Bab 3 Profil Sanitasi Wilayah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 3 Profil Sanitasi Wilayah"

Transkripsi

1 Bab 3 Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Wilayah Kajian Sanitasi Dalam penyusunan buku putih Sanitasi dan SSK Kabupaten Bengkayang tahun ini, telah disepakati bersama Pokja PPSP dan Stake Holder terkait pada acara Lokalatih dan penyamaan persepsi program PPSP pada Tanggal 8 Mei tentang wilayah kajian. Dalam kegiatan lokalatih I tersebut telah disepakati bersama untuk wilayah kajian adalah sebelas kecamatan dari Tujuh Belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkayang yakni, Sungai Raya, Capkala, Monterado, Samalantan, Teriak, Bengkayang, Lumar, Ledo, Sanggau Ledo, Seluas dan Jagoi Babang. Lihat di Gambar 1.1. Buku Putih sanitasi Kabupaten Bengkayang ini merupakan gambaran yang menjelaskan tentang kondisi sanitasi atau profil sanitasi di Kabupaten Bengkayang yang akan menjadi menjadi salah satu alat yang penting dalam rangka promosi kesehatan dan penyusunan strategi sanitasi kabupaten (SSK). Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang ini berisi tentang pendalaman kondisi sanitasi wilayah yakni tentang pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, pengelolaan drainase lingkungan dan pengelolaan komponen terkait lainnya seperti pengelolaan air bersih, pengelolaan air limbah domestik, industri dan limbah medis. P embangunan bidang sanitasi di banyak daerah masih belum mendapatkan perhatian yang besar dan serius. Hal ini dikarenakan para pemangku kepentingan belum begitu memprioritaskan sektor ini. Kalau pun sudah mendapat perhatian seperti yang dilakukan di beberapa kota, maka penanganannya belum terintegrasi dengan baik. Sehingga masih tingginya penyakit yang diakibatkan oleh sanitasi yang buruk, dan rendahnya kualitas lingkungan hidup di masyarakat pemukiman. Pembangunan sanitasi merupakan kerja besar bersama yang tidak bisa diselesaikan dengan mudah dan dalam waktu singkat. Pembangunan sanitasi memerlukan data yang akurat untuk mengetahui permasalahan yang sesungguhnya guna merumuskan strategi penanganan yang tepat. Penangangan drainase lingkungan, air bersih, sampah lingkungan perumahan, pembuangan limbah cair dan padat dari rumah-rumah tangga, dan promosi perilaku hidup bersih dan sehat merupakan upaya yang harus dilaksanakan dan diusahakan oleh banyak pihak. Hal ini menyangkut perilaku hidup masyarakat, sarana dan prasarana yang harus disiapkan pemerintah, swasta dan juga mayarakat, dana yang harus dianggarkan, peraturan yang harus dibuat dan bahkan kemungkinan kelembagaan yang harus dibentuk dan dijalankan. Dari segi keuangan, belanja sanitasi daerah Kabupaten Bengkayang dapat digambarkan sebagaimana tabel dibawah ini : POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 1 Bab III

2 Gambar 3.1 Peta Wilayah Kajian Sanitasi POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 2 Bab III

3 Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Bengkayang Tahun 2009 No Uraian Belanja Sanitasi Belanja Sanitasi , , , ,00 Air Limbah 0,00 Domestik Sampah Rumah 0,00 Tangga Drainase 0,00 Lingkungan Rata-Rata Pertumbuhan (%) 84,56% 13,91% 214,76% 118,83% 1.4 PHBS 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00% 2 Dana Alokasi Khusus 0, , , , ,00 24,26% 2.1. DAK Sanitasi 0, ,53% DAK 2.2. Lingkungan 0,00 21,59% Hidup DAK 2.3. Perumahan dan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00% Permukiman 3 Pinjaman / Hibah Untuk Sanitasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00% Belanja APBD Murni Untuk -442,94% - ( ,00) ,00 ( ,00) ( ,00) Sanitasi Total Belanja Langsung Untuk 48,85% , , , ,00 Sanitasi % APBD Murni Terhadap Belanja Langsung 0,00% -8,08% 31,04% -7,27% -8,21% -269,77% Sumber : APBD tahun 2009 diolah Tabel 3.2 Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Retribusi Air Limbah 1.a Realisasi retribusi b Potensi retribusi Retribusi Sampah 2.a Realisasi retribusi b Potensi retribusi Retribusi Drainase 3.a Realisasi retribusi b Potensi retribusi Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) Proporsi Total Realisasi Potensi Retribusi Sanitasi (4/5) Sumber : DPPKAD Kabupaten Bengkayang (Tidak ada Data) Pertumbuh an (%) POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 1 Bab III

4 Secara umum kondisi sanitasi Kabupaten Bengkayang saat ini belum memberikan kepuasan yang memadai bagi banyak pihak. Sebagai salah satu indikator misalnya Kantor air, yang berfungsi sebagai penerima drainase permukaan dan limbah cair rumah tangga, pada beberapa kawasan kualitasnya cenderung menurun dari tahun ke tahun, dan sampai saat ini belum terlihat adanya upaya signifikan yang dapat memberikan keyakinan kepada kita semua bahwa kualitasnya sudah mengarah ke arah yang lebih baik. Kita ketahui bersama pula bahwa telah dilakukan upaya dan kegiatan-kegiatan pembangunan di bidang sanitasi di Kabupaten Bengkayang guna meningkatkan kualitas lingkungan, baik berupa kegiatan fisik maupun berupa upaya meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Perlu disadari bahwa derajat kesehatan masyarakat yang optimal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, fisik, sosial, ekonomi dan budaya hidup masyarakat. Dikarenakan empat faktor tersebut selalu dinamis, maka derajat kesehatan masyarakat harus diupayakan secara terus-menerus, salah satunya melalui program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Kondisi pengelolaan sanitasi yang telah dilaksanakan di Kabupaten Bengkayang dapat dilihat pada uraian kegiatan Promosi higiene dan sanitasi yang berawal dari tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Terkait Sanitasi Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Banyak masalah kesehatan yang ada di negeri kita Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh KLB Diare dimana penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat seperti kesadaran akan buang air besar yang belum benar (tidak di jamban), cuci tangan pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak sehat, dan lain-lain. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 2 Bab III

5 3.2.1 Tatanan Rumah Tangga Rumah merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia disamping sandang dan pangan, rumah dikatakan sehat apabila rumah tersebut memenuhi empat kriteria dasar sanitasi yang baik, yaitu memiliki jamban yang sehat, akses air bersih, sampah dan sarana pembuangan air limbah. Untuk mengetahui kondisi PHBS tatanan rumah tangga di Kabupaten Bengkayang dalam menciptakan lingkungan yang sehat mengacu kepada 5 (lima) pilar STBM, yaitu : 1. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) 2. Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 3. Pengolahan Air Minum 4. Pengelolaan Sampah 5. Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL) Kondisi Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga di Kabupaten Bengkayang, dapat dilihat dari ketersediaan jamban yang sehat, saluran air limbah dan drainase lingkungan yang lancar, adanya akses air bersih dan tersedia setiap saat, dan ketersediaan prasarana dan sarana persampahan. Adapun PHBS di tatanan rumah tangga di Kabupaten Bengkayang adalah sebagai berikut: 1. Mencuci Tangan Pakai Sabun Bagian ini akan membahas prilaku hygiene/sehat yaitu dikaitkan dengan kebiasaan pemakaian sabun. Hal ini penting dikaji karena sabun adalah salah satu desinfektan yang dapat mencegah masuk dan berkembangnya kuman pathogen kedalam tubuh. Studi EHRA menanyakan kepada responden tentang pemakaian sabun hari ini atau kemarin. Kemudian juga penggunaan sabun untuk keperluan apa saja. Tempat cuci tangan dan waktu mencuci tangan bagi anggota keluarga juga menjadi perhatian disini. Berikut hasil studi selengkapnya. Ada 5 (lima) waktu penting mencuci tangan memakai sabun, yaitu setelah buang air besar/menceboki anak, sebelum makan, sebelum menyiapkan masakan, setelah memegang sesuatu/memegang hewan, dan sebelum menyuapi anak. Berdasarkan hasil studi, responden yang melakukan cuci tangan pakai sabun di Lima waktu penting hanya sebesar 8,4% dan yang tidak melakukan cuci tangan pakai sabun sebesar 91,6%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun masih sangat kurang sehingga perilaku masih sangat berisiko terjadinya berbagai penyakit berbasis lingkungan. POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 3 Bab III

6 Gambar Diagram Kebiasaan pakai Sabun di hari ini maupun kemarin Gambar Diagram Waktu Cuci Tangan Pakai Sabun Berdasarkan hasil studi, responden yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan adalah 69,3%, setelah buang air besar 84,5%, setelah makan sebesar 74,8%, setelah memegang hewan sebesar 25,7%, setelah menceboki bayi/anak 67,3%, sebelum sholat sebesar 10%, sebelum menyiapkan POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 4 Bab III

7 masakan 44,1%, sebelum memberi menyuapi anak 51,6%, sebelum ketoilet 40,9% dan lainnya sebesar 0,7%. Hal ini menunjukkan masih ada resiko kesehatan yang tinggi terkait kebiasaan mencuci tangan sebelum menyiapkan masakan, sebelum menyuapi anak dan setelah menceboki anak. Gambar Diagram Tempat Cuci tangan bagi anggota Keluarga Tempat cuci tangan yang ideal adalah di tempat yang terdapat air mengalir dan sabun. Dari diagram 3.37 diatas dapat dilihat bahwa persentase terbesar responden mencuci tangan di sekitar penampungan,kamar mandi, di tempat cuci piring,sumur dan didapur. Keempat tempat tersebut besar kemungkinan terdapat air mengalir dan sabun. Tabel 3.1 Area Berisiko Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Berdasarkan Hasil Studi EHRA Katagori Area Berisiko Klaster Desa/Kelurahan Kurang Berisiko 3 dan 4 Bumi Emas, Sahan dan Jagoi Berisiko Sedang 1 Sungai Duri, Tiga Berkat Dan Lesabella Risiko Tinggi 2 Samalantan, Mandor, Lembang Dan Gerantung Risiko Sangat Tinggi 0 Tubajur Pada tabel diatas, menunjukkan bahwa are berisiko PHBS untuk sangat risiko sangat tinggi berada pada klaster 0 (Desa Tubajur), risiko tinggi berada pada klaster 2 yaitu Desa Samalantan, Mandor, POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 5 Bab III

8 Lembang Dan Gerantung, dan yang berisiko sedang berada pada klaster 1 yaitu Desa Sungai Duri, Tiga Berkat dan Lesabella. Sedangkan area kurang berisiko berada pada klaster 3 dan 4 yaitu Desa Bumi Emas, Sahan dan Jagoi. 2. Stop Buang Air Besar Sembarangan Kebiasaan buang air besar di tempat terbuka/sembarang tempat, harus dirubah menjadi kebiasaan buang kotoran di tempat yang benar dan aman sesuai dengan kaidah kesehatan lingkungan. Seandainya belum mempunyai jamban, dengan buang kotoran di tempat jauh dari sumber air dan ditutup dengan tanah sudah dapat mencegah terjadinya penularan penyakit. STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) adalah suatu pendekatan partisipatif yang mengajak masyarakat untuk mengalisa kondisi sanitasi mereka melalui suatu proses pemicuan, sehingga masyarakat dapat berpikir dan mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang air besar mereka yang masih di tempat terbuka dan sembarang tempat. Pendekatan yang dilakukan dalam STBM menyerang/menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat tentang kondisi lingkungannya. Melalui pendekatan ini kesadaran akan kondisi yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman di timbulkan. Dari pendekatan ini juga ditimbulkan kesadaran bahwa sanitasi (kebisaan BAB disembarang tempat) adalah masalah bersama karena dapat berimplikasi kepada semua masyarakat sehingga pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama. Dengan demikian, masyarakat akan secara sukarela membangun jamban secara swadaya tanpa tergantung sedikit pun dari proyek/pihak lain. Stop buang air besar sembarangan juga harus ditujukan pada anak-anak, baik balita maupun bayi. Hal ini disebabkan karena Penyakit diare sebagian besar menyerang pada kelompok anak-anak termasuk bayi. Dalam tinjanya mengandung bakteri dan virus penyebab penyakit diare. Sering masyarakat beranggapan bahwa tinja bayi dan anak-anak tidak berbahaya, perilaku ini juga harus dirubah. Oleh karena itu kebiasaan membuang tinja bayi dan balita di tempat terbuka harus dirubah menjadi kebiasaan membuang tinja di jamban. Untuk tatanan rumah tangga mengenai perilaku masyarakat buang air besar didapat berdasarkan Data Studi EHRA Secara umum digambarkan rumah tangga responden yang memiliki kepemilikan jamban keluarga di Kabupaten Bengkayang sebesar 38,4 % dan yang tidak memiliki Jamban keluarga sebesar 61,6 %. POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 6 Bab III

9 Gambar 3.4. Diagram Kepemilikan Jamban Keluarga Persentase Kepemilikan Jamban Keluarga Kabupaten Bengkayang Tahun ,6 38,4 Ya Memiliki Tidak Memilik Perlu diketahui bahwa kabupaten Bengkayang telah mencanangkan Stop Buang air besar sembarangan sampai tahun 2015 sebesar 17 Desa dan tahun 2014 belum ada tercapai Desa Stop Buang Air Besar (BABS) sembarangan berhubung kurangnya anggaran yang mendukung kegiatan. Gambar 3.5. Diagram Tempat Buang Air Besar 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0,0 Persentase tempat Buang Air Besar Kabupaten Bengkayang 38,4 Tahun , ,7 2,3 2,7 2 2,7 POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 7 Bab III

10 Dari data diatas, terlihat bahwa tempat buang air besar lebih banyak di kebun/pekarangan sebesar 95,7%, buang air besar kesungai/pantai/laut sebesar 88 %, MCK/WC umum sebesar 2 %, jamban pribadi 38,4 %, ke lubang galian sebesar 2,7 %. Dengan persentase buang air besar kesungai, ke kebun/pekarangan yang tinggi perlu dilakukan upaya menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya buang air besar di jamban yang sehat sehingga mampu menekan kejadian penyakit yang berbasis lingkungan. Gambar 3.6. Diagram Tempat Penyaluran Akhir Tinja Dari data diatas, bahwa tempat penyaluran Akhir tinja lebih banyak tidak tahu yaitu sebesar 60,7%, pipa sewer sebesar 5%, cubluk/lubang tanah 10%,kesungai/danau/pantai sebesar 3% dan langsung ke drainase 3%. POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 8 Bab III

11 Gambar 3.7. Diagram Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik Dari data diatas dapat diketahui bahwa waktu terakhir pengurasan tangki septik lebih banyak responden mengatakan tidak pernah sebesar 94,5%, tidak tahu sebesar 2,6%, yang menguras 1-5 tahun sebesar 1,6% yang lalu dan yang menguras 0-12 bulan yang lalu sebesar 1,3%. Gambar 3.8. Diagram Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 9 Bab III

12 Dari data diatas, bahwa tangki septik suspek aman sebesar 86,4 % dan tangki septik yang tidak aman sebesar 13,6 %. Dengan situasi tersebut perlu adanya upaya perbaikan sehingga limbah rumah tangga tidak mencemari lingkungan sekitarnya, dan berdampak terhadap kesehatan masyarakat terutama munculnya penyakit berbasis lingkungan. Gambar 3.9 Diagram Tangki Septik Suspek Aman & Tidak Aman Dari data diatas, bahwa tangki septik suspek aman berada di cluster 0 sebesar 100 %, cluster 2 sebesar 99,4%. Tangki septik yang tidak aman berada di cluster 4 sebesar 45 %, cluster 3 sebesar 27,5% dan cluster 1 sebesar 15,8%. Tabel 6 Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA Katagori Area Berisiko Klaster Desa/Kelurahan Kurang Berisiko 0 Tubajur Berisiko Sedang 3 dan 4 Bumi Emas, Sahan dan Jagoi Risiko Tinggi 1 Sungai Duri, Tiga Berkat dan Lesabella Risiko Sangat Tinggi 2 Samalantan, Mandor, Lembang dan Gerantung POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 10 Bab III

13 3. Pengamanan Air Minum dan makanan Bagian ini menyajikan informasi mengenai kondisi akses sumber air untuk minum, masak, mencuci dan gosok gigi. Hal yang dicermati terdiri dari 2 ( dua) hal utama yakni sumber air yang digunakan rumah tangga dan pengolahan, penyimpanan dan pengamanan air yang baik dan higiene. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat risiko kesehatan bagi anggota didalam rumah tangga. Sehubungan dengan sumber air, studi EHRA mempelajari tentang jenis sumber air untuk keperluan minum, mandi, memasak dan gosok gigi. Yang menggunakan air ledeng atau PAM juga ditanyakan tentang penurunan volume air yang dialami dan penurunan kualitasnya. Sementara untuk yang menggunakan air sumur gali/sumur bor/sumur pompa akan ditanyakan jarak sumber air dengan tempat penampungan tinja. Sumber-sumber air ini memiliki tingkat keamanan yang berbeda-beda, misalnya air yang bersumber dari PAM atau ledeng, sumur gali/sumur bor/sumur pompa yang terlindungi dan berada pada jarak yang aman dari pembuangan tinja serta sumber mata air yang terlindungi, dianggap relatif aman. Sementara sumber air yang dianggap beresiko kesehatan antara lain air permukaan (air sungai/kali/danau), air dari sumuber mata air yang tidak terlindungi, dan air sumur yang tidak terlindungi. Suplai dan kualitas air yang memadai memiliki peran yang penting dalam mengurangi risiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan sanitasi buruk, seperti diare. Sejumlah studi mengkonfirmasi bahwa mereka yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki resiko rendah untuk terkena diare karena kuantitas dan kualitas air yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas. Karenanya kelangkaan air dapat menjadi salah satu faktor resiko tidak langsung terjadinya penyakit seperti gejala diare. Lebih jauh studi EHRA juga memperhatikan penyimpanan air, tempat yang digunakan untuk menyimpan, cara mengambil air, pengolahan air sebelum diminum, cara pengolahannya, penyimpanan air setelah diolah, alat penyimpanan air setelah diolah, dan penggunaan air olahan selain untuk diminum. POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 11 Bab III

14 Gambar 3.10 Diagram Sumber air mana yang biasa digunakan untuk minum Presentase Sumber Air Minum Yang biasa digunakan Air sumur gali tdk terl Air botol kemasan 0,2 Air isi ulang 11,6 1,6 3,6 Air Ledeng dari PDAM 10,9 Air hidran umum - PDA 8,9 9,3 11,4 27,7 Air kran umum -PDAM 9,5 Air sumur pompa tang 16,6 Air sumur gali terlindu 100 1,6 0,2 Mata Air Terlindungi Mata Air Tidak Terlind Air Hujan Dari jawaban responden terlihat bahwa sebagian besar responden telah mengkonsumsi Air Dari Sungai air yang memenuhi standar kesehatan untuk diminum yang berasal dari air botol kemasan, Air air Dari ledeng Waduk/Danau PAM, air isi ulang, air hidran umum PAM, air kran umum PAMSIMAS/PAM, air Lainnya sumur gali terlindungi, mata air terlindungi, air sumur pompa tangan yaitu total persentasenya sebesar 90.4%, sementara yang menggunakan air dari sumber yang beresiko kesehatan adalah sebanyak 9,6% yaitu air yang bersumber dari sumur tidak terlindungi, mata air tidak terlindungi dan sumber lainnya. Gambar 3.11 Diagram Sumber air mana yang biasa digunakan untuk masak POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 12 Bab III

15 Untuk memasak, hasil studi menunjukkan bahwa responden menggunakan air dari sumber yang relatif aman adalah sebanyak 92,7% dan sisanya 7,3% menggunakan air dari sumur tidak terlindungi, mata air tidak terlindungi dan sumber lainnya. Gambar 3.12 Diagram Sumber air yang biasa digunakan untuk cuci piring dan gelas POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 13 Bab III

16 Presentase Sumber air yang biasa digunakan untuk cuci piring dan gelas Berdasarkan Hasil Study EHRA Kab. Bengkayang 2014 Air botol kemasan 0,2 0,5 Air isi ulang 1,6 1,1 8,2 Air Ledeng dari PDAM 11,1 11,6 26,6 Air hidran umum - PDAM 9,8 Air kran umum -PDAM/P 11,6 Air sumur pompa tangan 18,4 Air sumur gali terlindung 100 Air sumur gali tdk terlind Mata Air Terlindungi 3 Mata Air Tidak Terlindun 0,2 Dengan kriteria jenis air yang sama dengan diagram sebelumnya, sebanyak Air Hujan 89.8% menggunakan sumber air dari sumber yang relatif aman untuk cuci piring dan gelas Air sisanya Dari Sungai 11,2% menggunakan air dari sumber yang tidak aman yaitu air dari sumur tidak terlindungi, Air mata Dari air Waduk/Danau tidak terlindungi dan sumber lainnya. Gambar 3.13 Diagram Sumber air yang biasa digunakan untuk cuci pakaian POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 14 Bab III

17 Diagram diatas, memperlihatkan bahwa hanya 10,7% responden yang masih menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian 3% menggunakan air dari mata air tidak terlindungi dan 15,2% air dari sumur gali tidak terlindungi. Hal ini mengindikasikan resiko kesehatan yang rendah dan relatif. Gambar 3.14 Diagram Sumber air yang biasa digunakan untuk gosok gigi POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 15 Bab III

18 Untuk keperluan gosok gigi, responden yang menggunakan sumber air yang relatif aman juga sudah sangat baik yaitu mencapai 90,5%. Sedangkan yang menggunakan sumber air yang tidak aman sebesar 9,5%. Gambar 3.15 Diagram Kejadian Lamanya mendapatkan Air untuk Kebutuhan sehari-hari POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 16 Bab III

19 Dari diagram dapat dilihat bahwa responden yang tidak pernah mengalami kesulitan air adalah sebanyak 34,1%. Sementara yang mengatakan beberapa jam sebesar 25,7%, 19,1% menyatakan kesulitan air satu sampai beberapa hari, 1.8% menyatakan mengalami penurunan pasokan satu minggu, lebih dari seminggu 9,1% dan 10,2 % menyatakan tidak tahu. Gambar 3.16 Diagram Jarak sumber air ke tempat penampungan tinja POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 17 Bab III

20 Bagi responden yang menggunakan sumber air jenis sumur gali/pompa tangan/pompa mesin, jarak dengan sumber pencemar seperti tempat penampungan tinja. Jarak kurang dari 10 meter dianggap rawan tercemar. Hasil studi digambarkan pada diagram diatas yaitu 61,0% berjarak kurang dari 10 meter dan 11,5% menjawab lebih dari 10 meter. 27,5 % yang menjawab tidak tahu dari sumber pencemar. Hal ini masih mengindikasikan risiko sanitasi yang tinggi. Gambar 3.17 Diagram Penyimpanan Air Sebelum Digunakan Untuk Minum,Masak,dll POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 18 Bab III

21 Diagram menunjukkan bahwa 51,4% responden tidak menyimpan air sebelum digunakan untuk masak, minum, dll, sementara sisanya yaitu 48,6% menyimpan terlebih dulu tapi langsung digunakan. Gambar 3.18 Diagram Tempat menyimpan air untuk minum Diagram diatas menggambarkan bahwa sebagian besar responden menyimpan air untuk minum ditempat yang tertutup dan aman, yaitu dalam teko/ketel/ceret 44,9%, di dalam panci POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 19 Bab III

22 tertutup 21.5%, 19,2% di gallon air isi ulang,dalam botol/termos sebesar 12,1%. 0,9% saja yang menyimpan air di dalam panci terbuka. Sementara terdapat responden yang menjawab lainnya 0,5%. Gambar 3.19 Diagram Cara mengolah Air sebelum Diminum Lebih jauh, juga dikaji menggenai cara pengolahan air sebelum diminum. Sebagian besar responden yang mengolah air sebelum diminum, menyatakan mereka mengolah air dengan cara direbus yaitu sebanyak 94.4%. Sisanya 0,9% mengolah air dengan menggunakan filter keramik dan 1,4% menjawab lainnya. Tabel 8 Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Katagori Area Berisiko Klaster Desa/Kelurahan Kurang Berisiko 0, 3 dan 4 Tubajur, Bumi Emas, Sahan dan Jagoi Berisiko Sedang 1 dan 2 Sungai Duri, Tiga Berkat, Lesabella, Samalantan, Mandor, Lembang Dan Gerantung Risiko Tinggi - - Risiko Sangat Tinggi - - Dari tabel diatas, risiko sangat tinggi dan resiko tinggi sumber air berdasarkan hasil studi EHRA tidak ada. Sedangkan yang berisiko kurang berada pada klaster 0, 3, dan 4,Area berisiko sedang berada pada klaster 1 dan 2. POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 20 Bab III

23 4. Pengelolaan Sampah Sampah merupakan produk sampingan kegiatan di rumah tangga. Kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa sampah merupakan benda atau barang yang tidak berguna dan harus dibuang. Perkembangan dewasa ini ternyata bergeser, dimana sampah dapat juga dimanfaatkan kembali, melalui pendekatan yang disebut 3R (reduse, reuse dan recycle). Sampah organik seperti daun, bekas makanan dan lain-lain dapat dimanfaatkan kembali untuk bahan pupuk. Sampah an-organik dapat dipilah-pilah, dan kemudian dimanfaatkan sesuai dengan jenis dan kebutuhan. Sampah bila tidak dikelola dengan benar akan dapat merupakan perindukan vektor penyakit, yaitu Seranga dan binatang mengerat yang befungsi sebagai host penyakit menular. Gambar 3.20 Diagram Pengelolaan Sampah Berdasarkan Cluster Sumber : Data Primer POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 21 Bab III

24 Pada Diagram diatas menunjukkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga lebih banyak dibakar oleh masyarakat sebesar 84 % dan yang terendah adalah dikumpulkan kolektor informal, lainlain sebesar 0,22 %. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih belum mengetahui tentang Undang-Undang Nomor 18/2008 tentang larangan membuang yang tidak pada tempatnya atau di bakar. Untuk itu diharapkan adanya kampanye perbaikan perilaku membuang / mengelola sampah. Gambar 3.21 Diagram Pengelolaan Sampah Setempat Proporsi Pengelolaan Sampah Setempat Pada Studi EHRA Tahun 2014 Sumber : Data Primer Pengelolaan sampah merupakan perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang dalam kaitannya dengan lingkungan yang ditimbulkannya. Karena itu pengelolaan atau penanganan sampah dapat berbentuk semata-mata membuang sampah atau mengembalikan (Recycling) sampah menjadi bahan-bahan yang bermanfaat. Tahap pertama pengelolaan sampah adalah mengumpulkkan sampah dari berbagai tempat ke suatu lokasi pengumpulan, sesudah itu diadakan pemisahan komponen sampah menurut jenisnya (Hadiwiyoto, 1990). Dari data diatas menunjukkan bahwa pengolahan sampat setempat lebih banyak masyarakat tidak mengolah sampah daripada yang melakukan pengolahan, yang mengolah sampah sebesar 3,6% dan yang tidak mengolah sampah sebesar 96,3%. POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 22 Bab III

25 Gambar 3.22 Diagram Pemilahan Sampah Rumah Tangga 33,3 Ya Memilah Sampah 66,7 Tidak melakukan pemilahan sampah Sumber : Data Primer Diagram diatas menunjukkan bahwa Pemilahan sampah lebih banyak tidak dilakukan oleh responden dari pada yang melakukan pemilahan sampah. Responden yang melakukan pemilahan sampah sebesar 33,3 % dan yang tidak melakukan pemilahan sebesar 66,7%. 120 Gambar 3.23 Diagram Pengolahan Sampah Setempat Perklaster ,7 91, , Tidak Diolah Diolah ,3 8, ,5 Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 23 Bab III

26 Pada Diagram diatas menunjukkan bahwa pengolahan sampah setempat perklaster, lebih banyak tidak diolah daripada diolah. Sampah yang tidak diolah lebih banyak terdapat pada klaster 0 dan klaster 4. Tabel 5 Area berisiko persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA Katagori Area Klaster Desa/Kelurahan Berisiko Kurang Berisiko 2, 3 dan 4 Samalantan, Mandor,Lembang, Gerantung, Bumi Emas dan Jagoi Berisiko Sedang - - Risiko Tinggi 0 Tubajur Risiko Sangat 1 Sungai Duri, Tiga Berkat, Lesabella Tinggi 5. Sistem Pengelolaan Air Limbah Dengan banyaknya air yang tersedia di masyarakat, akibat suksesnya program penyediaan air bersih dan air minum bagi masyarakat akan menyebabkan jumlah limbah cair yang harus dibuang juga meningkat. Limbah cair yang dibuang tidak dengan benar akan menyebabkan turunnya keindahan dan kebersihan lingkungan dan juga sebagai tempat perindukan faktor penyakit menular. Dari data yang ada menggambarkan bahwa: Berdasarkan karakteristiknya terdapat 2 (dua) jenis air limbah domestik, yaitu jenis black water yang berasal dari WC dan umumnya ditampung dalam septic-tank, sedangkan yang satunya adalah jenis grey water yang berasal dari kegiatan mencuci, mandi dan memasak, yang umumnya langsung dibuang ke saluran drainase maupun perairan umum. Walaupun air limbah jenis grey water sebagian besar merupakan bahan organik yang mudah terurai, namun secara kuantitas cenderung semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Dari berbagai literatur menyebutkan bahwa antara 60 % - 70 % air yang digunakan oleh masyarakat kota, akan terbuang sebagai air limbah, sedangkan air limbah tersebut akan masuk ke badan sungai tanpa ada upaya pengolahan terlebih dahulu. Berikut kondisi pengelolaan air limbah domestik berdasarkan hasil studi EHRA. POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 24 Bab III

27 Gambar 3.24 Diagram Kepemilikan Jamban Keluarga Presentasi Kepemilikan Jamban Keluarga Kabupaten Bengkayang Tahun ,6 38,4 Ya Memiliki Tidak Memiliki Dari data diatas, terlihat bahwa kepemilikan jamban keluarga di Kabupaten Bengkayang sebesar 38,4 % dan yang tidak memiliki Jamban keluarga sebesar 61,6 %. Perlu diketahui bahwa kabupaten Bengkayang telah mencanangkan Stop Buang air besar sembarangan sampai tahun 2015 sebesar 17 Desa dan tahun 2014 belum ada tercapai Desa Stop Buang Air Besar (BABS) sembarangan berhubung kurangnya anggaran yang mendukung kegiatan. Gambar 3.25 Diagram Tempat Buang Air Besar Presentasi tempat Buang Air Besar Kabupaten Bengkayang Tahun ,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0,0 38,4 2 4, ,7 2,3 2,7 2 2,7 POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 25 Bab III

28 Dari data diatas, terlihat bahwa tempat buang air besar lebih banyak di kebun/pekarangan sebesar 95,7%, buang air besar kesungai/pantai/laut sebesar 88 %, MCK/WC umum sebesar 2 %, jamban pribadi 38,4 %, ke lubang galian sebesar 2,7 %. Dengan persentase buang air besar kesungai, ke kebun/pekarangan yang tinggi perlu dilakukan upaya menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya buang air besar di jamban yang sehat sehingga mampu menekan kejadian penyakit yang berbasis lingkungan. Gambar 3.26 Diagram Tempat Penyaluran Akhir Tinja Tempat Penyaluran Akhir Tinja Kabupaten Bengkayang Tahun 2014 Tangki septik 22,5 Pipa sewer,5 Cubluk/lobang tan 10,0 Langsung ke drain 60,7 Sungai/danau/pan 3,0 Tidak tahu Dari data diatas, bahwa tempat penyaluran Akhir tinja 3,0 lebih banyak tidak tahu yaitu sebesar 60,7%, pipa sewer sebesar 5%, cubluk/lubang tanah 10%,kesungai/danau/pantai sebesar 3% dan langsung ke drainase 3%. POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 26 Bab III

29 Gambar 3.27 Diagram Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik Presentase Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik Pada Studi EHRA Kab. Bengkayang Tahun ,03,0 1,0 1,0 4, bulan yang lalu 1-5 tahun yang lalu Lebih dari 5-10 tahun y Lebih dari 10 tahun 90,0 Tidak pernah Tidak tahu Dari data diatas dapat diketahui bahwa waktu terakhir pengurasan tangki septik lebih banyak responden mengatakan tidak pernah sebesar 94,5%, tidak tahu sebesar 2,6%, yang menguras 1-5 tahun sebesar 1,6% yang lalu dan yang menguras 0-12 bulan yang lalu sebesar 1,3%. Gambar 3.28 Diagram Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 27 Bab III

30 Dari data diatas, bahwa tangki septik suspek aman sebesar 86,4 % dan tangki septik yang tidak aman sebesar 13,6 %. Dengan situasi tersebut perlu adanya upaya perbaikan sehingga limbah rumah tangga tidak mencemari lingkungan sekitarnya, dan berdampak terhadap kesehatan masyarakat terutama munculnya penyakit berbasis lingkungan. Gambar 3.29 Diagram Tangki Septik Suspek Aman & Tidak Aman Dari data diatas, bahwa tangki septik suspek aman berada di cluster 0 sebesar 100 %, cluster 2 sebesar 99,4%. Tangki septik yang tidak aman berada di cluster 4 sebesar 45 %, cluster 3 sebesar 27,5% dan cluster 1 sebesar 15,8%. Tabel 6 Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA Katagori Area Berisiko Klaster Desa/Kelurahan Kurang Berisiko 0 Tubajur Berisiko Sedang 3 dan 4 Bumi Emas, Sahan dan Jagoi Risiko Tinggi 1 Sungai Duri, Tiga Berkat dan Lesabella Risiko Sangat Tinggi 2 Samalantan, Mandor, Lembang dan Gerantung POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 28 Bab III

31 Tatanan Sekolah. Siswa sekolah merupakan komunitas besar dalam masyarakat, dalam wadah organisasi sekolah yang telah mapan, tersebar luas di pedesaan maupun perkotaan, serta telah ada program usaha kesehatan sekolah. Diharapkan setelah siswa sekolah mendapat pembelajaran perubahan perilaku di sekolah secara partisif, dapat mempengaruhi orang tua, keluarga lain serta tetangga dari siswa sekolah tersebut.siswa sekolah dasar terutama kelas 3, 4 dan 5 merupakan kelompok umur yang mudah menerima inovasi baru dan mempunyai keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang mereka terima kepada orang lain. Program promosi kesehatan di sekolah harus diintegrasikan ke dalam program usaha kesehatan sekolah, melalui koordinasi dengan Tim Pembina UKS di tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pusat. Program promosi kesehatan di tempat ibadah dilakukan untuk menggalakan kegiatan promosi kesehatan dan melibatkan tokoh agama atau pemimpin tempat ibadah (imam masjid, pendeta, pastor, pedande atau biksu). Diharapkan dengan melibatkan tokoh dan pemimpin agama, perubahan perilaku kesehatan dapat segera terwujud. Seringkali terjadi jamban di sekolah hanya terdiri atas dua unit, yaitu satu unit untuk guru dan yang lain untuk murid. Sementara kondisi jamban murid sangat berbeda jauh dengan jamban guru. Di mana jamban murid sangat jauh dari kondisi bersih dan terpelihara atau tidak jarang dalam kondisi rusak. Akibatnya banyak murid yang kemudian buang air baik buang air kecil maupun buang air besar di halaman sekolah. Kebiasaan ini membuat sekolah menjadi bau dan sangat rentan untuk menjadi sarang penyakit. Selain itu, seringkali jamban di sekolah tidak dilengkapi dengan penerangan yang cukup. Murid yang masih duduk di kelas 1 atau 2 akan merasa takut untuk menggunakan jamban yang kondisinya gelap, berbau dan kotor. Kondisi seperti ini harus dihindari dengan cara membuat jamban dengan penerangan yang cukup baik dari lampu atau pun sinar matahari beserta ventilasi yang memadai. Sekolah harus memberikan pengajaran baik kepada guru maupun murid bagaimana cara memelihara jamban sekolah yang akan di bangun dan sarana cuci tangan. Misalnya seorang guru di serahkan tanggung jawab untuk pemeliharaan jamban. Ia akan mengkoordinasi murid dengan cara membuat roster atau jadwal membersihkan jamban dan sarana cuci tangan yang dibagi secara merata antara murid laki-laki dan murid perempuan. Selain program pembangunan fisik, program pendidikan kesehatan tentang hubungan antara air, jamban, perilaku dan kesehatan juga menjadi kegiatan yang penting dalam program kesehatan sekolah. Di antaranya adalah hubungan antara air - kondisi sanitasi dan penyakit; bagaimana sarana sanitasi dapat melindungi kesehatan kita; bagaimana penyakit dapat timbul dari kondisi sanitasi dan perilaku yang buruk; Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun; Pencegahan Penyakit Kecacingan; dan monitoring kualitas air. Adapun lingkup kegiatan yang termasuk dalam kegiatan Promosi Kesehatan Sekolah adalah sebagai berikut : a. Pembangunan sarana air bersih, sanitasi dan fasilitas cuci tangan termasuk pendidikan menjaga kebersihan jamban sekolah, b. Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah, POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 29 Bab III

32 c. Penggalakan cuci tangan pakai sabun (CTPS), d. Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek kesehatan individu, dan kesehatan masyarakat, e. Kampanye pemberantasan penyakit kecacingan, f. Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/spal, g. Pelatihan guru dan murid tentang PHAST, h. Kampanye, Sungai Bersih, Sungai Kita Semua, i. Pengembangan tanggungjawab murid, guru dan pihak-pihak lain yang terlibat di sekolah, mencakup: Pengorganisasian murid untuk pembagian tugas harian, pembagian tugas guru pembina dan Komite Sekolah Meningkatkan peranan murid dalam mempengaruhi keluarganya Beberapa jenis kegiatan yang dapat di lakukan dalam Promosi Kesehatan Sekolah, adalah : Penyuluhan kelompok di kelas, penyuluhan perorangan (penyuluhan antar teman) Pemutaran film/video Penyuluhan dengan metode demonstrasi Pemasangan poster, leaflet Kunjungan/wisata pendidikan Lomba kebersihan kelas Lomba membuat poster Lomba menggambar lingkungan sehat Absensi jamban, Absensi CTPS Kampanye kebersihan perorangan/murid Lomba cepat tepat tentang kesehatan dan lingkungan sehat Kegiatan pemeliharaan dan membersihkan jamban sekolah Penyuluhan terhadap warung sekolah, pedagang sekitar sekolah Pelatihan guru UKS Pelatihan siswa/kader UKS POKJA PPSP Kabupaten Bengkayang 2014 Halaman 30 Bab III

33 Tabel 3.4: Kondisi sarana sanitasi di sekolah(sd/mi) (sumber air, toilet, SPAL dan tempat cuci tangan) Nama Sekolah Jumlah Siswa Jumlah Guru Sumber Air Bersih PDAM SPT SGL Jml Toilet/WC Guru Jumlah Toilet/WC Murid Dari Toile t Tempat Pembuangan Air Kotor Dari Talan g Dari Kamar mandi Dari Air hujan Fas. Cuci Tangan Perse diaan Sabun Siapa yang membersihkan Toilet L P L P S K T S K T S K T L P L P Y T Y T L P L P L P Desa Tubajur Desa Sui Jaga B Desa Lembah Bawang Desa Suti Semarang Desa Samalantan Desa Mandor Desa Pisak Desa Gerantung 1 Kel. Bumi Emas Desa Seluas Desa Kumba Keterangan: L = laki-laki; P = perempuan S = selalu tersedia air; K = kadang-kadang; T = tidak ada persediaan air Y = ya; T = tidak SPT = Sumur pompa tangan; SGL = Sumur gali Tempat pembuangan air kotor sebutkan kemana salurannya: Toilet : Septik Tank, Cubluk, sungai, kolam, dll Talang : Saluran Pembuangan Air Limbah, Drainase Lingkungan, Halaman, Sungai, dll Dari Kamar Mandi : Saluran Pembuangan Air Limbah, halaman, sungai, dll Air Hujan : Saluran Pembuangan Air Kotor, Drainase lingkungan, halaman, dll Sis wa Gu ru Pesur uh Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 31 Bab III

34 Tabel 3.5: Kondisi sarana sanitasi sekolah (tingkat sekolah/setara: SD/MI) (pengelolaan sampah dan hygiene dan sanitasi) Apakah pengetahuan ttg Higiene dan Apakah ada dana Cara Pengelolaan Sampah Sanitasi diberikan utk air bersih / sanitasi / pend. Nama Sekolah higiene Ya, saat pertemuan / penyuluhan tertentu Ya, saat mata pelajaran PenJas di kelas Tidak pernah Ya Tidak Dikumpul kan Dipisahkan Dibuat kompos Kapan Tangki Septik Dikosongkan Kondisi Higiene Sekolah Rencana perbaikan sanitasi sekolah SDN 10 Desa Tubajur Tidak Pernah Buruk Belum ada SDN Tidak Pernah Baik Belum ada Desa Sui Jaga B Desa Lembah Bawang Tidak Pernah Buruk Belum ada SemarangSDN Tidak Pernah Buruk Belum ada Desa Suti Desa Samalantan Tidak Pernah Buruk Belum ada SDN 01Desa Mandor Tidak Pernah Buruk Belum ada SDN 03 Dawar Desa Tidak Pernah Baik Belum ada Pisak SDN 15 Desa Gerantung Tidak Pernah Buruk Belum ada Kel. Bumi Emas Tidak Pernah Baik Belum ada SDN 01 Desa Seluas Tidak Pernah Buruk Belum ada Desa Kumba Tidak Pernah Buruk Belum ada Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 32 Bab III

35 3.2. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK Pengelolaan sanitasi khususnya dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bengkayang pada saat ini belum tersedia sarana instalasi pengolahan air limbah (IPAL) domestik, khususnya untuk air limbah rumah tangga (grey water) dan air limpasan dibuang langsung ke sistem drainase. Sedangkan untuk limbah black water seperti limbah dari kamar mandi (tinja) menggunakan pengolahan setempat (on site system). Kelemahan dari kondisi ini adalah seringkali masyarakat tidak mengetahui standart teknis tangki septik yang aman dan juga standard kesehatan yang telah ditentukan. Salah satu syarat yang kurang diperhatikan oleh masyarakat saat membangun tangki septik adalah konstruksi yang tidak kedap air sehingga berpotensi mencemari air tanah dan juga jarak antar tangki septik dan sumber air/sumur gali kurang dari 10 meter, terutama di kawasan-kawasan permukiman dan perumahan padat penduduk. Estimasi jumlah timbulan air limbah domestik di Kabupaten Bengkayang berdasarkan data dari perhitungan asumsi SKPD LH Kabupaten Bengkayang adalah sebagai berikut : Tabel 3.12 Estimasi jumlah timbulan air limbah domestik di Kabupaten Bengkayang No. Tahun Jumlah Rumah Tangga (KK) Estimasi total Air Limbah Domestik (ltr/hari) Sumber : SKPD LH Kabupaten Bengkayang tahun Kelembagaan Untuk mengetahui kelembagaan dilingkungan pengelolaan air limbah rumah tangga, Pokja Sanitasi telah melakukan study kelembagaan, terkait dengan pengelolaan air limbah baik yang berasal dari rumah tangga/domestik dan industri menjadi tanggung jawab dari pemerintah daerah, khususnya Kantor Lingkungan Hidup dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bengkayang Nomor 13 Tahun 2011 tentang organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah dan satuan polisi pamong praja, Kantor Lingkungan Hidup merupakan institusi yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan di Kabupaten Bengkayang, oleh karena itu BLH merupakan unsur pendukung tugas Bupati Bengkayang di bidang lingkungan hidup. berikut : Berdasarkan Perda tersebut di atas, struktur organisasi yang ada di BLH adalah sebagai Dalam pengelolaan air limbah rumah tangga, pembagian peran antar stakeholder, swasta dan masyarakat perlu untuk dilakukan, mengingat tidak semua kewajiban dibebankan kepada pemerintah. Dari pembahasan dalam study kelembagaan, teridentifikasi Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kabupaten Bengkayang seperti tersaji dalam tabel berikut ini. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 33 Bab III

36 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 34 Bab III

37 Dalam pengelolaan air limbah rumah domestik, pembagian peran antar stakeholder, swasta dan masyarakat perlu untuk dilakukan, mengingat tidak semua kewajiban dibebankan kepada pemerintah. Adapun daftar pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bengkayang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.6: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten Bengkayang Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) Membangun sarana IPLT dan atau IPAL PENGELOLAAN Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja Mengelola IPLT dan atau IPAL Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 35 Bab III

38 FUNGSI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten Swasta Bengkayang Masyarakat Tabel 3.7: Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Bengkayang KETERSEDIAAN PERATURAN TIDAK ADA (SEBUTKAN) ADA AIR LIMBAH DOMESTIK Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik EFEKTIF DILAKSANAKAN PELAKSANAAN BELUM EFEKTIF DILAKSANAKAN TIDAK EFEKTIF DILAKSANAKAN KETERANG AN Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan Kantor usaha dalam pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik Retribusi penyedotan air limbah domestik Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 36 Bab III

39 PERATURAN Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran KETERSEDIAAN ADA (SEBUTKAN) TIDAK ADA EFEKTIF DILAKSANAKAN PELAKSANAAN BELUM EFEKTIF DILAKSANAKAN TIDAK EFEKTIF DILAKSANAKAN KETERANG AN Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 37 Bab III

40 Gambar 3.9: Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja (Data dari Puskesmas) Gambar 3.10: Grafik Presentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 38 Bab III

41 Peta 3.1: Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik Keterangan: Tidak ada Data Peta 3.2: Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan air limbah domestic (Keterangan: Tidak ada Data) Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 39 Bab III

42 3.1.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan Input Tabel 3.8: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestic Kabupaten Bengkayang Pengumpulan dan Pengolahan Pembuangan/ Kode/Nama User Interface Penampungan/Peng Pengaliran Akhir Daur Ulang Aliran olahan Awal Black Water WC Sentor Tangki Septik Tangki Tinja --- Sungai Aliran Limbah AL1 Black Water Black Water Grey Water Grey Water WC Sentor Tangki Septik - Resapan Sungai Jamban Sungai Kamar mamndi, KM/WC, Tempat Cuci Kamar mamndi, KM/WC, Tempat Cuci - Saluran Drainase - Sungai Sungai Aliran Limbah AL2 Aliran Limbah AL3 Aliran Limbah AL4 Aliran Limbah AL5 Kelompok Fungsi Tabel 3.9: Sistem pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Bengkayang Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data A B C D E User Interface WC Sentor Data kepemilikan Jamban WC Dinas Kesehatan Data kepemilikan Pengumpulan dan Tangki Septik jamban dengan leher Penampungan awal angsa (puskesmas) KK Dinas Kesehatan Pengaliran/pengangkutan Tangki Septik Pengamatan (milik swasta) 0 Tangki Persepsi SKPD Pengaliran Drainase Pengolahan akhir Bidang Resapan Data bang. Fisik wc komunal terbangun 0 Persepsi SKPD Pembuangan/Daur Ulang Sungai data Sungai Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 40 Bab III

43 3.1.1 Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Secara umum kesadaran masyarakat masih belum terbangun secara optimal, untuk turut serta dalam pengelolaan limbah cair domestik. Penanganan sub sektor limbah domestik khususnya jamban keluarga menjadi urusan masing-masing individu atau keluarga. Selain itu kurangnya sosialisasi mengenai penanganan limbah domestik yang benar yaitu mengkondisikan pengelolaan air limbah domestik yang aman sebelum dibuang ke media lingkungan sebagai kewajiban. Pengelolaan sarana jamban keluarga yang dibangun oleh masing-masing rumah tangga di Kabupaten Bengkayang sudah cukup memadai, hal ini mengingat kemampuan finasial mereka yang tergolong masyarakat mampu. Sedangkan masyarakat yang tergolong miskin dan tidak mempunyai jamban pribadi memanfaatkan MCK umum yang dikelola secara berkelompok. Keterbatasan kemampuan finansial masyarakat miskin berdampak pada lemahnya pengelolaan MCK umum yang ada sehingga kondisi MCK umum tidak terawat dengan baik. Data pengelolaan sarana jamban dan pengolahan limbah oleh masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut: Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 41 Bab III

44 Tabel 3.10: Pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh Masyarakat Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah MCK Tahun Jamban Pddk Dikelola Dikelola Dikelola Dikelola MCK Desa/Kelurahan RT RW Keluarga miskin RT RW CBO Lainnya dibangun Dikelola RT Jumlah Sanimas Dikelola Dikelola RW CBO Kec. Teriak Desa Tubajur Kec. Sui Raya Desa Sui Jaga B Kec. Lembah Bawang Desa Lembah Bawang Kec. Suti Semarang Desa Suti Semarang Dikelola Lainnya Kec. Capkala Desa Samalantan Desa Mandor Kec. Tujuh Belas Desa Pisak Kec. Monterado Desa Gerantung Kec. Bengkayang Kel. Bumi Emas Kec. Seluas Desa Seluas Kec. Jagoi Desa Kumba Kec. Samalantan Desa Samalantan Sumber Data: Dinas kesehatan Kabupaten Bengkayang Tahun Sanimas dibangun Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 42 Bab III

45 Tabel 3.11: Kondisi sarana MCK No Lokasi MCK Jumlah Pemakai MCK Sumber Air PDAM SPT SGL Jml Toilet/WC Jml kmr mandi Fas. Cuci Tangan Persediaa n Sabun Ada biaya pemakaia n MCK RT RW L P S K T S K T S K T L P L P Y T Y T Y T Tempat buangan air kotor Tangki Septik Cub luk Kapan tangki septik Dikosong kan Desa Tubajur Desa Sui Jaga B Desa Lembah Bawang Desa Suti Semarang Desa Samalantan Tdk pernah Tdk Pernah Desa Mandor Desa Pisak Desa Gerantung Kel. Bumi Emas Desa Seluas Desa Kumba Sumber Data: Dinas kesehatan Kabupaten Bengkayang Keterangan: L = laki-laki S = selalu tersedia air Y = ya SPT = Sumur pompa tangan P = perempuan T = tidak ada persediaan air T = tidak SGL = Sumur gali K = kadang-kadang Tidak Pernah Tidak Pernah Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 43 Bab III

46 No Komponen Air Limbah Domestik: Onsite Individual Tabel 3.12: Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Nama Program / Proyek / Layanan Pelaksana/PJ Tahun Mulai Kondisi Sarana Saat ini Fungsi Tidak Fungsi Aspek PMJK Rusak PM JDR MBR Keterangan: Tidak ada data Keterangan: PM = Pemberdayaan Masyarakat JDR = Jender MBR= Masyarakat Berpenghasilan Rendah Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 44 Bab III

47 Tabel 3.13 Kegiatan Komunikasi terkait komponen air limbah Peran media dalam pengelolaan air limbah adalah sangat penting, karena sebagai salah satu bentuk kampanye kegiatan perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat di Kabupaten Bengkayang. Berdasarkan data, beberapa kegiatan komunikasi yang telah dilakukan di Kabupaten Bengkayang adalah sebagai berikut: No Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran 1 Penyuluhan Penyakit Berbasis Lingkungan Dinas Kesehatan 2 Klinik Sanitasi Dinas Kesehatan 3 Praktik CTPS Dinas Kesehatan 4 Pengolahan Sampah Keluarga Dinas Kesehatan Untuk memberikan wacana atau pengetahuan mengenai penyakit berbasis lingkungan Untuk memberikan pengetahuan mengenai aspek sanitasi lingkungan Untuk menanamka n prilaku mencuci tangan menggunaka n sabun Untuk Mengelola Sampah Keluarga secara baik dan benar Masyarakat Masyarakat Anak sekolah Rumah Tangga Stop BABS Berantas Penyakit Malaria Berprilak u sehat dengan selalu CTPS sejak dini Buang sampah pada tempatny a CLTS Konsultasi Teori dan Praktek Teori dan Praktek Tabel 3.14 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait komponen air limbah NO JENIS MEDIA KHALAYAK PENDANAAN ISU YANG DIANGKAT PESAN KUNCI EFEKTIVITAS Keterangan: Tidak ada data Dari survey pemetaan media terdapat beberapa akses media yang berpotensi untuk menjadi mitra pemerintah dalam menyampaikan pesan-pesan sanitasi, namun masih belum terkoordinir oleh pemerintah Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 45 Bab III

48 dengan baik. Sementara pesan-pesan sanitasi hampir tidak ada, ini menunjukkan bahwa peran media di bidang kesehatan masih sangat kurang Partisifasi Dunia Usaha Pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bengkayang, peran masyarakat masingmasing individu yang memiliki jamban masih sangat dominan. Bagi masyarakat yang secara financial mampu, secara pribadi mereka membuat membuat septic tank (system on-site) di rumah tangga masing-masing. Sementara itu partisifasi dunia usaha dalam pengelolaan air limbah domestik lebih banyak dilakukan oleh developer/pengembang yang membangun kawasan perumahan yang dilengkapi dengan septic tank. Sedangkan air limbah rumah tangga yang lain (dapur dan kamar mandi) disalurkan ke saluran drainase jalan lingkungan yang sekaligus berfungsi sebagai saluran air limbah rumah tangga. Selanjutnya air limbah perumahan disalurkan ke Kantor air yang berupa parit atau sungai tanpa adanya pengolahan air limbah terlebih dahulu. Tabel 3.15: Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Bengkayang Penyedia layanan air limbah domestik tidak ada di Kabupaten Bengkayang ini, karena belum ada bangunan IPLT atau IPAL, sehingga pemerintah juga tidak menyediakan jasa truk sedot tinja NO NAMA PROVIDER/MITRA POTENSIAL TAHUN MULAI OPERASI/ BERKONTRIBUSI JENIS KEGIATAN/ KONTRIBUSI TERHADAP SANITASI POTENSI KERJASAMA A B C D E Komponen : Air Limbah Keterangan: Tidak ada data 3.16 Pendanaan dan Pembiayaan Tabel 3.16: Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi komponen air limbah domestik NO KOMPONEN BELANJA (RP) RATA RATA 1 Air Limbah (1a+1b) 1.a Pendanaan Investasi air limbah 1.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD 1.c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun Keterangan: Tidak ada data PERTU MBUHA N (%) Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 46 Bab III

49 No Tabel 3.17 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah RETRIBUSI SANITASI TAHUN (RP) SKPD PERTUM BUHAN (%) 1 Retribusi Air Limbah 1.a Realisasi retribusi 1.b Potensi retribusi Keterangan: Tidak ada data Tabel 3.18 Permasalahan mendesak dan Issue Strategis PERMASALAHAN MENDESAK ISU STRATEGIS 1. Perlu adanya sosialisasi pembuatan septik yang aman dan seusuai standar teknis yang disyaratkan, karena 90% rumah tangga di kab. Bengkayang ini memilki septik yang tidak sesuai standar teknis. 2. Perlu adanya IPLT mengingat tingkat pertumbuhan Pencemaran air tanah akibat limbah septik yang merembes ke Kantor tanah karena bentuk konstruksi septik tidak kedap air. Belum adanya kesiapan dana untuk pembangunan penduduk yang tinggi sehingga produksi limbah IPLT dan membutuhkan dana pendamping untuk rumah tangga juga semakin tinggi 3. Tidak adanya reward dan punishment bagi Kantor atau masyarakat yang membuang limbah baik itu dari grey water maupun black water ke pembuangan akhir dalam keadaan aman atau setelah proses peresapan melalui septik yang benar. pembangunannya. Belum ada peraturan daerah untuk pembuangan limbah rumah tangga, dan sistem standard konstruksinya. Peraturan daerah yang ada hanya untuk pengelolaan limbah B3 untuk industri atau perusahaan besar saja. 4. Masih tingginya masyarakat yang buang air besar sembarangan dibeberapa wilayah kecamatan di Kab. Bengkayang ini. Masyarakat belum mengerti pentingnya sanitasi bagi kualitas hidup mereka. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 47 Bab III

50 3.3 Pengelolaan Persampahan Sistem pengelolaan sampah akan diketegorikan manjadi dua jenis, yaitu dengan sistem penanganan komunal dan sistem penanganan individual. Sistem penanganan sampah di Kabupaten Bengkayang lebih banyak dilakukan secara komunal oleh masyarakat permukiman setempat. Pada fungsi-fungsi publik seperti pasar, sampah dikumpulkan ke sebuah container bin sebagai TPS yang akan diangkut dengan truk menuju TPA. Di lingkungan perumahan, sampah dikumpulan secara komunal oleh petugas setempat dengan gerobak dan dibawa ke Transfer Depo untuk diangkut dengan truk pengangkut sampah ke TPA. Sistem individual ditetapkan oleh sebagian penduduk dengan cara ditimbun dan dibakar. Sistem penanganan sampah di Kabupaten Bengkayang lebih banyak dilakukan secara individual oleh masyarakat permukiman setempat. Di lingkungan permukiman, sebagian besar sampah dikumpulan secara komunal oleh petugas setempat dengan gerobak dan dibawa ke Transfer Depo untuk diangkut dengan truk pengangkut sampah ke TPA. Sistem individual ditetapkan oleh sebagian penduduk dengan cara dibakar dan ditimbun. Utilitas sampah diasumsikan di Kabupaten Bengkayang bahwa tiap orang akan mengeluarkan sampah sebanyak 2,5 lt/org/hari, untuk sarana umum diasumsikan 100 lt/1.000 m2, untuk jasa komersil 500 lt/org/1.000 m Kelembangaan Pengelolaan persampahan di Kabupaten Bengkayang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Seksi Kebersihan Pertamanan dan Perkuburan. Dalam pelaksanaan tugasnya seksi kebersihan mempunyai fungsi sbb: a. Penyusunan rencana kerja di bidang kebersihan dan pertamanan b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dibidang kebersihan dan pertamanan c. Penyiapan bahan koordinasi, fasilitasi dan pembinaan dibidang kebersihan dan pertamanan. d. Pengelolaan dan penataan kebersihan dan pertamanan e. Penyusunan bahan evaluasi, pengendalian dan pelaporan dibidang kebersihan dan pertamanan f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Dalam tata laksana pengelolaan persampahan selain dinas PU bidang Kebersihan Pertamanan dan Perkuburan yang mengelola persampahan ini, di Kantor LH juga memilki program persampahan dengan kegiatan penyediaan/pengadaan bak/tong2 sampah untuk masyarakat dan tempat umum di Kabupaten Bengkayang ini. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai pengelolaan persampahan di Kabupaten Bengkayang, terutama untuk mengidentifikasi stakeholder yang bertanggung-jawab Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 48 Bab III

51 terhadap pengelolaan persampahan, maka Pokja Sanitasi Kabupaten Bengkayang melakukan study kelembagaan dan kebijakan dengan tujuan: a. Mendeskripsikan peran dan tanggungjawab pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan persampahan di Kabupaten Bengkayang b. Mendeskripsikan kelengkapan dan kondisi pelaksanaan kebijakan sanitasi di Kabupaten Bengkayang Pelayanan persampahan masih harus diperbaiki dimana sistem yang dilakukan masih sistem open dumping yang telah dilarang sesuai dengan peraturan pemerintah untuk tahun. Namun karena keterbatasan pendanaan maka Kabupaten Bengkayang masih belum bisa menyediakan tapi telah dianggarkan untuk tahun 2014 kedepan Kelembagaan Tabel 3.19: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan PEMANGKU KEPENTINGAN PEMERINTAH FUNGSI KABUPATEN SWASTA MASYARAKAT PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Membangun sarana TPA Menyediakan sarana komposting PENGELOLAAN Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS Mengelola sampah di TPS Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Mengelola TPA Melakukan pemilahan sampah* Melakukan penarikan retribusi sampah Memberikan izin usaha pengelolaan sampah PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 49 Bab III

52 FUNGSI Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan PEMANGKU KEPENTINGAN PEMERINTAH KABUPATEN SWASTA MASYARAKAT Tabel 3.20: Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Bengkayang KETERSEDIAAN PELAKSANAAN PERATURAN PERSAMPAHAN Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan Kantor usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan komersial / fasilitas social / fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah, dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Kerjasama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Retribusi sampah atau kebersihan Perda No. 3 Tahun tentang retribusi pelayanan persampahan/kebersihan ADA TIDAK ADA EFEKTIF DILAKSANAKAN BELUM EFEKTIF DILAKSANAKAN TIDAK EFEKTIF DILAKSANAKAN KET Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 50 Bab III

53 3.2.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan Sumber sampah yang ada di Kabupaten Bengkayang berasal dari sampah rumah tangga, pertokoan, perkantoran, industri, fasiliatas pendidikan, pasar, jalan, taman, serta area-area publik lainnya. Dimana sampah dikelola hanya dari pihak pemerintah saja sementara pengangukutan sampah masyarat masih sangat bergantung dari pemerintah. Belum adanya kegiatan atau upaya pengurangan timbulan sampah baik dari upaya daur ulang maupun pemilahan sampah. Beberapa dari masyarakat melakukan pengurangan timbulan sampah dengan melakukan pembakaran dilahan masing-masing. Sedangkan pengelelolaan pemerintah di TPA pun masih bersifat open dumping. Namun dalam tahun ini telah dianggarkan untuk masterplan persampahan dan desain untuk pembuatan sanitary landfill yang telah dialokasikan di beberapa tempat. Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Bengkayang ini dimulai dari sumber timbulan sampah, penganangkutan, penyimpanan sementara, pemrosesan akhir serta kegiatan di TPA adalah sebagai berikut : User interface / pewadahan Adapun wadah yang disediakan oleh bidang kebersihan PU dalam upaya penampungan sampah sementara adalah sbb. No. Tempat sampah Jumlah (buah) Kapasitas Vol. (m3) 1. Bak2 sampah Terbuka Bak2 sampah tertutup Bak sampah tertutup dari bahan fiber 136 1,2 4. Bak Kontainer 25 6 Sumber : Laporan periodik sampah Bidang Kebersihan dan pertamanan Pola pengumpulan sampah dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : 1. Pola Individual Proses pengumpulan sampah dengan cara mengumpulkan sampah dari sumber timbulan sampah dan diangkut langsung ke TPA tanpa proses pemindahan. Wilayah pelayanan pola individual ini meliputi hampir semua pemukiman yang berada di pinggir jalan raya dimana truk sampah dapat menjangkau daerah mereka dan langsung mengangkut sampah ke TPA. Daerah dengan pola individual ini termasuk pertokoan dipinggir jalan raya. 2. Pola komunal Sampah yang berasal dari permukiman dikumpulkan dengan menggunakan gerobak sampah/yang dikelola RT/RW setempat menuju tempat penampungan sementara (TPS) / kontainer terdekat. Sedangkan masyarakat yang bertempat tinggal di dekat TPS/kontainer dan belum mendapatkan pelayanan secara individu serta tidak melakukan penanganan on site (setempat) membuang sampah langsung ke TPS/kontainer terdekat. Dari TPS/kontainer, petugas kebersihan mengangkut sampah ke TPA. Daerah yang melakukan pola komunal dapat dilihat pada table di bawah ini. NO. LOKASI PEMINDAHAN LOKASI PENGUMPULAN 1 TPS Sungai Raya Pasar sayur, pasar ikan dan pasar kelontong di daerah pasar Sungai Duri Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 51 Bab III

54 Pemindahan 2. TPS Sungai raya Kepulauan Melayani sampah yang berasal dari kegiatan pelabuhan/pasar didaerah Teluk Sua Karimunting 3. TPS Capkala Melayani sampah Pasar 4. TPS Monterado Melayani sampah Pasar 5. TPS Samalantan Melayani sampah Pasar 6. TPS Lembah Bawang Melayani sampah Pasar 7. TPS Sungai Betung Melayani sampah Pasar 8. TPS Bengkayang Melayani sampah Pasar 9. TPS Teriak Melayani sampah Pasar 10. TPS Lumar Melayani sampah Pasar 11. TPS Ledo Melayani sampah Pasar 12. TPS Sanggau Ledo Melayani sampah Pasar 13. TPS Tujuh Belas Melayani sampah Pasar 14. TPS Seluas Melayani sampah Pasar 15. TPS Suti Semarang Melayani sampah Pasar 16. TPS Jagoi Babang Melayani sampah Pasar 17. TPS Siding Melayani sampah Pasar Pemindahan sampah dari TPS/kontainer dibawa oleh alat pengangkut berupa dump truk atau arm roll ke TPA dengan 2 (dua) cara, yaitu : 1. Dump truk dengan muatan kosong lalu menaikkan sampah langsung dari TPS/kontainer. Cara ini dilakukan untuk memindahkan sampah yang ada di TPS/kontainer yang jaraknya relative jauh atau berada di luar kota. 2. Dump truk langsung mengangkut sampah yang ada di TPS / kontainer untuk dibawa ke TPA. Cara ini dilakukan untuk memindahkan sampah yang ada di TPS/kontainer yang jaraknya relative dekat atau berada di dalam kota. Alokasi TPS dan kontainer yang terdapat di Kabupaten Bengkayang dapat diihat pada tabel berikut. Tabel 3.30 Alokasi Kontainer Kabupaten Bengkayang Tahun 2012 NO. LOKASI JUMLAH KONTAINER VOLUME (M3) 1 TPS Sungai Raya TPS Sungai raya Kepulauan TPS Capkala TPS Monterado TPS Samalantan TPS Lembah Bawang TPS Sungai Betung TPS Bengkayang TPS Teriak TPS Lumar TPS Ledo TPS Sanggau Ledo TPS Tujuh Belas TPS Seluas 1 6 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 52 Bab III

55 15. TPS Suti Semarang TPS Jagoi Babang TPS Siding 1 6 Jumlah Sumber : Bidang Kebersihan dan Pertamanan di DPU Kabupaten Bengkayang Pengangkutan Pengangkutan sampah dilakukan dari kontainer maupun TPS ke TPA. Sarana pengangkutan yang dimiliki Bidang Kebersihan Pertamanan dan Perkuburan di DPU Kabupaten Bengkayang hingga tahun 2012 adalah sebanyak 12 unit, yang terdiri dari : 1. Dump Truck sebanyak 4 (empat ) unit Kendaraan pengangkut sampah dengan bak terbuka yang memiliki lengan hidrolis yang tersambung dengan bak truk, dengan kapasitas 8 m³, untuk mengangkut sampah beberapa TPS yang ada 2. Kendaraan roda tiga sebanyak 6 (enam) unit Kendaraan berkapasitas 1 m³ digunakan untuk melaksanakan operasional pengumpulan sampah dari bak-bak sampah yang ada di jalan protokol, pertokoan, pasar dan berbagai fasilitas umum dan operasional taman. 3. Gerobak sampah sebanyak 4 (empat) unit Alat pengangkutan berkapasitas 0,85 m³ ini banyak digunakan untuk mengangkut sampah dari permukiman, pasar maupun jalan ke TPS Adapun kondisi sarana armada persampahan yang ada dapat dilihat pada table berikut. Tabel 3.31 NO JENIS UNIT KAPASITAS RITASI MASIH BEROPERASI (M3) (KALI) YA TIDAK 1. Mini truck Dump Truck Motor sampah Gerobak Sampah Sumber : Bidang Kebersihan dan Pertamanan di DPU Kabupaten Bengkayang Pemrosesan Akhir Pemrosesan akhir sampah dilakukan di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) untuk memroses dan mengembalikan ke lingkungan secara aman. Kabupaten Bengkayang memiliki 2 TPA yang keduanya terletak di Kec. Magmagan Lumar. Namun hanya 1 TPA yang difungsikan sementara 1 TPA lain belum siap difungsikan. TPA Magmagan Lumar masih menggunakan sistem open dumping, dimana sampah dibuang begitu saja tanpa dibuat zona pembuangan. TPA ini digunakan untuk menampung pembuangan sampah dari 7 Kecamatan wilayah layanan. Profil TPA Magmagan Lumar terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.33 Profil TPA Magmagan Lumar Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 53 Bab III

56 No. Item Keterangan 1 Jenis Penimbunan Open dumping 2 Lokasi Kec. Lumar 3 Waktu rencana Umur TPA 20 tahun 4 Luas 5 Ha 5 Jarak dari pemukiman 5 km terdekat dan 90 km terjauh Sumber : Laporan periodik volume sampah harian TPA, DPU Kabupaten Bengkayang, Pengelolaan persampahan di Kabupaten Bengkayang secara teknis merupakan tanggung jawab Bidang Kebersihan dan Pertamanan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang seksi Kebersihan. Saat ini, daerah pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Bengkayang baru meliputi 1 kecamatan dari 17 kecamatan yang ada. Adapun tingkat pelayanan persampahan disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3.35 Tingkat Pelayanan Kebersihan Kabupaten NO. PELAYANAN TINGKAT PELAYANAN 1 Luas darah pelayanan 16,704 Ha 2 Jumlah penduduk terlayani terhadap jumlah 9,45 % penduduk kabupaten. Sumber : Laporan periodik volume sampah harian TPA, DPU Kabupaten Bengkayang, Berdasarkan laporan periodik volume sampah harian TPA, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Bengkayang tahun 2012, total timbunan sampah perkotaan sebesar 260 M³/hari atau 7800 M³/bulan, sedangkan kapasitas sampah terangkut ke TPA adalah sebesar 160 M³/hari atau 4800 M³/bulan. Data mengenai penanganan sampah disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3.36 Penanganan Sampah NO. PENANGANAN VOLUME (M3/BULAN) PROSENTASE (DARI TOTAL TIMBULAN SAMPAH) 1. Diangkut ke TPA % 2. Diolah 1.Kompos 2. Daur Ulang 3. Lainnya 3. Dipilah/bank sampah 4. Tidak terangkut % Sumber : Laporan periodik volume sampah harian TPA, DPU Kabupaten Bengkayang, Secara jelas, cakupan pelayanan pengelolaan sampah dapat dilihat pada tabel berikut ini : No. Tabel 3.37 Daerah Cakupan Pelayanan Pengelolaan Persampahan Kecamatan Daerah Layanan Keterangan 1 Bengkayang 1. Kelurahan Sebalo 2. Kelurahan Bumi Emas 3. Pasar Bengkayang Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 54 Bab III

57 4. Terminal Bengkayang 5. Jl. Basuki Rachmad 6. Jl. Sanggau Ledo 7. Jl Singkawang-Bengkayang 2 Sungai Raya Sungai duri dan sekitarnya 3 Sungai raya Kepulauan Dermaga Teluk Sua dan sekitarnya 4 Capkala Mandor dan sekitarnya 5 Monterado Sekitar pusat kecamatan Monterado 6 Samalantan Sekitar pusat kecamatan Samalantan 7 Lembah Bawang Sekitar pusat kecamatan 8 Sungai Betung - 9 Teriak - 10 Lumar - 11 Ledo Sekitar pusat kecamatan Ledo 12 Sanggau Ledo Sekitar pusat kecamatan Sgu Ledo 13 Tujuh Belas - 14 Seluas Sekitar pusat kecamatan Seluas 15 Suti Semarang - 16 Jagoi Babang - 17 Siding - Gambar 3.11 Grafik Pengelolaan Sampah Pengelolaan Sampah Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Total Dikumpulkan dan dibuang ke TPS Dibakar Dalam lubang dan ditutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 55 Bab III

58 tanah Dibuang ke sungai/kali/laut/danau Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk Gambar 3.12 Grafik Praktek Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga Sebelum dibuang Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Total Dipilah/ dipisahkan Tidak dipilah/ dipisahkan Peta 3.3: Peta cakupan layanan persampahan TPA Pengangkutan reguler Daerah fokus peningkatan retribusi Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 56 Bab III

59 Peta 3.4: Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan persampahan Input Sampah Pasar dan Ruko Sampah RT dan Ruko Sampah RT dan Ruko Sampah RT dan Ruko Sampah RT dan Ruko Sampah RT dan Ruko User Interface Tong Sampah Tong Sampah Tong Sampah Tabel 3.21: Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan Pengumpulan Setempat Gerobak Sampah Penampungan Sementara (TPS) Pengangkutan (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat Container Dump Truck --- TPA Pengepul Kecil Dump Truck --- TPA Sungai Drainase Dibakar /ditimbun Daur Ulang/Pem buangan Akhir TPA Kode/ Nama Aliran Aliran Limbah P1 Aliran Limbah P2 Aliran Limbah P3 Aliran Limbah P4 Aliran Limbah P5 Aliran Limbah P6 Sampah Bak --- Tempat Dump Truck --- TPA Aliran Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 57 Bab III

60 Perusahaa n/pabrik Sampah Plastik Sampah organik/ taman sampah Kantung Plastik Pemulung Kecil Penampunga n Sementara (TPS) Pabrik Pengepul Pencacah Plastik Motor Roda 3 Container Dump Truck --- TPA - Limbah P7 Aliran Limbah P8 Aliran Limbah P9 KELOMPOK FUNGSI Tabel 3.22: Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Bengkayang TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN JENIS DATA SEKUNDER (PERKIRAAN) NILAI DATA SUMBER DATA A B C D E Pembuangan /Daur Ulang Penampungan Sementara TPA Jumlah 0 DPU TPS Jumlah 0 DPU Penampungan awal Kontainer Jumlah 0 DPU Pengangkutan Dump truck Jumlah 3 Semi Pengolahan Daur Ulang - Pick Up Jumlah 0 DPU Motor Roda 3 Jumlah 2 DPU Gerobak Sampah Jumlah 0 DPU Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 58 Bab III

61 DIKELOLA OLEH SEKTOR DIKELOLA PIHAK DIKELOLA OLEH MASYARAKAT FORMAL DI TINGKAT SWASTA JENIS KEGIATAN KELURAHAN/KECAMATAN RT RW L P L P L P L P Pengumpulan sampah dari rumah Pemilahan sampah di TPS Pengangkutan Sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPA Pemilahan sampah di TPA Para Penyapu Jalan Tabel 3.23: Pengelolaan persampahan di tingkat kelurahan/kecamatan KETERANGAN JENIS KEGIATAN Tabel 3.24: Pengelolaan persampahan di tingkat Kabupaten Bengkayang DIKELOLA OLEH DIKELOLA OLEH KABUPATEN MASYARAKAT DIKELOLA OLEH SEKTOR FORMAL DI TINGKAT DIKELOLA PIHAK SWASTA L P L P L P L P Pengumpulan sampah dari rumah Pemilahan sampah di TPS Pengangkutan Sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPA Pemilahan sampah di TPA Para Penyapu Jalan Tabel 3.25: Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat No Persampahan Tidak Ada Komponen Nama Program / Proyek / Layanan Pelaksana/PJ Tahun Mulai Kondisi Sarana Saat ini Fungsi Tidak Fungsi Aspek PMJK Rusak PM JDR MBR Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 59 Bab III

62 3.3.4 Pemetaan Media Pemetaan media merupakan upaya pengumpulan dan analisis data primer dan sekunder untuk mendapatkan gambaran tingkat komunikasi di antara stakeholder dan peta media terkait pembangunan sanitasi. Kajian ini diperlukan untuk menyusun strategi kampanye dan komunikasi, di samping juga bermanfaat sebagai sarana advokasi program pembangunan sanitasi ditingkat kabupaten untuk stakeholder kunci, yakni pemerintah dan media massa. Study media dan komunikasi ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi tentang pengalaman dan kapasitas Kabupaten Bengkayang dalam menjalankan kampanye/pemasaran sanitasi serta sejauh mana pemahaman mereka mengetahui peran media massa dalam mendukung pembangunan sanitasi. Pada akhirnya kajian ini harus mampu mengidentifikasi media yang efektif dan efisien dalam menjangkau target yang dituju. Hanya dengan cara demikian, kajian ini dapat membantu Kabupaten Bengkayang dalam menyusun perencanaan media yang baik. Adapun hasil dari kegiatan study media dan komunikasi yang dilaksanakan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Bengkayang adalah sbb : NO KEGIATAN TAHUN Tabel 3.26 Kegiatan Komunikasi terkait komponen Persampahan DINAS PELAKSANA TUJUAN KEGIATAN KHALAYAK SASARAN PESAN KUNCI PEMBELA JARAN 1 Penyuluhan PHBS DINKES Menanamkan perilaku bersih dan sehat kepada masyarakat Anak sekolah dan masyarakat Stop BABS CLTS 2 Penyuluhan persampaha n / Lingkungan RT Rutin RT setempat di Jungkat Menjaga kebersihan lingkungan Warga RT jungkat Sampah menimbulkan penyakit Teori dan praktek Tabel 3.27 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait komponenpersampahan NO JENIS MEDIA KHALAYAK PENDANAAN ISU YANG DIANGKAT PESAN KUNCI EFEKTIVITAS Keterangan: Tidak ada data Partisifasi Dunia Usaha Untuk memetakan tingkat partisipasi dunia usaha dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Bengkayang, dilakukan Survey Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA). Survey ini dibutuhkan untuk mengetahui dengan jelas peta dan potensi penyedia layanan sanitasi di Kabupaten Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 60 Bab III

63 Bengkayang. Penyedia layana sanitasi mencakup beberapa stakeholder, di antaranya : (i) Pemerintah, (ii) Dunia Usaha terkait sanitasi, (iii) LSM/KSM terkait sanitasi, dan (iv) Dunia usaha pada umumnya. Lingkup peran penyedia layanan yang akan dilakukan survey mencakup di antaranya investasi pada pembangunan dan pengoperasian TPA, kontrak pekerjaan penyapuan jalan protokol dan pengangkutan sampah, pengelolaan atau daur ulang sampah 3R, dan lain-lain. Hasil dari survei SSA diharapkan dapat menggambarkan peta penyedia layanan sanitasi serta potensinya dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Bengkayang. Hal lain yang lebih penting adalah pada saat pelaksanaan survey akan terjadi proses advokasi kepada para responden. Selanjutnya dari hasil advokasi tersebut diharapkan ada tindak lanjut berupa usaha penggalangan sinergi atau partsipasi antara para penyedia layanan sanitasi tersebut dengan pihak pemerintah. Hingga saat ini, masyarakat dan dunia usaha masih belum banyak yang menggeluti bisnis dibidang persampahan. Padahal apabila dilihat secara lebih detail, sampah dapat menjadi potensi ekonomi yang cukup besar dimasa yang akan datang. Kondisi saat ini, dunia usaha yang menggeluti bidang persampahan adalah usaha pengumpul dan pengepul barang bekas yang berasal dari sampah. Karena belum adanya regulasi yang mengatur mengenai Kantor hukum usaha ini. Hal inilah yang membuat kekuatan hukum usaha dibidang ini masih lemah dan keberadaannya masih dipandang sebelah mata. Padahal dengan adanya usaha pengumpul dan pengepul sampah ini akan sangat mengurangi beban TPA sebagai tempat pemprosesan akhir sampah. Untuk dimasa yang akan datang, perlu dibuat regulasi yang mengatur tentang usaha dibidang persampahan, dikarenakan pelaku nantinya akan menangani sampah yang kemungkinan mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi MANUSIA DAN LINGKUNGAN, SEHINGGA HAL TERSEBUT PERLU DIATUR DAN DIBERIKAN PENGETAHUAN YANG CUKUP BAGI pelakunya. Adapun study SSA yang dilakukan pada pengepul sampah di Kabupaten Bengkayang adalah sbb : Tabel 3.28: Penyedia layanan pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Bengkayang NO NAMA PROVIDER/MITRA POTENSIAL TAHUN MULAI OPERASI/ BERKONTRIBUSI JENIS KEGIATAN/ KONTRIBUSI TERHADAP SANITASI POTENSI KERJASAMA A b C D Komponen : Persampahan 1. Tidak Ada Data Keterangan: Tidak ada data Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 61 Bab III

64 3.2.5 Pendanaan dan Pembiayaan Untuk mengetahui profil pendanaan dan pembiayaan APBD bidang sanitasi, Pokja Sanitasi Kabupaten Bengkayang telah melakukan study keuangan dan perekonomian. Study ini diperlukan untuk mengetahui profil keuangan dan perekonomian di Kabupaten Bengkayang dalam mendukung pembangunan khususnya di sektor sanitasi serta pola penyerapannya untuk kemudian digunakan mendukung pembiayaan/pendanaan sanitasi di masa depan. Pemetaan keuangan diperlukan untuk mengukur ketepatan alokasi pendanaan/pembiayaan sanitasi dan kesinambungan pelayanan sanitasi di masa depan. Pemetaan keuangan dan perekonomian daerah mencakup di antaranya : APBD dan belanja sanitasi per SKPD, belanja sanitasi per sub sektor, belanja sanitasi perpenduduk, realisasi retribusi sanitasi per subsektor, ruang fiskal dan perekonomian Kabupaten. Khusus untuk penganggaran dibidang persampahan, mengalami fluktuasi yang cukup berarti,namun menunjukkan trend yang naik. Untuk dimasa yang akan datang, belanja sanitasi bidang persampahan harus semakin ditingkatkan, mengingat pelayanan bidang persampahan belum dapat mencakup semua wilayah di Kabupaten Bengkayang No Tabel 3.29: Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen persampahan 1 Air Limbah (1a+1b) 2 Sampah (2a+2b) Subsektor Belanja (Rp) a Pendanaan Investasi air limbah Ratarata b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun Drainase (3a+3b) Aspek Promosi Higiene dan Sanitasi Keterangan: Tidak ada data Tabel 3.30 Realisasi dan Potensi Retribusi Sampah No 1 Retribusi Air Limbah 2 Retribusi Sampah 2.a Realisasi retribusi 2.b Potensi retribusi 3 Retribusi Drainase SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumb uhan (%) Pertumbuhan (%) Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 62 Bab III

65 Tabel 3.31 Permasalahan Mendesak dan Issue Strategis PERMASALAHAN MENDESAK ISU STRATEGIS Kapasitas Pengelolaan Sampah. Hal ini berkaitan dengan bertambah besarnya timbulan sampah setiap tahunnya yang tidak diikuti dengan ketersediaan prasarana dan sarana yang memadai. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan konsumsi masyarakat secara umum berdampak pada perubahan komposisi dan karakteristik sampah yang dihasilkan. Rendahnya kualitas dan tingkat pelayanan pengelolaan persampahan yang disebabkan keterbatasan sarana dan prasarana, yang berimbas pada akses pelayanan bagi masyarakat yang kurang maksimal, seperti pola pengangkutan, proses pengolahan dan pengelolaan TPA. Kemampuan kelembagaan yang ada saat ini hanya dikelola dan dilaksanakan oleh Dinas KPK Kabupaten Pinrang. Kemampuan pembiayaan terhadap pengelolaan persampahan masih cukup rendah, hal ini terlihat dari jumlah pendanaan yang disediakan setiap tahunnya masih di bawah 0,58 % dari total anggaran APBD. Hal ini karena Pengelolaan persampahan belum menjadi prioritas, dimana Tenaga ahli yang masih kurang, perencanaan dan fungsi pengawasan yang sangat lemah serta pendanaan yang tidak proporsional membuat pengelolaan persampahan sangat memprihatinkan dan kurang efisien Pengumpulan yang tidak memadai, dimulai pada tingkat individu masyarakat, rumah tangga, sampai wilayah terkecil, kemudian penanganan akhir dari semua produksi sampah yang ada masih kurang benar dan tidak maksimal, baik sampah perkotaan maupun jenis sampah lainnya bisa mengancam kesehatan masyarakat, mengurangi keindahan dan kenyamanan kawasan perkotaan serta menurunkan derajad kebersihan lingkungan perkotaan. Salah satu masalah utama yang menjadi penghambat dalam pengelolaan persampahan di wilayah perkotaan adalah biaya pengelolaan yang tinggi, yang diperparah lagi oleh produktivitas yang rendah mengakibatkan beban keuangan yang berat pada pemerintah daerah. Situasi ini, akan semakin diperburuk lagi oleh kurang efektifnya kebijakan dan strategi secara nasional untuk jangka pendek dan panjang dalam pengelolaan persampahan. Sebagai imbas dari kurang memadainya sarana dan prsarana pendukung kegiatan pengelolaan persampahan, yaitu keterbatasan jumlah truk pengangkut sampah, mengakibatkan tidak maksimalnya pelayanan setiap harinya. Tidak hanya berimbas pada lamanya proses pengangkutan saja, tetapi juga mengakibatkan kurang maksimalnya sampah yang terangkut. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 63 Bab III

66 kegiatan persampahan tidak termasuk program perioritas. Peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasata dalam bentuk pengelolaan persampahan berbasis masyarakat (community base) masih belum dilaksanakan secara optimal, sehingga berimbas pada tidak terolahnya potensi sampah yang ada Tidak adanya investasi dunia usaha/swasta dalam pengelolaan persampahan saat ini. Peraturan perundangan dan lemahnya penegakan hukum dalam kegiatan pengelolaan kebersihan kawasan perkotaan, dimana Peraturan Daerah yang dikeluarkan hanya mengatur jumlah dan besarnya retribusi yang harus dibayarkan oleh masyarakat, tanpa adanya aturan dan ketentuan teknis dalam kegiatan kebersihan kota Dari segi pengolahan sampah di TPA Magmagan Lumar, tumpukan sampah dari truk pengangkut sangat tidak teratur dan tidak merata disemua tempat. Hal ini disebabkan banyaknya tumpukan sampah sehingga akses masuk sangat untuk sulit dilalui. Kondisi ini memerlukan alat untuk memindahkan, menggali dan menimbun tumpukan sampah, sehingga memudahkan akses masuk truk pengangkut sampah. Dan TPA Magmagan Lumar belum memiliki alat berat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Melihat keberpihakan anggaran yang bersumber dari APBD II terhadap kegiatan pengelolaan persampahan yang cukup minim, maka sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja pelayanan, mengingat kebutuhan sarana dan prasarana penunjang yang tidak bisa terpenuhi karena jumlah pendanaan yang kurang Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 64 Bab III

67 3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan Drainase lingkungan di Kabupaten Bengkayang pada umumnya kondisinya sudah cukup baik, namun masih ada beberapa wilayah/kawasan yang masih rawan terjadi banjir khususnya pada musim hujan. Hal tersebut terjadi karena belum adanya saluran drainase dan kapasitas saluran tidak sebanding dengan debit air yang mengalir. Untuk mengatasinya perlu adanya pembangunan saluran drainase, normalisasi, dan memperbesar dimensi saluran drainase. Permasalahan prioritas yang di hadapi terkait pengelolaan drainase lingkungan antara lain; 1. Terbatasnya anggaran yang tersedia 2. Belum adanya master plan (DED) drainase Kabupaten Bengkayang Kelembagaan Terkait dengan pengelolaan drainase lingkungan yang menjadi tanggung jawab dari pemerintah daerah, khususnya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bengkayang Nomor 10 Tahun 2010 tentang organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah dan satuan polisi pamong praja, Dinas Pekerjaan Umum merupakan institusi yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Bengkayang, oleh karena itu DPU merupakan unsur pendukung tugas Bupati Bengkayang di bidang lingkungan. Berdasarkan Perda tersebut di atas, yang menangani drainase lingkungan di bawah Bidang Tata Kota dan Perdesaan seksi Penyehatan Lingkungan. Adapun struktur organisasi yang ada di DPU adalah sebagai berikut : a. Kepala Dinas; b. Sekretariat, membawahkan : 1. Subbagian Renja dan Keuangan; 2. Subbagian Admibistrasi dan Umum. c. Bidang Cipta Karya, membawahi: 1. Seksi Tata Ruang dan Tata Bangunan; 2. Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman dan Air Bersih Perkotaan/perdesaan; dan 3. Seksi Kebersihan, Pertamanan dan Perkuburan. d. Bidang Bina Marga, membawahi: 1. Seksi Pembangunan Peningkatan Jalan dan Jembatan; 2. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan; dan 3. Seksi Survey dan Pemetaan. e. Bidang Sumber Daya Air, membawahi: 1. Seksi Irigasi, Rawa dan Pantai; 2. Seksi Air Baku, Danau, Waduk dan sungai. f. Unit Pelaksana Teknis Dinas; dan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 65 Bab III

68 g. Kelompok Jabatan Fungsional. (1) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh Sekretaris yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. (2) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh Kepala Bidang yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. (3) Subbagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris. (4) Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang. (5) Unit Pelaksana Teknis Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh Kepala yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. (6) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh tenaga fungsional senior yang ditunjuk sebagai ketua kelompok dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. (7) Bagan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Untuk mendapatkan informasi yang baik mengenai kondisi pengelolaan drainase di Kabupaten Bengkayang, Pokja Sanitasi melakukan kajian kelembagaan dan kebijakan terhadap pengelolaan sub sektor sanitasi. Kajian ini perlu untuk dilakukan karena sangat dibutuhkan untuk mengetahui dengan jelas gambaran atau peta kondisi kelembagaan sub sektor drainase yang saat ini telah ada di Kabupaten Bengkayang. Dengan adanya peta kelembagaan ini, maka upaya penyusunan kerangka layanan drainase skala kota/kabupaten yang berkelanjutan dapat dikembangkan secara lebih realistis karena didasarkan pada kondisi dan potensi kelembagaan yang benar-benar nyata. Tujuan dilakukannya kajian kelembagaan dan kebijakan adalah : a. Mendeskripsikan peran dan tanggungjawab pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan drainase di Kabupaten Bengkayang. b. Mendeskripsikan kelengkapan dan kondisi pelaksanaan kebijakan drainase di Kabupaten Bengkayang. Lingkup kajian kelembagaan dan kebijakan mencakup di antaranya: pemetaan pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan sanitasi dan pemetaan kebijakan sanitasi Kabupaten Bengkayang. Hasil dari kajian ini diharapkan dapat menggambarkan peta kelembagaan dan kebijakan sub sektor drainase di Kabupaten Bengkayang. Adapun hasil dari kajian kelembagaan dan kebijakan di Kabupaten Bengkayang adalah sbb : Tabel 3.32: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan PEMANGKU KEPENTINGAN PEMERINTAH FUNGSI KABUPATEN SWASTA MASYARAKAT PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 66 Bab III

69 FUNGSI skala kab/kota Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan PENGELOLAAN Membersihkan saluran drainase lingkungan Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan PEMANGKU KEPENTINGAN PEMERINTAH KABUPATEN SWASTA MASYARAKAT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 67 Bab III

70 PERATURAN DRAINASE LINGKUNGAN Target capaian pelayanan pengelolaan drainase lingkungan di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan Tabel 3.33: Daftar Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Bengkayang KETERSEDIAAN PELAKSANAAN ADA (SEBUTKAN) TIDAK ADA EFEKTIF DILAKSANAKAN BELUM EFEKTIF DILAKSANAKAN TIDAK EFEKTIF DILAKSANAKAN KETERANGAN Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 68 Bab III

71 3.3.1 Sistem dan Cakupan Pelayanan Guna memetakan kondisi riil mengenai sistem pengelolaan drainase dan teknologi yang digunakannya, maka Pokja Sanitasi melakukan identifikasi dengan menggunakan metode diagram sistem sanitasi. Diharapkan dengan menggunakan metode ini, dapat diketahui berbagai sistem yang saat ini masih digunakan oleh Pemda maupun masyarakat dalam pengelolaan drainase, sehingga nantinya dapat dijadikan rekomendasi perbaikan sistem pengelolaan drainase dimasa yang akan datang. Adapun hasil kajian menggunakan metode diagram sistem sanitasi adalah sbb : Tabel 3.34: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase lingkungan INPUT Grey Water Grey Water Grey water Grey water USER INTERFACE Dapur Rumah Tangga Dapur Rumah Tangga Kamar mandi Kamar mandi PENGUMPULAN & PENAMPUNGAN/ PENGOLAHAN AWAL PENGANGKUTA N/ PENGALIRAN (SEMI) PENGOLAHAN AKHIR TERPUSAT PEMBUANGA N AKHIR/ DAUR ULANG Got Sungai pekarangan - Genangan Saluran tersier/got Saluran tersier/got Air Hujan Talang Got Saluran sekunder Saluran sekunder Genangan Sungai Sungai Air Hujan Talang Got --- Genangan Sungai KODE/NAMA ALIRAN Aliran Limbah D1 Aliran Limbah D2 Aliran Limbah D3 Aliran Limbah D4 Aliran Limbah D5 Aliran Limbah D6 KELOMPOK FUNGSI Tabel 3.35: Sistem pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten Bengkayang TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN JENIS DATA SEKUNDER (PERKIRAAN) NILAI DATA SUMBER DATA A B C D Pembuangan/daur ulang Sungai Panjang Lap. Adipura LH Jumlah Saluran induk Panjang DPU Pengaliran Saluran sekuder Panjang Penampungan awal Saluran tersier Panjang User interface Kamar mandi Jumlah rumah Dinkes Dapur/cuci piring Jumlah rumah Dinkes Keterangan: Tidak ada data E Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 69 Bab III

72 Gambar 3.8 Persentase Rumah Tangga Yang Pernah Mengalami Banjir Berdasarkan Gambar 3.8, diketahui bahwa semua rumah tangga responden pada klaster II (dua) tidak pernah terkena banjir (100%). Rumah tangga klaster II (dua) dalam Data Dinas Kesehatan adalah rumah tangga yang bertempat tinggal di daerah perbukitan, tidak terkena banjir, dan hanya terdapat genangan air di sekitar rumah karena air hujan dan limbah domestik (Tabel 3.9). Rumah tangga pada klaster III (tiga) sebagian besar terkena banjir beberapa kali dalam setahun (67,8%), hanya ada 29% rumah tangga yang terkena banjir sekali dalam setahun, 2% sekali atau beberapa kali perbulan dan hanya 1,2% yang tidak pernah. Sedangkan pada rumah tangga klaster IV (empat) ada sebanyak 72,5% yang terkena banjir dalam setahun, dan hanyan 15% yang terkena banjir beberapa kali dalam setahun, 8,1% sekali atau beberapa kali dalam sebulan, dan 4,4% yang tidak pernah terkena banjir Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 70 Bab III

73 Gambar 3.9 Persentase Rumah Tangga Yang Mengalami Banjir Rutin Gambar 3.9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden bertempat tinggal di daerah yang mengalami banjir secara rutin (74,1%). Responden terbanyak yang bertempat tinggal di daerah yang mengalami banjir secara rutin adalah responden pada klaster 2 yaitu sebesar 80,6%, sedangkan pada klaster 4 sebesar 60,9%. Responden yang bertempat tinggal di daerah yang tidak terkena banjir secara rutin adalah responden yang bertempat tinggal di daratan yang perbukitan yaitu responden pada klaster 2. Gambar 3.10 Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 71 Bab III

74 Sebagian besar responden bertempat tinggal di daerah yang digenangi air jika terjadi banjir selama lebih dari 1 hari (41,2%). Tempat tinggal responden yang terbanyak mengalami genangan air jika terjadi hujan selama lebih dari 1 jam adalah tempat tinggal responden klaster 4 yaitu sebesar 50%, sedangkan pada klaster 3 sebesar 37,1% kecuali responden pada klaster 2 yang tidak mengalami genangan air jika terjadi banjir karena bertempat tinggal di daerah yang tidak terkena banjir. Gambar 3.12 Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Kepemilikan SPAL Dari Gambar 3.12 diketahui bahwa sebagian besar responden tidak memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL) di rumah tangga (89,4%), hanya sebagian kecil (10,6%) yang memiliki dan itupun belum tentu dapat berfungsi dengan baik jika tidak dirawat dari tumpukan sampah dan sedimentasi dari pasir atau tanah yang terbawa arus air. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 72 Bab III

75 Kelurahan/Desa Tabel 3.36: Kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan/kelurahan/desa di Kabupaten Bengkayang Kondisi Drainase Jumlah Pembersihan Drainase Pengelola oleh Bangunan Di Atas Saluran Saat Ini Masyarakat Rutin Tidak Rutin Pemerintah RT RW Lancar Mampet Kelurahan (RT /RW) Swasta Ada Tidak Ada Kota L P L P L P Desa Tubajur Desa Sui Jaga B Desa Lembah Bawang Desa Suti Semarang Desa Samalantan Desa Mandor Desa Pisak Desa Gerantung Kel. Bumi Emas Desa Seluas Desa Kumba NO KOMPONEN Tabel 3.37: Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat NAMA PROGRAM / PROYEK / LAYANAN PELAKSANA/ PJ TAHUN MULAI KONDISI SARANA SAAT INI FUNGSI TIDAK FUNGSI ASPEK PMJK RUSAK PM JDR MBR SLBM Pembangunan MCK + Dinas PU 2012 Keterangan: PM = Pemberdayaan Masyarakat JDR = Jender MBR= Masyarakat Berpenghasilan Rendah Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 73 Bab III

76 NO KEGIATAN TAHUN Tabel 3.38 Kegiatan Komunikasi terkait komponen drainase lingkungan DINAS PELAKSANA TUJUAN KEGIATAN KHALAYAK SASARAN PESAN KUNCI PEMBELAJARAN 1 Tidak Ada Data 2 Keterangan Tidak ada Data Tabel 3.39 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait komponen drainase lingkungan ISU YANG NO JENIS MEDIA KHALAYAK PENDANAAN PESAN KUNCI EFEKTIVITAS DIANGKAT 1. Tidak Ada Data 2. Keterangan Tidak ada Data NO Tabel 3.40: Penyedia layanan pengelolaan drainase lingkungan yang ada di Kabupaten Bengkayang JENIS KEGIATAN/ NAMA TAHUN MULAI KONTRIBUSI PROVIDER/MITRA OPERASI/ POTENSI KERJASAMA TERHADAP POTENSIAL BERKONTRIBUSI SANITASI A B C D Komponen : Drainase Lingkungan 1. Tidak Ada Data 2. Keterangan Tidak ada Data Tabel 3.41: Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Komponen drainase lingkungan NO SUBSEKTOR BELANJA (RP) RATA RATA 1 Drainase (3a+3b) 1.a Pendanaan Investasi air limbah Tidak Ada Data 1.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD 1.c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun Keterangan Tidak ada Data PERTUM BUHAN (%) NO Tabel 3.42 Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Lingkungan RETRIBUSI SANITASI TAHUN (RP) SKPD PERTUM BUHAN (%) 1 Retribusi Drainase 1.a Realisasi retribusi Tidak Ada Data 1.b Potensi retribusi Keterangan Tidak ada Data Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 74 Bab III

77 3.3.7 Permasalahan Mendesak dan Isu Strategis Adapun permasalahan mendesak dan isu strategis permasalahan pengelolaan persampahan adalah sebagai berikut: a. Kondisi geografis wilayah Kabupaten Bengkayang yang dipisahkan oleh perairan sehingga masih minimnya tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang memadai yang dapat mencakup pelayanan semua ibu kota kecamatan. b. Dana APBD untuk kebersihan/persampahan kecil. c. Kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya masih kurang. d. Disiplin masyarakat masih kurang dalam hal jadwal buang sampah di TPS. e. Kebiasaan masyarakat yang lebih suka membakar sampah serta membuang ke sungai ketimbang dibuang di TPS untuk diangkut truk sampah dapat mencemari udara. f. Tingginya pertumbuhan penduduk yang dapat menyebabkan tingginya pula timbulan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga. 3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan Air bersih merupakan kebutuhan dasar (basic need) bagi penduduk, baik untuk memasak/minum, mencuci/mandi dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Bagi kebanyakan penduduk secara tradisional penggunaan air bersih bersumber dari air sungai dan air hujan. Sebagian besar kebutuhan air bersih di Kabupaten Bengkayang belum dilayani oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), sehingga kebutuhan air bersih masyarakat masih dilakukan dengan menampung air hujan, air tanah dan air permukaan. Kecamatan yang terlayani oleh PDAM Kabupaten Bengkayang adalah kecamatan Bengkayang. Pada tahun 2012, jumlah pelanggan PDAM mencapai sambungan, yang terdiri dari Sosial Umum 3 sambungan, Sosial khusus 83 sambungan, Rumah Tangga sambungan, Instansi Pemerintah 255 sambungan, Niaga kecil 260 sambungan, Niaga Besar 140 sambungan, Industri Kecil 1 sambungan, Industri Besar 1 sambungan dan Industri khusus 3 sambungan Kecilnya jangkauan pelayanan air bersih terhadap masyarakat yang di kelola PDAM terbatasnya dana yang tersedia, sehingga pengembangan perlu dilakukan secara bertahap untuk dapat menjangkau daerah lain yang belum terlayani. Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Bengkayang terdiri dari dua karakteristik kondisi alam yang membedakan yaitu wilayah pesisir atau pantai dan wilayah daratan yang berbukit-bukit. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 75 Bab III

78 Peta 3.7 Peta cakupan layanan air bersih (atau peta jaringan PDAM) Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 76 Bab III

79 Gambar 3.11 : Grafik Akses terhadap Air Bersih/Sumber Air Minum dan Memasak Tabel 3.44: Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten Bengkayang NO URAIAN SATUAN SISTEM PERPIPAAN KETERANGAN 1 Pengelola PDAM/ BPAM 2 Tingkat Pelayanan % 11,30 3 Kapasitas Produksi Lt/detik 71,21 4 Kapasitas Terpasang Lt/detik Jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit Jumlah Kran Air Unit 7 Kehilangan Air (UFW) % 6,30 8 Retribusi/Tarif (rumah tangga) M ,26 9 Jumlah pelanggan per kecamatan - Kecamatan Lumar Pelanggan - Kecamatan Bengkayang Pelanggan Kecamatan Sungai Betung Pelanggan - Kecamatan Ledo Pelanggan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Halaman 77 Bab III

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

Profil Sanitasi Wilayah

Profil Sanitasi Wilayah BAB 3 Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Kajian Wilayah Sanitasi Wilayah kajian sanitasi Kabupaten Nias adalah desa yang menjadi area sampel studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III Profil Sanitasi Wilayah

BAB III Profil Sanitasi Wilayah BAB III Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Perkembangan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Takalar Tahun 2008-2012 Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Takalar Tahun 2008 2012 No Uraian Belanja

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Tahun berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi awal yang memotret kondisi sanitasi dari berbagai aspek, tidak terbatas

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesawaran saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 KELOMPOK KERJA (POKJA) SANITASI KOTA BONTANG BAB I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA DESKRIPSI PROGRAM UTAMA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH 2.1 Letak Geografis dan Jumlah Penduduk Tenggarong merupakan salah satu Kecamatan dari 15 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan luas wilayah 398,10

Lebih terperinci

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA TAHUN LOGO2013 VISI Terciptanya Kondisi Lingkungan Masyarakat yang Sehat dan

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Percepatan Pembangunan Sanitasi 18 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari penyusunan Sanitasi Kabupaten Pinrang yang memaparkan mengenai tujuan, sasaran dan strategi

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2 KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2 Tabel 2.1 Luas daerah dan pembagian daerah administrasi Tabel 2.2 Jumlah Penduduk perkecamatan dan rata-rata kepadatannya Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH Sanitasi dalam hal ini yang kita tinjau adalah sektor air limbah, persampahan dan drainase lingkungan yang ada di Kabupaten Soppeng. Untuk menjelaskan kondisi sanitasi di

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Dari hasil analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap sub-sektor sanitasi maka telah dirumuskan tentang tujuan, sasaran dan strategi. Tujuan

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1 BAB 5: Hal 5-5. AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi EHRA dan persepsi SKPD terkait

Lebih terperinci

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO Dalam bab ini akan dirinci data terkait kondisi sanitasi saat ini yang dapat menggambarkan kondisi dan jumlah infrastruktur sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG KELOMPOK KERJA AIR MINUM & PENYEHATAN LINGKUNGAN (POKJA AMPL) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) Kota Bontang

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan dan pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi kota. Kabupaten Pesisir Barat merumuskan strategi layanan sanitas didasarkan

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 No PERMASALAHAN MENDESAK ISU-ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN INDIKATOR STRATEGI INDIKASI PROGRAM INDIKASI KEGIATAN A SEKTOR AIR LIMBAH A TEKNIS/AKSES 1 Belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain:

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain: BAB I PENDAHULUAN Program dan dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, juga merupakan

Lebih terperinci

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA STRATEGII SANIITASII KOTA PROBOLIINGGO 4.1. TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN 4.1.1. Sub Sektor Air Limbah Mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan prasarana

Lebih terperinci

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pengelolaan pembangunan air limbah domestik Kota Tangerang yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah akses 100% terlayani (universal akses)

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak

Lebih terperinci

MAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING

MAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING LATAR BELAKANG Permasalahan sanitasi di Kabupaten Mamasa merupakan masalah yang harus segera mendapatkan perhatian serius baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh melalui

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT ANALISIS SWOT Air Limbah Domestik A. Analisa SWOT O lingkungan mendukung agresif stabil w lemah selektif berputar Besar-besaran kuat s * (-39 : -24) ceruk terpusat lingkungan

Lebih terperinci

3.1. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/RESPONDEN

3.1. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/RESPONDEN Bagian 3 DATA DAN ANALISIS HASIL SURVEY EHRA KABUPATEN BENGKULU TENGAH 3.1. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/RESPONDEN Bagian ini memaparkan sejumlah variable survey yang berkaitan dengan status rumah tangga/responden

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI GAMBARAN UMUM CIMAHI OTONOMI SEJAK TAHUN 2001 LUAS CIMAHI = ± 40,25 Km2 (4.025,75 Ha) WILAYAH: 3 KECAMATAN 15 KELURAHAN 312 RW DAN 1724 RT 14 PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK 2012

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana 3.1. Promosi Higiene dan Sanitasi di Kabupaten Jembrana Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam meningkatkan sanitasi lingkungan baik

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 4 Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi 1.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi Program

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin... Daftar Isi Kata Pengantar Bupati Merangin... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Peta... vi Daftar Gambar... vii Daftar Istilah... viii Bab 1: Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan

Lebih terperinci

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan Lampiran E. Deskripsi Program & Kegiatan Tabel Deskripsi Program / Kegiatan Komponen Air Limbah Program Penyusunan Masterplan Air Limbah Latar Belakang Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Pembangunan sanitasi sekarang ini masih berjalan lambat karena dipengaruhi oleh beberapa hal. Sanitasi merupakan kebutuhan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA Secara umum kondisi pengelolaan sanitasi Kabupaten masih belum memadai hal ini dikarenakan beberapa faktor, utamanya masih terbatasnya infrastruktur

Lebih terperinci

PPSP BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN MELAWI

PPSP BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN MELAWI BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN MELAWI Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan APBD Kabupaten Melawi Tahun Anggaran 2009 Sampai dengan Tahun Anggaran 2013 No Uraian Belanja (Rp.) 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017 Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua

Lebih terperinci

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment) LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk KABUPATEN PASAMAN BARAT 2016 1 LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Sub Sektor Air Limbah Program Penyusunan Master Plan Air Limbah Latar Belakang Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari perencanaan. Dokumen ini sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Tujuan Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik Secara umum kegiatan pengelolaan limbah cair di Kota Yogyakarta sudah berjalan dengan cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah.

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah. Lampiran 1 Lembar Observasi Penelitian Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias Sumatera UtaraTahun 2014 Nama : Umur : Jenis

Lebih terperinci

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi 213 Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1 Visi Misi Sanitasi Terwujudnya Kabupaten Kayong Utara yang sehat melalui pembangunan infrastruktur dasar sanitasi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat

Lebih terperinci

Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013 KATA PENGANTAR

Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki

Lebih terperinci

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 5 Strategi Monitoring dan Evaluasi 1.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi Implementasi SSK Monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan

Lebih terperinci

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI Oleh: MADE YATI WIDHASWARI NRP. 3310 202 712 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. NIEKE KARNANINGROEM,

Lebih terperinci

B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1 ENABLING AND SUSTAINABILITY ASPECT Aspek-aspek non teknis yang menunjang keberlanjutan program dimaksudkan dalam bagian ini adalah isu-isu

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BENGKAYANG LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment) Kabupaten : Bengkayang Provinsi : Kalimantan Barat

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI SANITASI KOTA (SSK) KOTA TERNATE BAB 3

BAB 3 STRATEGI SANITASI KOTA (SSK) KOTA TERNATE BAB 3 Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi kabupaten. Rumusan strategi Kota Ternate untuk layanan

Lebih terperinci

BAB 3. (Universal Acces) pada tahun Adapun ketujuh kecamatan di maksud adalah: Ternate

BAB 3. (Universal Acces) pada tahun Adapun ketujuh kecamatan di maksud adalah: Ternate .1 Wilayah Kajian Sanitasi Pertumbuhan kawasan perkotaan dan perdesaan yang cepat secara langsung berimplikasi pada bangunan infrastruktur dasar pelayanan publik. Kurangnya pelayanan prasarana lingkungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 POKJA SANITASI KABUPATEN TANAH DATAR 2015 Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Beresiko 1.1 Struktur Organisasi Daerah dan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Bab ini menjelaskan mengenai strategi sanitasi yang mencakup tidak hanya aspek teknis saja tetapi juga aspek non teknis (kelembagaan, pendanaan, komunikasi, partisipasi

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI Improved Latrine/Jamban Layak sesuai dengan MDG termasuk WC siram/leher angsa yang tersambung ke pipa pembuangan limbah (sewer), - septic tank, atau lubang, WC cubluk dengan

Lebih terperinci

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR III - 1

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR III - 1 3.1. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene 3.1.1. Tatanan Rumah Tangga 3.1.2. Tatanan Sekolah 3.2. Pengelolaan Air Limbah Domestik 3.2.1 Kelembagaan Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR III

Lebih terperinci

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana 3.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene 3.1.1 Tatanan Rumah Tangga Studi EHRA di Kabupaten Jembrana adalah studi yang relatif pendek (sekitar

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI 2013 Tangga

Lebih terperinci

2. Program Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Domestik Sistem Setempat dan Sistem Komunal

2. Program Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Domestik Sistem Setempat dan Sistem Komunal Lampiran 5 Diskripsi Program Utama A. Komponen Air Limbah Domestik 1. Program Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota sabang belum memiliki Qanun atau Peraturan Walikota; mengenai pengelolaan air limbah,

Lebih terperinci

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 L-3 Kerangka Kerja Logis TABEL KKL Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 TABEL KKL SUBSEKTOR KEGIATAN AIR LIMBAH IPLT masih dalam proses optimalisasi BABs masih 34,36% Cakupan layanan sarana prasarana

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki

Lebih terperinci

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH Bab ini menjelaskan kondisi dari berbagai komponen dan permasalahan sanitasi yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara. 3.1 Promosi Higiene dan Sanitasi Promosi higiene

Lebih terperinci

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana 3.1. Promosi Higiene dan Sanitasi di Kabupaten Jembrana Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam meningkatkan sanitasi lingkungan baik

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI Bab ini merupakan milistone keempat penyusunan Buku Putih Sanitasi yang sangat penting bagi Kabupaten karena akan menetapkan prioritas wilayah

Lebih terperinci

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Direktorat Pengembangan PLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat APA YANG DISEBUT SANITASI?? Perpres 185/2014

Lebih terperinci

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN ( STOP BABS ) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 3 PROFIL SANITASI WILAYAH

BAB 3 PROFIL SANITASI WILAYAH BAB 3 PROFIL SANITASI WILAYAH Perkembangan pendanaan sanitasi kota metro untuk sub sektor air limbah, sampah rumah tangga, drainase lingkungan dari tahun 2009 sebesar Rp. 1.225.147.465 terjadi peningkatan

Lebih terperinci

1. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016

1. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016 1. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016 1. Jumlah masyarakat yang BABS di Barat adalah 28.257 KK atau 15.58%. 2. Jumlah masyarakat yang menggunakan cubluk/tangki

Lebih terperinci

ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN. Jumlah KK yang tidak mempunyai jamban dari 30% menjadi 0% di tahun 2018

ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN. Jumlah KK yang tidak mempunyai jamban dari 30% menjadi 0% di tahun 2018 KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) AIR LIMBAH PERMASALAHAN MENDESAK ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN PERNYATAAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 30% penduduk Wakatobi tidak memiliki jamban

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Strategi percepatan pembangunan sanitasi berfungsi untuk mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui

Lebih terperinci