STUDI WAKTU (TIME STUDY) PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN SARI LEMBAH SUBUR, RIAU SKRIPSI KURNIA AYU PUTRANTI F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI WAKTU (TIME STUDY) PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN SARI LEMBAH SUBUR, RIAU SKRIPSI KURNIA AYU PUTRANTI F"

Transkripsi

1 STUDI WAKTU (TIME STUDY) PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN SARI LEMBAH SUBUR, RIAU SKRIPSI KURNIA AYU PUTRANTI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 TIME STUDY ON THE ACTIVITY OF OIL PALM HARVESTING AT SARI LEMBAH SUBUR PLANTATIONS, RIAU Kurnia Ayu Putranti, Sam Herodian and M. Faiz Syuaib Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Engineering and Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. ABSTRACT Optimization of work productivity is needed by company. Optimum products will increase the company's profit. Productivity can be improved by method of working, time study, and salary. Working methods need to be studied in order to reduce fatigue of work so the time needed to produce a product becoming decreased. The aim of the research is to determine elements of work on oil palm harvesting activities based on patterns of working time, determination time standard on elements of the work in activity of oil palm harvesting. Research stage in oil palm harvesting activities were introduction, data collecting, data processing, and improvement. Standar time for verify the maturity of fruit (Ve) on terrace topography (T)- dry land (K)-the height of trees 0-3 m (H1) is 3.21 second, Ve on T-K- the height of trees 3-6 m (H2) is 2.39 second, Ve on flat topography (F)-K-H1 is 3.45 second, Ve on F-K-H2 is 4.59 second, Ve on F-wet land (B)-H1 is 4.27 second. Standar time for prepare harvesting tool (Pr) is 6.45 second. Standar time of cutting the fruit and stem of (Cu) on the T-K-D is second, Cu on T-K-E1 is second, Cu on T-K-E2 is second, Cu on F-K-D is second, Cu on F-K-E1 is second, Cu on F-K-E2 is second, Cu on F-B-D is second. Standar time for moving the stem (Ba) is 9.53 second. Standar time for cutting the stalks (Ck) is 1.74 second. Standar time picking up the fallen fruits brondolan (Br) on T-K-H1 is second, Br on T-K-H2 is second, Br on F-K-H1 is second, Br on F-K-H2 is second, Br on F-B-H1 is second. Standar time for loading fruit (Lo) is 3.75 second. Standar time for moving by carrying empty angkong (UDA) of 9.39 second, moving by carrying fruit (MoT) is 8.68 second, moving by carrying fruits and angkong (MoAT) is second, moving (UDK) is second. Standart time for unloading (Un) is 6.56 second. Standar time for avoidable delay is second. Keywords: harvesting, oil palm, standar time

3 KURNIA AYU PUTRANTI. F Studi Waktu (Time Study) pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau. Dibawah bimbingan Sam Herodian dan M. Faiz Syuaib RINGKASAN Optimasi produktivitas kerja merupakan hal yang diinginkan oleh perusahaan. Produk yang optimum dan berkualitas akan meningkatkan profit perusahaan. Perangkat yang digunakan dalam peningkatan produktivitas adalah metode atau cara kerja, studi terhadap waktu (time study) dan gaji atau upah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu sumber daya manusia, peralatan/teknologi, dan lingkungan. Faktor manusia merupakan salah satu komponen yang penting untuk meningkatkan produktivitas yaitu perbaikan prestasi kerja operator. Perbaikan pada setiap bagian kerja akan mempermudah pekerja dalam mengefisienkan gerakan agar kelelahan kerja dapat dikurangi sehingga waktu yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk menjadi semakin singkat. Penentuan waktu baku dari setiap bagian kerja akan menghasilkan suatu metode kerja yang baik. Tujuan penelitian ini adalah menentukan elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit berdasarkan pola keseragaman kerja, menentukan waktu baku pada sejumlah elemen kerja yang terlibat dalam aktivitas pemanenan kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan September Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan Sari Lembah Subur, Riau. Pengambilan data dilakukan pada afdeling OY. Objek penelitian ini adalah pekerja yang memanen kelapa sawit berjumlah 9 orang seluruhnya lakilaki. Prosuder tahapan penelitian meliputi tahap pendahuluan, tahap pengambilan data, tahap pengolahan data, dan tahap perbaikan. Tahap pendahuluan dilakukan sebagai percobaan pengambilan data di lapangan dan untuk mengetahui kemungkinan permasalahan yang terjadi selama melakukan penelitian. Tahap pengambilan data dilakukan dengan cara merekam proses pemanenan kelapa sawit menggunakan digital video camera, pengamatan langsung dan pencatatan data. Tahap pengolahan data dilakukan dengan melihat video yang berisi aktivitas pekerja selanjutnya dianalisa dan dibagi menjadi beberapa elemen kerja pada pemanenan kelapa sawit berdasarkan pola keseragaman kerja. Selanjutnya menghitung waktu setiap elemen-elemen kerja dengan menggunakan stopwatch dan dilakukan pengolahan data menggunakan software spreadsheet. Aktivitas pemanenan kelapa sawit dapat diuraikan menjadi 9 elemen kerja yaitu identifikasi/verifikasi tandan matang (Ve), menyiapkan alat panen (Pr), memotong tandan dan pelepah (Cu), mencacah dan memindahkan pelepah (Ba), memuat tandan ke angkong (Lo), memungut brondolan (Br), perpindahan dari satu tempat ke tempat lain (Mo), membongkar dan merapihkan tandan di TPH (Un), dan memotong sisa tangkai TBS/cangkam kodok (Ck). Waktu baku untuk elemen kerja mengidentifikasi tandan pada topografi teras lahan kering ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 3.21detik, mengidentifikasi pada topografi teras lahan kering ketinggian pohon 3-6 meter sebesar 2.39 detik, mengidentifikasi pada topografi flat lahan kering ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 3.45 detik, mengidentifikasi tandan pada topografi flat lahan kering ketinggian pohon 3-6 meter sebesar 4.59 detik, mengidentifikasi tandan pada topografi flat lahan basah ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 4.27 detik. Waktu baku untuk menyiapkan alat panen sebesar 6.45 detik. Waktu baku untuk memotong tandan dan pelepah pada topografi teras lahan kering menggunakan dodos sebesar detik, memotong tandan dan

4 pelepah pada topografi teras lahan kering menggunakan egrek ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar detik, memotong tandan dan pelepah pada teras lahan kering menggunakan egrek ketinggian pohon 3-6 meter sebesar detik, memotong tandan dan pelepah pada topografi flat lahan kering menggunakan dodos sebesar detik, memotong tandan pada topografi flat lahan kering menggunakan egrek ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar detik, memotong tandan dan pelepah pada topografi flat lahan kering menggunakan egrek pada ketinggian pohon 3-6 meter sebesar detik, dan memotong tandan dan pelepah pada topografi flat lahan basah menggunakan dodos sebesar detik. Waktu baku untuk mencacah dan memindahkan pelepah sebesar 9.53 detik. Waktu baku untuk membuang sisa tangkai TBS sebesar 1.74 detik. Waktu baku untuk memungut brondolan pada topografi teras lahan kering ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar detik, memungut brondolan pada topografi teras lahan kering ketinggian pohon 3-6 meter sebesar detik, memungut brondolan pada topografi flat lahan kering ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar detik, memungut brondolan pada topografi flat lahan kering ketinggian pohon 3-6 meter sebesar detik, dan memungut brondolan pada topografi flat lahan basah ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar detik. Waktu baku untuk memuat tandan ke angkong (UDA) sebesar 3.75 detik. Waktu baku untuk perpindahan dengan membawa angkong kosong sebesar 9.39 detik, perpindahan dengan membawa tandan sebesar 8.68 detik, perpindahan dengan membawa angkong dan tandan sebesar detik, dan perpindahan tanpa membawa apapun (UDK) sebesar detik. Waktu baku untuk membongkar dan merapihkan tandan di TPH sebesar 6.56 detik. Waktu baku untuk kelambatan yang dapat dihindarkan sebesar detik. Berdasarkan hasil analisa data, elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit yang membutuhkan waktu paling lama adalah memungut brondolan. Elemen kerja memungut brondolan dan memotong tandan serta pelepah dapat dimasukkan dalam klasifikasi highly repetitive task sehingga rasa sakit yang mungkin ditimbulkan akibat kegiatan-kegiatan ini diantaranya adalah sakit pada bagian kaki, pinggang, dan punggung. Waktu baku memanen kelapa sawit lebih cepat dengan menggunakan dodos dibandingkan menggunakan egrek. Waktu baku memanen kelapa sawit lebih lama pada lahan kering dibandingkan dengan lahan basah.

5 STUDI WAKTU (TIME STUDY) PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN SARI LEMBAH SUBUR, RIAU SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Oleh: KURNIA AYU PUTRANTI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6 Judul Skripsi Nama NIM : Studi Waktu pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau : Kurnia Ayu putranti : F Menyetujui, Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II (Dr. Ir. Sam Herodian, MS) (Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr) NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen (Dr. Ir. Desrial, M.Eng) Tanggal Lulus:

7 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Studi Waktu pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau adalah hasil karya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik Dr. Ir. Sam Herodian, MS dan Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr, belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang ditertibkan maupun tidak ditertibkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2013 Yang membuat pernyataan Kurnia Ayu Putranti F

8 Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2013 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya

9 BIODATA PENULIS Kurnia Ayu Putranti. Lahir di Jakarta, 21 Februari Anak ketiga dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Syamsul Chamim dan Jumiyati. Penulis memulai pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah Al Khairiyah, Jakarta pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 43, Jakarta pada tahun , kemudian melanjutkan di SMA Negeri 55, Jakarta pada tahun Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam Organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian IPB (HIMATETA IPB) periode sebagai Staf Human Resoureces Develeopment (HRD). Penulis juga aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Pertanian periode sebagai staf Minat Bakat Mahasiswa (MBM). Selain itu penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan di kampus. Penulis melakukan Praktik Lapangan pada tahun 2011 di PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Riau dengan judul Aspek Ergonomika dan K3 pada Proses Produksi Chips and Bark di Departemen Woodyard, di PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Riau. Pada tahun 2012 penulis menyelesaikan pendidikan di IPB dengan judul tugas Akhir Studi Waktu pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau.

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia-nya penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi dengan judul Studi Waktu Pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau ini sesuai dengan rencana yang diharapkan. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Sam Herodian, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan baik selama penelitian serta penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M. Agr sebagai dosen pembimbing akademik II yang telah memberikan bimbingan dan arahan baik selama penelitian serta penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan arahan selama penyusunan skripsi ini. 4. Keluarga tercinta Bapak Syamsul Chamim, Ibu Jumiyati, Dawah Dwi Putranto, Bagus Dwi Putranto, Yenny, dan Nayla yang selalu memberikan dukungan dan doa hingga selesainya skripsi ini. 5. Direksi PT Astra Agro Lestari atas izin dan fasilitas untuk melakukan penelitian di PT Sari Lembah Subur 6. Bapak Ir. Pande Nyoman selaku Administratur PT Sari Lembah Subur yang telah mengijinkan dan memfasilitasi penulis pada saat melakukan penelitian. 7. Bapak Dwi, Bapak Toto, Bapak Endang yang telah membimbing dan membantu penulis dalam melakukan observasi dan pengambilan data di PT Sari Lembah Subur. 8. Bapak Danyan selaku kepala Afdeling OY yang telah memberikan saran, pengetahuan dan bantuan selama penulis melakukan observasi dan pengambilan data di PT Sari Lembah Subur. 9. Bapak Azarul, Bapak Borkat serta segenap karyawan PT Sari Lembah Subur, khususnya Afdeling OY yang selama ini memberikan saran, pengetahuan, dan bantuan selama penulis melakukan observasi dan pengambilan data. 10. Ni wayan dan Bani atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian. 11. Ka Dadang, Tri dan Raizummi atas bantuan pengolahan data penelitian. 12. Teman-teman sebimbingan (Diza, Rizki, Hafizh, dan Dian) atas bantuan dan kebersamaannya selama ini. 13. Teman-teman TEP 45 (Ai, Dina, Lita, Iki, Yuli, Dila, Liba, Fiki, Okta, Andre, Tino, Indra, dll) 14. Teman-teman kosan (Aida, Ayu, Hasti, Artika) 15. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Jika dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan, maka kritik dan saran dari pembaca sangat membantu dalam penyempurnaan penulisan. Penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan. Bogor, Januari 2013 Kurnia Ayu Putranti iii

11 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup Permasalahan... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 II.1 Ergonomi... 3 II.2 Teknik Tata Cara Kerja... 3 II.3 Studi Waktu... 4 III. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Peralatan Subjek Penelitian Tahapan Penelitian Tahap Pendahuluan Tahap Pengambilan Data Tahap Pengolahan Data Tahap Perbaikan... 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanenan Kelapa Sawit Analisis Waktu dan Elemen Kerja Pembagian Operasi Menjadi Elemen-elemen Kerja Waktu Normal Waktu Normal Rata-rata pemanen Faktor Kesulitan Waktu Baku Analisis Metode Kerja Produktivitas Rasa Sakit Yang Terjadi Akibat Pekerjaan Perbaikan Metode Kerja V. SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Bagan sistematis dari langkah-langkah penelitian kerja... 4 Gambar 2. Diagram alir tahapan penelitian Gambar 3. Peralatan yang digunakan pada pemanenan kelapa sawit Gambar 4. Urutan proses pemanenan kelapa sawit Gambar 5. Elemen kerja mengidentifikasi buah matang Gambar 6. Elemen kerja menyiapkan egrek Gambar 7. Elemen kerja memotong tandan dan pelepah Gambar 8. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah Gambar 9. Elemen kerja memungut brondolan Gambar 10. Elemen kerja memuat TBS ke angkong Gambar 11. Pemanen sedang mengangkong Gambar 12. Elemen kerja membuang sisa tangkai TBS Gambar 13. Elemen kerja membongkar TBS dan merapihkannya di TPH Gambar 14. Elemen kerja yang paling melelahkan Gambar 15. Elemen kerja yang membutuhkan paling lama Gambar 16. Bagian tubuh yang dirasakan paling melelahkan v

13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian... 7 Tabel 2. Luas afdeling OY dan jumlah pohon kelapa sawit Tabel 3. Pembagian seksi dan blok di afdeling OY Tabel 4. Data produksi afdeling OY Tabel 5. Derajat Kematangan buah kelapa sawit Tabel 6. Peralatan yang digunakan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Tabel 7. Standar jumlah pelepah dan tanaman kelapa sawit Tabel 8. Elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Tabel 9. Waktu normal pemanen A pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Tabel 10. Waktu normal pemanen B pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Tabel 11. Waktu normal pemanen C pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Tabel 12. Waktu normal pemanen D pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Tabel 13. Waktu normal pemanen E pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Tabel 14. Waktu normal pemanen F pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Tabel 15. Waktu normal pemanen G pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Tabel 16. Waktu normal pemanen H pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Tabel 17. Waktu normal pemanen I pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Tabel 18. Waktu normal rata-rata pemanen pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Tabel 19. Perbandingan koefisien keseragaman masing-masing pemanen dengan koefisien keseragaman rata-rata Tabel 20. Faktor kesulitan untuk Ve dengan variasi kondisi lahan, topografi, dan ketinggian pohon Tabel 21. Faktor kesulitan untuk Cu dengan variasi kondisi lahan, topografi, dan ketinggian pohon Tabel 22. Faktor kesulitan untuk Br dengan variasi kondisi lahan, topografi, dan ketinggian pohon Tabel 23. Faktor kesulitan elemen kerja Ve dengan variasi kerja Tabel 24. Faktor kesulitan elemen kerja Cu dengan variasi kerja Tabel 25. Faktor kesulitan elemen kerja Br dengan variasi kerja Tabel 26. Waktu baku masing-masing elemen kerja dengan variasi lahan, topografi, dan ketinggian pohon yang berbeda-beda Tabel 27. Total Waktu baku memanen 1 tandan dengan berbagai variasi kondisi topografi, lahan, dan ketinggian pohon vi

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Contoh time sheet Lampiran 2. Kuisioner pemanenan kelapa sawit vii

15 I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Produk kelapa sawit dapat digunakan sebagai minyak goreng, bahan kosmetika, dan farmasi serta bahan non makanan (sabun, deterjen,dsb). Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan, luas lahan kelapa sawit di Indonesia baik itu perkebunan rakyat, perkebunan besar milik negara maupun perkebunan besar milik swasta meningkat dengan total luas ha pada tahun 2005 menjadi ha tahun Pemanenan kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit. Cara panen mempengaruhi kuantitas dan kualitas produksi. Menurut Pahan (2006), selama kegiatan panen dan pengangkutan tandan, asam lemak bebas (ALB) dapat naik dengan cepat. Hasil panen yang baik ditentukan oleh manajemen yang baik, mulai dari pembukaan lahan hingga pemanenan kelapa sawit. Kegiatan panen dan manajemennya merupakan kegiatan akhir di lapangan yang sangat berperan dalam peningkatan kuantitas dan kualitas minyak kelapa sawit (CPO). Pemanenan merupakan suatu sistem kerja yang terdiri dari komponen-komponen yaitu manusia, mesin dan peralatan, lingkungan kerja. Komponen-komponen tersebut harus diperhatikan baik individual maupun kaitannya satu sama lain. Sistem kerja terbaik didapat dengan pengukuran kerja yang mencakup pengukuran waktu, pengukuran tenaga, pengukuran psikologi, dan pengukuran sosiologi. Suatu sistem kerja dapat diukur kinerjanya dengan menggunakan kriteria ongkos, kualitas, kuantitas, maupun waktu. Kriteria waktu merupakan salah satu kriteria yang paling banyak digunakan dalam pengukuran karena relatif paling mudah untuk dilakukan. Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen atau siklus dengan menggunakan alat-alat penghitung waktu (Sutalaksana dkk, 2004). Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja yang melibatkan teknik dalam penetapan waktu baku untuk melakukan pekerjaan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kelelahan, pekerja, dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Metode atau cara kerja perlu dipelajari agar produktivitas kerja dapat dicapai serta kelelahan kerja dapat dikurangi, menghindari kecelakaan yang timbul akibat kerja, dan mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik. Beban kerja yang terlalu berat, yakni melebihi kapasitas kemampuan tubuh manusia akan dapat menimbulkan kelelahan yang dapat terakumulasi. Kelelahan inilah yang dapat menyebabkan pemanen merasakan sakit atau bahkan mengalami cedera. Intensitas kerja dan beban kerja yang sesuai atau pas dapat menghasilkan produk yang optimal. Optimasi produktivitas kerja merupakan suatu hal yang diinginkan oleh perusahaan. Produk yang optimum dan berkualitas akan meningkatkan profit perusahaan. Menurut Wignjosoebroto (2006), produktivitas kerja merupakan rasio jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang dipekerjakan. Peningkatan produktivitas kerja dapat terlihat dari meningkatnya hasil keluaran kerja per jam ataupun waktu yang telah dihabiskan. Perangkat yang digunakan dalam peningkatan produktivitas adalah metode kerja, studi terhadap waktu (time study) dan gaji atau upah. 1

16 1.2 TUJUAN Studi waktu yang dilakukan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit ini bertujuan untuk: 1. Menentukan elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit berdasarkan pola keragaman kerja. 2. Menentukan waktu baku pada sejumlah elemen kerja yang terlibat dalam aktivitas pemanenan kelapa sawit. 1.3 RUANG LINGKUP PERMASALAHAN Berdasarkan tujuan dari penelitian, dan agar lebih memusatkan perhatian pada pemecahan masalah maka perlu dilakukan pembatasan masalah, beberapa batasan-batasan terhadap masalah yang akan dibahas antara lain: 1. Analisa waktu kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit. Proses pemanenan kelapa sawit yang dimaksud adalah proses pekerjaan memotong tandan buah masak dan meletakan hasilnya pada tempat pengumpulan hasil (TPH). 2. Posisi pekerja pada saat melakukan pekerjaan. 3. Pengamatan terhadap lingkungan fisik kerja. 2

17 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ERGONOMI Istilah ergonomika berasal dari Yunani yaitu Ergo (kerja) dan nomos (hukum atau ilmu). Jadi Ergonomika adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan sistem dan lingkungan kerjanya. Disiplin ilmu ergonomika bertujuan untuk mempelajari tentang kemampuan dan keterbatasan manusia pada tempat kerja untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja dengan cara memperbaiki hubungan manusia dengan produk, sistem, dan lingkungan (Syuaib, 2003) International Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan ergonomika sebagai suatu disiplin ilmu yang difokuskan pada hubungan antara manusia dengan elemen lain pada suatu sistem dan kontribusinya terhadap desain, pekerjaan, produk, dan lingkungan dengan tujuan untuk menyelaraskan dengan kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan manusia. (Syuaib, 2003) Menurut Nurmianto (2004), ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja, meningkatkan variasi pekerjaan, dll. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal itu untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja (handstools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan, serta supaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja, dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang tepat. (Nurmianto, 2004) 2.2 TEKNIK TATA CARA KERJA Teknik tata cara kerja menurut Sutalaksana (1979) adalah suatu ilmu yang terdiri dari prinsipprinsip untuk mendapatkan rancangan (desain) terbaik dari sistem kerja. Wignjosoebroto (2003) juga menjelaskan bahwa prinsip-prinsip dan teknik kerja ini digunakan untuk mengatur komponenkomponen yang ada dalam sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuankemampuannya, bahan baku, mesin, dan peralatan kerja lainnya, serta lingkungan kerja fisik yang ada sedemikina rupa sehingga dicapai tingkat efektifitas dan efisiensi kerja yang tinggi yang diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai serta akibat psikologis atau sosiologis yang ditimbulkannya. Menurut Meyers (1992) teknik tata cara kerja merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mendapatkan metode terbaik untuk melakukan suatu pekerjaan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup teknik tata cara kerja dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu pengaturan kerja dan pengukuran kerja. Pengaturan kerja berisi prinsip-prinsip mengatur komponen-komponen sistem kerja untuk mendapatkan alternatif-alternatif sistem kerja terbaik. Pengetahuan yang diperlukan untuk 3

18 melakukan pengaturan terhadap pekerja, bahan, peralatan, dan perlengkapan serta lingkungan kerja adalah apa yang dipelajari melalui ergonomika, studi gerakan, dan ekonomi gerakan. Setelah mendapatkan beberapa alternatif terbaik, langkah berikutnya adalah memilih satu diantara yang terbaik. Ada empat kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik tentang kebaikan suatu sistem kerja yaitu waktu, tenaga, psikologis dan sosiologis. Berdasarkan keempat kriteria tersebut dipilih satu sistem kerja terbaik yang memiliki syarat memungkinkan waktu penyelesaian sangat singkat, tenaga yang diperlukan untuk penyelesaian kerja tersebut sedikit dan mudah, serta dampak-dampak psikologis dan sosiologis yang mungkin ditimbulkan sangat sedikit. PRINSIP-PRINSIP PENGATURAN METODE KERJA Ergonomi Studi Gerakan Ekonomi Gerakan PENELITIAN KERJA Produktivitas lebih tinggi TEKNIK-TEKNIK PENGUKURAN KERJA Pengukuran Waktu Pengukuran Tenaga Pengukuran Dampak Psikologis & Sosiologis Beberapa alternatif sistem kerja Alternatif sistem kerja terbaik Gambar 1. Bagan sistematis dari langkah-langkah penelitian kerja (Wignjosoebroto, 2003) Teknik tata cara kerja terdiri dari dua elemen dasar pemikiran, yaitu pemikiran ke arah usaha pencapaian efisiensi kerja dan pemikiran untuk mempertimbangkan perilaku manusia sebagai unsur pokok suksesnya usaha kerja mereka. Pemikiran mengenai efisiensi akan menghasilkan langkahlangkah kerja secara lebih sistematis dengan urutan-urutan yang logis. Sedangkan pertimbangan mengenai perilaku manusia akan menuju pada faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi perilaku manusia pekerja di dalam usaha memenuhi kepuasan kerja dan kebutuhannya. Bagian dari teknik tata cara kerja yang mempelajari cara-cara pengukuran sistem kerja disebut dengan pengukuran kerja (work measurement atau time study). Sedangkan bagian yang mengatur sistem dan metode kerja terdahulu dikenal dengan studi gerakan (motion atau method study). 2.3 STUDI WAKTU Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat penghitung waktu. Pengukuran waktu ditujukan juga untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Peranan penentuan waktu bagi suatu pekerjaan sangat besar di dalam sistem produksi seperti untuk sistem upah perangsang, penjadwalan kerja dan mesin, pengaturan tata letak pabrik, penganggaran dan sebagainya (Sutalaksana, 1979). 4

19 Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja yang melibatkan teknik dalam penetapan waktu standar yang diijinkan untuk melakukan tugas yang telah diberikan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kelelahan pekerja dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Analisa studi waktu dapat menggunakan beberapa teknik untuk menetapkan sebuah standar yaitu dengan cara studi waktu menggunakan stopwatch, pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi, data standar, dasar mengenai data gerakan, pengambilan contoh kerja, dan penghitungan berdasarkan masa lalu. Setiap teknik mempunyai penerapan tersendiri pada setiap kondisi. Studi analisis waktu harus dapat diketahui ketika hal ini harus menggunakan teknik tertentu dan kemudian menggunakan teknik tersebut secara benar (Niebel, 1988). Menurut Woodson (1992), waktu terkadang menjadi salah satu faktor yang mendesak dalam analisis usaha manusia di dalam teknik sebelum produk dipasarkan. Disamping itu waktu yang mendesak tersebut sering digunakan untuk pendahuluan, bukan untuk menunjukkan unjuk kerja dari analisis yang diperlukan. Hasil dari studi waktu ini adalah waktu standar yang merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaian suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik (Sutalaksana, 1979). 5

20 III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan September Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan Sari Lembah Subur, Riau dan laboratorium ergonomika, Teknik Mesin dan Biosistem, FATETA, IPB. Pengambilan data dilakukan pada Afdeling OY. Objek penelitian ini adalah pekerja yang memanen kelapa sawit. 3.2 PERALATAN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Stopwatch Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu dan elemen kerja yang terlihat pada video. 2. Pena dan pensil Pena dan pensil digunakan untuk mencatat hasil-hasil pengamatan dan informasi yang didapat di lapangan. 3. Digital Video Camera Digital Video Camera digunakan untuk merekam aktivitas pemanenan kelapa sawit yang akan disimpan dalam bentuk video. 4. Komputer Komputer digunakan untuk menampilkan video yang terekam agar analisis gerakan dapat dilakukan dengan teliti. 5. Lembar pengamatan Lembar pengamatan digunakan sebagai tempat mencatat hasil-hasil pengamatan. Lembar ini digunakan untuk mencatat waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan satu siklus pekerjaan dengan membaginya ke dalam beberapa elemen kerja. 6. Meteran Meteran digunakan untuk mengukur tinggi pekerja 7. Timbangan badan Timbangan badan digunakan untuk mengukur berat objek penelitian yaitu pekerja. 3.3 SUBJEK PENELITIAN Subjek penelitian ini berjumlah 9 orang, seluruhnya laki-laki dalam kondisi sehat. Subjek penelitian adalah pekerja yang berpengalaman lebih dari 2 tahun bekerja sebagai pemanen kelapa sawit di perkebunan yang bersangkutan. Spesifikasi subjek dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. 6

21 No Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian Subjek Usia (tahun) Tinggi badan Berat badan (kg) 1 A B C D E F G H I TAHAPAN PENELITIAN Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan dilakukan sebagai percobaan pengambilan data di lapangan. Tujuan dari dilakukannya tahap pendahuluan ini adalah untuk mengetahui kemungkinan permasalahan yang terjadi selama melakukan penelitian. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan survei ke lokasi yang sedang dilakukan aktivitas pemanenan kelapa sawit. Hal kedua adalah dilakukannya simulasi pengambilan data yang dibutuhkan untuk selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap metode yang telah direncanakan tersebut. Pada tahap ini dilakukan perekaman aktivitas pemanenan kelapa sawit dengan tujuan untuk mendapatkan perkiraan lama waktu pengambilan gambar untuk setiap sampel pekerja. Dalam proses evaluasi hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah pemilihan pekerjaan yang akan diukur, kemudian dilakukan penentuan terhadap elemen-elemen kerja dari setiap tahap pemanenan. Penguraian pekerjaan ke dalam elemen-elemennya penting untuk dilakukan karena beberapa alasan. Pertama adalah untuk memperjelas catatan mengenai cara kerja yang dibakukan. Kedua adalah untuk memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen karena keterampilan kerja pemanen belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan-gerakan kerjanya. Ketiga adalah untuk memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin saja dilakukan pekerja. Alasan keempat adalah untuk memungkinkan dikembangkannya data waktu standar di tempat kerja yang bersangkutan Tahap Pengambilan Data Alat yang digunakan adalah digital video camera. Pengambilan data dilakukan dengan cara merekam proses pemanenan kelapa sawit menggunakan digital video camera, pengamatan langsung dan pencatatan data. Data yang diperlukan adalah proses pemanenan, metode kerja, lama waktu menyelesaikan setiap kegiatan, dan jumlah tenaga kerja. Dalam metode ini juga diamati mengenai tingkat kenyamanan untuk mengetahui keadaan pekerja yang dipengaruhi oleh lingkungan dan juga tingkat 7

22 kelelahan serta faktor ergonomika yang lainnya. Lingkungan, kondisi lahan dan topografi dicatat selama terjadi pengukuran kerja untuk keperluan menentukan faktor kesulitan. Kondisi pengukuran dilakukan pada topografi teras dan flat, lahan basah dan kering, ketinggian pohon < 3 meter (H1) dan ketinggian pohon 3-6 meter (H2). Topografi teras merupakan topografi yang memiliki bentuk lahan berundak-undak sedangkan topografi flat merupakan topografi yang memiliki bentuk lahan datar agak bergelombang. Lahan kering merupakan lahan yang memiliki jenis tanah mineral dan kering sedangkan lahan basah merupakan lahan yang jenis tanahnya organik (rawa) yang agak lembab namun tidak terendam oleh air. Pemanenan kelapa sawit pada ketinggian pohon < 3 meter dengan menggunakan dodos dan egrek dan pemanenan kelapa sawit pada ketinggian pohon 3-6 meter dengan menggunakan egrek Tahap Pengolahan Data Data-data hasil perekaman pemanenan kelapa sawit dengan digital video camera digunakan sebagai sumber data utama. Hasil rekaman diputar menggunakan komputer. Video yang berisi aktivitas pekerja dianalisis dan dibagi menjadi beberapa elemen kerja pada pemanenan kelapa sawit berdasarkan pola keragaman kerja. Langkah pengolahan selanjutnya adalah menghitung waktu setiap elemen-elemen kerja dengan menggunakan stopwatch. Data-data yang telah diperoleh dari video dicatat dalam time sheet dan dilakukan pengolahan data menggunakan software spreadsheet. Waktu yang didapat setelah melakukan pengolahan data merupakan waktu normal pada setiap elemen-elemen pekerjaan. Waktu normal adalah waktu yang dibutuhkan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi normal. Faktor kesulitan adalah faktor yang mempengaruhi pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja. Faktor kesulitan ini dilihat dari kondisi lahan (basah dan kering), topografi (teras dan flat), dan ketinggian pohon (kurang dari 3 meter dan 3-6 meter). Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Wn = (1) FK = waktu kerja aktual waktu normal... (2) waktu normal Wb = Wn min x (1 + Faktor Kesulitan) (3) Keterangan: N = Banyaknya data hasil pengukuran = Data hasil pengukuran ke-i Wn = Waktu normal Wn min = Waktu normal minimimum FK = Faktor kesulitan Wb = Waktu baku 8

23 3.4.4 Tahap Perbaikan Setelah didapatkan pengukuran waktu baku, tahap selanjutnya adalah menganalisis apakah sistem kerja yang sebelumnya sudah baik atau belum. Perbaikan yang mungkin dilakukan adalah menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, menemukan urutan aktivitas pemanenan kelapa sawit yang lebih baik, menentukan mesin yang lebih ekonomis, menghilangkan waktu menunggu antar operasi (Sutalaksana, 1979). Setelah didapatkan pengukuran waktu standar, maka tahap yang dilakukan adalah menganalisa apakah sistem kerja yang sebelumnya sudah baik atau belum. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas serta tujuan paling utama adalah kenyamanan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dari pekerja. Perbaikan sistem kerja diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan karena kebersihan terjamin, pekerja bekerja secara teratur dan waktu menunggu berkurang. Dengan meningkatkan kualitas ini diharapkan produk dapat dipasarkan lebih luas sehingga meningkatkan keuntungan (Alwi dalam Anggraini, 2006). 9

24 Mulai Mempelajari aktivitas pemanenan kelapa sawit Merekam proses kerja dengan digital video camera Menganalisis metode kerja dan memecahkan sistem kerja ke dalam elemen kerja Analisis waktu kerja untuk masing-masing elemen kerja Waktu Normal Wn = Xi N Faktor Kesulitan Fk = waktu kerja aktual waktu normal Waktu normal Waktu Baku Selesai Gambar 2. Diagram alir tahapan penelitian 10

25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PEMANENAN KELAPA SAWIT Pemanenan adalah pekerjaan yang sangat penting di perkebunan kelapa sawit. Tujuan dari pemanenan adalah untuk mendapatkan produksi dan rendemen minyak yang tinggi serta kadar asam lemak bebas yang rendah. Keberhasilan panen terletak pada tenaga pemanen, alat panen serta sistem panen yang diterapkan. Sistem panen yang digunakan akan mempengaruhi pembagian ancak panen, penentuan tenaga panen, pengawasan panen, serta pengangkutan tandan buah segar (TBS). Perkebunan kelapa sawit PT Sari Lembah Subur (SLS) terdiri dari 3 kebun, yaitu kebun PT SLS-1 pola PIR-Trans, kebun PT SLS-2 pola Perusahaan Besar Swasta Nasional (PBSN), dan PT SLS-3 pola KKPA. Kebun PT SLS-2 disebut kebun inti. Kebun inti terbagi menjadi dua, yaitu kebun kampar dan kebun tanglo. Luas afdeling OY dan jumlah pohon kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Blok Tabel 2. Luas afdeling OY dan jumlah pohon kelapa sawit Luas tanam (ha) Jumlah pohon (buah) Jumlah pohon tanaman menghasilkan (buah) Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Blok Sumber: Kantor Afdeling OY (2012) 11

26 Perkebunan Sari Lembah Subur (SLS) menggunakan sistem panen ancak giring tetap. Sistem ini merupakan kombinasi dari kedua sistem panen. Melalui sistem ini, tandan buah segar (TBS) dapat keluar ke tempat pengumpulan hasil (TPH) lebih cepat dan pembagian ancak yang tepat sehingga mempermudah dalam pengawasan panen. Rotasi panen merupakan waktu yang dibutuhkan antara panen terakhir dengan panen berikutnya dalam satu seksi panen yang sama. Seksi panen merupakan luasan areal panen yang dibagi menjadi beberapa bagian yang harus selesai dipanen dalam satu hari. Rotasi panen di afdeling OY menggunakan rotasi 6/7 yang artinya areal dibagi menjadi 6 seksi dan dipanen selama 6 hari dalam 7 hari. Rotasi panen bisa berubah tergantung kondisi kerapatan buah. Rotasi panen 9/10 biasa digunakan pada saat kerapatan buah rendah. Berikut ini Tabel 3. Pembagian seksi dan blok di afdeling OY. Tabel 3. Pembagian seksi dan blok di afdeling OY Seksi Blok A 10, 15, 20 B 24, 25 C 19, 23, 27, 28 D 12, 17, 18,22 E 3, 7, 8, 13 F 4, 5, 9, 14, 16 Sumber: Kantor Afdeling OY (2012) Produksi TBS di afdeling OY selama 3 tahun terakhir mengalami peningkatan. Produksi TBS tahun 2010 sebesar ton, tahun 2011 sebesar ton, pada tahun 2012 sampai dengan bulan juli sebesar ha. Data produksi afdeling OY disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Data produksi (ton) afdeling OY Bulan Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus * September * Oktober * November * Desember * Jumlah ** Sumber: Kantor Afdeling OY (2012) Keterangan: * = Belum berlangsung ** = Januari s/d Juli

27 Kelapa sawit yang dipanen di perkebunan Sari Lembah Subur (SLS) harus memiliki kriteria yaitu tandan buah berwarna merah oranye dan 10 butir brondolan yang ada di piringan dan buah sudah fraksi dua. Fraksi dua artinya dua brondolan di piringan setiap 1 kilogram bobot tandan. Berikut merupakan Tabel 5. Derajat kematangan buah kelapa sawit. Tabel 5. Derajat kematangan buah kelapa sawit Fraksi Jumlah brondolan yang jatuh Derajat Kematangan 00 Sangat mentah, tidak ada buah yang memberondol, warna buah hitam. Sangat mentah 0 Bagian buah luar ada yang memberondol 1%-12.5%. Mentah %-25% buah luar memberondol. Kurang matang 2 25%-50% buah luar memberondol. Matang %-75% buah luar memberondol. Matang %-100% buah luar memberondol. Lewat matang 1 5 Buah bagian dalam ikut memberondol. Lewat matang 2 Sumber : Budidaya Kelapa Sawit Dalam melakukan kegiatan pemanenan kelapa sawit terdapat beberapa peralatan yang digunakan yaitu egrek, dodos, angkong, tomasun, gancu, karung plastik, terpal. Fungsi masing-masing peralatan yang digunakan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit tersaji dalam Tabel 6, sedangkan gambar masing-masing peralatan dapat dilihat pada Gambar 3. Tabel 6. Peralatan yang digunakan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit No Alat Fungsi 1 Egrek Untuk memotong tandan kelapa sawit yang tinggi pohon lebih dari 3 meter 2 Dodos Untuk memotong tandan kelapa sawit yang tinggi pohon kurang dari 3 meter 3 Angkong Alat angkut tandan buah segar (TBS) dan brondolan 4 Gancu Alat muat dan bongkar TBS 5 Tomasun Kapak khusus PT Astra Agro Lestari untuk memotong tangkai tandan buah sawit sehingga membentuk cangkam kodok atau huruf V pada bekas potongannya 6 Karung plastik Untuk menampung brondolan 7 Terpal Sebagai alas untuk TBS dan brondolan pada TPH 13

28 (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 3. Peralatan yang digunakan pada pemanenan kelapa sawit, (a) Egrek, (b) Dodos, (c) Tomasun, (d) Gancu, (e) Angkong Organisasi panen terdiri atas mandor panen, dan pemanen yang dibentuk agar pelaksanaan panen bisa berjalan efektif dan efisien. Satu orang mandor panen membawahi pemanen. Tenaga panen dilakukan oleh tenaga manual. Satu orang pemanen yang terampil biasanya dapat memanen tandan buah sawit kurang lebih 80 tandan/hari untuk buah besar atau kurang lebih 150 tandan/hari untuk buah kecil. Luas ancak panen yang harus diselesaikan pada taksasi normal antara 3-4 ha bergantung pada kemampuan masing-masing pemanen. Aktivitas pemanenan kelapa sawit dimulai dari pemanen membawa angkong, egrek/dodos, gancu, tomasun, dan karung. Selanjutnya pemanen mengidentifikasi/mencari tandan buah yang matang dengan melihat brondolan yang ada di piringan berjumlah 10 butir. Setelah memastikan buah matang, pemanen memotong pelepah terlebih dahulu yang menyangga tandan kemudian memotong tandan sawit. Biasanya memanen dengan menggunakan egrek harus menurunkan pelepah (songgo dua) terlebih dahulu untuk memudahkan pada saat memotong tandan karena terkadang tandan yang sudah dipotong tersangkut di pelepah pohon dan juga meminimalkan brondolan tertinggal di ketiak pelepah. Pemanenan dengan menggunakan dodos, pemanen langsung memotong tandan sawit tersebut. Standar jumlah pelepah yang harus dipertahankan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Standar jumlah pelepah pada tanaman kelapa sawit Umur (tahun) Jumlah pelepah yang harus dipertahanan TBM III/ TM I Sumber: Kantor PT Sari Lembah Subur 14

29 Setelah menurunkan pelepah dan tandan, pemanen memindahkan pelepah dan menyusunnya di gawangan mati. Proses pemanenan dilanjutkan dengan mengambil brondolan, memasukkan brondolan ke dalam karung, dan memindahkan karung yang telah berisi brondolan ke angkong. Brondolan yang tertinggal di sekitar piringan tidak boleh lebih dari 2 biji. Tandan buah segar (TBS) dipindahkan ke angkong dengan menggunakan gancu. Pemanen kemudian pindah ke pohon berikutnya. Setelah angkong terisi penuh dengan TBS, pemanen membawa angkong beserta muatannya menuju tempat pengumpulan hasil (TPH). Pemanen menyusun TBS dan brondolan dengan rapi di atas terpal. Penggunaan terpal bertujuan untuk mengurangi jumlah kotoran yang dapat terbawa ke pabrik dan juga mempengaruhi rendemen minyak. Pemanen memotong tangkai TBS yang masih panjang dengan menggunakan kapak (tomasun) dan sisa tangkai tidak boleh lebih dari 2 cm. Setelah TBS dipanen, pemanen diwajibkan untuk mencatat hasil kerja di kupon pemanen yang terdiri atas nomor blok, nomor pemanen, dan jumlah tandan yang dipanen. 4.2 ANALISIS WAKTU DAN ELEMEN KERJA Suatu pekerjaan dapat diselesaikan secara efisien, apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan guna memilih alternatif metode kerja yang terbaik, perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Sesuai dengan batasan masalah yang diuraikan di depan, bahwa aktivitas pemanenan kelapa sawit merupakan proses yang terdiri dari mengidentifikasi dan memotong tandan buah yang masak, serta meletakkan dan menyusun rapi tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH). Pekerjaan pemanenan kelapa sawit 100% dilakukan oleh pekerja pria karena mayoritas pekerjaannya membutuhkan tenaga yang sangat besar seperti memotong tandan buah dan mengangkutnya sampai ke tempat pengolahan hasil (TPH) yang membutuhkan fisik yang kuat dan tahan terhadap sengatan panas matahari. Output dari pekerjaaan ini yaitu banyaknya tandan buah yang dipanen oleh pekerja selama bekerja. Untuk kontinuitas, pekerjaan ini dilakukan setiap hari Senin sampai dengan hari Sabtu mulai dari pagi sampai siang hari. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan ini memang layak untuk dilakukan aktivitas pengukuran kerja. Urutan aktivitas pemanenan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 4. 15

30 Mulai Mengidentifikasi/verifikasi tandan masak (Ve) Menyiapkan peralatan (Pr) Memotong tandan dan pelepah (Cu) Mencacah dan memindahkan pelepah ke gawangan mati (Ba) Memuat TBS ke angkong (Lo) Memungut brondolan (Br) Membawa angkong dan tandan sambil berjalan ke pohon berikutnya (Mo) Penuh Tidak Ya Membongkar dan merapihkan TBS di TPH (Un) Memotong sisa tangkai TBS (Ck) Selesai Gambar 4. Urutan proses pemanenan kelapa sawit 16

31 4.2.1 Pembagian Operasi Menjadi Elemen-Elemen Kerja Untuk mempermudah menganalisa aktivitas pemanenan kelapa sawit dilakukan proses perekaman dalam bentuk video. Dari aktivitas pemanenan kelapa sawit tersebut, dicari pola keseragaman kerja. Aktivitas pemanenan kelapa sawit dapat diuraikan menjadi 9 elemen kerja. Elemen kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit No Elemen Kerja Lambang Huruf 1 Mengidentifikasi/verifikasi tandan matang Ve 2 Menyiapkan alat panen Pr 3 Memotong tandan dan pelepah CuD/CuE 4 Mencacah dan memindahkan pelepah Ba 5 Memuat tandan ke angkong Lo 6 Memungut brondolan Br 7 Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain Mo 8 Membongkar dan merapihkan tandan di TPH Un 9 Membuang sisa TBS/cangkam kodok Ck Elemen Kerja Mengidentifikasi Buah Matang (Verifikasi: Ve) Elemen kerja ini dilakukan oleh mata. Gerakan ini dimulai ketika mata pemanen mulai mencari tandan buah yang masak dengan melihat jumlah brondolan yang ada di piringan sebanyak 10 buah serta melihat warna tandan buah tersebut dan berakhir ketika buah yang matang telah ditemukan. Elemen kerja mengidentifikasi buah matang dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang Elemen Kerja Menyiapkan Alat Panen (Preparasi: Pr) Elemen kerja ini dimulai pada saat pemanen mulai menggerakan tangannya mengambil egrek sampai pemanen memegangnya dan menutup jari-jari tangan. Selanjutnya merakit egrek tersebut yaitu memanjangkan/memendekkan fiber egrek tersebut dan mengencangkan penguncinya. Elemen kerja ini terjadi di mana tangan kiri memegang fiber dan tangan kanan memanjangkan/memendekkan fiber 17

32 tersebut dan mengencangkan penguncinya. Elemen kerja menyiapkan alat panen dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Elemen kerja menyiapkan egrek Elemen Kerja Memotong Pelepah dan Tandan (Cutting Egrek: CuE/Cutting Dodos: CuD) Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen mulai mengarahkan egrek ke pelepah/tandan dan kemudian memotong pelepah/tandan sampai pelepah/tandan tersebut jatuh ke tanah. Dari hasil pengamatan, gerakan ini biasanya tidak hanya dilakukan dalam sekali tarikan, tetapi berulang-ulang sampai pelepah dan tandan benar-benar terpotong. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan dan termasuk gerakan yang efektif. Ketinggian pohon dibedakan menjadi 4 bagian yaitu ketinggian pohon < 3 m (H1), ketinggian pohon 3-6 m (H2). Elemen kerja memotong tandan dengan egrek dan dodos dapat dilihat pada Gambar 7. (a) (b) Gambar 7. (a) Elemen kerja memotong tandan dan pelepah dengan egrek, (b) Elemen kerja memotong tandan dengan dodos Elemen Kerja Mencacah dan Memindahkan Pelepah (Barking: Ba) Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen menggerakan tangannya untuk mengambil tomasun dan mencacah pelepah. Selanjutnya pemanen membawa pelepah tersebut untuk dipindahkan ke gawangan mati dan berakhir ketika pemanen melepas pelepah atau sudah tidak lagi menyentuh pelepah tersebut. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah dapat dilihat pada Gambar 8. 18

33 Gambar 8. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah Elemen Kerja Memungut Brondolan (Brondolan: Br) Elemen kerja ini dimulai ketika tangan mulai mengambil karung dan dilanjutkan dengan tangan dan mata mulai bergerak memilih brondolan yang tercampur dengan serasah, tanah, dll yang ada di piringan dan berakhir saat brondolan telah diambil semuanya. Elemen kerja ini dilakukan dengan tangan kanan dan kiri. Tangan kanan memungut brondolan dan tangan kiri memegang karung. Namun ada beberapa pemanen yang memungut brondolan dengan kedua tangan dan karung diletakkan di atas tanah. Elemen kerja ini dirasa kurang baik karena pemanen harus berjongkok untuk memungut brondolan tersebut. Elemen kerja memungut brondolan dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Elemen kerja memungut brondolan Elemen Kerja Memuat TBS ke Angkong (Loading: Lo) Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen menggerakan tangannya untuk mengambil gancu sampai pemanen menancapkan gancu tersebut ke TBS. Selanjutnya pemanen membawa TBS tersebut unuk dipindahkanke angkong dan berakhir ketika pemanen melepas TBS atau sudah tidak lagi menyentuh TBS tersebut. Elemen kerja ini dilakukan oleh satu tangan. Namun terkadang ketika TBS mempunyai beban yang lebih berat pemanen menggunakan kedua tangannya untuk memindahkan TBS tersebut. Elemen kerja memuat TBS ke angkong dapat dilihat pada Gambar

34 Gambar 10. Elemen kerja memuat TBS ke angkong Elemen Kerja Perpindahan (Moving: Mo) Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen mulai berjalan menuju pohon berikutnya atau menuju TPH untuk membongkar muatan angkong dan berakhir ketika sudah tidak melakukan perpindahan lagi. Dalam aktivitas pemanenan kelapa sawit, perpindahan ini terbagi menjadi 4 macam yaitu pertama perpindahan dengan membawa angkong kosong (UDA), kedua perpindahan dengan membawa TBS (MoT), ketiga perpindahan dengan membawa angkong dan tandan (MoAT), keempat perpindahan tanpa membawa angkong dan tandan (UDK). Perpindahan dengan membawa angkong kosong (UDA) dan perpindahan tanpa membawa tandan dan angkong (UDK) termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay). Elemen kerja perpindahan dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Pemanen sedang mengangkong Elemen Kerja Membuang Sisa Tangkai TBS (Cangkam kodok: Ck) Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen mulai mengarahkan tomasun ke tangkai TBS dan kemudian memotong tangkai TBS sampai tangkai tersebut terpotong. Dari hasil pengamatan, gerakan ini biasanya dilakukan dalam sekali ayunan. Namun terkadang tidak hanya dilakukan dalam sekali ayunan, tetapi berulang-ulang sampai tangkai benar-benar terpotong. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran tandan tersebut dan juga ketajaman dari tomasun tersebut. Elemen kerja ini dilakukan oleh kedua tangan dan termasuk gerakan yang efektif. Namun terkadang ada pemanen yang melakukan gerakan ini dengan satu tangan saja. Elemen kerja membuang sisa tangkai TBS dapat dilihat pada Gambar

35 Gambar 12. Elemen kerja membuang sisa tangkai TBS Elemen Kerja Membongkar dan Merapikan TBS di TPH (Unloading: Un) Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen menyiapkan terpal kemudian membongkar muatan tersebut di atas terpal. Selanjutnya menyusun dan merapikan TBS. Elemen kerja ini berakhir ketika TBS sudah tersusun rapi di atas terpal. Elemen kerja membongkar dan merapikan TBS di TPH dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13. Elemen kerja membongkar dan merapikan TBS di TPH Waktu Normal Waktu normal adalah waktu yang dipergunakan oleh seorang pemanen untuk bekerja secara wajar tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, pada kondisi lahan dan kerja yang wajar, denga prosedur yang umum, dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Dengan kata lain, Waktu normal adalah waktu yang dibutuhkan oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam situasi dan kondisi normal (tidak ekstrim). Waktu normal pada aktivitas pemanenan kelapa sawit untuk masing-masing pemanen dapat dilihat pada Tabel 9 hingga Tabel

METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN 3.2 PERALATAN 3.3 SUBJEK PENELITIAN

METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN 3.2 PERALATAN 3.3 SUBJEK PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan September 2012. Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan Sari Lembah Subur, Riau dan laboratorium

Lebih terperinci

Studi Waktu (Time Study) pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau

Studi Waktu (Time Study) pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau Technical Paper Studi Waktu (Time Study) pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau Time Study on The Activity of Oil Palm Harvesting at Sari Lembah Subur Plantations,

Lebih terperinci

STUDI WAKTU DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN WARU KALTIM PLANTATION (WKP), KALIMANTAN TIMUR

STUDI WAKTU DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN WARU KALTIM PLANTATION (WKP), KALIMANTAN TIMUR STUDI WAKTU DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN WARU KALTIM PLANTATION (WKP), KALIMANTAN TIMUR RR. STEVY SUSETYANING PALUPI TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

STUDI WAKTU DAN APLIKASINYA UNTUK OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN PASANGKAYU, SULAWESI BARAT KURNIA LESTARI

STUDI WAKTU DAN APLIKASINYA UNTUK OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN PASANGKAYU, SULAWESI BARAT KURNIA LESTARI i STUDI WAKTU DAN APLIKASINYA UNTUK OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN PASANGKAYU, SULAWESI BARAT KURNIA LESTARI TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter.

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit digunakan dua alat panen yaitu berupa egrek dan dodos. Pada penelitian ini pengamatan dilakukan pada penggunaan egrek

Lebih terperinci

STUDI GERAK DAN WAKTU DENGAN ANALISIS BIOMEKANIKA PADA PROSES PANEN TEBU DI PG. BUNGAMAYANG, LAMPUNG OLEH: ABDUL MALIK HOSYIYAR ROHMAN F

STUDI GERAK DAN WAKTU DENGAN ANALISIS BIOMEKANIKA PADA PROSES PANEN TEBU DI PG. BUNGAMAYANG, LAMPUNG OLEH: ABDUL MALIK HOSYIYAR ROHMAN F STUDI GERAK DAN WAKTU DENGAN ANALISIS BIOMEKANIKA PADA PROSES PANEN TEBU DI PG. BUNGAMAYANG, LAMPUNG OLEH: ABDUL MALIK HOSYIYAR ROHMAN F14104049 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Kelapa Sawit Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman, panen juga

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

Studi Gerak Dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil

Studi Gerak Dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil Studi Gerak Dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil 1) Muammar Tawaruddin Akbar, 1) Sam Herodian 1) Laboratorium Ergonomika, Departeman Teknik Mesin dan Biosistem Fateta IPB. E-mail:

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU.

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU. ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU. Oleh : MUHAMMAD FAZRIANSYAH F14104106 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, 4 (1) : 1-11 SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) 1 2 Mardiana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit tergantung dari tingkat kesesuaian lahan, keunggulan bahan tanam, dan tindakan kultur teknis. Unsur kesesuaian

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen 45 PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang memproduksi minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil : CPO). Perusahaan ini mengolah

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Harvest and Transportation Management of Palm Oil Fresh Fruit Bunch (Elaeis guineensis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyebaran Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik selatan, serta beberapa daerah lain

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Istilah ergonomi yang juga dikenal dengan human factors berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti kerja, dan nomos yang berarti hukum alam. Sehingga, ergonomi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen 53 PEMBAHASAN Kriteria Panen Kriteria panen atau minimum ripenes standart (MRS) secara umum untuk tandan buah yang dapat dipanen di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT. Oleh: VIDY HARYANTI F

ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT. Oleh: VIDY HARYANTI F ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT Oleh: VIDY HARYANTI F14104067 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

2013, No.217 8

2013, No.217 8 2013, No.217 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA CARA

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A34104040 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul.Agrohorti 2 (3): 213-220 (2015) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Harvest Management of Oil Palm at Tambusai District

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI (Pemahaman - Persiapan Pelaksanaan - Angkutan) NO. PSM/AGR-KBN/06 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 03 Maret 2015 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Disusun Oleh ; Diperiksa

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

I. U M U M. TATA CARA PANEN. LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 17/Permentan/OT.140/2/2010 TANGGAL : 5 Pebruari 2010 TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDA BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode menghasilkan,

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. TINTIN BOYOK SAWIT MAKMUR PROPINSI KALIMANTAN BARAT Aang Kuvaini Abstrak Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi kegiatan memotong tandan buah yang masak, memungut brondolan,

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Nurcahya Destiawan dan Ani Kurniawati * 1 Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

segar yang dipanen dapat masuk ke pabrik pada hari yang sama.

segar yang dipanen dapat masuk ke pabrik pada hari yang sama. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Kelapa Sawit Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja dibidang pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman selama ini akan tercermin dari panen

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja 45 PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja panen kelapa sawit adalah tenaga kerja yang bertugas untuk menurunkan buah kelapa sawit dari pokok dengan tingkat kematangan buah sesuai dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan

Lebih terperinci

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Hasil Analisa hasil yang dilakukan yaitu perhitungan biaya bahan, biaya alat, biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I)

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) Oleh M. TAUFIQUR RAHMAN A01400022 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan tanaman monokotil, dimana batangnya tidak memiliki kambium dan tidak bercabang. Kelapa sawit sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia. Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha) I. TINJAUAN PUSTAKA A. Produksi 1. Peramalan Produksi Peramalan produksi sangat penting dan ketepatannya akan meningkatkan efesiensi dibidang pemakaian tenaga pemanen, angkutan dan jam olah pabrik. peramalan

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

STUDI GERAK DAN APLIKASINYA UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS DAN KESELAMATAN KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT SECARA MANUAL NUGRAHANING SANI DEWI

STUDI GERAK DAN APLIKASINYA UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS DAN KESELAMATAN KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT SECARA MANUAL NUGRAHANING SANI DEWI STUDI GERAK DAN APLIKASINYA UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS DAN KESELAMATAN KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT SECARA MANUAL NUGRAHANING SANI DEWI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan baku yang berkualitas akan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat bervariasi dari satu

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ELEMEN PEMANAS BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA UNTUK MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG. Oleh: MIFTAHUDDIN F

RANCANG BANGUN ELEMEN PEMANAS BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA UNTUK MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG. Oleh: MIFTAHUDDIN F RANCANG BANGUN ELEMEN PEMANAS BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA UNTUK MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG Oleh: MIFTAHUDDIN F14104109 2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Ringkasan. Agro Masang Perkasa III (AMP-III) Tapian kandis, Kecamatan Palembayan, Kabupaten

Ringkasan. Agro Masang Perkasa III (AMP-III) Tapian kandis, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Ringkasan Zilfiadi. Manajemen Panen dan pasca panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di PT. Agro Masang Perkasa III (AMP-III) Tapian kandis, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Dibimbing

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA TANGAN KIRI DAN KANAN. ABSTRAK

PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA TANGAN KIRI DAN KANAN. ABSTRAK Konsumsi Semen PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA DAN KANAN Cut Ita Erliana 1, Listiani Nurul Huda 2, A. Rahim Matondang 2 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Premi 2.1.1 Definisi Premi Menurut Jiwo Wungu (2003:102) premi merupakan bayaran lebih yang diberikan perusahaan karena pegawai harus bekerja lebih keras untuk berbagai keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian unggulan di negara Indonesia. Tanaman kelapa sawit dewasa ini

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Havest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin

Lebih terperinci

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal PEMBAHASAN Kriteria Mutu Buah Sebagai Dasar Sortasi TBS Tandan buah segar yang diterima oleh pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PT. SARI LEMBAH SUBUR, RIAU NIWAYAN DESI PURWANTINI

ANALISIS BEBAN KERJA DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PT. SARI LEMBAH SUBUR, RIAU NIWAYAN DESI PURWANTINI ANALISIS BEBAN KERJA DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PT. SARI LEMBAH SUBUR, RIAU NIWAYAN DESI PURWANTINI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU. Oleh : RAMLI MANURUNG F

OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU. Oleh : RAMLI MANURUNG F OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU Oleh : RAMLI MANURUNG F14102115 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR OPTIMALISASI

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA ALAT PANEN KELAPA SAWIT PADA PEKERJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN SAID ALFANDRI

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA ALAT PANEN KELAPA SAWIT PADA PEKERJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN SAID ALFANDRI USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA ALAT PANEN KELAPA SAWIT PADA PEKERJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Harvest Management on oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) at East Kota Waringin, Central Kalimantan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGELOLAAN KELAPA SAWIT ((Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, PEMATANG KULIM, BAKRIE

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG Oleh: BUDI SANTOSO F14104079 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya (Vademecum PTPN IV, 2010).

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya (Vademecum PTPN IV, 2010). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Panen 1. Pengertian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta

Lebih terperinci

MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT

MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT Tujuan manajemen budidaya kelapa sawit adalah untuk menghasilkan produksi kelapa sawit yang maksimal per hektar areal dengan biaya produksi

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh : LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG Oleh : MARIA ULFA NIM.110 500 106 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENERAPAN TEKNOLOGI

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENERAPAN TEKNOLOGI LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENERAPAN TEKNOLOGI IPB Inovasi Pengutip Brondolan Teknologi Pengutip Brondolan Sawit Terintegrasi dengan Hasil Pengutipan untuk Mempersingkat Waktu Kutip di

Lebih terperinci

KAJIAN KEGIATAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

KAJIAN KEGIATAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KAJIAN KEGIATAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh: MUHAMMAD

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI TETES UNTUK BUDIDAYA BUNGA KASTUBA

KAJIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI TETES UNTUK BUDIDAYA BUNGA KASTUBA Skripsi KAJIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI TETES UNTUK BUDIDAYA BUNGA KASTUBA ( Euphorbia phulcherrima) DENGAN SISTEM HIDROPONIK DI PT SAUNG MIRWAN BOGOR Oleh: LENI ANDRIANI F14103028 2007 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun. No.79, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peluang usaha membudidayakan kelapa sawit di Indonesia sangatlah besar.

I. PENDAHULUAN. Peluang usaha membudidayakan kelapa sawit di Indonesia sangatlah besar. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineesis Jacq) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi daripada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

Studi Gerak Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual

Studi Gerak Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual Technical Paper Studi Gerak Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual Motion Study of Oil Palm Manual Harvesting M. Faiz Syuaib, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian, Bogor, Email:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN panen dan perawatan serta mengikuti kegiatan sosial di kebun berupa kegiatan olahraga. 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Penunasan Kebijakan penunasan di Kebun Adolina PTPN IV menerapkan penunasan periodik.

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERANCANGAN BANGUNAN KOLAM PENAMPUNG DAN PERMODELAN KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR PROSES PENCUCIAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao) TERFERMENTASI

PERANCANGAN BANGUNAN KOLAM PENAMPUNG DAN PERMODELAN KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR PROSES PENCUCIAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao) TERFERMENTASI PERANCANGAN BANGUNAN KOLAM PENAMPUNG DAN PERMODELAN KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR PROSES PENCUCIAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao) TERFERMENTASI Oleh: PANDU GUNAWAN F14051487 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci