GAMBARAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA AWAL USIA TAHUN DI TANGERANG SELATAN SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA AWAL USIA TAHUN DI TANGERANG SELATAN SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh"

Transkripsi

1 i GAMBARAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA AWAL USIA TAHUN DI TANGERANG SELATAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH: TRI AYU PUTRI PURBASARI NIM: HALAMAN JUDUL PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M i

2 ii

3 FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, January 2016 Tri Ayu Putri Purbasari, NIM: Descriptive of Sleep Disturbances in Early Adolescent years at South Tangerang xv + 48 pages + 6 tables + 3 schemes + 6 attachments ABSTRACT The impacts of sleep disturbance in early adolescent are decreased school performance and concentrate, and increase juvenile delinquency. Early detection of sleep disturbance is required for teens cause they rare to complain and considred it is not a matter. The purpose of this study was to get examinated describe of sleep disturbances in early adolescent at South Tangerang with stratified proportionate random sampling method. Data were obtained using a Sleep Disturbance Scale for Children questionnaire. Data analysis using a univariate. The result show that there is a sleep disturbance in adolescence (77,1%) with highest type of disruption is sleep-wake transition disorder (43,2%). This study suggested to adolescence to care and be aware of the importance of sleep needs to improve the quality of life. Keywords: early adolescence, sleep disturbances References: 73 (years ) iii

4 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2015 Tri Ayu Putri Purbasari, NIM: Gambaran Gangguan Tidur pada Remaja Awal Usia Tahun di Tangerang Selatan xv+ 48 halaman + 6 tabel + 3 bagan + 6 lampiran ABSTRAK Dampak gangguan tidur pada remaja awal adalah penurunan prestasi akademis dan konsentrasi di sekolah, serta meningkatkan kenakalan remaja. Deteksi dini gangguan tidur perlu dilakukan karena remaja jarang mengeluh dan mengganggapnya bukan suatu masalah yang serius. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran gangguan tidur pada remaja awal di Tangerang Selatan dengan metode pengambilan sampel stratified proportionate random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Sleep Disturbances Scale for Children. Analisis data yang digunakan yaitu univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat gangguan tidur pada remaja (77,1%) dengan jenis gangguan tidur yang paling tinggi adalah gangguan transisi tidur-bangun (43,2%). Disarankan kepada para remaja agar memperhatikan serta menyadari pentingnya kebutuhan tidur untuk meningkatkan kualitas hidup. Kata kunci: remaja awal, gangguan tidur Referensi: 73 (tahun ) iv

5 v

6 vi

7 vii

8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : TRI AYU PUTRI PURBASARI Tempat, Tanggal Lahir : Bontang, 29 Oktober 1991 Jenis Kelamin Agama Status Alamat : Perempuan : Islam : Belum Menikah : Jl. Lele 5 RT 05 No. 4B HP : Fakultas/Jurusan Riwayat Pendidikan : cavaluna29@gmail.com : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan : TK Yayasan Pendidikan Vidya Dahana Patra ( ) SD Yayasan Pendidikan Vidya Dahana Patra ( ) SMP Yayasan Pendidikan Vidya Dahana Patra ( ) SMA Yayasan Pendidikan Vidya Dahana Patra ( ) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta (2011-sekarang) viii

9 Assalamu alaikum. Wr. Wb. KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT, Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan baginda nabi besar Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat beserta pengikutnya hingga akhir zaman. Atas kekuasaan dan izin Allah SWT skripsi dengan judul Gambaran Gangguan Tidur Pada Remaja Awal Usia Tahun di Tangerang Selatan telah selesai. Dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Namun, dengan bantuan berbagai pihak proposal skripsi ini dapat terselesaikan, oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Arief Sumantri, S.KM., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Kepala Program Studi dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB.selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Dosen Pembimbing pertama dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB. Selaku Dosen Pembimbing kedua yang senantiasa dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi. 5. Ibu Nia Damiati, S.Kp., MSN. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan saran dan masukan selama penulis melakukan studi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. ix

10 6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna untuk perbekalan penulis. 7. Ayah (Firdaus Abbas), ibu (Helmita) dan kakak kakakku tersayang yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah, serta memberi nasehat dan motivasi yang sangat membantu. 8. Sahabat tersayang (Widiany Nurrahmah, Rizka Nazhriyah, Trisna Syafitri, Syahdah Dinuriah, Nadhia Elsa) yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan, masukan kepada penulis baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi. Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis menyerahkan segalanya dengan harapan semoga amal baik yang telah dicurahkan guna membantu penyusunan skripsi ini mendapat balasan. Aamiin. Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Wassalamu alaikum. Wr. Wb. Jakarta, Januari 2016 Tri Ayu Putri Purbasari x

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERNYATAAN... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR BAGAN... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Pertanyaan Peneliti... 3 D. Tujuan Penelitian... 4 E. Manfaat Penelitian... 4 F. Ruang Lingkup Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6 A. REMAJA AWAL Definisi Pola dan Waktu Tidur Remaja Faktor yang Mempengaruhi Tidur Remaja Dampak Gangguan Tidur Remaja B. KONSEP TIDUR Definisi Tidur Fungsi dan Tujuan Tidur Fisiologi Tidur Jenis dan Tahap Tidur Faktor yang Mempengaruhi Tidur Gangguan/Masalah tidur Kualitas Tidur C. KERANGKA TEORI xi

12 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep B. Definisi Operasional BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Populasi dan Sampel Populasi Penelitian Sampel Penelitian C. Waktu dan Tempat Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian D. Metode Pengumpulan Data E. Instrumen Penelitian F. Uji Validitas dan Reabilitas G. Teknik Pengolahan Data H. Metode Analisis Data I. Etika Penelitian BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Tempat Penelitian B. Karakteristik Responden C. Prevalensi Gangguan Tidur BAB VI PEMBAHASAN A. Karakteristik Remaja Berdasarkan Demografi B. Gambaran Gangguan Tidur Pada Remaja Awal Usia Tahun di Tangerang Selatan Gangguan Tidur Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis gangguan tidur pada remaja C. Keterbatasan Penelitian BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA xii

13 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia (N=96) Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karekteristik Jenis Kelamin (N=96) Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Gangguan Tidur (N=96) Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Gangguan Tidur Menurut Jenis Kelamin (N=96) Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jenis Gangguan Tidur (N=74) xiii

14 DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Siklus Tidur Normal (Potter & Perry, 2005) Bagan 2.2 Kerangka teori: Potter & Perry (2005), Alimul & Hidayat (2008), Ramdhani & Putra (2009) Bagan 3.1 Kerangka Konsep xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Permohonan Partisipasi Penelitian Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner Lampiran 4. Skor SDSC dan Tipe Gangguan Tidur Lampiran 5. Hasil Perhitungan SPSS 16.0 xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang memiliki kebutuhan mereka sendiri untuk tidur. Kebutuhan ini dapat bervariasi dari satu orang ke orang lain. Remaja berada pada tahap penting dari pertumbuhan dan perkembangan mereka. Karena itu, mereka membutuhkan lebih banyak tidur daripada orang dewasa. Rata-rata remaja membutuhkan sekitar sembilan jam tidur setiap malam untuk merasa siaga dan cukup istirahat. Masalah tidur remaja dapat dimulai jauh sebelum mereka berusia 13. Kebiasaan tidur dan perubahan tubuh 10 sampai 12 tahun memiliki hubungan erat dengan masa remaja. Pola tidur remaja juga secara kuat diatur dalam hidup mereka. Hal ini tidak mudah bagi mereka untuk mengubah cara mereka tidur. Dengan demikian masalah tidur remaja dapat terus berlanjut ke tahun mereka sebagai orang dewasa. Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain (Potter & Perry, 2005). Insomnia secara signifikan lebih umum di kalangan remaja dari jenis kelamin perempuan dan di antara mereka melaporkan kesehatan psikologis dan / atau fisik keprihatinan (Sholehah, 2013). 1

17 2 Faktor penyebab remaja mengalami gangguan tidur salah satunya adalah bergesernya jam biologis (irama sirkadian, circadian rhythm) tubuh (Owens, 2014). Remaja yang menunda tidur dan tidur lebih panjang di akhir pekan dari pada hari biasa, membuat sinyal biologis malam (yaitu produksi melatonin) tertunda dan menghilangkan residual tekanan tidur (Owens, 2014). Penggunaan elektromedia (televisi dalam kamar, ponsel selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein dan waktu memulai sekolah juga merupakan salah satu penyebab gangguan tidur pada remaja. Penyebab lainnya yaitu penyakit medis kronis (asma, nyeri, dll), stress/cemas, gangguan psikologis, dan penggunaan obat psikotropik (Owens, 2014). Berdasarkan hasil penelitian Ohida dkk (2004), terhadap siswa SLTP dan SMU menunjukkan prevalensi gangguan tidur yang bervariasi mulai dari 15,3% hingga 39,2%, bergantung pada jenis gangguan tidur yang dialami. Penelitian yang dilakukan oleh Bruni dkk (1996), mengenai gangguan tidur dengan menggunakan metode Sleep Disturbances Scale for Children (SDSC) mendapatkan prevalensi gangguan tidur pada populasi kontrol 73,4%. Di Indonesia, prevalensi gangguan tidur pada remaja mencapai 62,5% yang menderita gangguan tidur menurut SDSC dengan jenis gangguan yang paling sering adalah gangguan transisi tidur-bangun (25%) (Natalita dkk, 2011). Haryono (2009) mendapatkan prevalensi gangguan tidur pada remaja didapatkan 62,9%, dengan gangguan transisi tidur-bangun sebagai jenis gangguan yang paling sering ditemui. Separuh subjek memiliki perbedaan waktu bangun antara hari sekolah dengan hari 2

18 3 libur, 72,9% memiliki perbedaan waktu tidur yang tidak signifikan. Separuh subjek tidur cukup selama hari sekolah, dan 65% di hari libur. Aktivitas yang menenangkan sebelum tidur dilakukan oleh 73,6% subjek (Haryono, 2009). Melihat besarnya dampak yang ditimbulkan oleh gangguan tidur, angka insiden, fenomena jenis gangguan tidur, studi pendahuluan yang dilakukan pada daerah tersebut dan belum ditemukannya penelitian terkait hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang Gambaran Gangguan Tidur pada Remaja Awal Usia Tahun di Tangerang Selatan. B. Rumusan Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, penelitian epidemiologi mengungkapkan bahwa jumlah anak remaja yang mengalami gangguan tidur semakin meningkat (Liu X dkk, 2005). Namun, belum banyak penelitian epidemiologi yang dilakukan untuk mengetahui gangguan tidur pada remaja di Indonesia (Haryono, 2009). Berdasarkan uraian diatas penulis membuat rumusan masalah bagaimana gambaran gangguan tidur pada remaja awal usia tahun di tangerang selatan? C. Pertanyaan Peneliti Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka peneliti membuat beberapa pertanyaan penelitian yaitu: Bagaimana gambaran gangguan tidur pada remaja?

19 4 D. Tujuan Penelitian 1 Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana gambaran gangguan tidur yang terjadi pada remaja usia tahun. 2 Tujuan Khusus Ada pun tujuan khusus pada penelitian ini yaitu meliputi: 1. Mengetahui gambaran karakteristik remaja berdasarkan demografi 2. Mengetahui gambaran gangguan tidur pada remaja berdasarkan jenis kelamin 3. Mengetahui jenis gangguan tidur pada remaja E. Manfaat Penelitian 1 Bagi Peneliti Mengetahui gambaran gangguan tidur, jenis gangguan tidur, serta faktor gangguan tidur yang terjadi pada remaja usia tahun. 2 Bagi Peneliti lain Dapat menjadi sumber referensi mengenai gambaran gangguan tidur remaja usia tahun. 3 Bagi Profesi Keperawatan Meningkatkan pelayanan kesehatan dalam keperawatan mengenai gangguan tidur yang terjadi pada remaja.

20 5 F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran gangguan tidur remaja awal usia tahun di Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Oktober-November Penelitian ini termasuk dalam lingkup Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Anak. Penelitian dilakukan pada remaja yang bersekolah SMP Negeri 03 Tangerang Selatan dan hanya sebatas pada gambaran gangguan tidur pada remaja saat ini. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengambilan sampel secara stratified proportionate random sampling, perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus Slovin.

21 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. REMAJA AWAL 1. Definisi Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak ke dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada diantara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi (Efendi & Makhfudli, 2009). Definisi lain mengenai remaja Indonesia adalah mereka yang berusia tahun dan belum menikah dengan pertimbangan bahwa usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual mulai muncul (Sarwono, 2011). Suatu analisis yang dikemukakan oleh Monks, Knoers, dan Haditono (1996) mengenai semua aspek perkembangan dalam masa remaja yang secara global berlangsung antara tahun, yaitu: a. Usia tahun pada masa remaja awal; mencangkup kebanyakan perubahan pubertas (Santrock, 2003) b. Usia tahun pada masa remaja madya (pertengahan) c. Usia tahun pada masa remaja akhir Istilah adolescence biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukkan titik di mana reproduksi mungkin 6

22 7 dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi (Potter & Perry, 2005). 2. Pola dan Waktu Tidur Remaja Pola tidur remaja perlu perhatian lebih karena berhubungan pada performa sekolah. Pada 20 tahun terakhir ini, para peneliti mengenai tidur menyadari perbedaan perubahan pola tidur pada remaja. Perubahan tersebut ialah jam biologis remaja atau disebut irama sirkadian. Pada permulaan masa pubertas, fase tidurnya menjadi telat. Untuk terjatuh tidur menjadi lebih malam dan bangun tidur lebih telat pada pagi hari. Dan remaja tersebut lebih waspada pada malam hari dan menjadi lebih susah tidur (Kahn, 2004). Pola tidur berkembang sesuai dengan usia. Bayi baru lahir akan tidur hampir sepanjang waktu, tetapi setelah usia 6 bulan bayi tidur sekitar 13 jam per hari. Anak usia 2 tahun memerlukan tidur 12 jam termasuk tidur siang, usia 4 tahun selama jam, dan usia remaja sekitar 9 jam per hari (P. Dawson, 2004). Pada hari sekolah umumnya remaja memiliki waktu tidur lebih pendek sekitar 7,3 jam per hari (Chung & Cheung, 2008). Menurut penelitian, remaja membutuhkan waktu 9 sampai 9.25 jam untuk tidur dalam sehari. Namun, pada kenyataannya sekitar 8 jam sehari karena pengaruh waktu sekolah. Waktu tidur dan bangun

23 8 berdasarkan waktu sekolah dan kehidupan sosial akan menkontribusi pengurangan waktu tidur remaja (Zee, 2005). Remaja mulai merasa mengantuk pada tengah malam, sedangkan mereka harus bangun pagi hari untuk berangkat ke sekolah, sehingga setiap hari mereka mengalami kekurangan waktu tidur (Natalia dkk, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Iglowstein dkk (2003), terhadap anak di Swiss mendapatkan hasil bahwa anak usia 12 sampai 15 tahun memiliki rata-rata jumlah waktu tidur sebanyak 8,4 sampai 9,3 jam perhari. 3. Faktor yang Mempengaruhi Tidur Remaja a. Irama sirkadian Salah satu perubahan dalam tubuh selama masa pubertas berkaitan erat dengan bagaimana remaja tidur. Ada pergeseran waktu ritme sirkadian pada remaja. Sebelum pubertas, tubuh membuat remaja mengantuk sekitar 8:00 atau 9:00 malam. Ketika pubertas dimulai, ritme ini bergeser beberapa jam kemudian. Lalu, tubuh memberitahu remaja untuk pergi tidur sekitar pukul atau malam (UCLA Sleep Center, 2010). Pergeseran alami dalam ritme sirkadian remaja ini disebut "Penundaan Fase Tidur" (sleep phase delay). Kebutuhan untuk tidur tertunda selama sekitar dua jam. Pada awalnya, remaja mungkin tampak menderita insomnia. Mereka akan memiliki waktu yang sulit jatuh tertidur pada waktu biasa. Ketika mereka mulai hendak tidur, mereka masih membutuhkan rata-rata sembilan

24 9 jam tidur di malam hari. Karena kebanyakan remaja harus bangun pagi untuk sekolah, penting bagi mereka untuk pergi tidur tepat waktu. Jika mereka pergi ke tempat tidur terlambat, mereka tidak akan mampu untuk mendapatkan tidur yang mereka butuhkan. Perubahan ini adalah bagian normal dari tumbuh dewasa. Dengan perhatian ekstra, remaja akan dengan cepat menyesuaikan diri dengan jadwal tidur yang baru bagi tubuh mereka (UCLA Sleep Center, 2010). Jika remaja menolak atau mengabaikan perubahan ini, mereka akan membuat masa transisi yang sangat berat bagi tubuh mereka. Mereka hanya akan menyakiti diri dengan begadang terlalu larut malam untuk mengerjakan PR atau berbicara dengan teman-teman. Menggunakan banyak kafein atau nikotin juga akan membuat sulit bagi remaja untuk mendapatkan istirahat yang berkualitas. Pada akhir pekan sekolah, banyak remaja yang merasa lelah dari waktu tidur yang mereka lewatkan. Mereka berpikir bahwa tidur lebih banyak di kemudian hari pada akhir pekan akan membantu mereka untuk memuaskan hasrat tidur yang tidak terpenuhi. Ini hanya membuat jam tubuh mereka kurang bahkan lebih. Ini akan lebih sulit bagi mereka untuk jatuh tertidur dan bangun pada saat hari sekolah dimulai (UCLA Sleep Center, 2010).

25 10 b. Stress Banyak hambatan yang menghalangi remaja untuk mendapatkan kebutuhan tidur, dimulai dari bergesernya jam tidur, kemudian mereka menghadapi tekanan baru di sekolah, rumah, pekerjaan, dan dengan teman-teman. Mereka dihadapkan dengan keputusan tidak harus mereka buat sebelumnya. Semua ini datang pada saat mereka juga memiliki banyak perubahan lain dalam tubuh mereka, termasuk perubahan emosi, perasaan, dan suasana hati. Mereka perlu untuk mendapatkan banyak tidur selama perubahan ini, karena hal itu akan membantu mereka mengenali diri mereka sendiri dan memaknai kehidupan lebih baik lagi. Kurangnya kualitas tidur hanya akan membuat tahap kehidupan menjadi sulit bagi mereka (UCLA Sleep Center, 2010). Tekanan teman sebaya juga dapat menyebabkan remaja untuk membuat keputusan yang salah, yang akan mempengaruhi tidur mereka. Mereka dapat keluar rumah dengan pulang terlambat, minum minuman beralkohol, merokok, atau menggunakan obatobatan. Semua hal ini dapat mengganggu pola tidur mereka. Mereka jarang mempertimbangkan kebutuhan mereka untuk tidur dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi semua yang mereka lakukan (UCLA Sleep Center, 2010). Beban tuntutan ini mengkombinasikan perubahan dalam tubuh mereka untuk mempersulit remaja mendapatkan kebutuhan tidur

26 11 yang sesuai. Hal ini menyebabkan mereka untuk melawan serangan kantuk harian. Mereka kesulitan untuk bangun dan membuatnya sampai ke sekolah tepat waktu. Kebutuhan jam alarm untuk bangun adalah tanda bahwa mereka tidak mendapatkan cukup tidur di malam hari. Mereka dapat tertidur selama di kelas, atau tertidur melalui kegiatan keluarga pada akhir pekan. Mengantuk juga membuat mereka menggerutu dan lebih mudah marah. Perasaan depresi juga bisa disebabkan atau ditingkatkan dengan sulit tidur. Remaja tidak dapat berpikir dengan jelas atau melakukan yang terbaik di sekolah, olahraga, atau di tempat kerja ketika mereka lelah. Kurangnya tidur juga akan menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar berada di kecelakaan di mobil atau di tempat kerja (UCLA Sleep Center, 2010). c. Merokok Pengaruh nikotin dalam rokok dapat membuat seseorang menjadi pecandu atau ketergantungan pada rokok. Remaja yang sudah kecanduan merokok tidak dapat menahan keinginan untuk tidak merokok, mereka cenderung sensitif terhadap efek dari nikotin (Parrot, 2007). Ketergantungan nikotin menyebabkan seorang perokok harus menghisap rokok terus-menerus dan menimbulkan berbagai akibat terhadap tubuh, salah satunya adalah insomnia (Markou, 2011). Menurut dr.surya dan Lucia (2010), merokok membuat tubuh terjaga karena kandungan nikotin yang ada di dalamnya merupakan

27 12 stimulan. Subandi (2008) mengatakan bahwa kandungan nikotin dalam rokok dapat mengusir rasa kantuk dan menjauhkan individu dari tidur nyenyak. Rokok akan meningkatkan tekanan darah dan kecepatan denyut jantung, sehingga inilah yang menyebabkan tubuh tidak dapat rileks. Berdasarkan penelitian Dewi dkk (2014), sebanyak 85,2% responden remaja mengalami insomnia akibat merokok. Dari hasil penelitian ini juga didapatkan 58% remaja yang mengalami insomnia merokok batang atau lebih dalam sehari. d. Kafein Kafein masuk ke dalam sirkulasi darah melalui lambung dan usus halus, serta dapat menstimulasi dampaknya paling cepat 15 menit setelah dikonsumsi. Sekali masuk dalam tubuh, kafein akan bertahan selama beberapa jam, dibutuhkan sekitar 6 jam untuk satu setengah kafein untuk dihilangkan dalam tubuh. Ada banyak penelitian untuk mendukung argument bahwa kafein menyebabkan ketergantungan fisik (Sleep Health Foundation, 2013). Kafein dapat ditemukan pada banyak jenis minuman dan makanan yang umumnya dalam kehidupan sehari-hari. Ini termasuk the, kopi, minuman cola, dan berbagai jenis ekspreso. Banyak orang tidak menganggapnya sebagai obat. Hal ini dapat berakibat buruk bagi tidur seseorang dalam 3 jalur. Pertama, kafein akan membuat seseorang sulit untuk memulai tidur. Kedua, kafein akan membuat seseorang tidur lebih ringan dan bangun lebih

28 13 sering di malam hari. Ketiga, kafein dapat membuat seseorang harus terbangun untuk ke toilet saat malam hari (Sleep Health Foundation, 2013). e. Faktor lingkungan Kualitas tidur juga dapat dipengaruhi berbagai hal di lingkungan sekitar. Rangsangan sensorik dari lingkungan seperti bunyi, cahaya, pergerakan, dan bau dapat mempengaruhi inisiasi dan kualitas tidur. Lokasi tidur juga mempengaruhi kualitas tidur seperti di kamar atau pada transportasi umum. Hal lain juga perlu dipertimbangkan adalah keadaan sosial ekonomi dan lingkungan sekitas seperti kelembapan, suhu dingin, kumuh, kepadatan dan bising (National Sleep Disorders Research Plan, 2011). f. Jenis Kelamin Anak perempuan mengalami gangguan tidur dan kelelahan di siang hari lebih tinggi dari laki-laki. Hal ini diperkirakan karena perempuan memilih risiko tinggi dalam mengalami kelelahan terkait pubertas, prevalensi gangguan mental yang lebih tinggi serta lebih sensitif terhadap masalah keluarga, dan tingginya tuntutan dalam kehidupan keluarga dan pergaulan (Vallido, 2009). 4. Dampak Gangguan Tidur Remaja Dampak kekurangan tidur pada remaja adalah meningkatkan angka ketidakhadiran di kelas, mempengaruhi prestasi di sekolah,

29 14 meningkatkan penggunaan alkohol dan rokok, meningkatkan risiko obesitas, dan menurunkan daya tahan tubuh (Liu X, 2010). Gangguan pola tidur berupa pola tidur yang berlebihan dapat menimbulkan efek negatif pada performa di sekolah, fungsi kognitif, dan mood sehingga dapat menimbulkan konsekuensi serius lainnya seperti peningkatan angka kejadian kecelakaan mobil dan motor. B. KONSEP TIDUR 1. Definisi Tidur Tidur didefinisikan sebagai suatu kondisi tidak sadar di mana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton, 1997). Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi berulang-ulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Menurut Alimul dan Hidayat (2008), tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relative; bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih kepada suatu urutan siklus yang berulang. 2. Fungsi dan Tujuan Tidur Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan. Selain itu, stress pada paru-paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga menurunkan aktivitasnya. Energi yang tersimpan selama tidur diarahkan untuk fungsi-fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama

30 15 efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai sususan saraf. Kedua, efek pada struktur tubuh yang dapat memulihkan kesegaran dan fungsi organ dalam tubuh, karena selama tidur telah terjadi penurunan aktivitas organorgan tubuh tersebut (Alimul & Hidayat, 2008). 3. Fisiologi Tidur Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan sususan saraf pusat, termasuk pengaturan kewapadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating system (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan, juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR) (Potter & Perry, 2005). Sedangkan saat bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Alimul & Hidayat, 2008).

31 16 4. Jenis dan Tahap Tidur Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur. Pertama jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis. Jenis tidur tersebut disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otaknya sangat lambat, atau disebut tidur non-rapid eye movement (NREM). Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak, meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang kedua disebut dengan jenis tidur paradoks atau tidur rapid eye movement (REM) (Alimul & Hidayat, 2008). Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam (Potter & Perry, 2005). a. Tidur gelombang lambat (slow wave sleep)/ non-rapid eye movement (NREM). Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, dengan gelombang otak yang lebih lambat, atau juga dikenal dengan tidur nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi, atau tidur dengan gelombang delta. Ciri lainnya adalah individu berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, dan metabolism turun (Alimul & Hidayat, 2008). Perubahan selama proses NREM tampak melalui elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak

32 17 berada pada setiap tahap tidur NREM. Tahap tersebut, yaitu: kewaspadaan penuh dengan gelombang beta yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah; istirahat tenang yang dapat diperlihatkan pada gelombang alfa jenis beta atau delta yang bervoltase rendah; dan tidur nyenyak gelombang lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi dan berkecepatan 1-2 per detik (Alimul & Hidayat, 2008). Tahapan tidur jenis NREM: Tahap I Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sebagai berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, serta dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung sekitar 5 menit (Potter & Perry, 2005). Tahap II Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun, temperature tubuh menurun, metabolisme menurun, serta berlangsung pendek dan berakhir menit. Tahap III Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi napas, dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini

33 18 disebabkan oleh adanya dominasi sistem saraf parasimpatis sehingga sulit untuk bangun. Tahap IV Tahap ini merupakan tahap tidur yang dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernapasan turun, jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun. b. Tidur paradox/tidur rapid eye movement (REM) Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama menit. Namun, apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut: a. Biasanya disertai dengan mimpi aktif. b. Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM. c. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis. d. Frekuansi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur. e. Pada otot perifer, terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.

34 19 f. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah meningkat atau fluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolism meningkat. g. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi. Secara umum, siklus tidur normal adalah sebagai berikut: Mengantuk REM NREM I NREM IV NREM II NREM III NREM III NREM IV Bagan 2.1. Siklus tidur normal (Potter & Perry, 2005) 5. Faktor yang Mempengaruhi Tidur Menurut Alimul dan Hidayat (2008), kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain: a. Penyakit b. Stres psikologis c. Obat

35 20 Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang mempengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretik yang daoat menyebabkan insomnia; antidepresan yang menekan REM; kafein yang dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur; golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia; dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk. d. Nutrisi Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut akan mempercepat proses terjadinya tidur karena dihasilkan triptofan. Triptofan merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dapat membantu kemudahan dalam tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur. e. Lingkungan Keadaan lingkungan yang aman, dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur. Krucik (2012) berpendapat bahwa penyebab gangguan tidur pada seseorang meliputi:

36 21 a. Penuaan b. Stimulasi berlebihan sebelum jadwal tidur (seperti menonton televisi, bermain video game, atau beraktivitas berat) c. Menkonsumsi terlalu banyak kafein d. Adanya suara bising yang mengganggu e. Ruangan tidur yang tidak nyaman f. Terlalu banyak tidur dalam sehari g. Nyeri fisik h. Stress dan kegelisahan i. Jadwal kerja atau sekolah j. Depresi k. Resep obat-obatan seperti obat tiroid dan obat yang mengandung ephedrine atau phenylpropanolamine 6. Gangguan/Masalah tidur a. Insomnia Insomnia merupakan suatu keadaan yang menyebabkan individu tidak mampu mendapatkan tidur yang adekuatm baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga individu tersebut hanya tidur sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu inisial insomnia, intermiten insomnia, dan terminal insomnia. Inisial insomnia merupakan ketidakmampuan individu untuk jatuh tidur atau mengawali tidur. Intermiten insomnia merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada malam

37 22 hari. Sedangkan terminal insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan adanya rasa khawatir dan tekanan jiwa. b. Hipersomnia Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan. Pada umumnya, lebih dari Sembilan jam pada malam hari, yang disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan metabolisme. c. Parasomnia Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola tidur. Misalnya, somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM. Somnambulime ini dapat menyebabkan cedera. d. Enuresis Enuresis merupakan buang air kecul yang tidak disengaja waktu tidur atau disebut juga dengan istilah mengompol. Enuresis ada dua macam, yaitu enuresis nocturnal dan enuresis diurnal. Enuresis nocturnal merupakan mengompol pada waktu tidur. Umumnya, enuresis nocturnal terjadi sebagai gangguan tidur

38 23 NREM. Sedangkan enuresis diurnal merupakan mengompol pada saat bangun tidur. e. Apnea dan mendengkur Pada umumnya, mendengkur tidak termasuk gangguan dalam tidur, tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah. Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan dalam pengaliran udara di hidung dan mulut pada waktu tidur. Rintangan tersebut seperti adanya adenoid, amandel, atau mengendurnya otot di belakang mulut. Terjadinya apnea dapat mengacaukan saat bernapas dan bahkan bisa menyebabkan henti napas. Apabila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah dapat menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur. f. Narkolepsi Narkolepsi merupaka keadaan tidur yang tidak dapat dikendalikan, seperti saat seseorang tidur dalam keadaan berdiri, mengemudi kendaraan, atau di tengah suatu pembicaraan. Hal ini merupakan suatu gangguan neurologis. g. Mengigau Mengigau merupakan suatu gangguan tidur bila terjadi terlalu sering dan di luar kebiasaan menyebabkan kualitas dan kebutuhan tidur berkurang sehingga dapat mengganggu fungsi organ dalam tubuh (perbaikan sel) dan dapat mudah menyebabkan masalah

39 24 psikologis. Hasil pengamatan dapat menunjukkan bahwa hamper semua orang pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur REM. h. Gangguan pola tidur secara umum Suatu keadaan ketika individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan (Carpenito, 1995). Gangguan ini terlihat pada pasien menunjukkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, serta sering menguap atau mengantuk. Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain adalah kerusakan transport oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, immobilitas, nyeri pada kaki, taku operasi, terganggu oleh kawan sekamar, dan lain-lain. 7. Kualitas Tidur Kualitas adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Seseorang dikatakan memenuhi kualitas tidur bila seseorang tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda

40 25 kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. 1. Tanda fisik a. Ekspresi wajah (area gelap disekitar mata, bengkak dikelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung). b. Kantuk yang berlebihan (sering menguap). c. Tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian). d. Terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing. 2. Tanda psikologis a. Menarik diri, apatis dan respons menurun. b. Merasa tidak enak badan. c. Malas berbicara. d. Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran. e. Kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun.

41 26 C. KERANGKA TEORI Kerangka teori berisi prinsip-prinsip teori yang mempengaruhi dalam pembahasan. Prinsip-prinsip teori itu berguna untuk membantu gambaran langkah dan arah kerja (Arifin, 1997). Oleh karena itu, kerangka teori ini adalah: Remaja mengantuk pergeseran ritme irama sirkadian Gangguan transisi tidur-bangun NREM I NREM II NREM III NREM IV Faktor Lingkungan: Bising Cahaya Televisi di kamar tidur REM Kebiasaan/pola tidur terganggu, penggunaan obat tidur, obat lain yg mengandung sedative Perubahan jumlah waktu tidur Gangguan memulai & Mempertahankan tidur Keterangan: Gangguan somnolen berlebihan Siklus berulang Faktor individu Stres Jenis Kelamin Konsumsi kafein, rokok, alkohol Gangguan tidur Bagan 2.2 Kerangka Teori: Potter & Perry (2005), Alimul & Hidayat (2008), Ramdhani & Putra (2009)

42 27 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian diperlukan sebagai landasan berpikir dalam melaksanakan suatu penelitian yang dikembangkan dari tinjauan teori yang telah dibahas sebelumnya, sehingga mudah dipahami dan dapat menjadi acuan peneliti (Dahlan, 2010). Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, peneliti ingin menjelaskan kerangka konsep yang akan dilakukan saat penelitian. Bagan 3.1 Kerangka Konsep Gangguan tidur - Jenis kelamin - Jenis gangguan tidur Pada bagan diatas, peneliti hanya ingin mengetahui variabel gangguan tidur pada remaja mengenai gangguan tidur berdasarkan jenis kelamin dan jenis gangguan tidur. 27

43 28 B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No. Variabel Definisi Operasional 1. Jenis Kelamin 2. Gangguan tidur Perbedaan antara perempuan dengan lakilaki secara biologis sejak seseorang lahir Kumpulan kondisi yang dicirikan dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada responden. Skala ukur Alat ukur Cara ukur Nominal Kuesioner Mengisi kuesioner yang dibagikan. Ordinal Kuesioner Sleep Disturbances Scale for Children (SDSC) Hitung total skor 26 pertanyaan dengan cut off point score = 46 Hasil Ukur 1 = lakilaki 2 = perempuan Ada gangguan tidur = skor >46 Tidak ada gangguan tidur = skor < 46

44 BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang didalamnya tidak ada analisis hubungan antara variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif (Morton, 2008). Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk memperoleh informasi tentang gambaran gangguan tidur pada anak remaja awal usia tahun di Tangerang Selatan. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah 1370 remaja yang bersekolah di SMP Negeri 03 Tangerang Selatan. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2005). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik stratified proportionate random sampling. Pengambilan sampel

45 30 jenis ini digunakan apabila dalam suatu populasi memiliki beberapa kelompok yang karakteristiknya berbeda (Irfan dkk, 2014). Pada penelitian ini populasi memiliki tingkat pendidikan yang berbeda. Agar sampel yang digunakan sesuai, peneliti menentukan kriteria inklusi: a. Remaja usia tahun. b. Remaja yang memiliki teman sekamar atau keluarga yang mengetahui kebiasaan tidurnya c. Remaja yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian. d. Remaja yang mengumpulkan dan mengisi data kuesioner lengkap. Kriteria eksklusi: a. Remaja yang sakit dan mengkonsumsi obat yang menyebabkan kantuk b. Remaja yang merupakan anak tunggal Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin lalu di stratifikasi dengan rumus pengambilan sampel stratifikasi, yaitu: ( ) Keterangan: N = Populasi n = sampel e = nilai ketepatan relative 10 %

46 31 Tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 90% dan tingkat ketepatan relatif adalah sebesar 10% (Budiharto, 2008). Jumlah sampel yang diperoleh dengan memakai rumus tersebut adalah sebanyak 93 orang. Keterangan: N = Total populasi n = sampel yang di inginkan Ni = Populasi per kelas n1 = sampel kelas 1 n2 = sampel kelas 2 n3 = sampel kelas 3 Mengantisipasi terjadinya sampel yang drop out, dan sebagai cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari total sampel: 10% x 93 = 9,3 9 responden. Jadi, total sampel dalam penelitian ini adalah = 102 responden.

47 32 C. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di sekolah SMP Negeri 03 Tangerang Selatan. Lokasi ini dipilih berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bahwa fenomena gangguan tidur yang terjadi pada daerah tersebut belum diketahui. Wilayah Tangerang Selatan juga merupakan wilayah yang belum pernah dilakukan penelitian terkait gangguan tidur pada remaja. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung selama 13 bulan, sejak peneliti menentukan judul, menulis proposal, mengumpulkan data hingga seminar hasil, yang berlangsung sejak bulan Oktober 2014 hingga November D. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2008). Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dimana pengumpulan data dilakukan dengan metode angket atau kuesioner yang dibagikan kepada responden untuk mendapatkan jawaban pertanyaan (Morton, 2008). Tahapan pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

48 33 1. Peneliti meminta surat pengantar dari institusi untuk studi pendahuluan di SMP 03 Negeri Tangerang Selatan. 2. Peneliti mengajukan surat ijin dari institusi kepada kepala sekolah untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian di tempat tersebut. 3. Sebelum dilakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian, menjelaskan cara mengisi kuesioner, dan menjamin kerahasiaan jawaban yang diberikan dalam kuesioner kepada calon responden. 4. Peneliti bertanya kepada responden yang bersedia apakah ada orang yang mengetahui kebiasaan tidurnya atau teman sekamar dalam tidur 5. Peneliti menjelaskan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang akan di isi bersama orang tua atau orang lain serta pertanyaan yang di isi oleh remaja sendiri. 6. Setelah itu responden mengisi formulir persetujuan atau informed consent. Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya tentang hal hal yang tidak dipahami dan tidak jelas di dalam kuesioner. 7. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden dan mempersilahkan untuk membawanya untuk dijawab bersama dengan orangtua atau teman sekamar sesuai petunjuk, setelah

49 34 lembar kuesioner diisi oleh responden kemudian dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti. E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data (Ahmad, 2007). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner Sleep Disturbances Scale for Children (SDSC) dan kuesioner data penunjang berupa faktor-faktor yang mempengaruhi tidur serta Perceived Stress Scale (PSS). 1. Sleep Disturbances Scale for Children (SDSC) SDSC merupakan suatu kuesioner yang disusun dalam rangka standarisasi penilaian terhadap gangguan tidur pada anak dan remaja melalui sistem scoring tidur yang mudah digunakan, menciptakan basis data dari populasi besar untuk mendapatkan standar nilai normal, mengidentifikasi anak dengan gangguan tidur spesifik (Bruni O, 1996). Kuesioner SDSC memiliki enam faktor gangguan tidur, yaitu gangguan memulai dan mempertahankan tidur, gangguan kesadaran, gangguan transisi tidur-bangun, gangguan pernapasan, gangguan somnolen berlebihan, dan gangguan hiperhidrosis (Bruni, 1996). Pada pertanyaan nomor 6, 7, 15, 17, 18, 19, 20, dan 21 merupakan pertanyaan yang membutuhkan observasi dari orang tua atau teman sekamar tidur. Oleh karena itu remaja disarankan untuk mengisi 8 pertanyaan tersebut bersama dengan orang lain yang mengetahui

50 35 kebiasaan tidurnya. 18 pertanyaan lainnya dapat di isi oleh remaja itu sendiri berdasarkan apa yang dialami saat menjelang tidur atau saat tidur malam. Penilaian SDSC menggunakan Angka 1-5. Dua pertanyaan pertama berdasarkan skala intensitas sementara, 24 pertanyaan lainnya menggunakan skala kekerapan. Skala kekerapan yang dimaksud adalah 1=tidak pernah; 2=jarang (1-2 kali perbulan); 3=kadang-kadang (1-2 kali seminggu); 4=sering (3-5 kali seminggu); 5=selalu (setiap hari). Setelah itu nilai dijumlahkan dan didapatkan penilaian adanya gangguan tidur pada anak (Bruni, 1996). Total skor gangguan tidur didapatkan dengan menjumlahkan seluruh nilai faktor tidur. Standarisasi digunakan untuk menghitung angka T (M=50, SD=10), dengan angka T lebih besar dari 70 maka dinyatakan terdapat gangguan tidur (Schurman dkk, 2012). Pada penelitian ini menggunakan cut off point yang lebih tinggi yaitu skor total 46 (T skor > persentil 64) karena pada penelitian Natalita dkk (2011) terdapat 29% responden dengan skor total < 39 (T skor > persentil 55) tetapi memiliki skor subtipe > 60 (mengalami gangguan tidur). F. Uji Validitas dan Reabilitas Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner tersebut harus diuji validitas dan reabilitas untuk mendapatkan data yang valid dan realibel. Validitas adalah suatu indeks

51 36 yang menunjukkan alat ukur itu benar benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing masing skor item pertanyaan dari tiap variabel dengan total skor variabel tersebut. Perhitungan uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Products and Service Solutions) ( Hidayat, 2008). Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengujian pada penelitan menggunakan teknik Alpha Crombach ( a ), dalam uji reabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha > r tabel maka pertanyaan tersebut reliable sebaliknya bila r alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliabel. Kuesioner SDSC merupakan alat ukur yang sudah baku dan telah dimodifikasi berupa terjemahan bahasa Indonesia yang sudah divalidasi dan dinilai reabilitasnya, yaitu r=0,71 (Haryono, 2009). Sensitivitas pada kuesioner ini sebesar 0,89 dengan spesifisitas sebesar 0,74 (Bruni, 1996).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks,

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks, tidak stress, menganggur,.. Namun tidak berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pola Tidur Tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan adanya berbagai derajad stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Remaja WHO mendefinisikan remaja (adolescent) sebagai individu berusia 10 sampai 19 tahun dan dewasa muda (youth) 15 sampai 24 tahun. Dua kelompok usia yang saling

Lebih terperinci

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan ISTIRAHAT & TIDUR By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Pengertian Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah Tidur adalah status perubahan kesadaran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Tidur Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (Wahit dan Nurul, 2007). Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk anak-anak dan remaja

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk anak-anak dan remaja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk anak-anak dan remaja dalam proses belajar, proses memori dan prestasi sekolah. Peningkatan kejadian putus tidur,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tidur 1. Pengertian Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan ketidaksadaran yang bersifat sementara dan dapat dibangunkan dengan memberikan rangsangan sensori atau rangsangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungannya dengan fungsi kognitif, pembelajaran, dan atensi (Liu et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungannya dengan fungsi kognitif, pembelajaran, dan atensi (Liu et al., BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dan memegang peranan penting dalam perkembangan anak. Tidur tidak hanya berdampak pada perkembangan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur multidisipliner yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan optimal. Keperawatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar

Lebih terperinci

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur 1.2.1 Pengkajian Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istirahat atau tidur yang cukup merupakan kebutuhan setiap orang agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Maslow mengatakan kebutuhan fisiologis dasar manusia terdiri

Lebih terperinci

Tidur dan Ritme Sirkadian

Tidur dan Ritme Sirkadian Modul ke: Tidur dan Ritme Sirkadian Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Pengertian Tidur : Tidur berasal dari bahasa latin somnus yang berarti alami

Lebih terperinci

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI TIDUR Tidur suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa Tidur dibagi menjadi 2 fase : 1. Active sleep / rapid eye movement (REM) 2. Quid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Media Sosial a. Pengertian Media Sosial Media sosial adalah sebuah sarana yang dibuat untuk memudahkan interaksi sosial dan komunikasi dua arah. Dengan semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir seluruh hidup manusia dikaruniai nikmatnya tidur dan berbagai cara terus dilakukan untuk menciptakan kualitas tidur yang baik dimalam hari. Bagi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR NAMA : ZULIYA INDAH FATMAWATI NIM : G3A015019

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR NAMA : ZULIYA INDAH FATMAWATI NIM : G3A015019 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR NAMA : ZULIYA INDAH FATMAWATI NIM : G3A015019 PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN

Lebih terperinci

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Definisi : Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Koma = keadaan bawah sadar dimana orang tsb tidak dapat dibangunkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Tidur Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika seseorang sedang tidur bukan berarti bahwa susunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat terkait dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya kesehatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein merupakan zat psikoaktif yang terdapat pada banyak sumber seperti kopi, teh, soda dan cokelat. Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kopi terbesar ke-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR DI RUANG BELIBIS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR DI RUANG BELIBIS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR DI RUANG BELIBIS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA OLEH : I DEWA GEDE DWIJA YASA 1202105066 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal.istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak. Semarang dan sekitarnya yang bersedia bekerja sama.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak. Semarang dan sekitarnya yang bersedia bekerja sama. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina. Kebutuhan tidur bervariasi pada masing-masing orang, umumnya 6-8 jam per hari. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia melakukan pekerjaan yang berbeda setiap harinya,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia melakukan pekerjaan yang berbeda setiap harinya, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia melakukan pekerjaan yang berbeda setiap harinya, dibalik setiap rutinitas yang dilakukan, manusia juga membutuhkan tidur untuk mengistirahatkan tubuh.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tidur a. Pengertian Tidur Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang membutuhkan tidur, makan, air dan oksigen untuk bertahan hidup. Untuk manusia sendiri, tidur adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga universal karena umumnya semua individu dimanapun ia berada

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Penelitian. Subjek NA, ARW, dan ITM adalah beberapa dari mahasiswa

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Penelitian. Subjek NA, ARW, dan ITM adalah beberapa dari mahasiswa BAB V PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Subjek NA, ARW, dan ITM adalah beberapa dari mahasiswa jurusan arsitektur Universitas Katolik Soegijapranata yang sedang menghadapi tugas akhir. Karena kesibukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang dimana telah terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap (Hurlock, 1999). Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan hampir seperempat hingga sepertiga waktunya untuk tidur. Tidur merupakan proses yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. emosional dan sosial. Menurut Santrock (2003) perubahan. remaja terbagi menjadi 3, yaitu: hormonal pada pubertas.

BAB II KAJIAN TEORI. emosional dan sosial. Menurut Santrock (2003) perubahan. remaja terbagi menjadi 3, yaitu: hormonal pada pubertas. BAB II KAJIAN TEORI A. Remaja 1. Definisi Menurut Santrock (2003), remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial

Lebih terperinci

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi non-eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan metode cross sectional. Menurut

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tidur 1. Pengertian tidur Tidur adalah suatu keadaan dibawah sadar yang orang tersebut dapat dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton, 1991).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan kesehatan emosional (Colten & Altevogt, 2006). Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang memiliki karakteristik

BAB 1. PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang memiliki karakteristik BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang memiliki karakteristik adanya perubahan penting dalam fungsi kognitif, perilaku, sosial, dan emosional sesuai perkembangan

Lebih terperinci

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup (Istirahat) MASYARAKAT KINI Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup DI AMERIKA SERIKAT Perasaan letih termasuk 10 alasan utama mengapa penderita mengunjungi dokter

Lebih terperinci

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Informasi Penelitian LEMBAR INFORMASI PENELITIAN Assalammu laikum Wr Wb Saya, Sitti Nursanti dari Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

KONSEP ISTIRAHAT TIDUR

KONSEP ISTIRAHAT TIDUR KONSEP ISTIRAHAT TIDUR PENDAHULUAN Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Orang sakit seringkali membutuhkan istirahat dan tidur yang lebih banyak dari biasanya. Terganggu Peran perawat ISTIRAHAT

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Tidur merupakan suatu fenomena yang umum, terjadi kehilangan. kesadaran yang bersifat sementara dan merupakan suatu keadaan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Tidur merupakan suatu fenomena yang umum, terjadi kehilangan. kesadaran yang bersifat sementara dan merupakan suatu keadaan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Tidur Normal pada Remaja Tidur merupakan suatu fenomena yang umum, terjadi kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan merupakan suatu keadaan fisiologik aktif yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, yang ditandai oleh adanya keterbatasan aliran udara persisten yang biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Tidur Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Jika seseorang yang sedang sakit memerlukan lebih banyak istirahat dan tidur dibandingkan pada umumnya. Seringkali,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dari dalam diri dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti seseorang dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Migren Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan remaja. 11 Nyeri kepala merupakan penyebab tersering anak-anak dirujuk ke ahli neurologi anak.

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. 1 Stres normal merupakan. sehingga timbul perubahan patologis bagi penderitanya.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. 1 Stres normal merupakan. sehingga timbul perubahan patologis bagi penderitanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan

Lebih terperinci

Gangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ

Gangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ Gangguan tidur P E N Y A J I LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA P E M B I M B I N G DR. SUZY YUSNA D, SPKJ pendahuluan Tidur adalah suatu aktivitas khusus dari otak, yang di kelola oleh

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pada era globalisasi, manusia lebih memforsir tubuh untuk melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan menuntut seseorang sering lebih bergadang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

commit to user BAB V PEMBAHASAN

commit to user BAB V PEMBAHASAN 48 BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai perbedaan kualitas tidur antara pasien asma dengan pasien PPOK dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013 di Poliklinik Paru RSUD Dr. Moewardi, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Jadwal Penelitian. Desember Februari Januari Persiapan. Pelaksanaan. Penyusunan Laporan Pengiriman Laporan

LAMPIRAN. 1. Jadwal Penelitian. Desember Februari Januari Persiapan. Pelaksanaan. Penyusunan Laporan Pengiriman Laporan LAMPIRAN 1. Jadwal Penelitian Kegiatan/ Waktu Persiapan November 2009 Desember 2009 Januari 2010 Februari 2010 Pelaksanaan Penyusunan Laporan Pengiriman Laporan 2. Personil penelitian 1. Ketua Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional study. Dalam arti kata luas,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Program DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian korelasional bertujuan

Lebih terperinci

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI Overview of Sleep Quality and Sleep Disorders In Elderly at Social Home Tresna Werdha Budi Luhur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, berpengaruh terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia. Menurut laporan Perserikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. Peningkatan atau

Lebih terperinci

Umur/Kelas : Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan Informasi Orangtua/ Wali

Umur/Kelas : Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan Informasi Orangtua/ Wali LAMPIRAN 66 67 Lampiran 1 Assalamu alaikum Wr. Wb Bapak/Ibu yang terhormat, saya Arnita Anindira mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) 2013 sedang melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan termasuk dalam penelitian korelasional, yaitu penelitian yang mengkaji hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel

Lebih terperinci

PENGANTAR. Perkenalkan nama saya Putri Ayuningtyas, mahasiswi Fakultas Psikologi

PENGANTAR. Perkenalkan nama saya Putri Ayuningtyas, mahasiswi Fakultas Psikologi Lampiran 1 PENGANTAR Perkenalkan nama saya Putri Ayuningtyas, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Dalam rangka menyusun tugas akhir, saya membutuhkan bantuan Bapak/Ibu untuk meluangkan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Lampiran 4 LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Kecemasan Klien Pre Operasi Dengan Gangguan Pola Tidur Di Ruang Kenanga RS. PELNI Jakarta Tahun 2010 Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang disebut sebagai beranjak dewasa (emerging adulthood) tejadi dari usia 18 sampai 25 tahun (Arnett

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah periode kritis antara masa anak anak dan masa dewasa (WHO). Masa remaja selalu disertai dengan perubahan aspek biologis, kognitif, emosional, dan sosial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Jiwa. Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Jawa Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Jiwa. Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Jawa Tengah. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Jiwa. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di lingkungan

Lebih terperinci

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS DAN MENYUSUI ISTIRAHAT

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS DAN MENYUSUI ISTIRAHAT PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS DAN MENYUSUI ISTIRAHAT OLEH : KELOMPOK 5 I Gusti Agung Ayu Cahyaningrum Ananta P07124214 017 Kadek Devi Ary Suta P07124214 022 Ni Putu Ayu Sinta Puji Rahayu P07124214

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta tetapi merasa badan tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan hubungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Lansia 1.1. Pengertian Lansia Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang di gunkan dalam penelitian ini survei analitik, yaitu penelitian yang menggali bagaimana tingkat pengetahuan dan kualitas hidup lansia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terjadinya pembentukan sel tubuh yang rusak (natural healing

BAB I PENDAHULUAN. untuk terjadinya pembentukan sel tubuh yang rusak (natural healing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan yang paling dasar pada manusia, antara lain pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan, nutrisi, eliminasi, aktivitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi (Prawirohardjo,2008 dalam Kumalasari, 2015).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hipertensi pada mahasiswa FKIK UMY angkatan yang berjumlah 499 mahasiswa.

BAB III METODE PENELITIAN. hipertensi pada mahasiswa FKIK UMY angkatan yang berjumlah 499 mahasiswa. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen, yang bersifat deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN

Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN Judul Penelitian Nama Peneliti : Hubungan Lama Permainan Game Online Dengan Gangguan Pola Tidur Pada Mahasiswa Poso Di Salatiga

Lebih terperinci

Informed Consent. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre dan Post Operasi Mayor di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Informed Consent. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre dan Post Operasi Mayor di RSUD Dr. Pirngadi Medan Lampiran 1 Informed Consent Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre dan Post Operasi Mayor di RSUD Dr. Pirngadi Medan Nurul Rahmah Suhayat 111101098 Selamat siang/sore Bapak/Ibu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis, atau kebutuhan paling dasar atau paling bawah dari piramida kebutuhan dasar. Kesempatan untuk istirahat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut hirarki Maslow tingkat yang paling dasar dalam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Waktu tidur yang dibutuhkan manusia di setiap tahapan umur berbedabeda. Pada mulanya, bayi yang baru lahir akan menghabiskan waktunya untuk tidur dan hanya akan terbangun

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Experimental Pre-Post Test dengan intervensi senam otak. Penelitian ini dilakukan untuk

Lebih terperinci