GUNA LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANDAR UDARA MUTIARA KOTA PALU
|
|
- Hengki Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 International Seminar of Geospatial and Human Dimension on Sustainable Natural Resources Management ASSALAMUALAIKUM WR. WB GUNA LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANDAR UDARA MUTIARA KOTA PALU BOGOR, SEPTEMBER 2011
3 Latar Belakang Perkembangan Kota Palu sebagai pusat perdagangan di Sulawesi Tengah Transportasi Bandar Udara Mutiara Kota Palu Guna Lahan di Kawasan Sekitar Bandar Udara Mutiara Kota Palu Memperluas kawasan fungsional bandar udara yang berimbas semakin luasnya Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP), dan kawasan kebisingan Peningkatan aksesibilitas serta potensi penggunaan lahan di kawasan sekitar Bandar Udara Mutiara yang dapat mempengaruhi perkembangan pemukiman penduduk Pengembangan pada Tahun 2004 RTRW Kota Palu Tahun dan RDTRK Kecamatan Palu Selatan dan Palu Timur Tahun
4 Identifikasi Masalah 1. Berdasarkan Rencana induk pengembangan Bandar Udara Mutiara Kota Palu Tahun 2004, penetapan ruang bebas bangunan dan aktifitas manusia di sekitar kawasan Bandar Udara Mutiara adalah seluas 3 km dari runway. Kenyataannya, pada radius 3 Km dari landasan pacu Bandar Udara Mutiara masih banyak terdapat pengunaan lahan yang melanggar ketentuan kawasan khusus bandar udara. 2. Berdasarkan RTRW Kota Palu Tahun , terdapat permasalahan terkait dengan kinerja prasarana bandar udara Mutiara yaitu masih adanya perumahan penduduk disekitar kawasan keselamatan operasi penerbangan dan kawasan kebisingan. 3. Adanya potensi lahan serta aksesibilitas yang memadai dapat mempengaruhi perkembangan pemukiman penduduk di sekitar lokasi bandar udara. Maka akan menimbulkan konflik perkembangan guna lahan antara kebutuhan hunian masyarakat sekitar dengan keselamatan penerbangan di wilayah studi yang membutuhkan adanya zona penyangga berupa kawasan tidak terbangun.
5 Administrasi Wilayah Studi Terletak Pembatasan pada ruang kawasan lingkup sekitar wilayah Bandar terkait Udara dengan kesamaan Mutiara karakteristik dengan wilayah luas studi wilayah dengan studi wilayah-wilayah adalah 83,35 lainnya yang Sebelah Utara Km berada 2 yang di meliputi sekitar Bandar 4 Kelurahan Udara antara Mutiara. lain : Kesamaan tersebut Kecamatan Palu Timur (Kelurahan Kelurahan berupa kesamaan Birobuli kondisi Utara fisik dengan wilayah luas 5,33 maupun Km 2 Poboya) dan Kecamatan Palu Selatan ; dampak yang Kelurahan diterima akibat Lasoani aktivitas dengan Bandar luas 36,25 Udara Km 2 Mutiara, (Kelurahan Tanamodindi) ; antara lain Kelurahan adanya kebisingan Kawatuna maupun dengan Kawasan luas 34,33 Km Keselamatan 2 ; Operasi Kelurahan Penerbangan Petobo (KKOP). dengan luas 7,44 Km 2. Sebelah Barat Kecamatan Palu Selatan (Kelurahan Tatura Utara dan Tatura Selatan) Sebelah Timur Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong Sebelah Selatan Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi-Biromaru
6 Perkembangan Guna Lahan Jenis Penggunaan Lahan Tahun Luas (Km 2 ) Tahun Tahun Tahun Tahun 2003 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun Kawasan Lindung (Hutan Lindung) 52,58 52,58 52,58 52,58 Semak Belukar 12,51 12,09 12,09 12,09 Kebun 2,75 2,25 2,15 2,15 Perumahan 1,73 3,11 4,58 4,58 Hutan 1,56 1,56 1,56 1,56 Sawah 4,05 3,83 3,53 3,48 Lahan Kosong 5,95 5,34 3,78 3,73 Kawasan Pendidikan 0,01 0,02 0,03 0,03 Perdagangan & Jasa 0,01 0,02 0,05 0,05 Sarana Peribadatan 0,01 0,02 0,03 0,03 Kawasan Industri 0,01 0,01 0,01 0,01 Peternakan 0,09 0,25 0,26 0,26 Tegalan 0,13 0,13 0,13 0,13 Perkantoran 0,10 0,11 0,11 0,11 Pertambangan 0,01 0,01 0,01 0,01 Sarana Transportasi 1,11 1,21 1,61 1,71 Lain-lain (Kawasan Militer/Polisi, Sarana Sosial, Sarana Kesehatan, Sarana Olah Raga, 0,72 0,79 0,82 0,82 Pariwisata, Makam, Taman Kota, TPA, dan Sungai) Total 83,35 83,35 83,35 83,35
7 Kemampuan Lahan Analisis Lahan potensial di wilayah studi merupakan lahan dengan persentase luas terkecil. Untuk selanjutnya lahan pada kawasan ini akan menjadi lahan utama yang akan dikembangkan untuk kawasan terbangun. Lahan ini selanjutnya akan dilakukan overlay dengan kesesuaian lahan yang akan dikembangkan di wilayah/kawasan inil, yang mana akan menghasilkan lahan potensial yang tersedia. Lahan Potensial adalah LAHAN YANG DIKEMBANGKAN. Pengembangan lahan potensial bersyarat membutuhkan teknologi dengan berbagai persiapan lahan dan proses cut and fill yang cukup banyak. Tentu saja ini membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan pengembangan di lahan potensial. Lahan dengan kategori ini sebagian besar terdapat di bagian tengah wilayah studi. Lahan kendala/limitasi merupakan kategori kemampuan lahan yang memiliki luasan terbesar di wilayah studi. Jenis ini tersebar di bagian timur wilayah studi yang merupakan kawasan dataran tinggi dan pegunungan. Lahan yang termasuk dalam kategori ini disarankan di manfaatkan sebagai kawasan lindung agar tidak mengganggu ekosistem yang ada di dalamnya.
8 Karakteristik Bandar Udara Mutiara Fungsi Penggunaan Klasifikasi Status Penyelenggaraan Kegiatan : Bukan Pusat Penyebaran : Sebagai Bandar Udara Umum : Kelas C : Bandar Udara Domestik : Pemerintah Pusat : Fixed Wings (FW) dan Rotary Kelas Wings Pesawat (RW) Kapasitas Tempat Duduk Jenis Pesawat Rute Perjalanan M-25 ± 25 C-212 LWK-PLW-LWK PLW-TLI-PLW BUOL-PLW-BUOL M-125 ± 125 Boeing SUB-PLW-SUB UPG-PLW-UPG BPN-PLW-UPG Pesawat Airbus A-320 UPG-PLW-BPN Pesawat Boeing M-150 ± 150 MD-82 Boeing SUB-PLW-SUB UPG-PLW-UPG JKT-PLW-JKT Karakteristik: Maksimum Take Off Weight: Kg Maksimum Landing Weight: Kg Maksimum Zero Fuel Weight: Kg Operating Empty Weight: Kg Length: 37,57 m Wingspan: 34,1 m Height: 11,80 m Maksimum Struktural Payload: Kg Maksimum Seat Capacity: Mixed Class: 12 Class Economy All Economy: 164 Seat Engines: CFM56-5A3/5B4 Engines Maksimum Fuel Capacity: Kg Karakteristik: Maksimum Taxi Weight: Kg Maksimum Take Off Weight: Kg Maksimum Landing Weight: Kg Maksimum Zero Fuel Weight: Kg Operating Empty Weight: Kg Length: 35,23 m Wingspan: 28,89 m Height: 11,07 m Maksimum Struktural Payload: Kg Maksimum Seat Capacity: Mixed Class: 8 Class Economy All Economy: 159 Seat Engines: CFM56-3B2 Engines Maksimum Fuel Capacity: Kg
9 Perkembangan Bandar Udara Mutiara Site Bandar Udara Mutiara Tahun 2004 (Sebelum Pengembangan) Site Bandar Udara Mutiara Tahun 2008 Rencana Site Bandar Udara Mutiara Tahun 2025
10 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
11
12 Kawasan Kebisingan Kawasan Kebisingan Zona Kebisingan tingkat I Zona Kebisingan tingkat II Zona Kebisingan tingkat III Nilai Index (WECPNL) 70 WECPNL < WECPNL < 80 Persyaratan Dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan kecuali untuk membangun sekolah dan rumah sakit baru Bangunan yang ada harus dilengkapi dengan peredam suara. Dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, kecuali untuk membangun sekolah, rumah sakit, dan rumah tinggal baru Bangunan yang ada harus dilengkapi dengan peredam suara. WECPNL 80 Tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan apapun, kecuali untuk bangunan atau fasilitas Bandar udara yang dilengkapi oleh perangkat peredam/kedap suara Dapat dimanfaatkan sebagai jalur hijau atau sarana pengendalian lingkungan dan pertanian yang tidak mengundang datangnya burung. Kawasan Kebisingan Luas Wilayah (Km 2 ) Zona Kebisingan tingkat I 8,4848 Zona Kebisingan tingkat II 6,2701 Zona Kebisingan tingkat III 5,0453
13 Guna lahan Terkait Kawasan Kebisingan Kecamatan/ Kelurahan Luas Wilayah (Km 2 ) Luas Wilayah dalam Zona Kebisingan (Km 2 ) Zona I Zona II Zona III Kelurahan Lasoani 36,25 0,34 0,70 0,53 Kelurahan Birobuli Utara 5,33 0,50 0,46 0,96 Kelurahan Kawatuna 34,33 0,39 0,33 0,50 Kelurahan Petobo 7,44 0,44 0,38 0,77 Total 83,35 1,67 1,87 2,76 Jenis Penggunaan Lahan Luas Wilayah (Km 2 ) Luas Wilayah dalam Zona Kebisingan (Km 2 ) Zona I Zona II Zona III Kawasan Lindung (Hutan Lindung) 52, Semak Belukar 12,09 0, , ,38885 Kebun 2,15 0, , ,22439 Perumahan 4,58 0, , ,37616 Hutan 1,56 0, , Sawah 3,48 0, ,60485 Lahan Kosong 3,73 0, , ,38372 Kawasan Pendidikan 0,03 0, , Perdagangan & Jasa 0,05-0, Sarana Peribadatan 0,03 0, , ,00019 Kawasan Industri 0,01 0, , Peternakan 0,26 0, , ,00191 Tegalan 0, ,00289 Perkantoran 0,11 0, , Pertambangan 0,01-0, ,00418 Sarana Transportasi 1,71 0, , ,02029 Lain-lain 0,82 0, , ,03260 Total 83,35 1, , ,04003
14 Pembagian Zona Kesesuaian Guna Lahan Zona G. Zona ini termasuk dalam kelas lahan potensial bersyarat dan lahan limitasi/kendala, kawasan permukaan kerucut, namun tidak Zona termasuk H. Zona dalam ini termasuk zona kebisingan. dalam kelas Luasan lahan limitasi, zona sebagian ini adalah besar 8,4088 termasuk Km2. kawasan permukaan horizontal luar, dan Zona B. Zona ini termasuk dalam kelas Zona F. Zona ini termasuk dalam tidak termasuk dalam zona kebisingan. lahan potensial, kawasan Bandar Udara kelas lahan potensial bersyarat, Luasan zona ini adalah 49,4959 Km 2.. Mutiara, kawasan permukaan transisi, kawasan permukaan horizontal Zona C. Zona ini termasuk dalam kawasan permukaan horizontal dalam, dalam, namun tidak termasuk kelas lahan potensial, kawasan dan zona kebisingan tingkat III. Luasan dalam zona kebisingan. Luasan permukaan Zona E. transisi, Zona ini kawasan termasuk dalam zona ini adalah 3,0558 Km2. zona ini adalah 7,2816 Km 2. permukaan kelas horizontal lahan potensial, dalam, dan kawasan zona kebisingan permukaan tingkat horizontal II. Luasan dalam, zona namun ini adalah tidak 2,2316 termasuk Km2. dalam zona kebisingan. Luasan zona ini adalah Zona D. Zona 8,9607 ini Km termasuk 2.. dalam kelas lahan potensial, kawasan permukaan horizontal dalam, dan Zona zona kebisingan A. Zona ini tingkat termasuk I. Luasan dalam kawasan zona ini permukaan adalah 2,1998 kemungkinan Km 2. bahaya kecelakaan. Luasan zona ini adalah 1,7202 Km 2.
