DISERTASI PA3352 RUMAH JAWA DALAM DINAMIKA PERUANGAN SEBAGAI DAMPAK HUBUNGAN GENDER KASUS: KOMUNITAS KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DISERTASI PA3352 RUMAH JAWA DALAM DINAMIKA PERUANGAN SEBAGAI DAMPAK HUBUNGAN GENDER KASUS: KOMUNITAS KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA"

Transkripsi

1 DISERTASI PA3352 RUMAH JAWA DALAM DINAMIKA PERUANGAN SEBAGAI DAMPAK HUBUNGAN GENDER KASUS: KOMUNITAS KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA Nama: Mohamad Muqoffa NRP: Dosen Pembimbing Prof. Ir. Happy Ratna Santosa, M.Sc, Ph.D Prof. Ir. Johan Silas

2 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan usaha batik yang semakin membaik, maka memberi implikasi pada penataan peruangan; yakni pendhapa berubah menjadi showroom, hal itu berarti menyebabkan berubahnya ranah gender pada pendhapa, dari maskulin menjadi feminin. Pemahaman rumah Jawa secara tradisi menempatkan pendhapa pada ranah maskulin (Tjahyono, 1986, Santosa, 2000). Hubungan gender dengan rumah Jawa sebagai rona (setting) budaya.

3 2. Kampung Laweyan dalam Konteks Kesejarahan Surakarta Peta lama yang mendiskripsikan bahwa Kampung Laweyan sudah ada pada saat periode Desa Sala. (digambar ulang berdasarkan Babad Sala: Sajid, 1984)

4

5 3. Rumah Jawa dan Hubungan Gender Fenomena rumah Jawa dan gender memuat prinsip dualitas yang mengacu pada peran laki-laki perempuan. Rumah dalam budaya Jawa merupakan realisasi dari konsep berumah tangga yang memuat berbagai makna simbolik (Silas, 1983). Terminologi rumah dalam konteks budaya Jawa dikenal dengan penyebutan omah, grha/griya, dan dalem (Prijotomo, 2006) Beberapa rumah di Laweyan yang masih melakukan proses produksi batik telah merubah penggunaan ruang sedemikian rupa untuk mengakomodir kegiatan proses batik. 4. Konteks Periode Waktu Proses Penelitian Penelitian diselenggarakan dengan mengamati rumah Jawa di Laweyan pada konteks waktu saat penelitian lapangan dilakukan, dan merujuk pada latar sosial-budaya hingga dua generasi sebelumnya.

6 5. Perumusan Masalah 1. Bagaimana pemahaman penghuni tentang konsep rumah yang mereka huni, ditinjau dari dinamika peruangan sebagai dampak hubungan gender pada rumah Jawa di Laweyan pada konteks masa kini? 2. Bagaimana menjelaskan dinamika peruangan pada rumah Jawa di Laweyan sebagai dampak hubungan gender pada konteks masa kini? 3. Bagaimana menjelaskan konsep rumah Jawa di Laweyan ditinjau dari dinamika peruangan sebagai dampak hubungan gender pada konteks masa kini?

7 6. Tujuan 1. Untuk mendapatkan pengetahuan perihal pemahaman penghuni tentang konsep rumah yang mereka huni, ditinjau dari dinamika peruangan sebagai dampak dari hubungan gender pada rumah Jawa di Laweyan pada konteks masa kini. 2. Untuk mendapatkan penjelasan tentang dinamika peruangan pada rumah Jawa di Laweyan sebagai dampak dari hubungan gender pada konteks masa kini. 3. Untuk mendapatkan pengetahuan tentang konsep rumah Jawa di Laweyan yang telah mengalami dinamika peruangan sebagai dampak dari hubungan gender pada konteks masa kini.

8 Kerangka Pikir Penelitian

9 KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Kerangka Pikir Dalam Membaca Dinamika Peruangan

10 Dasar Teori Dalam Penelitian

11 Substansi Analisis, Pembahasan Teori Uraian Konsep gender Ruang yang tergenderkan Peruangan pada rumah Jawa sebagai dampak hubungan gender Fakih (1996), Illich (1983), Spain (1992) Tuan (1977), Kent (1990), Faqih (2005), Lefebvre (2003), Rendell (2000), Tjahjono (1986, 2000), Santosa (2000), Gender: terkonstruksikan atas dasar konteks sosial budaya, waktu, ekonomi. Manusia menginterpretasikan ruang dan tempat dengan cara yang berbeda-beda menurut usia, jenis kelamin, sosial budaya. Segmentasi Arsitektur: semakin tinggi paras budaya, maka semakin tinggi paras segmentasi arsitektur. Ruangan merupakan representasi dari hubungan gender. Seberapa jauh hubungan gender manifes dalam peruangan, dan seberapa jauh peruangan menentukan konstruksi hubungan gender. Pemisahan ranah publik dan privat yang identik dengan maskulin dan feminin. Pendhapa sebagai ranah maskulin, dan dalem sebagai ranah feminin.

12 Pola ranah gender rumah Jawa pada masa lalu Kiri: Pola ranah maskulin-feminin pada rumah-rumah Jawa di Laweyan konteks masa lalu (Sumber: pengolahan dari wawancara dengan Ibu Nurul, 2 September 2008; Bapak Sulaiman, 7 April 2007; Bapak M. Saud, 15 Juni 2007). Kanan: Pola ranah maskulin-feminin pada rumah Jawa secara umum/teoritik (Tjahjono, 1986, 2002; Santosa, 2000).

13 Pola ranah rumah Jawa pada masa kini Ranah maskulin dan feminin pada rumah Jawa pada konteks masa kini (sumber: pengolahan data lapangan, 2007)

14 Kontribusi dan Originalitas Penelitian Kontribusi Penelitian Untuk ranah akademik, dapat disusun suatu pemahaman rumah Jawa di Laweyan ditinjau dari hubungan gender. Selanjutnya dapat dihasilkan sebuah konsep rumah Jawa kiwari, terkait dengan hubungan gender. Sedang pada ranah praktis diharapkan menghasilkan suatu bangun konseptual tentang ranah domestik ditinjau dari hubungan gender yang terselenggara pada rumah Jawa di Laweyan Surakarta, sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam penyusunan program penataan lingkungan buatan (vernakular) dan pengembangan kawasan yang mengacu pada isu gender.

15 Originalitas Penelitian Memeriksa penelitian terdahulu yang gayut (relevan) Peneliti Fokus Penelitian Metode Hasil Tjahjono (1986) Konsep kosmologi rumah Jawa berdasarkan world view penghuninya di Kotagede Yogjakarta Kualitatif Rumah Jawa dan pola permukiman di Kotagede mempunyai dua elemen utama yakni pusat dan dualitas, yang merupakan prinsip klasifikasi simbolik, yakni pola mancapat. Dualitas merujuk pada fenomena biner yang bersifat komplementer, yang kaitannya dengan gender terdapat pada pendhapa (sebagai ranah maskulin) dan griya wingking (sebagai ranah feminis) Santosa (2000) Makna rumah sebagai tempat kegiatan (ranah) domestik menurut pemahaman penghuni di Yogjakarta Kualitatif Penelitian ini merupakan upaya pengkonstrukian sistem pemaknaan berdasarkan pengertian penghuninya. Peneliti mengkonsepsikan pembentukan entitas omah, yang berupa pembagian rumah atas dua bagian, yakni belakang yang berorientasi ke dalam, dan depan yang berorientasi ke luar.

16 Peneliti Fokus Penelitian Metode Hasil Widayati (2004) Murti (2001) Peneliti an yang sedang dilakukan oleh Peneliti Studi pola rumah dan permukiman di Laweyan Studi ruang gender pada arsitektur hunian di Madura Konsep rumah Jawa ditinjau dari dinamika peruangan dan hubungan gender di Laweyan Kualitatif Kualitatif Kualitatif Sebagai tanah perdikan, maka Laweyan mempunyai kelonggaran menata permukimannya. Namun rumah di Laweyan merupakan rumah Jawa, mempunyai 2 tipe; rumah besar dan kecil. Permukiman terbagi dalam pola yang teratur (grid), degan arah bangunan utara-selatan. Peneliti menggunakan kerangka teori, yaitu: nature, nurture, dan fungsionalisme struktural. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat relasi antara ruang gender dengan tingkat privasi. Selain itu, ditemukan bahwa tidak ada dominasi peran laki-laki atas perempuan Penelitian ini diharapkan dapat meghasilkan pengetahuan tentang perubahan konsep penggunaan ruang dalam rumah Jawa ditinjau dari dinamika peruangan (spasial) dan hubungan gender masyarakat Laweyan

17 METODE PENELITIAN

18 Rumah Jawa Sebagai Objek Penelitian (Sampel) Kriteria: 1. Kondisi bangunan rumah pada saat dilakukan penelitian 2. Rumah tidak berubah ditinjau dari aspek kesinambungan penghuni 3. Rumah tidak berubah ditinjau dari aspek fungsi bangunan Tipologi Rumah Jawa di Laweyan Kepemilikan: rumah juragan dan rumah buruh (pekerja), Periode waktu: tahun yang menunjukkan rumah didirikan. Langgam: rumah yang Jawa yang dominan ciri ke-jawa-annya dan rumah yang sudah mengalami pencampuran, Fungsi: rumah tinggal, rumah tinggal sekaligus tempat usaha.

19 Tipologi Rumah Denah Tampak Rumah Juragan Rumah Pekerja

20 Periode Waktu Visualisasi Awal ( an) Tengah ( an) Akhir ( an)

21 Tipologi Rumah Visualisasi Tipe rumah yang mempunyai langgam sebagai bangunan Jawa Tipe rumah yang mempunyai langgam campuran: Indisch, dan Art Deco Tipe rumah yang mempunyai langgam bangunan modern/ kiwari

22 Tipologi Rumah Visualisasi Tipe rumah yang digunakan sebagai tempat tinggal Tipe rumah yang digunakan sebagai tempat usaha (hotel) Tipe rumah yang digunakan sebagai tempat tinggal dan usaha

23 Kondisi Bangunan Rumah di Laweyan pada Konteks Masa Kini (pada saat dilakukan penelitian) Tipe Rumah Rumah Pekerja Rumah Juragan Rumah Dalam Kondisi Rusak, (terbakar, roboh,) Rumah Dalam Kondisi Baik, Berubah Menjadi Bangunan Baru Rumah Dalam Kondisi Baik, Tidak Berubah (seperti kondisi awal) Total Jumlah Rumah di Laweyan Yang Tidak Berubah pada Konteks Masa Kini Ditinjau dari Aspek Kesinambungan Penghuni Tipe Rumah Rumah Dihuni oleh Ahli Waris Rumah Dihuni oleh Bukan Ahli Waris Total Rumah Pekerja Rumah Juragan Jumlah

24 Rumah di Laweyan Yang Tidak Berubah, Dihuni Oleh Ahli Waris pada Konteks Masa Kini Ditinjau Berdasarkan Fungsi Bangunan Tipe Rumah Rumah Sebagai Tempat Tinggal (Hunian) Rumah Sebagai Tempat Usaha Rumah Sebagai Tempat Tinggal dan Usaha Total Rumah Pekerja Rumah Juragan Jumlah

25 Penghuni/Informan (Subjek Penelitian/Responden) dan Narasumber Penghuni merupakan informan atau subjek penelitian. Beberapa tokoh komunitas bertindak sebagai narasumber. Instrumen Penelitian Peneliti bertindak sebagai intrumen penelitian. Dibantu tim surveyor. Dilengkapi alat perekam suara dan kamera.

26 Macam Data 1. Data yang Berhubungan dengan Dinamika Peruangan 2. Data yang Berhubungan dengan Perubahan Ranah sebagai Akibat Hubungan Gender. Pengumpulan data Wawancara mendalam yang dipandu dengan pedoman eksplorasi data/ informasi. Penggunaan Kuesioner

27 Cara Analisis Substansi Analisis Teori Uraian Hubungan gender Fakih (1996), Illich (1983), Spain (1992) Melalui pendalaman aspek pemahaman penghuni, dan konfirmasi pada kegiatan. Kemudian dikonstruksikan. Peruangan sebagai dampak hubungan gender Tuan (1977), Kent (1990), Faqih (2005), Lefebvre (2003), Rendell (2000), Tjahjono (1986, 2000), Santosa (2000) Melalui pengamatan berulang-ulang penggunaan peruangan (sehari-hari dan temporal), yang dikonfirmasikan dengan penjelasan penghuni. Triangulasi

28 HASIL PEMBAHASAN DINAMIKA PERUANGAN SEBAGAI DAMPAK HUBUNGAN GENDER Kasus Rumah A Kasus Rumah Ng

29 1. Pemahaman Komunitas Laweyan Tentang Rumah yang Mereka Huni dalam Dinamika Peruangan sebagai Dampak Hubungan Gender pada Konteks Masa Kini 1 Tipologi Skematik Peruangan yang Tidak Terjadi Segregasi Ruang Atas Dasar Gender

30 2 Tipologi Skematik Peruangan yang Menunjukkan Dominasi Feminitas Ruang

31 3 Tipologi Skematik Peruangan yang Menunjukkan Dominasi Maskulinitas Ruang

32 Kasus Rumah dan Pemahaman Penghuni Rumah A Sebagai suatu entitas yang tidak perlu lagi mengikuti segregasi ruangan sebagaimana rumah Jawa pada konteks masa lalu. Pemahaman penghuni cenderung pada peningkatan nilai ekonomi rumah. Tipologi Rumah Tipe rumah dengan pendhapa. Rumah dengan dominasi ranah feminin. Visualisasi Rumah Am bahwa rumah tetap merupakan hunian, mempunyai ranah gender yang sudah terpola sebelumnya. Tipe rumah dengan pendhapa. Rumah dengan dominasi ranah maskulin. Rumah N/Ib pemahaman saat ini cenderung mengacu pada keperluan praktis, termasuk untuk pola ranah gender. Tipe rumah dengan pendhapa. Rumah dengan dominasi ranah maskulin.

33 Rumah GN rumah dapat dikembangkan semaksimal mungkin untuk kegiatan ekonomi. Tipe rumah dengan pendhapa. termasuk rumah dengan dominasi ranah feminin. Rumah BS rumah harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kegiatan ekonomi. Sehingga ranah gender mengalami pergeseran Tipe rumah dengan pendhapa. Untuk ranah gender, termasuk rumah dengan dominasi ranah feminin Rumah GA perlu kesetaraan dalam konsep gender. Sehingga rumah tidak perlu dibuat segregasi atas dasar gender Tipe rumah dengan pendhapa. Untuk ranah gender, termasuk rumah yang tidak memiliki dominasi ranah gender.

34 Rumah Al rumah dapat dipahami sebagai hunian, sehingga pola ranah gender mengikuti pola peruangan Tipe rumah dengan tidak memiliki pendhapa (dibongkar). Untuk ranah gender, termasuk rumah dengan dominasi ranah feminin. Rumah R rumah perlu dimanfaatkan untuk kegiatan usaha. Hal itu tidak perlu terpancang pada pola ranah gender Tipe rumah dengan pendhapa. Untuk ranah gender, termasuk rumah dengan dominasi ranah maskulin Rumah B rumah perlu ditata secara fungsional. Sehingga ranah gender terbentuk karena pertimbangan hal tersebut. Tipe rumah tanpa pendhapa. Untuk ranah gender, termasuk rumah dengan dominasi ranah feminin.

35 Rumah D rumah harus dapat digunakan sebagai tempat kerja, disamping sebagai hunian Tipe rumah tanpa pendhapa. Untuk ranah gender, termasuk rumah dengan dominasi ranah maskulin Rumah Ng Pemahaman penghuni tentang rumah, yakni: mengacu pada kebutuhan ekonomi saat ini, sehingga ranah gender mengikuti hal tersebut Tipe rumah tanpa pendhapa. Untuk ranah gender, termasuk rumah dengan dominasi ranah maskulin Rumah W bahwa masih ingin meneruskan nilai tradisi, tapi rumah harus dimanfaatkan secara ekonomi, meskipun kemudian merubah ranah gender yang sebelumnya sudah terkontruksikan Tipe rumah dengan pendhapa. Untuk ranah gender, termasuk rumah dengan dominasi ranah feminin.

36 2. Dinamika Peruangan pada Rumah Jawa di Laweyan sebagai Dampak Hubungan Gender pada Konteks Masa Kini a. Publikasi Peruangan: Ranah Publik-Ranah Privat Tipologi rumah Jawa di Laweyan: ranah publik tidak dominan atas ranah privat Tipologi rumah di Laweyan: dominasi ranah publik (berkurangnya ranah privat).

37 b. Dinamika Peruangan: Pendhapa Menjadi Showroom Tipologi rumah Jawa di Laweyan: tanpa pendhapa Tipologi rumah Jawa di Laweyan: memiliki pendhapa

38 Kasus Rumah dan Dinamika Peruangan Rumah A Pendhapa, dalem, senthong (seluruhnya), gandhok tengen (kanan) bergeser menjadi tempat penjualan produk batik Tipologi Rumah Rumah dengan ranah publik dominan. Visualisasi Rumah Am Dinamika peruangan yang terjadi terbatas pada bagian pendhapa, yakni: menjadi tempat penjualan produk batik. Rumah dengan ranah publik tidak dominan Rumah N/Ib Rumah harus dibagi dua bagian memanjang karena aspek warisan. Pendhapa telah menjadi tempat penjualan produk batik. Rumah dengan ranah publik tidak dominan

39 Kasus Rumah dan Dinamika Peruangan Rumah GN Dinamika peruangan yang terjadi adalah pengguaan hampir seluruh bagian rumah untuk kegiatan usaha batik. Tipologi Rumah Rumah dengan ranah publik dominan. Visualisasi Rumah BS Kasus ini hanya menggunakan bagian pendhapa sebagai tempat untuk menjual produk Rumah dengan ranah publik tidak dominan. Rumah GA Bagian rumah yang dijadikan tempat kegiatan usaha adalah pendhapa, dan dalem Rumah dengan ranah publik dominan.

40 Kasus Rumah dan Dinamika Peruangan Rumah Al Bergersernya penggunaan pendhapa ke emper Tipologi Rumah Rumah dengan ranah publik tidak dominan Visualisasi Rumah R Penggunaan hampir semua bagian rumah untuk kegiatan usaha batik. Rumah dengan ranah publik dominan Rumah B Bagian dalem, yakni: digunakan untuk mengerjakan batik Rumah dengan ranah publik tidak dominan.

41 Konsep Rumah dan Dinamika Peruangan Rumah D Dalem digunakan untuk mengerjakan batik. Tipologi Rumah rumah dengan ranah publik tidak dominan Visualisasi Rumah Ng Gandhok dibuka untuk kegiatan warung. Sedang dalem digunakan sebagai tempat kerja. rumah dengan ranah publik dominan Rumah W rumah ini menggunakan halaman (pelataran) sebagai tempat kegiatan usaha bengkel, dan pendhapa sebagai tempat usaha jasa jahitan rumah dengan ranah publik tidak dominan

42 3. Konsep Rumah Jawa di Laweyan dalam Dinamika Peruangan sebagai Dampak Hubungan Gender pada Konteks Masa Kini a. Gandhok Sebagai Representasi Feminitas Pada Griya Jawa Gandhok pada Rumah Jawa Tanpa Pendhapa. Gandhok Sebagai Representasi Feminitas Griya Jawa

43 Gandhok pada Rumah Jawa Dengan Pendhapa. Gandhok Sebagai Representasi Feminitas Griya Jawa

44 b. Rumah Sebagai Tempat Kerja Tipologi Rumah Sebelum Dijadikan Showroom Batik Tipologi Rumah Sebagai Showroom Batik

45 Kasus Rumah dan Rumah A Konsep Rumah memiliki pendhapa. Gandhok menjadi pusat kegiatan tempat tinggal (domestik) Tipologi Rumah Tipe rumah dengan pendhapa, dan gandhok sebagai representasi feminitas griya Jawa Visualisasi Rumah Am Rumah memiliki pendhapa. Gandhok menjadi pusat kegiatan tempat tinggal (domestik) Tipe rumah dengan pendhapa, dan gandhok sebagai representasi feminitas griya Jawa Rumah N/Ib Kasus rumah memiliki pendhapa. Gandhok menjadi pusat kegiatan tempat tinggal (domestik) Tipe rumah dengan pendhapa, dan gandhok sebagai representasi feminitas griya Jawa

46 Kasus Rumah dan Konsep Rumah GN Rumah memiliki pendhapa. Gandhok menjadi pusat kegiatan tempat tinggal (domestik) Tipologi Rumah Tipe rumah dengan pendhapa, dan gandhok sebagai representasi feminitas griya Jawa Visualisasi Rumah BS Rumah memiliki pendhapa. Gandhok menjadi pusat kegiatan tempat tinggal (domestik) Tipe rumah dengan pendhapa, dan gandhok sebagai representasi feminitas griya Jawa Rumah GA Rumah memiliki pendhapa. Gandhok menjadi pusat kegiatan tempat tinggal (domestik) Tipe rumah dengan pendhapa, dan gandhok sebagai representasi feminitas griya Jawa

47 Kasus Rumah dan Konsep Rumah Al Rumah tidak memiliki pendhapa. Gandhok menjadi pusat kegiatan tempat tinggal (domestik) Tipologi Rumah Tipe rumah tanpa pendhapa, dan gandhok sebagai representasi feminitas griya Jawa Visualisasi Rumah R rumah memiliki pendhapa. Gandhok menjadi pusat kegiatan tempat tinggal (domestik) Tipe rumah dengan pendhapa, dan gandhok sebagai representasi feminitas griya Jawa Rumah B Rumah tidak memiliki pendhapa. Gandhok menjadi pusat kegiatan tempat tinggal (domestik) Tipe rumah tanpa pendhapa, dan gandhok sebagai representasi feminitas griya Jawa

48 Kasus Rumah dan Rumah D Konsep Rumah tidak memiliki pendhapa. Gandhok menjadi pusat kegiatan tempat tinggal (domestik) Tipologi Rumah Tipe rumah tanpa pendhapa, dan gandhok sebagai representasi feminitas griya Jawa Visualisasi Rumah Ng Rumah tidak memiliki pendhapa. Gandhok menjadi pusat kegiatan tempat tinggal (domestik) Tipe rumah tanpa pendhapa, dan gandhok sebagai representasi feminitas griya Jawa Rumah W Rumah tidak memiliki pendhapa. Gandhok menjadi pusat kegiatan tempat tinggal (domestik) Tipe rumah dengan pendhapa, dan gandhok sebagai representasi feminitas griya Jawa

49 4. Temuan a. Nilai Ruang (peruangan) Rumah Jawa di Laweyan yang menggunakan hampir seluruh peruangan untuk kegiatan usaha batik, sebagai sebuah tempat yang dapat mempunyai nilai ekomomi. b. Tatanan Ruang (peruangan) Hubungan gender pada komunitas Laweyan yang melakukan kegiatan usaha batik memungkinkan publik dapat memasuki peruangan yang sebelumnya merupakan ranah privat atau semi publik. c. Elemen Ruang (peruangan) Rumah Jawa di Laweyan yang menyelenggarakan kegiatan usaha batik, memberikan konsekuensi pada penambahan elemen ruang yaitu: penggunaan semua perlengkapan di dalam ruangan dengan tujuan agar kegiatan usaha batik dapat terselenggara dengan baik.

50 SIMPULAN DAN SARAN RUMAH JAWA DALAM DINAMIKA PERUANGAN SEBAGAI DAMPAK HUBUNGAN GENDER Simpulan 1. Pemahaman Komunitas Laweyan Tentang Isu Hubungan Gender pada Rumah Jawa sebagai Rona (Setting) Budaya Tipologi pertama berupa rumah Jawa yang tidak memiliki pola ranah gender (tidak mengalami segregasi ruang atas dasar gender). Tipologi kedua berupa rumah Jawa yang mengalami dominasi ranah feminin. Tipologi ketiga berupa rumah Jawa yang mengalami dominasi ranah maskulin.

51 2. Dinamika Peruangan pada Rumah Jawa di Laweyan sebagai Dampak Hubungan Gender a. Publikasi Peruangan: Ranah Publik-Ranah Privat Ranah privat semakin terbatas karena ranah publik bertambah luas hingga masuk pada bagian dalem, bahkan terdapat satu kasus rumah yang tamu (publik) dapat memasuki wilayah senthong. b. Dinamika Peruangan: Pendhapa Menjadi Showroom Beberapa rumah menjadikan bagian pendhapa sebagai showroom, artinya telah terjadi dinamika peruangan pada pendhapa, yang dahulu merupakan ranah maskulin, maka sekarang cenderung menjadi ranah feminin.

52 3. Konsep Rumah Jawa di Laweyan dalam Dinamika Peruangan sebagai Dampak Hubungan Gender pada Konteks Masa Kini a. Gandhok sebagai Representasi Feminitas pada Griya Jawa Bagian gandhok (dapat berupa gandhok kiwa/kiri atau gandhok tengen/kanan) menjadi pusat kegiatan privat sehari-hari, yang menggantikan bagian-bagian rumah yang lain karena digunakan sebagai tempat kegiatan usaha. b. Rumah Sebagai Tempat Kerja Rumah yang diteliti menyelenggarakan kegiatan usaha (batik), dan menggunakan sebagian besar bagian rumah, yakni: pendhapa atau emper, dalem, gandhok, dan senthong. Fenomena tersebut menyebabkan tatanan peruangan rumah telah bergeser; wilayah yang dahulu merupakan ranah privat, sekarang menjadi ranah publik atau semi publik. Dengan demikian dapat diperoleh temuan yang mencakup: nilai ruang (peruangan), tatanan ruang (peruangan), dan elemen ruang (peruangan), Rumah Jawa sebagai rona (setting) budaya dalam hubungan gender ternyata cukup dinamik, mampu menerima perkembangan budaya komunitasnya.

53 2. Saran Untuk penyelenggaraan penelitian berikutnya dapat memilih rona (setting) budaya yang bukan rumah Jawa, sehingga akan diperoleh gambaran fenomena lain tentang isu hubungan gender. Penelitian berikutnya dapat juga memilih substansi yang tidak sama. Dengan pengkayaan substansi tersebut, maka akan dapat disusun konsep dan bangun arsitektur di luar Arsitektur Jawa. Hal tersebut pada akhirnya dapat dibangun suatu konstruksi khasanah Arsitektur Nusantara.

54 terimakasih

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Rumah Tangga merupakan sub sistem dari masyarakat yang memiliki struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah tangga peran suami

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab laki-laki yang lebih besar, kekuatan laki-laki lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab laki-laki yang lebih besar, kekuatan laki-laki lebih besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Berkendara sepeda motor sudah menjadi budaya pada masyarakat modern saat ini.kesan bahwa berkendara motor lebih identik dengan kaum adam nampaknya begitu kokoh dan membumi

Lebih terperinci

Keleluasaan Pengembangan Gandhok dalam Morfologi Rumah Jawa pada Abad 20

Keleluasaan Pengembangan Gandhok dalam Morfologi Rumah Jawa pada Abad 20 Keleluasaan Pengembangan Gandhok dalam Morfologi Rumah Jawa pada Abad 20 Untung Joko Cahyono 1 1 Prodi Arsitektur UNS Surakarta Abstrak: Dalam gugus bangunan rumah Jawa, gandhokadalah bangunan yang terletak

Lebih terperinci

PERUBAHAN FUNGSI RUANG RUMAH KUNO DI KAMPUNG KAUMAN SURAKARTA

PERUBAHAN FUNGSI RUANG RUMAH KUNO DI KAMPUNG KAUMAN SURAKARTA 76 PERUBAHAN FUNGSI RUANG RUMAH KUNO DI KAMPUNG KAUMAN SURAKARTA Didik Darmadi, Dhani Mutiari Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rumah produktif atau usaha yang berbasis pada rumah tangga di Indonesia sudah dikenal sejak lama. Hal ini i sejal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rumah produktif atau usaha yang berbasis pada rumah tangga di Indonesia sudah dikenal sejak lama. Hal ini i sejal JUDUL TESIS PERUBAHAN POLA TATANAN RUANG RUMAH TINGGAL SEBAGAI AKIBAT KEGIATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Studi Kasus : Pengrajin Logam Desa Ngingas g Kecamatan Waru -Sidoarjo TAUFIKURRAHMAN 3208 201 806 DOSEN

Lebih terperinci

Prakata: Prof. Ir. ANTARIKSA, M.Eng., Ph.D

Prakata: Prof. Ir. ANTARIKSA, M.Eng., Ph.D Cara pandang dan metode penelitian berbasis fenomenologi ini dapat dimanfaatkan untuk meneliti dan memahami fenomena kampung-kampung vernakular di Timor yang sangat kaya dengan nuansa budaya lokal. Studi

Lebih terperinci

ALASAN PEMILIHAN JURUSAN PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN 2012)

ALASAN PEMILIHAN JURUSAN PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN 2012) ALASAN PEMILIHAN JURUSAN PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN 2012) Indah Suci Wulandari K8407032 Pendidikan Sosiologi Antropologi ABSTRAK : Indah Suci Wulandari.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Apakah Gender itu? Pengertian awal: Pembedaan ketata-bahasaan (gramatical) penggolongan kata benda menjadi feminin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah daripada kaum laki-laki masih dapat kita jumpai saat ini. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang telah dikonstruksikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi dalam penelitian ini mengacu pada tujuan yang telah ditentukan yaitu untuk mengetahui konsep, makna atau nilai dan pengaruh dari perilaku dan tradisi budaya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dengan keadaan lapangan maka dapat disimpulkan bahwa Roemahkoe Heritage

BAB V PENUTUP. dengan keadaan lapangan maka dapat disimpulkan bahwa Roemahkoe Heritage BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan analisis dengan cara membandingkan antara teori dengan keadaan lapangan maka dapat disimpulkan bahwa Roemahkoe Heritage Hotel & Restaurant masih menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih belum berakhir dan akan terus berlanjut. bekerja sebagai ibu rumah tangga dan diartikan sebagai kodrat dari Tuhan,

BAB I PENDAHULUAN. masih belum berakhir dan akan terus berlanjut. bekerja sebagai ibu rumah tangga dan diartikan sebagai kodrat dari Tuhan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tampaknya rekayasa sosial yang berkembang di masyarakat mengenai pemahaman tentang pembagian kerja seperti perempuan menjadi pengurus dapur dan memasak, serta

Lebih terperinci

MENGKONSTRUKSIKAN RUANG GENDER PADA RUMAH JAWA DI SURAKARTA DALAM PERSPEKTIF KIWARI PENGHUNINYA 1

MENGKONSTRUKSIKAN RUANG GENDER PADA RUMAH JAWA DI SURAKARTA DALAM PERSPEKTIF KIWARI PENGHUNINYA 1 MENGKONSTRUKSIKAN RUANG GENDER PADA RUMAH JAWA DI SURAKARTA DALAM PERSPEKTIF KIWARI PENGHUNINYA 1 Mohamad Muqoffa Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang bervariasi antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan adalah tiang negara, artinya tegak runtuhnya suatu negara berada di tangan kaum perempuan. Penerus peradaban lahir dari rahim seorang perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif, sehingga dalam penelitian ini dilakukan dalam dua bagian, yang pertama adalah penelitian lapangan dan yang kedua adalah penelitian

Lebih terperinci

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK (Studi Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan BAB V PENUTUP Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari pendahuluan hingga analisa kritis yang ada dalam bab 4. 5.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu penyelenggara pendidikan formal yang bertujuan untuk mempersiapkan dan mengasah keterampilan para siswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra

Lebih terperinci

1Konsep dan Teori Gender

1Konsep dan Teori Gender 1Konsep dan Teori Gender Pengantar Dalam bab ini akan disampaikan secara detil arti dan makna dari Gender, serta konsepsi yang berkembang dalam melihat gender. Hal-hal mendasar yang perlu dipahami oleh

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian tentang arsitektur rumah tradisional di Desa Pinggirpapas, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Arsitketur tradisional Madura

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transformasi dalam arsitektur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transformasi dalam arsitektur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Transformasi dalam arsitektur Transformasi dalam arsitektur bukanlah hal baru karena selalu berkait dengan masalah klasik tentang pembentukan citra lingkungan.

Lebih terperinci

Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perancangan ini menjawab permasalahan tentang bagaimana penerapan dekonstruksi dalam desain City Hotel, dengan makna batik Kawung sebagai referensi desain. Dekonstruksi

Lebih terperinci

Pada akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Laporan Akhir Sementara ini.

Pada akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Laporan Akhir Sementara ini. Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Laporan Akhir Sementara untuk kegiatan Kota Kediri terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Buku Laporan Akhir Sementara ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari ujung Utara sampai Selatan dan Timur sampai ke Barat baik kebudayaan asli dari bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan dengan pilihan jurusan jurnalistik, broadcasting dan public

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan dengan pilihan jurusan jurnalistik, broadcasting dan public BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia jurnalistik adalah dunia yang penuh dengan gejolak dan selalu berhubungan dengan persoalan-persoalan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Semua peristiwa menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia iklan pada era globalisasi ini sudah sangat bervariasi.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia iklan pada era globalisasi ini sudah sangat bervariasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia iklan pada era globalisasi ini sudah sangat bervariasi. Iklan pada umumnya digunakan oleh produsen untuk merangsang penjualan dan mengangkat citra

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN Jurnal Ilmiah Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: PIPIET GAYATRI SUKARNO 0910651009 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Temuan Guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang ada dapat dilihat melalui temuan di lapangan. Selanjutnya temuan tersebut dapat disimpulkan dan digunakan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian (RA ) : Ir. Purwanita Setijanti. M.Sc. Ph.D : Ir. Muhammad Faqih. M.SA.Ph.D. Bagoes Soeprijono Soegiono

Metodologi Penelitian (RA ) : Ir. Purwanita Setijanti. M.Sc. Ph.D : Ir. Muhammad Faqih. M.SA.Ph.D. Bagoes Soeprijono Soegiono TRANSFORMASI FUNGSI RUANG HUNIAN AKIBAT USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA Studi Kasus: Desa Jati Sumber, Kecamatan Trowulan. Kabupaten Mojokerto. Jawa-Timur. Metodologi Penelitian (RA 092304) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai Kabanaran, dibagian timur sungai Premulung, terdapat sebuah pasar yang besar yang termasuk

Lebih terperinci

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

14 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

14 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No 14 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 TIPOLOGI RUANG RUMAH ABDI DALEM DI KAMPUNG KEMLAYAN SURAKARTA Oleh : Teddy Hartawan Dosen pada Fakultas Teknik Universitas Nusa Tenggara Barat Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kegiatan sektor perdagangan di perkotaan merupakan basis utama, hal ini dikarenakan kegiatan penghasil barang lebih dibatasi dalam perkotaan. Kota umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika dalam sebuah kota tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan yang membawa kemajuan bagi sebuah kota, serta menjadi daya tarik bagi penduduk dari wilayah lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ruang. penambahan penduduk di kota-kota besar pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ruang. penambahan penduduk di kota-kota besar pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu isu yang perlu mendapat perhatian saat ini adalah menyangkut fenomena daerah pinggiran kota dan proses perubahan spasial, serta sosial di daerah ini. Berawal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama setiap pembangunan daerah adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama setiap pembangunan daerah adalah untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama setiap pembangunan daerah adalah untuk mensejahterakan masyarakatnya, yaitu dengan memberikan kepuasan pada setiap invidu masyarakat yang berada

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Penerapan Konsep Perancangan Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari proses melanjutkan atau mencari keberlanjutan sebuah tradisi dengan cara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, Juli Penyusun

KATA PENGANTAR. Semarang, Juli Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT yang telah mewujudkan mimpi penulis dan mimpi orang-orang yang menjadi semangat dan inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan studi di Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan

Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan Meirinda Putri Aristyani 1, Lisa Dwi Wulandari 2, Sri Utami 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

GENDER DAN KELUARGA MIGRAN DI INDONESIA 1

GENDER DAN KELUARGA MIGRAN DI INDONESIA 1 GENDER DAN KELUARGA MIGRAN DI INDONESIA 1 Drs. Togiaratua Nainggolan, M.Si 2 ABSTRAK Penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa para TKW melakukan migrasi ke luar negeri dengan meninggalkan keluarganya.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang BAB IV KESIMPULAN Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang terjadi pada abad pertengahan, sampai saat ini masih menyisakan citra negatif yang melekat pada perempuan. Sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 163 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Menjawab Pertanyaan Penelitian dan Sasaran Penelitian Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini dihasilkan pengetahuan yang dapat menjawab

Lebih terperinci

Penyusunan Kebijakan Responsif Gender. Bivitri Susanti Lembaga Administrasi Negara, 15 Maret 2017

Penyusunan Kebijakan Responsif Gender. Bivitri Susanti Lembaga Administrasi Negara, 15 Maret 2017 Penyusunan Kebijakan Responsif Gender Bivitri Susanti (bivitri.susanti@jentera.ac.id) Lembaga Administrasi Negara, 15 Maret 2017 Kebijakan Responsif Gender Kebijakan yang mempertimbangkan dengan cermat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anak adalah generasi yang akan meneruskan kehidupan berbangsa dan bernegara di dalam suatu negara. Dalam Keputusan Presiden RI no 36 tahun 1990 tentang Pengesahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Poerwandari (2005) menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif digunakan jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

Kata Kunci: Perempuan pengrajin batik, gender, sosial ekonomi keluarga

Kata Kunci: Perempuan pengrajin batik, gender, sosial ekonomi keluarga ABSTRAK Tinuk Nawangsih. K8410057. PERAN PEREMPUAN PENGRAJIN BATIK DALAM PENINGKATAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA (Studi Kasus di Desa Pungsari, Plupuh, Sragen). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA T U G A S A K H I R FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Bab ini merupakan penutup dari berbagai data dan pembahasan yang. telah dilakukan pada bagian sebelumnya yang pernyataannya berupa

BAB VI PENUTUP. Bab ini merupakan penutup dari berbagai data dan pembahasan yang. telah dilakukan pada bagian sebelumnya yang pernyataannya berupa 282 BAB VI PENUTUP Bab ini merupakan penutup dari berbagai data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya yang pernyataannya berupa kesimpulan dan saran yang diperlukan. A. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep spasial Lamin

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep spasial Lamin BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep spasial Lamin Adat Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep spasial pada Lamin Adat adalah

Lebih terperinci

Butulan sebagai Ruang Harmoni dan Keselarasan pada Arsitektur di Laweyan Surakarta

Butulan sebagai Ruang Harmoni dan Keselarasan pada Arsitektur di Laweyan Surakarta TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Butulan sebagai Ruang Harmoni dan Keselarasan pada Arsitektur di Laweyan Surakarta Rinaldi Mirsyad (1), Sugiono Soetomo (2), Mussadun (3), Asnawi Manaf (3) rinaldi mirsyad_husain@yahoo.com

Lebih terperinci

POLA RUANG DALAM PADA RUMAH TINGGAL TRADISIONAL JAWA DI DESA BRAYUT, YOGYAKARTA

POLA RUANG DALAM PADA RUMAH TINGGAL TRADISIONAL JAWA DI DESA BRAYUT, YOGYAKARTA POLA RUANG DALAM PADA RUMAH TINGGAL TRADISIONAL JAWA DI DESA BRAYUT, YOGYAKARTA Marinda NFNP 1, Antariksa 2, Abraham M Ridjal 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA TATA RUANG RUMAH PRODUKTIF BATIK DI LASEM, JAWA TENGAH

IDENTIFIKASI POLA TATA RUANG RUMAH PRODUKTIF BATIK DI LASEM, JAWA TENGAH Etty R. Kridarso, Rumiati R. Tobing, Identifikasi Pola tata Ruang Rumah Produktif Batik di Lasem, Jawa Tengah IDENTIFIKASI POLA TATA RUANG RUMAH PRODUKTIF BATIK DI LASEM, JAWA TENGAH Etty R. Kridarso,

Lebih terperinci

BAB V: KONSEP PERENCANAAN

BAB V: KONSEP PERENCANAAN BAB V: KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan 5.1.1 Konsep Desain Dasar konsep desain pada rancangan ini adalah mengambil tema Neo vernacular dan green hotel. Tema Neo vernacular diterapkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad XXI, bersamaan dengan evaluasi 5 (lima) tahunan dari

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad XXI, bersamaan dengan evaluasi 5 (lima) tahunan dari BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Memasuki abad XXI, bersamaan dengan evaluasi 5 (lima) tahunan dari pelaksanaan The Habitat Agenda (Istanbul+5), masyarakat dunia sepakat bahwa dunia bukan saja makin

Lebih terperinci

Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya

Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya G96 Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya Putu Dera Lesmana Prawibawa dan Happy Ratna Santosa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menemukan beberapa jawaban atas persoalan yang ditulis dalam rumusan masalah. Jawaban tersebut dapat disimpulkan dalam kalimat-kalimat sebagai

Lebih terperinci

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG 1 Ita Roihanah Abstrak Hunian merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari dasar kebutuhan hidup pertama manusia. Hunian berada pada

Lebih terperinci

KONSEP RUMAH DALAM BUDAYA JAWA

KONSEP RUMAH DALAM BUDAYA JAWA Tugas AR5231 Arsitektur Vernakular KONSEP RUMAH DALAM BUDAYA JAWA Ita Roihanah 25213002 ABSTRAK Kebergaman budaya Jawa memiliki sisi menarik untuk dibahas, salah satunya keterkaitan tentang budaya dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TNW Kabupaten Merauke Provinsi Papua (Lampiran 1). Kegiatan penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan, diawali

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Dalam Penelitian ini Peneliti menggunakan jenis Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode fenomenologi. Istilah fenomenologi sering digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Pagelaran merupakan salah satu daerah penghasil gerabah di Kabupaten Malang. Di tengah wilayah desa ini dilintasi jalan yang menghubungkan Malang dengan Bantur

Lebih terperinci

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB VII RAGAM SIMPUL BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan produk budaya yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Permukiman, perkotaan dan lansekap suatu daerah terbentuk sebagai hasil dari sistem kebudayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat menciptakan manusia awalnya Tuhan menciptakan laki-laki, kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Saat menciptakan manusia awalnya Tuhan menciptakan laki-laki, kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya Saat menciptakan manusia awalnya Tuhan menciptakan laki-laki, kemudian mengambil tulang rusuknya untuk dijadikan perempuan, seperti yang dituliskan

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

RUMAH OSING ARSITEKTUR BANYUWANGI STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR V ISTIARA SARI D.W

RUMAH OSING ARSITEKTUR BANYUWANGI STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR V ISTIARA SARI D.W RUMAH OSING ARSITEKTUR BANYUWANGI STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR V ISTIARA SARI D.W 0851010039 BAB 1 PEMBAHASAN UMUM Banyuwangi adalah kabupaten terluas di Jawa Timur dengan luas 5.782,50 m². Kondisi alamnya

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui BAB IV KESIMPULAN 4.1 Simpulan Hasil Analisis Novel Kinanti karya Margareth Widhy Pratiwi merekam fenomenafenomena atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui novelnya yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng nok, wuwung maupun genteng biasa bahkan genteng glasir. Pada tahu 1980an pabrik genteng mengalami

Lebih terperinci

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY Rike Anggun Mahasiswa Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada rikeanggunartisa@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. resiliensi pada mantan pengguna narkoba yang diperoleh dari kisah hidup dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. resiliensi pada mantan pengguna narkoba yang diperoleh dari kisah hidup dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai resiliensi pada mantan pengguna narkoba yang diperoleh dari kisah hidup dan pengalaman subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperdalam makna individu atau kelompok dalam masalah sosial maupun

BAB III METODE PENELITIAN. memperdalam makna individu atau kelompok dalam masalah sosial maupun BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan untuk memahami dan memperdalam makna individu atau kelompok dalam masalah sosial maupun masalah manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kotagede adalah kawasan yang terletak sekitar 10 kilometer tenggara dari Kota Yogyakarta adalah sentra kerajinan perak yang pernah mengalami masa kejayaannya pada era

Lebih terperinci