BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Topografis Sampel Wilayah Kondisi topografis di Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak Papua memiliki perbedaan masing-masing yang sangat berpotensi mendukung penyebaran penyakit protozoa diantaranya: Lembah Baliem tanahnya berkapur dan bergranit dan disekitar lembah merupakan perpaduan dari tanah berlumpur yang mengendap dengan tanah liat dan lempung. Daerahnya mempunyai kelembaban diatas 80%, beriklim tropis basah, hal ini dipengaruhi oleh letak ketinggian di permukaan laut (Irnawijayanti, 2008). Terbentang pada areal ketinggian m di atas permukaan laut. Temperatur udara bervariasi antara 14,5 o C sampai 24,5 o C. Dalam setahun rata-rata curah hujannya mm dan dalam sebulan terdapat kurang lebih 16 hari hujan (Jooml, 2011). Sedangkan, Pegunungan Arfak Papua permukaan tanahnya berbentuk lereng dan tebing, beriklim basah, curah hujan cukup tinggi, rata-rata mm/tahun, hujan rata-rata 123 hari/tahun. Suhu antara 26 o C sampai 32 o C dan kelembaban rata-rata 84,7% (Manokwari info, 2007). 2.2 Ternak Babi Berdasarkan asal usul babi berasal dari dua tipe babi liar yaitu Sus vitasus yang berasal dari Asia Timur dan Tenggara serta Sus scrofaferus yang berasal dari Eropa yang dulu juga berasal dari Asia barat (Akhmad, 2008). Babi asli Indonesia sebenarnya dari babi-babi hutan yang sampai sekarang masih terdapat hidup liar di hutan-hutan dan belum dijinakkan. Babi-babi ini terkenal dengan celeng (Sus verrucosus). Tanda-tanda umum dari babi-babi asli Indonesia adalah warna hitam, kaki pendek mempunyai crest kecil, pinggang legok dan moncong runcing (Sosroamidjojo,1981). 18

2 Tujuan utama dari seseorang beternak babi adalah mengusahakan agar diperoleh keuntungan yang memuaskan dari penjualan stok bibit, babi sapihan, babi potong atau hasil ternak babi (Sihombing, 1997). Selain itu, tujuan beternak babi adalah untuk mendapatkan anak yang hidup sebanyak-banyaknya, sehingga dengan demikian akan diperoleh untung sebesar-besarnya. Menurut Ardana dan Harya Putra (2008), ada dua faktor utama penentu diperolehnya produktivitas yang optimum dari ternak yang dipelihara. Yang pertama adalah faktor genetik ternak itu. Ternak yang mempunyai karakteristik genetik unggul dapat dipastikan mempunyai produktivitas yang lebih tinggi ketimbang ternak yang tidak begitu baik karakteristik genetiknya. Selain faktor genetik ternak tersebut, performans (kinerja) ternak juga akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti misalnya pakan, pengandangan, sanitasi dan kesehatan ternak, dan lain sebagainya. Dengan demikian, produktivitas yang optimum akan tercapai bila faktor genetik dan lingkungan keduanya dalam kondisi yang optimum atau setidaknya mendukung untuk tercapainya produktivitas ternak yang optimum tersebut (Sosroamidjojo, 1981). 2.3 Protozoa Pada Saluran Pencernaan Babi Protozoa yang menginfeksi saluran pencernaan babi antara lain Eimeria, Isospora, Balantidium, Entamoeba, dan Giardia (Levine, 1995) Eimeria sp. dan Isospora suis Eimeria dan Isospora termasuk dalam phylum Apicomplexa, class Telosporea, subclass Coccidia, ordo Eucoccidia, subordo Eimeriina (Soulsby, 1982). Genus Eimeria memiliki ookista yang berisi 4 sporokista dan masing-masing berisi 2 sporozoit. Tiap spesies biasanya ditemukan di dalam lokasi yang khas di dalam selsel intestinum, tetapi juga dapat ditemukan di dalam sel-sel epitel hati, saluran empedu atau organ-organ lain. Sedangkan genus Isospora setiap ookista berisi 2 sporokista, dan masing-masing berisi 4 sporozoit (Levine, 1995.,Noble and Noble, 1989., Soulsby, 1982). 19

3 Menurut Kaufman,J,1996.,Noble and Noble, 1989., Soulsby, 1982 koksidiosis pada babi disebabkan oleh 8 spesies Eimeria dan 1 isospora yaitu sebagai berikut: a. Eimeria deblecki berukuran 25 x 17 µm, bentuk ellipsoid, morfologi dinding halus dan tidak berwarna. b. Eimeria neodebliecki berukuran 21 x 16 µm, bentuk ellipsoid, morfologi dinding halus dan tidak berwarna c. Eimeria perminuta berukuran 13 x 12 µm, bentuk bulat, morfologi dinding kasar dan berwarna kuning. d. Eimeria polita berukuran 27 x 21 µm, bentuk ellipsoid, morfologi dinding kasar dan berwarna kekuningan sampai tidak berwarna. e. Eimeria porci berukuran 22 x 16 µm, bentuk ovoid, morfologi dinding halus dan tidak berwarna. f. Eimeria scabra berukuran 32 x 23 µm, bentuk ovoid, morfologi dinding kasar dengan garis-garis dan berwarna kuning sampai coklat. g. Eimeria spinosa berukuran 20 x 13 µm, bentuk ovoid, morfologi dinding kasar, berduri, dan berwarna coklat. h. Eimeria suis berukuran 17 x 13 µm, bentuk agak bulat (subsperical), morfologi dinding halus dan tidak berwarna. i. Isospora suis berukuran 20 x 17 µm, bentuk bulat, tidak berwarna dan tipis. Koksidiosis disebabkan oleh parasit intraseluler yang menghuni saluran usus khususnya usus halus. Siklus hidupnya meliputi sporogoni, schizogoni, gametogoni. Perkawinan antara makrogamet dengan mikrogamet menghasilkan ookista. Ookista keluar bersama tinja, dialam mengalami proses sporogoni, sekarang di dalam setiap ookista terbentuk sporokista dan masing-masing mengandung sporozoit (ookista infektif). Ookista infektif mencemari makanan dan atau minuman yang ditelan oleh babi, dalam saluran pencernaan babi disebut enzim pencernaan dinding ookista dan sporokista hancur dan terbebaslah sporozoit. Sporozoit langsung masuk ke dalam epitel dan berkembang secara schizogoni (membelah menjadi banyak) dan terbentuklah sporozoit generasi I. Sporozoit generasi I akan berkembang secara 20

4 schizogoni lagi, sampai akhirnya mencapai stadium gametogoni. Stadium gametogoni dimulai ketika sporozoit biasanya generasi III (atau lebih) mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi macrogametosit yang akan menghasilkan macrogamete(gamet betina) dan mikrogamtosit yang akan menghasilkan mikrogamet. Keparahan koksidiosis terjadi tergantung pada jumlah ookista yang ditelan dan patogenisitas dari spesies tertentu. Beberapa spesies coccidia yang lebih patogen (I. suis, E. debliecki, E. scabra, E. polita, E. spinosa) dibandingkan yang lain (E. neodebliecki, E. perminuta, E. porci, E. suis). Ookista tidak bersporulasi dilewatkan dalam kotoran tetapi infeksi hanya menular jika ookista yang sporulasi. Koksidiosis (terutama disebabkan oleh i.suis) sebagai badan penyakit yang terjadi terutama di anak babi baru lahir (usia 3-21 hari), namun, babi tua dapat bertindak sebagai karier (Kaufman,J., 1996). Pengeluaran ookista Eimeria hanya ditemukan dalam beberapa anak babi usia 1-4 minggu (Damriyasa dan Bauer, 2006). Suhu optimum yang digunakan Coccidia saat brsporulasi menjadi stadium infektif adalah 30 o C (Levine, 1995). Coccidia hanya memerlukan satu macam hospes. Ookista hanya keluar bersama feses dalam keadaan tidak bersporulasi akan mengalami sporulasi hanya dalam waktu beberapa hari saja setelah terkena oksigen dan dalam lingkungan yang cukup lembab (Noble and Noble, 1989). Hewan yang terserang koksidosis sering tidak menunjukkan gejala klinis yang nyata, kecuali pada infeksi yang berat. Babi dapat terinfeksi karena menelan ookista-ookista yang bersporulasi bersama-sama dengan pakan atau air. Adanya atau kehebatan penyakit tergantung dari jumlah ookista-ookista yang mereka terima. Koksidiosis pada babi dapat didiagnosa dengan cara menemukan stadia endogen dalam luka-luka usus. (Levine, 1995) Balantidium sp. Genus Balantidium digolongkan dalam phylum Ciliophora, class Kinetofragminophorea, Ordo Trichostomatida dan Famili Balantidiidae (Soulsby, 1982). Anggota genus ini mempunyai bentuk ovoid, ellipsoid sampai subsilindris. 21

5 Morfologi dari Balantidium yaitu bentuk trofozoit rata-rata berukuran panjang mikron. Beberapa diantaranya dapat mencapai panjang 150 mikron. Permukaan tubuh ditutupi oleh barisan silia memanjang yang terletak sedikit miring. Pada ujung anterior terdapat lekuk yang disebut peristoma dan diteruskan sebagai saluran yang menuju ke faring dengan bentuk seperti corong disebut sitofaring, terus ke dalam dan berakhir di sepertiga bagian tubuh. Mempunyai dua inti yaitu makronukleus dan mikronukleus. Makronukleus berbentuk seperti ginjal yang terletak sub terminal dan mikronukleus terletak pada lekukan makronukleus yang bertanggungjawab dalam proses reproduksi. Terdapat satu vakuola kontraktil di dekat ujung posterior tubuh, yang lain dekat pertengahan, dan sitoplasma mengandung sejumlah vakuola makanan. Pada ujung posterior juga terdapat saluran ekskresi yang pendek menuju ke anus (cytopyge). Kista yang dihasilkan berbentuk bulat atau sedikit lonjong dan berukuran mikron. ((Levine, 1995.,Puspitosari, 2009.,Soulsby, 1982). Balantidium coli hidup secara komensal pada usus besar dan sekum babi, namun Balantidium coli dapat pula menyerang mukosa usus babi tersebut. Balantidium coli juga dapat menginfeksi manusia dan bersifat patogen serta dapat menimbulkan penyakit disentri Balantidiosis. Selain Balantidium coli pada babi, dikenal pula Balantidium suis yang bentuknya lebih panjang (Ashadi dan Soetijono, 1992). Levine (1995), menyatakan pemupukan berturut-turut bahwa Balantidium suis adalah variasi morfologi dari Balantidium coli yang dipengaruhi oleh kondisi makanannya, karena itu dinyatakan bahwa Balantidium suis sinonim dari Balantidium coli. Balantidium coli memiliki distribusi di seluruh dunia antara babi domestik (Schwartz et al., 1999). Kista Balantidium dapat hidup didalam tinja 1-2 hari pada suhu kamar, dan dapat tumbuh pada suhu antara o C (Frederick et al., 2008). Siklus hidup Balantidium dimulai jika makanan atau minuman terkontaminasi oleh kista yang berasal dari kotoran atau feses penderita. Setelah termakan, Balantidium tersebut kemudian berkembang di dalam usus hospes dan mulai makan bagian-bagian sel, butir-butir pati, feses dan bahan-bahan organik lainnya. Seringkali Balantidium 22

6 memasuki mukosa dan submukosa usus besar/sekum sehingga menimbulkan lukaluka ulseratif yang hebat dan kadang-kadang meliputi sepanjang usus besar (Noble and Noble, 1989). Kemampuan Balantidium coli untuk mengeluarkan hyaluronidase membantu organisme untuk menyerang mukosa, lesi yang mirip dengan amoebiasis seperti terjadinya perforasi usus besar dan usus buntu, abses hati. Pada kasus berat, babi menjadi diare, disentri, radang usus dan sakit perut (Yatswako et al., 2007). Pada umumnya penyakit ini dapat sembuh secara perlahan dan penderita kemudian menjadi pembawa penyakit. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan tinja, didukung oleh klinis yang sesuai (Puspitosari, 2009) Entamoeba sp. Genus Entamoeba termasuk dalam phylum Sarcomastigophora, subphylum Sarcodina, famili Endamoebidae (Soulsby, 1982). Entamoeba polecki adalah parasit usus babi, babi hutan, monyet dan bisa menginfeksi manusia (Mohammadi et al., 2004). Entamoeba polecki ditemukan di sekum dan colon babi, panjang tropozoit 5-25µm, inti keliatan bervariasi. Endososoma adalah sentral dan biasanya sungguh besar, kadang-kadang hampir mengisi seluruh inti, tetapi dapat juga kecil dan mirip dengan endosoma E.histolytica. Ada suatu cincin agak homogeni terdiri dari kromatin di dalam selaput inti. Biasanya tidak ada butir-butir kromatin di antara endosoma dan cincin permukaan itu. Diameter kista 4-17µm, masing-masing mempunyai inti tunggal jika dewasa. Benda-benda kromatid di dalam kista bentuknya sangat bervariasi, mulai dari batang-batang besar dengan ujung-ujung membulat seperti E.histolytica sampai butir-butir tidak teratur besarnya. Ada atau mungkin tidak ada vakuole glikogen. Kista-kista tanpa benda-benda kromatid atau vakuole-vakuole glikogen biasanya juga ada. Entamoeba suis tidak patogen dan dapat dikembangbiakkan pada media (Levine, 1995). Siklus hidup Entamoeba sederhana dan langsung, kista tertelan dan melepaskan tropozoit di ileum, trophozoit berkoloni di usus besar dan membagi dengan pembelahan biner, trophozoit dapat menyerang dinding usus dan menyebar 23

7 melalui darah sistemik (terutama pada hati), kista terbentuk dalam colon dan dilewatkan dalam tinja. Gejala klinisnya infeksi mungkin asimtomatik (tidak ada invasi mukosa), namun bervariasi tergantung pada beratnya infeksi, yang paling umum adalah radang usus, diare, disentri (darah & lendir di tinja), muntah, anoreksia, dan penurunan berat badan. Diagnosa dengan menemukan trophozoit atau kista pada tinja segar tetap pada infeksi berat (Winter, 2011). Banyak spesies tambahan Entamoeba telah diuraikan di mana tidak ada data molekuler yang tersedia, oleh karena itu memerlukan PCR untuk diagnosa definitif (Clark et al., 2006) Giardia sp. Genus Giardia termasuk dalam phylum Sarcomastigophora, subphylum Mastigophora, class Zoomastigophorea, ordo Kinetoplastidae (Soulsby, 1982). Giardia adalah flagellate yang memiliki cambuk seperti pelengkap untuk bergerak. Bentuk aktifnya trophozoit, menempel sendiri dengan disk perekat ke lapisan saluran usus bagian atas dari hewan inang. Di sana, trophozoit makan dan bereproduksi. Trophozoites membagi dengan pembelahan biner sekitar setiap 12 jam, sehingga parasit tunggal secara teoritis dapat menghasilkan lebih dari satu juta dalam 10 hari dan satu miliar dalam 15 hari (Robert dan Rockwell, 2003). Trophozoit memiliki panjang 9-15 mikron, lebar 5-15 mikron, dan tebal 2-4 mikron; tidak dapat hidup lama di luar host. Kista memiliki panjang 8-12 mikron dengan dalam diameter 6-9 mikron, maka satu juta bisa masuk di bawah kuku (Rockwell, 1996). Organisme bergerak dengan flagella bahkan bisa melawan arus peristaltik usus. Protozoa ini mengambil makanan dari sel usus halus tetapi dapat juga mengambil makanan dengan melisis sel epitel tempat dimana organisme menghisap (Levine, 1995). Kaufman, 1996 menyatakan Giardia lamblia terletak di jejunum, duodenum dan ileum manusia, primata (sangat patogen) dan mamalia lainnya termasuk babi di mana itu adalah non patogenik (domba dan kambing). G.lamblia umum di seluruh dunia dan lebih umum protozoa intestinal pada manusia. Koloni 24

8 G.lamblia pada usus kecil dari manusia dan hewan, menyebabkan diare ringan hingga berat (Kirkoyun et al., 2009). Siklus hidup Giardia sederhana, di duodenum dari host baru, trophozoit muncul dari kista dan mengalami pembelahan mitosis. Masing-masing dua trophozoit diproduksi dengan cara menempel pada sel epitel dengan cakram perekat, kemudian memakan sel epitel. Trophozoit melepaskan diri dari sel-sel epitel, mungkin karena perputaran yang cepat (72 jam) dari sel-sel, dan menjalani pembelahan mitosis dalam lumen usus. Selama periode diare, tropozoit ini dapat dibawa dengan isi usus dan diekskresikan, tetapi tidak bertahan lama di luar host. Beberapa encyst tropozoit selama perjalanan melalui usus dan meninggalkan host dengan feses sebagai kista. Dalam bentuk feses, kista lebih sering ditemukan daripada trophozoit (Fricker, 2001). Mekanisme di mana Giardia menyebabkan diare dan malabsorpsi masih belum jelas. Organisme dapat bertindak sebagai penghalang fisik, tetapi area yang dicakup oleh thophozoit mungkin terlalu kecil untuk mempengaruhi penyerapan nutrisi. tidak ada bukti untuk produksi toksin (Buret, 1994). Infeksi Giardia tampak mempengaruhi aktivitas enzim usus (laktase, disaccharidase), kerusakan permukaan mukosa (menyebabkan pemendekan vili kriptus dan), dan menimbulkan pertumbuhan berlebih dari bakteri atau jamur di usus kecil (Fricker, 2001). Penularan Giardia melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi kista. Kista dapat bertahan hidup dalam lingkungan lembab sampai 2 minggu (Soulsby, 1982). Diagnosa dapat di buat dengan menemukan kista dalam tinja padat, bentuk trofozoit dan kista dalam tinja encer. G. lamblia dapat dibedakan dari protozoa usus lainnya karena morfologinya khas dalam sediaan air garam, jodium, dan pewarnaan. Untuk menunjukkan kista Giardia dapat menggunakan teknik pengapungan dengan memakai larutan seng sulfat yang mempunyai berat jenis 1,8 dan kemudian meneteskan sedikit larutan Lugol- Jodine untuk mewarnai organismenya. Kista terlihat jelas dengan sitoplasma terpusat pada salah satu sisi dan ini dapat membantu untuk membedakan Giardia dari ookista Coccidia yang berukuran kecil (Novan, 2010). 25

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2. PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan ternak lain, yaitu laju pertumbuhan yang cepat, mudah dikembangbiakkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebar ke berbagai negara seperti Singapura dan Hongkong (Direktorat Budidaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebar ke berbagai negara seperti Singapura dan Hongkong (Direktorat Budidaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ternak Babi Ternak babi merupakan salah satu komoditas peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak babi dan atau produk olahannya cukup potensial sebagai komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia sulit terlepas dari kehidupan hewan, baik sebagai teman bermain atau untuk keperluan lain. Meskipun disadari bahwa kedekatan dengan hewan dapat menularkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kucing Kucing pertama kali didomestikasi sekitar 5000 tahun yang lalu di lembah sungai Nil ( Driscollet al., 2009). Evolusi kucing dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adaptasi

Lebih terperinci

(Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM

(Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM PENGARUH LARUTAN LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM, > ' SKRIPSI Oleh: OSYE SYANITA ALAMSARI B01496142 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain penyakit ini masih endemis di hampir semua daerah, juga sering muncul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah E. histolytica Penyebab amebiasis adalah parasit Entamoeba histolytica yang merupakan anggota kelas rhizopoda (rhiz=akar, podium=kaki). 10 Amebiasis pertama kali diidentifikasi

Lebih terperinci

Protozoologi I M A Y U D H A P E R W I R A

Protozoologi I M A Y U D H A P E R W I R A Protozoologi I M A Y U D H A P E R W I R A Protozoologi merupakan cabang biologi (dan mikrobiologi) yang mengkhususkan diri dalam mempelajari kehidupan dan klasifikasi Protozoa. Secara klasik, objek pengkajiannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ternak babi Ternak babi salah satu ternak penghasil daging sebagai sumber pemulihan gizi masyarakat yang sangat efesien diantara ternak ternak yang lain. Bangsa babi piaraan

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Blastocystis hominis 2.1.1 Epidemiologi Blastocystis hominis merupakan protozoa yang sering ditemukan di sampel feses manusia, baik pada pasien yang simtomatik maupun pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizhopoda merupakan satu kelas dari lima pembagian kelas yang termasuk dalam protozhoa. Ukuran protozoa bervariasi, yaitu mulai kurang dari 10 mikron(µm) dan ada yang

Lebih terperinci

PROTOZOA USUS II GIARDIA LAMBLIA BALANTIDIUM COLI NURHALINA,SKM,M.EPID

PROTOZOA USUS II GIARDIA LAMBLIA BALANTIDIUM COLI NURHALINA,SKM,M.EPID PROTOZOA USUS II GIARDIA LAMBLIA BALANTIDIUM COLI NURHALINA,SKM,M.EPID GIARDIA LAMBLIA Klasifikasi Giardia lamblia ini sudah diidentifikasi oleh Leewenhoek pada tahun 1681, dengan menggunakan mikroskop

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Trasmitted Helminth Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris Lumbricoides Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering dijumpai. Diperkirakan prevalensi di dunia berjumlah sekitar 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit usus yaitu cacing dan protozoa. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit usus yaitu cacing dan protozoa. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infeksi parasit usus yaitu cacing dan protozoa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di negara-negara berkembang, khususnya di daerah tropis

Lebih terperinci

DI SUSUN OLEH. KELOMPOK : II Anggota : 1. Nurhaliza ( ) 2. Nevri Isnaliza ( ) 3. Siti wardana ( )

DI SUSUN OLEH. KELOMPOK : II Anggota : 1. Nurhaliza ( ) 2. Nevri Isnaliza ( ) 3. Siti wardana ( ) DI SUSUN OLEH KELOMPOK : II Anggota : 1. Nurhaliza (0806103050078) 2. Nevri Isnaliza (0806103010039) 3. Siti wardana (0806103010061) Ciliata (Ciliophora) 1. Silia berfungsi sebagai alat gerak dan membantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Giardia Lamblia 2.1.1. Epidemiologi G. lamblia ditemukan kosmopolit dan penyebarannya tergantung dari golongan umur yang diperiksa dan sanitasi lingkungan. Prevalensi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Protozoa 1. Pengertian Protozoa Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi penyebab penyakit diare, manusia yang terinfeksi oleh protozoa biasanya dapat

Lebih terperinci

PROTOZOA. Otot-rangka. Pencernaan. Saraf. Sirkulasi. Respirasi. Reproduksi. Ekskresi

PROTOZOA. Otot-rangka. Pencernaan. Saraf. Sirkulasi. Respirasi. Reproduksi. Ekskresi PROTOZOA Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus hewan dan manusia dengan ratusan strain yang berbeda, baik yang berbahaya maupun yang

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan judul DETEKSI PROTOZOA SALURAN PENCERNAAN PADA KUCING PELIHARAAN

UCAPAN TERIMA KASIH. sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan judul DETEKSI PROTOZOA SALURAN PENCERNAAN PADA KUCING PELIHARAAN UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur, Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik serta hidayah-nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Kuta Selatan Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º46 58.7 LS dan 115º05 00-115º10 41.3 BT, berada pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ternak Itik Itik ( Anas sp.) merupakan unggas air yang cukup dikenal masyarakat. Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara dan merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang

Lebih terperinci

Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar

Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar IDENTIFY OOCYST OF ISOSPORA SPP. IN FAECAL CATS AT DENPASAR Maria Mentari Ginting 1, Ida Ayu Pasti Apsari 2, dan I Made Dwinata 2 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

Prevalensi Protozoa Saluran Pencernaan pada Babi di Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak Papua

Prevalensi Protozoa Saluran Pencernaan pada Babi di Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak Papua Prevalensi Protozoa Saluran Pencernaan pada Babi di Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak Papua PANDE KETUT YULIARI 1, I MADE DAMRIYASA 2, I MADE DWINATA 1 1 Lab. Parasitologi, 2 Lab. Patologi Klinik Fakultas

Lebih terperinci

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perannya melawan infeksi dan penyakit. Infeksi yang terkait dengan. daya tahan tubuh penderita (Murtiastutik, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. perannya melawan infeksi dan penyakit. Infeksi yang terkait dengan. daya tahan tubuh penderita (Murtiastutik, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsi sistem imun. Infeksi HIV menyebabkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminth Soil Transmitted Helminth adalah Nematoda Intestinal yang berhabitat di saluran pencernaan, dan siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan ke manusia. Gejala klinis dari penyakit

Lebih terperinci

2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI BILATERAL RADIAL SPHERIS MIKROSKOPIS INDIVIDU ANAPLASMA KOLONI 1/6 1/10 ERITROSIT PERIOSTOMUM KOM

2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI BILATERAL RADIAL SPHERIS MIKROSKOPIS INDIVIDU ANAPLASMA KOLONI 1/6 1/10 ERITROSIT PERIOSTOMUM KOM PHYLUM PROTOZOA 1. DEFINISI PROTOS : PERTAMA ZOION : HEWAN UNISELULER TUBUH 1 PROTOZOA --- SEL --- METAZOA 2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI BILATERAL RADIAL SPHERIS MIKROSKOPIS INDIVIDU

Lebih terperinci

PROTOZOA. Marlia Singgih Wibowo

PROTOZOA. Marlia Singgih Wibowo PROTOZOA Marlia Singgih Wibowo Pendahuluan Protozoa berarti first animal, suatu bentuk sederhana kehidupan hewan Dapat hidup bebas di laut, air tawar, atau tanah, atau bersimbiosis, atau hidup di dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

MK Teknologi Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Dalam Akuakultur

MK Teknologi Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Dalam Akuakultur MK Teknologi Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Dalam Akuakultur Jenis-jenis penyakit akibat mikroba: PROTOZOAN Program Alih Jenjang D4 Bidang Konsentrasi Akuakultur Penyakit Budidaya Perikanan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan yang banyak diminati untuk dipelihara oleh masyarakat. Masyarakat banyak memelihara kucing, tetapi banyak juga yang kurang

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Sistem pencernaan pada manusia terdiri atas beberapa organ yang berawal dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Pada sistem pencernaan manusia terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi protozoa usus adalah salah satu bentuk infeksi parasit usus yang disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan Cryptosporidium parvum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Makanan dan minuman merupakan kebutuhan primer bagi manusia sebagai penghasil energi yang digunakan tubuh dalam melakukan aktivitas demi kelangsungan hidupnya. Ada berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lalat adalah serangga jenis Arthropoda yang masuk dalam ordo Diptera.

BAB 1 PENDAHULUAN. Lalat adalah serangga jenis Arthropoda yang masuk dalam ordo Diptera. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat adalah serangga jenis Arthropoda yang masuk dalam ordo Diptera. Beberapa spesies lalat mempunyai peranan penting dalam masalah kesehatan masyarakat. Serangga ini

Lebih terperinci

KOKSIDIOSIS PAD A SAPI YANG DlSEBABKAN EIMERIA ZUERNII (RIVOLTA, 1887)

KOKSIDIOSIS PAD A SAPI YANG DlSEBABKAN EIMERIA ZUERNII (RIVOLTA, 1887) KOKSIDIOSIS PAD A SAPI YANG DlSEBABKAN EIMERIA ZUERNII (RIVOLTA, 1887) SKRIPSI Ole h DESY SUGESTI B. 190046 FAKUL TAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 988 RINGKASAN Koksidia merupakan paras

Lebih terperinci

: Clostridium perfringens

: Clostridium perfringens Clostridium perfringens Oleh : Fransiska Kumala W 078114081 / B Clostridium perfringens adalah salah satu penyebab utama infeksi luka berakibat gangrene gas. Seperti banyak clostridia, organisme ini banyak

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Toksoplasmosis 2.1.1. Definisi Toksoplasmosis Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit halus)cacing tersebut menggulung dan berbentuk kumparan dan biasanya mempunyai

Lebih terperinci

Rickettsia prowazekii

Rickettsia prowazekii Rickettsia prowazekii Nama : Eva Kristina NIM : 078114026 Fakultas Farmasi Sanata Dharma Abstrak Rickettsia prowazekii adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler obligat dan ditularkan ke

Lebih terperinci

PARASIT. Yuga

PARASIT. Yuga PARASIT Yuga 03008028 Keterangan AL : Ascaris Lumbricoides BC : Balantidium Coli Telur AL Dibuahi Ukuran 60-45 mikron, Bentuk agak lonjong, dinding luar ada 3 lapis salah satunya lapisan albuminoid bergerigi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini kondisi semua tinja yang diperoleh adalah normal. Ciriciri tinja owa jawa yang normal, yaitu berwarna kuning hingga coklat kehitaman, berbentuk seperti tinja

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian Hayati Di beberapa perkebunan kelapa sawit masalah UPDKS khususnya ulat kantong M. plana diatasi dengan menggunakan bahan kimia sintetik yang mampu menurunkan populasi hama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi parasit internal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen 3 TINJAUAN PUSTAKA Nematoda Entomopatogen 1. Taksonomi dan Karakter Morfologi Nematoda entomopatogen tergolong dalam famili Steinernematidae dan Heterorhabditidae termasuk dalam kelas Secernenta, super

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Kuta Selatan sejak tahun 2013 masih mempunyai beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agustine(2008) kerang hijau (green mussels) diklasifikasikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agustine(2008) kerang hijau (green mussels) diklasifikasikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerang Hijau (Perna viridis) 1. Klasifikasi Menurut Agustine(2008) kerang hijau (green mussels) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca Class

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

maksimum, agar dapat memberikan absorban tertinggi untuk setiap konsentrasi (Satiadarma,2004).

maksimum, agar dapat memberikan absorban tertinggi untuk setiap konsentrasi (Satiadarma,2004). PENDAHULUAN Produk farmasi yang ada di pasaran tidak hanya sediaan untuk manusia saja, tetapi juga untuk hewan yang diternakkan. Hewan yang diternakkan membutuhkan suatu sediaan farmasi untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic Escherichia coli atau disebut EHEC yang dapat menyebabkan kematian pada manusia (Andriani, 2005; Todar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal dan usus pada manusia sangat erat kaitanya dengan bakteri Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang bersifat zoonosis

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium dan tipe berat yang didasarkan pada bobot maksimum yang dapat dicapai (Wahju,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Enterobius vermicularis adalah cacing yang dapat masuk kemulut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Enterobius vermicularis adalah cacing yang dapat masuk kemulut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobius vermicularis Enterobius vermicularis adalah cacing yang dapat masuk kemulut tubuh melalui makanan, udara, tanah yang akan bersarang di usus besar pada waktu malam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat merupakan salah satu serangga ordo Diptera yang berperan dalam masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan sebagai vektor

Lebih terperinci

2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI INDIVIDU ANAPLASMA KOLONI 1/6 1/10 ERITROSIT KOMENSALISMA MUTUALISMA PARASIT MIKROSKOPIS BILATERA

2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI INDIVIDU ANAPLASMA KOLONI 1/6 1/10 ERITROSIT KOMENSALISMA MUTUALISMA PARASIT MIKROSKOPIS BILATERA PHYLUM PROTOZOA 1. DEFIN NISI PROTOS : PE ERTAMA ZOION : HEWAN UNISELU ULER TUBUH 1 PROTOZOA -- -- SEL --- METAZOA 2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI INDIVIDU ANAPLASMA KOLONI 1/6 1/10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, bakteri, virus, dan parasit. Dari ketiga faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Foodborne disease adalah penyakit yang ditularkan lewat makanan, dengan ciri berupa gangguan pada saluran pencernaan dengan gejala umum sakit perut, diare dan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. Jumlah penderita HIV/AIDS menurut WHO 2014 di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. Jumlah penderita HIV/AIDS menurut WHO 2014 di seluruh dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Imunodeficiency Virus/Acquired Imunodeficiency Syndome (HIV/AIDS) adalah salah satu infeksi menular seksual yang menjadi masalah besar. Dimana prevalensi di beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Distribusi parasit usus pada balita kecamatan Jatinegara tahun 2006 Penelitian ini merupakan studi cross sectional yang menggunakan data sekunder yang diperoleh dari hasil

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok SISTEM PENCERNAAN Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok PENDAHULUAN Sistem pencernaan bertanggung jawab untuk menghancurkan dan menyerap makanan dan minuman Melibatkan banyak organ secara mekanik hingga kimia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Sapi Penggolongan sapi ke dalam suatu Genera berdasarkan pada persamaan karakteristik yang dimilikinya. Karakteristik yang dimiliki tersebut akan diturunkan ke generasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Kambing yang terdapat di Desa Amplas

Gambar 2.1. Kambing yang terdapat di Desa Amplas 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah sub spesies kambing liar yang secara alami tersebar di

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan yang masuk ke dalam tubuh harus melalui serangkaian proses pencernaan agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Proses

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trichuris trichiura Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang hidup di sekum dan kolon ascending manusia. Pejamu utama T.trichiura adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan penyakit pada ternak merupakan salah satu hambatan yang di hadapi dalam pengembangan peternakan. Peningkatan produksi dan reproduksi akan optimal, bila secara

Lebih terperinci

KETERAMPILAN MEMBUAT APUSAN, MEWARNAI, MENGAWETKAN TINJA, DAN MENGIDENTIFIKASI PARASIT PADA APUSAN TINJA

KETERAMPILAN MEMBUAT APUSAN, MEWARNAI, MENGAWETKAN TINJA, DAN MENGIDENTIFIKASI PARASIT PADA APUSAN TINJA 1 KETERAMPILAN MEMBUAT APUSAN, MEWARNAI, MENGAWETKAN TINJA, DAN MENGIDENTIFIKASI PARASIT PADA APUSAN TINJA Sitti Wahyuni, MD, PhD Bagian Parasitologi Universitas Hasanuddin, wahyunim@indosat.net.id INDIKASI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara berkembang. Penyakit tersebut sering dihubungkan dengan beberapa keadaan misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babi merupakan salah satu hewan komersil yang dapat diternakkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dikalangan masyarakat. Babi dipelihara oleh masyarakat dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu studi analitik observasional dengan desain cross sectional (potong lintang). Dalam penelitian ini dilakukan pembandingan kesimpulan

Lebih terperinci

MYXOBAKTERIALES. (tumbuhan belah). Klas ini terdiri atas tumbuhan bersel satu. Sel-sel itu kecil

MYXOBAKTERIALES. (tumbuhan belah). Klas ini terdiri atas tumbuhan bersel satu. Sel-sel itu kecil MYXOBAKTERIALES Myxobakteriales merupakan salah satu ordo dari kelas Schizophyta (tumbuhan belah). Klas ini terdiri atas tumbuhan bersel satu. Sel-sel itu kecil benar, kadang-kadang tak tampak dengan mikroskop

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. 19 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola adalah sebagai berikut : Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta : Eumycotina

Lebih terperinci

Isolasi dan Identifikasi Oosista Koksidia dari Tanah Di Sekitar Tempat Pembuangan Sampah Di Kota Denpasar

Isolasi dan Identifikasi Oosista Koksidia dari Tanah Di Sekitar Tempat Pembuangan Sampah Di Kota Denpasar Isolasi dan Identifikasi Oosista Koksidia dari Tanah Di Sekitar Tempat Pembuangan Sampah Di Kota Denpasar ISOLATION AND IDENTIFICATION OF OOSISTA COCCIDIA OF THE LAND AROUND GARBAGE DISPOSAL IN DENPASAR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesadaran penduduk akan pentingnya protein hewani. Dalam rangka. zat-zat makanan yang telah ditetapkan (Ahmad et al., 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. kesadaran penduduk akan pentingnya protein hewani. Dalam rangka. zat-zat makanan yang telah ditetapkan (Ahmad et al., 2008). TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ternak yang memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Permintaan terhadap daging ayam semakin bertambah seiring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi protozoa usus masih menjadi masalah kesehatan di beberapa negara di

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi protozoa usus masih menjadi masalah kesehatan di beberapa negara di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi protozoa usus masih menjadi masalah kesehatan di beberapa negara di dunia, dibuktikan dengan prevalensinya yang masih tinggi dan tersebar luas di daearah tropik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah terjadinya pengindraan terhadap suatu objek menggunakan panca indra manusia,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut

Lebih terperinci

Ralstonia solanacearum

Ralstonia solanacearum NAMA : Zuah Eko Mursyid Bangun NIM : 6030066 KELAS : AET-2A Ralstonia solanacearum (Bakteri penyebab penyakit layu). Klasifikasi Kingdom : Prokaryotae Divisi : Gracilicutes Subdivisi : Proteobacteria Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tikus. Manusia dapat terinfeksi oleh patogen ini melalui kontak dengan urin

BAB I PENDAHULUAN. tikus. Manusia dapat terinfeksi oleh patogen ini melalui kontak dengan urin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leptospirosis atau penyakit kuning merupakan penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyakit ini disebabkan bakteri Leptospira Icterohaemorrhagiae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam dan telur bukanlah jenis makanan yang asing bagi penduduk indonesia. Kedua jenis makanan tersebut sangat mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk yang pesat, membaiknya keadaan ekonomi dan meningkatnya kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Salah satu penyakit zoonosis adalah toksoplasmosis yang disebabkan oleh

Lebih terperinci