TEKNIK IMOTILISASI IKAN NILA MENGGUNAKAN EKSTRAK UMBI RUMPUT TEKI MAHARDIKA TRI HANDAYANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNIK IMOTILISASI IKAN NILA MENGGUNAKAN EKSTRAK UMBI RUMPUT TEKI MAHARDIKA TRI HANDAYANI"

Transkripsi

1 TEKNIK IMOTILISASI IKAN NILA MENGGUNAKAN EKSTRAK UMBI RUMPUT TEKI MAHARDIKA TRI HANDAYANI DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Teknik Imotilisasi Ikan Nila menggunakan Ekstrak Umbi Rumput Teki adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Mahardika Tri Handayani NIM C * Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

4 ABSTRAK MAHARDIKA TRI HANDAYANI. Teknik Imotilisasi Ikan Nila menggunakan Ekstrak Umbi Rumput Teki. Dibimbing oleh RUDDY SUWANDI dan NURJANAH. Pemingsanan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada penelitian ini menggunakan bahan anestesi ekstrak umbi rumput teki (Cyperus rotundus). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi terbaik ekstrak umbi rumput teki dan waktu pemingsanan yang menghasilkan kelulusan hidup tertinggi pada teknik imotilisasi ikan nila. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 5%, 7%, dan 9%. Konsentrasi terbaik adalah 9% dengan waktu pingsan yaitu 8,31 menit dan waktu pembugaran yaitu 3,82 menit. Tingkat kelulusan hidup ikan nila pada lama pingsan 30, 60, dan 90 menit adalah 100%, sedangkan pada 120 dan 150 menit yaitu 50% dan 16,67%. Tingkat kelulusan hidup ikan pada lama pingsan 90, 100, dan 110 menit adalah 100% dengan waktu bugar secara berurutan yaitu 1,26; 2,6; dan 4,91 menit. Kadar glukosa darah meningkat setelah pemingsanan. Kualitas air setelah pemingsanan hingga 110 menit tidak mempengaruhi tingkat kelulusan hidup ikan nila. Kata kunci: anestesi, ekstrak umbi rumput teki, imotilisasi, nila ABSTRACT MAHARDIKA TRI HANDAYANI. Tilapia s Immotilization Technique using Nut Grass Extract. Supervised by RUDDY SUWANDI and NURJANAH. Immotilization of live tilapia (Oreochromis niloticus) in this research were using nut grass (Cyperus rotundus) extract. The objective of this research was determining the best concentration of nut grass extract and immotil time that produced the highest survival rate on live tilapia s immotilization method. Concentration of 5%, 7%, and 9% were used. The best concentration was 9% with unconscious and recovery time, respectively 8.31 and 3.82 minutes. Survival rate of Tilapia on unconscious time of 30, 60, and 90 minutes were 100%, but on 120 and 150 minutes were 50% and 16.67%. Tilapia s survival rate on unconscious time of 90, 100, and 110 minutes were 100% with recovery time, respectively 1.26; 2.6; and 4.91 minutes. Value of blood glucose increased after immotilization process. Water quality after immotilization process resulted no effect for tilapia s survival rate. Keywords: anesthesia, immotilization, nut grass extract, tilapia

5 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

6

7 TEKNIK IMOTILISASI IKAN NILA MENGGUNAKAN EKSTRAK UMBI RUMPUT TEKI MAHARDIKA TRI HANDAYANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9 Judul Skripsi : Teknik Imotilisasi Ikan Nila menggunakan Ekstrak Umbi Rumput Teki Nama : Mahardika Tri Handayani NIM : C Program Studi : Teknologi Hasil Perairan Disetujui oleh Dr Ir Ruddy Suwandi, MS MPhil Pembimbing I Prof Dr Ir Nurjanah, MS Pembimbing II Diketahui oleh Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus :

10 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat serta hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Teknik Imotilisasi Ikan Nila menggunakan Ekstrak Umbi Rumput Teki. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada: 1. Dr Ir Ruddy Suwandi, MS MPhil dan Prof Dr Ir Nurjanah MS selaku dosen pembimbing, atas segala saran, bimbingan, arahan, motivasi, dan ilmu yang diberikan kepada penulis. 2. Dr Tati Nurhayati, SPi MSi selaku dosen penguji atas segala saran, bimbingan, arahan, motivasi, dan ilmu yang diberikan kepada penulis. 3. Prof Dr Ir Joko Santoso MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan. 4. Orang tua (Ibu Siti Fathonah dan Bapak Marsono Alm.), Fulanah Ika Purnamadewi, dan keluarga tersayang yang telah memberikan cinta, kasih sayang, dan doanya kepada penulis. 5. R. Ajie Syahbarie, yang telah memberikan dukungan dan semangat yang luar biasa kepada penulis. 6. Mulita dan Hanum selaku teman seperjuangan dalam penelitian ini. 7. Lysisers (Indah, Suwindy, Ayus, Susan, Limau, Muti), Opung Risvan, Tebe, Mae, Via, Bejo, Sakti, atas kebersamaan dalam suka dan duka serta dukungannya selama ini. 8. Keluarga besar THP 47, 46, 48, dan 49 atas kebersamaan dan kekompakannya selama ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Bogor, Juni 2014 Mahardika Tri Handayani

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 2 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Ruang Lingkup Penelitian... 2 METODE PENELITIAN... 3 Waktu dan Tempat... 3 Bahan... 3 Alat... 3 Prosedur Analisis Penelitian... 3 Penelitian Pendahuluan... 4 Preparasi sampel dan ekstraksi umbi rumput teki... 4 Analisis kualitas air... 5 Pemingsanan ikan nila tahap I... 5 Pemingsanan ikan nila tahap II... 5 Penelitian Utama... 6 Analisis Data... 6 Penelitian Pendahuluan... 7 Persiapan hewan uji (ikan nila) dan bahan anestesi... 7 Kualitas air media pemeliharaan ikan nila... 7 Pemingsanan ikan nila tahap I... 8 Pemingsanan ikan nila tahap II Penelitian Utama Analisis glukosa darah ikan nila Analisis kualitas air KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 27

12 2 DAFTAR TABEL 1 Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan ikan nila Hasil pengamatan tingkah laku ikan nila selama proses pemingsanan Tahapan anestesi ikan Kadar glukosa darah ikan nila pada waktu pemingsanan Hasil analisis kualitas air sebelum dan setelah pemingsanan DAFTAR GAMBAR 1 Diagram alir prosedur analisis penelitian pendahuluan Diagram alir prosedur analisis penelitian utama Pengaruh konsentrasi ekstrak teki terhadap waktu pingsan ikan nila Pengaruh konsentrasi ekstrak teki terhadap waktu bugar ikan nila Pengaruh waktu pemingsanan terhadap survival rate ikan nila Pengaruh waktu pemingsanan terhadap waktu bugar ikan nila Pengaruh waktu pemingsanan terhadap survival rate ikan nila DAFTAR LAMPIRAN 1 Dokumentasi kegiatan penelitian Hasil analisis waktu pingsan Hasil analisis waktu pembugaran tahap I Hasil analisis waktu pembugaran tahap III Contoh perhitungan kebutuhan es selama proses transportasi ikan nila Contoh perhitungan ekstrak umbi teki... 26

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan merupakan salah satu komoditas penting dunia. Tingkat konsumsi ikan cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya termasuk di Indonesia. Tingkat konsumsi ikan nasional pada tahun 2010 mencapai 30,48 kg/kapita dan pada tahun 2011 yaitu sebesar 31,64 kg/kapita atau mengalami peningkatan sebesar 3,81% dari tahun 2010 (KKP 2012). Salah satu primadona perikanan Indonesia adalah ikan nila (Oreochromis niloticus). Hal tersebut terlihat dari data produksinya berdasarkan KKP (2013) yang mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar ton dan pada tahun 2011 sebesar ton. Ikan nila merupakan ikan air tawar yang banyak diminati oleh masyarakat untuk dikonsumsi. Konsumen menghendaki ikan yang akan dikonsumsi dalam keadaan yang sesegar mungkin karena mutunya masih terjaga. Mutu ikan konsumsi tertinggi terdapat pada ikan yang masih hidup (Winarno 2003). Teknik penanganan khusus diperlukan untuk mempertahankan mutu ikan agar dapat didistribusikan ke konsumen, salah satunya adalah teknik transportasi. Transportasi ikan hidup merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk memindahkan biota perikanan dalam keadaan hidup dan diberi perlakuanperlakuan didalamnya agar kelangsungan hidupnya tetap tinggi setelah sampai di tempat tujuan (Wijayanti et al. 2011). Kendala yang sering dihadapi dalam pengangkutan ikan hidup adalah aktivitas metabolisme ikan. Cara yang dapat dilakukan untuk menekan aktivitas metabolisme ikan adalah dengan anestesi (Ross dan Ross 2008). Anestesi merupakan suatu teknik menggunakan obat yang dapat menyebabkan sebagian atau keseluruhan bagian dari biota menjadi mati rasa dalam waktu tertentu (Grace dan Borley 2007). Fungsi anestesi adalah untuk mengurangi kecepatan metabolisme, mengurangi tingkat stres, dan mengurangi laju konsumsi oksigen pada ikan (Ross dan Ross 2008). Bahan anestesi yang biasa digunakan dalam transportasi ikan hidup adalah bahan anestesi kimia dan alami. Penggunaan bahan tersebut perlu diperhatikan agar ikan tetap aman untuk dikonsumsi. Salah satu bahan alami yang berpotensi sebagai bahan anestesi adalah umbi rumput teki (Cyperus rotundus). Rumput teki adalah tanaman yang tumbuh liar dan sering dianggap sebagai gulma oleh petani. Selain dianggap sebagai gulma yang harus diberantas, ternyata rumput teki memiliki manfaat sebagai obatobatan. Bagian umbinya dapat dimanfaatkan sebagai obat analgesik (penghilang rasa sakit). Menurut Puspitasari et al. (2003), umbi rumput teki mengandung senyawa kimia antara lain minyak atsiri, flavonoid, dan triterpen yang memiliki efek penghilang rasa sakit. Penelitian sebelumnya mengenai imotilisasi ikan nila menggunakan bahan anestesi alami salah satunya yaitu minyak pala. Khalil et al. (2013) melaporkan bahwa ikan nila yang dipingsankan dengan dosis minyak pala 1,1 ppm memiliki waktu pingsan yaitu 13,08 menit dan waktu bugar yaitu 60,06 menit yang dipingsankan selama 3 jam dengan survival rate 8,33%. Rendahnya tingkat kelangsungan hidup ikan nila tersebut maka diperlukan penelitian lebih lanjut

14 2 menggunakan ekstrak umbi teki dengan konsentrasi yang berbeda. Penelitian ini diharapkan bahwa kemampuan umbi teki sebagai obat analgesik mampu berfungsi sebagai agen anestesi pada imotilisasi ikan nila. Perumusan Masalah Permasalahan yang sering terjadi dalam transportasi ikan nila hidup adalah masalah kematian dan kesegaran ikan yang diakibatkan dari tingkat kesetresan. Metode anestesi merupakan cara yang paling tepat untuk menanggulangi masalah tersebut. Penelitian anestesi alami maupun kimia ikan nila hidup telah beberapa kali dilakukan, namun penelitian bahan anestesi alami menggunakan umbi rumput teki belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini diharapkan menghasilkan bahan anestesi alami yang mudah didapat, murah, dan efisien untuk transportasi ikan nila hidup. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi terbaik ekstrak umbi rumput teki dan waktu pemingsanan yang menghasilkan kelulusan hidup tertinggi pada teknik imotilisasi ikan nila. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini meliputi : 1) Sebagai alternatif bahan anestesi alami untuk transportasi ikan hidup 2) Memperkaya khasanah informasi bagi dunia farmasi akan manfaat umbi rumput teki 3) Meningkatkan nilai tambah rumput teki sebagai bahan anestesi alami untuk transportasi ikan hidup Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan contoh, preparasi umbi rumput teki, ekstraksi umbi rumput teki, analisis waktu pingsan dan waktu pembugaran ikan nila, analisis kandungan glukosa darah, analisis kualitas air, serta penulisan laporan.

15 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Desember 2013 hingga Maret Penelitian ini bertempat di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan dan Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila hasil budidaya yang didapatkan dari kolam pembudidayaan dengan bobot 181±14 gram sebanyak 66 ekor di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor serta bahan anestesi yang digunakan yaitu umbi rumput teki dari Desa Cikabayan, akuades, es batu, chlorox, phenate, MNSO 4, indikator phenolphthalein (PP), NaOH 0,0227 N, dan NH 3 1 ppm. Alat Alat yang digunakan meliputi toples, akuarium, aerator, gelas ukur, kain belacu, blender, corong, DO meter, ph meter, termometer, alat suntik, glukosa meter merk gluco-dr AGM 2100, dan spektrofotometer SP-300. Prosedur Analisis Penelitian Prosedur analisis penelitian ini terbagi menjadi beberapa tahap. Penelitian pendahuluan terdiri dari preparasi sampel dan ekstraksi umbi rumput teki, pengujian kualitas air, pemingsanan ikan tahap I dan II. Penelitian utama terdiri dari analisis kualitas air, glukosa darah ikan, dan pemingsanan ikan tahap III. Pemingsanan tahap I ikan nila dilakukan untuk mencari konsentrasi ekstrak terbaik. Pemingsanan tahap II bertujuan untuk mendapatkan tingkat kelulusan hidup ikan nila yang dipingsankan selama 150 menit dengan konsentrasi terbaik dari pemingsanan tahap I. Pemingsanan tahap III bertujuan untuk mendapatkan tingkat kelulusan hidup ikan nila yang dipingsankan selama 110 menit. Prosedur penelitian pendahuluan secara garis besar disajikan pada Gambar 1, sedangkan penelitian utama pada Gambar 2. Dokumentasi prosedur penelitian disajikan pada Lampiran 1.

16 4 Ikan nila Rumput teki Analisis kualitas air Aklimatisasi Pemuasaan (1x24 jam) Preparasi Ekstraksi Ekstrak umbi rumput teki Pemingsanan ikan tahap I (5%, 7%, 9%) Konsentrasi terbaik Pemingsanan ikan tahap II Gambar 1 Diagram alir prosedur analisis penelitian pendahuluan Ikan nila Aklimatisasi Pemuasaan (1x24 jam) Analisis kualitas air dan analisis glukosa darah Pemingsanan ikan tahap III Analisis data Gambar 2 Diagram alir prosedur analisis penelitian utama Penelitian Pendahuluan Preparasi sampel dan ekstraksi umbi rumput teki (modifikasi Ongge 2001) Rumput teki didapatkan dari desa Cikabayan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Umbi rumput teki dicuci dan dibersihkan dari kotoran yang masih menempel. Umbi yang telah bersih kemudian ditiriskan. Ekstrak kasar umbi rumput teki dibuat dengan berbagai konsentrasi yang berbeda. Umbi yang telah dibersihkan dari kotoran kemudian ditimbang sebanyak 500 gram dan

17 5 dihancurkan menggunakan blender dengan pelarut akuades (1000 ml) hingga membentuk larutan seperti juice. Ekstrak kasar tersebut disaring menggunakan kain belacu. Konsentrasi akhir yang digunakan adalah 5%, 7%, dan 9% (b/v) dalam air di wadah percobaan sebanyak 4000 ml. Nilai ph ekstrak teki pada penelitian ini adalah 5,62. Contoh perhitungan ekstrak teki disajikan pada Lampiran 6. Analisis kualitas air (Boyd 1982) Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air laboratorium bersumber dari tanah yang telah diendapkan selama 2 hari. Pengujian kualitas air dilakukan dengan cara pengukuran suhu, ph, kadar oksigen terlarut (DO), CO 2, dan total amonia nitrogen (TAN): 1) Pengukuran ph dan suhu Pengukuran ph dilakukan menggunakan ph meter dan suhu dengan termometer. 2) Pengukuran kadar oksigen terlarut (DO) Pengukuran DO meter dilakukan menggunakan DO meter dengan cara pembacaan skala. 3) Pengukuran kadar CO 2 Sampel air dipipet sebanyak 25 ml, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Indikator phenolphthalein sebanyak 2-3 tetes ditambahkan ke dalam sampel. Tahap berikutnya adalah titrasi dengan NaOH 0,0227 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Volume titran yang digunakan dicatat. 4) Pengukuran total amonia nitrogen (TAN) Sampel air sebanyak 25 ml dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml. Larutan standar NH 3 disiapkan sebanyak 25 ml. Blanko dibuat dari 25 ml akuades. Sampel air, larutan standar, dan blanko ditambahkan masing-masing MnSO4 sebanyak 1 tetes, reagen chlorox 0,5 ml, dan phenate 0,6 ml. Ketiga larutan tersebut dihomogenkan dan dibiarkan selama 15 menit. Selanjutnya dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm. Pemingsanan ikan nila tahap I Konsentrasi yang digunakan yaitu 5%, 7%, dan 9% dari ekstrak kasar umbi rumput teki. Sebanyak 3 ekor ikan nila (untuk setiap konsentrasi) sebelumnya dipuasakan selama 24 jam dimasukkan ke dalam wadah (toples) yang berisi air dengan volume 4 L. Selanjutnya ekstrak umbi rumput teki dimasukkan ke dalam wadah hingga ikan menjadi pingsan. Pencatatan waktu pingsan dan waktu pembugaran (recovery time), dan tingkat kelulusan hidup ikan nila dilakukan pada tahap ini. Pemingsanan ikan nila tahap II Pemingsanan tahap II ikan nila dilakukan menggunakan konsentrasi terbaik, yaitu 9%. Konsentrasi yang digunakan untuk memingsankan ikan adalah hasil konsentrasi terbaik dari tahapan pemingsanan tahap I yang memiliki waktu

18 6 pemingsanan yang cepat dan tingkat kelangsungan hidup tertinggi. 10 ekor ikan nila di aklimatisasi terlebih dahulu, kemudian dipuasakan selama 24 jam. Tahap berikutnya yaitu penimbangan untuk setiap ekor ikan yang kemudian dilakukan pemingsanan di dalam akuarium berisi air 16 L, dan dicatat waktu pingsan nya. Ikan yang telah pingsan dipindahkan ke dalam akuarium yang berisi air 10 L bersuhu 10 C. Perhitungan recovery time dilakukan setiap menit ke- 30; 60; 90; 120; dan 150 menit untuk masing-masing 2 ekor ikan tiap waktu tersebut. Pemingsanan ikan tahap II ini dilakukan 3 kali ulangan dan bertujuan untuk mengetahui tingkat kelulusan hidup ikan nila pada selang waktu tersebut. Penelitian Utama Pemingsanan tahap III ini dilakukan melihat tingkat kelulusan hidup terbaik dari pemingsanan tahap II. Ikan nila sebanyak 9 ekor diaklimatisasi terlebih dahulu. Setelah itu ikan dipuasakan selama 24 jam. Tahap selanjutnya adalah penimbangan untuk setiap ekor ikan yang kemudian dilakukan pengujian kandungan glukosa darahnya menggunakan glukosa meter merk gluco-dr AGM 2100, selanjutnya dipingsankan menggunakan ekstrak kasar umbi rumput teki konsentrasi 9%, dan dicatat waktu pingsan nya. Ikan yang telah pingsan dipindahkan ke dalam akuarium yang berisi air 10 L bersuhu 10 C. Perhitungan recovery time dilakukan setiap menit ke- 90, 110, dan 120 menit untuk masingmasing 3 ekor ikan tiap waktu tersebut. Setelah ikan pulih maka ikan ditimbang kembali dan dilakukan analisis kandungan glukosa darahnya. Pengujian yang dilakukan adalah kualitas air (suhu, ph, DO, CO 2, dan TAN) serta glukosa darah sebelum dan sesudah pemingsanan. Analisis Data Analisis data digunakan untuk mendapatkan kesimpulan dari percobaan yang dilakukan. Analisis data yang dilakukan adalah hubungan antara lamanya ikan pingsan dengan waktu pembugaran ikan setelah dibiarkan pingsan di dalam suhu rendah pada waktu tertentu. Data yang diperoleh selanjutnya di analisis dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan model matematika secara berikut: Keterangan: Y ij Yij = µ + ԏij + εij = nilai pengamatan pada suatu percobaan individu ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i µ = pengaruh umum ԏi = pengaruh perlakuan pada taraf ke-i εij = pengaruh dari sisa satuan percobaan individu ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i Apabila hasil analisis data menunjukkan pengaruh, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji lanjut Tukey (Multiple comparisons). Pengolahan data statistik dilakukan dengan menggunakan software IBM-SPSS 15.0 for Windows.

19 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Persiapan hewan uji (ikan nila) dan bahan anestesi Kualitas ikan yang akan ditransportasikan adalah sangat penting. Ikan tersebut harus dalam keadaan sehat dan dalam kondisi baik. Ikan yang berkualitas buruk atau rendah dapat menimbulkan kematian yang lebih besar saat ditransportasikan dibandingkan dengan ikan dalam kondisi sehat (Berka 1986). Hewan uji pada penelitian ini adalah ikan nila berukuran 6 ekor/kg atau dengan bobot rata-rata yaitu 181 ± 14 gram. Ikan nila yang digunakan berada dalam kondisi sehat dan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan gerakan renang yang agresif, posisi tubuh tegak dan kokoh, serta sangat responsif terhadap rangsangan dari luar. Bahan anestesi alami yang digunakan pada penelitian ini adalah umbi rumput teki. Ekstraksi umbi rumput teki dilakukan dengan cara pencacahan kemudian diblender. Hasil blender tersebut disaring dan diperas dengan kain belacu. Pelarut yang digunakan yaitu akuades. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bowser (2001) bahwa bahan anestesi harus larut dengan air terkait habitat hidup ikan yang berada di dalam air. Menurut Sivapalan dan Jayadevan (2012); Ghannadi et al. (2012) berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ekstrak umbi rumput teki mengandung senyawa flavonoid, tannin, alkaloid, minyak atsiri, fenol, dan saponin. Kualitas air media pemeliharaan ikan nila Air adalah media pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan. Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup ikan nila dan faktor penting dalam pra-transportasi. Beberapa parameter kualitas air yang sangat penting diantaranya adalah suhu, DO, ph, CO 2, dan TAN (Berka 1986). Air yang digunakan sebagai media pemeliharaan ikan nila selama penelitian ini adalah air laboratorium (bersumber dari tanah) yang telah diendapkan di tandon selama 2 hari. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan air kolam budidaya ikan nila dan air laboratorium. Tujuannya adalah agar kelangsungan hidup ikan tetap terjaga atau kondisinya sama saat berada di habitatnya sehingga tidak berpengaruh selama proses imotilisasi berlangsung. Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan ikan nila yang digunakan untuk penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan ikan nila Parameter Kolam Budidaya Laboratorium Standar Suhu ( C) 27,77±0,06 27,75±0, * DO (ppm) 7,22±0,06 6,95±0,04 > 3* ph 7,70±0,06 7,81±0,06 6,5-8,5* CO 2 (ppm) 4,00±0,00 4,00±0,00 < 5** TAN (ppm) 0,0035±0,00 0,0047±0,00 < 0,1* Sumber: * Ghufran dan Kordi (2010) ** Khairuman dan Amri (2013)

20 8 Tabel 1 merupakan hasil analisis kualitas air media pemeliharaan ikan nila. Air kolam budidaya memiliki suhu 27,7 C, DO 7,22 ppm, ph 7,70, CO 2 4 ppm, dan TAN 0,0035 ppm. Air laboratorium memiliki suhu 27,75 C, DO 6,95 ppm, ph 7,81, CO 2 4 ppm, dan TAN 0,0047 ppm. Hasil analisis kedua media air tersebut sesuai dengan standar kualitas air pemeliharaan yang ditentukan oleh Ghufran dan Kordi (2010), bahwa untuk parameter suhu, DO, ph, dan TAN secara berurutan adalah C, > 3 ppm, dan < 0,1 ppm, serta ph menurut Khairuman dan Amri (2013) yaitu antara 6,5-8,5. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas air laboratorium tidak berbeda jauh dengan air kolam budidaya, artinya yaitu air media pemeliharaan tidak mempengaruhi kondisi fisiologis ikan nila sebelum diberikan perlakuan anestesi dan saat pembugaran. Faktor yang sangat penting yang harus dilakukan dalam mentransportasikan ikan adalah menyediakan oksigen terlarut (DO) yang memadai. Di sisi lain, kelimpahan oksigen terlarut dalam sebuah wadah atau media tidak selalu menunjukkan bahwa ikan berada dalam kondisi yang baik. Kemampuan ikan menggunakan oksigen tergantung pada stres, suhu air, ph, konsentrasi karbon dioksida (CO 2 ), dan senyawa metabolik contohnya amonia. Tingkat ph air merupakan faktor kontrol karena proporsi dari racun amonia dan kandungan CO 2 adalah fungsi langsung dari ph (Berka 1986). Pemingsanan ikan nila tahap I Pemingsanan ikan tahap I bertujuan untuk mencari konsentrasi bahan anestesi terbaik dalam memingsankan ikan nila. Konsentrasi ekstrak umbi rumput teki pada tahap ini adalah 5%, 7%, dan 9%. Hasil pengamatan tingkah laku ikan nila selama proses pemingsanan pada ketiga konsentrasi disajikan pada Tabel 2. Waktu pingsan ikan nila disajikan pada Gambar 3. Tabel 2 Hasil pengamatan tingkah laku ikan nila selama proses pemingsanan Waktu 5% 7% 9% (menit) 0-3 Normal Normal Normal, kehilangan keseimbangan pada menit ke Normal Kehilangan Pingsan ringan keseimbangan 6-9 Kehilangan Kehilangan Pingsan (8,31)* keseimbangan keseimbangan 9-12 Pingsan ringan Pingsan ringan Pingsan (14,76)* Pingsan (12,35)* *Rata-rata waktu pemingsanan ikan Hasil pengamatan tingkah laku ikan nila selama proses pemingsanan pada konsentrasi ekstrak umbi rumput teki sebesar 5%, 7%, dan 9% masih dalam keadaan normal dari menit ke-0 hingga menit ke-3, namun pada konsentrasi 9% ikan mulai mengalami kehilangan keseimbangan pada menit ke-3. Kondisi normal ditandai dengan ikan yang masih bergerak normal, bukaan operkulum normal, dan sangat reaktif terhadap rangsangan luar. Waktu 3-6 menit menunjukkan bahwa pada konsentrasi 5% ikan masih dalam kondisi normal, konsentrasi 7% ikan mulai

21 9 kehilangan keseimbangan, dan pada 9% ikan mengalami pingsan ringan. Ikan yang mengalami kehilangan keseimbangan ditandai dengan gerakan renang yang cepat, posisi tubuh miring dan terbalik, serta bukaan operkulum cepat hingga mulai melemah. Kondisi pingsan ringan ikan ditandai dengan bukaan operkulum yang sangat lemah, kondisi tubuh terbalik, dan respon terhadap rangsangan luar sangat lemah kecuali diberi tekanan. Waktu 9-12 menit pada konsentrasi 5% dan 7% menunjukkan ikan dalam kondisi pingsan ringan, sedangkan pada konsentrasi 9% ikan sudah mengalami fase pingsan. Fase pingsan ditandai dengan posisi tubuh berada di dasar, terbalik, operkulum bergerak sangat lambat, dan respon terhadap rangsangan luar menghilang kecuali jika diberi tekanan kuat. Ikan nila pada pemingsanan dengan konsentrasi 5% dan 7% mengalami fase pingsan pada menit ke-12 hingga 15. Tahapan anestesi pada ikan menurut (Bowser 2001) disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Tahapan anestesi ikan Tahapan Deskripsi Gejala 1 Normal Sadar, operkulum dan kontraksi otot normal 2 Awal Sedasi Mulai kehilangan kesadaran, bukaan operkulum agak menurun, keseimbangan menurun 3 Kehilangan sebagian keseimbangan 4 Kehilangan keseimbangan total Sebagian otot mulai relaksasi, berenang tidak teratur, peningkatan bukaan operkulum, Bereaksi hanya ketika ada sentuhan yang kuat dan getaran Kehilangan keseimbangan dan otot total, lambat tetapi operkulum normal, kehilangan refleks spinal 5 Kehilangan refleks Kehilangan kesadaran total, operkulum lambat dan tidak teratur, denyut jantung sangat lambat, kehilangan refleks 6 Medulla kolaps (stadium asphyxia) Sumber: Bowser (2001) Operkulum berhenti bergerak, jantung menahan biasanya diikuti dengan gerakan cepat Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 5%, 7%, dan konsentrasi 9%, ikan nila pingsan pada menit ke-14,76; 12,35; dan 8,31. Saat ikan mulai kehilangan keseimbangan atau panik, tingkat respirasi ikan meningkat tajam hingga mencapai respirasi yang rendah yang dapat menyebabkan ikan pingsan. Salah satu parameter utama untuk mengetahui waktu pingsan suatu bahan anestesi pada proses pemingsanan adalah hilangnya beberapa refleks. Menurut Bowser (2001) ikan yang memasuki tahap kehilangan refleks ditandai dengan hilangnya kesadaran total, denyut jantung sangat lambat, dan kehilangan refleks. Sukmiwati dan Sari (2007) melaporkan bahwa saat ikan pingsan atau keadaan tenang dalam lingkungan yang kekurangan oksigen, akan terjadi akumulasi asam laktat dalam darah dan otot. Hal tersebut menyebabkan ph darah menurun, dalam keadaan ini pemakaian oksigen juga menurun, sehingga fungsi sel-sel syaraf dirusak secara cepat karena terjadinya kekurangan oksigen.

22 10 Waktu Pingsan (menit) ,76 b ± 1,63 12,35 b ± 1,82 8,31 a ± 0,75 0 0% 5% 7% 9% Konsentrasi (%) Gambar 3 Pengaruh konsentrasi ekstrak teki terhadap waktu pingsan ikan nila Gambar 3 merupakan hasil dari waktu pemingsanan ikan nila tahap I dengan 3 kali ulangan untuk setiap konsentrasi. Hasil waktu pingsan pada konsentrasi 5% yaitu 14,76 menit, 7% yaitu 12,35 menit, dan konsentrasi 9% yaitu 8,31 menit dengan nilai signifikasinya adalah sebesar 0,005 (P<0,05). Hasil analisis waktu pingsan disajikan pada Lampiran 2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak umbi rumput teki, maka semakin cepat pula waktu pingsan pemingsanannya. Hal tersebut diduga bahwa kandungan bahan aktif di dalam umbi teki seperti flavonoid dan saponin lebih banyak pada konsentrasi yang lebih tinggi. Puspitasari et al. (2003) melaporkan bahwa kandungan minyak atsiri, flavonoid, dan triterpen pada umbi rumput teki memiliki efek sebagai penghilang rasa sakit. Andriyanto et al. (2010) melaporkan bahwa indikator untuk menentukan waktu pingsan antara lain kesadaran, refleks, keseimbangan, tonus otot, dan rasa nyeri. Indikator tersebut dapat diketahui dengan cara melihat reaksi ikan saat diberikan sedikit rangsangan. Molekul-molekul bahan anestesi setelah terabsorpsi dalam pembuluh darah selanjutnya akan dibawa ke susunan syaraf pusat, yaitu otak dan medulla spinalis. Bahan anestesi akan memblokir reseptor dopamine post-synaptic, menghambat pelepasan dopamine, dan menekan sistem syaraf pusat. Hal tersebut yang akan menimbulkan efek sedasi, relaksasi otot, dan menurunkan kegiatan yang bersifat spontan (refleks terhadap rangsangan dari luar). Ikan nila yang telah dipingsankan dengan konsentrasi 5%, 7%, dan 9% kemudian dibugarkan atau disadarkan kembali dengan cara dialiri air terus menerus dan selanjutnya ditempatkan di bak atau wadah yang berisi banyak oksigen (aerasi). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Neiffer dan Stamper (2009) yang menjelaskan bahwa selama pembugaran perlu dilakukan dengan menggunakan air yang mengalir pada ikan atau menempatkan ikan dalam bak berisi air mengalir hingga ikan dapat bergerak normal secara sendirinya. Pemindahan ikan ke dalam bak yang berisi air mengalir sangat dianjurkan setelah pemberian bahan anestesi dan metabolit mereka dapat dieksresikan ke dalam air sehingga tidak terserap kembali oleh insang maupun mulut. Air yang digunakan untuk pembugaran secara mengalir diarahkan ke mulut atau insang ikan. Hasil

23 11 pengamatan waktu pembugaran ikan nila tahap I disajikan pada Gambar 4. Hasil analisis waktu bugar ikan nila disajikan pada Lampiran 3. Waktu Pembugaran (menit) ,22 a ± 0,29 2,32 b ± 0,11 1,54 b ± 0,5 0% 5% 7% 9% Konsentrasi (%) Gambar 4 Pengaruh konsentrasi ekstrak teki terhadap waktu bugar ikan nila Waktu pembugaran ikan nila pada pemingsanan tahap I tertera di Gambar 4. Konsentrasi 5% memiliki waktu pembugaran yaitu 1,54 menit, 7% yaitu 2,32 menit, dan pada konsentrasi 9% waktu pembugaran ikan adalah 3,82 menit dengan nilai signifikasi sebesar 0,000 (P<0,05). Hasil analisis waktu pembugaran ikan nila disajikan pada Lampiran 3. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin lama pula waktu ikan untuk kembali pulih seperti saat sebelum diberikan bahan anestesi. Hal tersebut diduga karena pada konsentrasi yang rendah, senyawa dari ekstrak umbi rumput teki yang terserap oleh tubuh ikan lebih sedikit sehingga ikan lebih mudah untuk mengurai bahan tersebut. Sebaliknya, pada konsentrasi yang lebih tinggi lebih banyak senyawa-senyawa yang terserap oleh tubuh ikan, sehingga lebih sulit untuk terurai dan waktu pembugarannya semakin lama. Tahap pembugaran (recovery time) melibatkan bahan anestesi yang digunakan dan hingga ikan dapat kembali ke kondisi atau keadaan normal. Umumnya waktu pembugaran harus dilakukan secara cepat. Penanganan yang baik sangat diperlukan untuk menghindari kematian pada ikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pembugaran adalah jenis ikan dan bahan anestesi yang digunakan (Ross dan Ross 2008). Hasil penelitian ini dapat dikatakan cukup efektif karena waktu pembugaran ikan nila pada konsentrasi 5%, 7%, dan 9% berada di bawah 5 menit. Menurut Ross dan Ross (2008) bahwa waktu pembugaran bagi ikan yang efektif adalah di bawah 5 menit dalam air bersih. Pemingsanan ikan nila tahap II Pemingsanan ikan nila tahap II dilakukan dengan menggunakan konsentrasi terbaik dari tahap I, yaitu 9%. Hal tersebut disebabkan oleh waktu pingsan yang tercepat dan waktu pembugarannya masih dalam standar (dibawah 5 menit). Pemingsanan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelulusan hidup ikan nila pada waktu tertentu dalam air dingin bersuhu 10 C (Pratisari 2010). Waktu yang digunakan adalah 30, 60, 90, 120, dan 150 menit. Tingkat keberhasilan

24 12 transportasi ikan nila hidup diukur dari besarnya nilai tingkat kelulusan hidup (survival rate) dan kematiannya (mortalitas). Tingkat kelulusan hidup ikan nila disajikan pada Gambar 5. Contoh perhitungan jumlah es yang digunakan selama pemingsanan disajikan pada Lampiran Survival Rate (%) ,00 16, Lama Pingsan (menit) Gambar 5 Pengaruh waktu pemingsanan terhadap survival rate ikan nila Gambar 5 merupakan hasil tingkat kelulusan hidup (survival rate) ikan nila. Ikan yang dipingsankan selama 30, 60, dan 90 menit dalam air bersuhu 10 C memiliki kelulusan hidup sebesar 100%. Hal tersebut diduga karena tubuh ikan nila masih toleran jika dibiarkan pingsan di dalam air dingin selama 90 menit. Berbeda hal nya pada menit ke-120 dan 150. Tingkat kelulusan hidup ikan nila menurun secara signifikan, yaitu 50% pada menit ke-120 dan 16,67% pada menit ke-150. Hal tersebut diduga karena tubuh ikan sudah tidak dapat mentolerir saat dibiarkan di air dingin pada waktu yang cukup lama. Waktu maksimal dari penelitian ini yang memiliki kelulusan hidup 100% adalah menit ke-90, sehingga waktu tersebut digunakan untuk penelitian utama. Suhu air dingin yang digunakan sebagai media penyimpanan setelah diberikan bahan anestesi (setelah ikan pingsan) pada penelitian tahap II ini adalah 10 C. Hal tersebut bertujuan untuk mempertahankan kondisi ikan nila agar tetap pingsan dalam waktu tertentu. Suhu tersebut didasarkan pada penelitian Pratisari (2010) bahwa pada suhu 9-10 C ikan mengalami fase pingsan ringan. Titik kritis atau suhu ekstrim pemingsanan ikan nila terdapat pada suhu 7-9 C karena saat ikan nila dibius menunjukkan respon mulai panik dan bergerak tidak beraturan pada menit ke-0. Menurut Ghufran dan Kordi (2010), suhu yang dapat menimbulkan kematian ikan nila adalah 6 C. Tingkat kelulusan hidup ikan nila pada penelitian ini menurun drastis dari menit ke-90 menuju ke menit 120, dan selanjutnya ke menit 150. Kematian pada ikan nila tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain daya tubuh ikan, kondisi ikan sebelum dipingsankan, keadaan stres menjelang pingsan, dan suhu media, dan lamanya penyimpanan di dalam media air dingin. Menurut Suwandi et.al (2012) kematian ikan disebabkan oleh konsentrasi bahan yang digunakan yang mengakibatkan meningkatnya turbiditas, sehingga ikan menjadi stres dan sulit beradaptasi. Kondisi stres dalam waktu tertentu dapat menyebabkan

25 13 kematian. Hal tersebut disebabkan oleh ikan yang sudah tidak dapat lagi mempertahankan keadaan hemeostasisnya. Penelitian Utama Penelitian utama ini menggunakan waktu lama pingsan yang dipersempit dari penelitian tahap II. Ikan nila yang dipingsankan menggunakan ekstrak umbi rumput teki kemudian dimasukkan ke dalam air bersuhu 10 C dalam waktu tertentu. Waktu yang digunakan adalah 90, 100, dan 110 menit dengan 3 kali ulangan. Ikan dibugarkan kembali dengan air mengalir dan bak dengan aerasi penuh setelah mengalami proses pemingsanan. Analisis yang dilakukan pada tahap ini adalah waktu pembugaran, kandungan glukosa darah, dan kualitas air. Hasil waktu pembugaran ikan nila disajikan pada Gambar 6. Hasil analisis waktu bugar disajikan pada Lampiran Waktu Pembugaran (menit) ,26 a ± 0,1 5,68 a ± 0,50 2,6 b ± 0,37 8,33 b ± 1,07 4,91 c ± 0,77 10,61 c ± 0, Waktu Pemingsanan (menit) Gambar 6 Pengaruh waktu pemingsanan terhadap waktu bugar ikan nila. ( ) konsentrasi 9%, ( ) kontrol Gambar 6 merupakan hasil waktu pembugaran ikan nila tahap III. Waktu bugar ikan nila pada kontrol selama pemingsanan 90 menit yaitu 5,68 menit, sedangkan pada konsentrasi 9% yaitu 1,26 menit. Waktu pemingsanan 100 menit memiliki waktu bugar 8,33 menit pada kontrol dan 2,6 menit pada konsentrasi teki 9%. Waktu bugar pada waktu pemingsanan 110 menit adalah 10,61 menit pada kontrol dan 4,91 menit pada konsentrasi teki 9%. Semakin lama waktu pemingsanan maka waktu pembugaran ikan nila semakin tinggi. Waktu pembugaran pada pemberian ekstrak teki 9% pada waktu pemingsanan 110 menit masih dalam kisaran 5 menit. Kontrol (tanpa pemberian ekstraki teki) memiliki waktu pembugaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan ekstrak teki 9%. Hal tersebut diduga karena ikan mengalami shock yang lebih berat karena langsung dimasukkan ke air bersuhu 10 C (perubahan suhu drastis), sehingga membutuhkan waktu pembugaran yang lebih lama akibat fungsi syaraf yang lebih

26 14 banyak rusak. Menurut Utomo (2001), pada kondisi shock ikan banyak melakukan gerakan yang berlebih saat proses pembiusan. Pratisari (2010) melaporkan bahwa suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam transportasi ikan hidup. Tingkat kelulusan hidup (survival rate) ikan nila disajikan pada Gambar 7. Survival Rate (%) Waktu Pemingsanan (menit) Gambar 7 Pengaruh waktu pemingsanan terhadap survival rate ikan nila. ( ) konsentrasi 9%, ( ) kontrol Gambar 7 merupakan hasil tingkat kelulusan hidup (survival rate) ikan nila. Tingkat kelulusan hidup ikan nila hingga pada selama pingsan pada menit ke-90, 100, dan 110 yaitu 100%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa ikan nila yang dipingsankan dengan ekstrak umbi rumput teki dan ditransportasikan pada media yang bersuhu 10 C cukup efektif hingga menit ke-110. Suhu air dingin yang digunakan untuk penyimpanan ikan selama pingsan adalah 10 C. Pratisari (2010) melaporkan bahwa suhu pembiusan ikan nila yaitu 9-10 C menghasilkan tingkat kelulusan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan nila yang dibius dengan suhu 7-9 C dan 6-7 C. Menurut Karnila dan Edison (2001), perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan ikan tetap tenang, tidak banyak bergerak, aktivitas metabolisme dan respirasi berkurang. Hal tersebut diharapkan daya tahan tubuh ikan menjadi cukup tinggi. Rendahnya metabolisme ikan menyebabkan kebutuhan energi untuk aktivitas ikan juga menjadi rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perombakan Adenosin Trifosfat (ATP) menjadi Adenosin Difosfat (ADP), Adenosin Monofosfat (AMP), dan Inosin Monofosfat (IMP) untuk menghasilkan energi juga sangat rendah, sehingga oksigen yang digunakan untuk merombak ATP untuk menghasilkan energi juga sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan kadar oksigen yang berada di dalam ikan tidak menurun drastis, sehingga ikan mampu hidup dalam waktu yang lebih lama. Sejauh ini belum dilaporkan nilai ATP pada ikan nila hidup. Erikson et al. (1997) melaporkan bahwa nilai ATP pada ikan salmon dalam cage saat penangkapan adalah 11,8 ± 4,7 µmol/g (bk), setelah tiba di darmaga yaitu 14,7 ± 3,3 µmol/g (bk), dan setelah tiba di ruang penjagalan yaitu sebesar 12,4 ± 3,8 µmol/g (bk).

27 15 Analisis glukosa darah ikan nila Glukosa darah ikan merupakan salah satu parameter dalam mengukur tingkat stres pada ikan. Menurut Bassett et al. (2004), respon organisme terhadap stres biasanya ditentukan oleh pengukuran plasma hormon dan tingkat metabolit ikan. Kortisol, glukosa darah, dan laktat merupakan indikator stres primer dan sekunder pada ikan. Pengujian glukosa darah ikan nila pada penelitian ini dilakukan sebelum dan setelah pemingsanan. Ikan yang telah dipingsankan dengan ekstrak umbi rumput teki selanjutnya dibiarkan pingsan di dalam air dingin, kemudian setelah ikan dibugarkan dengan air suhu kamar, ikan diukur nilai glukosa darahnya. Alat yang digunakan yaitu Gluco-DR AGM Hasil analisis glukosa darah ikan nila disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Kadar glukosa darah ikan nila pada waktu pemingsanan Nilai Glukosa Darah (mg/dl) Waktu Kontrol Perlakuan anestesi Pingsan Glukosa Glukosa Selisih Glukosa Glukosa Selisih Standar (menit) I II I II Keterangan : Glukosa I = sebelum pemingsanan Glukosa II = setelah pemingsanan Standar = Hamid et al. (2013) Tabel 4 merupakan hasil kadar glukosa darah ikan nila sebelum (Glukosa I) dan setelah pemingsanan (Glukosa II). Nilai glukosa sebelum pemingsanan perlakuan anestesi adalah 132 mg/dl pada lama pingsan 90 menit, sedangkan pada kontrol adalah 153 mg/dl. Nilai glukosa setelah pemingsanan pada menit ke-90 adalah 165 dan pada kontrol yaitu 176 mg/dl. Nilai glukosa darah sebelum pemingsanan pada menit ke-100 adalah 181 mg/dl, sedangkan kontrol yaitu 119 mg/dl. Setelah pemingsanan nilai glukosa darah mengalami peningkatan, yaitu 41 mg/dl dan kontrol yaitu 189 mg/dl. Ikan yang dipingsankan selama 110 menit memiliki nilai glukosa darah yaitu 141 mg/dl (sebelum pemingsanan) dan 176 mg/dl (setelah pemingsanan), sedangkan pada kontrol yaitu 134 mg/dl (sebelum pemingsanan) dan 158 mg/dl (setelah pemingsanan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan secara keseluruhan antara nilai glukosa darah ikan nila sebelum dan sesudah pemingsanan. Peningkatan kadar glukosa darah tersebut masih dalam kisaran normal glukosa darah ikan nila. Hamid et al. (2013) melaporkan bahwa kisaran glukosa darah normal ikan nila adalah mg/dl. Peningkatan tersebut diduga karena saat stres ikan membutuhkan energi yang lebih banyak sehingga diperlukan kadar glukosa yang lebih banyak pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Porchas et al. (2009) bahwa kondisi stres ikan menyebabkan sel kromafin melepaskan hormon katekolamin, adrenalin, dan noradrenalin ke dalam sirkulasi darah. Hormon-hormon stres tersebut berhubungan dengan mobilisasi atau perpindahan kortisol dan produksi glukosa dalam ikan melalui jalur glukoneogenesis dan glikogenolisis untuk mengatasi kebutuhan energi yang diakibatkan oleh stresor (penyebab stres). Peningkatan kandungan glukosa darah

28 16 ikan juga dapat dilihat dari suhu lingkungannya. Hastuti et al. (2003) menambahkan bahwa perubahan suhu lingkungan dapat menyebabkan ikan menjadi stres. Menurut Syawal dan Ikhwan (2011), tinggi rendahnya kandungan glukosa darah tergantung pada produksi glukosa dan tingkat kecepatannya hilang dalam peredaran darah. Analisis kualitas air Penyebab stres dari lingkungan mencakup kondisi kimia air. Polutan umumnya yang menjadi penyebab stres lingkungan. Di sisi lain, kondisi ekstrim atau perubahan kualitas parameter air seperti dissolved oxygen (DO), amonia, ph, kesadahan, tekanan parsial, dan suhu dapat menyebabkan meningkatnya stres pada ikan (Iwama et al. 2004). Analisis kualitas air pada tahap penelitian ini dilakukan sebelum dan setelah pemingsanan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat stres ikan nila. Hasil analisis kualitas air sebelum dan setelah pemingsanan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil analisis kualitas air sebelum dan setelah pemingsanan Parameter Kontrol Perlakuan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Standar Suhu ( C) 27,00±0,00 27,03±0,06 26,67±0,06 27,09±0, * DO (ppm) 7,07±0,06 5,83±0,11 6,60±0,12 4,33±0,12 > 3* ph 7,91±0,02 7,81±0,03 7,63±0,1 5,61±0, * CO 2 (ppm) 3,9952±0,00 7,9904±0,00 3,9952±0,00 9,3221±0, ** TAN (ppm) 0,0667±0,01 3,4133±0,59 0,0502±0,01 7,1322±0,37 < 0,1* Sumber: * Ghufran dan Kordi (2010) ** Bhatnagar dan Devi (2013) Tabel 5 merupakan hasil analisis kualitas air sebelum dan sesudah pemingsanan antara kontrol dan perlakuan anestesi. Nilai parameter suhu, DO, ph, CO 2, dan TAN sebelum pemingsanan antara kontrol dan perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh. Hal tersebut disebabkan oleh air yang digunakan adalah sama, yaitu air laboratorium yang telah diendapkan dalam tandon selama 2 hari. Nilai suhu dan DO pada kontrol setelah pemingsanan yaitu sebesar 27 C dan 7,07 ppm. Nilai ph, CO 2, dan TAN pada kontrol setelah pemingsanan secara berurutan yaitu 7,91; 3,9952 ppm; dan 0,0667 ppm. Nilai suhu, DO, ph, CO 2, dan TAN pada perlakuan anestesi setelah pemingsanan secara berurutan yaitu 27,09 C; 4,33 ppm; 5,61; 9,3221 ppm; dan 7,1322 ppm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada perlakuan pemberian ekstrak umbi rumput teki setelah pemingsanan memiliki suhu 27,09 C, sedangkan sebelum pemingsanan suhu airnya yaitu 26,67 C. Kenaikan suhu tersebut tidak signifikan. Hal tersebut diduga karena aktivitas ikan nila setelah diberikan bahan anestesi menjadi cepat atau lincah, sehingga mengakibatkan molekul air saling bertabrakan dan suhu menjadi meningkat. Suhu 27,09 C merupakan suhu yang masih sesuai bagi kelangsungan hidup ikan nila. Ghufran dan Kordi (2010) menyatakan bahwa suhu yang baik bagi pertumbuhan ikan nila yaitu C. Suwandi et al. (2012) melaporkan bahwa peningkatan suhu pada menit ke-30 untuk perlakuan ekstrak daun jambu biji sebesar 1% disebabkan karena aktivitas

29 ikan yang agak lincah. Hal tersebut mengakibatkan tumbukan antara molekul air sehingga menimbulkan panas. Dissolved oxygen (DO) atau oksigen terlarut merupakan variabel kualitas air yang paling kritis dalam akuakultur (Marion 1998). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai DO pada kontrol (tanpa pemberian ekstrak umbi rumput teki) sebelum pemingsanan yaitu 7,07 ppm dan setelah pemingsanan yaitu 5,83 ppm. Nilai DO pada perlakuan anestesi sebelum pemingsanan yaitu 6,60 ppm dan setelah pemingsanan (dengan pemberian bahan anestesi) yaitu 4,33 ppm. Kandungan oksigen terlarut setelah pemingsanan mengalami penurunan dari sebelum pemingsanan. Hal tersebut diduga karena aktivitas ikan yang lincah dan menyebabkan suhu air meningkat, sehingga kandungan oksigen terlarut di dalam air menurun. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari CCAC (2005) bahwa saat terjadi kenaikan suhu, kapasitas air untuk membawa oksigen menurun. Disisi lain permintaan ikan untuk oksigen mengalami peningkatan karena peningkatan tingkat metabolisme. Menurut Berka (1986), jumlah oksigen yang dikonsumsi ikan tergantung pada jumlah oksigen yang tersedia di air. Ketika oksigen di dalam air tinggi, maka ikan akan mengkonsumsinya secara stabil. Sebaliknya, saat oksigen di dalam air rendah, maka konsumsi ikan terhadap oksigen juga menurun. Kisaran nilai DO sesudah pemingsanan dengan pemberian ekstrak umbi rumput teki pada penelitian ini masih dalam batas ambang wajar bagi tingkat kelangsungan hidup ikan nila. Menurut Ghufran dan Kordi (2010), kandungan oksigen terlarut di dalam air yang sesuai untuk pertumbuhan ikan nila yaitu > 3 ppm. Hal ini didukung dengan pendapat dari Bhatnagar dan Devi (2013) bahwa kisaran nilai DO yang dapat diterima oleh ikan budidaya yaitu 3-5 ppm. Hasil pengukuran ph pada kontrol berkisar antara 7,91 (sebelum pemingsanan) dan 7,81 (setelah pemingsanan). Penurunan ph yang terjadi pada kontrol sangat kecil. Hal tersebut diduga karena kadar CO 2 yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan ekstrak umbi rumput teki. Nilai ph pada perlakuan anestesi berkisar antara 7,63-5,61. Penurunan tersebut diduga karena peningkatan kadar CO 2 dan ph ekstrak teki yang asam sehingga mengakibatkan penurunan ph. Nilai ph ekstrak teki pada penelitian ini adalah 5,62. Nilai CO 2 pada kontrol berkisar antara 3,9952-7,9904 ppm, sedangkan pada perlakuan anestesi yaitu 3,9952-9,3221 ppm. Suwandi et al. (2011) melaporkan bahwa penurunan nilai ph disebabkan oleh peningkatan kadar CO 2 bebas akibat proses respirasi. Hal ini didukung oleh pendapat dari Bhatnagar dan Devi (2013) bahwa CO 2 bebas merupakan gas yang sangat larut dalam air yang disebabkan oleh kegiatan respirasi ikan dan bisa berada dalam air sebagai bikarbonat atau karbonat. Menurut NSCFS (2008), CO 2 bereaksi dengan air membentuk asam karbonat (asam lemah), yang mengakibatkan penurunan ph. Tingkat keasaman ekstrak teki juga dapat mengakibatkan penurunan ph. Kisaran ph air pada hasil penelitian ini dikatakan masih dalam batas toleransi kehidupan ikan nila. Menurut Ghufran dan Kordi (2010), nilai ph 5-11 merupakan nilai ph yang masih dapat ditolerir oleh ikan nila. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan nilai CO 2 setelah pemingsanan. Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh kepadatan ikan di dalam akuarium yang menyebabkan tingginya respirasi ikan, sehingga CO 2 juga meningkat. Suwandi et al. (2011) melaporkan bahwa peningkatan nilai CO 2 yang semakin tinggi disebabkan oleh 17

30 18 pengeluaran hasil respirasi ikan lele. Hal tersebut dipicu oleh tingkat stres ikan lele akibat adanya proses adaptasi lingkungan dari akuarium pemeliharaan ke akuarium percobaan sehingga menyebabkan aktivitas ikan meningkat. Tingginya kandungan CO 2 dapat berbahaya bagi kelangsungan hidup ikan. Kisaran nilai CO 2 pada penelitian ini masih dalam batas toleransi bagi kehidupan ikan budidaya. Menurut Bhatnagar dan Devi (2013), nilai CO 2 yang dapat ditolerir ikan budidaya adalah 0-10 ppm. Amonia merupakan produk limbah yang sangat penting dari metabolisme protein ikan. Hal ini ditentukan sebagai Total Amonia Nitrogen (TAN) dan menunjukkan jumlah NH 3 dan NH 4 + (NSCFS 2008). Hasil pengukuran TAN pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai TAN pada kontrol yaitu sebesar 0,0667 ppm (sebelum pemingsanan) dan 3,4133 ppm (setelah pemingsanan). Nilai TAN pada perlakuan anestesi sebelum pemingsanan yaitu 0,0502 ppm dan 7,1322 ppm setelah pemingsanan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai TAN meningkat setelah proses pemingsanan. Hal tersebut diduga karena selama pemberian bahan anestesi, respirasi ikan nila mengalami peningkatan. Peningkatan laju respirasi mengakibatkan CO 2 meningkat dan nilai TAN juga meningkat. Sebab lain yaitu diduga karena akumulasi eksreksi ikan nila selama pemingsanan. Menurut Suwandi et al. (2011), tinggi rendahnya amonia dalam air dipengaruhi oleh suhu, nilai CO 2, dan ph. Nilai TAN dipengaruhi oleh kandungan produksi CO 2. Nilai TAN akan meningkat seiring dengan peningkatan nilai CO 2. Nilai TAN setelah pemingsanan pada penelitian ini mengalami penurunan kualitas, namun tidak mempengaruhi kelangsungan hidup ikan nila selama proses pemingsanan. Hal tersebut disebabkan oleh masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat mendukung keberlangsungan hidup ikan nila, yaitu suhu, DO, ph, dan CO 2. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Konsentrasi terbaik pemberian ekstrak umbi rumput teki sebagai bahan anestesi ikan nila adalah 9% dengan rata-rata waktu pingsan yaitu 8,31 menit dan waktu pembugaran yaitu 4,22 menit. Tingkat kelulusan hidup (survival rate) ikan nila yang tertinggi yaitu 100% selama pemingsanan 90 menit. Waktu pemingsanan selama 90, 100, dan 110 menit menghasilkan tingkat kelulusan hidup ikan nila yaitu 100%. Saran Penelitian selanjutnya disarankan adanya pengujian toksisitas ekstrak umbi teki, metode ekstraksi lainnya, serta pengujian simulasi transportasi sistem kering dengan pengaturan RH lingkungan. Saran lain yaitu pengujian kemampuan anestesi teki pada bagian daun dan bunga, agar dapat dibandingkan hasilnya.

31 DAFTAR PUSTAKA Andriyanto, Sutisna A, Manalu W, Andini L, Hidayat R, Suanda K, Valinata S Potensi penggunaan acepromazine sebagai sediaan transquillizer pada transportasi ikan patin. Berkala Perikanan Terubuk 38(1): Basset E, Basset J, McGuire A, Wiseman S Molecular responses to stress in fish. Symposium Proceedings in International Congress on the Biologi of Fish at Manaus Brazil. Berka R The Transport of Live Fish a Review. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations. Bhatnagar A, Devi P Water quality guidelines for the management of pond fish culture. International Journal of Environmental Sciences 3(6): Bowser PR Anesthetic Options for Fish. Di dalam: Recent Advances in Veterinary Anesthesia and Analgesia: Companion Animals. New York (US): International Veterinary Information Service. Boyd Water Quality Management for Pond Fish Culture. USA (US): Departement of Fisheries and Apllied Aquaculture, Agricultural Experiment Station Auburn University, Alabama. [CCAC] Canadian Council on Animal Care Guidelines on: The Care and Use of Fish in Reseacrh, Teaching and Testing. Canada (CA): Canadian Council on Animal Care. Erikson U, Sigholt T, Seland A Handling stress and water quality during live transportation and slaughter of Atlantic salmon (Salmon salar). Aquaculture 149: Ghannadi A, Rabbani M, Ghaemmaghami L, Malekian N Phyochemical screening and essential oil analysis of one of the persian sedges; Cyperus rotundus L. International Journal of Pharmaceutical and Research 3(2): Ghufran M, Kordi K Budidaya Ikan Nila di Kolam Terpal. Yogyakarta: Lily Publisher. Grace PA, Borley NR At a Glance Ilmu Bedah. Umami V, penerjemah; Safitri A, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Surgery at a Glance. Ed ke-3. Hastuti S, Supriyono E, Mokoginta I, Subandiyono Respon glukosa darah ikan gurami (Osphronemus gouramy, LAC.) terhadap stres perubahan suhu lingkungan. Jurnal Akuakultur Indonesia 2(2): Hamid SHA, Ahmed FAM, Mohammed LMA, Ali SIM Physical & chemical characteristics of blood of two fish species (Oreochromis niloticus and Clarias lazera). World s Veterinary Journal 3(1):

32 20 Iwama GK, Afonso LOB, Todgham A, Ackerman P, Nakano K Are hsps suitable for indicating stressed states in fish? The Journal of Experimental Biology. 207: Karnila R, Edison Pengaruh suhu dan waktu pembiusan bertahap terhadap ketahanan hidup ikan jambal siam (Pangasius sutchi F) dalam transportasi sistem kering. Jurnal Natur Indonesia 3(2): Khairuman H, Amri K Budidaya Ikan Nila. Jakarta (ID): PT. AgroMedia Pustaka. Khalil M, Yuskarina, Hartami P Efektifitas dosis minyak pala untuk pemingsanan ikan nila (Oreochromis niloticus) selama transportasi. Jurnal Agrium 10: [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Statistik Kelautan dan Perikanan Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Marion JE Water Quality for Pond Aquaculture. Alabama (US): Auburn University. Neiffer DL, Stamper MA Fish sedation, anesthesia, analgesia, and euthanasia: considerations, methods, and types of drugs. ILAR Journal 50(4): [NSCFS] Norwegian Scientific Committee for Food Safety Transportation of Fish Within a Closed System. Norwegia (NO): Norwegian Scientific Committe for Food Safety. Ongge D Studi penggunaan ekstrak biji karet (Hevea brasailiensis Muell. Arg) sebagai bahan pemingsanan dalam transportasi ikan nila gift (Oreochromis sp.) hidup sistem kering [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Porchas MM, Cordova LRM, Enriquez RR Cortisol and glucose: reliable indicators of fish stress? Pan-American Journal of Aquatic Sciences 4(2): Pratisari D Transportasi ikan nila (Oreochromis niloticus) hidup sistem kering dengan menggunakan pembiusan suhu rendah secara langsung [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Puspitasari H, Listyawati S, Widiyani T Aktivitas analgetik ekstrak umbi teki (Cyperus rotundus L.) pada mencit putih (Mus musculus L.) jantan. Biofarmasi 1(2): Ross LG, Ross B Anaesthetic and Sedative Techniques for Aquatic Animals. United Kingdom (GB): Blackwell Publishing.

33 21 Sivapalan SR dan Jayadevan P Physico-chemical and phyto-chemical atudy of rhizome of Cyperus rotundus Linn. International Journal of Pharmaceutical Technology 1(2): Sukmiwati M, Sari NI Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet (Havea brancilliensis Muel, ARG) sebagai pembius terhadap aktivitas dan kelulusan hidup ikan mas (Cyprinus carpio) selama transportasi. Jurnal Perikanan dan Kelautan 12(1): Suwandi R, Jacoeb AM, Muhammad V Pengaruh cahaya terhadap aktivitas metabolisme ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) pada simulasi transportasi sistem tertutup. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 14(2): Suwandi R, Nugraha R, Novila W Penurunan metabolisme ikan nila (Oreochromis niloticus) pada proses transportasi menggunakan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava var. pyrifera). Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 15(3): Syawal H, Ikhwan Y Respon fisiologis ikan jambal siam (Pangasius hypothalamus) pada suhu pemeliharaan yang berbeda. Berkala Perikanan Terubuk 39(1): Utomo SP Penerapan teknik pemingsanan menggunakan bahan anestetik alga laut Caulerpa sp. dalam pengemasan ikan kerapu (Ephinephelus suillus) hidup tanpa media air [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Wijayanti I, Tapotubun EJ, Salim A, Nuer aenah N, Litaay C, Putri RMS, Kaya AOW, Suwandi R Pengaruh temperatur terhadap kondisi anastesi pada bawal tawar Colossoma macropomum dan lobster tawar Cherax quadricarinatus. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Pulau- Pulau Kecil Winarno FG Transportasi Hidup Ikan dan Domba. Bogor (ID): M-Brio Press.

34 LAMPIRAN Lampiran 1 Dokumentasi kegiatan penelitian Hewan uji (ikan nila) Ekstrak umbi teki Umbi rumput teki Pemblenderan Penyaringan Pemingsanan dengan teki ph meter Pemingsanan dengan suhu 10 C DO meter Spektrofotometer

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air sebagai Tempat Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila.

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. METODOLOGI 3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus tahun 0. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan dan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian berjudul Pengujian Biji Pala (Myristica sp.) sebagai Bahan Anestesi Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) dilaksanakan di Laboratorium Bahan Baku dan Industri

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air Sebagai Tempat Hidup Ikan Bawal Air Tawar Hasil analisis kualitas media air yang digunakan selama penelitian ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis kualitas

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Tahap Pertama Penelitian tahap pertama dilakukan persiapan media uji bahan pemingsan dan hewan yaitu hati batang pisang dan ikan bawal air tawar. Tahap ini juga dilakukan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian 9 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Juli 2012. Adapun tempat penelitiannya yaitu di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Persiapan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Persiapan 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2011 di Laboratorium Bahan Baku Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil Perairan dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilakukan pada bulan November Desember 2013, bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama.

3 METODOLOGI. 3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 bertempat di Laboratorium Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan dan Laboratorium

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1 TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1 Komariah Tampubolon 1 dan Wida Handini 2 ABSTRAK Penelitian ini mengkaji berbagai

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Tingkah Laku Ikan Selama Proses Pemingsanan Pengamatan perubahan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan dilakukan setiap 15 menit dengan percobaan trial and run

Lebih terperinci

TRANSPORTASI BASAH BENIH NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KAMBOJA (Plumeria acuminata) ABSTRAK

TRANSPORTASI BASAH BENIH NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KAMBOJA (Plumeria acuminata) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 2 Februari 2015 ISSN: 2302-3600 TRANSPORTASI BASAH BENIH NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KAMBOJA (Plumeria acuminata)

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2010. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Basah bagian Lingkungan. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,

Lebih terperinci

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Pemeliharaan Lobster Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kondisi lobster air tawar. Air yang digunakan dalam proses adaptasi,

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Pada tahap pendahuluan dilakukan penentuan kemampuan puasa ikan, tingkat konsumsi oksigen,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk melihat onset, durasi, kematian dan tahapan anestesi Acepromazine (ACP). Selanjutnya, hasil penelitian dengan menggunakan ACP yang diberikan secara

Lebih terperinci

STUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR

STUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR STUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR Satria Wati Pade, I Ketut Suwetja, Feny Mentang Pascasarjana Prodi Ilmu Pangan, UNSRAT, Manado lindapade@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK KASAR DAUN PALA SEBAGAI BAHAN ANESTESI PADA SIMULASI TRANSPORTASI IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

EFEKTIVITAS EKSTRAK KASAR DAUN PALA SEBAGAI BAHAN ANESTESI PADA SIMULASI TRANSPORTASI IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) 1 EFEKTIVITAS EKSTRAK KASAR DAUN PALA SEBAGAI BAHAN ANESTESI PADA SIMULASI TRANSPORTASI IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) VIDYATAMI HANUM PRATIWI DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2 11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya ikan nila semakin diminati oleh pembudidaya ikan air

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya ikan nila semakin diminati oleh pembudidaya ikan air 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan budidaya ikan nila semakin diminati oleh pembudidaya ikan air tawar. Permintaan benih ikan nila yang semakin meningkat menyebabkan penyediaan benih harus dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat 41 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian inti. Penelitian pendahuluan terdiri atas 2 tahap yaitu uji nilai kisaran (range value test) dan uji

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama dilaksanakan di laboratorium bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, tahap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 1. No. 2 Juni 2017

JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 1. No. 2 Juni 2017 KELULUSAN HIDUP IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) SELAMA PENYIMPANAN DALAM MEDIA SERBUK GERGAJI MENGGUNAKAN AIR RENDAMAN HATI BATANG PISANG AMBON (MUSA PARADISIACA) DIAN PUSPITASARI PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2010 sampai Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap persiapan, pengamatan laju pertumbuhan Kappaphycus

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak II. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit, kapasitas serap

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK IMOTILISASI BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides) PADA TRANSPORTASI BASAH

PENERAPAN TEKNIK IMOTILISASI BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides) PADA TRANSPORTASI BASAH e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENERAPAN TEKNIK IMOTILISASI BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN BANDOTAN (Ageratum

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Total Amonia Nitrogen (TAN) Konsentrasi total amonia nitrogen (TAN) diukur setiap 48 jam dari jam ke-0 hingga jam ke-120. Peningkatan konsentrasi TAN terjadi pada

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Ikan nila yang digunakan adalah ikan nila strain BEST yang berasal dari Instalasi Riset Plasma Nutfah, Cijeruk dengan ukuran panjang 4,52±3,9 cm dan bobot 1,35±0,3

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan 17 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Lapang Pusat Studi Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (PSIK IPB) Ancol Jakarta Utara pada bulan Juli Oktober

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September 2009 bertempat di Laboratorium Sistem Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanankan pada bulan Juni 2009 sampai dengan Agustus 2009. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013 bertempat di Laboratorium Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang di suplementasi selenium organik dengan dosis yang berbeda, sehingga pakan dibedakan menjadi 4 macam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan dan 2 kali ulangan. Perlakuan yang akan diterapkan yaitu pemakaian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN EKSTRAK UMBI TEKI (Cyperus rotundus L.) SEBAGAI BAHAN ANESTESI IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) KHALIDA HANUM

PENGGUNAAN EKSTRAK UMBI TEKI (Cyperus rotundus L.) SEBAGAI BAHAN ANESTESI IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) KHALIDA HANUM PENGGUNAAN EKSTRAK UMBI TEKI (Cyperus rotundus L.) SEBAGAI BAHAN ANESTESI IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) KHALIDA HANUM DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, Desa Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, Desa Hanura, Kecamatan

Lebih terperinci

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) 1 RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) Angga Yudhistira, Dwi Rian Antono, Hendriyanto Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date]

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date] PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT KELULUSHIDUPAN (SR) BENIH IKAN NILA ( Oreochromis Niloticus ) ENDAH SIH PRIHATINI Dosen Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di LaboratoriumPembenihan Ikan Ciparanje, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan Maret sampai

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pembuatan pupuk cair dan karakteristik pupuk cair ini dilaksanakan dari bulan November sampai Desember 200 yang dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di Balai Benih Ikan Hias (BBIH) Natar, Lampung Selatan. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, mulai bulan Juli hingga November 2009. Pemeliharaan ikan dilakukan di Kolam Percobaan, Departemen Budidaya

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR Oleh : Wida Handini C34103009 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi dan distribusi benih dari pusat pembenihan ke lokasi pembesaran

I. PENDAHULUAN. Transportasi dan distribusi benih dari pusat pembenihan ke lokasi pembesaran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi dan distribusi benih dari pusat pembenihan ke lokasi pembesaran merupakan salah satu kegiatan dalam budidaya ikan nila merah. Permasalahan yang sering dihadapai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) Rukmini Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM Banjarbaru Email rukmini_bp@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, Pada bulan Desember 2014. B.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi

Lebih terperinci

Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus)

Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus) TUGAS AKHIR - SB09 1358 Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus) Oleh: Denada Visitia Riskitavani (1509 100 019) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 25 3 (25) 25 Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi. oleh: Yulfiperius

Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi. oleh: Yulfiperius Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi oleh: Yulfiperius Pendahuluan Alat-alat ukur : ph meter, oksigen meter, dan pengukur (probe) amonia. Alat-alat diatas amatlah berguna namun tidak murah.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i 13 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lab. KESDA provinsi DKI Jakarta (analisis kandungan senyawa aktif, Pimpinella alpina), Lab. Percobaan Babakan FPIK (pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian teknologi budidaya sepenuhnya meggunakan pakan komersil pada kolam air tenang (teknologi 1) dan teknlogi budidaya menggunakan pakan pengganti berupa

Lebih terperinci

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN ORGAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus VIKA YUNIAR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK KASAR UMBI TEKI (Cyperus rotundus) SEBAGAI BAHAN ANESTESI IKAN MAS (Cyprinus carpio) MULITA INDIANA

EFEKTIVITAS EKSTRAK KASAR UMBI TEKI (Cyperus rotundus) SEBAGAI BAHAN ANESTESI IKAN MAS (Cyprinus carpio) MULITA INDIANA EFEKTIVITAS EKSTRAK KASAR UMBI TEKI (Cyperus rotundus) SEBAGAI BAHAN ANESTESI IKAN MAS (Cyprinus carpio) MULITA INDIANA DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Mei 2008. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 hari di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pembuatan pakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Kelautan untuk membuat ekstrak daun sirih, Laboratorium Fisiologi Hewan Air (FHA) untuk

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Keterangan : Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah

II. BAHAN DAN METODE. Keterangan : Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu: a. Lama pemberian pakan berkarotenoid

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Lokasi pengambilan sampel rumput laut merah (Eucheuma cottonii) bertempat di Perairan Simpenan,

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012

3. BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012 11 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012 bertempat di Laboratorium Kultivasi Mikroalga di Pusat Penelitian Surfaktan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei Juni 2014, di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013, 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013, bertempat di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain: 21 III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret 2013 bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap selama bulan April-Oktober 2010. Tahap pertama adalah proses pencekokan serbuk buah kepel dan akuades dilakukan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian 2.1.1 Pembuatan Media Pembuatan air bersalinitas 4 menggunakan air laut bersalinitas 32. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus pengenceran sebagai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat 19 Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama LAMPIRAN 1 Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) perlakuan proksimat (% bobot kering) Protein Lemak Abu Serat kasar Kadar air BETN Pakan komersil 40,1376 1,4009 16,3450 7,4173

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian 2.1.1 Alat dan Bahan Bahan yang akan digunakan pada persiapan penelitian adalah kaporit, sodium thiosulfat, detergen, dan air tawar. Bahan yang digunakan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor dan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kualitas Air Kualitas air merupakan parameter lingkungan yang memegang peranan penting dalam kelangsungan suatu kegiatan budidaya. Parameter kualitas air yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara menggunakan

Lebih terperinci