HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT PESERTA POSDAYA SAUYUNAN DESA CIHERANG TRI NURYANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT PESERTA POSDAYA SAUYUNAN DESA CIHERANG TRI NURYANTI"

Transkripsi

1 i HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT PESERTA POSDAYA SAUYUNAN DESA CIHERANG TRI NURYANTI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 ii

3 iii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Tri Nuryanti NIM I

4 ii

5 iii ABSTRAK TRI NURYANTI. Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat peserta Posdaya Sauyunan beserta faktor internal dan eksternal yang mengarahkannya. Penelitian ini melibatkan sebanyak 72 orang masyarakat peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan evaluasi program Posdaya sangat rendah, tetapi pada pelaksanaan program tingkat partisipasi cukup tinggi. Kemandirian masyarakat baik dalam kemandirian intelektual, material dan manajemen sudah tergolong tinggi. Baik tingkat partisipasi maupun kemandirian masyarakat lebih dipengaruhi oleh faktor internal masyarakat. Selain itu, tingkat partisipasi berhubungan sangat nyata dengan kemandirian intelektual, namun pada kemandirian material dan manajemen tidak berhubungan nyata. Kata kunci: partisipasi, kemandirian, pemberdayaan masyarakat, dan Posdaya Sauyunan ABSTRACT TRI NURYANTI. Relationship between levels of participation with community independence participant Posdaya Sauyunan in Ciherang Village. Supervised by PUDJI MULJONO. This study aimed to analyze the relationship between the level of participation in community self-reliance and its participants Posdaya Sauyunan internal and external factors that steer. The study involved 72 people as participants Posdaya Sauyunan Ciherang village District Dramaga Bogor Regency. Level of community participation in the planning and evaluation of programs Posdaya very low, but the program has a high level of participation. Independence of the community both in intellectual independence, material and management are relatively high. External factors have more influence on the level of community participation, while the independence of the community are more influenced by internal factors. The participation rate in touch with the very real intellectual independence, but the independence material and management is not significant correlated. Keywords: participation, independence, community empowerment, and Posdaya Sauyunan

6 iv

7 v HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT PESERTA POSDAYA SAUYUNAN DESA CIHERANG TRI NURYANTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

8 vi

9 Judul Skripsi: Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang Nama : Tri Nuryanti NIM : Disetujui oleh Dr Ir Pudji Muljono, MSi Pembimbing MS Tanggal Lulus: 1 6 v T 2013

10 vii Judul Skripsi : Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang Nama : Tri Nuryanti NIM : I Disetujui oleh Dr Ir Pudji Muljono, MSi Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

11 viii

12 ix PRAKATA Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan ke hadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang dengan lancar. Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Pudji Muljono, MSi yang telah membimbing, mengarahkan, serta memberikan saran dalam proses penyusunan hingga penyelesaian laporan skripsi ini. Tanpa bimbingan dan saran beliau laporan skripsi ini mungkin tidak akan terselesaikan. Terima kasih kepada Ibu Juju (Neni Hapiyudin), Ibu Nurjanah, anggota Posdaya Sauyunan, serta seluruh masyarakat Desa Ciherang khususnya warga Kampung Rawakalong RW 08 Desa Ciherang yang telah membantu, mendukung, dan memberikan saran dan informasi selama proses penelitian di lapang. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua (Bapak Nur Chadiq dan Ibu Aminah), keluarga dan teman-teman yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang terkait. Bogor, September 2013 Tri Nuryanti

13 x

14 xi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Masalah Penelitian 3 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA 5 Konsep Pemberdayaan Masyarakat 5 Konsep Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) 6 Pemberdayaan Masyarakat dalam Posdaya 8 Kemandirian 9 Partisipasi 10 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi dalam Program 11 Posdaya Kerangka Pemikiran 13 Hipotesis 14 Definisi Operasional 15 METODE PENELITIAN 19 Pendekatan Penelitian 19 Lokasi dan Waktu Penelitian 19 Teknik Pengumpulan Data 19 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 20 Validitas dan Reliabilitas 20 GAMBARAN UMUM PENELITIAN 23 Gambaran Umum Wilayah Penelitian 23 Gambaran Umum Posdaya Sauyunan 25 Faktor Internal Responden 34 Faktor Eksternal Responden 36 PARTISIPASI MASYARAKAT PESERTA PROGRAM POSDAYA 39 Partisipasi Masyarakat dalam Program Posdaya 39 Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Program Posdaya 39 Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Posdaya 39 Partisipasi Masyarakat dalam Evaluasi Program Posdaya 40 Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Masyarakat dengan Tingkat 41 Partisipasi dalam Program Posdaya Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat 41

15 xii dalam Program Posdaya Hubungan Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat 44 dalam Program Posdaya KEMANDIRIAN MASYARAKAT PESERTA PROGRAM POSDAYA 47 Kemandirian Masyarakat dalam Program Posdaya 47 Kemandirian Intelektual Masyarakat dalam Program Posdaya 47 Kemandirian Material Masyarakat dalam Program Posdaya 47 Kemandirian Manajemen Masyarakat dalam Program Posdaya 48 Hubungan Antara Faktor Internal dan Eksternal dengan Kemandirian 48 Masyarakat dalam Program Posdaya Hubungan Faktor Internal dengan Kemandirian Masyarakat dalam 49 Program Posdaya Hubungan Faktor Internal dengan Kemandirian Masyarakat dalam 51 Program Posdaya Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat 53 dalam Program Posdaya Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian 53 Masyarakat dalam Perencanaan Program Posdaya Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian 53 Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Posdaya Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian 54 Masyarakat dalam Evaluasi Program Posdaya SIMPULAN DAN SARAN 57 Simpulan 57 Saran 57 DAFTAR PUSTAKA 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN 61

16 xiii DAFTAR TABEL 1 2 Kategori, jumlah, dan persentase berdasarkan faktor internal masyarakat peserta program Posdaya Kategori, jumlah, dan persentase berdasarkan faktor eksternal masyarakat peserta program Posdaya 3 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat peserta Posdaya dalam perencanaan program 4 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat peserta Posdaya 40 dalam pelaksanaan program 5 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat peserta Posdaya 40 dalam evaluasi program 6 Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarkat 41 7 Hubungan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarkat 44 8 Jumlah dan persentase kemandirian intelektual masyarakat peserta program Posdaya 47 9 Jumlah dan persentase kemandirian material masyarakat peserta 48 program Posdaya 10 Jumlah dan persentase kemandirian manajemen masyarakat peserta 48 progam program Posdaya 11 Hubungan faktor internal dengan tingkat kemandirian masyarakat Hubungan faktor eksternal dengan tingkat kemandirian masyarakat Hubungan tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat

17 xiv DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran 14 2 Kelompok usia dan persentase penduduk Desa Ciherang Tahun Mata pencaharian dan persentase penduduk Desa Ciherang Tahun Tingkat pendidikan dan persentase penduduk Desa Ciherang Tahun 2012 Struktur kepengurusan Posdaya Sauyunan DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta lokasi penelitian 62 2 Jadwal pelaksanaan penelitian 63 3 Jumlah responden 64 4 Hasil uji validitas dan reliabilitas Hasil uji Rank Spearman Kuesioner penelitian Riwayat hidup

18 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan partisipatif erat hubungannya dengan pemberdayaan masyarakat. Pada pembangunan partisipatif maupun pemberdayaan masyarakat diperlukan upaya untuk mempersiapkan masyarakat dalam mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan agar mampu melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat people centered, participatory, empowering, and sustainable (Chambers dalam Hadi 2010). 1 Menurut Kartasasmita (1996) dalam Sumodiningrat (1999), pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah ikutsertanya masyarakat dalam perencanaan pembangunan, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, ikut serta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan (Slamet 2003). Dalam pelaksanaan program diperlukan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan syarat utama untuk mencapai keberhasilan suatu program pemberdayaan yang berbasis masyarakat agar tetap berkelanjutan. Partisipasi ini tidak hanya sebagai pengerahan tenaga masyarakat untuk melaksanakan kegiatan, tetapi lebih dari itu masyarakat harus ikut menyumbangkan pikiran, ide, pendapat, dan kreativitasnya dalam kegiatan tersebut. Masyarakat bukan sebagai obyek, melainkan harus menjadi subyek utama dari pembangunan untuk memperbaiki kehidupannya, memiliki kemampuan, dan keterampilan, sehingga mereka dapat mengatasi masalah atau kesulitan hidupnya secara mandiri. Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) merupakan sebuah gerakan untuk membangkitkan kembali budaya gotong royong di masyarakat dalam membangun kehidupan berkeluarga, dilakukan secara swadaya dengan harapan masyarakat dapat mandiri (P2SDM LPPM IPB). Menurut Yayasan Damandiri, Posdaya adalah suatu forum silaturahmi advokasi, komunikasi, informasi, edukasi, sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Posdaya merupakan wahana pemberdayaan 8 fungsi keluarga terpadu, utamanya fungsi agama atau Ketuhanan Yang Maha Esa, fungsi budaya, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi atau wirausaha dan fungsi lingkungan (Muljono et al. 2011). Pembentukan Posdaya bertujuan untuk menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan kegotongroyongan dalam suatu wadah di masyarakat, sehingga anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan saling membantu dalam mengatasi masalah yang dialami warganya terutama bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, 1 Agus Purbathin Hadi. Konsep pemberdayaan, partisipasi, dan kelembagaan dalam pembangunan.

19 2 dan lingkungan. Posdaya sebagai sebuah gagasan pemberdayaan dari, oleh, dan untuk masyarakat adalah sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang mengimplementasikan nilai-nilai kegotongroyongan di masyarakat. Posdaya adalah sebuah gerakan dengan ciri khas bottom up program, kemandirian, dan pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi (Muljono et al. 2009) Pemberdayaan masyarakat merupakan tahap awal untuk menuju kepada partisipasi masyarakat, khususnya dalam pengambilan keputusan untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat. Kemandirian juga dapat diartikan sebagai perwujudan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan perilaku yang terbaik (Hubies 1992). Dengan kata lain, pemberdayaan dilakukan agar masyarakat mampu berpartisipasi untuk mencapai suatu kemandirian. Desa Ciherang merupakan salah satu desa yang memiliki Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Posdaya di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor ini dikenal dengan nama Posdaya Sauyunan. Posdaya Sauyunan itu sendiri dibentuk pada bulan Juni tahun 2010 dengan swadaya dari masyarakat dan berbagai pihak terkait seperti Yayasan Damandiri dan LPPM IPB. Posdaya ini memiliki empat bidang utama yaitu bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang ekonomi, dan bidang lingkungan. Berbagai macam kegiatan sudah aktif dilaksanakan di Posdaya Sauyunan, seperti adanya PAUD, Posyandu, LKM Posdaya, daur ulang sampah menjadi kerajinan tangan, pembuatan usaha telur asin, dan lain sebagainya. Posdaya Sauyunan ini sudah berjalan hampir tiga tahun dengan pelaksanaan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat di Desa Ciherang. Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang tersebut maka sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Masalah Penelitian Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang? 2. Bagaimanakah tingkat kemandirian masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan Desa Ciherang? 3. Bagaimana hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan tingkat partisipasi dan tingkat kemandirian masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang? 4. Bagaimanakah hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat kemandirian masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang?

20 3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan proposal penelitian ini yaitu: 1. Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang 2. Menganalisis tingkat kemandirian masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang 3. Menganalisis faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan tingkat partisipasi dan kemandirian masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang 4. Menganilisis hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat digunakan oleh beberapa pihak sebagai berikut: 1. Bagi akademisi dan civitas akademika Penelitian ini merupakan sarana pembelajaran bagi penulis sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk disempurnakan pada penelitian di masa mendatang. 2. Bagi pemerintah Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi instansi terkait dan sumber informasi bagi pemerintah guna peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi tingkat kemiskinan melalui program Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga). 3. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dalam melihat rendahnya partisipasi masyarakat dalam program sebagai suatu permasalahan, bermanfaat dalam memberikan evaluasi program yang telah berjalan sehingga masyarakat dapat memperbaiki diri dalam berpartisipasi di program Posdaya.

21 4

22 5 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan pada hakekatnya mencakup dua aspek, yaitu to give authority to and to give ability to or enable. Dalam pengertian pertama, pemberdayaan memiliki makna memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan dan mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Pada pengertian kedua, pemberdayaan memiliki arti upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan (Friedman 1992 dalam Ernawati 2011). Selanjutnya, Friedman (1992) seperti yang dikutip oleh Ernawati (2011) juga menjelaskan bahwa pemberdayaan dapat diartikan sebagai mendapatkan kekuatan (power) dan mengkaitkannya dengan kemampuan golongan miskin untuk mendapatkan akses ke sumberdaya yang menjadi dasar dari kekuasaan dalam suatu sistem organisasi. Akses tersebut digunakan untuk mencapai kemandirian dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, golongan miskin dapat mengorganisasikan kemampuan dan potensi yang dimiliki untuk menentukan, merencanakan dan melaksanakan apa yang menjadi keputusan kolektifnya. Menurut Nasdian (2003) pemberdayaan masyarakat memiliki dua elemen pokok, yaitu kemandirian dan partisipasi. Dalam hal ini yang berorientasi memperkuat kelembagaan komunitas, maka pemberdayaan komunitas merupakan tahap awal untuk menuju partisipasi warga komunitas, khususnya dalam proses pengambilan keputusan untuk menumbuhkan kemandirian komunitas. Oleh karena itu, pemberdayaan dilakukan agar warga komunitas mampu berpartisipasi untuk mencapai kemandirian. Selain itu, Nasdian (2003) juga menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat juga memiliki dua dimensi pokok, yaitu dimensi struktural dan kultural. Dimensi struktural meliputi upaya perbaikan struktur sosial yang memungkinkan terjadinya mobilisasi sosial vertikal. Sedangkan dimensi kultural meliputi upaya untuk melakukan perubahan perilaku ekonomi, peningkatan pendidikan sikap terhadap pengembangan teknologi, dan kebiasaan masyarakat setempat. Konsep tentang instrumen proses pemberdayaan dapat dipakai untuk menilai apakah program pendampingan telah berbasis pemberdayaan atau belum. Verhagen (1996) yang dikutip oleh Hikmat (2004) merumuskan instrumen untuk menilai implementasi dari kegiatan pemberdayaan masyarakat. Instrumen tersebut adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi kelompok sasaran Setiap calon sasaran program pemberdayaan diseleksi agar tepat sasaran. 2. Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris Masyarakat (tidak terkecuali perempuan) dilibatkan dalam identifikasi masalah dan perencanaan kegiatan usaha. Hal ini dilakukan agar perencanaan yang dilaksanakan dapat bermanfaat karena telah sesuai dengan kebutuhan, kondisi, serta potensi yang dimiliki. 3. Pendidikan dan pelatihan timbal balik Salah satu penyebab masyarakat tidak berdaya adalah kurangnya pengetahuan serta keterampilan. Oleh sebab itu, perlu adanya pendidikan dan

23 6 pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, serta lebih memperhatikan potensi dan sumberdaya lokal. 4. Mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang pelayanan dan kemudahan akses terhadap sumberdaya diperlukan untuk mendukung kegiatan pendidikan dan pelatihan. Selian itu, masyarakat hendaknya juga dibimbing untuk menghimpun modal atau sumberdaya secara mandiri. 5. Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan Salah satu kelemahan dari sektor usaha kecil adalah lemahnya manajemen dan administrasi usaha sehingga mereka tidak berkembang. Oleh karena itu, pembinaan dan pengarahan di dalam mengelola kegiatan usaha harus dilakukan. Dengan demikian mereka akan belajar bagaimana mengatur manajemen usahanya. 6. Pengembangan gerakan dan perluasan proses Kegiatan pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menjangkau banyak sasaran. Oleh sebab itu, dibutuhkan peran aktif dari berbagai pihak. 7. Pengembangan jaringan dan pihak ketiga di luar LSM dan kelompok Pembinaan hubungan kemitraan dengan pihak lain diperlukan agar usaha kelompok sasaran dapat berkembang. 8. Evaluasi terus-menerus sebagai upaya menciptakan mekanisme umpan balik Evaluasi baik terhadap strategi, metode dan kinerja sangat diperlukan karena dapat dimanfaatkan untuk mengetahui proses perencanaan, pelaksanaan, efek, dampak yang ditimbulkan. Dengan demikian dapat diketahui hal penting yang seharusnya diperbaiki dalam perencanaan selanjutnya. Konsep Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) muncul untuk merespon Instruksi Presiden No. 3 tahun 2010 yang menekankan pada pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat dan keluarga. Menurut Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia LPPM IPB, Posdaya adalah sebuah gerakan untuk membangkitkan kembali budaya gotong royong di masyarakat dalam membangun kehidupan berkeluarga, dilakukan secara swadaya dengan harapan masyarakat dapat mandiri. Selain itu, menurut Yayasan Damandiri Posdaya adalah suatu forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi, sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan yang dijadikan wahana pemberdayaan delapan fungsi keluarga secara terpadu, terutama fungsi agama atau Ketuhanan Yang Maha Esa, fungsi budaya, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi atau wirausaha dan fungsi lingkungan (Muljono et al. 2011). Posdaya memiliki program utama yang terbagi dalam empat bidang yaitu bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Program tersebut diharapkan dapat menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan kegotongroyongan dalam suatu wadah di masyarakat, sehingga seluruh anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan saling membantu dalam mengatasi masalah mereka (Muljono et al. 2011).

24 7 Pengembangan Posdaya menurut Suyono dan Haryanto (2009) ditujukan untuk tercapainya hal-hal sebagai berikut: 1. Dihidupkannya dukungan sosial budaya atau modal sosial seperti budaya hidup gotong royong dalam masyarakat untuk saling peduli sesama anak bangsa, saling tolong menolong antar keluarga dengan keluarga lain, saling mengulurkan bantuan pemberdayaan secara terpadu atau bersama-sama memecahkan masalah kehidupan yang kompleks, melalui wadah atau forum yang memungkinkan setiap keluarga untuk saling asah, asih dan asuh, dalam memenuhi kebutuhan membangun keluarga bahagia dan sejahtera. 2. Terpeliharanya insfrastruktur sosial kemasyarakatan yang terkecil dan solid yaitu keluarga, yang dapat menjadi perekat atau kohesi sosial sehingga tercipta suatu kehidupan yang rukun, damai dan memiliki dinamika yang tinggi. 3. Terbentuknya lembaga sosial keanggotaan dan partisipasi keluarga di desa atau kelurahan yang dinamis dan menjadi wadah atau wahana partisipasi sosial, dimana setiap keluarga dapat memberi dan menerima pembaharuan yang bisa membantu proses pembangunan kehidupan. Metode pengembangan Posdaya dilakukan melalui beberapa bentuk kegiatan yaitu (1) Pelatihan, dilakukan untuk membekali pengurus dan kader Posdaya dengan program motivasi dan keterampilan, (2) Rapat koordinasi, dilakukan untuk mengetahui perkembangan masing-masing Posdaya, saling berbagi antar pengurus atau kader dan sosialisasi program, dan (3) Pendampingan, dimaksudkan untuk mengadakan teman diskusi bagi Posdaya, sumber informasi dan motivator pengembangan Posdaya (Suyono dan Haryanto 2009). Dalam penelitian Muljono et al. (2009) analisis kinerja Posdaya dilakukan untuk mengukur dampak keberadaan Posdaya sebagai gerakan pemberdayaan masyarakat terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Kinerja Posdaya dapat dikategorikan baik, karena telah menghasilkan beberapa perubahan yaitu (1) Posdaya mampu mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap bentuk-bentuk intervensi pembangunan, (2) Posdaya mampu mendinamisasikan kehidupan masyarakat melalui meningkatnya partisipasi dan komitmen masyarakat dalam pembangunan, (3) kualitas keluarga-keluarga miskin yang ada di wilayah Posdaya mengalami perubahan yang cukup signifikan seperti mampu mengubah mindset bahwa pendidikan itu penting, berani mengemukakan ide atau pendapat dalam musyawarah, pentingnya kesehatan, dan jumlah balita kurang gizi berkurang. Selain itu, perubahan ke (4) mulai muncul kegiatan ekonomi masyarakat seperti usaha-usaha kecil di bidang pangan, kerajinan, maupun jasa, dan yang terakhir (5) masyarakat mulai menilai penting menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Berdasarkan analisis kinerja dan identifikasi masalah pengelolaan Posdaya, maka rencana program aksi pengembangan Posdaya yang harus dilakukan antara lain: (1) pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM pengurus dan kader Posdaya, (2) resosialisasi Posdaya secara vertikal dan horizontal keseluruh pihak, (3) membangun jejaring usaha produktif untuk meningkatkan pertumbuhan usaha ekonomi masyarakat, (4) pembelajaran dan pemotivasian pengurus/kader Posdaya melalui kegiatan study banding dan bechmarking ke Posdaya lain, dan (5) merintis dan membangun koperasi Posdaya sebagai wadah ekonomi masyarakat.

25 8 Pemberdayaan Masyarakat dalam Posdaya Konsep pemberdayaan sebagai salah satu prinsip pengembangan masyarakat sering digunakan dalam mengkaji program-program yang berbasis masyarakat. Menurut Kartasasmita (1996) dalam Sumodiningrat (1999) pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya. Hal tersebut selaras dengan konsep Posdaya yaitu sebagai sebuah program dari bawah bottom up program yang menggunakan kemandirian dan pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi (Muljono et al. 2009). Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar rakyat mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan. Untuk itu, upaya pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan (Kurniawati 2010). Menurut Suharto (2005) yang dikutip Rahmawati (2012) menjelaskan bahwa pemberdayaan (empowerment) menunjuk pada kemampuan seseorang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan, bukan hanya bebas mengemukakan pendapat melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; menjangkau sumbersumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang dan jasa yang mereka perlukan; serta berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Berdasarkan hasil penelitian Naufal (2009) pelaksanaan program Posdaya Bina Sejahtera dapat memberdayakan masyarakat dan berjalan yang baik. Masyarakat dapat memanfaatkan dan merasa terbantu dengan kegiatan yang dilakukan di Posdaya, seperti PAUD, pustaka keliling, Posyandu Balita, Posbindu Lansia, Bina Keluarga Balita, LKM, Pengelolaan limbah keluarga, usahatani ramah lingkungan, dan usaha keterampilan kelompok. Kegiatan yang paling dirasakan manfaatnya oleh masyarakat adalah pada bidang pendidikan dan kesehatan. Program Posdaya merupakan program yang sangat bermanfaat dan mampu meningkatkan kesejahteraan serta kemandirian masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan agar program Posdaya tersebut dapat berlanjut hingga masa yang akan datang. Pemberdayaan dapat pula diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, marginal, terpinggirkan) untuk menyampaikan pendapat atau kebutuhannya, pilihan-pilihannya, berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengelola kelembagaannya secara bertanggung-gugat (accountable) demi perbaikan hidupnya (Mardikanto 2010 dalam Rahmawati 2012). Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya Posdaya menggunakan komunikasi partisipatif untuk mendidik masyarakat menjadi kritis dan aktif dalam menyampaikan ide, pendapat, maupun pemikirannya.

26 9 Kemandirian Verhagen (1996) seperti yang dikutip oleh Hikmat (2004) mengemukakan bahwa swadaya adalah suatu sarana untuk mencapai kemandirian. Arti dari kemandirian itu sendiri adalah suatu suasana atau kondisi tertentu membuat seseorang individu atau sekelompok manusia yang telah mencapai kondisi itu tidak lagi tergantung pada bantuan atau kedermawanan pihak ketiga untuk mengamankan kepentingan-kepentingan individu atau kelompok. Suatu kelompok yang mandiri berarti kelompok tersebut telah mengembangkan kemampuan organisasional, produktif dan analitik yang memadai sehingga mampu merancang dan melaksanakan suatu strategi yang dapat memberikan sumbangan secara efektif. Menurut Sumodiningrat (1999) kemandirian dapat diartikan sebagai proses pembangunan diciptakan dari, oleh, dan untuk setiap anggota masyarakat. Kemandirian dikategorikan menjadi tiga, yaitu kemandirian material, kemandirian intelektual, dan kemandirian manajemen. Kemandirian material merupakan kemampuan produktif guna memenuhi materi dasar untuk bertahan pada waktu kritis. Kemampuan intelektual adalah pembentukan dasar pengetahuan yang memungkinkan menanggulangi bentuk-bentuk dominasi dari pihak luar. Sedangkan kemandirian manajemen adalah kemampuan untuk membina diri dan menjalani serta mengelola kegiatan kolektif. Kemandirian juga dapat diartikan sebagai perwujudan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan perilaku yang terbaik (Hubies 1992). Menurut BPSK, PKM, dan LPM Unibraw (2001) dalam Kurniawati (2010) menjelaskan bahwa kemandirian mencakup empat elemen pokok sebagai berikut: (1) Kemandirian material Kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan materi dasar serta cadangan dana mekanisme untuk dapat bertahan pada waktu kritis. (2) Kemandirian intelektual Pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh masyarakat yang emmungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk dominasi yang lebih halus muncul di luar kontrol terhadap pengetahuan itu. (3) Kemandirian sikap Kemampuan otonom dalam menyikapi setiap permasalahan yang muncul dalam kaitan dengan kehidupan. Kemampuan otonom menentukan sikap ini merupakan sintesa dari kesadaran diri, inisiatif, motivasi dan kepercayaan diri pengambilan keputusan untuk bertindak dan sejauh mana kemampuan untuk menolong dirinya sendiri. (4) Kemandirian manajemen Kemampuan otonom untuk membina diri dan menjadi serta mengelola kegiatan kolektif agar ada perubahan dalam situasi kehidupan usahatani petani.

27 10 Partisipasi Dalam pelaksanaan program Posdaya tidak semua program dapat berjalan dengan baik, karena untuk mencapai keberlanjutan setiap program pemberdayaan dalam hal ini Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) tidak lepas dari faktor masyarakat itu sendiri, baik pengurus kader anggota maupun warga masyarakat sekitar. Partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi juga sangat diperlukan dalam menjalankan program Posdaya agar tetap berkelanjutan. Menurut Nasdian (2003) partisipasi adalah proses aktif dimana inisiatif oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat melakukan kontrol secara efektif. Partisipasi dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu (1) dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang dan dikontrol oleh orang lain, dan (2) partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Definisi tersebut memberikan pengertian bahwa masyarakat diberi kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan, serta kemampuan untuk mengelola potensi yang dimiliki secara mandiri. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah ikutsertanya masyarakat dalam perencanaan pembangunan, ikutserta dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, ikutserta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan (Slamet 2003). Cohen dan Uphoff (1977) dalam Kurniawati (2010) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan melalui keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud adalah pada perencanaan suatu kegiatan. 2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, karena inti pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbnagan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota program 3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat program dirasakan, berarti program tersebut berhasil mengenai sasaran. 4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya.

28 11 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi dalam Program Posdaya Menurut Pangestu (1995) dalam Pratiwi (2008) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang antara lain: a. Faktor internal dari individu yang mencakup karakteristik individu yang meliputi: umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal, luas lahan, pendapatan, pengalaman berusaha dan kosmopolitan. b. Faktor eksternal yang merupakan faktor di luar karakteristik individu yang meliputi hubungan antara pengelola dengan masyarakat, kebutuhan masyarakat, pelayanan pengelola, dan kegiatan penyuluhan. Menurut Slamet (2003) ada tiga faktor yang berhubungan atau mendukung partisipasi yaitu (1) kemauan, (2) kemampuan, dan (3) kesempatan. Keberadaan kemauan, kemampuan, dan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dipengaruhi oleh berbagai faktor kehidupan manusia yang saling berinteraksi satu dengan yang lain. Dalam hal ini terutama faktorfaktor psikologis individu (needs, motif, harapan, reward), terpaan informasi, pendidikan (formal dan nonformal), keterampilan, kondisi permodalan yang dimiliki, teknologi (sarana dan prasarana), kelembagaan (formal dan informal), kepemimpinan (formal dan informal) dan struktur dan stratifikasi sosial, budaya lokal (norma, tradisi dan adat istiadat) serta pengaturan dan pelayanan pemerintah. Nasdian (2003) mengemukakan bahwa selain faktor pendukung juga terdapat faktor penghambat partisipasi masyarakat. Faktor penghambat partisipasi masyarakat tersebut adalah masalah struktural dan budaya. Masalah struktural mengalahkan masyarakat lapisan bawah terhadap interest pribadi akibat aparatur pemerintah yang lebih kuat. Selain itu, faktor lain yang menghambat partisipasi adalah budaya yang tumbuh dalam masyarakat, yaitu masyarakat yang pasrah terhadap nasib dan terlalu tergantung kepada pemimpin sehingga masyarakat menjadi kurang kreatif. Budaya tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian Naufal (2009) pada studi kasus Posdaya Bina Sejahtera mengidentifikasi faktor-faktor pendukung keberhasilan program antara lain: gotong royong masyarakat cukup tinggi, rasa kebersamaan yang kuat, lamanya tinggal, kesiapan SDM untuk melaksanakan program, mempunyai lahan kosong, serta sarana dan prasarana yang sudah ada meskipun tidak sepenuhnya memadai. Sedangkan faktor penghambat yang dihadapi yaitu belum adanya pembinaan khusus dari instansi, sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui adanya Posdaya, dan keterbatasan waktu. Menurut Muljono et al. (2009) permasalahan dalam pengelolaan Posdaya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kendala fisik dan kendal nonfisik. Kendala fisik yang dihadapi yaitu keberadaan sekretariat Posdaya yang belum mempunyai tempat khusus, tempat kegiatan usaha produktif (aula/workshop) dan ruang belajar siswa PAUD yang belum tersedia. Sedangkan kendala nonfisik yang dihadapi Posdaya antara lain pemahaman masyarakat yang menganggap program pemerintah selalu bersifat top down berpengaruh pada kondisi Posdaya yang perkembangannya belum baik. Selain itu kendala manajemen Posdaya ditunjukkan dengan belum adanya jadwal pertemuan koordinasi antara pengurus

29 12 Posdaya untuk membahas perkembangan Posdaya. Kendala kualitas SDM juga dirasakan oleh sebagian Posdaya dengan kurangnya ide-ide pengembangan kegiatan yang muncul dari pengurus dan kurangnya inisiatif untuk konsultasi dan komunikasi dengan pihak luar. Dukungan pihak luar juga sangat diperlukan karena sebagai salah satu penentu keberhasilan Posdaya, selain itu dukungan masyarakat sendiri juga diperlukan untuk kelancaran program.

30 13 Kerangka Pemikiran Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) merupakan suatu program yang diprakarsai oleh Yayasan Damandiri yang bertujuan sebagai forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi, dan berupaya dikembangkan menjadi wadah kegiatan pemberdayaan masyarakat. Posdaya juga merupakan gerakan yang digunakan untuk membangkitkan kembali budaya kegotongroyongan di masyarakat, dilakukan secara swadaya agar masyarakat dapat mandiri dan sejahtera. Tujuan pembentukan Posdaya adalah untuk menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan kegotongroyongan dalam suatu wadah di masyarakat sehingga anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan saling membantu dalam mengatasi masalah yang dialami warganya terutuma dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Oleh karena itu, pelaksanaan program Posdaya diharapkan dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat memotivasi atau menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk hidup mandiri. Pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun kemampuan masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi diri yang dimilikinya. Hal tersebut selaras dengan konsep Posdaya yaitu sebagai sebuah gerakan dengan ciri khas dari bawah bottom up program, yang menggunakan kemandirian, pemanfaatan sumberdaya dan potensi lokal sebagai sumber segala solusi. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi tingkat partisipasi adalah umur, tingkat pendidikan formal, tingkat penghasilan, pengalaman berposdaya, motivasi berposdaya, dan kekosmopolitan. Sedangkan, faktor eksternal yang mempengaruhi adalah peran media massa, peran tokoh masyarakat, dan peran pendamping. Kemandirian merupakan suatu kondisi tertentu yang membuat individu atau sekelompok orang yang telah mencapai kondisi itu tidak lagi tergantung oleh pihak lain untuk mengamankan kepentingannya. Seorang individu maupun kelompok yang telah mandiri berarti sudah mampu mengembangkan kemampuannya dengan baik, sehingga dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatannya secara efektif. Kemandirian dalam hal ini akan dibagi menjadi tiga kategori yaitu kemandirian intelektual, kemandirian material, dan kemandirian manajemen Partisipasi yang akan diukur dalam penelitian ini merupakan partisipasi dalam hal perencanaan program, pelaksanaan program, dan evaluasi program. Dengan adanya partisipasi aktif dari masyarakat, maka diharapkan masyarakat tersebut dapat berdaya dan mandiri. Untuk lebih jelasnya alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini tersaji pada Gambar 1.

31 14 Faktor Internal : Umur Tingkat pendidikan Tingkat penghasilan Pengalaman berposdaya Motivasi berposdaya Kekosmopolitan Faktor Eksternal Peran media massa Peran tokoh masyarakat Peran pendamping Tingkat Partisipasi Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Tingkat Kemandirian Intelektual Material Manajemen Keterangan: : berhubungan Gambar 1 Kerangka pemikiran Hipotesis Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Faktor internal (umur, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, pengalaman berposdaya, motivasi berposdaya, dan kekosmopolitan) berhubungan dengan tingkat partisipasi (pelaksanaan, perencanaan, dan evaluasi) masyarakat peserta program Posdaya 2. Faktor eksternal (peran media massa, peran tokoh masyarakat, dan peran pendamping) berhubungan dengan tingkat partisipasi (pelaksanaan, perencanaan, dan evaluasi) masyarakat peserta program Posdaya 3. Faktor internal (umur, tingkat pendidikan formal, tingkat penghasilan, pengalaman berposdaya, motivasi berposdaya, dan kekosmopolitan) berhubungan nyata dengan tingkat kemandirian (intelektual, material, manajemen) masyarakat peserta program Posdaya. 4. Faktor eksternal (peran media massa, peran tokoh masyarakat, dan peran pendamping) berhubungan nyata dengan tingkat kemandirian (intelektual, material, manajemen) masyarakat peserta program Posdaya 5. Tingkat partisipasi berhubungan nyata dengan tingkat kemandirian masyarakat peserta program Posdaya.

32 15 Definisi Operasional Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Umur yaitu usia responden pada saat penelitian dilaksanakan. Diukur dengan skala rasio kemudian dikelompokkan menjadi kategori: a) Dewasa awal: jika umur responden antara tahun (1) b) Dewasa pertengahan: jika umur responden antara tahun (2) c) Dewasa tua: jika umur responden antara tahun (3) 2. Tingkat pendidikan yaitu jenjang pendidikan sekolah formal tertinggi yang pernah diikuti responden pada saat penelitian dilaksanakan. Diukur dengan skala rasio kemudian dikelompokkan menjadi kategori: a) Rendah: jika responden tidak sekolah sampai dengan pendidikan SD (1) b) Sedang : jika pendidikan renponden sampai dengan SMP (2) c) Tinggi: jika pendidikan renponden sampai dengan SMA (3) 3. Tingkat penghasilan yaitu besarnya penghasilan yang diterima keluarga dalam satu bulan (Rp/bulan). Tingkat penghasilan diukur dengan skala rasio yang disesuaikan dengan data lapangan. Data pendapatan responden akan digolongkan menjadi: a) Rendah: jika penghasilan responden kurang dari Rp (1) b) Sedang: jika penghasilan responden antara Rp Rp (3) c) Tinggi : jika penghasilan responden lebih dari Rp (3) 4. Pengalaman berposdaya yaitu lamanya responden terlibat dalam program Posdaya saat penelitian dilaksanakan. Diukur dengan skala rasio yang kemudian dikategorikan menjadi: a) Rendah: jika responden terlibat dalam Posdaya selama satu tahun (1) b) Sedang: jika responden terlibat dalam Posdaya selama dua tahun (2) c) Tinggi: jika responden terlibat dalam Posdaya selama tiga tahun atau lebih (3) 5. Motivasi berposdaya yaitu alasan atau dorongan yang mendasari responden yang berasal dari dalam maupun dari luar. Dorongan dari dalam meliputi dorongan untuk meningkatkan pendapatan, pengetahuan, pengalaman, mengisi waktu luang. Sedangkan dorongan dari luar yaitu mengikuti jejak teman, dorongan tokoh masyarakat, saudara dan tetangga). Motivasi berusaha akan diukur dengan skala rasio kemudian dikategorikan menjadi: a) Rendah: jika motivasi responden mengikuti Posdaya dari luar diri (1) b) Tinggi: jika motivasi responden mengikuti Posdaya dari dalam diri (2) 6. Kekosmopolitan yaitu keterbukaan responden terhadap berbagai sumber informasi yang diamati pada penelitian ini bekaitan dengan orang lain. Kekosmopolitan responden akan dilihat dari frekuensi responden berinteraksi dengan berkunjung keluar desa, konsultasi dengan pendamping, konsultasi dengan tokoh masyarakat, tukar menukar informasi, mencari informasi melalui media radio, televisi, atau media cetak dalam satu bulan terakhir. Kekosmopolitan akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi: a) Rendah: tidak pernah (1)

33 16 b) Sedang: 1-2 kali per minggu (2) c) Tinggi: 3 kali per minggu (3) 7. Peran media massa yaitu bentuk peran media yang mampu memberikan informasi dan pengetahuan masyarakat tentang kegiatan Posdaya, seperti media cetak (koran, majalah, buku) dan media elektonik (siaran TV, radio, internet). Peran media massa akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi: a) Rendah: tidak pernah (1) b) Sedang: 1-2 kali dalam satu bulan terakhir (2) c) Tinggi: > 3 kali dalam satu bulan terakhir (3) 8. Peran tokoh masyarakat yaitu bentuk peran seseorang yang mempunyai kemampuan mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat berkaitan pemberi berbagai informasi, pemberi motivasi dan penggerak, serta pemberi bimbingan berkaitan kegiatan Posdaya. Peran tokoh masyarakat akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi: a) Rendah: tidak berpengaruh (1) b) Sedang: cukup berpengaruh (2) c) Tinggi: sangat berpengaruh (3) 9. Peran pendamping yaitu bentuk peran seseorang baik atas nama individu maupun kelompok berkaitan dengan kemampuan pemercepat perubahan, perantara, pendidik, tenaga ahli, perencana sosial dan advokat dalam masyarakat berkaitan dengan kegiatan Posdaya. Peran pendamping akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi: a) Rendah: tidak berpengaruh (1) b) Sedang: cukup berpengaruh (2) c) Tinggi: sangat berpengaruh (3) 10. Tingkat partisipasi yaitu keikutsertaan responden dalam setiap kegiatan Posdaya yang mencakup proses: a. Perencanaan yaitu tingkat keikutsertaan responden baik dari perencanaan obyek kegiatan, tempat kegiatan, waktu, modal dan perencanaan peralatan yang digunakan dalam kegiatan. Perencanaan akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi: a) Rendah: jika skor responden 8 23 (1) b) Tinggi: jika skor responden (2) b. Pelaksanaan yaitu tingkat keikutsertaan responden baik dari persiapan penentuan obyek kegiatan, persiapan lokasi kegiatan, penyediaan modal kegiatan dan penyediaan sarana produksi dalam kegiatan Posdaya. Pelaksanaan akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi: a) Rendah: jika skor responden 6 17 (1) b) Tinggi: jika skor responden (2) c. Evaluasi yaitu tingkat keikutsertaan dalam mengevaluasi berupa mengidentifikasi kendala dan memberikan solusi permasalahan dalam kegiatan. Evaluasi akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi: a) Rendah: jika skor responden 4 11 (1) b) Tinggi: jika skor responden (2)

34 11. Tingkat Kemandirian yaitu tingkat kemampuan responden memanfaatkan potensi yang ada dalam diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di lihat dengan tiga kategori berikut: a. Kemandirian intelektual yaitu tingkat kemampuan berkaitan dengan memanfaatkan waktu, memanfaatkan jenis kegiatan dan kemampuan mengatasi masalah kegiatan Posdaya. Kemandirian intelektual akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi: a) Rendah: jika skor responden 5 7 (1) b) Tinggi: jika skor responden 8 10 (2) b. Kemandirian material yaitu tingkat kemampuan berkaitan penyediaan dan menggunakan peralatan, menyediakan dan menggunakan modal, serta penyediaan bahan-bahan kegiatan Posdaya. Kemandirian material akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi: a) Rendah: jika skor responden 5 7 (1) b) Tinggi: jika skor responden 8 10 (2) c. Kemandirian manajemen yaitu tingkat kemampuan berkaitan dengan pembinaan diri, melaksanakan kegiatan dan mengelola kegiatan secara kolektif atau bersama orang lain. Kemandirian manajemen akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi: a) Rendah: jika skor responden 5 7 (1) b) Tinggi: jika skor responden 8 10 (2) 17

35 18

36 19 METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif untuk pengambilan data yang bersifat deskriptif berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi lapang secara partisipatif, dan penelusuran dokumen. Pendekatan kuantitatif diperlukan untuk pengambilan data berupa angka. Data kuantitatif diperoleh melalui metode sensus, yaitu pengambilan data dari responden yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi dengan menggunakan kuesioner (Singarimbun, 1989). Unit analisis dari penelitian ini adalah individu. Penelitian ini juga bersifat eksplanatori karena menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi 2006). Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kampung Rawakalong RW 08 Desa Ciherang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan salah satu desa yang dikembangkan Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) oleh P2SDM IPB sejak tahun 2010 dan telah mendapatkan berbagai penghargaan serta menjadi lokasi percontohan Posdaya untuk kegiatan OST (Observation Study Tour) dari berbagai daerah lain di luar Pulau Jawa. Penelitian ini dilakukan dalam waktu delapan bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan September 2013 (Lampiran 2). Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan langsung dari sumbernya di lokasi penelitian. Data sekunder dikumpulkan melalui Studi Pustaka dan kajian dokumen terhadap sumber-sumber sekunder melalui data monografi kantor Desa Ciherang, serta berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yakni buku, tesis, skripsi, jurnal penelitian, dan website. Pengumpulan data dilakukan terhadap responden yang merupakan kader dan peserta program Posdaya Sauyunan Kampung Rawakalong RW 08 Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Data peserta Posdaya yang digunakan merupakan seluruh kader dan peserta program Posdaya sebagai responden yang berjumlah 72 orang (Lampiran 3). Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan cara mengajukan butir-butir pertanyaan kepada responden dengan teknik wawancara dengan bantuan kuesioner, observasi lapang dan pengumpulan data dari berbagai pihak yang

37 20 terkait antara lain: tokoh masyarakat, pendamping, dan staff desa setempat. Responden diwawancarai sesuai dengan daftar pertanyaan dan kuesioner yang telah disusun. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan cara pengkodean, tabel frekuensi, pendeskripsian, dan pengujian hubungan antarvariabel (Singarimbun & Effendi 2006). Data hasil kuesioner ditabulasi menggunakan Microsoft Excel 2007 dan pengolahan dilakukan dengan SPSS 17. Pengujian dilakukan dengan prosedur uji Rank Spearman sebagai berikut: Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dalam skala ordinal, dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: ρ atau rs : koefisien korelasi spearman rank di : determinan n : jumlah data atau sampel Korelasi dapat menghasilkan angka positif yang menunjukkan hubungan yang searah antara dua variabel yang diuji atau negatif yang menunjukkan hubungan tidak searah. Tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1% (p atau α 0.01) dengan tingkat kepercayaan 99% dan 5% (p atau α 0.05) dengan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis diterima apabila diperoleh hubungan sangat nyata (p < 0.01) atau nyata (p < 0.05).. Validitas dan Reliabilitas Validitas menunjukkan apakah instrumen yang digunakan tersebut mampu mengukur apa yang akan diukur dan informasi yang dikumpulkan sesuai dengan konsep yang digunakan (Kerlinger 2004). Validitas instrumen dihitung menggunakan rumus teknik korelasi product moment Pearson (Singarimbun dan Effendi 2006) dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: r : nilai koefisien validitas N : jumlah responden X : skor pertanyaan pertama Y : skor total Jika r Product Moment hitung berada di atas angka kritik r tabel pada taraf 5% (0.05) yaitu maka pernyataan dalam kuesioner dianggap memiliki

38 21 kesahihan (Singarimbun dan Effendi 2006). Uji kuesioner ini dilakukan pada Posdaya Sabilulungan Desa Neglasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor pada 10 responden yang memiliki karakteristik relatif sama dengan objek penelitian. (Lampiran 4) Reliabilitas menurut Singarimbun dan Effendi (2006) mengemukakan bahwa sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas instrumen menggunakan perhitungan korelasi belah dua (Singarimbun dan Effendi 2006) dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: r.tot : angka reliabilitas keseluruhan item r.tt : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua Pengujian reliabilitas terhadap 10 responden nilai koefisien reliabilitas Cronbach alpha (rα) untuk tingkat partisipasi sebesar dan kemandirian sebesar Berdasarkan nilai koefisien reliabilitas dalam kedua item instrumen tersebut sudah reliabel.

39 22

40 23 GAMBARAN UMUM PENELITIAN Gambaran Umum Wilayah Penelitian Letak Geografis Desa Ciherang Desa Ciherang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Desa Ciherang berbatasan dengan beberapa desa yaitu: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Margajaya Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukawening dan Desa Ciapus Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sinar Sari dan Dramaga Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Laladon Luas Desa Ciherang adalah ha, terdiri dari 11 RW dan 49 RT. Dilihat dari topografi dan kontur tanah, Desa Ciherang secara umum berupa dataran yang berada pada ketinggian rata-rata antara 196 meter dpl dengan suhu rata-rata berkisar antara Celcius dan tinggi curah hujan mm³/tahun. Desa Ciherang memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa dan terdiri dari KK. Komposisi penduduk terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan mayoritas berada pada kelompok usia dewasa awal. Dewasa pertengahan 21% Dewasa tua 5% Balita 13% Anak-anak 18% Dewasa awal 34% Remaja 9% Gambar 2 Kelompok usia dan persentase penduduk Desa Ciherang tahun 2012 Sumber: Data monografi Desa Ciherang (2012)

41 24 Mata pencaharian penduduk Desa Ciherang berdasarkan data monografi desa tahun 2012 terdiri dari berbagai macam mata pencaharian. Mayoritas penduduk Desa Ciherang adalah bekerja sebagai buruh dan wiraswasta. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3. PNS 11% Jasa 6% Petani 8% Pedagang 16% Buruh 30% Wiraswasta 29% Gambar 3 Mata pencaharian dan persentase penduduk Desa Ciherang tahun 2012 Sumber: Data monografi Desa Ciherang (2012) Mayoritas penduduk Desa Ciherang merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar 41 % dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 27%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Desa Ciherang sudah cukup baik. Tamat Diploma 7% Tamat Sarjana 5% Tidak tamat SD 7% Tamat SD 13% Tamat SMA 41% Tamat SMP 27% Gambar 4 Tingkat pendidikan dan persentase penduduk Desa Ciherang tahun 2012 Sumber: Data monografi Desa Ciherang (2012)

42 25 Gambaran Umum Posdaya Sauyunan Pembentukan Posdaya Sauyunan dilatarbelakangi oleh adanya keinginan, kebutuhan, dan harapan masyarakat untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar mampu hidup mandiri sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan taraf hidup lebih baik. Akan tetapi, dalam usahanya untuk mencapai hal tersebut banyak sekali kendala yang dihadapi masyarakat salah satunya yaitu kurangnya bimbingan, motivasi dan program pemberdayaan yang jelas dan berkelanjutan. Pada Juni 2010, warga RW 08 terpilih menjadi salah satu desa yang akan mendapatkan bimbingan program pemberdayaan yaitu dari program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Posdaya Sauyunan dibentuk oleh Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) melalui program Jumling (Jum at Keliling) LPPM IPB. Proses pembentukan Posdaya di Desa Ciherang diawali dengan sosialisasi Posdaya yang dilakukan di RW 08 dengan unsur yang terlibat adalah tokoh agama, tokoh masyarakat, RW, RT dan kader. Tahap selanjutnya adalah Focussed Group Discussion (FGD) di RW 08 pada tanggal 24, 25 dan 27 Mei 2010 oleh Tim P2SDM. Poin-poin yang dihasilkan dalam FGD kemudian ditindaklanjuti dengan sebuah lokakarya yang disebut Mini Workshop (Mini Lokakarya) yang melibatkan warga masyarakat secara lebih luas. Semua unsur masyarakat terwakili dalam mini lokakarya tersebut seperti kepala desa/lurah, LPM, BPD, tokoh agama dan alim ulama, tokoh pemuda, tokoh wanita, kelompok tani, guru, remaja dan kelompok kurang mampu. Mini lokakarya merupakan musyawarah warga dalam pembentukan Posdaya dan pemilihan koordinator kepengurusan Posdaya. Pada hari Selasa tanggal 1 Juni 2010 Posdaya Desa Ciherang terbentuk dengan kepengurusan lengkap dengan nama Posdaya Sauyunan. Dalam mini lokakarya juga diputuskan bahwa Ibu Neni Hapiyudin dipilih menjadi koordinator umum Posdaya dan diberikan tugas untuk segera melaksanakan rapat kerja penyusunan program dan kepengurusan Posdaya. Posdaya Sauyunan memfokuskan kegiatan di Kampung Rawakalong RW 08 Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan bagi warga di wilayah lain di sekitarnya untuk berpartisipasi dalam pemberdayaan masayarakat melalui kegiatan Posdaya. Berbagai kegiatan telah banyak dilakukan oleh Posdaya Sauyunan dalam memberdayakan masyarakat sekitarnya. Kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Posdaya Sauyunan antara lain: A. Kegiatan Bidang Pendidikan 1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Al-Ikhlas Masyarakat yang mulai sadar akan pentingnya pendidikan sejak usia dini, maka masyarakat RW 08 sangat antusias dengan berdirinya PAUD di wilayah mereka. Dengan sumberdaya yang seadanya dan sangat terbatas PAUD Al-Ikhlas resmi dibuka pada bulan Juli Jumlah murid yang terdaftar pertama kali sebanyak 25 anak dari yang berusia 2 hingga 5 tahun. Saat pembentukan PAUD Al-Ikhlas dihadiri oleh Kepala Desa Ciherang, Ketua RW 08, Keuta RT 01, Koordinator Posdaya

43 26 Sauyunan dan para kader Posdaya, serta tim pendamping dari P2SDM IPB. PAUD Al-Ikhlas berdiri dengan dana yang berasal dari swadaya masyarakat. Para tenaga pengajar dan kader Posdaya bidang pendidikan mendatangi beberapa donatur yang merupakan warga sekitar RW 08 untuk mencari dana agar PAUD Al-Ikhlas dapat terbentuk. Dana swadaya masyarakat digunakan untuk membeli beberapa macam alat permainan, buku bergambar, serta peralatan tulis untuk kegiatan belajar siswa. Pada saat dibentuknya PAUD Al-Ikhlas tim pengajar atau tutor diberikan pembekalan terlebih dahulu yakni selama kurang lebih satu bulan dari P2SDM IPB. Materi pembekalan yang diberikan yaitu bermacam-macam seperti cara mendidik anak, permainan anak, dan tumbuh kembang anak. Informasi yang disampaikan kepada masyarakat ketika dibukanya PAUD di RW 08 dilakukan pada saat rapat bulanan awal terbentuknya Posdaya Sauyunan serta informasi dari mulut ke mulut baik dari kader maupun masyarakat. Awal terbentuknya PAUD Al-Ikhlas hanya untuk masyarakat RW 08 saja, akan tetapi lama kelamaan banyak masyarakat dari RW lain yang datang dan ingin belajar di PAUD Al-Ikhlas. PAUD Al-Ikhlas dilaksanakan lima hari dalam seminggu mulai hari Senin sampai dengan hari Jum at. Proses belajar-mengajar dimulai sejak pukul sampai dengan WIB. Tempat belajar-mengajar anak adalah di salah satu rumah kader bidang pendidikan Posdaya Sauyunan yaitu Ibu Sitti Maemunah. Ruangan yang berukuran sekitar 2x4 meter di salah satu sudut rumah tersebut digunakan bergantian dengan kegiatan TPA yang dilakukan pada sore harinya. Tim pengajar PAUD Al-Ikhlas adalah tenaga sukarela yang berasal dari kader dan masyarakat RW 08. Tim pengajar PAUD Al-Ikhlas tidak memiliki insentif bulanan. Kegiatan belajar-mengajar dilakukan dengan bantuan dari dana sukarela yang dikumpulkan oleh orangtua siswa sebesar Rp1 000 perhari. Uang sukarela tersebut digunakan untuk membeli peralatan tulis, fotokopi materi belajar, membeli mainan baru, buku cerita bergambar serta peralatan lain yang berguna dalam kelancaran kegiatan belajar-mengajar. Kalau ada sisa dari uang sukarela tersebut baru dibagikan untuk masing-masing pengajar setiap bulannya, namun jika tidak ada sisa tim pengajar tidak ada insentif bulanan. Kegiatan PAUD Al-Ikhlas yang dilakukan di salah satu rumah warga belum memiliki Arena Permainan Luar (APL) seperti ayunan dan perosotan. Disana hanya terdapat Arena Permainan Edukatif (APE) seperti puzzle, bola-bola plastik, dan kertas lipat yang dimiliki PAUD Al- Ikhlas. Manfaat adanya PAUD ini sangat dirasakan masyarakat karena mereka tidak perlu mambayar uang bulanan dan pungutan biaya sekolah seperti di PAUD lainnya. 2. Pengajian anak-anak atau Taman Pendidikan Agama (TPA) Taman Pendidikan Agama di RW 08 khusunya di Kampung Rawakalong Desa Ciherang sudah ada sebelum adanya Posdaya Sauyunan, akan tetapi dalam pelaksanaannya belum teratur dan sempat terbengkalai. Hal tersebut disebabkan tenaga pengajar TPA yang masih

44 27 secara sukarela dan memiliki kesibukan lain. Banyak anak-anak yang datang setiap hari untuk belajar tetapi para pengajarnya tidak ada, sehingga anak-anak tersebut harus pulang kembali ke rumah masingmasing. Kegiatan belajar-mengajar di TPA ini tidak diharuskan secara teratur dan tidak memungut biaya sedikitpun. Anak-anak hanya datang setiap hari Senin sampai dengan Sabtu pada pukul sampai WIB. Tenaga pengajar di TPA ini hanya dua orang saja yaitu Ibu Sitti Maemunah dan Ibu Neni Hapiyudin yang merangkap sekaligus sebagai pengajar PAUD Al-Ikhlas. Jumlah murid di TPA ini tidak menentu, karena mereka tidak diwajibkan datang setiap hari untuk belajar. Anakanak belajar dengan kemauan sendiri untuk ikut belajar di TPA ini. Saat ini gedung TPA masih menyatu dengan PAUD Al-Ikhlas yang hanya berbeda waktu mengajarnya saja. Jika PAUD Al-Ikhlas dilaksanakan pada pagi hari, maka TPA ini dilakukan pada waktu sore hari. Tim pengajar TPA juga tidak mendapatkan intensif bulanan, mereka hanya secara ikhlas dan sukarela untuk mengajar di TPA dengan tujuan agar anak-anak disana dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat. Dalam pelaksanaannya para tenaga pengajar disana berharap ada tenaga pengajar tambahan yang mau ikut mengajar di TPA ini karena untuk tenaga pengajar TPA ini memang sangat kurang. Selain itu, dengan adanya tenaga pengajar tambahan akan membuat kegiatan belajarmengajar di TPA lebih teratur. B. Kegiatan Bidang Kesehatan 1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Balita Merak 1 dan Merak 2 Di RW 08 Desa Ciherang awalnya hanya memiliki satu buah Posyandu yaitu Posyandu Merak 1. Posyandu tersebut sudah ada sebelum berdirinya Posdaya Sauyunan. Posyandu Merak belum memiliki gedung sendiri dalam pelaksanaan kegiatannya. Pelaksanaan pelayanan Balita diselenggarakan satu bulan sekali setiap tanggal 10 awal bulan. Tempat pelayanan Posyandu bertempat di RT 02 di salah satu rumah warga. Pelayanan Posyandu ditujukan untuk bayi berumur lima tahun ke bawah dan awalnya balita yang dapat dilayani setiap bulannya sebanyak kurang lebih 115 orang. Setelah beberapa bulan terbentuk Posdaya Sauyunan masyarakat di RW 08 berinisiatif untuk membuat Posyandu satu lagi di RT 01. Hal ini dilakukan karena dengan masyarakat yang sudah mulai mengerti akan arti pentingnya kesehatan sehingga masyarakat yang datang ke Posyandu lebih banyak. Masyarakat yang datang ke Posyandu Merak 1 sudah semakin banyak dan kapasitas tenaga kader yang sedikit membuat Posyandu Merak 1 ini merasa kelelahan. Kemudian dengan semangat dari warga RW 08 dibentuklah Posyandu Merak 2 yang bertempat di salah rumah warga di RT 01. Baik Posyandu Merak 1 maupun Merak 2 belum memiliki gedung sendiri. Pelayanan kesehatan ini dilakukan di halaman salah satu rumah warga disana. Para kader yang bertugas di masing-masing Posyandu berkisar antara tiga hingga lima orang. Kader Posyandu Merak 1 terdiri

45 28 dari lima orang yaitu Bu Nyai, Bu Satna, Mila, Masna dan Wati. Sedangkan di Posyandu Merak dua para kadernya yaitu Bilah, Rani, dan Lia Fitria. Pelaksanaan pelayanan kesehatan disini mendapat bimbingan dan pendampingan khusus dari bidan Puskesmas Ciherang yaitu Bidan Yuli. Jenis pelayanan yang dilakukan oleh Posyandu Balita Merak 1 dan Merak 2 antara lain: pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan, vaksinasi, pemberian makanan tambahan (PMT) dan pemeriksaan ibu hamil. Warga RW 08 dengan adanya Posyandu ini sangat terbantu. Warga mendapatkan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan setiap satu bulan sekali, sehingga tingkat kesehatan warga meningkat. Warga dapat memeriksakan kesehatan mereka dengan biaya yang murah bahkan ada yang diberikan pengobatan secara cuma-cuma atau gratis, sehingga warga yang tidak mampu dapat mengakses pelayanan kesehatan juga, tidak lagi terbentur masalah biaya. 2. Posbindu Lansia Pembentukan posbindu lansia dilatarbelakangi belum adanya suatu kegiatan yang khusus menangani pemeriksaan kesehatan khususnya lansia di Desa Ciherang. Posbindu lansia dibentuk dengan tujuan untuk membantu para lansia memeriksa kesehatan secara berkala setiap bulan. Posbindu lansia ini sudah terbentuk sebelum adanya Posdaya di Desa Ciherang. Posbindu lansia ini dilaksanakan tidak di masing-masing RW melainkan dilakukan secara bersama seluruh masyarakat Desa Ciherang dengan cakupan beberapa RW yang terdekat dengan Kantor Kepala Desa. Pelayanan posbindu lansia dilaksanakan secara rutin satu bulan sekali setiap hari Sabtu minggu ketiga. Tempat pelayanan diselenggarakan di halaman kantor Kepala Desa Ciherang. Sasaran Posbindu lansia adalah warga masyarakat yang berumur 45 tahun ke atas, namun tidak tertutup bagi warga yang berusia di bawah umur 45 tahun untuk memeriksakan kesehatan di Posbindu lansia. Jumlah warga yang dapat dilayani setiap bulannya rata-rata 45 orang. Dalam melaksanakan pemeriksaan kepada pasien, para kader selalu dibimbing dan didampingi oleh Bidan dari Puskesmas Ciherang yaitu Ibu Bidan Yuli. Pelayanan kesehatan kepada pasien tidak dipungut biaya. Jenis Pelayanan yang dilakukan adalah penimbangan berat badan, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan asam urat dan pemberian obat serta senam kesehatan jasmani. 3. Bina Keluarga Balita Bina Keluarga Balita (BKB) adalah kegiatan pembinaan keluarga sebagai bagian tak terpisahkan dari kegiatan Posyandu balita. Sasaran dari kegiatan BKB adalah keluarga muda dari keluarga menengah ke bawah yang mempunyai anak balita, atau ibu yang sedang dalam masa mengandung dan menyusui. BKB mempunyai tujuan agar dalam pemeliharaan anak-anak balita diperhatikan asupan makananya dan kadar gizi dari makanan tersebut serta dinamika tumbuh kembang anak-anak tersebut sehingga dapat menghasilkan anak-anak yang sehat dan cerdas.

46 29 BKB yang ada di bawah arahan Posdaya Sauyunan mulai berkegiatan pada pertengahan tahun Pelaksanaan BKB ini diprakarsai langsung oleh ketua Posdaya Sauyunan yaitu Ibu Neni Hapiyudin. Beliau sendiri yang mengisi materi dan menyampaikannya kepada para peserta BKB. Kegiatan BKB ini tidak dilakukan bersamaan dengan kegiatan Posyandu melainkan dilakukan pada saat pelaksanaan proses belajar mengajar di PAUD. Peserta BKB yaitu para Ibu Rumahtangga yang sedang mengantarkan anak mereka sekolah PAUD. Materi yang disampaikan di BKB merupakan pengetahuan yang diperoleh Ibu Neni Hapiyudin dari pengalamannya ikut dalam kegiatan-kegiatan dengan Posdaya di desa lain. Bimbingan serta pendampingan sangat diperlukan warga dari bidan Puskesmas dalam proses pelaksanaan BKB agar materi yang diberikan juga lebih banyak dan bermanfaat bagi masyarakat. C. Kegiatan Bidang Ekonomi 1. Telur Asin Salah satu usaha yang dilakukan di Posdaya Sauyunan yaitu pembuatan telur asin. Usaha ini dilakukan beberapa bulan setelah dibentuknya Posdaya. Sebelumnya di Posdaya Sauyunan juga terdapat usaha warga yaitu pembuatan keripik singkong dan bumbu pecel. Namun sangat disayangkan karena usaha tersebut hanya bertahan pada awal terbentuknya Posdaya. Semakin hari usaha-usaha tersebut mulai gulung tikar karena terkendala dalam hal sumberdaya manusia dan terutama masalah dalam hal pemasaran. Pembuatan telur asin merupakan usaha warga RW 08 yang masih bertahan hingga sekarang. Namun untuk produksinya juga tidak dilakukan setiap saat. Warga hanya berproduksi pada bulan tertentu dan ketika ada acara tertentu saja. Hal ini dilakukan agar dalam proses pemasaran telur asinnya lebih mudah dan tepat sasaran. Telur asin digunakan sebagai salah satu usaha dalam Posdaya Sauyunan karena mengingat bahwa di Desa Ciherang terdapat beberapa orang warga yang beternak bebek. Oleh sebab itu, warga berinisiatif memanfaatkan telur dari bebek tersebut untuk dibuat telur asin. Pengetahuan tentang cara pembuatan telur asin didapatkan warga dari pelatihan yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa IPB. Pelatihan tersebut dilaksanakan hanya sekali dan diikuti oleh beberapa warga RT 01 dan RT 02. Pelatihan dilaksanakan di halaman rumah ketua Posdaya Sauyunan yaitu Ibu Neni Hapiyudin dengan didampingi oleh tim dari P2SDM IPB. Dalam proses pembuatan telur asin tidak terlalu rumit sehingga warga dapat mempraktikannya sendiri. Bahan utama dari pembuatan telur asin yakni telur bebek diperoleh tidak langsung dari warga RW 08, tetapi telur bebek tersebut berasal dari peternak bebek di RW lain. Telur bebek tersebut dibeli dari peternak bebek di RW 11 kemudian diproses oleh warga RW 08 menjadi telur asin siap santap. Dalam pemasaran telur asin tersebut biasanya dititipkan di warung-warung terdekat, di pasar, dan terkadang diikutkan dalam acara pameran yang dilakukan di Posdaya desa-desa lain.

47 30 2. Peternakan domba Usaha dalam bidang ekonomi yang dilakukan oleh warga RW 08 yaitu beternak domba. Peternakan domba ini sudah ada jauh sebelum adanya Posdaya Sauyunan. Peternak domba di RW ini pada awalnya masih dilakukan secara sendiri, tetapi setelah adanya Posdaya Sauyunan di RW 08 kemudian para peternak domba ini membentuk kelompok. Kelompok peternak domba ini bernama Subur Jaya yang terdiri dari 12 orang peternak yaitu Pak Nasim, Pak Acep, Pak Hafiudin, Pak Majan, Pak Maji, Pak Isak, Pak Pardi, Pak Samsuri, Pak Entoh, Pak Suma, Pak Udin, dan Pak Dayat. Kelompok peternak domba ini dibentuk awalnya yaitu karena untuk memudahkan warga dalam memperoleh dana bantuan dari donatur. Selain itu, dengan kelompok ini diharapkan dapat membantu warga dalam proses penjualan hasil dari domba-domba tersebut. Domba yang ada dikelompok ini berjumlah sekitar 40 ekor. Jumlah domba antar peternak satu dengan lainnya berbeda-beda. Hal ini disebabkan peternak tidak menempatkan domba tersebut secara bersama dalam satu kadang, tetapi setiap peternak memiliki kadang domba masing-masing. Kelompok peternak ini dikelola secara bersama hanya dalam manajemen keuangannya saja pada awal pembentukan agar mempermudah dalam pencairan dana dari donatur. Kelompok peternak domba Subur Jaya hingga saat ini bermitra dengan Institut Pertanian Bogor dan Universitas Terbuka. Kerjasama tersebut biasanya dilakukan dengan adanya pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh mahasiswa dari perguruan tinggi tersebut. Selain itu juga bantuan berupa pemberian domba sebagai bahan penelitian dari beberapa mahasiswa yang sedang kerja lapang di RW 08 Desa Ciherang. 3. Lembaga Keuangan Mikro LKM merupakan lembaga keuangan yang modalnya berasal dari warga masyarakat sendiri yang berdiri sejak bulan awal pembentukan Posdaya Sauyunan. Pemupukan modal usaha LKM diperoleh melalui simpanan ada beberapa macam antara lain : 1. Simpanan Pokok Besar simpanan Pokok sebesar Rp dapat dibayar sekaligus atau dicicil selama 10 (sepuluh) bulan, jadi setiap bulannya Rp2 500 setelah sepuluh kali setor maka simpanan pokok lunas. 2. Simpanan Wajib Besar simpanan wajib sebesar Rp1 000 perbulan bagi setiap anggota. 3. Simpanan Sukarela Simpanan sukarela adalah simpanan sesuai dengan kemampuan dan tujuan anggota sendiri tidak diwajibkan baik besar maupun waktu menyimpannya.

48 31 4. Simpanan Khusus Simpanan khusus bertujuan untuk tujuan tertentu, misalnya tabungan hari raya, biaya sekolah, untuk beli hewan qurban dan lainlain. Simpanan pokok dan wajib tidak boleh diambil selama masih menjadi anggota, kecuali anggota yang bersangkutan mengajukan keluar dari LKM, sedangkan simpanan sukarela dan khusus dapat diambil kapan saja dengan catatan anggota membuat permohonan pengambilan sebelumnya. Jenis pelayanan modal LKM yang dapat direalisasikan bagi anggota yang membutuhkan untuk keperluan modal usaha, keluarga sakit perlu untuk berobat dan keperluan sekolah. Perkembangan LKM sampai saat ini banyak kemajuan dan antusias anggota untuk memanfaatkannya. Warga pun merasakan manfaat dari pembentukan LKM sehingga mereka lebih memilih meminjam dari LKM daripada rentenir. Semenjak pembentukan Posdaya banyak rentenir yang datang ke RW 08 menawarkan pinjaman uang namun dengan bunga yang tinggi. Hal tersebut tentu merugikan dan warga pun tidak tergiur dengan pinjaman yang lebih besar dari rentenir dengan bunga yang tinggi dan lebih memilih LKM. Pada awalnya sistem peminjaman di LKM ini masih secara syari ah dan hanya berdasar pada kepercayaan masing-masing anggota terhadap anggota yang meminjam. Namun saat ini sistem peminjaman di LKM ini juga ada yang secara konvensional yaitu dikenai bunga setiap peminjaman sebesar 17% dari besarnya pinjaman anggota. Sistem peminjaman secara konvensional ini dilakukan semenjak Posdaya Sauyunan mendapatkan bantuan dana pinjaman dari Bank Bukopin yaitu sebesar Rp pada tahun pertama. Setelah selesai pinjaman pada tahun pertama dan dengan pengembalian yang tepat waktu maka pada tahun kedua pinjaman dari Bank Bukopin naik menjadi Rp Hambatan yang dihadapi pada awal pembentukan LKM ini adalah sulit mencari kader yang mengerti tentang pengaturan masalah ekonomi terutama akuntansi, namun dengan semangat untuk memajukan perekonomian masyarakat akhirnya Ibu Neni Hapiyudin dipercaya sebagai ketua sekaligus menjadi kader perekonomian untuk mengurusi pembukuan LKM. Seiring berjalannya waktu akhirnya untuk mengurus pembukuan LKM dilakukan oleh Bendahara dan Sekretaris Posdaya yaitu Ibu Nafsiah dan Ibu Kurniasari. Dalam pelaksanaannya LKM ini diharapkan dapat membantu warga lebih maksimal dan lebih baik lagi dalam mengembangkan perekonomian keluarga. D. Kegiatan Bidang Lingkungan 1. Proses daur ulang sampah plastik Usaha keterampilan kelompok yang sudah berjalan antara lain kripik singkong, telur asin, dan kerajinan tangan seperti bros, tas, taplak meja, dan hiasan lain yang terbuat dari limbah daur ulang sampah plastik. Usaha keterampilan kelompok daur ulang sampah plastik mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan, namun terbentur oleh masalah

49 32 pemasaran produk. Dalam segi modal masyarakat tidak menemukan hambatan yang terlalu berat karena dalam proses pembuatan kerajinan tangan ini tidak diperlukan modal yang besar. Cukup dengan mengumpulkan limbah sampah plastik saja dan alat untuk membuatnya sudah bisa dilakukan. Alat yang digunakan untuk membuat kerajinan ini awalnya dilakukan secara sederhana yakni dengan menggunakan pencil untuk memilin plastik bekas. Namun seiring berjalannya waktu salah seorang warga yang bernama Ibu Satna menciptakan alat yang dapat mempermudah dalam proses memilin plastik tersebut. Alat yang digunakan merupakan alat yang dibuat dan diperoleh memalui kreatifitas Ibu Satna yang membuatnya dari bahan bambu. Hambatan yang sangat dirasakan masyarakat adalah pada pemasaran produk mereka yang belum cukup meluas sehingga belum dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dengan signifikan. Pemasaran produk kerajinan tangan ini hanya dilakukan disekitar rumah warga dan pameran-pameran yang ada di kampus IPB serta kegiatan OST yang dilakukan ketika ada kunjungan ke Posdaya Sauyunan. Pemasaran produk yang sangat terbatas tersebut juga menyebabkan warga menjadi pesimis dalam menjalankan usaha ini. Tetapi dengan optimisme dari ketua Posdaya Sauyunan dan keuletan dari Ibu Satna kerajinan tangan dari limbah sampah plastik ini masih bertahan hingga sekarang. 2. Kebun bergizi dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Pemberdayaan lingkungan hidup Posdaya dilakukan melalui usaha tani ramah lingkungan. Sasaran utamanya adalah pemeliharaan, pengembangan dan pemanfaatan lingkungan sekitar rumah atau di lingkungan alam lainnya, termasuk pemeliharaan sanitasi dan pemanfaatan tanah-tanah kosong, lahan tidur di sekitar rumah atau lingkungan desa. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar setiap keluarga dapat memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan halaman atau tanah kosong dengan menanam tanaman yang berguna untuk memelihara kelestarian alam, merawat lingkungan dan memperbesar manfaat untuk peningkatan gizi atau pendapatan keluarga. Untuk memberikan motivasi kepada warga untuk memanfaatkan lahan pekarangan yang di masing-masing rumah Posdaya menyediakan bibit tanaman siap tanam yang boleh diambil oleh warga masyarkat tanpa harus membeli. Kegiatan ini dilakukan masyarakat dengan semangat hanya pada awal pembentukan Posdaya. Tetapi sekarang ini kesdaran masyarakat akan kebersihan lingkungan semakin rendah. Pot-pot tanaman yang dulunya berjajar rapi di setiap rumah warga sekarang sudah mulai hilang dan tidak dipelihara lagi. Kini hanya beberapa warga saja yang tetap menanam tanaman obat keluarga seperti kencur, jahe, kumis kucing dan daun serai. Sebagian warga lain juga ada yang menanam tanaman sayur seperti cabai, tomat, caisin dan kangkung di halaman rumah mereka. Tetapi sebagian besar warga lain yang tidak ikut menanam tanaman tersebut juga dapat ikut merasakan manfaat tanaman ini karena warga dapat meminta tanaman dari tetangganya yang ikut menanam tanaman obat dan sayur tersebut.

50 33 Susunan pengurus Posdaya Sauyunan pada tahun 2010 di Desa Ciherang dapat dilihat pada Gambar 5. Penanggung Jawab Suherwin, SE Kepala Desa Ciherang Pembina P2SDM IPB BP5K Sekretaris Nafsiah Ketua Neni Hapiyudin Bendahara Kurniasari Bidang pendidikan Nurjanah Siti Maemunah Oon Bidang kesehatan Satna Bilah Lia Fitria Nyai Jamilah Bidang ekonomi Mardawiah Herawati Wati Bidang lingkungan Rizki Sutami Neni Rum Gambar 5 Struktur Kepengurusan Posdaya Sauyunan Sumber: Profil Posdaya Sauyunan (2010)

51 34 Faktor Internal Responden Faktor internal respoden penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, pengalaman individu, motivasi berusaha, dan kekosmopolitan. Data hasil penelitian mengenai faktor internal masyarakat peserta program Posdaya disajikan berupa tabel frekuensi yang terdapat dalam tabel bawah ini. Tabel 1 Kategori, jumlah, dan persentase berdasarkan faktor internal masyarakat peserta program Posdaya Faktor internal Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) Umur Dewasa tua (47 62 tahun) Dewasa pertengahan (35 46 tahun) Dewasa awal (23 34 tahun) Tingkat pendidikan SMA SMP Tingkat penghasilan Pengalaman berposdaya Motivasi berposdaya Kekosmopolitan Tidak sekolah SD > Rp Rp Rp < Rp >3 tahun 2-3 tahun 0-1 tahun Dalam diri individu Luar diri individu Tinggi Sedang Rendah Umur Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 1 diketahui bahwa rata-rata umur responden dalam penelitian adalah umur dewasa awal dengan kisaran antara 23 sampai 34 tahun yang berjumlah 36 orang atau sebesar 50%. Hal tersebut menunjukkan bahwa umur responden dalam kegiatan Posdaya tergolong produktif. Responden penelitian mempunyai umur yang masih muda dan kemampuan produktifitas yang tinggi, sehingga dapat ikut berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan pembangunan khususnya pada program Posdaya. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimiliki responden dapat menunjukkan kemampuan mereka dalam memahami berbagai hal termasuk juga pemahaman mengenai program Posdaya. Pemahaman responden terhadap kegiatan Posdaya dapat dilihat dari keaktifan peserta dalam kegiatan Posdaya dan pemahaman mengenai manfaat Posdaya bagi masyarakat. Dengan demikian tinggi rendahnya pendidikan akan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dalam kegiatan Posdaya. Hasil data penelitian yang disajikan dalam Tabel 1 ternyata pada kategori pendidikan tinggi hanya 7 orang atau 9.7% yang mengenyam sampai

52 35 pendidikan SMA. Sedangkan sebagian besar atau sekitar 52.8% dari responden tergolong dalam pendidikan rendah yakni mereka yang tidak sekolah sampai dengan SD. Tingkat Penghasilan Tingkat penghasilan dalam penelitian ini berarti penerimaaan sejumlah uang baik secara rutin maupun tidak rutin yang berasal dari suami dan istri setiap bulan. Penghasilan responden dalam penelitian tergolong dalam kategori sedang dengan kisaran antara Rp sampai Rp perbulan. Responden dengan kategori tersebut berjumlah lebih dari setengahnya yaitu sebanyak 38 orang atau sekitar 52.8%. Penghasilan responden tergolong sedang sangat terkait dengan jenis pekerjaan mereka yang sebagian besar di sektor informal seperti wiraswasta, buruh, pedagang, sopir dan petani. Penghasilan yang diterima responden setiap bulan dapat dipergunakan untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan Posdaya, khususnya dalam bidang ekonomi sehingga dapat dikembangkan untuk meningkatkan penghasilan mereka. Pengalaman Berposdaya Pengalaman berposdaya merupakan pengetahuan serta kemampuan responden ikutserta dalam kegiatan-kegiatan Posdaya, sehingga responden dapat mengembangkan kemampuan tersebut untuk kegiatan pembangunan lainnya. Hasil data penelitian yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi responden yang mengikuti program Posdaya rata-rata hampir sama. Sebanyak 27 orang atau 37.5% responden tergolong dalam kategori rendah yaitu dengan kisaran 1-0 tahun. Hal tersebut dikarenakan umur Posdaya yang masih muda sekitar 3.5 tahun, sehingga masih banyak masyarakat yang belum mengetahui dan baru mengikuti kegiatan Posdaya pada satu sampai dua tahun terakhir. Namun adapula responden yang mengikuti Posdaya hanya pada satu tahun pertama saja dan tidak mengikutinya lagi hingga sekarang. Adapun penyebabnya adalah kesibukan pribadi dari masing-masing responden sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan yang ada. Selain itu juga disebabkan mekanisme di dalam Posdaya yang kurang terbuka sehingga masyarakat merasa kurang dilibatkan dalam kegiatan Posdaya. Hal tersebut diungkapkan oleh beberapa warga seperti berikut ini. Iya mbak saya dulu pernah ikut Posdaya, tapi cuma di awal terbentuk saja. Katanya sih saya dimasukin di bidang ekonomi tapi ya gitu enggak jelas pengaturannya kayak gimana. Semua yang ngurusin ketuanya jadi saya ngerasa kurang diikutin dalam perencanaan kegiatannya, makanya saya enggak nyaman dan sekarang sudah gak pernah ikut kegiatan lagi.(hrw, 38 tahun) Motivasi Berposdaya Motivasi berposdaya merupakan dorongan yang timbul dari dalam maupun dari luar diri responden untuk mengikuti kegiatan Posdaya. Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebanyak 47 orang atau rata-rata 65.3% responden mengikuti program Posdaya merupakan dorongan dari dalam diri sendiri. Dorongan itu timbul karena adanya keinginan dari masyarakat untuk

53 36 memperoleh pengetahuan, keterampilan, pengalaman, serta sekaligus dapat menambah pendapatan khususnya pada bidang ekonomi Posdaya. Sedangkan motivasi yang timbul dari luar diri responden biasanya berasal dari ajakan teman, ajakan tetangga, keluarga, maupun dari para tokoh masyarakat. Kekosmopolitan Kekosmopolitan dalam penelitian ini merupakan keterbukaan responden terhadap berbagai sumber informasi yang bekaitan dengan orang lain, serta dari frekuensi responden berinteraksi dengan berkunjung keluar desa, konsultasi dengan pendamping, konsultasi dengan tokoh masyarakat, tukar menukar informasi, mencari informasi dari berbagai sumber terkait dengan Posdaya. Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh sebanyak 35 orang atau 48.6% responden tergolong dalam kategori sedang. Informasi yang diperoleh masyarakat sebagian besar berasal dari saling tukar informasi dengan sesama teman atau tetangga yang masih berada dalam lingkungan responden. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa responden juga mencari informasi melalui media massa terutama dari media televisi. Faktor Eksternal Responden Faktor eksternal dalam penelitian ini adalah peran media massa, peran tokoh masyarakat, dan peran pendamping. Data hasil penelitian mengenai faktor eksternal masyarakat peserta program Posdaya disajikan berupa tabel frekuensi yang terdapat dalam tabel bawah ini. Tabel 2 Kategori, jumlah, dan persentase berdasarkan faktor internal masyarakat peserta program Posdaya Faktor eksternal Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) Peran media massa Tinggi (> 3 kali per bulan) Sedang (1-2 kali per bulan) Rendah (Tidak pernah) Peran tokoh masyarakat Peran pendamping Tinggi (sangat berpengaruh) Sedang (cukup berpengaruh) Rendah (tidak berpengaruh) Tinggi (sangat berpengaruh) Sedang (cukup berpengaruh) Rendah (tidak berpengaruh) Peran Media Massa Peran media massa merupakan bentuk peran media yang mampu memberikan informasi dan pengetahuan masyarakat tentang kegiatan Posdaya baik berupa media cetak maupun media elektronik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peran media massa tergolong sedang dengan responden sebanyak 38 orang atau 52.8%. Hal ini berarti peran media massa sudah cukup baik dalam upaya untuk memberikan informasi mengenai program Posdaya. Sebagian besar responden memperoleh informasi tentang program Posdaya

54 37 melalui media elektronik yaitu televisi dan radio. Responden memperoleh informasi Posdaya dalam acara televisi yang ditayangkan oleh channel TVRI setiap seminggu sekali, serta beberapa kali melalui siaran radio. Sesuai dengan yang diungkapkan salah satu responden berikut ini. Saya mah biasanya ngeliat acara Posdaya di TVRI mbak, tapi ya cuma kadang-kadang aja kalau nggak sengaja, kan sekarang mah jarang yang nonton acara di TVRI. (MDW, 33 tahun). Peran Tokoh Masyarakat Tokoh masyarakat dalam penelitian ini merupakan seseorang yang mempunyai kemampuan mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat, berperan sebagai pemberi berbagai informasi, pemberi motivasi dan penggerak, serta pemberi bimbingan berkaitan kegiatan Posdaya. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa peran tokoh masyarakat kategori sedang yaitu sebesar 51.4%. Menurut responden penelitian tokoh masyarakat sudah berperan cukup aktif dalam mendukung adanya kegiatan Posdaya, tetapi masih perlu banyak memberi motivasi kepada masyarakat mengenai kegiatan Posdaya khususnya dalam bidang lingkungan. Hal tersebut perlu dilakukan agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh masyarakat yang dimaksud dalam penelitian yaitu ketua RT/RW, tokoh agama, tokoh pemuda, dan tokoh lain yang dianggap berpengaruh dalam masyarakat. Peran tokoh masyarakat salah satunya juga dalam penunjukkan koordinator Posdaya. Artinya yaitu koordinator Posdaya juga dapat disebut sebagai tokoh masyarakat. Ibu mah dapat informasi Posdaya cuma dari Bu Juju aja neng. Pokoknya Bu Juju mah TOP banget dah, semuanya bisa dikerjain sendiri sama dia. Ibu cuma ngikut aja kalau ada tugas dari ketuanya. (NRJ, 35 tahun). Peran tokoh yang sangat terlihat dalam Posdaya Sauyunan yaitu peran dari tokoh masyarakat sekaligus sebagai ketua Posdaya. Semua informasi yang diterima oleh anggota Posdaya hanya melalui satu jalur yaitu melalui ketua atau koordinator Posdaya. Peran Pendamping Peran pendamping merupakan peran seseorang baik atas nama individu maupun kelompok berkaitan dengan kemampuan pemercepat perubahan, perantara, pendidik, tenaga ahli, perencana sosial dan advokat dalam masyarakat berkaitan dengan kegiatan Posdaya. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa peran pendamping tergolong sedang yaitu sebesar 43.1%. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya seorang pendamping dapat membantu dan memotivasi masyarakat khususnya peserta Posdaya dalam menjalankan kegiatan yang ada di Posdaya.

55 38

56 39 PARTISIPASI MASYARAKAT PESERTA PROGRAM POSDAYA Partisipasi Masyarakat dalam Program Posdaya Posdaya merupakan program pembangunan yang bersifat partisipatif yaitu dengan melibatkan masyarakat langsung dalam semua kegiatannya. Partisipasi dalam penelitian ini merupakan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan yang ada dalam Posdaya baik dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Menurut Slamet (2003) partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan adalah ikutsertanya masyarakat dalam perencanaan, ikutserta dalam pelaksanaan, ikutserta dalam memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Program Posdaya Perencanaan dalam penelitian ini merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk merancang, menentukan dan menyusun kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan program Posdaya dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap program tersebut. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan program Posdaya dilihat dari proses penentuan kegiatan, lokasi dan waktu kegiatan, penentuan modal dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan Posdaya. Tabel 3 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat peserta Posdaya dalam perencanaan program Tingkat partisipasi Jumlah(orang) Persentase (%) Tinggi Rendah Total Hasil penelitian pada Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan program Posdaya masih tergolong rendah yaitu sebesar 83.3%. Artinya masyarakat belum terlibat secara aktif dalam perencanaan program, sehingga masyarakat kurang merasakan manfaat adanya program Posdaya. Hal tersebut disebabkan pada saat perencanaan maupun penentuan kegiatan seperti rapat maupun musyawarah bersama yang hadir kebanyakan adalah para tokoh masyarakat, pengurus RW/RT dan berserta keluarga dekat dari tokoh masyarakat tersebut. Sedangkan masyarakat yang hadir hanya datang dan diam saja karena mereka malu untuk memberikan pendapat. Saran dan ide untuk perencanaan kegiatan juga sebagian besar didominasi oleh para tokoh masyarakat. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Posdaya Pelaksanaan dalam penelitian ini merupakan suatu kegiatan dimana masyarakat ikut membantu dan menyumbangkan tenaga, peralatan, dan modal yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan Posdaya. Masyarakat lebih menyukai pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan. Hal ini terbukti bahwa dalam semua kegiatan Posdaya, partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan adalah yang tertinggi. Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program Posdaya

57 40 terlihat dari ikutsertanya masyarakat dalam melaksanakan kegiatan seperti ikut langsung pelaksanaan pada setiap kegiatan, ikut menyediakan tempat dan peralatan yang digunakan dalam proses pelaksanaan kegiatan. Tabel 4 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat peserta Posdaya dalam pelaksanaan program Tingkat partisipasi Jumlah(orang) Persentase (%) Tinggi Rendah Total Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4 di atas terlihat bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Posdaya tergolong tinggi yaitu sebesar 56.9% jika dibandingkan dengan masyarakat yang partisipasinya rendah hanya 43.1%. Artinya masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan sudah aktif ikutserta di dalamnya. Walaupun dalam perencanaan partisipasi masyarakat masih rendah, tetapi dalam pelaksanaan kegiatan keikutsertaan masyarakat sudah cukup tingggi. Hal ini disebabkan masyarakat lebih tertarik untuk terlibat secara langsung dalam pelaksanaan kegiatannya seperti pada saat ada pelatihan, pameran, dan kunjungan tamu yang berasal dari luar daerah mereka serta kunjungan para pendamping. Masyarakat memperoleh pengetahun dan pengalaman ketika ikut dalam pelaksanaan kegiatan, jika dibandingkan dengan proses perencanaan yang hanya diikuti masyarakat secara pasif. Partisipasi Masyarakat dalam Evaluasi Program Posdaya Evaluasi merupakan suatu kegiatan dimana masyarakat dapat memberikan masukan untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan program Posdaya selanjutnya. kegiatan evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak berhasil. Keterlibatan masyarakat dalam evaluasi program sangat penting dilakukan karena baik masyarakat sebagai anggota maupun kader Posdaya dapat saling memberikan masukan dan saran untuk kemajuan dari Posdaya tersebut. Tabel 5 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat peserta Posdaya dalam evaluasi program Tingkat partisipasi Jumlah Persentase (%) Tinggi Rendah Total Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5 di atas terlihat bahwa partisipasi masyarakat dalam evaluasi program tergolong rendah yaitu sebesar 83.3%. Jumlah ini sama dengan hasil yang di dapatkan pada partisipasi dalam perencanaan program. Hal ini berarti masyarakat masih belum terlibat secara aktif dalam dua tahapan partisipasi yaitu perencanaan dan evaluasi program.

58 41 Nasdian (2003) mengemukakan bahwa terdapat faktor yang mampu menghambat partisipasi masyarakat. Faktor tersebut adalah masalah struktural dan budaya. Dalam penelitian ini tingkat partisipasi masyarakat peserta Posdaya pada perencanaan dan evaluasi program tergolong sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh budaya yang tumbuh dalam masyarakat yaitu masyarakat yang pasrah terhadap nasib dan terlalu tergantung kepada pemimpin, sehingga masyarakat kurang kreatif. Saya tahu kegiatan Posdaya ya dari ketua Posdaya mbak, semua pengumuman yang hubungannya sama Posdaya ya informasinya cuma dari ketuanya. Saya mah ngikut aja mbak, saya kan gak berpendidikan mana ngerti yang kayak begituan. Biar yang pinter-pinter aja yang ngurusin itu. (IFN, 29 Tahun). Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi dalam Program Posdaya Tingkat partisipasi masyarakat dalam program Posdaya sangat ditentukan oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam diri masyarakat maupun faktor dari luar diri masyarakat. Faktor dari dalam diri masyarakat antara lain umur, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, pengalaman individu, motivasi berusaha, dan tingkat kekosmopolitan. Sedangkan faktor dari luar yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat adalah peran media massa, peran tokoh masyarakat, dan peran pendamping. Hubungan Antara Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi masyarakat Program Posdaya Analisis hubungan antara faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Posdaya digunakan untuk melihat sejauhmana faktor internal berhubungan nyata positif dengan tingkat partisipasi. Hasil analisis yang diperoleh akan menunjukkan hubungan nyata (p<0.05) dan sangat nyata (p<0.01) dengan menggunakan uji Rank Spearman. Selain itu juga akan didapatkan beberapa indikator yang berhubungan antara faktor internal dengan partisipasi masyarakat. Tabel 6 Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarakat Faktor Internal Partisipasi ( s ) Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Umur * * Tingkat pendidikan Tingkat penghasilan Pengalaman 0.449** 0.323** 0.314** berposdaya Motivasi berposdaya Kekosmopolitan 0.569** ** Keterangan : s = koefisien Rank Spearman, sangat nyata pada (p<0.01) *hubungan nyata pada (p<0.05), dan **hubungan

59 42 Umur Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara faktor internal umur dengan tingkat partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman di atas menunjukkan bahwa umur berhubungan nyata negatif (p<0.05) dengan tingkat partisipasi dalam pelaksanaan dan evaluasi program Posdaya pada tingkat keeratan rendah tetapi pasti ( s= dan s= ). Sedangkan umur juga berhubungan negatif walaupun tidak nyata dengan perencanaan program Posdaya. Hal tersebut artinya umur sebagian besar responden masuk dalam kategori dewasa awal memiliki partisipasi dalam program Posdaya rendah. Penyebabnya yaitu dengan umur yang masih muda dan produktif mereka lebih memilih untuk mencari penghasilan atau bekerja. Selain itu, juga disebabkan karena masyarakat berusia muda lebih suka bersenangsenang atau bermain sehingga mereka kurang menyadari bahwa diumur mereka yang masih muda seharusnya di isi dengan kegiatan yang lebih bermanfaat. Tingkat Pendidikan Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan nyata (p>0.05) dengan partisipasi baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program Posdaya. Artinya walaupun tingkat pendidikan responden masih tergolong rendah, tetapi tidak secara nyata dapat berpengaruh terhadap partisipasinya. Dalam penelitian ini sebagian besar responden yaitu sebanyak 36 orang (50.0%) berpendidikan rendah dari yang tidak sekolah sampai dengan pendidikan SD. Terbukti pada partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program yang tergolong tinggi, meskipun tingkat pendidikan masyarakat masih rendah. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah dalam penelitian ini hanya pada tingkat pendidikan formal saja, tetapi pada kenyataannya pengetahuan, keterampilan dan pengalaman masyarakat juga didapatkan dari pendidikan non-formal di luar sekolah. Seperti yang diungkapkan warga sebagai berikut. Warga disini sedikit yang sekolah di negeri mbak, biasanya sekolah cuma sampai SD habis itu kerja. Kalau gak kerja ya langsung nikah. Kalau sekolah juga cuma di madrasah atau di pondok. Ada juga yang ikut kursus sama pelatihan-pelatihan gitu (NPH, 42 tahun). Tingkat Penghasilan Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara tingkat penghasilan dengan tingkat partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat penghasilan tidak berhubungan nyata (p>0.05) dengan partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program Posdaya. Hal tersebut artinya tinggi penghasilan perbulan yang diterima responden tidak mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan Posdaya. Sebab dalam Posdaya ini kegiatannya tidak hanya pada bidang ekonomi, tetapi menyeluruh baik dari bidang pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Masyarakat yang kurang mampu

60 43 juga bisa ikut dalam kegiatan Posdaya misalnya dalam bidang pendidikan yaitu dengan adanya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang biayanya lebih murah dibandingkan dengan sekolah kanak-kanak lain. Oleh karena itu, tingkat penghasilan tidak cukup berpengaruh dalam peningkatan partisipasi masyarkat dalam program Posdaya. Pengalaman Berposdaya Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara pengalaman berposdaya dengan tingkat partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa pengalaman individu berhubungan sangat nyata positif (p>0.01) dengan partisipasi baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program Posdaya pada tingkat keeratan yang tinggi ( s= 0.449, s= dan s= 0.314). Hal tersebut artinya semakin tinggi pengalaman berposdaya dalam kegiatan Posdaya maka semakin tinggi pula tingkat partisipasinya. Penyebabnya adalah masyarakat yang lebih memahami dan semakin mengerti program Posdaya akan cenderung memperoleh manfaat dengan adanya kegiatan Posdaya. Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat juga akan semakin meningkat apabila masyarakat lebih lama pengalamannya berada dalam program Posdaya. Menurut Mardikanto (1993) menyatakan bahwa pengalaman masa lalu akan mempengaruhi kecenderungan petani untuk merasa memerlukan dan siap menerima pengetahuan baru. Dengan demikian pengalaman individu dalam kegiatan Posdaya akan sangat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat untuk kegiatan pembangunan selanjutnya. Motivasi Berposdaya Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara motivasi berposdaya dengan tingkat partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa motivasi berusaha tidak berhubungan nyata negatif (p>0.05) dengan partisipasi dalam perencanaan dan evaluasi program Posdaya. Sedangkan pada pelaksanaan program, motivasi berposdaya tidak behubungan nyata positif. Hal tersebut artinya masyarakat yang termotivasi dari luar diri maka partisipaisnya rendah karena mereka hanya mengikuti orang-orang disekitar mereka seperti teman, tetangga, maupun keluarga. Sedangkan motivasi yang berasal dari dalam diri masyarakat seharusnya dapat meningkatkan partisipasi, namun sebagian besar keinginan mengikuti Posdaya hanya karena ingin mengisi waktu luang sehingga motivasi tersebut kurang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat. Sesuai dengan penelitian Kurniawati (2010) bahwa motivasi tergolong rendah maka partisipasinya rendah pula dalam kegiatan Posdaya. Masyarakat yang berpartisipasi bukan terdorong oleh diri masyarakat sendiri, tetapi terdorong dari luar dirinya. Kekosmopolitan Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara kekosmopolitan dengan tingkat partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Pada Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa kekosmopolitan berhubungan sangat nyata positif (p>0.01) dengan partisipasi

61 44 dalam perencanaan dan evaluasi program Posdaya pada tingkat keeratan yang tinggi ( s= dan s= 0.360). Hal tersebut artinya semakin tinggi kekosmopolitan masyarakat terhadap informasi maka semkain tinggi pula partisipasinya dalam kegiatan Posdaya. Hal ini sesuai dengan Kurniawati (2010) bahwa semakin tinggi kekosmopolitan maka semakin tinggi dalam berpartisipasi. Kekosmopolitan disini seperti tukar informasi dengan orang lain, berhubungan dengan tokoh masyarakat dan memanfaatkan media massa sebagai sumber informasi, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan Posdaya. Sedangkan pada pelaksanaan program kekosmopolitan tidak berhubungan nyata. Dalam pelaksanaan program, kekosmopolitan tidak berhubungan nyata dengan partispasi karena dalam pelaksanaan program masyarakat hanya ikut saja dalam kegiatan untuk menyumbang tenaga, tetapi tidak saling tukur informasi sebab mereka saling tukar dan mencari informasi sebelum dilaksanakannya kegiatan. Pada keseluruhan hasil pengujian hubungaan antara faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarakat terlihat bahwa hubungan sangat nyata positif (p>0.01) dan hubungan nyata positif (p>0.05) terdapat pada umur, pengalaman individu, dan kekosmopolitan. Hal ini berarti hipotesis satu (Hı) yaitu terdapat hubungan nyata positif faktor internal dengan partisipasi diterima. Hubungan Antara Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi masyarakat dalam Program Posdaya Analisis hubungan antara faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Posdaya digunakan untuk mengetahui sejauhmana faktor eksternal berhubungan nyata positif dengan tingkat partisipasi. Hasil analisis yang diperoleh akan menunjukkan hubungan nyata (p<0.05) dan sangat nyata (p<0.01) dengan menggunakan uji Rank Spearman. Selain itu juga akan didapatkan beberapa indikator yang berhubungan antara faktor eksternal dengan partisipasi masyarakat. Tabel 7 Hubungan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat Faktor eksternal Partisipasi ( s ) Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Peran media massa 0.423** 0.296* 0.374** Peran tokoh masyarakat * 0.252* Peran pendamping Keterangan : s = koefisien Rank Spearman, sangat nyata pada (p<0.01) *hubungan nyata pada (p<0.05), dan **hubungan Peran Media Massa Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara peran media massa dengan tingkat partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa peran media massa berhubungan sangat nyata positif (p<0.01) dengan partisipasi baik dalam perencanaan dan evaluasi program Posdaya pada tingkat keeratan cukup tinggi ( s = dan s = 0.374). Peran media massa juga berhubungan nyata positif (p<0.05) dengan partisipasi dalam pelaksanaan program pada tingkat

62 45 keeratan rendah tetapi pasti ( s= 0.296). Artinya peran media massa yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Hal tersebut disebabkan dengan adanya informasi yang diberikan oleh media massa masyarakat akan lebih mengetahui dan tertarik untuk ikut dalam kegiatan. Selain itu, media massa merupakan media yang sangat efektif untuk menyebarluaskan program yang ada di masyarakat karena masyarakat sekarang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah untuk menonton televisi dibandingkan pergi berkunjungan ke rumah tetangga maupun sanak saudara. Peran Tokoh Masyarakat Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara peran tokoh masyarakat dengan tingkat partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa peran tokoh masyarakat berhubungan nyata positif (p>0.05) dengan partisipasi baik dalam pelaksanaan dan evaluasi program Posdaya pada tingkat keeratan rendah tetapi pasti ( s= dan s= 0.252). Sedangkan peran tokoh masyarakat tidak berhubungan nyata dalam perencanaan program. Hal tersebut artinya peran tokoh masyarakat dapat mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Penyebabnya yaitu tokoh masyarakat merupakan sosok yang dianggap memiliki pengetahuan yang lebih serta dijadikan sebagai tauladan dalam kehidupan bermasyarakat. Tokoh masyarakat dapat memberikan masukan, saran, ide dan pendapatnya sehingga dapat digunakan oleh masyarakat dalam program Posdaya. Namun, dalam perencanaan program disini tidak berhubungan nyata karena pada saat menjalankan kegiatan para tokoh masyarakat lebih aktif dalam pelaksanaan dan evaluasi program sebab dengan kesibukan sebagai aparat desa mereka tidak sempat untuk ikut dalam perencanaan program. Seperti yang diutarakan oleh tokoh masyarakat berikut. Saya biasanya ikut kalau pas lagi ada kegiatan kayak OST atau pelatihan gitu aja. Soalnya saya jarang di rumah, banyak kerjaan yang gak bisa ditinggal (RIZ, ketua RT). Peran Pendamping Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara peran pendamping dengan tingkat partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan peran pendamping tidak berhubungan nyata positif (p>0.05) dengan partisipasi baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program Posdaya. Hal tersebut artinya peran pendamping tinggi ataupun rendah tidak mendorong partisipasi masyarakat. Hal ini disebabkan karena pendampingan yang dilakukan hanya intensif pada saat awal pembentukan Posdaya. Semakin lama pendamping tidak rutin dalam memberikan pendampingan dalam kegiatan Posdaya. Oleh sebab itu, masyarakat merasakan bahwa baik dengan ada tidaknya pendamping, tidak akan berpengaruh dalam partisipasi masyarakat. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Kurniawati (2010) bahwa peran pendamping mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi baik aspek perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. Peran pendamping disini adalah untuk menyadarkan masyarakat akan kebutuhan

63 46 nyata menjadi kebutuhan yang dirasakan. Akan tetapi, hal tersebut hanya dilakukan pada saat awal pembentukan Posdaya, sehingga masyarakat kurang merasa manfaat adanya pendamping untuk sekarang ini. Pada keseluruhan hubungan antara faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat terlihat bahwa hubungan sangat nyata positif (p>0.01) dan hubungan nyata positif (p>0.05) terdapat pada peran media massa dan peran tokoh masyarakat. Hipotesis kedua (H2) mengenai terdapat hubungan nyata positif antara faktor internal dengan partisipasi diterima.

64 47 KEMANDIRIAN MASYARAKAT PESERTA PROGRAM POSDAYA Kemandirian Masyarakat dalam Program Posdaya Menurut Sumodiningrat (1999), kemandirian diartikan sebagai proses pembangunan yang diciptakan dari, oleh, dan untuk setiap anggota masyarakat. Hal tersebut selaras dengan konsep Posdaya yaitu sebagai suatu program dari bawah atau bottom up program yang menggunakan kemandirian dan pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi (Muljono et al. 2009). Seperti yang diungkapkan Sumodiningrat (1999) bahwa kemandirian dikategorikan menjadi tiga yaitu kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen. Dalam penelitian ini, kemandirian akan dilihat dari ketiga aspek tersebut. Kemandirian Intelektual Masyarakat dalam Program Posdaya Kemandirian intelektual merupakan suatu kemampuan sebagai pembentukan dasar pengetahuan yang memungkinkan untuk mengatasi dominasi dan permasalahan dari pihak lain. Kemandirian intelektual dalam penelitian ini meliputi kemampuan berkaitan dengan memanfaatkan waktu, memanfaatkan jenis kegiatan dan kemampuan mengatasi masalah kegiatan Posdaya. Tabel 8 Jumlah dan persentase kemandirian intelektual masyarakat peserta program poasdaya Kemandirian Jumlah Persentase (%) Intelektual Tinggi Rendah Total Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 8 di atas terlihat bahwa kemandirian intelektual masyarakat sudah tergolong tinggi yaitu dengan persentase 62.5%. Hal ini artinya masyarakat sudah mempunyai kemandirian intelektual yang cukup tinggi karena intelektualitas berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh masyarakat. Pengetahuan dan pengalaman berkaitan dengan cara berpikir masyarakat terhadap hal-hal baru khususnya pada kegiatan Posdaya yang dalam hal ini merupakan program yang mungkin masih baru serta belum begitu diketahui oleh masyarakat pedesaan. Kemandirian Material Masyarakat dalam Program Posdaya Kemandirian material merupakan kemampuan produktif yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat secara maksimal. Kemandirian material dalam penelitian ini meliputi kemampuan berkaitan menyediakan dan menggunakan peralatan, menyediakan dan menggunakan modal, serta menyediakan bahan-bahan kegiatan Posdaya.

65 48 Tabel 9 Jumlah dan persentase kemandirian material masyarakat peserta program Posdaya Kemandirian Material Jumlah Persentase (%) Tinggi Rendah Total Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 9 di atas terlihat bahwa kemandirian material masyarakat tergolong tinggi dengan persentase 59.7%. Hal ini berarti masyarakat sudah mempunyai kemandirian material yang memadai berkaitan dengan kemampuan mereka dalam menyediakan dan menggunakan peralatan, menyediakan dan menggunakan modal, serta penyediaan bahan-bahan kegiatan Posdaya. Kemandirian Manajemen Masyarakat dalam Program Posdaya Kemandirian manajemen adalah kemampuan untuk membina diri dan menjalani serta mengelola kegiatan secara bersama dengan orang lain. Kemandiran manajemen dalam penelitian ini berkaitan dengan pembinaan diri peserta Posdaya, pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan Posdaya bersama dengan peserta Posdaya lain. Tabel 10 Jumlah dan persentase kemandirian manajemen masyarakat peserta progam program Posdaya Kemandirian Jumlah Persentase (%) Manajemen Tinggi Rendah Total Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 10 di atas terlihat bahwa kemandirian manajemen masyarakat tergolong sangat tinggi dengan persentase 93.1%. Hal ini berarti masyarakat sudah mempunyai kemandirian manajemen yang sangat memadai berkaitan dengan kemampuan mereka dalam melakukan pembinaa diri, mengatur kegiatan baik di luar maupun dalam program Posdaya, serta mampu melaksanakan dan mengelola kegiatan bersama-sama dengan peserta Posdaya lainnya. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Masyarakat dengan Kemandirian dalam Program Posdaya Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan kemandirian masyarakat peserta program Posdaya. Faktor internal atau faktor dari dalam diri masyarakat antara lain umur, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, pengalaman individu, motivasi berusaha, dan tingkat kekosmopolitan. Sedangkan faktor eksternal atau faktor dari luar yang

66 49 berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat adalah peran media massa, peran tokoh masyarakat, dan peran pendamping. Hubungan Antara Faktor Internal dengan Kemandirian Masyarakat dalam Program Posdaya Analisis hubungan antara faktor internal dengan kemandirian masyarakat dalam program Posdaya digunakan untuk meliat sejauhmana faktor internal berhubungan nyata positif dengan tingkat kemandirian. Hasil analisis yang diperoleh akan menunjukkan hubungan nyata (p<0.05) dan sangat nyata (p<0.01) dengan menggunakan uji Rank Spearman. Selain itu juga akan didapatkan beberapa indikator ynag berhubungan antara faktor internal dengan kemandirian masyarakat. Tabel 11 Hubungan faktor internal dengan tingkat kemandirian masyarakat Faktor Internal Kemandirian ( s ) Intelektual Material Manajemen Umur * Tingkat pendidikan Tingkat penghasilan Pengalaman 0.381** * berposdaya Motivasi berposdaya * Kekosmopolitan Keterangan : s = koefisien Rank Spearman, sangat nyata pada (p<0.01) *hubungan nyata pada (p<0.05), dan **hubungan Umur Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara umur dengan kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen responden. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa umur berhubungan nyata negatif (p<0.05) dengan kemandirian material pada tingkat keeratan rendah tetapi pasti ( s= ). Hal ini berarti umur dewasa awal belum mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam aspek material. Salah satu penyebabnya adalah kesibukkan responden dalam bekerja mencari uang, sehingga tidak bisa berperan serta dalam kegiatan Posdaya. Sedangkan pada kemandirian intelektual dan manajemen umur tidak berhubungan nyata. Hal tersebut berarti umur responden rendah belum mampu menumbuhkan kemandirian yang tinggi baik dalam kemandirian intelektual maupun kemandirian manajemen. Tingkat Pendidikan Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen responden. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan nyata (p>0.05) dengan kemandirian baik dalam kemandirian intelektual, material dan manajemen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak bisa menciptakan kemandirian masyarakat dalam program Posdaya. Data hasil penelitian juga menunjukkan

67 50 hubungan negatif yang berlawanan arah yaitu semakin rendah tingkat pendidikan semakin tinggi kemandirian masyarakat. Dalam penelitian ini tingkat pendidikan responden tergolong rendah yaitu dari responden yang tidak sekolah sampai dengan SD. Meskipun dengan pendidikan yang rendah tetapi masyarakat masih dapat mengembangkan kemampuan mereka, sehingga dapat menumbuhkan kemandirian dalam diri mereka. Berbeda dengan penelitian Kurniawati (2010) dikemukan bahwa pendidikan formal dapat menciptakan kemandirian masyarakat. Perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan karakteristik responden dalam tingkat pendidikan yang ada di lapangan. Tingkat Penghasilan Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara tingkat penghasilan dengan kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen responden. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat penghasilan tidak berhubungan nyata (p>0.05) dengan kemandirian intelektual, material dan manajemen. Hal ini berarti penghasilan responden tidak dapat menciptakan kemandirian masyarakat karena tidak semua kegiatan Posdaya membutuhkan uang yang banyak, karena pada dasarnya Posdaya adalah wadah yang hanya digunakan masyarakat untuk berkumpul. Dengan demikian Posdaya lebih mengutamakan kegotongroyongan dari masyarakat dan inovasi masyarakat agar dapat mengembangkan kehidupan mereka. Data di lapang menunjukkan bahwa sebagian responden termasuk kategori berpenghasilan sedang. Tetapi kegiatan yang dilakukan dalam Posdaya pendanaan dilakukan dengan cara mencari donatur sehingga masyarakat yang kurang mampu juga tidak merasa diberatkan dalam hal pendanaan program. Pengalaman Berposdaya Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara pengalaman berposdaya dengan kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen responden. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa pengalaman individu berhubungan sangat nyata positif (p<0.01) dengan kemandirian intelektual pada tignkat keeratan cukup tinggi ( s= 0.381). Pengalaman berposdaya responden juga berhubungan nyata positif (p<0.05) dengan kemandirian manajemen pada tingkat keeratan rendah tetapi pasti ( s= 0.243). Sedangkan pada kemandirian material, pengalaman individu responden tidak berhubungan nyata. Artinya kemandirian material responden tidak bergantung pada pengalaman berposdaya. Sedangkan pada kemandirian intelektual dan manajemen sangat tergantung dengan pengalaman individu. Hal tersebut karena pengalaman berposdaya dapat memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kepada masyarakat sehingga dapat mempengaruhi kemandirian mereka. Motivasi Berposdaya Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara motivasi berposdaya dengan kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen responden. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa motivasi berposdaya tidak berhubungan nyata negatif dengan kemandirian intelektual dan manajemen. Sedangkan pada kemandirian

68 51 material, motivasi berposdaya berhubungan nyata negatif (p<0.05) dengan kemandirian material pada tingkat keeratan rendah tetapi pasti ( s= ). Hal ini menggambarkan bahwa motivasi berposdaya tidak dapat menumbuhkan baik kemandirian intelektual dan manajemen. Pada kemandirian material terlihat bahwa motivasi berhubungan namun cenderung sedikit dengan kemandirian, karena motivasi responden untuk ikut dalam Posdaya adalah mengikuti ajakan teman dan hanya untuk mengisi waktu luang. Kekosmopolitan Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara kekosmopolitan dengan kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen responden. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa kekosmopolitan tidak berhubungan nyata (p>0.05) dengan kemandirian intelektual, material dan manajemen. Hal ini berarti kekosmopolitan atau keterbukaan masyarakat akan informasi tidak berhubungan dengan kemandirian baik kemandirian intelektual, material dan manajemen. Pada keseluruhan hubungan antara faktor internal dengan kemandirian masyarakat terlihat bahwa hubungan sangat nyata positif (p<0.01) terdapat pada pengalaman individu dan berhubungan nyata (p<0.05) pada umur dan motivasi berusaha. Hipotesis kedua (H3) mengenai hubungan nyata positif antara faktor internal dengan partisipasi diterima. Hubungan Antara Faktor Eksternal dengan Kemandirian masyarakat dalam Program Posdaya Analisis hubungan antara faktor eksternal dengan kemandirian masyarakat dalam program Posdaya digunakan untuk meliat sejauhmana faktor eksternal berhubungan nyata positif dengan tingkat kemandirian. Hasil analisis yang diperoleh akan menunjukkan hubungan nyata (p<0.05) dan sangat nyata (p<0.01) dengan menggunakan uji Rank Spearman. Selain itu juga akan didapatkan beberapa indikator ynag berhubungan antara faktor eksternal dengan kemandirian masyarakat. Tabel 12 Hubungan faktor eksternal dengan tingkat kemandirian masyarakat Faktor eksternal Kemandirian ( s ) Intelektual Material Manajemen Peran media massa Peran tokoh masyarakat * Peran pendamping Keterangan : s = koefisien Rank Spearman, *hubungan nyata pada (p<0.05) Peran Media Massa Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara peran media massa dengan kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen responden. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa peran media massa tidak berhubungan nyata (p>0.05) dengan kemandirian intelektual, material dan manajemen. Hal ini artinya

69 52 kemandirian masyarakat tidak tergantung pada peran media massa. Kemandirian masyarakat bisa tumbuh dari berbagai faktor, selain itu pada peran media massa tidak berpengaruh kuat karena masyarakat dapat memperoleh informasi tidak hanya melalui media massa. Peran Tokoh Masyarakat Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara peran tokoh masyarakat dengan kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen responden. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa peran tokoh masyarakat berhubungan nyata positif (p<0.05) dengan kemandirian material pada tingkat keeratan rendah tetapi pasti ( s= 0.286). Sedangkan peran tokoh masyarakat tidak berhubungan nyata dalam kemandirian intelektual dan manajemen program. Artinya peran tokoh masyarakat dapat menciptakan kemandirian material karena sebagian besar kegiatan Posdaya melibatkan para tokoh masyarakat dan mereka pula yang banyak memberikan sumbangan baik dari tenaga maupun materi dalam pelaksanaan kegiatan. Akan tetapi peran tokoh masyarakat tidak mampu meciptakan kemandirian manajemen dan intelektual karena masyarakat sudah mampu dalam mengatur kegiatan dan bekerjasama dengan peserta Posdaya lainnya. Peran Pendamping Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara peran pendamping dengan kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen responden. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan peran pendamping tidak berhubungan nyata (p>0.05) dengan kemandirian intelektual, material dan manajemen program Posdaya. Artinya peran pendamping tidak mampu menumbuhkan kemandirian baik kemandirian intelektual, material dan manajemen. Hal ini disebabkan kurangnya pendampingan kepada masyarakat peserta Posdaya, sehingga masyarakat sudah merasa bisa menjalankan kegiatannya sendiri tanpa adanya pendampingan. Disini mah gak ada pendampingnya neng, kita berusaha sendiri berinovasi buat ngembangin Posdaya. Pendamping ada mah di awal aja, tapi sekarang tidak ada lagi pendampingan. Jadi ya gini masyarakat juga agak kendor semangatnya buat ikut Posdaya. (NHP, 42 tahun). Menurut penuturan beberapa informan dapat diketahui bahwa pada Posdaya ini peran pendamping sedikit berkurang karena masyarakat tidak merasakan adanya manfaat dengan adanya pendamping. Namun, warga sangat mengharapkan adanya perhatian dari pendamping baik dari mahasiswa maupun pihak P2SDM agar Posdaya Sauyunan dapat berkembang dengan baik. Pada keseluruhan hubungan antara faktor eksternal dengan kemandirian masyarakat terlihat bahwa ada hubungan nyata pada peran tokoh masyarakat dengan kemandirian material. Hipotesis keempat (H4) mengenai hubungan nyata positif antara faktor eksternal dengan partisipasi diterima.

70 53 Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat dalam Program Posdaya Analisis hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat dalam program Posdaya digunakan untuk meliat sejauhmana tingkat partisipasi berhubungan nyata positif dengan tingkat kemandirian. Hasil analisis yang diperoleh akan menunjukkan hubungan nyata (p<0.05) dan sangat nyata (p<0.01) dengan menggunakan uji Rank Spearman. Selain itu juga akan didapatkan beberapa indikator yang berhubungan antara tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat. Tabel 13 Hubungan tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat Partisipasi Kemandirian ( s ) Intelektual Material Manajemen Perencanaan 0.346** Pelaksanaan 0.543** Evaluasi 0.269* Keterangan : s = koefisien Rank Spearman, sangat nyata pada (p<0.01) *hubungan nyata pada (p<0.05), dan **hubungan Hubungan antara tingkat Partisipasi dan Kemandirian Masyarakat dalam Perencanaan Program Posdaya Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara tingakat partisipasi dengan kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen responden dalam perencanaan program. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan tingkat partisipasi berhubungan sangat nyata positif (p<0.01) dengan kemandirian intelektual pada tingkat keeratan cukup berarti ( s= 0.346). Sedangkan tingkat partisipasi tidak berhubungan nyata dengan kemandirian material dan manajemen. Hal ini berarti tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan berhubungan dengan kemandirian intelektual. Namun, tingkat partisipasi tidak berhubungan dengan kemandirian material dan manajemen. Meskipun tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan tinggi maka kemandirian material dan manajemen mereka belum tentu tinggi juga. Hubungan antara tingkat Partisipasi dan Kemandirian Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Posdaya Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara tingakat partisipasi dengan kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen responden dalam pelaksanaan program. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan tingkat partisipasi berhubungan sangat nyata positif (p<0.01) dengan kemandirian intelektual pada tingkat keeratan cukup berarti ( s= 0.543). Sedangkan tingkat partisipasi tidak berhubungan nyata dengan kemandirian material dan manajemen. Hampir sama dengan tingkat partisipasi dalam perencanaan, dalam hal ini berarti tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan berhubungan dengan kemandirian intelektual. Namun, tingkat partisipasi tidak berhubungan dengan kemandirian material dan manajemen.

71 54 Hubungan antara tingkat Partisipasi dan Kemandirian Masyarakat dalam Evaluasi Program Posdaya Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen responden dalam evaluasi program. Berdasarkan uji analisis Rank Spearman pada tabel di atas menunjukkan tingkat partisipasi berhubungan nyata positif (p>0.05) dengan kemandirian intelektual pada tingkat keeratan rendah tetapi pasti ( s= 0.296). Sedangkan tingkat partisipasi tidak berhubungan nyata dengan kemandirian material dan manajemen. Hal ini berarti tingkat partisipasi masyarakat dalam evaluasi berhubungan dengan kemandirian intelektual. Namun, tingkat partisipasi tidak berhubungan dengan kemandirian material dan manajemen. Meskipun tingkat partisipasi masyarakat dalam evaluasi tinggi maka kemandirian material dan manajemen mereka belum tentu tinggi. Keseluruhan dalam hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat dalam program Posdaya terlihat bahwa hubungan sangat nyata positif (p<0.01) terdapat pada kemandirian intelektual. Sedangkan tingkat partisipasi tidak berhubungan nyata terhadap kemandirian material dan manajemen. Hipotesis kelima (H5) mengenai hubungan nyata positif antara tingkat partisipasi dengan kemandirian diterima. Partisipasi responden baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program terjadi proses belajar yang dapat menumbuhkan kemandirian dalam diri mereka. Slamet (2003) mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang berhubungan atau mendukung partisipasi yaitu (1) kemauan, (2) kemampuan dan (3) kesempatan. Dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa kemauan responden dalam penerimaannya terhadap adanya program Posdaya sudah baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat yang ikut dalam awal pembentukan Posdaya dan saat proses Lokakarya Mini yang diikuti oleh para tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda dan beberapa masyarakat RW 08 Desa Ciherang. Faktor yang berikutnya adalah kemampuan. Kemampuan disini merupakan kemampuan responden dalam mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh responden pada kegiatan Posdaya. Dalam mengaplikasikan pengetahuan tersebut terlihat pada kemampuan responden dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Posdaya. Kesempatan merupakan faktor terakhir yang berhubungan dengan partisipasi responden. Kesempatan ditunjukkan dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya kegiatan. Selain itu juga dengan adanya dukungan baik dari keluarga, tokoh masyarakat dan pendamping. Menurut penelitian Kurniawati (2010) mengungkapkan bahwa semakin tinggi partisipasi maka akan semakin tinggi pula kemandirian. Hal tersebut sesuai dengan penelitian ini, tetapi dari data yang didapatkan seperti yang terlihat pada Tabel 13 terlihat bahwa partispasi hanya berhubungan sangat nyata positif (p<0.01) dengan kemandirian intelektual. Sedangkan partisipasi baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tidak berhubungan nyata dengan kemandirian material dan kemandirian manajemen. Hal ini disebabkan karena partisipasi responden akan tinggi ketika terdapat permasalahan dalam melaksanakan kegiatan Posdaya. Sedangkan dalam penyediaan modal dan peralatan Posdaya biasanya dilakukan oleh kader Posdaya saja. Sedangkan dalam hal pembina diri sehubungan dengan kemandirian manajemen untuk mengelola

72 kegiatan bersama dengan peserta lain dapat dilakukan masyarakat diluar kegiatan Posdaya. Sebagian besar responden berasal dari lingkup yang tidak besar yaitu dalam RT 01 dan RT 04 sehingga masyarakat sudah terbiasa dalam berinteraksi dengan tetangga sekitar yang tidak lain juga merupakan anggota Posdaya Sauyunan. 55

73 56

74 57 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan evaluasi program Posdaya masih rendah. Partisipasi masyarakat lebih tinggi pada pelaksanaan kegiatan Posdaya. Hal ini disebabkan masyarakat tidak pernah diberi penjelasan mengenai pentingnya penyusunan rencana kegiatan dan evaluasi kegiatan. Oleh sebab itu, karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai perencanaan dan evaluasi sehingga mereka tidak tertarik terlibat dalam kegiatan tersebut. Kemandirian masyarakat baik dalam kemandirian intelektual, material dan manajemen tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai tumbuh jiwa dan semangat kemandiriannya. Tingginya kemandirian masyarakat tersebut disebabkan oleh semangat masyarakat dalam upaya mengembangkan daerah dan masyarakat disana. Selain itu disebabkan kurangnya perhatian dari pendamping yang akhirnya membuat masyarakat bekerja secara mandiri. Faktor internal yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat adalah umur, pengalaman individu dan kekosmopolitan. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat adalah peran media massa dan peran tokoh masyarakat. Selain itu, faktor internal yang berpengaruh terhadap kemandirian masyarakat adalah umur, pengalaman individu, dan motivasi berusaha. Sedangkan, faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kemandirian adalah peran tokoh masyarakat. Dengan demikian faktor internal merupakan faktor yang lebih berpengaruh pada tingkat partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam program Posdaya. Tingkat partisipasi masyarakat berhubungan sangat nyata positif hanya terhadap kemandirian intelektual masyarakat. Sedangkan pada kemandirian material dan manajemen tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat akan tinggi ketika terjadi permasalahan dalam melakasanakan kegiatan Posdaya. Tetapi dalam penyediaan modal, peralatan Posdaya dan pembinaan diri sehubungan dengan kemandirian material dan manajemen untuk mengelola kegiatan bersama dengan peserta lain dapat dilakukan masyarakat diluar kegiatan Posdaya. Saran 1. Masyarakat perlu diberikan penjelasan mengenai pentingnya perencanaan dan evaluasi dalam suatu kegiatan sehingga masyarakat dapat memiliki kesadaran akan pentingnya keterlibatan mereka dalam kegiatan perencanaan maupun evaluasi. Dengan begitu masyarakat akan merasa memiliki dan bertanggungjawab terhadap kegiatan yang ada dalam kegiatan Posdaya.

75 58 2. Diperlukan pendampingan masyarakat dalam perencanaan program agar kegiatan yang akan dilaksanakan lebih jelas dan terarah. Hal ini diperlukan agar masyarakat lebih berpartisipasi dalam kegiatan Posdaya. 3. Peningkatan sosialisasi yang dilakukan kader kepada masyarakat tidak hanya dalam penyebaran informasi, tetapi keterlibatan masayarakat dalam kegiatan Posdaya agar tumbuh kesadaran mayarakat tentang masalah yang dihadapi dan semangat untuk menyelesaikannya secara mandiri.

76 59 DAFTAR PUSTAKA Ernawati E Efektivitas komunikasi dalam sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 71 hal. Hikmat H Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung (ID): Humaniora Utama Press. Hubies AVS, Tjitropranoto P, Ruwiyanto Penyuluhan Pembangunan di Indonesia Menyongsong Abad XXI. Jakarta (ID): Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Kerlinger FN Asas-Asas Penelitian Behavioural. Landung RS, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Foundation of Behavioural Research Third Edition. Kurniawati D Tingkat partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program Posdaya (kasus Posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 109 hal. Mardikanto T Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Muljono P, Bachtiar Y, Mintarti, Dewi P Cara mengenal Posdaya. Bogor (ID): IPB Press. 102 hal. Muljono P, Burhanuddin, Bachtiar Y Upaya pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan melalui model Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga). Di dalam Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian IPB Bogor (ID): Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor. hlm Nasdian FT Pengantar Pengembangan Masyarakat. Diktat Kuliah Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Naufal A Evaluasi program Pos Pemberdayaan Masyarakat (POSDAYA): (studi kasus Posdaya Bina Sejahtera di Kelurahan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 96 hal. Pratiwi AT Tingkat partisipasi warga dalam penyelenggaraan radio komunitas [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 91 hal. Rahmawati A Peran lembaga keuangan mikro Posdaya terhadap tingkat kesejahteraan (studi kasus lembaga keuangan mikro Posdaya Eka Mandiri, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 90 hal. Singarimbun M, Effendi S Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). 336 hal. Slamet M Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. [penyunting: Ida Yustina dan Adja Sudrajat]. Bogor (ID): IPB Press. 287 hal. Sumodiningrat G Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. 331 hal.

77 60 Suyono H dan R. Haryanto Buku Pedoman Pembentukan dan Pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga. Jakarta (ID): PT Balai Pustaka.

78 LAMPIRAN-LAMPIRAN 61

79 62 Lampiran 1 Peta lokasi penelitian Sumber:

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. mengkaji program-program yang berbasis masyarakat untuk meningkatkan

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. mengkaji program-program yang berbasis masyarakat untuk meningkatkan BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Pemberdayaan Pendapat mengenai makna pemberdayaan sudah banyak dikemukakan oleh para ahli, baik dari akademisi maupun pihak lainnya. Konsep

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Setelah beberapa dekade pembangunan pertanian di Indonesia, ternyata pembangunan belum mampu meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menjadi penyebabnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pemberdayaan mulai mengemuka pada periode tahun 1970 hingga tahun 1980-an. Pada masa itu Indonesia merupakan Negara acuan dunia di bidang pembangunan terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan dilahirkan dari bahasa Inggris, yakni empowerment, yang mempunyai makna dasar pemberdayaan di mana daya bermakna kekuatan (power). Pemberdayaan

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

IbM POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga) Mitra Tani Desa Cikarawang Bogor (Oleh : Ratri Virianita, Yannefri Bakhtiar & Saepul Asikin)

IbM POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga) Mitra Tani Desa Cikarawang Bogor (Oleh : Ratri Virianita, Yannefri Bakhtiar & Saepul Asikin) saepul's blog IbM POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga) Mitra Tani Desa Cikar IbM POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga) Mitra Tani Desa Cikarawang Bogor (Oleh : Ratri Virianita, Yannefri Bakhtiar & Saepul

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas manusia sebagai sumberdaya pembangunan merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. Indonesia pada September tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DESA NANGGUNG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG

PERATURAN DESA NANGGUNG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG PERATURAN DESA NANGGUNG KECAMATAN NANGGUNG KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG Lembaran Desa Nanggung Nomor 10 Tahun 2001 PERATURAN DESA

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

V PERANAN UNSUR-UNSUR DALAM PENGEMBANGAN

V PERANAN UNSUR-UNSUR DALAM PENGEMBANGAN e. Mengadakan evaluasi kegiatan secara internal untuk memperbaiki mutu kegiatan yang akan datang. V PERANAN UNSUR-UNSUR DALAM PENGEMBANGAN APARAT PEMERINTAH DAN LEMBAGA MASYARAKAT Dalam pengembangan Posdaya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk mendorong terjadinya perubahan yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan.

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang

Lebih terperinci

Komitmen itu diperbaharui

Komitmen itu diperbaharui POS PEM8CRDAYAAH KELUARCA (POSDAYA) bangsa-bangsa lain di dunia. Rendahnya mutu penduduk itu juga disebabkan karena upaya melaksanakan wajib belajar sembilan tahun belum dapat dituntaskan. Buta aksara

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR MODEL PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) DI DESA-DESA LINGKAR KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR

LAPORAN AKHIR MODEL PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) DI DESA-DESA LINGKAR KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR LAPORAN AKHIR MODEL PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) DI DESA-DESA LINGKAR KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR BIDANG KEGIATAN : PKM-PENELITIAN Diusulkan oleh : Ketua : Dwi Gery

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN MAHASISWA KKN IKIP VETARAN SEMARANG

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN MAHASISWA KKN IKIP VETARAN SEMARANG 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN MAHASISWA KKN IKIP VETARAN SEMARANG TANGGAL 22 JANUARI 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum Wr. Wb. Ysh :

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBENTUKAN DAN PENDAMPINGAN POSDAYA

STRATEGI PEMBENTUKAN DAN PENDAMPINGAN POSDAYA STRATEGI PEMBENTUKAN DAN PENDAMPINGAN POSDAYA Oleh : Susilahati Koordinator Wilayah Provinsi Banten LPPM Universitas Muhammadiyah Jakarta Disampaikan pada acara Pembekalan peserta KKN Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Lebih terperinci

BAB VII EVALUASI PROGRAM POSDAYA. dan dampak dari suatu program Posdaya. Kegiatan Posdaya agar berhasil dan

BAB VII EVALUASI PROGRAM POSDAYA. dan dampak dari suatu program Posdaya. Kegiatan Posdaya agar berhasil dan BAB VII EVALUASI PROGRAM POSDAYA Program yang sedang berlangsung maupun yang telah selesai dilaksanakan perlu dievaluasi untuk mengetahui apakah program yang dilaksanakan sudah tepat. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GUNUNGREJO, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi masyarakat Indonesia saat ini sungguh memprihatinkan dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk tersebut dapat terlihat

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KAMPUNG DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang

Lebih terperinci

H., 2014 PROGRAM PENYED IAAN AIR MINUM D AN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT ( PAMSIMAS ) D ALAM MENUMBUHKAN PERILAKU HID UP SEHAT

H., 2014 PROGRAM PENYED IAAN AIR MINUM D AN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT ( PAMSIMAS ) D ALAM MENUMBUHKAN PERILAKU HID UP SEHAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembangunan nasional secara umum adalah membangun bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera. Hal ini sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam alinea

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KULIAH KERJA NYATA POSDAYA DAN VOKASI MAHASISWA UNDARIS UNGARAN TAHUN 2015

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KULIAH KERJA NYATA POSDAYA DAN VOKASI MAHASISWA UNDARIS UNGARAN TAHUN 2015 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KULIAH KERJA NYATA POSDAYA DAN VOKASI MAHASISWA UNDARIS UNGARAN TAHUN 2015 TANGGAL 28 JULI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama NRP : Abdurrazzaq Naufal : I34052352

Lebih terperinci

Community Participation in Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri in Kotabatu Village, Ciomas Sub-District, Bogor District

Community Participation in Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri in Kotabatu Village, Ciomas Sub-District, Bogor District Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor Community Participation in Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN POSDAYA DAN PELATIHAN PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN CITEUREUP KECAMATAN CIMAHI UTARA KOTA CIMAHI

PEMBENTUKAN POSDAYA DAN PELATIHAN PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN CITEUREUP KECAMATAN CIMAHI UTARA KOTA CIMAHI Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 PEMBENTUKAN DAN PELATIHAN PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN CITEUREUP KECAMATAN CIMAHI UTARA KOTA CIMAHI 1 Lisnur Wachidah,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KULIAH KERJA NYATA POSDAYA MAHASISWA UNDARIS UNGARAN TAHUN 2014

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KULIAH KERJA NYATA POSDAYA MAHASISWA UNDARIS UNGARAN TAHUN 2014 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KULIAH KERJA NYATA POSDAYA MAHASISWA UNDARIS UNGARAN TAHUN 2014 TANGGAL 7 JULI 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamualaikum

Lebih terperinci

Assalamu alaikum UNSIKA SELAMAT MEMBANGUN DESA

Assalamu alaikum UNSIKA SELAMAT MEMBANGUN DESA Assalamu alaikum UNSIKA SELAMAT MEMBANGUN DESA MUHAMMAD YANNEFRI BAKHTIAR, MINTARTI PEMBEKALAN KKN TEMATIK POSDAYA UNSIKA, 29 JULI-1 AGUSTUS 2015 DEFINISI POSDAYA Posdaya adalah forum silaturahmi, komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau lebih dikenal dengan sebutan PKBM merupakan sebuah lembaga pendidikan nonformal yang lahir dari kesadaran tentang betapa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KPM) DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KPM) DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KPM) DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 25 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA ATAU

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah dengan metode survai,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS A. Potensi Sumber Daya Pengembangan Wisata di Desa Kampung Baru Kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, 333333333333 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan

Lebih terperinci

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA PUNCAK MANDIRI KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA JURNAL OLEH

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA PUNCAK MANDIRI KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA JURNAL OLEH DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA PUNCAK MANDIRI KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA JURNAL OLEH TONI KOEM NIM. 121 411 015 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Kecamatan Kahayan Kuala merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau yang sangat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 2 Tahun 2014 Seri E Nomor 2 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 2 Tahun 2014 Seri E Nomor 2 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 2 Tahun 2014 Seri E Nomor 2 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG MASYARAKAT TINGKAT KOTA BOGOR TAHUN 2014 Diundangkan dalam Berita

Lebih terperinci

Keluarga kurang mampu tersebut didorong dan. C. Pemberdayaan Bidang Wirausaha bagi Ibu/Wanita. IV. STRATEGI PENGEMBANGAN

Keluarga kurang mampu tersebut didorong dan. C. Pemberdayaan Bidang Wirausaha bagi Ibu/Wanita. IV. STRATEGI PENGEMBANGAN Jika banyak anak usia 6-15 tahun yang belum atau tidak sekolah karena orang tuanya tidak mampu, maka anggota Posdaya perlu mengadakan upaya gotong royong agar anak-anak tersebut bisa sekolah. Misalnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERTAURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

MASYARAKAT DAN KELUARGA SEBAGAI MUTIARA UNTUK KEMAJUAN BANGSA INDONESIA. Oleh: Prof. Dr. Clara M. Kusharto, MSc

MASYARAKAT DAN KELUARGA SEBAGAI MUTIARA UNTUK KEMAJUAN BANGSA INDONESIA. Oleh: Prof. Dr. Clara M. Kusharto, MSc MASYARAKAT DAN KELUARGA SEBAGAI MUTIARA UNTUK KEMAJUAN BANGSA INDONESIA Oleh: Prof. Dr. Clara M. Kusharto, MSc 2012 LATAR BELAKANG Perguruan Tinggi dikenai mempunyai 3 (tiga) peran utama dalam pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci