BAB IV HASIL PENELITIAN. Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN. Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan"

Transkripsi

1 63 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng. Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng merupakan kawasan hutan yang masih terjaga tingkat alamiahnya dikarenakan hutan tersebut dikondisikan sebagai salah satu hutan lindung serta sebagai kawasan konservasi alami hutan, sehingga tingkat keanekaragaman varietas tumbuhan tergolong tinggi. Kawasan Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng terletak di sebelah Timur jalan raya Tjilik Riwut Km 28 dari Palangka Raya menuju Kabupaten Katingan. Secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kotamadya Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Secara geografis terletak pada BT dan LS. Keadaan topografi bervariasi mulai dari dataran rendah yang landai, bergelombang hingga berbukit dengan kelerengan 2% - 45%, dengan ketinggian tempat meter dari permukaan laut. Jenis tanah terdiri dari jenis organosol, humus alluvial dan regosol dari batuan induk alluvial dengan fisiografi daratan serta kondisi drainase tergenang sehingga masuk dalam kategori tanah berawa dan bergambut dengan ketebalan gambut 1-2 m. Kondisi air tanah memiliki tingkat keasaman 3,3 s/d 5,8. Secara 63

2 64 geologi kawasan ini dideskripsikan tersusun atas Batuan, iklim dalam kawasan ini termasuk ke dalam tipe A yang memiliki curah hujan tahunan sebesar mm/tahun, dengan kelembaban 70 80% dan suhu antara 21 C - 33 C. 61 B. Hasil Penelitian Hasil penelitian dengan menggunakan metode trapping diketahui bahwa jumlah famili serangga malam secara keseluruhan di Kawasan Pinggiran Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng Kota Palangka Raya adalah sebanyak 16 famili ditemukan pada waktu jam berbeda yaitu pukul WIB dan pukul WIB dengan jumlah keseluruhan individu yang terdiri dari famili Gryllidae, Arcididae, Tettigoniidae, Pyralidae, Chyrsomelidae, Carabidae, Elateridae, Culicidae, Cecidomyiidae, Tipulidae, Reduviidae, Sphecidae, Formicidae, Ichneumonidae, Cercopidae, dan Termitidae 1. Identifikasi Serangga Deskripsi dan pecandraan dari masing masing famili serangga malam yang ditemukan di Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng Palangka Raya dengan menggunakan kunci identifikasi berdasarkan Borror et al (1997), dan Lilies (1991) adalah sebagai berikut: 61 BKSDA KALTENG Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah dalam Itemid=54 (online 25 September 2014)

3 65 a. Spesimen 1 a a Gambar 4.1 Gryllidae Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; kepala berwarna hitam dengan antenna panjang di dekat matanya, kepala dan perut berwarna hitam, memiliki 3 pasang kaki, kaki belakang lebih besar dan kuat dari kaki lainnya. kaki ini digunakan untuk melompat, memiliki sepasang sayap, pangkal sayap berwarna kuning, sayap luar memiliki lekukan-lekukan dengan pola tertentu, sayap dalam tipis dan lebar. sayap ini digunakn untu terbang, Pada ujung perut, terdapat 2 ekor yang berbentuk seperti jarum. Adapun taksonomi hewan ini adalah sebagai berikut: : Insecta : Orthoptera : Gryllidae

4 66 b. Spesimen 2 b b Gambar 4.2 Acrididae Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; kepala berwarna hitam dengan antenna pandek di dekat matanya, kepala dan perut berwarna hitam kecoklatan, memiliki 3 pasang kaki, kaki belakang lebih besar dan kuat dari kaki lainnya. kaki ini digunakan untuk melompat, memiliki sepasang sayap, sayap ini digunakn untu terbang. Adapun taksonomi hewan ini adalah sebagai berikut: : Insecta : Orthoptera : Acrididae

5 67 c. Spesimen 3 c Gambar 4.3 Tettigoniidae I c Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; tubuh besar, posisi muka miring. Antenna seperti rambut dengan panjang sama atau lebih panjang dari tubuhnya, memiliki 3 pasang kaki.. Warna sayap hijau tetapi ada yang dapat menyamar dengan warna coklat atau seperti karat. Adapun taksonomi hewan ini adalah sebagai berikut: : Insecta : Orthoptera : Tettigoniidae I

6 68 d. Spesimen 4 d d Gambar 4.4 Tettigoniidae II Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; Memiliki ciri-ciri diantaranya tubuh besar dengan muka miring. Antenna seperti rambut dengan panjang sama atau lebih panjang dari tubuhnya, memiliki 3 pasang kaki. Mempunyai sayap. Warna sayap hijau. Tettigonidae ini memiliki ovipositor panjang dan ramping berbentuk seperti pedang. Jenis yang dapat menyanyi memiliki tympana di pangkal tibia kaki depan. Nimpha berwarna hijau. Adapun taksonomi hewan ini adalah sebagai berikut: : Insecta : Orthoptera : Tettigoniidae II

7 69 e. Spesimen 5 e e Gambar 4.5 Pyralidae I Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; tubuh berukuran sedang, berwarna putih kecoklatan. Memiliki mata, sayap depan sempit, memanjang segitiga, sayap belakang lebar dan bulat terdapat bintik hitam seperti mata pada sayap. Memiliki antenna, memiliki 2 pasang kaki. Palpus labialis biasanya mencuat (menjorok) kedepan seperti moncong, bervariasi dalam kenampakan. Adapun taksonomi serangga ini adalah sebagai berikut: : Insecta : Lepidoptera : Pyralidae I

8 70 f. Spesimen 6 f f Gambar 4.6 Pyralidae II Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; berukuran sedang, berwarna kuning kusam. Memiliki mata,sayap depan sempit, memanjang segitiga, sayap belakang lebar dan bulat terdapat garis gelombang pada sayap, memiliki antenna, memiliki 2 pasang kaki. Palpus labialis biasanya mencuat (menjorok) kedepan seperti moncong, bervariasi dalam kenampakan. Adapun taksonomi serangga ini adalah sebagai berikut: : Insecta : Lepidoptera : Pyralidae II

9 71 g. Spesimen 7 g g Gambar 4.7 Pyralidae III Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; berukuran sedang, berwarna coklat tua dan kusam. Memiliki mata, sayap depan sempit, memanjang segitiga, sayap belakang lebar dan bulat terdapat bintik pada sayap. Memiliki 2 pasang kaki. Palpus labialis biasanya mencuat (menjorok) kedepan seperti moncong, bervariasi dalam kenampakan. Adapun taksonomi serangga ini adalah sebagai berikut: : Insecta : Lepidoptera : Pyralidae III

10 72 h. Spesimen 8 h h Gambar 4.8 Chyrsomelidae I Adapun ciri-ciri serangga ini yaitu; tubuh gemuk dan bulat telur berwarna coklat tua kehitaman mengkilap, antenna pendek dan Memiliki sepasang sayap lembut yang terlipat dan dilindungi oleh penutup luar (cangkang) yang keras, memiliki kaki berjumlah 3 pasang, mempunyai bentuk kepala oval, mata oval dan terletak agak kesamping dengan tipe mulut menggigit, dasar abdomen kelihatan menyempit. Adapun taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut : Subklass : Insekta : Coleoptera : Chyrsomelidae I

11 73 i. Spesimen 9 i i Gambar 4.9 Chyrsomelidae II Adapun ciri-ciri serangga ini yaitu; memiliki tubuh relatif kecil, pendek, agak pendek, gemuk dan berbentuk bulat telur. berwarna merah dan mengkilap. Kepala tidak memanjang menjadi suatu moncong, ujung abdomen tertutup elytra. Antenna pendek, kurang dari setengah panjang tubuh. Memiliki sepasang sayap lembut yang terlipat dan dilindungi oleh penutup luar (cangkang) yang keras, memiliki kaki berjumlah 3 pasang. Tubuhnya yang agak gemuk memiliki tonjolantonjolan di bagian luar (permukaan) tubuhnya menyerupai duri-duri. Adapun taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut : Subklass : Insekta : Coleoptera : Chyrsomelidae II

12 74 j. Spesimen 10 j j Gambar 4.10 Carabidae Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; kepala berwarna hitam dengan antenna seperti benang di dekat matanya, kepala dan perut berwarna hitam, memiliki 3 pasang kaki panjang dan ramping, Tubuh pipih dengan alur-alur membujur pada sayap depan, memiliki 2 pasang sayap. Kepala dan mata hampir selalu lebih sempit Antenna seperti benang. Adapun taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut : : Insecta : Coleoptera : Carabidae

13 75 k. Spesimen 11 k k Gambar 4.11 Elateridae Adapun ciri-ciri serangga ini yaitu; muka kepala tidak mampat, membulat, kenampaknya tidak metalik. Tubuh memanjang, memiliki antena biasanya serrate (kadang-kadang filiform/pectinate), ukuran tubuh sekitar mm, memiliki 3 pasang kaki dan memiliki sepasang mata. Ujung belakang pronotum memanjang/runcing ke belakang berbentuk seperti duri. bertubuh keras, bercahaya/mengkilap dan umum dinamakan sebagai ulat kawat/ulat api. Adapun taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut : : Insecta : Coleoptera : Elaterida

14 76 l. Spesimen 12 l l Gambar 4.12 Cucilidae Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; tubuhnya dibedakan atas kaput, toraks, abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki, memiliki sepasang mata, dan sepasang antena. Satu pasang sayap dan halter menempatkan nyamuk dalam ordo Diptera. Sisik pada sayap dan adanya alat mulut yang panjang seperti jarum menempatkan nyamuk ke dalam familia Culicidae. warna tubuh coklat kehitaman, sayap panjang, sempit dengan sisik sepanjang vena/ tepi sayap, sedikit rambut-rambut pada antenna. Adapun taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut : : Insecta : Diptera : Culicidae

15 77 m. Spesimen 13 m m Gambar 4.13 Cecidomyiidae Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; tubuhnya dibedakan atas kaput, toraks, abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki, memiliki sepasang mata, dan sepasang antena. memiliki tubuh ramping dan sangat kecil, mempunyai sayap, vena-vena sayap dan bagian tepi sayap tidak berbulu-bulu. Umumnya berwarna kuning, orange atau merah. Adapun taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut : : Insecta : Diptera : Cecidomyiidae

16 78 n. Spesimen 14 n n Gambar 4.14 Tipulidae Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; tubuhnya dibedakan atas kaput, toraks, abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki, memiliki sepasang mata, dan sepasang antena. kaki sangat panjang dan ramping, mesonotum dengan celah yang jelas seperti bentuk V. Sebagian besar berukuran mm, kecoklatan atau abu-abu, beberapa dengan spotspot yang gelap disayap, seperti nyamuk. Adapun taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut : : Insecta : Diptera : Tipulidae

17 79 o. Spesimen 15 o o Gambar 4.15 Reduviidae Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; tubuh oval, kuat, berwarna hitam atau coklat kepala memanjang dengan bagian belakang mata seperti leher, beberapa jenis abdomen melebar ke arah samping. paruh pendek, kuat, sering dilengkukkan dibawah kepala saat istirahat, memiliki antenna, kaki berjumalah 3 pasang, femur kaki depan tebal. Adapun taksonomi dari fauna ini adalah sebagai berikut : : Insecta : Hemiptera : Reduviidae

18 80 p. Spesimen 16 q q Gambar 4.16 Sphecidae Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; berwarna biasanya merah, coklat gelap dan bermata lebar. Ukuran tubuh besar, tidak berambut banyak. Pronotum pendek seperti leher baju, sudut belakangnya tidak dekat dengan tegula. Memiliki antenna. Rahang kuat dan runcing untuk menggigit, kaki depan mempunyai rambut-rambut seperti bentuk sapu. Adapun taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut : : Insekta : Hymenoptera : Sphecidae

19 81 q. Spesimen 17 r r Gambar 4.17 Formicidae I Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; mempunyai tubuh yang berwarna merah terang dengan bentuk tubuhnya yang agak kecilsedang dan mempunyai sayap. Mata oval dan terdapat disamping, abdomen oval, mempunyai kaki dan antenna. Adapun taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut : : Insekta : Hymenoptera : Formicidae I

20 82 r. Spesimen 18 s s Gambar 4.18 Formicidae II Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; berwarna hitam dengan bentuk tubuhnya sedang dan mempunyai sayap. Mempunyai bentuk kepala oval,antenna sama panjang, mata oval dan terletak agak kesamping dengan tipe mulut menggigit, dasar abdomen kelihatan menyempit. Taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut : : Insekta : Hymenoptera : Formicidae II

21 83 s. Spesimen 19 t t Gambar 4.19 Ichneumonidae Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; berwarna orange, kecoklatan. Mempunyai sayap, panjang tubuh 2-15 mm, antenna sama panjang. memiliki tubuh ramping seperti tetabuhan. Panjang antennanya sama atau melebihi panjang tubuhnya, memiliki kaki yang panjang. Memiliki ovipositor yang panjang dan dapat mencapai 15 mm. bervariasi dalam warna dan bentuk, tetapi umumnya berwarna hitam atau kekuningan. Adapun taksonomi dari fauna ini adalah sebagai berikut : : Insekta : Hymenoptera : Ichneumonidae

22 84 t. Spesimen 20 u u Gambar 4.20 Cecopidea Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; tubuh seperti katak kecil. Panjang tidak lebih dari 13 mm. Biasanya berwarna abu-abu, hijau muda dan coklat, beberapa jenis mempunyai bagain dengan warna tertentu. Antena kaku seperti rambut. Mempunyai sayap. Tibia belakang dengan 1 atau 2 gerigi yang kuat, tarsi 3 ruas. Adapun taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut : : Insekta : Homoptera : Cercopidae

23 85 u. Spesimen 21 v v Gambar 4.21 Termitidae Adapun ciri-ciri khusus serangga ini yaitu; tubuh yaitu bertubuh lunak,mempunyai antenna, memiliki dua sayap yaitu sayap depan berupa sayap yang agak mendebal seperti kulit, memiliki dua pasang sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama. Toraks berhubungan lansung dengan abdomen yang ukuranya lebih besar. Adapun taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut : : Insecta : Isoptera : Termitidae

24 86 2. Distribusi Serangga dalam Perangkap Jebak Pengumpulan serangga menggunakan Perangkap jebak yang disesuaikan dengan serangga yang ingin diperoleh, perangkap jebak yang digunakan yaitu Light Trap (Perangkap cahaya) dengan lima varian warna merah, kuning, hijau, biru, dan putih yang digunakan khusus untuk menjebak seranga-serangga yang aktif pada malam hari. Distribusi serangga malam dalam Perangkap jebak dapat dilihat pada tabel a. Tabel Hasil Pengamatan Seranggan Malam pukul WIB 1) Tabel hasil pengamatan pada Light Trap warna merah Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari Light Trap warna merah yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga malam yang menyukai warna merah. Tabel 4.1 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Light Trap Warna Merah No Jumlah 1 Acrididae 8 Orthoptera 2 Tettigonidae 6 3 Lepidoptera Pyralidae 24 4 Chrysomelidae 9 Coleoptera 5 Carabidae 8 6 Culicidae 13 Diptera 7 Tipulidae 7 8 Hemiptera Reduviidae 6 9 Ichneumonidae 9 10 Hymenoptera Sphecidae Formicidae Homoptera Cercopidae Isoptera Termitidae 40 Jumlah 181

25 87 2) Tabel hasil pengamatan pada Light Trap warna kuning Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari Light Trap warna merah yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga malam yang menyukai warna kuning. Tabel 4.2 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Light Trap Warna Kuning No Jumlah 1 Orthoptera Acrididae 9 2 Lepidoptera Pyralidae 43 3 Chrysomelidae 10 4 Coleoptera Carabidae 8 5 Elateridae 12 6 Culicidae 12 7 Diptera Cecidomiyiidae 9 8 Tipulidae 9 9 Hemiptera Reduviidae 7 10 Ichneumonidae Hymenoptera Sphecidae 9 12 Formicidae Homoptera Cercopidae 5 14 Isoptera Termitidae 25 Jumlah 204 3) Tabel hasil pengamatan pada Light Trap warna hijau Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari Light Trap warna merah yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga malam yang menyukai warna hijau.

26 88 Tabel 4.3 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Light Trap Warna Hijau No Jumlah 1 Orthoptera Tettigoniidae 7 2 Lepidoptera Pyralidae 10 3 Chrysomelidae 8 4 Coleoptera Carabidae 11 5 Elateridae 8 6 Culicidae 9 7 Diptera Cecidomiyiidae 5 8 Tipulidae 7 9 Hemiptera Reduviidae 9 10 Hymenoptera Formicidae 20 Jumlah 94 4) Tabel hasil pengamatan pada Light Trap warna biru Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari Light Trap warna merah yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga malam yang menyukai warna biru. Tabel 4.4 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Light Trap Warna Biru No Jumlah 1 Orthoptera Gryllidae 7 2 Chrysomelidae 9 Coleoptera 3 Carabidae 7 4 Culicidae 15 5 Diptera Cecidomiyiidae 12 6 Tipulidae 5 7 Hemiptera Reduviidae 5 8 Ichenumonidae 6 Hymenoptera 9 Formicidae 15 Jumlah 81

27 89 5) Tabel hasil pengamatan pada Light Trap warna putih Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari Light Trap warna merah yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga malam yang menyukai warna putih. Tabel 4.5 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Light Trap Warna Putih No Jumlah 1 Acrididae 15 Orthoptera 2 Tettigoniidae 7 3 Lepidoptera Pyralidae 26 4 Chrysomelidae 9 5 Coleoptera Carabidae 9 6 Elateridae 10 7 Culicidae 10 8 Diptera Cecidomiyiidae 5 9 Tipulidae 5 10 Hemiptera Reduviidae 8 11 Hymenoptera Formicidae Homoptera Cercopidae 13 Jumlah 142 b. Tabel Hasil Pengamatan Seranggan Malam pukul WIB 1) Tabel hasil pengamatan pada Light Trap warna merah Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari Light Trap warna merah yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga malam yang menyukai warna merah.

28 90 Tabel 4.6 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Light Trap Warna Merah No Jumlah 1 Orthoptera Tettigoniidae 10 2 Lepidoptera Pyralidae 15 3 Chrysomelidae 9 4 Coleoptera Carabidae 8 5 Elateridae 6 6 Culicidae 11 Diptera 7 Tipulidae 12 8 Hemiptera Reduviidae 6 9 Hymenoptera Formicidae Homoptera Cercopidae 8 Jumlah 102 2) Tabel hasil pengamatan pada Light Trap warna kuning Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari Light Trap warna merah yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga malam yang menyukai warna kuning. Tabel 4.7 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Light Trap Warna Kuning No Jumlah 1 Acrididae 13 Orthoptera 2 Tettigoniidae 6 3 Lepidoptera Pyralidae 20 4 Chrysomelidae 11 5 Coleoptera Carabidae 7 6 Elateridae 13 7 Culicidae 6 Diptera 8 Tipulidae 8 9 Hemiptera Reduviidae 9 10 Sphecidae 4 Hymenoptera 11 Formicidae Homoptera Cercopidae 7 Jumlah 121

29 91 3) Tabel hasil pengamatan pada Light Trap warna hijau Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari Light Trap warna merah yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga malam yang menyukai warna hijau. Tabel 4.8 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Light Trap Warna Hijau No Jumlah 1 Orthoptera Grylidae 9 2 Lepidoptera Pyralidae 9 3 Chrysomelidae 5 4 Coleoptera Carabidae 6 5 Elateridae 7 6 Diptera Culicidae 9 7 Cecidomyiidae 8 8 Hemiptera Reduviidae 8 9 Ichneumonidae 9 Hymenoptera 10 Formicidae 18 Jumlah 88 4) Tabel hasil pengamatan pada Light Trap warna biru Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari Light Trap warna merah yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga malam yang menyukai warna biru.

30 92 Tabel 4.9 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Light Trap Warna Biru No Jumlah 1 Orthoptera Acridiade 12 3 Coleoptera Elateridae 6 6 Culicidae 10 7 Diptera Cecidomyiidae 4 Tipulidae 6 8 Hemiptera Reduviidae 3 9 Ichneumonidae 4 Hymenoptera 10 Formicidae 15 Homoptera Cercopidae 7 Jumlah 67 5) Tabel hasil pengamatan pada Light Trap warna putih Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari Light Trap warna merah yang bertujuan untuk mengetahui jenis serangga malam yang menyukai warna putih. Tabel 4.10 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Light Trap Warna Putih No Jumlah 1 Orthoptera Grylidae 5 2 Lepidoptera Pyralidae 17 3 Carabidae 9 Coleoptera 4 Elateridae 7 5 Culicidae 9 6 Diptera Cecidomyiidae 7 7 Tipulidae 6 8 Hemiptera Reduviidae 8 9 Ichneumonidae 9 Hymenoptera 10 Formicidae 19 Jumlah 96

31 93 3. Kelimpahan Total Individu Serangga Malam pada Setiap Warna Trap Kelimpahan total individu serangga malam pada setiap warna Perangkap dapat dilihat pada tabel 4.11 Tabel 4.11 Kelimpahan individu serangga malam di Kawasan Pinggiran Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng Palangka Raya pada penangkapan yang berbeda waktu Jumlah Serang Malam yang Tertangkap Jam Jam M K H B P M K H B P Jumlah Orthoptera Gryllidae Acrididae Tettigoniidae Lepidoptera Pyralidae Coleoptera Chyrsomelidae Carabidae Elateridae Diptera Culicidae Cecidomyiidae Tipulidae Hemiptera Reduviidae Hymenoptera Ichneumonidae Sphecidae Formicidae Homoptera Cercopidae Isoptera Termitidae Total Individu Pengambilan jebakan diwaktu yang berbeda sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh, terlihat jelas pada table 4.11 pada pukul WIB serangga malam yang terperangkap berjumlah 702 individu. Sedangkan pada pukul WIB serangga malam yang

32 94 terperangkap berjumlah 474 individu dan total keseluruhan serangga malam adalah individu. 4. Analisis Komunitas a. Perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) Berikut adalah hasil perhitungan komposisi famili serangga malam yang mendominasi menyukai masing- masing warna cahaya pada waktu pengambilan yang berbeda, yaitu pukul WIB dan pukul WIB : 1) Pada pengambilan pukul WIB serangga malam didominasi oleh famili Formicidae yaitu sebesar 29,5 % yang menyukai warna merah, family Pyarlidae 32,19 % yang menyukai warna kuning, famili Formicidae yaitu sebesar 29,9 % yang menyukai warna hijau, famili Culicidae yaitu sebesar 29,04 % yang menyukai warna biru, famili Pyarlidae yaitu sebesar 31,21 % yang menyukai warna putih. 2) Pada pengambilan pukul WIB serangga malam didominasi famili Formicidae yaitu sebesar 29,71 % yang menyukai warna merah, family Pyarlidae 30,32 % yang menyukai warna kuning, famili Formicidae yaitu sebesar 28,45 % yang menyukai warna hijau, famili Formicidae yaitu sebesar 28,27 % yang menyukai warna biru, famili Pyarlidae yaitu sebesar 30,2 % yang menyukai warna putih.

33 95 Hasil perhitungan nilai dominasi INP serangga malam dapat di lihat pada Tabel 4.12 di bawah ini. Tabel 4.12 serangga malam dengan INP paling tinggi pukul WIB dan pukul WIB INP Serangga Malam pada Trap Warna Pukul Pukul M K H B P M K H B P Orthoptera Gryllidae Acrididae Tettigoniidae Lepidoptera Pyralidae Coleoptera Chyrsomelidae Carabidae Elateridae Diptera Culicidae Cecidomyiidae Tipulidae Hemiptera Reduviidae Hymenoptera Ichneumonidae Sphecidae Formicidae Homoptera Cercopidae Isoptera Termitidae b. Perhitungan Indeks Keanekaragaman Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Ukuran keanekaragaman dan penyebabnya mencakup sebagian besar pemikiran tentang ekologi. Hal itu terutama karena keanekaragaman dapat menghasilkan kestabilan dan dengan demikian

34 96 berhubungan dengan sentral pemikiran ekologi, yaitu tentang keseimbangan suatu sistem. 62 Besaran H < 1.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong rendah, H = menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong sedang dan H > 3.5 menunjukkan keanekaragaman tergolong tinggi. Indeks keanekaragaman serangga malam pada waktu pengambilan yang berbeda dapat dilihat pada tabel 4.13 Tabel 4.13 Indeks Keanekaragaman serangga malam pada waktu pengambilan yang berbeda Indeks Keanekaragaman Pukul WIB Pukul WIB Keseluruhan C. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pendidikan Hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam kegiatan pembelajaran, dan sarana menunjang materi praktikum yang disusun dan dikembangkan sebagai materi praktikum pada mata kuliah ekologi hewan, khususnya pada materi ekologi serangga. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, karena dengan menggunakan pendekatan ini, mahasiswa mampu memperoleh pendidikan kecakapan hidup. 62 Dwi Suheriyanto, Ekologi Serangga. Malang : UIN-Malang Press, 2008, h. 132.

BAB IV HASIL PENELITIAN. mempunyai luas wilayah kurang lebih 318 Km 2 atau Ha. Batas-batas

BAB IV HASIL PENELITIAN. mempunyai luas wilayah kurang lebih 318 Km 2 atau Ha. Batas-batas 50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Kecamatan Mentaya Hilir Selatan secara geografis terletak pada 111 0 0 50-113 0 0 46 Bujur Timur dan 0 0 23 14-3 0 32 54 Lintang Selatan mempunyai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Famili serangga malam yang ditemukan di Kawasan Pinggiran Hutan. Bumi Perkemahan Nyaru Menteng Palangka Raya

BAB V PEMBAHASAN. A. Famili serangga malam yang ditemukan di Kawasan Pinggiran Hutan. Bumi Perkemahan Nyaru Menteng Palangka Raya 97 BAB V PEMBAHASAN A. Famili serangga malam yang ditemukan di Kawasan Pinggiran Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng Palangka Raya Jenis - jenis serangga malam yang ditemukan pada setiap wilayah sampling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah,

BAB I PENDAHULUAN. golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insekta atau serangga yang termasuk dalam filum Arthropoda merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah, serangga melebihi semua hewan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB III METODOLOGI PENELITAN 49 BAB III METODOLOGI PENELITAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian,

Lebih terperinci

KERAGAMAN SERANGGA PADA Oryza sativa L. DI KECAMATAN PILANGKENCENG DAN KECAMATAN KARE KABUPATEN MADIUN

KERAGAMAN SERANGGA PADA Oryza sativa L. DI KECAMATAN PILANGKENCENG DAN KECAMATAN KARE KABUPATEN MADIUN Florea Volume 1 No. 1, April 2014 (54-58) KERAGAMAN SERANGGA PADA Oryza sativa L. DI KECAMATAN PILANGKENCENG DAN KECAMATAN KARE KABUPATEN MADIUN Eni Nur Fadilah 1, Cicilia Novi Primiani 2 1,2) Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kawasan Arboretum Nyaru Menteng. Adapun deskripsinya sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kawasan Arboretum Nyaru Menteng. Adapun deskripsinya sebagai berikut: 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Penangkapan serangga tanah dilakukan pada dua lokasi yang berbeda, di kawasan Arboretum Nyaru Menteng. Adapun deskripsinya sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, termasuk juga keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Serangga Hama pada Tanaman Cabai Berdasarkan hasil pengamatan tanaman Cabai di Tiga Varietas Berbeda selama 10 minggu terdapat 5 famili yakni Famili Aphididae, Famili

Lebih terperinci

KLASIFIKASI APTERYGOTA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI

KLASIFIKASI APTERYGOTA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI KLASIFIKASI APTERYGOTA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Classis : Insecta KLASIFIKASI Subclassis : Apterygota dan Pterygota Subclassis Apterygota terdiri dari 4 Ordo: 1. Ordo Protura 2. Ordo Collembola

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Identifikasi Serangga Pada Perkebunan Apel Semiorganik dan Anorganik Desa Poncokusumo Kabupaten Malang.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Identifikasi Serangga Pada Perkebunan Apel Semiorganik dan Anorganik Desa Poncokusumo Kabupaten Malang. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Serangga Pada Perkebunan Apel Semiorganik dan Anorganik Desa Poncokusumo Kabupaten Malang. Hasil identifikasi serangga pada Perkebunan Apel Desa Poncokusumo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

Lebih terperinci

Tabel 3 Bobot badan, bobot lambung, dan beberapa ukuran tubuh dan diameter lambung cicak

Tabel 3 Bobot badan, bobot lambung, dan beberapa ukuran tubuh dan diameter lambung cicak Analisis Isi Lambung Lambung cicak dikeluarkan dan ditampung ke dalam botol penampung yang berisi etanol 7 % kemudian dibedah dalam cawan petri dibawah mikroskop. Makanan dalam lambung kemudian dipilah

Lebih terperinci

Lampiran 1 FOTO LAHAN PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1 FOTO LAHAN PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 FOTO LAHAN PENELITIAN Lampiran 2 FOTO PERANGKAP Perankap kuning (yellow trap) Perangkap jatuh (pit fall trap) Lampiran 3 FOTO SERANGGA No. Gambar Pengamatan No. Gambar Pengamatan 1. 2. (Coleoptera:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Serangga Hama Berdasarkan hasil identifikasi serangga hama dilokasi Agroekosistem berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies Scripophaga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Serangga Pada Perkebunan Teh Wonosari Lawang Pada Area Aplikasi Pestisida (AAP) Dan Area Bebas Pestisida (ABP) Hasil identifikasi serangga pada Perkebunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. diidentifikasi dengan cara membandingkan ciri-ciri dan dengan menggunakan

BAB V PEMBAHASAN. diidentifikasi dengan cara membandingkan ciri-ciri dan dengan menggunakan 90 BAB V PEMBAHASAN A. Persebaran Serangga Pada Lahan Padi Jenis - jenis serangga yang ditemukan pada setiap wilayah sampling telah diidentifikasi dengan cara membandingkan ciri-ciri dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SPESIES INSEKTA PADA TANAMAN RAMBUTAN DI PERKEBUNAN MASYARAKAT GAMPONG MEUNASAH BAK U KECAMATAN LEUPUNG KABUPATEN ACEH BESAR

KEANEKARAGAMAN SPESIES INSEKTA PADA TANAMAN RAMBUTAN DI PERKEBUNAN MASYARAKAT GAMPONG MEUNASAH BAK U KECAMATAN LEUPUNG KABUPATEN ACEH BESAR Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, Volume 1, Issue 1, Agustus 2016, hal 71-77 KEANEKARAGAMAN SPESIES INSEKTA PADA TANAMAN RAMBUTAN DI PERKEBUNAN MASYARAKAT GAMPONG MEUNASAH BAK U KECAMATAN LEUPUNG

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAMILI SERANGGA DAN DOMINANSINYA PADA TANAMAN TEBU TOLERAN KEKERINGAN DI PG DJATIROTO

IDENTIFIKASI FAMILI SERANGGA DAN DOMINANSINYA PADA TANAMAN TEBU TOLERAN KEKERINGAN DI PG DJATIROTO IDENTIFIKASI FAMILI SERANGGA DAN DOMINANSINYA PADA TANAMAN TEBU TOLERAN KEKERINGAN DI PG DJATIROTO SKRIPSI Oleh Devia Istikoma NIM 091810401029 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 Septemer

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan alam semesta salah satunya adalah sebagai sumber ilmu pengetahuan. Baik itu tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Semuanya hidup saling ketergantungan.

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian 17 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yaitu Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya (Gambar 1).

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Taksonomi dan Deskripsi Burung Walet Terdapat beberapa jenis Burung Walet yang ditemukan di Indonesia diantaranya Burung Walet Sarang Putih, Burung Walet Sarang Hitam, Burung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum TINJAUAN PUSTAKA Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur diletakkan pada permukaan daun, berbentuk oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif - eksploratif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Ketinggian wilayah di Atas Permukaan Laut menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar tahun 215 Kecamatan Jumantono memiliki ketinggian terendah 3 m dpl

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api 1. Biologi Setothosea asigna Klasifikasi S. asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut : Phylum Class Ordo Family Genus Species : Arthropoda : Insekta : Lepidoptera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman kakao milik masyarakat di

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman kakao milik masyarakat di BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman kakao milik masyarakat di desa Candi Rejo dan desa Sidomulyo, Kecamatan Biru-biru, Kabupaten Deli Serdang pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu. Jenis sapi perah yang paling

Lebih terperinci

biologi SET 23 ANIMALIA 3 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri b. Klasifikasi

biologi SET 23 ANIMALIA 3 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri b. Klasifikasi 23 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri SET 23 ANIMALIA 3 1. Bersegmen metameri 2. Peredaran darah terbuka 3. Tidak punya Hb, tetapi memiliki haemocyanin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia

Lebih terperinci

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram SP-011-00 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 5-57), Vol 1(1) 016: 5-60 Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di Kabupaten Gorontalo. Cagar Alam ini terbagi menjadi dua kawasan yaitu

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identfikasi Arthropoda Tanah Pada Hutan Cagar Alam Manggis Gadungan dan Perkebunan Kopi Mangli Hasil identifikasi Arthropoda tanah yang ditemukan di hutan Cagar Alam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gadungan dan perkebunan kopi Mangli Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gadungan dan perkebunan kopi Mangli Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Identifikasi Serangga Hasil identifikasi Serangga yang ditemukan pada Cagar alam manggis Gadungan dan perkebunan kopi Mangli Kecamatan Puncu Kabupaten

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Morfologi Telur Anopheles Culex Aedes Berbentuk perahu dengan pelampung di kedua sisinya Lonjong seperti peluru senapan Lonjong seperti

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. semi organik dan anorganik di Desa Bumiaji Kota Batu didapatkan hasil:

BAB IV PEMBAHASAN. semi organik dan anorganik di Desa Bumiaji Kota Batu didapatkan hasil: 67 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Spesimen Fauna Tanah yang Ditemukan pada Perkebunan Jambu Biji Semi Organik dan Anorganik di Desa Bumiaji Kota Batu. Berdasarkan pengamatan terhadap fauna tanah pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

Keanekaragaman Arthropoda Tanah di Perkebunan Teh PTPN XII Bantaran Blitar. Mariatul Qiptiyah ( )

Keanekaragaman Arthropoda Tanah di Perkebunan Teh PTPN XII Bantaran Blitar. Mariatul Qiptiyah ( ) Keanekaragaman Arthropoda Tanah di Perkebunan Teh PTPN XII Bantaran Blitar Mariatul Qiptiyah (10620075) Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang PENDAHULUAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hama Symphilid Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, berwarna putih dan pergerakannya cepat. Dalam siklus hidupnya, symphylid bertelur dan telurnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa lokasi penelitian di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri adalah sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa lokasi penelitian di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri adalah sebagai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Identifikasi Arthropoda Permukaan Tanah Hasil identifikasi arthropoda permukaan tanah yang ditemukan pada beberapa lokasi penelitian di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perkebunan apel semi organik dan anorganik di Desa Poncokusumo Kabupaten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perkebunan apel semi organik dan anorganik di Desa Poncokusumo Kabupaten BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Identifikasi Makrofauna Tanah Berdasarkan pengamatan terhadap makrofauna tanah pada lahan perkebunan apel semi organik dan anorganik di Desa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN Gejala dan Kerusakan akibat Serangan Hama Oleh : Nama : Arif Hermanto NIM : 0910480021 Kelompok : Selasa, 15.00 WIB Asisten : Mbak Mia JURUSAN ILMU HAMA DAN PENYAKIT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis dan Topografi 1 Gambar 4.1 Peta TWA Bkit Tangkiling 2 Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling merupakan salah satu kawasan pelestarian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Iklim Kabupaten Rokan Hilir

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Iklim Kabupaten Rokan Hilir IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Kabupaten Rokan Hilir Kabupaten Rokan Hilir terletak pada garis 00 25' 20 o LU - 010 25' 41 o LU dan 1000 02' 56 o BT - 1000 56' 59 o BT dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal

Lebih terperinci

Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia. Kima Lubang (Tridacna crosea)

Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia. Kima Lubang (Tridacna crosea) Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia Kima Lubang (Tridacna crosea) Kima ini juga dinamakan kima pembor atau kima lubang karena hidup menancap dalam substrat batu karang. Ukuran cangkang paling kecil

Lebih terperinci

Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI

Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Lepidoptera Serangga dewasa mudah dikenal karena seluruh badan dan sayapnya ditutupi oleh sisik. Sayap berupa membran yang ditutupi oleh sisik. Imago Lepidoptera

Lebih terperinci

STUDI KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA PERKEBUNAN JERUK ORGANIK DAN ANORGANIK DI KOTA BATU SKRIPSI. Oleh: ABU NAIM NIM

STUDI KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA PERKEBUNAN JERUK ORGANIK DAN ANORGANIK DI KOTA BATU SKRIPSI. Oleh: ABU NAIM NIM STUDI KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA PERKEBUNAN JERUK ORGANIK DAN ANORGANIK DI KOTA BATU SKRIPSI Oleh: ABU NAIM NIM. 05520011 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun, TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur penggerek batang tebu berbentuk oval, pipih dan diletakkan berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan

Lebih terperinci

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) MENGENAL IKAN LOUHAN -Nama lain : flower horn, flower louhan dan sungokong. -Tidak mengenal musim kawin. -Memiliki sifat gembira, cerdas dan cepat akrab dengan pemiliknya.

Lebih terperinci

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1 CLASSIS : ARTHROPODA (SERANGGA) Kode MPB2a Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan dan mengetahui karakteristik Apis sp b. Mengetahui serangga-serangga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Sebagai Vektor Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki panjang. Antar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Identifikasi Arthropoda Tanah pada Perkebunan Teh PTPN XII Bantaran Blitar.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Identifikasi Arthropoda Tanah pada Perkebunan Teh PTPN XII Bantaran Blitar. IV HSIL DN PEMHSN 4.1. Hasil Identifikasi rthropoda Tanah pada Perkebunan Teh PTPN XII antaran litar. Hasil identifikasi arthropoda di dalam tanah dan permukaan tanah yang ditemukan di perkebunan teh PTPN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB III METODOLOGI PENELITAN 50 BAB III METODOLOGI PENELITAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeksplor kekayaan alam Indonesia. kehendak Allah SWT yang tidak ada henti-hentinya memberikan keindahan

BAB I PENDAHULUAN. mengeksplor kekayaan alam Indonesia. kehendak Allah SWT yang tidak ada henti-hentinya memberikan keindahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berada dalam sebuah negara yang memiliki kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah sudah seharusnya menjadikan suatu hal yang membanggakan dan patut untuk disyukuri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat

Lebih terperinci

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading 4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading yang dilakukan mengambil bagian atas kening dan daerah

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Pencuplikan sampel dilakukan pada tanggal Juli 2014 di empat lokasi

BAB VI PEMBAHASAN. Pencuplikan sampel dilakukan pada tanggal Juli 2014 di empat lokasi BAB VI PEMBAHASAN Pencuplikan sampel dilakukan pada tanggal 08-11 Juli 2014 di empat lokasi subplot yang telah ditentukan sebelumnya. Secara berurutan, distribusi kelimpahan pada subplot I, II, III dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. sumber: (http://www.google.com/earth/) Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. sumber: (http://www.google.com/earth/) Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat sumber: (http://www.google.com/earth/) Lampiran 2. Data spesies dan jumlah Amfibi yang Ditemukan Pada Lokasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

JENIS DAN POPULASI SERANGGA DI AREAL TANAMAN NENAS (Ananas Comosus (L.) Merr.) KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

JENIS DAN POPULASI SERANGGA DI AREAL TANAMAN NENAS (Ananas Comosus (L.) Merr.) KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 1 JENIS DAN POPULASI SERANGGA DI AREAL TANAMAN NENAS (Ananas Comosus (L.) Merr.) KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW INSECT TYPES AND POPULATIONS IN THE AREA OF PLANT PINEAPPLE (Ananas comosus

Lebih terperinci