BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hymenoptera. Ordo Hymenoptera memiliki ciri-ciri empat sayap yang tipis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hymenoptera. Ordo Hymenoptera memiliki ciri-ciri empat sayap yang tipis"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Parasitoid Berdasarkan hasil rearing daun pisang yang dilakukan di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat di peroleh empat jenis parasitoid dari pupa Erionota thrax. Parasitoid tersebut termasuk ke dalam ordo Hymenoptera. Ordo Hymenoptera memiliki ciri-ciri empat sayap yang tipis dan sayap-sayap belakang lebih kecil dari sayap-sayap depan (Borror et al.,1996). Hymenoptera merupakan salah satu ordo terpenting yang tercatat sebagai parasitoid. Dalam ordo Hymenoptera yang terbanyak mengandung parasitoid adalah famili Ichneumonidae, Braconidae, dan beberapa famili yang termasuk Chalcidoidea(Untung, 1996). Jenis-jenis parasitoid yang di dapat dari hasil rearing pupa Erionota thrax antara lain Brachymeria lasus, Xanthopimpla gampsura, Theronia sp dan Pediobius erionotae. Parasitoid-parasitoid ini termasuk ke dalam famili yang berbeda-beda. Parasitoid Brachymeria lasus termasuk ke dalam famili Chalcididae. Karena memiliki ciri femur belakang membesar dan terdapat gigi pada tepi ventral (Gambar 4.1). Prepektus sangat kecil dan tubuh berwarna hitam. Kaki belakang memiliki tanda berwarna kekuning-kuningan atau keputih-putihan. Famili ini berukuran sedang (panjangnya 2-7) mm. Mereka berbeda dari leucospid-leucospid karena mempunyai alat perteluran yang pendek dan sayap-sayap yang tidak terlipat secara longitudinal bila Evi Soviani, 2012 Identifikasi Parasitoid pada Erionota Thrax yang terdapat dalam daun pisang (Musa Paradiciaca) Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2 42 beristirahat. Chalcidid-chalcidid biasanya hitam atau kuning dengan berbagai tanda, tetapi tidak pernah metalik (Borror et al.,1996). 4 mm Gambar 4.1 Femora Belakang Famili Chalcididae (Sumber : Dokumen Pribadi) Sebagian besar Chalcididae merupakan parasit primer Lepidoptera; sedikit spesies yang memparasiti Coleoptera (terutama Chrysomelidae dan famili Coleoptera pengebor kayu), lebih sedikit memparasiti Diptera, Hymenoptera dan Neuroptera. Spesies dari beberapa genus berkembang sebagai parasit sekunder Lepidoptera, kebanyakan melalui Braconidae, Ichneumonidae, dan Tachinidae. Beberapa inang termasuk secara ekonomi merupakan serangga hama penting. Sebagian besar Chalcididae merupakan parasit soliter, tetapi beberapa yang lebih kecil Conura dan Brachymeria adalah gregarius, banyak individu muncul dari satu pupa inang. Hampir seluruh Chalcididae memparasiti larva inang atau pupa, kecuali beberapa Chalcis yang mengoviposisi ke dalam telur Stratiomyidae. Dewasa memakan nektar dan sekresi tanaman dan serangga (Gibson et al., 1997). Sebagian besar idiobiont, mengoviposisi ke dalam kurang lebih inang yang telah dewasa sepenuhnya, seperti larva matang (dalam hal parasitoid dari

3 43 Diptera) atau pupa muda (parasitoid dari Lepidoptera) (Departemen Entomologi dan departemen Biologi- Imperial College, 1999). Parasitoid Xanthopimpla gampsura, termasuk ke dalam famili Ichneumonidae. Karena memiliki ciri tidak mempunyai sel kosta pada sayap-sayap depan, venasi Rs + M tidak ada, terdapat venasi 2m-cu (Gambar 4.2). Antena berbentuk filiform (seperti benang) dengan segmen berjumlah 18 atau lebih. Ichneumonidae merupakan famili yang banyak bertindak sebagai parasitoid pada bermacam inang (Purnomo, 2010). Banyak lebah Ichneumonid merupakan parasitoid soliter, dan banyak lebah Braconid dan Chalcidoid yang bersifat gregarius (Untung, 1996). a b 14 mm c Gambar 4.2 Venasi Sayap Depan Xanthopimpla gampsura (a) Tidak terdapat sel kosta ( b) Areolat (c) Dua rangka sayap melintang m-cu (Sumber : Dokumen Pribadi) Icneumonid merupakan parasitoid serangga holometabola yang belum dewasa (Coleoptera, Diptera, Hymenoptera, Lepidoptera, Rhapidioptera, Trichoptera) atau Chelicerata (Araneae dan telur Pseudoscorpionida, dewasa Araneae). Symphyta dan Lepidoptera merupakan inang yang paling umum (Goulet et al., 1993). Ichneumonid dewasa, seperti kebanyakan Hymenoptera lain, memakan polen dan nektar dari tumbuh-tumbuhan (Tn, 2002).

4 44 Parasitoid Theronia sp termasuk ke dalam famili Ichneumonidae. Famili ini memiliki ciri-ciri tidak mempunyai sel kosta pada sayap depan, venasi Rs + M tidak ada, terdapat venasi 2m-cu (Gambar 4.3). Antena berbentuk filiform (seperti benang) dengan segmen berjumlah 18 atau lebih. a b 10 mm c Gambar 4.3 Venasi Sayap Depan Theronia sp (a) Tidak terdapat sel kosta (b) Areolat (c) Dua rangka sayap melintang m-cu (Sumber : Dokumen Pribadi) Parasitoid Pediobius erionotae termasuk dalam famili Eulóphidae. Eulóphidae merupakan serangga-serangga yang berukuran agak kecil (panjang 1-3 mm). Eulophid dapat dikenali oleh tarsi yang beruas empat, dan aksilae meluas ke depan di belakang tegulae. Banyak eulophid berwarna metalik cemerlang, dan yang jantan dari banyak jenis mempunyai sungut-sungut seperti sisir. Tabuhan-tabuhan ini pada umumnya agak bersklerotisasi lemah, dan tubuh-tubuh dari spesimen-spesimen tersebut seringkali mengempis bila kering (Borror et al.,1996). Gaster dengan petiolus yang jelas (Departemen Entomologi dan Departemen Biologi- Imperial College, 1999). Mayoritas Eulophidae merupakan parasitoid primer dari larva yang tersembunyi, terutama yang mendiami daun. Spesies terbaik yang diketahui

5 45 menyerang Lepidoptera, tetapi banyak spesies memparasiti larva serangga lain yang hidup tersembunyi (seperti Agromyzidae, heterarthrine Tenthredinidae dan Curculionidae). Sejumlah eulophid lain berkembang sebagai endoparasitoid pada telur serangga. Spesies kemungkinan ektoparasitoid idiobiont (Eulophinae; Euderinae), atau endoparasitoid (Entedontinae dan beberapa Tetrastichinae). Banyak spesies endoparasitik merupakan idiobiont (misalnya sebagian besar Chrysocharis spp.), tetapi beberapa (misalnya Crysocharis phyrne dan Achrysocharoides spp.) merupakan koinobiont. Banyak spesies idiobiont dapat berperilaku sebagai fakultatif hiperparasitoid (Askew, 1968; Askew dan Shaw, 1979 dalam Imperial College, 1999) dan hiperparasitisme biasa atau bahkan obligator pada beberapa spesies (Departemen Entomologi dan Departemen Biologi- Imperial College, 1999). Penulis bekerja sama dengan LIPI dalam identifikasi parasitoid yang muncul dari pupa Erionota thrax. Identifikasi pada parasitoid merupakan hasil rekomendasi oleh Darmawan dari laboratorium Entomologi LIPI. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai spesies parasitoid yang diperoleh : 1. Brachymeria lasus Walker a. Klasifikasi Brachymeria lasus Identifikasi parasitoid Brachymeria lasus sampai pada tingkat spesies berdasarkan karakter morfologi dalam buku Gibson et al. (1997) dan Boucek (1988). Identifikasi dilakukan dengan mengikuti kunci

6 46 determinasi menurut venasi sayap, jumlah ruas tarsi, bentuk femur, warna tubuh dan warna kaki belakang. Sehingga diperoleh famili maupun spesiesnya. Klasifikasi dari Brachymeria lasus menurut Boucek adalah : Kingdom Phylum Classis Ordo Familia : Animalia : Arthropoda : Insecta : Hymenoptera : Chalcididae Genus : Brachymeria ( Westwood,1829 ) Species : Brachymeria lasus Walker (Sumber : Boucek, 1988) b. Morfologi Brachymeria lasus memiliki panjang tubuh sekitar 6,5 mm. Warna tubuh hitam. Abdomen berwarna hitam. Koksa belakang berwarna hitam dan femur belakang berwarna hitam dengan warna kuning pada bagian apikal (Gambar 4.4A). Panjang sayap depan sekitar 4,5 mm (Gambar 4.4B). Dasar tibia belakang berwarna hitam, sisanya berwarna kuning. Betina memiliki koksa belakang dengan gigi ventromesal yang jelas. Terdapat ovipositor (alat perteluran) yang pendek. Kebanyakan spesies Brachymeria (kemungkinan seluruh) merupakan parasit pada pupa dari serangga holometabola, terutama Lepidoptera, tetapi spesies tertentu menyerang Coleoptera, Hymenoptera

7 47 dan Diptera. Walaupun beberapa spesies merupakan obligator atau hiperparasit berkala, menyerang salah satu parasit primer (Ichneumonid, Braconid atau Tachinid) atau inangnya, yang lain diketahui menjadi primer tunggal. Karena biasanya merupakan parasit pupa, kisaran inang sering luas tetapi beberapa Brachymeria pasti lebih menyukai inang tertentu, misalnya kumbang cassidine, tachinid puparia atau kokon sawfly (Boucek, 1988). Beberapa spesies Brachymeria yang berada di Indonesia merupakan parasitoid primer dan sekunder dari larva dan pupa Lepidoptera, terutama kupu-kupu (Kalshoven, 1981). 6,5 mm 4,5 mm A B Gambar 4.4 (A) Brachymeria lasus (arah lateral) ; (B) Sayap Depan Brachymeria lasus (Sumber : Dokumen Pribadi) 2. Xanthopimpla gampsura Krieger a. Klasifikasi Xanthopimpla gampsura Identifikasi parasitoid Xanthopimpla gampsura sampai pada tingkat spesies, berdasarkan karakter morfologi pada buku Goulet dan Huber (1993). Identifikasi dilakukan dengan kunci determinasi berdasarkan bentuk venasi sayap, bentuk antena, bentuk labrum dan warna tubuh.

8 48 adalah : Klasifikasi dari Xanthopimpla gampsura menurut Goulet dan Huber Kingdom Phylum Classis Ordo Familia Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Hymenoptera : Ichneumonidae : Xanthopimpla Species : Xanthopimpla gampsura Krieger (1914) (Sumber : Goulet dan Huber, 1993) b. Morfologi Xanthopimpla gampsura memiliki antena sangat panjang, berbentuk filiform dan berwarna coklat kehitaman (Gambar 4.5A). Pada toraks terdapat 4 corak hitam (Gambar 4.5B). Panjang tubuh sekitar 15 mm. Tubuh berwarna coklat kekuningan (Gambar 4.6A). Bagian abdomen berwarna kuning kecoklatan. Pada abdomen, arah dorsal terdapat garis hitam tebal pada bagian tepi (Gambar 4.6B). Panjang sayap depan sekitar 14 mm. Terdapat ovipositor dengan panjang sekitar 6 mm (Gambar 4.6B). Xanthopimpla gampsura diketahui sebagai parasitoid pupa Hesperiidae, seperti Cephrenes chrysozona, Erionota thrax dan Hidari irava (Darmawan, 2011).

9 49 2,5 mm 4 mm A B Gambar 4.5 (A) Antena Xanthopimpla gampsura ; (B) Toraks Xanthopimpla gampsura (arah dorsal) (Sumber : Dokumen Pribadi) 15 mm 6 mm A B Gambar 4.6 (A) Xanthopimpla gampsura (arah lateral) ; (B) Ovipositor Xanthopimpla gampsura (tanda panah) ( Sumber : Dokumen Pribadi) 3. Theronia sp a. Klasifikasi Theronia sp Identifikasi pada Theronia sp sampai pada tingkat spesies berdasarkan karakter morfologi pada buku Goulet dan Huber (1993). Identifikasi yang dilakukan dengan kunci determinasi berdasarkan venasi sayap, bentuk antena, bentuk labrum dan warna tubuh.

10 50 Klasifikasi dari Theronia sp menurut Goulet dan Huber adalah : Kingdom Phylum Classis Ordo Familia : Animalia : Arthropoda : Insecta : Hymenoptera : Ichneumonidae Genus : Theronia (Holmgren, 1859) Species : Theronia sp (Sumber : Goulet dan Huber, 1993) b. Morfologi Parasitoid Theronia sp memiliki panjang tubuh sekitar 11 mm. Seluruh tubuh berwarna kuning cerah (Gambar 4.7A). Antena berbentuk filiform (Gambar 4.7B). Pada bagian toraks (arah dorsal), terdapat 4 corak hitam yang bersatu. Abdomen berwarna kuning dan terdapat garis hitam pada arah dorsal. Panjang sayap depan sekitar 10 mm. Terdapat ovipositor dan panjangnya sekitar 4,5 mm. 11 mm 2 mm A B Gambar 4.7 (A)Theronia sp (arah lateral) ;(B) Antena Theronia sp ( Sumber : Dokumen Pribadi)

11 51 4. Pediobius erionotae Kerrich a. Klasifikasi Pediobius erionotae Identifikasi pada parasitoid Pediobius erionotae, dilakukan berdasarkan karakter morfologi pada buku Gibson et al. (1997) dan Boucek (1988). Penentuan identifikasi dilakukan dengan kunci determinasi berdasarkan venasi sayap, jumlah ruas tarsi, warna tubuh dan ukuran tubuh. Klasifikasi dari Pediobius erionotae menurut Gibson adalah : Kingdom Phylum Classis Ordo Familia : Animalia : Arthropoda : Insecta : Hymenoptera : Eulophidae Genus : Pediobius ( Walker, 1846 ) Species : Pediobius erionotae ( Kerrich, 1973 ) (Sumber : Gibson et al.,1997) b. Morfologi Pediobius erionotae memiliki panjang tubuh sekitar 3 mm. Tubuh berkilau dan berwarna hitam hijau metalik(gambar 4.8). Mata berwarna coklat tua. Abdomen berwarna hitam hijau metalik. Pada bagian pronotum terdapat rambut-rambut halus berwarna hitam. Tarsi terdiri dari 4 ruas, pada ruas pertama terdapat semacam duri yang berwarna coklat. Antena terdiri dari 3 segmen antara pedicel dan club.

12 52 3 mm Gambar 4.8 Pediobius erionotae (arah lateral) (Sumber : Dokumen Pribadi) Pediobius merupakan genus besar dari wasp famili Eulophidae (Hymenoptera:Chalcidoidea), terdiri lebih dari 200 spesies di gambarkan yang meliputi seluruh dunia dan tersebar di seluruh wilayah zoogeografis (Hansson, 2006 dalam Purnamasari, 2007). Spesies Pediobius merupakan parasitoid primer atau sekunder dari telur, larva dan pupa arthropod lain, misalnya serangga dari ordo Coleoptera, Diptera, Hymenoptera, Lepidoptera dan laba-laba dari ordo Araneida (Bouček, 1988; Hansson dan Nishida, 2002; Noyes, 2002 dalam Purnamasari, 2007). Beberapa spesies dari Pediobius telah seringkali digunakan sebagai agen kontrol biologis bagi banyak serangga hama (Purnamasari, 2007). Bila dilihat dari banyaknya individu yang muncul dari setiap inang, Xanthopimpla gampsura dan Theronia sp termasuk pada golongan parasitoid soliter, yaitu dari satu inang hanya muncul satu ekor parasitoid. Xanthopimpla gampsura dan Theronia sp termasuk ke dalam

13 53 famili Ichneumonidae. Kebanyakan Ichneumonid adalah soliter, satu individu tunggal berkembang dari satu induk semang tunggal, walaupun beberapa berkelompok (Borror et al.,1996). Sedangkan Brachymeria lasus Walker termasuk ke dalam golongan parasitoid gregarius, yaitu beberapa ekor parasitoid dapat berkembang secara normal menjadi dewasa dalam satu individu (tubuh) inang, (Mangoendihardjo dan Mahrub dalam Jumar, 2000). Jumlah imago yang keluar dari satu tubuh inang dapat banyak sekali (Hidayat et al., 2006). Sejumlah tabuhan dari famili Braconidae dan Chalcidoidae bersifat gregarius (Untung, 1993 dalam Jumar, 2000). Parasitoid yang ditemukan di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung merupakan jenis parasitoid pupa yang tidak endemik di daerah Soreang. Parasitoid ini umum ditemukan pada beberapa negara di dunia maupun di wilayah Indonesia. B. Persentase Parasitasi Parasitoid Persentase parasitasi parasitoid di peroleh dari perhitungan antara jumlah pupa yang terparasit per jumlah pupa yang diamati pada Erionota thrax. Seluruh pupa yang terparasit pada Erionota thrax di hitung untuk menentukan tingkat parasitasi. Persentase parasitasi parasitoid dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa parasitoid muncul pada rearing daun pisang pertama sampai dengan terakhir (keenam). Parasitoid yang muncul untuk rearing ke 1, 2, dan seterusnya sebanyak 33 ekor, 70 ekor, 60 ekor,

14 ekor, 4 ekor dan 83 ekor. Dengan demikian, persentase parasitasi seluruh parasitoid menurut Hamid et al (2003) adalah sebagai berikut : x 100 % = 24 % Tingkat parasitasi total parasitoid berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan angka yang kecil. Hal ini disebabkan karena ulat penggulung daun Erionota thrax secara genetis memiliki kemampuan tersendiri atau memiliki strategi bagaimana ia bertahan dan berkembang biak walaupun lingkungannya memiliki faktor pengendali biotis maupun abiotis (Price, 1997 dalam Maramis 2006). Dalam mempertahankan hidupnya, strategi yang ditempuh oleh serangga dapat berupa pemilihan inang yang sesuai sebagai bahan makanannya (perilaku bawaan) dan mengandung bahan-bahan tertentu yang kurang disukai oleh parasitoid. Berdasarkan penelitian Wanta (2004), tingkat parasitasi tertinggi terjadi pada stadia telur dibandingkan dengan pada stadia pupa. Hal ini diduga bahwa stadia telur pada Erionota thrax dapat dengan mudah ditemukan oleh parasitoid. Telur Erionota thrax diletakkan oleh induk betina di bawah permukaan daun pisang secara terbuka dan berkelompok, sehingga memudahkan parasitoid untuk menemukan dan meletakkan telurnya. Berbeda dengan pupa Erionota thrax yang terdapat pada gulungan daun yang lebih rapat sehingga mempersulit parasitoid untuk menemukannya.

15 55 Tanggal Rearing Tabel 4.1 Hasil Rearing Daun Pisang dari Pupa Erionota thrax Jumlah Pupa 30 Juli Oktober November Desember Februari Maret 2011 Jumlah Pupa Yang Menetas (buah) Erionota Parasitoid thrax Jumlah Jenis pupa Brachymeria lasus 3 pupa Brachymeria lasus 1 pupa Pediobius erionotae 1 pupa Xanthopimpla gampsura 3 pupa Brachymeria lasus 2 pupa Xanthopimpla gampsura Dalam 1 pupa terdapat pupa Brachymeria lasus dan Pediobius erionotae Dalam 1 pupa terdapat Brachymeria lasus dan Pediobius erionotae 2 pupa Brachymeria lasus 1 pupa Brachymeria lasus 1 pupa Brachymeria lasus 4 pupa Theronia sp 2 pupa Pediobius erionotae Tidak Menetas Jumlah Parasitoid Total

16 56 Selain itu, jumlah populasi musuh alami rendah sehingga tidak mampu memberikan respon numerik yang cepat dalam mengimbangi peningkatan populasi hama (Untung, 1993). Jumlah parasitoid pupa dari Erionota thrax yang berada di kecamatan Soreang, kemungkinan rendah. Sehingga tingkat parasitasi parasitoid kecil. Pupa yang menetas dapat berupa imago Erionota thrax (Gambar 4.9A) maupun parasitoid. Pupa yang menetas menjadi parasitoid merupakan pupa yang terparasit (Gambar 4.9B). Pupa yang terparasit memiliki ciri berwarna hitam dan terdapat lubang sebagai tempat keluarnya parasitoid. Dari tabel diperoleh data bahwa tidak semua pupa menetas menjadi imago Erionota thrax maupun parasitoid. Persentase pupa yang menetas sebesar 80 %, sedangkan persentase pupa yang tidak menetas yaitu 20 %. A B Gambar 4.9 (A) Kupu-kupu Erionota thrax ;(B) Pupa yang terparasit (Sumber : Dokumen Pribadi) Pupa yang tidak menetas dibedah, untuk mengetahui isi pupa. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah pupa berisi imago Erionota thrax atau

17 57 imago parasitoid. Setelah dilakukan pembedahan, pupa yang tidak menetas berisi imago Erionota thrax (Gambar 4.10A dan B). A Gambar 4.10 Pupa yang tidak menetas (A) Sebelum dibedah ;(B) Setelah di bedah (Sumber : Dokumen Pribadi) B Persentase pupa yang tidak menetas sebesar 20 %. Hal ini terjadi karena pada saat rearing dilakukan dalam screen cage, sehingga terjadi perubahan suhu lingkungan. Pupa yang tidak dapat bertahan terhadap perubahan lingkungan akan mati. Andrewartha (Brues,1939) mengemukakan bahwa adaptasi terhadap temperatur dapat diamati dari respon pada batasan kisaran yang dapat ditoleransi. Brues (1939) menemukan larva Diptera tertentu hidup di suhu panas di Indonesia pada temperatur hingga 52 C. Tetapi tidak ada spesies individu yang diketahui dapat tumbuh diatas kisaran 0 C sampai 50 C. Kisaran temperatur yang mendukung pada spesies khusus berhubungan dengan temperatur yang berlaku di tempat dimana hewan biasanya hidup. Di alam pupa dapat menetas baik menjadi imago Erionota thrax maupun imago parasitoid

18 58 karena daya dukung lingkungan yang sesuai memungkinkan untuk terjadinya penetasan. C. Persentase Parasitasi Masing-Masing Jenis Parasitoid Persentase rasio parasitasi setiap jenis parasitoid dapat digunakan sebagai bahan perbandingan parasitasi setiap jenis parasitoid dan untuk menentukan parasitoid yang paling banyak muncul. Persentase parasitasi setiap jenis parasitoid diperoleh dari jumlah individu pupa yang terparasit per jumlah pupa yang diamati. Tingkat rasio parasitasi setiap jenis parasitoid terhadap Erionota thrax adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Tingkat Parasitasi Setiap Jenis Parasitoid Erionota thrax Jenis Parasitoid Brachymeria lasus Xanthopimpla gampsura Theronia sp Pediobius erionotae Total Tingkat Parasitasi Ket : R = Rearing ke- Jumlah Parasitoid R1 R2 R3 R4 R5 R6 Total Parasitoid 14 % % % % Berdasarkan hasil perhitungan di atas, tingkat rasio parasitasi parasitoid pupa tertinggi di temukan pada Brachymeria lasus, sebesar 14 %. Sedangkan parasitasi parasitoid terkecil yaitu pada Xanthopimpla gampsura sebesar 3 %. Tingkat rasio parasitasi parasitoid pupa menunjukkan bahwa Brachymeria lasus, memiliki jumlah yang cukup banyak bila dibandingkan

19 59 dengan parasitoid lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Brachymeria lasus merupakan jenis parasitoid yang paling banyak muncul dan berpotensi sebagai agen kontrol biologis yang baik. Wanta (Kalshoven, 1981) mengatakan bahwa parasitoid pupa Brachymeria sp secara alami di lapangan dapat mengendalikan hama Erionota thrax dengan persentase parasitisasi dapat mencapai % jika populasi hama tinggi. Jenis parasitoid yang paling banyak muncul adalah Brachymeria lasus. Dengan demikian, parasitoid yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama Erionota thrax di lapangan adalah Brachymeria lasus. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, menemukan bahwa Pediobius erionotae merupakan parasitoid primer maupun sekunder. Pediobius erionotae dikatakan sebagai parasitoid primer, karena menyerang inang utama (hama tanaman atau Erionota thrax). Sedangkan sebagai parasitoid sekunder, parasitoid ini menyerang parasitoid primer (Brachymeria lasus). Spesies Pediobius merupakan parasitoid primer maupun sekunder untuk fase telur, larva dan pupa dari arthropoda lainnya, misalnya ordo serangga Coleoptera, Diptera, Hymenoptera dan Lepidoptera dan laba-laba dari ordo Araneida (Boucek, 1988; Hansson and Nishida, 2002; Noyes, 2002 dalam Purnamasari, 2007). Beberapa spesies dari Pediobius seringkali digunakan sebagai agen kontrol biologis untuk banyak hama serangga (Purnamasari, 2007).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Ketinggian wilayah di Atas Permukaan Laut menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar tahun 215 Kecamatan Jumantono memiliki ketinggian terendah 3 m dpl

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Parasitoid

TINJAUAN PUSTAKA. Parasitoid TINJAUAN PUSTAKA Parasitoid Parasitoid adalah serangga yang stadia pradewasanya menjadi parasit pada atau di dalam tubuh serangga lain, sementara imago hidup bebas mencari nektar dan embun madu sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Parasitoid Brachymeria sp.

TINJAUAN PUSTAKA A. Parasitoid Brachymeria sp. 4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Parasitoid Brachymeria sp. Penggunaan parasitoid sebagai agens pengendali biologis untuk mengendalikan serangga hama merupakan salah satu tindakan yang bijaksana dan cukup beralasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api 1. Biologi Setothosea asigna Klasifikasi S. asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut : Phylum Class Ordo Family Genus Species : Arthropoda : Insekta : Lepidoptera

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

INVENTARISASI PARASITOID HAMA PENGGULUNG DAUN PISANG (Erionota thrax L.) DI KOTA METRO DAN SEKITARNYA PROVINSI LAMPUNG

INVENTARISASI PARASITOID HAMA PENGGULUNG DAUN PISANG (Erionota thrax L.) DI KOTA METRO DAN SEKITARNYA PROVINSI LAMPUNG J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Yulian et al.: Inventarisasi Parasitoid Hama Penggulung Daun Pisang 11 Vol. 4, No. 1: 11 15, Januari 2016 INVENTARISASI PARASITOID HAMA PENGGULUNG DAUN PISANG (Erionota

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum TINJAUAN PUSTAKA Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur diletakkan pada permukaan daun, berbentuk oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak

Lebih terperinci

BAB II. PARASITOID PADA Erionota Thrax YANG TERDAPAT DALAM. TANAMAN PISANG ( Musa paradisiaca) DENGAN METODE REARING

BAB II. PARASITOID PADA Erionota Thrax YANG TERDAPAT DALAM. TANAMAN PISANG ( Musa paradisiaca) DENGAN METODE REARING BAB II PARASITOID PADA Erionota Thrax YANG TERDAPAT DALAM TANAMAN PISANG ( Musa paradisiaca) DENGAN METODE REARING A. Parasitoid 1. Pengertian Parasitoid Parasitoid adalah serangga yang bersifat sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Ngengat meletakkan telur di atas permukaan daun dan jarang meletakkan di bawah permukaan daun. Jumlah telur yang diletakkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga Ordo Hymenoptera

TINJAUAN PUSTAKA Serangga Ordo Hymenoptera TINJAUAN PUSTAKA Serangga Ordo Hymenoptera Ordo Hymenoptera termasuk ke dalam kelas Insecta. Ordo ini merupakan salah satu dari 4 ordo terbesar dalam kelas Insecta, yang memiliki lebih dari 80 famili dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan Indonesia telah disusun sedemikian ketat. Ketatnya aturan karantina tersebut melarang buah-buahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun, TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur penggerek batang tebu berbentuk oval, pipih dan diletakkan berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) 1.1 Biologi Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara parallel pada permukaan daun yang hijau. Telur

Lebih terperinci

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

SERANGGA PARASITOID PADA KUPU TROIDES HELENA DAN PAPILIO ARISTOLOCIA

SERANGGA PARASITOID PADA KUPU TROIDES HELENA DAN PAPILIO ARISTOLOCIA Serangga Parasitoid pada Kupu Troides Helena (Arif Rohmatullah) 97 SERANGGA PARASITOID PADA KUPU TROIDES HELENA DAN PAPILIO ARISTOLOCIA Arif Rohmatullah Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Lebih terperinci

Parasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae

Parasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae Parasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae Oleh Feny Ernawati, SP dan Umiati, SP POPT Ahli Muda BBPPTP Surabaya Pendahuluan Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga atau binatang arthopoda

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

Pengorok Daun Manggis

Pengorok Daun Manggis Pengorok Daun Manggis Manggis (Garcinia mangostana Linn.) merupakan tanaman buah berpotensi ekspor yang termasuk famili Guttiferae. Tanaman manggis biasanya ditanam oleh masyarakat Indonesia di pertanaman

Lebih terperinci

WALKER (HYMENOPTERA: CHALCIDIDAE)

WALKER (HYMENOPTERA: CHALCIDIDAE) BIOLOGI PARASITOID Brachymeria lasus WALKER (HYMENOPTERA: CHALCIDIDAE) PADA ULAT PENGGULUNG DAUN PISANG Erionota thrax LINNAEUS (LEPIDOPTERA: HESPERIIDAE) JESSICA VALINDRIA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitoid yang ditemukan di Lapang Selama survei pendahuluan, telah ditemukan tiga jenis parasitoid yang tergolong dalam famili Eupelmidae, Pteromalidae dan Scelionidae. Data pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur TINJAUAN PUSTAKA 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tebu Tanaman tebu diduga berasal dari daerah Pasifik Selatan, yaitu New Guinea dan selanjutnya menyebar ke tiga arah yang berbeda. Penyebaran pertama dimulai pada 8000 SM

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN Yeni Nuraeni, Illa Anggraeni dan Wida Darwiati Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Kampus Balitbang Kehutanan, Jl.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama (Bractrocera dorsalis) Menurut Deptan (2007), Lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : insecta

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ulat Kantong (Metisa plana) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat Kantong (M. plana) merupakan salah satu hama pada perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun, sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi E. furcellata (Hemiptera : Pentatomidae) Menurut Kalshoven (1981) E. furcellata diklasifikasikan sebagai berikut : Phylum Klass Ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga masuk dalam filum Arthropoda dan kingdom Animalia yang memiliki keragaman Spesies terbesar dibandingkan dengan binatang yang lain yaitu hampir 75% dari total

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

Uji Parasitasi Tetrastichus brontispae terhadap Pupa Brontispae Di Laboratorium

Uji Parasitasi Tetrastichus brontispae terhadap Pupa Brontispae Di Laboratorium Uji Parasitasi Tetrastichus brontispae terhadap Pupa Brontispae Di Laboratorium Oleh Ida Roma Tio Uli Siahaan Laboratorium Lapangan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Fase Pradewasa Telur Secara umum bentuk dan ukuran pradewasa Opius sp. yang diamati dalam penelitian ini hampir sama dengan yang diperikan oleh Bordat et al. (1995) pada

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten

Lebih terperinci

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Ulat Kantong Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti : Kingdom : Animalia Subkingdom : Bilateria Phylum Subphylum Class Subclass Ordo Family Genus Species

Lebih terperinci

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian yang dilakukan dalam mengontrol populasi Setothosea asigna dengan menggunakan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Susanto dkk., 2010), Konsep ini bertumpu pada monitoring

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

Lampiran 1 FOTO LAHAN PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1 FOTO LAHAN PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 FOTO LAHAN PENELITIAN Lampiran 2 FOTO PERANGKAP Perankap kuning (yellow trap) Perangkap jatuh (pit fall trap) Lampiran 3 FOTO SERANGGA No. Gambar Pengamatan No. Gambar Pengamatan 1. 2. (Coleoptera:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir.

TINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Subramanyam dan Hagstrum (1996), Hama kumbang bubuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta

Lebih terperinci

Musuh Alami. Pengendalian Hayati

Musuh Alami. Pengendalian Hayati Musuh Alami Dr. Akhmad Rizali Pengendalian Hayati Pengunaan musuh alami untuk mengendalikan hama Murah, efektif, permanen dan tidak berdampak negatif bagi lingkungan Aspek Memanfaatkan musuh alami yang

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat 16 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang Klasifikasi Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang Klasifikasi Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang Klasifikasi Tanaman pisang termasuk dalam golongan Monocotyledonae, famili Musaceae, genus Musa. Tanaman pisang merupakan tanaman herbaceous dan berkembang biak secara vegetatif

Lebih terperinci

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Embriani BBPPTP Surabaya LATAR BELAKANG Serangan hama merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan produksi dan mutu tanaman. Berbagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

TINJAUAN PUSTAKA. Capung TINJAUAN PUSTAKA Capung Klasifikasi Capung termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, klas Insecta, dan ordo Odonata. Ordo Odonata dibagi ke dalam dua subordo yaitu Zygoptera dan Anisoptera. Kedua

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kumbang Tanduk (O. rhinoceros). berikut: Sistematika kumbang tanduk menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan globalisasi perdagangan buah dan sayur segar. Salah satu kendala yang dihadapi petani buah dan sayur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga TINJAUAN PUSTAKA Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga hama utama pada tanaman kopi yang menyebabkan kerugian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Raven (1992) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Anthophyta : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kupu-kupu Menurut Borror dkk (1992) klasifikasi kupu-kupu adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Kelas : Insekta Subkelas : Pterygota

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat pemakan daun kelapa sawit yang terdiri dari ulat api, ulat kantung, ulat bulu merupakan hama yang paling sering menyerang kelapa sawit. Untuk beberapa daerah tertentu, ulat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN EVALUASI MUSUH ALAMI KUMBANG PEMAKAN DAUN

IDENTIFIKASI DAN EVALUASI MUSUH ALAMI KUMBANG PEMAKAN DAUN Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 1 Juni 2015 10 IDENTIFIKASI DAN EVALUASI MUSUH ALAMI KUMBANG PEMAKAN DAUN (Henosepilachna sparsa) PADA TANAMAN TERUNG (Solanum melongena L.) DAN LEUNCA (Solanum nigrum) Nine

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini adalah jenis penelitian deskriptif, karena dilakukan dengan cara observasi tanpa adanya manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Kupu-kupu Pieridae Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu Pieridae, Papilionidae, Nymphalidae, Lycanidae dan Hesperiidae. Kupu-kupu famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes TINJAUAN PUSTAKA Biologi Oryctes rhinoceros Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes rhinoceros adalah sebagai berikut : Phylum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Arthropoda :

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat

Lebih terperinci

KLASIFIKASI APTERYGOTA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI

KLASIFIKASI APTERYGOTA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI KLASIFIKASI APTERYGOTA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Classis : Insecta KLASIFIKASI Subclassis : Apterygota dan Pterygota Subclassis Apterygota terdiri dari 4 Ordo: 1. Ordo Protura 2. Ordo Collembola

Lebih terperinci

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Pendahuluan Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi Oleh : Ika Ratmawati, SP,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) larva penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Xanthocampoplex sp. (Hymenoptera : Ichneumonidae) Famili Ichneumonidae merupakan salah satu famili serangga terbesar yang

TINJAUAN PUSTAKA. Xanthocampoplex sp. (Hymenoptera : Ichneumonidae) Famili Ichneumonidae merupakan salah satu famili serangga terbesar yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Xanthocampoplex sp. (Hymenoptera : Ichneumonidae) Famili Ichneumonidae merupakan salah satu famili serangga terbesar yang diperkirakan lebih dari 60.000 spesies di dunia (Noort, 2004).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan 63 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng. Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng merupakan kawasan

Lebih terperinci

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua BAB IV Hasil Dari Aspek Biologi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) Selama Proses Habituasi dan Domestikasi Pada Pakan Daun Sirsak dan Teh 4.1. Perubahan tingkah laku Selama proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Serangga Hama pada Tanaman Cabai Berdasarkan hasil pengamatan tanaman Cabai di Tiga Varietas Berbeda selama 10 minggu terdapat 5 famili yakni Famili Aphididae, Famili

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna I. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ulat Api (Setothosea asigna) Hama ulat api (Setothosea asigna) merupakan salah satu hama paling penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit. Spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (1964) menyatakan bahwa pada tahun 1863 penggerek batang padi kuning dikenal

TINJAUAN PUSTAKA. (1964) menyatakan bahwa pada tahun 1863 penggerek batang padi kuning dikenal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggerek Batang Padi Kuning, Scirpophaga incertulas (Walker). Penggerek batang padi kuning disebut dengan berbagai nama. Kapur (1964) menyatakan bahwa pada tahun 1863 penggerek

Lebih terperinci

Kelimpahan Populasi Parasitoid Sturmia Sp. (Diptera: Tachinidae) Pada Crocidolomia pavonana

Kelimpahan Populasi Parasitoid Sturmia Sp. (Diptera: Tachinidae) Pada Crocidolomia pavonana Kelimpahan Populasi Parasitoid Sturmia Sp. (Diptera: Tachinidae) Pada Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera: Pyralidae) Di Daerah Alahan Panjang Sumatera Barat Novri Nelly Staf pengajar jurusan Hama dan

Lebih terperinci

PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: PSYCHIDAE) PADA BEBERAPA PERTANAMAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DI DAERAH BOGOR NILA RULLY PRAVITASARI

PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: PSYCHIDAE) PADA BEBERAPA PERTANAMAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DI DAERAH BOGOR NILA RULLY PRAVITASARI PENGAMATAN ULAT KANTUNG (LEPIDOPTERA: PSYCHIDAE) PADA BEBERAPA PERTANAMAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DI DAERAH BOGOR NILA RULLY PRAVITASARI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Ulat Pemakan Daun Kelapa dan Cara Mengendalikannya. Oleh. Ramadhani Kurnia Adhi. Widyaiswara Muda

Ulat Pemakan Daun Kelapa dan Cara Mengendalikannya. Oleh. Ramadhani Kurnia Adhi. Widyaiswara Muda Ulat Pemakan Daun Kelapa dan Cara Mengendalikannya Oleh Ramadhani Kurnia Adhi Widyaiswara Muda Ketika kita memperhatikan pertanaman kelapa kita, tajuk tanaman kelapa menunjukkan penampilan yang tidak biasa.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea 20 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan suatu istilah yang mencakup pada kelimpahan spesies, komposisi genetik, komunitas, dan ekosistem. Biodiversitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Attacus atlas Attacus atlas merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (Chapman, 1969). Klasifikasi A. atlas menurut Peigler (1989) adalah sebagai berikut: Kelas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) TINJAUAN PUSTAKA 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas.

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013) II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggerek batang padi adalah salah satu hama utama pada tanaman padi. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu mendapatkan perhatian serius.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra (Bombyx mori L.) Ulat sutera adalah serangga holometabola yang mengalami metamorfosa sempurna, yang berarti bahwa setiap generasi keempat stadia, yaitu telur, larva atau lazim

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga

Lebih terperinci