PEMODELAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN LASSO TERBOBOTI GEOGRAFIS (GLOBAL DAN LOKAL)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN LASSO TERBOBOTI GEOGRAFIS (GLOBAL DAN LOKAL)"

Transkripsi

1 PEMODELAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN LASSO TERBOBOTI GEOGRAFIS (GLOBAL DAN LOKAL) (Studi Kasus: Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada 113 Kabupaten/kota di Pulau Jawa) IRA YULITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemodelan Regresi Komponen Utama dan Lasso Terboboti Geografis (Global dan Lokal) (Studi Kasus: Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada 113 Kabupaten/kota di Pulau Jawa) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2016 Ira Yulita NIM G

4 RINGKASAN IRA YULITA. Pemodelan Regresi Komponen Utama dan Lasso Terboboti Geografis (Global dan Lokal) (Studi Kasus: Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada 113 Kabupaten/kota di Pulau Jawa). Dibimbing Oleh ANIK DJURAIDAH dan AJI HAMIM WIGENA. Pada model regresi linier berganda diasumsikan tidak ada multikolinieritas antar peubah bebas dan antar pengamatan bersifat saling bebas. Multikolinieritas adalah ada korelasi yang tinggi antar peubah bebas. Multikolinieritas pada regresi linier berganda dapat diatasi dengan mentransformasi peubah bebas awal menjadi peubah baru (komponen utama) yang tidak berkorelasi. Di samping itu masalah ini dapat diatasi dengan menambahkan regularisasi L 1 (Least Absolute Shrinkage and Selection Operator (Lasso)). Pemodelan spasial dapat dilakukan berdasarkan jenis efek spasial yang terjadi pada data yang akan diteliti. Efek spasial terdiri dari dependensi spasial dan keheterogenan spasial. Dependensi spasial dapat diselesaikan dengan menambahkan komponen otoregresif pada peubah tidak bebas, galat, atau keduanya pada model regresi. Keheterogenan spasial dapat diselesaikan dengan Regresi Terboboti Geografis (RTG). Seperti pada model regresi berganda, pada model RTG juga diasumsikan tidak ada multikolinieritas antar peubah bebas. RTG dengan kasus multikolinieritas dapat diselesaikan dengan Regresi Komponen Utama Terboboti Geografis (RKUTG) dan Regresi Lasso Terboboti Geografis (RLTG). RKUTG dan RLTG bersifat global dan lokal. Pada RKUTG global komponen utama dibentuk secara global, sedangkan RKUTG lokal komponen utama dibentuk secara lokal. Pada RLTG global parameter penyusutan pada regularisasi L 1 ditentukan secara global, sedangkan RLTG lokal parameter penyusutan pada pada regularisasi L 1 ditentukank secara lokal. Tujuan penelitian ini adalah menentukan model RKUTG (global dan lokal) serta RLTG (global dan lokal) dengan matrik pembobot kernel Gaussian pada data nilai PDRB di Pulau Jawa tahun 2013 serta memperoleh model dugaan terbaik dari model tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun Peubah tidak bebas adalah nilai PDRB. Peubah bebas terdiri dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pendidikan, angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, angka melek huruf, pengeluaran perkapita, persentase penduduk miskin, rumah tangga menggunakan gas, rumah tangga menggunakan listrik, jumlah pertokoan dan pasar, serta jumlah penginapan dan hotel. Untuk menentukan model RKUTG global, komponen utama global dibentuk berdasarkan matriks ragam peragam peubah tak bebas, sedangkan pada RKUTG lokal, komponen utama lokal dibentuk berdasarkan matriks ragam peragam peubah tak bebas dengan menggunakan matriks pembobot lokasi. Pada model RLTG global parameter penyusutan pada regularisasi sama untuk semua lokasi, sedangkan pada RLTG lokal parameter penyusutan pada regularisasi berbeda untuk setiap lokasi. Hasil penelitian menunjukan model RKUTG global dan lokal menghasilkan pseudo R 2 masing-masing sebesar 67.74% dan 66.43%. Model RLTG global dan

5 lokal menghasilkan pseudo R 2 masing-masing sebesar 88.63% dan 98.61%. Model terbaik adalah model dengan menggunakan metode RLTG lokal dengan nilai R 2 sebesar 98.61%. Nilai ini menunjukkan bahwa 98.61% keragaman nilai PDRB mampu dijelaskan oleh model sedangkan sisanya dijelaskan oleh peubah-peubah lain diluar model. Peubah bebas yang nyata disetiap kabupaten/kota di Pulau Jawa berbeda-beda. Jakarta Pusat dengan dugaan nilai PDRB tertinggi dipengaruhi oleh seluruh peubah bebas. Sedangkan peubah bebas yang nyata untuk Kota Sukabumi yang memiliki dugaan nilai PDRB terendah adalah jumlah pertokoan dan pasar. Kata Kunci : Multikolinearitas, RTG, RKUTG, RLTG

6 SUMMARY IRA YULITA. Geographically Weighted Principal Component and Geographically Weighted Lasso (Global and Local) Models (case study: Gross Regional Domestic Product (GRDP) data at 113 districts/cities in Java). Supervised by ANIK DJURAIDAH dan AJI HAMIM WIGENA. The multiple linear regression model assumed there are no multicollinearity between independent and independent variables. Multicolinearity is a high correlation between independent variables. Multicollinearity in multiple linear regression can be solved by transforming the independent variables into principal components that are not correlated. Besides that this problem can be solved by adding regularization L 1 (Least Absolute Shrinkage and Selection Operator (Lasso)) to the criteria sum square error. Spatial modeling can be performed when data have spatial effect, i.e. spatial dependency and spatial heterogeneity. Spatial dependencies can be handled by adding autoregresive at the dependent variable, error, or both. While spatial heterogeneity can be handled by Geographically Weighted Regression (GWR). The GWR model like multiple linear regression also assumed no multicollinearity between independent variables. GWR with multicollinearity cases can be solved by Geographically Weighted Principal Component Regression (GWPCR) and Geographically Weighted Lasso (GWL). The type of GWPCR and GWL are global and local. The principal component for the global GWPCR is formed globally, while for local GWPCR principal component is formed locally. Shrinkage parameter in global GWL formed globally, while shrinkage parameter in local GWL formed locally. The purpose of this study are determining the GWPCR model (global and local) and GWL (global and local) model with Gaussian kernel on the data of GRDP in Java in 2013 and obtain the best estimator models. The data used in this research are secondary data from the Central Bureau of Statistics (BPS). Variables dependent is the value of GRDP. Independent variables consist of the human development index (HDI), education, life expectancy, the average length of school, literacy rates, spending per capita, the percentage of poor people, households use gas, household electricity use, number of shops and markets, and number of inns and hotels. The model of global GWPCR is determined by global principal component, variance covariance matrix is formed based on the dependent variable. While local GWPCR is used local principal component, variance covariance matrix is formed based on the dependent variable. The global GWL model use shrinkage parameter in the regularization same for all location, while the local GWL use shrinkage parameter in the regularization different for each location. The results showed GWPCR models of global and local have pseudo R 2 respectively by 67.74% and 66.43%. GWL models of global and local have pseudo R 2 respectively by 88.63% and 98.61%. The best model is a model using GWL local with pseudo R %. This value indicates that 98.61% GRDP value variation can be explained by the model while the rest is explained by other variables outside the model. The significant independent variable are different in each district/city in Java. Central Jakarta with the the highest value of GRDP is

7 influenced by all the independent variables. Significant variables for the city of Sukabumi which has the lowest value of GRDP is number of shops and markets. Keywords: Multicollinearity, GWR, GWPCR, GWL

8 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

9 PEMODELAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN LASSO TERBOBOTI GEOGRAFIS (GLOBAL DAN LOKAL) (Studi Kasus: Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada 113 Kabupaten/kota di Pulau Jawa) IRA YULITA Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Statistika SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

10 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Erfiani, MSi

11

12 PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga Beliau, para Sahabat serta para penerus perjuangan Beliau hingga akhir zaman. Penelitian ini berjudul Pemodelan Regresi Komponen Utama dan Lasso Terboboti Geografis (Global dan Lokal) (Studi Kasus: Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada 113 Kabupaten/kota di Pulau Jawa ). Penulisan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan,bimbingan, dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih khususnya kepada: 1. Dr Ir Anik Djuraidah, MS selaku pembimbing I dan Dr Ir Aji Hamim Wigena, MSc selaku pembimbing II yang dengan kesabaran telah banyak memberi bimbingan, arahan, serta saran kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 2. Dr Ir Erfiani, MSi selaku penguji luar komisi yang telah memberikan masukan dan arahan yang sangat membangun dalam penyusunan tesis ini. 3. Seluruh staf pengajar pascasarjana Departemen Statistika IPB yang telah banyak memberikan ilmu dan arahan selama perkuliahan sampai dengan penyusunan karya ilmiah ini. 4. Teman-teman statistika angkatan 2013 atas kebersamaan, kekompakannya, bantuan dan masukannya selama bersama-sama menempuh kuliah. 5. Kedua orang tua serta seluruh keluarga atas do a, dukungan, dan kasih sayang yang diberikan. 6. Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) sebagai sponsor pemberi beasiswa BPPDN yang mendukung kelanjutan studi S2 penulis. 7. Seluruh pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu. Atas segala bantuan yang diberikan, penulis hanya bisa berdoa dengan harapan semoga semua kebaikan yang penuh keikhlasan tersebut dicatat sebagai amal ibadah dan mendapatkan balasan berupa pahala disisi Allah Subhanahu wa ta ala. Aamiin Ya Rabbal Alamin. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat serta dapat menambah wawasan bagi para pembaca. Bogor, Februari 2016 Ira Yulita

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 2 TINJAUAN PUSTAKA Regresi Terboboti Geografis (RTG) 3 Regresi Komponen Utama Terboboti Geografis (RKUTG) 4 Regresi Lasso Terboboti Geografis (RLTG) 5 3 METODE PENELITIAN Data 6 Metode Analisis 6 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data 8 Model Regresi Terboboti Geografis (RTG) 9 Model Regresi Komponen Utama Terboboti Geografis (RKUTG) 12 RKUTG Global 12 RKUTG Lokal 13 Model Regresi Lasso Terboboti Geografis (RLTG) 14 RLTG Global 14 RLTG Lokal 15 Kebaikan Model 17 5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 19 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 21 RIWAYAT HIDUP 27 DAFTAR TABEL 1 Nilai koefisien korelasi antar peubah bebas 9 2 Ringkasan penduga parameter pada model RTG 10 3 Akar ciri global 12 4 Nilai R 2 18

14 DAFTAR GAMBAR 1 Peta Keragaman Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 8 2 Peta Dugaan Nilai (PDRB) pada model RTG 10 3 Nilai korelasi lokal antara peubah x i_ x j 11 4 Nilai VIF lokal 11 5 Peta dugaan nilai PDRB dengan metode RKUTG Global 13 6 akar ciri RKUTG lokal 13 7 Peta dugaan nilai PDRB dengan metode RKUTG Lokal 14 8 Peubah bebas yang nyata model RLTG global 14 9 Peta dugaan nilai PDRB dengan metode RLTG Global Peta dugaan nilai PDRB dengan metode RLTG Lokal Peta sebaran sebaran peubah bebas yang dengan nilai PDRB rendah Peta sebaran sebaran peubah bebas yang dengan nilai PDRB sedang Peta sebaran sebaran peubah bebas yang dengan nilai PDRB tinggi Peta sebaran jumlah peubah bebas yang nyata pada model RLTG Lokal 18 DAFTAR LAMPIRAN 1 Diagram Alir 21 2 Penduga Parameter Model RLTG Lokal 22

15 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Anselin (1998) regresi spasial merupakan hasil pengembangan dari metode regresi linier. Pengembangan itu berdasarkan adanya pengaruh lokasi atau spasial pada data yang dianalisis. Data spasial merupakan data yang berorientasi geografis dan memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya. Hukum pertama tentang geografi yang dikemukakan W Tobler s dalam Anselin (1988) menyebutkan bahwa segala sesuatu saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi sesuatu yang dekat lebih mempunyai pengaruh daripada sesuatu yang jauh. Pemodelan spasial dapat dilakukan berdasarkan jenis efek spasial yang terjadi pada data. Efek spasial terdiri dari dependensi spasial dan keheterogenan spasial. Dependensi spasial dapat diselesaikan dengan menambahkan komponen otoregresif pada peubah tidak bebas, galat, atau keduanya pada model regresi. Keheterogenan spasial dapat diselesaikan dengan Regresi Terboboti Geografis (RTG). Pada RTG diasumsikan tidak adanya multikolinieritas antar peubah bebas. Multikolinieritas pada RTG dapat diatasi dengan membentuk model RTG dengan terlebih dahulu mentransformasi peubah bebas awal ke peubah baru (komponen utama) yang tidak berkorelasi/rkutg. Disamping itu untuk masalah ini dapat diatasi dengan menambahkan regularisasi L 1 (Lasso) yang disebut RLTG. Menambahkan regularisasi L 2 (Ridge) yang disebut Regresi Ridge Terboboti Geografis (RRTG). Pada RKUTG diawali dengan membentuk komponen utama secara global dan lokal. Komponen utama global dibentuk berdasarkan matriks ragam peragam peubah tak bebas, sedangkan komponen utama lokal dibentuk berdasarkan matriks ragam peragam peubah tak bebas dengan menggunakan matriks pembobot lokasi. Selanjutnya skor komponen utama global maupun lokal digunakan sebagai peubah bebas pada RTG. Lasso menduga model linier melalui minimisasi jumlah kuadrat sisaan dengan regularisasi yaitu dengan parameter penyusutan. Pada RLTG global parameter penyusutan pada regularisasi sama untuk semua lokasi, sedangkan pada RLTG lokal parameter penyusutan pada regularisasi berbeda untuk setiap lokasi. Pada RRTG ditambahkan suatu kendala yaitu dengan merupakan besaran yang mengendalikan besarnya penyusutan dengan nilai. Seperti halnya pada Lasso, RRTG juga dapat bersifat global maupun lokal. Hasil penelitian Sukmantoro (2014), pemodelan RRTG pada data nilai tanah perumahan Pondok Indah, menghasilkan prediksi lebih teliti dibandingkan RTG. Rohmaniyah (2014) melakukan analisis komponen utama terboboti geografis (AKUTG) pada data sumber-sumber pendapatan daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah untuk mengatasi masalah multikolinieritas. Penelitian lainnya yakni Miranti (2015) melakukan pemodelan RLTG lokal pada data prevalensi malaria dan menghasilkan pseudo R 2 sebesar 99.65%. Pertumbuhan Ekonomi mencerminkan perkembangan suatu daerah yang dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di daerah tersebut.

16 2 PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah tertentu. Menurut BPS (2015) pendekatan produksi merupakan salah satu pendekatan untuk menghitung nilai PDRB. Pendekatan produksi dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor) diantaranya listrik, gas, hotel, jasa perusahaan, serta jasa layanan pemerintah. Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menentukan model RKUTG global dan lokal dengan fungsi pembobot kernel Gaussian pada data PDRB di Pulau Jawa tahun Menentukan model RLTG global dan lokal dengan fungsi pembobot kernel Gaussian pada data PDRB di Pulau Jawa tahun Memperoleh model dugaan terbaik dari kedua model tersebut.

17 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Regresi Terboboti Geografis (RTG) Model RTG adalah pengembangan dari model regresi linier dengan mempertimbangkan spasial (lokasi) yang merupakan salah satu pendekatan titik yang efektif untuk mengatasi masalah heterogenitas spasial. Secara sistematis model dari RTG menurut (Fotheringham et al. 2002) adalah sebagai berikut: (1) dengan adalah nilai amatan peubah tak bebas lokasi ke-i, menyatakan koordinat lokasi dengan adalah derajat lintang dan adalah derajat bujur dari lokasi ke-i, adalah nilai bebas ke-k dari lokasi ke-i, merupakan nilai parameter ke-k dari lokasi ke-i dan adalah sisaan ke-i. Pendugaan koefisien pada RTG dilakukan dengan metode kuadrat terkecil terboboti atau dikenal dengan istilah (Weighted Least Square) (Fotheringham et al. 2002) dengan persamaan sebagai berikut: dengan: (2) ( ), ( ) ( ) Multikolinieritas merupakan kondisi terdapat hubungan linier yang hampir sempurna (near dependence) pada kolom-kolom matriks X. Apabila terjadi hubungan linier yang sempurna akan menyebabkan sehingga kondisi ini disebut dengan multikolinieritas sempurna (exact multicollinearity) ( Draper & Smith 1998). Menurut Gujarati (2004), cara mendeteksi adanya multikolinieritas adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) setiap peubah bebas. Dalam model spasial multikolinieritas dapat dideteksi dengan korelasi lokal Pearson dan VIF lokal yaitu dengan menambahkan fungsi pembobot. Nilai toleransi yang mengindikasikan adanya mutikolinearitas bernilai kurang dari 0,20 atau 0,10 dan atau nilai VIF-nya lebih besar dari 5 atau 10. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 sangat mempengaruhi dugaan kuadrat terkecil dari koefisien regresi ( Friday et. al 2012 mengacu O' Brien 2007). Nilai korelasi untuk setiap peubah bebas pada setiap lokasi ke-i adalah ( )( ) ( ) ( ) Pada pemodelan RTG, VIF dimungkinkan dihitung pada masing-masing peubah bebasnya. Nilai VIF dinyatakan sebagai berikut : (3)

18 4 adalah koefisien determinasi antara dengan peubah bebas lainnya utuk setiap lokasi. Menurut Fotheringham et al. (2002) pemilihan fungsi pembobot merupakan salah satu penentu hasil dari analisis regresi spasial. Fungsi pembobot yang digunakan untuk membangun model dalam penelitian ini adalah fungsi pembobot kernel Gaussian, dengan formula sebagai berikut dengan [ ( ) ] ( ) menunjukkan jarak Euclid antara lokasi ke-i dengan lokasi ke-j dan adalah nilai lebar jendala optimum. Menurut Fotheringham et al. (2002) lebar jendala adalah ukuran jarak fungsi pembobot dan menyebabkan besarnya pengaruh suatu lokasi terhadap lokasi lain. Merupakan lingkaran dengan radius b dari titik pusat lokasi yang digunakan sebagai dasar menentukan bobot setiap pengamatan terhadap model regresi pada lokasi tersebut. Pemilihan lebar jendala yang tepat untuk fungsi Kernel Gaussian adalah dengan menggunakan nilai Cross Validation (CV) atau validasi silang yang minimum dengan formula: dengan adalah nilai dugaan dengan pengamatan dilokasi ke-i dihilangkan dari proses prediksi. Pencarian nilai lebar jendela yang optimum diperoleh melalui proses iterasi dengan mengubah nilai lebar jendela (b) hingga didapatkan CV yang minimum (Fotheringham et al. 2002). (4) Regresi Komponen Utama Terboboti Geografis (RKUTG) Multikolinieritas adalah ada korelasi yang tinggi antar peubah bebas. Salah satu analisis untuk mengatasi multikolinieritas pada regresi linier berganda adalah analisis komponen utama. Komponen utama merupakan kombinasi linier dari peubah yang diamati. Kombinasi linier yang dipilih adalah kombinasi liner yang dapat menjelaskan keragaman data terbesar. Komponen utama yang terbentuk bersifat orthogonal, tidak berkorelasi dan informasinya tidak tumpang tindih. Skor komponen utama yang dihasilkan digunakan pada analisis regresi, dan disebut dengan Regresi Komponen Utama (RKU). Seperti pada model regresi berganda, model RTG juga diasumsikan tidak mengandung multikolinieritas antar peubah bebas. Multikolinieritas pada model RTG dapat diselesaikan diantaranya dengan mentransformasi peubah bebas awal ke peubah baru (komponen utama). Komponen utama yang terbentuk terdiri dari global dan lokal. Komponen utama global dibentuk berdasarkan matriks ragam peragam peubah tak bebas yang kemudian digunakan pada analisis RTG, dan disebut dengan model RKUTG global. Komponen utama lokal dibentuk berdasarkan matriks ragam peragam peubah tak bebas dengan menggunakan matriks pembobot lokasi, dapat dirumuskan sebagai berikut:

19 dan persamaan ciri adalah : dengan = matriks ragam-peragam dari pembobot lokasi. = akar ciri lokasi ke-i = vektor ciri lokasi ke-i Matriks skor komponen lokal pada lokasi ke-j, ( ) yang berukuran n p diperoleh dengan persamaan: ( ) ( ) ( ) dengan ( ) adalah matriks dengan kolom merupakan vektor ciri lokasi ke-j. Hasil prosedur komponen utama lokal ini selanjutnya digunakan pada pemodelan RTG yang disebut dengan pemodelan RKUTG lokal. 5 Regresi Lasso Terboboti Geografis (RLTG) Lasso diperkenalkan oleh Tibshirani (1996), merupakan teknik regresi penyusutan. Lasso menduga model linier melalui minimisasi jumlah kuadrat sisaan ( ) dengan suatu kendala yaitu dengan s adalah parameter penyusutan. Ukuran numerik s diperoleh melalui proses validasi silang. Karena kendala tersebut, Lasso menyusutkan sejumlah koefisien dengan membuatnya menjadi 0. Penduga parameter dengan regularisasi Lasso didefinisikan sebagai berikut: ( ) * ( ) + Untuk regresi Lasso peubah x dan y dibakukan terlebih dahulu. Penambahan regularisasi Lasso dalam suatu pemodelan RTG dikenal dengan istilah Regresi Lasso Terboboti Geografis (RLTG). Pada RLTG parameter dapat bersifat global dan lokal, dan disebut RLTG global serta RLTG lokal. Pada model RLTG global parameter penyusutan pada regularisasi sama untuk semua lokasi, sedangkan pada RLTG lokal parameter penyusutan pada regularisasi berbeda untuk setiap lokasi.

20 6 3 METODE PENELITIAN Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, yaitu PDRB pada 113 kabupaten/kota di Pulau Jawa. PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode tertentu. PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber saya alam yang dimilikinya. Menurut Todaro (2004) ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu 1) Akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia, 2) Pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja, dan 3) Kemajuan teknologi. Peubah tak bebas yang digunakan adalah nilai PDRB pada setiap kabupaten/kota di Pulau Jawa. Peubah bebas yang digunakan adalah : 1. Indeks Pembangunan Manusia/IPM 2. Angka harapan hidup 3. Rata-rata lama sekolah 4. Angka melek huruf 5. Pengeluaran perkapita 6. Persentase penduduk miskin 7. Rumah tangga menggunakan gas 8. Rumah tangga menggunakan listrik 9. Pendidikan 10. Jumlah pertokoan dan pasar 11. Jumlah penginapan dan hotel Metode Analisis Tahapan-tahapan analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Eksplorasi data untuk mengetahui gambaran umum mengenai kondisi data 2. Melakukan uji Breuch-Pagan untuk mengetahui adanya keheterogenan spasial pada data. Hipotesisnya sebagai berikut: jika dengan ( tidak ditolak maka kehomogenan ragam terpenuhi sehingga = konstan, dengan statistik uji BP sebagai berikut: ) ( ) dan. (Anselin 1988, diacu dalam Arbia 2006). Uji statistik BP menyebar adalah banyaknya parameter regresi. Jika BP lebih besar dari tolak. dengan k maka

21 3. Melakukan Pemodelan RTG pada data tersebut dengan tahapan : a. Menduga nilai lebar jendala kernel Gaussian dengan Validasi Silang. b. Menghitung nilai pembobot kernel Gaussian (W) c. Menduga nilai parameter model RTG untuk masing-masing lokasi berdasarkan nilai lebar jendala dan pembobot kernel yang diperoleh pada langkah sebelumnya. 4. Mendeteksi multikolinearitas pada model RTG dengan menghitung nilai korelasi lokal Pearson sesuai persamaan (3) dan VIF lokal dengan persamaan (4) pada setiap peubah bebasnya 5. Memodelkan data PDRB dengan metode RKUTG dan metode RLTG melalui pemusatan global dan lokal 6. Tahapan penyelesaian dengan RKUTG global i. Menentukan komponen utama yang digunakan untuk mewakili (menggantikan) data asli dengan criteria keragaman yang dijelaskan adalah 70%-80% ii. Menghitung skor komponen utama iii. Menduga nilai lebar jendala kernel Gaussian dengan Validasi Silang. iv. Menghitung nilai pembobot kernel Gaussian (W) v. Pembentukan model RKUTG global dengan menggunakan skor komponen utama dan berdasarkan nilai lebar jendala dan pembobot kernel untuk memperoleh penduga parameter disetiap lokasi 8. Tahapan penyelesaian dengan RKUTG lokal i. Menentukan komponen utama yang digunakan untuk mewakili (menggantikan) data asli dengan kriteria keragaman yang dijelaskan adalah 70%-80% ii. Menghitung skor komponen utama iii. Pembentukan model RKUTG lokal untuk memperoleh penduga parameter disetiap lokasi 9. Tahapan RLTG global i. Menduga nilai parameter penyusutan ii. Menduga solusi akhir koefisien parameter RLTG sesuai batasan penyusutan dengan terlebih dahulu menentukan pembobot kernel Gaussian (W) 10. Tahapan RLTG lokal i. Menduga nilai parameter penyusutan (s i ) ii. Menduga solusi akhir koefisien parameter RLTG sesuai batasan penyusutan (s i ) dengan terlebih dahulu menentukan pembobot kernel Gaussian (W) 11. Membandingkan hasil R 2 antara RKUTG-global, RKUTG-lokal, RLTGglobal, dan RLTG-lokal untuk memperoleh model terbaik. 7

22 8 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Produk domestik regional bruto (PDRB) adalah besarnya produk domestik bruto (PDB) suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan parameter makro ekonomi, baik dalam skala nasional maupun skala regional yang mencerminkan keadaan perekonomian suatu negara atau daerah. Gambar 1 menunjukkan penyebaran nilai PDRB di kabupaten/kota di Pulau Jawa yang berbeda-beda. Untuk mendeskripsikan sebaran nilai PDRB di Pulau Jawa dilakukan dengan pengelompokan berdasarkan kuartil. Kabupaten/kota dengan nilai PDRB tinggi (> milyar rupiah) adalah kota di provinsi DKI Jakarta, Bogor, Bogor, Bandung, Bekasi, dan Surabaya. Kabupaten/kota tersebut merupakan daerah yang menjadi ibu kota provinsi, ibu kota Negara, pusat pemerintahan serta pusat perekonomian. Kabupaten/kota yang memiliki nilai PDRB rendah (< milyar rupiah) diantaranya Wonosobo, Pacitan, Kebumen, Blora dan beberapa kabupaten/kota lainnya. Tinggi rendahnya PDRB suatu kabupaten/kota dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya besaran PDRB yang dihasilkan suatu daerah, jumlah penduduknya, serta kondisi sosial dan kesejahteraan masyarakat yang berbeda antar kabupaten/kota. Kondisi geografis suatu daerah juga mempengaruhi nilai PDRB. Daerah yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perekonomian cenderung menghasilkan nilai PDRB yang tinggi seperti kota-kota didaerah DKI Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Gambar 1: Peta Keragaman Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Nilai koefisien korelasi antar peubah bebas selengkapnya tertera pada Tabel 1. Nilai koefisien korelasi tertinggi sebesar Peubah bebas yang memiliki nilai koefisien korelasi tinggi diantaranya peubah rumah tangga menggunakan listrik dengan jumlah pertokoan dan pasar permanen, serta peubah IPM dengan rata-rata lama sekolah. Disamping itu, peubah bebas yang memiliki nilai korelasi rendah diantaranya peubah angka harapan hidup dengan jumlah penginapan dan hotel, serta rumah tangga menggunakan listrik dengan jumlah penginapan dan hotel. Adanya korelasi yang tinggi antar peubah bebas mengindikasikan tidak terpenuhinya asumsi multikolinieritas pada regresi linier berganda.

23 Tabel 1 Nilai koefisien korelasi antar peubah bebas x 1 x 2 x 3 x 4 x 5 x 6 x 7 x 8 x 9 x 10 x x x x x x x x x x Model Regresi Terboboti Geografis (RTG) Hasil uji heterogenitas spasial dengan menggunakan uji Breusch-Pagan (BP) sebesar dengan nilai-p Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh heterogenitas spasial disetiap lokasi pengamatan pada data. Sehingga model yang tepat digunakan untuk mengatasi heterogenitas spasial yang terjadi pada nilai PDRB adalah model Regresi Terboboti Geografis (RTG). Untuk memperoleh model pada setiap lokasi diperlukan lebar jendela yang diperoleh dengan metode validasi silang yang selanjutnya digunakan untuk memperoleh matriks pembobot pada proses pendugaan parameternya. Matriks pembobot yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembobot kernel Gaussian. Lebar jendela yang dianggap sebagai jari-jari lingkaran disekitar titik lokasi pengamatan dalam hal ini bernilai 2.968, sehingga wilayah yang berada disekitar derajat dari titik lokasi pengamatan masih memberikan pengaruh pada nilai PDRB. Langkah selanjutnya adalah membentuk matriks pembobot. Jika suatu lokasi semakin jauh dari titik lokasi pengamatan maka nilai pembobotnya semakin menurun sehingga pengaruh yang diberikan semakin kecil. Hasil penduga parameter menggunakan RTG bisa bernilai positif ataupun negatif pada kabupaten/kota yang berbeda untuk peubah yang sama. Sehingga suatu peubah bebas yang sama bisa memberi kontribusi positif maupun negatif terhadap nilai PDRB. Sifat lokal dari model RTG dapat ditunjukkan dari hasil nilai penduga parameternya. Ringkasan penduga parameter pada model RTG dapat dilihat pada Tabel 2. Penduga yang memiliki jangkauan koefisien terbesar adalah b 4 dengan nilai yang merupakan peubah angka melek huruf (X 4 ). Jangkauan terkecil adalah b 11 dengan nilai 0.35 yang merupakan peubah jumlah hotel dan penginapan (X 11 ). Selain itu peubah persentase kemiskinan memiliki rata-rata dugaan parameter yang bernilai negatif.

24 10 Tabel 2. Ringkasan penduga parameter pada model RTG Koefisien RTG Minimum Rata-Rata Maksimum Jangkauan Peta hasil dugaan nilai PDRB pada model RTG (Gambar 2) menunjukkan bahwa terdapat beberapa wilayah dengan pendugaan yang kurang sesuai dengan nilai PDRB awal. Seperti hasil dugaan daerah Garut masuk kategori rendah yang seharusnya berada dikategori tinggi. Hal ini disebabkan hasil prediksi dari model RTG kurang akurat. Nilai F-hitung yang dihasilkan dari pengujian model RTG sebesar dengan nilai-p sebesar Nilai-p yang dihasilkan lebih kecil dari taraf nyata 0.05 sehingga diperoleh keputusan tolak H 0. Hal ini menunjukkan bahwa model RTG mampu mendeskripsikan data dengan lebih baik dibandingkan dengan model OLS pada taraf nyata 5%. Pendugaan parameter dengan model RTG menghasilkan nilai R 2 sebesar %. Nilai ini hanya mampu menjelaskan keragaman nilai PDRB sebesar 68.89%, sisanya dijelaskan oleh peubah lain diluar model. Gambar 2 Peta Dugaan nilai PDRB pada model RTG Nilai korelasi lokal beberapa peubah bebas untuk setiap lokasi pengamatan tertera di Gambar 3. Informasi yang diperoleh dari Gambar 3 bahwa terdapat beberapa peubah bebas yang berkorelasi sangat tinggi dengan peubah bebas lainnya untuk setiap lokasi pengamatan. Peubah bebas tersebut diantaranya adalah peubah X 8 dan X 10. Nilai korelasi tertinggi antara peubah X 8 dan X 10 sebesar dan terendah sebesar Nilai korelasi yang tinggi mengindikasikan bahwa adanya multikolinearitas lokal yang terjadi pada model RTG.

25 x2_x1 x3_x1 x4_x3 x9_x3 x3_x4 x7_x10 x8_x10 x4_x1 x5_x1 Gambar 3 Nilai korelasi lokal antara peubah x i dan x j Selain dengan korelasi lokal, multikolinieritas pada model RTG juga dapat dilihat dari nilai VIF lokalnya. Diagram kotak garis pada Gambar 4 menunjukkan nilai VIF lokal untuk setiap peubah bebas. Rata-rata nilai VIF memiliki selang antara 1.15 hingga 10.52, sehingga dapat disimpulkan beberapa peubah bebas dalam penelittian ini mengindikasikan adanya multikolinearitas lokal. Peubah bebas yang memiliki nilai VIF lokal yang tinggi diantaranya adalah peubah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan rumah tangga yang menggunakan listrik. Angka harapan hidup, angka melek huruf, rumah tangga menggunakan gas, dan jumlah hotel dan penginapan memiliki nilai VIF yang bersifat global karena memiliki keragaman yang kecil dengan rata-rata selang nilai VIF sebesar sampai Adanya multikolinieritas dapat menyebabkan hasil dugaan parameter memiliki ragam yang besar sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam interpretasi model Gambar 4 Nilai VIF lokal

26 12 Model Regresi Komponen Utama Terboboti Geografis (RKUTG) Salah satu cara untuk mengatasi masalah multikolinieritas lokal adalah dengan menggunakan metode RKUTG. Metode RKUTG dibagi menjadi dua yaitu global dan lokal. Metode ini akan menghasilkan peubah baru atau yang disebut dengan komponen utama yang merupakan kombinasi linier dari peubah-peubah asli. Komponen untama yang terbentuk secara keseluruhan adalah sebanyak 11 komponen utama. Komponen utama yang akan digunakan untuk mewakili keseluruhan peubah asli dapat menggunakan kriteria akar ciri. Pembentukan model komponen utama dengan cara mengambil akar ciri yang lebih besar dari 1. Atau memilih r buah komponen utama sebagai penyumbang terbesar keragaman data yang menghasilkan total keragaman lebih dari 0.75 atau. Keragaman total yang dapat diterangkan oleh komponen utama ke-i terhadap keragaman total adalah: RKUTG Global untuk i=1,2,,r. Nilai akar ciri global tertera pada Tabel 3 yang menunjukkan bahwa akar ciri yang memiliki nilai lebih dari 1 adalah tiga akar ciri pertama. Hal ini menunjukkan bahwa ada tiga komponen utama yang bisa digunakan untuk mewakili seluruh peubah asli. Namun jika menggunakan tiga komponen utama proporsi keragaman yang dihasilkan kurang dari 75%. Pada penelitian ini akan digunakan seluruh komponen utama untuk mewakili peubah asli, hal ini diperkuat dengan proporsi keragaman yang dihasilkan. Proporsi keragaman dari komponen utama global menunjukkan bahwa seluruh komponen utama pertama menghasilkan persentase keragaman kumulatif 100% yang artinya dengan menggunakan seluruh komponen utama dapat menjelaskan sebesar 100% dari keragaman total peubah awal. Tabel 3 Akar ciri global Persentase KU Akar ciri keragaman kumulatif KU KU KU KU KU KU KU KU KU KU KU

27 Skor komponen utama yang dihasilkan digunakan sebagai peubah baru untuk analisis RKUTG. Penduga parameter yang dihasilkan menggunakan RKUTG bisa bernilai positif ataupun negatif pada lokasi yang berbeda untuk peubah yang sama. Hal ini mengakibatkan peubah bebas yang sama bisa memberi kontribusi positif maupun negatif terhadap nilai PDRB di suatu wilayah. Peta hasil dugaan nilai PDRB pada model RKUTG global (Gambar 5) menghasilkan R 2 sebesar 67.7% yang menunjukkan bahwa sebesar 67.7% keragaman nilai PDRB di Pulau Jawa mampu dijelaskan oleh model sedangkan sisanya dijelaskan peubah lain diluar model. 13 Gambar 5 Peta Dugaan nilai PDRB pada model RKUTG Global RKUTG Lokal Diagram kotak garis (Gambar 6) menunjukkan nilai akar ciri lokal yang dihasilkan yang kemudian akan digunakan untuk mendapatkan model RKUTG. Setiap lokasi pengamatan memiliki akar ciri yang berbeda-beda. Akar ciri yang dihasilkan menunjukkan keragaman yang berbeda-beda untuk setiap komponen utama yang terbentuk. Dari sebelas komponen utama, empat komponen utama pertama menghasilkan rata-rata keragaman lebih dari 75%. Namun penelitian ini akan menggugunakan seluruh komponen utama dengan persentase keragaman kumulatif 100% untuk mewakili seluruh peubah asli Peubah bebas Gambar 6 akar ciri RKUTG lokal

28 14 Peta hasil dugaan nilai PDRB pada model RKUTG Lokal dapat dilihat pada Gambar 7. Hasil dugaan nilai PDRB wilayah DKI Jakarta, Surabaya, dan Bandung masuk kategori tinggi dengan nilai sebenarnya juga masuk kategori tinggi. Model RKUTG lokal menghasilkan nilai R 2 sebesar 66.43% yang menunjukkan bahwa sebesar 66.43% keragaman nilai PDRB mampu dijelaskan oleh model sedangkan sisanya dijelaskan oleh peubah-peubah lain diluar model. Gambar 7 Peta Dugaan nilai PDRB pada model RKUTG Lokal Model Regresi Lasso Terboboti Geografis (RLTG) RLTG Global Peubah bebas yang nyata pada model RLTG global adalah peubah bebas yang masuk dalam batasan parameter penyusutan (s) yang telah diduga. Hasil analisis (Gambar 8) menunjukkan bahwa ada dua peubah bebas yang nyata dalam pemodelan nilai PDRB yaitu peubah IPM dan rata-rata lama sekolah. Peubah IPM dan rata-rata lama sekolah memiliki nilai koefisien tinggi dibeberapa lokasi pengamatan. Nilai koefisien IPM tinggi meliputi kota Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Surabaya. Nilai koefisien rata-rata lama sekolah tinggi meliputi kota Bekasi, Jakarta Barat, Kota Bogor dan Kota Sukabumi. Untuk nilai koefisien IPM terendah meliputi Ciamis, Wonogiri, Blora dan Klaten. Selain itu nilai koefisien rata-rata lama sekolah yang terendah meliputi Lamongan, Blitar, Bondowoso, dan Madiun Jakarta Selatan Jakarta Pusat Surabaya Bekasi Jawa Barat Bogor Sukabumi X1 X3 Peubah bebas Gambar 8 peubah bebas yang nyata model RLTG global

29 Peta dugaan nilai PDRB pada model RLTG global (Gambar 9) menginformasikan bahwa terdapat 29 kabupaten/kota dengan nilai PDRB tertinggi (> 8.469) diantaranya beberapa kota di provinsi DKI Jakarta, Bogor, Bekasi, Surabya. Terdapat 38 kabupaten/kota yang memiliki nilai PDRB terendah (< 3.072) diantaranya Blora, Wonosobo, Pacitan, Wonogiri. Model RLTG Global menghasilkan nilai R 2 sebesar 88.63% yang berarti bahwa model RLTG Global mampu menjelaskan keragaman nilai PDRB pada 113 kabuptan/kota di Pulau Jawa sebesar 88.63%, sisanya 11.37% dijelaskan oleh peubah diluar model. 15 Gambar 9 Peta Dugaan nilai PDRB pada model RLTG Global RLTG Lokal Peta hasil dugaan nilai PDRB (Gambar 10) menunjukkan bahwa, nilai PDRB yang sangat tinggi yaitu dengan jangkauan sampai terdapat di daerah sekitar provinsi DKI Jakarta dan kota Surabaya. RLTG lokal melakukan pemilihan model dengan menyusutkan beberapa koefisien ke nol (Lampiran 2). Peubah bebas yang memiliki nilai VIF besar menyebabkan koefisien parameter menjadi mengecil bahkan bernilai nol. Setiap kabupaten/kota di Pulau Jawa memiliki peubah bebas nyata yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa setiap daerah memiliki keunggulan masing-masing dalam meningkatkan nilai PDRB. Model RLTG lokal menghasilkan pseudo R 2 sebesar 98.61% yang menunjukkan bahwa sebesar 98.61% keragaman nilai PDRB mampu dijelaskan oleh model sedangkan dijelaskan oleh peubah-peubah lain diluar model. Gambar 10 Peta Dugaan nilai PDRB pada model RLTG Lokal

30 16 Peubah bebas nyata dari model RLTG lokal untuk daerah yang memiliki dugaan nilai PDRB rendah tertera pada Gambar 11. Wilayah yang memiliki dugaan nilai PDRB rendah adalah 31 kabupaten/kota di provinsi Jawa Timur. Adapun wilayah tersebut diantaranya adalah Kota Sukabumi, Depok, Kota Tegal, Pacitan, Magetan, Batu, Kota Probolinggo, Kota Madiun, Wonogiri, dan Kebumen. Dugaan nilai PDRB di 31 kabupaten/kota tersebut dipengaruhi oleh peubah bebas yang berbeda-beda. Dugaan nilai PDRB Kota Sukabumi dipengaruhi oleh IPM. Nilai PDRB kabupaten Pacitan dipengaruhi oleh IPM, ratarata lama sekolah, angka melek huruf, pengeluaran perkapita, presentase penduduk miskin, RT menggunakan listrik, pendidikan, jumlah pertokoan dan pasar, serta jumlah penginapan dan hotel. Untuk kabupaten Magetan nilai PDRB dipengaruhi oleh IPM, rata-rata lama sekolah, angka melek huruf, pengeluaran perkapita, persentase penduduk miskin, RT menggunakan gas, RT menggunakan listrik, pendidikan, serta jumlah penginapan dan hotel. Hampir semua kabupaten/kota yang memiliki nilai PDRB rendah dipengaruhi oleh rata-rata lama sekolah, pendidikan, IPM, serta persentase penduduk miskin. Kabupaten/kota yang memiliki nilai PDRB rendah tersebut merupakan daerah di pesisir barat Jawa Timur yang berada jauh dari pusat perekonomian. Gambar 11 Peta sebaran peubah bebas yang nyata pada daerah dengan nilai PDRB rendah Peubah bebas nyata dari model RLTG lokal untuk daerah yang memiliki dugaan nilai PDRB dengan kategori sedang tertera pada Gambar 12. Wilayah dengan dugaan nilai PDRB kategori sedang adalah wilayah di seluruh kabupaten/kota di provinsi Jawa tengah, Yogyakarta, dan sebagian kecil di Jawa Barat. Jawa tengah terletak di tengah-tengah pulau Jawa dan diapit oleh dua provinsi besar Jawa Barat dan Jawa Timur, dan satu Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 12 Peta sebaran peubah bebas yang nyata pada daerah dengan nilai PDRB sedang

31 Kabupaten/kota tersebut diantaranya adalah Trenggalek, Situbondo, Pati, Surakarta, Karanganyar, Mojokerto, Kediri, Bojonegoro, Cirebon, serta Cianjur. Nilai PDRB di kabupaten Situbondo dipengaruhi oleh pengeluaran perkapita, persentase penduduk miskin, jumlah pertokoan dan pasar, serta jumlah penginapan dan hotel. Peubah bebas yang mempengaruhi nilai PDRB di kabupaten Surakarta adalah angka melek huruf, persentase penduduk miskin, dan RT menggunakan gas. Untuk kabupaten Cirebon, nilai PDRB dipengaruhi oleh persentase penduduk miskin, RT menggunakan gas, pendidikan, serta jumlah pertokoan dan pasar. Hampir semua kabupaten/kota yang memiliki nilai PDRB dengan kategori sedang dipengaruhi oleh rata-rata lama sekolah, pendidikan, IPM, persentase penduduk miskin, RT menggunakan listrik, RT menggunakan gas, serta jumlah pertokoan dan pasar. Peubah bebas nyata dari model RLTG lokal untuk daerah yang memiliki dugaan nilai PDRB dengan kategori tinggi tertera pada Gambar 13. Wilayah dengan dugaan nilai PDRB tinggi adalah wilayah di DKI Jakarta, Banten, serta sebagian kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat. Adapun wilayah tersebut diantaranya adalah Bekasi, Bogor, Kota Surabaya, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Kota Semarang, dll. Sebagian besar kabupaten/kota dengan nilai PDRB tinggi dipengaruhi oleh seluruh peubah bebas. Kabupaten/kota tersebut merupakan daerah yang menjadi ibu kota provinsi, ibu kota Negara, pusat pemerintahan serta pusat perekonomian. 17 Gambar 13 Peta sebaran peubah bebas yang nyata pada daerah dengan nilai PDRB tinggi Kebaikan Model Nilai pseudo R 2 untuk masing-masing model yang dihasilkan tertera di Tabel 4. Model RLTG lokal menghasilkan nilai pseudo R 2 yang tinggi sebesar 98.61%. Hal ini berarti bahwa model RLTG lokal cukup baik dalam menjelaskan heterogenitas spasial pada data nilai PDRB. Disamping itu, model RLTG lokal mampu mengatasi masalah multikolinieritas yang belum dapat diatasi dengan model RTG.

32 18 Tabel 4 Nilai R 2 Pseudo Model R 2 RTG 68.89% RKUTG global 67.74% RKUTG lokal 66.43% RLTG global 88.63% RLTG lokal 98.61% Peta sebaran jumlah peubah bebas yang nyata pada model RLTG lokal tertera pada Gambar 14. IPM merupakan peubah bebas yang nyata terhadap nilai PDRB pada di 80 kabupaten/kota di Pulau Jawa. Pendidikan berpengaruh terhadap nilai PDRB di 67 kabupaten/kota. Disamping itu peubah kemiskinan berpengaruh terhadap nilai PDRB di 69 kabupaten/kota. Kota Jakarta Pusat dengan nilai PDRB tertinggi ( Milyar Rupiah) dipengaruhi oleh seluruh peubah bebas. Rata-rata kabupaten/kota yang memiliki nilai PDRB sedang tidak dipengaruhi oleh IPM. Sebagai contoh, nilai PDRB di kabupaten Cimahi (7.344 Milyar Rupiah) hanya dipengaruhi oleh pendidikan dan presentase penduduk miskin. Untuk Kota Sukabumi dengan nilai PDRB rendah (1.921 Milyar Rupiah) dipengaruhi oleh jumlah pertokoan dan pasar. Jumlah Peubah Gambar 14 Peta sebaran jumlah peubah bebas yang nyata pada model RLTG Lokal

33 19 5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan model RKUTG global maupun lokal menghasilkan nilai pseudo R 2 sebesar 67.74% dan 66.43%. Model RLTG global maupun lokal menghasilkan nilai pseudo R 2 sebesar 88.63% dan 98.61%. Model RLTG lokal adalah model terbaik yang dapat memperbaiki kinerja model RTG dan layak digunakan pada data nilai PDRB di Pulau Jawa tahun Peubah bebas nyata yang dominan mempengaruhi nilai PDRB di Pulau Jawa adalah IPM, pendidikan, rata-rata lama sekolah, serta persentase penduduk miskin.

34 20 DAFTAR PUSTAKA Anselin L Spatial Econometrics. Method and Model. Kluwer Academic Publisher. Netherland. Arbia G Spatial Econometrics: Statistical Foundation and Application to Regional Convergence. Berlin: Springer. [BPS]. Badan Pusat Statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota di Indonesia BPS. Jakarta Efron B, Hastie T, Johnstone I, Tibshirani R. (2004). Least angle regression. Annals of Statistics 32 (2) : Fatulloh Penerapkan metode Regresi Terboboti Geografis (RTG) untuk data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Pulau Jawa tahun [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor Fotheringham S, Brunsdon C, Charlton M Geographically Weighted Regression: The Analysis of Spatially Varying Relationships. John Willey and Sons. New York. Gollini I, Lu B, Charlton M, Brunsdon C, Harris P GWmodel: an R Package for Exploring Spatial Heterogeneity using Geographically Weighted Models. ( Harris P, Brunsdon C, Charlton M Geographically weighted principal components analysis. International Journal of Geographical Information Science. 25(10): Johnson RA, Wichern DW Applied Multivariate Statistical Analysis. Sixth edition, Prentice Hall. New Jersey Leung Y, Mei CL, Zhang WX Statistical tests for spatial nonstationarity based on the Regresi Terboboti Geografismodel, Journal of Environ Plan A, 32,: Miranti I Pemodelan prevalensi malaria di Indonesia dengan regresi lasso terboboti geografis. [tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Myers RH Classical and Modern Regression With Application. Second Edition. PWS-Kent Publishing Company, Boston Rohmaniyah A Analisis sumber-sumber pendapatan daerah kabupaten dan kota di Jawa Tengah dengan metode Geographically Weighted Principal Component Analysis (GWPCA). Jurnal Gaussian. 3(3): Sukmantoro D Geographically Weighted Ridge Regression dalam Pemodelan Nilai Tanah. Jurnal its.ac.id Tibshirani R Regression Shrinkage and Selection Via The Lasso. Journal of the Royal Statistical Society. 58(1) : Wheeler D, Tiefelsdorf M Multicollinearity and correlation among local regression coefficients in geographically weighted regression. Journal of Geographical Systems 7 :

35 21 Lampiran 1 Diagram alir Mulai Data PDRB Regresi Spasial Regresi Linier Regresi Linier Efek spasial Tidak Tidak Multi kolinieritas Tidak KU global&lokal dependensi Heterogen Reguralisasi Lasso Globla&Lokal Ya Ya RKUTG Global &Lokal SAR, SEM, GSM RTG RLTG Global &Lokal Kebaikan Model Selesai

36 22 Lampiran 2 Penduga Parameter Model RLTG Lokal Kabupaten/Kota Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Lumajang Bondowoso Pasuruan Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Kota Kediri Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun

37 23 Lanjutan Lampiran 2 Kabupaten/Kota Kota Surabaya Batu Blitar Kediri Mojokerto Banyuwangi Gresik Jember Malang Probolinggo Sidoarjo Situbondo Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Yogyakarta Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo

Algoritme Least Angle Regression untuk Model Geographically Weighted Least Absolute Shrinkage and Selection Operator

Algoritme Least Angle Regression untuk Model Geographically Weighted Least Absolute Shrinkage and Selection Operator SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Algoritme Least Angle Regression untuk Model Geographically Weighted Least Absolute Shrinkage and Selection Operator S-20 Yuliana 1, Dewi Retno Sari

Lebih terperinci

PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION

PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION SKRIPSI Disusun Oleh : DEPY VERONICA 24010212140035 DEPARTEMEN STATISTIKA

Lebih terperinci

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH SKRIPSI Disusun Oleh : NURMALITA SARI 240102120008 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini mengembangkan model pengklasteran Pemerintah Daerah di Indonesia dengan mengambil sampel pada 30 Pemerintah Kota dan 91 Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN UNTUK DATA KEMISKINAN. Rita Rahmawati 1, Anik Djuraidah 2.

ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN UNTUK DATA KEMISKINAN. Rita Rahmawati 1, Anik Djuraidah 2. ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN UNTUK DATA KEMISKINAN Rita Rahmawati 1, Anik Djuraidah 2 1) Program Studi Statistika, FMIPA Universitas Diponegoro 2) Jurusan

Lebih terperinci

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun 1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10

Lebih terperinci

PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA)

PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA) PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA) SKRIPSI Disusun Oleh : NOVIKA PRATNYANINGRUM 24010211140095

Lebih terperinci

REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN

REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS DENGANN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN DAN KERNEL BISQUARE PADA ANGKA HARAPAN HIDUP (Studi Kasus : Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur) LUKMAN MAULANA

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE

PEMODELAN DATA KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE Prosiding Seminar Nasional Matematika, Statistika, dan Aplikasinya 17 3 September 17, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-531--3 PEMODELAN DATA KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Variabel Prediktor pada Model MGWR Setiap variabel prediktor pada model MGWR akan diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui variabel prediktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH DENGAN METODE REGRESI LINIER BERGANDA DAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION SKRIPSI

PERBANDINGAN MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH DENGAN METODE REGRESI LINIER BERGANDA DAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION SKRIPSI PERBANDINGAN MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH DENGAN METODE REGRESI LINIER BERGANDA DAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION SKRIPSI Oleh: KELIK ISBIYANTORO J2E 008 029 JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

MODEL REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN, BISQUARE, DAN TRICUBE PADA PERSENTASE KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

MODEL REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN, BISQUARE, DAN TRICUBE PADA PERSENTASE KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MODEL REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN, BISQUARE, DAN TRICUBE PADA PERSENTASE KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Nungki Fauzi T A N, Isnandar Slamet, Muslich Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang melatarbelakangi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang melatarbelakangi BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang melatarbelakangi penulisan tesis, rumusan masalah, tujuan dan manfaatnya, tinjauan-tinjauan pustaka dari hasil penelitian terkait serta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: MAS AD DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016

SKRIPSI. Disusun Oleh: MAS AD DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TENGAH DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWPCA) ADAPTIVE BANDWIDTH SKRIPSI Disusun Oleh: MAS

Lebih terperinci

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M. 16 JANUARI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDUDUK MISKIN DAN PENGELUARAN PERKAPITA MAKANAN DI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI NONPARAMETRIK BIRESPON SPLINE Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister

Lebih terperinci

ANALISIS ANGKA BUTA HURUF DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION BERBASIS KOMPUTER

ANALISIS ANGKA BUTA HURUF DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION BERBASIS KOMPUTER ANALISIS ANGKA BUTA HURUF DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION BERBASIS KOMPUTER Andiyono Universitas Bina Nusantara Jl. K.H Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta Barat, Indonesia, 11480,

Lebih terperinci

S - 17 MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PENDERITA DIARE DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE

S - 17 MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PENDERITA DIARE DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE S - 17 MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PENDERITA DIARE DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE Indriya Rukmana Sari 1, Dewi Retno Sari Saputro 2, Purnami Widyaningsih 3

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH DENGAN MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

PENENTUAN MODEL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH DENGAN MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) PENENTUAN MODEL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH DENGAN MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) SKRIPSI Disusun Oleh : SINDY SAPUTRI 24010210141007 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE (SAR)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE (SAR) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE (SAR) SKRIPSI Disusun Oleh: RAHMAH MERDEKAWATY 24010212140062 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi 29 kabupaten dan 9 kota. Peta wilayah disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 487-496 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSENTASE PENDUDUK

Lebih terperinci

BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR)

BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) 3.1 Data Spasial Data spasial memuat informasi tentang atribut dan informasi lokasi. Sedangkan data bukan spasial (aspatial data) hanya memuat informasi

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWPCA)

ANALISIS SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWPCA) ANALISIS SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWPCA) SKRIPSI Oleh : Alfiyatun Rohmaniyah NIM : 24010210130079

Lebih terperinci

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation :

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation : Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation : 2011-2012 No. Provinces and Groups of Participants Training Dates and Places Number and Origins of Participants Remarks

Lebih terperinci

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Vol. 14, No. 1, 93-99, Juli 2017 Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Nurhasanah Abstrak Regresi berganda dengan peubah bebas saling berkorelasi (multikolinearitas)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DENGAN REGRESI RIDGE PADA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI JAWA TENGAH

PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DENGAN REGRESI RIDGE PADA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI JAWA TENGAH PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DENGAN REGRESI RIDGE PADA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR)

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR) PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR) Sisvia Cahya Kurniawati, Kuntoro Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Secara umum, wilayah Jawa Timur dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan dan Kepulauan Madura. Luas wilayah Jawa Timur daratan hampir mencakup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Regresi Linier Metode regresi linier merupakan suatu metode yang memodelkan hubungan antara variabel respon dengan variabel prediktor. Tujuannya adalah untuk mengukur

Lebih terperinci

MODEL REGRESI MENGGUNAKAN LEAST ABSOLUTE SHRINKAGE AND SELECTION OPERATOR (LASSO) PADA DATA BANYAKNYA PENDERITA GIZI BURUK

MODEL REGRESI MENGGUNAKAN LEAST ABSOLUTE SHRINKAGE AND SELECTION OPERATOR (LASSO) PADA DATA BANYAKNYA PENDERITA GIZI BURUK MODEL REGRESI MENGGUNAKAN LEAST ABSOLUTE SHRINKAGE AND SELECTION OPERATOR (LASSO) PADA DATA BANYAKNYA PENDERITA GIZI BURUK KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH SKRIPSI Disusun Oleh: AULIA PUTRI ANDANA 24010212140067

Lebih terperinci

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH ABSTRACT

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 717-726 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini salah satunya karena Provinsi Jawa Timur menepati urutan pertama

Lebih terperinci

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Qonitatin Nafisah, Novita Eka Chandra Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut

Lebih terperinci

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M. JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Seminar hasil TUGAS AKHIR Ayunanda Melliana 1309100104 Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GALAT SPASIAL

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GALAT SPASIAL ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GALAT SPASIAL SKRIPSI Oleh: OCTAFINNANDA UMMU FAIRUZDHIYA 24010210130057 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

PEMODELAN JUMLAH ANAK PUTUS SEKOLAH DI PROVINSI BALI DENGAN PENDEKATAN SEMI-PARAMETRIC GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION

PEMODELAN JUMLAH ANAK PUTUS SEKOLAH DI PROVINSI BALI DENGAN PENDEKATAN SEMI-PARAMETRIC GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.3, Agustus 2013, 29-34 ISSN: 2303-1751 PEMODELAN JUMLAH ANAK PUTUS SEKOLAH DI PROVINSI BALI DENGAN PENDEKATAN SEMI-PARAMETRIC GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION GUSTI

Lebih terperinci

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab analisis dan pembahasan ini akan jelaskan tentang pola persebaran jumlah penderita kusta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, kemudian dilanjutkan dengan pemodelan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : RAHMA NURFIANI PRADITA

SKRIPSI. Disusun Oleh : RAHMA NURFIANI PRADITA PEMODELAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/ KOTA DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED ORDINAL LOGISTIC REGRESSION SKRIPSI Disusun Oleh : RAHMA NURFIANI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Keadaan Wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang berada di Pulau Jawa dan merupakan provinsi paling timur di Pulau Jawa. Letaknya pada

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWPCA)

ANALISIS SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWPCA) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 283-292 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL GWR DENGAN FIXED DAN ADAPTIVE BANDWIDTH UNTUK PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TENGAH

PERBANDINGAN MODEL GWR DENGAN FIXED DAN ADAPTIVE BANDWIDTH UNTUK PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TENGAH ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 535-544 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PERBANDINGAN MODEL GWR DENGAN FIXED DAN ADAPTIVE BANDWIDTH UNTUK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat 13.000 Kota. Jakarta Pusat Jakarta Pusat 13.000 Tidak Ada Other Kota. Jakarta Selatan Jakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI WANDA SURIANTO

SKRIPSI WANDA SURIANTO ANALISIS PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS PADA MODEL REGRESI LINIER BERGANDA SKRIPSI WANDA SURIANTO 120803034 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PEMODELAN ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH JENJANG MENENGAH ATAS DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL GWR DENGAN FIXED DAN ADAPTIVE BANDWIDTH UNTUK PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TENGAH

PERBANDINGAN MODEL GWR DENGAN FIXED DAN ADAPTIVE BANDWIDTH UNTUK PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TENGAH PERBANDINGAN MODEL GWR DENGAN FIXED DAN ADAPTIVE BANDWIDTH UNTUK PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TENGAH SKRIPSI Disusun Oleh: RIFKI ADI PAMUNGKAS 24010212140066 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION ABSTRACT

PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 383-393 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kabupaten atau kota sejumlah 35 kabupaten dan kota (BPS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan

Lebih terperinci

: Persentase Penduduk Dengan Sumber Air Minum Terlindungi PDAM : Pengeluaran Perkapita Penduduk Untuk Makan Sebulan

: Persentase Penduduk Dengan Sumber Air Minum Terlindungi PDAM : Pengeluaran Perkapita Penduduk Untuk Makan Sebulan 22 BAB III MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) 3.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data derajat kesehatan tahun 2013 pada 27 kabupaten

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: NOVIAN TRIANGGARA

SKRIPSI. Disusun oleh: NOVIAN TRIANGGARA PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENGGUNAKAN SPATIAL PANEL FIXED EFFECT (Studi Kasus: Indeks Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Tengah Periode 2008-2013) SKRIPSI Disusun oleh: NOVIAN TRIANGGARA 24010211130045

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

PEMODELAN KEMISKINAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION DENGAN FUNGSI PEMBOBOT FIXED KERNEL

PEMODELAN KEMISKINAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION DENGAN FUNGSI PEMBOBOT FIXED KERNEL PEMODELAN KEMISKINAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION DENGAN FUNGSI PEMBOBOT FIXED KERNEL Hasriana 1, Raupong 2, Nirwan Ilyas 3 1 Program Studi Statistika FMIPA Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TENAGA KERJA DI JAWA TENGAH TAHUN 2014

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TENAGA KERJA DI JAWA TENGAH TAHUN 2014 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TENAGA KERJA DI JAWA TENGAH TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

STUDI METODE REGRESI RIDGE DAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MULTIKOLINEARITAS SKRIPSI OCKTAVALANNI SIREGAR

STUDI METODE REGRESI RIDGE DAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MULTIKOLINEARITAS SKRIPSI OCKTAVALANNI SIREGAR STUDI METODE REGRESI RIDGE DAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MULTIKOLINEARITAS SKRIPSI OCKTAVALANNI SIREGAR 100803011 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Efferin, Darmadji dan Tan (2008:47) pendekatan kuantitatif disebut juga pendekatan

Lebih terperinci

PEMODELAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA MENGGUNAKAN REGRESI RIDGE

PEMODELAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA MENGGUNAKAN REGRESI RIDGE ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 123-132 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN

Lebih terperinci

Kata Kunci : MGWMLM, GWMLM, DAS.

Kata Kunci : MGWMLM, GWMLM, DAS. ANALISIS PENGARU CURA UJAN DAN MORFOMETRI PADA PENINGKATAN DEBIT DAN SEDIMEN DI DAS KONTO ULU DENGAN PENDEKATAN MIXED GEOGRAPICALLY WEIGTED MULTUVARIATE LINIER MODEL 1 Memi Nor ayati, 2 Purhadi 1 Jurusan

Lebih terperinci

(Geographically Weighted Binary Logistic Regression with Fixed Bi-Square Weight)

(Geographically Weighted Binary Logistic Regression with Fixed Bi-Square Weight) Penerapan Regresi Logistik Biner Terboboti Geografi dengan Pembobot Fixed Bi-Square Tuti Purwaningsih Universitas Islam Indonesia Jl Kaliurang KM 14.5, Yogyakarta tuti.purwaningsih@uii.ac.id ABSTRACT Geographically

Lebih terperinci

ABSTRAK. Mariana, Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Ambon ,

ABSTRAK. Mariana, Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Ambon , ABSTRAK PENDEKATAN REGRESI SPASIAL DALAM PEMODELAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (Spatial Regression Approach in Modeling of Open Unemployment Rate) Mariana, Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang BAB III PEMBAHASAN Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Asumsi-asumsi dalam analisis cluster yaitu sampel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 70 HASIL DAN PEMBAHASAN Dinamika Pertumbuhan Penduduk dan Ekonomi Pulau Jawa serta Share-nya dalam Konteks Nasional dari Waktu ke Waktu Dinamika Pertumbuhan Penduduk Pulau Jawa Pertumbuhan penduduk dianggap

Lebih terperinci

(R.5) Pemodelan Regresi Poisson Terboboti Geografis Pada Kasus Gizi. buruk di Jawa Timur.

(R.5) Pemodelan Regresi Poisson Terboboti Geografis Pada Kasus Gizi. buruk di Jawa Timur. (R.5) Pemodelan Regresi Poisson Terboboti Geografis Pada Kasus Gizi Buruk di Jawa Timur Ida Mariati Hutabarat 1, Asep Saefuddin 2 1Jurusan Matematika Uncen. 2 Departemen Statistika IPB 1Jl.Kamp Wolker

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder hasil survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BPS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIABEL SOSIAL EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINS I JAWA TIMUR TESIS

ANALISIS PENGARUH VARIABEL SOSIAL EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINS I JAWA TIMUR TESIS ANALISIS PENGARUH VARIABEL SOSIAL EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINS I JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi

Lebih terperinci

Forum Statistika dan Komputasi, Oktober 2010 p : ISSN :

Forum Statistika dan Komputasi, Oktober 2010 p : ISSN : , Oktober 2010 p : 32-37 ISSN : 0853-8115 Vol 15 No.2 REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS DENGAN PEMBOBOT KERNEL KUADRAT GANDA UNTUK DATA KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBER (Geographically Weighted Regression with

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT DENGAN METODE PEMILIHAN MODEL FORWARD SELECTION

PEMODELAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT DENGAN METODE PEMILIHAN MODEL FORWARD SELECTION PEMODELAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT DENGAN METODE PEMILIHAN MODEL FORWARD SELECTION DAN ALL POSSIBLE SUBSET SELECTION PADA JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) ( Studi Kasus di Provinsi

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Seminar Hasil Tugas Akhir Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Mega Pradipta 1309100038 Pembimbing I : Dra. Madu Ratna, M.Si Pembimbing II

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2 PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL Bertoto Eka Firmansyah dan Sutikno Mahasiswa Jurusan Statistika, ITS, Surabaya Dosen Pembimbing, Jurusan Statistika,

Lebih terperinci

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( )

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( ) PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH (1988-2012) SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN UNTUK MENCAPAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu menunjukkan ketidak berhasilan dan adanya disparitas maupun terjadinya kesenjangan pendapatan

Lebih terperinci

Universitas Negeri Malang Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia.

Universitas Negeri Malang   Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia. 1 PERBANDINGAN JUMLAH KELOMPOK OPTIMAL PADA METODE SINGLE LINKAGE DAN COMPLETE LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE: Studi Kasus pada Data Pembangunan Manusia Jawa Timur Yuli Novita Indriani 1, Abadyo

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (016) 337-350 (301-98X Print) D-45 Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel Nur Fajriyah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas tentang pola penyebaran angka buta huruf (ABH) dan faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically Weighted Regression (GWR),

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS SKRIPSI LEONARDO SILALAHI

ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS SKRIPSI LEONARDO SILALAHI ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS SKRIPSI LEONARDO SILALAHI 070803049 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

ISSN: Vol. 1 No. 1 Agustus 2012

ISSN: Vol. 1 No. 1 Agustus 2012 ISSN: 2303-1751 Vol. 1 No. 1 Agustus 2012 e-jurnal Matematika, Vol. 1, No. 1, Agustus 2012, 94-98 ISSN: 2303-1751 PEMODELAN ANGKA KEMATIAN BAYI DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION

Lebih terperinci

ESTIMASI MODEL SIMULTAN SPASIAL PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR

ESTIMASI MODEL SIMULTAN SPASIAL PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR ESTIMASI MODEL SIMULTAN SPASIAL PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Firda Fadri Manajemen Informatika, Sekolah Tinggi Teknologi Walisongo Gempol Email: firda.fadri@gmail.com ABSTRAK Model ekonometri spasial

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan.

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan. Tabel Hasil pendugaan model pengaruh tetap dengan Y sebagai peubah respon dan X, X dan X sebagai C -. 00 X -5 0.50 X.05 00 X 00 R 0.6 Adjusted R 0.6 Hasil pendugaan model data panel dengan Y sebagai peubah

Lebih terperinci

KANAL TRANSISI TELEVISI SIARAN DIGITAL TERESTERIAL PADA ZONA LAYANAN IV, ZONA LAYANAN V, ZONA LAYANAN VI, ZONA LAYANAN VII DAN ZONA LAYANAN XV

KANAL TRANSISI TELEVISI SIARAN DIGITAL TERESTERIAL PADA ZONA LAYANAN IV, ZONA LAYANAN V, ZONA LAYANAN VI, ZONA LAYANAN VII DAN ZONA LAYANAN XV 2012, 773 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN PITA SPEKTRUM FREKUENSI RADIO ULTRA HIGH FREQUENCY (UHF) PADA ZONA LAYANAN IV,

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN MODEL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB

PEMBENTUKAN MODEL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB PEMBENTUKAN MODEL SPASIAL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB (Studi Kasus : Kemiskinan di Jawa Tengah) SKRIPSI Disusun Oleh : IRAWATI TAMARA NIM. 24010212120002 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GALAT SPASIAL ABSTRACT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GALAT SPASIAL ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 781-790 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Pulau Jawa Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota di antaranya dari Kab Pacitan, Kab Ponorogo, Kab Trenggalek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tingkat kabupaten/kota tahun 2010, yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian

Lebih terperinci

PEMODELAN ANGKA KEMATIAN BAYI DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION DI PROVINSI BALI

PEMODELAN ANGKA KEMATIAN BAYI DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION DI PROVINSI BALI PEMODELAN ANGKA KEMATIAN BAYI DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION DI PROVINSI BALI M ARRIE KUNILASARI ELYNA 1, I GUSTI AYU MADE SRINADI 2, MADE SUSILAWATI 3 1,2,3, Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012 INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012 Berikut Informasi Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang telah dikeluarkan masing-masing Regional atau Kabupaten

Lebih terperinci

PEMODELAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA MENGGUNAKAN REGRESI RIDGE

PEMODELAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA MENGGUNAKAN REGRESI RIDGE PEMODELAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA MENGGUNAKAN REGRESI RIDGE SKRIPSI Disusun Oleh: HILDAWATI 24010211130024 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367

Lebih terperinci