BAB I PENDAHULUAN. terakhir, produksi kaca lembaran di seluruh dunia meningkat tajam. Berdasarkan hasil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. terakhir, produksi kaca lembaran di seluruh dunia meningkat tajam. Berdasarkan hasil"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kaca lembaran merupakan salah satu produk hasil kimia yang banyak digunakan diseluruh dunia untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Selama beberapa tahun terakhir, produksi kaca lembaran di seluruh dunia meningkat tajam. Berdasarkan hasil penelitian The Fredonia Group (2014) yang dilakukan sejak tahun 2011, jumlah permintaan kaca lembaran dunia pada tahun 2014 akan mencapai 8.1 miliar meter persegi dengan nilai permintaan mencapai USD 90 miliar. Permintaan permintaan tersebut paling banyak diserap oleh negara negara di kawasan Asia Pasifik yang mencapai hingga 52%, Eropa Barat sebesar 19%, Amerika Utara sebesar 16% dan Negara negara lain sebesar 13%, peta permintaan kaca dunia dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini: Gambar 1.1: Permintaan Kaca lembaran Dunia 13% 16% 52% Asia Pasific 19% Western Europe North America Other Regions Sumber: The Fredonia Group (2014) 1

2 Permintaan kaca lembaran diseluruh dunia dalam jangka panjang meningkat sebesar 7,1% setiap tahunnya. Permintaan tersebut didominasi terutama oleh China yang kemudian disusul oleh Eropa, Amerika Utara, Asia Tenggara, Amerika Selatan, Jepang, Negara pecahan Uni Soviet dan negara negara lainnya. Meningkatnya permintaan ini diakibatkan dari pertumbuhan industri sektor konstruksi gedung, sektor otomotif, penggunaan peralatan rumah tangga dan kontainer/wadah dari bahan baku kaca lembaran. Berdasarkan laporan dari Methodology for the free allocation of emission allowances in the EU ETS, Sector report for the glass industry (2012), sekitar 75% - 85% dari seluruh kaca lembaran di dunia diserap untuk penggunaan sektor konstruksi gedung dan sisanya sekitar 15% - 25% dari kaca lembaran tersebut digunakan sebagai bahan baku pembuatan kaca otomotif. Pada sektor konstruksi gedung, kaca lembaran digunakan sebagai bagian dari gedung yang tidak dapat dipisahkan untuk menunjang bangunan gedung tersebut. Pada dasarnya setiap gedung di dunia pasti membutuhkan kaca lembaran sebagai bagian dari gedungnya. Penggunaan kaca lembaran dipilih untuk menghemat penggunaan energi, penggunaan kaca lembaran yang maksimal pada suatu bangunan gedung memungkinkan lebih banyak cahaya yang masuk dan memberikan dampak positif berupa penyeimbangan suhu di dalam ruangan dengan tetap memaksimalkan jumlah cahaya yang masuk, sehingga penggunaan energi untuk mendinginkan dan menerangi ruangan dapat diminimalkan. Pada Negara negara Eropa, target untuk mengurangi emisi gas buang yang dihasilkan dari suatu gedung ditargetkan hingga 20% setiap tahunnya, sehingga penggunaan kaca lembaran akan berdampak sangat positif untuk pencapaian target tersebut. 2

3 Selain untuk bangunan gedung, penggunaan kaca lembaran dapat digunakan untuk kebutuhan bahan baku kaca pengaman otomotif. Kaca lembaran yang digunakan sebagai bahan baku kaca pengaman otomotif harus berkualitas tinggi, karena penggunaan kaca lembaran yang berkualitas rendah sangat berisiko terhadap keamanan dan kenyamanan pengemudi serta penumpang yang berada di dalam mobil tersebut. Kaca pengaman otomotif dibagi menjadi 2 jenis, yang pertama adalah kaca lembaran yang diperkeras atau kaca temper (tempered glass), dan yang kedua adalah kaca lembaran yang dilaminasi (laminated glass). Kedua jenis kaca mobil ini memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda. Kaca temper adalah kaca lembaran yang dihasilkan melalui proses khusus sehingga apabila terjadi kecelakaan pada mobil yang dikendarai, pengemudi dan penumpang tidak akan mengalami cidera karena pecahan kaca dan memudahkan proses penyelamatan pengemudi dan penumpang didalamnya, karena kaca temper ini tidak akan melukai pengemudi maupun penumpang. Kaca laminasi dibentuk dari 2 buah kaca lembaran dengan kualitas tinggi yang direkatkan menjadi satu dengan menggunakan polyvinyl butyral (pvb) atau layer yang diletakkan diantara kedua kaca lembaran tersebut yang berfungsi untuk menahan pecahan kaca sehingga mencegah masuknya benda benda dari luar dan menahan pengemudi maupun penumpang di dalam kendaraan untuk keluar apabila terjadi kecelakaan. Di Indonesia setidaknya terdapat 5 produsen kaca lembaran yaitu; PT Asahimas Flat Glass Tbk., PT Muliaglass, PT Tensindo, PT Abadi Rakyat Bhakti dan PT Tossa Sakti. Berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (2013), total kapasitas produksi dari kelima produsen kaca lembaran tersebut adalah sebesar ton pertahun. 3

4 Kapasitas produksi masing masing produsen dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini: Tabel 1.1: Produsen dan Jumlah Produksi Kaca lembaran di Indonesia No. Produsen Jumlah Kapasitas Produksi Kaca lembaran (dalam Ton) 1. PT Asahimas Flat Glass Tbk PT Muliaglass Tossa Sakti PT Tensindo PT Abadi Rakyat Bhakti Sumber: Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (2014) Industri kaca di dalam negeri mulai diminati investor sejak awal tahun 1970 yang ditandai dengan didirikannya pabrik kaca lembaran pertama yaitu milik PT Asahimas Flat Glass Tbk. Apabila kita melihat produsen produsen di dalam negeri, maka berikut adalah informasi mengenai produsen produsen tersebut: a. PT Asahimas Flat Glass Tbk. Perusahaan ini didirikan bersama pada tahun 1971 oleh Asahi Glass Company (AGC), yang memiliki teknologi produksi modern dan PT Rodamas yang memiliki jaringan distribusi besar di Indonesia. Perseroan menjalankan kegiatan usaha produksi dan pemasaran kaca, baik kaca lembaran, cermin, maupun kaca otomotif. Khusus untuk kaca lembaran, saat ini Perseroan memiliki 4 buah tungku produksi kaca lembaran yang tersebar di Jakarta (2 tungku) dan di Sidoarjo (2 tungku) dengan total kapasitas produksi mencapai ton/tahun. b. PT Muliaglass PT Muliaglass merupakan salah satu anak perusahaan Mulia Industrindo. Saat ini Muliaglass juga memproduksi produk kaca pengaman otomotif, glass containers dan glass block yang dihasilkan dari kaca lembaran. Muliaglass memiliki 3 buah tungku produksi dengan kapasitas produksi sebesar ton/tahun. 4

5 c. PT Tossa Shakti Tidak banyak informasi publik yang tersedia mengenai PT Tossa Shakti, namun demikian berdasarkan informasi yang diperoleh dari data atau laporan Kementerian Perindustrian, dinyatakan bahwa PT Tossa Shakti adalah perusahaan berstatus PMDN yang bergerak di bidang usaha industri kaca lembaran. PT Tossa Shakti memiliki 1 (satu) fasilitas pembakaran dengan kapasitas produksi sebanyak ton per tahun. d. PT Abadi Rakyat Bhakti PT Abadi Rakyat Bhakti memiliki 1 (satu) buah tunggu pembakaran di daerah Medan, Sumatera Utara. Tungku pembakaran ini memiliki kemampuan untuk memproduksi kaca lembaran sebanyak ton setiap tahunnya. e. PT Tensindo Perusahaan yang terletak di daerah Semarang ini memiliki 1 (satu) buah fasilitas produksi yang mampu memproduksi kaca lembaran sebanyak ton setiap tahunnya. Berdasarkan pernyataan dari Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) (2012) yang dikutip dari website Kementrian Perindustrian, permintaan kaca lembaran di Indonesia paling banyak diserap oleh sektor industri konstruksi gedung sebesar 70% dari produksi kaca lembaran dan 30% sisanya diserap oleh industri otomotif. Sektor Konstruksi Gedung 5

6 Sejak tahun 2009, nilai sektor konstruksi gedung meningkat cukup tajam setiap tahunnya, hal ini terjadi karena pulihnya keadaan ekonomi Nasional dari krisis yang melanda di tahun 2008, pertumbuhan sektor konstruksi gedung di Indonesia dapat dilihat dari Grafik 1.1 di bawah ini: Grafik 1.1: Pertumbuhan Sektor Konstruksi Gedung di Indonesia (dalam rupiah) Sumber: BPS - Nilai Konstruksi Yang Diselesaikan Menurut Jenis Pekerjaan Dilihat dari Grafik 1.1 di atas, pertumbuhan sektor konstruksi gedung di Indonesia mencapai sekitar 14% 15% setiap tahunnya. Semakin meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi gedung di Indonesia, diharapkan juga mendorong tingkat pertumbuhan industri kaca lembaran Nasional. Sektor otomotif Terus meningkatnya produksi mobil di Indonesia juga turut meningkatkan jumlah permintaan kaca mobil di Indonesia. Sebagai pendukung industri otomotif, industri kaca mobil dipersiapkan untuk dapat memberikan pasokan yang tetap terjaga di Indonesia. Data yang diperoleh dari Gaikindo (2014) menunjukkan bahwa, produksi mobil ditahun 6

7 2013 sudah melampaui jumlah satu juta unit mobil atau meningkat 11% dari tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan di Grafik 1.2 di bawah ini: Grafik 1.2: Total Produksi Mobil di Indonesia Sumber: Gaikindo, Statistic Data. Dapat diakses di: Jika dibandingkan dengan pertumbuhan sektor industri kaca lembaran dengan sektor konstruksi gedung dan sektor industri otomotif, maka pertumbuhan industri kaca lembaran tertinggal pertumbuhannya, padahal indikasi pertumbuhan industri kaca lembaran dapat dilihat dari kedua sektor industri ini. Oleh karena itu, produsen kaca lembaran Nasional harus memperhatikan kembali strategi yang diambilnya dan memperhatikan aspek aspek yang terkait baik internal maupun eksternal agar dapat meningkatkan pertumbuhan industri kaca lembaran Nasional. Menurut Kelly dan Booth (2004), kemampuan untuk melakukan perumusan, menerapkan, melakukan evaluasi serta juga melaksanakan mengawasi setiap keputusan strategis perusahaan secara tidak langsung mengarah dan memusatkan pada pengintegrasian fungsi fungsi dari 7

8 manajemen, marketing, sumber daya manusia, keuangan, research & development yang berada pada lingkungan internal maupun eksternal perusahaan atau industri tersebut. 1.2 Rumusan Masalah PT Asahimas Flat Glass Tbk (selanjutnya disebut sebagai Perseroan ) yang telah didirikan sejak tahun 1971 mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dan dapat selalu bertahan dalam kondisi ekonomi global di mana pada tahun tertentu mengalami krisis. Sejak tahun 2008 hingga tahun 2014, Perseroan mengalami peningkatan penjualan yang cukup signifikan, rata rata sekitar 8% - 10% setiap tahunnya. Meskipun terjadi penurunan penjualan pada tahun 2009 yang diakibatkan oleh krisis global, tren penjualan bersih perusahaan menunjukkan hasil yang positif. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 1.3 di bawah ini: Grafik 1.3: Penjualan Bersih Perseroan dari tahun 2008 sampai 2014 Dalam Juta Rupiah IDR ,00 IDR ,00 IDR ,00 IDR ,00 IDR ,00 IDR ,00 IDR ,00 IDR ,00 IDR - Penjualan Bersih Sumber: Laporan Tahunan tahun 2008 sampai dengan

9 Dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan pertumbuhan rata rata industri kaca lembaran Nasional (AKLP, 2014) yang hanya mencapai 5% pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Perseroan menunjukkan hasil yang cukup baik. Tetapi hasil positif yang ditunjukkan dari nilai penjualan bersih Perseroan tidak dihasilkan dari peningkatan penjualan unit barang jadi kaca lembaran yang telah diproduksi Perseroan. Rata rata peningkatan penjualan unit barang jadi hanya berkisar 1% hingga 4% setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari Grafik 1.4 di bawah ini: Grafik 1.4 Penjualan Unit Barang Jadi Perseroan *. dalam ton Sumber: Laporan Tahunan tahun 2008 sampai dengan 2014 Dengan memperhatikan grafik grafik tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan penjualan bersih yang mencapai hingga 8% - 10% setiap tahunnya dihasilkan dari peningkatan harga jual produk Perseroan dan tidak diimbangi dengan peningkatan volume penjualan unit produk Perseroan yang hanya berkisar rata rata 4% hingga tahun Dibandingkan dengan pesaing terdekatnya, peningkatan penjualan produk kaca lembaran sampai dengan tahun 2014 mencapai hingga rata rata 8%. Hal ini sangat membahayakan kondisi ekonomi dan posisi Perseroan dalam persaingan di industri kaca lembaran Nasional. Dengan rendahnya penjualan unit produk kaca lembaran Perseroan setiap tahunnya, dapat berpotensi menyebabkan penurunan kondisi ekonomi Perseroan dalam pasar kaca lembaran Nasional. 9

10 Kemampuan Perseroan dalam melakukan kegiatan penjualan juga dapat dikatakan belum maksimal dikarenakan dari total produksi setiap tahunnya Perseroan hanya mampu melakukan penjualan paling tinggi sekitar 85% dari total barang jadi yang tersedia untuk dijual oleh Perseroan. Berdasarkan Laporan Keuangan Perseroan dari tahun 2008 hingga 2014, sisa barang jadi yang tidak terjual sehingga menjadi persediaan Perseroan mencapai rata rata hingga 15% dari total barang jadi Perseroan pada tahun yang sama. Bercermin pada hal hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa Perseroan belum melaksanakan strategi penjualannya produk kaca lembarannya secara maksimal. Untuk itu dibutuhkan analisis lebih rinci mengenai strategi yang diterapkan oleh Perseroan untuk meningkatkan penjualan dan dapat bersaing di pasar kaca lembaran. Beberapa strategi yang telah dijalankan oleh Perseroan adalah sebagai berikut: 1. Lean Services dengan sistem Kanban Dengan menggunakan sistem Kanban Perseroan dapat memaksimalkan proses produksi produk, sistem ini cukup efektif untuk mendukung jalannya sistem produksi secara keseluruhan, dan digunakan untuk mengontrol kecepatan produksi. 2. Pemasaran produk kaca lembaran secara manual Perseroan dalam memasarkan produknya menggunakan katalog atau brosur yang berisi informasi tentang produk produk kaca lembaran Perseroan. Selain itu, Perseroan juga memberikan kesempatan kepada konsumennya untuk melakukan komunikasi mengenai produk kaca lembaran yang dibutuhkan melalui surat elektronik ( ) maupun sambungan melalui telepon. 10

11 3. Menggunakan distributor tunggal untuk mendistribusikan produknya. Untuk memenuhi kebutuhan konsumennya, khususnya sektor konstruksi dan sektor rumah tangga, Perseroan fasilitas jalur distribusi tunggal. Distributor tunggal ini bertanggung jawab untuk melakukan distribusi produk kaca lembaran Perseroan ke seluruh agen agen sebelum akhirnya produk kaca lembaran tersebut dapat dibeli oleh konsumen. 1.3 Pertanyaan dan Tujuan Penelitian 1. Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka pertanyaan penelitian ini adalah: a. Seberapa ketat persaingan di industri kaca lembaran saat ini? Apakah industri kaca lembaran masih merupakan industri yang menarik? b. Apakah strategi yang digunakan Perseroan saat ini masih efektif jika digunakan untuk menghadapi persaingan usaha pada industri kaca lembaran? c. Strategi apakah yang lebih tepat dilakukan oleh Perseroan dalam menghadapi persaingan bisnis kaca lembaran saat ini? 2. Adapun tujuan dari penelitian yang dibuat adalah sebagai berikut. a. Memberikan gambaran mengenai kondisi industri kaca lembaran Nasional. b. Mengevaluasi penerapan strategi Perseroan saat ini masih efektif untuk diterapkan pada persaingan di industri kaca lembaran. c. Merumuskan strategi yang sesuai untuk meningkatkan daya saing serta pangsa pasar Perseroan pada pasar korporasi di industri kaca lembaran. 1.4 Manfaat Penelitian 11

12 Hasil penelitian diharapkan menjadi masukan atau bahan pertimbangan untuk pihak manajemen perusahaan dalam menerapkan strategi bersaing dalam pasar kaca lembaran. 1.5 Sistimatika Penulisan Dalam penulisan tesis ini dibagi masing masing bab akan membahas seperti berikut ini: BAB I : PENDAHULUAN Akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, keterangan mengenai objek penelitian, perumusan masalah, batasan studi, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Akan mengulas teori teori dan praktik praktik Strategi Bersaing. Termasuk dalam Bab ini adalah kerangka berfikir, pertanyaan penelitian dan rencana penelitian. BAB III: METODOLOGI DAN PROFIL OBYEK PENELITIAN Akan membahas tentang metodologi penelitian yang meliputi; data primer dan sekunder, cara memperoleh data, alat analisa data serta profil objek penelitian. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dipaparkan hasil pengambilan data wawancara, pengamatan dan pengolahannya serta pembahasan umum maupun yang spesifik hasil penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 12

13 Dalam Bab ini akan disampaikan kesimpulan penelitian dan rekomendasi serta keterbatasan penelitian. 13

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri produk kertas yang juga termasuk dalam industri stasioneri adalah salah satu industri manufaktur yang mengolah kertas menjadi barang dari kertas seperti buku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012, sesuai data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Oktober 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Oktober 2008, pertumbuhan tertinggi secara tahunan terjadi pada produksi kendaraan niaga, sementara secara bulanan terjadi pada produksi kendaraan non niaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan baja yang masih terus tumbuh didukung oleh pembangunan sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual Growth Rate/CAGR (2003 2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inspirasi yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah adanya

BAB I PENDAHULUAN. Inspirasi yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inspirasi yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah adanya perubahan signifikan pada pasar semen di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun. Perubahan komposisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga konsumsi baja dapat digunakan sebagai indikasi kemajuan suatu negara (Hudson, 2010). Kecenderungan konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prospek industri manufaktur tahun 2012, pada tahun 2011 yang lalu ditandai oleh kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor

Lebih terperinci

AGC Group. PT Asahimas Flat Glass Tbk

AGC Group. PT Asahimas Flat Glass Tbk AGC Group Selasa, 8 Nopember 2011 Pukul 10.0000 WIB Selesai RUANG SEMINAR BURSA EFEK INDONESIA J A K A R T A 1 Berdasarkan Ketentuan Bursa pada Peraturan No. I-E tanggal 19 Juli 2004 tentang kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subsidiary) dari PT. Pertamina (Persero). Ada dua sektor yang menjadi target

BAB I PENDAHULUAN. (subsidiary) dari PT. Pertamina (Persero). Ada dua sektor yang menjadi target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelumas Pertamina adalah produk pelumas yang diproduksi oleh perusahaan Indonesia yaitu PT. Pertamina Lubricants yang merupakan anak perusahaan (subsidiary)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 pasar pelumas di Indonesia telah terbuka dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 pasar pelumas di Indonesia telah terbuka dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 pasar pelumas di Indonesia telah terbuka dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden RI No. 21/2001. Mulai saat itu badan usaha selain Pertamina dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia khususnya pembangunan di bidang industri dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri dan transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Industri otomotif merupakan salah satu industri nasional yang ikut berperan dalam pengembangan perekonomian Indonesia. industri ini memiliki mata rantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan kapabilitas yang akan berujung pada kompetensi inti yang akan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan kapabilitas yang akan berujung pada kompetensi inti yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan keadaan ekonomi yang secara langsung mempengaruhi permintaan yang begitu cepat harus diantisipasi pihak perusahaan dengan menyusun strategi yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen terhadap mobil akan semakin tinggi. Sehingga persaingan antara

BAB I PENDAHULUAN. konsumen terhadap mobil akan semakin tinggi. Sehingga persaingan antara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari tidak akan terlepas dari kegiatan transportasi, sehingga sarana transportasi yang memadai dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

50001, BAB I PENDAHULUAN

50001, BAB I PENDAHULUAN Rancangan Penilaian Sistem Manajemen Energi di PT. Semen Padang dengan Menggunakan Pendekatan Integrasi ISO 50001, Sistem Manajemen Semen Padang (SMSP) dan Permen ESDM No. 14 Tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT. SMART GLOVE INDONESIA PT. SMART GLOVE INDONESIA didirikan pada tahun 1994 di Malaysia, kemudian pada tahun 1997 SMART GLOVE CORPORATION resmi beroperasi

Lebih terperinci

1 BAB 1 PENDAHULUAN. kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di

1 BAB 1 PENDAHULUAN. kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lima tahun terakhir persaingan di dunia otomotif semakin ramai dan kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di industri otomotif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi ini juga memicu pertumbuhan industri otomotif baik untuk kendaraan jenis

BAB I PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi ini juga memicu pertumbuhan industri otomotif baik untuk kendaraan jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal pulihnya perekonomian Indonesia pada tahun 2000 akibat krisis moneter, pertumbuhan perekenomian di berbagai sektor secara perlahan mulai terlihat. Pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami penurunan yang signifikan. Krisis Eropa yang terjadi pada akhir tahun 2008 ini berakibat pada penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai pasar semen nasional pada semester I 2012 mencapai IDR (Indonesian

BAB I PENDAHULUAN. Nilai pasar semen nasional pada semester I 2012 mencapai IDR (Indonesian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai pasar semen nasional pada semester I 2012 mencapai IDR (Indonesian Rupiah) 28,5 triliun atau naik sekitar 15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penggunaan amplas di Indonesia sudah lama dikenal oleh. masyarakat namun pada saat itu penggunaannya masih terbatas untuk

I. PENDAHULUAN. Penggunaan amplas di Indonesia sudah lama dikenal oleh. masyarakat namun pada saat itu penggunaannya masih terbatas untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan amplas di Indonesia sudah lama dikenal oleh masyarakat namun pada saat itu penggunaannya masih terbatas untuk usaha tertentu saja, yaitu untuk produk yang terbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem distribusi barang. Pada dasarnya sistem distribusi dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. sistem distribusi barang. Pada dasarnya sistem distribusi dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam dunia industri modern saat ini adalah sistem distribusi barang. Pada dasarnya sistem distribusi dimulai dari pengiriman barang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu persaingan nasional, regional, maupun internasional. Tahun 2014, indeks

BAB I PENDAHULUAN. baik itu persaingan nasional, regional, maupun internasional. Tahun 2014, indeks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menimbulkan adanya persaingan yang ketat diantara semua negara. Hal ini mendorong setiap perusahaan yang ada untuk mempersiapkan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjabarkan pendahuluan penelitian. Pendahuluan berisi latar

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjabarkan pendahuluan penelitian. Pendahuluan berisi latar BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjabarkan pendahuluan penelitian. Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitan, tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergeseran minat belanja dari ritel tradisional ke ritel modern semakin berkembang dari tahun ketahun. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Resesi yang terjadi di benua Amerika dan Eropa pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Resesi yang terjadi di benua Amerika dan Eropa pada tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Resesi yang terjadi di benua Amerika dan Eropa pada tahun 2012 menyebabkan tekanan besar pada harga komoditas dagang dan permintaan sumber daya alam. Dampak tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat perusahaan merasa tidak aman bahkan di wilayah negaranya

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat perusahaan merasa tidak aman bahkan di wilayah negaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar ekonomi dunia yang semakin terbuka di era globalisasi sekarang ini menuntut para pelaku usaha untuk lebih kreatif dan inovatif dalam rangka memenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semen adalah komoditas yang strategis bagi Indonesia. Sebagai negara yang terus melakukan pembangunan, semen menjadi produk yang sangat penting. Terlebih lagi, beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar berasal dari sektor agraris. Utomo (2010) menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar berasal dari sektor agraris. Utomo (2010) menjelaskan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Pupuk merupakan produk strategis nasional karena perekonomian Indonesia sebagian besar berasal dari sektor agraris. Utomo (2010) menjelaskan bahwa pupuk merupakan elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setidaknya, dalam enam tahun terakhir penjualan mobil meningkat sekitar 334%,

BAB I PENDAHULUAN. Setidaknya, dalam enam tahun terakhir penjualan mobil meningkat sekitar 334%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor otomotif memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Industri otomotif terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Setidaknya, dalam enam tahun

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian terbesar dalam penggunaan modal perusahaan serta pengaruhnya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian terbesar dalam penggunaan modal perusahaan serta pengaruhnya terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bagi banyak perusahaan manufaktur, salah satu sumber yang memerlukan perencanaan yang seksama adalah persediaan. Hal ini dikarenakan pada umumnya persediaan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Tetrafluoroethylene dari Chlorodifluoromethane dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Tetrafluoroethylene dari Chlorodifluoromethane dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Tetrafluoroethylene (TFE) merupakan produk intermediate yang juga bahan baku (monomer) dalam pembuatan Polytetrafluoroethylene (PTFE) atau yang lebih dikenal dengan nama

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut

BAB I PENDAHULUAN. peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional yang menunjukan hasil positif ditandai dengan peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut data Bank Dunia.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan besar terjadi secara global seiring dengan perlambatan ekonomi dunia. Resiko ketidakpastian di pasar keuangan dunia memberikan tekanan tambahan bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995, pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan bagi perusahaan sekaligus sebagai sarana investasi bagi para investor. Pasar modal dapat dikatakan sebagai tempat

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Stabilitas Harga Menentukan Industri Baja

Stabilitas Harga Menentukan Industri Baja Stabilitas Harga Menentukan Industri Baja Jajang Yanuar Habib jajang@wdspcorp.org Abstrak Meningkatnya pasokan impor dengan harga yang relatif lebih murah berdampak pada menurunnya daya saing industri

Lebih terperinci

2015 ANALISIS TATA LETAK DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UNTUK UMUM PERTAMINA CABANG

2015 ANALISIS TATA LETAK DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UNTUK UMUM PERTAMINA CABANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era millenium saat ini, perindustrian telah bertransformasi dengan sangat pesat. Diantaranya adalah industri otomotif terutama kendaraan bermotor. Kendaraan

Lebih terperinci

Isu Prioritas - Standar (SNI)

Isu Prioritas - Standar (SNI) 1 Isu Prioritas - Standar (SNI) Melindungi hak konsumen dan memaksimalkan kepuasan pelanggan adalah bagian dari tujuan utama perusahaanperusahaan di seluruh dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. ECO SMART GARMENT INDONESIA BOYOLALI, 26 AGUSTUS 2015

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. ECO SMART GARMENT INDONESIA BOYOLALI, 26 AGUSTUS 2015 KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. ECO SMART GARMENT INDONESIA BOYOLALI, 26 AGUSTUS 2015 Yth. Gurbenur Jawa Tengah; Yth. Menteri Perdagangan; Yth. Bupati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama pasca krisis ekonomi global tahun 2008 yang melanda dunia, perekonomian dunia mengalami berbagai penurunan ekspor non migas. Beberapa negara di dunia membatasi

Lebih terperinci

BAB III DAYA SAING INDUSTRI OTOMOTIF INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGANYA

BAB III DAYA SAING INDUSTRI OTOMOTIF INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGANYA BAB III DAYA SAING INDUSTRI OTOMOTIF INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGANYA Pada bab yang ketiga ini akan membahas mengenai daya saing industi otomotif Indonesia. Daya saing ini akan dilihat dari sisi kekuatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. motor dan kecenderungan penjualan yang meningkat terjadi hampir pada setiap

I. PENDAHULUAN. motor dan kecenderungan penjualan yang meningkat terjadi hampir pada setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri otomotif, khususnya kendaraan roda dua yang pesat tujuh tahun terakhir ini, diindikasikan dengan kenaikan permintaan sepeda motor dan kecenderungan

Lebih terperinci

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memikirkan potensi industrinya. Pertumbuhan industri di Indonesia semakin

I. PENDAHULUAN. memikirkan potensi industrinya. Pertumbuhan industri di Indonesia semakin I. PENDAHULUAN Memasuki era globalisasi dan persaingan pasar bebas membuat Indonesia harus memikirkan potensi industrinya. Pertumbuhan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun baik dari

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus melakukan peningkatan pendapatan dari produk inti PT. Pegadaian (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. terus melakukan peningkatan pendapatan dari produk inti PT. Pegadaian (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Pegadaian (Persero) terus melakukan diversifikasi produk disamping terus melakukan peningkatan pendapatan dari produk inti PT. Pegadaian (Persero) yaitu dari sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan kertas di Indonesia sendiri saat ini sudah mencapai 7,7 juta ton

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan kertas di Indonesia sendiri saat ini sudah mencapai 7,7 juta ton BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun volume kebutuhan terhadap kertas terus mengalami peningkatan. Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan salah satu perusahaan dibawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat bersaing guna meningkatkan penjualan sekaligus mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat bersaing guna meningkatkan penjualan sekaligus mempertahankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat dewasa ini, mendorong banyaknya perusahaan merencanakan strategi pemasaran secara inovatif, hal ini ditempuh agar perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian literatur dapat disimpulkan bahwa, pajak lingkungan pertama kali diterapkan di Kawasan Uni Eropa melalui berbagai konferensi dan protokol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PEMILIHAN JUDUL Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia, merupakan pasar

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA 2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA DAFTAR ISI BAB I PROSPEK INDUSTRI SEMEN 1 1.1. BERITA DAN ISU TERBARU 2 1.2. PELUANG INDUSTRI SEMEN 3 Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2010-2017

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini menimbulkan persaingan yang ketat diantara para produsen. mobil di Indonesia. Masuknya mobil-mobil import turut meramaikan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini menimbulkan persaingan yang ketat diantara para produsen. mobil di Indonesia. Masuknya mobil-mobil import turut meramaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis otomotif yang semakin pesat pada saat ini menimbulkan persaingan yang ketat diantara para produsen mobil di Indonesia. Masuknya mobil-mobil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih mengarah kepada pertumbuhan yang positif, sehingga hal ini memicu terjadinya persaingan yang sangat ketat baik dari investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang yang datang ke skin care ingin melakukan perawatan agar terlihat lebih

BAB I PENDAHULUAN. orang yang datang ke skin care ingin melakukan perawatan agar terlihat lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri skin care termasuk industri yang menjanjikan saat ini. Industri ini tidak luput dari kecantikan dan kosmetik. Karena sudah bisa dipastikan bawah orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya perusahaaan-perusahaan sejenis yang bermunculan,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya perusahaaan-perusahaan sejenis yang bermunculan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin banyaknya perusahaaan-perusahaan sejenis yang bermunculan, menyebabkan persoalan-persoalan manajemen yang dihadapi akan semakin komplek dan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari tahun 2013 mencapai 114,1 juta orang dengan jumlah pekerja di sektor konstruksi sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langkah-langkah yang tepat dan sesuai dengan kondisi internal dan eksternal

BAB I PENDAHULUAN. langkah-langkah yang tepat dan sesuai dengan kondisi internal dan eksternal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan akan menemukan peluang dan ancaman pada saat perusahaan tersebut ingin mengembangkan bisnisnya. Peluang dan ancaman tersebut mempengaruhi strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Angka produksi dan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Angka produksi dan angka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Asia Tenggara didominasi oleh empat negara yang tercatat sebagai basis produksi kendaraan bermotor, yaitu Thailand, Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besarnya arus pertumbuhan penduduk mengindikasikan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini mengakibatkan pemerintah dituntut untuk berusaha menyeimbangkan kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Produk furnitur merupakan produk rumah tangga yang memiliki banyak fungsi dan kegunaan antara lain sebagai tempat menyimpan barang, tempat tidur, tempat duduk, dan lain sebagainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh aspek kehidupan membutuhkan energi. Kebutuhan energi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh aspek kehidupan membutuhkan energi. Kebutuhan energi saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar selain pangan dan air karena hampir seluruh aspek kehidupan membutuhkan energi. Kebutuhan energi saat ini cukup besar, salah satunya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat berbanding lurus dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2008 disusun untuk menggambarkan kecenderungan situasi permintaan dan penyediaan energi Indonesia hingga 2030 dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul dan Pengertian Judul 1. Judul Jakarta Integrated Urban Farm 2. Pengertian Judul Jakarta merupakan ibu kota Indonesia, daerah ini dinamakan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri otomotif di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat pada beberapa tahun terakhir. Hal tersebut salah satunya terlihat dari total penjualan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik industri rokok merupakan consumer goods dan invisible (taste),

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik industri rokok merupakan consumer goods dan invisible (taste), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karakteristik industri rokok merupakan consumer goods dan invisible (taste), produknya unik, konsumen loyal, bersifat konsumtif, segmen pasar usia produktif dan maskulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini semakin pesat dan semakin tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu perkembangan pesat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian. nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan

I. PENDAHULUAN. bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian. nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan harapan. Peluang yang cukup baik dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut International Finance Corporation (IFC), Indonesia memiliki cadangan minyak bumi, batu bara dan gas alam yang berlimpah. Selama beberapa dekade, Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Desember 2014, neraca perdagangan Thailand

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN VIII. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN I Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap berbagai data dan informasi yang dikumpulkan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pangsa TSR Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di suatu negara. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mempengaruhi suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peradaban manusia di Indonesia telah mengalami perubahan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Peradaban manusia di Indonesia telah mengalami perubahan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban manusia di Indonesia telah mengalami perubahan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan 20 30 tahun yang lalu. Pada saat ini laju pergerakan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat penting dan merupakan suatu indikator penentu kemajuan suatu Negara. Peningkatan pembangunan dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan tren yang positif. Menurut data Badan Pusat Statistik (2012), angka Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya daya beli masyarakat. Tabel 1.1 Tren Penjualan Industri Komponen Otomotif

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya daya beli masyarakat. Tabel 1.1 Tren Penjualan Industri Komponen Otomotif 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan pasar komponen otomotif di Indonesia selama ini cukup baik, terutama pasar komponen untuk purna jual.pasar komponen otomotif untuk purna jual

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia Analisis understanding..., Ratu Kania Puspakusumah, FE UI, 2009.

1 Universitas Indonesia Analisis understanding..., Ratu Kania Puspakusumah, FE UI, 2009. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kimia pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian di Indonesia dan sudah berkembang pesat. Hal ini dikarenakan Indonesia adalah negara yang kaya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. swasta maupun pemerintah didorong dalam peningkatan efisien dan efektifitas

BAB I PENDAHULUAN. swasta maupun pemerintah didorong dalam peningkatan efisien dan efektifitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan persaingan dunia bisnis dewasa ini baik perusahaan swasta maupun pemerintah didorong dalam peningkatan efisien dan efektifitas kinerja yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan yang terjadi antar perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan yang terjadi antar perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan yang terjadi antar perusahaan semakin ketat. Perusahaan dituntut untuk selalu dapat memuaskan keinginan konsumen

Lebih terperinci