BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Dalam proses pengumpulan data dilakukan dua jenis pengambilan data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan dari hasil observasi di lapangan atau gemba. Data sekunder merupakan data yang didapatkan langsung dari perusahaan Profil Perusahaan PT. Tee Inkers adalah sebuah perusahaan yang menyediakan jasa pembuatan pakaian. PT. Tee Inkers berpusat di Singapura, dan melakukan operasi produksi di Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Motto PT. Tee Inkers adalah kepuasan nilai-nilai perusahaan pelanggan lebih dari apa pun, menjanjikan untuk memberikan harga yang kompetitif, kualitas yang baik dan waktu pengiriman cepat. Produk PT. Tee Inkers meliputi cotton t-shirts, drifit t-shirts, tee polo, hoodies, jaket universitas, singlet, dan desain khusus lainnya. Teknik printing PT. Tee Inkers yaitu dengan cara pencetakan silkscreen tradisional untuk bordir dan pencetakan Direct-to-Garment yang lebih modern. 40

2 41 Total waktu kerja normal PT. Tee Inkers adalah sebesar 8 jam. Jam kerja normal yang berlaku pada PT. Tee Inkers adalah sebagai berikut: 1. Jam kerja operator: Pukul : WIB, istirahat pukul : WIB 2. Jam kerja staff Pukul WIB, istirahat pukul : WIB Target produksi PT. Tee Inkers dalam satu bulan adalah pcs dengan waktu kerja 26 hari kerja. Sedangkan untuk target perhari sebesar 650 pcs Kuesioner Penilaian Sebelum Penerapan 5S Untuk mengetahui penilaian para karyawan tentang lingkungan kerja mereka sebelum penerapan 5S maka dilakukan penyebaran kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup dibagikan kepada seluruh karyawan PT. Tee Inkers. Kuesioner tertutup terdiri dari 5 pernyataan yang sesuai dengan nilai-nilai pada 5S yaitu seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan sheitsuke. Kuesioner disebar kepada seluruh karyawan PT. Tee Inkers yaitu sebanyak 22 orang. Teknik perhitungan pembobotan untuk jawaban kuesioner tertutup mengacu pada Skala Likert (Likert Scale), dimana masing-masing dibuat dengan menggunakan skala 1 sampai dengan skala 5 pada kategori jawaban, yang masing-masing jawaban diberi score atau bobot yaitu banyaknya score antara 1 sampai 5, dengan rincian: 1. Jawaban SS yaitu sangat setuju diberi score Jawaban S yaitu setuju diberi score Jawaban R yaitu ragu-ragu atau cukup diberi score Jawaban TS yaitu tidak setuju diberi score 2.

3 42 5. Jawaban STS yaitu sangat tidak setuju diberi score 1 (Singarimbun, 1994). Hasil dari rekapitulasi kuesioner tertutup tersebut menunjukan bahwa para responden hampir seluruhnya menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Perhitungan kuesioner tertutup disajikan pada tabel dibawah: Tabel 4.1 Rekapitulasi Kuesioner Tertutup Sebelum Implementasi No Peryataan Bobot Seiri Seiton Seiso Seiketsu Sheitsuke Untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, PT. Tee Inkers ingin menciptakan lingkungan kerja yang menganut budaya kerja 5S agar para karyawan mendapatkan kepuasan dengan lingkungan kerja mereka Data Complain Customer Masalah yang timbul dari eksternal perusahaan yaitu berupa complain konsumen terhadap barang yang mereka beli. Complain konsumen mengartikan bahwa kualitas produk yang dihasilkan pada perusahaan rendah. Performa buruk pada perusahaan membuat produk yang dihasilkan buruk. Banyaknya komplain konsumen membuat PT. Tee Inkers ingin mengurangi komplain konsumen dengan cara memperbaiki hasil produksinya. Berikut ini merupakan data konsumen yang komplain terhadap produk yang mereka beli: 1. Produk yang diterima oleh konsumen kotor

4 43 Gambar 4. 1 Contoh Barang Jadi yang Kotor 2. Barang tidak sampai pada konsumen tepat waktu karena delay produksi. Tabel 4.2 Complain Customer Karena Delay Produksi Date of Complaint Customer Complaint Project Name Complaint Type (Keluhan Customer) 8-Mar-2016 Xu Yizhi - TP Delay reschedule to Mar-2016 Lee Zheng Han Delay reschedule to Mar-2016 xiao yuxin VJC Delay reschedule to Mar-2016 Eva Wee Delay reschedule to Mar-2016 Wong Shuyii Delay reschedule to Mar-2016 Kelvin Fong Delay reschedule to Mar-2016 Jonathan Tan - NUSIS Delay reschedule to Mar-2016 claud stin Delay reschedule to Mar-2016 Alexandra larissa Delay reschedule to Terjadi complaint customer yaitu pakaian yang diterima banyak terdapat size tag yang tidak jelas. Gambar 4.2 Contoh Pakaian yang Size Tag Tidak Jelas

5 44 4. Terdapat bercak bekas tinta pada produk yang diterima oleh konsumen. Gambar 4.3 Contoh Pakaian Yang Terdapat Tinta Buruknya hasil produksi perusahaan menyebabkan perusahaan mendapatkan banyak komplainan dari konsumen. Berikut ini merupakan contoh daftar komplainan konsumen:

6 45 Tabel 4.3 Daftar Contoh Keluhan Pelanggan Date of Customer Complaint Project Name Complaint Type Complaint (Keluhan Customer) 4-Jan-2016 La Yi Ying Delay reschedule to Jan-2016 Isable Chan Delay reschedule to Jan-2016 Sample Rizzi Ann reschedule to Jan-2016 Chin Joon Keat - SUTD Wrong Quantity short ship 1 M 13-Jan-2016 Mohamed Ashraf Print Size Customer expected the back design to be bigger like visual Customer complained that 15-Jan-2016 Gina Lee FineSkill - Batch 5 Cloth Color Different color of the cloth is different compared to all the batches First one is supposed to be "CI JERMAINE NG" the space between "Jermaine" and "Ng" 20-Jan-2016 Gary Lew Print is incorrect is missing. Second one is "CI CHERYL" the "cheryl" was misspelt as "cherly". 21-Jan-2016 Kay Lynn Print Peel refer to picture 21-Jan-2016 Andereen Ang - IM Production Print is incorrect Sales and Customer miscommunication on front design size. 26-Jan-2016 Wenny Soh Print is incorrect Supposed to be yl` but printed yl' 26-Jan-2016 James Pang - Christ Church Sec Dirty Print smudge, refer to picture 27-Jan-2016 Adli Faiz - Muhammad Arif Wrong Quantity sales enter incorrect quantity in 28-Jan-2016 Sample - Stephanie - OHC Shipmanagement Delay 28-Jan-2016 Ashik Muhammad T-shirt Size 28-Jan-2016 Azman Danial IamMuslim - Batch 13 Print is incorrect 29-Jan-2016 Riyanna - Kalimah Designs Print is incorrect 1-Feb-2016 Ong Hui Fen - Canberra Sec - GB Print is incorrect 2-Feb-2016 Diki Lim Delay Should eta on , delay until sales enter incorrect size in pi, customer did not check until delivery customer request size tag only, but comes with TTI tag Customer comment that our DTG color too dark, refer to pictures provided. There is a printing error for my 6nos. 3XS tee. The artwork positioning is not at the agreed 1.5inch from the centre of neckline. was in awb , but did not send out, accounts send to inform cx, cx call courier and sales to check on delivery, only to realise eta 3 feb.

7 Penerapan 5S dengan PDCA Setelah mengumpulkan data yang berupa masalah-masalah yang terdapat pada perusahaan, perbaikan yang dilakukan yaitu menerapkan budaya kerja 5S dengan tahap-tahap PDCA. 5S adalah budaya kerja yaitu Seiri (Ringkas), Seiton (Resik), Seiso (Rapi), Seiketsu (Rawat) dan Shitsuke (Rajin). PDCA adalah suatu proses perbaikan yang dilakukan secara bertahap mulai dari P untuk plan (perencanaan), lalu dilanjutkan dengan D untuk do (penerapan), selanjutnya C untuk check (pengecekan), dan A untuk action (tindakan). Sumber : PPT Setyo Chumaedi PT PJB UP Brantas Tahun 2015 Gambar 4.4 Siklus Penerapan 5S Dengan Metode PDCA

8 Tahap Plan (Penerapan Seiri dan Seiton) Tahap awal PDCA (Plan, Do, Check, Action) yaitu Plan atau tahap perencanaan. Dalam penerapan 5S, untuk tahap seiri dibagi menjadi dua tahap perencanaan. Tahap pertama yaitu mengidentifikasi area kegiatan. Dan tahap kedua yaitu melakakuan pemilihan area yang akan diterapkan budaya kerja 5S. 1. Membuat kelompok penggagas 5S Pada tahap perencanaan pertama membutuhkan kelompok untuk menerapkan budaya kerja 5S. Pada tahap ini membutuhkan bantuan fasilitator atau seorang atasan untuk melakukan pembentukan kelompok kerja yang terdiri 2 5 orang. Kelompok ini berfungsi untuk penggagas agar 5S dapat diterapkan pada perusahaan. 2. Membuat struktur organisasi Setelah membentuk kelompok yang terdiri dari 2 5 orang tahap selanjutnya adalah membuat struktur organisasi untuk mengetahui posisi jabatan dalam kelompok tersebut. Struktur organisasi juga berfungsi untuk mengetahui jobdesk setiap orang dalam kelompok. Ketua Sekretaris Nida Fajar Anggota Febri Anggota Ella Anggota Amien Gambar 4.5 Struktur Organisasi Koordinator Wilayah 5S

9 48 3. Membuat jadwal kegiatan Agar terwujudnya tujuan yang diinginkan maka perlu untuk melakukan penjadwalan untuk setiap kegiatan yang dilakukan. Penjadwalan berfungsi untuk menyusun setiap kegiatan yang ingin dilakukan agar dapat tertata dengan rapi sesuai dengan target waktunya. Berikut ini merupakan penjadwalan untuk perencanaan penerapan 5S

10 49 P D C A Bulan Tanggal Identifikasi Area Kegiatan S1 (Seiri) Melakukan Pemilihan Menetapkan Pengelolaan & Tata Letak Barang S2 (Seiton) Identifikasi Sumber Penyebab Masalah Melakukan Pemilihan Jenis Penyebab S3 (Seiso) Memperbaiki Sumber Penyebab S4 (Seiketsu) Evaluasi Hasil Perbaikan S5 (Shitsuke) Standarisasi & Rencana Kegiatan Mandiri Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Penerapan 5S Jadwal Perencanaan Kegiatan Penerapan 5S April Mei

11 50 Tahapan seiri (ringkas) dalam penerapan budaya kerja 5S adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk pemilahan dan pendokumentasian serta mengelola barang yang tidak diperlukan. Pada tahap seiri, harus dapat mengelompokkan barang sesuai dengan kepentingan barang tersebut. Barang yang selalu digunakan dalam aktivitas pekerjaan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau. Sedangkan barang-barang yang tidak digunakan dalam aktivitas sehari-hari disingkarkan atau dibuang jika sudah tidak dapat berfungsi dengan baik Penerapan Seiri: Identifikasi Area Kegiatan Langkah awal dalam perencanaan penerapan 5S yaitu mengidentifikasi area kegiatan yang akan dilakukan penerapan 5S. Flowchart dalam mengidentifikasi area yang akan dilakukan penerapan kegiatan 5S yaitu sebagai berikut: Identifikasi Area Mendomentasikan Kondisi Area Analisa Menetapkan Prioritas Area Kegiatan Gambar 4.6 Flowchart Identifikasi Area Pada tahap ini dibutuhkan data yang berupa dokumentasi area perusahaan yang selanjutnya akan diteliti. Berikut ini merupakan area-area yang akan dijadikan tempat untuk penerapan 5S:

12 51 Gambar 4.7 Area Sewing Gambar 4.8 Area Printing / Sablon

13 52 Gambar 4.9 Area Cutting Gambar 4.10 Area Packing

14 Penerapan Seiri: Proses Pemilahan Pemilihan area penerapan 5S bertujuan untuk memfokuskan area untuk menerapkan 5S. Melakukan pemilihan area untuk menerapkan 5S dapat menggunakan alat kendali mutu yaitu check sheet, diagram pareto, pie chart, dan lain-lain. Karena PT. Tee Inkers belum menerapkan budaya kerja 5S maka dipilih seluruh area produksi untuk diterapkan 5S. Hal ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan produksi yang nyaman. Penerapan 5S juga akan berdampak pada konsumen yaitu complain konsumen tentang barang yang kotor dapat diminimalisir Penerapan Seiton: Menetapkan Pengelolaan dan Tata Letak Barang Tahap seiton adalah kegitan mengatur dan menyusun tata letak barang yang diperlukan ditempat kerja, sehingga aman dan selalu siap pada saat diperlukan. Barang yang diletakkan pada tempatnya mempermudah dalam penggunaan sehingga tidak memperlukan waktu untuk mencar barang yang ingin digunakan. Hal yang banyak ditemukan dilapangan adalah terbuang-buangnya waktu karena barang yang digunakan untuk bekerja tidak diletakkan pada tempatnya. Hal ini merupakan jenis waste motion karena melakukan gerakan yang tidak diperlukan secara berulang-ulang. Penempatan barang sesuai dengan tempatnya dapat dilakukan dengan memberikan kode-kode yang telah ditentukan kepada barang-barang yang menunjang proses produksi. Untuk menentukan barang-barang apa saja yang akan diletakkan pada area kerja dan barang-barang apa saja yang akan disingkirkan atau dibuang dapat menggunakan derajat kebutuhan seperti berikut ini:

15 54 Tabel 4.5 Tabel Derajat Kebutuhan Alat Klasifikasi Rendah Rata-rata Tinggi Derajat Kebutuhan (Frekuensi Pemakaian) 1. Barang yang tidak dipergunakan dari tahun lalu 2. Barang yang hanya dipergunakan 6-12 bulan terakhir 3. Barang yang hanya dipergunakan dalam waktu 2-6 bulan terakhir 4. Barang yang dipergunakan lebih dari sekali dalam sebulan 5. Barang yang dipergunakan dalam seminggu 6. Barang yang dipergunakan setiap hari 7. Barang yang dipergunakan setiap jam Metode Penyimpanan (Statifikasi) Buang Simpan jauh-jauh Simpan dibagian tengah tempat kerja Simpan didekat pegawai atau disimpan didalam kantong seragam karyawan tersebut Dapat dilihat pada tabel 4.5 bahwa bila alat yang frekuensi penggunaannya tinggi maka harus berada sangat dekat dengan karyawan yaitu dapat dengan cara meletakkannya dikantong seragam. Namun, bila frekuensi penggunaan alat rendah yang pernah digunakan 6 12 bulan terakhir maka sebaiknya tidak diletakkan diarea kerja. Dalam menetapkan pengelolaan dan tata letak letak barang melewatkan beberapa tahap. Tahap yang pertama adalah melakukan pemilihan barang-barang apa saja yang ingin dikelola. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu pengumpulan dan pengolahan data. Tahap selanjutnya adalah stratifikafi serta menentukan barang yang masih digunakan dengan barang yang sudah tidak digunakan. Flowchart menetapkan pengelolaan barang adalah sebagai berikut:

16 55 Pengumpulan dan Pengolahan Data Melakukan Pemilihan Stratifikasi Barang Terpakai dan Tidak Terpakai Gambar 4.11 Flowchart Menetapkan Pengelolaan Barang Untuk dapat memisahkan barang yang akan digunakan dengan barang yang sudah digunakan kembali dapat menggunakan check sheet untuk mempermudah pekerjaan. Check sheet juga berfungsi untuk merekapitulasi barang yang akan dipindahkan sehingga mempermudah perusahaan dalam mendata barang apa saja yang sudah tidak ada pada lingkungan kerja. Tabel 4.6 merupakan check sheet untuk merekapitulasi keadaan barang yang masih diguanakan atau sudah tidak digunakan kembali dan mengkelompokkan barang tersebut kedalam kelompok dalam keadaan baik atau sudah rusak. Tabel 4.6 Rekapitulasi Barang No Nama Barang Terpakai Jumlah Nama Barang Yang Jumlah Total No Baik Rusak Tidak Terpakai Baik Rusak Total 1 Genset Tabung Gas Alat Pemotong Benang Setrika Uap Pengaduk Cat Kipas Pengering Bantex Dispenser Campuran Cat Perkakas Mesin Alat Sablon Pringting Kaos Tripleks Kabel Roll Size Tag Merk Keyboard Cat Printing Kertas Alat Penghilang Cat Lampu 5 5

17 56 Setelah mengumpulkan data barang apa saja yang ingin dipindahkan, tahap selanjutnya adalah membuat check sheet untuk pemindahan barang yang tidak terpakai. Fusngsi check sheet tersebut untuk mengetahui barang yang akan diletakkan di TPA (Tempat Penampungan Akhir) dan barang yang akan diletakkan di TPS (Tempat Penampungan Sementara). Tabel 4.7 merupakan check sheet untuk mendata barang yang akan dipindahkan karena status barang tersebut sudah tidak diperlukan atau digunakan kembali. Tabel 4.7 Check Sheet Pemindahan Barang No Nama Barang Yang Penampungan Masalah Tidak Terpakai TPA TPS 1 Tabung Gas Barang Tidak Digunakan 2 Setrika Uap Barang Tidak Digunakan 3 Kipas Pengering Barang Sudah Rusak 4 Dispenser Barang Tidak Digunakan 5 Perkakas Mesin Barang Tidak Digunakan 6 Pringting Kaos Barang Tidak Digunakan 7 Kabel Roll Barang Tidak Digunakan (1) 8 Keyboard Barang Sudah Rusak 9 Printing Kertas Barang Sudah Rusak 10 Kardus Kemasan Barang Tidak Digunakan 11 Kain Sisa Potongan Barang Tidak Digunakan 12 Pola Bahan yang Rusak Barang Sudah Rusak 13 Baju Reject Barang Tidak Digunakan 14 Botol Bekas Tinta Barang Tidak Digunakan 15 Ember Bekas Tinta Barang Tidak Digunakan 16 Lampu Barang Tidak Digunakan 17 Cat yang Sudah Kering Barang Tidak Digunakan 18 Kertas Size Tag Barang Tidak Digunakan 19 Kertas Perintah Kerja Barang Tidak Digunakan 20 Tripleks Barang Sudah Rusak 21 Size Tag Barang Sudah Rusak 22 Alat Pemotong Benang Barang Sudah Rusak 23 Size Tag Merk Barang Sudah Rusak 24 Alat Pengilang Cat Barang Sudah Rusak 25 Bantex Barang Sudah Rusak

18 57 Dalam mengelompokan barang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok barang yang tidak terpakai dengan barang yang terpakai. Barang yang sudah tidak terpakai dapat diletakkan didua jenis tempat yaitu tempat pembuangan sementara (TPS) atau ketempat pembuangan akhir (TPA). Barang yang akan diletakkan kedalam TPA atau barang yang akan diletakkan kedalam TPS harus dibuatkan dokumen barang tersebut sebagai data. Data tersebut juga berfungsi memudahkan pencarian bila barang yang terdapat pada TPS ingin digunakan kembali. Hasil Pemilihan Barang Terpakai Dokumen Barang Tidak Terpakai Pemilihan Dokumen Batang Terpakai Pengelolaan Barang Yang Tidak Terpakai Pemindahan Barang Ke TPS Pemindahan Barang ke TPA Gambar 4.12 Flowchart Pengelolaan Barang Barang yang disimpan dalam TPA (Tempat Penyimpanan Akhir) harus dikelompokkan agar barang yang sudah disimpan dapat mudah dicari bila ingin mempergunakan barang tersebut dikemudian hari. Pengelompokkan barang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

19 58 Tabel 4.8 Teknik Penyimpanan Barang Klasifikasi Barang Barang yang sering digunakan Barang yang selalu digunakan Barang yang penggunaannya jarang Arsip Teknik Penyimapan Barang Disimpan ditempat yang mudah dijangkau Disimpan pada tempat yang mudah untuk diambil, serta mudah diingat tempat peletakannya Pastikan untuk menyimpan kembali barang tersebut ditempat semula, dapat menggunakan kode, label nama, papan bergambar, dll Beri nomer dan kode warna baik pada rak ataupun pada dokumen tersebut Tempat yang digunakan untuk menyimpag barang-barang harus mempertimbangkan beberapa klasifikasi. Syarat-syarat yang digunakan sebagai acuan untuk tempat penyimpanan yaitu sebagai berikut: 1. Analisa kenyataan Pada tahap awal untuk menetapkan tempat penyimpanan barang dan pengelompokan tempat penyimpanan barang membutuhkan data untuk menentukan keadaan yang ada dilapangan sebelum dianalisa. 2. Tentukan tempat yg tepat Setelah mengetahui fakta yang ada dilapangan tahap selanjutnya adalah menentukan tempat yang tepat untuk dijadikan tempat penyimpanan. 3. Tentukan bagaimana menyimpan barang Barang yang ingin disimpan harus ditentukan bagaimana cara untuk menyimpan barang tersebut. Hal ini bertujuan agar barang-barang yang disimpan selalu tertata dengan rapih.

20 59 4. Sosialisasi aturan penyimpanan Menjelaskan kepada orang lain atau mensosialisasikan peraturan yang diciptakan merupakan hal yang penting agar orang lain dapat mengetahui peraturanperaturan yang baru yang ada pada perusahaan. Sosialisasi juga dapat bertujuan agar barang yang telah selesai digunakan dapat dikembalikan sesuai tempatnya Penerapan Seiton: Identifikasi Sumber Penyebab Masalah Identifikasi sumber penyebab masalah adalah menemukan akar penyebab masalah-masalah yang timbul pada perusahaan. Identifikasi sumber penyebab masalah dilakukan dengan mengamati permasalahan-permaslahan yang timbul setelah ditetapkan pengelolaan barang-barang terpakai dengan mengingat hal-hal penting sebagai berikut: 1. Garis penanda (marka dll) dan tempat penyimpanan barang 2. Stan, rak dan roli 3. Meja dan kursi 4. Mesin dan alat lain 5. Mata pisau 6. Material dan pekerjaan dalam proses 7. Persediaan untuk hal yang tak terduga 8. Minyak 9. Instrumen dan alat ukur 10. Barang besar 11. Barang kecil dan barang yang banyak dipakai 12. Persediaan barang untuk diberi label

21 60 Berikut ini merupakan daftar masalah-masalah yang timbul setelah penetapan tata letak barang terpakai: Tabel 4.9 Identifikasi Sumber Masalah Identifikasi sumber masalah Lokasi Masalah Masalah Penyebab Masalah Area Cutting Area Sewing Area Printing Kain sisa potongan yang berserakan dilantai Pola potongan berantakan Rak benang yang selalu berantakan Cat berserakan dilantai Alat produksi sering hilang Lantai sering becek Operator malas membuang kain sisa potongan Operator yang tidak meletakkan kembali pola potongan ketempatnya Operator meletakkan secara asal dan malas untuk mengembalikan benang ketempatnya Operator senang membuat cat untuk menyablon dilantai dan tidak mengembalikan cat ke rak Operator sering meletakkan secara asal alat-alat untuk menyablon Air yang digunakan untuk menyablon sering tumpah dilantai dan tidak dipeerdulikan oleh operator Tahap Do (Penerapan Seiso) Pada tahap do dalam penerapan seiso hal yang ingin dilakukan ialah melakukan pemilihan jenis penyebab masalah yang ada. Berikut ini merupakan flowchart untuk pemilihan jenis penyebab masalah:

22 61 Dokumen Sumber Penyebab Tipe Masalah Normal Problem Abnormal Problem Melakukan perbaikan sesuai prosedur Melakukan perbaikan melalui GKM Gambar 4.13 Flowchart Pemilihan Jenis Penyebab Pemilahan Jenis Penyebab Terdapat berbagai macam penyebab masalah yang ada pada PT. Tee Inkers salah satunya adalah masalah kebersihan. Permasalahan lingkungan kerja yang tidak bersih merupakan masalah utama yang ada pada PT. Tee Inkers. Para karyawan mengeluhkan lingkungan kerja mereka yang kotor dan berdebu. Lingkungan produksi yang kotor dapat menyebabkan hasil produksi karena para operator yang lalai pada saat proses produksi berlangsung. Tabel 4.10 merupakan data rekapitulasi sumber penyebab masalah yang ada pada PT. Tee Inkers:

23 62 No Tabel 4.10 Rekapitulasi Sumber Penyebab Masalah Lokasi Penyebab Masalah Rekapitulasi Sumber Penyebab Masalah Penyebab Tanggal Rencana Perbaikan 1 Area cutting Kain sisa potong berserakan 22-Apr-16 2 Area cutting Pola potong berantakan 22-Apr-16 3 Area sewing Rak benang yang selalu berantakan 23-Apr-16 4 Area printing Cat berserakan dilantai 23-Apr-16 5 Area printing Alat produksi untuk sablon sering hilang 26-Apr-16 6 Area printing Lantai sering becek 26-Apr Perbaikan Sumber Penyebab Tahap seiso atau tahap resik merupakan tahap untuk kegiatan membersihkan dan mengevaluasi terhadap lingkungan atau fasilitas kerja agar tetap terawat dan terjaga kebersihannya. Berikut ini merupakan tabel 5W +1H untuk memperbaiki sumber masalah yang ada pada perusahaan:

24 63 Tabel W +1H Perbaikan Masalah Memperbaiki Sumber Penyebab No Masalah Why What Where When Who How Memberikan 1 kain sisa Kain sisa potong Agar tidak ada kain tempat berserakan yang berserakan penampungan Area cutting 22-Apr-16 Fajar 2 Pola potong berantakan 3 Rak benang yang selalu berantakan 4 Cat berserakan dilantai 5 Alat produksi untuk sablon sering hilang 6 Lantai sering becek Agar tidak sulit dalam mencari pola Agar mempermudah dalam pencarian benang Agar tidak mengotori area lantai Agar alat-alat selalu ada didekat operator Agar tidak ada membahayakan operator Membuat gantungan untuk pola potong Benang disusun sesuai urutan warna Diberikan tempat untuk membuat cat Memberikan tempat untuk alatalat produksi Mengarahkan operator untuk menjaga kebersihan Area cutting 22-Apr-16 Fajar Area sewing 23-Apr-16 Nida Area printing 23-Apr-16 Fajar Area printing 26-Apr-16 Fajar Area printing 26-Apr-16 Desi Diberikan tempat penampungan kain sisa sesuai dengan jenis bahan Pola potong digantungkan sesuai jenis bahan dan diurutkan dari urutam terkecil ke urutan terbesar Rak benang diberikan kode nama benang dan disusun sesuai dengan kelompok benang Diberikan tempat seperti meja untuk membuat adonan cat Diberikan tempat untuk menyimpan alat-alat sablon yang diletakkan didekat meja sablon Mengarahkan operator untuk menjaga kebersihan selama kegiatan produksi agar tidak membahayakan orang lain

25 Tahap Check (Penerapan Seiketsu) Tahap sheiketsu merupakan tahapan ke-4 dari penerapan budaya kerja 5S. Tahap sheiketsu atau tahap rajin ialah tahapan kegiatan untuk meningkatan disiplin dan kesadaran para karyawan terhadap masalah ditempat kerja secara konsisten dan terus menerus. Para karyawan diharapkan untuk mempunyai pribadi yang disiplin untuk kesadaran diri terhadap proses seiri, seiton, seiso, seiketsu dan peraturan perusahaan untuk mendukung peningkatan produktivitas. Setelah menerapkan penerapan-penerapan budaya 5S seperti seiri, seiton, dan seiso, tahap selanjutnya adalah tahap pengecekan apakan perencanaan dan tindakan yang dilakukan sudah sesuai rencana atau tidak. Bila hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan rencana, maka dapat dilanjutkan untuk perbaikan layout pabrik. Namun, bila tahap perbaikan belum sesuai dengan rencana maka tahapan perbaikan harus kembali ketahap awal. Berikut ini merupakan flowchart tahap pengecekan:

26 65 Dokumen Hasil Perbaikan Evaluasi Hasil Perbaikan Kembali Ke Rencana Perbaikan Membuat monitoring & Visual Control Hasil Ringkas, Rapi, dan Resik Gambar 4.14 Flowchart Tahapan Check Penerapan Seiketsu Hasil dari penerapan pada tahap ringkas, rapi, resik dapat diamati menggunakan metode pendokumentasian pada area yang sudah diterapkan perbaikan. Hal ini bertujuan untuk mengamati area yang sudah diperbaiki sehingga dapat mengetahui apakah perbaikan sudah berjalan dengan lancar sehingga dapat dilanjutkan ketahap selanjutnya atau perbaikan masih belum berjalan dengan lancar sehingga perlu kembali ketahap perencanaan Evaluasi Hasil Perbaikan Evaluasi dilakukan setelah melakukan penerapan tahapan plan pada seiri dan seiton, dan tahap do pada seiso. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan ringkas, rapi, resik sudah berjalan dengan baik atau belum pada area

27 66 yang ingin dilakukan perbaikan. Tahap evaluasi dilakukan dengan cara mendokumentasikan seluruh area yang sudah dilakukan perbaikan. Dokumentasi hasil perbaikan adalah sebagai berikut: Gambar 4.15 Implementasi Tahap Seiri Pada Area Sewing

28 67 Gambar 4.16 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Tahap Seiri Pada Area Sablon

29 68 Gambar 4.17 Implementasi Tahap Seiton Pada Area Office

30 69 Gambar 4.18 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Tahap Seiso Pada Area Office

31 70 Gambar 4.19 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Tahap Seiso Pada Area Cutting

32 Tahap Action (Penerapan Shitsuke) Tahap action yang dilakukan yaitu menerapkan tahap shitsuke (rawat) dengan melakukan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk merawat hasil penerapan ringkas, rapi, dan resik. Tahap action yang dilakukan yaitu membuat visual control pada area produksi dan office. Berikut ini merupakan daftar kegiatan pembuatan visual control: 1 2 Tabel 4.12 Daftar Kegiatan Pembuatan Visual Control No Kode Keterangan 3 Petunjuk Arah In / Out Daftar Dokumen Tempat Sampah Jumlah Terpasang Tanggal Pemasangan 5 28-Apr 8 28-Apr Lokasi Visual Kontrol Area produksi & office Area produksi & office Desi Desi 6 28-Apr Area produksi Fajar 4 Penjelasan 5S Apr Area Produksi Desi 5 Area Berdebu 2 28-Apr Area Pencucian Size Tag Penanggung Jawab Desi 6 Manual SOP 5 28-Apr Area Produksi Desi Standarisasi Untuk Perusahaan Tahap akhir dalam penerapan 5S yaitu sheiketsu atau rajin. Dalam hal ini, rajin berari menerapkan dengan baik penerapan 5S mulai dari ringkas, rapi, resik, dam rawat. Untuk mensukseskan penerapan 5S memerlukan standarisasi yang dilakukan oleh perusahaan sehingga budaya kerja 5S dapat berjalan dengan baik. Standarisasi yang diberlakukan pada PT. Tee Inkers adalah sebagai berikut:

33 72 1. Pemilihan Leader Setiap departemen dipilih satu orang sebagai leader untuk memimpin departemen tersebut. Berikut ini merupakan daftar nama leader operator PT. Tee Inkers: Departemen Printing Febri Daftar Leader Operator PT. Tee Inkers Departemen Sewing Ella Departemen Cutting Amin Gambar 4.20 Susunan Nama Operator Leader Tugas dan wewenang leader: a. Mengatur shift lembur setiap operator bagian departemennya. b. Mengarahkan operator lain dalam job desk saat produksi. c. Menyebarkan informasi kepada operator lain. d. Mengarahkan dan mengawasi operator bawahannya dalam standarisasi penerapan budaya kerja 5S. e. Menuntun operator lain untuk bersikap disiplin dalam melaksanakan pekerjaannya dan selama berada dalam area kerja. 2. Standar Pemilihan Dibuat peraturan tentang standar pemilihan untuk barang yang akan digunakan dan kuantitas yang dibutuhkan. Seperti saat akan mengambil barang

34 73 persediaan yang terdapat pada gudang, harus mengisi check sheet sebagai data untuk barang yang masuk dan barang yang akan keluar. Tabel 4.12 merupakan check sheet yang dibuat untuk audit barang yang akan masuk dan keluar pada bagian gudang penyimpanan. Tabel 4.13 Check Sheet Barang Barang Masuk Check Sheet Barang Gudang Barang Keluar No Nama Barang Jumlah Keadaan Baik Rusak Nomor Rak Nama Operator Tanggal 3. Standar Penataan Standarisasi penataan dibuat agar barang yang disusun dalam gudang diletakkan secara teratur sehingga para karyawan mudah dalam pencarian barang. Peraturan yang digunakan untuk penataan yaitu: a. Barang yang ingin diletakkan didalam gudang diberikan pengkodean seperti nama barang, waktu peletakkan barang. b. Barang yang akan digunakan terlebih dahulu diletakkan dibagian atas

35 74 c. Barang yang mudah kotor atau rusak diletakkan didalam tempat seperti dus untuk melindungi kualiatas barang. 4. Standar Pembersihan Untuk menjaga kebersihan area perusahaan maka setiap karyawan harus menjaga kebersihan perusahaan. Karena perusahaan tidak menggunakan jasa kebersihan untuk membersihkan area perusahaan maka setiap karyawan harus bekerja sama untuk membersihkan setiap area perusahaan. Sehingga dibuat tim piket setiap hari untuk membersihkan area-area perusahaan. Tugas tim piket adalah sebagai berikut: a. Tim piket yang bertugas pada hari yang ditentukan harus datang 15 menit sebelum jam masuk untuk membersihkan area produksi, sekitar lingkungan pabrik, dan toilet. b. Saat jam pulang, tim piket harus membersihkan area kerja terlebih dahulu sebelum meninggalkan pabrik. c. Tim piket harus mengisi check list kegiatan kebersihan setelah membersihkan Bulan: area pabrik. Daftar Kegiatan Membersihkan area produksi Membuang sampah ke TPA Membersihkan area toilet Membersihkan bagian depan pabrik Tabel 4.14 Check List Kegiatan Kebersihan Check List Kegiatan Kebersihan Tanggal Cara Penggunaan : Berikan tanda check list " " setelah membersihkan setiap harinya

36 75 5. Pembuatan Jadwal Kebersihan dan Audit 5S Bulanan Setiap satu bulan sekali dibuat jadwal untuk membersihkan area perusahaan secara bergotong royong setelah jam produksi berlangsung. Biasanya acara gotong royong dilakukan dihari sabtu. Audit 5S dilakukan sekali dalam sebulan untuk mengetahui kelancaran penerapan budaya kerja 5S. Audit 5S juga bertujuan untuk mengetahui departemen yang paling buruk dalam penerapan budaya kerja 5S. 6. Pemberian Reward Setelah melakukan audit 5S, perusahaan akan mengetahui departemen yang paling baik dalam penerapan budaya kerja 5S dan departemen yang paling buruk dalam penerapan budaya kerja 5S. Reward diberikan kepada departemen yang paling baik dalam penerapan budaya kerja 5S. Sedangkan departemen yang paling buruk dalam penerapan budaya kerja 5S akan diberikan hukuman. Pemberian reward bertujuan untuk merangsang para karyawan dalam memotivasi mereka dalam pekerjaannya. Menurut Hasibuan (2004) tujuan-tujuan pemberian motivasi kerja adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan moral dan kepuasan karyawan. b. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan. c. Mempertahankan kestabilan karyawan. d. Meningkatkan kedisiplinan karyawan. e. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik. f. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan. g. Meningkatkan kesejahteraan karyawan. h. Meningkatkan rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.

37 Perbaikan Layout Pabrik Untuk mendapatkan efisiensi pada saat proses produksi membutuhkan perancangan tata letak layout yang baik. Perbaikan layout pabrik bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan baik dari faktor karyawan dan faktor produsi Membuat Activity Relationship Chart (ARC) Pembuatan Activity Relationship Chart (ARC) didapat dari data-data urutan aktivitas dalam proses produksi yang akan dihubungakan secara berpasangan untuk mengetahui tingkat hubungan antar aktivitas tersebut. Hubungan tersebut ditinjau dari beberapa aspek diantaranya adalah hubungan keterkaitan secara organisasi, aliran material, peralatan yang digunakan, manusia, informasi, dan keterkaitan lingkungan. Activity Relationship Chart (ARC) merupakan peta keterkaitan aktivitas yang berupa belah ketupat yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian atas yang menunjukkan simbol derajat keterkaitan antar dua departemen sedangkan bagian bawah merupakan alasan yang dipakai untuk mengukur derajat keterkaitan. Dalam pembuatan Activity Relationship Chart (ARC) kode derajat relationship menggunakan huruf-huruf (A, E, I, O, U, X) yang diletakkan pada bagian atas belah ketupat. Sedangkan alasan derajat relationship dimasukan di bagian bawah belah ketupat. Contoh pembuatan Activity Relationship Chart (ARC) adalah sebagai berikut:

38 77 A 1,2,3 Gambar 4.21 Contoh Pembuatan Activity Relationship Chart (ARC) Kode derajat relationship digunakan berdasarkan hubungan antar departemen dalam melakukan proses produksi. Apabila departemen satu dengan lainnya multak penting berdekatan maka harus menggunakan kode derajat relationship A yaitu absolutly necessary. Namun, bila departmen satu dengan departemen lainnya tidak boleh berdekatan maka menggunakan kode derajat relationship X yaitu not desira. Tabel 4.14 merupakan penjelasan penggunaan kode derajat relationship: Tabel 4.15 Derajat Relationship Kode A E Absolutly Necessary Especially Important Derajat Relationship Mutlak Penting (aktivitas yang dipertimbangkan saling berkelanjutan) Sangat Penting (aktivitas yang saling berhubungan) I Important Penting (Aktivitas berdampingan) O Ok Biasa (aktivitas yang mempunyai hubungan biasa) U Unimportant Tidak Penting X Not Desira Tidak Diingiinkan Dalam menentukan kode derajat relationship harus memperhatikan alasan-alasan mengapa menggunakan kode derajat relationship tersebut. Sebagai contoh, stasiun bahan baku mutlak penting berdekatan dengan stasiun cutting karena mempunyai tiga alasan yaitu:

39 78 1. Urutan aliran material. 2. Membutuhkan area yang sama. 3. Intensitas hubungan dokumen dan personalia yang sama. Penggunaan alasan-alasan yang dicantumkan dalam kode derajat relationship mempunyai aturan-aturan sebagai berikut: 1. Kode derajat relationship A menggunakan 3 alasan. 2. Kode derajat relationship E menggunakan 2 alasan. 3. Kode derajat relationship I, O dan X menggunakan 1 alasan. 4. Kode derajat relationship U tidak membutuhkan alasan. Tabel 4.16 Alasan Kode Derajat Relationship Kode Alasan 1 Urutan aliran material 2 Membutuhkan area yang sama 3 Intensitas hubungan dokumen dan personalia yang sama 4 Debu dan bising 5 Bau dan kotor Penggunaan kode derajat relationship harus berdasarkan perhitungan sehingga tidak dapat digunakan secara asal. Menurut mayers (2005) total relationship N, dapat dihitung berdasarkan jumlah departemen atau pusat kerja dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: N = Total relationship n = jumlah departemen

40 79 PT. Tee Inkers mempunya 6 departemen yaitu gudang bahan baku, stasiun cutting, stasiun printing, stasiun sewing, stasiun packing, dan gudang barang jadi. Penghitungan untuk menentukan jumlah departemen adalah sebagai berikut: Jadi, pada perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa total relationship yang digunakan pada pembuatan Activity Relationship Chart (ARC) adalah sebanyak 15 hubungan. 15 relationship tersebut dibagi-bagi menjadi 6 kode yaitu A (Absolutly Necessary), E (Especially Important), I (Important), O (Ok), U (Unimportant) dan X (Not Desira). Menurut Meyers (2005) dalam perhitungan pembagian kode derajat relationship, berikut ini merupakan rumus yang digunakan: Tabel 4.17 Rumus Perhitungan Kode Relationship Kode Persentase Keterangan A 5% Dikalikan E 10% dengan I 15% banyaknya total O 20% relationship *U & X = tidak ada batasan

41 80 Perhitungan untuk kode relationship adalah sebagai berikut: Tabel 4.18 Perhitungan Kode Relationship Kode Persentase A 5% x 15 = 0,75 = 1 E 10% x 15 = 1,5 = 2 I 15% x 15 = 2,25 = 3 O 20% x 15 = 3 O & U = Tidak ada batasan Dalam menyusun Activity Relationship Chart (ARC) ada beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1. Gudang bahan baku mutlak penting harus berdekatan dengan stasiun cutting karena urutan aliran material. 2. Stasiun cutting sangat penting berdekatan dengan stasiun printing karena proses tersebut berurutan. 3. Stasiun printing mutlak dekat dengan stasiun sewing karena proses tersebut berurutan. 4. Stasiun sewing mutlak dekat dengan packaging karena proses tersebut berurutan. 5. Stasiun packaging sangat penting untuk dekat dengan gudang produk jadi karena proses tersebut berurutan.

42 81 No Departemen 1 1 Gudang Bahan Baku 2 Stasiun Cutting 3 Stasiun Printing 4 Stasiun Sewing 5 Stasiun Packing 6 Gudang Bahan Jadi A 1,2,3 E 1,2 I 1 I 1 E 1,2 2 2 U O 1 U O U U U 4 4 U U 5 5 O Gambar 4.22 Activity Relationship Chart (ARC) Pembuatan Activity Relationship Worksheet Activity Relationship Worksheet dibuat berdasarkan lembar kerja dari peta Activity Relationship Chart (ARC). Activity Relationship Worksheet merupakan penyajian yang berbentuk ringkasan dari Activity Relationship Chart (ARC). Berikut ini merupakan Activity Relationship Worksheet: Tabel 4.19 Activity Relationship Worksheet No Aktivitas Derajat Relationship A E I O U X 1 Gudang Bahan Baku 2 6 3,4,5,6-2 Cutting ,6-3 Printing Sewing 5 3 2,6 1-5 Packing 4,6 1,2-6 Gudang Barang Jadi 5 4,1 1,2 -

43 82 A E I O U X Tabel 4.20 Activity Relationship Worksheet Mutlak Penting Sangat Penting Penting Biasa Tidak Penting Tidak Diinginkan Gudang Bahan Baku ID Nama Departemen Gudang Bahan Baku 2 Cutting A 3 Printing U E 4 Sewing U O I 5 Packing U U U I 6 Gudang Bahan Jadi O U U O E Cutting Printing Sewing Packing Gudang Bahan Jadi Pembuatan Activity Relationship Diagram (ARD) Pembuatan Activity Relationship Diagram (ARD) dibuat berdasarkan data yang ada pada Activity Relationship Chart (ARC) dan Activity Relationship Worksheet. Tujuan pembuatan Activirty Relationship Diagram (ARD) adalah sebagai berikut: 1. Menentukan penempatan letak lokasi departemen yang satu dengan departemen yang lain. 2. Menggambarkan hubungan derajat relationship antar aktivitas, dan membantu perencanaan untuk menghubungkan masing-masing aktivitas secara tepat. Activity Relationship Diagram (ARD) untuk layout perbaikan adalah sebagai berikut:

44 Gambar 4.23 Activity Relationship Diagram (ARD) Setelah membuat Activity Relationship Diagram (ARD), tahap selanjutnya adalah membuat block layout relationship berdasarkan pada data Activity Relationship Diagram (ARD). Block layout relationship berguna untuk menggambarkan hubungan dalam setiap departemen berdasarkan hubungan dalam proses produksi kedalam bentuk block layout. Berikut ini merupakan block layout relationship pada PT. Tee Inkers: A-2 E Gudang Bahan Baku A-1 E-3 Cutting A E-2 Printing I O I O-4 I-4 O A E-5 A E-4,6 A E-5 Gudang Bahan Jadi Packing Sewing I O-4 I O I-3 O-2,6 Gambar 4.24 Block Layout Relationship Berdasarkan data dari block layout relationship, tahap selanjutnya yaitu pembuatan block layout perbaikan. Block layout perbaikan dibuat berdasarkan Activity Relationship Chart (ARC) dan Activity Relationship Diagram (ARD)

45 84 sehingga tata letak pabrik untuk perbaikan lebih efisien karena memperhatikan kedekatan hubungan proses. Pembuatan layout pabrik juga berdasarkan luas kebutuhan setiap departemen. Luas setiap departemen mengacu pada kebutuhan luas mesin, allowance setiap departemen, kebutuhan area untuk aktivitas, dll

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis data Data yang diperlukan dalam penelitian ini ada 2 jenis yaitu data primer dan data sekunder, dan data yang diperlukan diantaranya: 1. Data Primer, yaitu: data

Lebih terperinci

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Apa itu 5R? 5R merupakan kegiatan menata tempat kerja sehingga diperoleh lingkungan kerja yang nyaman dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa perbandingan setelah menggunakan 5S Penerapan 5S pada PT. TJM Internasional divisi warehouse terutama packing dilakukan dengan melibatkan pihak terkait

Lebih terperinci

Sosialisasi PROGRAM 5R RINGKAS - RAPI - RESIK - RAWAT - RAJIN

Sosialisasi PROGRAM 5R RINGKAS - RAPI - RESIK - RAWAT - RAJIN Sosialisasi PROGRAM 5R Setiap perusahaan pasti mengharapkan suatu lingkungan kerja yang - Bersih - Rapih - Terawat - Disiplin kenyataannya kondisi ini sulit terjadi di setiap perusahaan. (Benarkah?) Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang sudah maju ini, persaingan bisnis yang semakin ketat akan membuat para pelaku bisnis berpikir lebih keras bagaimana caranya memenangkan sebuah persaingan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Pada bab sebelumnya penulis membahas teori tentang 5 S, yaitu (seiri 整理,

Bab 3. Analisis Data. Pada bab sebelumnya penulis membahas teori tentang 5 S, yaitu (seiri 整理, Bab 3 Analisis Data Pada bab sebelumnya penulis membahas teori tentang 5 S, yaitu (seiri 整理, seiton 整頓, seiso 清掃, seiketsu 清潔, shitsuke 仕付 ), atau bisa juga disebut 5 R (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Pengumpulan Data Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah dikemukakan maka dilakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam perancangan tata

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN SEBELUM PELATIHAN 5S PADA PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PTPN IV DOLOK ILIR TAHUN 2016-2017 Nama : Jenis Kelamin : Departemen/ Bagian : Usia : Masa Kerja

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melihat kondisi awal perusahaan, menganalisis masalahnya, dan membuat rancangan untuk memperbaikinya maka alat analisi yang digunakan yaitu metode 5S (Seiri,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan obyek perusahaan Teh 999 yang terletak di jalan Kartini nomor 61-63 Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pada perusahaan UKM Dian Rubber Semarang adalah sebagai berikut: a. Pemilahan sesuai dengan frekuensi (rendah, sedang, tinggi)

BAB V PENUTUP. pada perusahaan UKM Dian Rubber Semarang adalah sebagai berikut: a. Pemilahan sesuai dengan frekuensi (rendah, sedang, tinggi) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melihat pembahasan pada bab 4 mengenai kondisi awal perusahaan dan rancangan 5S yang telah dibuat untuk memperbaiki keadaan perusahaan UKM Dian Rubber, maka peneliti

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Luas Lahan pada Tata Letak Fasilitas Area Pelayanan Proses di Alya Jaya Motor

Perencanaan Kebutuhan Luas Lahan pada Tata Letak Fasilitas Area Pelayanan Proses di Alya Jaya Motor Perencanaan Kebutuhan Luas Lahan pada Tata Letak Fasilitas Area Pelayanan Proses di Alya Jaya Motor Risthia Eriana Putri 1, Hery Irwan 2,Zaenal Arifin 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari. bungkus tempe dengan berat perbungkus 6 ons.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari. bungkus tempe dengan berat perbungkus 6 ons. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Home industry pembuatan tempe sebuah usaha yang memproduksi tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari satu tahun

Lebih terperinci

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian, T u j uan dan Manfaat Penerapan 5 R ( 5S) di Tempat Kerja Langka h- Langka h P enerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Percetakan Karet UKM Dian Rubber adalah sebuah perusahaan yang mencetak lembaran karet menjadi sebuah bentuk

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, diantaranya: 1. Berdasarkan analisis konsep 5S yang telah dilakukan, untuk masingmasing

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY Wakhid Ahmad Jauhari 1, Arda Candra Faisal Pinastika 2, Chirstina Ayu Kusumawardani 3, Eva Kholisoh 4, Helma Hayu Juniar 5, Rafiq Ramadhan 6,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan 5S atau 5R 1. Defini 5S atau 5R 5R atau 5S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan pada bab 5, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S Merry Siska 1 dan Henriadi 2 Abstrak: UD. Dhika Putra merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan tahu. Saat ini kondisi

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era globalisasi seperti sekarang, alat transportasi kendaraan bermotor semakin dibutuhkan baik untuk kendaraan operasional perusahaan maupun kendaraan pribadi.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Materi #14 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI 5S Orisinal 2 6623 - Taufiqur Rachman 1 Aktivitas 5S 3 Metode untuk pengaturan tempat kerja dan pengendalian secara visual. Dipopulerkan oleh Hiroyuki Hirano

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS Pada CV ARCON S INDONESIA

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS Pada CV ARCON S INDONESIA SLAN PERBAKAN TATA LETAK FASLTAS Pada CV ARCON S NDONESA Nama : rda Aprianti NPM : 334777 Jurusan : Teknik ndustri Pembimbing: Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. PENDAHLAN Peningkatan Kinerja Perusahaan Tata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi industri telah memberikan pengaruh terhadap budaya lingkungan pekerjanya. Banyak perusahaan-perusahaan di Eropa dan Amerika telah mengadopsi

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, diantaranya: 1. Berdasarkan analisis konsep 5S yang telah dilakukan, untuk masingmasing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Sumber Bahagia adalah Perusahaan yang bergerak di bidang percetakan Digital yang didirikan oleh Bapak Tommy Handoko

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan telah diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #8

Pembahasan Materi #8 Materi #8 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Pembahasan Materi #8 2 Dasar Penentuan Metode Penentuan Fasilitas Yang Dipertimbangkan Rancangan Alternatif Tata Letak Diagram Hubungan Ruangan Derajat

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah para karyawan produksi PT.

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah para karyawan produksi PT. V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah para karyawan produksi PT. AKM Bekasi sebanyak 102 orang. Profil responden dijelaskan berdasarkan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #9

Pembahasan Materi #9 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Pembahasan 2 Dasar Penentuan Metode Penentuan Fasilitas Yang Dipertimbangkan Rancangan Alternatif Tata Letak Diagram Hubungan Ruangan Derajat Nilai Kedekatan 6623

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Setelah dilakukannya pengolahan data dan analisis data dalam penelitian Tugas Akhir ini, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut ini : 1. Gerakan kerja

Lebih terperinci

WHAT IS LEAN MANAGEMENT?

WHAT IS LEAN MANAGEMENT? WHAT IS LEAN MANAGEMENT? Lean thinking is lean, because it provides a way to do more and more with less and less Less human resources, less equipment, less time, less space More efficient, more product,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk. 3.1. Studi Lapangan Tahap persiapan penelitian ini merupakan tahap penentuan objek

Lebih terperinci

PENENTUAN KEBUTUHAN LUAS AREA PERTEMUAN #8 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

PENENTUAN KEBUTUHAN LUAS AREA PERTEMUAN #8 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PENENTUAN KEBUTUHAN LUAS AREA PERTEMUAN #8 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan

5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan 5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan tertib, maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan, dan dengan

Lebih terperinci

HOUSEKEEPING & PRODUKTIVITAS KERJA PERTEMUAN KE-7

HOUSEKEEPING & PRODUKTIVITAS KERJA PERTEMUAN KE-7 HOUSEKEEPING & PRODUKTIVITAS KERJA PERTEMUAN KE-7 Apa yang anda rasakan jika suasana kerja seperti ini? Good Housekeeping A messy shop can hide hazards! Keep it clean Bad Housekeeping Poor housekeeping

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 42 BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang

Lebih terperinci

MATERI III GUGUS KENDALI MUTU (GKM) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab.

MATERI III GUGUS KENDALI MUTU (GKM) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. MATERI III GUGUS KENDALI MUTU (GKM) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 2 GUGUS KENDALI MUTU Definisi Kelompok karyawan yang terdiri dari tiga sampai sepuluh orang dari pekerjaan sejenis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mungkin pasti akan dapat mengungguli perusahaan lain. Apa yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. mungkin pasti akan dapat mengungguli perusahaan lain. Apa yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern sekarang ini, pastilah akan membuat manusia dituntut untuk harus berpikir lebih maju. Manusia yang dapat memanfaatkan waktunya dengan sebaik mungkin,

Lebih terperinci

Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini?

Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini? Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini? Apa itu 5S? Koni-Chi-Wa Let s start 5S. 5S memberi jawaban untuk kita, karena 5S merupakan teknik penanganan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari pengolahan data pada bab sebelumnya diperoleh hasil mengenai jumlah produk, jumlah produk cacat, dan jenis cacat yang ada antara lain : gosong,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil & Analisa Dari hasil perancangan tata letak fasilitas, penempatan stasiun kerja disesuaikan dengan keterkaitan aktivitas antar stasiun kerja satu dengan stasiun kerja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Hasil dan Analisa Dari penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, diketahui bahwa : 1. Jenis - jenis kesalahan spesifikasi produk wedding book pada PT. ABC adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Abadi Genteng, Jatiwangi, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan genteng dan aksesorisnya. Perusahaan ini termasuk jenis

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7. Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab 4 dan 5, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

LEMBAGA PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER RUBRIK AUDIT 5S

LEMBAGA PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER RUBRIK AUDIT 5S LEMBAGA PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER RUBRIK AUDIT 5S 1 RINGKAS 1.1 Komponen atau bahan kerja (office: kertas kerja, file dokumen; lapangan : oli, spare part, dll ;fasos-fasum : gula,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir DELAPAN LANGKAH 8. Menetapkan target 1. Menentukan tema & analisa situasi 9. Standarisasi & rencana 2. Menetapkan target 6. Evaluasi hasil 3. Analisa faktor penyebab

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 80 N < N, (25.69 < 30 ) maka jumlah data dianggap cukup karena jumlah data atau pengamatan yang teoritis sudah dilampaui oleh jumlah data yang sebenarnya atau aktual. BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1.

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis yang dilakukan. Bisa disimpulkan, bahwa sebenarnya prosedur kerja yang ada di PT Aswi Perkasa saat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data A. Gambaran Umum Perusahaan PT. XYZ adalah sebuah perusahaan swasta Jepang, yang bergerak dibidang otomotif berbadan hukum dengan status Penanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

Manfaat Penerapan 5R Zero waste Zero injury Zero breakdown Zero defect Zero set up time Zero late delivery Zero customer claim Zero defisit

Manfaat Penerapan 5R Zero waste Zero injury Zero breakdown Zero defect Zero set up time Zero late delivery Zero customer claim Zero defisit Sosialisasi 5R Apa Itu 5R??? 2 Apa Itu 5R??? 5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan tertib, maka kemudahan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada perusahaan JOIES CLUB, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah 59 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define National Garmen merupakan sebuah industri pembuatan baju kemeja, kaos polo, kaos oblong dan jaket. Sistem produksi pada National Garmen berdasarkan make by order yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari waktu ke waktu sehingga setiap pelaku industri harus siap berkompetisi. Hal ini tidak terjadi

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini : 1. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan tata letak fasilitas manufaktur dapat berpengaruh secara langsung terhadap aliran material didalam pabrik. Tata letak pabrik yang baik dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga dapat diletakan barang sesuai posisi yang benar. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi :

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga dapat diletakan barang sesuai posisi yang benar. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian adalah perusahaan percetakan CV. Sumber Bahagia.Lokasi penelitian di jalan Moch Suyudi no 34 Semarang. Alasan memilih lokasi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia industri khususnya industri pakaian (garment)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia industri khususnya industri pakaian (garment) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, dunia industri khususnya industri pakaian (garment) mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dikarenakan permintaan konsumen yang semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

JALUR SOP DARI ORDER DITERIMA SAMPAI ORDER JADI

JALUR SOP DARI ORDER DITERIMA SAMPAI ORDER JADI JALUR SOP DARI ORDER DITERIMA SAMPAI ORDER JADI NOTE : SETIAP DIVISI WAJIB QUALITY CONTROL DI BAGIAN MASING-MASING KLIEN ORDER BESERTA DP 60% CUSTOMER SERVICE TERIMA ORDER ISI FORM ORDER OLEH KLIEN ACC

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia industri dan teknologi yang terjadi sekarang ini, menyebabkan semakin meningkatnya persaingan. Untuk dapat memenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah istilah dalam bahasa Jepang berarti perbaikan terus-menerus (continuous

BAB I PENDAHULUAN. adalah istilah dalam bahasa Jepang berarti perbaikan terus-menerus (continuous BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis percetakan semakin maju dan tumbuh semakin cepat dengan menggunakan teknologi mesin cetak yang modern. Persaingan percetakan semakin banyak dikarenakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di CV.Mabar Karya Utama Medan yang berada di Jl. Mabar. Penelitian ini dimulai dari tanggal 08 Agustus 013 sampai tanggal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry garmen, dimana perusahaan memproduksi kemeja pria dewasa. Bahan dasar untuk produksi

Lebih terperinci

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University RANCANGAN PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI RUBBER STEP ASPIRA BELAKANG MENGGUNAKAN 5-S SYSTEM DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE MOTION (STUDI KASUS: DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Untuk dapat merancang sistem kerja yang baik perlu diperhatikan faktor pekerja, mesin dan peralatan serta lingkungan. CV.MOTEKAR adalah pabrik yang memproduksi berbagai jenis boneka.boneka yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-28 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Setiap daerah memiliki produk unggulan, baik berupa kuliner khas, pakaian maupun cindera mata bagi kabupaten pesisir selatan, kain sulam bayangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 81 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Dalam melakukan penelitian di PT. Multi Bintang Indonesia mengenai penerapan 5S, peneliti menyusun suatu kerangka berpikir yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Laboratorium Jurusan Teknik Industri (TI) (UKM) merupakan fasilitas yang digunakan untuk menunjang kegiatan proses belajarmengajar. Saat ini Jurusan TI UKM memiliki 6 laboratorium (lab.), yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah dalam penelitian, asumsi yang digunakan, serta sistematika

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KWM adalah perusahaan yang bergerak di industri manufaktur aksesoris garmen yang terbuat dari timah dan menerima pesanan pewarnaan metal. Berdasarkan hasil pengamatan, permasalahan yang paling

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 11, No., Des 01 ISSN 11-669 PERANCANGAN LANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAH DAN PENERAPAN METDE S Merry Siska 1 dan Henriadi Abstrak: D. Dhika Putra merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dijabarkan kesimpulan yang merupakan akhir dari proses penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Jenis cacat

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti putu_hrs@yahoo.com Jurusan Teknik industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhitama

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1) Tata letak tempat kerja saat ini : Tata letak tempat kerja keseluruhan PT Kecap Salem pada saat ini masih kurang baik. Gang yang terdapat dalam pabrik hanya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan CV. Raya Sport merupakan usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang konveksi, khususnya pakaian olahraga. CV. Raya Sport didirikan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan ketat pada dunia industri saat ini membuat perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan ketat pada dunia industri saat ini membuat perusahaan harus 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan ketat pada dunia industri saat ini membuat perusahaan harus memiliki kinerja yang optimal, sehingga perusahaan tersebut dapat tetap unggul dalam persaingan.

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data

Bab 3. Analisis Data Bab 3 Analisis Data PT. Nippon Ceramics Indonesia terletak di Cikarang, produk yang dihasilkan adalah berupa filter untuk menyaring emisi gas pembuangan kendaraaan bermotor ( 車両 ). Pada pertengahan 2007

Lebih terperinci

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis yang dilakukan. Bisa disimpulkan sebenarnya prosedur kerja yang ada di PT Aswi Perkasa saat ini sudah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice PROCEEDINGS IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Farahdhina Leoni 1, Oktri Mohammad Firdaus 2,

Lebih terperinci

PROFIL PT. KIEC. Dibuat Oleh : KAMALLUDIN NIK :

PROFIL PT. KIEC. Dibuat Oleh : KAMALLUDIN NIK : 2013 PROFIL PT. KIEC Dibuat Oleh : KAMALLUDIN NIK : 00002046 MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DAN KREATIFITAS PENGELOLAAN ARSIP PEMBUAT SARAN : Nama : Kamalludin Dinas : Keuangan & Umum No.reg : 0002046 Divisi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan CV. Raya Sport merupakan usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang konveksi, khususnya satu set pakaian olahraga. CV. Raya Sport didirikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Keberhasilan suatu penelitian sangat ditentukan oleh langkah-langkah penelitian yang baik, sehingga penelitian tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini menyebabkan iklim pesaingan antar perusahaan juga semakin ketat. Setiap perusahaan harus memikirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat melindungi

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Kondisi fasilitas fisik saat ini masih kurang baik karena kursi kerja yang digunakan tidak memiliki sandaran, beberapa stasiun kerja tidak memiliki meja dan

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN

ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS KEPALA DAN STAFF REKAM MEDIS

URAIAN TUGAS KEPALA DAN STAFF REKAM MEDIS URAIAN TUGAS KEPALA DAN STAFF REKAM MEDIS A. KEPALA UNIT REKAM MEDIS 1. Nama Jabatan : Kepala Unit Rekam Medis 2. Unit Kerja : Sub bagian rekam medis 3. Ikhtisar Jabatan : Memimpin staff bagian rekam medis

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Jenis Produk Pada Tabung Dengan Volume 47 M³ Jenis produk yang dihasilkan adalah gas dengan volume 47 m³ 4.2 Spesifikasi Gas Pada tabung bervolume 47 m³ ada bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci