IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Suharto Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Ketinggian wilayah di Atas Permukaan Laut menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar tahun 215 Kecamatan Jumantono memiliki ketinggian terendah 3 m dpl sedangkan tertinggi 6 m dpl. Kecamatan Jumapolo memiliki ketinggian terendah 34 m dpl sedangkan tertinggi 58 m dpl. Kecamatan Matesih memiliki ketinggian terendah 38 m dpl sedangkan tertinggi 75 m dpl. Kecamatan Karangpandan memiliki ketinggian terendah 45 m dpl sedangkan tertinggi 65 mdpl. Kecamatan Kerjo memiliki ketinggian terendah 38 m dpl sedangkan tertinggi 52 m dpl (BPS Karanganyar 215). Kecamatan Jumantono memiliki luas wilayah 5.354,8 Ha yang terdiri dari tanah sawah 1.595,6 Ha dan luas tanah untuk pekarangan/bangunan 1.634,3 Ha. Kecamatan Jumapolo memiliki luas wilayah 5.567,21 Ha, yang terdiri dari luas tanah sawah 1.833,893 Ha dan luas tanah untuk pekarangan/bangunan 2.19,4 Ha. Kecamatan Matesih memiliki luas wilayah 2.626,6325 Ha, yang terdiri dari luas tanah sawah 1.33,6 Ha dan luas untuk pekarangan/bangunan 89,724 Ha. Kecamatan Karangpandan memiliki luas wilayah 3.417,339 Ha yang terdiri dari luas tanah sawah Ha, dan luas tanah untuk pekarangan/bangunan 1.196,3 Ha. Kecamatan Mojogedang memiliki luas wilayah 5.33,9 Ha yang terdiri dari luas tanah sawah 2.24,76 Ha dan luas tanah untuk pekarangan/bangunan 2.48,9 Ha. Kecamatan Kerjo memiliki luas wilayah ,545 Ha yang terdiri dari tanah sawah 1.129,6358 Ha sedangkan tanah pekarangang/bangunan 1.25,428 Ha (BPS Karanganyar 215). Lingkungan tempat pengambilan sampel meliputi pekarangan dan pematang sawah. Pengertian pekarangan adalah sebidang tanah yang mempunyai batas batas tertentu yang di atasnya terdapat bangunan tempat tinggal yang mempunyai hubungan fungsional baik secara ekonomi, biofisik, maupun sosial budaya dengan penghuninya. Lahan pekarangan umumnya ditanami berbagai jenis tanaman misalnya tanaman buah buahan, sayuran, dan tanaman obat tradisional (Rahayu dan Prawiroatmojo 25). 14
2 15 Sedangkan pematang sawah secara sosial kultur menjadi pembatas antara satu petakan sawah dengan petakan lainnya. Selain itu berfungsi sebagai jalan bagi petani menuju sawah dan secara teknis berfungsi sebagai penahan laju aliran permukaan dan sedimen pada lahan sawah (Syahbudin et al. 27). Tanaman pisang yang ditanam di pekarangan maupun pematang sawah pada masing masing wilayah kecamatan yang diteliti masih sebagai tanaman campuran yang tidak memperhatikan jarak tanam, pemupukan, pengairan, pemberantasan OPT dan pemeliharaan lainnya seperti penyiangan dan pendangiran. Sehingga daun maupun buah tanaman pisang menjadi kurang produktif karena tidak dipelihara secara intensif (Cahyono 29). B. Jenis Parasitoid yang Ditemukan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, imago parasitoid yang muncul dari pupa E. thrax berasal dari Ordo Hymenoptera. Ordo Hymenoptera merupakan salah satu ordo yang menguntungkan bagi manusia. Dari sudut kepentingan manusia, ordo ini paling berguna dari seluruh kelas serangga. Ordo Hymenoptera banyak sekali jenis yang berharga sebagai parasitoid dari hama - hama serangga. Anggota anggota dari ordo ini memiliki empat sayap yang tipis. Sayap - sayap belakang lebih kecil daripada sayap sayap depan (Borror et al. 1996). Ordo Hymenoptera adalah salah satu ordo biologi serangga, yang antara lain terdiri atas tawon atau tabuhahan dan lebah. Memiliki ciri ciri sayap belakang terhubung ke sayap depan oleh sejumlah kait disebut haili. Betinanya khas memiliki ovipositor untuk memasukkan telur ke dalam inang. Mengalami metamorfosis sempurna, selain itu dicirikan dengan penyempitan antara segmen abdomen pertama dan kedua, juga melibatkan bersatunya segmen abdomen pertama dengan thorax sehingga disebut serangga bertubuh ramping (Daly et al. 212). Ordo Hymenoptera yang berperan sebagai parasitoid berasal dari family Chalcididae, Ichneumonidae, dan Eulophidae. Family Chalcididae adalah chalchidoid yang berukuran sedang (2-7 mm) dengan femora belakang menggembung dan bergerigi. Mempunyai alat peletakkan telur pendek dan sayap yang tidak terlipat secara longitudinal commit saat to beristirahat user (Borror et al. 1996).
3 16 Family Ichneumonidae memiliki tubuh ramping berukuran 3-4 mm. Mempunyai 2 vena reccurent, sel sub marginal pertama dan sel discoidal pertama menyatu. Antenna mempunyai ruas 16 buah atau lebih dan biasanya paling sedikit setengah panjang tubuh (Schmidt dan Schmidt 215). Family Eulophidae merupakan serangga yang memiliki panjang ukuran tubuh kecil (1-3 mm), ovipositor pendek (Husseini et al. 26). Berikut merupakan penjelasan dari jenis parasitoid yang ditemukan. 1. Parasitoid Brachymeria lasus Menurut (Boucek 1988) Brachymeria lasus termasuk dalam Kingdom Animalia, Phylum Arthropoda, Classis Insecta, Ordo Hymenoptera dan Family Chalcididae. Parasitoid B. lasus memiliki ciri fisik berwarna hitam dan bagian fermur tungkai belakang membesar. B.lasus merupakan endoparasitoid yang bersifat gregarious bila ukuran inangnya besar, tetapi soliter bila ukuran inangnya kecil. Imago parasitoid meletakkan telur dalam pupa E. thrax yang baru terbentuk. Pupa inang akan mati terparasit dalam satu atau dua hari. Pupa inang kemudian mengeras dan kaku ketika telur parasitoid di dalamnya telah menetas. Jumlah telur parasitoid B. lasus sangat bervariasi sesuai dengan ukuran inang. Perkembangan parasit umumnya berlangsung cepat. Siklus hidup ini berkisar antara hari (Kalshoven 1981). Gambar 6. Parasitoid Brachymeria lasus Gambar 7. Bekas lubang keluar Brachymeria lasus Imago yang keluar dari pupa dicirikan dengan adanya lubang lubang kecil di tubuh pupa Kemunculan imago commit parasitoid user B. lasus bergantian satu per-satu dan
4 17 keluar melalui lubang dengan cara menggigit tubuh pupa. Setiap imago yang muncul membuat lubang sendiri, sehingga tubuh pupa akan penuh dengan lubang tempat keluar imago. Rata rata lubang keluar pada tubuh pupa mencapai 15 hingga 2, sedangkan jika ukuran tubuhnya kecil berkisar 7 sampai 1 imago (Valindria 212). 2. Parasitoid Xantopimpla gampsura Menurut (Goulet dan Huber 1993) Xantopimpla gampsura termasuk dalam adalah Kingdom Animalia, Phylum Arthropoda, Classis Insecta, Ordo Hymenopter dan Family Ichneumonidae. Parasitoid X. gampsura memiliki ciri di antaranya adalah tubuh spesies dapat dikenali dengan mudah oleh warna tubuhnya yang berwarna kuning dan garis garis hitam di kepala dan dada. Pada perutnya ditandai bintik - bintik hitam. Panjang tubuh sekitar 6,5 mm. Antena beruas 16 buah atau lebih. Spesies ini dikenal sebagai parasitoid pupa (Erniawati dan Ubaidillah 211). Gambar 8. Parasitoid Xantopimpla gampsura Gambar 9. Bekas lubang keluar Xantopimpla gampsura Imago X. gampsura keluar dari pupa dengan cara menggigit tubuh pupa di bagian kepala E. thrax.. Imago yang muncul dari pupa E. thrax berjumlah 1 ekor. Sedangkan jika ukuran tubuh pupanya besar bisa mencapai 2 imago. 3. Parasitoid Pediobius erionotae Menurut (Gibson et al. 1997) Pediobius erionotae termasuk dalam Kingdom Animalia, Phylum Arthropoda, Classis Insecta, Ordo Hymnenoptera, Family Eulophidae. Tubuhnya berkilau dan commit berwarna to user hijau metalik. Mata berwarna coklat
