Keberhasilan pertanaman di lapangan salah satunya
|
|
- Ivan Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 271A PENGGUNAAN RAK BAMBU DALAM PENGANGKUTAN BIBIT SENGON DENGAN TRUK Ruskandi 1 Keberhasilan pertanaman di lapangan salah satunya ditentukan oleh mutu bibit yang digunakan. Untuk membangun usaha perkebunan atau kehutanan dalam skala luas diperlukan bibit dalam jumlah banyak dengan mutu yang baik, yaitu bibit segar, daun tidak rontok, batang utuh, serta bebas hama dan penyakit. Luasnya areal yang akan ditanami menyebabkan bibit yang diperlukan cukup banyak. Dalam hal ini pengangkutan menjadi kendala yang utama. Untuk menjaga agar bibit tetap dalam kondisi baik dan siap tanam, maka pengangkutan bibit dari lahan persemaian ke areal pertanaman memerlukan alat dan cara angkut yang baik. Metode pengangkutan bibit yang banyak dilakukan oleh petani adalah dengan cara dipikul atau digotong. Pengangkutan seperti ini hanya cocok untuk jarak angkut pendek, karena apabila bibit yang dipindahkan banyak dan jarak tempuh cukup jauh, maka diperlukan biaya yang besar dan waktu yang lama. Pengangkutan bibit untuk jarak tempuh yang jauh umumnya menggunakan truk. Dalam mengangkut bibit, polibag biasanya hanya ditumpuk, sehingga bibit banyak yang rusak dan biaya menjadi lebih mahal. Salah satu metode alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam pengangkutan atau pengiriman bibit jarak jauh dan dalam jumlah besar adalah dengan pembuatan rak sederhana. Rak dibuat dari bambu dan dipasang di dalam bak truk. Bahan-bahannya bisa digunakan berulang-ulang, mudah didapat, dan dapat dikerjakan sendiri oleh sebagian besar petani. Dengan menggunakan metode ini diharapkan bibit yang terangkut lebih banyak, sehingga biaya lebih murah. Tanaman bambu dikenal memiliki sifat-sifat yang baik antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, dibentuk, dan mudah dikerjakan serta ringan. Selain itu, harga bambu relatif murah dan banyak ditemukan di sekitar pemukiman di pedesaan. Penggunaan rak dari bambu dan penyusunan bibit yang baik diharapkan akan turut mensukseskan program pengembangan tanaman perkebunan dan kehutanan terutama melalui efisiensi dan efektivitas 1 Asisten Teknisi Litkayasa pada Loka Penelitian Polatanam Kelapa Pakuwon, PArungkuda, Sukabumi, Telp. (0266) pengangkutan bibit. Tujuan pembuatan rak sederhana dari bambu adalah untuk menghemat biaya serta mengurangi kerusakan bibit tanaman perkebunan/kehutanan dalam pengangkutan bibit dengan truk. BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di Instalasi Loka Penelitian Polatanam Kelapa Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat, pada bulan Oktober-Desember Bahan utama untuk pembuatan rak ini adalah 15 batang bambu petung (Dendrocalamus asper) dengan diameter cm, 5 batang bambu atter (Gigantochloa atter) dengan diameter 5-6 cm, serta satu batang bambu untuk tali pengikat yaitu bambu tali (Gigantochloa apus Kurz). Bambu yang digunakan dipilih yang tua dan lurus, kecuali untuk tali pengikat dipilih yang setengah tua. Bahan lainnya adalah satu lembar papan dengan panjang 2 m dan lebar 20 cm, 0,5 kg paku reng 2,5 cm, 0,5 kg paku lakop 7 cm, dan tambang 20 m. Alat yang digunakn adalah gergaji potong, tambang plastik, palu (martil), dan golok. Cara Pembuatan Rak dibuat dua susun, sehingga menjadi tiga susun apabila diperhitungkan bak truk sebagai susun yang pertama. Kendaraan truk yang dimaksud dalam tulisan ini adalah truk colt diesel ukuran bak panjang 4 m, lebar 1,80 m, dan tinggi 1.50 cm. Cara pembuatannya adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan tiang rak menggunakan bambu petung diameter cm. Bambu dipotong menjadi 10 buah sepanjang 150 cm, masing-masing untuk bagian kiri 5 buah dan kanan 5 buah. Selanjutnya, bambu dilubangi untuk pemasangan slup, dari bambu atter yang diameternya lebih kecil yaitu 5-6 cm, agar tiang kuat menahan beban di atasnya dan bisa digeser-geser. Lubang dibuat dua buah dengan jarak tiap 50 cm (Gambar 1). 2. Slup dibuat dari bambu atter dengan panjang 4 m sebanyak 4 buah, untuk bagian kiri 2 buah dan kanan 2 buah. Untuk sisi lebar dibuat sepanjang 180 cm, masing-masing untuk Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2,
2 Lubang untuk slup 50 cm 150 cm Tiang dari bambu petung Gambar 1. Posisi lubang pada tiang rak bambu dua susun. bagian depan dan belakang. Slup dimasukkan ke dalam lubang yang ada kemudian dipaku menggunakan paku lakop ukuran 7 cm. Jarak tiang yang satu dengan yang lain pada satu sisi adalah 100 cm (Gambar 2). 3. Palang penahan untuk memperkuat ebek dibuat dari bambu petung dibelah dua, dengan panjang 180 cm. Tiap susunan rak dengan panjang 4 m dibutuhkan 12 bilah bambu, sehingga untuk dua susun dibutuhkan 24 bilah. Posisi palang penahan pada rak bambu disajikan pada Gambar Ebek dibuat dari bambu yang dibelah-belah dengan lebar 5 cm dan panjang 180 cm. Ukuran ebek adalah 100 cm x 180 cm dengan memakai bilahan bambu kurang lebih 25 bilah (Gambar 4). Ebek digunakan sebagai alas penyimpanan bibit yang akan dikirim dan diletakkan pada palang penahan. Satu susun rak diperlukan 4 buah ebek. Gambar 2. Gambar 4. Pemasangan Rak dan Penyusunan Bibit Sengon Pemasangan rak dilakukan bersamaan dengan penyusunan bibit dengan urutan sebagai berikut: Tiang yang telah dipasang slup diikat pada bagian pinggir bak truk dengan menggunakan tambang hingga kuat tidak mudah bergeser. Bibit sengon disusun pada dasar bak truk. Penyusunan bibit diusahakan tidak terlalu panjang, cukup 100 cm agar memudahkan dalam penyusunan berikutnya. Adapun lebarnya disesuaikan dengan lebar bak truk yaitu 180 cm. Penyusunan dimulai dari depan bak. Pemasangan tiga buah palang penahan ebek sepanjang 100 cm dengan jarak dari palang yang satu ke palang lain kurang lebih 50 cm. Palang kemudian diikat dengan tali dari bambu. Apabila sudah kuat, dilanjutkan dengan pemasangan ebek di atas palang penahan. Pengikatan dilakukan sama seperti pada pengikatan palang penahan dengan menggunakan tali dari bambu. Penyusunan bibit sengon pada rak pertama (bawah) dari depan bak kendaraan, dilanjutkan dengan pada rak kedua dan seterusnya dengan cara sama dengan pada rak pertama. Penyusunan paling atas ebek kedelapan digunakan papan sebagai penyekat agar bibit sengon tidak berhamburan jika terjadi goncangan yang keras selama di perjalanan. HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya pembuatan rak bambu sederhana disajikan pada Tabel 1. Jumlah biaya keseluruhan Rp terdiri atas biaya bahan Rp dan biaya upah Rp Gambar 3. Bibit sengon yang dapat diangkut menggunakan rak dua susun dengan delapan ebek pada bak truk berukuran 4 m x 1,8 m cm dengan polibag ukuran 7 cm x 10 cm sebanyak bibit. Bila menggunakan polibag ukuran 10 cm x 10 cm 52 Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2, 2002
3 Tabel 1. Biaya pembuatan rak bambu sederhana Uraian Jumlah (Rp) Bahan Bambu petung 15 Rp Bambu atter 5 Rp Bambu Rp Papan (20 cm x 2 m) 1 Rp Paku reng 0,5 Rp Paku lakop 0,5 Rp Tambang 20 Rp Jumlah biaya bahan Upah 2 orang 2 hari Rp Total mencapai bibit, ukuran 15 cm x 25 cm tersusun bibit, dan 20 cm x 20 cm tersusun 900 bibit. Pada pengangkutan dengan rak bambu, bibit yang rusak pada polibag ukuran 7 cm x 10 cm mencapai 224 bibit atau 4,02%, pada polibag ukuran 10 cm x 10 cm rusak 97 bibit atau 3,50%, dan pada polibag ukuran 15 cm x 25 cm yang rusak 36 bibit atau 4,00% (Tabel 3). Bila diangkut tanpa menggunakan Tabel 2. Jumlah bibit sengon dalam polibag yang dapat diangkut satu truk Ukuran polibag Pada bak Pada dua Jumlah kendaraan susun rak 7 cm x 10 cm cm x 10 cm cm x 25 cm cm x 20 cm Tabel 3. Jumlah bibit sengon yang rusak pada pengangkutan dengan menggunakan rak bambu Ukuran polibag Bibit diangkut Bibit rusak Persentase 7 cm x 10 cm ,02 10 cm x 10 cm ,50 15 cm x 25 cm ,13 20 cm x 20 cm ,00 rak bambu, satu truk mampu mengangkut bibit pada polibag ukuran 7 cm x 10 cm dengan bibit yang rusak mencapai 425 bibit atau 14,48%, sedangkan dengan polibag ukuran 10 cm x 10 cm terangkut bibit dengan kerusakan 214 bibit atau 14,22%. KESIMPULAN Rak sederhana dari bambu dapat dijadikan alat bantu alternatif dalam pengangkutan bibit sengon, karena bahannya mudah didapat, cara pembuatannya mudah, dan dapat digunakan berulang-ulang. Kelebihan bambu adalah cukup kuat, mudah dikerjakan, dan cukup ringan sehingga memudahkan waktu memasang dan membongkarnya pada bak truk. Jumlah bibit sengon dalam polibag yang dapat diangkut menggunakan rak bambu dalam pengangkutan dengan truk adalah, untuk polibag ukuran 7 cm x 10 cm sebanyak bibit, polibag ukuran 10 cm x 10 cm bibit, polibag ukuran 15 cm x 25 cm bibit, dan polibag ukuran 20 cm x 20 cm sebanyak 900 bibit. Kerusakan bibit dapat ditekan dari 14,22-14,48% menjadi 3,50-4,02%. DAFTAR PUSTAKA Alrasjid, H Teknik Penanaman Rotan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. No. 102: Krisdianto, G. Sumarni, dan A. Ismanto, Sari Hasil Penelitian Bambu. Pusat Penelitian Hasil Hutan, Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan, Bogor. hlm. 29. Prajadinata, S. dan Masano Teknik penanaman sengon (Albizia Falcataria L. Fosberg). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. No. 97: 6-7. Sutiono, Teknik budidaya tanaman bambu. Informasi Teknik No. 35. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Bogor. hlm. 58. Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2,
4 54 Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2, 2002
5 Lampiran 1. Jenis bambu di Indonesia Nama botani Nama lokasi Daerah ditemukan Arundinaria japanica Sieb & Zuc ex Stend. - Jawa Bambusa arundinacea (Retz) Willd. pring ori Jawa, Sulawesi Bambusa atra Lindl. Loleba Maliku Bambusa balcooa Roxb. - Jawa Bambusa blumeana Bl.ex Schul.f. bambu duri Jawa, Sulawesi, usatenggara Bambusa glaucescens (Willd) Sieb ex Monro. bambu pagar, cendani Jawa Bambusa harsfieldii Munro. bambu embong Jawa Bambusapolymorpha Munro. - Jawa Bambusatulda Munro. - Jawa Bambusavulgaris Schard. awi ampel, haur Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku Denrocalamus asper. bambu petung Jawa, Bali, Sumatera, Denrocalamus giganteus Munro. bambu sembilang Kalimantan, Sulawesi Denrocalamus strictur (Roxb) Ness. bambu batu Jawa Denrocalamus scandens O.K. bambu cangkoreh,kedalan Jawa Gigantochloa apus Kurz. bambu apus, tali Jawa Gigantochloa atroviolacea bambu hitam, wulung Jawa Gigantochloa atter bambu ater,jawa benel, buluh Jawa Gigantochloa achmadii Widjaja. bambu apus Jawa Gigantochloa hasskarliana bambu lengka tali Sumatera Gigantochloa levis (Blanco) Merr. bambu suluk Jawa, Bali, Sumatera Gigantochloa manggong Widjaja. bambu manggong Kalimantan Gigantochloa nigrocillata Kurz. bambu lengka, terung terasi Jawa Gigantochloa prurien buluh rengen Jawa Gigantochloapsedoarundinaceae bambu andong,gambang surat Sumatera Gigantochloaridleyi Holtum. tiyang kaas Jawa Gigantochloa robusta Kurz. bambu mayan, temen serit Bali Gigantochloa waryi Gamle. buluh dabo Jawa, Bali, Sumatera Melacanna bacifera (Roxb) Kurz. - Sumatera Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. bambu eul-eul Jawa Phyllostachiys aurea A&Ch.Riviere. bambu uncea Jawa Schizotachyum blunei Ness. bambu wuluh tamiang Jawa Schizotachyum brachycladum Kurz. buluh nehe,awi buluh, ute Jawa, Nusa Tenggara Timur, Sumatera, wanat, tomula Kalimantan, Sulawesi, Maluku Schizotachyum candatum Backer ex Heyne buluh bungkok Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku Schizotachyum lima (Balnco) Merr. bambu toi Sumatera Schizotachyum longipiculata Kurz. bambu jalur Sulawesi Maluku, Irian Jaya Jawa, Sumatera, Kalimantan Schizotachyumzollingeri Stend bambu jala,cakeutreuk Jawa, Sumatera Thrysostachys siamensis Gamle. - Jawa Sumber : Sutiyono (1992). Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2,
TINJAUAN PUSTAKA. (gramineae) dan masih berkerabat dekat dengan padi dan tebu. Tanaman bambu dimasukkan ke dalam subfamili bambusoideae.
TINJAUAN PUSTAKA Pengenalan Bambu Bambu merupakan tanaman tahunan yang sering diberi julukan rumput raksasa. Tanaman penghasil rebung ini memang termasuk dalam famili rumputrumputan (gramineae) dan masih
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Bambu Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini sudah menyebar di seluruh kawasan nusantara. Bambu dapat tumbuh di daerah iklim basah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bambu disebut juga Giant Grass (Rumput Raksasa) beberapa. tahap pertumbuhan dalam bambu yaitu mulai dari rebung, batang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Objek Perancangan 2.1.1 Definisi Bambu Bambu tergolong keluarga Gremineae (rumput-rumputan), bambu disebut juga Giant Grass (Rumput Raksasa) beberapa tahap pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BAMBU DAN FASILITAS HUNIAN
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BAMBU DAN FASILITAS HUNIAN 2.1 TINJAUAN UMUM TENTANG BAMBU 2.1.1 Tanaman Bambu Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia dan sudah menyebar di
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bambu merupakan tanaman dari famili rerumputan (Graminae) yang banyak dijumpai dalam kehidupan manusia, termasuk di Indonesia. Secara tradisional bambu dimanfaatkan untuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Bambu Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia dan sudah menyebar di kawasan Nusantara. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah iklim basah sampai
Lebih terperinci8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum
8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI 8.1. Pembahasan Umum Penggunaan bambu sebagai bahan bangunan bukan merupakan hal yang baru, tetapi pemanfaatannya pada umumnya hanya dilakukan berdasarkan pengalaman
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMASARAN PRODUK DARI HUTAN RAKYAT BAMBU (Studi Kasus: Desa Pertumbukan Kec. Wampu Kab. Langkat)
IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMASARAN PRODUK DARI HUTAN RAKYAT BAMBU (Studi Kasus: Desa Pertumbukan Kec. Wampu Kab. Langkat) SKRIPSI Oleh: SIGIT PRASTIYO 051201043 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keanekaragaman yaitu kekayaan spesies dan kemerataan dari kelimpahan setiap
1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman merupakan sifat yang menunjukkan beragamnya spesies organisme yang ada dalam komunitas. Dua sifat yang mempengaruhi keanekaragaman yaitu kekayaan spesies dan kemerataan
Lebih terperinciMATERI BAHAN BANGUNAN BAMBU
MATERI BAHAN BANGUNAN BAMBU Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Bambu termasuk tanaman dengan laju pertumbuhan tercepat didunia.
Lebih terperinciPENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S)
PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S) Astuti Masdar 1, Zufrimar 3, Noviarti 2 dan Desi Putri 3 1 Jurusan Teknik Sipil, STT-Payakumbuh, Jl.Khatib
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan yaitu mulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit dan Laboratorium Bagian
Lebih terperincia. Hasil hutan bukan kayu akan lebih banyak memberi manfaat dan keuntungan bagi masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar hutan.
KERAGAMAN HHBK DI SUMATERA SELATAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN PALEMBANG Palembang, November 2014 Pendahuluan Hasil riset : hasil hutan kayu dari ekosistem hutan hanya sebesar 10 % sedangkan sebagian besar
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN PKL
LAPORAN PENELITIAN PKL KEANEKARAGAMAN CIRI MORFOLOGI JENIS-JENIS BAMBU (Bambusa Sp.) DI KELURAHAN TEUNBAUN KECAMATAN AMARASI BARAT KABUPATEN KUPANG OLEH DENIANUS HINGMADI Nim : 08 1030 3007 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012 KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI BAMBU DI DESA TALANG PAUH BENGKULU TENGAH
KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI BAMBU DI DESA TALANG PAUH BENGKULU TENGAH Ariefa Primair Yani Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bambu Bambu merupakan kumpulan rumput-rumputan berbentuk pohon atau perdu yang melurus dengan buluh yang biasanya tegak, terkadang memanjat dan bercabang-cabang. Tanaman bambu
Lebih terperinciKeanekaragaman Bambu dan Manfaatnya Di Desa Tabalagan Bengkulu Tengah
Jurnal Gradien Vol. 10 No. 2 Juli 2014 : 987-991 Keanekaragaman Bambu dan Manfaatnya Di Desa Tabalagan Bengkulu Tengah Ariefa Primair Yani Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Bengkulu, Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bambu Bambu termasuk ke dalam famili Gramineae, sub famili Bambusoidae dansuku Bambuseae. Bambu biasanya mempunyai batang yang berongga, akar yang kompleks, serta daun berbentuk
Lebih terperinciDr. Ajat Sudrajat, M.Pd Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK
PELATIHAN KETERAMPILAN PEMBUATAN KERANJANG BUAH DARI BAMBU UNTUK MERINTIS KEWIRAUSAHAAN BAGI MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI KECAMATAN LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd
Lebih terperinciPotensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya
Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya Pendahuluan Bambu adalah salah satu jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang potensial untuk mensubstitusi kayu bagi industri berbasis bahan baku kayu. Dengan adanya
Lebih terperinciInventarisasi Bambu di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 15 No. 2, Juli 2015: 115-121 115 Inventarisasi Bambu di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember The Inventory of Bamboo in Antirogo Village Sumbersari District
Lebih terperinciKeanekaragaman Jenis Bambu di Taman Bambu Siageung Kebun Raya Kuningan Jawa Barat
Keanekaragaman Jenis Bambu di Taman Bambu Siageung Kebun Raya Kuningan Jawa Barat Tri Cahyanto 1) ; Dhyni Arigustin 2) ; Muhammad Efendi 3) ; Yani Suryani 4) 1,2,4) Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan
Lebih terperinciKONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung
MODUL PELATIHAN KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Konsep rumah bambu plester merupakan konsep rumah murah
Lebih terperinciSistem usaha tani kelapa monokultur dengan hasil utama
TEKNIK PEMUPUKAN BUATAN DAN KOMPOS PADA TANAMAN SELA JAGUNG DI ANTARA KELAPA Ruskandi 1 Sistem usaha tani kelapa monokultur dengan hasil utama kopra atau kelapa butiran tidak mampu lagi memberikan pendapatan
Lebih terperinciKADAR HARAMAKRO BERBAGAI JENIS LIMBAH TANAMAN SELAPADAPOLATANAM KELAPA RINGKASAN
KADAR HARAMAKRO BERBAGAI JENIS LIMBAH TANAMAN SELAPADAPOLATANAM KELAPA Ruskandi dan Odih Setiawan Loka Penelitian Tanaman Sela Perkebunan Jl. Raya Pakuwon km.2 Parungkuda, Sukabumi 43357 Peningkatan produktivitas
Lebih terperinciKeanekaragaman Jenis Bambu di Gunung Ciremai Jawa Barat
ISSN 2302-1616 Vol 4, No. 2, Desember 2016, hal 90-94 Available online http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/biogenesis DOI http://dx.doi.org/10.24252/bio.v4i2.2513 Keanekaragaman Jenis Bambu di
Lebih terperinciANALISIS SOSIAL EKONOMI PEMANFAATAN DAN POTENSI TANAMAN BAMBU (Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai)
ANALISIS SOSIAL EKONOMI PEMANFAATAN DAN POTENSI TANAMAN BAMBU (Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai) SKRIPSI OLEH NATALINA BR SIHOTANG 061203005 Teknologi Hasil Hutan PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan suatu konstruksi jalan layang (flyover) bertujuan mengurai kemacetan jalan, dengan merubah persimpangan sebidang menjadi persimpangan tidak sebidang.
Lebih terperinciPENGAWETAN BAMBU UNTUK BARANG KERAJINAN DAN MEBEL DENGAN METODE TANGKI TERBUKA. Mody Lempang
Pengawetan Bambu untuk Barang Kerajinan PENGAWETAN BAMBU UNTUK BARANG KERAJINAN DAN MEBEL DENGAN METODE TANGKI TERBUKA Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar Jl.Perintis Kemerdekaan Km.16
Lebih terperinciKegunaan bambu SNI 8020:2014
Standar Nasional Indonesia Kegunaan bambu ICS 79.060.01 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bambu merupakan keluarga rumput, dan memiliki sebutan pula sebagai
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bambu merupakan keluarga rumput, dan memiliki sebutan pula sebagai rumput raksasa The Giant Grass. Sebagai sebuah tanaman tumbuh tercepat di dunia, bambu pun memiliki
Lebih terperinciVI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)
VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan
Lebih terperinciII. ANATOMI PENAMPANG LINTANG BATANG 9 JENIS BAMBU
II. ANATOMI PENAMPANG LINTANG BATANG 9 JENIS BAMBU Abstrak Ketersediaan bambu yang melimpah serta keterbatasan pemanfaatan bambu mendorong dilakukannya penelitian dasar di bidang anatomi untuk memperoleh
Lebih terperinciPilinan Bambu sebagai Alternatif Pengganti Tulangan Tarik pada Balok Beton ABSTRAK
Pilinan Bambu sebagai Alternatif Pengganti Tulangan Tarik pada Balok Beton Endang Kasiati, Boedi Wibowo Staft Pengajar Program Studi DiplomaTeknik Sipil FTSP ITS Email: en_kas@ce.its.ac.id, boewi_boy@ce.its.ac.id
Lebih terperinciTEKNOLOGI PEMBUATAN BAMBU LAMINA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI KAYU
TEKNOLOGI PEMBUATAN BAMBU LAMINA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI KAYU PENDAHULUAN Pasokan kayu sebagai bahan mebel dan bangunan belum mencukupi kebutuhan yang ada Bambu (multiguna, cepat tumbuh, tersebar di seluruh
Lebih terperinciTEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN
TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN PENDAHULUAN Pasokan kayu sebagai bahan mebel dan bangunan belum mencukupi kebutuhan yang ada Bambu (multiguna, cepat tumbuh, tersebar
Lebih terperinciGambar 5.1. Proses perancangan
5. PERANCANGAN SAMBUNGAN BAMBU 5.1. Pendahuluan Hasil penelitian tentang sifat fisik dan mekanik bambu yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa bambu, khususnya bambu tali, cukup baik untuk digunakan sebagai
Lebih terperinciBUDIDAYA BAMBU. Oleh SUTIYONO
BUDIDAYA BAMBU Oleh SUTIYONO Peneliti Utama Bidang Silvikultur Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan produktivitas Hutan Jln Gunung Batu No. 5 Bogor; E-mail : irsutiyono@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK BAMBU UNTUK KOMPONEN STRUKTUR BANGUNAN
TEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK BAMBU UNTUK KOMPONEN STRUKTUR BANGUNAN 1. Abdurachman, ST. 2. Ir. Nurwati Hadjib, MS. 3. Ir. Jamal Balfas, M.Sc. 4. Prof. Ris. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. PUSAT PENELITIAN DAN
Lebih terperinciOBSERVASI PLASMA NUTFAH BAMBU DI KABUPATEN MALANG OBSERVATION OF BAMBOOS GERMPLASM IN MALANG REGENCY
1044 Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 6, Juni 2017: 1044 1052 ISSN: 2527-8452 OBSERVASI PLASMA NUTFAH BAMBU DI KABUPATEN MALANG OBSERVATION OF BAMBOOS GERMPLASM IN MALANG REGENCY Riskyhanti Octriviana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lignin Lignin merupakan komponen dinding sel tumbuhan berupa fenolik heteropolimer yang dihasilkan dari rangkaian oksidatif di antara tiga unit monomer penyusunnya yaitu p-coumaryl,
Lebih terperinciProgram penanaman bambu ini dilakukan pada tahun 2009 sebagai Pilot Demonstration Activities (PDA) yang didanai oleh Asian Development Bank (ADB). Keg
Bertanam Bambu di Banjaran Desa Mekarjaya, kecamatan Banjaran dapat dicapai melalui jalan dari Bale Endah menuju ke Pengalengan, Kabupaten Bandung. Memasuki Kampung Pasirbungur, salah satu dusun di Desa
Lebih terperinciAnalisis Teknis dan Ekonomis Pemilihan Bilah Laminasi Bambu Berdasarkan Lokasi Potong Sebagai Alternatif Pengganti Kayu Dalam Pembuatan Lambung Kapal
JURNL TEKNIK POMITS Vol. 2, No., (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) nalisis Teknis dan Ekonomis Pemilihan Bilah Berdasarkan Lokasi Potong Sebagai lternatif Pengganti Kayu Dalam Pembuatan Kapal M. Bagus
Lebih terperinciPOMPA TALI 1. PENDAHULUAN 2. URAIAN SINGKAT 3. BAHAN 4. PERALATAN
POMPA TALI 1. PENDAHULUAN Di daerah pedesaan sebagian besar cara pengambilan air terdiri dari sumur masih menggunakan timba. Hal ini kurang menguntungkan bila dihitung dari segi waktu dan tenaga yang dipakai
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September Oktober 2012. Tempat penelitian di Kebun Kartini Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW.
Lebih terperinciSumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.
Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan pangan terus menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup manusia. Peningkatan jumlah populasi dunia, peningkatan suhu bumi yang disebabkan efek pemanasan global,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. dikelompokkan sebagai tanaman berkayu. Bambu tersebar di beberapa belahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bambu merupakan anggota dari famili Graminae, subfamili Bambuscideae dan suku Bambuseae. Bambu memiliki sifat seperti pohon dan dapat dikelompokkan sebagai tanaman
Lebih terperinciJurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN :
KEANEKARAGAMAN HAYATI BAMBU (Bambusa spp) DI DESA WISATA PENGLIPURAN KABUPATEN BANGLI Ni Wayan Ekayanti Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mahasaraswati
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAMBU DENGAN STABILISASI DIMENSI. The Increasing of Bamboo Quality Using Dimensional Stabilization
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAMBU DENGAN STABILISASI DIMENSI The Increasing of Bamboo Quality Using Dimensional Stabilization Karti Rahayu Kusumaningsih Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Stiper Yogyakarta
Lebih terperinciEFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI)
Ecogreen Vol. 1 No. 1, April 2015 Halaman 101 108 ISSN 2407-9049 EFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI) Marketing eficient
Lebih terperinciPENGARUH PERBEDAAN JENIS DAN UMUR BAMBU TERHADAP KUALITASNYA SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN KERAJINAN
PENGARUH PERBEDAAN JENIS DAN UMUR BAMBU TERHADAP KUALITASNYA SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN KERAJINAN Zumas Riza Ahmad 1, Kasmudjo 2, Rini Pujiarti 2 & Sigit Sunarta 2 1 Alumni Fakultas Kehutanan, Universitas
Lebih terperinciSUSUNAN KEANGGOTAAN SUB TIM KOORDINASI KERJASAMA PARIWISATA INDONESIA-SINGAPURA
LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN PRESIDEN SUSUNAN KEANGGOTAAN SUB TIM KOORDINASI KERJASAMA PARIWISATA INDONESIA-SINGAPURA 1. Ketua : Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya; 2. Sekretaris : Staf Ahli Menteri Koordinator
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan
15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bambu merupakan salah satu taksa yang sangat beragam dan mempunyai potensi ekonomi yang tinggi. Bambu termasuk ke dalam anak suku Bambusoideae dalam suku Poaceae. Terdapat
Lebih terperinciPENETAPAN HARGA PATOKAN HASIL HUTAN UNTUK PENGHITUNGAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN
5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/M-DAG/PER/3/2012 TENTANG PENETAPAN HASIL HUTAN UNTUK PENGHITUNGAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN PENETAPAN HASIL HUTAN UNTUK PENGHITUNGAN
Lebih terperinciMakalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )
KONSERVASI TANAH DAN AIR: PEMANFAATAN LIMBAH HUTAN DALAM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TERDEGRADASI 1) Oleh : Pratiwi 2) ABSTRAK Di hutan dan lahan terdegradasi, banyak dijumpai limbah hutan berupa bagian
Lebih terperinciKUAT LEKAT DAN PANJANG PENANAMAN TULANGAN BAMBU PETUNG DAN BAMBU TALI PADA BETON NORMAL
KUAT LEKAT DAN PANJANG PENANAMAN TULANGAN BAMBU PETUNG DAN BAMBU TALI PADA BETON NORMAL TUGAS AKHIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 BAB II TINJAUAN
Lebih terperinciPENETAPAN HARGA PATOKAN HASIL HUTAN UNTUK PENGHITUNGAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN. 2. Kayu Torem (Wilayah I) /m 3
5 2012, No.514 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/M-DAG/PER/4/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 12/M-DAG/PER/3/2012 TENTANG PENETAPAN HASIL
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan
Lebih terperinci24 Media Bina Ilmiah ISSN No
24 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 SIFAT FISIKA EMPAT JENIS BAMBU LOKAL DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT oleh Febriana Tri Wulandari Prodi Kehutanan Faperta UNRAM Abstrak : Bambu dikenal oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Venir Bambu Lamina Venir lamina (Laminated Veneer Lumber atau LVL) adalah suatu produk yang diperoleh dengan cara menyusun sejajar serat lembaran venir yang diikat dengan perekat.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae. Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri Morfologis Bambu Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae (rumput-rumputan). Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah batang (buluh) yang
Lebih terperinciANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016
- 1 - LAMPIRAN II : KEPUTUSAN ALIKOTA MADIUN NOMOR : 050-401.012/ /2015 TANGGAL : ANALISA KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE BARANG URAIAN KEGIATAN KOEF 2.01 HSPK FISIK
Lebih terperinciAGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN
224 KAJIAN SIFAT FISIK BEBERAPA JENIS BAMBU DI KECAMATAN TONGGAUNA KABUPATEN KONAWE Oleh: Niken Pujirahayu 1) ABSTRACT The purpose this research is to find out of phisical properties of some culm of bamboo
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas
Lebih terperinciMETODE PENYIMPANAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga O. Ktze) Method of Seeds Storage of Merbau (Intsia bijuga O. Ktze) ABSTRACT PENDAHULUAN
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No. 2 : 89-95 (2002) Komunikasi (Communication) METODE PENYIMPANAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga O. Ktze) Method of Seeds Storage of Merbau (Intsia bijuga O. Ktze)
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
16 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Bambu Sembilang Bambu memiliki bagian-bagian yang menjadi ciri-ciri morfologinya sehingga dapat digunakan untuk membedakan bambu dengan tumbuhan lain maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Bambu Sembilang 2.1.1 Klasifikasi Dalam pengelompokannya, bambu termasuk kedalam salah satu jenis rumput-rumputan. Menurut Sutarno (1996) bambu adalah tumbuhan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan luar
PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hutan adalah masyarakat tumbuh tumbuhan yang didominasi oleh pohonpohonan dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan luar hutan (Smith, 1978). Berdasarkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu.
15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksankan mulai dari bulan November 2011 - April 2012 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu dan Laboratorium Peningkatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumber daya alam
II. TINJAUAN PUSTAKA A. DeskripsiBambuKuning Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumber daya alam yang sangat besar.salah satu sumber daya alam yang telah dikenal dan dibudidayakan secara
Lebih terperinciBAB 2 ANALISIS LINGKUNGAN MAKRO
BAB 2 ANALISIS LINGKUNGAN MAKRO Baik di industri furniture maupun industri lainnya, akan ada faktor eksternal yang akan mempengaruhi keberlangsungan bisnis perusahaan. Ada 5 faktor eksternal yang turut
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat
TINJAUAN PUSTAKA Bambu Tali Bambu sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu yang memiliki kandungan lignoselulosa melimpah di Indonesia dan berpotensi besar untuk dijadikan sebagai bahan pengganti kayu
Lebih terperinciTeknik Membuat/Mempersiapkan Tiang Panjat Buah Naga (Dragon Fruits) Oleh Irwanto,SST (Widyaiswara Bapeltan Jambi)
Teknik Membuat/Mempersiapkan Tiang Panjat Buah Naga (Dragon Fruits) Oleh Irwanto,SST (Widyaiswara Bapeltan Jambi) Buah naga tergolong jenis tanaman yang merambat sehingga membutuhkan media sebagai tiang
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini diperuntukan untuk perkebunan dan budidaya. Disebelah timur lokasi tambang pada jarak
Lebih terperinciI. U M U M. TATA CARA PANEN.
LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 17/Permentan/OT.140/2/2010 TANGGAL : 5 Pebruari 2010 TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDA BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan spesies bambu. Di
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Bambu Deskripsi tanaman Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan 1.500 spesies bambu. Di Indonesia sendiri dikenal ada 10 genus bambu, antara lain: Arundinaria, Bambusa,
Lebih terperinciAplikasi EYM Model Pada Analisis Tahanan Lateral Sambungan Sistim Morisco-Mardjono: Sambungan Tiga Komponen Bambu Dengan Material Pengisi Rongga
Aplikasi EYM Model Pada Analisis Tahanan Lateral Sambungan Sistim Morisco-Mardjono: Sambungan Tiga Komponen Bambu Dengan Material Pengisi Rongga Ali Awaludin, Ph.D Laboratorium Teknik Struktur Jurusan
Lebih terperinciSARI HASIL PENELITIAN BAMBU Oleh : Krisdianto, Ginuk Sumarni dan Agus Ismanto
SARI HASIL PENELITIAN BAMBU Oleh : Krisdianto, Ginuk Sumarni dan Agus Ismanto I. PENDAHULUAN Dalam kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia, bambu memegang peranan sangat penting. Bahan bambu dikenal
Lebih terperinciPENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN
Peningkatan daya tahan bambu dengan proses pengasapan untuk bahan baku kerajinan....effendi Arsad PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN Improved Durability of
Lebih terperinciPenyunting : Rudijanta Tjahja Nugraha. Penyusun : Lugi Hartanto. Pembantu Penulis : Akhmad Hariyono Yulia Artania Mala Joko Utami
Untuk bambu jenis jajang, berdasarkan analisis varian diperoleh hasil bahwa jumlah pemotongan telah memberikan pengaruh peningkatan jumlah rebung dan bambu muda yang tumbuh namun pengaruhnya tidak signifikan.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Februari 2009. Penelitian dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutaan Institut
Lebih terperinciBAB III KABEL BAWAH TANAH
BAB III 1. TUJUAN Buku pedoman ini membahas tata cara pemasangan kabel bawah tanah dengan tujuan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang baik dan seragam dalam cara pemasangan serta peralatan yang digunakan.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi
TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Hutan dan Hutan Rakyat Menurut UU No. 41/1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini
Lebih terperinciPENGGOLONGAN WILAYAH, JENIS PERKEBUNAN, DAN BESARNYA STANDAR INVESTASI TANAMAN PERKEBUNAN PER-HA
Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-16/PJ.6/1998 Tanggal : 30 Desember 1998 PENGGOLONGAN WILAYAH, JENIS PERKEBUNAN, DAN BESARNYA STANDAR INVESTASI TANAMAN PERKEBUNAN PER-HA dalam ribuan
Lebih terperinciStudi Etnobotani Bambu Oleh Masyarakat Dayak Kanayatn Di Desa Saham Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak
Studi Etnobotani Bambu Oleh Masyarakat Dayak Kanayatn Di Desa Saham Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Munziri 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN
BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena
Lebih terperinciAnalisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011 21 Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana Hery Suroso & Aris widodo Jurusan
Lebih terperinciPengaruh Perbedaan Umur dan Bagian Batang Bambu Legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) Sebagai Bahan Mebel dan Kerajinan
Pengaruh Perbedaan Umur dan Bagian Batang Bambu Legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) Sebagai Bahan Mebel dan Kerajinan Oleh : Rupita Nilansari 1 dan Kasmudjo 2 INTISARI Bambu yang telah dikenal dan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu Penelitian Penelitian dilakukan di areal kebun percobaan kampus STIPAP Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan Selama 6 bulan yaitu mulai dari bulan
Lebih terperinciPenanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk
Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciVI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Usahatani tanaman asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) merupakan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usahatani tanaman asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) merupakan tanaman yang sudah lama dikenal di Indonesia/di daerah Sumatera Utara. Pada mulanya tanaman ini
Lebih terperinciKARAKTERISTIK ANGKLUNG BERBAHAN BAMBU APUS (Gigantochloa apus) Characteristics of Bamboo Apus (Gigantochloa apus) Angklung
41 KARAKTERISTIK ANGKLUNG BERBAHAN BAMBU APUS (Gigantochloa apus) Characteristics of Bamboo Apus (Gigantochloa apus) Angklung Masiswo, Guring Briegel Mandegani, Vivin Atika Balai Besar Kerajinan dan Batik,
Lebih terperinciPengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID
Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Pengaruh Variasi Penyusunan
Lebih terperinciV. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM
Wang X, Ren H, Zhang B, Fei B, Burgert I. 2011. Cell wall structure and formation of maturing fibres of moso bamboo (Phyllostachys pubescens) increase buckling resistance. J R Soc Interface. V. PEMBAHASAN
Lebih terperinci