PERBAIKAN TEKNIK PRODUKSI DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PRODUKSI MINYAK AKAR WANGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBAIKAN TEKNIK PRODUKSI DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PRODUKSI MINYAK AKAR WANGI"

Transkripsi

1 PERBAIKAN TEKNIK PRODUKSI DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PRODUKSI MINYAK AKAR WANGI (Vetiveria zizanoides) DI KAMPUNG LEGOK PULUS KABUPATEN GARUT LILIA NOVALINA DALIMUNTHE DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbaikan Teknik Produksi dan Analisis Kelayakan Finansial Usaha Produksi Minyak Akar Wangi (Vetiveria Zizanoides ) di Kampung Legok Pulus Kabupaten Garut adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir diskripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Lilia Novalina Dalimunthe NIM F

4 ABSTRAK LILIA NOVALINA DALIMUNTHE. Perbaikan Teknik Produksi dan Analisis Kelayakan Finansial Usaha Produksi Minyak Akar Wangi (Vetiveria Zizanoides) di Kampung Legok Pulus Kabupaten Garut. Dibimbing oleh SETYO PERTIWI. Akar wangi merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Permintaan yang tinggi dan jumlah produsen yang masih terbatas menunjukkan peluang pemasaran minyak akar wangi masih cukup terbuka. UKM Haji Ede merupakan salah satu penghasil minyak akar wangi yang terletak di Kampung Legok Pulus Kabupaten Garut. Tujuan penelitian ini untuk melakukan perumusan perbaikan teknik produksi serta menganalisis kelayakan finansial usaha produksi minyak akar wangi di UKM Haji Ede. Perbaikan yang direkomendasikan antara lain pada penyeragaman umur panen, pengeringan, pengaturan tekanan penyulingan, dan penggantian air suling. Nilai investasi 10 tahun sebesar Rp 200,000,000, investasi alat pelengkap setiap tahunnya sebesar Rp 429,000, biaya tetap sebesar Rp 27,188,000/tahun, biaya tidak tetap sebesar Rp 1,996,457,500/tahun, diperoleh harga pokok minyak akar wangi sebesar Rp 766,600/kg. Nilai BEP ton/tahun. Dengan harga jual sebesar Rp. 800,000/kg keuntungan yang diperoleh UKM penyulingan minyak akar wangi adalah Rp. 88,176,000/tahun, NPV sebesar Rp 213,508,492, Net B/C sebesar 3.27, Gross B/C sebesar 1.02, IRR sebesar 36.17%, dan pengembalian modal selama 2 tahun 6 bulan. Dengan demikian UKM Haji Ede dinyatakan layak secara finansial. Kata kunci : akar wangi, kelayakan finansial, teknik produksi ABSTRACT LILIA NOVALINA DALIMUNTHE. Improvement of Production Techniques and Analysis of Financial Feasibility of Oil Vetiver (Vetiveria Zizanoides) production in Legok Pulus, Garut. Supervised by SETYO PERTIWI. Vetiveria zizanoides commonly known as vetiver is a kind of essential oil that has large marketing opportunities. Haji Ede home industry is one of the vetiver root oil producers that located in Kampung Legok Pulus, Garut. The purpose of this research is to formulate the improvement of production method and to analyze the financial feasibility of vetiver root oil production. The suggested improvement were formulated on the process of harvesting, drying, and distillation. With 10-year investment value of Rp 200,000,000, investment of complement tools each year amounting to Rp 429,000, fixed costs of Rp 27,188,000/year, the variable cost of Rp 1,996,457,500/year, the unit cost of producing oil vetiver is Rp 766,600/kg. The BEP 2,530 kg/year. As the selling price is Rp. 800,000/kg, the profit obtained by UKM vetiver oil refinery is Rp. 88,176,000/year. The NPV of Rp 213,508,492, Net B/C of 3.27, Gross B/C 1.02, IRR 36.17%, and payback period for the past 2 years and 6 months indicate that the business is financially feasible. Keyword : financial feasibility, production techniques, vetiver root

5 PERBAIKAN TEKNIK PRODUKSI DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PRODUKSI MINYAK AKAR WANGI (Vetiveria zizanoides) DI KAMPUNG LEGOK PULUS KABUPATEN GARUT LILIA NOVALINA DALIMUNTHE Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Perbaikan Teknik Produksi dan Analisis Kelayakan Finansial Usaha Produksi Minyak Akar Wangi (Vetiveria zizanoides) di Kampung Legok Pulus Kabupaten Garut Nama : Lilia Novalina Dalimunthe NIM : F Disetujui oleh Dr Ir Setyo Pertiwi, M Agr Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Desrial, M Eng Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKARTA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Adapun judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juli 2014 adalah Perbaikan Teknik Produksi dan Analisis Kelayakan Finanasial Usaha Produksi Minyak Akar Wangi ( Vetiveria zizanoides) di Kampung Legok Pulus Kabupaten Garut. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, kakak, adik, dan keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis. 2. Dr Ir Setyo Pertiwi, M Agr selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan. 3. Bapak Haji Ede yang telah memberikan penulis kesempatan untuk melakukan penelitian di UKM penyulingan akar wangi. 4. Prof Dr Ir Bambang Pramudya, M Eng dan Dr Ir Diyah Wulandani, MS selaku dosen penguji penulis. 5. Teman-teman seperjuangan MAGENTA TMB 45 dan IMATAPSEL. 6. Dan seluruh kalangan yang telah membantu dan memberi semangat yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala dukungannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Akhir kata semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. Bogor,Juli 2014 Penulis

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Tanaman Akar Wangi 2 Budidaya akar wangi 3 Teknologi Produksi Minyak Akar Wangi 5 Analisis Kelayakan Finansial 8 METODE 9 Lokasi dan Waktu Penelitian 9 Jenis dan Sumber Data 9 Analisis Data 10 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 Teknik Produksi Akar Wangi dan Minyak Akar Wangi 11 Teknik Produksi 14 Perbaikan Teknik Produksi 17 Analisis Kelayakan Finansial 19 SIMPULAN DAN SARAN 23 DAFTAR PUSTAKA 24 LAMPIRAN 26 RIWAYAT HIDUP 29

10 DAFTAR TABEL 1 Pemotongan bonggol dan akar tanaman akar wangi 14 2 Alat/mesin penyulingan akar wangi 15 3 Bak pendingin penyulingan akar wangi 15 4 Proses pemisahan minyak akar wangi 16 5 Bahan bakar dan alat pembakaran 17 6 Proses pencucian akar wangi 17 DAFTAR GAMBAR 1 Proses pemotongan bonggol dan akar tanaman akar wangi 14 2 Alat/mesin penyulingan akar wangi 15 3 Bak pendingin penyulingan akar wangi 15 4 Proses pemisahan minyak akar wangi 16 5 Bahan bakar dan alat pembakaran 17 6 Proses pencucian akar wangi 17 DAFTAR LAMPIRAN 1 Biaya investasi tanah, bangunan, dan mesin serta perlengkapan penyuling akar wangi 26 2 Pajak dan biaya produksi setahun 27 3 Arus kas bersih 28

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tumbuhan akar wangi (Vetiveria zizaniodes) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang dapat diolah menjadi minyak akar wangi dengan proses penyulingan (destilasi) atau juga ekstraksi dengan pelarut yang menguap yaitu solvent extraction serta bisa juga dilakukan dengan cara absorbsi oleh lemak padat (enfleurage). Minyak akar wangi merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang juga dikenal sebagai volatile oil atau essential oil, berupa cairan pekat yang tidak larut dalam air, serta mengandung senyawa-senyawa beraroma khas. Minyak atsiri dapat dijadikan bahan dasar parfum, bahan kosmetik, pewangi sabun, obatobatan, perasa makanan, minuman, dan produk pembersih rumah tangga serta penangkal serangga. Selain akar wangi masih banyak tanaman penghasil minyak atsiri misalnya tanaman pala, cengkih, kayu putih, teh pohon, nilam, jahe, mawar, melati, lavender, serai wangi, dan kayu manis (Kardinan 2005). Pasar luar negeri yang menyerap produk minyak akar wangi adalah para pengusaha dari berbagai kawasan, meliputi Asia, Eropa dan Amerika, khususnya negara-negara seperti Singapura, India, Jepang, Hongkong, Inggris, Belanda, Jerman, Italia, Swiss, dan Amerika Serikat. Peluang ekspor untuk pemasaran minyak akar wangi juga masih cukup terbuka terutama ekspor untuk kawasan Asia Selatan, Asia Timur, Eropa Timur dan Amerika Selatan, apalagi jika diingat bahwa jumlah produsen atau negara pesaing di pasar internasional masih sangat terbatas. Indonesia merupakan negara terbesar kedua pengekspor minyak atsiri di dunia setelah Haiti. Sentra budidaya tanaman dan produksi minyak akar wangi di Indonesia berada di daerah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Produksi minyak akar wangi ini sebagian besar dilakukan oleh industri kecil dengan menggunakan teknologi yang sederhana/konvensional, sehingga minyak yang dihasilkan belum memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan eksportir maupun konsumen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia memperoleh peringkat ketiga penghasil minyak akar wangi setelah Haiti dan Bourbon. Tabel 1 menyajikan data perkembangan ekspor dan impor minyak akar wangi tahun Tabel1 Perkembangan ekspor dan impor minyak akar wangi Ekspor Impor Tahun Volume (kg) Nilai (US $) Volume (kg) Nilai (US $) Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Tutuarima (2009) Kuantitas dan kualitas bahan baku dan cara penyulingan menentukan kuantitas dan kualitas minyak akar wangi. Dari hasil penelitian Tutuarima (2009), penyulingan minyak akar wangi dengan tekanan uap bertahap (2, 2.5, 3 bar)

12 2 menghasilkan kinerja recovery sebesar 92.58%, sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan tekanan konstan 3 bar yaitu 90.37%. Sementara itu, umur panen akar wangi yang tidak seragam dan di bawah umur layak panen akan menyebabkan kualitas minyak yang rendah. Usaha Kecil Menengah (UKM) Haji Ede merupakan salah satu UKM di Kampung Legok Pulus Kabupaten Garut yang bergerak di bidang usaha produksi minyak akar wangi. Bahan baku sebagian berasal dari kebun sendiri, sebagian lainnya merupakan pembelian dari hasil petani lain. Bahan baku yang akan disuling tidak disortir terlebih dahulu sebelum dilakukan penyulingan, sehingga umur panen tidak sama dan sangat berpengaruh terhadap hasil penyulingan. Produksi minyak akar wangi dilakukan dengan metode kukus (water and steam distilation), dimana tekanan yang digunakan adalah tekanan tinggi 5 bar. Penyulingan dengan cara tersebut menghasilkan minyak yang berkualitas kurang baik dan menghasilkan minyak berbau gosong serta warna gelap. Usaha produksi minyak akar wangi Haji Ede dikelola sebagai usaha keluarga, tidak ada pembukuan sebagaimana layaknya suatu usaha, sehingga tidak diketahui secara pasti apakah usaha tersebut untung atau rugi. Sementara, nilai jual minyak akar wangi yang berbau gosong dan berwarna gelap berkisar Rp 800,000/kg. Meskipun pemilik menyatakan usahanya untung, ditunjukkan dengan masih berlangsungnya usaha tersebut dari saat berdiri hingga sekarang, dalam rangka perbaikan kuantitas dan kualitas produk minyak akar wangi, perlu dilakukan penelitian mengenai Perbaikan Teknik Produksi dan Analisis Kelayakan Finansial Usaha Produksi Minyak Akar Wangi (Vetiveria zizanoide ) di Kampung Legok Pulus Kabupaten Garut. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Melakukan studi pustaka dan pengamatan teknik produksi akar wangi dan minyak akar wangi untuk perumusan perbaikan teknik produksi. 2. Menganalisis kelayakan finansial usaha produksi minyak akar wangi. Untuk tujuan pertama, ruang lingkup penelitian adalah budidaya akar wangi dan pengolahan minyak akar wangi dengan metode kukus (water and steam distilation), sedangkan untuk tujuan kedua dibatasi hanya pada usaha penyulingan untuk produksi minyak akar wangi. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Akar Wangi Akar wangi dapat tumbuh pada tanah yang berketinggian 300-2,000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan ketinggian optimum sekitar 600-1,500 m dpl. Sedangkan tanah yang cocok untuk pertumbuhan akar wangi yaitu tekstur tanah berpasir dan abu vulkanik yang terdapat pada lereng-lereng pegunungan sehingga saat panen akar dengan mudah dicabut tanpa ada yang tertinggal. Penanaman

13 kurang baik bila dilakukan di atas tanah yang padat, keras dan berlempung karena akarnya sulit dicabut, dan menghasilkan akar dengan rendemen minyak yang rendah. Derajat kemasaman tanah (ph) yang cocok bagi pertumbuhan akar wangi sekitar 6-7. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman akar wangi sekitar 140 hari per tahun, sedangkan suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman akar wangi adalah sekitar C (Santoso 1993). Akar wangi merupakan salah satu tanaman rumput tahunan yang tumbuh tegak dengan tinggi m dan berkembang biak dengan cepat sehingga terbentuk rumpun-rumpun besar. Di Indonesia ada dua jenis akar wangi yang dikenal, yakni jenis yang berbunga dan tidak berbunga. Jenis yang berbunga umumnya diproduksi oleh petani di daerah Garut (Jawa Barat) sedangkan yang tidak berbunga diproduksi oleh petani di daerah Purwokerto (Jawa Tengah). Kadar minyak yang lebih rendah serta mutu minyak yang kurang baik terdapat pada tanaman akar wangi yang berbunga. Untuk memperoleh hasil minyak atsiri yang berkualitas sebaiknya diusahakan dari jenis yang tidak berbunga (Kardinan 2005). Budidaya Akar Wangi Pembibitan Menurut Santoso (1993) cara memperbanyak tanaman akar wangi dilakukan dengan cara vegetatif yaitu penggunaan bonggol-bonggol akarnya. Bonggol-bonggol ini dipecah sehingga memiliki mata tunas lalu ditanam ke kebun. Jika ragu-ragu terhadap bonggol yang baru tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan baru, bonggol terlebih dahulu disemai. Setelah berumur 3-4 minggu sudah ada muncul tunas serta akarnya, dan itu merupakan tanda akar wangi siap dipindahkan ke kebun. Pengolahan Tanah/Penyiangan Lahan Pada dasarnya tanaman akar wangi tidak membutuhkan pengolahan tanah secara rumit atau intensif kecuali bila akar wangi ditanam di tanah yang berat atau liat. Bila akar wangi ditanam pada tanah yang belum pernah terolah, maka perlu dilakukan pengolahan tanah. Alat yang digunakan untuk pengolahan tanah adalah cangkul atau secara mekanis menggunakan traktor dan implemen bajak, garu, atau rotary. Pengolahan tanah ini dilakukan bulan sebelum penanaman berlangsung. Setelah pengolahan tanah selesai lalu dilanjutkan ke proses pembuatan lubang tanam, yakni kedalaman 10 cm, panjang 30 cm, dan lebar 30 cm (Santoso 1993). Penanaman Penanaman akar wangi sebaiknya dilakukan saat musim hujan, yaitu bulan Oktober-November, karena pada fase awal pertumbuhan akar wangi membutuhkan air yang cukup. Akan tetapi penanaman juga boleh dilakukan di luar musim hujan asalkan disiram setiap pagi dan sore. Cara penanaman akar wangi dapat dilakukan secara monokultur atau tumpangsari. Jarak tanam akar wangi seharusnya 1 x 1 meter untuk tanah subur dan 0.75 x 0.75 meter untuk tanah kurang subur (Santoso 1993). 3

14 4 Pemeliharaan Santoso (1993) menyatakan bahwa cara pemeliharaan akar wangi terdiri dari beberapa cara, yaitu: Penyulaman. Akar wangi yang sudah ditanam sekitar 2-3 minggu tanam harus dilakukan pemeriksaan ke kebun untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan akar wangi. Apabila ada tunas akar wangi yang pertumbuhannya gagal (loyo) atau bahkan mati, maka dengan segera dilakukan penyulaman, agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak terlalu jauh tertinggal dengan tanaman sebelumnya. Penyulaman ini dilakukan untuk mengetahui jumlah tanaman yang sesungguhnya, dan nantinya dapat digunakan untuk memprediksi produk yang dihasilkan. Penyiangan. Penyiangan dilakukan untuk mencegah datangnya hama yang biasanya menjadikan gulma lain sebagai tempat persembunyian sekaligus untuk memutus daur hidup hama. Pada umur 3 bulan sejak tanam, tindakan penyiangan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, agar pertumbuhan tanaman akar wangi tidak kerdil atau terlambat. Penyiangan biasanya dilakukan pada awal maupun akhir musim penghujan, karena pada waktu itu banyak gulma yang tumbuh. Pemupukan. Sebelum melakukan penanaman, saat pencangkulan atau pembuatan lubang tanah sudah diberi pupuk kandang. Setiap lubang diberi pupuk kandang sebanyak ± 1 kg sehingga total kebutuhan pupuk 10 ton per hektar. Berikut adalah rincian dosis dan waktu pemupukan untuk lahan seluas 1 ha yang baru dibuka. Pada tahun pertama, dimana akar wangi berumur 3 bulan membutuhkan pupuk kandang sebanyak 5 ton, 100 kg urea, 50 kg TSP, dan 50 kg KCl, dan untuk umur 9 bulan juga membutuhkan 5 ton pupuk kandang, 50 kg urea, 25 kg TSP, dan 25 kg KCl. Tahun kedua, saat akar wangi berumur 15 bulan baru dilakukan pemupukan dengan dosis 5 ton pupuk kandang, 50 kg urea, 25 kg TSP, dan 25 kg KCl. Pemangkasan. Pada tanaman akar wangi yang berumur ± 6 bulan perlu dilakukan pemangkasan daun agar memperoleh akar yang rimbun dan panjang. Pemangkasan daun akar wangi setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali akan berdampak positif khusus untuk dataran tinggi karena dapat meningkatkan hasil panen sampai 10%, sedangkan untuk dataran rendah proses pemangkasan tidak bagus dilakukan karena akan berdampak negatif yaitu penurunan hasil panen (Balai Penelitian Industri Bogor). Pengendalian hama. Hama yang terdapat pada tanaman akar wangi adalah ulat yang menyerang akar, sehingga menyebabkan akar terputus-putus, mudah rapuh, dan membusuk. Penanganan terhadap hama tersebut adalah dengan penyemprotan insektisida.

15 Panen Umur panen. Menurut Kardinan (2005) bahwa sistem perakaran akar wangi mengalami perkembangan yang penuh setelah berumur 24 bulan. Akar yang mencapai umur tersebut akan mengandung mutu minyak yang tinggi, akan tetapi kadar minyak atsirinya dalam akar rendah. Hasil penelitian Rusli dan Kemala (1991) menyatakan bahwa akar wangi sebaiknya dipanen umur 18 bulan agar didapatkan produksi dan mutu minyak yang cukup tinggi dengan rendemen yang diperoleh berkisar antara % untuk akar basah dan % untuk akar kering dengan lama penyulingan jam. Cara panen. Tahap awal pemanenan yaitu terlebih dahulu menyiram tanah agar mempermudah proses pencangkulan. Tanah di sekitar akar wangi digali menggunakan cangkul sedalam cm kemudian akar wangi dicabut. Setelah dicabut, tanah yang masih menempel di akar dibersihkan dengan cara memukul-mukulkan pada kayu atau tanah, lalu daun akar wangi dipotong. Pengolahan. Sebelum pengolahan, akar yang dipanen segera dicuci agar sisa-sisa tanah tidak menempel di akar. Proses pencucian ini dilakukan dengan hati-hati agar akar tidak rusak dan hilang. Kemudian dilakukan pengeringan akar wangi dengan menjemur di bawah sinar matahari selama 1-2 hari sampai bau minyak akar wanginya keluar. Penjemuran akar dilakukan di atas lantai penjemur yang diberi alas tikar, atau bambu anyam dengan ketebalan cm. Penjemuran dilakukan dari jam dan dibolak-balik sebanyak 2-3 kali sehingga kadar air yang dikandung akar wangi 15%. Pengeringan akar membutuhkan waktu lebih singkat sehingga kemungkinan minyak yang menguap selama penjemuran lebih kecil. Pengeringan yang berkepanjangan di bawah sinar matahari tidak bagus karena akan mengurangi hasil minyaknya. Akar yang sudah kering dapat disimpan di tempat teduh atau gudang selama hari. Jika tidak segera disuling, akar wangi dikemas dalam karung plastik dan ditutup rapat, kemudian disimpan dengan cara ditumpuk dalam gudang yang tidak tembus cahaya matahari, tidak lembab, suhu C, dan letaknya jauh dari ketel suling. Tujuannya adalah untuk mengurangi penguapan minyak selama penyimpanan. Teknologi Produksi Minyak Akar Wangi Jenis Teknologi dan Peralatan Peralatan yang digunakan untuk proses penyulingan tanaman aromatika yaitu ketel suling (retort), bak pendingin (condensor), alat pemisah minyak, dan ketel uap (boiler). Ketel suling (retort). Menurut Santoso (1993), ketel yang terbuat dari stainless steel dilengkapi dengan tutup dan di atas tutup dipasang pipa leher angsa yang berfungsi untuk mengalirkan campuran uap ke alat pendingin. Agar tidak kehilangan panas, ketel tersebut dibungkus dengan bahan penahan panas seperti karung goni dan sebagainya. Guenther (2006) menyatakan bahwa leher angsa dipasangkan pada bagian tengah (bagian cembung) tutup ketel, dan dihubungkan langsung ke kondensor. Pipa penghubung ini berdiameter paling kecil 4 inchi dan jika melakukan proses penyulingan lebih cepat, maka diameternya harus lebih 5

16 6 besar. Leher angsa ini biasanya tidak dipasang terlalu tinggi agar fungsinya tidak seperti refluks kondensor. Ketel penyuling merupakan tempat bahan baku yang akan disuling, dan bahan dapat berhubungan langsung dengan air atau uap. Ketel penyulingan umumnya berbentuk silinder yang terbuat dari seng tebal (galvanized sheet metal) yang dilengkapi dengan penutup yang dapat ditutup rapat. Pada tutup tersebut terdapat pipa yang mengalirkan uap ke kondensor (Ketaren 1973). Ketel suling berfungsi sebagai wadah tempat air dan/atau uap untuk mengadakan kontak langsung dengan bahan, serta untuk menguapkan minyak atsiri yang dihasilkan. Ketel suling tersebut berbentuk silinder atau tangki yang mempunyai diameter sama atau lebih kecil dari tinggi tangki (Guenther 2006). Bak pendingin (condensor). Bak pendingin adalah suatu tempat yang berbentuk bak atau silinder dan di dalamnya terdapat pipa lurus atau berbentuk spiral yang berfungsi untuk mengubah uap menjadi cair (Ketaren 1973). Condensor berfungsi untuk mengubah uap air dan uap minyak menjadi fase cair (Guenther 2006). Condensor adalah sebuah perangkat yang mengalirkan panas yang tidak diinginkan dari sistem pendingin untuk media (udara, air, atau kombinasi dari udara dan air) yang menyerap panas dan mengalir ke titik pembuangan. Pemisah minyak. Pemisah minyak yang terbuat dari bahan stainless steel ini dilengkapi dengan dua saluran, yaitu saluran bawah dan saluran atas. Saluran bawah berfungsi untuk mengalirkan atau menampung minyak akar wangi, dimana berat jenis minyak lebih besar dibandingkan berat jenis air. Sedangkan saluran bagian atas berfungsi untuk membuang air yang nantinya akan digunakan lagi untuk proses berikutnya (Santoso 1993). Kardinan (2005) menyatakan bahwa untuk mempercepat proses pemisahan air dan minyak, perlu dilakukan penambahan larutan garam dapur 5%, kemudian campuran tersebut diaduk dan didiamkan sehingga minyak menjadi jernih dan dapat dikeluarkan dari tangki. Untuk mencegah penguapan dan kehilangan minyak, maka suhu minyak dalam alat pemisah air dan minyak (florentine flask) dipertahankan pada suhu C (Ketaren 1973). Proses penyulingan Menurut Santoso (1993), penyulingan (distilation) adalah salah satu cara untuk mendapatkan minyak atsiri dengan mendidihkan bahan baku yang telah dimasukkan ke dalam ketel hingga terdapat uap yang diperlukan atau dengan cara mengalirkan uap jenuh (saturated or superheated) dari ketel pendidih air ke dalam ketel penyulingan. Ketel merupakan bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Penyulingan ini bertujuan untuk memisahkan zat-zat yang bertitik didih tinggi dari zat-zat yang tidak dapat menguap. Pengisian bahan baku pada ketel tidak boleh penuh atau sejajar dengan ketel karena di dalam ketel terdapat saluran air dan uap. Semakin tinggi bahan baku dalam ketel, semakin rendah rendemen yang dihasilkan, karena makin tinggi bahan dalam ketel, akan semakin besar jarak yang ditempuh dan halangan yang dialami uap air. Pertambahan jarak dan gesekan yang dialami uap air akan

17 mengakibatkan rendahnya kecepatan penyulingan dan dengan sendirinya semakin kecil rendemen yang diperoleh (Rusli dan Hasan 1977). Tekanan uap selama penyulingan juga berperan penting agar memperoleh minyak akar wangi yang bermutu bagus. Berdasarkan hasil penelitian Fajar (2008), peningkatan tekanan uap bertahap dari 0 bar sampai 3 bar selama proses penyulingan dengan kepadatan akar wangi yang sesuai dapat meningkatkan rendemen minyak akar wangi, bau segar khas akar wangi (tidak terkesan gosong) dan menghasilkan mutu yang memenuhi nilai Standar Nasional Indonesia. Menurut Tutuarima (2009) bahwa laju aliran uap yang signifikan dapat menentukan kinerja recovery proses penyulingan. Peningkatan laju aliran uap selama proses juga mampu meningkatkan recovery penyulingan. Laju aliran uap konstan tertinggi sebesar 2 l/jam/kg bahan dapat memberi kerja recovery lebih baik. Titik didih yang tinggi sangat erat hubungannya dengan aroma. Minyak dengan titik didih yang tinggi hanya dapat diperoleh dengan waktu penyulingan yang cukup lama. Waktu penyulingan yang lama membutuhkan penggunaan uap yang cukup besar jumlahnya, serta membutuhkan biaya yang besar pula (Ketaren dan Djatmiko 1978). Waktu yang dibutuhkan selama proses penyulingan adalah jam. Penyulingan dengan waktu 20 jam menghasilkan rendemen yang lebih baik dibandingkan dengan 16 jam tetapi penyulingan yang lebih dari 20 jam tidak menyebabkan perbedaan hasil (Kardinan 2005). Macam-Macam Penyulingan Berikut ini tiga cara yang lazim digunakan untuk penyulingan minyak atsiri, yaitu: penyulingan dengan air (water distilation), penyulingan kukus (water and steam distilation), dan penyulingan langsung dengan uap (steam distilation). Penyulingan dengan air (water distilation). Santoso (1993), prinsip kerja penyulingan dengan air (water distilation) adalah ketel penyulingan diisi dengan air sampai volumenya hampir separuh kemudian dipanaskan. Bersamaan dengan itu pula bahan baku dimasukkan ke dalam ketel penyulingan. Dengan demikian, penguapan air dan minyak atsiri berlangsung secara bersamaan. Cara penyulingan ini disebut penyulingan langsung (direct distilation). Bahan baku yang digunakan pada proses direct distilation biasanya bunga atau daun yang mudah bergerak di dalam air dan tidak mudah rusak oleh panas uap air. Namun, mutu minyak atsiri yang dihasilkan cukup rendah dengan kadar minyaknya juga rendah, terkadang terjadi proses hidrolisis ester, dan produk minyaknya bercampur dengan hasil sampingan. Penyulingan kukus (water and steam distilation). Santoso (1993), ketel penyulingan diisi air sampai batas saringan. Bahan baku diletakkan di atas saringan, sehingga tidak terkontak langsung dengan air yang mendidih, akan tetapi berhubungan dengan uap air. Oleh karena itu, penyulingan ini disebut penyulingan tidak langsung (indirect distilation). Uap air akan membawa partikelpartikel minyak atsiri kemudian dialirkan melalui pipa ke alat pendingin, sehingga terjadi pengembunan. Uap air yang bercampur dengan minyak atsiri akan mencair kembali. Selanjutnya dialirkan ke alat pemisah untuk memisahkan minyak atsiri 7

18 8 dari air berdasarkan berat jenis. Produk minyak yang dihasilkan cukup bagus, jika pengerjaannya dilakukan dengan baik produk minyak pun masuk dalam kategori ekspor. Penyulingan langsung dengan uap (steam distilation). Santoso (2006), penyulingan ini hampir sama dengan cara penyulingan kukus (indirect distillation), tetapi ketel uap dan ketel penyulingan dipasang secara terpisah. Ketel uap yang berisi air dipanaskan, kemudian uap dialirkan ke ketel penyulingan yang berisi bahan baku. Partikel-partikel minyak pada bahan baku terbawa bersama uap lalu dialirkan ke alat pendingin. Di dalam alat pendingin itulah terjadi proses pengembunan, sehingga uap air yang bercampur minyak akan mengembun dan mencair kembali. Selanjutnya minyak dialirkan menuju alat pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air. Mutu minyak atsiri yang dihasilkan jauh lebih bagus dibanding dengan kedua cara penyulingan lainnya sehingga harga jual minyaknya pun jauh lebih tinggi. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial yang dilakukan meliputi analisi biaya pokok, analisis titik impas, analisis Net Present Value (NPV), analisis Internal Rate of Return (IRR), dan analisis B/C Ratio. Analisis Biaya Pokok Menurut Pramudya et al. (1992) biaya pokok adalah biaya yang diperlukan suatu mesin pertanian untuk setiap unit produk. Misalnya berapa biaya yang diperlukan untuk pengolahan tanah per ha (Rp/ha), berapa biaya penggiling padi setiap kg (Rp/kg). Data yang diperlukan dalam perhitungan biaya pokok meliputi biaya tetap, biaya tidak tetap, kapasitas produksi/alat serta perkiraan jam kerja dalam satu tahun. Kapasitas kerja suatu alat atau mesin pertanian ialah kemampuan dari alat untuk menghasilkan produk (output) per satuan waktu. Misalnya berapa hektar luas lahan yang dapat diolah dalam satu jam, berapa liter air yang dipompa setiap jam, atau berapa kilogram padi yang digiling dalam satu jam. Analisis Titik Impas Titik perpotongan dua buah garis pada sebuah kurva menunjukkan bahwa pada titik tersebut tercapai suatu keseimbangan di antara variabelnya. Titik ini biasa disebut titik impas (breakeven point) (Pramudya et al. 1992). Santoso (2010) mengatakan bahwa pertemuan dari garis total cost (TC) dan total revenue (TR) adalah titik impas (titik pulang pokok, Break Event Point, BEP). Pada titik tersebut terjadi keseimbangan, yaitu keseimbangan antara keuntungan kotor dan biaya produksi, yang berarti pada titik tersebut tidak terjadi kerugian dan keuntungan. Analisi Net Present Value (NPV) NPV merupakan perbedaaan nilai sekarang (present value) dari manfaat dan biaya (Pramudya et al. 1992). Jika NPV lebih besar sama dengan 0 maka proyek layak untuk dilaksanakan dan sebaliknya jika NPV lebih kecil sama

19 dengan 0 proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Artinya jika NPV sama dengan 0, maka proyek akan mendapat modalnya kembali setelah diperhitungkan discount rate yang berlaku. Untuk NPV lebih besar 0 proyek dapat dilaksanakan dengan memperoleh keuntungan sebesar nilai NPV. Sedangkan apabila nilai NPV kurang dari 0, maka sebaiknya proyek tersebut tidak dilaksanakan, dan dipertimbangkan untuk mencari alternatif proyek yang lain yang lebih menguntungkan. Analisis Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan tingkat pengembalian modal dalam satu proyek. Nilai IRR merupakan nilai tingkat bunga, dimana NPV-nya sama dengan nol. Metode IRR sangat umum dan luas digunakan dalam menyelesaikan studi ekonomi (Pramudya et al. 1992). Perhitungan IRR untuk satu proyek melibatkan bunga modal dimana penerimaan saat ini sama dengan pengeluaran (biaya) saat ini. Untuk menyelesaikan perhitungan IRR digunakan cara coba-coba (Trial and Error) sampai nilai i dapat ditemukan. Apabila nilai i lebih besar atau sama dengan tingkat bunga modal yang berlaku, maka proyek layak dilaksanakan. Analisis B/C Ratio Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) adalah perbandingan antara besarnya manfaat dengan besarnya biaya yang dikeluarkan. Perhitungan dengan metode ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: Net B/C dan Gross B/C. Net B/C Untuk menghitung Net B/C sebelumnya perlu menghitung nilai NPV B-C setiap tahun selama umur proyek. Kemudian nilai Net B/C dapat dihitung dari perbandingan jumlah semua NPV B-C yang bernilai positif dengan jumlah semua NPV B-C yang bernilai negatif (Pramudya et al. 1992). Gross B/C Nilai Gross B/C merupakan perbandingan antara NPV manfaat dan NPV biaya sepanjang umur proyek (Pramudya et al. 1992). 9 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kampung Legok Pulus, Desa Sukakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Juli Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari masing-masing entitas/pelaku aktivitas dalam produksi akar wangi dan penyulingan akar wangi. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian berupa data tenaga kerja, biaya produksi, jenis

20 10 produksi, dan harga akar wangi. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian bersumber dari Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik, Internet serta berbagai literatur yang berkaitan dengan minyak akar wangi. Analisis Data Analisis teknik produksi akar wangi dan minyak akar wangi - Budidaya meliputi pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan panen. - Teknik produksi meliputi penyulingan, kondensasi, dan pemisahan minyak. - Perbaikan teknik produksi Analisis finansial produksi minyak akar wangi a. Biaya Pokok Biaya pokok dihitung dengan persamaan berikut : BP = BT kx + BTT x 1 BP = Biaya pokok (Rp/kg) BT = Biaya tetap (Rp/tahun) BTT = Biaya tidak tetap (Rp/tahun) k = Bulan kerja (bulan/tahun) x = Kapasitas kerja (unit/bulan) b. Analisis Titik Impas (BEP) Analisis titik impas dapat dilakukan dengan persamaan berikut : BEP= BT P-BTT..(2) BEP = Titik impas (kg/tahun) BT = Biaya tetap (Rp/tahun) BTT = Biaya tidak tetap (Rp/tahun) P = Harga jual (Rp/kg) c. AnalisisNet Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) dapat dihitung dengan persamaan : NPV= n t=1 B t -C t (1+i) 1 (3) NPV = Net present value (Rp) B t = Manfaat pada tahun ke-t (Rp/tahun) = Biaya pada tahun ke-t (Rp/tahun) C t

21 11 i n t = Tingkat suku bunga yang berlaku (%/tahun) = periode = tahun ke-t d. Analisis Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut : NPVi 1 IRR=i 1 + x i NPVi 1 -NPVi 2 -i 1...(4) 2 IRR = Internal rate of return (%) i 1 = Tingkat bunga bank pada saat NPV yang didapat positif (%) i 2 = Tingkat bunga bank pada saat NPV yang didapat negatif (%) e. Analisis B/C Ratio 1. Net B/C Net B/C ratio dihitung dengan menggunakan persamaan : Net B C = +NPV B-C positif -NPV B-C negatif.(5) 2. Gross B/C Gross B/C ratio dihitung dengan menggunakanpersamaan : Gross B C= n B t t=1 (1+i) t n C t t=1 (1+i) t.(6) B t = Manfaat pada tahun ke-t (Rp/tahun) C t = Biaya pada tahun ke-t (Rp/tahun) i = Tingkat suku bunga bank yang berlaku n = Periode Dari hasil perhitungan B/C Ratio, dapat diambil keputusan sebagai berikut: Jika B/C 1 maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Jika B/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Teknik Produksi Akar Wangi dan Minyak Akar Wangi Budidaya Akar Wangi Kabupaten Garut merupakan bagian Selatan dari Propinsi Jawa Barat yang terletak pada posisi 107º 46' - 107º 6' BT dan 5º 50' - 1º 20' LS. Luas wilayah administratif sebesar Ha (3.065,19 km²). Sebelah Utara Kabupaten Garut berbatasan dengan Kabupaten Sumedang, sebelah timur Kabupaten Tasikmalaya,

22 12 sebelah Selatan Samudera Indonesia, dan sebelah Barat Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung. Kampung Legok Pulus di Kabupaten Garut merupakan salah satu tempat yang cocok untuk budidaya akar wangi dan usaha penyulingan akar wangi dikarenakan kondisi alam yang mendukung, baik akan kebutuhan tanah yang berpasir dan air. Haji Ede merupakan salah satu pelaku budidaya akar wangi sekaligus pengusaha produksi minyak akar wangi. Bibit akar wangi yang dibutuhkan berasal dari kebun Haji Ede sendiri dengan bonggol (bibit) pilihan. Bonggol ini diperoleh ketika panen akar wangi, yang diambil untuk disuling hanya akarnya lalu bonggolnya dipisahkan untuk dijadikan bibit penanaman berikutnya. Selama ini belum pernah terjadi kekurangan bibit akar wangi. Proses pengolahan tanah dilakukan mulai dari jam dengan cara manual menggunakan cangkul. Pekerja yang dipekerjakan untuk mengolah tanah rata-rata 4 orang dengan usia yang beragam, mulai dari anak muda sampai orang tua sehingga kecepatan kerjanya berbeda. Tanah terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa tanaman akar wangi, jika akar wangi terlalu banyak perlu dilakukan pembakaran. Setelah itu baru dicangkul dengan membuat gundukan dan parit/saluran irigasi, dimana lebar rata-rata gundukan 1.32 m dengan panjang rata-rata13.64 m, dan parit/saluran irigasi yang terbentuk sebanyak 20 serta gundukan sebanyak 21. Luas rata-rata pengolahan tanah adalah m 2 /hari, sehingga diperoleh waktu yang dibutuhkan untuk mengolah tanah seluas 1 ha yaitu 105 jam (21 hari). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kecepatan pekerja dalam pengolahan tanah Daerah Pekerja Waktu Panjang Lebar Luas (m 2 V ) (orang) (jam) (m) (m) (m 2 /menit) Siekek Siekek Parabon Total 1.58 V : kecepatan Proses penanaman dilakukan setelah selesai pengolahan tanah, misalnya hari ini dilakukan pengolahan tanah besoknya sudah mulai proses penanaman. Waktu yang dibutuhkan untuk penanaman adalah 5 jam terhitung mulai jam sampai 12.00, sama dengan pengolahan tanah. Jika hari ini tidak selesai penanaman bisa dilanjutkan keesokan harinya. Tenaga yang dibutuhkan pada proses ini biasanya 4 orang, dimana satu orang pengangkat bibit ke lokasi, biasanya tenaga kerja laki-laki, satu orang pencacah bibit, satu orang pembuat lubang, dan satu orang lagi yang memasukkan bibit dan menutup lubang tanam. Jarak tanam akar wangi di UKM Haji Ede yaitu 48 x 34 cm dan kapasitas penanaman sebesar 65 jam/ha (13 hari). Tabel 3 menunjukkan luas dan kecepatan untuk menanam akar wangi.

23 13 Tabel 3 Kecepatan pekerja dalam penanaman akar wangi Daerah Pekerja Waktu Panjang Lebar Luas (m 2 V ) (orang) (jam) (m) (m) (m 2 /menit) Siekek Siekek Siekek Total 2.65 V : kecepatan Proses pemeliharaan dilakukan setelah akar wangi berumur 4-6 bulan. Perlakuan terhadap pemeliharaan akar wangi Haji Ede berupa pembersihan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman akar wangi. Tenaga kerja yang diperlukan 10 orang dan umumnya wanita. Kegiatan ini dimulai dari jam Kapasitas pemeliharaan yaitu 70 jam/ha (14 hari). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Kecepatan pekerja dalam pemeliharaan akar wangi Daerah Pekerja Waktu Panjang Lebar Luas V (orang) (jam) (m) (m) (m 2 ) (m 2 /menit) Parabon Parabon Parabon Total 2.34 V : kecepatan Proses selanjutnya adalah pemanenan dan pengangkutan. Umur akar wangi yang dipanen berkisar 8 bulan sehingga dalam 2 tahun pemanenan dilakukan sebanyak 3 kali panen. Kegiatan ini juga berlangsung mulai dari jam , dimana pekerjanya 8 orang. Biasanya dilakukan suami-istri, bagian yang mencangkul dan menarik akar wangi adalah tugas laki-laki sedangkan yang memotong akar adalah tugas perempuan. Proses pengangkutan dilakukan bergantian dengan cara menggendong dipunggung masing-masing. Jika jarak kebun kurang dari 1 km maka pekerja mengangkut sampai pabrik, dan jika jarak kebun jauh lebih besar dari 1 km maka pekerja manganggkut hanya sampai tempat pengumpulan kemudian akar wangi diangkut ke pabrik dengan menggunakan angkutan umum sewaan. Kapasitas pemanenan yaitu 112 jam/ha sama dengan 16 hari. Tabel 5 menunjukkan produktivitas akar wangi. Table 5 Produktivitas akar wangi di Kampung Legok Bulus Daerah Waktu Pekerja Luas Produksi Produktivitas (jam) (orang) (m 2 ) (kg) (kg/m 2 ) Siekek Parabon Parabon

24 14 Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan saat panen akar wangi belum terpenuhi, karena saat panen para pekerja membawa alat masing-masing seperti cangkul dan bacok. Cangkul digunakan untuk mencangkul akar lalu akar ditarik dan dipukul-pukul ke tanah untuk mengurangi tanah yang menempel pada akar, sedangkan bacok digunakan untuk memisahkan akar dengan bonggol dan daunnya (Gambar 1). Selain itu penyediaan transportasi untuk mengangkut hasil panen juga belum tersedia. Selama ini Haji Ede menggunakan jasa angkut dari angkutan umum dengan sistem sewa. Kondisi akar wangi yang ada di pabrik termasuk kondisi segar yang baru di panen lalu diangin-anginkan sehingga memiliki kadar air sebesar 42% (Tutuarima 2009). Sementara menurut pendapat Ketaren (1985) pengeringan akar wangi akan membantu percepatan proses penyulingan, meningkatakan rendemen, dan memperbaiki mutu minyak akar wangi walaupun kemungkinan terjadi kehilangan minyak karena penguapan dan oksidasi oleh oksigen udara. Gambar 1 Pemotongan bonggol dan akar tanaman akar wangi Dari pengamatan budidaya akar wangi, ditemukan praktek-praktek yang memerlukan perbaikan, yaitu pemanenan dan pengeringan sebelum pengolahan akar wangi. Adapun perbaikan yang direkomendasikan antara lain, pada pemanenan perlu adanya penyeragaman umur panen agar diperoleh rendemen minyak yang lebih banyak. Sedangkan pada pengeringan akar wangi perlu pengeringan yang merata agar diperoleh kadar air yang sama (seragam). Teknik Produksi Penyulingan Haji Ede melakukan penyulingan dengan menggunakan metode water and steam distilation, dimana ketel suling yang digunakan dapat dilihat pada gambar 2a. Ketel suling terbuat dari bahan stainless yang berkapasitas kurang lebih 2000 kg dan suhu saat penyulingan yaitu 160 o C. Tinggi ketel suling yang digunakan adalah 4.2 meter dengan diameter dalamnya 1.50 m dan luar 1.59 m. Di dalam ketel terdapat saringan berlubang yang berfungsi sebagai tempat bahan baku (akar wangi). Bahan yang dimasukkan ke dalam ketel suling setinggi 1.8 m, kemudian diisi air sampai permukaan air tidak jauh di bawah saringan berlubang kira-kira 2 m, sehingga bahan baku dan air memiliki jarak 0.4 m. Di dalam ketel suling terdapat tabung pemanas atau tempat bara api (Gambar 2b) dengan diameter 40 cm dan jarak tabung dari dasar ketel suling sebesar 10 cm.

25 15 a b Gambar 2 Alat/mesin penyulingan akar wangi. a) ketel penyulingan, dan b) tabung tempat bara api Kondensasi Kondensasi dilakukan menggunakan bak pendingin atau kondensor dengan panjang 4.75 m, tinggi 1.8 m, lebar 4.55 m,dan volume 38.9 m 3. Pipa yang dihubungkan dari tutup ketel suling langsung ditarik ke dalam kondensor dengan panjang pipa 9 lente, dimana 1 lente adalah 6 m. Jadi panjang pipa yang digunakan untuk mengalirkan uap ke kondensor sepanjang 54 m dan didalam kondensor pipa berbentuk spiral seperti yang disajikan pada Gambar 3. Pipa yang berbentuk spiral memerlukan lebih sedikit air pendingin, karena berkontak langsung dengan uap sehingga kondensat mengalir lebih lama. Akibatnya daya absorbsi panas lebih besar dan suhu kondensat yang keluar mendekati suhu air pendingin yang mengalir masuk ke dalam kondensor. Oleh karena itu, kondensor lebih baik berukuran lebih besar. Uap minyak yang berbentuk gas akan mengalir melalui pipa menuju kondensor sehingga berubah wujud menjadi cair kemudian mengalir ke pemisah minyak. Gambar 3 Bak pendingin penyulingan akar wangi Pemisahan Minyak Hasil penguapan yang berupa gas dialirkan ke bak pendingin melalui pipa dan berubah wujud menjadi cair selanjutnya dialirkan ke penampungan pemisah minyak. Pemisahan minyak akar wangi di UKM Haji Ede ada tiga: pertama dan kedua berbentuk silinder sedangkan yang ketiga berbentuk persegi. Pemisahan yang pertama memiliki tinggi 40 cm dengan diameter 60 cm. Pemisah ini berbentuk silinder dengan volume 113 liter. Sedangkan pemisah yang berikutnya memiliki diameter lebih kecil sekitar 30 cm tetapi tinggi sama dengan volume lebih kecil sekitar 28 liter. Seharusnya pemisah minyak yang ketiga ini tidak ada, akan tetapi minyak dipemisah yang kedua masih mengandung air maka pemisah ketiga dibuat. Perbandingan hasil pemisahaan minyak akar wangi dapat

26 16 dilihiat pada Gambar 4. Selanjutnya minyak dan air dipisah menggunakan kain monel, dimana minyak berada dibawah sedangkan air diatas. Hal ini menunjukkan bahwa massa jenis minyak akar wangi lebih berat dibandingkan dengan massa jenis air. a b c Gambar 4 Proses pemisahan minyak akar wangi. a) hasil minyak pada pemisahan pertama, b) hasil minyak pada pemisahan kedua, dan c) hasil minyak pada pemisahan ketiga Peralatan dan perlengkapan di pabrik sudah cukup memadai. Walaupun bengkel tidak tersedia di dekat pabrik, tetapi Haji Ede masih menyediakan alatalat bengkel yang sering digunakan dan tenaga kerja bisa menggunakan alat tersebut. Oleh karena itu jika ada kerusakan yang tidak terlalu serius bisa diperbaiki oleh tenaga kerja dan tidak mengganggu aktifitas produksi. Alat/mesin penyulingan akar wangi dengan metode water and steam distilation yang digunakan Haji Ede belum tersedia dipasaran. Untuk mendapatkan alat/mesin penyuling ini, Haji Ede harus memesan ke bengkel yang sudah ahli dalam pembuatan alat/mesin. Pengoperasian mesin/alat penyuling minyak akar wangi metode water and steam distilation tidak terlalu susah, dengan mengikuti atau memperhatikan penjelasan dari pembuat mesin/alat karyawan dengan mudah mengoperasikan mesin/alat penyuling. Pemeliharaan terhadap mesin/alat produksi juga tidak begitu rumit, berikut hal yang perlu diperhatikan yaitu pembersihan sisa-sisa yang tertinggal disaringan ketel suling, pemeriksaan baut kuping apa ada yang longgar, serta pengelasan pada body ketel bila ada yang bocor. Pergantian air dalam ketel suling dilakukan setiap 4 kali produksi, sedangkan pembersihan sisa tanah yang menempel disaringan maupun didalam ketel suling dilakukan kali penggunaan. Pembersihan ini berfungsi untuk menghindari penyumbatan serta berkurangnya rendemen minyak yang dihasilkan. Bahan bakar yang digunakan untuk penyulingan akar wangi metodewater and steam distilation yaitu oli bekas yang disajikan pada Gambar 5 a). Oli bekas diperoleh dari supllier dengan harga Rp 4,000/liter, dimana satu kali produksi membutuhkan oli bekas sebanyak 300 liter. Berarti biaya untuk bahan bakar sekali produksi yaitu Rp 1,200,000. Proses pembakarannya dibantu dengan compressor dan motor disel (gambar 5b). Motor disel yang digunakan merek dong feng 5 pk menggunakan bahan bakar solar dengan kapasitas bahan bakar 8 liter. Sedangkan Compressor yang digunakan model BAC 1530 made Italy Technology dengan

27 spesifikasi mesin (Gambar 5c). Kerusakan yang sering terjadi tidak begitu serius. Pergantian karet hanya sekali serta pergantian oli setiap 500 jam. 17 a b c Gambar 5 Bahan bakar dan alat pembakaran. a) oli bekas sebagai bahan bakar, b) motor disel dan compressor, dan c) spesifikasi compressor Proses penyulingan juga sangat membutuhkan air misalnya saat pencucian akar wangi ketika musim hujan, proses penyulingan, dan proses pendinginan pada kondensor. Air yang digunakan berasal dari mata air. Tujuan pencucian akar wangi saat musim hujan adalah untuk mengurangi tanah yang menempel diakar sehingga mempermudah proses penyulingan. Cara penyucian akar wangi disajikan pada Gambar 6. Gambar 6 Proses pencucian akar wangi Perbaikan Teknik Produksi Prapanen Prapanen meliputi pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Pengolahan tanahpada UKM Haji Ede seperti yang sudah dipaparkan di atas tidak ada kendala yang diperoleh. Sementara penanaman menunjukkan angka berbeda berdasarkan dari hasil jarak tanam yang dipaparkan di atas menurut Santoso (1993). Hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan akar wangi, karena memiliki jarak tanam yang dekat. Pemeliharaan berupa pembersihan gulma agar mempermudah proses pemanenan serta pemanenan yang tidak sesuai dengan umur panen akan mempengaruhi rendemen dan kualitas serta kuantitas produksi minyak akar wangi. Pascapanen Pascapanen merupakan tahap penanganan hasil pertanian setelah panen yaitu pengeringan, pendinginan, pembersihan, penyortiran, dan pengemasan.

28 18 Guenther (2006) berpendapat bahwa persiapan bahan dalam metode water and steam distilation (kukus) memerlukan perhatian khusus. Pengeringan akar wangi hingga mencapai kadar air yang seragam yaitu 15% akan meningkatkan hasil minyak. Pengisian akar wangi ke dalam ketel juga harus seragam dan diatur sedemikian rupa agar uap dapat berpenetrasi dan merata dalam bahan, sehingga rendemen minyak yang dihasilkan lebih tinggi. Sementara bahan baku yang digunakan pada UKM Haji Ede kurang diperhatikan, misalnya tidak ada penyortiran pada bahan baku baik dari umur panen, dan ukuran yang seragam dan optimum. Jika akar wangi yang disuling di bawah umur panen akan mengandung minyak yang sedikit seperti yang dipaparkan di atas, serta ukuran bahan terlalu halus akan menimbulkan penggumpalan dan menyebabkan terjadinya penghambatan penetrasi uap. Selain umur panen, lama penyulingan dan tekanan saat penyulingan juga sangat berpengaruh terhadap proses penyulingan akar wangi. Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium ITB, lama penyulingan optimum adalah 20 jam dengan metode penyulingan steam. Percobaan yang dilakukan dengan membedakan tekanan ternyata mempengaruhi rendemen yang diperoleh. Penyulingan dengan 1 bar memperoleh rendemen minyak sebesar 1.08%, 2 bar 1.92%, dan 3 bar 1.94%. Rendemen yang diperoleh dari tekanan 2 bar ternyata tidak berbeda jauh dibandingkan dengan tekanan 3 bar. Oleh karena itu tekanan optimum penyulingan akar wangi dengan metode steam adalah 2 bar. Kardinan (2005) menyatakan bahwa penyulingan akar wangi dalam bentuk segar akan menghasilkan rendemen minyak yang rendah ( %), dibandingkan dengan rendemen minyak pada penyulingan akar wangi kering ( %). Penyulingan di UKM Haji Ede berdasarkan hasil wawancara menggunakan tekanan tinggi yaitu 5 bar. Semesntara itu, hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan gas ideal nilai tekanan yang diperoleh sebesar 2.6 bar dengan asumsi massa jenis 1.3 kg/m 3 dan suhu C. Penyulingan dengan tekanan tinggi akan mempengaruhi kerusakan minyak, misalnya bau gosong, dan warna minyak yang kecoklatan. Selain itu, faktor yang perlu diperhatikan juga adalah pergantian air dalam ketel suling. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, proses pergantian air di UKM Haji Ede dilakukan setiap 4 kali produksi. Hal ini akan menimbulkan terjadinya dekomposisi zat ekstraktif dalam bahan, serta menghasilkan zat yang mudah menguap dan berbau tidak enak karena menggunakan air yang berulang-ulang (Guenther 2006). Berdasarkan hasil penelitian Moestafa et al. (1991) bahwa laju penyulingan sangat berpengaruh nyata terhadap rendemen dan kadar vetiverol minyak akar wangi. Jumlah minyak dan kadar vetiverol minyak akar wangi lebih tinggi pada laju penyulingan 600 gram uap per jam dibandingkan dengan laju penyulingan 500 gram uap per jam. Semakin lama penyulingan dilakukan, hasil minyak yang diperoleh semakin banyak dengan kadar vetiverol yang lebih tinggi serta bobot jenis dan indeks bias yang lebih tinggi. Laju aliran uap air juga berpengaruh terhadap laju ekstraksi minyak serta berhubungan dengan konsumsi energi (Suwarda 2009). Rekomendasi perbaikan teknik produksi di UKM Haji Ede agar meningkatkan rendemen minyak akar wangi adalah adanya perhatian khusus terhadap ukuran akar wangi yang berpengaruh terhadap rendemen minyak, melakukan penyortiran terhadap umur panen, melakukan pengeringan akar wangi

II. TINJAUAN PUSTAKA. berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Akarwangi Tanaman akarwangi (Vetiveria zizanioides) termasuk keluarga graminae, berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau abu-abu

Lebih terperinci

Peluang Investasi Minyak Akar Wangi

Peluang Investasi Minyak Akar Wangi Halaman 1 Peluang Investasi Minyak Akar Wangi Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah Tingkat II di Jawa Barat yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang sangat baik, oleh karena itu daerah Garut sangat

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1 PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak akar wangi merupakan salah satu ekspor

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA 3.1 Proses Perpindahan Kalor 3.1.1 Sumber Kalor Untuk melakukan perpindahan kalor dengan metode uap dan air diperlukan sumber destilasi untuk mendidihkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Perancangan bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Pengukuran bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut, dan dikikir bahan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut dan dikikir bahan yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh

Lebih terperinci

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam. Petunjuk Pengisian : Lingkari dan isi sesuai dengan kegiatan yang dilakukan PENCATATAN ATAS DASAR SOP DAN GAP A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. Pencatatan dan Dokumentasi pada : Buku Kerja Jahe PENILAIAN ATAS

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dan batang nilam yang akan di suling di IKM Wanatiara Desa Sumurrwiru Kecamatan Cibeurem Kabupaten Kuningan. Daun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN IV Kajian Pengembangan Produk

HASIL DAN PEMBAHASAN IV Kajian Pengembangan Produk 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kajian Pengembangan Produk Produk utama tanaman kayu manis adalah kulit kering kayu manis. Kulit kering kayu manis dapat diolah lagi menjadi beberapa produk lanjutan yaitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun waktu pelaksaan penelitian ini dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

BUDIDAYA SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. Randle)

BUDIDAYA SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. Randle) BUDIDAYA SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. Randle) Disusun Oleh SUROSO.SP PENYULUH KEHUTANAN LAPANGAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2018 I. PENGENALAN TANAMAN SERAI WANGI A.

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg Nama : Muhammad Iqbal Zaini NPM : 24411879 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Cokorda

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA Mustaqimah 1*, Rahmat Fadhil 2, Rini Ariani Basyamfar 3 1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Budidaya tanaman pare ini dilakukan dari mulai pengolahan lahan manual dengan menggunakan cangkul, kemudian pembuatan bedengan menjadi 18 bedengan yang

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN 1 Perbandingan Antara Metode Hydro-Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan pemanfaatan Microwave Terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh Fatina Anesya Listyoarti, Lidya Linda Nilatari,

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-39 Perbandingan Antara Metode - dan Steam- dengan pemanfaatan Microwave terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012 ISSN : 2337-5329 :!,1G():5kr'W:5 JURnAl EKOlOGI DAn SAlns PUSAT PENELITIAN LlNGKUNGAN HIDUP a SUMBERDAYA ALAM (PPLH SDA) UNIVERSITAS PATTIMURA VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012 ISSN : 2337-5329 APLIKASI

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem 76 PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak seraiwangi merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Sekitar 40% produksi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, dihasilkan oleh

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hutan. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan kayu sudah

Lebih terperinci

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA Ole h IMAM ROSYADI F 24. 1455 1991 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perkembangan ekspor impor minyak akar wangi. Ekspor Impor Minyak Akar Wangi Tahun

Lampiran 1. Perkembangan ekspor impor minyak akar wangi. Ekspor Impor Minyak Akar Wangi Tahun 67 Lampiran. Perkembangan ekspor impor minyak akar wangi Ekspor Impor Minyak Akar Wangi Tahun 999-006 Year Flow Trade (USD) Weight (Kg) Quantity 006 Import,97,97,97 006 Export,085,58 75,99 75,99 005 Import,690

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Observasi desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol pada literatur Penyusunan desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol Pemilihan bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada

Lebih terperinci

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST. KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan perannya melalui stabilitas pertumbuhan yang pesat. Hal ini patut dicermati mengingat mayoritas

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP MUTU DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK IKAN LEMURU Penelitian tahap satu ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penggorengan

Lebih terperinci

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM Nahar* Abstrak Tumbuhan nilam, Pogostemon cablin Benth, adalah salah satu jenis minyak atsiri terpenting bagi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

Studi Input Energi pada Proses Penyulingan Minyak Atsiri Nilam dengan Sistem Boiler (Studi Kasus Unit Pengolahan minyak Nilam Kesamben-Blitar)

Studi Input Energi pada Proses Penyulingan Minyak Atsiri Nilam dengan Sistem Boiler (Studi Kasus Unit Pengolahan minyak Nilam Kesamben-Blitar) Studi Input Energi pada Proses Penyulingan Minyak Atsiri Nilam dengan Sistem Boiler (Studi Kasus Unit Pengolahan minyak Nilam Kesamben-Blitar) Rohmad Abdul Aziz Al Fathoni*, Bambang Susilo, Musthofa Lutfi

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci