4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Musim Panas Tahun 1999 Pola grafik R rs dari masing-masing lokasi pengambilan data radiansi dan irradiansi pada musim panas 1999 selengkapnya disajikan pada Gambar 7.Grafik tersebut menggambarkan karakteristik R rs permukaan perairan dari setiap lokasi yang dikelompokkan berdasarkan pola grafik yang memiliki kemiripandan lokasi yang berdekatan untuk mempermudah karakterisasi dan identifikasi R rs.tabel 2 menampilkan nilai R rs secara spesifikpada musim panas Gambar 7a menunjukkanpola R rs pada stasiun 4, 6, dan 7 yang berada di muara Sungai Mississippi. Secara umum ketiga stasiun ini memiliki nilai R rs yang relatif tinggi pada gelombang hijau dengan kisaran 2,3 x ,4 x 10-3 sr -1 dibandingkan dengan gelombang biru dan merah. Nilai R rs tertinggi berada pada kisaran panjang gelombang nm, yang selanjutnya menurun secara signifikan. Kisaran panjang gelombang tersebut merupakan spektrum gelombang hijau, menunjukkan bahwa pada daerah ini memiliki konsentrasi klorofil-a yang relatif tinggi. Hal ini sesuai dengan temuan Nababan (2005) dimana konsentrasi klorofil-a relatif tinggi pada lokasi dekat muara sungai Mississippi (Gambar 7 bagian atas).pada muara Sungai Mississippi, kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm secara berturut-turut yaitu1,5 x x 10-3 sr - 1, 1,6 x ,8 x 10-3 sr -1, dan 2 x ,2 x 10-3 sr -1 (Tabel 2).Pada panjang gelombang531 dan 551 nmmemiliki kisaran nilai R rs yang sama yakni antara 2,3 x ,4 x 10-3 sr -1,sedangkanpanjang gelombang667 dan 678 nm berada pada kisaran 0,5 x ,9 x 10-3 sr -1 dan 0,6 x ,9 x 10-3 sr -1 (Tabel 2). 19

2 20 (a) (e) (f) (d) (b) (c) (a) (b) (d) (c) (e) (f) Gambar 7. Grafik R rs pada berbagai lokasi pada musim panas 1999 (bawah : a, b, c, d, e, dan f). Bagian atas merupakan peta sebaran spasial klorofil pada waktu yang sama (Nababan 2005) dengan lokasi stasiun pengambilan data R rs. Note: skala sumbu-y berbeda untuk memperjelas penampilan grafik.

3 21 Tabel 2. Nilai R rs di masing-masing panjang gelombang serta stasiun pada musim panas tahun 1999 (R rs x 10-3 sr -1 ) Grafik Stasiun Panjang Gelombang (nm) ,58 1,65 2,07 2,32 2,36 0,56 0,67 7a 6 2,29 2,26 2,67 3,08 3,27 0,57 0,66 7 4,09 3,89 4,20 4,40 4,45 0,90 0,95 7b 8 7,58 6,25 5,27 2,58 1,92 0,18 0,18 9 7,52 6,28 5,36 2,65 2,01 0,23 0,23 7c 10 8,36 6,79 5,51 2,52 1,85 0,17 0, ,32 4,30 4,47 2,97 2,42 0,31 0, ,29 1,79 2,61 1,69 1,37 0,02 0,03 7d 13 4,08 4,09 4,31 2,88 2,34 0,27 0, ,36 4,41 4,59 2,85 2,27 0,26 0, ,81 3,98 4,30 2,67 2,11 0,23 0,25 7e 16 3,80 4,08 5,12 4,42 3,93 0,32 0, ,14 4,32 4,73 3,41 2,87 0,42 0,41 7f 18 3,94 4,13 4,55 3,27 2,77 0,39 0, ,01 3,09 3,40 2,58 2,18 0,31 0, ,14 3,24 3,56 2,72 2,30 0,36 0,36 Pada daerah offshore musim panas 1999 terlihat dua pola grafik R rs yang berbeda yaitu pola yang menunjukkan perairan berwarna biru (Gambar 7b dan 7c) dan pola grafik R rs yang menunjukkan perairan berwarna hijau (Gambar 7d dan 7f).Kisaran nilai R rs pada daerah offshore yang menunjukkan warna perairan biru pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm adalah 7,5 x ,3 x 10-3 sr -1, 6,2 x ,8 x 10-3 sr -1, dan 5,2 x ,5 x 10-3 sr -1 (Tabel 2). Gelombang hijau yakni panjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs berada pada kisaran 2,5 x ,6 x 10-3 sr -1 dan 1,8 x x 10-3 sr -1,sedangkan nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm berada pada kisaran yang sama yaitu 0,18 x ,23 x 10-3 sr -1 (Tabel 2). Tingginya nilai R rs pada gelombang biru menunjukan warna perairan pada lokasi tersebut dominan berwarna biru, hal ini sesuai dengan

4 22 hasil Nababan (2005) yakni pada lokasi ini warna perairan cenderung biru dengan kandungan klorofil yang relatif lebih rendah (Gambar 7 bagian atas). Kisaran nilai R rs di daerah offshore yang berwarna hijau (Gambar 7d dan 7f) pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm berturut-turut adalah 3 x ,3 x 10-3 sr -1, 1,7 x ,4 x 10-3 sr -1, dan 2,6 x ,5 x 10-3 sr -1 (Tabel 2).Pada panjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs berada pada kisaran 1,6 x ,8 x 10-3 sr -1 dan 1,3 x ,4 x 10-3 sr -1 (Tabel 2).Nilai R rs tertinggi pada panjang gelombang 667 dan 678 nm berada pada kisaran yang sama yaitu0,02 x ,41 x 10-3 sr -1 (Tabel 2).Berdasarkan pola grafik dan nilai R rs di lokasi ini maka konsentrasi klorofil pada daerah ini relatif sedang, hal ini dikarenakan adanya arus yang berasal dari arah barat menuju timur secara berputar, sehingga menyebabkan materi yang berasal dari muara Sungai Mississippi dengan kandungan nutrien yang relatif tinggi terbawa sampai daerah offshore(nababan 2005). Pada perairan dekat muara Sungai Suwanee, berdasarkan pola grafik tersebut maka dapat diketahui kondisi perairan di stasiun 16 memiliki konsentrasi klorofil yang relatif tinggi hal ini dikarenakan nilai R rs tertinggi berada pada gelombang hijau yakni antara nm.kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm berturut-turut adalah 3,8 x 10-3 sr -1, 4 x 10-3 sr -1, dan 5,1 x 10-3 sr -1 (Tabel 2). Gelombang hijau yakni panjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs adalah 4,4 x 10-3 sr -1 dan 3,9 x 10-3 sr -1,sedangkan nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm berada pada nilai yang sama yaitu0,3 x 10-3 sr -1 (Tabel 2). Kondisi ini sesuai dengan hasil Nababan (2005), dimana pada lokasi ini warna perairan berada pada rentang warna hijau dengan konsentrasi klorofil-a yang relatif tinggi (Gambar 7 bagian atas).

5 Musim Gugur Tahun 1999 Pola grafik nilai R rs dari masing-masing lokasi pengambilan data radiansi dan irradiansi pada musim gugur 1999 selengkapnya disajikan pada Gambar 8. Sama halnya dengan grafik musim panas 1999, grafik ini menggambarkan karakteristik R rs permukaan perairan dari masing-masing lokasi yang dikelompokkan berdasarkan pola grafik yang memiliki kemiripan dan lokasi yang berdekatan untuk mempermudah karakterisasi dan identifikasi R rs. Tabel 3 menampilkan nilai R rs pada musim gugur Gambar 8a menunjukkan nilai R rs pada stasiun 22, 23, dan 24 yang berada dekat dengan muara Sungai Mississippi. Secara umum ketiga stasiun ini memiliki nilai R rs yang relatif tinggi pada gelombang biru dengan kisaran 3,7 x ,2 x 10-3 sr -1 dibandingkan dengan gelombang hijau dan merah. Nilai R rs tertinggi berada pada panjang gelombang 400 nm, yang selanjutnya terus menurun hingga gelombang merah. Pada daerah ini, nilai R rs pada gelombangbiru yaitu 413, 443, dan 488 nm berturut-turut berkisar antara 4,4 x ,3 x 10-3 sr -1, 3,9 x ,3 x 10-3 sr -1, dan 3,5 x ,3 x 10-3 sr -1 (Tabel 3). Panjang gelombang 531 dan 551 nm (gelombang hijau), nilai R rs berada pada kisaran yaitu 1,6 x ,8 x 10-3 sr -1 dan 1,1 x ,3 x 10-3 sr -1 (Tabel 3). Kisaran nilai R rs pada gelombang merah yaitu 667 dan 678 nm (gelombang merah) memiliki nilai yang sama yaitu 0,05 x ,16 x 10-3 sr -1 (Tabel 3). Kondisi ini sesuai dengan hasil Nababan (2005), yaitu pada lokasi ini warna perairan berada pada rentang warna biru dengan konsentrasi klorofil-a yang relatif rendah (Gambar 8 bagian atas). (b)

6 24 (c) (a) (d) (e) (f) Gambar 8. Grafik R rs pada berbagai lokasi pada musim gugur 1999 (bawah : a, b, c, d, e, dan f). Bagian atas merupakan peta sebaran spasial klorofil pada waktu yang sama (Nababan 2005) dengan lokasi stasiun pengambilan data R rs. Note: skala sumbu-y berbeda untuk memperjelas penampilan grafik. Tabel 3. Nilai R rs di masing-masing panjang gelombang serta stasiun pada musim gugurtahun 1999 (R rs x 10-3 sr -1 ) Panjang Gelombang (nm) Grafik Stasiun a 22 5,98 5,04 4,15 1,67 1,18 0,05 0,06

7 25 8b 8c 8d 8e 8f 23 6,32 5,30 4,34 1,71 1,19 0,05 0, ,48 3,96 3,56 1,80 1,37 0,16 0, ,97 5,30 4,71 2,32 1,73 0,17 0, ,62 5,04 4,52 2,22 1,65 0,16 0, ,67 4,99 4,39 2,09 1,53 0,14 0, ,41 4,12 4,07 2,24 1,67 0,17 0, ,67 4,35 5,65 4,35 3,67 0,41 0, ,89 4,48 5,69 4,34 3,63 0,42 0, ,79 4,92 5,57 3,93 3,19 0,38 0, ,06 6,63 5,36 2,33 1,70 0,18 0, ,40 6,14 4,90 2,03 1,46 0,13 0, ,59 6,39 5,10 2,17 1,58 0,16 0, ,76 5,77 4,69 2,04 1,49 0,13 0, ,95 5,90 4,74 2,00 1,44 0,14 0, ,87 9,13 8,85 4,77 3,57 0,37 0, ,29 5,72 5,40 2,98 2,27 0,29 0, ,80 4,34 5,94 4,16 3,29 0,21 0, ,48 5,37 5,75 3,19 2,35 0,20 0, ,17 5,10 5,52 3,18 2,37 0,21 0, ,10 5,97 6,32 3,50 2,62 0,25 0,26 Gambar 8b menunjukkan grafik R rs pada stasiun 25, 26, 27, dan 28 yang berada di muara Sungai Escambia. Pola grafik R rs pada daerah ini tidak jauh berbeda dengan daerah Sungai Mississippi yaitu nilai R rs tertinggi pada pada kisaran panjang gelombang 400 nm. Kisaran nilai R rs pada panjang gelombang biru yaitu 413, 443, dan 488 nm adalah 4,4 x ,9 x 10-3 sr -1, 4,1 x ,3 x 10-3 sr -1, dan 4 x ,7 x 10-3 sr -1 (Tabel 3).Pada panjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs berada pada kisaran yaitu 2 x ,3 x 10-3 sr -1 dan 1,5 x ,7 x 10-3 sr -1,sedangkan nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm (gelombang merah) adalah 0,13 x ,18 x 10-3 sr -1 (Tabel 3). Berdasarkan grafik nilai R rs, daerah muara Sungai Choctawhatchee (Gambar 8c) memiliki konsentrasi klorofil yang relatif tinggi. Hal ini terlihat dari puncak

8 26 grafik nilai R rs berada pada rentang panjang gelombang nm. Kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm adalah 3,6 x ,7 x 10-3 sr -1, 4,3 x ,9 x 10-3 sr -1, dan 5,5 x ,6 x 10-3 sr -1 (Tabel 3). Pada panjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs berada pada kisaran yaitu 3,9 x ,3 x 10-3 sr -1 dan 3,1 x ,6 x 10-3 sr -1, sedangkan pada panjang gelombang 667 dan 678 nm berkisar antara0,39 x ,42 x 10-3 sr -1 (Tabel 3). Daerah offshorepada musim gugur 1999 terlihat menunjukan pola perairan berwarna biru (Gambar 8d). Kisaran nilai R rs pada daerah offshore pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm adalah 6,7 x x 10-3 sr -1, 5,7 x ,6x 10-3 sr -1, dan 4,6 x x 10-3 sr -1 (Tabel 3).Pada gelombang hijau yaitu panjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs berada pada kisaran yaitu 2 x ,3 x 10-3 sr -1 dan 1,4 x ,7 x 10-3 sr -1,sedangkan kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm adalah 0,13 x ,18 x 10-3 sr -1 (Tabel 3). Tingginya nilai R rs pada gelombang biru menunjukan warna perairan pada lokasi tersebut dominan berwarna biru, hal ini sesuai dengan hasil Nababan (2005) yakni pada lokasi ini warna perairan cenderung biru dengan kandungan klorofil yangsangat rendah (Gambar 8 bagian atas). Pada daerah muara Sungai Apalachicola (Gambar 8e) menunjukkan grafik R rs pada stasiun 35 dan 36. Secara umum peraira pada lokasi tersebut memiliki pola perairan berwarna biru pada musim gugur 1999.Kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm adalah 6,2 x ,8 x 10-3 sr -1, 5,7 x ,1 x 10-3 sr -1, dan 5,4 x ,8 x 10-3 sr -1 (Tabel 3).Panjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs berada pada kisaran yaitu 2,9 x ,7 x 10-3 sr -1 dan

9 27 2,2 x ,5 x 10-3 sr -1 (Tabel 3). Kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm adalah 0,2 x ,3 x 10-3 sr -1 (Tabel 3). Pada perairan dekat muara Sungai Suwanee, berdasarkan pola grafik R rs (Gambar 8f) menunjukkan kondisi perairan di daerah tersebut memiliki konsentrasi klorofil yang relatif tinggi. Nilai R rs tertinggi berada pada kisaran panjang gelombang nm.kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm berturut-turut adalah 3,8 x ,1 x 10-3 sr -1, 4,3 x ,9 x 10-3 sr -1, dan 5,7 x ,3 x 10-3 sr -1 (Tabel 3).Panjang gelombang 531 dan 551 nm (gelombang hijau), nilai R rs berada pada kisaran yaitu 3,1 x ,1x 10-3 sr - 1 dan 2,3 x ,2 x 10-3 sr -1,sedangkan pada panjang gelombang 667 dan 678 nm adalah 0,21 x ,26 x 10-3 sr -1 (Tabel 3). 4.3 Musim Semi Tahun 2000 Pola grafik nilai R rs dari masing-masing lokasi pengambilan data radiansi dan irradiansi pada musim semi 2000selengkapnya disajikan pada Gambar 9.Tabel 4 menampilkan nilai R rs secara spesifik di masing-masing stasiun serta masing-masing panjang gelombang pada musim semi Gambar 9a menunjukkan grafik R rs pada stasiun 46, 47, 48, 55, 56, 60 dan 64 yang berada pada daerah offshore. Secara umum pola nilai R rs pada daerah ini menunjukkan pola perairan berwarna biru dengan nilai R rs tertinggi berada pada panjang gelombang 400 nm. Kisaran nilai R rs di daerah offshore pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm adalah 6,3 x ,9 x 10-3 sr -1, 5,7 x ,9 x 10-3 (f)

10 28 (e) (d) (b) (c) (a) Gambar 9. Grafik R rs pada berbagai lokasi pada musim semi 2000 (bawah : a, b, c, d, e, dan f). Bagian atas merupakan peta sebaran spasial klorofil pada waktu yang sama (Nababan 2005) dengan lokasi stasiun pengambilan data R rs. Note: skala sumbu-y berbeda untuk memperjelas penampilan grafik. Tabel 4. Nilai R rs di masing-masing panjang gelombang serta stasiun pada musim semitahun 2000 (R rs x 10-3 sr -1 ) Panjang Gelombang (nm) Grafik Stasiun a 46 6,35 5,75 5,32 2,86 2,86 0,19 0,18

11 29 9b 9c 9d 9e 9f 47 10,8 9,28 6,88 2,77 2,13 0,17 0, ,7 9,25 6,86 2,76 2,13 0,18 0, ,90 7,03 5,52 2,32 1,78 0,14 0, ,70 8,54 6,52 2,75 2,13 0,20 0, ,4 9,08 6,78 2,77 2,14 0,20 0, ,9 14,9 11,7 5,16 4,05 0,38 0, ,67 5,92 7,47 5,00 4,33 0,32 0, ,38 5,55 7,24 5,51 4,98 0,34 0, ,28 7,61 11,6 9,89 9,44 0,43 0, ,75 5,16 6,71 5,62 5,29 0,42 0, ,69 8,55 6,51 2,64 2,02 0,17 0, ,2 9,74 7,34 3,13 2,43 0,27 0, ,80 4,13 4,77 3,38 2,95 0,32 0, ,42 5,43 5,73 3,66 3,11 0,32 0, ,50 7,48 5,79 2,45 1,89 0,16 0, ,28 4,28 4,95 4,02 3,67 0,43 0, ,19 4,37 5,16 3,77 3,32 0,37 0, ,03 4,68 4,69 3,05 2,55 0,23 0,21 sr -1, dan 5,3 x ,7 x 10-3 sr -1 (Tabel 4). Pada gelombang hijau yakni panjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs berada pada kisaran yaitu 2,3 x ,1 x 10-3 sr -1 dan 1,7 x x 10-3 sr -1, sedangkan nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm memiliki kisaran yang sama yaitu 0,14 x ,3 x 10-3 sr -1 (Tabel 4). Tingginya nilai R rs pada gelombang biru menunjukan warna perairan pada lokasi tersebut dominan berwarna biru, hal ini sesuai dengan hasil Nababan (2005) yakni pada lokasi ini warna perairan cenderung biru dengan kandungan klorofil yang sangat rendah (Gambar 9 bagian atas). Grafik yang menggambarkan pola perairan berwarna biru juga terlihat pada stasiun 53 dan 54, stasiun tersebut berada dekat dengan daerah offshore. Kisaran nilai R rs pada Gambar 9d di panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm adalah 9,7 x ,2 x 10-3 sr -1, 8,5 x ,7 x 10-3 sr -1, dan 6,5 x ,3 x 10-3 sr -

12 30 1 (Tabel 4). Pada panjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs berada pada kisaran yaitu 2,6 x ,1 x 10-3 sr -1 dan 2 x ,4 x 10-3 sr -1 (Tabel 4). Kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm adalah 0,15 x ,27 x 10-3 sr -1 (Tabel 4). Nilai R rs pada stasiun 49 dan 50 disajikan pada Gambar 9b yang terletak dekat dengan muara Sungai Suwanee dan Teluk Tampa. Secara umum nilai R rs pada lokasi ini menunjukkan pola perairan yang berwarna hijau, hal ini terlihat bahwa puncak grafik R rs berada panjang gelombang 500 nm. Kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm adalah 5,3 x ,6 x 10-3 sr - 1, 5,5 x ,9 x 10-3 sr -1, dan 7,2 x ,4 x 10-3 sr -1 (Tabel 4).Panjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs berada pada kisaran yaitu 5 x ,5 x 10-3 sr -1 dan 4,3 x ,9 x 10-3 sr -1,sedangkan nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm adalah 0,2 x ,3 x 10-3 sr -1 (Tabel 4). Pada perairan muara Sungai Suwaneetepatnya stasiun 51 dan 52, menunjukkan bahwa perairan tersebutmemiliki konsentrasi klorofil yang relatif tinggi. Hal ini dikarenakan pada grafik tersebut (Gambar 9c) memiliki puncak nilai R rs pada rentang panjang gelombang nm. Kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm adalah 4,7 x ,2 x 10-3 s/r -1, 5,1 x ,6 x 10-3 sr -1, dan 6,7 x ,2 x 10-3 sr -1 (Tabel 4). Kisaran nilai R rs untuk panjang gelombang 531 dan 551 nm, berada pada kisaran yaitu 5,6 x ,8 x 10-3 sr -1 dan 5,2 x ,4 x 10-3 sr -1, sedangkan pada panjang gelombang 667 dan 678 nm berada pada kisaran nilai yang sama yaitu0,39 x ,43 x 10-3 sr -1 (Tabel 4).

13 31 Daerah muara Sungai Apalachicola, menunjukkan konsentrasi klorofil yang relatif tinggi. Secara umum nilai R rs pada lokasi ini (Gambar 9e) menunjukkan puncak grafik berada pada kisaran panjang gelombang biru. Kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm adalah 3,8 x ,5 x 10-3 sr -1, 4,1 x ,4 x 10-3 sr -1, dan 4,7 x ,7 x 10-3 sr -1 (Tabel 4). Pada panjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs berada pada kisaran yaitu 2,4 x ,6 x 10-3 sr -1 dan 1,8 x ,1 x 10-3 sr -1 (Tabel 4).Kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm memiliki kisaran nilai yang sama yaitu 0,1 x ,3 x 10-3 sr -1 (Tabel 4). Gambar 9f menunjukkan grafik R rs pada stasiun 61, 62, dan 63 yang berada dekat dengan muara Sungai Choctawhatchee. Berdasarkan pola grafik R rs ini dapat disimpulkan bahwa daerah ini memiliki konsentrasi klorofil yang relatif tinggi dengan kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm adalah 4,1 x x 10-3 sr -1, 4,2 x ,6 x 10-3 sr -1, dan 4,6 x ,1 x 10-3 sr -1 (Tabel 4).Pada panjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs berada pada kisaran yaitu 3 x x 10-3 sr -1 dan 2,5 x ,6 x 10-3 sr -1,sedangkan nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm adalah 0,2 x ,4 x 10-3 sr - 1 (Tabel 4). Tingginya nilai R rs pada gelombang hijau menunjukkan warna perairan pada lokasi tersebut dominan berwarna hijau, hal ini sesuai dengan hasil Nababan (2005) yakni pada lokasi ini warna perairan cenderung hijau dengan kandungan klorofil yang relatif tinggi (Gambar 9 bagian atas). 4.4 Musim Panas Tahun 2000 Pola grafik nilai R rs dari masing-masing lokasi pengambilan data radiansi dan irradiansi pada musim panas 2000selengkapnya disajikan pada Gambar

14 32 10.Tabel 5 menampilkan nilai R rs secara spesifik di masing-masing stasiun serta masing-masing panjang gelombang pada musim panas Gambar 10a menunjukkan grafik R rs pada stasiun 66, 67 dan 68 yang berada pada daerah muara Sungai Mississippi. Nilai R rs tertinggi pada Gambar 10(a) terletak pada rantang panjang gelombang nm. Kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm adalah 1,5 x ,8 x 10-3 sr -1, 1,8 x ,8 x 10-3 sr -1, dan 2,2 x ,1 x 10-3 sr -1 (Tabel 5). Pada panjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs berada pada kisaran yaitu 1,9 x ,6 x 10-3 sr -1 dan 1,7 x ,4 x 10-3 sr -1, sedangkan nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm adalah 0,2 x ,4 x 10-3 sr -1 (Tabel 5). Nilai R rs tersebut menunjukkan bahwa pada lokasi ini memiliki konsentrasi klorofil yang tinggi. Nilai R rs pada stasiun 69 dan 70 tampak pada Gambar 10b yang terletak dekat dengan muara Sungai Escambia dan Mobile. Secara umum terlihat bahwa lokasi ini memiliki konsentrasi klorofil yang relatif tinggi dengan puncak grafik berada pada gelombang hijau. Kisaran nilai R rs pada gelombang biru yaitu panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm adalah 2,1 x ,5 x 10-3 sr -1, 1,9 x ,5 x 10-3 sr -1, dan 2,5 x ,2 x 10-3 sr -1 (Tabel 5). Panjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs berada pada kisaran yaitu 2,6 x ,4 x 10-3 sr -1 dan 2,5 x ,3 x 10-3 sr -1 (Tabel 5). Kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm adalah 0,4 x ,6 x 10-3 sr -1 (Tabel 5). (b)

15 33 (a) (d) (c) (f) (e) Gambar 10. Grafik R rs pada berbagai lokasi pada musim panas 2000(bawah : a, b, c, d, e, dan f). Bagian atas merupakan peta sebaran spasial klorofil pada waktu yang sama (Nababan 2005) dengan lokasi stasiun pengambilan data R rs. Note: skala sumbu-y berbeda untuk memperjelas penampilan grafik. Tabel 5.Nilai R rs di masing-masing panjang gelombang serta stasiun pada musim panastahun 2000 (R rs x 10-3 sr -1 ) Panjang Gelombang (nm) Grafik Stasiun a 66 1,59 1,84 2,29 1,93 1,76 0,23 0,22

16 ,88 3,88 4,18 3,63 3,47 0,46 0, ,63 3,50 3,78 3,07 2,76 0,43 0,37 10b 69 2,13 1,98 2,54 2,66 2,57 0,47 0, ,57 2,51 3,21 3,40 3,30 0,60 0, ,03 7,10 5,59 2,46 1,95 0,15 0,13 10c 74 6,50 6,00 5,45 3,04 2,55 0,29 0, ,86 5,71 5,49 3,16 2,67 0,29 0,26 10d 76 3,63 3,74 4,70 4,65 4,73 0,59 0, ,53 5,30 6,20 5,53 5,36 0,69 0,66 10e 78 4,50 4,55 7,03 7,46 7,34 0,51 0, ,06 3,88 4,96 4,83 4,56 0,53 0,52 10f 80 9,42 8,25 6,27 2,67 2,09 0,19 0,18 Pada daerah offshore, terdapat dua kelompok grafik yaitu Gambar 10c dan 10f. Secara umum pola nilai R rs pada daerah ini menunjukan pola perairan berwarna biru dengan puncak grafik berada pada panjang gelombang 400 nm. Kisaran nilai R rs di stasiun 73, 74, dan 75 pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm (gelombang biru) adalah 5,8 x x 10-3 sr -1, 5,7 x ,1 x 10-3 sr - 1, dan 5,4 x ,5 x 10-3 sr -1 (Tabel 5). Pada panjang gelombang hijau, nilai R rs berada pada kisaran yaitu 2,4 x ,1 x 10-3 sr -1 dan 1,9 x ,6 x 10-3 sr -1, sedangkan nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm berkisar antara 0,1 x ,2 x 10-3 sr -1 (Tabel 5). Kisaran nilai R rs pada stasiun 80 (Gambar 10f) pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm adalah 9,4 x 10-3 sr -1, 8,2 x 10-3 sr -1, dan 6,2 x 10-3 sr -1 (Tabel 5). Panjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs berada pada rentang 2,6 x 10-3 sr -1 dan 2 x 10-3 sr -1, sedangkan nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm adalah 0,2 x 10-3 sr -1 (Tabel 5). Pada perairan muara Sungai Suwanee terdapat dua kelompok grafik nilai R rs, yaitu Gambar 10d dan 10e. Berdasarkan nilai grafik R rs dapat diketahui bahwa secara umum perairan pada daerah ini memiliki konsentrasi klorofil yang relatif

17 35 tinggi dengan puncak grafik berada pada selang panjang gelombang hijau. Kisaran nilai R rs pada stasiun 76 dan 77 pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm adalah 3,6 x ,5 x 10-3 sr -1, 3,7 x ,3 x 10-3 sr -1, dan 4,7 x ,2 x 10-3 sr -1 (Tabel 5). Pada gelombang hijau yaknipanjang gelombang 531 dan 551 nm, nilai R rs berada pada kisaran yaitu 4,5 x ,5 x 10-3 sr -1 dan 4,7 x ,3 x 10-3 sr -1,sedangkan nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm adalah 0,5 x ,6 x 10-3 sr -1 (Tabel 5). Gambar 10e menunjukkan grafik R rs pada stasiun 78 dan 79 yang tidak hanya berada pada daerah muara Sungai Suwanee, tapi juga mendapat pengaruh dari Teluk Tampa. Kisaran nilai R rs pada panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm adalah 4 x ,5 x 10-3 sr -1, 3,8 x ,5 x 10-3 s/r, dan 4,9 x x 10-3 sr -1 (Tabel 5). Kisaran nilai R rs panjang gelombang 531 dan 551 nm, berada pada kisaran yaitu 4,8 x ,4x 10-3 sr -1 dan 4,5 x ,3 x 10-3 sr - 1,sedangkan nilai R rs pada panjang gelombang 667 dan 678 nm adalah 0,51 x ,53 x 10-3 sr -1 (Tabel 5). Tingginya nilai R rs pada gelombang hijau menunjukan warna perairan pada lokasi tersebut dominan berwarna hijau, hal ini sesuai dengan hasil Nababan (2005) yakni pada lokasi ini warna perairan cenderung hijau dengan kandungan klorofil yang relatif tinggi (Gambar 10 bagian atas). 4.5 Perbandingan R rs Pada Berbagai Musim dantipe Perairan Berdasarkan analisis nilai R rs yang terdapat pada masing masing stasiun pada setiap musim, menunjukkan pola yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perairan dekat daratan terutama muara sungai memiliki kandungan klorofil yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah laut lepas, namun hal tersebut sedikit

18 36 berbeda saat musim panas. Pada musim ini terjadi aliran arus permukaan yang berasal dari muara Sungai Mississippi menuju arah timur laut (extending eastsoutheastward, ESE) yang dapat mencapai 550 km menuju daerah offshore (Nababan 2005). Sungai Mississippi merupakan sungai yang paling berpengaruh terhadap kondisi perairan di Teluk Meksiko, sungai ini memiliki debit aliran masuk terbesar dibandingkan dengan sungai sungai lainnya yang bermuara di Teluk Meksiko (Nababan 2011). Fluktuasi dari debit aliran yang masuk di daerah muara juga mempengaruhi secara spasial dan temporal terhadap produktivitas primer yang terjadi di daerah Teluk Meksiko (Eurico 2002; Son et al. 2009). Pada perairan terbuka, fitoplankton meruapakan organisme autotrof utama yang menentukan produktivitas perairan. Masukan dari darat dan sinar matahari merupakan faktor utama dalam proses fotosintesis, hal inilah yang menyebabkan nilai R rs pada musim panas 1999 dan 2000 di perairan Teluk Meksiko dominan berada pada gelombang hijau yang menunjukkan tingginya konsentrasi klorofil terutama pada muara-muara sungai. Pada musim panas 1999 dan 2000 pantulan gelombang hijau lebih tinggi dibandingkan dengan panjang gelombang merah dan biru di beberapa lokasi yang berbeda, hal ini dapat dilihat pada Gambar 11. Beberapa lokasi tersebut diantaranya adalah perairan sekitar muara Sungai Mississippi dan Sungai Suwannee. Saat musim panas 1999 kondisi perairan pada muara Sungai Mississippi cenderung tinggi dengan konsentrasi klorofil yang tampak pada grafik nilai R rs stasiun 4, 6, dan 7. Hal ini juga terjadi pada musim panas 2000, dengan tingginya reflektansi gelombang hijau pada stasiun 66, 67, dan 68 yang berada

19 37 sekitar muara Sungai Mississippi. Kondisi berbeda terjadi saat musim gugur 1999 dan musim semi 2000, pada lokasi yang sama kondisi perairan cenderung bersih dengan nilai reflektansi tinggi pada panjang gelombang biru seperti terlihat pada grafik R rs pada stasiun 22, 23, dan 24 di musim gugur 1999 dan stasiun 64 di musim semi Perbedaan nilai R rs juga dapat dilihat berdasarkan tipe perairannya, pada tipe perairan case-2 dikelompokkan berdasarkan sumber masukan utama dari daratannya (muara sungai). Gambar 12 menunjukkan pola R rs pada masing masing tipe perairan di daerah timur laut Teluk Meksiko. Nilai R rs tertinggi berada di daerah muara Sungai Mississippi pada kisaran nilai 0,018 sr -1 yang berada di panjang gelombang 400 nm. Reflektansi gelombang hijau tertinggi berada di daerah Teluk Tampa, kemudian diikuti muara Sungai Suwanee dan Sungai Mississippi, hal ini menunjukkan masukan dari daratan yang menuju muara sungai tersebut membawa dampak yang signifikan terhadap produktivitas primer lokasi tersebut terlihat dengan tingginya reflektansi cahaya hijau yang berkorelasi dengan tingginya konsentrasi klorofil di daerah tersebut. Pada perairan case-1, reflektansi yang tinggi pada kisaran panjang gelombang biru. Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa perbedaan tipe perairan serta perbedaan setiap musimnya memiliki pola grafik R rs yang berbeda yang disebabkan perbedaan kandungan pada permukaan perairannya.

20 Gambar 11. Grafik R rs pada masing masing musim di perairan timur laut Teluk Meksiko. 38

21 39 Gambar 12. Grafik R rs pada masing masing lokasi di perairan timur laut Teluk Meksiko. Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui hubungan nilai R rs pada setiap musimnya. Analisis statistik yang digunakan yakni uji Kruskal-Wallis, dengan

22 40 menguji nilai tengah dari R rs empat musim pada panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang digunakan untuk pengujian didasarkan pada kanal ocean color band 8-14 pada satelit MODIS. Hasil uji Kruskal-Wallis ini menunjukkan bahwa nilai tengah R rs setiap panjang gelombang ada masing-masing musim tidaklah identik yakni terdapat perbedaan nilai tengah, yang berarti adanya perbedaan nilai R rs antar musim pada perairan timur laut Teluk Meksiko. Tabel analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 2.Gambar 13 hingga 19 merupakan box dan whisker plot dari data pada setiap musim pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan kanal ocean colorsatelit MODIS. Gambar 13sampai 19 tersebut memberikan informasisebaran nilai R rs pada masing masing musimnya. Sebaran data R rs tersebut berada pada daerah kotak besar, kotak kecil merupakan nilai tengah R rs, sedangkan garis perpanjanganpada masing masing kotak merupakan sebaran data lebih kurang dikalikan dengan 1,96 standar deviasi dari nilai tengah R rs. Gambar 13, 14 dan 15 menampilkan nilai tengah R rs pada kisaran gelombang biru dan terlihat memiliki nilai R rs berbeda untuk setiap musimnya. Hasil ini juga diperkuat pada uji Kruskal-Wallis pada Lampiran 2, yaitu menunjukkan bahwa pada kisaran panjang gelombang 413, 443, dan 488 nm memiliki kisaran nilai R rs yang berbeda untuk setiap musimnya. Secara umum kondisi yang sama juga terjadi pada rentang panjang gelombang hijau (531 nm dan 551 nm) dan panjang gelombang merah (667 dan 678).

23 41 Gambar 13. Diagram box & whisker plot panjang gelombang 413 nm Gambar 14. Diagram box & whisker plot panjang gelombang 443 nm

24 42 Gambar 15. Diagram box & whisker plot panjang gelombang 488 nm Gambar 16. Diagram box & whisker plot panjang gelombang 531 nm

25 43 Gambar 17. Diagram box & whisker plot panjang gelombang 551 nm Gambar 18. Diagram box & whisker plot panjang gelombang 667 nm

26 Gambar 19. Diagram box & whisker plot panjang gelombang 678 nm 44

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian timur laut Teluk Meksiko mulai dari delta Sungai Mississippi sampai Teluk Tampa di sebelah barat Florida (Gambar

Lebih terperinci

REMOTE SENSING REFLEKTANSI PADA BERBAGAI MUSIM DAN TIPE AIR LAUT

REMOTE SENSING REFLEKTANSI PADA BERBAGAI MUSIM DAN TIPE AIR LAUT REMOTE SENSING REFLEKTANSI PADA BERBAGAI MUSIM DAN TIPE AIR LAUT ANAK AGUNG GEDE WIRAPRAMANA SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. cahaya, sudut datang cahaya, kondisi permukaan perairan, bahan yang terlarut,

2. TINJAUAN PUSTAKA. cahaya, sudut datang cahaya, kondisi permukaan perairan, bahan yang terlarut, 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Optik Perairan Penetrasi cahaya yang sampai ke dalam air dipengaruhi oleh intensitas cahaya, sudut datang cahaya, kondisi permukaan perairan, bahan yang terlarut, dan tersuspensi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sebaran Tumpahan Minyak Dari Citra Modis Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12 dan 9 dengan resolusi citra resolusi 1km. Composite RGB ini digunakan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan algoritma empiris klorofil-a Tabel 8, Tabel 9, dan Tabel 10 dibawah ini adalah percobaan pembuatan algoritma empiris dibuat dari data stasiun nomor ganjil, sedangkan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari anjungan minyak Montara Australia. Perairan tersebut merupakan perairan Australia

Lebih terperinci

KOEFISIEN ABSORPSI DAN ATENUASI CAHAYA DI PERMUKAAN AIR LAUT PADA BERBAGAI MUSIM DENNY ARDLY WIGUNA

KOEFISIEN ABSORPSI DAN ATENUASI CAHAYA DI PERMUKAAN AIR LAUT PADA BERBAGAI MUSIM DENNY ARDLY WIGUNA KOEFISIEN ABSORPSI DAN ATENUASI CAHAYA DI PERMUKAAN AIR LAUT PADA BERBAGAI MUSIM DENNY ARDLY WIGUNA DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM HBNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERHAN PADA PERAIRAN TELK AMBON DALAM PENDAHLAN Perkembangan pembangunan yang semakin pesat mengakibatkan kondisi Teluk Ambon, khususnya Teluk Ambon Dalam (TAD)

Lebih terperinci

SPEKTRAL REMOTE SENSING REFLEKTANSI PERMUKAAN AIR LAUT SPECTRAL OF REMOTE SENSING REFLECTANCE OF SURFACE WATERS

SPEKTRAL REMOTE SENSING REFLEKTANSI PERMUKAAN AIR LAUT SPECTRAL OF REMOTE SENSING REFLECTANCE OF SURFACE WATERS Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 1, Hlm. 69-84, Juni 2013 SPEKTRAL REMOTE SENSING REFLEKTANSI PERMUKAAN AIR LAUT SPECTRAL OF REMOTE SENSING REFLECTANCE OF SURFACE WATERS Bisman Nababan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2011 dengan

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2011 dengan 22 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2011 dengan menggunakan citra MODIS. Lokasi untuk objek penelitian adalah perairan Barat-

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi SPL Dari pengamatan pola sebaran suhu permukaan laut di sepanjang perairan Selat Sunda yang di analisis dari data penginderaan jauh satelit modis terlihat ada pembagian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perairan pesisir merupakan wilayah perairan yang banyak menerima beban masukan bahan organik maupun anorganik (Jassby and Cloern 2000; Andersen et al. 2006). Bahan ini berasal

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Variabilitas Kesuburan Perairan dan Oseanografi Fisika 4.1.1. Sebaran Ruang (Spasial) Suhu Permukaan Laut (SPL) Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) di perairan Selat Lombok dipengaruhi

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda tergantung pada jenis materi dan kondisinya. Perbedaan ini

2. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda tergantung pada jenis materi dan kondisinya. Perbedaan ini 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penginderaan Jauh Ocean Color Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi geografis lokasi penelitian Keadaan topografi perairan Selat Sunda secara umum merupakan perairan dangkal di bagian timur laut pada mulut selat, dan sangat dalam di mulut

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise Peta sebaran SPL dan salinitas berdasarkan cruise track Indomix selengkapnya disajikan pada Gambar 6. 3A 2A

Lebih terperinci

PENDUGAAN KONSENTRASI KLOROFIL-a DAN TRANSPARANSI PERAIRAN TELUK JAKARTA DENGAN CITRA SATELIT LANDSAT

PENDUGAAN KONSENTRASI KLOROFIL-a DAN TRANSPARANSI PERAIRAN TELUK JAKARTA DENGAN CITRA SATELIT LANDSAT PENDUGAAN KONSENTRASI KLOROFIL-a DAN TRANSPARANSI PERAIRAN TELUK JAKARTA DENGAN CITRA SATELIT LANDSAT DESSY NOVITASARI ROMAULI SIDABUTAR SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan 28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan bervariasi dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Nilai rata-rata

Lebih terperinci

PENENTUAN POLA SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI SELAT SUNDA DAN PERAIRAN SEKITARNYA DENGAN MENGGUNAKAN DATA INDERAAN AQUA MODIS

PENENTUAN POLA SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI SELAT SUNDA DAN PERAIRAN SEKITARNYA DENGAN MENGGUNAKAN DATA INDERAAN AQUA MODIS PENENTUAN POLA SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI SELAT SUNDA DAN PERAIRAN SEKITARNYA DENGAN MENGGUNAKAN DATA INDERAAN AQUA MODIS Firman Ramansyah C64104010 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Total Data Sebaran Klorofil-a citra SeaWiFS Total data sebaran klorofil-a pada lokasi pertama, kedua, dan ketiga hasil perekaman citra SeaWiFS selama 46 minggu. Jumlah data

Lebih terperinci

Gambar 1. Diagram TS

Gambar 1. Diagram TS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Massa Air 4.1.1 Diagram TS Massa Air di Selat Lombok diketahui berasal dari Samudra Pasifik. Hal ini dibuktikan dengan diagram TS di 5 titik stasiun

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial 5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial Hasil pengamatan terhadap citra SPL diperoleh bahwa secara umum SPL yang terendah terjadi pada bulan September 2007 dan tertinggi pada bulan Mei

Lebih terperinci

3. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian. Lokasi pengamatan konsentrasi klorofil-a dan sebaran suhu permukaan

3. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian. Lokasi pengamatan konsentrasi klorofil-a dan sebaran suhu permukaan 20 3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengamatan konsentrasi klorofil-a dan sebaran suhu permukaan laut yang diteliti adalah wilayah yang ditunjukkan pada Gambar 2 yang merupakan wilayah

Lebih terperinci

APLIKASI DATA INDERAAN MULTI SPEKTRAL UNTUK ESTIMASI KONDISI PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI SELATAN JAWA BARAT

APLIKASI DATA INDERAAN MULTI SPEKTRAL UNTUK ESTIMASI KONDISI PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI SELATAN JAWA BARAT APLIKASI DATA INDERAAN MULTI SPEKTRAL UNTUK ESTIMASI KONDISI PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI SELATAN JAWA BARAT Oleh: Nurlaila Fitriah C64103051 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Sungai Air merupakan salah satu sumber daya alam dan kebutuhan hidup yang penting dan merupakan sadar bagi kehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan

Lebih terperinci

III-11. Gambar III.13 Pengukuran arus transek pada kondisi menuju surut

III-11. Gambar III.13 Pengukuran arus transek pada kondisi menuju surut Hasil pengukuran arus transek saat kondisi menuju surut dapat dilihat pada Gambar III.13. Terlihat bahwa kecepatan arus berkurang terhadap kedalaman. Arus permukaan dapat mencapai 2m/s. Hal ini kemungkinan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Laut Banda 2.1.1 Kondisi Fisik Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara 26 29 O C (Syah, 2009). Sifat oseanografis perairan Indonesia bagian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman Judul.. Halaman Pengesahan Halaman Pernyataan. i ii iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi.. vi Daftar Tabel... Daftar Gambar.. Daftar Lampiran Intisari Abstract.. ix x xiii xiv xv BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air. Air relatif bersih sangat didambakan

Lebih terperinci

Karakteristik Oseanografi Dalam Kaitannya Dengan Kesuburan Perairan di Selat Bali

Karakteristik Oseanografi Dalam Kaitannya Dengan Kesuburan Perairan di Selat Bali Karakteristik Oseanografi Dalam Kaitannya Dengan Kesuburan Perairan di Selat Bali B. Priyono, A. Yunanto, dan T. Arief Balai Riset dan Observasi Kelautan, Jln Baru Perancak Negara Jembrana Bali Abstrak

Lebih terperinci

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM POLA DISTRIBSI SH DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELK AMBON DALAM PENDAHLAN Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN karena sungai-sungai banyak bermuara di wilayah ini. Limbah itu banyak dihasilkan dari

PENDAHULUAN karena sungai-sungai banyak bermuara di wilayah ini. Limbah itu banyak dihasilkan dari PENENTUAN PARAMETER PALING DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI FITOPLANKTON PADA MUSIM KEMARAU DI PERAIRAN PESISIR MAROS SULAWESI SELATAN 1 Rahmadi Tambaru 1, Enan M. Adiwilaga 2, Ismudi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.. Variasi NDVI Citra AVNIR- Citra AVNIR- yang digunakan pada penelitian ini diakuisisi pada tanggal Desember 008 dan 0 Juni 009. Pada citra AVNIR- yang diakuisisi tanggal Desember

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Teluk Jakarta terletak di utara kota Jakarta yang dibatasi oleh garis bujur

2. TINJAUAN PUSTAKA. Teluk Jakarta terletak di utara kota Jakarta yang dibatasi oleh garis bujur 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Teluk Jakarta Teluk Jakarta terletak di utara kota Jakarta yang dibatasi oleh garis bujur 106 20 00 BT hingga 107 03 00 BT dan garis lintang 5 10 00 LS hingga 6 10

Lebih terperinci

REVIEW JURNAL INTERNASIONAL TENTANG PENGINDRAAN JAUH (REMOTE SENSING)

REVIEW JURNAL INTERNASIONAL TENTANG PENGINDRAAN JAUH (REMOTE SENSING) REVIEW JURNAL INTERNASIONAL TENTANG PENGINDRAAN JAUH (REMOTE SENSING) Poin Review Judul Jurnal Remote Sensing of the Seasonal Variability of Penulis/Peneliti Abstract Pendahuluan Vegetation in A Semi-Arid

Lebih terperinci

III HASIL DAN DISKUSI

III HASIL DAN DISKUSI III HASIL DAN DISKUSI Sistem hidrolika estuari didominasi oleh aliran sungai, pasut dan gelombang (McDowell et al., 1977). Pernyataan tersebut mendeskripsikan kondisi perairan estuari daerah studi dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae,

Lebih terperinci

Identifikasi Lokasi Potensial Budidaya Tiram Mutiara Dengan Mengunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+

Identifikasi Lokasi Potensial Budidaya Tiram Mutiara Dengan Mengunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+ Identifikasi Lokasi Potensial Budidaya Tiram Mutiara Dengan Mengunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+ M. IRSYAD DIRAQ P. 3509100033 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA, DESS 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi Spasial Arus Eddy di Perairan Selatan Jawa-Bali Berdasarkan hasil visualisasi data arus geostropik (Lampiran 3) dan tinggi paras laut (Lampiran 4) dalam skala

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemetaan Batimetri 4.1.1. Pemilihan Model Dugaan Dengan Nilai Digital Asli Citra hasil transformasi pada Gambar 7 menunjukkan nilai reflektansi hasil transformasi ln (V-V S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999, bahwa mangrove merupakan ekosistem hutan, dengan definisi hutan adalah suatu ekosistem hamparan lahan berisi sumber daya

Lebih terperinci

5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga

5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga 29 5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga Kandungan klorofil-a setiap bulannya pada tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Lampiran 3, konsentrasi klorofil-a di perairan berkisar 0,26 sampai

Lebih terperinci

ARUS ENERGI DALAM EKOSISTEM

ARUS ENERGI DALAM EKOSISTEM ARUS ENERGI DALAM EKOSISTEM Transformasi Energi dan Materi dalam Ekosistem KONSEP ENERGI Energi : kemampuan untuk melakukan usaha Hukum Thermodinamika 1 : Energi dapat diubah bentuknya ke bentuk lain,

Lebih terperinci

VARIABILITAS MUSIMAN KOEFISIEN ABSORPSI CAHAYA PADA PERMUKAAN AIR LAUT SEASONAL VARIABILITY OF LIGHT ABSORPTION COEFFICIENT OF SURFACE WATER

VARIABILITAS MUSIMAN KOEFISIEN ABSORPSI CAHAYA PADA PERMUKAAN AIR LAUT SEASONAL VARIABILITY OF LIGHT ABSORPTION COEFFICIENT OF SURFACE WATER Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 2, Hlm. 715-729, Desember 2015 VARIABILITAS MUSIMAN KOEFISIEN ABSORPSI CAHAYA PADA PERMUKAAN AIR LAUT SEASONAL VARIABILITY OF LIGHT ABSORPTION COEFFICIENT

Lebih terperinci

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun 1994-2012 Miftah Farid 1 1 Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok

Lebih terperinci

Lampiran 1. List perintah menampilkan grafik pada perangkat lunak matlab

Lampiran 1. List perintah menampilkan grafik pada perangkat lunak matlab LAMPIRAN 49 50 Lampiran 1. List perintah menampilkan grafik pada perangkat lunak matlab % Menampilkan Beberapa Grafik (Multiple Graph) Dalam Satu Figure % % Oleh : % % Anak Agung Gede Wirapramana % % C54080021

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian 18 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2010 hingga Juni 2011 dengan lokasi penelitian yaitu Perairan Selat Makassar pada posisi 01 o 00'00" 07 o 50'07"

Lebih terperinci

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG F1 05 1), Sigit Febrianto, Nurul Latifah 1) Muhammad Zainuri 2), Jusup Suprijanto 3) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNDIP

Lebih terperinci

Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS.

Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS. LAMPIRAN Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS. Pada tanggal 18 Desember 1999, NASA (National Aeronautica and Space Administration) meluncurkan Earth Observing System (EOS) Terra satellite untuk mengamati,

Lebih terperinci

3. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2010 yang

3. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2010 yang 3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2010 yang terdiri dari proses pembuatan proposal penelitian, pengambilan data citra satelit, pengambilan

Lebih terperinci

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s 11 Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s, dan nilai I diperoleh berdasarkan hasil penghitungan nilai radiasi yang transmisikan oleh kanopi tumbuhan, sedangkan nilai koefisien pemadaman berkisar antara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir Kalimantan Barat Parameter oseanografi sangat berperan penting dalam kajian distribusi kontaminan yang masuk ke laut karena komponen fisik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisik Kimiawi dan Biologi Perairan Dari hasil penelitian didapatkan data parameter fisik (suhu) kimiawi (salinitas, amonia, nitrat, orthofosfat, dan silikat) dan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2013. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Komputer Fakultas Perikanan dan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Beberapa hasil pengolahan data simulasi model kopel akan ditampilkan dalam Bab IV ini, tetapi sebagian lainnya dimasukkan dalam lampiran A. IV.1 Distribusi Curah Hujan Berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS SINAR MERAH, HIJAU, DAN BIRU (RGB) UNTUK MENGUKUR KELIMPAHAN FITOPLANKON (Chlorella sp.) Oleh: Merizawati C

ANALISIS SINAR MERAH, HIJAU, DAN BIRU (RGB) UNTUK MENGUKUR KELIMPAHAN FITOPLANKON (Chlorella sp.) Oleh: Merizawati C ANALISIS SINAR MERAH, HIJAU, DAN BIRU (RGB) UNTUK MENGUKUR KELIMPAHAN FITOPLANKON (Chlorella sp.) Oleh: Merizawati C64104004 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

VARIABILITAS KONSENTRASI KLOROFIL-A DARI CITRA SATELIT SeaWiFS DI PERAIRAN PULAU MOYO, KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

VARIABILITAS KONSENTRASI KLOROFIL-A DARI CITRA SATELIT SeaWiFS DI PERAIRAN PULAU MOYO, KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT VARIABILITAS KONSENTRASI KLOROFIL-A DARI CITRA SATELIT SeaWiFS DI PERAIRAN PULAU MOYO, KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT Oleh : Diki Zulkarnaen C64104064 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendugaan Parameter Input 4.1.1. Pendugaan Albedo Albedo merupakan rasio antara radiasi gelombang pendek yang dipantulkan dengan radiasi gelombang pendek yang datang. Namun

Lebih terperinci

CONTENT BY USING AQUA MODIS SATELLITE IMAGERY IN MARINE WATERS OF ROKAN HILIR REGENCY RIAU PROVINCE

CONTENT BY USING AQUA MODIS SATELLITE IMAGERY IN MARINE WATERS OF ROKAN HILIR REGENCY RIAU PROVINCE THE STUDY OF CHLOROPHYLL-a CONTENT BY USING AQUA MODIS SATELLITE IMAGERY IN MARINE WATERS OF ROKAN HILIR REGENCY RIAU PROVINCE By Raja Siagian 1), Joko Samiaji 2), Mubarak 2) Fisheries and Marine Science

Lebih terperinci

5 HASIL. kecepatan. dan 6 Sudu. dengan 6 sudu WIB, yaitu 15,9. rata-rata yang. sebesar 3,0. dihasilkan. ampere.

5 HASIL. kecepatan. dan 6 Sudu. dengan 6 sudu WIB, yaitu 15,9. rata-rata yang. sebesar 3,0. dihasilkan. ampere. 31 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Pengamatan Kecepatan Angin pada Turbin Angin dengan 3 Sudu dan 6 Sudu Padaa saat melakukan uji coba turbin dengan 3 sudu maupun dengan 6 sudu terdapat beberapa variabel

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi SPL secara Spasial dan Temporal Pola distribusi SPL sangat erat kaitannya dengan pola angin yang bertiup pada suatu daerah. Wilayah Indonesia sendiri dipengaruhi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta Hasil pengamatan lapangan nitrat, amonium, fosfat, dan DO bulan Maret 2010 masing-masing disajikan pada Gambar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 8 eigenvalue masing-masing mode terhadap nilai total eigenvalue (dalam persen). PC 1 biasanya menjelaskan 60% dari keragaman data, dan semakin menurun untuk PC selanjutnya (Johnson 2002, Wilks 2006, Dool

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penutupan Lahan Tahun 2003 2008 4.1.1 Klasifikasi Penutupan Lahan Klasifikasi penutupan lahan yang dilakukan pada penelitian ini dimaksudkan untuk membedakan penutupan/penggunaan

Lebih terperinci

ESTIMASI KONSENTRASI PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DAN KLOROFIL-A DARI CITRA MODIS HUBUNGANNYA DENGAN MARAK ALGA DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

ESTIMASI KONSENTRASI PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DAN KLOROFIL-A DARI CITRA MODIS HUBUNGANNYA DENGAN MARAK ALGA DI PERAIRAN TELUK JAKARTA ESTIMASI KONSENTRASI PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DAN KLOROFIL-A DARI CITRA MODIS HUBUNGANNYA DENGAN MARAK ALGA DI PERAIRAN TELUK JAKARTA ANISSA KUSUARDINI SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Spektral Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal 30 Juni 2009 seperti yang tampak pada Gambar 11. Untuk dapat

Lebih terperinci

FENOMENA ASTRONOMI SISTEM BUMI, BULAN & MATAHARI

FENOMENA ASTRONOMI SISTEM BUMI, BULAN & MATAHARI FENOMENA ASTRONOMI SISTEM BUMI, BULAN & MATAHARI Resti Andriyani 4001411044 KONDISI FISIK Bumi Bulan Matahari BUMI Bumi merpakan planet yang KHAS dan ISTIMEWA Terdapat lautan, kegiatan vulkanik dan tektonik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Samudera Hindia mempunyai sifat yang unik dan kompleks karena dinamika perairan ini sangat dipengaruhi oleh sistem angin musim dan sistem angin pasat yang

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1. Hasil 4.1.1. Digitasi dan Klasifikasi Kerapatan Vegetasi Mangrove Digitasi terhadap citra yang sudah terkoreksi dilakukan untuk mendapatkan tutupan vegetasi mangrove di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : NDVI=(band4 band3)/(band4+band3).18 Nilai-nilai indeks vegetasi di deteksi oleh instrument pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):33-42

MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):33-42 MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):33-42 ANALISIS POLA SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-a MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN SEKITAR MUARA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Suhu Permukaan Laut (SPL) di Perairan Indramayu Citra pada tanggal 26 Juni 2005 yang ditampilkan pada Gambar 8 memperlihatkan bahwa distribusi SPL berkisar antara 23,10-29

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perairan Lhokseumawe Selat Malaka merupakan daerah tangkapan ikan yang

I. PENDAHULUAN. Perairan Lhokseumawe Selat Malaka merupakan daerah tangkapan ikan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmiah Perairan Lhokseumawe Selat Malaka merupakan daerah tangkapan ikan yang subur dengan hasil laut yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini berhubungan dengan kehadiran

Lebih terperinci

KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG

KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG F1 08 Nurul Latifah 1)*), Sigit Febrianto 1), Churun Ain 1) dan Bogi Budi Jayanto 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Pemanfaatan Citra Satelit Untuk Pemetaan Perairan Dangkal

2. TINJAUAN PUSTAKA Pemanfaatan Citra Satelit Untuk Pemetaan Perairan Dangkal 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemanfaatan Citra Satelit Untuk Pemetaan Perairan Dangkal Data kedalaman merupakan salah satu data dari survei hidrografi yang biasa digunakan untuk memetakan dasar lautan, hal

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SPASIAL DAN VARIABILITAS KOEFISIEN TOTAL HAMBURAN DI PERMUKAAN PERAIRAN BERBAGAI MUSIM

DISTRIBUSI SPASIAL DAN VARIABILITAS KOEFISIEN TOTAL HAMBURAN DI PERMUKAAN PERAIRAN BERBAGAI MUSIM DISTRIBUSI SPASIAL DAN VARIABILITAS KOEFISIEN TOTAL HAMBURAN DI PERMUKAAN PERAIRAN BERBAGAI MUSIM Oleh: MURJAT HI. UNTUNG NRP: C552100051 PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

EKOSISTEM. Yuni wibowo

EKOSISTEM. Yuni wibowo EKOSISTEM Yuni wibowo EKOSISTEM Hubungan Trofik dalam Ekosistem Hubungan trofik menentukan lintasan aliran energi dan siklus kimia suatu ekosistem Produsen primer meliputi tumbuhan, alga, dan banyak spesies

Lebih terperinci

Pengaruh Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Berdasarkan Citra Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Di Perairan Selat Bali

Pengaruh Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Berdasarkan Citra Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Di Perairan Selat Bali Journal of Marine and Aquatic Sciences 3(1), 30-46 (2017) Pengaruh Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Berdasarkan Citra Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Di Perairan Selat Bali I

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengukuran Beda Tinggi Antara Bench Mark Dengan Palem Dari hasil pengukuran beda tinggi dengan metode sipat datar didapatkan beda tinggi antara palem dan benchmark

Lebih terperinci

HASIL DAN ANALISA. 3.1 Penentuan Batas Penetrasi Maksimum

HASIL DAN ANALISA. 3.1 Penentuan Batas Penetrasi Maksimum BAB 3 HASIL DAN ANALISA 3.1 Penentuan Batas Penetrasi Maksimum Zonasi kedalaman diperlukan untuk mendapatkan batas penetrasi cahaya ke dalam kolom air. Nilai batas penetrasi akan digunakan dalam konversi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Di dalam ekosistem

Lebih terperinci

b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009

b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009 32 6 PEMBAHASAN Penangkapan elver sidat di daerah muara sungai Cimandiri dilakukan pada malam hari. Hal ini sesuai dengan sifat ikan sidat yang aktivitasnya meningkat pada malam hari (nokturnal). Penangkapan

Lebih terperinci

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C)

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C) Pengaruh Kadar Gas Co 2 Pada Fotosintesis Tumbuhan yang mempunyai klorofil dapat mengalami proses fotosintesis yaitu proses pengubahan energi sinar matahari menjadi energi kimia dengan terbentuknya senyawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PLANKTON Plankton merupakan kelompok organisme yang hidup dalam kolom air dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas (Wickstead 1965: 15; Sachlan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Validasi Data Pasang surut merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk melakukan validasi model. Validasi data pada model ini ditunjukkan dengan grafik serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plankton merupakan salah satu jenis biota yang penting dan mempunyai peranan besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam air atau

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum daerah Wonorejo Kawasan mangrove di Desa Wonorejo yang tumbuh secara alami dan juga semi buatan telah diputuskan oleh pemerintah Surabaya sebagai tempat ekowisata.

Lebih terperinci

Pemetaan Distribusi Spasial Konsentrasi Klorofil-a dengan Landsat 8 di Danau Towuti dan Danau Matano, Sulawesi Selatan

Pemetaan Distribusi Spasial Konsentrasi Klorofil-a dengan Landsat 8 di Danau Towuti dan Danau Matano, Sulawesi Selatan Pemetaan Distribusi Spasial Konsentrasi Klorofil-a dengan Landsat 8 di Danau Towuti dan Danau Matano, Sulawesi Selatan Lalu Muhamad Jaelani, Fajar Setiawan, Hendro Wibowo, Apip Lalu Muhamad Jaelani, Ph.D

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMENTASI PENGUKUR KELIMPAHAN CHLORELLA SP. BERDASARKAN ANALISIS RGB DENGAN MENGGUNAKAN EFEK FLUORESCENCE

PENGEMBANGAN INSTRUMENTASI PENGUKUR KELIMPAHAN CHLORELLA SP. BERDASARKAN ANALISIS RGB DENGAN MENGGUNAKAN EFEK FLUORESCENCE PENGEMBANGAN INSTRUMENTASI PENGUKUR KELIMPAHAN CHLORELLA SP. BERDASARKAN ANALISIS RGB DENGAN MENGGUNAKAN EFEK FLUORESCENCE Oleh: Dini Janiariska C64104059 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA

2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA 2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA Pendahuluan LCSI terbentang dari ekuator hingga ujung Peninsula di Indo-Cina. Berdasarkan batimetri, kedalaman maksimum perairannya 200 m dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fitoplankton adalah tumbuhan laut terluas yang tersebar dan ditemui di hampir seluruh permukaan laut pada kedalaman lapisan eufotik. Organisme ini berperan penting

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi Panjang Gelombang Lampu LED

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi Panjang Gelombang Lampu LED 6 Nilai XYZ diperoleh dari pengukuran menggunakan fotometer dengan cara yang sama seperti pengukuran sinar reflektans standar warna. Nilai XYZ ditransformasikan ke dalam rumus a*b*. Untuk mengetahui nilai

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 12 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Berdasarkan buku Perum Perhutani Unit III Jawa Barat & Banten (9), wilayah mangrove desa Jayamukti Kecamatan Blanakan secara administrasi kehutanan termasuk

Lebih terperinci

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data PENGINDERAAN JAUH KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data Lanjutan Sumber tenaga * Alamiah/sistem pasif : sinar matahari

Lebih terperinci

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT. 3. METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari Februari hingga Agustus 2011. Proses penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari dilakukan pengumpulan

Lebih terperinci