PPSP BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN MELAWI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PPSP BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN MELAWI"

Transkripsi

1 BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN MELAWI Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan APBD Kabupaten Melawi Tahun Anggaran 2009 Sampai dengan Tahun Anggaran 2013 No Uraian Belanja (Rp.) Rata-rata Pertumbuhan 1 Belanja ( ) 668,000,000 3,297,125,300 1,372,730,000 2,463,925,000 5,076,174,700 25% 1.1 Air Limbah Domestik Sampah rumah tangga ,500,000 53,455,000 36,505,000 25% 1.3 Drainase lingkungan 668,000,000 3,297,125,300 1,339,000,000 2,363,800, ,00 25% 1.4 PHBS ,230,000 46,670,000 32,843,000 25% 2 Dana Alokasi Khusus ( ) 2,419,200, ,375,964, ,689, ,00 25% 2.1 DAK 2,419,200, ,285,764, ,893,000 1,649,650, % 2.2 DAK Lingkungan Hidup ,200,000 88,000,000 1,750,280, % 3 Pinjaman/Hibah untuk Bantuan Keuangan Provinsi untuk Belanja APBD murni untuk (1-2-3) 668,000,000 3,297,125,300 1,372,730,000 2,463,925,000 5,076,174, % Total Belanja Langsung 258,043,534,189,76 215,630,675,133,85 256,777,9687,207,75 302,433,284,076,77 426,820,597, % % APBD murni terhadap Belanja Langsung 0.30% 1.50% 0.05% 0.80% 1.19% 0.22% Sumber : APBD Kab. Melawi Tahun (%) POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 48

2 Tabel 3.2 Realisasi dan Potensi Retribusi Perkapita No SKPD Retribusi Tahun (Rp) Retribusi Air Limbah a Realisasi retribusi Pertumbuhan (%) 1.b Potensi retribusi Retribusi Sampah ,521, ,500,000 78,298,000 26,099,333 2.a Realisasi retribusi ,521, ,500,000 78,298,000 26,099,333 2.b Potensi retribusi Retribusi Drainase a Realisasi retribusi b Potensi retribusi Total Realisasi Retribusi (1a+2a+3a) ,521, ,500,000 78,298,000 26,099,333 5 Total Potensi Retribusi (1b+2b+3b) Proporsi Total Realisasi Potensi Retribusi (4/5) ,521, ,500,000 78,298,000 26,099,333 Sumber : Dinas Kebersihan Kabupaten Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 49

3 3.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Melawi, khususnya dalam menjaga kesehatan lingkungan dan masyarakat. Diantaranya adalah dengan diselenggarakannya lomba kebersihan lingkungan seperti Lomba Desa, Lomba Kader Posyandu, dan sebagainya. Hal tersebut salah satunya bertujuan untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga kualitas kesehatan masyarakat dapat terjaga. Indikator yang digunakan dalam penilaian berupa indikator fisik seperti; kondisi kebersihan kawasan (jalan utama, halaman, kamar mandi, selokan), pengelolaan penanganan sampah (sarana pembuangan sampah/ bak sampah, pemilahan sampah, pengolahan sampah/3r). Beberapa kategori yang dilombakan adalah kategori sekolah, kantor kelurahan, wilayah kelurahan, rumah tangga, fasilitas umum (fasum) dan perkantoran. Salah satu upaya yang lain untuk meningkatkan perilaku masyarakat da keluarga dalam perilaku hidup bersih dan sehat adalah dengan tatanan rumah tangga yang relatif terjamin. Kendala yang dihadapi adalah bagaimana memperbaiki perilaku keluarga dan masyarakat, terutama perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk upaya mencari pelayanan kesehatan serta memperbaiki akses, memperbaiki kesehatan lingkungan termasuk air bersih dan sanitasi, pengendalian penyakit menular, dan pemenuhan gizi yang cukup. Perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia disamping sandang dan pangan, rumah dikatakan sehat apabila rumah tersebut memenuhi empat kriteria dasar sanitasi yang baik, yaitu memiliki jamban yang sehat, akses air bersih, sampah dan sarana pembuangan air limbah Tatanan Rumah Tangga Selain dari data sekunder yang disampaikan terkait bagaimana PHBS dan Promosi higienis di tatanan rumah tangga untuk kabupaten Melawi, Pokja sanitasi telah melaksanakan studi EHRA pada bulan Juni tahun 2013 oleh Tim EHRA dan Dinkes sebagai penanggung jawab dan enumerator sebagai pelaksana tingkat desa diambil dari kader posyandu setempat sedangkan untuk supervisor diambil dari sanitarian puskesmas wilayah survey. POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 50

4 Metoda penentuan target area survey secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah Probability Sampling. Berdasarkan Kaidah ini setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Dengan demikian metoda sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Teknik ini sangat cocok digunakan untuk menentukan jumlah sampel jika area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel dilakukan di daerah populasi yang telah ditetapkan sebagai target area survey. Berdasarkan clustering kecamatan yaitu sebanyak 11 kecamatan disepakati dari masing masing cluster sebanyak 20 desa dan total responden adalah 800 di seluruh wilayah kabupaten Melawi. Adapaun tujuan pelaksanaan studi EHRA adalah untuk mengumpulkan data primer tentang gambran situasi sanitasi dana perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan kabupaten saat ini antara lain : a. Mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan. b. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi. c. Menyediakan dasar informasi yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan. Sementara studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilkau masyarakat, seperti : A. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup: a. Sumber air minum, b. Layanan pembuangan sampah, c. Jamban, d. Saluran pembuangan air limbah. B. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan mengacu kepada STBM: a. Buang air besar, b. Cuci tangan pakai sabun, c. Pengelolaan air minum rumah tangga, d. Pengelolaan sampah dengan 3R, e. Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan). POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 51

5 Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) di Kabupaten Melawi bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan. Hasil dari studi EHRA ini adalah sebagai salah satu bahan utama untuk menyusun Buku Putih dan Strategi Kabupaten Melawi. Metode penentuan target area survey secara geografi dan demografi melalui proses Klastering dengan metode sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan 4 (empat) kriteria utama yaitu jumlah kepadatan penduduk, angka kemiskinan, daerah/ wilayah yang dialiri sungai/ saluran drainase/ saluran irigasi, daerah Genangan. Dari kesepakatan di tingkat Pokja, penentuan klaster kecamatan diperoleh 8 kecamatan yang menjadi wilayah survey yaitu Kecamatan Tanah Pinoh, S a y a n, Belimbing, Nanga Pinoh, Pinoh Utara, Pinoh Selatan, Ella hilir dan Belimbing Hulu Sedangkan untuk penentuan jumlah sampel/responden dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak permpuan yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Penentuan jumlah sampel dalam skala Kabupaten menggunakan rumus Slovin dan diperoleh hasil responden di 20 desa/ kelurahan yang berada di 8 kecamatan klastering tersebut di atas. Distribusi desa/ kelurahan per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA dapat dilihat pada grafik dibawah ini : POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 52

6 Gambar 3.1 Grafik Distribusi Desa Per Kluster Lokasi Studi EHRA Klaster Klaster Klaster 2 Klaster Tidak Disurvey Disurvey Klaster Sumber : Hasil Analisis Study EHRA Oleh tim Pokja PPSP Kab. Melawi Hasil Studi EHRA Kabupaten Melawi adalah sebagai berikut : a. Sumber Air Air merupakan kebutuhan utama dari setiap individu dan masyarakat. Kecukupan air dan kualitas air akan sangat berpengaruh terhadap individu masyarakat dan kesehatan lingkungan. Jenis jenis sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri terutama sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air ledeng/ PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan PAH (air hujan ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Untuk akses rumah tangga terhadap air bersih pada skala Kabupaten berdasarkan hasil survei dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini : POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 53

7 Gambar 3.2 : Grafik sumber air bersih skala kabupaten A. Air botol kemasan (Minum) B. Air isi ulang (Minum) C. Air Ledeng dari PDAM (Minum) D. Air hidran umum - PDAM (Minum) E. Air kran umum - PDAM/PROYEK (Minum) F. Air sumur pompa tangan (Minum) G. Air sumur gali terlindungi (Minum) H. Air sumur gali tdk terlindungi (Minum) I. Mata air terlindungi (Minum) J. Mata air tdk terlindungi (Minum) K. Air hujan (Minum) L. Air dari sungai (Minum) M. Air dari waduk/danau (Minum) N. Lainnya (Minum) Sumber : Hasil Analisis Study EHRA Oleh tim Pokja PPSP Kab. Melawi Dari Grafik 3.2 diatas dapat diketahui bahwa air bersih sebagian besar masyarakat Melawi berdasarkan survei EHRA adalah berasal dari Air botol kemasan (3,3%), Air isi Ulang (minum) 25,2 %, air ledeng PDAM 16,7%, air sumur pompa tangan (5,2%), air sumur gali terlindungi 8,3 %, air sumur gali tidak terlindungi 10 %, mata air terlindung 5,3%, mata air tidak terlindungi 8,9 %, Air hujan 6,1 %, Air dari sungai 13,1 %, air dari waduk/danau 0,2 % dan lainnya 2,8 %. Sedangkan untuk masing masing kluster dapat dilihat pada gambar di grafik di bawah ini : POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 54

8 Gambar 3.3 Grafik sumber air bersih per kluster 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Klaster 4 Klaster 3 Klaster 2 Klaster 1 Klaster 0 Sumber : Hasil Analisis Study EHRA Oleh tim Pokja PPSP Kab. Melawi Dari Gambar 3.3 diatas dapat diketahui bahwa pada kluster 0 air bersih masyarakat paling banyak diperoleh dari air isi ulang (36,1%) dan air sumur terlindungi (16%). Pada kluster 1 air bersih masyarakat paling banyak diperoleh dari air ledeng PDAM (29,2%) dan air isi ulang (16%). Pada kluster 2 air bersih masyarakat paling banyak diperoleh dari mata air tidak terlindungi (32% ) dan air sumur gali terlindungi (17,9%). Sedangkan pada kluster 3 air bersih masyarakat paling banyak air isi ulang (34%) dan airsungai (29%). Sedangkan pada klaster 4 sumber air bersih masyarakat paling banyak air sumur pompa (42%) dan air isi ulang (27,5%) b. Persampahan Pengelolaan sampah sangat penting dilakukan ditingkat rumah tangga yang bertujuan untuk mengurangi volume sampah dan pemanfaatan sampah menjadi barang yang mempunyai nilai. Berdasarkan hasil survei EHRA pengelolaan sampah rumah tangga pada skala kabupaten dapat dilihat pada diagram pie dibawah ini : POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 55

9 Gambar 3.4 Grafik Diagram batang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Skala Kabupaten Melawi Dikumpulkan dan dibuang ke TPS Dibakar Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah Dibuang ke sungai/kali/laut/danau 20.0 Dibiarkan saja sampai membusuk Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk 1 Lain-lain Sumber : Hasil Analisis Study EHRA Oleh tim Pokja PPSP Kab. Melawi Dari Gambar grafik 3.4 diatas, dapat dilihat bahwa pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat sebagian besar adalah dibakar (63,9%), dibuang kedalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah (0,7%), dibuang ke sungai (26,2%) dan dibuang di lahan kosong/ kebun/ hutan dan dibiarkan membusuk (2,2%). Dari hasil survei tersebut terlihat bahwa sebagian masyarakat belum menjadi penerima layanan sampah dan belum melakukan pemanfaatan sampah (3R) sehingga sampah dapat mencemari tanah, air dan udara (gas hasil pembakaran sampah). Sedangkan untuk masing masing kluster dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini: POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 56

10 Gambar 3.5 Grafik Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Per Kluster 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Klaster 4 Klaster 3 Klaster 2 Klaster 1 Klaster 0 Sumber : Hasil Analisis Study EHRA Oleh tim Pokja PPSP Kab. Melawi Dari Grafik 3.5 diatas dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah rumah tangga pada kluster 0 sebagian besar adalah dengan dibakar (65%) dan dibuang ke sungai (22%). Pada kluster 1 pengelolaan sampah rumah tangga yang terbanyak adalah dengan dibakar (73%) dan dibuang ke sungai (15,8%). Pada kluster 2 pengelolaan sampah rumah tangga yang terbanyak adalah dengan dibakar (91%) dan dibuang ke sungai (15,8%). Sedangkan pada kluster 3 pengelolaan sampah rumah tangga yang terbanyak adalah dengan dibuang ke sungai (62,5%) dan dibakar (35%). Sedangkan klaster 4 pengelolaan sampah banyak dilakukan dengan cara dibuang kesungai (62,5%) dan dibakar (35%) c. Air Limbah Domestik Air limbah domestik adalah air buangan dari rumah penduduk yang berasal dari pembuangan tinja manusia. Pengelolaan tinja manusia memerlukan penanganan yang khusus karena tinja mengandung bakteri patogen yang dapat menularkan penyakit seperti Thypus, Hepatitis, diare dan sebagainya. Berdasarkan hasil survei EHRA mengenai tempat Buang Air Besar (BAB) orang dewasa skala kabupaten dapat terlihat dari Grafik di bawah ini : POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 57

11 Gambar 3.6 Diagram batang Tempat BAB Orang Dewasa Skala Kabupaten A. Jamban pribadi B. MCK/WC Umum C. Ke WC helikopter D. Ke sungai/pantai/laut 30.0 E. Ke kebun/pekarangan G. Ke lubang galian H. Lainnya, I. Tidak tahu Sumber : Hasil Analisis Study EHRA Oleh tim Pokja PPSP Kab. Melawi Dari Diagram 3.3 diatas terlihat bahwa tempat BAB orang dewasa sebagian besar adalah di jamban pribadi (61,7%), sungai/ pantai/ laut (35,3%) dan di lubang galian (0,3%). Dari data tersebut terlihat bahwa masih adanya masyarakat yang BAB tidak di tempat yang aman (3,6%) sehingga perlu dilakukan kegiatan untuk merubah perilaku BAB sehingga mereka mau BAB di tempat yang aman yaitu jamban pribadi. Sedangkan untuk tempat BAB orang dewasa per kluster dapat di lihat pada gambar grafik dibawah ini : POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 58

12 Gambar 3.7 Grafik Tempat BAB Orang Dewasa Per Kluster 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Klaster 4 Klaster 3 Klaster 2 Klaster 1 Klaster 0 Sumber : Hasil Analisis Study EHRA Oleh tim Pokja PPSP Kab. Melawi Dari Gambar grafik 3.7 diatas terlihat bahwa pada kluster 0 tempat BAB orang dewasa yang terbanyak adalah di jamban pribadi (63,9%) dan di sungai (36,1%). Pada kluster 1 tempat BAB orang dewasa yang terbanyak adalah di jamban pribadi (69,1%) dan di sungai (23%). Pada kluster 2 tempat BAB orang dewasa yang terbanyak adalah di jamban pribadi (73%) dan di sungai (21,8%). Sedangkan pada kluster 3 tempat BAB orang dewasa yang terbanyak adalah di sungai (61,8%) dan di jamban pribadi (40,1%). Pada klaster 4 masyarakat keebanyakan melakukan BAB di jamban pribadi (72,5%) dan di sungai (25%) d. Genangan Genangan Kondisi saluran air rumah tangga merupakan indikator yang menjadi peranan penting pada Survei EHRA, karena saluran air yang tidak memadai dapat menyebabkan banjir pada musim penghujan dan genangan air yang beresiko memunculkan penyakit terutama deman berdarah dan malaria. Berdasarkan hasil survei EHRA mengenai kejadian banjir/ genangan pada skala kabupaten dapat dilihat pada gambar diagram pie di bawah ini POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 59

13 Gambar 3.8 Digram Batang Kejadian Banjir/ Genangan Skala Kabupaten Tidak pernah 40.0 Sekali dalam setahun Beberapa kali dalam Sekali atau beberapa dalam sebulan Tidak tahu Sumber : Hasil Analisis Study EHRA Oleh tim Pokja PPSP Kab. Melawi Pada Gambar Diagram 3.8 di atas terlihat bahwa mayoritas rumah atau lingkungan masyarakat tidak pernah mengalami banjir (58,8%), beberapa kali dalam setahun (14,7%) dan sekali dalam setahun (24,7%). Sedangkan untuk kejadian banjir/ genangan pada masing masing kluster dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini : Gambar 3.9 Grafik Kejadian Banjir/ Genangan Per Kluster 100% 80% 60% 40% 20% 0% Tidak pernah Sekali dalam setahun Beberapa kali dalam Sekali atau beberapa dalam sebulan Tidak tahu Klaster 4 Klaster 3 Klaster 2 Klaster 1 Klaster 0 Sumber : Hasil Analisis Study EHRA Oleh tim Pokja PPSP Kab. Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 60

14 Dari Gambar Grafik 3.9 diatas terlihat bahwa kejadian banjir/ genangan di rumah atau lingkungan pada kluster 0 yang terbanyak adalah tidak pernah banjir (58%) dan beberapa kali dalam setahun (24,6%), sekali dalam setahun (15,6%). Pada kluster 1 yang terbanyak adalah tidak pernah banjir (80,7%) dan sekali dalam setahun (14%). Pada kluster 2 yang terbanyak adalah tidak pernah banjir (61,5%) dan beberapa kali dalam setahun (34,6%). Sedangkan pada kluster 3 yang tebanyak adalah sekalidalam setahun (38,2%) dan beberapa kali dalam setahun (31,8%). Pada klaster 4, yang terbanyak adalah sekali dalam setahun (45%) dan tidak pernah banjir (40%) e. Perilaku Hidup Bersih Sehat Kebiasaan masyarakat dalam hal mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu cara untuk mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kebiasaan mencuci tangan yang dilakukan oleh masyarakat dalam survei EHRA sangat berhubungan erat dengan kesehatan. Kebiasaan tidak mencuci tangan pada waktu-waktu penting merupakan salah satu faktor penyebab masuknya penyakit ke dalam tubuh, misalnya diare. Balita sangat rawan terkena diare. Bila kebiasaan mencuci tangan diterapkan pada waktu penting oleh masyarakat, khususnya yang memiliki anak Balita maka resiko Balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare dapat berkurang. Waktu cuci tangan yang penting diterapkan oleh masyarakat yang memiliki anak antara lain adalah : 1) sesudah buang air besar; 2) sesudah menceboki pantat anak; 3) sebelum menyantap makanan; 4) sebelum menyuapi anak; serta 5) sebelum menyiapkan makanan. Kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS) di lima waktu penting pada skala kabuapten dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini: POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 61

15 Gambar Diagram Pie Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun Skala Kabupaten CTPS TIDAK CTPS Sumber : Hasil Analisis Study EHRA Oleh tim Pokja PPSP Kab. Melawi Dari Gambar Diagram 3.10 diatas dapat terlihat bahwa sebagian besar masyarakat tidak mempunyai kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS) di lima waktu penting (40%). Sedangkan kebiasaan CTPS di lima waktu penting pada masing masing kluster padat dilihat pada gambar grafik di bawah ini : Gambar 3.11 Diagram Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Per Kluster KLUSTER KLUSTER KLUSTER 2 KLUSTER TIDAK CTPS CTPS KLUSTER Sumber : Hasil Analisis Study EHRA Oleh tim Pokja PPSP Kab. Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 62

16 Dari Grafik 3.11 diatas terlihat bahwa pada kluster 0 masyarakat yang tidak melakukan CTPS kluster sebanyak 34,8 %, kluster 1 sebanyak 41,4 %, kluster 2 sebanyak 54,2 % kluster 3 sebanyak 34,4 % dan kluster 4 sebanyak 20,6 %. f. Area Beresiko Indeks resiko sanitasi Kabupaten Melawi Tahun 2013 hasil studi EHRA berdasarkan 5 variabel yaitu sumber air, air limbah domestik, persampahan, genangan air dan perilaku hidup bersih sehat dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Gambar 3.12 Grafik Indeks Resiko Grafik Indeks Risiko Kabupaten Melawi CLUSTER 0 CLUSTER 1 CLUSTER 2 CLUSTER 3 CLUSTER 4 5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT. 4. GENANGAN AIR. 3. PERSAMPAHAN. 2. AIR LIMBAH DOMESTIK. 1. SUMBER AIR Sumber : Hasil Analisis Study EHRA Oleh tim Pokja PPSP Kab. Melawi Dari Gambar Grafik 3.12 diatas terlihat bahwa pada kluster 0 resiko sanitasi yang terbesar pada variabel limbah domestik ( 67% ), Genangan Air (54%), PHBS (50%). Pada kluster 1 resiko sanitasi terbesar pada variabel Limbah domestik (61%), Persampahan (48%) dan PHBS (48%). Pada kluster 2 resiko sanitasi terbesar pada variabel persampahan (48%), PHBS (46%) dan Genangan air (44%). Sedangkan pada kluster 3 resiko sanitasi terbesar pada variabel Genangan air (73%), air limbah domestik (66%) dan PHBS (58%). Dari hasil indeks resiko sanitasi diperoleh kategori daerah beresiko sanitasi sebagai berikut : Kluster 1 dan 2 masuk dalam kategori kurang beresiko (Resiko 1). POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 63

17 Kluster 3 masuk dalam kategori resiko sangat tinggi (Resiko 4). Kluster 4 masuk dalam kategori beresiko sedang (Resiko 2). Berdasarkan indeks resiko sanitasi tersebut diatas, prioritas masalah yang mendesak adalah : a. Persampahan. - Masih minimnya masyarakat yang menjadi penerima layanan sampah sehingga diperlukan suatu upaya dari pemerintah, swasta dan masyarakat dalam hal pengelolaan sampah mulai dari pemilahan sampah di rumah, pengumpulan sampah dari rumah, pemilahan dan pengangkutan sampah ke TPS serta pemilahan dan pengangkutan sampah ke TPA. - Mayoritas masyarakat melakukan pembakaran yang akan menyebabkan polusi udara yang pada akhirnya akan merusak lapisan ozon dan menimbulkan efek rumah kaca. Untuk itu perlu di lakukan kegiatan sosialisasi mengenai hal tersebut. - Di samping membakar sampah, masyarakat terutama di pedesaan yang mempunyai lahan kosong yang luas membuang sampahnya di tempat tersebut sehinnga dapat mencemari tanah dan sumber air. Perlu dilakukan sosialisasi pengolahan sampah menjadi kompos agar tanah pertanian mereka menjadi subur. - Masih minimnya masyarakat yang memanfaatkan sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi dan penyuluhan yang lebih intensif mengenai pengelolaan sampah dengan metode 3 R (Reuse, Reduce, Recycle). b. Air Limbah Domestik - Masih di temuinya masyarakat yang BAB di sembarang tempat terutama di daerah aliran sungai. Untuk itu diperlukan suatu upaya merubah perilaku mereka supaya mau BAB di jamban dengan cara melakukan pemicuan. - Masih banyaknya jamban keluarga model cubluk yang bisa mencemari sumber air bila jaraknya < 10 meter dari sumber air. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan jamban yang sehat. POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 64

18 c. Perilaku Hidup Bersih Sehat - Sangat minimnya kesadaran masyarakat untuk melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) di lima waktu penting. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya CTPS di lima waktu penting karena dapat mencegah dari penularan penyekit diare. - Minimnya media promosi untuk gerakan PHBS Tatanan Sekolah PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkankesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu : 1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun. 2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah. 3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat. 4. Olahraga yang teratur dan terukur. 5. Memberantas jentik nyamuk. 6. Tidak merokok di sekolah. 7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan. 8. Membuang sampah pada tempatnya. Sekolah yang sehat merupakan suatu keharusan, hal ini dikarenakan karena akan mempengaruhi keberlangsungan proses pendidikan. Sama halnya dengan rumah sehat, sekolah sehat yang ada di Kabupaten Melawi mempunyai empat kriteria sanitasi dasar yang sehat. Kondisi sekolah sehat adalah dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.3 berikut : POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 65

19 Tabel 3.3: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Sumber Air Bersih Jumlah Fas. Cuci Persediaan Jumlah Tempat Siapa yang membersihkan toilet Nama Sekolah PDAM SPT SGL Toilet/W Tangan Sabun Kencing S K T S K T S K T C Y T Y T Siswa guru Pesuruh SDN 10 Manding SDN 19 Tanjung Tengang SDN 5 BELOYANG SDN 26 SIDOMULYO SDN 8 NUSA KENYIKAP SDN 7 Sungai Bakah SDN 8 Poring POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 66

20 SDN 20 LENGKONG NYADOM SDN 15 LAMAN BUKIT SDN 4 BATU AMPAR SDN 2 Boli Pintas SDN 2 Nanga Kayan SDN 1 Kota Baru SDN 9 SAYAN SDN 25 KAYAN SEMAPAU POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 67

21 SMPN 01 Nanga Pinoh SMPN 03 Pinoh Utara SATAP SMPN 02 Sayan SMPN 01 Belimbing SMPN 01 Belimbing Hulu SMPN 01 Tanah Pinoh SMAK Ekklesia SMA Manggala Mandiri SMAN 1 Sayan POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 68

22 SMAN 1 BELIMBING SMKN 1 Belimbing Hulu Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Melawi Keterangan: S = selalu tersedia aitidak SPT = Sumur pompa tangan SGL = Sumur gali POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 69

23 Tabel 3.4: Kondisi sarana Sekolah (Tingkat Sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (Pengelolaan Sampah dan Pengetahuan Higiene) Nama Sekolah Apakah pengetahuan ttg Higiene dan diberikan Ya, saat pertemuan / penyuluhan tertentu Ya, saat mata pelajaran PenJas di kelas Tidak pernah Apakah ada dana utk air bersih / sanitasi / pend. Higiene Ya Tidak Cara Pengelolaan Sampah Dibuat Dikumpulkan Dipisahkan kompos Tempat buangan air kotor Dari Toliet Dari Kamar Mandi Kapan Tangki Septik Dikosongkan Kondisi Higiene Sekolah SDN 10 Manding buruk SDN 19 Tanjung Tengang buruk SDN 5 BELOYANG buruk SDN 26 SIDOMULYO buruk SDN 8 NUSA KENYIKAP buruk SDN 7 Sungai Bakah buruk SDN 8 Poring buruk SDN 15 LAMAN BUKIT SDN 20 LENGKONG buruk NYADOM POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 70

24 SDN 4 BATU AMPAR buruk SDN 2 Boli Pintas buruk SDN 2 Nanga Kayan buruk SDN 1 Kota Baru buruk SDN 9 SAYAN buruk SDN 25 KAYAN buruk SEMAPAU SMPN 01 Nanga Pinoh buruk SMPN 03 Pinoh Utara SATAP - - buruk SMPN 02 Sayan buruk SMPN 01 Belimbing buruk SMPN 01 Belimbing buruk Hulu SMPN 01 Tanah Pinoh buruk SMAK Ekklesia buruk SMA Manggala buruk Mandiri SMAN 1 Sayan buruk SMAN 1 BELIMBING Buruk SMKN 1 Belimbing Sumber Hulu : Dinas Pendidikan Kab. Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 71

25 3.2 Pengelolaan Air Limbah Domestik Penanganan air limbah domestik bertujuan untuk mengatasi dampak buruk limbah rumah tangga yaitu terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan Kelembagaan Kegiatan pengelolaan dan pengendalian limbah cair baik yang ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga di Kabupaten Melawi merupakan tanggung jawab dari Pemerintah kabupaten Melawi yang dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga & Cipta Karya Kabupaten Melawi, namun kerjasama tetap diperlukan dengan instansi lain seperti Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), dibawah pengawasan dari Badan Pengawas Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda) Propinsi Kalimantan Barat. Mekanisme kerja dalam penanganan Limbah Cair mencakup kegiatan Pengawasan, Bimbingan Teknis dan Penegakan Hukum, sesuai dengan Tupoksi masing-masing. Untuk tabel pemangku kepentingan dan peraturan di limbah domestik bisa dilihat sebagai berikut : Tabel 3.5: Pemangku Kepentingan dalam dan Pengelolaan Air Limbah Domestik PEMANGKU FUNGSI Pemerintah Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target - - PENGADAAN SARANA POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 72

26 FUNGSI Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) PEMANGKU Pemerintah Swasta Masyarakat Membangun sarana IPLT dan atau IPAL PENGELOLAAN Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja Mengelola IPLT dan atau IPAL Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) - - POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 73

27 FUNGSI Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik PEMANGKU Pemerintah Swasta Masyarakat MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestik, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 74

28 Tabel 3.6: Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Melawi Peraturan Ketersediaan Ada (Sebut kan) AIR LIMBAH DOMESTIK Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kab. Melawi Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksan akan Tidak Efektif Dilaksanakan Ketera ngan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestic POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 75

29 Peraturan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik Ketersediaan Pelaksanaan Belum Ada Ketera Tidak Efektif Efektif Tidak Efektif (Sebut ngan Ada Dilaksanakan Dilaksan Dilaksanakan kan) akan POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 76

30 Peraturan di tempat usaha Ketersediaan Ada Tidak (Sebut Ada kan) Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksan akan Tidak Efektif Dilaksanakan Ketera ngan Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik Retribusi penyedotan air limbah domestik Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 77

31 3.2.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan Peranan pemerintah daerah masih sangat diperlukan untuk meningkatkan pelayanan umum sanitasi sambil menyiapkan suatu institusi khusus menangani limbah cair. Mengalihkan secara bertahap sistem sanitasi individu ke sistem terpusat. Sementara tingkat pelayanan umum di kabupaten Melawi akan tergantung pada kemampuan setiap pemerintah daerah untuk mendanainya, pada sumber air yang digunakan untuk air minum, kepadatan penataan, kondisi tanah, kemampuan masyarakat untuk membayar sistem yang dipilih. Menyusun rencana induk sanitasi jangka panjang (20 tahun) untuk sanitasi daerah perkotaan dengan target akhir terlayaninya seluruh lapisan masyarakat dengan sanitasi sehat. Kemudian menyiapkan dan menyiapkan program prioritas untuk daerah berkepadatan tinggi dan kumuh rawan banjir berdasarkan rencana induk tersebut, serta mensosialisasikan kepada masyarakat. Mewajibkan pengembangan daerah pemukiman baru dan kota baru untuk menyediakan sistem sewer, yang dapat berupa sewer dangkal atau small bore yang sesuai dengan kondisi daerah. Gambar 3.13: Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik Kabupaten Melawi Belum memiliki Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik karena Kabupaten Melawi belum ada pengolahan air limbah sistem terpusat (offsite) Gambar 3.14: Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan air limbah domestik air limbah domestik mencakup saluran pembuangan dan system pengolahan air buangan rumah tangga baik yang berasal dari WC, kamar mandi maupun dapur. Sistem pengolahan air limbah domestik yang digunakan di Kabupaten Melawi yaitu system pengolahan secara individu di masing masing rumah atau sering disebut on-site system. Di samping itu, masih banyak masyarakat yang mempergunakan cubluk atau tangki septic yang secara konstruksi tidak memenuhi persyaratan desain yang ditentukan. Kondisi saat ini Kabupaten Melawi tidak memiliki prasaran pengolahan lumpur tinja (IPLT). Saat ini menggunkan beberapa cara seperti yang terlihat dalam tabel 3.7 sanitasi : POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 78

32 Tabel 3.7: Diagram Sistem pengelolaan air limbah domestik Produk Penampungan Pengolahan Pembuangan/ User Interface Pengaliran Kode/Nama Aliran Input Awal Akhir Daur Ulang Black water : - tanah - Aliran Limbah/ AL 1 WC Cubluk - Tinja Aliran Limbah/ AL 2 Sentor/duduk/lubang - Urine Sungai (lanting) Aliran Limbah/ AL 3 Grey Water : - Air bekas mandi - Air bekas cuci pakaian Tempat cuci piring Aliran Limbah/ AL 9 Kamar mandi Aliran Limbah/ AL 10 - Sewer tanah - buangan air cucian Aliran Limbah/ AL 11 Tempat cuci piring Aliran Limbah/ AL 12 Kamar mandi - Sewer - sungai Aliran Limbah/ AL 13 buangan air cucian Aliran Limbah/ AL 14 buangan air cucian Aliran Limbah/ AL 15 Bidang Kamar mandi - Sewer tanah Aliran Limbah/ AL 16 Resapan buangan air cucian Aliran Limbah/ AL 17 Sumber : Analisis Dinas PU Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 79

33 Tabel 3.8: Sistem pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten Melawi Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data A b C D e Jumlah (kuantitas) WC Dinas Kesehatan User Interface WC Sentor KK KK Dinas Kesehatan Rumah Rumah Dinas Kesehatan Penampungan Awal - Jumlah (kuantitas) m 3 Dinas Kesehatan Pengaliran - Jumlah (kuantitas) - - Kapasitas - - Jumlah (kuantitas) volume lumpur tinja Pengolahan akhir kapasitas (m³/day) dan sistem IPLT m³/hari - Jumlah (kuantitas) Lokasi - - Kapasitas - - Pembuangan/Daur Ulang Sungai Nama Sungai - - Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 80

34 3.2.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK Kesadaran masyarakat masih belum terbangun secara optimal, untuk turut serta dalam pengelolaan air limbah domestik. Penanganan sub sektor limbah domestik khususnya jamban keluarga menjadi urusan masing-masing individu atau keluarga. Pola pengelolaan air limbah domestik seharusnya dijalankan oleh berbagai pihak terutama untuk lingkungan yang mempunyai kepadatan tinggi, karena sistem komunal untuk lingkungan berkepadatan tinggi merupakan solusi yang paling tepat. Diantara prasarana dan sarana sanitasi yang ada, sebagian tidak berfungsi dengan baik walaupun jamban yang dipakai telah dilengkapi dengan tangki septic. Ada pula yang memiliki jamban pribadi, yang tidak dilengkapi dengan tangki septik atau penampung air limbah/ tinja, tetapi membuang secara langsung ke badan air terbuka terdekat. Kondisi yang masih kurang layak seperti tersebut diatas masih diperparah lagi dengan masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi lingkungan, khususnya masalah pembuangan limbah domestik. Disamping itu, penanganan pembuangan air limbah domestik kurang mendapat dukungan dari berbagai pihak yang berkepentingan sehingga menduduki prioritas yang rendah dalam perencanaan dan pembangunan prasarana perkotaan. Demikian pula halnya dengan pengelolaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana pembuangan air limbah domestik yang belum dibangun oleh Pemerintah daerah maupun masyarakat. Peran serta masyarakat dan swasta terhadap program ini ternyata masih kurang dan belum termobilisasikan dengan baik. Beberapa peran serta masyarakat dalam pengelolaan limbah domestik saat ini antara lain : 1. Pembuatan jamban keluarga di masing-masing rumah tangga; 2. Pembuatan MCK umum yang pembangunan dan pengelolaannya oleh masyarakat; 3. Sosialisasi melalui kelompok pengajian, rapat RT, rembug desa atau PKK untuk tidak BABS dan kampanye hidup sehat; 4. resapan untuk saluran grey water. POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 81

35 Kecamatan Tabel 3.9 : Pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh Masyarakat RT RW Jumlah Penduduk Miskin Jamban Keluarga Dikelola RT Jumlah MCK Dikelola RW Dikelola CBO Dikelola Lainnya Tahun MCK Dibangun Dikelola RT Jumlah Sanimas Dikelola RW Dikelola CBO Dikelola Lainnya Tahun Sanimas Dibangun S o k a n Tanah Pinoh Tanah Pinoh Barat 3862 S a y a n Belimbing Belimbing Hulu Nanga Pinoh Pinoh Selatan Pinoh Utara Ella Hilir Menukung Sumber :Dinas Kesehatan Kabupaten Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 82

36 Tabel 3.10 : Kondisi sarana MCK Kabupaten Melawi Kecamatan Juml ah MCK KK MC S o k a n 2624 Tanah Pinoh 2200 Tanah Pinoh Barat 1030 S a y a n 1702 Belimbing 1685 Belimbing Hulu 552 Nanga Pinoh 9321 Pinoh Selatan 2295 Pinoh Utara 1432 K Jumlah Pemakai Fas. Ada biaya Jumla Persediaa SPT/Pom SGL/Listri Jumlah Cuci pemakaian PDAM h n Sabun pa Air k Kamar Tangan MCK Toilet Mandi S K T S K T S K T /WC Y T Y T Y T Tempat buangan Tangki Septik air kotor Cubluk Kapan tangki septik dikosongkan Kadangkadang Kadangkadang Kadangkadang Kadangkadang Kadangkadang Kadangkadang Kadangkadang Kadangkadang Kadangkadang POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 83

37 Ella Hilir 2254 Menukung Kadangkadang Kadangkadang Sumber :Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Melawi Keterangan: L = laki-laki S = selalu tersedia air Y = ya SPT = Sumur pompa tangan P = perempuan T = tidak ada persediaan air T = tidak SGL = Sumur gali K = kadang-kadang POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 84

38 Tabel 3.11: Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Nama Kondisi Sarana Saat ini Aspek PMJK No Sub Sektor Program / Proyek / Layanan Pelaksana/PJ Tahun Mulai Fungsi Tidak Fungsi Rusak PM JDR MBR 1 Limbah MCK DPU Limbah MCK PEMDES Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Melawi Keterangan: PM = Pemberdayaan Masyarakat JDR = Jender MBR= Masyarakat Berpenghasilan Rendah POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 85

39 3.2.4 Pemetaan Media dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komuniksi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media / saluran komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat / tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan). Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja Kabupaten Melawi dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku putih merupakan rangkuman kondisi eksisting yang diharapakan dapat menyediakan semua informasi, termasuk mengenai media yang ada dan referensi media masyarakat. Studi komunikasi dan pemetaan media bertujuan : 1. Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk disini adalah media yang digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan pembelajaran. 2. Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu yang diangkat oleh pemkab dan PPSP serta peluangpeluang kerjasama dengan media massa. 3. Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan isu sosial lainnya. 4. Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatankegiatan kemasyarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isuisu sanitasi. Adapun hasil dari studi ini adalah : 1. Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi. 2. Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis dimasa mendatang. 3. Terinformasinya program pembangunan sanitasi kab/kota, PPSP dan pokja sanitasi kab/kota kepada nara sumber yang diwawancarai. Media komunikasi di Kabupaten Melawi berupa media elektronik, yaitu radio dan TV, juga ada media cetak. Untuk kegiatan komunikasi secara umum maupun untuk pengolahan air limbah domestik, dapat dilihat pada tabel sampai dengan tabel POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 86

40 Tabel 3.12: Kegiatan Komunikasi Yang Ada di Kabupaten Melawi No Kegiatan Tahun Dinas pelaksana Tujuan kegiatan Khalayak sasaran Pesan kunci Pembelajaran 1 Sosialisasi 2012 BLH Penyadaran Masyarakat Limbah datangkan Masyarakat pada Masalah atau memahami arti masyarakat Rupiah penting dampak limbah 2 Penyuluhan 2012 Dinas Penyadaran Masyarakat Kesadaran Masyarakat dan Kebersihan pada Masyarakat dalam memahami arti Kampanye masyarakat mengelola Sampah penting dampak limbah Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Melawi Tabel 3.13: Media Komunikasi Yang Ada di Kabupaten Melawi No Nama Media Jenis Acara Isu yang Diangkat Pesan Kunci Pendapat Media 1. Radio Ramera Dialog interaktif Radio Komunitas Suara Melawi Dialog Interaktif Kapuas Raya Post Artikel Sumber : Dishubkominfo Kabupaten Melawi Tabel 3.14 : Kerja Sama Terkait No Nama Kegiatan Jenis Kegiatan 1. Pengadaan Belanja Modal Bantuan Mobil Pengangkut Sampah 2 Pengadaan Belanja Modal Bantuan Mobil Pengangkut Sampah 3 Pengadaan tempat Sampah Pemberian bantuan tempat sampah Mitra Kerja Sama BANK KALBAR BLH BLH Bentuk Kerjasama Mitra Mitra Mitra POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 87

41 4 Pengadaan Pakaian kerja petugas kebersihan kota Persampahan Dinas Kebersihan Mitra Sumber : Dishubkominfo Kabupaten Melawi Tabel 3.15: Daftar Mitra Potensial No Nama Mitra Jenis Kegiatan Bentuk Kerjasama 1. BANK KALBAR Bantuan Mobil Pengangkut Sampah Mitra 2 BANK BNI Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum 3 BANK BRI Bantuan Opersional TPS 3R, Bsntusn Tempat Sampah pilahan untuk umum 4 BANK MANDIRI SARIAH Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum Mitra Mitra Mitra 5 BANK DANAMON 6 Koperasi Keling Kumang Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum Mitra Mitra 7 Koperasi Lantang Tipo 8. PT. SDK 9. PT. ADAU AGRO GROUP 10 PT. KAMA JAYA ABADI 11 PT. AKM 12 PT. CITRA MAHKOTA 13 PT. SMS Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum Bantuan Bak Sampah pilahan untuk umum Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum Mitra Mitra Mitra Mitra Mitra Mitra Mitra Sumber : Study Media Tim Pokja PPSP POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 88

42 3.2.5 Partisipasi Dunia Usaha Untuk mengetahui ada tidaknya partisipasi dunia usaha dalam pengelolaan limbah cair domestik di Kabupaten Melawi, perlu dilakukan studi data primer SSA (Sanitation Supply Assessment) dengan data sekunder dalam tabel berikut ini : Tabel 3.16 : Penyedia Layanan Air Limbah Domestik Yang Ada di Kabupaten Melawi No Nama Provider Tahun mulai operasi Jenis kegiatan a B c D 1 Belum ada - - Sumber : Dinas Kebersihan, Pemadam Kebakaran dan Pertamanan Kabupaten Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 89

43 3.2.6 Pendanaan dan Pembiayaan Tabel 3.17: Rekapitulasi Realisasi Pendanaan komponen air limbah domestik Belanja (Rp) No Komponen Ratarata Pertumbu han (%) 1 Air Limbah (1a+1b) a Pendanaan Investasi air limbah b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Melawi Tabel 3.18 : Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah No SKPD Retribusi Tahun (Rp) Pertumbuh an (%) 1 Retribusi Air Limbah a Realisasi retribusi b Potensi retribusi Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kab. Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 90

44 3.2.7 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Permasalahan pada pengelolaan limbah cair domestik di kabupaten Melawi adalah: 1. Cakupan akses masyarakat terhadap jamban masih rendah; 2. Belum adanya peraturan yang di buat oleh Pemerintah Daerah terkait dengan pengelolaan limbah cair baik skala rumah tangga maupun industri; 3. Sebagian besar masyarakat menggunakan jamban dengan septictank yang tidak memenuhi syarat konstruksi sehingga menimbulkan kerawanan pencemaran; 4. Pemerintah Kabupaten Melawi belum dapat menerapkan sistem pengolahan tinja terpusat; 5. Jangkauan sasaran untuk bantuan sanitasi dasar belum bisa dikembangkan. 6. Tingkat peran aktif masyarakat dalam rangka perubahan perilaku pengawasan TTU, TPM serta akses masyarakat terhadap SAB dan Jamban masih kurang. 3.3 Pengelolaan Persampahan Pengelolaan pelayanan Persampahan di Kota Nanga Pinoh merupakan tanggungjawab pengelolaan kabupaten dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Melawi yang diwakili oleh Dinas Kebersihan, Pemadam Kebakaran dan Pertamanan Kabupaten Melawi. Rasio beban kerja yang di emban oleh Dinas Kebersihan, Pemadam Kebakaran dan Pertamanan Kabupaten Melawi dirasakan cukup tinggi. Gambar 3.15 Terminal dan Pertokoan/Perdagangan merupakan salah satu area pelayanan utama persampahan di Kota Nanga Pinoh POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 91

45 Pelaksanaan tugas hanya dilakukan pada tahap pengangkutan sampah dari TPS (Tempat Pembuangan Sementara) ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dan sebagian pengumpulan dan penyapuan jalan dikonsentrasikan pada jalur jalan utama serta pasar yang merupakan target pelayanan dari Dinas Kebersihan, Pemadam Kebakaran dan Pertamanan Kabupaten Melawi sedangkan pada sebagian besar daerah pelayanan yang merupakan daerah pemukiman pengumpulan sampah ke TPS dilakukan oleh masingmasing penduduk. Pola operasional pengelolaan persampahan di Kota Nanga Pinoh pada umumnya masih menggunakan pola sederhana yaitu Kumpul-Angkut-Buang. Pola pewadahan dilakukan dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang disediakan oleh pengelola kota (Dinas Kebersihan, Pemadam Kebakaran dan Pertamanan Kabupaten Melawi) baik itu berupa tong-tong sampah yang berada di pinggir jalan serta bak sampah yang diletakkan tersebar di daerah-daerah potensial penghasil sampah baik itu di daerah permukiman padat maupun di pasar-pasar (Komersil) serta pertokoan dan perkantoran. Pola pengumpulan dilakukan dengan menggunakan kendaraan berupa gerobak guna melayani menuju bak sampah. daerah permukiman serta daerah-daerah komersil dan perkantoran Gambar 3.16 Tumpukan sampah di TPA Sampah Tanjung Tengang Pola pengangkutan dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda empat berupa dump truk yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat melayanai daerah-daerah target pelayanan kebersihan di Kota Nanga Pinoh. Setelah sampah yang diangkut ke dalam kontainer maka dilanjutkan dengan pembuangan menuju TPA. TPA yang digunakan untuk membuang sampah Kota Nanga Pinoh terletak di wilayah Desa Tanjung Tengang dengan menempuh jarak dari pusat sentroid sampah sekitar ± 5,0 Km POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 92

46 3.3.1 Kelembagaan Pengelolaan sampah di Kota Nanga Pinoh berada pada kewenangan Dinas Kebersihan, Pemadam Kebakaran dan Pertamanan Kabupaten Melawi sesuai dengan Perda Kabupaten Melawi Nomor 1 Tahun 2011 yang sebelumnya berupa Kantor Kebersihan dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Melawi. Berdasarkan Perda Kabupaten Melawi Nomor 1 Tahun 2011, ada 13 Dinas daerah di Kabupaten Melawi salah satunya adalah Dinas Kebersihan, Pemadam Kebakaran dan Pertamanan Kabupaten Melawi. Tabel 3.19: Daftar Pemangku Kepentingan dalam dan Pengelolaan Persampahan FUNGSI PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Swasta Masyarakat Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target - - PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 93

47 FUNGSI PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Swasta Masyarakat Membangun sarana TPA - - Menyediakan sarana komposting PENGELOLAAN Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS - - Mengelola sampah di TPS Mengangkut sampah dari TPS ke TPA - - Mengelola TPA - - Melakukan pemilahan sampah* - - Melakukan penarikan retribusi sampah - - Memberikan izin usaha pengelolaan sampah - - PENGATURAN DAN PEMBINAAN - - Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) - - Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI - - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 94

48 FUNGSI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Swasta Masyarakat - - Sumber : Dinas Kebersihan, Pemadam Kebakaran dan Pertamanan Kabupaten Melawi Tabel 3.20: Peta Peraturan Persampahan Kabupaten Melawi Peraturan PERSAMPAHAN Ketersediaan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan Peraturan Daerah Kabupaten Melawi Nomor 4 Cukup Tahun Efektif Tentang Retribusi Pelayanan Persampahan /Kebersihan Sumber : Dinas Kebersihan, Pemadam Kebakaran dan Pertamanan Kabupaten Melawi Sistem dan Cakupan Pelayanan Tingkat pelayanan Dinas Kebersihan, Pemadam Kebakaran dan Pertamanan Kabupaten Melawi saat ini baru bisa melayani ± 26,90 % dari seluruh wilayah Kota Nanga Pinoh. Tingkat pelayanan pengelolaan sampah pada setiap kelurahan/desa yang ada tidak berjalan dengan baik, sehubungan dengan masih adanya warga masyarakat yang membakar sampahnya dan juga ada yang membuang sampahnya ke lahan kosong karena tidak atau kurangnya fasilitas TPS yang ada di daerah mereka. Pengangkutan sampah yang dilakukan pun jadwalnya tidak berjalan berkala, pengangkutan sampah dilakukan oleh swadaya masyarakat sendiri menggunakan gerobak menuju tempat/lahan yang kosong di daerah yang jauh dari pemukiman POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 95

49 masyarakat. Masyarakat yang ada disetiap kelurahan/desa pengelolaan sampah ini menginginkan adanya andil dari Dinas Kebersihan, Pemadam Kebakaran dan Pertamanan Kabupaten Melawi yang terkait dengan sampah untuk melakukan kerjasama tentang pelayanan pengangkutan sampah yang ada di daerah mereka, dan masyarakat pun bersedia untuk memberikan retribusi sampah yang dikenakan kepada mereka. Sumber sampah yang ada di Kota Nanga Pinoh ini dapat dipecahkan menjadi 3 kegiatan utama masyarakat, yaitu : 1. Sampah Perumahan Sampah perumahan merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat bermukim pada suatu tempat/lahan baik itu perumahan terstruktur maupun tidak terstruktur. Sampah perumahan ini didominasi oleh: a) Sampah organik dari dedaunan dan sisa makanan (60%); b) Sampah anorganik, seperti Plastik (25%) dan sisanya seperti pecahan kaca dan kaleng (15%). 2. Sampah Pasar a) Sampah pasar merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan perjual-belian. Sampah ini didominasi oleh: Sisa sayuran (60%); plastik (30%); Kertas dan bahan lain (10%). b) Waktu/ timing pengangkutan sampah setiap harinya yaitu pukul WIB s/d selesai dan pukul 8.00 WIB s/d selesai. c) Permasalahan yang terjadi; Masih kurangnya koordinasi antara Pengelola Pasar dengan Dinas Kebersihan, Pemadam Kebakaran dan Pertamanan Kabupaten Melawi. Belum terangkutnya 100 % sampah yang dihasilkan oleh Pasar Jalur jalan dalam pengangkutan belum terencana dengan baik, sehingga dalam pengangkutan sampah menuju ke TPST dan TPA dengan truk sering mendapat keluhan dari pedagang, karena bau yang tidak sedap. Dalam pengangkutan, terkadang sampah ada yang jatuh berceceran di jalan POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 96

50 3. Sampah Industri Gambar 3.17 Papan informasi dan Ajakan untuk menjaga kebersihan dan membuang sampah dengan baik. dari Dinas Kebersihan, Pemadam Kebakaran dan Pertamanan Kab. Melawi Sampah industry merupakan sampah hasil dari kegiatan produksi khususnya untuk kegiatan industry yang ada di Kota Nanga Pinoh. Rata-rata setiap industri dari masing-masing industri mengolah sampahnya sendiri, dengan cara di bakar, dipendam ataupun diolah dulu sebelum di bawa ke TPA. Secara umum pembuangan sampah ke TPA milik Kota Nanga Pinoh masih dengan cara ditimbun dan dibakar (open dumping), walaupun sudah dirancang menggunakan teknologi sanitary landfill tetapi prakteknya tetap secara open dumping. Praktek yang paling dominan dalam pengelolaan sampah adalah penimbunan sampah di lokasi TPA (Tempat Pengelolaan Akhir) atau dikenal sebagai mass landfilling. Ada beberapa modifikasi dalam praktek tersebut tetapi intinya adalah menimbun sampah tanpa melakukan pemilahan terlebih dahulu. Berbagai pihak mengkritisi praktek tersebut sebagai environmental anachronism. Meskipun lokasi TPA telah dikaji terlebih dahulu berdasarkan adanya pembatas hidrologis berupa lapisanlapisan liat serta adanya konstruksi-konstruksi tambahan untuk mencegah dampak buruk terhadap lingkungan, tetap saja kebocoran pada saat-saat tertentu tidak bisa dihindari sehingga lindi masuk ke air tanah. Gambar 3.18 Konsep Pengumpulan Sampah Secara Individual POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 97

51 Pewadahan Gambar 3.19 Wadah sampah yang ada di kawasan pertokoan Jalan Juang Pewadahan yang ada disatukan dalam satu tempat, tidak ada pemilahan sampah pada waktu penyimpanannya oleh karena itu susah untuk memisahkan sampah organik dan sampah anorganik namun terdapat juga tempat sampah yang sudah dipisahkan jenisnya, antara sampah organik dan sampah an organik, tetapi dalam pengangkutan ke dump truck dilakukan tanpa pemisahan, sehingga menjadi sia-sia jika tidak dilakukan pengelolaan dengan baik kedepannya. Pengumpulan Adanya sampah yang ada tidak terkonsentrasi pada satu tempat, sehingga sulit untuk mobilisasi pengangkutannya. Masyarakat mengumpulkan sampah tidak dalam satu wadah untuk menampung sampah. Mereka mengumpulkannya pada satu lahan kosong dan tercecer sesuai dengan keinginan masyarakat itu sendiri. Namun berbeda pada kawasan perumahan terencana, beberapa kawasan perumahan telah terorganisir dan sudah berkoordinasi dengan DKPKP mengenai pengumpulan dan pengangkutan sampah. Rata-rata operasi pengumpulan kawasan perumahan yang diambil dalam beberapa sampel adalah sebagai berikut: a) Organisasi/ Lembaga: RT/RW b) Peralatan yang digunakan: Manual c) Waktu Pengangkutan: Pukul s/d 8.00 WIB POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 98

52 3.3.3 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Tempat pembuangan sampah yang ada dirasa kurang banyak untuk menampung sampah yang ada. Pada pasar-pasar tradisional yang ada di Kota Nanga Pinoh ini masih kurang. Untuk TPS diperumahan pun masih kurang memadai, sehingga pengumpulan sampahnya Gambar 3.20 Sebuah TPS di Jalan Kenanga di Kawasan Pertokoan tercecer dan tidak diwadahi oleh karena itu ini berdampak pada pola mobilisasi pengangkutan sampah. Gambar 3.21 Sebuah Container yang rusak di TPA Tanjung Tengang Gambar 3.22 Kondisi TPS di Jalan Juang di Kawasan Pertokoan POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 99

53 3.3.4 Pengangkutan Pengangkutan sampah yang dilakukan di Kota Nanga Pinoh dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan, Pemadam Kebakaran dan Pertamanan Kabupaten Melawi dengan menggunakan truck atau dumptruck dari lokasi TPS ke lokasi TPA Tanjung Tengang. Setiap harinya truck atau dumptruck melakukan mengangkutan sampah dari pasar, pertokoan, perumahan dan tempat lainnya sesuai dengan jadwal pengangkutan yang ada Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ) Gambar 3.23 Papan nama TPA di Jalan Masuk ke Lokasi TPA Tanjung Tengang Tempat pembuangan akhir sampah yang ada di Kota Nanga Pinoh, terletak di Desa Tanjung Tengang yang berada di Kecamatan Nanga Pinoh sendiri. Luas TPA Tanjung Tengang adalah seluas ± 4,00 Ha. Kondisi TPA ini juga memerlukan lahan tambahan untuk menampung sampah yang ada. Mobilisasi sampah yang diangkut sehari sebanyak 7-8 truk yang masuk dari wilayah Kota Nanga Pinoh. Sampah yang sudah menumpuk ditangani dengan cara dilakukan landfill dan sebagian tumpukan terbakar sendiri sehingga turut mengurangi volume sampah. Selain itu peran serta pemulung disekitar TPA turut mengurangi volume sampah yang ada. Saat ini tercatat ada orang pemulung di TPA Tanjung Tengang ini. Setiap pemulung mengambil sampah sebanyak ± 25 kg/orang/hari dan hasil pemilahannya ditumpuk di sekitar area TPA. Gambar 3.24 Kondisi Jalan masuk ke Lokasi TPAS Tanjung Tengang TPA Tanjung Tengang berjarak lebih kurang ± 5 Km ke arah barat dari pusat Kota Nanga Pinoh dengan memiliki luas lahan seluas ± 4 Ha, lahan yang telah terpakai oleh POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 100

54 sampah saat ini baru mencapai ± 2,0 Ha, dengan demikian masih tersisa lahan seluas 2,0 Ha. Adapun batas wilayah dari TPA Tanjung Tengang adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Lahan Kosong, kebun karet Sebelah Selatan : Kebun karet dan bangunan ternak ayam Sebelah Timur : Jalan masuk/ jalan desa, kebun karet dan beberapa rumah penduduk Sebelah Barat : Jalan desa, bangunan ternak ayam dan kebun karet Gambar 3.25 Sebuah Minidozer di Lokasi TPAS Tanjung Tengang Status Kepemilikan lahan TPA Tanjung Tengang merupakan aset milik Pemerintah Kabupaten Melawi. Guna menunjang kegiatan operasional di TPA Tanjung Tengang didukung dengan beberapa orang petugas yang merupakan bagian dari Dinas Kebersihan, Pemadam Kebakaran dan Pertamanan Kabupaten Melawi. Sarana jalan yang ada di sekitar jalan menuju ke TPA Tanjung Tengang sudah cukup gbaik, kondisi Jalan menuju lokasi merupakan jalan aspal, dengan lebar jalan 4 5 meter. Dari segi aspek kebisingan dan bau tidak terasa dan nampak karena dasar timbunan berada pada morlofogi dataran dengan zona penyangga pada daerah sekitar yang mengelilingi timbunan sampah. Dari Aspek estetika tidak akan begitu kelihatan secara langsung dari jalan, karena berada pada daerah kebun karet, dan jauh dari daerah permukiman. Sarana drainase yang terdapat di lokasi TPA Tanjung Tengang tidak begitu tertata dengan baik, terdapat beberapa saluran drainase/ kali kecil yang ada berada di bagian selatan ke lokasi TPA Tanjung Tengang. Aliran drainase/ kali kecil mengandalkan morfologi lahan yang ada di lokasi TPA Tanjung Tengang mengarah ke tengah dari tumpukan sampah. dengan POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 101

55 Gambar 3.26 Kondisi TPAS Tanjung Tengang Aliran pelimpahan air hujan yang ada di lokasi TPA Tanjung Tengang terkonsentrasi pada sebelah selatan lokasi penimbunan sampah yang lahannya lebih rendah dengan kemiringan sekitar 8 15 %. Apabila terjadi hujan maka air mengalir ke arah selatan atau ke jalan masuk dari dibagian timur. Terdapat beberapa sarana pendukung yaitu sarana bangunan yang ada di TPA Tanjung Tengang, fungsi dari sarana bangunan ini adalah untuk menunjang dan memperlancar kegiatan operasional yang ada di TPA Tanjung Tengang, adapun sarana bangunan yang ada di TPA Tanjung Tengang adalah sebagai berikut : Jalan untuk menuju ke lokasi tersebut melalui jalan beraspal. Secara umum daerah penyelidikan menampakkan bentang alam pedataran. Daerah pedataran umumnya menempati wilayah TPA Tanjung Tengang dengan kemiringan lereng antara 0-15% dan jauh dari pemukiman penduduk. Bangunan pengolah sampah termasuk adanya bangunan untuk tempat pencacah sampah dan lainya POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 102

56 Bangunan kantor pengelola Bangunan gudang peralatan Gambar Beberapa fasilitas pengolahan sampah yang ada di TPAS Tanjung Tengang Berdasarkan hasil sampling 2012, komposisi sampah di TPA Tanjung Tengang didominasi oleh sampah organik. Komposisi sampah organik sebesar 87,44%, sedangkan sampah anorganik sebesar 12,56% yang terdiri dari 8,41% residu (tidak terpakai) dan 4,15% barang lapak (bernilai jual). Rendahnya komposisi sampah anorganik diakibatkan adanya reduksi sampah di tingkat sumber dan di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) oleh pemulung. POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 103

57 Gambar Kondisi Lapak Pemulung di TPAS Tanjung Tengang POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 104

58 Sedangkan pengangkutan sampahnya menggunkan pola sebagai berikut : Gambar 3.29 Konsep Pengangkutan Sampah Sumber: Masterplan Pengelolaan sampah nanga pinoh Sedangkan untuk kegiatan jalan pengelolaan sampahnya dengan pola pengumpulan massal yang terkoordinasi di pusat/sub pusat wilayah, sedangkan tempat lainnya dilakukan secara individual. Untuk penanganan persampahan kedepannya, maka sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Melawi dibedakan berdasarkan perwilayahan. Secara umum penanganan sampah dilakukan dengan sistem : Open dumping Sistem pengelolaan sampah di kawasan perdesaan yang sebelumnya dengan cara dibakar dan dibuang langsung ke sungai maka sebaiknya tidak diperkenankan. Sistem pengelolaan sampah di pedesaan yang diajukan adalah dengan ditimbun atau dengan pengomposan. Pada sisi lain di kawasan perdesaan kecenderungannya POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 105

59 didukung dengan lahan budidaya pertanian yang cukup luas, maka keberadaan sampah tersebut dapat diolah menjadi kompos (pupuk organik) yaitu dengan cara memisahkan jenis sampah yang dapat diuraikan bakteri (dimanfaatkan untuk kompos) dan sampah yang tidak dapat diuraikan bakteri (proses dibakar). Dalam operasionalnya sistem ini memerlukan sarana dan prasarana pendukung yang antara lain terdiri dari : o Tong Sampah (keranjang/tempat sampah atau bin sampah) sebagai sarana pengumpulan sampah di lokasi sumber sampah. o Gerobak Sampah atau Gerobak Motor Sampah untuk memindahkan sampah keluar lokasi sumbernya. o Tranfer Depo dan atau Tempat Penampungan Sementara (TPS), yang dapat berupa bak permanen maupun kontainer. o Truk Sampah (truk kontainer) berupa Arm-Roll dan Dump-Truck untuk mengangkut sampah dari Tranfer Depo atau TPS ke Tempat Pemrosesan Akhir. o Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sebagai lokasi akhir pembuangan sampah yang selanjutnya diolah dengan metode sanitary landfill. Sedangkan Rencana jaringan persampahan sebagaimana meliputi: Penyusunan rencana induk pengelolaan persampahan kabupaten; Pengembangan sistem pengelolaan sampah secara sanitary open dumping di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) berada di Kecamatan Nanga Pinoh; Pengembangan TPS (Tempat Penampungan Sementara) pada wilayah perkotaan; Pengelolaan sampah dengan cara komposting; dan Pengelolaan sampah melalui prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 106

60 Gambar 3.30 Peta cakupan layanan persampahan Nanga Pinoh Sumber : Masterplan Persampahan Kabupaten Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 107

61 Tabel ; Sistem Pengelolaan Persampahan Input Sampa h Rumah Tangga Sampa h Plastik User Interfac e Tong Sampah Tong Sampah Pengumpulan Setempat Tozza Gerobak Penampungan Sementara (TPS) Tempat Penampungan Sementara (TPS) Tempat Penampungan Sementara (TPS) Sumber ; Dinas Kebersihan Kabupaten Melawi Pengangkutan (Semi) Pengolah an Akhir Terpusat Truk Sampah - Dump Truck - Daur Ulang/Pe mbuangan Akhir Open Dumping Open Dumping Kode/ Nama Aliran - - Tabel 3.22 ; Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Melawi Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data A B C D E Dinas Pembuangan TPA Jumlah 1 Kebersihan Penampungan Dinas TPS Jumlah 14 Sementara Kebersihan Dinas Penampungan Awal Kontainer Jumlah - Kebersihan Pengangkutan Dump Truck Arm Roll Kontainer Gerobak Sumber ; Dinas Kebersihan Kabupaten Melawi Jumlah Dinas Kebersihan Kesadaran Masyarakat dan PMJK Terhadap Persampahan Beberapa peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah saat ini antara lain : 1. Bertanggung jawab terhadap kebersihan di lingkungan masing-masing dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat. 2. Menyediakan pengangkutan sampah yang ditimbulkan (dari rumah) ke TPS, transfer depo / kontainer, bak sampah yang telah disediakan 3. Pengadaan sarana kebersihan secara swadaya berupa alat kebersihan untuk lingkungan masing-masing. POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 108

62 Uraian di atas menjelaskan perlunya kampanye 3R di masyarakat, sehingga penanganan sampah domestik dapat dimaksimalkan ditingkat rumah tangga sehingga mengurangi timbulan/volume sampah yang masuk ke TPA dan pencemaran lingkungan hunian karena pembuangan sampah. Selanjutnya perlu didorong suatu penanganan sanitasi yang terpadu antar berbagai pihak (pemerintah, swasta, dan masyarakat), sehingga akan dihasilkan suatu pengelolaan persampahan yang menyeluruh dan terintegrasi dengan melibatkan masyarakat (sumber sampah) secara langsung dan lembaga-lembaga informal daur ulang yang terkait, disertai dengan pemilihan teknologi dan fasilitas yang efisien guna meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pada khusunya adalah rumah tangga sebagai fokus utama. Dalam pengelolaan persampahan berikut bisa dilihat dalam tabel 3.23 : Tabel 3.23; Pengelolaan persampahan di tingkat kelurahan/kecamatan Dikelola oleh Dikelola oleh sektor masyarakat Formal Dikelola Pihak Jenis Kegiatan RT RW Di Tingkat Kelurahan/Kec. Swasta Keterangan L P L P L P L P Pengumpula n sampah dari rumah Pemilahan sampah di TPS Pengangkuta n sampah ke TPS Pengangkuta n sampah ke TPA Pemilahan sampah di TPA Diangkut Petugas Sampah Petugas sampah Kabupaten Petugas sampah Kabupaten POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 109

63 Para penyapu jalan Sumber : Dinas Kebersihan Kab. Melawi Jalan Prop/Kab Tabel 3.24 : Pengelolaan persampahan di tingkat Kabupaten Melawi Dikelola oleh Dikelola Dikelola oleh Dikelola oleh Sektor Formal di Pihak Jenis Kegiatan Kabupaten/Kota Masyarakat Tingkat Swasta L P L P L P L P Pengumpulan sampah dari rumah Pemilahan sampah di TPS Pengangkutan sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPA Pemilahan sampah di TPA Para Penyapu Jalan Sumber : Dinas Kebersihan Kab. Melawi Tabel 3.25 : Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Kondisi Sarana Saat Ini Aspek PMJK NamaProgram/ Tahun No Sub Sektor Pelaksana/PJ Tidak Proyek/Layanan Mulai Fungsi Rusak PM JDR MBR fungsi 1 Persampahan TPS 3R BLH Persampahan Cara membuat kompos BLH Pemberian 3 Persampahan Bantuan BLH komposter Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kab. Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 110

64 3.3.7 Pemetaan Media dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komuniksi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media / saluran komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat / tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan). Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja Kabupaten Melawi dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku putih merupakan rangkuman kondisi eksisting yang diharapakan dapat menyediakan semua informasi, termasuk mengenai media yang ada dan referensi media masyarakat. Studi komunikasi dan pemetaan media bertujuan : 1. Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk disini adalah media yang digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan pembelajaran. 2. Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu yang diangkat oleh pemkab dan PPSP serta peluangpeluang kerjasama dengan media massa. 3. Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan isu sosial lainnya. 4. Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi. Adapun hasil dari studi ini adalah : 1. Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi. 2. Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis dimasa mendatang. 3. Terinformasinya program pembangunan sanitasi kab/kota, PPSP dan pokja sanitasi kab/kota kepada nara sumber yang diwawancarai. Media komunikasi di kabupaten Melawi berupa media elektronik, yaitu radio dan TV, juga ada media cetak Kapuas Raya Post (Radar Melawi). Untuk kegiatan POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 111

65 komunikasi secara umum maupun untuk pengolahan sampah, dapat dilihat pada tabel sampai dengan tabel 3.26 berikut ini. Tabel 3.26 : Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Melawi Dinas Tujuan Khalayak No Kegiatan Tahun Pesan kunci pelaksana kegiatan Sasaran Pembelajaran Samaph 1 Dialog Interaktif Radio 2012 Dinas Kebersihan Penyadaran Masyarakat Masyarakat sumber peluang atau ancaman 2 Sosialisasi 2012 BLH, Dinas Kebersihan, Sumber : Dinas Kebersihan Kabupaten Melawi Penyadaran Masyarakat Buanglah Sampah Pada Tempat yang telah di sediakan Tabel 3.27 : Media komunikasi yang ada di Kabupaten Melawi Jenis Isu yang Pesan No Nama Media Acara Diangkat Kunci Pendapat Media 1. Radio Melawi Raya Berita Radio Komunitas Berita Kapuas Post Raya Artikel Sumber : Dishubkominfo Kabupaten Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 112

66 Tabel 3.28 : Kerjasama terkait Jenis Kegiatan No Nama Kegiatan Mitra Kerja Sama Bentuk Kerjasama Program 1 Pengelolaan sampah PKK Kemitraan kampung bersih Lomba PHBS Tingkat Kemitraan 2 Program PHBS PKK Kecamatan 3 CTPS Sosialisasi PKK Kemitraan Sumber : Dinas Kesehatan dan PKK Kab. Melawi Tabel 3.29 : Daftar Mitra Potensial No Nama Mitra Jenis Kegiatan Bentuk Kerjasama 1. BANK KALBAR Bantuan Mobil Pengangkut Sampah Mitra 2 BANK BNI Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum 3 BANK BRI 4 BANK MANDIRI SARIAH Bantuan Opersional TPS 3R, Bsntusn Tempat Sampah pilahan untuk umum Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum Mitra Mitra Mitra 5 BANK DANAMON Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum Mitra 6 Koperasi Keling Kumang Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum Mitra 7 Koperasi Lantang Tipo Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum 8 PT. SDK Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum 9 PT. ADAU AGRO GROUP Bantuan Bak Sampah pilahan untuk umum Mitra Mitra Mitra POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 113

67 10 PT. KAMA JAYA ABADI Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum Mitra 11 PT. AKM Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum 12 PT. CITRA MAHKOTA Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum 13 PT. SMS Bantuan Tempat Sampah pilahan untuk umum Sumber : Dinas Kebersihan Kab. Melawi Mitra Mitra Mitra Partisipasi Dunia Usaha Tabel 3.30 : Penyedia layanan sampah yang ada di Kabupaten Melawi No Nama Provider Tahun mulai operasi Jenis kegiatan a b c D 1 Belum Ada - - Sumber : Dinas Kebersihan Kabupaten Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 114

68 3.3.8 Pendanaan dan Pembiayaan Tabel 3.31 ; Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Komponen persampahan No Subsektor Belanja (Rp) Pertumbuhan Rata-rata (%) 1 Air Limbh (1a+1b) Sampah (2a+2b) ,150, ,256, ,405, ,270,500 33% 2.a Pendanaan Investasi Persampahan ,150, ,256, ,405, ,270,500 33% Pendanaan OM yang dialokasikan dalam 2.b APBD ,000,000 45,000,000 50,000,000 45,000,000 33% Perkiraan biaya OM berdasarkan 2.c infrastruktur terbangun ,000,000 50,000,000 55,000,000 49,333,333 33% Sumber : Dinas Kebersihan Kabupaten Melawi Catatan : REALISASI APBD Tahun 2013 merupakan laporan sementara yaitu laporan realisasi anggaran dan belanja daerah semester pertama per 30 juni 2013 POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 115

69 Tabel 3.32 ; Realisasi dan Potensi Retribusi Sampah No SKPD Retribusi Persampahan Tahun (Rp) Pertumbuhan (%) 1 Retribusi Air Limbah Retribusi Sampah ,507, ,855,000,- 158,944, ,981,647 2.a Realisasi retribusi ,521,000,- 128,500,000,- 78,298,000,- 26,099,333 2.b Potensi retribusi ,986, ,355,000,- 80,646, ,646, ,882,313 Sumber : Dinas Kebersihan Kabupaten Melawi Catatan : Realisasi Tahun 2013 merupakan laporan sementara yaitu laporan realisasi pertama per 30 juli 2013 POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 116

70 3.3.9 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Masalah utama dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Melawi adalah : 1. Cakupan layanan sampah masih rendah. 2. Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan sehingga sebagian masyarakat memperlakukan sampah dengan membakar atau membuang sampah tidak pada tempatnya. 3. Belum memasyarakatnya pengelolaan sampah dengan pendekatan 3R. 4. Kurang memadainya transportasi dan peralatan. 5. Kurang memadainya jumlah dan kapasitas SDM pengelola sampah. 3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan Dalam rangka persiapan pelaksanaan pembangunan prasarana pembangunan Kabupaten Melawi secara terpadu, untuk pekerjaan fisik salah satu pendekatan program yang dilaksanakan yaitu pembenahan system drainase. Sebagaimana diketahui bersama bahwa permasalahan banjir yang ada di kawasan kota Kabupaten Melawi, khususnya pada system drainase pada saluran wilayah Kecamatan Kota Melawi di karenakan kondisi system drainase yang belum optimal, terjadinya perubahan land use (dari kawasan pertanian menjadi kawasan industri, perdagangan dan permukiman), serta kondisi topografi yang relative rendah dan datar. Masalah banjir timbul ketika lahan dataran banjir telah berkembang menjadi kawasan budidaya seperti untuk pemukiman, perkotaan, perdagangan, industri, pertanian dan sebagainya.banjir bisa terjadi kapan saja dengan kuantitas yang merupakan fungsi dari intensitas hujan dan karakteristik Daerah Pengaliran Sungai. Mengatasi masalah banjir, tidak cukup hanya dengan upaya yang bersifat struktur tapi juga perlu ditunjang dengan upaya yang bersifat non-struktur, sehingga membentuk upaya terpadu dan menyeluruh. POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 117

71 3.4.1 Kelembagaan Mengingat sistem drainase yang ada di Kabupaten Melawi merupakan satu bagian kesatuan utuh dari bagian dari hulu ke hilir, maka untuk penanganan secara komprehensif harus diupayakan suatu koordinasi terkait dengan pemerintah daerah lain. Untuk penanganan permasalahan sistem drainase yang ada di wilayah Kabupaten Melawi merupakan tanggungjawab dari Pemerintah Kabupaten Melawi dalam hal ini melalui Dinas Pekerjaan Umum Bidang Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya. Namun kerjasama tetap diperlukan dengan instansi lain seperti Badan Perencanaan Daerah. Tabel 3.33 : Pemangku Kepentingan dalam dan Pengelolaan Drainase Lingkungan PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota v - - Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target v - - v - - PENGADAAN SARANA Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan v - v PENGELOLAAN Membersihkan saluran drainase lingkungan v v v Memperbaiki saluran drainase v v v POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 118

72 FUNGSI Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat v - - v v v Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan v v v v v - - v - - v POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 119

73 PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta v - - mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Melawi Tabel 3.34: Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Melawi Peraturan Ketersediaan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksa nakan Pelaksanaan Belum Tidak Efektif Efektif Dilaksan Dilaksana akan kan DRAINASE LINGKUNGAN Target capaian dalam pelaksanaan pelayanan pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Melawi - v Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah - Kabupaten UU No 32 - v - Melawi dalam Th 2004 menyediakan drainase lingkungan Keter angan Belum punya SPM Masih seked ar himba uan POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 120

74 Peraturan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten Melawi dalam memberdayak an masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungk annya dengan sistem drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan Ketersediaan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksa nakan Pelaksanaan Belum Tidak Efektif Efektif Dilaksan Dilaksana akan kan Keter angan - v v v Sumber : Dinas Pekerjan Umum Kab. Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 121

75 3.4.2 Sistem dan Cakupan Layanan Pekerjaan struktur adalah usaha pencegahan banjir dengan suatu sistem pengaman banjir yang terdiri dari tanggul, normalisasi alur sungai termasuk saluran banjir (floodway) dan dengan suatu sistem pengendalian banjir yang terdiri dari retarding basin, waduk pengendalian banjir dan lain-lain. Sebaliknya pekerjaan Non-Struktur adalah usaha pencegahan banjir dengan pengaturan-pengaturan tata ruang kota, tata ruang wilayah. Pekerjaan non-struktur diharapkan dapat mengurangi kerusakan pada tingkat yang paling minimum dengan mengarahkan genangan-genangan pada daerah-daerah yang tidak penting, dengan usaha pemberitahuan dini dan mencegah terjadinya tanah longsor. Sistem drainase adalah sistem buangan air hujan dalam suatu wilayah sedemikian rupa sehingga tidak terjadi genangan yang dapat menyebabkan banjir. Sistem drainase dibuat sedemikian rupa dengan menggunakan prinsip gravitasi bumi untuk mengalirkan air dari tempat yagn lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.persoalan lancar atau tidaknya suatu sistem drainase menjadi sangat berarti dalam suatu lingkungan perkotaan, khususnya dilingkungan padat terutama di areal-areal pusat aktifitas kegiatan manusia.titik kunci dari perencanaan sistem jaringan drainase ini adalah lancar tidaknya aliran air hujan yang mengalir di permukaan tanah. Perencanaan sistem drainase tergantung dari beberapa hal antara lain; besarnya curah hujan rata-rata yang diterima oleh satu satuan kawasan; besar kecilnya daya serap air oleh permukaan tanah. Hal ini tergantung dari koefisien serap permukaan yang sangat tergantung dari jenis material penutup permukaan; luasnya bidang penyerapan air hujan. Semakin sulit air diserap oleh suatu permukaan, maka semakin banyak volume yang harus dialirkan melalui sistem pembuangan (drainse), demikian pula sebaliknya.dan hal ini sangat menentukan dimensi pipa yang digunakan sebagai sarana pembuangan. Dengan meningkatnya beberapa fungsi ruang di perkotaan yang menyebabkan terjadinya perubahan kawasan yang belum terbangun menjadi terbangun, perlu diimbangi dengan perencanaan sistem drainse yang baik. Sistem ini akan mengalirkan buangan air hujan dari kawasan terbangun ke jaringan drainase perkotaan melalui gaya gravitasi. POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 122

76 Rencana pengembangan sistem pematusan di Kabupaten Melawi di utamakan pada jalan arteri dan kolektor primer yang terdapat pada desa-desa pusat perkotaan dan pada pusat permukiman real estate. Selain itu juga pengembangan jaringan pematusan juga terdapat pada diprioritaskan pada Kecamatan yang rawan genangan. Rencana yang kedua yaitu perbaikan teknis prasarana drainase yang terdiri atas: 1. Normalisasi saluran Normalisasi dilakukan pada saluran-saluran yang mengalami penyumbatan baik itu oleh sampah maupun oleh endapan. Rehabilitasi saluran dengan cara melakukan pelebaran saluran terhadap wilayah-wilayah yang mengalami genangan dan banjir. 2. Penambahan saluran baru Wilayah-wilayah yang belum memiliki saluran drainase akan akan dibuat saluran baru. bangunan-bangunan dan bangunan penunjang prasarana drainase Secara keseluruhan, rencana pengembangan sistem drainase di Kabupaten Melawi, antara lain: 1. Pengembangan sistem drainase pada jalan arteri dan kolektor primer pada pusat permukiman; 2. Penyusunan rencana induk sistem drainase wilayah Kabupaten dan rencana penanganan kawasan rawan banjir; 3. Mengembangkan saluran drainase di setiap blok kawasan terbangun; 4. Mengembangkan sumur resapan pada wilayah perkotaan; dan 5. Koordinasi pengelolaan saluran drainase khususnya pada saluran drainase permanen di kawasan perkotaan. Gambar 3.31 Peta Jaringan Drainase Kabupaten Melawi (terlampir) Pada kenyatannya dilapangan daerah banjir/genangan air di beberapa lokasi yang cukup luas, hal ini menunjukkan bahwa sistem jaringan drainase di Kota Melawi masih belum berfungsi secara maksimal. Di kota Melawi sudah terdapat saluran pematusan yaitu saluran primer, saluran sekunder, dan saluran tersier. POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 123

77 Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu : 1. Sistem Drainase Mayor Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini. 2. Sistem Drainase Mikro Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2,5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro. Dalam PPSP, sistem drainase yang menjadi tangung jawab daerah (kabupaten/kota) adalah sistem drainase mikro. Secara umum kondisi drainase di Kabupaten Melawi terutama pada saluran drainase terbuka. Kondisinya banyak mengalami penurunan kualitas seperti terjadinya penumpukan sedimen lumpur atau sampah. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan bagi penduduk dan pengguna jalan apabila terjadi genangan air akibat peningkatan intensitas curah hujan. Diagram sistem sanitasi untuk sektor drainase yang ada di Kabupaten Melawi seperti yang terlihat pada tabel 3.35 : POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 124

78 Tabel 3.35: Diagram Sistem pengelolaan drainase lingkungan Input User Interface Sumber : Analisis Pokja Kab. Melawi Penampungan Awal Pengaliran Pengolahan Akhir Pembuangan/ Daur Ulang Grey water tempat cuci piring - Sewer Tanah - - air cucian dari dapur - air bekas mandi - air bekas cucian pakaian Air hujan dari halaman Air hujan dr jalan dan selokan lubang pembuangan kamar mandi - Pembuangan air cucian - Sewer Bidang resapan Tanah ke sistem air limbah setempat dan saluran/ Got jalan - - Sewer/saluran/GOT Sewer - Air dari ruang publik - - Sewer/saluran/GOT - Air hujan dari atap bangunan Talang - Sewer/saluran/GOT - - Sungai PAH - Sewer Bidang resapan Tanah Kode/Nama Aliran Aliran Drainase/ AD1 Aliran Drainase/ AD2 Aliran Drainase /AD3 Aliran Drainase/ AD4 Aliran Drainase/ AD5 Aliran Drainase/ AD6 Aliran Drainase/ AD7 Aliran Drainase/ AD8 Aliran Drainase/ AD9 POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 125

79 Tabel 3.36: Sistem pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten Melawi Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data a b C D e User Interface - tempat cuci piring data jumlah rumah Rumah Dinas Kesehatan - lubang pembuangan Jumlah KK KK Dinas Kesehatan kamar mandi - lubang Pembuangan air cucian Atap bangunan dan talang data timbulan limbah rumah tangga/grey water 80% x 60 liter x x 4 DPU debit banjir - DPU data curah hujan 137 mm DPU data luas lahan terbuka hijau 14,98 M2 Kompilasi Data data luas lahan terbuka ,00 DPU data luasan bangunan 89,75 DPU data luas genangan persatuan bak kontrol Penampungan Awal debit - - Pengaliran Selokan/Got data jaringan saluran terbuka - DPU data jaringan saluran tertutup 104,83 DPU Pengolahan Akhir Sungai Kali 60 m3/dtk DPU data satuan luas volume DPU Bendungan, Sungai 104,83 Pembuangan/ Daur Ulang tampungan Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 126

80 3.4.3 Kesadaran Masyarkat dan PMJK Peran serta masyarakat diperlukan dalam pengelolaan drainase lingkungan antara lain : 1. Pembersihan saluran dengan cara kerja bakti di setiap lingkungan. 2. Membayar retribusi sampah sehingga tidak membuang sampah ke saluran drainase. 3. Membuat saluran pembuangan air limbah rumah tangga ke belakang rumah. POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 127

81 Tabel 3.37: Kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan Kabupaten Melawi Kecamatansa Jumlah Kondisi Drainase Saat ini RT RW lancar Mampet Pembersihan Drainase Pengelola oleh Tidak Rutin Pemerintah Masyarakat (RT/RW) Rutin Kelurahan Kabupaten L P L P L P Swasta Bangunan Di Atas Saluran S o k a n Tanah Pinoh Tanah Pinoh Barat Ada Tidak Ada S a y a n Belimbing Belimbing Hulu Nanga Pinoh Pinoh Selatan Pinoh Utara Ella Hilir Menukung POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 128

82 Tabel 3.38: Daftar Program / Proyek Layanan Yang berbasis Masyarakat No Sub Sektor Nama Program/Proyek/Layanan Pelaksana/PJ Tahun Mulai Kondisi Sarana Saat Ini Aspek PMJK Fungsi Tidak fungsi Rusak PM JDR MBR I Drainase Rehabilitasi Berat Gorong-Gorong Jl.M.Saad Kec. Nanga Pinoh 2 Drainase Saluran Drainase Ds.Baru Kec.Nanga Pinoh 3 Drainase Pembuatan drainase ds tanjung lai kec nanga pinoh 4 Drainase Drainase Gg. H. A. Manan Desa Tanjung Niaga 5 Drainase Pembuatan drainase gg tanjung geriang kec nanga pinoh Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Melawi DPU DPU DPU DPU DPU POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN 2013 III - 129

83 3.4.4 Pemetaan Media dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komuniksi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media/saluran komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat/tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan). Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja Kabupaten Melawi dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku putih merupakan rangkuman kondisi eksisting yang diharapakan dapat menyediakan semua informasi, termasuk mengenai media yang ada dan referensi media masyarakat. Media komunikasi di kabupaten Melawi berupa media elektronik, yaitu radio dan media cetak. Untuk kegiatan komunikasi secara umum maupun untuk pengolahan drainase, dapat dilihat pada tabel sampai dengan tabel 3.40 berikut ini. Tabel 3.39: Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Melawi Dinas Tujuan Khalayak No Kegiatan Tahun pelaksanaan kegiatan sasaran Pesan kunci Pembel ajaran 1. Sosialisasi 2012 Dinas Pengenalan Masyarakat Kebersih Member Lingkungan Kebersihan, dan an ikan Bersih Sehat Dinas Kesehatan Pemberian adalah Pemaha Pemahaman bagian man Pentingnya dari Pentingn menjaga iman ya lingkingkunga Kebersih n tetap besih an dan sehat Lingkun gan 2 leaflet 2012 BLH Sebagai Pelaku Aturan Member tentang tata media Industri pemberia ikan laksana penyampai n ijin pemaha permohonan informasi man POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN

84 ijin limbah industri kepada pelaku industri dalam pengajuan ijin pembuangan limbah kepada pelaku industri 3 Kampanye 2012 Bappeda, DPU Pengenalan Masyarakat Permasal Penyada Konsep ahan ran sanitasi sanitasi kepada lingkungan terutama masyara mengena kat i pentingn pentingn ya ya saluran saluran drainase drainase Sumber : Dishubkominfo Kabupaten Melawi Tabel 3.40 : Media komunikasi yang ada di Kabupaten Melawi Jenis Isu yang No Nama Media Pesan Kunci Acara Diangkat Pendapat Media Bagaimana Lingkungan tanpa 1 Radio Ramera Dialog interaktif mengelola lingkungan tetap bersih dan tanpa genangan Baik genangan 2 Kapuas raya post artikel Pengelolaan Insfrastruktur sanitasi yang baik dan manfaatnya Baik Radio Komunitas Talk Show Prilaku Hidup Sehat Sehat itu indah Baik Sumber : Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN

85 Tabel 3.41: Kerjasama terkait No Nama Kegiatan Jenis Kegiatan 1 Sosialisasi SLBM Pengenalan konsep sanitasi lingkungan berbasis masyarakat 2 Sosialisasi PNPM Pemberdayaan masyarakat dalam penanganan sanitasi lingkungan Mitra Kerja Sama TokohMasyarakat BadanPemerintahan Desa Bentuk Kerjasama Melibatkan tokoh masyarakat dalam monitoring pembangunan Bantuan MCK Sumber : PU Bina Marga & Cipta Karya Kabupaten Melawi Tabel 3.42 : Daftar Mitra Potensial No Nama Mitra Jenis Kegiatan Bentuk Kerjasama 1 BANK KALBAR Kerjasama Drainase Lingkungan 2 BANK BNI Kerjasama Drainase Lingkungan 3 BANK BRI Kerjasama Drainase Lingkungan 4 BANK MANDIRI SARIAH Kerjasama Drainase Lingkungan 5 BANK DANAMON Kerjasama Drainase Lingkungan 6 Koperasi Keling Kumang Kerjasama Drainase Lingkungan Pendanaan Pendanaan Pendanaan Pendanaan Pendanaan Sosialisasi 7 Koperasi Lantang Tipo Kerjasama Sosialisasi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN

86 Drainase Lingkungan 8 PT. SDK Kerjasama Drainase Lingkungan 9 PT. ADAU AGRO GROUP Kerjasama Drainase Lingkungan 10 PT. KAMA JAYA ABADI Kerjasama Drainase Lingkungan 11 PT. AKM Kerjasama Drainase Lingkungan 12 PT. CITRA MAHKOTA Kerjasama Drainase Lingkungan 13 PT. SMS Kerjasama Drainase Lingkungan Pendanaan Pendanaan Pendanaan Pendanaan Pendanaan Pendanaan 14 PNPM Drainase Pendanaan Sumber : Study Media Tim Pokja PPSP Partisipasi Dunia Usaha Untuk mengetahui ada tidaknya partisipasi dunia usaha dalam pengelolaan drainase di Kabupaten Melawi, perlu dilakukan studi data primer SSA (Sanitation Supply Assessment). Tabel 3.43 : Penyedia layanan pengelolaan drainase lingkungan yang ada di Kabupaten Melawi No Nama Provider Tahun mulai operasi Jenis kegiatan a b c d 1 Dinas terkait dan Kampanye dan sosialisasi pentingnya 2012 tokoh masyarakat drainase lingkungan Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN

87 3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan Tabel 3.44: Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Komponen drainase lingkungan No Subsektor Belanja (Rp) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Drainase (1a+1b) 1.a Pendanaan Investasi air limbah 668,000,000 3,297,125,300 1,339,000,000 2,363,800,000 3,871,826, ,365, ,000,000 1.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun 133,600, ,425, ,800, ,760, ,365, ,873, ,600,000 Tabel 3.45 ; Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Lingkungan No SKPD Retribusi Tahun (Rp) Pertumbuhan (%) 1 Retribusi Drainase Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada 0 1.a Realisasi retribusi Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada 0 1.b Potensi retribusi Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada 0 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Melawi POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN

88 3.4.7 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Permasalahan dalam pengelolaan drainase permukiman di Kabuppaten Melawi adalah: 1. Kurangnya kesadaran masyarakat sehingga masih dijumpai banyak saluran drainase yang mengalami pendangkalan dan tertimbun sampah. 2. Masih rendahnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase Kerusakan lingkungan : Musim hujan berdampak erosi dan mengakibatkan banjir di sebagian wilayah terutama terjadi pada lahan yang intensif diolah untuk kegiatan pertanian, erosi akan menurunkan kesuburan tanah, mengurangi daya serap dan daya simpan air tanah yang berakibat lahan menjadi kering dan tandus. 3.5 Pengelolaan Komponen Terkait Pengelolaan Air Bersih Pada umumnya, sumber air tanah di Kabupaten Melawi menjadi air baku untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Namun kualitas dan keberlanjutan air baku tersebut dalam kondisi kurang baik. Perlu adanya upaya untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan sumber air di Kabupaten Melawi. Selanjutnya pengembangan jaringan air minum untuk kebutuhan regional atau luar Kabupaten Melawi yang potensial untuk dikembangkan perlu diakomodasi kebutuhannya. Dengan adanya sumber mata air tersebut dan juga adanya peningkatan kebutuhan air bersih bagi daerah lain di sekitar Melawi, maka Kabupaten Melawi perlu membuat badan/institusi yang mewadahi pemanfaatan dan pengelolaan air bersih regional dalam bentuk PDAB atau lainnya. Di Kabupaten Melawi tersedia potensi sumber-sumber air baik air permukaan maupun air tanah. Air Tanah, proses terbentuknya air tanah berawal dari air hujan yang membasahi tanah dan mengalami infiltrasi (peresapan) membentuk air dalam zone akar (soil water), kemudian mengalami perkolasi dan membentuk air tanah (ground water).air tanah menempati suatu formasi geologi yang mampu menyimpan air. Formasi geologi yang mampu menyimpan dan sekaligus meloloskan air tersebut sebagai lapisan pembawa air (akifer). Seperti halnya air permukaan, air tanah yang berada di bawah muka tanah itu pun bergerak, baik ke arah vertikal maupun horizontal. Di Kabupaten Melawi terdapat 8 (delapan) kecamatan yang memiliki kondisi air tanah dangkal dan air tanah sedang relatif baik (secara kualitas dan kuantitas) yaitu di Kecamatan Sokan, Kecamatan TanahPinoh, POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN

89 Kecamatan Sayan, Kecamatan Manukung, Belimbing, Kecamatan Belimbing Hulu dan nanga pinoh memiliki kondisi air tanah dangkal dan air tanah sedang relatif tidak baik.secara umum kondisi air tanah dalam di Kabupaten Melawi relatif baik. Hasil akhir yang diharapkan dari rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air adalah meningkatnya produksi pangan dengan penyediaan air irigasi sepanjang tahun dari sumbernya baik sungai maupun mata air/danau sampai ke lahan pertanian (sawah) sesuai dengan luas areal irigasi yang direncanakan. Untuk mencapai target tersebut ada beberapa faktor kunci dalam rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air, yaitu: 1. Pelestarian fungsi hidrologi terutama peresapan di daerah hulu; 2. Peningkatan jaringan irigasi sampai ke tingkat kwarter; 3. Peningkatan manajemen pengelolaan sarana dan prasarana sumber daya air dan kerja sama antar institusi terkait. Rencana pengembangan air minum Oleh PDAM di Kabupaten Melawi secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Nanga Pinoh. Sedang dilakukan usulan peningkatan untuk tahun 2014, Kapasitas sebesar L/detik 2. Pinoh Selatan 3. Pinoh Utara 4. Belimbing Sedang dilakukan usulan peningkatan untuk tahun 2014, IPA/WTP sebesar 10 L/detik 5. Belimbing Hulu 6. Ella Hilir Sedang dilakukan peningkatan ( Uprating ) untuk tahun 2014 dari 5 L/detik menjadi 10 L/Det 7. Menukung Sudah dilakukan IPA/WTP dengan Kapasitas 5 L/Det tahun Sayan 9. Tanah Pinoh Sedang dilakukan usulan peningkatan untuk tahun 2014 sebesar 30 L/detik POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN

90 10. Tanah Pinoh Barat Masih dalam proses perencanaan dan Survey Sumber Air Baku 11. Sokan Sedang dilaksanakan peningkatan ( IPA/WTP) dengan Kapasitas 10 L/detik Data mengenai air minum di Kabupaten Melawi dikumpulkan dari Perusahaan Daerah Air Minum yang mencakup jumlah pelanggan, banyaknya dan nilai air minum yang disalurkan. Kebutuhan air terbesar yaitu kebutuhan domestik kemudian pertanian dan industri. Kebutuhan air bersih PDAM masyarakat di Kabupaten Melawi sebesar 868,168 m³ /tahun. Kebutuhan masyarakat akan air bersih untuk berbagai keperluan disalurkan oleh Pemerintah Daerah melalui Perusahan Daerah Air Minum (PDAM). Air untuk minum ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan air bersih di perkotaan saja, namun juga untuk mencukupi masyarakat pedesaan, mengingat air sumur gali masyarakat terutama wilayah Melawi bagian selatan banyak mengandung kapur. Sampai dengan tahun 2007 ini belum semua masyarakat dapat tercukupi air bersih dari PDAM sehingga masih menggunakan air sumur atau dari sumber lain. Pemakaian air untuk kebutuhan rumah tangga yang mempergunakan air PDAM sebanyak 30 %, sumur pompa 28 %, air tanah/sumur gali 36 % dan lainnya 6 %. Persentase penggunaan air sumur pompa yang tinggi menunjukkan bahwa rumah tangga yang air baku untuk minum belum terpenuhi secara layak sesuai baku mutu air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/PER/IX/1980, dari kuantitas maupun kualitasnya. Pemenuhan kebutuhan air minum diwilayah kota Melawi maupun di daerah daerah yang diindikasikan sebagai daerah rawan air minum sudah dapat berjalan cukup optimal, namun yang perlu mendapatkan perhatian untuk penanganan kebutuhan air minum adalah pada kawasan kawasan permukiman padat penduduk diwilayah Ibu Kota Kabupaten Melawi. POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN

91 Gambar 3.31 Peta Rencana Sarana dan Prasarana Air Bersih POKJA PPSP KABUPATEN MELAWI TAHUN ANGGARAN

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

BAB III Profil Sanitasi Wilayah

BAB III Profil Sanitasi Wilayah BAB III Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Perkembangan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Takalar Tahun 2008-2012 Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Takalar Tahun 2008 2012 No Uraian Belanja

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Profil Sanitasi Wilayah

Profil Sanitasi Wilayah BAB 3 Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Kajian Wilayah Sanitasi Wilayah kajian sanitasi Kabupaten Nias adalah desa yang menjadi area sampel studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang terdiri dari

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR III - 1

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR III - 1 3.1. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene 3.1.1. Tatanan Rumah Tangga 3.1.2. Tatanan Sekolah 3.2. Pengelolaan Air Limbah Domestik 3.2.1 Kelembagaan Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR III

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 KELOMPOK KERJA (POKJA) SANITASI KOTA BONTANG BAB I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Percepatan Pembangunan Sanitasi 18 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari penyusunan Sanitasi Kabupaten Pinrang yang memaparkan mengenai tujuan, sasaran dan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO Dalam bab ini akan dirinci data terkait kondisi sanitasi saat ini yang dapat menggambarkan kondisi dan jumlah infrastruktur sanitasi

Lebih terperinci

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA Secara umum kondisi pengelolaan sanitasi Kabupaten masih belum memadai hal ini dikarenakan beberapa faktor, utamanya masih terbatasnya infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1 BAB 5: Hal 5-5. AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi EHRA dan persepsi SKPD terkait

Lebih terperinci

MAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING

MAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING LATAR BELAKANG Permasalahan sanitasi di Kabupaten Mamasa merupakan masalah yang harus segera mendapatkan perhatian serius baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh melalui

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI SANITASI KOTA (SSK) KOTA TERNATE BAB 3

BAB 3 STRATEGI SANITASI KOTA (SSK) KOTA TERNATE BAB 3 Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi kabupaten. Rumusan strategi Kota Ternate untuk layanan

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesawaran saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana 3.1. Promosi Higiene dan Sanitasi di Kabupaten Jembrana Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam meningkatkan sanitasi lingkungan baik

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak

Lebih terperinci

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017 Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Dari hasil analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap sub-sektor sanitasi maka telah dirumuskan tentang tujuan, sasaran dan strategi. Tujuan

Lebih terperinci

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pengelolaan pembangunan air limbah domestik Kota Tangerang yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah akses 100% terlayani (universal akses)

Lebih terperinci

ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN. Jumlah KK yang tidak mempunyai jamban dari 30% menjadi 0% di tahun 2018

ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN. Jumlah KK yang tidak mempunyai jamban dari 30% menjadi 0% di tahun 2018 KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) AIR LIMBAH PERMASALAHAN MENDESAK ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN PERNYATAAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 30% penduduk Wakatobi tidak memiliki jamban

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Pembangunan sanitasi sekarang ini masih berjalan lambat karena dipengaruhi oleh beberapa hal. Sanitasi merupakan kebutuhan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain:

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain: BAB I PENDAHULUAN Program dan dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, juga merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT ANALISIS SWOT Air Limbah Domestik A. Analisa SWOT O lingkungan mendukung agresif stabil w lemah selektif berputar Besar-besaran kuat s * (-39 : -24) ceruk terpusat lingkungan

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 No PERMASALAHAN MENDESAK ISU-ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN INDIKATOR STRATEGI INDIKASI PROGRAM INDIKASI KEGIATAN A SEKTOR AIR LIMBAH A TEKNIS/AKSES 1 Belum

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang Kabupaten Sampang 2013 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 1. Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 1. Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 1. Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 Lampiran 1.1. Struktur Organisasi Daerah dan Keuangan Daerah

Lebih terperinci

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan dan pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi kota. Kabupaten Pesisir Barat merumuskan strategi layanan sanitas didasarkan

Lebih terperinci

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI Oleh: MADE YATI WIDHASWARI NRP. 3310 202 712 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. NIEKE KARNANINGROEM,

Lebih terperinci

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK Bab ini merupakan strategi sanitasi kota tahun 2013 2017 yang akan memaparkan tentang tujuan, sasaran/target serta strategi sub sektor persampahan, drainase, air limbah serta aspek PHBS. Penjelasan masingmasing

Lebih terperinci

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi BAB IV Strategi Pengembangan Sanitasi Program pengembangan sanitasi untuk jangka pendek dan menengah untuk sektor air limbah domestik, persampahan dan drainase di Kabupaten Aceh Jaya merupakan rencana

Lebih terperinci

Target. Real isasi. Real isasi 0% 10% 0%

Target. Real isasi. Real isasi 0% 10% 0% Strategi Sanitasi Kota Kota Subulussalam BAB V STRATEGI MONEV Tabel 5.1: Matriks Kerangka Logis Tujuan: Tersedianya layn IPLT Data Dasar Sasaran Indikator Sumber Nilai & Tahun Adanya Masyarakat 0% EHRA

Lebih terperinci

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA STRATEGII SANIITASII KOTA PROBOLIINGGO 4.1. TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN 4.1.1. Sub Sektor Air Limbah Mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan prasarana

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 POKJA SANITASI KABUPATEN TANAH DATAR 2015 Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Beresiko 1.1 Struktur Organisasi Daerah dan

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Tujuan, dan Pengembangan Air Limbah Domestik Tujuan : Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Wajo melalui pengelolaan air limbah

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA Permasalahan Mendesak Isu-Isu Strategis Tujuan Sasaran Indikator Strategi Indikasi Program Indikasi Kegiatan SISTEM PENGELOLAAN AIR A. Sistem/Teknis a.

Lebih terperinci

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin... Daftar Isi Kata Pengantar Bupati Merangin... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Peta... vi Daftar Gambar... vii Daftar Istilah... viii Bab 1: Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2 KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2 Tabel 2.1 Luas daerah dan pembagian daerah administrasi Tabel 2.2 Jumlah Penduduk perkecamatan dan rata-rata kepadatannya Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Lebih terperinci

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA TAHUN LOGO2013 VISI Terciptanya Kondisi Lingkungan Masyarakat yang Sehat dan

Lebih terperinci

Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 2016

Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 2016 Lampiran- Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 06 I. Air Limbah a. Identifikasi isu isu strategis NO ELEMEN INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) KEKUATAN (STRENGTH) Sudah ada dinas yang menangani

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana 3.1. Promosi Higiene dan Sanitasi di Kabupaten Jembrana Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam meningkatkan sanitasi lingkungan baik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah KATA PENGANTAR Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan atau Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah studi untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki resiko pada

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri

Lebih terperinci

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA Hari/Tanggal : Jumat / 2 Mei2014 Tempat : Ruang Rapat Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana Jl. Mayor Sugianyar No.3 Negara Pimpinan rapat : I Ketut

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Strategi percepatan pembangunan sanitasi berfungsi untuk mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Tujuan Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik Secara umum kegiatan pengelolaan limbah cair di Kota Yogyakarta sudah berjalan dengan cukup

Lebih terperinci

4.1 Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene

4.1 Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Pemerintah Kabupaten Hulu Utara telah melaksanakan pembangunan layanan sanitasi walaupun masih sangat terbatas. -kegiatan penyediaan

Lebih terperinci

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN BUKU TIH SANITASI KABUPATEN NATUNA 2014 BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN 4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Terkait Sanitasi Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi Kabupaten Tana Toraja dalam rangka mencapai visi dan

Lebih terperinci

BAB STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI 5 BAB STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI 5. Strategi Monitoring dan Evaluasi Didalam Pelaksanaan Perencanaan Strategi Sanitasi kabupaten Pokja AMPL menetapkan kegiatan monitoring dan evaluasi sebagai salah

Lebih terperinci

Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pembangunan air limbah yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah praktek BABS dari 30,5 % menjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat, taufik dan hidayah- Nya sehingga Dokumen Hasil Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan atau

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH DISIAPKAN OLEH : POKJA SANITASI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana 3.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene 3.1.1 Tatanan Rumah Tangga Studi EHRA di Kabupaten Jembrana adalah studi yang relatif pendek (sekitar

Lebih terperinci

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota. A. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) A.1. KERANGKA KERJA LOGIS AIR LIMBAH Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan Belum adanya Master Plan dan peta Pengelolaan air limbah domestik Mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 3 PROFIL SANITASI WILAYAH

BAB 3 PROFIL SANITASI WILAYAH BAB 3 PROFIL SANITASI WILAYAH Perkembangan pendanaan sanitasi kota metro untuk sub sektor air limbah, sampah rumah tangga, drainase lingkungan dari tahun 2009 sebesar Rp. 1.225.147.465 terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB V Area Beresiko Sanitasi BAB V Area Beresiko Sanitasi 6 BAB 5 Area Beresiko Sanitasi Buku Putih Sanitasi sangat penting bagi kabupaten dalam menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi yang meliputi pengelolaan air limbah,

Lebih terperinci

BAB 3 PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA

BAB 3 PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA BAB PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA Secara umum kondisi pengelolaan sanitasi Kabupaten Bulukumba masih belum memadai hal ini dikarenakan beberapa faktor, utamanya masih terbatasnya infrastruktur

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment) LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk KABUPATEN PASAMAN BARAT 2016 1 LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI GAMBARAN UMUM CIMAHI OTONOMI SEJAK TAHUN 2001 LUAS CIMAHI = ± 40,25 Km2 (4.025,75 Ha) WILAYAH: 3 KECAMATAN 15 KELURAHAN 312 RW DAN 1724 RT 14 PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK 2012

Lebih terperinci

5.1. Area Beresiko Sanitasi

5.1. Area Beresiko Sanitasi 5.1. Area Beresiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK PEMERINTAH BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK Tabel 6.1 Capaian Stratejik AIR LIMBAH Tujuan : Tersedianya infrastruktur pengelolaan air limbah domestik yang memenuhi standar teknis dan menjangkau

Lebih terperinci

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013 BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Program pengembangan sanitasi saat ini dan yang akan di rencanakan berdasar pada kajian yang telah dilakukan sebelumnya pada Buku Putih

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 4 Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi 1.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi Program

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat memiliki beberapa permasalahan pembangunan. Antara lain permasalahan lingkungan serta sanitasi yang buruk. Permasalahan tersebut tidak terlepas dari persoalan kemiskinan yang mempunyai

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Rencana kegiatan air limbah di Kabupaten Buru Selatan diarahkan pada sasaran yang tingkat resiko sanitasinya yang cukup tinggi,

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 BAB V AREA BERESIKO SANITASI 5.1. Area Beresiko Sanitasi Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor

Lebih terperinci

Lampiran 1: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko

Lampiran 1: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko Lampiran 1: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko Lampiran 1.1: Struktur Organisasi Daerah dan Keuangan Daerah Berdasarkan Perda Nomor 12 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci