BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Injection Plastik Molding Pengertian Injection Plastic Molding Injection molding adalah metode pembentukan material termoplastik dimana material yang meleleh karena pemanasan diinjeksikan oleh plunger ke dalam cetakan yang didinginkan oleh air sehingga mengeras. Meskipun banyak variasi dari proses dasar ini, 90 persen injection molding adalah memproses material termoplastik. Injection molding mengambil porsi sepertiga dari keseluruhan resin yang dikonsumsi dalam pemprosesan termoplastik. Sekarang ini bisa dipastikan bahwa setiap kantor, kendaraan, rumah, pabrik terdapat barang-barang dari plastik yang dibuat dengan cara injection molding, misalnya pesawat telepon, printer, keyboard, mouse, rumah lampu mobil, dashboard, reflektor, roda gigi, helm, televisi, sisir, roda furnitur, telepon seluler, dan masih banyak lagi yang lain Sejarah Injection Mold Mesin injection molding tercatat telah dipatenkan pertama kali pada tahun 1872 di Amerika Serikat untuk memproses celluloid. Berikutnya pada tahun 1920-an di Jerman 6

2 mulai dikembangkan mesin injection molding, namun masih dioperasikan secara manual dimana pencekaman mold masih menggunakan tuas. Tahun 1930-an ketika berbagai macam resin tersedia, dikembangkan mesin injection molding yang dioperasikan secara hidraulik. Pada era ini kebanyakan mesin injection molding masih bertipe single stage plunger. Pada tahun 1946 James Hendry membuat mesin injection molding tipe single-stage reciprocatingscrew yang pertama. Mulai tahun 1950-an relay dan timer mulai digunakan untuk pengontrolan proses injeksinya Jendela Proses Gambar 2.1 Molding area diagram Sumber : 7

3 Jendela proses atau juga disebut Molding Area Diagram adalah sebuah indikator seberapa jauh kita bisa memvariasikan proses dan masih bisa membuat produk yang memenuhi syarat. Idealnya jendela proses cukup lebar sehingga bisa mengakomodasi variasi alami yang terjadi selama proses injeksi. Jika jendela proses terlalu sempit maka ada risiko menghasilkan produk yang cacat akibat variasi proses injeksi berada di luar jendela. Jendela proses berbeda-beda untuk tiap resin karena masing-masing resin memiliki titik leleh (temperatur transisi gelas, Tg) yang berbeda-beda. Jika temperatur proses terlalu rendah maka ada kemungkinan material tidak meleleh dan jika meleleh maka viskositasnya sangat tinggi sehingga memerlukan tekanan injeksi yang sangat tinggi. Jika tekanan injeksi terlalu tinggi maka akan menimbulkan flash atau burr pada garis pemisah cetakan akibat gaya pencekaman lebih kecil dari tekanan injeksi. Jika temperatur proses terlalu tinggi maka material akan mengalami kerusakan atau terbakar. 8

4 2.1.4 Gas Assisted Injection Molding Gambar 2.2 Gas Assisted Injection Molding Sumber : Gas Assisted Injection Molding melibatkan penggunaan gas bertekanan tinggi dalam proses injeksi. Ketika mold baru terisi sebagian material plastik leleh (1) gas bertekanan tinggi diinjeksikan. Gas ini akan mendorong plastik leleh ke arah dindingdinding cetakan (2). Tekanan gas tetap dipertahankan untuk memberikan tekanan pemadatan sementara produk mengalami pendinginan (3). Gas yang biasa dipakai adalah gas nitrogen karena bersifat inert (tidak reaktif). 9

5 Gambar 2.3 Perbedaan Conventional dengan Gas Assisted Injection Molding Sumber : Keuntungan: - Leluasa dalam mendesain bentuk-bentuk produk berongga, berdinding tipis ataupun tebal dan berbentuk batang atau pipa. - Kekakuan produk lebih tinggi akibat adanya ruang kosong (momen inersia polar lebih tinggi). - Memerlukan jumlah gate lebih sedikit sehingga mengurangi weldline. - Tidak ada cacat sinkmark pada produk-produk yang tebal. - Tekanan injeksi dan pemadatan yang lebih rendah. 10

6 - Distribusi tekanan pemadatan lebih merata. - Siklus injeksi lebih cepat karena waktu pendinginan yang lebih singkat. - Produk yang lebih ringan. Gambar 2.4 Injection Molding Machine Sumber : 11

7 2.2 Molding Pengertian Molding Molding (cetakan) adalah rongga tempat material leleh (plastik atau logam) bentuk cairan tersebut akan mengeras sesuai bentuk rongga cetakan. Molding terdiri dari dua bagian yaitu pelat bergerak (moveable plate) dan pelat diam (statioary plate). Sesuai dengan namanya pelat bergerak dipasang pada moveable platen di mesin injection molding dan pelat diam dipasang di stationary platen. Di dalam mold terdapat jalur saluran pendingin untuk menjaga temperature produk dan juga temperature cetakan. Mold memiliki konstruksi yang rumit dimana pembuatannya membutuhkan mesin-mesin dengan ketelitian tinggi seperti CNC, EDM, WIRE CUT, dan lain-lain Bagian-Bagian Molding Gambar 2.5 Molding Dalam Keadaan Tertutup Sumber : 12

8 Gambar 2.6 Molding Dalam Keadaan Terbuka Sumber : - Mold Base Mold base adalah seperangkat bagian yang merupakan bagian terluar dari cetakan injeksi plastik, dan merupakan tempat dipasangnya inti cetakan plastik yaitu cavity block dan core block. 13

9 Gambar 2.7 Moldbase Two Plate Sumber : Berikut ini adalah dua jenis struktur yang paling umum digunakan untuk struktur dasar cetakan : (1)2-plates structure (2)3-plates structure Pemilihan antara kedua struktur ditentukan dengan metode gate yang akan digunakan. Ketika gate yang akan digunakan pin point gate, maka struktur (2) yang harus 14

10 digunakan. Akan tetapi ketika gate yang akan dibuat adalah side gate atau submarine gate, maka struktur (1) yang dipakai. Bahan untuk bagian-bagian konstituen dari mold base umumnya adalah baja karbon untuk konstruksi mesin (S55C, 220C, dll), dan yang paling sering digunakan dalam kondisi preharden. Dalam aplikasi khusus, baja preharden, atau stainless steel, atau aluminium alloy sering kali digunakan. Dalam aktualnya mold base selalu dikombinasi dengan bagian aksesori seperti Guide Pin, Guide bushing, return pin, dll. Bagian-bagian dan fungsi Mold Base yaitu : Top Clamping Plate berfungsi untuk mengikat molding pada saat dipasang pada mesin injection bagian atas / depan (stastionary plate / bagian yang tidak bergerak). Cavity Plate (stationary plate) berfungsi untuk menempatkan inti cetakan (cavity block). Core Plate (movable plate) berfungsi untuk menempatkan bagian core block, slide core block, lift core slide. Spacer Plate berfungsi untuk memberi jarak antara core plate / support plate dan disetting sedemikian rupa untuk mengeluarkan produk. Ejector plate berfungsi untuk menempatkan ejector pin, angular core / lift core. Ejector retainer plate berfungsi untuk pengikat ejector plate. 15

11 Bottom Plate berfungsi untuk mengikat molding pada saat dipasang diatas mesin injection pada (moveable plate / bagian bergerak). Runner Stripper Plate berfungsi untuk mengeluarkan runner pada molding jenis 3 plate. Stripper Plate berfungsi untuk penempatan cavity / core pada design molding tertentu. Guide Pin Berfungsi sebagai guide antara moveable plate dengan stationer plate pada saat prose injeksi diatas mesin. Guide Bushing berfungsi sebagai area pelumasan guide pin. Support Pin berfungsi sebagai pengganti Guide Pin pada struktur moldbase tipe F.G dan sebagai support pada struktur mold base tipe D.E. Return Pin berfungsi untuk membantu mengarahkan ejector plate agar bergerak tegak lurus. - Cavity Block Cavity block adalah bagian inti cetakan yang dipasang pada stationary plate dan berfungsi sebagai cetakan untuk membentuk bagian atas produk atau area produk yang memerlukan tampilan terbaik. 16

12 - Core Block Core block adalah bagian inti cetakan yang dipasang pada movable plate dan berfungsi sebagai cetakan untuk membentuk bagian bawah produk yang tidak terlalu memerlukan tampilan baik atau biasa saja. Namun dalam kondisi tertentu core block juga sangat penting peranannya untuk area ejector pin, gate dan cetakan undercut (slide core dan lift core) Type Runner Gate Pada Molding Runner adalah saluran yang menghubungkan aliran plastik cair dari sprue menuju gate produk cetak. Bentuk penampang runner dipilih tergantung pada ukuran produk cetak, jenis plastik, perkiraan kondisi molding, dll. Secondary runner Gambar 2.8 Contoh runner yang menempel pada produk Sumber : 17

13 Gambar diatas merupakan bentuk aliran runner dimulai dari sprue setelah itu kepada primary runner kemudian kepada secondary runner, aliran material plastik melalui gate masuk kedalam cetakan sehingga membentuk sebuah produk. Gambar 2.9 Runner Type Gambar 2.10 Jenis Layout Runner Berbaris dengan Aliran Simetris Sumber : Keuntungan : - Aliran ke setiap cavity sama panjang Kerugian : - Banyak plastik yang terbuang (scrap) 18

14 - Aliran lebih panjang dan lebih banyak percabangan, cairan lebih cepat pada saat masuk ke dalam cavity. Gambar 2.11 Jenis Layout Runner Melingkar Sumber : Keuntungan : - Aliran ke setiap cavity sama panjang. - Mudah dalam pengeluaran produk, terutama untuk jenis cetakan Unscrewing. Kerugian : Pemanfaatan ruang cavity tidak efisien. 19

15 Gambar 2.12 Jenis Layout RunnerBerbaris Sumber : Keuntungan : - Pemanfaatan ruang cavity lebih efisien disbanding dengan layout jenis melingkar Kerugian : - Aliran ke setiap cavity tidak sama panjang Dalam proses perancangan runner perlu diperhatikan sebagai berikut : - Rancanglah runner Sependek mungkin. Percabangan sedikit mungkin. Agar cairan plastik mengalir secepat mungkin kedalam cavity, sehingga penurunan panas dan penurunan tekanan seminimal mungkin. - Cairan plastik harus masuk kedalam cavity secara bersamaan dengan temperatur dan tekanan yang sama. 20

16 - Untuk tujuan penghematan plastik, tentukan ukuran penampang runner sekecil mungkin. - Untuk mendapatkan aliran laminar, buat penampang runner sebesar mungkin. - Makin kental cairan plastik, makin pendek panjang runner. Aliran cairan plastik yang mengalir dari sprue bush menuju runner kemudian disalurkan kepada gerbang cetakan (gate), dan selanjutnya mengalir kedalam inti cetakan. Jenis gate terbagi menjadi dua disesuaikan dengan jenis struktur mold base yang dipakai. - Side gate (two plate structure) Side gate basic. Gambar 2.13 Side Gate Sumber : Standar design gate PT PyoJoon Mold Indonesia 21

17 Tunnel gate (submarine gate) Gambar 2.14 Tipe daritunnel Gate Standar Sumber : Gambar 2.15 Tipe Tunnel Gate Submarine Sumber : 22

18 - Pin point gate (three plate structure) Gambar 2.16 Pin Point Gate Sumber : Cooling System Cooling system adalah jalur pendinginan yang berfungsi untuk menjaga temperature molding. Selain untuk menjaga temperature mold, cooling system digunakan untuk menjaga kestabilan dan kualitas produk hasil cetakan. Ada beberapa macam media yang digunakan untuk cooling system, itupun tergantung dari jenis material plastik yang diinjeksi dan jenis material molding yang dipakai. Media untuk cooling system adalah sebagai berikut : - Air - Oli 23

19 Pembuatan jalur cooling harus diprediksi untuk mendinginkan produk, terutama di area cavity block. Karena pada cavity block ditentukan kualitas tampilan produk yang diinginkan. Selain itu, proses perancangan cooling system juga harus benar-benar safety dari kemungkinan kebocoran dan crack Eksternal Komponen Eksternal komponen molding merupakan komponen penunjang dalam konstruksi sebuah molding dan biasanya dipasang menempel pada mold base. Berikut ini yang biasa dipakai sebagai eksternal komponen beserta fungsinya: - Eye Bolt Eye bolt sangat penting peranannya dan selalu dibutuhkan pada setiap konstruksi molding, yang berfungsi sebagai baut pengikat pada mold base pada saat pemindahan mold base dari satu tempat ke tempat lain, atau juga pada saat pemasangan molding di atas mesin injeksi. Pemilihan eye bolt ditentukan dengan berapa berat suatu molding. Pada titik ini sangat erat kaitannya dengan unsur keselamatan (safety). 24

20 Gambar 2.17 Gambar Eye Bolt Sumber : Arsip PT PyoJoon Mold Indonesia Gambar 2.18 Spesifikasi Eye Bolt Sumber : Standar design eye bolt PT PyoJoon Mold Indonesia 25

21 - Nipple Nipple berfungsi menghubungkan selang pada pompa kepada lubang saluran pendingin (cooling) yang ada pada molding. Gambar 2.19 Nipple Hexagonal Head Type Sumber : Gambar 2.20 Nipple Hexagonal Head Hole Type Sumber : 26

22 Gambar 2.21 Nipple Hexagonal Hole Type Sumber : Gambar 2.22 Nipple Hexagonal Head Long Type Sumber : Gambar 2.23 Nipple Hexagonal Hole Type Sumber : 27

23 - Limit switch Limit switch berfungsi sebagai sensor untuk membatasi pergerakan pada ejector plate. Ini bertujuan agar ejector pin yang terpasang pada ejector plate tidak melampaui batas pada saat selesai proses ejection. Gambar 2.24 Posisi Pemasangan Limit Switch Sumber : Gambar 2.25 Limits Switch Sumber : 28

24 2.2.6 Internal Komponen Internal komponen molding merupakan komponen penunjang dalam konstruksi sebuah molding dan biasanya dipasang dibagian dalam konstruksi molding. Berikut ini yang biasa dipakai sebagai internal komponen beserta fungsinya: - Sprue Bush Sprue bush berfungsi sebagai saluran yang menghubungkan noozle mesin yang mengalirkan material plastik kedalam inti cetakan. Selain itu, sprue bush berfungsi juga sebagai guide center antara noozle dengan molding. Sprue bush dibuat dengan bahan alloy carbon steel, dengan spesifikasi SKS3 atau SK3. Gambar 2.26 Sprue Bush Sumber : - Locate ring Locate ring berfungsi sebagai guide center mold base dengan stationary plate, pada saat molding dipasang diatas mesin injection. Material locate ring terbuat dari bahan carbon steel for mechanical structures dengan spesifikasi S50C atau S55C. 29

25 Gambar 2.27 Locate Ring Sumber : - Ejector pin Ejector pin termasuk internal komponen molding yang berfungsi sebagai alat untuk mengeluarkan produk yang menempel pada core block. Ukuran dari diameter ejector pin bervariasi dan dipakai menyesuaikan dengan kebutuhan dalam konstruksi molding. Gambar 2.28 Straight Ejector Pin Standar Sumber : 30

26 Tabel 2.1 Spesifikasi Ejector Straight Pin Sumber : - Spring Spring atau pegas pada mold base berfungsi untuk mendorong ejector plate dan ejector retainer plate kembali ke posisi awal sebelum proses eject oleh mesin injeksi. 31

27 Gambar 2.29 Rumus Perhitungan untuk Menentukan Panjang Spring Sumber : Standar design perhitungan spring PT PyoJoon Mold Indonesia Gambar 2.30 Standar ukuran Spring disesuaikan dengan ukuran Return Pin Sumber : Standar design ukuran spring PT PyoJoon Mold Indonesia 32

28 Gambar 2.31Spring Untuk Molding Sumber : Gambar 2.32 Spring Deflection Sumber : Material Molding Baja yang digunakan dalam cetakan untuk cetakan plastik memiliki paduan feritkarbon (yang biasanya disebut baja) sebagai bahan dasar. Hal ini membantu untuk 33

29 mengetahui komposisi kimia dari beberapa jenis khas baja sebagai pengetahuan dasar, karena itu akan menjadi berguna ketika mempertimbangkan perlakuan panas dan karakteristik mekanik, dll. Steel name Rolled steel for general structures Carbon steel for mechanical structures Chrome molybdenum steel Stainless steel Carbon tool steel Alloy tool steel Alloy tool steel hot die steel Alloy tool steel cold die steel Tabel 2.2 Tabel Jenis Baja Cetakan Plastik Sumber : Symbol [SS400] [1018 Steel Equivalent] [1.0040_ Ust.42.2] [S50C] [1049 Steel] [1.126_C50E (Ck50)] SCM3 SUS23 [SK5] [W1-8] [1.1525_ C80W1] [SKS3] [A1 or 01 Tool Steel] [1.2510_ 100MnCrW4] [SKD61] [H13 Tool Steel] [1.2344_ X40CrMoV5-1] [SKD11] [D2 Tool Steel] [1.2379_ X155CrVMo12-1] Content ratio of chemical constituents (%) C Si Mn P S Ni Cr Mo W V

30 Tabel 2.3 Daftar Persamaan Baja Sumber : Arsip Design PT PyoJoon Mold Indonesia 2.4 Dasar Kalkulasi Design Produk dan Molding Design produk yang baik Design produk yang baik, adalah design produk yang sesuai dengan ketentuanketentuan sebagai berikut : - Pemakaian bahan plastik yang seminimal mungkin - Cycle time yang seminimal mungkin, dari pemadatan yang singkat ( lebih pendek ) - Penyusutan yang sama pada keseluruhan proses pembentukan ( shrinkage ) - Resiko yang seminimal mungkin terhadap tekanan yang diperlukan 35

31 - Ketebalan produk yang harus dipertahankan setipis mungkin serta mudah / memungkinkan untuk dibentuk, yang menjamin ketentuan-ketentuan di atas. Kapasitas produk, adalah : Quantity dari produk yang diperlukan, Waktu pemakaian serta kualitas dari produk yang diproduksi, serta Waktu pengiriman, yang juga menentukan dalam perencanaan dan pengerjaannya. Material produk ( jenis plastik ) : PP polyprophylene, LDPE low densitity polyethylene, HDPE high density polyprophylene, PVC polyvinyl chloride, dan jenis-jenis lain. Volume produk V_p ( mm 3 ), Berat produk W_p ( gr ), Density ( berat jenis material ) Bj_m ( Kg / dm 3 ), Shrinkage factor material Sh_m ( % ) Jumlah cavity dalam menentukan cetakan Untuk dapat menentukan jumlah cavity produk dibuat single atau multiple pada plastic molding, adalah tergantung dari beberapa faktor, sebagai beikut : - Kapasitas pencetakan ( pembuatan produk ) dan waktu pengiriman - Kontrol kualitas yang diperlukan - Biaya produksi ( cetakan dan jumlah produksinya ) - Pembahanan plastik yang dipergunakan - Bentuk dan ukuran mold yang direncanakan dan dibuat - Kapasitas mesin produksi yang dipergunakan Faktor yang menentukan dalam pemakaian mesin produksi : - Shot capacity dari mesin produksi Sw ( gr ) 36

32 - Weight of molding adalah berat produk berikut runner dan gate Wm ( gr ). ( ) ( ) = Qty cavity (pcs) ( formula-1 ) - Plasticizing Capacity adalah kemampuan injeksi material atau pengeluaran material dari mesin Pc ( gr/min. ) - Dengan perbandingan jumlah shot pada tiap menitnya Q_sh ( qty/min. ), maka jumlah cavity dapat pula ditentukan. ( / ) ( / ) ( ) = Qty cavity (pcs) ( formula-2 ) Tonase dari mesin plastik Injection-Blow yang akan dipergunakan Mendasarkan kepada Clamping Force Tons Adalah tonase yang diperlukan untuk menjaga agar kondisi mold tetap tertutup rapat selama proses produksi ( injection ataupun blowing ), dan menahan tekanan material pada total area yang diproyeksikan pada seluruh permukaan cavity dan core, pada saat injeksi, pemampatan ataupun pembentukan. - Total Area Proyeksi Ax ( mm 2 ) - Tekanan yang diijinkan untuk bahan cetakan ( mold ) Tx ( Kg/mm 2 ) - Maka, Clamping Force CF ( Tons ), dapat diperhitungkan : ( ) ( / ) = CF (Tons) ( formula-3 ) 37

33 Semakin tinggi tekanan yang diijinkan untuk bahan cetakan ( Jenis baja yang dipergunakan ), akan semakin kuat menahan tekanan dari Clamping Force mesin. Beberapa tekanan jenis yang diijinkan dari beberapa contoh jenis baja yang sering dipergunakan : Cast Steel Kg/mm 2 Safe Factor no Kg/mm 2 Carbon Steel 8.44 Kg/mm 2 Low Carbon Steel Kg/mm 2 Closed Condition 4.92 Kg/mm 2 Dengan pertimbangan hingga 10 s/d 20 % faktor untuk tekanan sepenuhnya, maka maksimum tonase mesin yang akan dipergunakan, dapat ditentukan Karakteristik bahan plastik yang diperlukan Karakteristik bahan plastik yang diperlukan : - Jenis bahan PP, LDPE, HDPE, PVC, ABS,dan lain-lain - Density ( berat jenis ) material plastik Bj_m ( lb/in 2 ) - Melting temperature, suhu pelelehan ( keluar dari screw ) Mt ( Fahrenheit ) - Poison ratio, viskositas melting material berdasarkan tabel rasio pr ( lb. sec./ in 2 ) 38

34 - Injection Presure pada Cavity, tekanan aman yang diperlukan saat pembentukan produk P_cv = ( psi ) - Injection Presure, tekanan aman yang diperlukan pada saat proses injection masuk pada sprue P_sp = ( psi ) - Thermal diffusion dari material yang dipergunakan Th_m ( in 3 /sec. ) Karakteristik bahan mold yang dipergunakan dan keadaannya Karakteristik bahan mold yang dipergunakan dan keadaannya : - Temperature Atmosfir T atm ( Fahrenheit ) - Specific heat, panas jenis dari bahan mold S_heat ( BTU / m. hrs. Fahrenheit ) - Density ( berat jenis ) bahan Mold Bj_St ( lb / in 3 ) - Mold Temperature Mt ( Fahrenheit ) - Thermal konduksi bahan Molding K ( BTU / ft 2. hrs. Fahrenheit ) - Sebagai contoh untuk beberapa jenis bahan mold : - Assab 718, Stavax atau Thysen 2312/2316 mempunyai nilai thermal koduksi yang mencapai : 21 BTU / ft 2. hrs. Fahrenheit. - JIS S 50 C, S 45 C, Assab 760 atau Thysen 1730 mempunyai nilai thermal konduksi yang mencapai : 28 BTU / ft 2. hrs. Fahrenheit SPRUE, RUNNER DAN GATE SPRUE, RUNNER DAN GATE : profile, dimensi dan pembagian flow-nya 39

35 Berdasarkan profilenya, SPRUE memiliki diameter awal yang lebih kecil dan diameter akhir yang menuju RUNNER dibuat lebih besar, atau pada panjangnya mempunyai sudut ketirusan yang berkisar antara 0.5 s/d 8 derajat, tergantung dari kondisi awal diameter lobang pemasukan material yang ditentukan berdasar bahan plastik dan design mold-nya. Ketirusan dimaksudkan untuk mempermudah pelepasan produk bersamaan dengan sprue dan runner. Sedangkan profile untuk RUNNER dan GATE, terdapat 3 kategori jenis profile yang sering dipergunakan, yaitu : Jenis yang Kurang ( POOR ), berbentuk Half Round, biasanya dibuat pada salah satu sisi saja, pada sisi cavity atau pada sisi core, atau sesuai dengan kondisi cavity produk yang direncanakan. Jenis yang Lebih Bagus ( BETTER ), berbentuk Trapesium, biasanya dibuat pada salah satu sisi saja, pada sisi cavity atau pada sisi core, atau sesuai dengan kondisi cavity produk yang direncanakan. Jenis yang Paling Bagus ( BEST ), berbentuk Full Round yang biasanya dibuat pada kedua belah belahan sisi core dan sisi cavity masing-masing setengah lingkaran. Dalam merencanakan, tentunya telah diperhitungkan, profile manakah yang akan dipergunakan, sesuai dengan kondisi dan kemungkinan yang dapat di terapkan. Sebagaimana telah ditentukan, bahwa yang Paling Bagus-lah yang dapat memberikan hasil yang sangat bagus dari design yang telah direncanakan. Tetapi, dapat diimplementasikan atau tidaknya design tersebut pada saat pengerjaannya, adalah hal yang sangat menentukan. Dan dari hasil keakuratan kalkulasi dan konversi re-profile, 40

36 maka dari ketiga kategory profile tersebut, memberikan pilihan sangat menentuan dengan : AREA ataupun KELILING profile yang telah diketahui. Sebagai contoh, dari suatu design, ketentuan profile runner adalah berbentuk Full Round, dan hasil kalkulasinya diperoleh ukuran diameter runner Dr = 3 mm. Tetapi, pada kenyataannya pembuatan runner dengan bentuk lingkaran tidak memungkinkan pada konstruksi mold yang sedang direncanakan tersebut. Tentunya harus menentukan pilihan selanjutnya, Runner dengan profile Half Round atau dengan profile Trapesium. Dan dari hasil Dr = 3 mm, maka nilai mutlak untuk Area dan Keliling sudah dapat diketahui, maka konversi re-profile dapat ditentukan kemudian. Jika Area Dr ( Full Round ) = 1/4 x pi x Dr 2 = 1/4 x 3.14 x 3 2 = mm 2 maka konversi re-profile ke Half Round, adalah : Area Dr ( Half Round ) = Area Dr ( Full Round ) = mm 2, maka : Area Dr ( Half Round ) = ( 1/4 x pi x Dr 2 ) : 2 = mm 2 ( x 2 ) : ( 1/4 x pi ) = ( ) : ( 1/4 x 3.14 ) = Dr 2 = 18 mm, maka Dr = 18 1/2 = mm. Jadi Dr ( Half Round ), berubah atau tidak sama dengan Dr ( Full Round ), tetapi sesuai dengan konversi kalkulasi dari Dr ( Full Round ), yang semula Diameter 3 mm, menjadi Diameter mm. Dan jika itu masih tidak memungkinkan dan harus dirubah menjadi profile Trapesium maka konversinya, adalah : 41

37 Area Dr ( Trapesium ) = Area Dr ( Full Round ) = mm 2 maka, Area Dr ( Trapesium ) = ( Dr 2 ) : 2 = mm 2 dan, ( x 2 ) : = Dr 2 = mm maka Dr = /2 = 3.282mm dan tinggi profile dan lebar bawah dari Trapesium adalah masing-masing, 0.75 Dr = 0.75 x = mm atau dengan menentukan sudut kemiring dinding runner yang dikehendaki : T Alpa : Tan -1 [ (( Dr 0.75 Dr ) : 2 ) : 0.75 Dr ] sehingga : T Alpa = Tan -1 [ { ( ( 0.75 x ) ) : 2 } : (0.75 x ) ] Tan -1 ( ) = derajat, adalah sudut kemiringan Trapesium. Mengapa konversi dan re-profile harus dilakukan? dan mengapa tidak mengganti profile begitu saja? Hal ini berhubungan erat dengan prinsip tekanan dan flow pada suatu ruangan, di mana pada area yang sama besar, maka tekanan dan kecepatan yang dilaluinya akan sama pula. Jadi, secara prinsip jika hasil kalkulasi sudah menentukan diameter, dan hasil area yang menentukan, maka dengan merubah memperbesar atau memperkecil area tersebut, akan berpengaruh terhadap besar tekanan yang akan diterimanya, serta kecepatan dalam melaluinya Pembagian jalur runner dari sprue sampai ke gate Beberapa metode layout Sprue, Runner, dan Gate, dengan posisi penempatan cavity pada cetakan multiple cavity. Sedangkan pada single cavity, titik injection point, 42

38 di mana sprue ditempatkan atau sebagai permulaan material diinjeksikan, ditentukan berdasarkan sumbu moment inertia dari produk, karena pada titik pusat yang tepat, flow material pada saat pembentukan, dapat menyebar rata pada cavity. Dan jika hal tersebut tidak memungkinkan karena kondisi bentuk produk, kalkulasi secara khusus dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mendukung flow dan sirkulasi sebagaimana diharapakan. Pada kondisi yang khusus, penggunaan Hot Runner, yang secara prinsip menghasilkan flow dan panas material mengalir yang lebih bagus pada tiap cavity-nya, karena hantaran panas material yang tetap terjaga pada saat pembentukan produk. Flow material yang mengalir dalam proses pembentukan produk, pada cetakan multiple cavity berawal dari Sprue, kemudian masuk dan terbagi-bagi dalam beberapa Segmen Runner, Segmen pertama adalah Primary Runne, kemudian Secondary Runner, lalu Tertiary Runner hingga Gate, setelah itu memasuki Cavity pembentukan produk. Berikut ini adalah contoh layout Runner yang kompleks, tetapi typical, lengkap dengan pembagian segmen-segmennya. Dari Nozle Injection, material plastik dialirkan ke Sprue dari diameter kecil ke diameter yang lebih besar ( bentuk tirus ), flow ini membentuk Runner Sprue. Setelah Runner Sprue, flow material terbagi dalam dua arah segmen Primary Runner yang typical ( arah yang membelah ke samping kiri dan kanan ditambah arah ke masingmasing ke kedua cavity yang diperhitungkan setengahnya atau arah Runner ke-dua 43

39 cavity ). Kemudian segmen Secondary Runner, adalah runner yang mengarah ke kedua cavity, yang diperhitungkan setengah bagian pada arah yang menuju salah satu cavity. Secondary Runner, bentuk dan penampang runnernya lebih kecil dari Primary Runner. Setelah itu adalah segmen Tertiary Runner, di mana aliran runner itu kemudian menuju ke satu arah satu cavity. Sebelum aliran masuk ke dalam cavity, masih terdapat satu segmen lagi yang harus dilalui, yaitu Gate. Tertiory Runner, bentuk dan penampang runnernya lebih kecil dari Secondary Runner. Gate, adalah bagian runner yang menerima tekanan yang paling besar setelah proses flow runner yang melalui segmensegmen runner. Setelah melalui Gate, flow material masuk ke dalam cavity untuk pembentukan produk. 2.5 Autodesk Moldflow Autodesk moldflow adalah software simulasi untuk produk injection molding. Software simulasi ini lebih dikenal para engineer yang berkecimpung dalam bidang molding terutama injeksi plastic baik desainer ataupun user molding itu sendiri. Dalam aplikasinya software ini cukup banyak membantu dalam memperkirakan bagaimana produk hasil injeksi berdasarkan konstruksi molding maupun parameter injeksi yang diaplikasikan. Dari sisi fungsi software ini sendiri dibagi menjadi dua : 44

40 2.5.1 AMA ( Autodesk Moldflow Adviser ) Adviser memberikan analisa lengkap hasil injeksi berdasarkan struktur produk dan material yang digunakan, missal untuk mengetahui area shortmold ( short-short ), pressure drop, filling time, dsb. Dimana informasi tersebut dapat digunakan mold desainer sebagai referensi untuk mendesain konstruksi molding begitu pula bagi seorang desainer produk plastic untuk melihat defect yang mungkin terjadi sehingga improvement dapat dilakukan dari konstruksi produk AMI ( Autodesk Moldflow Insight ) Setelah desainer sudah memiliki gambaran konstruksi molding seperti apa yang akan dibuat seperti posisi core-cavity-slider, insert, cooling, gate dsb. Selanjutnya tinggal mensimulasikan dengan Insight dimana versi ini dilengkapi dengan fasilitas basic desain mold plan seperti core plate, cavity plate, runner plate, cooling system, material molding dsb. Disamping itu bisa juga disimulasikan parameter injeksi yang akan dipakai seperti speed, pressure, V/P change, cooling time dan holding mengingat setiap mesin injeksi memiliki karakteristik sendiri dan kelebihannya lagi kita dapat membuat mesin virtual dimana karakteristiknya disesuaikan dengan kondisi actual mesin yang dipakai. Jadi ketika seorang plastic engineer dihadapkan pada suatu desain part plastik yang pertama dilakukan adalah analisa part defect dengan AMA untuk menentukan improvement apa saja yang dapat dilakukan baik dari struktur molding yang akan dibuat 45

41 atau desain part itu sendiri, kemudian simulasi dengan AMI untuk optimalisasi ketika didepan mesin injeksi. Dari hasil simulasi Moldflow seorang plastik engineer dapat menentukan perbaikan apa saja yang bisa dilakukan sebelum suatu cetakan atau molding dibuat untuk menghasilkan produk seperti spesifikasi konsumen serta melihat cacat produk seperti apa yang mungkin terjadi dan apakah masih dalam level acceptable atau tidak. Secara garis besar untuk mengasilkan produk yang baik adalah bagaimana lelehan material plastik dapat memenuhi rongga didalam mold dengan sempurna dengan density yang optimal tanpa mengabaikan life-time dari molding itu sendiri, tentu saja factor cost produksi seperti cycle-time juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi designer tooling, beberapa factor tersebut dapat dijadikan variable constraint dalam software ini sebagai item optimasi. 46

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan pada sample produk dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Data produk hardcase Data Produk Hardcase

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Injection Molding Injection molding dapat membuat part yang memiliki bentuk yang kompleks dengan permukaan yang cukup baik. Variasi bentuk yang sangat banyak yang dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004)

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004) LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 1.1. Perhitungan Berat Produk Diketahui : V produk = 14519,56 mm 3 ρ pc =1260 kg/m 3 0.00126 g/mm 3 Ditanya : Massa produk? Jawab : m = V produk ρ pc = 14519,56 mm 3 0.00126 g/mm

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pembahasan Hasil Identifikasi Produk Syarat dari perancangan mold adalah mengetahui terlebih dahulu data produk yang diperlukan untuk menentukan rancangan cetakan.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENGERTIAN MOLD Mold (cetakan) adalah adalah rongga tempat material leleh (plastik atau logam) memperoleh bentuk. Mold terdiri dari dua bagian yaitu pelat bergerak (moveable

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Sebelum melakukan perancangan mould untuk Tutup Botol ini, penulis menetapkan beberapa tahapan kerja sesuai dengan literatur yang ada dan berdasarkan pengalaman para pembuat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Mold Review Mold lama yang digunakan dalam memproduksi Bobbin A K25G adalah jenis injection molding. Mold lama ini menggunakan system hot runner. Mold ini sendiri

Lebih terperinci

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A 3.1 Deskripsi Molding Injection Mold (cetakan) terdiri dari dua bagian pelat bergerak (core plate) dan pelat diam (cavity

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES INJEKSI PLASTIK Gambar 4.1 Proses pencetakan pada mesin injeksi 29 Pada Proses Injeksi Plastik (Plastic Injection Molding Process) terdapat 2 bagian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa dari hasil perancangan cetakan injeksi yang telah dibuat pada bab sebelumnya. Analisa akan meliputi waktu satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Produk yang dirancang adalah preform stick T15 dengan mengambil sampel yang sudah ada. Dimensi dan bentuk berbeda, produk hanya sebagai acuan. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Bahan yang dirancang adalah hardcase handphone dengan mengambil sample pada produk yang sudah ada. Sample produk digunakan sebagai acuan dalam pengambilan

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI Outline: JUDUL LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH TUJUAN PERANCANGAN METODOLOGI PERANCANGAN SPESIFIKASI PRODUK DAN SPESIFIKASI MESIN PERENCANAAN JUMLAH CAVITY DIMENSI SISTEM SALURAN PERHITUNGAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1. dibawah ini Tabel 4.1. Data produk glove box Data Sampel Produk Glove

Lebih terperinci

BAB 3 Metodologi Penelitian

BAB 3 Metodologi Penelitian BAB 3 Metodologi Penelitian Penelitian yang baik didukung metodologi yang baik selain latar belakang dan penjelasan mengenai pentingnya masalah yang diteliti. Penelitian dilakukan secara benar dan cermat

Lebih terperinci

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID Latar Belakang Kebutuhan Produk Plastik Meningkatnya kebutuhan terhadap produk yang terbuat dari plastik Perencanaan Injection Molding yang baik

Lebih terperinci

b. Tipe tiga plat ( three plate single / multi cavity)

b. Tipe tiga plat ( three plate single / multi cavity) b. Tipe tiga plat ( three plate single / multi cavity) Mold tiga plat terdiri dari tiga bagian besar yaitu bagian sisi core, bagian sisi cavity dan bagian runner plate. Runner sudah terpisah dari produknya,

Lebih terperinci

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION Agus Dwi Anggono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura, 57102 E-mail : agusda@indosat-m3.net

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan sebuah penelitian yang baik harus didukung tidak hanya dari latar belakang dan penjelasan peneitian masalah saja, melainkan juga metodolgi yang terstruktur

Lebih terperinci

PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX

PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX Ali Khaerul Mufid 1,a, Cahyo Budiyantoro, Muhammad Budi Nur Rahman 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD 3.1 Deskripsi Molding Injection Pada proses pencetakan product plastik, dalam hal ini thermoplastic, disamping mesin molding, bahan baku plastic dll,

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST PENULISAN ILMIAH Nama : Dede Kurniadi NPM : 21410739 Program Studi : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan bahan dasar produksi. Logam yang dahulu banyak digunakan dalam proses industri kini mulai ditinggalkan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Bahan perancangan adalah produk glove box dengan mengambil sampel pada produk yang sudah ada, tetapi hanya sebagai acuan tidak menyerupai dimensi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. base gantungan baju multifungsi adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PERANCANGAN. base gantungan baju multifungsi adalah sebagai berikut : BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan merupakan langkah-langkah yang dijadikan pedoman dalam melakukan perancangan agar memperoleh hasil yang lebih baik dan memperkecil kesalahan kesalahan yang

Lebih terperinci

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK TUGAS AKHIR LABORATORIUM PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK AJUN HAKIKI 2105 100 147 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Jurusan Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra E-mail: amelia@petra.ac.id, ninukj@petra.ac.id T E K N O S I M

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka Sugondo (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh ketebalan pada kualitas produk plastik dan mampu bentuk dengan menggunakan simulasi pada proses injeksi. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN BAGIAN- BAGIAN MOLDING

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN BAGIAN- BAGIAN MOLDING BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN BAGIAN- BAGIAN MOLDING 3.1 Flow Chart Proses Design Molding Plastik Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses design molding plastik,penulis

Lebih terperinci

DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD SISTEM SLIDER PADA PRODUK PREFORM STICK T15

DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD SISTEM SLIDER PADA PRODUK PREFORM STICK T15 DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD SISTEM SLIDER PADA PRODUK PREFORM STICK T15 Lutfi Khoirul Miftakhul Ni am 1, Cahyo Budiyantoro 2, Muhammad Budi Nur Rahman 3 1,2,3 Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi

Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi Yogyakarta, 6 September 2007 Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi Amelia Sugondo 1, Willyanto Anggono 2, Ian Hardianto

Lebih terperinci

11 BAB II LANDASAN TEORI

11 BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Velg Sepeda Motor [9] Velg atau rim adalah lingkaran luar logam yang sudah di desain dengan bentuk sesuai standar (ISO 5751 dan ISO DIS 4249-3), dan sebagai tempat terpasangnya

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM :

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : NAMA PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : 22410181 JURUSAN : TEKNIK MESIN PENDAHULUAN Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin dibutuhkannya produk plastik di pasaran konsumen dimasa era ini, material plastik banyak macam type sesuai dengan pemakaiannya. Salah satu pemakai

Lebih terperinci

DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD DENGAN SISTEM SLIDER PADA PRODUK HARDCASE HANDPHONE

DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD DENGAN SISTEM SLIDER PADA PRODUK HARDCASE HANDPHONE DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD DENGAN SISTEM SLIDER PADA PRODUK HARDCASE HANDPHONE TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata-1 Pada Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI iii HALAMAN PERSEMBAHAN iv HALAMAN MOTTO v KATA PENGANTAR vi ABSTRACT viii ABSTRAKSI ix DAFTAR ISI x DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian digunakan untuk mempersempit permasalahan yang diteliti, sehingga dapat membahas dan menjelaskan permasalahan secara tepat. Pada

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PARAMETER PROSES TERHADAP SHRINKAGE PADA GELAS PLASTIK DENGAN SOFTWARE MOLDFLOW PLASTIC INSIGHT 5

ANALISIS PENGARUH PARAMETER PROSES TERHADAP SHRINKAGE PADA GELAS PLASTIK DENGAN SOFTWARE MOLDFLOW PLASTIC INSIGHT 5 TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH PARAMETER PROSES TERHADAP SHRINKAGE PADA GELAS PLASTIK DENGAN SOFTWARE MOLDFLOW PLASTIC INSIGHT 5 Disusun : DWI KARDONO NIM : D 200 040 060 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING

PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING Edi Sunarto 1), Ir. Estu Prayogi M.KKK 2) 1), 2) Jurusan Teknik Mesin, Universitas Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah material plastik dengan suhu tinggi dimasukkan kedalam mold, kemudian material

Lebih terperinci

PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING

PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata Satu pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara menyuntikkan cairan plastik panas kedalam rongga cetakan. Cetakan tersebut

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara menyuntikkan cairan plastik panas kedalam rongga cetakan. Cetakan tersebut BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Injection Molding Injection molding merupakan proses yang sangat populer dalam pembuatan bendabenda plastik dari jenis thermoplastik Cetakan injeksi digunakan untuk membentuk

Lebih terperinci

Disusun Oleh : ALI KHAERUL MUFID

Disusun Oleh : ALI KHAERUL MUFID DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD SISTEM THREE-PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 65 Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik Toto Rusianto, Ellyawan, S.A. & Arif Rahmanto Jurusan Teknik Mesin, Institut

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Desain produk

Gambar 3.1 Desain produk BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN BAHAN 3.1 Pertimbangan Sifat Bahan dan Desain Produk Dalam pembuatan box tempat kertas ini produk yang di hasilkan diharapkan ringan, kuat, dan harga yang relatif murah

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 Pembuatan Section Planing Section planing adalah proses pembuatan konsep yang akan diterapkan pada suatu part, seperti konsep pemasangan part ke unit mobil, konsep part-part

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan. cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke

BAB I PENDAHULUAN. Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan. cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke dalam sebuah cetakan (mold). Dengan teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Cahyadi (2010) penelitian yang berjudul Analisis Parameter Operasi pada Proses Plastik Injection Molding untuk Pengendalian Cacat Produk meneliti

Lebih terperinci

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK INJECTION MOLDING

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK INJECTION MOLDING BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK INJECTION MOLDING 3.1 Proses Design Molding Plastik 3.1.1 Flow Chart Proses Design Molding Plastik Untuk mempermudah pembahasan dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUNNER PADA MOLD BASE PRODUK PHR-11 UNTUK MENGURANGI JUMLAH MATERIAL TERBUANG

PERANCANGAN RUNNER PADA MOLD BASE PRODUK PHR-11 UNTUK MENGURANGI JUMLAH MATERIAL TERBUANG PERANCANGAN RUNNER PADA MOLD BASE PRODUK PHR-11 UNTUK MENGURANGI JUMLAH MATERIAL TERBUANG (STUDI KASUS DI PT. SEMYUNG PRIMA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

ABSTRACT

ABSTRACT OPTIMASI DESAIN MOLD UNTUK MEREDUKSI CACAT FLASH DAN SHRINKAGE PADA PRODUK PAKU KOTAK DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI MOLDFLOW (STUDI KASUS PADA PT. PRIMA SAKTI) Erfina Ayu W. 1, Hari Arbiantara 2,

Lebih terperinci

Simulasi dan Studi Eksperimental Proses Injeksi Plastik Berpendingin Konvensional

Simulasi dan Studi Eksperimental Proses Injeksi Plastik Berpendingin Konvensional Simulasi dan Studi Eksperimental Proses Injeksi Plastik Berpendingin Konvensional Agung Kaswadi 1,a,Sigit Yoewono 2,b 1 Politeknik Manufaktur Astra Jl. Gaya Motor Raya No 8, Jakarta, Indonesia 14330 2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan perhitungan, pengukuran arah longitudinal dan transversal dengan metode mean (rata-rata) diperoleh nilai minimum sink mark pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengertian metodologi penelitian secara umum adalah metode yang menjelaskan bagaimana urutan suatu penelitian yang dilakukan, yaitu dengan menggunakan alat ukur dan lanngkah

Lebih terperinci

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM Materi ini membahas tentang pembuatan besi tuang dan besi tempa. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan peranan teknik pengecoran dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan komponen kendaraan bermotor, peralatan listrik,

Lebih terperinci

PERANCANGAN CETAKAN SAFETY GLASSES FRAME DENGAN MEMODIFIKASI CETAKAN TIDAK TERPAKAI DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

PERANCANGAN CETAKAN SAFETY GLASSES FRAME DENGAN MEMODIFIKASI CETAKAN TIDAK TERPAKAI DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA PERANCANGAN CETAKAN SAFETY GLASSES FRAME DENGAN MEMODIFIKASI CETAKAN TIDAK TERPAKAI DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA Eko Ari Wibowo 1, Agung Kaswadi 2 dan Suroto 3 Pembuatan Peralatan dan Perkakas Produksi,

Lebih terperinci

INJECTION MOULDING. Gb. Mesin Injeksi. Gambar. Skema proses injection moulding

INJECTION MOULDING. Gb. Mesin Injeksi. Gambar. Skema proses injection moulding INJECTION MOULDING Gb. Mesin Injeksi Gambar. Skema proses injection moulding 1 1. PRINSIP KERJA Material plastik dalam bentuk granular atau powder dimasukkan kedalam hooper. Pada saat screw berputar searah

Lebih terperinci

APLIKASI MOLDFLOW ADVISER PADA INDUSTRI PLASTIK MODERN UNTUK MENDAPATKAN PARAMATER INJEKSI MOLD YANG OPTIMAL

APLIKASI MOLDFLOW ADVISER PADA INDUSTRI PLASTIK MODERN UNTUK MENDAPATKAN PARAMATER INJEKSI MOLD YANG OPTIMAL APLIKASI MOLDFLOW ADVISER PADA INDUSTRI PLASTIK MODERN UNTUK MENDAPATKAN PARAMATER INJEKSI MOLD YANG OPTIMAL HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah material plastik berjenis polystyrene murni dan daur ulang. Sifat dari material plastik polystyrene yaitu

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Ukuran Shap Corner Terhadap Cacat Sink Mark dan Mampu Alir

Studi Pengaruh Ukuran Shap Corner Terhadap Cacat Sink Mark dan Mampu Alir Studi Pengaruh Ukuran Shap Corner Terhadap Cacat Sink Mark dan Mampu Alir Amelia Sugondo 1, Ian H. Siahaan 2 Dosen Jurusan Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra 1,2 E-mail: amelia@petra.ac.id, ian@petra.ac.id

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN

ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN Oleh: M.Nawarul Fuad Shibu lijack LATAR BELAKANG Fungsi velg sebagai roda

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas baik Harga pantas Di produksi dan diserahkan ke konsumen dalam waktu yang cepat.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas baik Harga pantas Di produksi dan diserahkan ke konsumen dalam waktu yang cepat. 21 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PERAWATAN Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran. Produk yang dibuat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Kajian Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1. Kajian Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Kajian Pustaka Sistem konstruksi slider mold digunakan untuk memproduksi sebuah produk yang memiliki bentuk undercut dan bentuk yang tidak dapat diproduksi dengan hanya menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

PROSES MOLDING PEMBUATAN KEYMASCOD SEPEDA MOTOR MAULANA MUNAZAT

PROSES MOLDING PEMBUATAN KEYMASCOD SEPEDA MOTOR MAULANA MUNAZAT PROSES MOLDING PEMBUATAN KEYMASCOD SEPEDA MOTOR MAULANA MUNAZAT 24409654 Latar Belakang Molding adalah sebuah proses produksi dengan membentuk bahan mentah menggunakan sebuah rangka kaku atau model yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi dalam segala aspek kehidupan saat ini semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR Oleh: Muhamad Nur Harfianto 2111 105 025 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Soeharto,

Lebih terperinci

PEPERANCANGAN CETAKAN SAFETY GLASSES FRAME DENGAN MEMODIFIKASI CETAKAN TIDAK TERPAKAI DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

PEPERANCANGAN CETAKAN SAFETY GLASSES FRAME DENGAN MEMODIFIKASI CETAKAN TIDAK TERPAKAI DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA PEPERANCANGAN CETAKAN SAFETY GLASSES FRAME DENGAN MEMODIFIKASI CETAKAN TIDAK TERPAKAI DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA Eko Ari Wibowo1 1, Agung Kaswadi 2, dan Suroto 3 1.Pembuatan Peralatan dan Perkakas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1. Alat Penelitian Berikut adalah peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: A. Mesin Injeksi Gambar 3.1 Mesin Injection Molding

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Desain Dial Plate XYZ Dial plate merupakan salah satu bagian utama dari speedometer. Dial plate berbentuk lembaran plastik yang terdapat berbagai skala indikator

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Media Pendingin dan Circle Time terhadap Defect Crack Line pada Produk SP 04 Haemonetics

Pengaruh Temperatur Media Pendingin dan Circle Time terhadap Defect Crack Line pada Produk SP 04 Haemonetics Jurnal Integrasi Vol. 9 No. 1, April 2017, 48-52 e-issn: 2548-9828 Article History Received March, 2017 Accepted April, 2017 Pengaruh Temperatur Media Pendingin dan Circle Time terhadap Defect Crack Line

Lebih terperinci

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN Disusun Oleh Nama Anggota : Rahmad Trio Rifaldo (061530202139) Tris Pankini (061530200826) M Fikri Pangidoan Harahap (061530200820) Kelas : 3ME Dosen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pengukuran Spesimen Pada metode DOE Taguchi yang dilakukan menggunakan analisis mean atau nilai rata rata disetiap percobaan, analisis mean pada data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plunger tip adalah salah satu rangkaian komponen penting pada mesin high pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

Lebih terperinci

Desain dan Pembuatan Cetakan Sistem Injeksi untuk Cetakan Plastik Adonan Donat

Desain dan Pembuatan Cetakan Sistem Injeksi untuk Cetakan Plastik Adonan Donat Journal INTEK. 2016, Volume 3 (2): 54-61 54 Desain dan Pembuatan Cetakan Sistem Injeksi untuk Cetakan Plastik Adonan Donat Syamsul Hadi 1,a, Tandya Nanda Haswari Murti 2,b, Saifudin Kalih Sayekti 3,c,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart Start 1. Melakukan pembelajaran,pencarian informasi, pengukuran, dan data mesin 2. Melakukan pembelajaran,pencarian informasi, pengukuran, dan data cooling tower

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03 PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER NAMA : BUDI RIYONO NPM : 21410473 KELAS : 4ic03 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan dunia otomotif sangat berkembang dengan pesat, begitu juga halnya dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Persiapan Sebelum melakukan penelitian ada beberapa tahapan yang harus dilakukan diantaranya: 1. Studi pustaka mengenai mesin injeksi, metode DoE, material plastik,

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENDINGINAN CETAKAN PLASTIK HOLDER PULLEY PERUSAHAAN MANUFAKTUR Yunus Yakub 1) dan Madinah 2) 1) & 2)

PERENCANAAN SISTEM PENDINGINAN CETAKAN PLASTIK HOLDER PULLEY PERUSAHAAN MANUFAKTUR Yunus Yakub 1) dan Madinah 2) 1) & 2) PERENANAAN SISTEM PENDINGINAN ETAKAN PLASTIK HOLDER PULLEY PERUSAHAAN MANUFAKTUR Yunus Yakub 1) dan Madinah ) 1) & ) Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakulatas Teknologi Industri Institut Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

DESAIN DAN PEMBUATAN CETAKAN PLASTIK SEPATU KAKI KURSI SISIPAN PELAT

DESAIN DAN PEMBUATAN CETAKAN PLASTIK SEPATU KAKI KURSI SISIPAN PELAT Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 17 DESAIN DAN PEMBUATAN CETAKAN PLASTIK SEPATU KAKI KURSI SISIPAN PELAT Syamsul Hadi 1, Ahmadu Fimanhadait 2, Ihwan Kholis Ardli Utomo 3 1 Dosen

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KASUS

BAB III ANALISIS KASUS A. Analisis BAB III ANALISIS KASUS Penulis mengumpulkan data-data teknis pada mobil Daihatsu Gran Max Pick Up 3SZ-VE dalam menganalisis sistem suspensi belakang untuk kerja pegas daun (leaf spring), dimana

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Tank Body Korek Api Gas PT. Tokai Dharma Indonesia

Proses Pembuatan Tank Body Korek Api Gas PT. Tokai Dharma Indonesia Proses Pembuatan Tank Body Korek Api Gas PT. Tokai Dharma Indonesia OLEH: Nama : Hafiz Prasetya NPM : 23409825 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Ir. Tri Mulyanto MT. TUJUAN

Lebih terperinci

Gambar 1 Sistem Saluran

Gambar 1 Sistem Saluran BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Sebutkan dan jelaskan komponen-komponen gating system! Sistem saluran (gating system) didefinisikan sebagai jalan masuk atau saluran bagi logam cair yang dituangkan dari ladel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian injection molding adalah proses pembentukan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian injection molding adalah proses pembentukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Injection Molding 2.1.1. Pengertian Dasar Secara umum pengertian injection molding adalah proses pembentukan suatu benda atau produk dari material plastik dengan bentuk dan ukuran

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengecoran Logam Injection Die Casting Produk Handel Rem Sepeda Motor dengan Simulasi Program C Mold

Perancangan Sistem Pengecoran Logam Injection Die Casting Produk Handel Rem Sepeda Motor dengan Simulasi Program C Mold Performa (2010) Vol. 9, No.1: 19-28 Perancangan Sistem Pengecoran Logam Injection Die Casting Produk Handel Rem Sepeda Motor dengan Simulasi Program C Mold Hakam Muzakki * Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Gambar 4.25.Moving Plate. Spacer plate merupakan plate untuk penyangga moving plate, spacer plate ini

Gambar 4.25.Moving Plate. Spacer plate merupakan plate untuk penyangga moving plate, spacer plate ini Gambar 4.25.Moving Plate - Pembuatan Spacer Plate 1 Spacer plate merupakan plate untuk penyangga moving plate, spacer plate ini digunakan untuk membuat jarak antara moving plate dengan lower plate. Tujuan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN 79 BAB V ANALISA PEMBAHASAN Setelah melakukan tahap pengumpulan dan pengolahan data, maka tahap selanjutnya adalah analisa pembahasan. Pada tahap ini akan dilakukan pengurutan terhadap Risk Priority Number

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Press Tool Press Tool adalah peralatan yang mempunyai prinsip kerja penekanan dengan melakukan pemotongan atau pembentukkan atau gabungan dari keduanya. Peralatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan. bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan. bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai keperluan seperti untuk medical, textiles,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DATA Pada penelitian tugas akhir ini, diberikan data-data perusahaan PT Selamat Sempurna Tbk.,yang akan menjadi sumber informasi. Data yang akan diberikan berupa gambar dan tabel-tabel

Lebih terperinci

Analisa Variasi Tekanan dan Temperatur Untuk Produk Fishing Lure

Analisa Variasi Tekanan dan Temperatur Untuk Produk Fishing Lure Analisa Variasi Tekanan dan Temperatur Untuk Produk Fishing Lure Mesin Injeksi Molding Sederhana Dengan Menggunakan Metode Simulasi Slamet Arief Hariadi 1. Budi Baharudin 1 S.T Tugas Akhir,Teknik Mesin,Politeknik

Lebih terperinci

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK

PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK Arif Rahman Hakim Dosen Tetap Prodi Teknik Mesin Universitas Riau Kepulauan Batam Abstrak Pada penelitian ini

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK

TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II MESIN INJECTION MOLDING

BAB II MESIN INJECTION MOLDING BAB II MESIN INJECTION MOLDING 2.1. Mesin Injection Molding Injection Molding adalah metode material termoplastik dimana material yang meleleh karena pemanasan diinjeksikan oleh plunger ke dalam cetakan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PARAMETER TEKANAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING BERBAHAN POLYPROPYLENE

ANALISA PENGARUH PARAMETER TEKANAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING BERBAHAN POLYPROPYLENE NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH PARAMETER TEKANAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING BERBAHAN POLYPROPYLENE Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata Satu

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci