HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA DENGAN KELANCARAN PROGRAM TABUR PUJA DI POSDAYA SEJAHTERA, KOTA BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA DENGAN KELANCARAN PROGRAM TABUR PUJA DI POSDAYA SEJAHTERA, KOTA BOGOR"

Transkripsi

1 i HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA DENGAN KELANCARAN PROGRAM TABUR PUJA DI POSDAYA SEJAHTERA, KOTA BOGOR ANNISA NOVIANI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA PERNYATAAN INSTITUT MENGENAI PERTANIAN SKRIPSI BOGOR DAN SUMBER INFORMASI SERTA BOGOR PELIMPAHAN HAK CIPTA 2015

2 ii

3 iii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Annisa Noviani NIM I

4 iv

5 v ABSTRAK ANNISA NOVIANI. Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, Kota Bogor. Di bawah bimbingan PUDJI MULJONO Program Tabungan dan Kredit Pundi Sejahtera atau Tabur Puja adalah program dana bergulir yang dikelola oleh Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Program ini diperuntukkan untuk masyarakat khususnya anggota Posdaya yang ingin membuka usaha dan juga menambah modal usaha. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara faktor internal, faktor eksternal dan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja dengan tingkat kelancaran program tersebut. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan adalah tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi, tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran pemanfaatan program dan tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian program. Kata kunci: faktor eksternal, faktor internal, kelancaran program, partisipasi, posdaya ABSTRACT ANNISA NOVIANI. The Relationship between The Level of Participation of Members with Smoothness of The Tabur Puja s Program at Posdaya Sejahtera, Bogor City. Supervised by PUDJI MULJONO Saving and credit programs coffers prosperous or Tabur Puja is a revolving fund s program managed by microfinance institution (LKM). This program is intended for the public, especially members of Posdaya who want to open a business and also increase business capital. The purpose of this study was to determine whether there is a relationship buffer between internal factors, external factors, the level of participation in the smoothness s program rate. This Research uses quantitative data supported by qualitative data. The result of this study showed that variables that have a relationship is level of interaction of members and program managers with the level of participation of members in the evaluation stage, the level of participation of members in the implementation stage with a level of smoothnees of utilization of the program, and the level of participation of members in the stage of enjoying the result with the level of smoothness s program of distribution, utilization, and returns. Keywords: external factors, internal factors, participation, posdaya, smoothness s program

6 vi

7 vii HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA DENGAN KELANCARAN PROGRAM TABUR PUJA DI POSDAYA SEJAHTERA, KOTA BOGOR ANNISA NOVIANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8 viii

9 ix Judul Skripsi : Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, Kota Bogor Nama : Annisa Noviani NIM : I

10 x

11 xi PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berjudul Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, Kota Bogor ini dengan baik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 dengan mengangkat topik partisipasi anggota dalam program dana bergulir dengan lokasi penelitian di Posdaya Sejahtera, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Dr Ir Pudji Muljono, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian karya ilmiah ini. 2. Ibu Sri Wintarsih dan Bapak Maji selaku orangtua tercinta yang selalu memberikan saran, masukan, dukungan dan doa yang sangat bermanfaat untuk penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 3. Bapak Dr Ir Dwi Sadono MSi selaku dosen penguji utama dan Ir Murdianto MSi selaku dosen penguji akademik. 4. Ayi Sopandi yang telah memberikan dukungan, bantuan dan doa ketika proses penelitian. 5. Teman satu bimbingan yaitu Nidia, Vani dan Linda yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan berbagi pengetahuan. 6. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para teman suka duka dan seperjuangan yaitu Fauziah Fikriani Riadisti Ramadhan, Nadia Itona Siregar, Amanda Yunita, Indah Oktavia Putri dan teman-teman asrama yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini. 7. Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada Ibu Masamah selaku Kader Posdaya Sejahtera dan Bapak Madsai selaku ketua Posdaya Sejahtera yang telah membantu selama proses pengumpulan data di lapangan. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belum dikatakan sempurna. Maka dari itu, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat menyempurnakan penelitian selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Agustus 2015 Annisa Noviani

12 xii

13 xiii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xv DAFTAR GAMBAR xvii DAFTAR LAMPIRAN xvii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Masalah Penelitian 2 Tujuan Penelitian 3 Kegunaan Penelitian 3 PENDEKATAN TEORITIS 5 Tinjauan Pustaka 5 Posdaya 5 Partisipasi 6 Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi 8 Konsep Dana Bergulir 10 Lembaga Keuangan Mikro (LKM) 11 Kelancaran Program 13 Kerangka Pemikiran 14 Hipotesis Penelitian 16 Definisi Operasional 16 PENDEKATAN LAPANG 21 Metode Penelitian 21 Lokasi dan Waktu 21 Teknik Penentuan Responden dan Informan 21 Teknik Pengumpulan Data 22 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 23 HASIL DAN PEMBAHASAN 25 Gambaran Lokasi Penelitian 25 Gambaran Umum Posdaya Sejahtera 25 Gambaran Umum Program Tabur Puja 27 Faktor Internal 28 Usia 28 Tingkat Pendidikan 29 Tingkat Pendapatan 29 Lama Tinggal di Suatu Lingkungan Sosial 30 Faktor Eksternal 31 Tingkat Interaksi Anggota dan Pengelola Program 31 Tingkat Pelayanan Pengelola Program 32 Tingkat Partisipasi Anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 32 Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Pengambilan Keputusan 33 Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Pelaksanaan 33 Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Evaluasi 34 Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Menikmati Hasil 35 Tingkat Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 35 Tingkat Kelancaran Penyaluran 36

14 xiv Tingkat Kelancaran Pemanfaatan 36 Tingkat Kelancaran Pengembalian 37 Hubungan antara Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 38 Hubungan antara Usia dengan Tingkat Partisipasi Anggota 39 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Anggota 40 Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi Anggota 41 Hubungan antara Lama Tinggal di Suatu Lingkungan Sosial dengan Tingkat Partisipasi Anggota 43 Hubungan antara Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 44 Hubungan antara Tingkat Interaksi Anggota dan Pengelola Program dengan Tingkat Partisipasi Anggota 44 Hubungan antara Tingkat Pelayanan Pengelola Program dengan Tingkat Partisipasi Anggota 46 Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan Tingkat Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 48 Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Pengambilan Keputusan dengan Tingkat Kelancaran Program 48 Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Pelaksanaan dengan Tingkat Kelancaran Program 49 Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Evaluasi dengan Tingkat Kelancaran Program 51 Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Menikmati Hasil dengan Tingkat Kelancaran Program 52 Ikhtisar 54 SIMPULAN DAN SARAN 57 Simpulan 57 Saran 57 DAFTAR PUSTAKA 59 RIWAYAT HIDUP 71

15 xv DAFTAR TABEL 1 Angka persentase jumlah penduduk miskin tahun Metode pengumpulan data 23 3 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan klasifikasi usia di Posdaya Sejahtera tahun Data peserta Program Pendidikan Usia Dini (PAUD) Pelangi di Posdaya Sejahtera tahun Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera menurut usia, tahun Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera menurut tingkat pendidikan, tahun Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera menurut tingkat pendapatan per bulan, tahun Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera menurut lama tinggal di suatu lingkungan sosial, tahun Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera menurut tingkat interaksi anggota dan pengelola program, tahun Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera menurut tingkat pelayanan pengelola program, tahun Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap pengambilan keputusan, tahun Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap pelaksanaan, tahun Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap evaluasi, tahun Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap menikmati hasil, 35 tahun Jumlah dan persentase tingkat kelancaran penyaluran pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun Jumlah dan persentase tingkat kelancaran pemanfaatan pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun Jumlah dan persentase tingkat kelancaran pengembalian pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun Jumlah dan persentase anggota menurut usia dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun

16 xvi 19 Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara usia dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat lama tinggal di suatu lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara lama tinggal di suatu lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat pelayanan pengelola dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat pelayanan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun

17 xvii 35 Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 53 DAFTAR GAMBAR 1 Jenjang tingkat partisipasi (Wilcox 1988) 7 Kerangka pemikiran hubungan antara tingkat partisipasi 15 2 dengan kelancaran program DAFTAR LAMPIRAN 1 Sketsa lokasi penelitian 65 2 Kerangka sampling 66 3 Catatan harian 69

18 xviii

19 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan menjadi pembahasan yang sangat penting di setiap negara yang ada di dunia. Di Indonesia, pemerintah menempatkan isu kemiskinan dalam prioritas utama. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat dari segala sektor untuk mengurangi angka kemiskinan. Program-program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat tersebut seperti PPK (Program Pengembangan Kecamatan) yang dilaksanakan Departemen Dalam Negeri, P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) yang dilaksanakan Departemen Pekerjaan Umum, P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil) yang dilaksanakan Departemen Pertanian, PEMP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) yang dilaksanakan Departemen Kelautan dan Perikanan, KUBE (Kelompok Usaha Bersama) yang dilaksanakan Departemen Sosial dan lain-lain. Kebijakan suatu negara yang sedang membangun pada hakikatnya diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Sasaran tersebut dapat diwujudkan di antaranya dengan memberdayakan dan memandirikan masyarakat dalam kehidupan ekonominya. Upaya tersebut merupakan salah satu pilihan kebijakan yang dilaksanakan yaitu memberi peluang yang lebih besar kepada masyarakat untuk dapat mengakses aset produksi. Salah satu aset produksi yang paling mendasar dalam kegiatan ekonomi adalah dana atau modal. Setiap tahunnya pemerintah menyediakan alokasi dana yang cukup besar untuk program-program tersebut. Jika dilihat hasilnya, upaya pemerintah selama ini dapat dikatakan cukup berhasil. Hasil laporan Badan Pusat Statistik (BPS), data lima tahun terakhir menunjukkan persentase angka penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan tiap tahunnya. Pada Tabel 1 disajikan angka persentase jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun Tabel 1 Angka persentase jumlah penduduk miskin tahun Tahun Penduduk Miskin Jumlah Persentase ,53 14, ,02 13, ,89 12, ,59 11, ,07 11,37 Sumber : Hal ini menunjukkan, meski angka penduduk miskin mengalami penurunan tetapi tidak menunjukkan penurunan angka yang signifikan.

20 2 Penyebabnya dikarenakan masih rendahnya kelancaran program yang dilaksanakan dan banyaknya kendala- kendala yang belum dapat diatasi. Semua program yang dilaksanakan oleh berbagai departemen di pemerintahan tersebut, rata-rata menggunakan konsep dana bergulir. Konsep dana bergulir yaitu meminjamkan dana bantuan atau dana pinjaman yang harus dikembalikan kepada pemerintah untuk masyarakat agar dapat membantu memperkuat modal usaha guna pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil, menengah dan usaha lainnya dalam upaya penanggulangan kemiskinan, pengangguran dan pengembangan ekonomi nasional. Di sisi lain walaupun masyarakat mendapatkan bantuan modal untuk usaha, tetapi masih ada beban yang ditanggung karena harus mengembalikan dana pinjaman tersebut. Faktanya masih banyak masyarakat yang menjadi lebih miskin dibanding sebelumnya dikarenakan tidak dapat mengembalikan dana bergulir yang sudah digunakan. Hal ini terkadang membuat masyarakat berfikir ulang untuk berpartisipasi dalam program. Tidak adanya partisipasi masyarakat dalam sebuah program secara tidak langsung akan mempengaruhi kelancaran program itu sendiri, banyak program yang partisipasinya tinggi tetapi pengembalian dana masih tetap mengalami kemacetan. Penelitian mengenai partisipasi banyak dilakukan untuk menganalisis pengaruh partisipasi dalam sebuah program, partisipasi dianggap penting dalam keberhasilan suatu program. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam sebuah program dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Umumnya masyarakat yang berpartisipasi dalam sebuah program khususnya dana bergulir merupakan masyarakat yang tergolong ekonomi rendah, maka dari itu dengan mengikuti program tersebut masyarakat berharap agar dapat menambah penghasilan mereka. Pada beberapa penelitian mengenai program dana bergulir pada partisipasi masyarakatnya tinggi, tetapi terkadang masalah mindset masyarakat yang menganggap dana yang dipinjamkan merupakan dana hibah yang tidak perlu dikembalikan. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam sebuah program dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Masalah Penelitian 1. Setiap individu dalam masyarakat mempunyai karakteristik atau ciri yang berbeda setiap orangnya. Dengan perbedaan-perbedaan yang ada pada individu masyarakat itu sendiri apakah akan mempengaruhi tingkat partisipasi itu sendiri, seperti misalnya pada masyarakat yang lebih tinggi pendidikannya apakah tingkat partisipasinya juga akan berbeda dengan yang berpendidikan lebih rendah. Menurut Pangestu seperti dikutip Berampu (2014), karakteristik individu termasuk dalam faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat untuk dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup usia, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan dan lama tinggal di suatu lingkungan sosial. Maka dari itu, sejauhmana faktor internal berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota dalam program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera?

21 3 2. Faktor eksternal meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran, hubungan ini dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka (Pangestu dikutip Berampu 2014). Keterikatan hubungan antara pihak pengelola program dengan sasaran tentu akan membuat kepercayaan (trust) partisipan terhadap program menjadi lebih kuat, masyarakat sendiri tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. Oleh karena itu penting diketahui sejauhmana faktor eksternal berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota dalam program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera? 3. Dengan adanya faktor internal dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi partisipasi, tentu hal itu akan berdampak pada kelancaran program itu sendiri. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dapat mempengaruhi kemampuan atau pengetahuannya. Dengan manfaat yang diperoleh, bagaimana hubungan tingkat partisipasi anggota dalam program Tabur Puja dengan kelancaran program itu sendiri? Tujuan Penelitian 1. Menganalisis sejauhmana faktor internal berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota dalam program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. 2. Menganalisis sejauhmana faktor eksternal berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota dalam program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. 3. Menganalisis bagaimana hubungan tingkat partisipasi anggota dengan tingkat kelancaran program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Kegunaan Penelitian 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan kajian untuk penelitian selanjutnya serta menambah khasanah penelitian mengenai program dana bergulir. 2. Bagi masyarakat, memberi manfaat bagi masyarakat dalam mengoptimalkan program yang diberikan pemerintah demi kebaikan masyarakat itu sendiri. 3. Bagi pemerintah, keberhasilan atau kegagalan program dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan baru atau memperbaiki kebijakan yang sudah ada untuk kesejahteraan masyarakat. 4. Bagi swasta, sebagai bahan pertimbangan dalam membuat suatu program masyarakat.

22 4

23 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Posdaya Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) adalah sebuah gerakan untuk menghidupkan modal sosial dan membangkitkan kembali budaya gotong royong di masyarakat serta saling peduli antar tetangga dalam membangun kehidupan berkeluarga, dilakukan secara swadaya serta terbuka untuk kemitraan menuju masyarakat yang mandiri. Tujuan dibentuknya Posdaya adalah untuk menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan kegotongroyongan dalam suatu wadah sosial di masyarakat dan membangkitkan ide-ide kreatif dari proses interaksi antar warga, sehingga anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan saling membantu serta saling bersinergi dalam mengatasi masalah yang dialami warganya terutama pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan dan agama. Posdaya sendiri terbentuk di tingkat RW (Rukun Warga), tetapi ada juga yang terbentuk di tingkat dusun atau dukuh dan bahkan di tingkat Kelurahan atau Desa (P2SDM LPPM IPB dikutip Muljono et al. (2014)). Satriani dan Muljono (2012) menyatakan bahwa Posdaya merupakan pemberdayaan dari, oleh dan untuk masyarakat. Pengertian ini memiliki maksud bahwa Posdaya sebagai sebuah program yang dibentuk oleh masyarakat, dijalankan oleh masyarakat dan diperuntukkan untuk masyarakat sehingga merupakan program yang bersifat bottom up atau bottom up programe. Posdaya juga dibentuk untuk menumbuhkan kembali semangat gotong royong yang telah memudar, keterlibatan secara langsung dari masyarakat atau pihak-pihak berkepentingan sangat dibutuhkan agar kegiatan dalam Posdaya dapat berjalan dan menumbuhkan kemandirian masyarakat. Metode pengembangan Posdaya menurut Suyono dan Haryanto dikutip Nuryanti (2013), dilakukan melalui beberapa bentuk kegiatan yaitu (1) pelatihan, dilakukan untuk membekali pengurus dan Kader Posdaya dengan program motivasi dan keterampilan, (2) rapat koordinasi, dilakukan untuk mengetahui perkembangan masing-masing Posdaya, saling berbagi antar pengurus atau kader dan sosialisasi program dan (3) pendampingan, dimaksudkan untuk mengadakan teman diskusi di Posdaya, sumber informasi dan motivator pengembangan Posdaya. Dalam penelitian Muljono et al. dikutip Nuryanti (2013), analisis kinerja Posdaya dilakukan untuk mengukur dampak keberadaan Posdaya sebagai gerakan pemberdayaan masyarakat terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Kinerja Posdaya dapat dikategorikan baik, karena telah menghasilkan beberapa perubahan yaitu (1) Posdaya mampu mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap bentuk-bentuk intervensi pembangunan, (2) Posdaya mampu mendinamisasikan kehidupan masyarakat melalui meningkatnya partisipasi dan komitmen masyarakat dalam pembangunan, (3) kualitas keluarga-keluarga miskin yang ada di wilayah Posdaya mengalami perubahan yang cukup signifikan seperti mampu mengubah mindset bahwa pendidikan itu penting, berani mengemukakan

24 6 ide atau pendapat dalam musyawarah, pentingnya kesehatan dan jumlah balita kurang gizi berkurang, selain itu (4) mulai muncul kegiatan ekonomi masyarakat seperti usaha-usaha kecil dibidang pangan, kerajinan, maupun jasa dan yang terakhir (5) masyarakat mulai menilai penting menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Partisipasi Theresia et al. (2014), menyimpulkan bahwa partisipasi atau peranserta pada dasarnya merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan, yang mencakup pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian (pemantauan, evaluasi, pengawasan), serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai. Uphoff et al. dikutip Ainiya (2014), mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan masyarakat mulai dari pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil dan evaluasi. Keempat tahapan partisipasi sebagaimana yang dijabarkan sebagai berikut: 1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu perencanaan kegiatan. 2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. 3. Tahap menikmati hasil dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan proyek. Selain itu dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. 4. Tahap evaluasi dianggap penting karena partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat member masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Dusseldorp dikutip Theresia et al. (2014), mengidentifikasi beragam bentuk-bentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh setiap warga masyarakat dapat berupa: 1. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat. 2. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok. 3. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakkan sumberdaya masayarakat. 4. Menggerakkan sumberdaya masyarakat. 5. Memanfaatkan hasil-hasil yag dicapai dari kegiatan masyarakatnya.

25 7 Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan merupakan perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup mereka. Artinya melalui partisipasi yang diberikan, berarti benar-benar menyadari bahwa kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah sendiri, tetapi juga menuntut keterlibatan masyarakat yang akan diperbaiki mutu hidupnya. Menurut Koentjaraningrat dikutip Mushofiah (2002), partisipasi masyarakat dalam pembangunan pembangunan dibagi menjadi dua tipe dengan prinsip yang berbeda, yaitu: 1. Partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama pada proyek pembangunan khusus. Pada tipe ini masyarakat diajak, dipersuasi, diperintahkan atau dipaksa oleh pihak lain dari berbagai instansi pemerintah. Keikutsertaan masyarakat yang berdasarkan keyakinan bahwa hal tersebut akan member manfaat bagi dirinya, maka keikutsertaannya dilakukan dengan semangat dan spontan tanpa mengharapkan sesuatu, akan tetapi jika masyarakat diperintah dan dipaksa, maka keikutsertaannya dinilai sebagai bentuk kerja rodi. Contohnya adalah partisipasi masyarakat dalam pelebaran jalan, membuat saluran irigasi, membuat jembatan desa dan sebagainya. 2. Partisipasi sebagai individu diluar aktivitas aktivitas bersama dalm pembangunan. Pada tipe ini keikutsertaan masyarakat timbul tanpa adanya unsur paksaan atau diperintah oleh atasan, tetapi atas dasar kemauan mereka sendiri. Contoh dari tipe ini adalah partisipasi Bimas, menjadi akseptor KB, menabung uang di Tabanas dan sebagainya. Dilihat dari tingkatan atau tahapan partisipasi, Wilcox dikutip Theresia et al. (2014) mengemukakan adanya 5 (lima) tingkatan, seperti yang disajikan pada Gambar 1. Supporting Degree of control Acting together Deciding together Substantial Participation Consultation Information Gambar 1 Jenjang tingkat partisipasi (Wilcox 1988) 1. Memberikan informasi (Information). 2. Konsultasi (Consultation), yaitu menawarkan pendapat, sebagai pendengar yang baik untuk memberikan umpan-balik, tetapi tidak terlibat dalam implementasi ide dan gagasan tersebut.

26 8 3. Pengambilan keputusan bersama (Deciding together), dalam arti memberikan dukungan terhadap ide, gagasan, pilihan-pilihan, serta mengembangkan peluang yang diperlukan guna pengambilan keputusan. 4. Bertindak bersama (Acting together), dalam arti tidak sekadar ikut dalam pengambilan keputusan, tetapi juga terlibat dan menjalin kemitraan dalam pelaksanaan kegiatannya. 5. Memberikan dukungan (Supporting independent community interest), dimana kelompok-kelompok lokal menawarkan. Slamet dikutip Theresia et al. (2014), menyatakan bahwa tumbuh kembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh tiga unsur pokok, yaitu: 1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Beberapa kesempatan yang dimaksud disini adalah (a) kemauan politik dari penguasa untuk melibatkan masyarakat dalam pembangunan, baik dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pemeliharaan dan pemanfaatan pembangunan sejak ditingkat pusat sampai jajaran birokrasi bawah, (b) kesempatan untuk memeroleh informasi pembangunan, (c) kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumber daya (alam dan manusia) untuk pelaksanaan pembangunan, (d) kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi yang tepat, termasuk peralatan/perlengkapan penunjangnya, (e) kesempatan untuk berorganisasi, termasuk memperoleh dan menggunakan peraturan, perijinan dan prosedur kegiatan yang dilaksanakan dan (f) kesempatan mengembangkan kepemimpinan yang mampu menumbuhkan bahkan menggerakkan dan mengembangkan serta memelihara partisipasi masyarakat. 2. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi, yang dimaksud dengan kemampuan disini adalah (a) kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun, (b) kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki dan (c) kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumber daya dan kesempatan (peluang lain) yang tersedia optimal. 3. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Kemauan untuk berpartisipasi utamanya ditentukan sikap mental yang dimiliki masyarakat untuk membangun atau memperbaiki kehidupannya yang menyangkut: (a) sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat pembangunan, (b) sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya, (c) sikap untuk selalu memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas diri, (d) sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah dan tercapainya tujuan pembangunan dan (e) sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Berdasarkan Handayani dikutip Radjabaycolle (2013), menyatakan bahwa faktor internal individu terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan lama tinggal. Faktor eksternal yaitu dukungan tokoh

27 9 masyarakat, tingkat dukungan masyarakat sekitar, tingkat ketersediaan fasilitas, sumber informasi/komunikasi. Dalam penelitian Nuryanti (2013), faktor internal yang mempengaruhi partisipasi yaitu usia, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, pengalaman berposdaya, motivasi berposdaya dan kekosmpolitan. Faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi yaitu peran media massa, peran tokoh masyarakat, peran pendamping. Fitriyanti (2014), menyatakan faktor internal yaitu meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan. Faktor eksternal yaitu keaktifan pemimpin formal dan informal, intensitas komunikasi, intensitas sosialisasi kegiatan, keaktifan fasilitator. Menurut Pangestu dikutip Berampu (2014), suatu program dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Faktor Internal, yaitu mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lama tinggal di suatu lingkungan sosial. Usia Usia merupakan lama hidup seseorang terhitung dari tahun dilahirkan hingga tahun saat ini ia hidup. Usia diharapkan dapat mempengaruhi partisipasi individu atau kelompok untuk menyampaikan pendapat atau idenya. Usia juga menentukan seseorang untuk dapat mengambil keputusan. Usia tua dianggap memiliki pengalaman yang lebih banyak sehingga cenderung memiliki pendapat yang lebih besar (Ainiya 2014). Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang diterima seseorang yang memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta pengalaman baik secara formal maupun informal. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi partisipasi, karena pengetahuan yang luas yang dimiliki individu cenderung memberikan pendapat yang lebih banyak, sehingga tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang untuk berpartisipasi (Ainiya 2014). Tingkat Pendapatan Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh individu setelah bekerja. Pendapatan dibagi menjadi pendapatan harian, mingguan dan bulanan. Tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi partisipasi, karena tingkat pendapatan yang tinggi cenderung akan memberikan partisipasi berupa dana, sementara individu yang memiliki pendapatan rendah cenderung akan ikut berpartisipasi dalam bentuk tenaga atau pikiran. Individu yang memiliki pendapatan rendah cenderung memiliki partisipasi yang tinggi dalam kegiatan yang bertujuan untuk mensejahterakan dirinya (Ainiya 2014). Lama Tinggal di Suatu Lingkungan Sosial Murray dan Lappin dikutip Aprianto (2008), menyatakan bahwa faktor internal lain yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama tinggal. Semakin lama tinggal disuatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara lingkungan dimana dia tinggal.

28 10 2. Faktor eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran, hubungan ini dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. Menurut Arifah dikutip Aprianto (2008), faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi selain pelayanan yaitu metode kegiatan. Metode kegiatan yang dua arah atau interaktif dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang. Hal ini dikarenakan dengan metode yang dua arah antar penyuluh dan yang disuluh akan lebih terjalin hubungan erat, sehingga akan dapat meningkatkan partisipasi dalam suatu kegiatan. Konsep Dana Bergulir Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.05/2009 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir pada Kementerian Negara/Lembaga, dana bergulir adalah dana yang dialokasikan oleh Kementerian Negara/Lembaga/ Satuan Kerja Badan Layanan Umum untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi koperasi, usaha mikro, kecil, menengah dan usaha lainnya yang berada dibawah pembinaan Kementerian Negara/Lembaga. Dalam Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 dijelaskan bahwa Dana Bergulir merupakan dana yang dipinjamkan untuk dikelola dan digulirkan kepada masyarakat oleh pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran yang bertujuan meningkatkan ekonomi rakyat dan tujuan lainnya. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut: 1. Dana tersebut merupakan bagian dari keuangan negara/daerah. Dana bergulir dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APDB) dan luar APBN/APBD seperti dari masyarakat atau hibah dari luar negeri. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dana bergulir yang berasal dari luar APBN, diakui sebagai kekayaan negara/daerah jika dana itu diberikan dan/atau diterima atas nama pemerintah/pemerintah daerah. 2. Dana tersebut dicantumkan dalam APBN/APBD dan/atau laporan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan semua pengeluaran negara/daerah dimasukkan dalam APBN/APBD. Oleh sebab itu alokasi anggaran untuk dana bergulir dapat dicantumkan dalam APBN/APBD awal atau revisi APBN/APBD (APBN-P atau APBD Perubahan). 3. Dana tersebut harus dikuasai, dimiliki dan/atau dikendalikan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA). Pengertian dikuasai dan/atau dimiliki mempunyai makna luas yaitu PA/KPA mempunyai hak kepemilikan atau penguasaan atas dana bergulir, sementara dikendalikan maksudnya adalah PA/KPA mempunyai kewenangan dalam melakukan pembinaan, monitoring, pengawasan atau kegiatan lain dalam rangka pemberdayaan dana bergulir.

29 11 4. Dana tersebut merupakan dana yang disalurkan kepada masyarakat ditagih kembali dari masyarakat dengan atau tanpa nilai tambah, selanjutnya dana disalurkan kembali kepada masyarakat/kelompok masyarakat demikian seterusnya (bergulir). 5. Satuan kerja melakukan pengelolaan dana melakukan pengendalian penagihan dana dari masyarakat, menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat/kelompok masyarakat, melaporkan dan mempertanggungjawabkan dana tersebut. Setiawan dan Rejekiningsih (2009), menjelaskan bahwa kegiatan dana bergulir dibagi menjadi empat pola pelaksanaan yaitu: 1. Pola Subsidi Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS-BBM) yang dilakukan sejak tahun Pola Agribisnis yang meliputi dua subpola yaitu: a. Subpola Pengembangan Komoditas Unggulan dengan plafon dana masingmasing sebesar 1 miliar yang dilakukan sejak tahun b. Subpola Peningkatan Produksi dengan plafon masing-masing sebesar 50 juta yang dilakukan sejak tahun Pola Modal Awal Padanan (MAP) merupakan stimulan terhadap UKM melalui sentra-sentra produksi. Pola ini disalurkan melalui KSP dan telah dilaksanakan sejak tahun dengan besaran plafon 150 juta sampai 250 juta. 4. Pola Syariah yang dilakukan sejak tahun 2003 sampai tahun Pola ini merupakan kelanjutan dari eksp2ker melalui BMT/Kopontren yang dilakukan sejak tahun 2000 dengan plafon masing-masing sebesar 50 juta. Fokus pola ini adalah pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan Nugraha (2014), menjelaskan gagasan pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan dana bergulir mulai dipikirkan ketika muncul kesadaran bahwa masyarakat miskin itu bukan the have not (tidak memiliki) melainkan the have little (sedikit memiliki). Mereka adalah economically active poor yang lebih memerlukan aksebilitas pada service provider (dalam hal ini lembaga keuangan) daripada belas kasihan. Mahfudz (2006), menyatakan upaya pemerintah untuk meningkatkan akses pembiayaan serta mempercepat proses income generating dan pengembangan usaha mikro dan usaha kecil dituangkan melalui peluncuran program penguatan finansial dengan berbasis pada partisipasi masyarakat melalui berbagai dana bergulir (revolving fund). Dana bergulir tersebut ada yang bersifat kelola individual maupun kelompok (sistem tanggung renteng). Dalam konteks penjabaran pengucuran dana bergulir dilapangan tidak terlepas peran aktif Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam Koperasi (KSP/USP Koperasi) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Artinya, dana-dana bergulir yang dikucurkan melalui program ini cenderung melibatkan KSP/USP Koperasi dan LKM sebagai executive agent, bahkan melakukan fungsi consulting dan controling. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik

30 12 melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelola simpanan, maupun pemberi jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan (Baskara dikutip Ainiya (2014)). Ismail et al. (2014), menyatakan secara umum Lembaga Keuangan Mikro (LKM) didefinisikan sebagai lembaga penyedia pelayanan usaha ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah (miskin), yang tidak memiliki akses pada perbankan berskala besar. Di Indonesia, LKM memiliki bentuk yang beragam dan heterogen. Dalam hal ini LKM dapat digolongkan ke dalam bentuk formal, semiformal dan informal. LKM formal adalah lembaga keuangan mikro yang beroperasi di bawah aturan main perbankan, seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR). LKM semi-formal dikenal dengan lembaga keuangan mikro yang beroperasi di bawah peraturan pemerintah selain aturan perbankan, seperti koperasi, BMT, pegadaian dan berbagai program kredit pemerintah. Dan LKM informal adalah lembaga keuangan mikro yang beroperasi di luar aturan main pemerintah, seperti rentenir, kelompok simpan-pinjam dan arisan. Keunggulan LKM dibandingkan dengan perbankan besar adalah fleksibilitas dalam pelayanan keuangan terhadap nasabah kecil. Fleksibilitas ini mencakup ketentuan pemberian jasa pelayanan keuangan yang cepat, sering kali tanpa agunan dan persyaratan administrasi yang sederhana. Sifat operasional yang dekat nasabah kecil memungkinkan LKM dapat menilai kelayakan usaha mikro secara baik sehingga mampu memberikan kredit tanpa agunan. Namun, ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh LKM. Pertama, keterbatasan kemampuan LKM dalam memobilisasi tabungan masyarakat sehingga membatasi mereka dalam penyaluran kredit kepada usaha mikro. Masalah kesulitan dalam memobilisasi tabungan ini terutama akibat kerangka hukum LKM yang berbenturan dengan peraturan perbankan. Kedua, masih rendahnya profesionalisme dan tata kelola bisnis sehingga menghambat perkembangan LKM. Ismawan dan Budianto dikutip Ismail et al. (2014), mengemukakan bahwa terdapat empat model pendekatan lembaga keuangan mikro di antaranya sebagai berikut: 1. Saving Led Microfinance Model ini bertumpu dari mobilisasi keuangan (tabungan) yang mendasarkan diri pada kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat miskin (pengusaha mikro) itu sendiri. Bentuk ini bertumpu pada anggota dan keanggotaan dan partisipasinya terhadap kelembagaan mempunyai makna yang sangat penting. Aspek yang menonjol dalam pendekatan ini adalah soal pendidikan dan kemandirian, yaitu anggota dididik untuk menggunakan uang secara hati-hati dan terencana melalui tabungan. Dengan kata lain model pendekatan ini sumber modalnya berasal dari tabungan para anggota, seperti koperasi dan BMT. 2. Credit Led Microfinance Sumber pendanaan dari model pendekatan LKM ini terutama bukan diperoleh dari mobilisasi tabungan masyarakat miskin, melainkan berasal dari sumbersumber lain yang memang ditujukan untuk pengembangan usaha mikro. Hal ini dikarenakan pengumpulan tabungan dari masyarakat miskin membutuhkan waktu yang lama. Dengan ketersediaan dana yang mencukupi memungkinkan

31 13 melakukan kegiatan pelayanan mikro kepada pengusaha mikro lebih banyak dan cepat. Oleh sebab itu, dalam rangka mengumpulkan dana secara cepat dan lebih banyak, LKM model pendekatan ini mencari investor yang bersedia memberikan pendanaan. Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan model Saving Led Microfinance, dimana sumber modal awal yang digunakan bukan berasal dari tabungan anggotanya. 3. Micro Banking Model pendekatan dari LKM ini adalah sector perbankan yang didesain untuk melakukan pelayanan keuangan mikro. Contoh dari model ini adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). 4. Linkage Model Model pendekatan melalui linkage yang pada prinsipnya memanfaatkan kelembagaan yang telah ada. Dalam hal ini ada dua macam linkage, pertama linkage antar-lembaga keuangan (perbankan atau lembaga pembiayaan lain) yang berhubungan dengan LKM. Contohnya linkage antara bank-bank umum dan BPR, linkage antara Permodalan Nasional Madani (PNM) dan BPR. Kedua, antara lembaga keuangan (bank) dan kelompok swadaya masyarakat. Linkage ini biasa disebut Pola Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya Masyarakat (PHBK-SM). PHBK-SM merupakan terobosan yang memungkinkan bank melayani masyarakat kecil (melalui kelompok) yang tidak memiliki jaminan fisik dan kelembagaan formal. Kelancaran Program Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dikutip Kuryono (2012), lancar adalah tidak tersendat-sendat atau tidak tersangkut-sangkut. Kelancaran memiliki arti yang sangat penting dalam setiap pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan akan terlaksana apabila ada kelancaran pekerjaan tersebut. Kelancaran merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaan terlaksana dengan baik dan maksimal. Menurut Setiawan dan Rejekiningsih (2009), program dana bergulir dianggap sukses jika mencapai Tri Sukses, yaitu sukses penyaluran, sukses pemanfaatan, sukses pengembalian, serta terwujudnya peningkatan dan pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat. Mahfudz (2006), sukses penyaluran sendiri dapat dilihat dari pemerataan distribusi penyaluran dana bergulir dimana distribusi penyaluran dana terhadap anggota harus mempertimbangkan aspek pemerataan, kecepatan prosedur penyaluran dana bergulir, ketepatan sasaran penyaluran dana bergulir, keberlanjutan penyaluran dan bergulir dan perkembangan dana bergulir yang disalurkan. Sukses pemanfaatan dilihat dari kehadiran dana bergulir dalam menstimulasi peningkatan dan perkembangan usaha, dalam bentuk peningkatan produksi, peningkatan penjualan, peningkatan pendapatan, atau peningkatan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan Sukses pengembalian dapat dilihat ketepatan pelunasan anggota, keterjangkauan angsuran pengembalian dan adanya sanksi yang diberikan kepada anggota yang menunggak. Pada penelitian Usman (2013), menunjukkan bahwa faktor internal yang menyebabkan kemacetan pinjaman bergulir dalam PNPM Mandiri meliputi

32 14 pengambilan keputusan, data keuangan, serta analisis kredit yang menunggak. Faktor utamanya kemacetan dalam faktor internal yaitu pemantauan kredit yang buruk, disposisi kredit yang premature dan data keuangan dan jaminan yang lemah. Sedangkan faktor eksternal yang memiliki pengaruh dalam menyebabkan kemacetan pinjaman bergulir PNPM Mandiri yaitu kegagalan dalam pengelolaan manajemen dan usaha, karakter dan itikat yang buruk dan penyalahgunaan tujuan kredit. Penyalahgunaan tujuan kredit memiliki kontribusi terbesar yang menjadi penyebab kemacetan pinjaman. Kerangka Pemikiran Partisipasi atau peranserta adalah suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan, yang mencakup pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai. Partisipasi masyarakat dalam suatu program berhubungan dengan beberapa faktor, faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri anggota program yang dapat mempengaruhi individu untuk berpartisipasi. Faktor internal yang diduga berhubungan dengan partisipasi, yaitu mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lama tinggal disuatu lingkungan sosial. Dari perbedaan-perbedaan yang terdapat pada anggota Program Tabur Puja ini dilihat apakah ada hubungan dengan tingkat partisipasi anggota terhadap program tersebut. Faktor eksternal yang diduga berhubungan dengan partisipasi, meliputi tingkat interaksi anggota dan pengelola program dan tingkat pelayanan pengelola program. Hubungan positif yang terjalin antara anggota program dengan pengelola program diduga dapat mempengaruhi partisipasi karena anggota program akan dengan sukarela terlibat dalam program tersebut. Hal ini dapat dilihat apakah faktor eksternal dan faktor internal memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi anggota program. Partisipasi anggota Program Tabur Puja diukur dengan empat tahapan partisipasi, yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap menikmati hasil. Tingkat partisipasi anggota program dilihat pada masing-masing tahapan. Diduga semakin tinggi tingkat partisipasi pada setiap tahapan maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi pada program, dari tingkat partisipasi anggota terhadap program dapat dilihat hubungan dengan kelancaran program itu sendiri. Kelancaran sebuah program dana bergulir dapat dilihat dari tingkat kelancaran program tersebut, yaitu lancar penyaluran, lancar pemanfaatan dan lancar pengembalian. Kelancaran program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera diukur dengan kelancaran penyaluran yang terdiri dari pemerataan distribusi penyaluran dana

33 15 bergulir dimana distribusi penyaluran dana terhadap anggota harus mempertimbangkan aspek pemerataan, kecepatan prosedur penyaluran dana bergulir dan ketepatan sasaran penyaluran dana bergulir. Kelancaran pemanfaatan dilihat dari kehadiran dana bergulir dalam menstimulasi peningkatan dan perkembangan usaha, dalam bentuk peningkatan produksi, peningkatan penjualan, peningkatan pendapatan, atau peningkatan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan kelancaran pengembalian dapat dilihat ketepatan pelunasan anggota, keterjangkauan angsuran pengembalian dan adanya sanksi yang diberikan kepada anggota yang menunggak. (X2). Faktor Internal X2.1 Usia X2.2 Tingkat pendidikan X2.3 Tingkat pendapatan X2.4 Lama tinggal di suatu lingkungan sosial (X1). Tingkat Partisipasi Anggota X1.1 Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan X1.2 Tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan X1.3 Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi X1.4 Tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil (Y). Tingkat Kelancaran Program Y1. Tingkat kelancaran penyaluran Y2. Tingkat kelancaran pemanfaatan Y3. Tingkat kelancaran pengembalian (X3). Faktor Eksternal X3.1 Tingkat interaksi anggota dan pengelola program X3.2 Tingkat pelayanan pengelola program Keterangan: : hubungan Gambar 2 Kerangka pemikiran hubungan antara tingkat partisipasi dengan kelancaran program

34 16 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat dirumuskan suatu hipotesis yang akan diujikan. Hipotesis tersebut adalah: 1. Terdapat hubungan nyata antara faktor internal program dengan tingkat partisipasi anggota dalam Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. 2. Terdapat hubungan nyata antara faktor eksternal program dengan tingkat partisipasi anggota dalam Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. 3. Terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi anggota program dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Definisi Operasional Definisi konseptual dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Partisipasi atau peranserta adalah suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan, yang mencakup pengambilan keputusan, pelaksanaan, pengendalian, serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai. 2. Posdaya adalah forum silaturahmi, komunikasi, advokasi dan wadah kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. 3. Kelancaran program adalah suatu yang dapat mendorong kegiatan program yang dilaksanakan berpengaruh pada pencapaian hasil yang diinginkan. Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: A. Faktor internal adalah yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lama tinggal disuatu lingkungan sosial. (1) Usia adalah lama hidup anggota program pada saat penelitian dilakukan yang dihitung sejak hari kelahiran yang dinyatakan dalam tahun. Usia diukur menggunakan skala ordinal, yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : usia muda <37 tahun (skor 1) - Sedang : usia sedang tahun (skor 2) - Tinggi : usia tua >47 tahun (skor 3) (2) Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti anggota program sampai dengan saat penelitian. Tingkat pendidikan menggunakan skala ordinal, yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : <7 tahun (skor 1) - Sedang : 7-9 tahun (skor 2) - Tinggi : >9 tahun (skor 3)

35 (3) Tingkat pendapatan adalah sejumlah uang yang didapat dan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya setelah bekerja. Tingkat pendapatan menggunakan skala ordinal, yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : < Rp ,00 (skor 1) - Sedang : Rp ,00 Rp ,00 (skor 2) - Tinggi :> Rp ,00 (skor 3) (4) Lama tinggal di suatu lingkungan sosial adalah lama tinggalnya anggota program di wilayah tersebut dari lahir hingga sekarang. Lama tinggal di suatu lingkungan sosial menggunakan skala ordinal, yang dibagi menjadi dua kategori, yaitu: - Rendah : pendatang (skor 1) - Tinggi : warga asli (skor 2) B. Faktor eksternal adalah faktor yang berada diluar individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Faktor eksternal meliputi tingkat interaksi anggota dan pengelola program dan tingkat pelayanan pengelola program. (1) Tingkat interaksi anggota dan pengelola program adalah hubungan yang terjalin antara anggota program dengan pengelola program. Tingkat interaksi anggota dan pengelola program menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya: - Tidak : skor 2 - Ya : skor 1 akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor Sedang : skor Tinggi : skor (2) Tingkat pelayanan pengelola program adalah tingkat kepuasan anggota dalam pelayanan yang diberikan oleh pengelola program terhadap anggota program. Tingkat pelayanan pengelola program menggunakan skala ordinal, yang dibagi menjadi dua kategori, yaitu: - Rendah : tidak (skor 1) - Tinggi : ya (skor 2) C. Tingkat partisipasi adalah suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan anggota program secara aktif dan sukarela dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan. Tingkat partisipasi terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap menikmati hasil. (1) Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan adalah kehadiran dan keaktifan anggota dalam pengambilan keputusan pada kegiatan perencanaan program. Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya: - Tidak : skor 1 - Ya : skor 2 akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor Sedang : skor Tinggi : skor 8 17

36 18 (2) Tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan adalah keikutsertaan anggota pada kegiatan program yang menambah pengetahuan dan keterampilannya. Tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya: - Tidak : skor 1 - Ya : skor 2 akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor Sedang : skor Tinggi : skor (3) Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi adalah kehadiran dan keaktifan anggota dalam menyampaikan pendapat pada evaluasi program. Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya: - Tidak : skor 1 - Ya : skor 2 akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor Sedang : skor Tinggi : skor 8 (4) Tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil adalah anggota dapat menikmati hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya: - Tidak : skor 1 - Ya : skor 2 akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor Sedang : skor Tinggi : skor 9-10 D. Tingkat kelancaran program adalah ada atau tidaknya hambatan dalam proses berjalannya program yang dilaksanakan. Kelancaran program dilihat lancar penyaluran, lancar pemanfaatan dan lancar pengembalian. (1) Tingkat kelancaran penyaluran adalah adanya pemerataan pada distribusi, cepatnya prosedur penyaluran dana dan ketepatan sasaran. Tingkat kelancaran penyaluran menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya: - Tidak : Skor 1 - Ya : Skor 2 akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor Sedang : skor Tinggi : skor 9-10 (2) Tingkat kelancaran pemanfaatan adalah pemanfaatan dana pinjaman yang dilakukan anggota program untuk modal membuka atau mengembangkan usahanya. Tingkat kelancaran pemanfaatan menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya: - Tidak : Skor 1

37 - Ya : Skor 2 akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor Sedang : skor Tinggi : skor 9-10 (3) Tingkat kelancaran pengembalian adalah adanya ketepatan pelunasan dana pinjaman, keterjangkauan angsuran pengembalian dan adanya sanksi yang diberikan kepada anggota program yang menunggak. Tingkat kelancaran pengembalian menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya: - Tidak : Skor 1 - Ya : Skor 2 akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor Sedang : skor Tinggi : skor

38 20

39 21 PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Kombinasi ini lebih memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Pendekatan kuantitatif menggunakan metode survai, dalam survai informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Menurut Singarimbun dan Effendi (2008), penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Kuesioner akan diberikan kepada responden yaitu anggota Program Tabur Puja. Pada pendekatan kualitatif menggunakan wawancara mendalam kepada informan. Metode lain yang digunakan juga adalah observasi lapang di lokasi penelitian untuk melihat fenomena aktual yang terjadi dan juga menganalisis dokumen yang ada seperti data profil lokasi penelitian maupun program penelitian. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Posdaya Sejahtera, Kampung Batuhulung, RT 03 RW 06, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Lokasi tersebut dipilih karena Posdaya Sejahtera merupakan salah satu 5 Posdaya pertama yang melaksanakan Program Tabur Puja di daerah bogor, selain Posdaya Bersama, Posdaya Gugahsari, Posdaya Mandiri Terpadu dan Posdaya Harapan Maju. Dari hasil survey yang dilakukan, Posdaya Sejahtera merupakan Posdaya yang paling bagus dan aktif dalam menjalankan program Tabur Puja dibandingkan 4 Posdaya lainnya. Penelitian dilaksanakan dalam waktu tiga bulan, terhitung mulai Maret 2015 sampai dengan Mei Kegiatan penelitian meliputi pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi dan perbaikan laporan skripsi. Teknik Penentuan Responden dan Informan Pada pengambilan responden dalam penelitian ini digunakan Simple Random Sampling (sampel acak sederhana). Menurut Singarimbun dan Effendi (2008), Simple Random Sampling atau sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

40 22 sampel. Populasi pada penelitian ini adalah anggota program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, Kota Bogor, sebanyak 121 KK. Unit analisis penelitian ini adalah individu. Terpilihnya responden pada program Tabur Puja merupakan faktor kebetulan (chance), bebas subyektivitas si peneliti atau subyektivitas orang lain. Pertama, untuk pemilihan sampel disediakan terlebih dahulu kerangka sampling (Lampiran 2) yang didapatkan dari informan yaitu pihak KPI (Koperasi Posdaya Indonesia). Kerangka sampling tersebut berisi nomor urut, nama dan alamat dari anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Untuk responden sendiri ditentukan dengan cara dikocok, lalu diambil 55 responden dari 121 populasi sampling. Siregar (2012), penentuan jumlah sampel minimal dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut: Keterangan: n : Jumlah sampel N: Jumlah populasi e : Nilai kritis (batas ketelitian) Nilai kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 persen sehingga diperoleh responden sebanyak 55 KK, jumlah tersebut dirasakan sudah mencukupi reliabilitas dan validitas penelitian ini. Informan yang potensial dalam pengumpulan infomasi adalah ketua Posdaya, Kader, ketua kelompok dan Asisten Kredit (AK). Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner yang telah disusun kepada responden yang terpilih dari hasil pengocokan, serta dilakukannya wawancara mendalam kepada informan. Teknik Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan untuk menggali fakta, data dan informasi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif serta observasi lapang dalam upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Data kuantitatif diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) untuk responden. Data kualitatif diperoleh dengan metode wawancara mendalam terhadap informan. Pada Tabel 2 disajikan metode pengumpulan data penelitian di Posdaya Sejahtera. Untuk menguatkan kuesioner sebagai salah satu instrumen maka dilakukan uji reliabilitas. Sebelum instrumen digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen tersebut diuji coba pada sampel yang setara dengan responden yaitu anggota Program Tabur Puja di Posdaya Gugahsari, Kelurahan Margajaya,

41 23 sebanyak 20 orang. Aturan dalam penentuan alpha yaitu jika nilai alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna, jika nilai alpha 0.70 < alpha < 0.90 maka reliabilitas tinggi, jika nilai alpha 0.50 < alpha < 0.70 maka reliabilitas moderat dan jika nilai alpha < 0.50 maka reliabilitas rendah. Hasil uji reliabililitas pada kuesioner penelitian ini menunjukkan nilai alpha 0.70 < alpha <0.90 yaitu 0.806, artinya kuesioner memiliki reliabilitas yang tinggi. Tabel 2 Metode pengumpulan data Data yang dibutuhkan Gambaran umum wilayah Profil program Pengumpulan Data Data sekunder Data primer dan data sekunder Metode Jenis Data Buku monograf kelurahan Wawancara dan dokumen tertulis Pengolahan Data Analisis dokumen Analisis dokumen Faktor internal Data primer Hasil kuesioner SPSS 16 Faktor eksternal Tingkat partisipasi Tingkat kelancaran Data primer Data primer Data primer Hasil kuesioner dan wawancara Hasil kuesioner dan wawancara Hasil kuesioner dan wawancara SPSS 16 SPSS 16 SPSS 16 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data kuantitatif yang diperoleh melalui kuesioner. Kuesioner yang dikumpulkan kemudian diolah melalui tiga tahapan, yaitu (1) editing data, (2) pengkodean data dan (3) pengolahan data yang disajikan dalam bentuk tabel. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Statistical Product and Service Solution (SPSS) for windows versi Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan uji statistik yaitu uji korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan antar variabel yang berskala ordinal. Variabel yang diuji adalah faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, faktor eksternal dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera dan tingkat partisipasi anggota dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Data kualitatif dari hasil wawancara mendalam disajikan secara deskriptif dan tulisan tematik untuk mendukung dan memperkuat analisis data kuantitatif. Disajikan juga sktesa Posdaya Sejahtera yang menggambarkan wilayah Posdaya (Lampiran 1) dan catatan harian peneliti selama proses penelitian (Lampiran 3).

42 24

43 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitian Gambaran Umum Posdaya Sejahtera Posdaya Sejahtera terletak di Jalan Cifor Batuhulung RT 03 RW 06, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Cakupan wilayah Posdaya Sejahtera sendiri meliputi RT 01, 02 dan 03 yang berada di RW 06. Posdaya yang diketuai oleh Bapak Madsai ini didirikan pada tanggal 19 Agustus Posdaya Sejahtera diinisiasi pembentukannya oleh para mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya tahun Pembentukannya diawali dengan lokakarya mini yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, masyarakat RW 06, perwakilan mahasiswa dari IPB dan pihak dari P2SDM (Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia). Jumlah penduduk di RW 06 adalah 666 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga (KK) di wilayah ini sekitar 185 KK dengan sebaran RT 01 berjumlah 87 KK, RT 02 berjumlah 56 KK dan RT 03 berjumlah 42 KK. Berikut jumlah penduduk berdasarkan klasifikasi usia di Posdaya Sejahtera (lihat Tabel 3). Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan klasifikasi usia di Posdaya Sejahtera tahun 2015 Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 0-1,5 5 1,0 1, , , , , , , ,0 > ,0 Jumlah ,0 Sumber: Monografi Kependudukan Posdaya Sejahtera Bubulak, 2015 (diolah) Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa persentase penduduk tertinggi apabila dilihat dari klasifikasi usia maka secara keseluruhan memiliki persentase penduduk tertinggi pada rentang usia tahun sedangkan persentase terendah pada rentang usia 0-1,5 tahun. Tabel 3 diatas juga menunjukkan bahwa usia produktif di Posdaya Sejahtera lebih banyak dari usia non-produktif. Pada usia produktif menandakan bahwa penduduk di Posdaya Sejahtera banyak yang menghasilkan pendapatan.

44 26 Kegiatan yang dilaksanakan di Posdaya Sejahtera terdiri dari 4 bidang, yaitu: 1. Pendidikan Bidang pendidikan bertujuan agar tercapainya pendidikan yang berkarakter dan berawawasan lingkungan seperti PAUD Pelangi (Pendidikan Anak Usia Dini) dan Taman Bacaan. Berikut data peserta Program Paud Pelangi di Posdaya Sejahtera tahun 2015 (lihat Tabel 4). Tabel 4 Data peserta Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pelangi di Posdaya Sejahtera tahun 2015 Usia (tahun) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah Keseluruhan Sumber: Monografi Kependudukan Posdaya Sejahtera Bubulak, 2015 (diolah) 2. Kesehatan Program kesehatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan. Adapun kegiatan kesehatan yang sudah berjalan yaitu Posyandu, Posbindu, Poskeswa dan Senam Lansia. 3. Ekonomi Program dari bidang ekonomi diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang mandiri dan sejahtera secara ekonomi. Adapun kegiatan yang sudah berjalan yaitu Lembaga Keuangan Tabur Puja, Home Industry (pembuatan tas, pengolahan limbah kain, sangkar burung, keranjang sayur, yoghurt, manisan pala, sirup pala, wajit pala, sirup belimbing wuluh, kripik bawang, kurungan burung). 4. Lingkungan Program dari bidang lingkungan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, indah dan nyaman. Adapun kegiatan yang sudah berjalan yaitu Jumsih (Jumat Bersih), pembuatan kompos dari limbah rumah tangga, pemanfaatan pekarangan rumah untuk lahan hijau, Toga (Tanaman Obat Keluarga) dan kebun bergizi. Program Tabur Puja yang dilaksanakan di Posdaya Sejahtera berawal dari kekhawatiran akan bank keliling yang membuat masyarakat semakin sengsara. Rendahnya ekonomi masyarakat membuat masyarakat terpaksa meminjam dana kepada bank keliling untuk membuat usaha, dari hasil membuat usaha tersebut diharapkan dapat menambah penghasilan mereka. Tingginya bunga yang menjerat dan tidak adanya toleransi akan pembayaran angsuran membuat masyarakat menjadi lebih miskin dari sebelumnya jika tidak bisa membayar. Hal ini membuat masyarakat ingin mencari solusi lain. Pada akhirnya Posdaya Sejahtera

45 27 menemukan Program Tabur Puja dianggap bisa membantu permasalahan yang terjadi. Sistem Program Tabur Puja sendiri berbeda dengan sistem peminjaman dana seperti bank atau lembaga keuangan mikro lainnya, banyak kemudahan yang didapatkan oleh masyarakat dari program tersebut. Gambaran Umum Program Tabur Puja Program Tabur Puja didirikan oleh Prof Haryono Suyono dari Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri). Pada awalnya program ini dijalankan di Koperasi Saudara Indra yang berada di Jakarta. Pada tahun 2012, Program Tabur Puja dilaksanakan di Kota Bogor dan dilaksanakan di 5 Posdaya, yaitu Posdaya Sejahtera, Posdaya Bersama, Posdaya Gugahsari, Posdaya Mandiri Terpadu dan Posdaya Harapan Maju. Cakupan wilayah Program Tabur Puja yang luas yaitu Jakarta, Bekasi dan Bogor tidak memungkinkan Koperasi Saudara Indra mengelola Posdaya yang berada di tiga Kota sekaligus. Hal itu membuat Yayasan Damandiri mencetuskan agar didirikannya Koperasi Posdaya Indonesia pada tahun 2014 yang berada di Dramaga, Kabupaten Bogor. Didirikannya KPI bertujuan untuk mengelola Program Tabur Puja yang berada di wilayah Kota Bogor. Sampai saat ini Program Tabur Puja telah dijalankan di 28 Posdaya Kota Bogor, yaitu Posdaya Gading Mandiri, Sabilulungan, Benteng Harapan, Geulis Bageur, Permata, Mandiri Terpadu, Sauyunan, Mekarsari, Fajar Harapan, Kenanga, Subur Makmur, Harapan Maju, Gugahsari, Bersama, Sejahtera, Alam Mandiri, Khusnul Khotimal, Bumi Prayoga, Berdikari, Kartika Mandiri, Srikandi, Tunas Harapan, Rumpaka, Benteng Sejahtera, Menteng Berkarya, Eka Mandiri, Bilingterpa dan Mandiri. Program Tabungan dan Kredit Pundi Sejahtera atau Tabur Puja adalah program dana bergulir yang dikelola oleh Lembaga Keuanga Mikro (LKM). Tabur Puja dioperasikan berupa ajakan untuk menabung dan mempergunakan kredit bagi masyarakat dengan keterbatasan. Program ini diperuntukkan untuk masyarakat yang ingin membuka usaha dan juga menambah modal usaha. Program Tabur Puja menggunakan sistem tanggung renteng, artinya kredit itu tidak mengharuskan adanya agunan karena setiap anggota bersedia untuk menanggung anggota yang tidak siap membayar cicilan pada saat jatuh tempo. Sistem pemberian pinjaman ini memiliki tingkat resiko kemacetan yang sangat kecil, bahkan ada janji di antara anggota kelompok Posdaya yang meminjam dana untuk menabung dan menyisihkan sebagian dari pinjamannya untuk cadangan bersama agar apabila ada anggota yang terlambat membayar cicilan, maka dengan persetujuan bersama anggota itu bisa meminjam dana simpanan untuk membayar cicilannya. Program Simpan Pinjam ini tidak kaku seperti bank pada umumnya, penyelesaian masalah penunggakan diselesaikan secara musyawarah. Penerapan bunga yang hanya sebesar 1,5% per bulan dan besarnya pinjaman rata-rata Rp ditambah iuaran wajib dan asuransi jiwa masing-masing sebesar Rp4 000 dan Rp1 000 tanpa adanya jaminan pinjaman. Hal ini membuat masyarakat dengan keterbatasan merasa terbantu dalam kehidupannya untuk meningkatan kesejahteraan keluarga. Kelenturan dalam sistem Tabur Puja adalah masyarakat dapat menentukan tenggang waktu pengembalian dana pinjaman, dimana tenggang waktu pengembalian pinjaman antara 6-12 bulan. Selain itu juga,

46 28 pendampingan dalam usaha terus dilakukan oleh pengurus dan pendamping Posdaya. Pola pendampingan yang dilakukan meliputi pertemuan rutin mingguan, pendampingan langsung ke lapangan dan pemberian pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Faktor Internal Faktor Internal yang berhubungan dengan tingkat partisipasi Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera yaitu meliputi karakteristik anggota Program Tabur Puja. Karakteristik anggota Program Tabur Puja dilihat melalui empat variabel yang terdiri atas usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lama tinggal di suatu lingkungan sosial. Berikut karakteristik anggota Program Tabur Puja yang akan dijabarkan satu persatu dalam pembahasan ini. Usia Usia diartikan sebagai lama hidup anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada saat penelitian dilakukan yang dihitung sejak hari kelahiran yang dinyatakan dalam tahun. Dalam penelitian ini diperoleh sebaran usia anggota program berkisar antara 21 tahun sampai 61 tahun. Sebaran usia responden dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5 Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera menurut usia, tahun 2015 Kategori Usia Jumlah (orang) Persentase (%) Muda 20 36,4 Sedang 16 29,1 Tua 19 34,5 Jumlah ,0 Berdasarkan Tabel 5, bahwa mayoritas anggota program dalam penelitian ini jumlah usia anggota tertinggi terdapat ke dalam kategori usia muda (36,4%) yaitu dibawah 37, sedangkan sebagian lagi tergolong usia tua (34,5%) yaitu diatas 47 tahun dan kategori sedang (29,1%) yaitu berkisar antara 37 sampai 47 tahun. Hal ini menunjukkan pula bahwa usia tersebar merata pada anggota program. Pada program ini sendiri memang ada peraturan mengenai usia peminjam, dimana untuk usia diatas 65 tahun tidak dapat meminjam karena sudah dianggap sebagai usia tidak produktif.

47 29 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan diartikan sebagai jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera sampai dengan saat penelitian. Tingkat pendidikan digolongkan dalam tiga kategori menjadi rendah, sedang dan tinggi. Tingkat pendidikan anggota dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera menurut tingkat pendidikan, tahun 2015 Kategori Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 25 45,5 Sedang 18 32,7 Tinggi 12 21,8 Jumlah ,0 Berdasarkan Tabel 6, dapat disimpulkan bahwa umumnya anggota program cenderung berada pada kategori dengan pendidikan rendah (45,5%), pada kategori sedang (32,7%) dan tinggi (21,8%). Pendidikan rendah yaitu pendidikan anggota berada dibawah 7 tahun atau tidak sekolah sampai tampat SD. Sedang yaitu 6-9 tahun atau tamat SMP dan tinggi yaitu diatas 9 tahun atau tamat SMA. Rata-rata pendidikan pada kategori rendah berada pada kategori usia sedang dan tua. Sedangkan pada kategori pendidikan tinggi dimiliki oleh anggota program berusia muda. Pada masyarakat di Posdaya Sejahtera, masyarakat yang menjalani pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi masih sedikit, hanya beberapa orang saja yang dapat meneruskan hingga kuliah. Posdaya Sejahtera sendiri sudah membuat program beasiswa bagi remaja putus sekolah yang ingin melanjutkan sekolahnya. Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejumlah uang yang didapat dan digunakan oleh anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera dalam satu bulan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya setelah bekerja. Tingkat pendapatan anggota program dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera menurut tingkat pendapatan per bulan, tahun 2015 Kategori Tingkat Pendapatan Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 17 30,9 Sedang 29 52,7 Tinggi 9 16,4 Jumlah ,0

48 30 Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa tingkat pendapatan anggota program cenderung berada pada kategori sedang (52,7%) yaitu berkisar antara Rp Rp , rendah (30,9%) yaitu dibawah Rp dan tinggi (16,4%) yaitu diatas Rp Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera masih kurang. Pendapatan yang mereka dapatkan rata-rata berada pada kisaran Rp Rp per bulan. Dari hasil tersebut dapat dikatakan yang menjadi anggota Program Tabur Puja adalah masyarakat yang berpendapatan rendah. Umumnya anggota program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera membuka usaha sembako dan kredit barang untuk kalangan ibu-ibu. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu responden sebagai berikut:...rata-rata yang meminjam dana di Tabur Puja yang berpenghasilan kurang, makanya mereka mengikuti program untuk menambah modal usaha supaya pendapatannya bertambah... -Ibu Rus, 41 tahun. Lama Tinggal di Suatu Lingkungan Sosial Lama tinggal di suatu lingkungan sosial adalah lama tinggalnya anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera di wilayah RW 06, Kampung Batuhulung, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, dari lahir hingga sekarang. Lama tinggal di suatu lingkungan sosial dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu warga asli dan pendatang. Lama tinggal disuatu lingkungan sosial anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera menurut lama tinggal di suatu lingkungan sosial, tahun 2015 Kategori Lama Tinggal Jumlah (orang) Persentase (%) Pendatang 6 10,9 Warga asli 49 89,1 Jumlah ,0 Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan bahwa anggota program yang bertempat tinggal di wilayah Posdaya Sejahtera masih didominasi oleh warga asli (89,1%) dan sedikitnya warga pendatang (10,9%). Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat yang memanfaatkan Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera adalah warga asli daerah tersebut yaitu warga yang memang dari sejak lahir hingga dewasa bertempat tinggal di daerah Posdaya Sejahtera. Banyak pula dari warga yang lahir di daerah Posdaya tetapi berpindah ke daerah lain dan akhirnya kembali ke daerah Posdaya kembali.

49 31 Faktor Eksternal Faktor eksternal yang berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera meliputi tingkat interaksi anggota dan pengelola program dan tingkat pelayanan pengelola program. Hubungan positif yang terjalin antara anggota program dengan pengelola program dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam program. Tingkat Interaksi Anggota dan Pengelola Program Tingkat interaksi anggota dan pengelola Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera seperti ketua Posdaya, Kader Tabur Puja dan dari pengelola Program Tabur Puja yaitu Asisten Kredit (AK) yang setiap minggunya berinteraksi langsung dengan anggota. Hasil penelitian dapat dilihat dari bagaimana interaksi yang terjalin antara anggota dan pengelola program, sehingga menghasilkan hubungan yang terjalin antara keduanya apakah berjalan baik atau tidak. Tingkat interaksi anggota dan pengelola program dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera menurut tingkat interaksi anggota dan pengelola program, tahun 2015 Tingkat Hubungan Anggota dan Kategori Pengelola Program Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah - 0,0 Sedang 1 1,8 Tinggi 54 98,2 Jumlah ,0 Berdasarkan Tabel 9, menunjukkan bahwa tingkat interaksi anggota dan pengelola program berada pada kategori tinggi (98,2%). Rata-rata untuk anggota program berjenis kelamin perempuan atau ibu-ibu tidak pernah mengalami perbedaan pendapat atau perdebatan apapun dengan pengelola program. Mereka biasanya mengikuti apapun aturan yang diberikan oleh pengelola program, sebaliknya anggota program berjenis kelamin laki-laki lebih kritis dibandingkan perempuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu responden sebagai berikut:...kita sih menurut saja apa kata yang diatas, ngapain ribut-ribut, rata-rata yang punya masalah yang macet dalam pembayaran... - Ibu SR, 42 tahun.

50 32 Tingkat Pelayanan Pengelola Program Tingkat pelayanan pengelola program diukur dengan kepuasan yang dirasakan oleh anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Pelayanan yang positif dan tepat sasaran dalam kebutuhan anggota akan mempengaruhi anggota berpartisipasi dalam sebuah program. Tingkat pelayanan pengelola program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Kategori Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera menurut tingkat pelayanan pengelola program, tahun 2015 Tingkat Pelayanan Pengelola Program Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak Memuaskan 6 10,9 Memuaskan 49 89,1 Jumlah ,0 Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan bahwa tingkat pelayanan pengelola program dikatakan tinggi (89,1%) atau memuaskan. Untuk anggota program yang berada pada kategori rendah belum merasakan pelayanan yang memuaskan dari pengelola program. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu responden sebagai berikut:...belum cukup maksimal, terutama kader pada saat pembagian kwitansi sering tidak dikembalikan, padahal kita butuh untuk bukti pembayaran jika terjadi sesuatu yang tidak terduga... -Bapak ASA, 41 tahun. Hal ini juga serupa dengan pernyataan responden lainnya:...kader suka pake uang yang kita titipin, jadi suka salah paham sama AK, kita ngerasa udah bayar ga pernah nunggak tapi di sangka AK kita pernah nunggak, jadinya nanti berpengaruh sama pinjaman selanjutnya suka tertunda... -Ibu Nur, 38 tahun. Tingkat Partisipasi Anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Cohen dan Uphoff dikutip Berampu (2014), tingkat partisipasi terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap menikmati hasil. Tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera akan dilihat pada masing-masing tahapan. Semakin tinggi tingkat partisipasi pada setiap tahapan maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi pada program.

51 33 Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Pengambilan Keputusan Tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan ini adalah kehadiran anggota dan keaktifan anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera dalam pengambilan keputusan pada kegiatan perencanaan program. Tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan di Posdaya Sejahtera dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap pengambilan keputusan, tahun 2015 Kategori Tingkat Partisipasi Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 13 23,6 Sedang 39 70,9 Tinggi 3 5,5 Jumlah ,0 Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap pengambilan keputusan cenderung berada pada kategori sedang (70,9%), sebagian lagi pada kategori sedang (23,6%) dan tinggi (5,5%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan masih kurang. Pada tahap sosialisasi dan rapat peminjaman pertama seluruh anggota Program di Posdaya Sejahtera hadir, tetapi partisipasi akan pengambilan keputusan seperti masukan sangat kurang. Pada saat penentuan jumlah pinjaman, anggota program khususnya perempuan lebih banyak mengikuti dari pihak Tabur Puja. Menurut mereka tidak masalah akan jumlah pinjaman, tetapi yang terpenting adalah diberikannya pinjaman oleh Tabur Puja....saya jika datang ya datang saja, tidak pernah ngomong apaapa, paling yang ngomong ketua sama kader aja, nurut-nurut aja, kalau masalah pinjaman juga dikasih berapa aja dicukup-cukupin aja segitu juga udah dikasih pinjam... -Ibu Ai, 55 tahun. Dalam penelitian Fitriyanti (2014), rendahnya partisipasi pada pengambilan keputusan karena kurang digalinya aspirasi masyarakat, sebagian besar peserta hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh pembicara, tidak ada komunikasi yang bersifat timbal balik antar pendengar dan pembicara. Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Pelaksanaan Tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan pada penelitian ini adalah keikutsertaan anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada kegiatan program yang menambah pengetahuan dan keterampilannya. Seperti memberi bantuan tenaga atau secara sukarela menjadi kader atau ketua

52 34 kelompok. Pada Tabel 12 disajikan jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap pelaksanaan. Tabel 12 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap pelaksanaan, tahun 2015 Kategori Tingkat Partisipasi Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 37 67,3 Sedang 11 20,0 Tinggi 7 12,7 Jumlah ,0 Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota program pada tahap pelaksanaan cenderung berada pada kategori rendah (67.3%), sebagian lagi berada pada kategori sedang (20%) dan persentase terkecil pada kategori tinggi (12,7%). Dalam penelitian Fitriyanti (2014), tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan tinggi dikarenakan kesadaran responden yang cukup baik terhadap kegiatan-kegiatan dalam program pinjaman bergulir dan rasa kepemilikan untuk menjaga agar program ini berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa anggota Program Tabur Puja belum memiliki kesadaran yang baik dan tingginya rasa kepemilikan akan program. Anggota program lebih banyak yang berpikir meskipun mereka tidak ikut dalam rapat atau kegiatan lainnya, keberadaan Kader dan Ketua Posdaya sudah mewakili mereka. Pernyataan salah satu anggota program mengatakan bahwa:...jujur saja saya tidak pernah ikut apa-apa, yang penting itu bayar tepat waktu. Kalo urusan rapat-rapat atau apapun kan ada kader sama yang lain, soalnya sibuk sama jualan ga bisa ditinggaltinggal... -Ibu Nen, 50 tahun. Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Evaluasi Tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi pada penelitian ini adalah kehadiran dan keaktifan anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera dalam menyampaikan pendapat pada evaluasi program. Tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap evaluasi, tahun 2015 Kategori Tingkat Partisipasi Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 44 80,0 Sedang 7 12,7 Tinggi 4 7,3 Jumlah ,0

53 35 Berdasarkan Tabel 13, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota program pada tahap evaluasi cenderung berada pada kategori rendah (80%), sebagian kecil berada pada kategori sedang (12,7%) dan tinggi (7,3%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja pada tahap evaluasi masih sangat kurang. Evaluasi di Posdaya Sejahtera diadakan setelah pembayaran angsuran yang dilaksanakan setiap satu kali dalam seminggu. Pada setiap evaluasi yang hadir biasanya hanya ketua Posdaya, Kader Posdaya dan Asisten Kredit. Menurut salah satu anggota program tidak pernah mengikuti evaluasi karena menganggap sudah ada ketua dan Kader Posdaya yang sudah mewakili mereka sehingga tidak perlu untuk mengikuti evaluasi tersebut. Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Menikmati Hasil Tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil pada penelitian ini adalah keikutsertaan anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera dalam menikmati hasil dari pemanfaatan dana pinjaman dari program. Tingkat partisipasi pada tahap menikmati dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja pada tahap menikmati hasil, tahun 2015 Kategori Tingkat Partisipasi Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 3 5,5 Sedang 20 36,4 Tinggi 32 58,2 Jumlah ,0 Berdasarkan Tabel 14, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota program pada tahap menikmati hasil sebagian besar berada pada kategori tinggi (58,2%), sebagian kecil berada pada kategoti sedang (36,4%) dan rendah (5,5%). Hal ini juga menunjukkan bahwa hampir keseluruhan responden memanfaatkan dana pinjaman untuk keperluan usaha mereka, seperti modal produksi, memperluas tempat usaha dan lain-lain. Tingkat Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera dalam penelitian ini dilihat dari kelancaran penyaluran, kelancaran pemanfaatan dan kelancaran pengembalian. Kelancaran penyaluran sendiri dapat dilihat dari pemerataan distribusi penyaluran dana dimana distribusi penyaluran dana terhadap anggota mempertimbangkan aspek pemerataan, kecepatan prosedur penyaluran dana dan

54 36 ketepatan sasaran penyaluran dana. Kelancaran pemanfaatan dilihat dari kehadiran dana dalam menstimulasi peningkatan dan perkembangan usaha, dalam bentuk peningkatan produksi, peningkatan penjualan, peningkatan pendapatan, atau peningkatan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan kelancaran pengembalian dilihat ketepatan pelunasan anggota, keterjangkauan angsuran pengembalian dan adanya sanksi yang diberikan kepada anggota yang menunggak. Tingkat Kelancaran Penyaluran Tingkat kelancaran penyaluran adalah adanya pemerataan pada distribusi, cepatnya prosedur penyaluran dana dan ketepatan sasaran. Pemerataan distribusi yaitu dimana peminjaman yang diberikan sama setiap orangnya. Cepat penyaluran dana yaitu dimana dana yang dipinjamkan tidak mengalami penundaan dari pihak pengelola program dan ketepatan sasaran yaitu dimana sasaran program adalah anggota yang memiliki ekonomi yang rendah. Tingkat kelancaran penyaluran pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Jumlah dan persentase tingkat kelancaran penyaluran pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 Kategori Kelancaran Penyaluran Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 1 1,8 Sedang 15 27,3 Tinggi 39 70,9 Jumlah ,0 Berdasarkan Tabel 15, menunjukkan bahwa tingkat kelancaran penyaluran pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera cenderung berada pada kategori tinggi (70,9%), sisanya berada pada kategori sedang (27,3%) dan rendah (1,8%). Dari data yang didapatkan penyaluran dana Program Tabur Puja dapat dikatakan baik, rata-rata penyaluran dana yang tertunda disebabkan dari angsuran anggota program. Anggota program yang pernah mengalami penunggakan dalam pembayaran angsuran setiap bulannya akanmengalami penundaan peminjaman dana berikutnya. Penunggakan juga berpengaruh terhadap jumlah pinjaman selanjutnya, jumlahnya akan lebih sedikit dibanding sebelumnya. Bagi anggota yang tidak mengalami penunggakan maka akan mendapatkan kelancaran dalam peminjaman dan mendapatkan kenaikan jumlah pinjaman selanjutnya. Tingkat Kelancaran Pemanfaatan Tingkat kelancaran pemanfaatan Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera adalah adanya pemanfaatan dana pinjaman yang dilakukan anggota program untuk modal membuka atau mengembangkan usahanya. Tingkat kelancaran

55 37 pemanfaatan sendiri dilihat dari kehadiran dana bergulir dalam menstimulasi peningkatan dan perkembangan usaha dalam bentuk peningkatan produksi, peningkatan penjualan, peningkatan pendapatan dan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Pada Tabel 16 disajikan jumlah dan persentase tingkat kelancaran pemanfaatan pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Tabel 16 Jumlah dan persentase tingkat kelancaran pemanfaatan pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 Kategori Kelancaran Pemanfaatan Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 7 12,7 Sedang 27 49,1 Tinggi 21 38,2 Jumlah ,0 Berdasarkan Tabel 16, menunjukkan bahwa tingkat kelancaran pemanfaatan pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera cenderung berada pada kategori sedang (49,1%), sebagian lagi berada pada kategori tinggi (38,2%) dan rendah (12,7%). Banyak anggota program mengalami peningkatan dalam pendapatan karena barang untuk dijual menambah dengan adanya pinjaman, tetapi ada juga sebagian anggota program yang belum merasakan adanya manfaat dari modal yang diberikan karena jumlah dana pinjaman yang kecil. Seperti pernyataan dari salah satu responden sebagai berikut:...pendapatan sih meningkat, tapi sedikit. Uangnya cuman 2 juta paling beli barang buat dagang, jadi keuntungannya bertambah sedikit, keinginannya sih semoga uang pinjamannya bisa ditambah... -Ibu Rah, 32 tahun. Sebenarnya anggota program sudah merasakan manfaatnya walaupun sedikit, hal ini disebabkan manajemen keuangan keluarga yang masih rendah. Ketidakmampuan mengelola keuangan dalam usaha dengan kebutuhan rumah tangga membuat anggota tidak bisa menjalankan usahanya dengan baik. Seperti pernyataan salah satu responden sebagai berikut:...dana pinjaman kebanyakan dipakai untuk modal dagang saja, cukupnya cuman untuk itu, kadang kepake biaya yang tidak terduga seperti sekolah anak, atau ada keluarga yang sakit... -Ibu Nen, 50 tahun. Tingkat Kelancaran Pengembalian Tingkat kelancararan pengembalian Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera adalah adanya ketepatan pelunasan dana pinjaman, keterjangkauan angsuran pengembalian dan adanya sanksi yang diberikan kepada anggota yang menunggak. Pada Tabel 17 disajikan jumlah dan persentase tingkat kelancaran pengembalian pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera.

56 38 Tabel 17 Jumlah dan persentase tingkat kelancaran pengembalian pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 Kategori Kelancaran Pengembalian Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 1 1,8 Sedang 11 20,0 Tinggi 43 78,2 Jumlah ,0 Berdasarkan Tabel 17, menunjukkan bahwa tingkat kelancaran pengembalian pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera cenderung berada pada kategori tinggi (78,2,%). Sebagian lagi pada kategori sedang (20,0%) dan rendah (1,8%). Walaupun pada kelancaran pengembalian anggota Program Tabur Puja berada pada kategori tinggi, tetapi menurut KPI di Posdaya Sejahtera masih sering terjadi kemacetan. Masih banyak yang membayar angsuran di luar jadwal pembayaran, walaupun begitu pihak program tidak dengan seenaknya memberikan denda kepada anggotanya. Pada kasus anggota yang tidak sanggup membayara angsuran, pihak program akan memberikan solusi yang tepat sesuai kesepakatan pihak program dengan pihak anggota yang menunggak. Pihak program sendiri atau KPI tidak akan memberatkan bunga kepada anggota yang tidak sanggup membayar, anggota hanya diwajibkan membayar angsuran pokok yang sudah dipinjamnya. Pernyataan salah satu informan menyatakan:...dari 28 Posdaya yang ada di Bogor, lima Posdaya paling pertama itu adalah yang paling tinggi angka kemacetannya, termasuk Posdaya sejahtera... -Ibu WK, 27 tahun. Hubungan antara Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Pengujian hubungan antar variabel didukung oleh program SPSS Variabel yang akan dihubungkan yaitu usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, lama tinggal di suatu lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Adapun ketentuan hipotesis diterima apabila nilai signifikansi (sig-2 tailed) lebih kecil dari α (0.05), yang artinya tolak Ho atau terdapat hubungan antara kedua variabel, sebaliknya jika nilai yang didapatkan lebih besar dari α (0.05), maka terima Ho artinya hubungan antara 2 variabel tersebut tidak signifikan atau tidak terdapat hubungan. Apabila nilai signifikasi (sig-2 tailed) yang didapatkan lebih kecil dari α (0.05), dilanjutkan dengan melihat aturan nilai correlation coefficient sebagai berikut: (tidak ada hubungan), (hubungan kurang berarti), (hubungan lemah), (hubungan moderat), (hubungan kuat) (hubungan sangat kuat), >0.9 (hubungan mendekati sempurna).

57 39 Hubungan antara Usia dengan Tingkat Partisipasi Anggota Anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera dalam penelitian ini sebagian besar tergolong pada kelompok usia muda berkisar antara 21 sampai 37 tahun. Usia anggota program bagi menjadi tiga yaitu, usia muda, sedang dan tua. Penelitian ini ingin melihat apakah usia seseorang berhubungan dengan tingkat partisipasinya terhadap program, tingkat partisipasi anggota program sendiri dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pada Tabel 18 disajikan jumlah dan persentase anggota program menurut usia dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Tabel 18 Jumlah dan persentase anggota menurut usia dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 Usia Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Muda 13 65,0 5 25,0 2 10, ,0 Sedang 6 30,0 9 56,2 1 6, ,0 Tua 10 52,6 1 5,3 2 10, ,0 Pada Tabel 18, tingkat partisipasi anggota pada usia muda cenderung berada pada kategori rendah, tingkat partisipasi anggota pada usia sedang cenderung berada pada kategori sedang dan tingkat partisipasi anggota pada usia tua cenderung berada pada kategori rendah. Hal ini dikarenakan usia tidak mempengaruhi anggota dalam berpartisipasi, dengan usia yag lebih tua tidak menunjukkan bahwa pemikirannya lebih matang dari usia muda. Dalam penelitian Radjabaycolle (2013), umur masyarakat ternyata tidak berkaitan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat. Hal ini menunjukkan, bahwa dengan variasi umur berapapun setiap orang dapat kecenderungan sikap untuk mau turut berpartisipasi. Oleh karena itu, usia yang berbeda-beda menghasilkan tingkat partisipasi yang berbeda pula. Pada Tabel 19 disajikan hasil analisis hubungan kedua variabel menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Tabel 19 Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara usia dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Tingkat Partisipasi Correlation coeficien Usia Sig. (2-tailed) Tahap Pengambilan Keputusan Tahap Pelaksanaan Tahap Evaluasi Tahap Menikmati Hasil Berdasarkan Tabel 19, menunjukkan bahwa perolehan angka korelasi antara usia anggota dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan sebesar 0.946, antara usia anggota dengan tingkat partisipasi anggota

58 40 pada tahap pelaksanaan sebesar 0.494, antara usia anggota dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi sebesar dan antara usia anggota dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil Berdasarkan Tabel 19, hubungan usia dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja menunjukkan p-value (sig.( 2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara usia anggota dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa antara usia dengan tingkat partisipasi anggota pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera tidak memiliki hubungan. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Anggota Dalam penelitian didapatkan bahwa tingkat pendidikan pada anggota Program Tabur Puja sebagian berada pada kategori dengan pendidikan rendah yaitu 0-6 tahun. Penelitian ini ingin melihat apakah pendidikan yang didapatkan anggota program akan berhubungan dengan partisipasi masing-masing anggota tersebut. Pada Tabel 20 disajikan jumlah dan persentase anggota menurut tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Tabel 20 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 Tingkat Pendidikan Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Rendah 13 52,0 9 36,0 3 12, ,0 Sedang 13 72,2 4 22,2 1 5, ,0 Tinggi 3 25,0 8 66,7 1 8, ,0 Pada Tabel 20, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota pada tingkat pendidikan rendah cenderung berada pada kategori rendah, tingkat partisiasi anggota pada tingkat pendidikan sedang cenderung pada kategori rendah dan tingkat partisipasi anggota pada tingkat pendidikan tinggi berada pada kategori sedang. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan tidak mempengaruhi individu tersebut dalam berpartisipasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang umumnya memiliki kesibukan yang lebih tinggi dalam hal pekerjaan, walaupun dengan tingkat pendidikan yang tinggi mereka mengerti arti penting dari berpartisipasi, tetapi mereka tidak bisa meninggalkan kesibukan pekerjaan mereka. Umumnya anggota yang memiliki tingkat pendidikan tinggi meminjam dana untuk pekerjaan sampingan, karena mereka memiliki pendapatan dari pekerjaan lain. Hal ini sesuai dengan penelitian Jalieli (2013), tidak adanya kecenderungan hubungan antara tingkat pendidikan formal responden dengan tingkat partisipasi dikarenakan perbedaan prioritas yang dimiliki oleh setiap

59 41 responden. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, semakin banyak kesibukan yang mereka miliki. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan tinggi memiliki pekerjaan utama yang lebih menjadi prioritas mereka, seperti bekerja sebagai aparat desa atau berdagang, menjadi supir atau kuli bangunan yang berarti mereka tidak selalu bisa datang menghadiri perkumpulanperkumpulan karena ada prioritas lain yang mereka miliki. Pada Tabel 21 disajikan hasil analisis hubungan kedua variabel menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Tabel 21 Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Tingkat Partisipasi Correlation coeficien Tingkat Pendidikan Sig. (2-tailed) Tahap Pengambilan Keputusan Tahap Pelaksanaan Tahap Evaluasi Tahap Menikmati Hasil Berdasarkan Tabel 21, menunjukkan bahwa perolehan angka korelasi antara tingkat pendidikan anggota dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan sebesar 0.165, antara tingkat pendidikan anggota dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan sebesar 0.785, antara tingkat pendidikan anggota dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi sebesar dan antara tingkat pendidikan anggota dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil Berdasarkan Tabel 21, hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja menunjukkan p-value (sig.( 2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara tingkat pendidikan anggota dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi anggota pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera tidak memiliki hubungan. Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi Anggota Dalam penelitian pendapatan pada anggota Program Tabur Puja dibagi menjadi 3 kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pada kategori rendah berkisar dibawah Rp Pada kategori sedang berkisar antara Rp Rp dan tinggi berkisar diatas Rp Pada anggota program sendiri tingkat pendapatan cenderung berada pada kategori sedang. Rendahnya pendapatan anggota program sendiri masih berhubungan dengan tingkat pendidikan anggota yang masih rendah juga. Pada Tabel 22 disajikan jumlah dan persentase anggota menurut tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera.

60 42 Tabel 22 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 Tingkat Pendapatan Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Rendah 8 47,1 7 41,2 2 11, ,0 Sedang 15 51, , ,0 Tinggi 6 66,7 2 22,2 1 11, ,0 Tabel 22, menunjukkan bahwa pada anggota program yang memiliki tingkat pendapatan rendah, sedang dan tinggi cenderung memiliki tingkat partisipasi yang rendah terhadap program. Ekonomi yang rendah pada umunya memang mempengaruhi seseorang dalam mengikuti program untuk memperbaiki kehidupannya. Akan tetapi pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera sendiri pendapatan anggota tidak mempengaruhi anggota tersebut untuk ikut berpartisipasi sepenuhnya pada program. Pada Tabel 23 disajikan hasil analisis hubungan kedua variabel menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Tabel 23 Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Tingkat Partisipasi Correlation coeficien Tingkat Pendapatan Sig. (2-tailed) Tahap Pengambilan Keputusan Tahap Pelaksanaan Tahap Evaluasi Tahap Menikmati Hasil Berdasarkan Tabel 23, menunjukkan bahwa perolehan angka korelasi antara tingkat pendapatan anggota dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan sebesar 0.603, antara tingkat pendapatan anggota dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan sebesar 0.560, antara tingkat pendapatan anggota dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi sebesar dan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil Berdasarkan Tabel 23, hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja menunjukkan p-value (sig.( 2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Oleh karena itu antara tingkat pendapatan anggota dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil tidak memiliki hubungan.

61 43 Hubungan antara Lama Tinggal di Suatu Lingkungan Sosial dengan Tingkat Partisipasi Anggota Pada penelitian ini melihat lama tinggalnya anggota pada wilayah penelitian yaitu Posdaya Sejahtera yang berada di RW 06, Kampung Batuhulung, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Lama tinggalnya anggota pada wilayah penelitian apakah berhubungan dengan partisipasinya dalam program. Lama tinggal di suatu lingkungan sosial anggota dibagi menjadi dua kategori yaitu asli dan pendatang. Warga asli yaitu seseorang yang tinggal disuatu wilayah dari dia lahir hingga sekarang, sedangkan warga pendatang yaitu seseorang yang tinggal di suatu wilayah dimana wilayah tersebut bukan tempat dia dilahirkan. Anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera hampir keseluruhan adalah warga asli, hanya sebagian kecil yang merupakan warga pendatang. Pada Tabel 24 disajikan jumlah dan persentase menurut tingkat lama tinggal di suatu lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Tabel 24 Jumlah dan persentase menurut tingkat lama tinggal di suatu lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 Lama tinggal Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Pendatang 3 50,0 3 50, ,0 Asli 26 53, ,7 5 10, ,0 Pada Tabel 24, menunjukkan bahwa pada anggota yang merupakan warga asli cenderung memiliki tingkat partisipasi pada kategori rendah dan pada anggota yang merupakan warga pendatang cenderung memiliki tingkat partisipasi pada kategori rendah dan sedang. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin lama anggota tinggal di lingkungan sosialnya tidak mempengaruhi rasa memiliki yang tinggi pada program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Pada Tabel 25 disajikan hasil analisis hubungan kedua variabel menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Tabel 25 Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara lama tinggal di suatu lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Tingkat Partisipasi Lama Tinggal di Suatu Lingkungan Sosial Correlation coeficien Sig. (2-tailed) Tahap Pengambilan Keputusan Tahap Pelaksanaan Tahap Evaluasi Tahap Menikmati Hasil

62 44 Berdasarkan Tabel 25, menunjukkan bahwa perolehan angka korelasi antara lama tinggal anggota di suatu lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan sebesar 0.893, antara lama tinggal anggota di suatu lingkungan sosialdengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan sebesar 0.333, antara lama tinggal anggota di suatu lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi sebesar dan antara lama tinggal anggota di suatu lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil Berdasarkan Tabel 25, hubungan antara lama tinggal di suatu lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja menunjukkan p-value (sig.(2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara lama tinggal anggota di wilayah penelitian dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa lama tinggal di suatu lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera tidak memiliki hubungan. Hubungan antara Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Pengujian hubungan antar variabel didukung oleh program SPSS Variabel yang akan dihubungkan yaitu tingkat interaksi anggota dan pengelola program, tingkat pelayanan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Adapun ketentuan hipotesis diterima apabila nilai signifikansi (sig-2 tailed) lebih kecil dari α (0.05), yang artinya tolak Ho atau terdapat hubungan antara kedua variabel, sebaliknya jika nilai yang didapatkan lebih besar dari α (0.05), maka terima Ho artinya hubungan antara 2 variabel tersebut tidak signifikan atau tidak terdapat hubungan. Apabila nilai signifikasi (sig-2 tailed) yang didapatkan lebih kecil dari α (0.05), dilanjutkan dengan melihat aturan nilai correlation coefficient sebagai berikut: (tidak ada hubungan), (hubungan kurang berarti), (hubungan lemah), (hubungan moderat), (hubungan kuat) (hubungan sangat kuat), >0.9 (hubungan mendekati sempurna). Hubungan antara Tingkat Interaksi Anggota dan Pengelola Program dengan Tingkat Partisipasi Anggota Dalam penelitian ini tingkat interaksi anggota dan pengelola program dilihat apakah memiliki hubungan yang baik atau buruk. Penelitian ini juga melihat ada atau tidaknya hubungan antara kedua belah pihak yang terjalin akan mempengaruhi partisipasi anggota terhadap program. Pada penelitian didapatkan bahwa tingkat interaksi anggota dan pengelola program dikatakan baik. Pada Tabel 26 disajikan jumlah dan persentase anggota menurut tingkat interaksi

63 45 anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Tabel 26 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 Tingkat Interaksi Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Rendah 0 0,0 0 0,0 0 0, ,0 Sedang 0 0, ,0 0 0, ,0 Tinggi 29 53, ,1 5 9, ,0 Pada Tabel 26, menunjukkan bahwa tingkat interaksi anggota dan pengelola program pada kategori sedang cenderung memiliki tingkat partisipasi pada kategori sedang pula dan tingkat interaksi anggota dan pengelola program pada kategori tinggi cenderung memiliki tingkat partisipasi rendah. Hal ini menunjukkan hubungan yang terjalin antara anggota dengan pengelola tidak mempengaruhi anggota dalam berpartisipasi penuh terhadap program. Pada Tabel 27 disajikan hasil analisis hubungan kedua variabel menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Tabel 27 Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Tingkat Partisipasi Correlation coeficien Tingkat Interaksi Sig. (2-tailed) Tahap Pengambilan Keputusan Tahap Pelaksanaan Tahap Evaluasi * Tahap Menikmati Hasil Keterangan : * Berkorelasi sangat nyata pada α=0.05 ** Berkorelasi sangat nyata pada α=0.01 Berdasarkan Tabel 27, menunjukkan bahwa perolehan angka korelasi hubungan antara tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan sebesar 0.695, antara tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan sebesar 0.258, antara tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi sebesar danantara tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggotapada tahap menikmati hasil Berdasarkan Tabel 27, hubungan tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan dan menikmati hasil menunjukkan p-value (sig.(2-tailed)) > (α

64 46 (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan dan menikmati hasil menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa antara tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan dan menikmati hasil Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera tidak memiliki hubungan. Hasil korelasi antara tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi menunjukkan p-value (sig.(2-tailed)) < (α (0.05)) maka tolak Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kedua variabel tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa antara tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera memiliki hubungan. Pada hasil yang didapatkan bahwa tingkat interaksi anggota dan pengelola program berhubungan dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi. Pada tahap evaluasi diadakan setiap minggu bersamaan dengan jadwal pembayaran angsuran angggota, maka dari itu tidak heran jika kehadiran anggota pada saat evaluasi tinggi. Anggota program lebih banyak yang memilih membayar angsuran langsung kepada asisten kredit dibandingkan dengan Kader dan ketua kelompok. Selain itu, mereka bisa mengungkapkan langsung permasalahan yang mereka alami kepada asisten kredit. Tjokroamidjojo dikutip Girsang (2011), mengnungkapkan faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam partisipasi masyarakat adalah faktor komunikasi berupa gagasan, ide, kebijaksanaan dan rencana-rencana baru akan mendapat dukungan bila diketahui dan dimengerti oleh masyarakat. Semakin efektif komunikasi antara tim pendamping, tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat yang mengikuti program pinjaman bergulir dapat berdampak terhadap tingkat partisipasi masyarakat yang efektif pula. Hubungan antara Tingkat Pelayanan Pengelola Program dengan Tingkat Partisipasi Anggota Pada penelitian hasil yang didapatkan dalam tingkat pelayanan pengelola program dapat dikatakan tinggi atau memuaskan dengan persentase 89,1 %. Hampir keseluruhan anggota program telah merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola program seperti ketua Posdaya, para Kader Tabur Puja dan Asisten Kredit yang merupakan salah satu pihak Program Tabur Puja. Hal ini juga akan dilihat apakah pelayanan yang diberikan oleh pengelola berhubungan dengan partisipasi anggota Program Tabur Puja. Pada Tabel 28 disajikan jumlah dan persentase anggota menurut tingkat pelayanan pengelola dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera.

65 47 Tabel 28 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat pelayanan pengelola dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 Tingkat Pelayanan Tidak memuaskan Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % 2 33,3 3 50,0 1 16, ,0 Memuaskan 27 55, , ,0 Pada Tabel 28, menunjukkan hampir seluruh anggota merasakan puas atas pelayanan yang diberikan oleh pengelola program, tetapi tingkat partisipasinya sendiri masih banyak yang berada pada kategori rendah dan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh pengelola tidak mempengaruhi individu tersebut dalam berpartisipasi terhadap program. Pada Tabel 29 disajikan hasil analisis kedua varibel menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Tabel 29 Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat pelayanan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Tingkat Partisipasi Tingkat Pelayanan Pengelola Program Correlation coeficien Sig. (2-tailed) Tahap Pengambilan Keputusan Tahap Pelaksanaan Tahap Evaluasi Tahap Menikmati Hasil Berdasarkan Tabel 29, menunjukkan perolehan angka korelasi hubungan antara tingkat pelayanan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan sebesar 0.083, antara tingkat pelayanan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan sebesar 0.847, antara tingkat pelayanan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi sebesar dan antara tingkat pelayanan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil Berdasarkan Tabel 29, hubungan antara tingkat pelayanan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil menunjukkan p-value (sig.(2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara hubungan tingkat pelayanan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara kedua variabel tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa antara tingkat pelayanan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera tidak memiliki hubungan.

66 48 Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan Tingkat Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Pengujian hubungan antar variabel didukung oleh program SPSS Variabel yang akan dihubungkan yaitu tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil dengan tingakt kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Adapun ketentuan hipotesis diterima apabila nilai signifikansi (sig-2 tailed) lebih kecil dari α (0.05), yang artinya tolak Ho atau terdapat hubungan antara kedua variabel, sebaliknya jika nilai yang didapatkan lebih besar dari α (0.05), maka terima Ho artinya hubungan antara 2 variabel tersebut tidak signifikan atau tidak terdapat hubungan. Apabila nilai signifikasi (sig-2 tailed) yang didapatkan lebih kecil dari α (0.05), dilanjutkan dengan melihat aturan nilai correlation coefficient sebagai berikut: (tidak ada hubungan), (hubungan kurang berarti), (hubungan lemah), (hubungan moderat), (hubungan kuat) (hubungan sangat kuat), >0.9 (hubungan mendekati sempurna). Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Pengambilan Keputusan dengan Tingkat Kelancaran Program Pada penelitian dilihat mengenai tingkat partisipasi anggota program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap pengambilan keputusan, dimana dilihat apakah ada hubungan dengan tingkat kelancaran program. Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan digolongkan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pada partisipasi tahap pengambilan keputusan anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera cenderung pada kategori sedang. Pada Tabel 30 disajikan jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Tabel 30 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 Tahap Pengambilan Keputusan Tingkat Kelancaran Rendah Sedang Tinggi Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Rendah 0 0,0 5 38,5 8 61, ,0 Sedang 0 0, , , ,0 Tinggi 0 0, , ,0 Pada Tabel 30, menunjukkan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan cenderung pada kategori sedang dengan tingkat kelancaran cenderung sedang pula. Pada tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan yang ada pada kategori rendah dan tinggi cenderung memiliki tingkat kelancaran tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi

67 49 anggota pada tahap pengambilan keputusan tidak mempengaruhi kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Pada Tabel 31 disajikan hasil analisis kedua varibel menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Tabel 31 Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Tahap Pengambilan Keputusan Tingkat Kelancaran Correlation coeficien Sig. (2-tailed) Kelancaran Penyaluran Kelancaran Pemanfaatan Kelancaran Pengembalian Berdasarkan Tabel 31, menunjukkan bahwa perolehan angka korelasi hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat kelancaran penyaluran sebesar 0.535, antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat kelancaran pemanfaatan sebesar dan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat kelancaran pengembalian sebesar Berdasarkan Tabel 31, hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja menunjukkan p-value (sig.(2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat kelancaran penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera tidak memiliki hubungan. Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Pelaksanaan dengan Tingkat Kelancaran Program Pada tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera tahap pelaksanaan akan dilihat apakah mempunyai hubungan dengan kelancaran program (kelancaran penyaluran, kelancaran pemanfaatan dan kelancaran pengembalian). Tingkat partisipasi dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Sebagian anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera memiliki tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan cenderung berada pada kategori rendah. Pada tingkat kelancaran dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Tingkat kelancaran Program Tabur Puja cenderung berada pada kategori tinggi. Pada Tabel 32 disajikan jumlah dan persentase menurut tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera.

68 50 Tabel 32 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 Tingkat Kelancaran Tahap Total Rendah Sedang Tinggi Pelaksanaan Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Rendah 0 0, , , ,0 Sedang 0 0,0 5 45,5 6 54, ,0 Tinggi 0 0,0 0 0, , ,0 Pada Tabel 32, menunjukkan tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan berkategori rendah, sedang dan tinggi, semuanya memiliki tingkat kelancaran tinggi. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan tidak mempengaruhi tingkat kelancaran. Anggota program banyak yang mengandalkan para Kader dalam persoalan pelaksanaan. Kinerja para Kader dalam mengelola kegiatan pelaksanaan berarti mendapatkan hasil yang positif. Pada tingkat partisipasi anggota yang tinggi juga dikarenakan anggota yang sudah sangat dekat dengan para Kader sehingga dengan sukarela sesekali membantu Kader-Kader tersebut. Berikut hasil analisis kedua variabel dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Tabel 33 Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Tingkat Kelancaran Tahap Pelaksanaan Correlation coeficien Sig. (2-tailed) Kelancaran Penyaluran Kelancaran Pemanfaatan 0.282* Kelancaran Pengembalian Keterangan : * Berkorelasi sangat nyata pada α=0.05 ** Berkorelasi sangat nyata pada α=0.01 Berdasarkan Tabel 33, menunjukkan bahwa perolehan angka korelasi hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran penyaluran sebesar 0.703, antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran pemanfaatan sebesar dan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran pengembalian sebesar Berdasarkan Tabel 33, hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja menunjukkan p-value (sig.(2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran penyaluran dan pengembalian menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran program tidak memiliki hubungan.

69 51 Berdasarkan Tabel 33, hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran pemanfaatan Program Tabur Puja menunjukkan p-value (sig.(2-tailed)) < (α (0.05)) maka tolak Ho, artinya nilai yang dihasilkan hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran pemanfaatan menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara kedua variabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran pemanfaatan program memiliki hubungan. Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Evaluasi dengan Tingkat Kelancaran Program Pada penelitian ini ingin melihat apakah ada hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Pada tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi digolongkan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi.tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi Program Tabur Puja di Posdaya cenderung pada kategori rendah. Pada Tabel 34 disajikan jumlah dan persentase menurut tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Tabel 34 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 Tingkat Kelancaran Tahap Evaluasi Rendah Sedang Tinggi Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Rendah 0 0, , , ,0 Sedang 0 0, , ,0 Tinggi 0 0,0 2 50,0 2 50, ,0 Pada Tabel 34, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi berkategori rendah cenderung memiliki tingkat kelancaran tinggi, pada tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi berkategori sedang cenderung memiliki tingkat kelancaran tinggi dan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi berkategori tinggi memiliki tingkat kelancaran sedang dan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi tidak mempengaruhi kelancaran program. Sama halnya seperti partisipasi pada tahap pelaksanaan, anggota program mengandalkan Kader dalam kegiatan evaluasi. Maka dari itu, kinerja Kader juga berpengaruh terhadap kelancaran program ini. Pada Tabel 35 disajikan hasil analisis kedua variabel menggunakan uji korelasi Rank Spearman.

70 52 Tabel 35 Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Tingkat Kelancaran Tahap Evaluasi Correlation coeficien Sig. (2-tailed) Kelancaran Penyaluran Kelancaran Pemanfaatan Kelancaran Pengembalian Berdasarkan Tabel 35, menunjukkan perolehan angka korelasi hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran penyaluran sebesar 0.394, antara tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran pemanfaatan sebesar dan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran pengembalian sebesar Berdasarkan Tabel 35, hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran penyaluran dan pengembalian menunjukkan p-value (sig.(2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara kedua variabel tersebut. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa antara tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera tidak memiliki hubungan. Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Menikmati Hasil dengan Tingkat Kelancaran Program Pada penelitian ini ingin melihat apakah ada hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Pada partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil cenderung pada kategori rendah, sedangkan pada tingkat kelancaran cenderung pada kategori tinggi. Pada Tabel 36 disajikan jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Tabel 36 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 Tahap Menikmati Hasil Tingkat Kelancaran Rendah Sedang Tinggi Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Rendah 0 0, ,0 0 0, ,0 Sedang 0 0, , ,0 Tinggi 0 0, ,0

71 53 Pada Tabel 36, menunjukkan tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil berkategori rendah cenderung memiliki tingkat kelancaran yang sedang, tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil berkategori sedang cenderung memiliki tingkat kelancaran yang sedang pula dan pada tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil yang tinggi cenderung memiliki tingkat kelancaran yang tinggi pula. Hal ini dapat menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil mempunyai pengaruh terhadap kelancaran program. Pada Tabel 37 disajikan hasil analisis kedua variabel menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Tabel 37 Koefisien korelasi Spearman (r s ) antara tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera Tahap Menikmati Hasil Tingkat Partisipasi Correlation coeficien Sig. (2-tailed) Kelancaran Penyaluran 0.419** Kelancaran Pemanfaatan 0.592** Kelancaran Pengembalian 0.382** Keterangan : * Berkorelasi sangat nyata pada α=0.05 ** Berkorelasi sangat nyata pada α=0.01 Berdasarkan Tabel 37, menunjukkan perolehan angka korelasi hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran penyaluran sebesar 0.001, antara tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran pemanfaatan sebesar dan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap menikimati hasil dengan tingkat kelancaran pengembalian sebesar Berdasarkan Tabel 37, hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian menunjukkan p-value (sig.(2-tailed)) < (α (0.05)) maka tolak Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kedua variabel tersebut. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa antara tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera memiliki hubungan. Hal ini dikarenakan partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil berpengaruh pada kelancaran sebuah program, dimana penyaluran dana yang diberikan oleh pengelola sangat baik, tepat waktu dan tepat sasaran. Pada partisipasi anggota dalam tahap menikmati hasil berarti mereka menggunakan dana sepenuhnya untuk keperluan usaha dan mereka berhasil memanfaatkan dana tersebut untuk menambah pengahasilan ataupun produksi. Dengan dana yang diberikan secara tepat waktu, pemanfaatan dana yang digunakan untuk keperluan usaha, menjadikan pengembalian dana oleh anggota mengalami kelancaran.

72 54 Ikhtisar Dari hasil dan pembahasan pada faktor internal diperoleh usia anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera cenderung berada pada kategori usia muda, tingkat pendidikan anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera cenderung berada pada kategori rendah, tingkat pendapatan anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera cenderung berada pada kategori sedang dan anggota program yang bertempat tinggal di wilayah Posdaya Sejahtera masih didominasi oleh warga asli. Pada faktor eksternal diperoleh tingkat interaksi anggota dan pengelola Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera cenderung berada pada kategori tinggi dan tingkat pelayanan dari pengelola Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera cenderung berada pada kategori tinggi atau memuaskan. Pada tingkat partisipasi anggota terhadap program diperoleh tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap pengambilan keputusan cenderung berada pada kategori sedang, tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap pelaksanaan cenderung berada pada kategori rendah, tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap evaluasi cenderung berada pada kategori rendah dan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap menikmati hasil cenderung berada pada kategori tinggi. Pada tingkat kelancaran program, diperoleh tingkat penyaluran pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera cenderung berada pada kategori tinggi, tingkat kelancaran pemanfaatan pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera cenderung berada pada kategori sedang dan tingkat kelancaran pengembalian pada Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera cenderung berada di kategori tinggi Berdasarkan hasil uji Rank Spearman hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil, tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil, tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil, tidak terdapat hubungan antara lama tinggal di suatu lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil, tidak terdapat hubungan antara tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan dan menikmati hasil. Berdasarkan hasil uji Rank Spearman hubungan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi diperoleh bahwa terdapat hubungan antara tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi, tidak terdapat hubungan antara tingkat pelayanan pengelola program dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil, tidak terdapat hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat kelancaran

73 penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian, tidak terdapat hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat penyaluran dan pengembalian, tidak terdapat hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat penyaluran dan pengembalian, tidak terdapat hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian dan terdapat hubungan antara tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran penyaluran, pemanfaatan dan menikmati hasil. 55

74 56

75 57 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Faktor Internal yang meliputi karakteristik anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera seperti usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lama tinggal di suatu lingkungan sosial tidak memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi pada seluruh tahapan. (2) Pada hubungan antara tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi anggota pada tahapan pengambilan keputusan, pelaksanaan dan menikmati hasil. Pada hubungan antara tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi pada tahapan evaluasi. Pada tingkat pelayanan pengelola program tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi pada seluruh tahapan. (3) Pada tahap pengambilan keputusan tidak memiliki hubungan dengan keseluruhan tingkat kelancaran. Pada tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan tidak memiliki hubungan kelancaran penyaluran dan pengembalian, tetapi memiliki hubungan dengan tingkat kelancaran pemanfaatan. Pada tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi tidak memiliki hubungan dengan keseluruhan tingkat kelancaran program. Pada tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil memiliki hubungan dengan keseluruhan tingkat kelancaran. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan masukan atau saran di antaranya sebagai berikut: (1) Harus adanya koordinasi yang baik antara Kader dan asisten kredit, memilih Kader yang jujur dan berkualitas, serta menumbuhkan rasa kepercayaan kembali anggota program kepada Kader dan ketua Posdaya. (2) Harus adanya perubahan pemikiran pada anggota program bahwa partisipasi anggota sangat penting bagi program itu sendiri, tidak hanya Kader dan Ketua Posdaya yang bertanggung jawab. (3) Dana peminjaman yang diberikan dari program seharusnya dapat disesuaikan dengan usaha apa yang akan di jalankan, bantuan akan pemasaran juga perlu diadakan terlebih keseluruhan anggota mempunyai usaha masing-masing.

76 58

77 59 DAFTAR PUSTAKA Ainiya R Tingkat Partisipasi dan Efektivitas Lembaga Keuangan Mikro di Posdaya Sauyunan. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Aprianto Y Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan Berbasis Masyarakat (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW03, Kelurahan Rajawati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Berampu AC Manfaat Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah. [Skripsi]. [Internet]. [Dikutip tanggal 18 Januari 2015]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari: id/bitstream/handle/ /71943/i14acb.pdf?sequance=1 Dalimunthe NCJ Analisis Implementasi LKM Posdaya Kenanga Terhadap Tingkat Pendapatan Pelaku Usaha Mikro di Kelurahan Situ Gede. [Skripsi]. [Internet]. [Dikutip tanggal 28 Juni 2015]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari: andle/ /67518/i13ncj.pdf?sequwncw=1 Fitriyanti N Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Girsang LJ Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan (Kasus: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)-Mnadiri Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor). [Skripsi]. [Internet]. [Dikutip tangggal 10 Agustus 2015]. Dapat diunduh dari: /49980/i111jg.pdf Ismail Z, Nugorho AE, Adam L, Listiani N, Saptia Y, Purwanto, Kristianto B Peranan Lembaga Keuangan Mikro Non-Bank dalam Pembiayaan Usaha Mikro. Jakarta (ID): LIPI Press. 122 hal. Komite Standar Akuntasi Pemerintahan Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 Mengenai Akuntansi Dana Bergulir. [Internet]. [Dikutip tanggal 06 November 2014]. Jakarta (ID): Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Dapat diunduh dari: letin/bultek07.pdf Jalieli A Tingkat Partisipasi dan Keberdayaan Petani Alumni Program SL- PTT di Desa Gegesik Wetan Kabupaten Cirebon. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kuryono Faktor yang Mendukung Kelancaran Program PPL Mahasiswa PPKHB Penjas Orkes FIK UNY di Kabupaten Malang. [Skripsi]. [Internet]. [Dikutip tanggal 28 Juni 2015]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta. Dapat diunduh dari: Mahfudz Analisis Kinerja Dana Bergulir Terhadap Pengembangan Usaha Mikro Dan Kecil. Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis. [Internet]. [Dikutip tanggal 24 Januari 2014]. 3(1) Dapat diunduh dari: nisnu.com/index.php/jdeb/ article/download/57/89

78 60 Marantika CR Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro (Studi Kasus pada PT Bank BRI (Persero) Tbk. Unit Tawangsari II, Cabang Sukoharjo Tahun 2013). [Skripsi]. [Internet]. [Dikutip tanggal 28 Juni 2015]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Dapat diunduh dari: d/39014/1/marantika.pdf Muljono P, Mintarti MYB, Dewi MHKP Cara Mengenal Posdaya. Bogor (ID): IPB Press. 117 hal. Mushofiah Pengaruh Tingkat Partisipasi Sasaran dalam Kegiatan Posyandu terhadap Status Gizi Anak di Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. [Internet]. [Dikutip tanggal 18 Januari 2014]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari: df?sequence=1 Nugraha RDI Implementasi Kebijakan Dana Bergulir Bagi Usaha Kecil dalam Penanggulangan Kemiskinan di Desa Pait Kecamatan Long Ikis Kabupaten Pasir.Jurnal Ilmu Pemerintahan. [Internet]. [Dikutip tanggal 25 Oktober 2014]. 2(1) Dapat diunduh dari: fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2014/03/journal%20( ).pdf Nuryanti T Hubungan antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [PMK] Peraturan Menteri Keuangan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir Pada Kementerian Negara/Lembaga. [Internet]. [Dikutip tanggal 8 Juli 2015]. Dapat diunduh dari: oad/kategori/77/4-peraturan-menteri/ Radjabaycolle RL Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Cikapundung, di Kelurahan Dago, Bandung. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Satriani I, Muljono P Komunikasi Partisipatif pada Program Pos Pemberdayaan Keluarga. Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik. [Internet]. [Dikutip tanggal 08 Juli 2015] Dapat diunduh dari: Setiawan AH, Rejekiningsih TW Dampak Program Dana Bergulir Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Jurnal. [Internet]. [Dikutip tanggal 25 Oktober 2014]. 11(1) Dapat diunduh dari: nggala.ac.id/index.php/asetwm/ article/download/41/34 Singarimbun E, Effendi S Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): Pustaka LP3ES. 336 hal. Siregar S Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group. 548 hal. Theresia A, Andini KS, Nugraha PGP, Mardikanto T Pembangunan Berbasis Masyarakat Acuan Bagi Praktisi, Akademis dan Pemerhati Pengembangan Masyarakat. Bandung (ID): ALFABETA. 324 hal. [UU] Undang-Undang Republik Indonesia Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Permata Press.

79 Usman Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemacetan Pinjaman Bergulir Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat di Kota Gorontalo. Jurnal. [Internet]. [Dikutip tanggal 28 Juni 2015]. Dapat diunduh dari: Yang-Mempengaruhi-Kemacetan-Pinjaman-Bergulir-Pada-Program-Nasional -Pemberdayaan-Masyarakat-di-Kota-Gorontalo.pdf Walpole RE Pengantar Statistika. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. 516 hal. 61

80 62

81 LAMPIRAN 63

82 64

83 Lampiran 1 Sketsa lokasi penelitian ( Posdaya Sejahtera) 65

Dampak Program Dana Bergulir Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) The Impact of Revulving Fund Program To Small and Medium Enterprises

Dampak Program Dana Bergulir Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) The Impact of Revulving Fund Program To Small and Medium Enterprises Aset, September 2009, hal. 109-115 Vol. 11 No. 2 ISSN 1693-928X Dampak Program Dana Bergulir Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) The Impact of Revulving Fund Program To Small and Medium Enterprises ACHMA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA PINJAMAN BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas manusia sebagai sumberdaya pembangunan merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. Indonesia pada September tahun

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR 1 BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pembangunan perekonomian nasional bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim pengembangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT PESERTA POSDAYA SAUYUNAN DESA CIHERANG TRI NURYANTI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT PESERTA POSDAYA SAUYUNAN DESA CIHERANG TRI NURYANTI i HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT PESERTA POSDAYA SAUYUNAN DESA CIHERANG TRI NURYANTI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) 1. Pengertian Usaha Kecil Menengah dan Mikro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) 1. Pengertian Usaha Kecil Menengah dan Mikro 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) 1. Pengertian Usaha Kecil Menengah dan Mikro Definisi UMKM menurut Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN RIAU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka PUAP adalah sebuah program peningkatan kesejahteraan masyarakat, merupakan bagian dari pelaksanaan program

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini terkait dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan ekonomi tidak tersebar secara merata

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN USAHA KECIL DENGAN PENYEDIAAN DANA BERGULIR PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 36 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PADA PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM

PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM Latar Belakang Dalam rangka memberikan akses terhadap sumberdaya finansial bagi masyarakat miskin dan sektor informal, pengembangan keswadayaan

Lebih terperinci

SKRIPSI STUDI KOMPARATIF PERAN KOPERASI SIMPAN PINJAM BINA BERSAMA DAN BMT INSANI DALAM PENGEMBANGAN UMK DI KOTA PADANGSIDIMPUAN OLEH

SKRIPSI STUDI KOMPARATIF PERAN KOPERASI SIMPAN PINJAM BINA BERSAMA DAN BMT INSANI DALAM PENGEMBANGAN UMK DI KOTA PADANGSIDIMPUAN OLEH SKRIPSI STUDI KOMPARATIF PERAN KOPERASI SIMPAN PINJAM BINA BERSAMA DAN BMT INSANI DALAM PENGEMBANGAN UMK DI KOTA PADANGSIDIMPUAN OLEH INDAH KOMALA SARI SIREGAR 080523012 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; 7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Kegiatan

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE SALINAN WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Setelah beberapa dekade pembangunan pertanian di Indonesia, ternyata pembangunan belum mampu meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menjadi penyebabnya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk mendorong terjadinya perubahan yang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian METODE KAJIAN Tipe Dan Aras Kajian Tipe Kajian Tipe kajian dalam kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang Mengingat : a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG Pengembangan masyarakat adalah suatu gerakan yang di rancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PADA UNIT PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI USAHA MIKRO DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

PNM Permodalan Nasional Madani

PNM Permodalan Nasional Madani Mendorong Akselerasi Intermediasi kepada Usaha Mikro dan Kecil melalui Linkage Program Abdul Salam Direktur PT (Persero) Seminar Linkage Program Gema PKM & Bank Indonesia 27 Agustus 2004 PT. (Persero)

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 122 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam Rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri, yang bertujuan untuk mempercepat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Gambar 1.1 Logo UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Sumber: www.pnpmkabbandung.wordpress.com

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-1998 belum menunjukkan angka yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha mikro dan informal merupakan sektor usaha yang telah terbukti berperan strategis atau penting dalam mengatasi akibat dan dampak dari krisis ekonomi yang pernah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Upaya penanganan kemiskinan sejak zaman pemerintah Orde Baru sudah dirasakan manfaatnya, terbukti dari jumlah penurunan jumlah penduduk miskin yang terjadi antara tahun 1976

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali pada tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal

Lebih terperinci

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN 111 BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN Sekalipun pelaksanaan P2FM-BLPS di Kabupaten Bogor mengalami berbagai kendala, namun program tersebut sangat mendukung kebijakan pemberdayaan

Lebih terperinci

KONSEP OPERASIONAL UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI INPRES DESA TERTINGGAL

KONSEP OPERASIONAL UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI INPRES DESA TERTINGGAL KONSEP OPERASIONAL UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI INPRES DESA TERTINGGAL Jakarta, 9 Maret 1994 KONSEP OPERASIONAL UPAYA PENAGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI INPRES DESA TERTINGGAL Pendahuluan Upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUKM) dewasa ini telah diatur di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah program nasional yang menjadi kerangka dasar dan acuan pelaksanaan program-program pengentasan

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk penanggulangan kemiskinan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk penanggulangan kemiskinan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan memang telah ada sejak kala. Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk penanggulangan kemiskinan dengan meluncurkan program-program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha Oleh : Nama : Debby Fuji Lestari NIM : 2107130015 Kelas : 2D Dosen : Ade Suherman, M.Pd PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. ingin membuat usaha tetapi kekurangan dana dalam pembuatan usaha mereka.

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. ingin membuat usaha tetapi kekurangan dana dalam pembuatan usaha mereka. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam perekonomian yang dihadapi dan sedang dijalankan pada saat ini, ada sekelompok masyarakat kecil dalam kedudukan ekonomi yang kuat dan menguasai sebagian besar

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN HASIL PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak terjadinya krisis tahun 1998, perekonomian Indonesia belum sepenuhnya pulih kembali. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang berada di atas 8% sebelum

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... Halaman Persembahan... Halaman Kata Pengantar... Daftar Isi...

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN HASIL KEGIATAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT (Kasus: Program PHT Desa Karangwangi, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon) LUKI SANDI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU).

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU). Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Serba Usaha (KSU) di Kecamatan Denpasar Selatan Nama : I Gede Andika Miarta NIM : 1306105118 Abstrak Koperasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN (Studi Kasus di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB) CHANDRA APRINOVA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 @ Hak Cipta

Lebih terperinci

B A B 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

B A B 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan 5 B A B 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Tidak mudah bagi Pemda DKI Jakarta menemukan model pemberdayaan masyarakat yang tepat. Untuk merumuskan inovasi tersebut Pemda DKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi masyarakat Indonesia saat ini sungguh memprihatinkan dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk tersebut dapat terlihat

Lebih terperinci