alat pengindera. Untuk mendeteksi benda dan gejala di sekitar kita, penginderaannya tidak dilakukan secara langsung atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil rekaman dari foto udara atau satelit. Ada 3 (tiga) ciri utama Identifikasi benda yang tergambar pada citra, berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor yaitu: a. Spektoral. Ciri spektoral ialah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna. b. Spatial. Ciri spatial ialah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi. c. Temporal. Ciri temporal ialah ciri yang terkait dengan umur benda atau saat perekaman. 2. Penilaian atas fungsi obyek dan kaitan antar obyek dengan cara menginterpretasi dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang menuju ke arah

13 13 teorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Pada tahapan ini, interpretasi dilakukan oleh seorang yang sangat ahli pada bidangnya, karena hasilnya sangat tergantung pada kemampuan penafsir citra. Interpretasi citra terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu perekaman data dari citra dan penggunaan data tersebut untuk tujuan tertentu. Perekaman data dari citra berupa pengenalan obyek dan unsur yang tergambar pada citra serta penyajiannya ke dalam bentuk tabel, grafik atau peta tematik. Urutan kegiatan dimulai dari menguraikan atau memisahkan obyek yang rona atau warnanya berbeda dan selanjutnya ditarik garis batas/delineasi bagi obyek yang rona dan warnanya sama. Kemudian setiap obyek yang diperlukan dikenali berdasarkan karakteristik spasial dan atau unsur temporalnya. (Harsono, 2004) Obyek yang telah dikenali jenisnya, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan tujuan interpretasinya dan digambarkan ke dalam peta kerja atau peta sementara. Kemudian pekerjaan medan (lapangan) dilakukan untuk menjaga ketelitian dan kebenarannya. Setelah pekerjaan medan dilakukan, dilaksanakanlah interpretasi akhir dan pengkajian atas pola atau susunan keruangan (obyek) dapat dipergunakan sesuai tujuannya. I Tata Letak Peta (Layout) Tata letak peta merupakan salah satu bagian yang harus diperhatikan pada pembuatan desain peta. Untuk menghasilkan sebuah tata letak peta yang baik, perlu diperhatikan lima sasaran yang mempengaruhi penilaian keberhasilan tata letak peta, yaitu (Riyadi, 1994): 1. Kejelasan. Informasi pada suatu peta sebaiknya disajikan dalam keadaan baik, jelas, serta tidak mempunyai arti yang berbeda antara satu dengan yang lain. 2. Kelayakan. Kelayakan suatu tata letak mengacu pada logika suatu peta, apakah beberapa elemen peta seperti legenda dan judul peta sudah diletakan sesuai dengan logik hubungan antara satu elemen dengan elemen lainnya. 3. Keseimbangan visual. Pada peta, setiap elemen yang disajikan dengan pertimbangan agar obyek ditampilkan dengan seimbang dan memudahkan pemakai peta untuk mengidentifikasikan obyek secara maksimal.

14 14 4. Kekontrasan. Kekontrasan tata letak peta mengacu kepada perbedaan antara terang dan gelap dari suatu warna yang digunakan, serta tebal dan tipisnya garis yang ditampilkan dari elemen yang disajikan. 5. Kesatuan. Kesatuan suatu tata letak peta mengacu kepada hubungan antara pemilihan dan penempatan huruf, kegunaan peta, skala peta, penyajian simbol, dan reproduksi. Tata letak peta dapat dibagi dalam tiga kategori (Riyadi, 1994), yaitu: 1. Frame Map Tata letak dari tipe ini memiliki outer border line yang mengelilingi muka peta. Garis batas tepi mempunyai fungsi memisahkan antara muka peta dengan informasi tepi (marginal information) secara jelas. Peta tipe ini sangat cocok untuk pemetaan yang berangkai (seri). 2. Island Map Yang lebih konvensional dari frame map adalah island map. Neat line atau batas dari area yang dipetakan berfungsi sebagai frame (batas garis), sehinggaisland map mempunyai bentuk yang tidak beraturan. Tipe ini memberikan kebebasan pada kartografer untuk merancang tata letak peta (map lay-out) yang cocok. 3. Bleeding Map Peta jenis ini mempunyai informasi pada batas potongan dari area peta, atau dengan kata lain tidak mempunyai frame. Gambar I.6. Contoh (dari kiri ke kanan) Frame map, Island map, dan Bleeding map (Riyadi,1994

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia pada dasarnya secara filosofis memandang tanah sesuai dengan Pasal 33 ayat(3) UUD 1945 dan Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis Pendahuluan Data yang mengendalikan SIG adalah data spasial. Setiap fungsionalitasyang g membuat SIG dibedakan dari lingkungan analisis lainnya adalah karena berakar pada keaslian

Lebih terperinci

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016 Model Data pada SIG Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 1 Materi Sumber data spasial Klasifikasi

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Outline presentasi Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) Komponen SIG Pengertian data spasial Format data spasial Sumber

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 Sistem Informasi Geografis Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 5 Cara Memperoleh Data / Informasi Geografis 1. Survei lapangan Pengukuran fisik (land marks), pengambilan sampel (polusi air), pengumpulan

Lebih terperinci

Geographic Information and Spatial Information

Geographic Information and Spatial Information Geographic Information and Spatial Information Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Dr. Aniati Murni 1 Pengertian Informasi Geografis dan Informasi Keruangan (1) Informasi Geografis merupakan informasi

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3 1. Data spasial merupakan data grafis yang mengidentifikasi kenampakan

Lebih terperinci

BAB IX TATA LETAK PETA ( MAP LAY OUT ) & KESEIMBANGAN PETA

BAB IX TATA LETAK PETA ( MAP LAY OUT ) & KESEIMBANGAN PETA BAB IX TATA LETAK PETA ( MAP LAY OUT ) & KESEIMBANGAN PETA 1. Tata Letak Peta Tata letak suatu peta (Map lay out) merupakan pengaturan data spasial dari berbagai macam elemen yang disebut dengan PETA.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DATA SPACIAL UNTUK REFRENSI KERUANGAN

PEMANFAATAN DATA SPACIAL UNTUK REFRENSI KERUANGAN PEMANFAATAN DATA SPACIAL UNTUK REFRENSI KERUANGAN 1. Informasi Geografis Wayan Sedana Fenomena geografi merupakan identifikasi dari obyek studi bidang SIG, dan fenomena tersebut direpresentasikan secara

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN Kuliah Minggu ke 2 Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta Sudarto Lab Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan OUTLINE 1 Pengertian Peta 2 Pemahaman dan Fungsi Peta

Lebih terperinci

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto Pengertian SIG Sistem informasi yang menggunakan komputer untuk mendapatkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data yang mengacu pada lokasi geografis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan 2.1.1 Pengertian Lahan Pengertian lahan tidak sama dengan tanah, tanah adalah benda alami yang heterogen dan dinamis, merupakan interaksi hasil kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peta 2.1.1 Pengertian Peta Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta didefinisikan sebagai gambaran dari unsur unsure alam maupun buatan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil

Lebih terperinci

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut: Bab II TEORI DASAR 2.1 Batas Daerah A. Konsep Batas Daerah batas daerah adalah garis pemisah wilayah penyelenggaraan kewenangan suatu daerah dengan daerah lain. Batas daerah administrasi adalah wilayah

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) TEKNIS PENGUKURAN DAN PEMETAAN KOTA Surabaya, 9 24 Agustus 2004 Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis. Model Data Spasial

Sistem Informasi Geografis. Model Data Spasial Sistem Informasi Geografis Model Data Spasial Representasi Grafis Untuk Objek Secara umum dikenal tiga jenis data. Ketiganya merupakan abstraksi sederhana dari objek-objek nyata yang lebih rumit. Titik:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut (Rees, 2001;

Lebih terperinci

KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis

KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis Company LOGO Sistem Informasi Geografis ibi Basis data spasial yaitu: sekumpulan entity baik yang memiliki lokasi atau posisi tetap maupun tidak tetap

Lebih terperinci

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2015

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2015 Sistem Proyeksi Peta Arif Basofi PENS 2015 Contents 1 Proyeksi Peta 2 Jenis Proyeksi Peta 3 Pemilihan Proyeksi Peta 4 Sistem Proyeksi Peta Indonesia Proyeksi Peta Peta : representasi dua-dimesional dari

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING APLIKASI GIS UNTUK PEMBUATAN PETA INDIKATIF BATAS KAWASAN DAN WILAYAH ADMINISTRASI DIREKTORAT PENGUKURAN DASAR DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra satelit ke dalam peta tematik antara lain sebagai berikut : 1. Bahan a. Data

Lebih terperinci

Apa itu DATA? Apa bedanya DATA & INFORMASI?

Apa itu DATA? Apa bedanya DATA & INFORMASI? Apa itu DATA? Apa bedanya DATA & INFORMASI? Informasi data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat. Jadi ada suatu proses

Lebih terperinci

By. Y. Morsa Said RAMBE

By. Y. Morsa Said RAMBE By. Y. Morsa Said RAMBE Sistem Koordinat Sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinatkoordinat yang bersangkutan merepresentasikan titik-titik. Jenis sistem koordinat:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PETA 2.1.1. Pengertian peta Peta merupakan suatu representasi konvensional (miniatur) dari unsur-unsur (fatures) fisik (alamiah dan buatan manusia) dari sebagian atau keseluruhan

Lebih terperinci

Materi Bahasan. Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG. Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial

Materi Bahasan. Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG. Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG JURUSAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2013 Materi Bahasan Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial 2 1 Definisi

Lebih terperinci

K NSEP E P D A D SA S R

K NSEP E P D A D SA S R Mata Kuliah : Sistem Informasi Geografis (SIG) Perikanan. Kode MK : M10A.125 SKS :2 (1-1) KONSEP DASAR DATA GEOSPASIAL OLEH SYAWALUDIN A. HRP, SPi, MSc SISTEM KOORDINAT DATA SPASIAL SUB POKOK BAHASAN 1

Lebih terperinci

BAB I Pengertian Sistem Informasi Geografis

BAB I Pengertian Sistem Informasi Geografis BAB I KONSEP SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS 1.1. Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

Teknik Informatika UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU. Hari Aspriyono, S.Kom

Teknik Informatika UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU. Hari Aspriyono, S.Kom Teknik Informatika UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU Hari Aspriyono, S.Kom Nama : Hari Aspriyono, S.Kom E-Mail : hari.aspriyono@gmail.com Hp : 081373297985 Absen : 10% Tugas : 20% UTS : 30% UAS : 40% Total

Lebih terperinci

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI 1. Sistem Informasi Geografi merupakan Sistem informasi yang memberikan gambaran tentang berbagai gejala di atas muka bumi dari segi (1) Persebaran (2) Luas (3) Arah (4) Bentuk 2. Sarana yang paling baik

Lebih terperinci

Bab ini memperkenalkan mengenai proyeksi silinder secara umum dan macam proyeksi silinder yang dipakai di Indonesia.

Bab ini memperkenalkan mengenai proyeksi silinder secara umum dan macam proyeksi silinder yang dipakai di Indonesia. BAB 7 PENDAHULUAN Diskripsi singkat : Proyeksi Silinder bila bidang proyeksinya adalah silinder, artinya semua titik di atas permukaan bumi diproyeksikan pada bidang silinder yang kemudian didatarkan.

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR i Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 3 1 Ruang lingkup... 4 2 Istilah dan definisi... 4 2.1 Istilah Teknis Perpetaan... 4 2.2 Istilah Tata Ruang... 5 3 Penyajian Muka

Lebih terperinci

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan Model Data Spasial by: Ahmad Syauqi Ahsan Peta Tematik Data dalam SIG disimpan dalam bentuk peta Tematik Peta Tematik: peta yang menampilkan informasi sesuai dengan tema. Satu peta berisi informasi dengan

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 Matakuliah Waktu : Sistem Informasi Geografis / 3 SKS : 100 menit 1. Jelaskan pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG). Jelaskan pula perbedaan antara SIG dan

Lebih terperinci

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut:

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut: Bab IV ANALISIS Analisis dilakukan terhadap hasil revisi dari Permendagri no 1 tahun 2006 beserta lampirannya berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan Geodesi, adapun analalisis yang diberikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH 01. Teknologi yang terkait dengan pengamatan permukaan bumi dalam jangkauan yang sangat luas untuk mendapatkan informasi tentang objek dipermukaan bumi tanpa bersentuhan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS,

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS, Integrasi GISdan Inderaja Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan ketrampilan untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu

Lebih terperinci

Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota. Adipandang Yudono 13

Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota. Adipandang Yudono 13 Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota Adipandang Yudono 13 Definisi Peta Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Populasi Penduduk 2.2 Basis Data

BAB II DASAR TEORI 2.1 Populasi Penduduk 2.2 Basis Data BAB II DASAR TEORI 2.1 Populasi Penduduk Populasi adalah sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel; sekumpulan yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

Adipandang YUDONO

Adipandang YUDONO Pengenalan Kartografi Adipandang YUDONO 11 E-mail: adipandang@yahoo.com Outline Apa itu Kartografi? Peta Definisi Peta Hakekat Peta Syarat-syarat yang dikatakan peta Fungsi peta Klasifikasi peta Simbol-simbol

Lebih terperinci

Proyeksi Peta. Tujuan

Proyeksi Peta. Tujuan Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Setelah menyelesaikan bab ini, anda diharapkan dapat: Memahami tentang bentuk permukaan bumi Memahami proyeksi dari peta bumi (3D) ke peta topografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, baik pulau-pulau kecil maupun pulau-pulau besar. Indonesia adalah

Lebih terperinci

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2012

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2012 Sistem Proyeksi Peta Arif Basofi PENS 2012 Tujuan Sistem Proyeksi Peta Jenis Proyeksi Peta Pemilihan Proyeksi Peta UTM (Universal Transverse Mercator) Sistem Proyeksi Peta Bentuk bumi berupa ruang 3D yg

Lebih terperinci

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN www.bimbinganalumniui.com 1. Ilmu yang mempelajari pemetaan disebut a. Geomorfologi b. Kartografi c. Hidrologi d. Pedologi e. Oseanografi 2. Gambaran permukaan bumi pada bidang datar yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah merupakan sumber daya yang sangat penting dalam aspek kehidupan manusia. Tanah adalah modal dasar dari berbagai macam pembangunan yang dilakukan oleh manusia

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tempat tinggal merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan karena merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Tempat tinggal menjadi sarana untuk berkumpul,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita.

DAFTAR PUSTAKA. 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita. DAFTAR PUSTAKA 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita. 2. Abidin, Hasanuddin Z.(2002). Survey Dengan GPS. Cetakan Kedua. Jakarta : Pradnya Paramita. 3. Krakiwsky, E.J.

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik (2014), Indonesia memiliki 17.504 pulau dan luas daratan mencapai 1.910.931,32 km 2. Karena kondisi geografisnya yang

Lebih terperinci

APA ITU ILMU UKUR TANAH?

APA ITU ILMU UKUR TANAH? APA ITU ILMU UKUR TANAH? Merupakan ilmu, seni dan teknologi untuk menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap datar. ILMU UKUR TANAH (DEFINISI)

Lebih terperinci

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis

Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis Jurnal Rekayasa LPPM Itenas No.1 Vol. XV Institut Teknologi Nasional Januari Maret 2011 Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis M. ABDUL BASYID, DIAN SURADIANTO Jurusan Teknik Geodesi FTSP

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan November 2009. Objek penelitian difokuskan pada wilayah Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan

Lebih terperinci

BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT UNTUK DKI JAKARTA. Hasanuddin Z. Abidin

BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT UNTUK DKI JAKARTA. Hasanuddin Z. Abidin BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT UNTUK DKI JAKARTA Hasanuddin Z. Abidin Jurusan Teknik Geodesi, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 e-mail : hzabidin@gd.itb.ac.id

Lebih terperinci

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan Pengumpulan dan Integrasi Data Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengetahui sumber data dari GIS dan non GIS data Mengetahui bagaimana memperoleh data raster dan vektor Mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. atau instruksi-instruksi yang diformalkan dan sesuai untuk komunikasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. atau instruksi-instruksi yang diformalkan dan sesuai untuk komunikasi, 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umum 2.1.1 Data dan Informasi Data adalah representasi dari kenyataan apa adanya di lapangan, konsepkonsep atau instruksi-instruksi yang diformalkan dan sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian ini. Proses persiapan data ini berpengaruh pada hasil akhir penelitian. Persiapan yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang luas, terdiri atas sepertiga wilayah daratan dan dua pertiga wilayah lautan. Untuk membangun Negeri Indonesia yang besar dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arikunto (1988), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan bisa berupa

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)

Lebih terperinci

MODEL DATA SPASIAL DALAM SIG

MODEL DATA SPASIAL DALAM SIG BAB VII MODEL DATA SPASIAL DALAM SIG 7.1 PENDAHULUAN Model dunia nyata dapat memudahkan manusia dalam studi area aplikasi yang dipilih dengan cara mereduksi sejumlah kompleksitas yang ada. Jika model dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mempunyai permasalahan dalam mengelola tata ruang. Permasalahan-permasalahan tata ruang tersebut juga timbul karena penduduk

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 25/PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PROSEDUR

Lebih terperinci

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA II TRANSFORMASI PROYEKSI DAN DIGITASI ON SCREEN

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA II TRANSFORMASI PROYEKSI DAN DIGITASI ON SCREEN LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA II TRANSFORMASI PROYEKSI DAN DIGITASI ON SCREEN Disusun oleh : NAMA : NUR SIDIK NIM : 11405244001 HARI : Kamis, 13 MARET 2014 JAM : 08.00 10.00 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1997 TENTANG PEMETAAN PENGGUNAAN TANAH PERDESAAN, PENGGUNAAN TANAH

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI. Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi

RINGKASAN SKRIPSI. Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi RINGKASAN SKRIPSI Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Informatika dengan produk yang bernama Flexi. Telkom Flexi tersebut merupakan suatu operator yang menggunakan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM TGGM KARTOGRAFI DIGITAL. Oleh Gondang Riyadi. 21 March 2014 Kartografi - MGR

Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM TGGM KARTOGRAFI DIGITAL. Oleh Gondang Riyadi. 21 March 2014 Kartografi - MGR KARTOGRAFI DIGITAL Oleh Gondang Riyadi hal 1 Perkembangan Teknologi Pemetaan Teknologi pemetaan yang pada awalnya dilakukan secara manual (konvensional) bergeser kearah digital. Termasuk di dalamnya teknik

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA PEMETAAN BIOMASSA PERMUKAAN SKALA 1:250.000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

SISTEM IFORMASI GEOGRAFI

SISTEM IFORMASI GEOGRAFI SISTEM IFORMASI GEOGRAFI A. DEFINISI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) Informasi permukaan bumi telah berabad-abad disajikan dalam bentuk peta. Peta yang mulai dibuat dari kulit hewan, sampai peta yang dibuat

Lebih terperinci

Pemanfaatan Perangkat Lunak Berbasiskan Mobile SIG untuk Visualisasi Peta Digital Kelurahan Tasikmadu Kota Malang

Pemanfaatan Perangkat Lunak Berbasiskan Mobile SIG untuk Visualisasi Peta Digital Kelurahan Tasikmadu Kota Malang Pemanfaatan Perangkat Lunak Berbasiskan Mobile SIG untuk Visualisasi Peta Digital Kelurahan Tasikmadu Kota Malang Silvester Sari Sai 1, Hery Purwanto 1, Joanes Pradono De Deo 1, Elisius Sewa 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Coding SIG

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Coding SIG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Coding SIG Disusun Oleh : ADI MAHENDRA (201031118) AGUSTINUS SUAGO (200931057) HENDRA TANGDILINTIN (200831113) MUHAMMAD ISHAK (201231014) ZUHRUF F.H (200631021) SUTRISNO (200931046)

Lebih terperinci

Home : tedyagungc.wordpress.com

Home : tedyagungc.wordpress.com Email : tedyagungc@gmail.com Home : tedyagungc.wordpress.com Subagyo 2003, Permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun (design) menyeluruh untuk menyelesaikan masalah penelitian (Sutanto,1999) sedangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis SIG (Sistem Informasi Geografis; bahasa Inggris Geographic Information System atau GIS) merupakan gabungan dari tiga unsur yaitu sistem, informasi dan

Lebih terperinci

Informasi Geografis untuk Kepadatan Lalu Lintas

Informasi Geografis untuk Kepadatan Lalu Lintas Informasi Geografis untuk Kepadatan Lalu Lintas I Wayan S. Wicaksana, Anastasia, Eko Sri, Indah Kusuma Wardani, Nicky Suryo, Prima Gusti Hanum Program Studi Teknik Informatika Universitas Gunadarma iwayan@staff.gunadarma.ac.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah merupakan sumber daya alam yang terbatas dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan pengembangan karena tanah adalah tempat dimana manusia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki enam kemampuan berikut dalam mengangani data yang bereferensi geografis :

Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki enam kemampuan berikut dalam mengangani data yang bereferensi geografis : 1 PENGENALAN SIG & ArcGIS 1.1 Pengertian SIG Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan

Lebih terperinci

Mendeteksi Kebakaran Hutan Di Indonesia dari Format Data Raster

Mendeteksi Kebakaran Hutan Di Indonesia dari Format Data Raster Tugas kelompok Pengindraan jauh Mendeteksi Kebakaran Hutan Di Indonesia dari Format Data Raster Oleh Fitri Aini 0910952076 Fadilla Zennifa 0910951006 Winda Alvin 1010953048 Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1:MENGGENAL PRINSIP DASAR PETA DAN PEMETAAN.

BAB 1:MENGGENAL PRINSIP DASAR PETA DAN PEMETAAN. BAB 1:MENGGENAL PRINSIP DASAR PETA DAN PEMETAAN. TUJUAN PEMBELAJARAN Menggenal prinsip dasar peta dan pemetaan. GEO INFO Peta sudah ada sejak zaman dahulu. dari zaman ke zaman pengetahuan peta semakin

Lebih terperinci

Model Data GIS. Arif Basofi PENS 2014

Model Data GIS. Arif Basofi PENS 2014 Model Data GIS Arif Basofi PENS 2014 Dunia Nyata dalam GIS Gambaran dunia nyata sangat kompleks sekali. Banyak sekali jenis tumbuhan (vegetasi) Kondisi alam (gunung, danau, hutan) Berbagai macam bangunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, TINJAUAN PUSTAKA Cagar Alam Dolok Sibual-buali Berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Hutan Suaka Alam ialah kawasan hutan yang karena sifatnya diperuntukkan secara khusus untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan Lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya menerangkan semua tanda pengenal biosfer, atsmosfer, tanah geologi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penutupan Lahan dan Perubahannya Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

Lebih terperinci