HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG"

Transkripsi

1 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tepung Bonggol Pisang Tanaman pisang yang telah dipanen, bonggol pisangnya tidak akan bertunas kembali. Tanaman pisang akan ditebang dan bonggol pisangnya akan dibiarkan saja membusuk menjadi limbah pertanian yang tidak memiliki nilai tambah apabila tanaman ini sudah tidak produktif. Bonggol pisang hanya dimanfaatkan sebatas untuk pakan ternak saja dan hanya sebatas sebagai bibit untuk anakan baru (Amry, 2009). Menurut Rismunandar (2001), bonggol pisang terdiri atas bagian dalam tempat tumbuh akar-akar baru dan bagian luar yang ditembus oleh akar. Tunas-tunas tumbuh dari bagian ini yang kemudian akan menjadi anak pisang yang baru. Mata calon tumbuh tunas anakan terdapat pada bagian sepertiga bagian bonggol sebelah atas, sedangkan pada bagian bawah bonggol terdapat perakaran serabut yang lunak. Titik tumbuh yang menghasilkan daun baru terdapat pada bagian atas umbi dan kambium yang bertanggung jawab untuk membesarkan pohon. Bagianbagian ini secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1. Keterangan : a. batang semu b. titik tumbuh dan kambium c. umbi batang bagian luar d. umbi batang bagian dalam e. akar yang mendatar f. anak pisang berbentuk tanduk g. akar yang tumbuh kebawah Gambar 1. Penampang Membujur Batang Pisang (Rismunandar, 2001) 4 FTIP001643/018

2 5 Bonggol pisang yang digunakan adalah bonggol pisang batu. Pisang batu (Musa brachycarpa) termasuk ke dalam pisang olahan atau pisang plantain yang banyak mengandung biji. Pisang batu merupakan jenis pisang yang buahnya tidak memiliki nilai ekonomis tinggi karena hanya digunakan untuk campuran rujak (tidak dikonsumsi segar). Ciri utama dari jenis pisang plantain adalah kandungan karbohidratnya dalam bentuk pati pada daging buah cukup banyak dibandingkan dengan jenis pisang lainnya. Pengolahan bonggol pisang batu menjadi tepung dapat meningkatkan nilai tambah bonggol pisang di masyarakat. Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981) dalam Munadjim (1983), kandungan karbohidrat bonggol pisang cukup tinggi yaitu sekitar 11,6% untuk berat basah dan 66,2% untuk berat kering, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dan serat. Komposisi kimia bonggol pisang basah dan kering dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia Bonggol Pisang (setiap 100 gram) Komposisi Komponen Basah Kalori (kkal) 43,00* Air (%) 86,00* Protein (g) 0,36* Lemak(g) 0,00* Karbohidrat (g) 11,60* Pati (%) 11* Serat (g) 5** Kalsium (mg) 15,00* Fosfor (mg) 60,00* Besi (mg) 0,50* Vitamin A (SI) 0,00* Vitamin B (mg) 0,01* Vitamin C (mg) 12,00* Kering 245,00* 20,00* 3,45* 0,00* 66,20* 0,00* 15** 60,00* 150,00* 2,00* 0,00* 0,04* 4,00* Sumber : * Munadjim, 1983 ** Riana, 2005 FTIP001643/019

3 6 Menurut Ardiyanto (2008), tepung bonggol pisang adalah butiran halus yang lolos ayakan 80 mesh yang dihasilkan dari proses penggilingan gaplek bonggol pisang. Gaplek kering bonggol pisang batu yang telah direndam dalam larutan natrium metabisulfit 1000 ppm akan menghasilkan karakteristik fisik tepung bonggol pisang batu seperti derajat putih 36,13%, kadar pati 74,99%, serat pangan total 52,92%, dan residu sulfit 132,055 ppm (Prameswari, 2008). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tepung bonggol pisang batu sesuai untuk produk semi basah seperti mi, cookies, biskuit dan makanan sarapan seperti flakes. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka tepung bonggol pisang dapat digunakan dalam pembuatan biskuit bergizi kaya akan serat alami. Sifat fisik dan kimia tepung bonggol pisang batu dalam 100 gram bahan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Fisikokimia Tepung Bonggol Pisang Batu dalam 100 gram Bahan Karakteristik Komposisi Kimia 1. Kadar Air (%) 7,12** 2. Kadar Abu (%) 6,10** 3. Kadar Serat (%) 52,92** 4. Kadar Amilosa (%) 8,8325* 5. Kadar Pati (%) 74,99** 6. Rasio Amilosa Dalam Pati (%) 36,5343* 7. Rasio Amilopektin Dalam Pati (%) 63,4657* Fisik 1. Suhu Awal Tergelatinisasi (0C) 70,5* 2. Absorbansi Air (g/g) 0,2183* 3. Modulus Kehalusan 1,19** 4. Derajat putih (%) 36,13** 5. Rendemen (%) 11,39* Sumber : * Ardiyanto, 2008 ** Prameswari, 2008 FTIP001643/020

4 Tepung Ubi Jalar Ubi jalar (Ipomea batatas L.) merupakan tanaman ubi-ubian dan tergolong tanaman semusim (berumur pendek) serta memiliki umbi berbentuk agak bulat sampai lonjong. Ubi jalar mengandung sumber energi (kalori) yang cukup tinggi, yaitu sebesar 215 kkal/ha/hari, sedangkan padi dan jagung hanya 176 kkal dan 110 kkal/ha/hari (Rukmana, 1997). Ubi jalar juga mengandung vitamin A yang cukup tinggi yaitu mencapai 7700 SI sehingga dapat dijadikan sumber vitamin yang murah (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1981). Produktivitas rata-rata ubi jalar nasional pada tahun 2009 sekitar 140,67 Ku/ha dan masih dapat ditingkatkan sampai 150,62 Ku/ha pada tahun 2011 (Biro Pusat Statistik, 2011). Ubi jalar yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu ubi jalar varietas Ase kuning kuningan karena mengandung karbohidrat yang tinggi (Jasmin, 2010). Daging umbi bewarna kuning menunjukkan adanya β-karoten yang berfungsi sebagai antioksidan dan provitamin A karena dapat diubah menjadi vitamin A di dalam tubuh manusia (Woolfe, 1992 dikutip Broto dan Prabawati, 2008). Komposisi nilai gizi tepung ubi jalar kuning dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Nilai Gizi Tepung Ubi Jalar Kuning Komponen Komposisi Air (% bk) 4,50 Abu (% bk) 2,05 Karbohidrat (% bk) 79,36 Protein (% bk) 2,85 Lemak (% bk) 0,45 Serat Kasar (% bk) 3,31 Gula (% bk) 5,51 Sumber : Anwar, Setiawan, dan Sulaeman (1993) FTIP001643/021

5 8 Metode pengeringan yang digunakan dalam pembuatan tepung ubi jalar akan memengaruhi mutu tepung yang dihasilkan. Proses yang benar dapat menghasilkan tepung dengan warna sesuai warna umbi segarnya. Proses yang tidak tepat akan menurunkan mutu tepung menjadi lebih kusam, gelap, atau kecoklatan (Broto dan Prabawati, 2008). Kandungan gula dalam tepung ubi jalar cukup tinggi sehingga dalam pembuatan produk olahan berbahan tepung ubi jalar dapat mengurangi penggunaan gula sebanyak 20% (Sunandar, 2004). Penggunaan tepung ubi jalar dapat dioptimalisasikan sebanyak 70% dalam pembuatan cookies maupun biskuit. Biskuit yang dihasilkannya dari tepung ubi jalar mengandung serat pangan yang cukup tinggi yaitu sebesar 9,51% sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai makanan sumber serat (Djuanda, 2003) Tepung Kedelai Kedelai (Glycine max L. Merr) termasuk dalam tanaman famili Leguminosae mempunyai genus Glycine, sub famili Papilioneideae, ordo Polypetales, dan spesies max (Suliantari dan Winiati, 1990). Kedelai merupakan tanaman dikotiledon (memiliki dua keping biji) yang kaya akan zat gizi sebagai cadangan makanan bagi lembaga (embrio) selama germinasi (proses perkecambahan) (Astawan, 2005). Bentuk biji kedelai bervariasi dari oval, elips, sampai bulat pendek (Borget, 1992 dikutip Effrisanti, 1997). Kedelai kuning atau putih, hitam, dan hijau adalah kedelai yang banyak ditanam di daerah Indonesia. Kacang kedelai mengandung protein tinggi yaitu sekitar 40%, sedangkan kandungan lemak kedelai sekitar 20%. Komponen FTIP001643/022

6 9 penting lainnya dalam kedelai adalah vitamin, mineral, fosfolipid, isoflavon dan serat (Astuti, 2003). Produktivitas rata-rata kacang kedelai nasional pada tahun 2009 sekitar 14,42 Ku/ha dan masih dapat ditingkatkan sampai 15,75 Ku/ha pada tahun 2011 (Biro Pusat Statistik, 2011). Komposisi kimia dari kedelai bervariasi tergantung dari varietas, umur panen, dan keadaan tempat tumbuhnya. Komposisi kimia dari kedelai dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi Kimia Kedelai per 100 gram Komponen Kalori (kkal) Karbohidrat (g) Protein (g) Lemak (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B (mg) Air (g) Komposisi Basah 286,00 30,10 30,20 15,60 196,00 506,00 6,90 95,00 0,93 20,00 Kering 331,00 34,80 34,90 18,10 227,00 585,00 8,00 110,00 1,07 7,50 Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1992 Beberapa faktor yang menyebabkan produk olahan kedelai tidak disukai, yaitu terdapatnya senyawa anti gizi dan senyawa penyebab bau langu. Senyawa anti gizi diantaranya antitripsin, hemaglutinin, asam fitat, dan oligosakarida penyebab flatulensi (timbulnya gas dalam perut sehingga perut dapat menjadi kembung). Hemaglutinin adalah suatu protein yang dapat menggumpalkan sel-sel darah merah. Bau langu (off-flavor) berasal dari glukosida, saponin, senyawa-senyawa penyebab alergi, serta dari enzim lipoksigenase yang ada dalam biji kedelai (Hartoyo, 2005). FTIP001643/023

7 10 Enzim lipoksigenase dapat diinaktifkan dengan beberapa cara, diantaranya dengan pemanasan, perendaman, atau diolah lebih lanjut menjadi tepung kedelai. Varietas kedelai yang digunakan adalah Anjasmoro. Menurut Koswara (2002), varietas Anjasmoro memiliki biji dengan bentuk yang seragam, ukuran bijinya lebih besar dibanding kedelai impor, polong tidak mudah pecah, berwarna kuning, dan kadar proteinnya lebih tinggi dibanding kedelai impor. Umur panen dari kacang kedelai varietas Anjasmoro sekitar 82,5 hari 92,5 hari. Kedelai varietas Anjasmoro memiliki kadar protein sekitar 41,80% 42,10% (% bk). Protein dalam tepung kacang-kacangan dapat memberikan sifat pengemulsi minyak yang baik, membentuk busa, membentuk gel, menangkap atau menahan air serta mempunyai warna yang dapat diterima oleh konsumen (Koswara, 2002) Biskuit Biskuit berasal dari bahasa Latin, yaitu bis coctus yang berarti dimasak dua kali (cooked twice) dan dibuat dengan cara dipanggang. Biskuit populer dengan sebutan cookie atau crackers di Amerika Serikat, sedangkan bangsa Belanda menyebutnya dengan istilah koekje. Ciri-ciri dari biskuit di antaranya, renyah dan kering, bentuk umumnya kecil, tipis dan rata. (Wikipedia, 2007). Menurut Manley (1983), secara umum biskuit diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu : Biskuit keras adalah jenis biskuit manis yang dibuat dari adonan keras, berbentuk pipih, bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur padat, dapat berkadar lemak tinggi maupun rendah. FTIP001643/024

8 11 Cracker adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras melalui proses fermentasi atau pemeraman, berbentuk pipih yang rasanya mengarah asin dan relatif renyah, serta bila dipatahkan penampangnya potongannya berlapis-lapis. Cookies adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relatif renyah dan bila dipatahkan penampangnya potongannya bertekstur kurang padat. Wafer adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan cair, berpori-pori kasar, relatif renyah dan bila dipatahkan penampangnya potongannya berongga-rongga. Menurut Manley (2000), biskuit diklasifikasikan berdasarkan jenis tepung yang digunakan, antara lain: Tepung berprotein tinggi yang banyak diaplikasikan pada produk biskuit jenis fermented dough, puff dough, dan savoury crackers. Tepung berprotein sedang dan rendah diaplikasikan pada biskuit jenis semi-sweet, hard sweet, short dough, dan wafer. Menurut Vail, et al. (1978), jenis tepung yang digunakan untuk hard sweet biscuit biasanya adalah tepung dengan kadar protein rendah (8% - 10%). Tepung protein rendah bersifat relatif lebih mudah terdispersi, menyerap sedikit air dan gula, sehingga adonan membutuhkan sedikit cairan dan menjadikan produk biskuit lebih renyah. Biskuit tepung campuran bonggol pisang batu dan ubi jalar termasuk dalam klasifikasi hard sweet biscuit. FTIP001643/025

9 Bahan Bahan Pembuatan Biskuit Menurut Matz and Matz (1978), bahan untuk membuat biskuit terdiri atas: Bahan pengikat (binding material), seperti tepung, air, susu bubuk, Bahan pembentuk tekstur (tenderizing material) seperti gula, shortening atau margarin, dan Bahan pengembang, seperti soda kue, baking powder, dan kuning telur. Bahan-bahan dalam pembuatan biskuit tepung campuran bonggol pisang dan ubi jalar (Jasmin, 2010) adalah sebagai berikut: 1. Tepung campuran bonggol pisang dan ubi jalar Menurut penelitian dari Jasmin (2010), tepung campuran yang terdiri dari 55 gram tepung bonggol pisang batu dan 45 gram tepung ubi jalar kuning dapat digunakan dalam pembuatan hard sweet biscuit. Fungsi penambahan tepung campuran ini adalah untuk membentuk adonan selama proses pencampuran, menarik atau mengikat bahan lainnya serta mendistribusikannya secara merata ke seluruh adonan, dan membentuk struktur biskuit selama pemanggangan. 2. Gula tepung Gula tepung merupakan gula granulasi (gula pasir) bubuk yang baik untuk digunakan dalam pembuatan kue kering (Desroiser, 1988). Kegunaan gula di dalam pembuatan biskuit adalah sebagai pemberi rasa manis, pelunak gluten, berperan memberikan aroma dan warna lewat pencoklatan non enzimatis selama pemanggangan (Matz and Matz, 1978). FTIP001643/026

10 13 3. Garam Garam biasanya ditambahkan dalam formulasi adonan biskuit sebanyak 1% dari berat tepung (Matz and Matz, 1978). Penambahan jumlah garam yang terlalu banyak akan menurunkan kemampuan gluten dalam menahan gas, sebaliknya jika terlalu sedikit garam yang digunakan akan menyebabkan adonan menjadi hambar dan akan mengurangi volume adonan. Fungsi dari penambahan garam adalah memperkuat daya regang adonan, meningkatkan daya absorpsi air dari tepung dan merupakan salah satu alah satu bahan pengeras. 4. Minyak Nabati Minyak nabati umumnya berwujud cair karena mengandung asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, linoleat dan linolenat. Menurut Matz and Matz (1978), lemak akan mengelilingi tepung pada saat pencampuran adonan, sehingga jaringan gluten terputus sehingga terbentuk biskuit bertekstur lembut dan renyah. Kombinasi lemak dengan gula sukrosa akan mencegah terbentuknya lapisan keras di permukaan biskuit pada saat pendinginan (Soenaryo, 1985). 5. Telur Penggunaan kuning telur adalah untuk membentuk kelembutan, cita rasa, dan warna yang menarik pada biskuit, akan tetapi jika penggunaannya tidak diimbangi dengan putih telur akan menghasilkan biskuit yang empuk, mengembang, tetapi kurang kokoh atau tegar. Putih telur berperan untuk memberikan tekstur yang kokoh dan kompak (Matz and Matz, 1978). Menurut Winarno (1997), senyawa yang berfungsi sebagai emulsifier di dalam telur adalah FTIP001643/027

11 14 lesitin dan cephalin yang merupakan bagian dari lemak telur, khususnya fosfolipida. Kandungan lesitin alami dalam kuning telur berfungsi sebagai pengemulsi yang menjadikan adonan lembut menyatu sehingga tekstur biskuit menjadi halus. Menurut Whiteley (1971), adanya albumin telur membantu pembentukan struktur adonan selama pemanggangan biskuit, karena membantu menangkap udara saat adonan dikocok, sehingga udara dapat menyebar merata di seluruh adonan. 6. Susu bubuk Susu bubuk dibedakan atas susu yang mengandung lemak dan susu yang tidak mengandung lemak. Jenis susu yang banyak digunakan dalam proses baking adalah susu bubuk skim dan susu full cream. Susu skim banyak mengandung protein (kasein) yang cenderung meningkatkan penyerapan dan daya menahan air, sehingga mengeraskan adonan. Susu full cream mengandung lemak yang tinggi sehingga memberikan kelembutan dan aroma yang menyenangkan. Laktosa yang terkandung dalam susu merupakan disakarida pereduksi yang jika berkombinasi dengan protein melalui reaksi Maillard dan adanya proses pemanasan akan memberikan warna coklat yang menarik setelah dipanggang (Manley, 1983). 7. Baking soda Baking soda (sodium bikarbonat) bertujuan untuk mempercepat pembebasan udara pada proses pengadonan, sehingga adonan lebih cepat mengembang. Mekanisme kerja terjadi saat terdapat kandungan air serta soda akan bereaksi dengan zat-zat yang mengandung asam pada bahan adonan dan membebaskan FTIP001643/028

12 15 CO2. Baking soda dimasukkan pada tahap terakhir dalam proses mixing. Baking soda yang tidak tercampur rata atau berlebih dapat menyebabkan reaksi basa dan crumb berwarna kekuningan dengan rasa yang tidak disukai (atau lebih dikenal dengan soda-bite ). 8. Baking powder Baking powder (ammonium bikarbonat) merupakan modifikasi dari baking soda dan merupakan campuran dari natrium bikarbonat dengan suatu jenis asam, seperti asam sitrat dan asam tartarat. Kombinasi baking soda (sodium bikarbonat) dan asam dimaksudkan untuk memproduksi gas karbondioksida baik sebelum dipanggang atau saat dipanggang di dalam oven (Manley, 1983). 9. Air Fungsi air dalam pembuatan biskuit adalah untuk mengontrol kepadatan adonan, serta melarutkan dan menyebarkan secara merata bahan-bahan bukan tepung agar terbentuk adonan yang mudah dicetak (Soenaryo, 1985) Formulasi dan Tahapan Pembuatan Biskuit Pembuatan adonan berbeda-beda tergantung jenis adonan yang akan dibuat. Menurut Manley (2000), biskuit diklasifikasikan berdasarkan jenis adonan yang dibuat, antara lain: Soft dough Pencampuran dimulai dengan mengocok lemak dan gula sampai tercampur halus. Penambahan essens, pewarna dan garam dilakukan FTIP001643/029

13 16 selama proses pencampuran. Bahan pengembang dilarutkan dengan air atau susu cair lalu dimasukkan ke dalam cream dan yang terakhir dicampurkan adalah tepung. Hard dough Prinsip dalam pembuatan hard dough sama dengan soft dough, akan tetapi waktu pencampurannya lebih lama serta ditambahkan bahan pengembang seperti sodium bikarbonat. Hard dough mengalami aging setelah adonan terbentuk selama 15 menit 30 menit tergantung dari bahan pengembangnya. Biskuit hard semi sweet termasuk jenis hard dough dan diperuntukkan untuk sajian pendamping minuman teh atau kopi. Karakter yang dibutuhkan dari biskuit tersebut adalah tekstur yang tipis dan keras dengan permukaan biskuit yang mengkilat, rasa manis sedang, namun dapat mudah lumer ketika dicelupkan ke dalam minuman. Kelembutan biskuit tergantung pada berapa lama adonan dipanggang. Formulasi biskuit tepung campuran bonggol pisang dan ubi jalar yang digunakan oleh Jasmin (2010) dapat dilihat pada Tabel 5. FTIP001643/030

14 17 Tabel 5. Formulasi Biskuit Bahan Baku Tepung bonggol pisang (gram) Komposisi 55 Tepung ubi jalar (gram) 45 Gula tepung (gram) 70 Minyak nabati (gram) 50 Kuning telur (gram) 30 Susu full cream (gram) 40 Baking powder (gram) 0,5 Baking soda (gram) 0,7 Garam (gram) 0,8 Air (gram) 48 Sumber : Jasmin (2010) Tahapan dalam proses pembuatan biskuit dimulai dengan pencampuran bahan, pembuatan adonan, aging, penipisan adonan, pencetakan, pemanggangan, dan pendinginan. Prosedur pembuatan biskuit tepung campuran bonggol pisang dan ubi jalar hasil penelitian Jasmin (2010) meliputi: 1. Pencampuran bahan Pencampuran bahan seperti gula tepung, minyak nabati, dan garam di dalam baskom, lalu diaduk dengan mixer pada kecepatan tinggi selama 10 menit sampai terbentuk cream putih kekuningan. Tujuan proses ini adalah agar cream tercampur merata dan udara terperangkap di dalam cream. Penambahan susu full cream dan kuning telur ke dalam cream, lalu diaduk sampai tercampur rata kurang lebih selama 4 menit dengan menggunakan mixer pada kecepatan rendah. Penambahan susu full cream dan kuning telur berfungsi FTIP001643/031

15 18 untuk menambah cita rasa biskuit serta memberikan warna yang dapat menarik minat untuk mencicipi biskuit ini. Penambahan bahan pengembang serta tepung campuran bonggol pisang dan ubi jalar sedikit demi sedikit ke dalam cream menggunakan spatula dan tidak menggunakan mixer. Proses ini bertujuan agar bahan kering dan cream tercampur secara merata. 2. Pembentukan adonan Bahan-bahan yang telah tercampur diatas ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga terbentuk adonan yang merata dan dapat dibentuk. Pengadukan yang berlebihan dapat menyebabkan biskuit retak pada saat dipanggang, sedangkan jika kurang pengadukan maka adonan kurang menyerap air. 3. Aging (15 menit - 30 menit) Aging diperlukan untuk memberi kesempatan kepada bahan pengembang untuk bekerja. Selama proses ini berlangsung, terjadi perubahan-perubahan antara lain penggabungan bahan penstabil dengan air, pengerasan lemak dan peningkatan viskositas. 4. Penipisan Adonan Penipisan adonan dilakukan sampai diperoleh ketebalan yang diinginkan sebelum dicetak. Penipisan dilakukan dengan alat rolling pin. Adonan dibuat menjadi lembaran (sheeting) halus, rata permukaannya, tidak boleh berlubang, dan seragam ketebalannya (Soenaryo, 1985). FTIP001643/032

16 19 5. Pencetakan Ukuran biskuit yang dimasukkan ke dalam oven harus seragam ketebalannya. Bila ketebalan adonan dan ukuran biskuit tidak sama pada saat pencetakan, maka dihasilkan biskuit yang tidak merata kematangannya. Tebal adonan sebaiknya sebesar 3 mm. Biskuit biasanya dicetak dengan cetakan bulat. Biskuit tipe hard semi sweet pada bagian atasnya selalu diberi merk atau cap dagang, jarang yang memakai hiasan timbul setelah dicetak. 6. Pemanggangan Adonan yang sudah dicetak dipanggang di atas loyang yang telah diolesi minyak nabati. Pemanggangan pada biskuit tipe hard semi sweet membutuhkan waktu 20 menit pada oven dengan suhu 160 oc. Oven yang digunakan tidak boleh terlalu panas ketika biskuit dimasukkan karena akan mengakibatkan bagian luar biskuit akan terlalu cepat matang, menghambat pengembangan, dan mengakibatkan permukaan biskuit pecah-pecah. Pengembangan stuktur biskuit terjadi pada saat proses pemanggangan dikarenakan adanya daya kerja bahan pengembang yang mengeluarkan gas CO2 (Herudiyanto, 2009). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : a. Pengembangan cita rasa (flavor) dan perpindahan gas b. Koagulasi protein telur dan gelatinisasi pati c. Perubahan warna akibat reaksi pencoklatan Maillard antara protein susu, gluten, telur dengan gula pereduksi. FTIP001643/033

17 20 d. Pembentukan kulit biskuit yang agak keras akibat penguapan air pada permukaan. 7. Pendinginan Setelah keluar dari oven, biskuit harus cepat didinginkan untuk menurunkan suhu dan mengeraskan biskuit akibat pemadatan gula dan lemak. Waktu mendinginkan di suhu ruang (27 C 30 C) selama 40 menit. 8. Pengemasan Biskuit termasuk produk yang mudah menyerap air dan oksigen. Biskuit dikemas untuk melindungi dari kerusakan dan penyimpangan mutu. Bahan pengemasnya harus memenuhi beberapa syarat, antara lain kedap air, kedap oksigen, kedap terhadap komponen volatil, dan mampu melindungi produk dari kerusakan mekanis. Plastik yang digunakan untuk kemasan biskuit adalah plastik polypropylene (PP). Proses pembuatan biskuit tepung campuran bonggol pisang dan ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 2. FTIP001643/034

18 21 70 g gula tepung 50 g minyak nabati 0,8 g garam gula tepung garam minyak nabati Bahan Pencampuran (pengadukan dengan mixer kecepatan tinggi) t = 10 menit Pencampuran (pengadukan dengan mixer kecepatan rendah) t = 4 menit 30 g kuning telur, 40 g susu full cream 55 g tepung bonggol pisang, 45 g tepung ubi jalar, 0,7 g baking soda, 0,5 g baking powder Pencampuran secara manual dengan spatula hingga homogen Pembuatan Adonan 48 g air garam Aging (t : 30 menit) Pencetakkan (tebal : 3 mm) Pemanggangan dengan oven listrik (T : 160 oc, t : 20 menit) Biskuit Bonggol Pisang Pendinginan di atas rak (T : 27 oc - 30oC, t : 40 menit) Pengemasan Biskuit Bonggol Pisang dalam kemasan Gambar 2. Diagram Proses Pembuatan Biskuit Tepung Campuran Bonggol Pisang dan Ubi Jalar (Jasmin, 2010) FTIP001643/035

19 Karakteristik Biskuit Biskuit adalah produk kering yang mempunyai daya awet yang relatif tinggi, sehingga dapat disimpan dalaam waktu yang lama dan mudah dibawa dalam perjalanan. Penyimpangan mutu produk akhir dapat terjadi akibat penggunaan bahanbahan tidak sesuai formulasi dan proses pembuatan yang kurang tepat. Beberapa contoh penyimpangan yang terjadi dalam pembuatan biskuit dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jenis Penyimpangan Biskuit Jenis Penyimpangan Keras Warna pucat Warna tidak rata Keras, poros, kering Permukaan keras Berminyak dan rapuh Penyebab Kurang lemak, kebanyakan air Proporsi bahan kurang tepat dan suhu oven kurang panas Panas tidak rata dan proporsi bahan pembentuk tidak seimbang Pencampuran tidak tepat, adonan terlalu keras dan kenyal, pemanggangan terlalu lama Pemanggangan terlalu lama dan suhu oven terlalu tinggi Terlalu banyak menggunakan lemak Sumber : U. S. Wheat Association, 1983 Mutu biskuit tergantung pada komponen pembentuknya dan penanganan bahan sebelum dan sesudah proses produksi (Vail et al., 1978 dikutip Napitupulu, 2006). Mutu biskuit yang baik pada umumnya berwarna coklat keemasan, permukaan agak licin, bentuk dan ukuran seragam, kering, renyah, ringan, serta memiliki aroma yang menyenangkan. Biskuit yang baik harus memenuhi syarat yang ditetapkan SNI seperti yang dapat dilihat pada Tabel 7. FTIP001643/036

20 23 Tabel 7. Syarat Mutu Biskuit Menurut SNI No No Kriteria Uji Persyaratan 1. Keadaan : a. Bau Normal b. Rasa Normal c. Warna Normal d. Tekstur Normal 2. Air (%b/b) Maksimum 5 3. Protein (%b/b) Minimum 9 4. Abu (%b/b) Maksimum 1,5 5. Lemak (%b/b) Minimum 9,5* 6. Karbohidrat (%b/b) Minimum 70* 7. Nilai Kalori (kkal) Minimum 400* 5. Bahan Tambahan Makanan a. Pewarna Yang diizinkan b. Pemanis buatan Tidak boleh ada 6. Cemaran logam : a. Tembaga (mg/kg) Maksimum 1.0 b. Timbal (mg/kg) Maksimum 4.0 c. Seng (mg/kg) Maksimum 0.05 d. Mercury (mg/kg) Maksimum Arsen (mg/kg) Maksimum Cemaran Mikroba : a. Angka lempeng total (koloni/g) Maksimum 1 x 106 b. Coliform (APM/g) Maksimum 20 c. E. coli Kurang dari 3 d. Kapang (koloni/g) Maksimum 10 Sumber : Badan Standardisasi Nasional, 1992 * Departemen Perindustrian RI, 1990 FTIP001643/037

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekatul Bekatul merupakan hasil samping penggilingan gabah yang berasal dari berbagai varietas padi. Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir, termasuk sebagian kecil endosperm

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biskuit Menurut SNI 2973-2011, biskuit merupakan salah satu produk makanan kering yang dibuat dengan cara memanggang adonan yang terbuat dari bahan dasar tepung terigu atau

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang I PENDAHULUAN Cookies merupakan salah satu produk yang banyak menggunakan tepung. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang dihasilkan. Tepung kacang koro dan tepung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

LOGO BAKING TITIS SARI

LOGO BAKING TITIS SARI LOGO BAKING TITIS SARI PENGERTIAN UMUM Proses pemanasan kering terhadap bahan pangan yang dilakukan untuk mengubah karakteristik sensorik sehingga lebih diterima konsumen KHUSUS Pemanasan adonan dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kue Bolu. Kue bolu merupakan produk bakery yang terbuat dari terigu, gula,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kue Bolu. Kue bolu merupakan produk bakery yang terbuat dari terigu, gula, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kue Bolu Kue bolu merupakan produk bakery yang terbuat dari terigu, gula, lemak, dan telur. Menurut Donald (2013), kue bolu merupakan produk yang di hasilkan dari tepung terigu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG

PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG Disusun oleh: Ribka Merlyn Santoso 14.I1.0098 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tahu Ampas tahu merupakan limbah dari pembuatan tahu. Bahan utama pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan protein sekitar 33-42% dan kadar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pisang Raja Pisang raja termasuk jenis pisang buah. Menurut ahli sejarah dan botani secara umum pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ceker ayam Ceker adalah bagian dari tubuh ayam yang berhubungan langsung dengan benda-benda kotor. Meski demikian, tanpa ceker ayam tidak mungkin menjadi gemuk untuk diambil

Lebih terperinci

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cookies Cookies (kue kering) adalah makanan ringan yang terbuat dari tepung protein rendah. Proses pembuatan cookies dengan cara dipanggang hingga keras namun masih renyah

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Teknologi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan beta-karoten (provitamin A) (Suarni dan Firmansyah, 2005).

TINJAUAN PUSTAKA. dan beta-karoten (provitamin A) (Suarni dan Firmansyah, 2005). TINJAUAN PUSTAKA Jagung Jagung merupakan salah satu bahan pangan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan merupakan makanan pokok di beberapa daerah. Jagung juga berperan dalam perkembangan

Lebih terperinci

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang AgroinovasI Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang Pisang kaya akan karbohidrat dan mempunyai kandungan gizi yang baik yaitu vitamin (provitamin A, B dan C) dan mineral

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposisi Gizi Beras Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, beras dapat digantikan/disubsitusi oleh bahan makanan lainnya, namun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : 1. Latar Belakang, 2. Identifikasi Masalah, 3. Maksud dan Tujuan Penelitian, 4. Manfaat Penelitian, 5. Kerangka Pemikiran, 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roti tawar merupakan salah satu produk turunan dari terigu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat perkotaan, namun tepung terigu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koya adalah bubuk atau serbuk gurih yang digunakan sebagai taburan pelengkap makanan (Handayani dan Marwanti, 2011). Bubuk koya ini pada umumnya sering ditambahkan pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era modern seperti saat ini, terdapat banyak jenis produk bakeri yang dapat ditemui di pasaran. Produk-produk tersebut beberapa dibuat menggunakan substitusi tepung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan penelitian utama dilaksanakan bulan Maret Juni 2017 di Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : 1.1 Latar Belakang, 1.2 Identifikasi Masalah, 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian, 1.4 Manfaat Penelitian, 1.5 Kerangka Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah,(3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka Berpikir, (6) Hipotesa penelitian dan (7)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur TINJAUAN PUSTAKA Tempe Tempe adalah bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kata terigu dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Portugis trigo yang. proteinnya, tepung terigu dapat dibagi menjadi:

TINJAUAN PUSTAKA. kata terigu dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Portugis trigo yang. proteinnya, tepung terigu dapat dibagi menjadi: TINJAUAN PUSTAKA Tepung Terigu Tepung terigu merupakan butiran halus yang dihasilkan dari biji gandum, biasanya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kue, roti, mie, dan pasta. Asal kata terigu dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis umbi-umbian yang belum

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis umbi-umbian yang belum I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat

Lebih terperinci

Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi

Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Status gizi merupakan salah satu penentu kualitas kesehatan manusia. Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi buruk pada tahun 2007

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu sangat dibutuhkan dalam industri pangan di Indonesia. Rata-rata kebutuhan terigu perusahaan roti, dan kue kering terbesar di Indonesia mencapai 20 ton/tahun,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 PENGOLAHAN TALAS Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American people

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan yang disukai anak-anak (Sardjunani, 2013).

I. PENDAHULUAN. pangan yang disukai anak-anak (Sardjunani, 2013). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survey yang dilakukan Kementerian PPN pada pertengahan tahun 2013, masih ditemukan lebih dari 8 juta anak Indonesia mengalami kekurangan gizi. Anak kurang gizi dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan dipanggang, dengan atau tanpa

II. TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan dipanggang, dengan atau tanpa 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Roti Tawar Menurut SNI 1995, definisi roti adalah produk yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan dipanggang, dengan atau tanpa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bolu Kukus Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan telur dan gula. Terdapat banyak macam kue bolu, misalnya kue tart yang biasa dihidangkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) I PENDAHULUAN Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Komposisi Kimia Umbi Talas Belitung dan Tepung Talas Belitung. Tabel 1. Komposisi Kimia Umbi Talas Belitung per 100 g Bahan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Komposisi Kimia Umbi Talas Belitung dan Tepung Talas Belitung. Tabel 1. Komposisi Kimia Umbi Talas Belitung per 100 g Bahan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komposisi Kimia Umbi Talas Belitung dan Tepung Talas Belitung Umbi talas belitung mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Komponen terbesar umbi talas belitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Kandungan gizi utama pada ubi jalar adalah karbohidrat sebanyak 75-90% berat kering ubi merupakan gabungan dari pati, gula, dan serat seperti selulosa, hemiselulosa,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biskuit merupakan makanan kecil (snack) yang termasuk ke dalam kue kering dengan kadar air rendah, berukuran kecil, dan manis. Dalam pembuatan biskuit digunakan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tegak yang tingginya mencapai 0,9-1,8m hingga 3m. Umbinya dapat mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. tegak yang tingginya mencapai 0,9-1,8m hingga 3m. Umbinya dapat mencapai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ganyong Ganyong dengan nama ilmiah Canna edulis Kerr, merupakan tanaman tegak yang tingginya mencapai 0,9-1,8m hingga 3m. Umbinya dapat mencapai panjang 60cm, dikelilingi oleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumping Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di Indonesia sumping dikenal dengan kue nagasari. Sumping umumnya dibuat dari tepung beras, santan,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar )

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar ) LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN ( Food Bar ) Oleh : Nama NRP Kelompok Meja Tanggal Praktikum Asisten : Lutfi Hanif : 143020097 :D : 02 (

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang merupakan salah satu buah tropis yang paling banyak ditemukan dan dikonsumsi di Indonesia. Produksi pisang di Indonesia adalah yang tertinggi dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk mie yang dikeringkan hingga mencapai kadar air sekitar 8-10% (Mulyadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk mie yang dikeringkan hingga mencapai kadar air sekitar 8-10% (Mulyadi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mie kering Mie adalah produk olahan makanan yang berbahan dasar tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan (Faridah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gembili Menurut Nur Richana (2012), gembili diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh- tumbuhan) Divisio : Magnoliophyta ( tumbuhan berbiji

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Peneltian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor pertanian yang cukup besar. Berbagai komoditas pertanian memiliki kelayakan yang cukup baik

Lebih terperinci

Sutomo, B

Sutomo, B Baking Soda dan Baking Powder, kedua bahan ini memiliki bentuk fisik berupa tepung berwarna putih dan memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai bahan pengembang. Cara kerjanya adalah ketika bahan ini bertemu

Lebih terperinci

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Force (Gf) V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.2 Tekstur Tekstur merupakan parameter yang sangat penting pada produk cookies. Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Tekstur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alpukat Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan buah yang berasal dari Amerika Tengah, termasuk famili Lauraceae, yaitu suatu famili tanaman

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1 I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian. I PENDAHULUAN Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah berdasarkan latar belakang tertentu. Dengan maksud dan tujuan yang sudah jelas selanjutnya dikembangkan kerangka pemikiran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus oestreatus) merupakan jamur konsumsi dari jenis jamur kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Durian (Durio zibethinus Murr.) adalah salah satu buah yang sangat popular

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Durian (Durio zibethinus Murr.) adalah salah satu buah yang sangat popular 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Durian Durian (Durio zibethinus Murr.) adalah salah satu buah yang sangat popular di Indonesia. Buah dengan julukan The King of Fruits ini termasuk dalam famili Bombaccaceae

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian dan (7)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie adalah produk pasta atau ekstruksi yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia (Teknologi Pangan

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 OPTIMASI PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG 1 Taufik Rahman, 2 Rohmah Luthfiyanti, dan 3 Riyanti Ekafitri 1,2,3 Balai Besar Pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kerupuk merupakan makanan khas Indonesia dan sudah sangat dikenal. Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan

TINJAUAN PUSTAKA. Kerupuk merupakan makanan khas Indonesia dan sudah sangat dikenal. Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan 17 TINJAUAN PUSTAKA Kerupuk Kerupuk merupakan makanan khas Indonesia dan sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Kerupuk sangat beragam dalam bentuk, ukuran, warna, bau, rasa, kerenyahan, ketebalan ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepariwisataan di indonesia kini telah tumbuh dan berkembang menjadi salah satu sumber pendapatan negara karena kekayaan indonesia dalam dunia wisata sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terpenting, selain gandum dan padi. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. terpenting, selain gandum dan padi. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman TINJAUAN PUSTAKA Jagung Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim yang mempunya batang berbentuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Untuk mengurangi ketergantungan terhadap terigu dan pengembangan pangan yang berbasis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman alpukat memiliki nama botanis Persea americana, Mill

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman alpukat memiliki nama botanis Persea americana, Mill 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Alpukat Tanaman alpukat memiliki nama botanis Persea americana, Mill (Rismunandar, 1986). Buah alpukat selalu ada pada setiap musim. Alpukat tergolong famili tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang tumbuk (mashed potato) adalah kentang yang dihaluskan dan diolah lebih lanjut untuk dihidangkan sebagai makanan pendamping. Di Italia mashed potato disajikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Deskripsi dan Kedudukan Taksonomi Kluwih (Artocarpus communis)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Deskripsi dan Kedudukan Taksonomi Kluwih (Artocarpus communis) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi dan Kedudukan Taksonomi Kluwih (Artocarpus communis) Kluwih merupakan kerabat dari sukun yang dikenal pula dengan nama timbul atau kulur. Kluwih dianggap sama dengan buah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : 1.1. Latar Belakang, 1.2. Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : 1.1. Latar Belakang, 1.2. Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : 1.1. Latar Belakang, 1.2. Identifikasi Masalah, 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian, 1.4. Manfaat Penelitian, 1.5. Kerangka Pemikiran, 1.6. Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013.

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013. III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) ini dilakukan di perusahaan bakpia pathok 25 Yogyakarta, dan dilakukan selama 2,5 bulan yaitu dimulai

Lebih terperinci

SUB TOPIK PENGERTIAN TEORI PERALATAN PENGARUH PADA MAKANAN BAHAN DAN PROSES NILAI GIZI BREAD STALLING 3/21/2016 3

SUB TOPIK PENGERTIAN TEORI PERALATAN PENGARUH PADA MAKANAN BAHAN DAN PROSES NILAI GIZI BREAD STALLING 3/21/2016 3 BAKING TITIS SARI 3/21/2016 2 SUB TOPIK PENGERTIAN TEORI PERALATAN PENGARUH PADA MAKANAN NILAI GIZI BAHAN DAN PROSES BREAD STALLING 3/21/2016 3 PENGERTIAN UMUM Proses pemanasan kering terhadap bahan pangan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Plantae Magnoliophyta Magnoliopsida Myrtales Rhizophoraceae Bruguiera Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk.

2 TINJAUAN PUSTAKA. Plantae Magnoliophyta Magnoliopsida Myrtales Rhizophoraceae Bruguiera Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Morfologi Tumbuhan Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza) adalah salah satu tumbuhan mangrove yang biasanya dikenal sebagai bakau daun besar.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parameter sensori sangat penting pada tahap penelitian dan pengembangan produk pangan baru. Produk baru yang dihasilkan harus memiliki penanganan yang tepat agar

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. agar gluten yang terbentuk dapat menyimpan gas sebanyak-banyaknya. Umumnya, dalam

TINJAUAN PUSTAKA. agar gluten yang terbentuk dapat menyimpan gas sebanyak-banyaknya. Umumnya, dalam TINJAUAN PUSTAKA Tepung Terigu Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bahan dasar gandum yang diperoleh dengan cara penggilingan gandum yang banyak digunakan dalam industri pangan. Komponen yang

Lebih terperinci