STUDI GERAK DAN APLIKASINYA UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS DAN KESELAMATAN KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT SECARA MANUAL NUGRAHANING SANI DEWI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI GERAK DAN APLIKASINYA UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS DAN KESELAMATAN KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT SECARA MANUAL NUGRAHANING SANI DEWI"

Transkripsi

1 STUDI GERAK DAN APLIKASINYA UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS DAN KESELAMATAN KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT SECARA MANUAL NUGRAHANING SANI DEWI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Gerak dan Aplikasinya untuk Peningkatan Efektivitas dan Keselamatan Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual adalah benar karya saya dengan arahan dan bimbingan Dr Ir M. Faiz Syuaib, M.Agr sebagai pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Nugrahaning Sani Dewi NIM F

4 ABSTRAK NUGRAHANING SANI DEWI. Studi Gerak dan Aplikasinya untuk Peningkatan Efektivitas dan Keselamatan Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual. Dibimbing oleh M. FAIZ SYUAIB. Pemanenan kelapa sawit secara manual berpotensi menimbulkan permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja. Pada penelitian ini studi gerak dengan menggunakan analisis sudut gerak dan kesesuaiannya terhadap selang alami gerakan (SAG) telah dilakukan. Manfaat yang diharapkan adalah kerja gerak pemanenan lebih aman dan efektivitas kerja dapat ditingkatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola distribusi resiko gerakan, tingkat resiko gerak pada anggota tubuh pemanen dan membuat good practice model dengan melakukan simulasi posisi dan gerakan yang aman untuk mengurangi resiko dan meningkatkan produktivitas. Hasil analisis SAG terhadap prosedur pemanenan yang dilakukan saat ini menunjukkan bahaya resiko ergonomi yang secara umum terjadi pada semua anggota tubuh bagian atas, yaitu leher, bahu dan lengan bawah. Penggunaan dodos terbukti lebih aman dibandingkan egrek untuk tinggi target potong < 3 m dan optimal digunakan pada tinggi 1 m. Good practice model untuk penggunaan egrek menunjukkan bahwa posisi ideal pemanen berada pada o relatif dari posisi target pelepah atau tandan yang akan dipotong dengan rumus jarak aman pemanen terhadap pohon d = 0.5 h t + 0.3, dimana h merupakan tinggi target potong dan t merupakan tinggi pemanen. Kata kunci: ergonomika, kelapa sawit, pemanenan, SAG, studi gerak. ABSTRACT NUGRAHANING SANI DEWI. Motion Study and The Application to Increase the Effectiveness and Safety of Oil Palm Manual Harvesting. Supervised by M. FAIZ SYUAIB. Oil palm harvesting activities may cause manual occupational safety and health problems. Motion study using natural range of motion (ROM) is needed to repair the process of harvesting so the movement can be more efficient and the fatigue can be reduced. Manual harvesting activities by using conventional tools named dodos and egrek were studied in this research. The aims of this research is to know the movement pattern and the risks distribution of the work motions, determine the level of the motion risks of harvesting procedure to minimize the risk. The result of ROM analysis show that the ergonomic risk occur in all of the upper body, such as the neck, shoulder and forearm. It is revealed that dodos more effective than egrek for 3 m bunches s height and be optimum for 1 m bunches s height. The good practice models for egrek revealed that the ideal position of harvester is o relative from the position of the bunch and the formula for the distance is d = 0.5 h t + 0.3, where d is the distance between harvester s position and the tree, h is bunches s height and t is the harvester s height. Keywords : ergonomic, harvesting, motion study, oil palm, ROM.

5 STUDI GERAK DAN APLIKASINYA UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS DAN KESELAMATAN KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT NUGRAHANING SANI DEWI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Studi Gerak dan Aplikasinya untuk Peningkatan Efektivitas dan Keselamatan Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual Nama NIM : Nugrahaning Sani Dewi : F Disetujui oleh Dr Ir M Faiz Syuaib, M.Agr Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Desrial, M.Eng Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah ergonomika dengan judul Studi Gerak dan Aplikasinya untuk Peningkatan Efektivitas dan Keselamatan Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual. Dengan diselesaikannya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Orang tua yang selalu memberikan doa, semangat dan kasih sayangnya hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Dr Ir M. Faiz Syuaib, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi, yang selalu memberikan bimbingan, masukan, dan saran-sarannya dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr Ir Sam Herodian, MS dan Dr Ir Emmy Darmawati, M.Si selaku dosen penguji, atas masukan dan saran-sarannya. 4. Departemen Teknik Mesin dan Biosistem dan Fakultas Teknologi Pertanian yang telah membantu dan memberikan ijin pelaksanaan penelitian. 5. Rekan-rekan Laboratorium Ergonomika dan seluruh teman-teman TMB angkatan 46 yang selalu memberikan masukan dan semangat selama penyusunan skripsi ini. 6. Teman-teman kosan sinabung (Kak Nura, Kak Esa, Sari, Fitri, Nadia, dan Grevi) atas perhatian dan semangatnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sebagai upaya perbaikan selanjutnya, serta penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Bogor, Juni 2013 Nugrahaning Sani Dewi

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA 3 METODE 11 Waktu dan Tempat 11 Peralatan dan Subjek Penelitian 11 Pelaksanaan Penelitian 12 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 Analisis Elemen Gerak dan Resiko Gerakan Cutting 24 Simulasi Posisi dan Gerak Kerja yang Aman 42 SIMPULAN DAN SARAN 51 Simpulan 53 Saran 54 DAFTAR PUSTAKA 54

10 DAFTAR TABEL 1 Elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit 4 2 Selang gerak dari beberapa zona gerakan 10 3 Karakteristik subjek penelitian tingkat resiko gerakan 12 4 Dimensi batang egrek dan dodos 16 5 Daftar parameter pengukuran tubuh 19 6 Data antropometri pemanen pada ketiga lokasi penelitian 21 7 Data selang gerak pemanen dengan menggunakan dodos (D) pada lahan datar (F) 28 8 Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E1) pada lahan datar (F) untuk kategori tinggi pohon 0-3m 33 9 Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E2) pada lahan datar (F) untuk kategori tinggi pohon 3-6 m Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E3) pada lahan datar (F) untuk kategori tinggi pohon 6-12 m Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E3) pada lahan rolling (R) untuk kategori tinggi pohon 6-12 m Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E4) pada lahan datar (F) untuk kategori tinggi pohon m Jarak aman yang terbentuk dari simulasi posisi dan gerak kerja yang aman untuk ketinggian target potong 3, 6, 12 dan 18 m 51 DAFTAR GAMBAR 1 Anggota tubuh manusia 6 2 Sistem penghubung (link) dari anggota gerak atas bagian kanan (right upper limb) 7 3 Selang Alami Gerakan (SAG) tubuh manusia 9 4 Bagan alir penelitian 13 5 Tahapan proses pemanenan kelapa sawit 14 6 Kondisi lahan : (a) lahan datar (F) (b) lahan berbukit (R) 15 7 Bagian-bagian egrek :egrek, pisau egrek dan klem 16 8 Gambar ortogonal egrek 17 9 Pisau dodos yang digunakan pemanen Gambar ortogonal dodos Model antropometri pemanen kelapa sawit pada posisi berdiri normal tampak samping Parameter simulasi posisi dan gerak kerja yang aman Tiga tahapan gerakan cutting dengan menggunakan dodos yang dilakukan oleh subjek A Manekin subjek A Tiga tahapan gerakan cutting dengan menggunakan egrek yang dilakukan oleh subjek C Manekin subjek C Grafik hubungan besarnya sudut gerak kerja pada leher dengan ketinggian target potong untuk penggunaan egrek pada lahan datar 40

11 18 Grafik hubungan besarnya sudut gerak kerja pada bahu dengan ketinggian target potong untuk penggunaan egrek pada lahan datar Grafik hubungan besarnya sudut gerak kerja pada leher dengan ketinggian target potong untuk penggunaan egrek pada lahan datar Perbandingan Penggunaan Dodos dan Egrek Terhadap Besarnya Sudut Gerak Kerja pada Leher, Bahu dan Lengan Bawah untuk Ketinggian Target Potong < 3 m dan Lahan Datar (F) Simulasi posisi dan jarak pemotongan dengan dodos untuk subjek persentil 5 pada ketinggian pohon : (a) 1 m, (b) 2 m dan (c) 3 m Gaya maksimal saat menarik (kiri) dan saat mendorong (kanan) dalam pentuk presentase berat badan Simulasi posisi dan jarak pada egrek untuk ketinggian maksimal 3m Simulasi posisi dan jarak pada egrek untuk ketinggian maksimal 6 m Simulasi posisi dan jarak pada egrek untuk ketinggian maksimal 12 m Simulasi posisi dan jarak pada egrek untuk ketinggian maksimal 18 m Gambaran perumusan jarak yang aman dalam contoh simulasi posisi dan gerak kerja yang aman untuk tinggi target potong 6 m dengan menggunakan tinggi pemanen persentil Radius kerja pemanen untuk setiap kategori tinggi pohon 53

12

13 PENDAHULUAN Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan faktor penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat suatu pekerjaan. Undangundang No. 13 Tahun 2003 melindungi setiap pekerja/ buruh untuk memperoleh perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Agar dapat bekerja dengan optimum dan memacu produktivitas yang tinggi, pekerja harus memperhatikan faktor keselamatan dan kesehatan kerja dan memastikan bekerja dalam kondisi yang aman. Tidak terkecuali pada proses budidaya kelapa sawit yang memiliki banyak resiko kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Hasil penelitian Hendra dan Rahardjo (2009) tentang keluhan Musculoskeletal Disorders (MSD) pada pemanen kelapa sawit menyatakan bahwa resiko pekerjaan pemanenan (panen dan muat) mempunyai kategori tinggi (skor 8-10) berdasarkan metode Rapid entire Body Assessment (REBA). Selain itu, Syuaib et al. (2012) dalam Laporan Hasil Kajian Ergonomi untuk Penyempurnaan Sistem dan Produktivitas Kerja Panen-muat Sawit di Kebun PT Astra Agro Lestari menyatakan bahwa pekerjaan memotong tandan dan pelepah (cutting) menyebabkan zona bahaya yang beresiko pada leher, bahu, lengan/ siku dan pergelangan kaki. Menurut data BPS (2010), jumlah produksi minyak kelapa sawit pada tahun 2009 sebesar 13,872,602 ton kemudian meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar 14,038,148 ton. Hal ini berdampak pada terus ditingkatkannya produktivitas kelapa sawit yang mencapai ton dan menempatkan Indonesia sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia (Ditjebun 2010). Kunci daya saing minyak kelapa sawit terletak pada mutu. Bukan hanya mutu produk yang dihasilkan saja tetapi juga mutu pengolahan, mutu management, mutu lingkungan, mutu personal, serta mutu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang diterapkan pada perusahaan. Banyak sedikitnya kecelakaan kerja yang terjadi pada suatu perusahaan akan mempengaruhi image perusahaan yang berdampak langsung pada daya saing kelapa sawit di pasaran. Aktivitas kerja di perkebunan kelapa sawit khususnya pekerjaan pemanenan masih dilakukan secara manual dan mengandalkan tenaga manusia. Kegiatan pemanenan tentu saja berpotensi untuk menimbulkan banyak permasalahan K3 terhadap pemanen, seperti resiko nyeri otot akibat keseleo atau terkilir karena mengangkat dan membawa beban berlebihan, melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang dan bekerja dengan postur tubuh yang salah serta resiko- resiko lain yang menyebabkan kelelahan kerja. Beban kerja fisik yang terlalu berat, yakni yang melebihi kapasitas kemampuan tubuh manusia akan menimbulkan kelelahan yang dapat terakumulasi. Apalagi kegiatan pemanenan kelapa sawit dilakukan di lahan perkebunan yang sangat bervariasi situasi dan kondisi lingkungannya serta keragaman tinggi pohonnya. Kondisi topografinya ada yang berupa lahan datar, rawa dan berbukit. Kelelahan inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan seseorang merasa sakit atau cedera. Bahkan apabila tidak memperhatikan faktor keselamatan dan prosedur yang benar dalam proses pemanenan akan menyebabkan berbagai resiko yang berakibat fatal.

14 2 Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan K3 bagi pemanen kelapa sawit. Salah satunya dengan memahami keterbatasan manusia dari beban kerja yang dibebankan pada anggota tubuh manusia, dan daya fisik manusia saat pemanen bekerja untuk meminimumkan kelelahan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja dapat meningkat. Untuk itu diperlukan studi gerak yang diperlukan untuk perbaikan proses pemanenan agar mempermudah pekerja. Gerakan yang dihasilkan lebih efisien sehingga kelelahan kerja dapat dikurangi. Studi gerak adalah metode pendekatan ergonomika yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas panen melalui peningkatan keselamatan, efektivitas, efisiensi dan kenyamanan kerja. Rohman (2008) telah melakukan studi gerak pada proses pemanenan tebu yang bertujuan untuk membuat sistem dan metode yang lebih baik dengan menguraikan siklus kerja berdasarkan 17 gerakan THERBLIGS. Sedangkan studi gerak yang akan diterapkan disini menggunakan analisis sudut gerakan yang menyesuaikan selang alami gerakan (SAG) yang berasal dari Openshaw (2006) dan digolongakan berdasarkan data Mc Cormick (1993). Metode ini juga dilakukan oleh Sari (2012) untuk menganalisis segmen gerakan mencangkul untuk mendesain ganggang cangkul. Gerakan dengan SAG yang benar akan mendukung peredaran darah yang lancar dan kelenturan tubuh sehingga menghasilkan kenyamanan kerja, peningkatan produktifitas, mengurangi kelelahan dan kelainan pada otot (Openshaw 2006). Perumusan Masalah 1. Tuntutan tingginya produktivitas kelapa sawit dewasa ini belum diiringi peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja pada proses pemanenan kelapa sawit. 2. Pekerjaan pemanenan masih dilakukan secara manual dan mengandalkan tenaga manusia yang memiliki keterbatasan kapasitas kerja. 3. Tingginya resiko kerja pada proses pemanenan kelapa sawit. 4. Masih sangat terbatasnya data dan penelitian mengenai ergonomika, keselamatan dan kesehatan kerja pada proses pemanenan kelapa sawit. Tujuan Penelitian Studi gerak yang dilakukan pada proses kegiatan pemanenan kelapa sawit bertujuan untuk : 1. Menentukan tingkat resiko gerak pada anggota tubuh pemanen. 2. Mengetahui pola distribusi resiko gerak pada anggota tubuh pemanen saat melakukan kegiatan pemanenan kelapa sawit yaitu pemotongan pelepah dan tandan kelapa sawit secara manual dengan dodos dan egrek. 3. Membuat model simulasi posisi dan gerakan yang aman untuk mengurangi resiko kerja. 4. Membuat good practice model berupa prosedur, posisi dan gerak yang ideal.

15 3 Ruang Lingkup Penelitian Agar dapat fokus dalam pemecahan masalah, maka diperlukan batasan masalah dalam penelitian ini. Berikut ini adalah batasan-batasan terhadap masalah yang akan dibahas, yaitu : 1. Proses pemanenan kelapa sawit yang yang diteliti adalah pemotongan pelepah dan Tandan Buah Segar (TBS). 2. Pola distribusi resiko gerakan dianalisis dari data 2 dimensi. TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Kelapa Sawit Pemanenan adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit 2007). Pemanenan yang menghasilkan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa sawit akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis 1992). Selanjutnya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007) menambahkan bahwa keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, dan sarana panen. Keseluruhan faktor tersebut merupakan kombinasi yang tak terpisahkan satu sama lain. Persiapan Panen Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu mempersiapkan kondisi areal, penyediaan tenaga potong buah, pembagian seksi potong buah dan penyediaan alat-alat kerja. Alatalat kerja untuk pemootong buah yang digunakan berbeda berdasarkan tinggi tanaman. Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat untuk memotong Tandan Buah Segar (TBS) berupa dodos dan egrek, alat untuk bongkar muat TBS yaitu gancu dan tojok/tombak serta alat untuk membawa TBS ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) yang terdiri dari angkong, goni, pikulan, dan keranjang (Pahan 2008). Kriteria Matang Panen dan Sistem Panen Kiswanto et al. (2008) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak sekitar 5,5 bulan setelah penyerbukan. Kemudian, kelapa sawit dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri-ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/ jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau

16 4 sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Disamping itu ada kriteria lain tandan buah yang dapat dipanen apabila tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar butir (Kiswanto et al. 2008). Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir dengan panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu areal panen harus dimasuki oleh pemanen tiap 7 hari. Pada sistem panen yang dilakukan, dikenal istilah seksi panen dan ancak. Pada sistem panen yang dilakukan, dikenal dua istilah panen yaitu seksi panen dan ancak. Seksi panen adalah luasan panen yang harus dituntaskan dalam 1 hari. Jumlah seksi panen disusun menjadi 6 seksi yaitu A, B, C, D, E, F sehingga rotasi panen per bulan bervariasi 3,5-4,5 kali. Penetapan seksi panen dilakukan searah atau berlawanan dengan arah jarum jam sedangkan luasan setiap seksi ditentukan berdasarkan perhitungan potensi produksi masing-masing blok dari hasil sensus produksi semester. Sedangkan ancak adalah luasan panen yang harus dituntaskan 1 pemanen dalam 1 hari. Luasan ancak ha untuk Tanaman Menghasilkan (TM) tua dan Tanaman Menghasilkan (TM) muda, penentuan ancak berdasarkan topografi, ketersediaan pemanen dan produktivitas pemanen (Pahan 2008). Tahapan Proses Pemanenan Menurut Syuaib et al. (2012) aktivitas pemanenan kelapa sawit dapat diuraikan menjadi 9 elemen kerja yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit No Elemen Kerja Lambang Huruf 1 Mengidentifikasi/ verifikasi tandan matang Ve 2 Menyiapkan alat panen Pr 3 Memotong tandan dan pelepah CuD/CuE 4 Mencacah dan memindahkan pelepah Ba 5 Memuat tandan ke angkong Lo 6 Memungut brondolan Br 7 Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain Mo 8 Membongkar dan merapihkan tandan di Un Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) 9 Membuang sisa Tandan Buah Segar (TBS)/ cangkam kodok Ck

17 5 Ergonomika The International Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan ergonomika sebagai disiplin ilmu yang mempelajari pemahaman dasar tentang interaksi antara manusia dan bagian lain dari sistem yang berkontribusi pada rancangan tugas, pekerjaan, produk dan lingkungan agar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan manusia. Sanders dan Cormick (1993) menyatakan bahwa yang dilakukan ergonomika atau disebut juga dengan human factor adalah mengubah alat dan lingkungan yang digunakan pekerja agar lebih cocok dengan kemampuan (capabilities), keterbatasan (limitation), dan kebutuhan seseorang (needs). Implementasi dari ilmu ergonomika untuk merancang sebuah sistem yang lebih baik adalah dengan menghilangkan aspek-aspek dari sebuah sistem yang menghasilkan hal-hal yang tidak diinginkan, tidak dapat dikontrol dan tidak dapat diperhitungkan, seperti ketidakefisienan (inefficiency), kelelahan kerja (fatigue), kecelakaan kerja (accidents), cidera (injuries), kesalahan kerja (errors), kesulitan pengguna dan rendahnya semangat kerja (low morale and apathy). Di dalam ergonomika kesalahan-kesalahan tersebut dianggap sebagai permasalahan sebuah sistem daripada permasalahan yang ditimbulkan oleh manusia (people problems). Pada kasus proses pemanenan kelapa sawit kita dapat mengubah sistem kerja agar lebih cocok dengan karakteristik pemanen dan berbagai keterbatasannya untuk mengurangi ketidakefisienan (inefficiency), kelelahan kerja (fatigue), kecelakaan kerja (accidents), cidera (injuries), dan kesalahan kerja (errors). Tubuh Manusia dan Selang Alami Gerakan (SAG) Tubuh manusia adalah sebuah sistem mekanis yang mengikuti aturan hukum-hukum fisika (Bridger 2002). Postur tubuh dan mekanisme kontrol keseimbangan tubuh penting untuk setiap aktivitas dasar kita. Kerusakan sistem inilah yang membuat kita memiliki keterbatasan fisik. Pemahaman akan keterbatasan fisik inilah yang menjadi dasar aplikasi ergonomika. Tubuh manusia secara garis besar terdiri atas bagian tubuh atas (upper body) dan bagian tubuh bawah (lower body) seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Anggota tubuh atas terdiri dari kepala, punggung dan anggota gerak atas (upper limbs) sedangkan anggota tubuh bawah terdiri dari anggota gerak bawah (lower limbs) yang berupa tungkai atas (upper leg), tungkai bawah (lower leg) dan telapak kaki (foot). Upper limbs sendiri terdiri dari bahu (shoulder), lengan bawah (lower arm) dan telapak tangan (hand)..

18 6 Gambar 1 Anggota tubuh manusia a a Sumber : Jung et al. (1995) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa tubuh manusia terdiri dari multi link system. Tubuh manusia terdiri dari banyak sudut derajat bebas yang memberikan fleksibilitas gerakan. Hal ini juga diungkapkan oleh Chaffin dan Anderson (1984) yang diacu oleh (Nurmianto 2004) yang menyebutkan bahwa tubuh manusia terdiri dari 6 penghubung (link) yaitu: 1. Link lengan bawah, dibatasi sendi pergelangan tangan dan siku. 2. Link lengan atas, dibatasi sendi siku dan bahu. 3. Link punggung, dibatasi sendi bahu dan pinggul. 4. Link tungkai atas (paha), dibatasi sendi pinggul dan lutut. 5. Link tungkai bawah (betis), dibatasi sendi lutut dan mata kaki. 6. Link kaki, dibatasi sendi pergelangan kaki dan telapak kaki. Lebih rinci lagi Jung et al. (1995) menjelaskan bahwa upper limb dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian kanan dan kiri. Setiap upper limb terdiri dari 4 penghubung (link) yaitu badan (trunk), lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan tangan (hand). Keempat link tersebut mempunyai 8 derajat bebas

19 pada hip joint (trunk flexion, trunk lateral bending, trunk rotation), shoulder joint (flexion-extention, abduction-adduction, dan rotation) dan wirst joint (flexionextention). Contoh sistem dari upper limb bagian kanan dijelaskan pada Gambar 2. Sedangkan link yang menghubungkan tungkai atas dan tungkai bawah adalah sendi lutut sedangkan link yang menghubungkan tungkai bawah dengan telapak kaki adalah sendi pergelangan kaki. 7 Gambar 2 Sistem penghubung (link) dari anggota gerak atas bagian kanan (right upper limb) ( Jung et al. 1995) Selang Gerak Alami (SAG) Menurut Saladin (2011), range of motion (ROM) atau biasa kita sebut dengan selang gerak adalah jumlah derajat bebas yang dapat dicapai oleh tulang relatif terhadap sendi pada tulang. Misalnya pergelangan kaki mempunyai ROM sekitar 74 o dan lutut memiliki ROM sekitar 130 o -140 o. Selang gerak ini berakibat pada fungsional anggota tubuh seseorang dan kualitas hidupnya. Sedangkan menurut Openshaw (2006), tubuh manusia memiliki Selang Alami Gerakan (SAG) atau natural range of motion. Gerakan dengan SAG yang benar akan mendukung peredaran darah yang lancar dan kelenturan tubuh sehingga menghasilkan kenyamanan kerja, peningkatan produktifitas, mengurangi kelelahan dan kelainan pada otot. Dalam melakukan gerakan, pengguna seharusnya menghindari gerakan yang berulang dan gerakan yang ekstrim pada SAG selama periode waktu yang lama. Hal-hal tersebut tentunya akan meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

20 8 Terdapat empat zona yang dihadapi manusia ketika duduk atau berdiri (Openshaw 2006), yaitu: 1. Zona 0, yaitu merupakan zona yang dianjurkan untuk melakukan sebagian besar gerakan. Pada zona ini terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi. 2. Zona 1 (zona hijau), yaitu zona dimana terjadi pergerakan sendi yang lebih besar dari zona 0, merupakan zona yang masih dianjurkan untuk melakukan sebagian besar gerakan. 3. Zona 2 (zona kuning), yaitu zona dimana terdapat banyak posisi tubuh yang ekstrim. Pada zona ini terdapat lebih besar tekanan pada otot dan sendi. 4. Zona 3 (zona merah), yaitu zona dimana terdapat sangat banyak posisi tubuh yang ekstrim, sebaiknya dihindari jika memungkinkan, terutama ketika mengangkat beban berat atau kegiatan yang dilakukan berulangulang. Zona-zona diatas merupakan selang gerak dimana anggota gerak tubuh dapat bergerak secara bebas. Pada SAG terdapat gerakan pergelangan tangan, punggung, tulang belakang dan kaki. Gerakan-gerakan tersebut terdiri atas gerakan fleksi (flexion), ekstensi (extension), deviasi ulnar (ulnar deviation), adduksi (adduction), abduksi (abduction), membengkok kesamping (lateral bend) dan berputar (rotation). Gerakan fleksi (flexion) adalah pergerakan dari segmen tubuh dikerenakan penurunan sudut pada sendi, seperti membengkokkan pergelangan tangan, bahu, punggung dan kaki. Ekstensi (extension) merupakan pergerakan yang berlawanan arah dengan fleksi yang disebabkan penambahan sudut pada sendi, seperti meluruskan pergelangan tangan, bahu, punggung dan kaki. Adduksi (adduction) merupakan pergerakan segmen tubuh terhadap garis tengah tubuh seperti ketika memindahkan lengan dari posisi horizontal ke posisi vertikal. Abduksi (abduction) merupakan pergerakan segmen tubuh yang menjauhi garis tengah tubuh seperti mengangkat lengan ke samping. Sanders dan McCormick (1993) menyatakan bahwa Selang Alami Gerakan (SAG) merupakan sejumlah gerakan yang melalui bagian tertentu yang terjadi pada sendi dan dinyatakan dalam derajat pergerakan seperti dijelaskan pada Gambar 3a dan Tabel 2. Selain itu contoh gerakan SAG lainnya berdasarkan Chaffin (1999) dan Woodson (1992) diacu dalam Openshaw (2006) diberikan pada Gambar 3 b.

21 9 (a) (b) Gambar 3 Selang Alami Gerakan (SAG) tubuh manusia a Sumber (a) Houy (1983) diacu dalam Sanders dan McCormick (1993) (b) Chaffin (1999) dan Woodson (1992) diacu dalam Openshaw (2006)

22 10 Tabel 2 Selang gerak dari beberapa zona gerakan a Gerakan Selang dari zona gerakan (dalam ) Zona 0 Zona 1 Zona 2 Zona 3 Siku terhadap lengan tangan** Fleksi Lengan tangan** Pergelangan kaki** Supinasi Pronasi Ekstensi Fleksi Lutut** Fleksi Adduksi Pinggul** Abduksi Fleksi Fleksi Ekstensi Pergelangan tangan* Deviasi Radial Deviasi Ulnar Fleksi Bahu* Ekstensi Adduksi Abduksi Fleksi Ekstensi Punggung* Rotasi Membengkok ke samping Fleksi Leher* Ekstensi Rotasi Membengkok ke samping a Sumber : *) Chaffin (1999) dan Woodson (1992) diacu dalam Openshaw (2006) ** ) Diolah berdasarkan data bersumber dari Houy 1983 diacu dalam Sanders dan McCormick 1993

23 11 METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2013 di Laboratorium Ergonomika Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Sedangkan observasi dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2012 di PT Astra Agro Lestari, tbk yang bertempat di tiga anak perusahaannya yaitu PT Sari Lembah Subur, Riau, PT Waru Kaltim Plantation, Kalimantan Timur dan PT Pasangkayu, Sulawesi Barat. Peralatan dan Subjek Penelitian Peralatan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat komputer dan alat tulis. Komputer dan alat tulis ini digunakan untuk proses pengolahan data. Beberapa perangkat lunak yang digunakan adalah spreadsheet, Computer Aided Design (CAD) dan media capture photo. Subjek Subjek yang digunakan untuk mendapatkan data antropometri pemanen kelapa sawit berjumlah 48 pemanen di PT Sari Lembah Subur, Riau, 43 pemanen di PT Waru Kaltim Plantation, Kalimantan Timur, dan 50 pemanen di PT Pasangkayu, Sulawesi Barat. Sedangkan subjek yang diteliti untuk mengetahui tingkat resiko gerakan pada proses pemanenan kelapa sawit berjumlah 9 pemanen di PT Sari Lembah Subur, Riau, 5 pemanen di PT Waru Kaltim Plantation, Kalimantan Timur, dan 11 pemanen di PT Pasangkayu, Sulawesi Barat. Karakteristik dari subjek dapat dilihat pada Tabel 3.

24 12 No 1 Tabel 3 Karakteristik subjek penelitian tingkat resiko gerakan Lokasi Penelitian Subjek Umur (Tahun) Tinggi Badan (cm) Berat Badan (kg) A A A A PT Sari Lembah Subur A A A A A B B PT Waru Kaltim Plantation B B B C C C C C PT Pasangkayu C C C C C C Pelaksanaan penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari penelitian pendahuluan, pengolahan data, analisis data, simulasi posisi dan gerakan yang aman. Secara umum akan dijelaskan pada bagan alir berikut ini.

25 13 Mulai Penelitian Pendahuluan (Pengamatan prosedur kerja dan metode pemotongan tandan atau pelepah melalui video pemanenan, penentuan subjek dan objek, mempelajari data antropometri dan data dimensi alat panen) Pengolahan Data Video Panen (resolusi 230 k pixel) Data Antropometri Data Dimensi Alat Panen Rekaman Video (Motion Picture) Proses Pemotongan Tandan dan Pelepah Pemotongan Video (Capture Photo) Foto (Still Picture) Pemilihan Parameter Antropometri yang Dibutuhkan Analisis Data Model Manekin Pemanen Analisis Gerak (Motion Analysis) Pola dan Data Sudut Gerak Tubuh Analisis Resiko Gerakan Berdasarkan Selang Alami Gerakan (SAG) Tingkat dan Distribusi Resiko Gerakan Setiap Bagian Tubuh pemanen Simulasi Posisi dan Gerak kerja Good practice model (Prosedur, posisi dan gerak yang ideal) Selesai Gambar 4 Bagan alir penelitian

26 14 Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengamati dan mempelajari prosedur kerja dan metode pemotongan tandan dan pelepah dari rekaman video proses pemanenan. Selain itu, kita juga memepelajari data antropometri pemanen dan mengamati alat-alat yang digunakan dalam proses pemanenan. Rekaman video, data antropometri dan dimensi alat pemanenan bersumber dari penelitian Syuaib et al. (2012). Rekaman video proses pemanenan Dari rekaman video yang ada, selanjutnya dipilih rekaman video yang menunjukkan proses pemanenan dengan jelas untuk dijadikan sampel. Langkah berikutnya adalah menentukan subjek pemanen dari rekaman video yang sudah kita pilih. Dari pengamatan rekaman video diketahui tahapan proses pemanenan, metode kerja, ketinggian pohon kelapa sawit, kondisi lingkungan kerja seperti kondisi lahan, topografi dan cuaca pada saat itu. Video proses pemanenan kelapa sawit pada penelitian ini diambil di tiga lokasi yang merupakan anak perusahaan dari PT Agro Lestari, tbk yaitu PT Sari Lembah Subur, Riau, PT Waru Kaltim Plantation, Kalimantan Timur dan PT Pasangkayu, Sulawesi Barat. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ketiga lokasi pengambilan data, tahapan proses pemanenan hampir sama, yang berbeda adalah variasi urutan tahapan proses pemanenannya saja. Secara umum, tahapan proses pemanenan kelapa sawit ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5 Tahapan proses pemanenan kelapa sawit Tahap Verifikasi (Ve) yaitu menentukan kematangan Tandan Buah Segar (TBS) dengan berjalan di area kebun untuk melihat tingkat kematangan TBS baik melalui jumlah berondolan yang jatuh di tanah ataupun melihat warna dari TBS apabila tinggi tanaman masih dapat dijangkau oleh penglihatan pemanen. Setelah melakukan verifikasi kematangan buah, pemanen menentukan pohon mana yang akan diambil TBS dan melakukan persiapan alat (Pe) seperti mengatur panjang

27 egrek untuk tanaman yang mempunyai tinggi lebih dari 3 m. Setelah alat sudah siap, alat ditegakkan sampai pisau egrek ataupun dodos menyentuh TBS untuk selanjutnya dilakukan pemotongan TBS dan pelepah (Cu). TBS dan pelepah yang berhasil dipotong dirapikan (Ba) dan dibuang pangkal tandannya. Pembuangan pangkal tandan TBS di PT Pasangkayu biasa disebut dengan cangkam kodok (Ck) oleh para pemanen karena bekas pemotongannya menyerupai mulut katak. Berondolan yang jatuh berserakan dikutip oleh para pemanen untuk dikumpulkan kembali di karung atau angkong (Br). Selanjutnya TBS yang sudah dibuang pangkal tandannya dibawa dengan menggunakan angkong (Lo) ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Setelah sampai pada TPH, TBS diangkat dari angkong dengan menggunakan gancu sejenis alat yang terbuat dari batang besi kolom berbentuk sabit yang ujungnya tajam. TBS tersebut kemudian ditata dan diberi tanda untuk diangkut (Un) oleh para petugas pengangkut dengan menggunakan truk. Dari semua tahapan proses pemanenan tadi yang menjadi kajian utama dalam penelitian ini adalah tahapan pemotongan tandan kelapa sawit dan pelepah yang merupakan inti kegiatan dari proses pemanenan. Dari rekaman video dapat diketahui bahwa kondisi lahan berupa lahan kering yang berupa tanah mineral dengan bentuk topografi berbukit (rolling) dengan kemiringan 8-40%, dan datar (flat) dengan kemiringan 0-8 % berdasarkan pengukuran lereng dilapangan oleh tim konsultan PT Agrimu Karsawidya tahun Gambar 6 menunjukan dua macam kondisi lahan dalam proses pemanenan, yaitu lahan datar (F) dan lahan berbukit (R). 15 (a) (b) Gambar 6 Kondisi lahan : (a) lahan datar (F) (b) lahan berbukit (R)

28 16 Data dimensi alat panen Berdasarkan pengamatan di tiga lokasi penelitian, alat yang digunakan untuk melakukan kegiatan pemotongan tandan kelapa sawit dan pelepah hampir sama. Untuk tinggi pohon kurang dari 3 meter, alat yang digunakan adalah dodos dan untuk tinggi diatas 3 m menggunakan egrek. Lebih lanjut, gambar egrek yang ada ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 7 Bagian-bagian egrek (a) egrek (b) pisau egrek (c) klem pada pipa egrek Egrek yang digunakan oleh pemanen diberikan langsung dari perusahaan sehingga untuk dimensi panjang dan diameter pipa yang dimiliki setiap pemanen sama. Egrek terdiri dari 3 bagian yaitu pipa, pisau egrek dan klem penyambung. Pipa terdiri dari 3 sambungan yang tiap sambungannya berukuran panjang 3 m, dengan diameter pipa 1, 2 dan 3 secara berurutan adalah 4.4 cm, 3.8 cm dan 3.2 cm yang ditunjukkan pada Tabel 4. Sedangkan untuk panjang pisau egrek adalah 30 cm. Berikut ini disajikan Gambar 8 yang menunjukkan gambar ortogonal egrek beserta dimensinya. Tabel 4 Dimensi batang egrek dan dodos No Bagian-bagian Alat Diameter Luar Tebal (cm) (mm) Jenis Bahan 1 Pipa Sambungan Egrek Pipa Aluminium 2 Pipa Sambungan Egrek Pipa Aluminium 3 Pipa Sambungan Egrek Pipa Aluminium 4 Pipa Dodos Pipa Galvanis

29 17 Gambar 8 Gambar ortogonal egrek (Arisandy 2013) Dodos terdiri dari 2 bagian yaitu pipa dodos dan pisau dodos. Batang pipa terbuat dari pipa galvanis dan mempunyai panjang yaitu 2.75 m. Berdasarkan Tabel 4 dodos mempunyai diameter luar sebesar 3.2 cm dan tebal 1.5 mm. Sedangkan panjang pisaunya adalah 21 cm. Gambar 9 menunjukkan pisau dodos yang ada di lapangan, sedangkan Gambar 10 menunjukkan gambar ortogonal dodos beserta dimensinya.

30 18 Gambar 9 Pisau dodos yang digunakan pemanen Gambar 10 Gambar ortogonal dodos (Arisandy 2013) Data antropometri Data antropometri berasal dari 141 pemanen di tiga lokasi pengambilan data dan terdiri dari 51 parameter pengukuran. Pengukuran tubuh dilakukan pada posisi berdiri dan duduk. Daftar parameter data pengukuran tubuh yang dijelaskan pada Tabel 5.

31 19 Posisi Berdiri Posisi Duduk Tabel 5 Daftar parameter pengukuran tubuh Posisi dan Ilustrasi Pengukuran No Parameter Pengukuran 1 Berat badan 2 Tinggi badan 3 Tinggi mata 4 Tinggi bahu 5 Tinggi siku tangan 6 Tinggi pinggang 7 Tinggi pinggul 8 Tinggi genggaman tangan (knuckle) 9 Tinggi ujung tangan 10 Jangkauan tangan keatas terbuka 11 Jangkauan tangan keatas menggenggam 12 Jangkauan tangan kedepan terbuka 13 Jangkauan tangan kedepan menggenggam 14 Jengkal 2 tangan kesamping terbuka 15 Jengkal 2 tangan kesamping menggenggam 16 Jengkal 2 siku 17 Panjang telapak kaki 18 Lebar telapak kaki 19 Lebar telapak tangan 20 Diameter genggaman tangan 21 Panjang telapak tangan 22 Keliling genggaman tangan 23 Panjang ibu jari 24 Panjang jari telunjuk 25 Panjang jari tengah 26 Panjang jari manis 27 Panjang jari kelingking 28 Panjang jengkal tangan 29 Tinggi duduk 30 Tinggi mata 31 Tinggi bahu 32 Tinggi siku tangan 33 Jangkauan tangan keatas terbuka 34 Jangkauan tangan keatas menggenggam 35 Tinggi lutut 36 Tinggi lipatan lutut dalam 37 Jangkauan tangan kebawah terbuka 38 Jangkauan tangan kebawah menggenggam 39 Panjang lengan atas 40 Panjang lengan bawah terbuka 41 Panjang lengan bawah tergenggam 42 Jarak pantat lutut 43 Jarak pantat lipatan lutut dalam 44 Panjang leher 45 Lebar leher 46 Lebar bahu (biacromial) 47 Lebar bahu (bideltoid) 48 Lebar pinggul 49 Tebal dada 50 Tinggi dudukan paha 51 Panjang lengan

32 20 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari pengolahan rekaman video, data antropometri dan data dimensi alat panen. Rekaman video proses pemanenan Rekaman video yang berisi tahapan dan proses pemotongan tandan kelapa sawit dan pelepah diputar dengan menggunakan media capture photo untuk selanjutnya dibagi menjadi elemenelemen gerak dengan mengubah data video (motion picture) menjadi bagianbagian foto (still photo) pergerakan pemanen setiap 5 detik gerakan. Setiap subjek diambil 24 foto yang terdiri atas 8 kali pengulangan, setiap pengulangan terdiri dari 3 foto. Tiga foto tersebut merupakan step gerakan pemotongan tandan kelapa sawit dan pelepah yang terdiri dari 3 gerakan yang berbeda. Data antropometri Pengukuran antropometri pemanen kelapa sawit dari tiga lokasi penelitian menghasilkan data antropometri yang kemudian digabungkan. Data antropometri dari 141 pemanen tersebut diolah untuk dicari rata-rata, data ukuran tubuh minimum dan maksimum pemanen. Selain itu kita menggunakan ukuran presentil dalam data antropometri yang berguna untuk menunjukkan bahwa ukuran tubuh pemanen tersebut termasuk dalam kelompok rata-rata, diatas atau dibawah rata-rata. Presentil yang digunakan adalah presentil 5, 50 dan 90. Presentil ke 5 menunjukkan bahwa 5% populasi memiliki ukuran tubuh kurang dari atau sama dengan nilai ukuran tubuh tersebut. Sedangkan presentil 95 berarti terdapat 5% pemanen yang memiliki ukuran tubuh tebesar yaitu kurang dari atau sama dengan ukuran tubuh tersebut. Hasil pengukuran data antropometri ditunjukkan pada Tabel 6. Dari 51 parameter pengukuran tubuh yang ada, selanjutnya kita memilih parameter pengukuran tubuh yang akan digunakan sebagai model manekin. Parameter pengukuran tubuh yang digunakan adalah lebar leher, panjang leher, tinggi mata, tinggi bahu, tinggi pinggang, tinggi lutut, panjang lengan atas, panjang lengan bawah, dan panjang telapak tangan. Parameter pengukur tubuh tersebut menjadi dasar pembuatan manekin pemanen. Model antropometri pemanen kelapa sawit dibuat dengan posisi berdiri normal untuk presentil 5, presentil 50 dan presentil 95 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11.

33 21 Tabel 6 Data antropometri pemanen pada ketiga lokasi penelitian (n=141) a No Posisi Berdiri Parameter Pengukuran Ratarata SD Min Maks Persentil Berat badan b Tinggi badan Tinggi mata Tinggi bahu Tinggi siku tangan Tinggi pinggang Tinggi pinggul Tinggi genggaman tangan (knuckle) Tinggi ujung tangan Jangkauan tangan keatas terbuka Jangkauan tangan keatas menggenggam Jangkauan tangan kedepan terbuka Jangkauan tangan kedepan menggenggam Jengkal 2 tangan kesamping terbuka Jengkal 2 tangan kesamping menggenggam Jengkal 2 siku Panjang telapak kaki Lebar telapak kaki Posisi Duduk 19 Lebar telapak tangan Diameter genggaman tangan Panjang telapak tangan Keliling genggaman tangan Panjang ibu jari Panjang jari telunjuk Panjang jari tengah Panjang jari manis Panjang jari kelingking Panjang jengkal tangan Tinggi duduk Tinggi mata Tinggi bahu Tinggi siku tangan Jangkauan tangan keatas terbuka Jangkauan tangan keatas menggenggam Tinggi lutut Tinggi lipatan lutut dalam Jangkauan tangan kebawah terbuka Jangkauan tangan kebawah menggenggam Panjang lengan atas Panjang lengan bawah terbuka Panjang lengan bawah tergenggam Jarak pantat lutut Jarak pantat lipatan lutut dalam Panjang leher Lebar leher Lebar bahu (biacromial) Lebar bahu (bideltoid) Lebar pinggul Tebal dada Tinggi dudukan paha Panjang lengan a Sumber : Syuaib et al. (2012) b Satuan panjang dalam cm dan satuan berat dalam kg

34 22 Gambar 11 Model antropometri pemanen kelapa sawit pada posisi berdiri normal tampak samping Analisis Data Sampel foto dianalisis elemen gerak dan resiko yang terjadi di setiap gerakannya. Setiap gerakan dicari dan digambar sudutnya dengan menggunakan. Computer Aided Design (CAD). Data sudut yang terbentuk dari gerakan setiap subjek dikumpulkan dan diolah pada spreadsheet. Setelah semua data sudut gerakan terkumpul, tahapan selanjutnya adalah membandingkan sudut-sudut gerakan pemanen pada saat pemanenan kelapa sawit dengan referensi berupa selang alami gerak dari Chaffin (1999) dan Woodson (1992) yang diacu dalam Openshaw (2006) untuk dipetakan distribusi resiko gerakan yang terjadi di setiap bagian tubuh. Dari analisis elemen gerak akan didapat informasi mengenai tingkat dan distribusi resiko gerakan setiap bagian tubuh pemanen. Informasi inilah yang akan menjadi dasar simulasi posisi dan gerak kerja yang akhirnya akan menghasilkan prosedur, jarak dan gerakan yang ideal. Gerakan ideal artinya gerakan memanen yang aman yang dilakukan subjek sesuai dengan Selang Alami Gerakan (SAG) sehingga gerakan yang dilakukan nantinya akan mengurangi atau bahkan menghilangkan resiko terjadinya cidera. Simulasi Posisi dan Gerak Kerja yang Aman Simulasi posisi dan gerak kerja yang aman dibuat dari informasi mengenai tingkat dan distribusi resiko gerakan setiap bagian tubuh pemanen, model manekin pemanen dan data dimensi alat. Dalam pembuatan simulasi ini ditentukan parameter-parameter yang mengatur 3 unsur utama yang berpengaruh dalam ergonomi yaitu pengguna (user), alat dan lingkungan kerjanya. Parameterparameter tersebut dijelaskan dalam Gambar 12.

35 23 Pemanen Antropometri pemanen persentil 5 Sudut gerak pemanen leher, bahu dan lengan bawah Sudut pandang optimal 15 o (Grandjean et al. 1984) Alat Panen Jenis alat dodos atau egrek Panjang alat dodos (2.75 cm) dan egrek (1 sambungan = 3 m) Lingkungan Kerja Tinggi target potong (pelepah atau tandan) 3 m, 6 m, 12 m, 18 m Kondisi lahan datar (F) Gambar 12 Parameter simulasi posisi dan gerak kerja yang aman Dalam simulasi, model pemanen dibuat dengan parameter antropometri, Sudut gerak pemanen, dan sudut pandang optimal. Data antropometri yang digunakan menggunakan persentil lima yang menunjukkan 5% populasi memiliki ukuran tubuh kurang dari atau sama dengan nilai ukuran tubuh tersebut. Misalnya untuk tinggi pemanen persentil 5 adalah cm yang berarti 5 % pemanen memiliki ukuran tubuh kurang dari atau sama dengan cm. Simulasi dilakukan dengan tujuan mencari kondisi yang paling tidak menguntungkan yang mungkin terjadi sehingga dihasilkan jarak pemotongan yang paling maksimum yang bisa dilakukan pemanen agar gerakannya tetap aman. Semakin tinggi atau besarnya ukuran tubuh pemanen maka proses cutting akan lebih mudah. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pemanen maka jarak pandang pemanen dengan posisi tandan atau pelepah lebih dekat dari pemanen yang memiliki tinggi tubuh yang pendek. Sehingga area kerja pemanen juga dapat lebih dekat dari posisi pohon yang dapat mengurangi melintingnya egrek saat egrek dibentangkan terlalu panjang karena jarak orang dengan posisi pohon jauh. Maka dari itu diambil persentil 5 dengan tujuan dapat mencari posisi maksimal sebagai batasan jarak aman posisi pemanenan. Hal ini menunjukkan bahwa 95 % populasi dapat menggunakan jarak aman posisi pemanenan tersebut. Sudut gerak kerja yang paling diperhatikan adalah pada bagian leher, bahu dan lengan bawah, selain karena sebagian besar gerakan pemanenan dilakukan pada anggota tubuh atas,

36 24 pada bagian-bagian tersebut diindikasikan memiliki resiko gerak yang tinggi. Menurut Grandjean et al. (1984), zona pandang optimal agar mata dapat fokus pada suatu titik atau benda adalah 15 o. Sehingga untuk semua simulasi yang dilakukan, area pandang pemanen berada pada selang 15 o. Alat panen yang digunakan dalam pembuatan simulasi terdiri dari dodos dan egrek. Panjang masing-masing alat tersebbut juga diperhatikan. Dodos memiliki panjang 2.75 m dan untuk setiap sambungan batang egrek memiliki panjang 3 m. Untuk unsur lingkungan kerja, tinggi posisi tandan dan pelepah sangat berpengaruh dalam menentukan jarak posisi antara pemanen dengan pohon. Tinggi posisi tandan dan pelepah atau target potong yang digunakan adalah maksimum untuk ketinggian 3, 6, 12 dan 18 m. Kondisi lahan yang dibuat untuk simulasi adalah lahan datar (F) karena terkadang untuk lahan rolling dengan posisi tandan yang menghadap ke lereng atau bukit akan memudahkan pemanen. Dengan kondisi tersebut pemanen akan mempunyai posisi lebih tinggi dari pangkal batang sehingga jarak pandang menjadi semakin dekat dengan target potong. Hal ini akan mengurangi resiko gerak pada leher. Sehingga kondisi lahan yang dipakai dibuat normal yaitu lahan datar (F). HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Elemen Gerak dan Resiko Gerakan Pemotongan Tandan Kelapa Sawit dan Pelepah (Cutting) Kegiatan pemotongan tandan kelapa sawit dan pelepah dalam penelitian ini dilakukan di dua lahan yaitu lahan datar (flat) dengan kemiringan 0-3% yang diberi simbol F, dan lahan berbukit (rolling) dengan kelerengan %, diberi simbol R. Kegiatan pemotongan tandan kelapa sawit dan pelepah ini menggunakan alat pemotong sesuai dengan tinggi posisi target potong yaitu tandan atau pelepah kelapa sawit. Penggunaan dodos yang dilakukan untuk tinggi targrt potong 0-3 m diberi simbol D. Pohon kelapa sawit dengan tinggi target potong 0-3 m terkadang dipanen juga dengan menggunakan egrek dengan gagang pendek dan diberi simbol E1. Penggunaan egrek untuk tinggi target potong 3-6 m, 6-12 m, dan m berturut-turut diberi simbol E2, E3 dan E4. Cutting Menggunakan Dodos (D) Gerakan pemotongan tandan kelapa sawit dan pelepah dengan menggunakan dodos dalam penelitian ini diambil 3 tahapan gerakan yaitu gerakan mengangkat dodos (a), gerakan mendorong dodos (b) dan gerakan ketiga adalah gerakan mendorong dodos sampai dodos menancap pada pelepah atau tandan kelapa sawit (c) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 13. Kemudian dibuat pula manekin dari pemanen yang ditunjukkan pada Gambar 14.

37 25 (a) (b) (c) Gambar 13 Tiga tahapan gerakan cutting dengan menggunakan dodos yang dilakukan oleh subjek A5 a Satuan sudut dalam derajat ( o ) b Keterangan : Gambar 14 Manekin subjek A5 Zona 0 (gerakan dalam kategori nyaman) Zona 1 (gerakan dalam kategori aman) Zona 2 (gerakan dalam kategori hati-hati) Zona 3 (gerakan dalam kategori bahaya)

38 26 Gambar 12 merupakan salah satu contoh 3 tahapan gerakan cutting dengan menggunakan dodos yang dilakukan oleh subjek A5. Pada gerakan pertama, subjek mengangkat dodos dengan punggung pada posisi normal terhadap bidang vertikal. Bahu kiri membengkok ke depan atau shoulder flexion (Sf) sebesar 16 o terhadap punggung. Sedangkan bahu kanan membengkok ke belakang atau shoulder extention (Se) sebesar 61 o terhadap badan diikuti lengan bawah yang membengkok ke depan (Ef) sebesar 83 o terhadap lengan atas. Selain itu pemanen juga mengalami limb flextion (lf) pada tungkai atas bagian kanan dan kiri terhadap garis vertikal secara berurutan sebesar 2 o dan 23 o. Sedangkan tungkai bawah bagian kanan dan kiri membengkok atau disebut dengan knee flexion (Kf) secara berurutan sebesar 11 o dan 19 o. Pada bagian leher mengalami head extention (He) terhadap badan sebesar 19 o. Berdasarkan SAG, subjek A5 mengalami zona 3 atau zona merah untuk bahu kiri dan bahu kanan yang merupakan zona posisi tubuh yang ekstrim dan harus dihindari. Sedangkan lengan bawah bagian kanan berada pada zona 2 atau zona kuning yang merupakan zona posisi tubuh yang tidak dianjurkan. Tungkai atas bagian kanan dan kiri berturut-turut berada pada zona 0 dan zona 1 atau zona hijau yang merupakan zona aman dan tungkai bawah bagian kanan dan kiri berturut-turut keduanya berada pada zona hijau. Sedangkan leher berada pada zona kuning. Gerakan kedua merupakan gerakan mendorong dodos, namun belum mencapai letak pelepah dan tandan kelapa sawit. Pada gerakan ini untuk subjek A5, punggung sudah mulai membengkok ke depan yang disebut dengan back flexion (Bf) terhadap garis vertikal sebesar 9 o. Bahu kanan mengalami shoulder extention (Se) terhadap badan sebesar 35 o diikuti oleh lengan bawah yang membengkok ke depan (Ef) terhadap lengan atas sebesar 71 o. Selain itu bahu bagian kiri membengkok ke depan (Sf) terhadap badan sebesar 37 o. Tungkai atas bagian kanan dan kiri, keduanya membengkok ke depan (Lf) terhadap badan sebesar 22 o dan 24 o secara berurutan. Sedangkan kedua tungkai bawah membengkok ke belakang (Kf) sebesar 3 o dan 19 o secara berurutan. Pada gerakan kedua ini, gerakan A5 termasuk pada zona 0 untuk punggung, zona 3 untuk bahu kanan dan zona 1 untuk bahu kiri. Sedangkan untuk lengan bawahbagian kanan berada pada zona 2 dan lengan bawah bagian kiri berada pada zona 3. Leher mengalami ekstensi (He) terhadap badan sebesar 28 o yang masuk pada zona 2. Gerakan ketiga merupakan gerakan mendorong sampai dodos menancap pada pelepah atau tandan kelapa sawit sampai pelepah atau tandan kelapa sawit berhasil terpotong. Leher A5 pada gerakan ini kepala mengalami ekstensi (He) sebesar 30 o yang masih tergolong dalam zona 2. Sedangkan kedua bahu bagian kanan dan kiri membengkok ke depan (Sf) terhadap badan masing-masing sebesar 17 o dan 76 o yang keduanya tergolong dalam zona 2. Sedangkan untuk lengan bawah bagian kanan dan kiri juga mengalami fleksi terhadap lengan atas sebesar 109 o dan 85 o berurutan dan keduanya tergolong pada zona 2. Punggung membengkok ke depan (Bf) terhadap garis vertikal sebesar 8 o yang tergolong pada zona 0. Tungkai atas bagian kanan dan kiri membengkok ke depan (Lf) terhadap garis vertikal sebesar 3 o dan 8 o secara berurutan yang tergolong pada zona 0, sedangkan tungkai bawah bagian kanan dan kiri mengalami fleksi (Kf) sebesar 21 o dan 9 o yang juga tergolong pada zona 0. Dari ketiga gerakan tesebut dapat dilihat bahwa dari gerakan ke-1 sampai ke-3 mengalami peningkatan sudut ekstensi pada leher terhadap badan dari 19 o

39 sampai 30 o. Walaupun antara selang tersebut masih dalam zona yang sama yaitu zona 2, hal ini menjadi indikasi potensi terjadinya peningkatan resiko pada leher yang akan memasuki zona 3 pada selang sudut ekstensi lebih dari 31 o jika leher terus dipaksakan membengkok ke belakang. Selain itu terjadi pula pengurangan sudut ekstensi pada bahu kanan dari gerakan pertama ke gerakan kedua yaitu dari sudut 51 o ke 35 o. Pada gerakan ketiga, bahu kanan terus bergerak kedepan dari bahu yang tadinya membengkok ke belakang yang kita sebut sebagai gerakan ekstensi sampai pada posisi gerakan terakhir bahu mengalami fleksi sebesar 17 o. Gerakan bahu yang mengayun ke depan tersebut menyebabkan bahu kanan yang tadinya berada pada zona 3 menjadi berangsur berkurang menjadi zona 2. Sedangkan pada bahu kiri mengalami peningkatan sudut fleksi dari 16 o sampai dengan 76 o yang mengalami peningkatan resiko gerak yaitu dari zona 1 menjadi zona 2. Peningkatan sudut fleksi bahu kiri diikuti dengan pengurangan sudut fleksi lengan bawah, dari sudut 176 o sampai dengan 85 o berkurang hampir 90 o yang menandakan pengurangan resiko gerak dari zona 3 ke zona 2. Perubahan juga terjadi pada punggung yang pada gerakan 1 masih berada pada posisi normal kemudian berangsur membengkok bergerak kedepan menyebabkan gerakan fleksi dari sudut 9 o kemudian punggung mulai membengkok ke belakang menyebabkan gerakan ekstensi dengan sudut8 o. Hal ini menerangkan bahwa pada saat gerakan mendorong dodos, pemanen mendorong dengan membungkuk ke depan kemudian setelah dodos menancap pada tandan kelapa sawit, pemanen menegakkan punggung kembali sampai menyebabkan ekstensi saat mulai mendongkel tandan kelapa sawit. Semua hal yang telah dijelaskan terjadi pada bagian tubuh upper limb sedangkan pada kegiatan dodos ini bagian tubuh bawah seperti tungkai atas dan tungkai bawah tidak banyak mengalami perubahan gerakan-gerakan yang mencolok dan berada pada zona aman yaitu 0-1. Hal ini menandakan bahwa kegiatan cutting dengan dodos, bagian tubuh yang banyak berperan adalah bagian tubuh atas. Rekap data selang gerak pemanen di 3 lokasi dengan menggunakan dodos pada lahan datar ditunjukkan pada Tabel 7. Dapat dilihat dari data tersebut bahwa hampir semua anggota tubuh bagian atas dan leher berada pada zona tidak aman yaitu zona 2 dan 3 sedangkan anggota tubuh bagian bawah berada pada zona aman yaitu 0 dan 1. Hal ini menegaskan kembali bahwa dalam proses cutting, resiko gerakan yang terbesar tersebar pada bagian anggota tubuh bagian atas karena anggota tubuh bagian atas yaitu bahu dan lengan tangan bagian bawah banyak berperan dalam pergerakan mendorong sampai mendongkel tandan kelapa sawit serta pelepah sedangkan leher membentuk gerakan ekstensi (mendongak) untuk melihat posisi tandan kelapa sawit atau pelepah. Hal ini sering kali menyebabkan terjadinya posisi ekstrim yang membentuk susut-sudut fleksi atau ekstensi yang melebihi batas zona aman dan berpotensi menimbulkan cidera apabila dilakukan dalam jangka waktu lama dan berulang-ulang. Terjadi gerakan leher yang membengkok ke belakang (extention) pada semua subjek dan hampir semua gerakan ekstensi tersebut tergolong dalam zona 3 dengan sudut terbesar yang bisa dibentuk adalah 69 o pada subjek B5. Sedangkan gerakan leher membengkok ke depan (flexion) hanya terjadi pada satu subjek saja yaitu A1. Hal ini menunjukkan bahwa gerakan leher yang umumnya dilakukan oleh pemanen adalah membengkokkan leher ke belakang (extention), sangat jarang yang membengkokkan leher ke depan. Fenomena ini disebabkan karena hampir semua 27

40 28 letak pelepah atau tandan kelapa sawit melebihi tinggi pemanen sendiri sehingga pemanen harus mendongak untuk melihat pelepah dan tandan kelapa sawit.bagian tubuh yang hampir semuanya tergolong dalam zona tiga adalah lengan tangan bagian bawah baik kanan maupun kiri. Hal ini dikarenakan pada gerakan awal mendorong dodos, lengan tangan menekuk terlalu dalam agar menghasilkan gaya dorong yang maksimal pada gerakan kedua dan ketiganya. Sedangkan sebagian besar bahu pemanen mengalami fleksi terlihat dari banyaknya data terjadinya bahu fleksi daripada bahu ekstensi. Gerakan bahu pemanen yang biasa dilakukan adalah dengan menggerakan bahu ke depan. Gerakan bahu fleksi yang termasuk dalam zona 3 banyak dialami oleh bahu sebelah kiri yang menendakan bahu kiri memiliki resiko gerak yang lebih tinggi dibandingkan bahu kanan. Hal ini dikarenakan banyak pemanen yang memakai tangan kiri pada pegangan dodos sebelah atas, dan tangan kanan untuk pegangan dodos bagian bawah sehingga bahu kiri lebih berpotensi untuk berada pada posisi ekstrim. Berbeda degan anggota tubuh bagian atas lainnya, punggung untuk kegiatan cutting dengan dodos berada pada zona 1 dan 2, kebanyakan data menunjukkan bahwa kebiasaan gerakan punggung yang dilakukan pemanen adalah fleksi atau dengan membungkuk ke depan. Untuk anggota tubuh bagian bawah yaitu tungkai atas hampir semuanya berada pada zona 1 sedangkan pada bagian lutut kebawah atau bagian tungkai bawai banyak yang tergolong pada zona 2 karena lutut membengkok ke dalam (flextion) untuk membuat tumpuan agar dapat menumpu seluruh badan. Lutut bagian kanan atau kiri yang menjadi tumpuan bervariasi setiap individunya. Tabel 7 Data selang gerak pemanen dengan menggunakan dodos (D) pada lahan datar (F) untuk tinggi target potong maksimal 3 m Ratarata maks Ef Sf Se Lf Kf S Bf Be Hf He R L R L R L R L R L C A A A A A B B B a Satuan sudut dalam derajat ( o ) b Keterangan : S Ef Sf Se Bf Be = Subjek = Lengan bawah fleksi = Lengan atas (bahu) fleksi = Lengan atas (bahu) ekstensi = Punggung fleksi = Punggung ekstensi Zona 0 (nyaman) Zona 1 (aman) Zona 2 (hati-hati) Zona 3 (bahaya)

41 Hanya ada 2 subjek dari 9 subjek yang bagian lehernya termasuk dalam zona 2 selebihnya masuk dalam zona 3 selain itu hampir semua bahu yang mengalami ekstensi tergolong dalam zona 3. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hampir semua zona merah dialami oleh leher, bahu dan lengan bawah. Hal ini mengindikasi bahwa telah terjadi kesalahan yang sistematik dalam sistem kerja cutting ini sehingga menyebabkan posisi ekstrim pada leher, bahu, dan lengan tangan bagian bawah. Prosedur pada sistem kerja perlu diperbaiki untuk mengurangi terjadinya resiko kerja. 29 Cutting Menggunakan Egrek (E) Kegiatan pemotongan tandan kelapa sawit dan pelepah atau cutting dengan menggunakan egrek sebagian besar dilakukan pada tinggi target potong di atas 3 m karena dodos sudah tidak bisa dunakan kan lagi karena keterbatasan panjang alat. Namun ada beberapa kasus penggunaan egrek untuk tinggi target potong di bawah 3 m dengan menggunakan egrek pendek. Gerakan cutting dengan menggunakan egrek dibagi menjadi 3 elemen posisi gerakan dalam penelitian ini yaitu gerakan posisi awal saat egrek sudah siap untuk ditarik yang berarti pisau egrek sudah dalam posisi mengait tandan kelapa sawit atau pelepah (a), gerakan menarik egrek yang pertama (b) dan yang terakhir adalah gerakan menarik egrek yang kedua sampai tandan kelapa sawit atau pelepah berhasil terpotong (c). Menurut pengamatan, sebagian besar tandan kelapa sawit bisa terpotong apabila dilakukan dua kali tarikan. Hanya ada beberapa kasus yang terjadi dengan hanya menggunakan 1 tarikan saja sehingga dalam penelitian ini digunakan diambil 2 gerakan penarikan egrek. Gambaran cutting dengan menggunakan egrek dapat dilihat pada gambar 15 dan manekin pemanennya ditunjukkan pada gambar 16. (a) (b) (c) Gambar 15 Tiga tahapan gerakan cutting dengan menggunakan egrek yang dilakukan oleh subjek C4

42 30 a Satuan sudut dalam derajat ( o ) b Keterangan : Gambar 16 Manekin subjek C4 Zona 0 (gerakan dalam kategori nyaman) Zona 1 (gerakan dalam kategori aman) Zona 2 (gerakan dalam kategori hati-hati) Zona 3 (gerakan dalam kategori bahaya) Gambar 14 merupakan contoh dari rangkaian gerakan cutting dengan menggunakan egrek pada lahan datar untuk tinggi target potong 3-6 m (E2) yang dilakukan oleh subjek C4. Pada gerakan pertama (a) leher subjek C4 membengkok ke belakang (extention) membentuk sudut sebesar 37 o terhadap badan yang sudah melebihi zona aman dan termasuk dalam zona 3. Gerakan ekstensi juga terjadi di punggung pemanen walaupun sudut yang dihasilkan cukup kecil yaitu 4 o terhadap garis vertikal yang masih termasuk zona aman yaitu zona 0. Kedua bahu pemanen membengkok ke depan (flexion) sebesar 71 o dan 126 o berturut-turut terhadap badan untuk bahu kanan dan kiri yang termasuk dalam zona 2 dan 3. Gerakan tersebut diikuti oleh lengan bawah yang juga membengkok ke dalam (flextion) terhadap lengan atas sebesar 93 o dan 13 o yang tergolong dalam zona 2 dan zona 0 berturut-turut untuk bagian kanan dan kiri. Hal ini menandakan bahwa bahu kiri pada posisi awal berada pada posisi lebih tinggi dari bahu kanan dan memiliki posisi lebih ekstrim dari bahu kanan, kebalikannya lengan bawah bagian kanan memiliki posisi lebih ekstrim dari lengan bawah bagian atas yang hanya tergolong pada zona 0. Sedangkan pada bagian tubuh bawah yaitu tungkai atas dan tungkai bawah relatif aman yaitu berada pada zona 0 untuk bagian kedua tungkai atas dan tungkai bawah sebelah kiri. Hal ini sama halnya dengan kegiatan cutting dengan menggunakan dodos bahwa bagian anggota tubuh yang berperan dalam proses cutting adalah bagian tubuh atas terlihat dari sebaran posisi ekstrim yang dialami anggota tubuh atas. Pada gerakan kedua yaitu tarikan egrek pertama, bagian leher masih terus membengkok ke belakang dengan menambah sudut ekstensinya menjadi 49 o terhadap badan. Hal ini terjadi karena pemanen akan terus memastikan letak

43 tandan kelapa sawit atau pelepah yang berada lebih tinggi dari tinggi tubuhnya sehingga leher mendongak. Untuk posisi awalan menarik egrek ini, bahu membungkuk ke depan (flextion) sebesar 7 o terhadap garis vertikal untuk mendapatkan gaya tarikan yang besar. Kedua bahu masih membengkok ke depan (flextion) sebesar 78 o dan 138 o terhadap badan yang berarti terjadi peningkatan sudut fleksi dari gerakan pertama. Hal ini dikarenakan untuk menarik egrek, posisi tangan harus lebih tinggi dari posisi awal agar mendapat gaya menarik ke bawah yang lebih besar. Pada posisi ini kedua bahu tergolong dalam zona 2 dan 3 berturut-turut untuk bagian kanan dan kiri. Selain itu lengan bawah bagian kanan dan kiri juga masih membengkok ke dalam (flexion) dengan sudut fleksi yang meningkat dari posisi awal yaitu sebesar 99 o dan 17 o terhadap lengan atas. Pada posisi tersebut, berturut-turut untuk bagian kanan dan kiri lengan bawah masih tergolong pada zona 2 dan 0 yang menandakan posisi ekstrim masih dialami oleh bawah bagian kanan dan bahu bagian kiri. Sama halnya dengan posisi awal, pada gerakan kedua ini anggota tubuh bagian bawah masih tergolong pada zona aman yaitu zona 0 untuk kedua tungkai atas, tungkai bawah bagian kiri dan tungkai bawah bagian kanan masuk dalam zona 1. Pada posisi tarikan kedua, karena letak posisi tandan kelapa sawit atau pelepah sudah dipastikan pada gerakan pertama dan kedua, posisi leher mulai bergerak ke depan walupun masih dalam posisi membengkok ke belakang (ekstensi) dengan pengurangan sudut ekstensi menjadi sebesar 4 o. Pada posisi tersebut leher masih tergolong pada posisi ekstrim yaitu zona 3. Penambahan sudut fleksi pada punggung terjadi pada gerakan ketiga ini. Punggung terus membungkuk ke depan sebesar 9 o terhadap badan untuk memaksimalkan gaya tarikan. Kedua bahu masih mengalami fleksi dengan sudut fleksi yang lebih kecil dari gerakan kedua yaitu sebesar 43 o dan 112 o terhadap badan. Hal ini dikarenakan untuk posisi terakhir dalam gerakan menarik egrek, bahu akan mengayun ke bawah sebagai konsekuensi kegiatan menarik sehingga sudut fleksinya mengecil dan mengurangi posisi ekstrim yang terjadi walaupun masih tergolong dalam zona 2 dan 3. Kedua lengan bawah juga mengalami fleksi sebesar 142 o dan 61 o terhadap lengan atas. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa posisi lengan bawah terus membengkok ke dalam yang berarti mengalami penambahan sudut fleksi serta meningkatkan zona dari zona 2 dan 0 menjadi zona 3 dan 1. Hal ini menunjukkan bahwa lengan bawah mengalami peningkatan posisi ekstrim yang meningkatkan resiko cidera. Berbeda dengan gerakan pertama dan kedua, pada gerakan ketiga anggota tubuh bagian bawah (lower limb) mulai mengalami peningkatan sudut fleksi. Hal ini dapat dilihat dari kedua tungkai atas yang mengalami fleksi sebesar 23 o dan 39 o terhadap badan berturut-turut untuk bagian kanan dan kiri. Dari data dapat terlihat terjadinya peningkatan zona dari zona 0 ke zona 1. Hal ini dikarena untuk kegiatan menarik, posisi kaki akan menjadi tumpuan agar tarikan menjadi maksimal. Tungkai atas yang mengalami peningkatan sudut fleksi ini juga diikuti oleh peningkatan sudut ke dalam (flextion) pada tungkai bawah menjadi sebesar 75 o dan 44 o terhadap tungkai atas yang meningkatkan posisi ekstrim. Pada gerakan pertama dan kedua, bagian tungkai bawah masih berada pada zona 0 dan 1 berturut-turut untuk bagian kanan dan kiri sedangkan pada gerakan ketiga ini, tungkai bawah mengalami peningkatan zona menjadi zona 1 dan 2. 31

44 32 Cutting dengan menggunakan egrek dilakukan pada tinggi target potong 0-3 m (E1), 3-6 m (E2), 6-12 m (E3) dan m (E4). Kegiatan ini dilakukan dengan variasi lahan datar (F) dan berbukit atau rolling (R). Berikut ini adalah rekap data dan pembahasan gerakan cutting dengan menggunakan egrek dengan variasi tinggi pohon dan lahan. Cutting Menggunakan Egrek (E1) pada Lahan Datar (F) Tabel 8 menunjukkan rekap data kegiatan cutting yang dilakukan oleh 9 subjek di dua lokasi yaitu Sulawesi dan kalimantan. Hal ini dikarenakan pada daerah Kalimantan untuk tinggi pohon 0-3 m dipanen dengan menggunakan dodos. Dari rekap data tersebut dapat dilihat bahwa distribusi zona 3 dan 2 yang banyak mengalami posisi ekstrim terjadi bagian anggota tubuh atas, sama dengan hasil analisis resiko gerakan cutting dengan menggunakan dodos. Sedangkan untuk bagian lower limb hampir semua berada pada zona 1 dan hanya sedikit data termasuk zona 2. Dapat dilihat pada bagian leher, semua leher subjek melakukan gerakan membengkok ke belakang (extention), tidak ada yang membengkokkan lehernya ke depan. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan tinggi pohon yang semuanya melebihi tinggi pemanen, pemanen harus melakukanan pengamatan letak tandan kelapa sawit atau pelepah dengan mendongakkkan leher ke atas dengan sudut ekstensi di atas zona aman yaitu semuanya berada pada zona 3. Hal tersebut juga terjadi pada bagian bahu dan lengan bawah yang hampir semua tergolong dalam zona 3 dan beberapa data tergolong zona 2. Hal ini dikarena pada proses cutting bagian anggota tubuh yang banyak berperan dalam proses menarik adalah bahu dan lengan tangan bagian bawah. Apalagi dalam proses menarik lengan tangan bagian bawah terus membengkok kedalam (flexion) semaksimal mungkin agar mendapat gaya tarik yang maksimal juga. Sebagian besar pemanen menggerakkan bahunya ke depan sehingga membentuk gerakan fleksi, terlihat dari data bahwa hampir semua pemanen melakukan gerakan fleksi pada bahu, sedangkan gerakan ekstensi hanya dilakukan oleh 4 subjek saja.bagian bahu sebelah kiri rata-rata memiliki besar sudut yang lebih besar dari pada bahu sebelah kanan yangmengindikasikan hampir semua pemanen memliki cara menarik egrek yang sama yaitu posisi tangan kiri berada pada bagian atas pegangan egrek dan tangan kanan berada pada posisi bawah pegangan egrek sehingga membentuk sudut fleksi pada bahu yang lebih besar. Hal ini menyebabkan resiko posisi ekstrim pada bahu sebelah kiri kebih besar dari bahu kanan. Hampir sama dengan kasus cutting menggunakan dodos, pada posisi awal punggung membungkuk untuk mendapatkan gaya dorong yang maksimal, pada kasus egrek punggung sebagian besar juga membungkuk untuk mendapatkan gaya tarikan maksimal. Namun besarnya resiko gerak pada punggung ini masing tergolong aman. Sama halnya dengan kasus dodos, distribusi posisi ekstrim yaitu zona 3 yang semuanya hampir terdapat pada bagian tubuh bagian atas terutama bagian leher, bahu dan lengan bagian bawah mengindikasikan terjadinya kesalahan sistematik pada sistem kerja yang tidak dipengaruhi oleh kesalahan setiap individu pemanen. Prosedur sistem kerja pada saat cutting menggunakan egrek ini perlu diperbaiki agar bagian leher, bahu dan lengan tangan bagian bawah posisi ekstrimnya dapat dikurangi.

45 Tabel 8 Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E1) pada lahan datar (F) untuk kategori tinggi target potong maksimal 3 m Ratarata Maks S Ef Sf Se Lf Kf Bf Be Hf He R L R L R L R L R L C A A A A A A A A A a Satuan dalam derajat ( o ) b Keterangan : 33 S Ef Sf Se Bf Be Hf He Lf Kf R L = Subjek = Lengan bawah fleksi = Lengan atas (bahu) fleksi = Lengan atas (bahu) ekstensi = Punggung fleksi = Punggung ekstensi = Leher fleksi = Leher ekstensi = Tungkai atas (paha) fleksi = Tungkai bawah fleksi = Bagian anggota tubuh sebelah kanan = Bagian anggota tubuh sebelah kanan Zona 0 (nyaman) Zona 1 (aman) Zona 2 (hati-hati) Zona 3 (bahaya) Cutting Menggunakan Egrek (E2) pada Lahan Datar (F) Kegiatan cutting pada lahan datar dengan menggunakan egrek pada tinggi pohon kelapa sawit berkisar antara 3-6 m dilakukan oleh 3 subjek di daerah sulawesi. Pada Tabel 9 dapat dilihat bhwa sebagian besar anggota tubuh yang termasuk zona 3 atau zona posisi yang ekstrim terdapat pada bagian anggota tubuh atas (upper limb) terutama bahu, lengan tangan bagian bawah dan leher. Sebagian besar pemanen membengkokkan kedua bahunya ke depan (flexion), hanya 1 yang selain melakukan gerakan fleksi pada bahu terkadang melakukan gerakan ekstensi pada bahu juga. Gerakan ekstensi pada bahu ini hanya terjadi pada bahu sebelah kiri sedangkan bahu sebelah kanan semuanya mengalami fleksi yang sudutnya sebagian besar tergolong pada zona 3 dan hanya satu subjek yang tergolong pada zona 2,dengan nilai yang hampir mendekati zona 3. Terlihat bahwa bahu sebelah kiri nilai sudut fleksinya lebih besar dari sudut fleksi pada bahu kanan yang mengindikasikan bahwa pemanen menggunakan tangan kiri untuk memegang pegangan egrek bagian atas dan menggunakan tangan bawah untuk memegang bagian pegangan egrek bawah. Hal ini sama dengan kasus

46 34 cutting dengan menggunakan dodos dan E1. Bahu kiri sudut fleksi maksimalnya tergolong pada zona 3 di setiap subjek yang diteliti. Untuk kedua lengan tangan, baik kanan maupun kiri semuanya tergolong dalam zona 3. Lengan tangan bagian bawah mempunyai sudut fleksi yang besar karena harus menekuk ke dalam agar mendapat gerakan tarik yang maksimal. Pada bagian leher semuanya berada pada zona 3 dengan semua leher mengalami gerakan ekstensi, tidak ada yang melakukan gerakan fleksi atau leher menunduk. Hal ini sama dengan kasus cutting dengan dodos dan egrek (E1). Tabel 9 Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E2) pada lahan datar (F) untuk kategori tinggi target potong 3-6 m Ratarata Maks Ef Sf Se Lf Kf S Bf Be Hf He R L R L R L R L R L C C C a Satuan dalam derajat ( o ) b Keterangan : S Ef Sf Se Bf Be Hf He Lf Kf R L = Subjek = Lengan bawah fleksi = Lengan atas (bahu) fleksi = Lengan atas (bahu) ekstensi = Punggung fleksi = Punggung ekstensi = Leher fleksi = Leher ekstensi = Tungkai atas (paha) fleksi = Tungkai bawah fleksi = Bagian anggota tubuh sebelah kanan = Bagian anggota tubuh sebelah kanan Zona 0 (nyaman) Zona 1 (aman) Zona 2 (hati-hati) Zona 3 (bahaya) Bahu masih tergolong pada zona 1 yang artinya kegiatan punggung yang membungkuk oleh pemanen masih dalam batas keamanan karena besarnya sudut fleksi masih berada pada zona aman. Hanya 1 subjek yang melakukan gerakan baik fleksi mau pun ekstensi pada punggung, selebihnya fleksi. Hal ini menendakan dalam kegitan menarik egrek, pemanen harus membungkuk unntuk mendapatkan gaya tarik yang maksimal. Sedangkan anggota tubuh bagian bawah seperti tungkai atas hasilnya bebeda dengan hasil analisis selang gerak pada kasus cutting dengan menggunakan dodos dan egrek pada ketinggian 0-3 m. Pada ketinggian 3-6 m ini sudah terlihat terjadinya peningkatan zona dari zona 1 ke zona 2 pada bagian tungkai bawah. Terlihat untuk kedua tungkai bawah mengalami fleksi (membengkok ke dalam) sebagai konsekuensi dari gerakan pemanen yang menjadikan lutut sebagai tumpuan pada saat menarik egrek. Besarnya sudut lipatan lutut ini bertambah seiring bertambahnya tinggi pohon karena tenaga yang diperlukan untuk menarik egrek pada pohon yang lebih tinggi seharusnya lebih besar dari pohon yang lebih pendek sehingga membutuhkan

47 gaya tari yang besar. Gaya tarik yang besar ini harus ditumpu dengan kaki yang kuat sehingga biasanya pemanen membuat kuda-kuda pada kaki pada saat menarik egrek sehingga berat tubuh yang ikut terbawa saat menarik egrek dapat ditumpu oleh kedua lutut. Zona 3 juga terlihat pada 2 subjek dari 3 subjek yang ada pada bagian tungkai atas sebelah kiri. Hal ini menunjukkan bahwa tungkai atas sebelah kiri membengkokkan kaki ke depan (flextion) untuk membentuk tumpuan yang kuat juga. Berbeda dengan tungkai atas sebelah kiri, bagian kanan masih tergolong dalam zona aman yaitu zona Cutting Menggunakan Egrek (E3) pada Lahan Datar (F) Tabel 10 menunjukkan rekap data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek pada lahan datar dan ketinggian target potong 6-12 m. Data dari 8 subjek pada 3 lokasi dapat dilihat secara keseluruhan bahwa anggota tubuh bagian atas banyak tergolong dalam zona 3 dan 2 terutama bagian tubuh leher, bahu dan lengan bagian bawah. Hal ini sama dengan kasus dodos, E1 dan E2. Anggota tubuh bagian atas banyak berperan dalam kegiatan menarik egrek dan leher mendongak untuk melihat letak tandan kelapa sawit atau pelepah. Keadaan inilah yang menyebabkan pada posisi tersebut banyak anggota tubuh seperti leher, bahu kanan dan kiri serta lengan bawah bagian kanan dan kiri mengalami posisi ekstrim. Semua subjek mengalami gerakan ekstensi pada leher, kesemuanya berada pada zona ekstrim yaitu zona 3. Sebagian besar subjek mengalami fleksi pada bahu, hanya 2 subjek yang melakukan baik fleksi maupun ekstensi pada bahu. Bahu kanan maupun bahu kiri terlihat bervariasi besaran sudutnya. Tidak dapat dikatakan secara umum letak posisi tangan mana yang memegang pipa egrek diatas atauppun dibawah. Hal ini dikarenakan besaran sudut fleksi pada setiap bahu yang berbeda-beda. Misalnya untuk subjek C6, C8, dan A3 memiliki sudut fleksi yang lebih besar pada bahu kiri daripada bahu kanan yang mengindikasikan bahwa subjek tersebut meletakkan tangan kiri pada posisi atas dan tangan kiri pada pada posisi bawah pegangan pada pipa egrek. Sedangkan untuk subjek C1, C9, B4, B5 dan B3 memiliki gaya menarik egrek yang berlawanan dengan kasus sebelumnya. Pada kasus ini, subjek meletakkan tangan kanan pada bagian atas pegangan pipa egrek dan tangan kiri di bagian bawah. Pada bagian lengan bawah, hampir semuanya berada pada zona 3 dengan sudut fleksi yang lebih besar pada lengan bawah bagian kanan. Untuk bagian punggung juga bervariasi, ada yang mengalami gerakan fleksi dan ada yang mengalami baik gerakan fleksi maupun ekstensi dengan perbandingan data yang sebagian besar menunjukkan lebih banyak gerakan fleksi daripada ekstensi. Yang menarik adalah pada ketinggian pohon kelapa sawit yang sudah berada pada selang 6-12 ini adalah terjadinya peningkatan zona pada bagian tubuh punggung pemanen. Pada ketinggian 3-6 m (E2), zona pada punggung masih termasuk pada zona aman yaitu zona 1 sedangkan pada ketinggian 6-12 (E3) posisi punggung sudah banyak yang mencapai zona 2 bahkan ada 1 subjek yang mencapai zona merah. Hampir semua gerakan punggung yang ekstensi tergolong pada zona 2 dan 3 sedangakan pada gerakan fleksi hampir semua tergolong pada zona 2 dan sisanya zona 1. Hal ini mengindikasikan bahwa seiring bertambahnya tinggi pohon, untuk gaya tarik yang maksimum, punggung akan membungkuk ke depan lebih dalam.

48 36 Salah satu anggota tubuh bagian bawah yaitu semua tungkai atas tergolong dalam zona hijau yang berarti masih aman. Sedangkan pada tungkai bawah terutama tungkai bawah sebelah kiri berada pada zona kuning yang artinya besarnya sudut yang terbentuk pada tungkai bawah bagian kiri lebih besar daripada bagian kanan. Hal ini mengindikasikan bahwa lutut sebelah kiriyang menjadi tumpuan kaki saat melakukan proses pemotongan. Tabel 10 Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E3) pada lahan datar (F) untuk kategori tinggi target potong 6-12 m Ratarata Maks S Ef Sf Se Lf Kf Bf Be Hf He R L R L R L R L R L C C C C A B B B a Satuan dalam derajat ( o ) b Keterangan : S Ef Sf Se Bf Be Hf He Lf Kf R L = Subjek = Lengan bawah fleksi = Lengan atas (bahu) fleksi = Lengan atas (bahu) ekstensi = Punggung fleksi = Punggung ekstensi = Leher fleksi = Leher ekstensi = Tungkai atas (paha) fleksi = Tungkai bawah fleksi = Bagian anggota tubuh sebelah kanan = Bagian anggota tubuh sebelah kanan Zona 0 (nyaman) Zona 1 (aman) Zona 2 (hati-hati) Zona 3 (bahaya) Cutting Menggunakan Egrek (E3) pada Lahan Rolling (R) Dari data yang diambil saat proses cutting yang dilakukan oleh 4 subjek pada lahan berbukit (rolling) dengan ketinggian target potong 6-12 m, menunjukkan bahwa hasil yang didapat tidak jauh berbeda dengan kondisi E3 pada lahan datar. Sebagian besar zona 3 dan 2 berada pada anggota tubuh bagian atasyaitu leher, bahu dan lengan bawah. Pada bagian leher, semua subjek mengalami kondisi ekstrim dimana pada bagian ini mengalami zona merah. Sedangkan untuk bagian bahu kiri semuanya berada pada zona merah dengan besaran sudut yang lebih besar dari bahu kanan. Hal ini mengindikasikan bahwa gaya memegang egrek pada subjek di kondisi E3 dan lahan rolling menempatkan tangan kiri di atas tangan kanan. Pada bagian lengan bawah sebagian besar juga

49 berada pada zona merah, sisanya berada pada zona kuning. Untuk lengan bawah sebelah kiri besaran sudutnya lebih besar dari lengan bawah bagian kiri. Hal ini sesuai dengan indikasi bahwa gaya pemotongan pemanen meletakkan tangan kiri di atas tangan bawah yang menyebabkan besarnya sudut yang terbentuk pada lengan bawah sebelah kanan lebih besar daripada sebelah kiri. Bagian leher, bahu dan lengan tangan bagian bawah ini harus diperbaiki posisinya karena kesemuanya berada pada zona yang tidak aman dan posisi ekstrim yang dapat menyebabkan cidera. Hampir sama pada kondisi E3 pada lahan datar, bagian punggung pemanen sudah mengalami peningkatan zona dari yang tadinya sebagian besar zona hijau pada E2, menjadi sebagian besar zona kuning di E3. Ada 2 subjek yang mengalami baik punggung ekstensi maupun fleksi, namun dua subjek lainnya hanya mengalami punggung fleksi. Karena berada pada lahan miring yang mempunyai kemiringan lebih dari 5%, sulit bagi pemanen untuk melakukan gerak ekstensi yang nantinya akan mengganggu keseimbangan berdiri pemanen. Sehingga biasanya pemanen menghindari punggung yang membengkok ke belakang dengan naik beberapa tingkat di lereng untuk dapat melihat buah dengan jelas sehingga pemanen tidak perlu membengkokkan punggung terlalu dalam ke belakang untuk melihat buah yang terlihat jauh dari pandangan pemanen. Posisi tubuh pemanen yang membungkuk ke depan atau punggung yang mengalami fleksi dinilai lebih mudah untuk menjaga keseimbangan dan dapat meningkatkan kekuatan tarik karena membuang berat tubuhnya ke depan sehingga tarikan lebih kuat. Anggota tubuh bagian bawah seperti tungkai atas dan tungkai bawah berada pada zona hijau dan kuning. Untuk bagian tungkai atas semuanya masih tergolong pada zona aman yang masih termasuk zona hijau. Sedangkan pada tungkai bawah 3 dari 4 subjek berada pada zona kuning dan sisanya zona hijau. Besarnya sudut yang terbentuk pada tungkai bawah bagian kanan rata-rata lebih besar dibandingkan dengan bagian kiri. Hal ini menunjukkan bahwa hmpir semua pemanen membuat kuda-kuda pada lutut sebelah kanan. Sehingga hampir semua beban tubuh tertumpu pada lutut sebelah kanan. Walaupun masih berada pada zona kuning, jika dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang, ada indikasi lutut sebelah kanan mempunyai resiko cidera yang lebih tinggi daripada lutut sebelah kiri. Berikut disajikan rekap data besarnya sudut gerak pada kondisi E3 lahan rolling di Tabel

50 38 Tabel 11 Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E3) pada lahan rolling (R) untuk kategori tinggi target potong 6-12 m Ratarata Maks S Ef Sf Se Lf Kf Bf Be Hf He R L R L R L R L R L C B B B a Satuan dalam derajat ( o ) b Keterangan : S Ef Sf Se Bf Be Hf He Lf Kf R L = Subjek = Lengan bawah fleksi = Lengan atas (bahu) fleksi = Lengan atas (bahu) ekstensi = Punggung fleksi = Punggung ekstensi = Leher fleksi = Leher ekstensi = Tungkai atas (paha) fleksi = Tungkai bawah fleksi = Bagian anggota tubuh sebelah kanan = Bagian anggota tubuh sebelah kanan Zona 0 (nyaman) Zona 1 (aman) Zona 2 (hati-hati) Zona 3 (bahaya) Cutting Menggunakan Egrek (E4) pada Lahan Datar (F) Data besarnya sudut selang gerak pada kondisi lahan datar dengan ketinggian target potong m (E4) hanya diambil pada 2 subjek yang semuanya diambil di sulawesi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 12. Hal ini dikarenakan keterbatasan sampel yang diambil di lapangan. Hampir sama dengan semua kasus di D, E1, E2, dan E3, zona tidak aman yaitu zona merah dan kuning sebagaian besar terdapat pada anggota bagian tubuh atas yaitu leher, bahu, dan lengan bawah. Semua subjek hanya mengalami gerakan ekstensi pada bagian leher. Tidak ada subjek yang mengalami fleksi pada daerah leher dikarenakan semakin tinggi pohon jarak pandang mata semakin jauh sehingga secara alami leher akan mendongak ke atas sehingga menyebabkan gerakan ekstensi. Pada bagian tubuh leher, semua subjek mengalami posisi ekstrem yang semuanya berada pada zona merah. Begitu pula dengan bahu yang hampir semuanya berada pada zona merah terutama untuk bahu sebelah kanan. Sedangkan untuk bagian lengan bawah, sebagian besar juga berada pada zona merah. Besarnya sudut selang gerak pada lengan bawah sebelah kiri lebih besar daripada sebelah kanan. hal ini mengindikasikan gaya pemotongan pemanen sebagian besar meletakkan tangan kanannya diatas tangan kirinya. Sehingga bahu sebelah kanan akan membentuk sudut selang gerak yang lebih besar daripada bahu sebelah kiri. Berbeda dengan lengan bawah yang mempunyai sudut selang gerak yang lebih besar di lengan bawah sebelah kiri. Untuk bagian punggung, dari 2 subjek ada yang berada pada zona kuning dan hijau. Karena sedikitnya sampel maka sulit

51 diketahui kecenderungan penambahan atau pengurangan sudut pada punggung untuk dibandingkan dengan kondisi ketinggian pohon lainnya. Bagian anggota tubuh bawah pada 2 subjek semuanya berada pada zona hijau atau zona aman. Sudut yang terjadi baik pada bagian tubuh tungkai atas dan tungkai bawah rata-rata kurang dari 40 o yang mengindikasikan sedikit perubahan gerakan dari posisi normal. Hal ini berbeda dengan kondisi D, E1, E2, dan E3yang menunjukkan semakin tingginya ketinggian pohon, besarnya sudut selang gerak pada bagian tubuh bawah semakin bertambah walaupun gerakan maksimalnya hanya berada pada zona kuning. Hal ini mungkin dikarenakan sedikitnya sampel yang diambil pada kondisi E4 sehingga perubahan yang terjadi tidak terlihat. Berikut ini disajikan tabel yang menunjukkan rekap data besarnya sudut selang gerak pada lahan datar untuk kategori tinggi pohon m. 39 Tabel 12 Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E4) pada lahan datar (F) untuk kategori tinggi target potong m Ratarata Maks S Ef Sf Se Lf Kf Bf Be Hf He R L R L R L R L R L C C a Satuan dalam derajat ( o ) b Keterangan : S Ef Sf Se Bf Be Hf He Lf Kf R L = Subjek = Lengan bawah fleksi = Lengan atas (bahu) fleksi = Lengan atas (bahu) ekstensi = Punggung fleksi = Punggung ekstensi = Leher fleksi = Leher ekstensi = Tungkai atas (paha) fleksi = Tungkai bawah fleksi = Bagian anggota tubuh sebelah kanan = Bagian anggota tubuh sebelah kanan Zona 0 (nyaman) Zona 1 (aman) Zona 2 (hati-hati) Zona 3 (bahaya) Hubungan Antara Besarnya Sudut Gerak Kerja pada Leher, Bahu dan Lengan Bawah dengan Ketinggian Target Potong untuk Penggunaan Egrek pada Lahan Datar (F) Dari semua data yang sudah diolah dan dianalisis terlihat bahwa bagian tubuh yang dari semua kondisi lahan dan ketinggian pohon berada pada zona bahaya atau zona merah adalah bagian leher, bahu dan lengan bawah. Leher berada pada posisi ekstrim yang apabila terjadi secara terus menerus dan berulang-ulang akan menimbulkan kelelahan. Kelelahan yang berlebihan akan menimbulkan cidera. Berikut ini disajikan Gambar 17 yang merupakan grafik hubungan antara besarnya sudut gerak kerja pada leher dengan ketinggian target potong untuk penggunaan egrek pada lahan datar.

52 40 Sudut Gerak Kerja (o) Ketinggian target potong E1 (< 3 m) E2 (3-6 m) E3 (6-12 m) E4 (12-18 m) Gambar 17 Grafik hubungan besarnya sudut gerak kerja pada leher dengan ketinggian target potong untuk penggunaan egrek pada lahan datar Dari grafik diatas terlihat adanya korelasi antara besarnya sudut gerak kerja dengan ketinggian target potong. Semakin tinggi ketinggian target potongnya maka sudut gerak yang terbentuk pada leher semakin besar. Dengan kata lain, semakin tinggi target potong, maka pemanen akan membengkokkan lehernya ke belakang (ekstensi) lebih dalam lagi. Kegiatan leher yang melakukan gerak ekstensi ini dilakukan agar pandangan pemanen dapat mencapai keberadaan atau posisi tandan kelapa sawit atau pelepah sehingga dapat memotong dengan tepat. Ada indikasi bahwa kegiatan ini beresiko apabila tinggi pohon yang harus dipanen semakin tinggi. Selain lengan bawah, bahu merupakan salah satu bagian anggota tubuh gerak atas yang banyak berperan dapat gerakan pemotongan tandan dan pelepah kelapa sawit. Menurut hasil analisis gerak dan resiko kerja berdasarkan Selang Gerak Alami (SAG), bagian bahu banyak mengalami gerakan yang masuk dalam zona bahaya. Gambar 18 menunjukan grafik hubungan besarnya sudut gerak kerja pada bahu dengan ketinggian target potong untuk penggunaan egrek pada lahan datar Sudut Gerak Kerja ( o ) E1 (<3 m) E2 (3-6 m) E3 (6-12 m) E4 (12-18 m) 0 Ketinggian target potong Gambar 18 Grafik hubungan besarnya sudut gerak kerja pada bahu dengan ketinggian target potong untuk penggunaan egrek pada lahan datar

53 41 Dari grafik di atas terlihat bahwa tidak ada pola yang konsisten untuk besarnya sudut gerak kerja dengan ketinggian target potong. Pada ketinggan target potong < 3 m sampai dengan 6 m, besarnya sudut gerak kerja pemanen pada bahu terus naik. Namun, saat ketinggian lebih dari 6 m, besarnya sudut gerak turun dan meningkat sampai ketinggian 18 m. Hal ini dikarenakan penggunaan dua sambungan batang egrek yang hanya mempunyai panjang 6 m untuk tinggi pohon maksimal 6 m terlalu dipaksakan sehingga panjang egrek kurang. Kurangnya panjang egrek ini membuat pemanen akan mendekati pohon dan bahu akan cenderung membengkok ke depan (fleksi) agar mencapai sisa pegangan egrek. Akibatnya sudut gerak kerja pada bahu meningkat. Ketika pemanen memanen pada ketinggian target potong lebih dari 6 m, pemanen memanjangkan egrek menjadi 3 sambungan sehingga masih ada sisa batang egrek yang dengan leluasa dapat dikendalikan. Hal ini membuat bahu menurun dan besarnya sudut gerak kerja menurun. Peristiwa ini juga terjadi pada lengan bawah seperti yang ditunjukkan pada Gambar Sudut Gerak Kerja ( o ) Ketinggian target potong E1 (< 3 m) E2 (3-6 m) E3 (6-12 m) E4 (12-18 m) Gambar 19 Grafik hubungan besarnya sudut gerak kerja pada lengan bawah dengan ketinggian target potong untuk penggunaan egrek pada lahan datar Seperti halnya yang terjadi pada bahu, pada lengan bawah juga terjadi nilai sudut gerak kerja yang paling besar pada ketinggian target potong maksimal 6 m. Penggunaan egrek dua sambungan yang panjangnya tidak cukup untuk kendali tarikan pada tangan membuat lengan bawah menekuk terlalu dalam (fleksi) saat melakukan gerakan tarikan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaturan panjang egrek sangat berperan dalam mempengaruhi resiko gerak yang akan diterima untuk anggota tubuh khususnya untuk bahu dan lengan bawah. Penentuan panjang egrek yang tepat untuk setiap ketinggian target potong perlu diperhatikan untuk mengurangi resiko gerak.

54 42 Perbandingan Penggunaan Dodos dan Egrek Terhadap Besarnya Sudut Gerak Kerja pada Leher, Bahu dan Lengan Bawah untuk Ketinggian Target Potong < 3 m dan Lahan Datar (F) Penggunaan dodos dan egrek pada tinggi target potong < 3 m di lahan datar (F) dibandingkan terhadap besarnya sudut gerak kerja pada anggota tubuh atas yang paling beresiko berada pada zona bahaya yaitu leher, bahu dan lengan bawah. Hasil dari perbandingan ditunjukkan pada Gambar 20. Gambar 20 Perbandingan Penggunaan Dodos dan Egrek Terhadap Besarnya Sudut Gerak Kerja pada Leher, Bahu dan Lengan Bawah untuk Ketinggian Target Potong < 3 m dan Lahan Datar (F) Dari grafik di atas terlihat bahwa penggunaan dodos mengakibatkan lebih kecilnya sudut gerak kerja dibandingkan penggunaan egrek pada semua anggota tubuh atas yang beresiko masuk dalam zona bahaya yaitu leher, bahu dan lengan bawah. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan egrek lebih beresiko mengakibatkan peningkatan sudut gerak kerja dibandingkan dodos. Sehingga penggunaan dodos terbukti lebih aman daripada egrek untuk leher, bahu dan lengan bawah sehingga mengurangi resiko gerak. Simulasi Posisi dan Gerak Kerja yang Aman Dari pengamatan yang ada di lapangan, prosedur pemanenan untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan peningkatan produktivitas kerja yang ada di lapangan saat ini belum diatur, yang ada hanya sebatas Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan oleh perusahaan seperti pakaian lengan panjang, helm, sepatu boots dan sarung pisau egrek. Berdasarkan hasil pengolahan data sudut selang gerak pada saat proses cutting, dapat diambil kesimpulan bahwa prosedur pemanenan pada proses cutting harus diperbaiki karena banyak bagian tubuh yang berada pada zona tidak aman terutama untuk anggota tubuh bagian atas seperti leher, bahu dan lengan tangan bagian bawah.

STUDI ANTROPOMETRI DAN GERAK KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT SERTA APLIKASINYA UNTUK PENYEMPURNAAN DESAIN ALAT PANEN SAWIT (EGREK DAN DODOS)

STUDI ANTROPOMETRI DAN GERAK KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT SERTA APLIKASINYA UNTUK PENYEMPURNAAN DESAIN ALAT PANEN SAWIT (EGREK DAN DODOS) STUDI ANTROPOMETRI DAN GERAK KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT SERTA APLIKASINYA UNTUK PENYEMPURNAAN DESAIN ALAT PANEN SAWIT (EGREK DAN DODOS) ILHAM RIZKI ARISANDY DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS

Lebih terperinci

Desain Model Diagnostik Resiko Ergonomi pada Kelapa Sawit Secara Manual

Desain Model Diagnostik Resiko Ergonomi pada Kelapa Sawit Secara Manual Technical Paper Desain Model Diagnostik Resiko Ergonomi pada Kelapa Sawit Secara Manual Ergonomic Risk Assesment s Tool of Oil Palm Manual Harvesting Nugrahaning Sani Dewi, Departemen Teknik Mesin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter.

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit digunakan dua alat panen yaitu berupa egrek dan dodos. Pada penelitian ini pengamatan dilakukan pada penggunaan egrek

Lebih terperinci

STUDI ANTROPOMETRI PEMANEN KELAPA SAWIT DAN APLIKASINYA PADA RANCANG BANGUN ANGKONG BANI SHIDEK

STUDI ANTROPOMETRI PEMANEN KELAPA SAWIT DAN APLIKASINYA PADA RANCANG BANGUN ANGKONG BANI SHIDEK STUDI ANTROPOMETRI PEMANEN KELAPA SAWIT DAN APLIKASINYA PADA RANCANG BANGUN ANGKONG BANI SHIDEK TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA Dalam suatu pengambilan data antropometri pada suatu populasi yaitu pada Kecamatan Dramaga terdapat perbedaan dengan populasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Antropometri Petani Wanita Kecamatan Dramaga Pengambilan data dilakukan secara acak dengan mengunjungi subjek yang ada di tiap-tiap desa, baik dengan langsung bertemu dengan

Lebih terperinci

Studi Waktu (Time Study) pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau

Studi Waktu (Time Study) pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau Technical Paper Studi Waktu (Time Study) pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau Time Study on The Activity of Oil Palm Harvesting at Sari Lembah Subur Plantations,

Lebih terperinci

Studi Gerak Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual

Studi Gerak Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual Technical Paper Studi Gerak Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual Motion Study of Oil Palm Manual Harvesting M. Faiz Syuaib, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian, Bogor, Email:

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

STUDI WAKTU DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN WARU KALTIM PLANTATION (WKP), KALIMANTAN TIMUR

STUDI WAKTU DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN WARU KALTIM PLANTATION (WKP), KALIMANTAN TIMUR STUDI WAKTU DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN WARU KALTIM PLANTATION (WKP), KALIMANTAN TIMUR RR. STEVY SUSETYANING PALUPI TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.

BAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini. BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Hasil Pengolahan REBA Pada bab ini akan dilakukan analisa hasil dari pengolahan data terhadap pengukuran resiko kerja dengan menggunakan metode REBA dari semua proses kerja

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN 3.2 PERALATAN 3.3 SUBJEK PENELITIAN

METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN 3.2 PERALATAN 3.3 SUBJEK PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan September 2012. Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan Sari Lembah Subur, Riau dan laboratorium

Lebih terperinci

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan MODUL 10 REBA 1. Deskripsi Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas teori-teori yang digunakan sebagai landasan dan dasar pemikiran yang mendukung analisis dan pemecahan permasalahan dalam penelitian ini. 2.1 Kajian Ergonomi

Lebih terperinci

DESAIN KONSEPTUAL STANG KEMUDI TRAKTOR RODA DUA UNTUK TRANSPORTASI MENGGUNAKAN TRAILER MELALUI PENDEKATAN ERGONOMIKA BREHANS RASKAROWANA

DESAIN KONSEPTUAL STANG KEMUDI TRAKTOR RODA DUA UNTUK TRANSPORTASI MENGGUNAKAN TRAILER MELALUI PENDEKATAN ERGONOMIKA BREHANS RASKAROWANA DESAIN KONSEPTUAL STANG KEMUDI TRAKTOR RODA DUA UNTUK TRANSPORTASI MENGGUNAKAN TRAILER MELALUI PENDEKATAN ERGONOMIKA BREHANS RASKAROWANA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI WAKTU DAN APLIKASINYA UNTUK OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN PASANGKAYU, SULAWESI BARAT KURNIA LESTARI

STUDI WAKTU DAN APLIKASINYA UNTUK OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN PASANGKAYU, SULAWESI BARAT KURNIA LESTARI i STUDI WAKTU DAN APLIKASINYA UNTUK OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN PASANGKAYU, SULAWESI BARAT KURNIA LESTARI TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Metode dan Pengukuran Kerja

Metode dan Pengukuran Kerja Metode dan Pengukuran Kerja Mengadaptasi pekerjaan, stasiun kerja, peralatan dan mesin agar cocok dengan pekerja mengurangi stress fisik pada badan pekerja dan mengurangi resiko cacat kerja yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan tanaman monokotil, dimana batangnya tidak memiliki kambium dan tidak bercabang. Kelapa sawit sendiri

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA ALAT PANEN KELAPA SAWIT PADA PEKERJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN SAID ALFANDRI

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA ALAT PANEN KELAPA SAWIT PADA PEKERJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN SAID ALFANDRI USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA ALAT PANEN KELAPA SAWIT PADA PEKERJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA Dwi Nurul Izzhati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UDINUS Jl. Nakula I, No.5-11, Semarang E-mail: dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH

STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

STUDI WAKTU (TIME STUDY) PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN SARI LEMBAH SUBUR, RIAU SKRIPSI KURNIA AYU PUTRANTI F

STUDI WAKTU (TIME STUDY) PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN SARI LEMBAH SUBUR, RIAU SKRIPSI KURNIA AYU PUTRANTI F STUDI WAKTU (TIME STUDY) PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN SARI LEMBAH SUBUR, RIAU SKRIPSI KURNIA AYU PUTRANTI F14080033 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire A. DATA RESPONDEN Nama : Usia : Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Status Pernikahan : Berat Badan Tinggi Badan : kg : cm Tangan dominan : a. Kanan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juni 2010 sampai Oktober 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Teknik Mesin dan Biosistem. B. Peralatan

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT. ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT PADA OPERATOR DALAM PEMBUATAN PEMBERSIH AIR LIMBAH DI PT. KAMIADA LESTARI INDONESIA Disusun Oleh: Roni Kurniawan (36411450) Pembimbing:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANTROPOMETRI Hasil pengolahan data yang akan disajikan dalam tabel-tabel pada bab pembahasan ini merupakan ringkasan data yang menunjukkan nilai rata-rata, simpangan baku, sebaran

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, beregrak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur selama dua bulan terhitung dari bulan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN ALAT BANTU KERJA OPERATOR ANGKUT DI STASIUN PEMANENAN PADA PT PERKEBUNAN X

ANALISIS PERANCANGAN ALAT BANTU KERJA OPERATOR ANGKUT DI STASIUN PEMANENAN PADA PT PERKEBUNAN X ANALISIS PERANCANGAN ALAT BANTU KERJA OPERATOR ANGKUT DI STASIUN PEMANENAN PADA PT PERKEBUNAN X Risky Hidayat 1, Listiani Nurul Huda, Poerwanto 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak Analisis Tingkat Risiko Cedera MSDs pada Pekerjaan Manual Material Handling dengan Metode REBA dan RULA pada Pekerjaan Area Produksi Butiran PT. Petrokimia Kayaku Reza Rashad Ardiliansyah 1*, Lukman Handoko

Lebih terperinci

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja A. Deskripsi POSTUR KERJA Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Rapid

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batu bata Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah dibersihkan dari kerikil dan batu-batu lainnya. Tanah ini banyak ditemui di sekitar kita. Itulah

Lebih terperinci

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh   Abstrak ANALISA POSTUR KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA PEKERJA BAGIAN MOTHER PLANT DEPARTEMEN NURSERY PT. TOBA PULP LESTARI, TBK PORSEA Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Analisis Pemindahan Material Secara Manual Pada Pekerja Pengangkut Kayu Dengan Menggunakan Metode

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi kegiatan memotong tandan buah yang masak, memungut brondolan,

Lebih terperinci

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry Perencanaan Tempat Duduk Traktor dengan Antropometri (Nurhidayah dkk) PERENCANAAN TEMPAT DUDUK TRAKTOR RODA EMPAT YANG ERGONOMIS DENGAN ANTROPOMETRI Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor

Lebih terperinci

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ Cita Anugrah Adi Prakosa 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2) Laboratorium

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ Tengku Fuad Maulana 1, Sugiharto 2, Anizar 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Model Konsep Interaksi Ergonomi POSTURE??? Postur Kerja & Pergerakan An active process and is the result of a great number

Lebih terperinci

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia kerja, seseorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Kesehatan kerja

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Latar Belakang Laboratorium Proses Manufaktur merupakan salah satu laboratorium yang baru saja didirikan dijurusan Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom. Laboratorium

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk memcahkan masalah dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD Satria merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang produksi linggis. Usaha ini dikelola secara turun menurun yang didirikan pada tahun

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 RANCANGAN ALAT PENCACAH PELEPAH SAWIT DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI (STUDI KASUS DI UKM TANI SIDORUKUN) TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia 36 BAB V HASIL 5. 1 Profil PT Soraya Intercine Films PT Soraya Intercine Flims merupakan rumah produksi yang didirikan pada tahun 1982. Aktivitas bisnis dari perusahaan ini antara lain adalah: 1. Memproduksi

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA 60 ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA Friska Pakpahan 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT...

Lebih terperinci

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS PKMT-2-1-1 RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS Mirta Widia, Mia Monasari, Vera Methalina Afma, Taufik Azali Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Perancangan wheelbarrow

Lebih terperinci

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mampu merancang metode kerja berdasarkan pada prinsip-prinsip biomekanika. 2. Mengetahui postur kerja yang baik menurut prinsip-prinsip RULA. 3.

Lebih terperinci

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan

Lebih terperinci

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015 A N A L I S I S R E D E S I G N A L A T B A N T U S O R T A S I T A N D A N B U A H S E G A R ( T B S ) K E L A P A S A W I T DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II SAWIT SEBERANG TUGAS SARJANA Diajukan Untuk

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM :

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM : TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEKERJA PANEN BUAH KELAPA SAWIT (TBS) MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT (REBA) D i PT. XYZ Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya BIOMEKANIKA Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya Biomekanika Biomekanika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Menurut Nurmianto (2004), istilah ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya.

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) Muhammad wakhid Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI Silvi Ariyanti 1 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Email: ariyantisilvi41@gmail.com ABSTRAK Pada industri

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perindustrian di Indonesia sekarang ini mengalami perkembangan yang pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat, rolling door, dan lan-lain.

Lebih terperinci

ROM (Range Of Motion)

ROM (Range Of Motion) Catatan : tinggal cari gambar ROM (Range Of Motion) A. Pengertian Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi masalah. Pengembangan dan perumusan ide desain. Tidak Penetapan mekanisme.

METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi masalah. Pengembangan dan perumusan ide desain. Tidak Penetapan mekanisme. III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai Oktober 2012 di Laboraturium Teknik Mesin dan Otomasi, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,

Lebih terperinci

A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN

A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN III. METODOLOGI A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu pengambilan data yang dilakukan di 15 desa di Kecamatan Wedung,

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X ANALISA KELUHAN DAN USULAN PERANCANGAN TROLI ERGONOMIS SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ( Studi Kasus : Pelelangan Ikan Muara Angke ) Renty Anugerah Mahaji Puteri 1*, Yakub 2 12

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QURAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DENGAN METODE REBA DAN QEC (Studi Kasus Pada Kuli Angkut Terigu)

PERBANDINGAN PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DENGAN METODE REBA DAN QEC (Studi Kasus Pada Kuli Angkut Terigu) PERBANDINGAN PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DENGAN METODE REBA DAN QEC (Studi Kasus Pada Kuli Angkut Terigu) Meity Martaleo Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Darsini Teknik Industri Fakultas Teknik - Univet Bantara Sukoharjo e-mail: dearsiny@yahoo.com Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah merancang desain troli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga manusia masih menjadi hal yang utama dan paling penting dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang berlangsung di perusahaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi mengenai analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Nai Shoes Collection merupakan home industry yang bergerak di bidang industri sepatu safety dan sepatu boot yang berlokasi di Jl. Cibaduyut Raya Gang Eteh Umi RT. 2 RW 1 kota Bandung.

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mampu merancang

Lebih terperinci