PERAN PERAPIAN dalam RUMAH TINGGAL MASYARAKAT TENGGER STUDI KASUS : DESA NGADISARI TENGGER. pancawati dewi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN PERAPIAN dalam RUMAH TINGGAL MASYARAKAT TENGGER STUDI KASUS : DESA NGADISARI TENGGER. pancawati dewi"

Transkripsi

1 PERAN PERAPIAN dalam RUMAH TINGGAL MASYARAKAT TENGGER STUDI KASUS : DESA NGADISARI TENGGER pancawati dewi

2 LATAR BELAKANG PERAN PERAPIAN DI DALAM RUMAH PADA MASA KINI SEMAKIN MENGECIL ATAU BERKURANG BAHKAN MENGHILANG (Kent, 1990; Unwin, 1997; Zurick & Shresta, dalam Knapp 2003). INDIKASI PERAN PERAPIAN MASIH BESAR DI DALAM RUMAH TENGGER PADA MASA KINI (Widyaprakosa, 1994; Cahyono, 2000; Salviana, 2003; Sulistyaningsih, 2003 dan Newiger, 2006). ADANYA ELEMENTARISASI ATAU PEMISAHAN PENGGUNAAN UNSUR API PADA PERAPIAN TENGGER (Dewi, 2000) 1. Peran perapian yang besar di rumah Tengger teori perapian yang ada 2. Segmentasi pemanfaatan unsur api diduga berperan memunculkan segmentasi aktivitas (=segmentasi ruang).

3 RUMUSAN MASALAH Peran perapian pada masa kini (fungsi dan guna) diyakini telah dipengaruhi oleh beragam faktor ( kondisi sosial, budaya, geografi dan teknologi). Fenomena Tengger mengindikasikan peran perapian masih cukup besar (keragaman perapian dan ruang perapian) yang dapat mengakibatkan terjadinya segmentasi aktivitas. PERTANYAAN PENELITIAN 1. Peran (fungsi dan guna) apa yang sudah diperlihatkan dari perapian khususnya pada ruang perapian pada rumah tinggal masyarakat Tengger? 2. Faktor apa yang mempengaruhi peran (fungsi dan guna) perapian khususnya pada rumah tinggal masyarakat Tengger?

4 TUJUAN PENELITIAN 1. Mengindentifikasi peran perapian Tengger ditinjau dari fungsi dan gunanya. 2. Menyusun bangunan pengetahuan tentang peran (fungsi dan guna) perapian pada ruang perapian rumah tinggal masyarakat Tengger terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. MANFAAT PENELITIAN Bagi ilmu pengetahuan : - teori perapian: peran perapian di dalam rumah pada masa kini dan faktor-faktor yang mempengaruhinya - teori penggunaan ruang: segmentasi aktivitas akibat penggunaan perapian Bagi masyarakat setempat : membuka wawasan baru dalam mengolah tatanan ruang sesuai dengan tradisi dan budaya lokal.

5 LETAK ORIGINALITAS PENELITIAN PERAN PERAPIAN TENGGER (MASA KINI) Ruang Perapian Kasus Rumah masa kini Unwin (1997) Kent (1990) Zurick & Shrestha (2003) Ewing (eds. Madge & Peckham, 2006) PENELITIAN SEKARANG Perapian Unwin (1997) Kent (1990) Campbell (1987) Penggunaan Ruang Kent (1990) Giddens (1985) Tuan (1977) PENELITIAN SEBELUMNYA Crowe (1995) Evolusi Arsitektur Bagan Diagram family tree Perapian Vitruvius (Morgan, 1960) Origin of Architecture PENELITIAN SEBELUMNYA (API dan ARSITEKTUR)

6 DASAR PEMILIHAN LOKASI PENELITIAN 1. Jumlah perapian (pawon) lebih banyak dan beragam penggunaannya (Dewi, 2000-c) 2. Desa Ngadisari memiliki tatanan sosial yang teratur dan nilai budaya yang tetap terjaga baik (Salviana,2003). 3. Peran yang penting bagi wilayah Tengger secara keseluruhan. DESA NGADISARI = LOKASI PENELITIAN

7

8 SAMPEL RUMAH : BERJENJANG Tabel. Jumlah pawon dalam rumah Tengger

9 SAMPEL RUMAH : BERJENJANG Tabel. Jumlah sampel rumah berdasarkan prosentase

10 1. Perapian Tengger 2. Jumlah ruang perapian (11 sampel) (27 sampel) (6 sampel) (1 sampel) 3. Struktur Masyarakat Masyarakat Biasa K.1 K.2 K.3 Aparat Desa K.4 K.5 Pemimpin Adat K.6 K.7 K.8 K.9 = perapian tradisional (pawon/ tumang) = ruang perapian KLASIFIKASI & HIERARKI RUMAH TENGGER

11

12 METODE PENELITIAN Metode kuantitatip sebagai penunjang metode kualitatip (Brannen, 2002) PENGOLAHAN DATA PENGOLAHAN DATA FUNGSI PAWON DISKUSI TEORITIK DAN PENDALAMAN KASUS GUNA PAWON FAKTOR YANG BERPENGARUH PERAN PAWON

13 Keterkaitan antara fungsi, guna dan peran pawon FUNGSI PAWON GUNA PAWON PERAN PAWON -Bentuk Pawon -Elemen Ruang Pawon -Fokus Komunitas -Keragaman aktivitas -Tata Letak Ruang Pawon Area pawon (pagenen) sebagai Unit Dasar Rumah Tengger

14 Peran Perapian (Masa Lalu)

15 Peran Perapian (Masa Kini)

16 Dinamika Rumah Tengger dalam ruang dan waktu - Aparat Desa - Hari Biasa & Hari Karo

17 Dinamika Rumah Tengger dalam ruang dan waktu - Masy. Biasa - Hari Biasa

18 Dinamika Rumah Tengger dalam ruang dan waktu - Masy. Biasa - Hari Karo

19 FAKTOR YANG BERPENGARUH Hari Biasa Hari Karo Hilangnya aktivitas memasak PERAPIAN = 1 BUAH Hilangnya aktivitas menerima tamu FAKTOR SAAT

20 FAKTOR YANG BERPENGARUH PAWON A PAWON B HARI BIASA PAWON B PEDHAYOHAN HARI KARO PAWON B HARI BIASA PAWON A DHAPUR HARI KARO PAWON A PERAPIAN 2 BUAH HARI BIASA HARI KARO FAKTOR SAAT FAKTOR SAAT & STRUKTUR MASY. FAKTOR STRUKTUR MASY.

21 Hubungan Durasi Penggunaan Pawon (jam) dengan Struktur Masyarakat Hubungan Jumlah Pawon yang digunakan dengan Struktur Masyarakat

22 TEMUAN 1. PERAN PAWON - penggunaan bentuk pawon mempengaruhi fungsi dan ruang pawon - penggunaannya mampu memunculkan elemen ruang (dua bangku panjang dan satu meja rendah( dan beragam aktivitas - membentuk tata letak perabot tertentu - mampu beradaptasi terhadap bentuk, luasan dan perletakan pintu dalam ruang pawon

23 KONTRIBUSI PENELITIAN: teori Perapian Peran Perapian pada masa lalu : Memicu munculnya fokus komunitas hingga shelter Vitruvius dalam Morgan 1960 Perapian pada masa Kini : Peran perapian dalam rumah semakin mengecil, berkurang bahkan menghilang -Unwin, Kent, Zurick & Shresta, 2003 Perapian pada masa Kini (Tengger) : Peran pawon mampu memicu hadirnya perabot dan tata letak tertentu serta mampu beradaptasi terhadap ruangan (bentuk, luasan, perletakan pintu). Pancawati Dewi, 2011

24 TEMUAN 2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAN PAWON a. Faktor waktu : - siklus harian berpengaruh terhadap durasi penggunaan pawon (sore hari lebih panjang) - siklus tahunan berpengaruh terhadap durasi penggunaan dan jumlah pawon (hari Karo lebih banyak dibandingkan hari Biasa) b. Faktor struktur masyarakat: - semakin lama durasi penggunaan semakin besar peran sosial pemilik rumah - jumlah pawon di dhapur hanya satu (tidak dipengaruhi struktur masyarakat) - jumlah pawon di pedhayohan semakin banyak menunjukkan peran sosial pemilik rumah semakin tinggi

25 KONTRIBUSI PENELITIAN: teori Penggunaan Ruang Semakin kompleks sebuah masyarakat maka arsitekturnyapun akan semakin terbagi (tersegmentasi) Kent, 1990 Segmentasi aktivitas pada rumah Tengger lebih banyak dipengaruhi oleh penggunaan perapian terkait dengan faktor waktu (saat) dan faktor struktur masyarakat (peran sosial). Semakin tinggi peran sosial pemilik rumah di dalam masyarakat maka semakin lama penggunaan pawon (durasi) dan semakin banyak jumlah pawon yang digunakan. Pancawati Dewi, 2011

26 SIMPULAN dari PERAN PAWON TENGGER PADA MASA KINI Penggunaan terhadap fungsi pawon secara berbeda mampu memunculkan keragaman (bentuk, elemen ruang, fokus komunitas dan aktivitas). Penggunaan pawon juga memunculkan tata letak perabot tertentu yang mampu beradaptasi terhadap ruangan yang ada. Faktor yang berpengaruh adalah faktor waktu (saat) dan faktor struktur masyarakat (status sosial) yang memicu terjadinya segmentasi aktivitas di sekitar pawon. SARAN Fokus penelitian pada kondisi kekinian ini mengakibatkan tidak semua faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya segmentasi aktivitas di dalam rumah digali lebih jauh, seperti faktor bertambahnya jumlah anggota keluarga yang memperlihatkan adanya kecenderungan ikut mempengaruhi segmentasi aktivitas. TANTANGAN PENELITIAN SELANJUTNYA: Pengaruh bertambahnya anggota keluarga terhadap penggunaan perapian dalam rumah Tengger

27 Terima kasih

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Temuan Guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang ada dapat dilihat melalui temuan di lapangan. Selanjutnya temuan tersebut dapat disimpulkan dan digunakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil pengamatan, deskripsi serta analisis pada Bab IV, maka dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa tungku perapian di desa Tieng memiliki fungsi dan peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi Konsep teknologi informasi khususnya Internet telah menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan atau permintaan pihak pemberi tugas. Tahapan perencanaan yang. kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan atau permintaan pihak pemberi tugas. Tahapan perencanaan yang. kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing. BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Perencanaan interior merupakan proses kreatif menciptakan elemen elemen pembentuk ruang, pengisi ruang dan perlengkapan lain agar mempunyai fungsi bagi kegiatan manusia

Lebih terperinci

PERAN PERAPIAN DALAM PEMBENTUKAN RUANG BARU DI SASAK

PERAN PERAPIAN DALAM PEMBENTUKAN RUANG BARU DI SASAK PERAN PERAPIAN DALAM PEMBENTUKAN RUANG BARU DI SASAK Pancawati Dewi Staf Pengajar Jurusan Arsitektur UPN Veteran Jawa Timur Mahasiswa Program Doktor Arsitektur ITS Surabaya E-mail: depan@sby.centrin.net.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang tinggi. Baik keberagaman hayati

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang tinggi. Baik keberagaman hayati 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang tinggi. Baik keberagaman hayati (biodiversity) maupun keberagaman tradisi (culture diversity).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk BAB III METODE PERANCANGAN Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk dijadikan metode serta acuan dasar perancangan arsitektur, baik secara umum maupun khusus terkait dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini kata modern merupakan kata yang tidak asing lagi didengar, terutama dalam dunia arsitektur. Hal ini yang kemudian memunculkan sebuah arsitektur yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut dikarenakan manusia adalah makhluk sosial. Kelompok-kelompok tersebut akan tergabung pada suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter

Lebih terperinci

Renny Melina. dan bersosialisasi antara keluarga dapat terganggu dengan adanya kehadiran pekerja dan kegiatan bekerja di dalamnya.

Renny Melina. dan bersosialisasi antara keluarga dapat terganggu dengan adanya kehadiran pekerja dan kegiatan bekerja di dalamnya. Rumah + Laundry : Strategi Privasi pada Ruang Tinggal dan Bekerja Renny Melina sebagai tempat beristirahat dan bersosialisasi di antara anggota keluarga. Ketika rumah tinggal juga dijadikan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini berusaha melihat perbedaan adaptasi kebudayaan antara Migran

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini berusaha melihat perbedaan adaptasi kebudayaan antara Migran BAB V KESIMPULAN Tulisan ini berusaha melihat perbedaan adaptasi kebudayaan antara Migran China Asal Indonesia dengan Migran China Asal Vietnam. MK masing-masing secara selektif.melakukan adaptasi kebudayaan.

Lebih terperinci

Alam Dan Kebudayaan Tinjauan Arsitektur

Alam Dan Kebudayaan Tinjauan Arsitektur Alam Dan Kebudayaan Tinjauan Arsitektur SRI GUNANA S. Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Konsep setiap kelompok masyarakat akan makna kebudayaan adalah saling

Lebih terperinci

70. Mata Pelajaran Antropologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

70. Mata Pelajaran Antropologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 70. Mata Pelajaran Antropologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dengan segala aktivitasnya. Di satu pihak, manusia

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas memerlukan sumber daya guru yang mampu dan siap

I. PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas memerlukan sumber daya guru yang mampu dan siap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas memerlukan sumber daya guru yang mampu dan siap berperan secara profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam era perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Perkembangan zaman yang semakin maju menuntut manusia untuk dapat mengimbangi dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Saat ini, ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa Yunani adalah studi besaran, struktur,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa Yunani adalah studi besaran, struktur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika berasal dari bahasa Yunani adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Matematika dalam bahasa Belanda disebut Wiskunde atau ilmu pasti. Matematika

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01) : 20 x Pertemuan (40 JP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01) : 20 x Pertemuan (40 JP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Tema Sub Tema Alokasi Waktu : SMP Negeri 2 Banjar : Ilmu Pengetahuan Sosial : VII/I : I. Manusia, Tempat, dan Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju suatu Negara maka semakin dirasakan pentingnnya dunia

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju suatu Negara maka semakin dirasakan pentingnnya dunia 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin maju suatu Negara maka semakin dirasakan pentingnnya dunia wirausaha. Di era globalisasi ini, dinamika lingkungan yang tidak menentu serta juga dibarengi

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan, dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari perairan. Berbicara tentang kelautan dan perikanan tidak lepas dari pemanfaatan

Lebih terperinci

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Umamah Al Batul 1 dan Rinawati P. Handajani 2 1 Mahasiswi Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan, BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari tujuan penelitian, sedangkan saran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan. 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman perwujudan bangunan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN (PS ALB)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN (PS ALB) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN (PS ALB) VISI Program Magister Arsitektur Lingkungan Binaan adalah menjadikan pusat pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang arsitektur

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DASAR UU No 23 Th 1997 pasal 5,6,7 : setiap orang berhak dan wajib berperan serta dalam pengelolaan lingkungan hidup Pengelolaan lingk hidup meliputi

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix DAFTAR ISI halaman SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI i DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Permasalahan.. 5 1.3 Keaslian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, yang memiliki seni budaya, dan adat istiadat, seperti tarian tradisional. Keragaman yang

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Friedman (2000) mengatakan, dalam perspektif global saat ini tidak banyak dipertentangkan tentang fakta bahwa homogenisasi dunia barat, tetapi kebanyakan masyarakat

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAN KAWASAN KORIDOR JALAN GATOT SUBROTO SURAKARTA Sebagai kawasan wisata belanja yang bercitra budaya Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik. Pencapaian tujuan perusahaan akan terlaksana bila sumber daya manusianya

BAB I PENDAHULUAN. baik. Pencapaian tujuan perusahaan akan terlaksana bila sumber daya manusianya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tingkat persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin tinggi. Untuk dapat bertahan dan berkembang dalam kondisi tersebut, suatu perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Desa Sudimoro bermata pencaharian sebagai petani yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Desa Sudimoro bermata pencaharian sebagai petani yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Problematik Desa Sudimoro terletak di Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten. Ratarata penduduk Desa Sudimoro bermata pencaharian sebagai petani yang mengandalkan hasil

Lebih terperinci

Memotret Utuh Keragaman Budaya

Memotret Utuh Keragaman Budaya Metode Pohon Filomemetika Memotret Utuh Keragaman Budaya Hoferdy Zawani Perhimpunan Budaya Indonesia Indonesian Archipelago Culture Initiatives (PBI IACI) pasivis@yahoo.com Sebuah perspektif baru dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Kabupaten Pati terletak di daerah pantai Utara Pulau Jawa dan di bagian Timur dari Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan segi letaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geografi sebagai salah satu mata pelajaran dari beberapa mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Mengah Atas (SMA). Geografi juga masuk dalam mata pelajaran yang diujikan

Lebih terperinci

DISERTASI PA3352 RUMAH JAWA DALAM DINAMIKA PERUANGAN SEBAGAI DAMPAK HUBUNGAN GENDER KASUS: KOMUNITAS KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA

DISERTASI PA3352 RUMAH JAWA DALAM DINAMIKA PERUANGAN SEBAGAI DAMPAK HUBUNGAN GENDER KASUS: KOMUNITAS KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA DISERTASI PA3352 RUMAH JAWA DALAM DINAMIKA PERUANGAN SEBAGAI DAMPAK HUBUNGAN GENDER KASUS: KOMUNITAS KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA Nama: Mohamad Muqoffa NRP:3204 301 001 Dosen Pembimbing Prof. Ir. Happy Ratna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2005 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan karakteristik manusia calon penggunanya dan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan karakteristik manusia calon penggunanya dan karakteristik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam upaya penjabaran strategi pembangunan berwawasan identitas, salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah tetap memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik

Lebih terperinci

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN Jurnal Ilmiah Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: PIPIET GAYATRI SUKARNO 0910651009 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN (PSMALB)

PROGRAM STUDI MAGISTER ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN (PSMALB) PROGRAM STUDI MAGISTER ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN (PSMALB) VISI Program Magister Arsitektur Lingkungan Binaan adalah menjadikan pusat pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang

Lebih terperinci

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang ada di Indonesia, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan pimpinan

Lebih terperinci

TUNTAS/PKBM/1/GA - RG 1 Graha Pustaka

TUNTAS/PKBM/1/GA - RG 1 Graha Pustaka RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Fenomena Biosfer dan Antroposfer Pertemuan Ke- : 1 dan 2 Alokasi Waktu : 2 x pertemuan (4 x 45 menit)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

PERTEMUAN 3 PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA PERTEMUAN 3 PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA Perkembangan Antropologi A. Sejarah Antropologi Sebagai Ilmu B. Ruang Lingkup Antropologi:

Lebih terperinci

Hubungan Arsitektur dan Budaya. Oleh: Nuryanto, S.Pd., M.T. Bahan Ajar Arsitektur Vernakular Jurusan Arsitektur-FPTK UPI-2010

Hubungan Arsitektur dan Budaya. Oleh: Nuryanto, S.Pd., M.T. Bahan Ajar Arsitektur Vernakular Jurusan Arsitektur-FPTK UPI-2010 Hubungan Arsitektur dan Budaya Oleh: Nuryanto, S.Pd., M.T. Bahan Ajar Arsitektur Vernakular Jurusan Arsitektur-FPTK UPI-2010 Budaya dan Peradaban Budaya: Totalitas dari pola-pola perilaku yang terproyeksikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya terdapat berbagai macam keragaman budaya, budaya merupakan satu cara hidup yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan di muka bumi baik bagi hewan, tumbuhan hingga manusia. Lahan berperan penting sebagai ruang kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Cohen (1972) dalam Suparlan (1984), bahwa masalah kemiskinan kota dan kedudukan orang miskin kota dalam masyarakat bukanlah masalah pemerintah kota semata.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hana Khairesti Fejri, 2012

DAFTAR ISI Hana Khairesti Fejri, 2012 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH...iii DAFTAR ISI... vii DAFTRA TABEL... xi DAFTAR DIAGRAM... xiv DAFTAR BAGAN... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS KEUNIKAN WILAYAH (OVOP) Dr.Mila Karmilah, ST.,MT Disampaikan Pada Penyuluhan Fak Teknik PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Kec Bancak- Kab Semarang 3 Maret 2016 DESA WISATA Suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transformasi dalam arsitektur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transformasi dalam arsitektur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Transformasi dalam arsitektur Transformasi dalam arsitektur bukanlah hal baru karena selalu berkait dengan masalah klasik tentang pembentukan citra lingkungan.

Lebih terperinci

CETAK BIRU EDUKASI MASYARAKAT DI BIDANG PERBANKAN

CETAK BIRU EDUKASI MASYARAKAT DI BIDANG PERBANKAN CETAK BIRU EDUKASI MASYARAKAT DI BIDANG PERBANKAN Kelompok Kerja Edukasi Masyarakat Di Bidang Perbankan 2007 1. Pendahuluan Bank sebagai lembaga intermediasi dan pelaksana sistem pembayaran memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan studi yang telah dilakukan terdapat kesimpulan yang dapat ditarik guna memberikan gambaran besar proses yang telah berjalan. Sebuah perancangan rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan tata ruang sebagai sebuah hasil akulturasi antara budaya dan logika tercermin dalam proses penempatan posisi-posisi bangunan. Dasar budaya adalah faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan suku Sasak yang beragam dan menjadi ciri khas tersendiri bagi suku Sasak tersebut. Suku Sasak yang memiliki kebudayaan, adat isitiadat bahkan struktur ruang,

Lebih terperinci

Jawa Timur secara umum

Jawa Timur secara umum Jawa Timur secara umum Rumah Joglo secara umum mempunyai denah berbentuk bujur sangkar, mempunyai empat buah tiang pokok ditengah peruangannya yang biasa disebut sebagai saka guru. Saka guru berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Fenomena

BAB I PENDAHULUAN Fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seni pertunjukan dalam kehidupan masyarakat Jawa memiliki dimensi dan fungsi ganda. Seni pertunjukan Jawa selain sebagai ekspresi estetik manusia, tidak jarang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi geografi meliputi aktifitas dan peranan manusia dalam upaya untuk beradaptasi dengan tantangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non fisik. Budaya yang berupa fisik Salah satunya adalah arsitektur tradisional. Rumah tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa. Setiap suku memiliki keunikan masing-masing baik dalam seni budaya maupun tradisi. Warisan ini sampai sekarang masih

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2005 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA KANTOR KESATUAN BANGSA, PERLINDUNGAN MASYARAKAT DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting untuk menunjukkan kompetensi para mahasiswa dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting untuk menunjukkan kompetensi para mahasiswa dalam proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelafalan yang tepat dalam praktik berbicara memiliki peranan yang sangat penting untuk menunjukkan kompetensi para mahasiswa dalam proses pembelajaran bahasa, baik

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015 SILABUS MATAKULIAH Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : Perancangan Produk 2. Program Studi : Teknik Industri 3. Fakultas : Teknik 4. Bobot sks : 2 SKS 5. Elemen

Lebih terperinci

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan mengenai identifikasi perubahan rumah tradisional desa Kurau, dalam upaya memberikan kontribusi secara deskriptif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu ketat menuntut setiap perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. begitu ketat menuntut setiap perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi sekarang ini, mengakibatkan dunia usaha menghadapi permasalahan yang semakin kompleks dan dinamis, selain itu persaingan yang begitu ketat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kodrati, manusia dianugerahi akal dan pikiran yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain. Akal dan pikiran tersebut merupakan modal awal dari terbentuknya

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : E124402/ Perancangan Produk Revisi 4 Satuan Kredit Semester : 2 SKS Tgl revisi : 16 Juli 2015 Jml Jam kuliah dalam seminggu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memang disegmentasikan untuk pengunjung menengah ke atas.

BAB 1 PENDAHULUAN. memang disegmentasikan untuk pengunjung menengah ke atas. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era digital sekarang ini perkembangan teknologi sudah sangat pesat yang membuat persaingan semakin tinggi di masyarakat. Persaingan yang paling jelas adalah persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Pengembangan sanggar tari tradisional berbasis pendidikan di kota tangerang selatan Kota Tangerang Selatan, yang merupakan sebuah pemekaran dari Kabupaten Tangerang

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia prasejarah maupun saat ini memerlukan tempat tinggal. Manusia prasejarah mencari dan membuat tempat untuk berlindung yang umumnya berpindah-pindah / nomaden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Gelebet, dalam bukunya yang berjudul Aristektur Tradisional Bali (1984: 19), kebudayaan adalah hasil hubungan antara manusia dengan alamnya. Kelahirannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan 19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan alamnya dari masa ke masa. Berbagai lingkungan mempunyai tatanan masing masing sebagai

Lebih terperinci

RUMAH OSING ARSITEKTUR BANYUWANGI STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR V ISTIARA SARI D.W

RUMAH OSING ARSITEKTUR BANYUWANGI STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR V ISTIARA SARI D.W RUMAH OSING ARSITEKTUR BANYUWANGI STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR V ISTIARA SARI D.W 0851010039 BAB 1 PEMBAHASAN UMUM Banyuwangi adalah kabupaten terluas di Jawa Timur dengan luas 5.782,50 m². Kondisi alamnya

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA 20 PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Bab 3 Mengapa Lesson Study?

Bab 3 Mengapa Lesson Study? Bab 3 Mengapa Lesson Study? A. Bagaimana Pengetahuan Berkembang? Dalam suatu pertemuan, sejumlah guru melakukan diskusi tentang masalah pembelajaran matematika SMP. Salah seorang guru mengemukakan pengalamannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah pertanahan di Indonesia telah berkembang menjadi

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah pertanahan di Indonesia telah berkembang menjadi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah pertanahan di Indonesia telah berkembang menjadi masalah Nasional yang senantiasa menjadi pusat perhatian masyarakat dari berbagai kalangan.

Lebih terperinci

Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi

Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi Gina Asharina, Agus S. Ekomadyo Program Studi Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2005 Menimbang Mengingat LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA DINAS KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

area publik dan privat kota, sehingga dihasilkan ekspresi rupa ruang perkotaan khas Yogyakarta. Vegetasi simbolik ini dapat juga berfungsi sebagai

area publik dan privat kota, sehingga dihasilkan ekspresi rupa ruang perkotaan khas Yogyakarta. Vegetasi simbolik ini dapat juga berfungsi sebagai 2. BAB V KESIMPULAN Kesimpulan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan penelitian, sebagai berikut: a) Apakah yang dimaksud dengan makna eksistensi elemen vegetasi simbolik pada penelitian ini? b) Seperti

Lebih terperinci

Merp proses yang berlangsung sepanjang hidup indv, dlm hal mengolah perasaan, hasrat, napsu, emosi shg terbentuk kepribadian

Merp proses yang berlangsung sepanjang hidup indv, dlm hal mengolah perasaan, hasrat, napsu, emosi shg terbentuk kepribadian Dinamika Kebudayaan Dinamika kebudayaan Kebudayaan akan mengalami perubahan agar dapat menyesuai kan diri dengan keadaan yang berubah. Kebudayaan berubah karena perubahan ling kungan yang menuntut perubahan

Lebih terperinci

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Barat terletak di ujung sebelah barat pulau Jawa terdapat satu kota Kabupaten yaitu Kabupaten Majalengka. Dilihat dari letak geografisnya, posisi Kabupaten

Lebih terperinci

GALERI ARSITEKTUR JAKARTA

GALERI ARSITEKTUR JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GALERI ARSITEKTUR JAKARTA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik oleh : RACHADIAN HADIWIBOWO L2B 005 194

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan dari budaya terhadap perilaku konsumen adalah, budaya digunakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan dari budaya terhadap perilaku konsumen adalah, budaya digunakan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan dari budaya terhadap perilaku konsumen adalah, budaya digunakan sebagai indikator awal untuk menentukan perilaku konsumen masyarakat. perusahaan bisa melihat

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN ANTROPOLOGI (PEMINATAN ILMU BAHASA DAN BUDAYA)

SILABUS MATA PELAJARAN ANTROPOLOGI (PEMINATAN ILMU BAHASA DAN BUDAYA) SILABUS MATA PELAJARAN ANTROPOLOGI (PEMINATAN ILMU BAHASA DAN BUDAYA) Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan potensial di Kota Padang. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis, nilai sejarah yang vital, budaya yang beragam, corak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan Nasional terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan digulirkannya Kurikilum

Lebih terperinci