Aplikasi EYM Model Pada Analisis Tahanan Lateral Sambungan Sistim Morisco-Mardjono: Sambungan Tiga Komponen Bambu Dengan Material Pengisi Rongga
|
|
- Budi Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Aplikasi EYM Model Pada Analisis Tahanan Lateral Sambungan Sistim Morisco-Mardjono: Sambungan Tiga Komponen Bambu Dengan Material Pengisi Rongga Ali Awaludin, Ph.D Laboratorium Teknik Struktur Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, UGM ABSTRAK: Sambungan bambu dengan alat sambung baut pertama kali diperkenalkan oleh Morisco dan Mardjono pada tahun Mereka juga mengusulkan pengisian material kayu bulat atau mortar pada rongga bambu untuk meningkatkan kemampuan lateral sambungan. Pada makalah ini, sambungan tiga komponen bambu dengan alat sambung baut ulir dianalisis menggunakan European Yield Theory berdasarkan empat macam moda kegagalan sambungan. Dengan teori tersebut maka kekuatan lateral sambungan sistim Morisco-Mardjono yang dipengaruhi oleh data geometri sambungan, momen lentur leleh baut dan kuat tumpu bambu serta kuat tumpu material pengisi dapat dirumuskan. Kata kunci: bambu, European Yield Theory, moda kegagalan, sambungan sistim Morisco-Mardjono 1 LATAR BELAKANG Bambu telah banyak digunakan untuk berbagai macam konstruksi oleh masyarakat Indonesia, khususnya di daerah pedesaan. Hal ini dikarenakan bambu memiliki sifat-sifat menguntungkan antara lain: memiliki waktu pertumbuhan singkat (4 ~ 5 tahun), batangnya relatif lurus, dan ringan sehinga mudah diangkut. Di daerah pedesaan bambu mudah diperoleh dengan harga yang relatif murah. Bambu dalam bentuk bulat sering digunakan untuk berbagai macam konstruksi seperti rumah dan jembatan (lihat Gambar 1). Konstruksi bambu juga banyak diminati khususnya disebabkan oleh nilai artistik dan sifatnya sebagai bahan alam ramah lingkungan. Selain itu, konstruksi bambu juga dapat dibuat secara cepat sehingga sangat cocok untuk bahan baku konstruksi shelter yang diperlukan pada kondisi tanggap darurat setelah terjadi bencana. Untuk keperluan desain, maka informasi sifat-sifat fisik dan mekanik bambu sangatlah diperlukan. Sifat-sifat fisik dan mekanik bambu dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya: umur, jenis bambu, posisi ketinggian dalam batang, kadar air dan posisi radial dari luar sampai ke bagian dalam [1]. Bambu memiliki struktur berbentuk pipa dengan diameter dan ketebalan berkurang sejalan dengan panjangnya, dari pangkal hingga ujung. Batang bambu secara keseluruhan dipisahkan oleh nodia-nodia. Pada nodia, serat-serat bambu saling bertautan dan sebagian masuk diaprahma. Sebagai akibat dari diskontinuitas ini, bagian nodia memiliki kekuatan tarik yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan bagian internodia pada satu batang bambu [2]. Namun demikian pengaruh diskontinuitas serat pada nilai kuat tekan sangatlah kecil sehingga kekuatan tekan bambu bagian nodia dan internodia hampir sama. Gambar 1. Konstruksi bambu bulat ( Morisco-Marjono)
2 Pemanfaatan batang bambu bulat pada struktur kuda-kuda mengharuskan seorang perencana atau desainer meyambung beberapa batang bambu pada satu titik buhul atau joint. Secara tradisional, peyambungan beberapa batang bambu bulat dilakukan dengan sistim sambungan tali (tali ijuk). Seiring dengan pertambahan waktu sambungan tali bisa melemah ikatannya atau bahkan lepas karena aktifitas kembang-susut bambu yang diakibatkan oleh perubahan temperatur dan kelembaban lingkungan sekitar. Sistim sambungan bambu dengan menggunakan alat sambung baut besi mulai diperkenalkan pada tahun 1995 oleh Morisco dan Mardjono [3]. Selain menggunakan baut besi, mereka juga mengusulkan pengisian rongga bambu pada bagian sambungan dengan kayu atau mortar untuk meningkatkan kekuatan sambungan. Pelat besi kemudian ditambahkan di kedua sisi luar batang bambu berfungsi sebagai pelat peyambung. Teknik penyambungan ini dikenal dengan nama sambungan sistim Morisco-Mardjono dan dapat dilihat pada Gambar 2. Apabila dirasa perlu, pelat besi penyambung dapat digantikan dengan batang bambu sehingga membentuk sambungan seperti pada Gambar 3. Analisis kekuatan sambungan bambu perlu dikembangkan agar desain konstruksi bambu yang dihasilkan optimal. Gambar 2. Sambungan bambu sistim Morisco-Mardjono [3] Komponen bambu samping Kayu pengisi Baut Resin Mortar Komponen bambu utama Gambar 3. Contoh sambungan sistim Morisco-Mardjono [3] untuk tiga komponen bambu (sambungan dua bidang geser) 2 MODEL KEGAGALAN DAN TAHANAN LATERAL SAMBUNGAN Tahanan atau kekuatan lateral sambungan bambu sistim Morisco-Mardjono dapat diprediksi dengan menerapkan European Yield Model (EYM) [4], yang dipergunakan secara luas untuk menghitung kekuatan sambungan kayu dengan alat sambung tipe pasak seperti baut, paku atau pasak kayu. Metode EYM pertama kali diusulkan oleh Johansen pada tahun 1949 berdasarkan prinsip mekanika dari keseimbangan gaya-gaya dalam yang bekerja pada sistim sambungan. Kegagalan sambungan dapat diartikan dengan gagalnya kuat tumpu bambu di bawah baut atau terbentuknya sendi plastis pada baut atau kombinasi dari keduanya. Untuk masing-masing bentuk kegagalan kemudian diperoleh satu persamaan tahanan lateral, dan kekuatan sambungan merupakan nilai tahanan lateral yang terkecil. Pada makalah ini akan diuraikan secara detil persamaan tahanan lateral sambungan yang menghubungkan tiga komponen bambu beserta bentuk kegagalannya (yield mode). Beberapa asumsi yang dipergunakan adalah sebagai berikut: 1) ketebalan dinding bambu pada satu batang di bagian sambungan diasumsikan identik; 2) tidak terjadi kegagalan lekatan antara dinding bambu dengan material pengisi baik sebelum maupun sesudah tercapainya kekuatan tumpu komponen sambungan; dan 3) pemasangan baut dilakukan tanpa disertai gaya pengencangan atau pre-tension force Moda Kegagalan Sambungan Empat macam moda atau bentuk kegagalan sambungan tiga komponen bambu dapat dilihat pada Gambar 4. Bentuk kegagalan I s terjadi akibat kegagalan tumpu komponen bambu samping beserta kayu pengisinya. Bentuk kegagalan yang disebabkan oleh kegagalan tumpu komponen bambu tengah beserta kayu pengisinya dinamakan moda kegagalan I m. Pada bentuk kegagalan I s dan I m, alat sambung baut belum mengalami kegagalan atau masih berperilaku elastik. Bentuk kegagalan III s disebabkan oleh kegagalan tumpu kayu samping beserta kayu pengisinya dan disertai pula dengan satu sendi plastik pada alat sambung baut. Dan yang terakhir adalah bentuk kegagalan IV yang ditandai dengan terbentuknya dua sendi plastik atau lebih pada alat sambung baut.
3 Moda kegagalan IV , Pada persamaan diatas, feb dan few berturut-turut adalah kuat tumpu bambu dan material pengisi, d adalah diameter alat sambung baut, M yb adalah momen lentur leleh baut, R adalah rasio kuat tumpu bambu terhadap kuat tumpu material pengisi, tbm dan tbs berturut-turut adalah tebal bambu komponen utama dan samping, tws diameter dalam komponen bambu samping dan twb setengah diameter dalam komponen bambu utama. 3 DATA PENGUJIAN SAMBUNGAN Gambar 4. Moda kegagalan sambungan tiga komponen beserta diagram distribusi tegangan tumpu pada bambu dan sendi plastik pada baut akibat gaya lateral Z 2.2. Tahanan Lateral Sambungan (Z) Moda kegagalan I s 2 1 Moda kegagalan I m 2 Moda kegagalan III s 3 dimana b 2 diperoleh dengan dari persamaan polinomial orde dua berikut: 0 0, Kuat Tumpu Bambu Kuat tumpu bambu dipengaruhi oleh berat jenis bambu, kadar air, arah serat bambu dan diameter alat sambung baut. Awaludin dan Eratodi [5] melakukan pengujian kuat tumpu searah serat untuk dua jenis bambu yaitu Wulung (Gigantochloa atroviolacae; berat jenis 0,60) dan Legi (Gigantochloa atter; berat jenis 0,71) pada kadar air 12%. Pada pengujian kuat tumpu tersebut, mereka juga meneliti pengaruh jenis baut (baut polos 12 mm dan baut ulir 12,2 mm) serta pengaruh pembuatan separuh lubang penuntun pada benda uji bambu (untuk meletakkan alat sambung baut) terhadap nilai kuat tumpu bambu. Mereka melaporkan bahwa kuat tumpu bambu Legi lebih tinggi dari pada kuat tumpu bambu Wulung dan pengujian kuat tumpu dengan pembuatan separuh lubang penuntun lebih sesuai karena dapat memberikan nilai rasio kuat tumpu 5% off-set terhadap kuat tumpu maksimum mendekati angka satu. Untuk pengujian menggunakan baut ulir 12,2 mm, nilai kuat tumpu rerata untuk bambu Wulung dan bambu Legi
4 adalah berturut-turut sebesar 41,02 MPa dan 68,85 MPa. Awaludin, dkk. [6] kemudian melanjutkan pengujian kuat tumpu bambu dengan menggunakan baut ulir dan dengan pembuatan lubang penuntun untuk baut diameter 15,6 mm serta beberapa jenis bambu lainnya (bambu Ori, Bambusa arundinacea; bambu Petung, Dendrocalamus asper; dan bambu Gombong, Gigantochloa verticillata). Hasil pengujian untuk tiga puluh tiga benda uji menunjukkan peningkatan nilai kuat tumpu seiring dengan peningkatan nilai berat jenis bambu. Nilai kuat tumpu bambu dapat diperkirakan berdasarkan persamaan berikut: 79,8, 5 yang memberikan nilai R 2 sebesar 0,74. Pada persamaan tersebut, G adalah berat jenis bambu berdasarkan berat kering oven dan volume kering udara (kadar air 15%) Kuat Tumpu Material Pengisi Material pengisi rongga bambu dapat berupa kayu bulat atau mortar. Penempatan kayu bulat pada rongga internodia dapat dilakukan pada bagian ujung komponen bambu menggunakan perekat dengan terlebih dahulu mengasarkan permukaan dalam bambu. Sedangkan penempatan material mortar dapat dilakukan pada bagian ujung komponen bambu atau pada bagian diantara dua nodia dengan teknik injeksi melalui lubang bor buatan [7]. Kuat tumpu kayu pengisi dapat diprediksi dengan persamaan berikut yang disarankan oleh NDS [8]: 77,25, 6 dengan G adalah berat jenis kayu berdasarkan berat kering dan volume kering oven. Sedangkan kuat tumpu mortar diperoleh melalui pengujian kuat tekan kubus 50 x 50 x 50 mm Momen Lentur Leleh Alat Sambung Baut Penentuan kuat lentur leleh baut dilakukan dengan metode lentur tiga titik [9]. Baut yang dipergunakan pada pengujian ini memiliki diameter 10 mm (diameter aktual, 9,65 mm) dan diameter 12 mm (diameter aktual, 11,6 mm) dengan jumlah benda uji masing-masing adalah tiga. Momen lentur leleh baut ditentukan dengan metode 5% off-set terhadap kurva momen lentur-defleksi pengujian. Momen lentur leleh rerata diperoleh sebesar N-mm untuk baut 10 mm dan N-mm untuk baut 12 mm. 4 CONTOH ANALISIS Berikut adalah contoh analisis sambungan tiga komponen bambu bermaterial pengisi mortar (Gambar 3). Bambu yang digunakan adalah bambu Wulung (Gigantochloa atroviolacae), diameter baut ulir adalah 11,6 mm dan kuat tumpu mortar adalah 12,88 MPa. Data geometrik sambungan selengkapnya adalah: eb f = 41,02 MPa, ew f = 12,88 MPa, R = 41,02/12,88 = 3,18 bm t, bs t = 9 mm ws t = 66 mm wb t = 33 mm d = 11,6 mm = N-mm M yb Kekuatan sambungan per satu bidang geser: Moda kegagalan I s I 2 12,88 11, ,02 11, ,43 kn Moda kegagalan I m I 12,88x11,6x33 41,02x11,6x9 9,21 kn Moda kegagalan III s 0,75; 2 3, , ,33;C ,75 74, ; 31,86 mm III 41,02x11,6x9 12,88x11,6x31,87 9,04 kn Moda kegagalan IV 1 3, , , ,88 11,6 4317,5
5 1 3, , ,5, 23,85 mm IV 41,02 11,6 9 12,88 11,6 23,85 7,85 kn Dari ke-empat macam moda kegagalan yang dianalisis, dapat disimpulkan bahwa sambungan komponen tiga bambu yang ditinjau akan memberikan moda kegagalan IV dengan nilai tahanan lateral sebesar 8,1 kn per satu baut per satu bidang geser. Karena sambungan tiga komponen bambu memiliki dua bidang geser, maka tahanan lateral sambungan adalah 2 x 8,1 kn = 16,2 kn per satu baut. Pengujian geser sambungan tiga komponen bambu bermaterial pengisi mortar akan dilakukan dalam waktu dekat untuk memverifikasi hasil analisis diatas. Perbandingan antara hasil analisis dan pengujian akan disajikan oleh penulis pada makalah selanjutnya. Tabel 1. Tahanan lateral sambungan tiga komponen bambu dengan pengisi kayu bulat (d = 11,6 mm; M yb = N-mm) G b G w Z Is Z Im Z IIIs Z IV (kn) (kn) (kn) (kn) 0,60 0,30 27,74 13,87 12,68 9,23 0,35 30,70 15,35 13,71 9,44 0,40 33,65 16,83 14,73 9,62 0,45 36,61 18,31 15,73 9,78 0,50 39,57 19,78 16,73 9,92 0,55 42,53 21,26 17,72 10,05 0,60 45,48 22,74 18,70 10,17 0,65 48,44 24,22 19,69 10,27 0,70 51,40 25,70 20,67 10,37 Untuk sambungan dengan material pengisi kayu bulat nilai tahanan lateral (Z) selengkapnya disajikan pada Tabel 1 dan 2. Kuat tumpu bambu dan kayu pengisi dihitung berturut-turut menggunakan Persamaan (5) dan (6) sesuai data berat jenis (G). Data geometrik sambungan sama seperti pada contoh hitungan sebelumnya. Tahanan lateral Z IV menjadi tahanan lateral sambungan karena merupakan nilai yang terkecil. Penggunaan kayu pengisi dengan berat jenis yang lebih tinggi menyebabkan peningkatan nilai tahanan lateral sambungan seperti terlihat pada Tabel 1 dan 2. Namun demikian, peningkatan tersebut relatif kecil karena moda kegagalan penentu adalah moda IV yang kegagalannya lebih ditentukan oleh momen lentur leleh baut bukan kuat tumpu kayu pengisi. Tabel 2. Tahanan lateral sambungan tiga komponen bambu dengan pengisi kayu bulat (d = 9,65 mm; M yb = N-mm) Z Is Z Im Z IIIs Z IV G b G w (kn) (kn) (kn) (kn) 0,60 0,30 23,08 11,54 10,34 6,62 0,35 25,54 12,77 11,19 6,73 0,40 28,00 14,00 12,03 6,82 0,45 30,46 15,23 12,86 6,89 0,50 32,92 16,46 13,69 6,96 0,55 35,38 17,69 14,51 7,02 0,60 37,84 18,92 15,33 7,07 0,65 40,30 20,15 16,14 7,12 0,70 42,76 21,38 16,96 7,17 5 KESIMPULAN Tulisan ini menyajikan aplikasi persamaan EYM untuk menganalisis tahanan lateral sambungan tiga komponen bambu Morisco-Mardjono. Empat persamaan kekuatan sambungan berdasarkan EYM dapat menghitung sesuai bentuk kegagalan yang akan terjadi. Kekuatan sambungan ditetapkan sebai nilai terkecil dari empat persamaan tersebut. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada IGL Bagus Eratodi yang telah menyediakan data pengujian momen lentur leleh baut ulir dan kepada Fakultas Teknik UGM yang telah memberikan dukungan finansial saat melakukan pengujian kuat tumpu bambu. Ucapan terimakasih yang terakhir penulis secara khusus sampaikan kepada Almarhum Prof. Morisco dan Almarhum Dr. Fitri Mardjono atas bimbingan dan kebersamaannya yang penulis nikmati beberapa tahun lamanya. Daftar Pustaka [1] Krisdianto, Sumarni G., Ismanto A., (2000). Sari hasil penelitian bambu, Himpunan Sari Hasil Penelitian Rotan dan Bambu, Pusat Penelitian Hasil Hutan, Bogor. [2] Awaludin A., Nugroho AA., (2000). Pilinan serat bambu sebagai tulangan kolom dan balok beton, Kursus Singkat Teknologi Bahan Lokal dan Aplikasinya di Bidang Teknik Sipil, Pusat Antar Universitas, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. [3] Morisco, Mardjono F., (1995). Strength of filled bamboo joint, Prosiding the 5th International Bamboo Workshop
6 and 4th International Bamboo Congress, Juni 19-22, Bali. [4] Johansen KW., (1949). Theory of timber connection, International Association of Bridge and Structural Engineering, Vol. 9, p [5] Awaludin A, Eratodi IGLB., (2011). Kuat tumpu bambu, Prosiding the 1st Indonesian Structural Engineering and Material Symposium, November 17-18, Bandung. [6] Awaludin A, Satyarno I, Eratodi IGLB., (2012). Kuat tumpu bambu sejajar serat, Prosiding the 2nd Annual Engineering Seminar, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Februari 16, Yogyakarta. [7] Morisco, (1999). Rekayasa bambu, Nafiri Offset, Yogyakarta. [8] American Society of Civil Engineers, (1997). National Design and Specification for Timber Construction of US, American Society of Civil Engineers, New York. [9] American Standard for Testing Materials, (2008). ASTM F , Standard test method for Determining bending yield moment of nails.
PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S)
PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S) Astuti Masdar 1, Zufrimar 3, Noviarti 2 dan Desi Putri 3 1 Jurusan Teknik Sipil, STT-Payakumbuh, Jl.Khatib
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bambu telah banyak digunakan untuk berbagai macam konstruksi oleh masyarakat Indonesia, khususnya di daerah pedesaan. Hal ini dikarenakan bambu memiliki sifat-sifat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati. Diantaranya tumbuhan bambu yang merupakan satu tumbuhan yang tumbuh subur dan melimpah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan material bangunan, perlu dikembangkan material bambu. Banyak jenis bambu yang dapat dipergunakan sebagai material bangunan antara lain bambu
Lebih terperinciTahanan Lateral Bambu Laminasi dengan Konektor Pelat Disisipkan Menggunakan Sambungan Baut
Tahanan Lateral Bambu Laminasi dengan Konektor Pelat Disisipkan Menggunakan Sambungan Baut Tahanan Lateral Bambu Laminasi dengan Konektor Pelat Disisipkan Menggunakan Sambungan Baut I G.L.B. Eratodi* 1,
Lebih terperinciPerilaku Sambungan Komposit kayu-beton dengan Alat Sambung Sekrup Kunci terhadap Beban Lateral
TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Perilaku Sambungan Komposit kayu-beton dengan Alat Sambung Sekrup Kunci terhadap Beban Lateral Efa Suriani Staf pengajar Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Arsitektur Universitas
Lebih terperinciANALISA KEKUATAN TAHANAN LATERAL SAMBUNGAN KAYU-BETON
Vol 1 Nomor 1 - Agustus 2015 ISSN 2460-7878 ANALISA KEKUATAN TAHANAN LATERAL SAMBUNGAN KAYU-BETON Efa Suriani Fakultas Sains dan Teknologi UINSA, Surabaya efasuriani@gmail.com Abstrak Perkiraan kekuatan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan Mei 2010, bertempat di Laboratorium Pengeringan Kayu, Laboratorium Peningkatan Mutu Hasil Hutan dan
Lebih terperinciPERILAKU MEKANIK SAMBUNGAN STRUKTUR BAMBU LAMINASI MENGGUNAKAN PELAT DAN BAUT (057S)
PERILAKU MEKANIK SAMBUNGAN STRUKTUR BAMBU LAMINASI MENGGUNAKAN PELAT DAN BAUT (057S) IGL Bagus Eratodi 1, Andreas Triwiyono 2, Ali Awaludin 3 dan TA Prayitno 4 1 Mahasiswa Program Doktor Program Pascasarjana
Lebih terperinciPenelitian sifat-sifat fisika dan mekanika kayu Glugu dan Sengon kawasan. Merapi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat Merapi
Laporan Penelitian sifat-sifat fisika dan mekanika kayu Glugu dan Sengon kawasan Merapi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat Merapi pasca letusan Merapi 21 Disusun oleh: Ali Awaludin,
Lebih terperinci8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum
8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI 8.1. Pembahasan Umum Penggunaan bambu sebagai bahan bangunan bukan merupakan hal yang baru, tetapi pemanfaatannya pada umumnya hanya dilakukan berdasarkan pengalaman
Lebih terperinciEKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN
EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN Devi Nuralinah Dosen / Teknik Sipil / Fakultas Teknik / Universitas Brawijaya Malang Jl. MT Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Lebih terperinciANALISIS SAMBUNGAN PAKU
ANALISIS SAMBUNGAN PAKU 4 Alat sambung paku masih sering dijumpai pada struktur atap, dinding, atau pada struktur rangka rumah. Tebal kayu yang disambung biasanya tidak terlalu tebal berkisar antara 20
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR
STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR Rizfan Hermanto 1* 1 Mahasiswa / Program Magister / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU
PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU Agustin Dita Lestari *1, Sri Murni Dewi 2, Wisnumurti 2 1 Mahasiswa / Program Magister / Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah suatu negeri yang sangat kaya akan kayu, baik kaya dalam jenisnya maupun kaya dalam kuantitasnya. Kayu sering dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU DENGAN BETON
TINJAUAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU DENGAN BETON Oleh: Mulyati 1), Arman A. 2) 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sambungan dalam struktur gedung merupakan bagian terlemah sehingga perlu perhatian secara khusus. Seluruh elemen struktur mengalami pembebanan sesuai dengan bagian dan
Lebih terperinciRUMAH SEDERHANA DENGAN SISTEM STRUKTUR BETON BERTULANG BAMBU PETUNG NUSA PENIDA
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015 RUMAH SEDERHANA DENGAN SISTEM STRUKTUR BETON BERTULANG BAMBU PETUNG NUSA PENIDA I Nyoman Sutarja Program Studi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bambu merupakan tanaman dari famili rerumputan (Graminae) yang banyak dijumpai dalam kehidupan manusia, termasuk di Indonesia. Secara tradisional bambu dimanfaatkan untuk
Lebih terperinciPREDIKSI KEKUATAN LATERAL PANEL KAYU
PREDIKSI KEKUATAN LATERAL PANEL KAYU Ali Awaludin, Ph.D Laboratorium Teknik Struktur Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada ali.awaludin@ugm.ac.id I. PENDAHULUAN Sebagai salah satu
Lebih terperinciPEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON
PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Bambu dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai sifat mekanik yang baik dan dapat digunakan sebagai bahan
Lebih terperinciPENELITIAN EKSPERIMENTAL KUAT LELEH LENTUR (F yb ) BAUT
Volume 12, No. 2, April 2013: 98 103 PENELITIAN EKSPERIMENTAL KUAT LELEH LENTUR (F yb ) BAUT Yosafat Aji Pranata, Bambang Suryoatmono, Johannes Adhijoso Tjondro Jurusan Teknik Sipil, F.T. Universitas Kristen
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Berat Jenis dan Kerapatan Kayu Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara 0.2-1.28 kg/cm 3. Berat jenis kayu merupakan suatu petunjuk dalam menentukan kekuatan
Lebih terperinciBab 5 Kesimpulan dan Saran
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Desain konstruksi yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini membuktikan bahwa anggaran yang besar tidak diperlukan untuk mendesain suatu bangunan tahan gempa.
Lebih terperinciAnalisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011 21 Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana Hery Suroso & Aris widodo Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Bambu. Peralatan Bangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian tentang bambu sebagai bahan bangunan dalam bentuk utuh/solid maupun dalam bentuk rekayasa bambu laminasi telah banyak dilakukan baik di luar negeri maupun
Lebih terperinciKAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi
KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEKUATAN SAMBUNGAN BAMBU MENGGUNAKAN PENGISI MORTAR DENGAN ISIAN UJUNG DAN ISIAN SAMPING
PERBANDINGAN KEKUATAN SAMBUNGAN BAMBU MENGGUNAKAN PENGISI MORTAR DENGAN ISIAN UJUNG DAN ISIAN SAMPING Ida Nugroho Saputro Prodi. Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan, FKIP, UNS
Lebih terperinciPertemuan IV,V,VI,VII II. Sambungan dan Alat-Alat Penyambung Kayu
Pertemuan IV,V,VI,VII II. Sambungan dan Alat-Alat Penyambung Kayu II.1 Sambungan Kayu Karena alasan geometrik, konstruksi kayu sering kali memerlukan sambungan perpanjang untuk memperpanjang kayu atau
Lebih terperinciTINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS
TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS Diajukan Kepada Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi
Lebih terperinciKAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak
KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty Abstrak Beton mempunyai kekurangan yang cukup signifikan, yaitu mempunyai kuat tarik yang rendah. Penambahan
Lebih terperinciV. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal
V. BATANG TEKAN Elemen struktur dengan fungsi utama mendukung beban tekan sering dijumpai pada struktur truss atau frame. Pada struktur frame, elemen struktur ini lebih dikenal dengan nama kolom. Perencanaan
Lebih terperinci3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan
3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI 3.1. Pendahuluan Analisa teoritis dan hasil eksperimen mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam mekanika bahan (Gere dan Timoshenko, 1997). Teori digunakan untuk
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEKUATAN SAMBUNGAN BAMBU MENGGUNAKAN PENGISI MORTAR DENGAN ISIAN UJUNG DAN ISIAN SAMPING. Ida Nugroho Saputro
PERBANDINGAN KEKUATAN SAMBUNGAN BAMBU MENGGUNAKAN PENGISI MORTAR DENGAN ISIAN UJUNG DAN ISIAN SAMPING Ida Nugroho Saputro Staf Pengajar PTB FKIP UNS Surakarta Jln Ir Sutami 36A Surakarta Telp 271-718419,
Lebih terperinciKUAT LENTUR DAN PERILAKU LANTAI KAYU DOUBLE STRESS SKIN PANEL (250M)
KUAT LENTUR DAN PERILAKU LANTAI KAYU DOUBLE STRESS SKIN PANEL (250M) Johannes Adhijoso Tjondro 1, Fina Hafnika 2 1 Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung E-mail:
Lebih terperinciGambar 5.1. Proses perancangan
5. PERANCANGAN SAMBUNGAN BAMBU 5.1. Pendahuluan Hasil penelitian tentang sifat fisik dan mekanik bambu yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa bambu, khususnya bambu tali, cukup baik untuk digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia teknik sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan dan model struktur masih terus dilakukan. Oleh karena itu masih terus dicari dan diusahakan
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON Helmy Hermawan Tjahjanto 1, Johannes Adhijoso
Lebih terperinciNessa Valiantine Diredja 1 dan Yosafat Aji Pranata 2
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 METODE PEMBELAJARAN KEPADA MAHASISWA MELALUI PENGUJIAN EKSPERIMENTAL DI LABORATORIUM (Studi Kasus Moda Kegagalan Sambungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi hutan di Indonesia semakin memburuk akibat eksploitasi berlebihan, illegal logging, dan pembakaran hutan. Hal ini mengakibatkan datangnya bencana dari tahun
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan kayu untuk hampir semua bangunan struktural masih sangat umum bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Kayu yang digunakan untuk bangunan struktural umumnya terdiri
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL GESER BLOK PADA BATANG TARIK KAYU INDONESIA
STUDI EKSPERIMENTAL GESER BLOK PADA BATANG TARIK KAYU INDONESIA Nessa Valiantine Diredja, Bambang Suryoatmono Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan Jalan Merdeka no.30, Bandung, 40117 e-mail:
Lebih terperinciPENGENALAN ALAT SAMBUNG KAYU
2 PENGENALAN ALAT SAMBUNG KAYU Karena alasan geometrik, pada konstruksi kayu sering diperlukan sambungan yang berfungsi untuk memperpanjang batang kayu (overlapping connection) atau menggabungkan beberapa
Lebih terperinciPedoman Penulisan Makalah Simposium Nasional Rekayasa dan Budidaya Bambu I
Simposium Nasional Rekayasa dan Budidaya Bambu I 2012 Yogyakarta 30 Januari 2012 Pedoman Penulisan Makalah Simposium Nasional Rekayasa dan Budidaya Bambu I Morisco Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan,
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL KEKUATAN TEKAN SAMBUNGAN MORTISE-AND-TENON BERPENAMPANG LINGKARAN KAYU MERANTI
SKRIPSI STUDI EKSPERIMENTAL KEKUATAN TEKAN SAMBUNGAN MORTISE-AND-TENON BERPENAMPANG LINGKARAN KAYU MERANTI GABY SANGAPTA NPM : 2013410159 PEMBIMBING: Prof. Bambang Suryoatmono, Ph.D. UNIVERSITAS KATOLIK
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU KERUING - SENGON. Oleh : Lorentius Harsi Suryawan & F. Eddy Poerwodihardjo
SIFAT-SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU KERUING - SENGON Oleh : Lorentius Harsi Suryawan & F. Eddy Poerwodihardjo Abstraksi Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisika kayu keruing dan
Lebih terperinciAPPLICATION SOFTWARE DEVELOPMENT FOR DESIGN OF MECHANICALLY TIMBER CONNECTIONS PENGEMBANGAN SOFTWARE APLIKASI UNTUK DESAIN SAMBUNGAN KAYU MEKANIS
APPLICATION SOFTWARE DEVELOPMENT FOR DESIGN OF MECHANICALLY TIMBER CONNECTIONS PENGEMBANGAN SOFTWARE APLIKASI UNTUK DESAIN SAMBUNGAN KAYU MEKANIS Yosafat Aji Pranata 1), Widya Saputra 2) 1) Dosen, Jurusan
Lebih terperinciKUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL
KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL Suci Indah Suryani 1), Agus Setiya Budi 2), Sunarmasto 3) 1) Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 2) 3) Pengajar Program Studi
Lebih terperinciJl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp
KAJIAN SAMBUNGAN BATANG TEKAN DAN MOMEN LENTUR LAMINATED VENEER LUMBER (LVL) KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DENGAN PENGENCANG PASAK BAMBU LAMINASI Achmad Basuki S.T., M.T. 1), Ir. Agus Supriyadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rangka kuda-kuda baja ringan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan intensitas gempa yang cukup tinggi. Kondisi ini mengharuskan masyarakat Indonesia menjadi lebih selektif dalam pemilihan bahan bangunan
Lebih terperinciA. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)
A. IDEALISASI STRUKTUR RAGKA ATAP (TRUSS) Perencanaan kuda kuda dalam bangunan sederhana dengan panjang bentang 0 m. jarak antara kuda kuda adalah 3 m dan m, jarak mendatar antara kedua gording adalah
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR
STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR Rizfan Hermanto 1 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan Pascasarjana, Bandung ABSTRAK
Lebih terperinciKAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR
KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI-5 2002 DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh
Lebih terperinciPEMANFAATAN BAMBU DAN KARET TALI TIMBA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PELAT BETON PRA CETAK
PEMANFAATAN BAMBU DAN KARET TALI TIMBA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PELAT BETON PRA CETAK Basuki 1, David Nur Nugroho 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL SAMBUNGAN BAMBU SEJAJAR SERAT DENGAN FIBRE-REINFORCED POLYMER (FRP)
STUDI EKSPERIMENTAL SAMBUNGAN BAMBU SEJAJAR SERAT DENGAN FIBRE-REINFORCED POLYMER (FRP) Hendrian Budi Bagus Kuncoro, S.T., M.Eng. Dosen Struktur, Jurusan Teknik Sipil, Univeristas Sultan Ageng Tirtayasa,
Lebih terperinciKapasitas Lentur Balok Beton Tulangan Bambu Ori Takikan Jarak 20 dan 30 mm
VOLUME 22, NO. 2, DESEMBER 2016 Kapasitas Lentur Balok Beton Tulangan Bambu Ori Takikan Jarak 20 dan 30 mm Agus Setiya Budi E-mail: asb.asb09@yahoo.co.id Endang Rismunarsi E-mail: rismunarsi@yahoo.co.id
Lebih terperinciA. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)
A. IDEALISASI STRUKTUR RAGKA ATAP (TRUSS) Perencanaan kuda kuda dalam bangunan sederhana dengan panjang bentang 0 m. jarak antara kuda kuda adalah 3 m dan m, jarak mendatar antara kedua gording adalah
Lebih terperinciKUAT LEKAT DAN PANJANG PENANAMAN TULANGAN BAMBU PETUNG DAN BAMBU TALI PADA BETON NORMAL
KUAT LEKAT DAN PANJANG PENANAMAN TULANGAN BAMBU PETUNG DAN BAMBU TALI PADA BETON NORMAL TUGAS AKHIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 BAB II TINJAUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya (seperti abu pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kekuatan sambungan menurut kekuatan lentur paku serta pembenaman paku ke dalam balok terhadap empat jenis kayu dilakukan selama kurang lebih tiga
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Kayu Sifat fisis kayu akan mempengaruhi kekuatan kayu dalam menerima dan menahan beban yang terjadi pada kayu itu sendiri. Pada umumnya kayu yang memiliki kadar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat, tidak menutup kemungkinan kebutuhan akan tempat tinggal juga akan meningkat. Akibat zaman yang
Lebih terperincia home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12
Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Sambungan Baut Pertemuan - 12 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa
Lebih terperinciBAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM
BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan selain dari pada aspek keamanan. Untuk mempertahankan aspek tersebut maka perlu adanya solusi
Lebih terperinciP ndahuluan alat sambung
SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA Dr. IGL Bagus Eratodi Pendahuluan Konstruksi baja merupakan kesatuan dari batangbatang yang tersusun menjadi suatu struktur. Hubungan antar batang dalam struktur baja berupa sambungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia konstruksi di Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Seiring dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau bahan yang dapat
Lebih terperinciPERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013
PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN 1961 NI- DAN SNI 7973:213 Eman 1, Budisetyono 2 dan Ruslan 3 ABSTRAK : Seiring perkembangan teknologi, manusia mulai beralih menggunakan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KUAT ACUAN TERHADAP JENIS KAYU YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA KUPANG BERDASARKAN SNI 7973:2013
IDENTIFIKASI KUAT ACUAN TERHADAP JENIS KAYU YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA KUPANG BERDASARKAN SNI 7973:2013 Elia Hunggurami 1 (eliahunggurami@yahoo.com) Sudiyo Utomo 2 (diyotomo@gmail.com) Beddy Y. Messakh
Lebih terperinciJembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)
Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Pendahuluan JEMBATAN GELAGAR BAJA BIASA Untuk bentang sampai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kotabangun sebagai salah satu Kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai peranan yang penting mengingat letaknya yang strategis dalam menghubungkan Ibukota
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Garis perekat arah radial lurus. (c)
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu dan bambu merupakan bahan bangunan yang digunakan sejak jaman dahulu sampai sekarang. Kayu berkualitas saat ini sulit didapatkan, kalaupun ada harganya sangat
Lebih terperinciPENGGUNAAN PENGHUBUNG GESER DARI RANTING BAMBU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN DAN KEKAKUAN BALOK BAMBU SUSUN
PENGGUNAAN PENGHUBUNG GESER DARI RANTING BAMBU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN DAN KEKAKUAN BALOK BAMBU SUSUN Astuti Masdar1*), Noviarti2), Zufrimar3) 1Program Studi Teknik Sipil, Sekolah Timggi
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai
8 BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Pada Pelat Lantai Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang digunakan
Lebih terperinciKAJIAN KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN BAMBU MENGGUNAKAN ISIAN MORTAR
KAJIAN KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN BAMBU MENGGUNAKAN ISIAN MORTAR Ida Nugroho Saputro Staf engajar rogram endidikan Teknik Sipil Jurusan endidikan Teknologi Keguruan Fakultas Keguruan dan Ilmu endidikan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balok dan kolom adalah elemen struktur yang berfungsi untuk membentuk kerangka dari suatu bangunan. Balok adalah elemen struktur yang dirancang untuk menahan dan mentransfer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Pemilihan suatu material konstruksi tergantung dari sifat sifat teknis, ekonomis dan dari segi keindahan. Apabila kayu diambil sebagai bahan konstruksi maka perlu diketahui sifat-sifat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN...1
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR PERSAMAAN...xiv INTISARI...xv ABSTRACT...xvi
Lebih terperinciPENGARUH KAWAT AYAM DALAM PENINGKATAN KEKUATAN PADA BALOK BETON. Abstrak
PENGARUH KAWAT AYAM DALAM PENINGKATAN KEKUATAN PADA BALOK BETON oleh : Gita Novitasari 1, Titik Penta Artiningsih 2, Wiratna Tri Nugraha 3 Abstrak Balok adalah elemen beton yang dominan menerima beban
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kekuatan sambungan tarik double shear balok kayu pelat baja menurut diameter dan jumlah paku pada sesaran tertentu ini dilakukan selama kurang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di alam dan pertama kali digunakan dalam sejarah umat manusia. Kayu sampai saat
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kayu merupakan salah satu material konstruksi yang paling banyak terdapat di alam dan pertama kali digunakan dalam sejarah umat manusia. Kayu sampai saat ini masih
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian
Volume 12, Nomor 1 Versi online/url: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jmts/article/view/2044 Melihat dari masalah tersebut, maka perlu diuraikan dengan pemanfaatan mortar resin sebagai bahan pengisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik. pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan.
I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang pada saat ini banyak digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik diperlukan pengetahuan
Lebih terperinciANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM
ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM Desinta Nur Lailasari *1, Sri Murni Dewi 2, Devi Nuralinah 2 1 Mahasiswa / Program Studi Magister / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik
Lebih terperinciPENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN Nurlena Lathifah 1 dan Bernardinus
Lebih terperinciIntegrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Baut.
Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Sambungan Baut Pertemuan 6, 7 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa
Lebih terperinciPENGARUH MODIFIKASI TULANGAN BAMBU GOMBONG TERHADAP KUAT CABUT BAMBU PADA BETON (198S)
PENGARUH MODIFIKASI TULANGAN BAMBU GOMBONG TERHADAP KUAT CABUT BAMBU PADA BETON (198S) Herry Suryadi 1, Matius Tri Agung 2, dan Eigya Bassita Bangun 2 1 Dosen, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi
TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciBERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM
BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM Candra Kurniawan Ramadhani *1, Sri Murni Dewi 2, Devi Nuralinah 2 1 Mahasiswa / Program Sarjana / Jurusan
Lebih terperinciSTUDI NUMERIK SAMBUNGAN DENGAN BAUT-GUSSET PLATE PADA STRUKTUR GABLE FRAME TIGA SENDI
Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 26-27 Oktober 2016 STUDI NUMERIK SAMBUNGAN DENGAN BAUT-GUSSET PLATE PADA STRUKTUR GABLE FRAME TIGA SENDI Pinta Astuti 1, Martyana Dwi
Lebih terperinciUJI EKSPERIMENTAL KUAT CABUT PAKU PADA KAYU
UJI EKSPERIMENTAL KUAT CABUT PAKU PADA KAYU Altho Sagara 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung Indonesia ABSTRAK SNI 7973-2013 yang berjudul Spesfikasi Desain untuk Konstruksi
Lebih terperinciKONTRAK PEMBELAJARAN
Judul : Program S1 Teknik Sipil FT UNS Dokumen level 4: REKAMAN KONTRAK PEMBELAJARAN MK STRUKTUR KAYU KONTRAK PEMBELAJARAN No. Dokumen Revisi ke 0 Tgl. berlaku Halaman 1 / 5 STRUKTUR KAYU D09850232 SEMESTER
Lebih terperinciKAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Estika 1 dan Bernardinus Herbudiman 2 1 Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciI. Perencanaan batang tarik
IV. BATANG TARIK Komponen struktur yang mendukung beban aksial tarik maupun tekan sering dijumpai pada struktur rangka kuda-kuda. Gaya aksial tarik ataupun tekan memiliki garis kerja gaya yang sejajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton banyak digunakan sebagai bahan bangunan karena harganya yang relatif murah, kuat tekannya tinggi, bahan pembuatnya mudah didapat, dapat dibuat sesuai dengan
Lebih terperinciPERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM
PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM DENGAN PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP TANPA STYROFOAM Lutfi Pakusadewo, Wisnumurti, Ari Wibowo Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Lentur Balok Mac. Gregor (1997) mengatakan tegangan lentur pada balok diakibatkan oleh regangan yang timbul karena adanya beban luar. Apabila beban bertambah maka pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi bambu dalam menopang keberlanjutan hutan dinilai ekonomis di masa depan. Hutan sebagai sumber utama penghasil kayu dari waktu ke waktu kondisinya sudah sangat
Lebih terperinciMetode pengujian lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur. bangunan berbasis kayu
Metode pengujian lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur 1 Ruang lingkup bangunan berbasis kayu Metode pengujian ini menyediakan penurunan sifat lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur bangunan
Lebih terperinci