5 18 tua. Abdomen berwarna hijau metalik. Pada bagian protonum terdapat rambut rambut halus berwarna hitam. Spesies P. erionotae merupakan parasitoid yang dapat muncul dari telur, larva dan pupa dari E. thrax (Lepidoptera : Hesperiidae) (Hymenoptera : Braconidae) (Noyes 22). Gambar 1. Pediobius erionotae Gambar 11. Bekas lubang keluar Pediobius erionotae P. erionota aktif berkembang dari telur sampai dewasa selama 1-16 hari. Jumlah telur yang dihasilkan betina mencapai 75 butir. Imago muncul dari pupa E. thrax dengan cara menggigit tubuh pupa, sehingga tubuh pupa terdapat lubang lubang kecil berukuran,5 mm. Beberapa spesies dari Pediobius telah seringkali digunakan sebagai agen kontrol biologis bagi banyak serangga hama (Hansson 26). P. erionotae merupakan parasitoid primer maupun sekunder, dikatakan sebagai parasitoid primer karena menyerang E.thrax Sedangkan sebagai parasitoid sekunder karena menyerang larva parasitoid primer B. lasus yang berada di dalam tubuh E. thrax. P. erionotae merupakan parasitoid primer maupun sekunder untuk fase telur, larva dan pupa pada arthropoda lainnya, misalnya ordo Coleoptera, Diptera, Lepidoptera dan Hymenoptera (Purnamasari 27). C. Persentase Parasitasi Pupa Erionota thrax 1. Persentase Parasitasi Parasitoid Pupa Erionota thrax Keseluruhan Salah satu variabel yang diamati yaitu persentase parasitasi parasitoid pupa keseluruhan, diperoleh dari perhitungan antara jumlah pupa yang terparasit per jumlah pupa yang diamati pada satu commit tanaman to user pisang. Hasil analisis ragam dapat
6 19 diketahui bahwa ketinggian tempat dan lingkungan berpengaruh nyata terhadap persentase parasitasi parasitoid keseluruhan. Rata rata persentase parasitasi parasitoid pupa pada lingkungan pematang sawah sebesar 78,5% berbeda nyata dengan keseluruhan perlakuan. Rata rata persentase parasitsi parasitoid pupa keseluruhan ketinggian tempat sedang pada lingkungan pekarangan yaitu 33,5 % berbeda nyata dengan ketinggian tempat sedang pada lingkungan pematang sawah sebesar 55,3%. Persentase Parasitasi Parasitoid Pupa Erionota thrax Keseluruhan (%) abc ± d ± ab ± c ± a ± abc ±1.4 Pematang Sawah Angka yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%. Gambar 12. Persentase Parasitasi Parasitoid Pupa Erionota thrax Keseluruhan Berdasarkan Gambar 12, persentase parasitasi parasitoid tertinggi diperoleh di dataran rendah pada lingkungan pematang sawah sebesar 78.56%. Sedangkan yang terendah diperoleh di dataran tinggi pada lingkungan pekarangan yaitu 27,16%. Tingginya persentase parasitasi parasitoid dapat disebabkan sifat superparasitisme parasitoid yang dapat melakukan oviposisi pada inang yang telah diparasit oleh parasitoid lain dari famili yang sama dan sifat multiparasit parasitoid yang dapat melakukan commit oviposisi to user terhadap inang yang sama oleh lebih
7 2 dari satu jenis parasitoid. Kedua sifat tersebut dapat mempengaruhi kualitas parasitoid (Tunca et al. 216). Semakin tinggi populasi inang semakin tinggi pula persentase parasitoid, sedangkan semakin rendah populasi inang dapat diikuti dengan rendahnya persentase parasitasi parasitoid (Riyanto et al. 214). Banyak faktor biologis mempengaruhi kejadian dari superparasitism, termasuk sifat biologis parasitoid betina (misalnya, usia, status kawin, telur, beban, periode oviposisi, kepadatan), spesies inang, ukuran tuan rumah, tuan rumah kepadatan dan waktu paparan (Shoeb dan El-Heneidy 21). Selain itu umur parasitoid yang semakin banyak, kurang tersedianya makanan dan lingkungan yang cocok untuk tempat tinggal parasitoid juga dapat menyebabkan penurunan kebugaran parasitoid dalam menemukan inang. Sehingga persentase parasitasi dapat menurun (Masyifah et al. 214). 2. Persentase Parasitasi Brachymeria lasus Persentase parasitasi Brachymeria lasus diukur dengan menghitung pupa yang terparasit B. lasus per pupa yang terparasit keseluruhan pada satu tanaman pisang. Rata - rata persentase parasitasi B. lasus disajikan pada Gambar Persentase Parasitasi Brachymeria lasus (%) Pematang Sawah Gambar 13. Persentase Parasitasi Brachymeria lasus Berdasarkan Gambar 13. persentase parasitasi B. lasus tertinggi diperoleh di dataran rendah pada lingkungan pematang sawah yaitu 53,21 %. Persentase
8 21 parasitasi B. lasus terendah diperoleh di dataran tinggi pada lingkungan pekarangan sebesar 25,16%. Persentase parasitasi B. lasus yang tinggi di dataran rendah diduga berhubungan erat dengan kelimpahan inang di dataran rendah cukup tinggi, terutama hama yang berasosiasi dengan tanaman pisang. Sehingga kemampuan menyebar dan memarasit tinggi (Herliandadewi et al. 213). Selain itu hubungan erat dengan kuantitas dan kualitas tanaman inang yang berperan terhadap kelimpahan E. thrax di lapang. Semakin banyak jenis tanaman inang yang berkualitas di lapang maka kelimpahan populasi hama meningkat, dengan demikian presentasi parasitasi B. lasus juga meningkat. 3. Persentase Parasitasi Xantopimpla gampsura Persentase parasitasi Xantopimpla gampsura diukur dengan menghitung pupa yang terparasit X. gampsura per pupa yang terparasit keseluruhan pada satu tanaman pisang. Rata rata persentase parasitasi X. gampsura disajikan pada Gambar 14. Persentase parasitasi X. gampsura tertinggi terdapat di daerah yang memiliki ketinggian tempat rendah pada lingkungan pematang sawah yaitu 25,35%. Rata rata persentase parasitasi terendah diperoleh pada ketinggian tempat tinggi pada lingkungan pekarangan yaitu 2% Persentase Parasitasi Xantopimpla gampsura (%) Pematang Sawah 5 2 Gambar 14. Persentase Parasitasi Xantopimpla gampsura
9 22 Tingkat parasitisasi berbeda pada setiap daerah karena faktor iklim terhadap kehidupan parasitoid. Pada agroekosistem sayuran dataran tinggi kecendrungan penggunaan pestisida lebih intensif dibanding dataran rendah. Permasalahan hama dan penyakit lebih kompleks pada daerah intensif sayuran dataran tinggi (Suparyono 22). 4. Persentase Parasitasi Pediobius erionotae Persentase parasitasi Pediobius erionotae diukur dengan menghitung pupa yang terparasit P. erionotae per pupa yang terparasit keseluruhan pada satu tanaman pisang. Rata rata persentase parasitasi P. erionotae disajikan pada Gambar Persentase Parasitasi Pediobius erionotae (%) Pematang Sawah Gambar 15. Persentase Parasitasi Pediobius erionotae Berdasarkan Gambar 15, persentase parasitasi P. erionotae terendah yang memiliki rata rata % terdapat di dataran rendah pada lingkungan pekarangan di dataran rendah pada lingkungan pematang sawah dan di dataran tinggi pada lingkungan pekarangan. Hal ini disebabkan parasitoid yang dominan memarasit di daerah tersebut adalah B. lasus dan X. gampsura. Sedangkan persentase parasitasi P.erionotae tertinggi di dataran menengah pada lingkungan pekarangan sebesar 14,22%
10 23 D. Kepadatan Populasi Parasitoid Pupa Erionota thrax 1. Populasi Parasitoid Pupa Erionota thrax Keseluruhan Populasi parasitoid pupa keseluruhan diukur dengan menghitung jumlah imago yang keluar melalui pupa E. thrax. Hasil analisis ragam dapat diketahui bahwa ketinggian tempat dan lingkungan tidak berpengaruh nyata terhadap populasi parasitoid pupa keseluruhan. Rata rata populasi parasitoid keseluruhan disajikan pada Gambar Jumlah Populasi Parasitoid Pupa Erionota thrax Keseluruhan (ekor/tanaman) Pematang Sawah Gambar 16. Populasi Parasitoid Pupa Erionota thrax Keseluruhan Berdasarkan Gambar 16, populasi parasitoid pupa keseluruhan di dataran menengah pada lingkungan pematang sawah sebesar 93,4 ekor/tanaman lebih tinggi dari dataran tinggi pada lingkungan pekarangan sebesar 9,2 ekor/tanaman. Tingginya populasi hama mempengaruhi perkembangan populasi parasitoid. Hal ini mempermudah parasitoid dalam menemukan instar inang yang sesuai untuk melakukan oviposisi. Selain itu sifat parasitoid yang gregarius atau parasitoid yang mampu tumbuh dan berkembang lebih dari satu individu parasitoid dalam satu inidividu inang menyebabkan populasi parasitoid juga semakin tinggi. Rendahnya populasi parasitoid dapat disebabkan persentase parasitasi parasitoid yang rendah dan kemampuan inang dalam melakukan pertahanan diri (Centitas dan Asulane 29).
11 24 2. Populasi Brachymeria lasus Populasi Brachymeria lasus diukur dengan menghitung jumlah imago B. lasus yang keluar melalui pupa E. thrax. Rata rata populasi B. lasus di sajikan pada Gambar 17. Populasi pupa B. lasus tertinggi di dataran rendah pada lingkungan pematang sawah sebesar 27,4 ekor/tanaman, sedangkan populasi B. lasus terendah terdapat di dataran tinggi pada lingkungan pekarangan sebesar 9 ekor/tanaman. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya keberadaan populasi B. lasus pada lingkungan pematang sawah adalah letak geografis yang membatasi penyebaran parasitoid tersebut. Jumlah parasitoid melimpah dapat disebabkan parasitoid B. lasus sudah menyebar ke daerah yang menyediakan sumber makanan yang cukup untuk kelangsungan hidupnya. Selain itu sistem budidaya juga mempengaruhi populasi parasitoid, pada sistem budidaya sayuran organik akan yang berperan penting dalam menurunkan populasi hama dan menjaga kestabilan agroekosistem (Nugraha et al. 214). 35 Populasi Brachymeria lasus (ekor/tanaman) Pematang Sawah Gambar 17. Populasi Parasitoid Brachymeria lasus 3. Populasi Xantopmpla gampsura Populasi Xantopimpla gampsura diukur dengan menghitung jumlah imago X. gampsura yang keluar melalui pupa E. thrax.
12 Populasi Xantopimpla gampsura (ekor/tanaman) Pematang Sawah Gambar 18. Populasi Parasitoid Xantopimpla gampsura Berdasarkan Gambar 18, populasi parasitoid X. gampsura memilik rata rata tertinggi di dataran rendah pada lingkungan pematang sawah dan dataran tinggi pada lingkungan pematang sawah sebesar 1 ekor/tanaman, sedangkan rata rata populasi terendah di dataran menengah pada lingkungan pekarangan dan dataran tinggi pada lingkungan pematang sawah sebesar,2 ekor/tanaman. Keanekaragaman struktur lanskap pertanian tidak hanya mempengaruhi keanekaragaman musuh alami di dalam pertanaman tetapi juga kelimpahan dan kefektifannya. Habitat yang beragam dalam pengertian memiliki jenis tanaman yang banyak pada suatu daerah dapat mengurangi persaingan interspecies sehingga keberhasilan hidup serangga di wilayah tersebut lebih terjamin (Jamili dan Haryanto 214). 4. Populasi Pediobius erionotae Populasi Pediobius erionotae diukur dengan menghitung jumlah imago P.erionotae yang keluar melalui pupa E. thrax. Rata rata populasi parasitoid pupa keseluruhan di sajikan pada gambar 19.
13 Populasi Pediobius erionotae (ekor/tanaman) Pematang Sawah Gambar 19. Populasi Parasitoid Pediobius erionotae Berdasarkan Gambar 19, populasi P. erionotae tertinggi di dataran menengah pada lingkungan pematang sawah yaitu 68,4 ekor/tanaman, sedangkan populasi P. erionotae terendah terdapat di dataran rendah pada lingkungan pekarangan maupun pematang sawah dan di dataran tinggi pada lingkungan pekarangan dengan rata rata ekor/tanaman. Kepadatan populasi P.erionotae di dataran menengah dan dataran tinggi lebih besar daripada di dataran rendah disebabkan ketersediaan inang di dataran tinggi maupun menengah lebih banyak dibanding di dataran rendah.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hymenoptera. Ordo Hymenoptera memiliki ciri-ciri empat sayap yang tipis
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Parasitoid Berdasarkan hasil rearing daun pisang yang dilakukan di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat di peroleh empat jenis parasitoid dari pupa Erionota
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Parasitoid
TINJAUAN PUSTAKA Parasitoid Parasitoid adalah serangga yang stadia pradewasanya menjadi parasit pada atau di dalam tubuh serangga lain, sementara imago hidup bebas mencari nektar dan embun madu sebagai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus
12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA A. Parasitoid Brachymeria sp.
4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Parasitoid Brachymeria sp. Penggunaan parasitoid sebagai agens pengendali biologis untuk mengendalikan serangga hama merupakan salah satu tindakan yang bijaksana dan cukup beralasan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun
TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)
TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan
3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat
7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pengaruh Ketiadaan Inang Terhadap Oviposisi di Hari Pertama Setelah Perlakuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama S. manilae tidak mendapatkan inang maka
Lebih terperinciTetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima
Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang
5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong
TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Ngengat meletakkan telur di atas permukaan daun dan jarang meletakkan di bawah permukaan daun. Jumlah telur yang diletakkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kebugaran T. chilonis pada Dua Jenis Inang Pada kedua jenis inang, telur yang terparasit dapat diketahui pada 3-4 hari setelah parasitisasi. Telur yang terparasit ditandai dengan perubahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api 1. Biologi Setothosea asigna Klasifikasi S. asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut : Phylum Class Ordo Family Genus Species : Arthropoda : Insekta : Lepidoptera
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur
TINJAUAN PUSTAKA 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :
Lebih terperinciINVENTARISASI PARASITOID HAMA PENGGULUNG DAUN PISANG (Erionota thrax L.) DI KOTA METRO DAN SEKITARNYA PROVINSI LAMPUNG
J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Yulian et al.: Inventarisasi Parasitoid Hama Penggulung Daun Pisang 11 Vol. 4, No. 1: 11 15, Januari 2016 INVENTARISASI PARASITOID HAMA PENGGULUNG DAUN PISANG (Erionota
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum
TINJAUAN PUSTAKA Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur diletakkan pada permukaan daun, berbentuk oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam
Lebih terperinciParasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae
Parasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae Oleh Feny Ernawati, SP dan Umiati, SP POPT Ahli Muda BBPPTP Surabaya Pendahuluan Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga atau binatang arthopoda
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Fase Pradewasa Telur Secara umum bentuk dan ukuran pradewasa Opius sp. yang diamati dalam penelitian ini hampir sama dengan yang diperikan oleh Bordat et al. (1995) pada
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran
TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan Indonesia telah disusun sedemikian ketat. Ketatnya aturan karantina tersebut melarang buah-buahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,
TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur penggerek batang tebu berbentuk oval, pipih dan diletakkan berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan
Lebih terperinciWALKER (HYMENOPTERA: CHALCIDIDAE)
BIOLOGI PARASITOID Brachymeria lasus WALKER (HYMENOPTERA: CHALCIDIDAE) PADA ULAT PENGGULUNG DAUN PISANG Erionota thrax LINNAEUS (LEPIDOPTERA: HESPERIIDAE) JESSICA VALINDRIA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitoid yang ditemukan di Lapang Selama survei pendahuluan, telah ditemukan tiga jenis parasitoid yang tergolong dalam famili Eupelmidae, Pteromalidae dan Scelionidae. Data pada
Lebih terperinciWaspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Pendahuluan Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi Oleh : Ika Ratmawati, SP,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Serangga Ordo Hymenoptera
TINJAUAN PUSTAKA Serangga Ordo Hymenoptera Ordo Hymenoptera termasuk ke dalam kelas Insecta. Ordo ini merupakan salah satu dari 4 ordo terbesar dalam kelas Insecta, yang memiliki lebih dari 80 famili dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :
Lebih terperinciMenurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga masuk dalam filum Arthropoda dan kingdom Animalia yang memiliki keragaman Spesies terbesar dibandingkan dengan binatang yang lain yaitu hampir 75% dari total
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat
Lebih terperinciTAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)
TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)
Lebih terperinciPengorok Daun Manggis
Pengorok Daun Manggis Manggis (Garcinia mangostana Linn.) merupakan tanaman buah berpotensi ekspor yang termasuk famili Guttiferae. Tanaman manggis biasanya ditanam oleh masyarakat Indonesia di pertanaman
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara
TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) 1.1 Biologi Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara parallel pada permukaan daun yang hijau. Telur
Lebih terperinciStatus Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama
Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies
30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Serangga Hama Berdasarkan hasil identifikasi serangga hama dilokasi Agroekosistem berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies Scripophaga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sebaran Jumlah Telur S. manilae Per Larva Inang
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sebaran Jumlah Telur S. manilae Per Larva Inang Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata jumlah inang yang terparasit lebih dari 50%. Pada setiap perlakuan inang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tebu Tanaman tebu diduga berasal dari daerah Pasifik Selatan, yaitu New Guinea dan selanjutnya menyebar ke tiga arah yang berbeda. Penyebaran pertama dimulai pada 8000 SM
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama (Bractrocera dorsalis) Menurut Deptan (2007), Lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : insecta
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN
KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN Yeni Nuraeni, Illa Anggraeni dan Wida Darwiati Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Kampus Balitbang Kehutanan, Jl.
Lebih terperinciuntuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang
untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk
Lebih terperinciHAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA
HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Ulat Kantong Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti : Kingdom : Animalia Subkingdom : Bilateria Phylum Subphylum Class Subclass Ordo Family Genus Species
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga
TINJAUAN PUSTAKA Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga hama utama pada tanaman kopi yang menyebabkan kerugian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian yang dilakukan dalam mengontrol populasi Setothosea asigna dengan menggunakan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Susanto dkk., 2010), Konsep ini bertumpu pada monitoring
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian organik dan sistem pertanian intensif (Notarianto, 2011). Salah satu desa
10 I. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara agraris di mana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Serangga Hama pada Tanaman Cabai Berdasarkan hasil pengamatan tanaman Cabai di Tiga Varietas Berbeda selama 10 minggu terdapat 5 famili yakni Famili Aphididae, Famili
Lebih terperinciBAB II. PARASITOID PADA Erionota Thrax YANG TERDAPAT DALAM. TANAMAN PISANG ( Musa paradisiaca) DENGAN METODE REARING
BAB II PARASITOID PADA Erionota Thrax YANG TERDAPAT DALAM TANAMAN PISANG ( Musa paradisiaca) DENGAN METODE REARING A. Parasitoid 1. Pengertian Parasitoid Parasitoid adalah serangga yang bersifat sebagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat
16 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera :
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ulat Api (Setothosea asigna) Hama ulat api (Setothosea asigna) merupakan salah satu hama paling penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit. Spesies
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ulat Kantong (Metisa plana) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat Kantong (M. plana) merupakan salah satu hama pada perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun, sehingga
Lebih terperinciPenggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan sangat tajam dalam tiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan ini menjadikan Indonesia yang pernah menjadi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.
Lebih terperinciKelimpahan Populasi Parasitoid Sturmia Sp. (Diptera: Tachinidae) Pada Crocidolomia pavonana
Kelimpahan Populasi Parasitoid Sturmia Sp. (Diptera: Tachinidae) Pada Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera: Pyralidae) Di Daerah Alahan Panjang Sumatera Barat Novri Nelly Staf pengajar jurusan Hama dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggerek batang padi adalah salah satu hama utama pada tanaman padi. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu mendapatkan perhatian serius.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta T.) berikut : Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai Kelas Ordo Famili Genus Species : Insekta : Hemiptera
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir.
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Subramanyam dan Hagstrum (1996), Hama kumbang bubuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengisap Polong Kedelai (Riptortus linearis) Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hemiptera
Lebih terperinciUji Parasitasi Tetrastichus brontispae terhadap Pupa Brontispae Di Laboratorium
Uji Parasitasi Tetrastichus brontispae terhadap Pupa Brontispae Di Laboratorium Oleh Ida Roma Tio Uli Siahaan Laboratorium Lapangan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus
Lebih terperinciPENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya
PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai
Lebih terperinciGambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila
I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kumbang Tanduk (O. rhinoceros). berikut: Sistematika kumbang tanduk menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, akibatnya agroekosistem menjadi tidak stabil. Kerusakan-kerusakan tersebut menimbulkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.
4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) Menurut Deptan (2007), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom: Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insect, ordo : Diptera,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Raven (1992) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Anthophyta : Monocotyledonae
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) larva penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda
Lebih terperinciPEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI
PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI Arifin Kartohardjono Balai Besar Penelitian Tanaman padi ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi E. furcellata (Hemiptera : Pentatomidae) Menurut Kalshoven (1981) E. furcellata diklasifikasikan sebagai berikut : Phylum Klass Ordo Family Genus Spesies : Arthropoda
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)
TINJAUAN PUSTAKA 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (1964) menyatakan bahwa pada tahun 1863 penggerek batang padi kuning dikenal
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggerek Batang Padi Kuning, Scirpophaga incertulas (Walker). Penggerek batang padi kuning disebut dengan berbagai nama. Kapur (1964) menyatakan bahwa pada tahun 1863 penggerek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat buah (Bactrocera spp.) merupakan salah satu hama yang banyak menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan secara luas maupun tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan globalisasi perdagangan buah dan sayur segar. Salah satu kendala yang dihadapi petani buah dan sayur
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang Klasifikasi Morfologi
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang Klasifikasi Tanaman pisang termasuk dalam golongan Monocotyledonae, famili Musaceae, genus Musa. Tanaman pisang merupakan tanaman herbaceous dan berkembang biak secara vegetatif
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat pemakan daun kelapa sawit yang terdiri dari ulat api, ulat kantung, ulat bulu merupakan hama yang paling sering menyerang kelapa sawit. Untuk beberapa daerah tertentu, ulat
Lebih terperinciKAJIAN NERACA KEHIDUPAN KUMBANG LEMBING (Epilachna dodecastigma Wied) RIZKI KURNIA TOHIR E
KAJIAN NERACA KEHIDUPAN KUMBANG LEMBING (Epilachna dodecastigma Wied) RIZKI KURNIA TOHIR E34120028 PROGRAM KONSERVASI BIODIVERSITAS TROPIKA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 PENDAHULUAN
Lebih terperinciGambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)
HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama
SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL 26 Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama Seminar Nasional Biodiversitas 23 April 26 Grand Inna Muara Hotel
Lebih terperinciMusuh Alami. Pengendalian Hayati
Musuh Alami Dr. Akhmad Rizali Pengendalian Hayati Pengunaan musuh alami untuk mengendalikan hama Murah, efektif, permanen dan tidak berdampak negatif bagi lingkungan Aspek Memanfaatkan musuh alami yang
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN EVALUASI MUSUH ALAMI KUMBANG PEMAKAN DAUN
Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 1 Juni 2015 10 IDENTIFIKASI DAN EVALUASI MUSUH ALAMI KUMBANG PEMAKAN DAUN (Henosepilachna sparsa) PADA TANAMAN TERUNG (Solanum melongena L.) DAN LEUNCA (Solanum nigrum) Nine
Lebih terperinciManfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Embriani BBPPTP Surabaya LATAR BELAKANG Serangan hama merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan produksi dan mutu tanaman. Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik meliputi makanan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik meliputi makanan, predasi, kompetisi, suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dll., dan faktor intrinsik meliputi
Lebih terperinci