15 Arahan Guna Lahan Jenis Penggunaan Luas Wilayah Arahan Luas Wilayah Zona Lahan Eksisting (Km 2 ) Tahun 2025 (Km 2 ) Semak Belukar Luas Wilayah 2,5378 Arahan Luas Wilayah 1,6110 Zona Jenis Kebun Penggunaan Lahan Eksisting (Km 2 0,6697 ) Tahun 2025 (Km 2 ) 0,6697 Luas Wilayah Arahan Luas Wilayah Semak Perumahan Belukar 0,5047 2,3269 0,5047 4,4842 Zona Jenis Penggunaan Lahan Eksisting (Km 2 ) Tahun 2025 (Km 2 ) Kebun Hutan 0,2287 0,2018 0,3749 0,2018 Kawasan Lindung (Hutan Lindung) 3,3527 3,3527 Perumahan Sawah 0,2467 1,4245-1,3813 Luas Wilayah Semak Belukar Arahan Luas Wilayah 3,8312 3,8062 Sawah Lahan Kosong Zona 0,5522 1,3005 Jenis Penggunaan 0,5522 Lahan - Eksisting (Km Kebun 2 ) Tahun 2025 (Km 2 ) 0,1867 0,1867 Lahan Sarana Kosong Pendidikan 0,4208 Semak 0,0135 0,3708 0,0135 Belukar Permukiman 0,2481 0,2481 0,0004 0,0004 E Sarana Perdagangan Pendidikan & Jasa 0,0014 Kebun 0,0309-0,0309 Hutan 0,2033 0,2033 0,5121 0,5121 Perdagangan & Jasa 0, G B Sarana Peribadatan Perumahan 0,0134 0,0148 Sawah 0,6483 0,6483 0,1489 0,1489 Sarana Kawasan Peribadatan Industri 0,0001 Hutan 0,0016-0,0016 Lahan 0,0006 Kosong 0,0006 0,2917 0,2917 Peternakan Peternakan 0,0165 Sawah 0,0113 0,0165 0,0113 Peternakan 0,5327 0,5327 0,0484 0,0434 Tegalan Perkantoran 0,0027 Lahan 0,0886 Kosong 0,0027 0,0886 Sarana 0,4918 Transportasi 0,4918-0,0300 Perkantoran 0, Sarana Kesehatan Luas Wilayah Arahan Luas Wilayah Sarana Kesehatan 0,0005 Zona Sarana 0,0028 Jenis Pendidikan 0,0471 Penggunaan Lahan Lain-lain 0,0032 0,0032 0,0067 0,0067 C Perdagangan & Jasa - Sarana Transportasi 0,2755 0,3430 Eksisting 0,0024 (Km 2 ) Total Tahun 0, (Km 2 ) 8,4088 8,4088 Sarana Transportasi 1,0255 Sarana Semak Peribadatan Belukar 1,1792 0,00130,0535 0,0013 0,0535 Luas Wilayah Arahan Luas Wilayah Lain-lain 0,0618 0,0618 Zona Jenis Penggunaan Lahan Luas Wilayah Arahan Luas Wilayah Lain-lain 0,0548 Kawasan Kebun Industri 0,0548 Zona Jenis 0,00160,2671 Penggunaan Lahan Eksisting 0,0016 0,2671 (Km 2 ) Tahun 2025 (Km 2 ) Total 8,9607 8,9607 Eksisting (Km 2 ) Tahun 2025 (Km 2 ) Total 3,0558 Peternakan Perumahan 3,0558 Semak 0,00730,5406 Belukar 0,0073-0,4629 0,4629 Semak Belukar 4,1572 4,0852 Perkantoran Hutan Kebun 0,00700,0012 0,0070 0,0012 0,1994 0,1994 Kebun 0,1712 0,1712 Pertambangan Sawah Perumahan 0,00140,6363 0,0014 1,1805 0,4867 0,4867 Perumahan 0,1448 0,1448 Sarana Lahan Transportasi Kosong Hutan 0,05870,1726 0,0587 0,1726 0,0002 0,0002 Hutan 0,8446 0,8446 Lain-lain Sarana Pendidikan Sawah 0,02380,0025 0,0238-0,5279 0,5279 Sawah 0,0936 0,0936 Perdagangan Total & Jasa Lahan 2,23160,0024 Kosong 2,2316 0,0024 0,4355 0,4355 Lahan Kosong 0,9135 0,5135 A Sarana Peribadatan D Sarana 0,0003 Pendidikan - 0,0004 0,0004 F Sarana Pendidikan 0,0036 0,0036 Kawasan Industri Luas Wilayah Perdagangan 0,0023 Arahan & Jasa Luas Wilayah 0,0023 0,0003 0,0003 Zona Jenis Penggunaan Lahan Sarana Peribadatan 0,0004 0,0004 Peternakan Eksisting (Km Sarana 0, ) Peribadatan Tahun 2025 (Km 2 ) 0,0005 0,0004 0,0004 Peternakan 0,6294 1,0294 Kawasan Lindung Tegalan (Hutan Lindung) 49,2169 Peternakan 0, ,0609 0,0002 0,0186 0,0186 Tegalan 0,1262 0,1262 H Semak Belukar Perkantoran Perkantoran 0,2790 0,0002 0,2790-0,0001 0,0001 Perkantoran 0,0154 0,0154 Sarana Transportasi Pertambangan Sarana 0, Transportasi 0,1580 0,0111 0,0584 0,0584 Sarana Transportasi 0,0413 0,1133 Sarana Total Kesehatan 49,4959 Lain-lain 0, ,4954-0,0180 0,0180 Lain-lain 0,1404 0,1404 Sarana Transportasi 0,0276 Total 0,0276 2,1998 2,1998 Total 7,2816 7,2816 Lain-lain 0,0012 0,0012 Total 1,7202 1,7202
16 Kesimpulan 1. Terdapat perkembangan lahan terbangun dari tahun 1998 hingga tahun 2008, terutama untuk lahan perumahan. Dimana dalam interval tahun tersebut terdapat kenaikan luasan perumahan sebesar 2,85 Km2. 2. Berdasarkan hasil identifikasi karakteristik wilayah studi, dapat disimpulkan bahwa 21,75% dari total wilayah studi merupakan lahan potensial, 22,49% merupakan lahan potensial bersyarat, dan 55,76% sisanya merupakan lahan kendala/limitasi. Kemampuan lahan ini berpengaruh terhadap penentuan lokasi pengembangan lahan terbangun di wilayah studi. 3. Adanya penyimpangan penggunaan lahan pada kawasan kebisingan di sekitar Bandar Udara Mutiara berupa pengunaan lahan untuk perumahan seluas 0,38 Km2 pada zona kebisingan III. Dimana zona kebisingan III seharusnya tidak diperkenankan terdapat bangunan apapun kecuali untuk kepentingan operasional bandar udara. Selain itu terdapat sarana/fasilitas pendidikan di zona kebisingan II serta terdapat pembangunan baru Rumah Sakit Bersalin Numeray di Jalan Maleo Kelurahan Lasoani pada Tahun 2006 di zona kebisingan II 4. Penggunaan lahan terbangun pada zona A dan B dapat dikurangi sementara untuk pengembangan lahan terbangun diarahkan pada zona E.
17 TERIMA KASIH WASSALAM.
18
GUNA LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANDAR UDARA MUTIARA KOTA PALU
GUNA LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANDAR UDARA MUTIARA KOTA PALU Rahmat Aris Pratomo, Eddi Basuki Kurniawan, Gunawan Prayitno Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145, Indonesia Telp. 62-341-567886; Fax. 62-341-551430;
Lebih terperinciIPB International Convention Center, Bogor, September 2011
IPB International Convention Center, Bogor, 12 13 September 2011 Kerangka Latar Belakang Masalah PERTUMBUHAN EKONOMI PERKEMBANGAN KOTA PENINGKATAN KEBUTUHAN LAHAN KOTA LUAS LAHAN KOTA TERBATAS PERTUMBUHAN
Lebih terperinciKAJIAN PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA GORONTALO. Lydia Surijani Tatura Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo
KAJIAN PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA GORONTALO Lydia Surijani Tatura Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Terbentuknya Provinsi Gorontalo pada tahun 2000
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia dan juga merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Kota dengan julukan Kota Lumpia ini merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengadakan transportasi udara adalah tersedianya Bandar Udara (Airport)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi udara sangat efektif digunakan untuk membawa penumpang dengan jarak yang jauh dan dapat mempercepat waktu tempuh dibandingkan transportasi darat dan laut.
Lebih terperinciIV KONDISI UMUM TAPAK
IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992
LAMPIRAN III UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Pasal 1 (1.1) Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Angkasa Pura Persero. PT ; Turning Area, Taxiway dan Apron Bandara BIM,
DAFTAR PUSTAKA Angkasa Pura Persero. PT ; Turning Area, Taxiway dan Apron Bandara BIM, Informasi Bandara Internasional Minangkabau. Basuki, Heru. 1986. Merancang Dan Merencanakan Lapangan Terbang Cetakan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II Bandar Udara Radin Inten II adalah bandara berkelas umum yang penerbangannya hanya domestik. Bandara ini terletak di kecamatan Natar,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Sebaran Penggunaan/Penutupan Lahan dan Perubahan Luasannya di Kota Bogor Kota Bogor memiliki luas kurang lebih 11.267 Ha dan memiliki enam kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang transportasi sangat membantu manusia dalam menghemat waktu perjalanan yang tadinya berlangsung sangat lama menjadi lebih cepat. Teknologi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1986 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH SERTA RUANG UDARA DI SEKITAR BANDAR UDARA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1986 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH SERTA RUANG UDARA DI SEKITAR BANDAR UDARA Menimbang : Presiden Republik Indonesia, a. bahwa bandar udara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan salah satu kota di Jawa Tengah dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang memiliki prospek untuk berkembang dari
Lebih terperinciPETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi
Lebih terperinciPA U PESAW PESA AT A T TER
PERENCANAAN PANJANG LANDAS PACU PESAWAT TERBANG Didalam merencanakan panjang landas pacu, dipakai suatu standar yang disebut Aeroplane Reference Field Length (ARFL) Menurut ICAO (International Civil Aviation
Lebih terperinciBAB II KONDISI UMUM LOKASI
6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 61 TAHUN 2006 TENTANG PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN PENGENDALIAN KETAT SKALA REGIONAL DI PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota Padang, yang menempati lahan seluas ± 427 hektare merupakan pintu gerbang utama Provinsi Sumatera
Lebih terperinciBAB 5 RTRW KABUPATEN
BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan
Lebih terperinciAnalisis Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan Bandar Udara Bokondini Papua Indonesia
Reka Racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 Analisis Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan Bandar Udara Bokondini Papua Indonesia FAJAR DERMAWAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Lampung yang selalu bertambah pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan otonomi daerah, serta pertambahan
Lebih terperinciJurnal Teknik WAKTU Volume 14 Nomor 01 Januari 2016 ISSN :
POLA PENGGUNAAN TANAH KAWASAN PENDEKATAN DAN LEPAS LANDAS BANDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA Rizky Putra Mayhendra 1) dan Linda Dwi Rohmadiani 2) 1) dan 2) Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan
Lebih terperinciKINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D
KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D 306 007 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandara Adisucipto adalah bandar udara yang terletak di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Semula Bandara Adisucipto
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan
Lebih terperinciADITYA PERDANA Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang sering terjadi di suatu negara yang tingkat pembangunannya tidak merata. Fenomena urbanisasi menyebabkan timbulnya pemukimanpemukiman
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciSelain digunakan untuk operasional penerbangan
BAB III BANDAR UDARA ADISUCIPTO 3.1. KONDISI BANDAR UDARA 3.1.1. Lokasi Bandar Udara Bandar udara Adisucipto terletak sekitar 8 km arah timur kota Yogyakarta dengan koordinat geografis 07 47'S - 110 26'
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA 3.1. TINJAUAN UMUM 3.1.1. Kondisi Administrasi Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya sehingga batas
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi
KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. besar yaitu 76% dari total kebutuhan air. Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah, terletak antara 2 lintang utara -
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sampai saat ini kebutuhan air pertanian (untuk keperluan
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. persegi dan wilayah laut 189,480 kilometer persegi, terletak di bagian barat
34 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sulawesi Tengah adalah sebuah provinsi di bagian tengah Pulau Sulawesi. Provinsi terbesar di pulau Sulawesi ini memiliki luas daratan 68,033 kilometer persegi dan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107
Lebih terperinciBAB IV. Kajian Analisis
97 BAB IV KAJIAN BAB IV ANALISIS Kajian Analisis 4.1 Analisis Karakteristik Kawasan Pesisir 4.1.1 Karakteristik Kebijakan Kawasan Pesisir 4.1.1.1 Keterkaitan Kebijakan Pemanfaatan Ruang/Peraturan Zonasi,
Lebih terperinciARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani
ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD Oleh : Linda Dwi Rohmadiani Abstrak Proporsi Ruang Terbuka Hijau sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan 4.1.1. Analisis Penggunaan Lahan Tahun 2010 Pola penggunaan lahan Kecamatan Tembalang tahun 2010 menunjukkan bahwa penggunaan lahan sebagai
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten
Lebih terperinciKAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Marthen A. Tumigolung 1, Cynthia E.V. Wuisang, ST, M.Urb.Mgt, Ph.D 2, & Amanda Sembel,
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinciKELURAHAN SELINDUNG BARU
Tabel II.21 Ruang Terbuka Hijau Kelurahan Selindung Baru N0. JENIS RTH LOKASI LUAS (M 2 ) 1. Pekarangan SMP 7 RT.01 10.000,0 2. Pekarangan Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan RT.01 4.771,0 3. Kuburan
Lebih terperinciIV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN
92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya tuntutan manusia terhadap sarana transportasi. Untuk menunjang kelancaran pergerakan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau yang berada pada posisi geografis 101 o 14-101 o 34 Bujur Timur dan 0 o 25-0 o 45 Lintang Utara.
Lebih terperinciKAJIAN RUANG DAN RESPON MASYARAKAT TERHADAP AKTIFITAS PENERBANGAN DI KAWASAN SEKITAR LANDASAN PACU BANDARA HUSEIN SASTRANEGARA
66 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 15, Nomor 2, Oktober 2015, halaman 66 72. KAJIAN RUANG DAN RESPON MASYARAKAT TERHADAP AKTIFITAS PENERBANGAN DI KAWASAN SEKITAR LANDASAN PACU BANDARA HUSEIN SASTRANEGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Total Penumpang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta terletak 7 Km di sebelah timur kota Yogyakarta dan masuk di wilayah Kabupaten Sleman. Bandar Udara (Bandara) Adisutjipto Yogyakarta
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Luas Hutan Kota di Kotamadya Jakarta Selatan Berdasarkan Peraturan Penentuan luas hutan kota mengacu kepada dua peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu menurut PP No 62 Tahun
Lebih terperinciBAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA
57 BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA 5.1. TINJAUAN UMUM Pada bab sebelumnya telah dibahas evaluasi dan analisis kondisi eksisting Bandara Babullah sesuai dengan tipe pesawat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia yang melayani jasa transportasi udara. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI
-157- LAMPIRAN XXII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2012-2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI A. KAWASAN
Lebih terperinciPEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR
PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR Oleh : RIAS ASRIATI ASIF L2D 005 394 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB 3 TINJAUAN WILAYAH
P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu
Lebih terperinciBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI
Lebih terperinciGEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari
Lebih terperinciBAB VI INTEGRASI ANALISA CRUISE, LANDING, DAN TAKEOFF
BAB VI INTEGRASI ANALISA CRUISE, LANDING, DAN TAKEOFF 6.1. Hasil Analisis Fasa Terbang Setelah tiap tahap analisis selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah melakukan penggabungan hasil-hasil tersebut
Lebih terperinciKATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN
KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan
118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Ternate merupakan salah satu kota di Propinsi Maluku Utara yang memiliki prospek untuk berkembang lebih besar dibanding kota-kota lain di Propinsi Maluku Utara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Airport) berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang atau barang dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar udara (Airport) merupakan salah satu infrastruktur penting yang diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bandar udara (Airport) berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI LOKASI STUDI
6 BAB II DESKRIPSI LOKASI STUDI 2.1. LATAR BELAKANG Pembangunan adalah suatu proses merubah sesuatu keadaan dari kondisi tertentu menjadi ke suatu kondisi yang terencana dan lebih baik dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciGambar 13. Citra ALOS AVNIR
32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Citra ALOS AVNIR Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR tahun 2006 seperti yang tampak pada Gambar 13. Adapun kombinasi band yang digunakan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN LOKASI
BAB IV GAMBARAN LOKASI 4.1 Tinjauan Umum Kota Banjar Baru A. Lokasi Kota Banjarbaru sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 memiliki wilayah seluas ±371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas wilayah Provinsi
Lebih terperinciBUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS - DINAS DAERAH KABUPATEN SIGI
BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS - DINAS DAERAH KABUPATEN SIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN CIREBON TAHUN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2011-2031 A. PENJELASAN UMUM Guna mendukung terwujudnya penataan ruang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU RIAU
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU RIAU Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar
Lebih terperinci2). Persyaratan Batas Ketinggian Di Sekitar NDB. Antenna. ?cr A Tanah P* 70 M 100 M. 3). Persyaratan Bangunan Dan Benda Tumbuh
2). Persyaratan Batas Ketinggian Di Sekitar NDB 40 M Tiang Tiang Permukaan *. Kerucut i 1?cr--- Pagar 11 A Tanah P* 70 M 100 M 3). Persyaratan Bangunan Dan Benda Tumbuh - Didalam batas tanah 100 m x 100
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso
KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Per Kecamatan Kota yang terdiri dari enam kecamatan memiliki proporsi jumlah penduduk yang tidak sama karena luas masing-masing kecamatan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA I. UMUM Kegiatan penerbangan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang besar. Dengan demikian masyarakat membutuhkan sarana dan prasarana transportasi guna mendukung mobilitas
Lebih terperinciANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG
ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG Oleh : Muhammad 3615100007 Friska Hadi N. 3615100010 Muhammad Luthfi H. 3615100024 Dini Rizki Rokhmawati 3615100026 Klara Hay 3615100704 Jurusan Perencanaan
Lebih terperinciseperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks Bandar Udara Djalaludin Gorontalo merupakan satu-satunya bandara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telah membawa kemajuan pada bidang transportasi seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks membutuhkan sarana
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.757, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bandar Udara. Penetapan Lokasi. Prosedur. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA DAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bandar Udara Bandar udara adalah area yang dipergunakan untuk kegiatan take-off dan landing pesawat udara dengan bangunan tempat penumpang menunggu (Horonjeff R, 1975). Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana telah disepakati oleh para pakar mengenai wilayah perkotaan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana telah disepakati oleh para pakar mengenai wilayah perkotaan, bahwa penduduk perkotaan dari waktu ke waktu cenderung meningkat jumlah dan proporsinya. Hal
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dari 33 provinsi yang
Lebih terperinci2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang letaknya sangat strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda transportasi udara saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir. Batas-batas geografis Kota Sorong adalah: 1. sebelah barat : Selat Dampir,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sorong adalah salah satu dari 11 Daerah Tingkat II di Provinsi Papua Barat. Kota Sorong terletak di Semenanjung Kepala Burung pulau Papua. Secara geografis kota
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini mencakup penggunaan lahan, faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan, dan dampak perubahan penggunaan lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan telah mengalami transformasi lingkungan fisik lahan. Transformasi lingkungan fisik lahan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah
Lebih terperinciKONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Luas dan Letak Wilayah Kota Sintang memiliki luas 4.587 Ha yang terdiri dari 3 Bagian Wilayah Kota (BWK) sesuai dengan pembagian aliran Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Pertama,
Lebih terperinciMATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK
HANDOUT PERKULIAHAN MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU PROF. Dr. H. MAMAN HILMAN, MPd, MT. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemukiman sering menjadi masalah bagi setiap individu karena individu membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan pemberi ketentraman hidup.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, kemajuan teknologi di bidang transportasi turut serta berkembang dengan cepat, mulai dari transportasi darat, laut, hingga udara.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Runway digunakan untuk kegiatan mendarat dan tinggal landas pesawat terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum take off weight terbesar
Lebih terperinci5. SIMPULAN DAN SARAN
5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Citra ALOS PALSAR dapat digunakan untuk membangun model pendugaan biomassa di ekosistem transisi yang telah mengalami transformasi dari hutan sekunder menjadi sistem pertanian
Lebih terperinciPERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN
PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN 1. Tujuan Perencanaan Sistem Bandara (Airport System), adalah : a. Untuk memenuhi kebutuhan penerbangan masa kini dan mendatang dalam mengembangkan pola pertumbuhan wilayah
Lebih terperinciDAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG
DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG Yulianti Samsidar 1), Indarti Komala Dewi 2), Bayu Wirawan 3) 1) Mahasiswa Program Studi PWK Fakultas
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii LEMBAR KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surakarta atau Solo merupakan kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini mengalami perkembangan yang sangat pesat mulai dari aspek ekonomi, pembangunan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Cepu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Blora yang memiliki prospek perkembangan menjadi pusat pengelolaan minyak dan gas Blok Cepu. Untuk mendukung hal itu diperlukan
Lebih terperinci