TINGKAT KESADARAN PRAMUWISATA TERHADAP BRANDING WONDERFUL INDONESIA DAN PESONA INDONESIA: STRATEGI PEMASARAN DESTINASI PARIWISATA
|
|
- Sugiarto Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINGKAT KESADARAN PRAMUWISATA TERHADAP BRANDING WONDERFUL INDONESIA DAN PESONA INDONESIA: STRATEGI PEMASARAN DESTINASI PARIWISATA Level Awareness of Tourist Guide Toward Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia Branding: Tourism Destination Marketing Strategy Rakhman Priyatmoko Peneliti Pada Asdep Litbang Kebijakan Kepariwisataan Gd. Sapta Pesona, Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta INFORMASI ARTIKEL Riwayat Artikel Diajukan : 10 Februari 2016 Direvisi : 22 Februari 2016 Diterima : 7 Maret 2016 Keywords: guide, brand awareness, wonderful Indonesia, pesona Indonesia Kata kunci: pramuwisata, brand awareness, wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia ABSTRACT Branding is one important element in tourism marketing strategy, since it represents the quality of tourism products that will be sold to tourist. Guides as one of the fronliner in the tourism business is expected to have high level of brand awareness on Indonesia tourism branding Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia. Guides who daily interact with tourist expected to impress the quality of Indonesia tourism through branding. This article takes theme brand awareness of tourism branding Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia. Yogyakarta Special Province (DIY Province) selected as a locus for several reasons. One is this province becomes the entrance to one of Indonesia cultural attractions: Borobudur, that has been listed (registered) as a world cultural heritage by UNESCO, which is expected to contribute positively to the number of foreign tourists visiting Indonesia. The research method uses a quantitative approach to data collection instruments using quetionnaires. The result showed that the level of brand awareness of DIY Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman:
2 Province guides is located in the area of brand recall, meaning that the guide are able to recognize tourism branding Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia without a specific stimulus. To increase the level of brand awareness needed more strategic effeorts including dissemination of branding through special events such as seminars and training on branding to the guides. ABSTRAK Branding merupakan salah satu unsur penting dalam strategi pemasaran pariwisata, karena merepresentasikan kualitas dari produk-produk wisata yang akan dijual kepada wisatawan. Pramuwisata sebagai salah satu elemen yang berada di garda depan dalam bisnis pariwisata diharapkan mempunyai tingkat kesadaran merek (brand awareness) yang tinggi terhadap kedua branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Pramuwisata yang sehari-hari berinteraksi dengan wisatawan diharapkan mampu menanamkan kesan kualitas pariwisata Indonesia. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat brand awareness pramuwisata terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, sebagai strategi pemasaran destinasi pariwisata. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan intrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran merek (brand awareness) pramuwisata belum sepenuhnya dapat dijadikan sebagai promosi pariwisata. Untuk meningkatkan tingkat brand awareness pramuwisata diperlukan upaya strategis dengan melaksanakan sosialisasi branding atau bimbingan teknis terhadap para pramuwisata. Penetapan tenaga pramuwisata harus memenuhi standar kompetensi (pengetahuan, keahlian dan sikap) sebagai pramuwisata yang Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
3 memahami tentang branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Sekaligus kompetensi pramuwisata ini merupakan strategi pemasaran destinasi pariwisata. PENDAHULUAN Indonesia sedang bersaing ketat dengan negara lain dalam mempromosikan destinasi pariwisatanya, karena itu Indonesia juga harus mempunyai branding pariwisata yang merepresentasikan keunggulan produkproduk pariwisata kepada calon wisatawan baik mancanegara (wisman) maupun nusantara (wisnus). Pemilihan sebuah brand dalam promsi pariwisata Indonesia bukanlah hal mudah. Karena brand yang digunakan haruus merepresentasikan keindahan destinasi wisata yang dimiliki Indonesia secara keseluruhan. Branding Wonderful Indonesia kemudian dukukuhkan sebagai branding pariwisata Indonesia terutama untuk promosi ke mancanegara pada tahun 2014 bersanding dengan Pesona Indonesia untuk branding pariwisata nusantara. Sektor pariwisata Indonesia menargetkan kunjungan 20 juta kunjungan wisman dan 275 juta perjalanan wisnus pada tahun 2019 (Kemenpar, 2015). Pencapaian target tersebut tentunya memerlukan strategi pemasaran pariwisata yang tepat sehingga efektif menarik lebih banyak wisman untuk berkunjung. Selain strategi pemasaran yang tepat, kebijakan lain seperti penguatan infrastruktur pariwisata, memperbanyak produk wisata (diversifikasi), dan menjaga stabilitas keamanan juga perlu terus ditingkatkan. Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia sebagai branding pariwisata diharapkan akan didukung oleh semua pemangku kepentingan bidang pariwisata di Indonesia termasuk pelaku usaha (bisnis), dan pemerintah daerah. Dalam strategi pengembangan pemasaran pariwisata Indonesia, para pemangku kepentingan yang terdiri dari lima aktor utama yaitu pemerintah, pelaku Industri, akademisi, masyarakat, dan media (pentahelix), diharapkan dapat berperan aktif dalam mempromosikan pariwisata Indonesia. Semua aktivitas kepariwisataan baik offline maupun online seyogyanya dapat menyertakan logo brand Wonderful Indonesia atau Pesona Indonesia di dalamnya. Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman:
4 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat brand awareness pramuwisata di Provinsi DIY terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Branding merupakan alat untuk menanamkan kesan kualitas (quality image) dari produk-produk pariwisata kepada wisatawan, oleh karena itu pramuwisata diharapkan dapat berperan aktif dalam mempromosikan branding pariwisata Indonesia kepada para wisatawan tersebut. Untuk dapat menyampaikan pesan dari sebuah branding dengan baik, maka tingkat brand awareness yang tinggi dari para pramuwisata sangat diperlukan. Hal ini juga sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat strategi pemasaran pariwisata Indonesia. Kesan pertama (first impression) wisatawan terhadap pariwisata Indonesia dapat diperoleh dari pramuwisata yang mendampinginya. Karena itu, pramuwisata harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang branding. Gambaran awal mengenai branding merupakan informasi yang perlu diketahui oleh wisatawan untuk menambah pengetahuan ten-tang destinasi pariwisata negara yang dikunjungi. Mitra tour and travel yang berinteraksi langsung dengan wisatawan, pramuwisata idealnya mempunyai tingkat brand awareness yang tinggi terhadap branding pariwisata Indonesia. Jika penyedia jasa tidak memahami identitas dari produk-produk tersebut maka pemasaran pariwisata Indonesia akan cenderung bergerak dengan lambat dan dikhawatirkan dapat dikalahkan oleh negara pesaing. Harapan akan tingkatan brand awareness yang tinggi dari para pramuwisata sangat mungkin tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, mengingat porsi budget untuk strategi penguatan branding di masa lalu porsinya tidak sebesar seperti pada masa sekarang. Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian pendahuluan yang dapat memberikan gambaran mengenai tingkat brand awareness pramuwisata Indonesia terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Dari uraian di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat brand awareness pramuwisata terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia sebagai strategi pemasaran destinasi pariwisata? Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
5 Pemilihan Provinsi DIY memang belum dapat mewakili kondisi umum pramuwisata Indonesia secara keseluruhan, tetapi diharapkan dapat memberikan tambahan refrensi dalam melaksanakan kajian yang berkaitan dengan brand awareness khususnya tehadap pramuwisata di Indonesia. Selain itu juga untuk menyosialisasikan branding tersebut kepada pemangku kepentingan bidang pariwisata di daerah, serta menanamkan kesadaran kepada para pramuwisata pentingnya penggunaan brand dalam kegiatan kepariwisataan, sekaligus memberikan gambaran kepada pihak terkait mengenai efektivitas penggunaan brand Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia di daerah. Provinsi DIY dipilih menjadi lokasi penelitian, karena provinsi ini yang mempunyai atraksi wisata yang cukup lengkap dan beragam baik berbasis alam (nature), maupun berbasis budaya (culture). Provinsi ini juga merupakan salah satu pintu masuk menuju Candi Borobudur sebagai salah satu kekayaan sejarah Indonesia dan terdaftar sebagai World Cultural Heritage di UNESCO. Kedua hal tersebut menjadi pertimbangan utama kenapa Provinsi DIY menjadi lokus penelitian, selain karena database mengenai pramuwisata cukup tersedia dan terwadahi dengan baik melalui asosiasi profesi Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi DIY. Secara statistik, Provinsi DIY bukan merupakan penyumbang kunjungan wisman terbesar di Indonesia, bahkan secara peringkat tidak masuk dalam tiga besar kawasan great pariwisata yaitu Provinsi Bali, DKI Jakarta dan Kepri (Batam), meski demikian, data statistik kunjungan wisman ke provinsi ini terutama yang tercatat pada Pintu Masuk Bandara Adi Sucipto menunjukkan trend positif terutama dalam lima tahun terakhir ( ). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 1. Kunjungan Wisman Melalui Bandara Adi Sucipto Sumber: BPS, 2015 (diolah kembali oleh Kemenpar) Dari grafik diatas terlihat bahwa angka kunjungan wisman ke Provinsi DIY dari tahun 2010 s.d 2014 Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman:
6 pertumbuhannya cenderung positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 45,98% atau naik sebesar kunjungan dibanding tahun 2012 yang sebesar kunjungan. Untuk tahun 2014 pertumbuhannya tetap positif meski hanya mengalami peningkatan sebesar kunjungan atau hanya 3,65%. Brand awareness atau kesadaran merek merupakan bagian dari brand equity atau ekuitas merek. Ekuitas merek diartikan sebagai: a set of asstets (and libilities) linked to a brand s name and symbol that adds to (or substract from) the value provided by a product or service to a firm or that fims s customer (Rangkuti 2009:39). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa ekuitas merek berkaitan erat dengan liabilitas yang dimiliki sebuah merek dan terdiri dari sejumlah aset. Aset-aset dari ekuitas merek yaitu, brand awareness yang merupakan tingkatan kesadaran pelanggan terhadap merek, perceived quality (kesan kualitas) yaitu persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas produk, brand association (asosiasi merek) yaitu segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek, dan brand loyalty (loyalitas merek) yaitu ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek (Rangkuti 2009:39-60) Brand awareness diartikan sebagai kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu (Durianto dkk 2007:54). Brand awareness terbagi menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan paling rendah dari brand awareness adalah una ware of brand (tidak menyadari merek), level kedua adalah brand recognition (pengenalan merek), atau disebut juga sebagai tingkatan pengingatan kembali dengan bantuan (aided recall). Tingkatan berikutnya adalah tingkatan brand recall (pengingatan kembali merek), atau tingkatan pengingatan kembali merek tanpa bantuan (unaided recall). Tingkatan yang terakhir dalah top of mind (kesadaran puncak pikiran) dari konsumen terhadap merek tertentu (Durianto dkk, 2007:55-56). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
7 Gambar 2. Piramida Brand Awareness Sumber: Durianto dkk, (2009) Wonderful Indonesia dan pesona Indonesia dikukuhkan sebagai branding pariwisata Indonesia melalui Keputusan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor KM.03/UM.001/MP/2014 tentang Logo Wonderful Indonesia dan/atau Logo Pesona Indonesia. Logo Wonderful Indonesia atau logo Pesona Indonesia terdiri dari komponen logo burung yang disebut logogram, dan tulisan Wonderful dan Indonesia atau Pesona dan Indonesia yang disebut logotype. (Kemenpar, 2014) Dalam penerapannya di berbagai media, kedua komponen logo ini tidak boleh dipisah. Aspek fisik dibentuk dari unsur logo berupa gambar yang terinsipirasi dari burung garuda dan tulisan atau wording Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Aspek filosofis dibentuk dari makna dibalik logo dan tulisan yang digunakan. Wonderful Indonesia atau Pesona Indonesia adalah janji pariwisata Indonesia kepada dunia. Kata Wonderful atau Pesona mengandung janji bahwa Indonesia kaya dengan ketakjuban, dari segala aspek manusia maupun alamnya, yang mengusik kalbu dan menjanjikan pengalaman baru yang menyenangkan. Konsep logo terinspirasi dari burung yang suka berkelompok melambangkan hidup damai antar sesama di alam sentosa. Burung juga satwa dengan populasi terbesar di Indonesia dan menjadi lambang bangsa. Rentangan sayap berarti keterbukaan, hasrat untuk terbang jauh, melintas batas. Sifatnya semesta, dikenali oleh semua. Tulisan Indonesia berwarna hitam yang lebih besar daripada Wonderful atau Pesona mengedepankan dan memperkuat Indonesia diantara persaingan pariwisata internasional. Filosofi bentuk logo luwes, serba lengkung, tanpa sudut persegi ataupun garis lurus, memaknakan besarnya arti keseimbangan dan keselarasan manusia dengan alam dan antar sesama di bumi (Kemenpar, 2014). Bentuk desain pada logo masih menggunakan lima Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman:
8 komponen warna yang masingmasing memiliki makna berbeda. Warna biru melambangkan kesemestaan. Hijau melambangkan kreativitas, ramah pada alam, dan keselarasan. Jingga berarti inovasi, keterbukaan, dan semangat pembaruan. Ungu menjadi daya imajinasi keimanan, serta kesatuan lahir dan batin. Magenta merupakan berarti keseimbangan akal sehat dan sifat praktis (Kemenpar, 2014). Logo branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3. Logo Wonderful Indonesia dan Peson Indonesia Beberapa penelitian tentang brand awareness yang pernah dilakukan diantaranya adalah Tinjauan Kesadaran Merek Pariwisata Indonesia Wonderful Indonesia. Penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2014 oleh peneliti Asdep Litbangjakpar tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana brand pariwisata Wonderful Indonesia dikenali oleh para wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia. Penelitian ini memberikan gambaran (deskripsi) brand awareness atau kesadaran merek wisman yang berkunjung ke Indonesia. Penelitian tersebut mengambil sampel wisman yang berkunjung melalui pintu masuk Bandara Soekarno Hatta, Jakarta sebagai responden atau subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan 44% responden belum mengenal brand pariwisata Indonesia, sedang-kan 56% menyatakan sudah mengenal brand pariwisata Indonesia (Maulana, 2014). Meskipun sama-sama meng-angkat tema mengenai brand awareness, perbedaan men-dasar dengan penelitian ini terletak pada subyek penelitian dimana wisman menjadi subyek penelitian, dan bukan pramu-wisata. Penelitian selanjutnya berjudul: Analisis Pengaruh Brand Image dan Brand Awareness Terhadap Brand Loyalty dan Dampaknya Terhadap Brand Equity. Penelitian ini dilakukan oleh dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang pada tahun Tujuan penelitian untuk mengetahui sejauh mana merek (brand) Simpati dapat mempengaruhi segala keter- Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
9 tarikan konsumen terhadap merek Simpati. Metode penelitian kuantitatif dengan instrument pengumpulan data menggunakan kuesioner. Responden untuk penelitian ini adalah pengguna kartu prabayar Simpati yang masih aktif menggunakan produk tersebut di kota Semarang dengan jumlah responden sebanyak 148 orang. Metode kuantitatif meliputi validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, pengujian hipotesis melalui uji F, uji t dan koefisien determinasi (R2). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier. Dan pada penelitian ini menggunakan uji sobel untuk mendeteksi variabel interveningnya yaitu brand loyalty. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Brand Image dan Brand Awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap Brand Loyalty, selanjutnya Brand Loyalty diterima sebagai media intervening dalam memediasi brand image dan brand awareness terhadap brand equity (Andrologi, 2014). Perbedaan mendasar dari penelitian ini adalah subyek penelitian yaitu konsumen dari provider layanan komunikasi dan bukan pramuwisata. Tujuan utama dari penelitian bukan mengukur tingkat brand awareness tetapi mengukur sejauh mana pengaruh variable brand image dan brand awareness terhadap brand loyalty. METODE Subyek penelitian ini adalah pramuwisata yang bekerja di Provinsi DIY dan variable yang diukur adalah tingkat brand awareness atau tingkat kesadaran merek terhadap dua branding pariwisata yaitu Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel dalam penentuan responden. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto 2013: 174). Penentuan sampel (sampling) yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling (sampling insidental). Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2015:67). Pertimbangan menggunakan teknik ini adalah minimnya waktu pengumpulan data di lapangan. Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman:
10 Penentuan ukuran sampel dengan rumus Slovin yaitu: n = N 1+N (e)2 n = Sampel N = Populasi e = Marjin eror (error tolerance) yang diperkenankan dengan besaran 5-10% ( 2016) Jumlah populasi pramuwisata yang tergabung dalam HPI Provinsi DIY adalah 400 orang. Marjin eror yang digunakan adalah 10%. Dengan rumus tersebut maka didapat jumlah sampel sebagai berikut: n = 400 = (10%)2 Sampel untuk penelitian ini ditentukan sebanyak 80 orang responden. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dibangun dari empat tingkatan brand awareness yaitu brand unaware, brand recall, brand recognition, dan top of mind. Terdapat sepuluh pertanyaan dalam kuesioner dengan pilihan lima jawaban sesuai tingkatan skala Likert sebagai berikut: Level Brand Awareness Unaware of Brand Brand Recognition Brand Recall Top of Mind Tabel 1. Daftar Pertanyaan Dalam Kuesioner No Pertanyaan 1 Anda mengetahui bahwa Indonesia mempunyai branding Pariwisata. 2 Anda mengetahui ada dua jenis branding pariwisata Indonesia. 3 Anda mengetahui branding promosi pariwisata mancanegara. 4 Anda mengetahui branding promosi pariwisata nusantara. 5 Anda mengetahui logo/gambar dari branding pariwisata Indonesia. 6 Anda mengetahui tag line atau kalimat branding pariwisata Indonesia. 7 Anda mengenali branding pariwisata Indonesia ketika melihat logo atau membaca tag linebranding tersebut. 8 Menurut anda logo (gambar) branding pariwisata Indonesia mudah diingat. 9 Menurut anda tag line atau kalimat dari branding pariwisata Indonesia mudah diingat. 10 Ketika mendengar kata branding pariwisata, pertama yang anda ingat adalah branding pariwisata Indonesia. Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
11 Penghitungan skor jawaban sebagai berikut: Skor maksimal setiap = pertanyaan 5 Skor minimal setiap = pertanyaan 1 Jumlah Pertanyaan = 10 Jumlah Responden = 80 Skor terendah = 800 Skor tertinggi = 4.00 Berdasarkan penghitungan tersebut diperoleh skala interval sebagai berikut: = 3.20 Rentang tingkatan 0 Banyak tingkatan = 4 Rentang antar = 800 tingkatan dan usia responden sebagai berikut. 0 Tabel 2. Skala Interval Brand Awareness No Level Brand Awareness Rentang Skor 1 Brand Unaware Brand Recognition Brand Recall Top of Mind HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Responden Responden dalam penelitian ini sebanyak 80 orang yang terdiri dari 80% atau 60 orang laki-laki dan 20% atau 20 orang perempuan. Profil ini menjelaskan klasifikasi responden menurut Pendidikan dan Usia, serta diagram tentang persepsi responden terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia sebagaimana terlampir. Diagram pendidikan Gambar 5. Jenis kelamin Responden Gambar 6. Usia Responden Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
12 Gambar 7. Pendidikan Terakhir Pengetahuan Pramuwisata Terhadap Brand Awareness Pengetahuan pramuwisata terhadap branding pariwisata menunjukan bahwa pramuwisata itu sudah mengetahui adanya brand awareness yaitu 68,75% menyatakan mengetahui dan sangat mengetahui. Selebihnya adalah tidak mengetahui. Namun demikian, pengetahuan mereka tentang adanya dua branding pariwisata Indonesia menjadi terbalik dimana lebih dari setengahnya atau 57,50% tidak mengetahui. Mengenai promosi branding pariwisata mancanegara dan branding pariwisata nusantara, jawaban pramuwisata antara yang mengetahui dan tidak mengetahui seimbang, sedangkan pengetahuan tentang logogram dan logotype branding pariwisata jawaban pramuwisata sedikit lebih banyak yang menjawab mengetahui yaitu sekitar 60%. Adapun kemudahan untuk mengingat logo branding pariwisata, pramuwisata yang menjawab susah diingat lebih banyak daripada yang menjawab mudah diingat. Untuk kemudahan mengingat tag line branding pariwisata, pramuwisata yang menyatakan mudah mengingat lebih banyak daripada yang menyatakan susah mengingat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia (pramuwisata) lebih mudah mengingat kalimat daripada gambar. Artinya, logo branding pariwisata perlu disosialisasikan lebih intensif kepada seluruh stakeholder pariwisata. Prosentase data diatas sebagaimana terdapat di lampiran. Hasil penghitungan total skor jawaban dari 80 responden terhadap 10 pertanyaan menghasilkan skor sebesar Nilai pada area unaware of brand, nilai pada area brand recognition, nilai pada area brand recall dan nilai pada area top of mind. Berarti, tingkat brand awareness pramuwisata Provinsi DIY berada pada level brand recall atau mampu mengenali branding tanpa stimulus (bantuan) tertentu. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut: Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
13 Gambar 8. Piramida Brand Awareness Pramuwisata Provinsi DIY penelitian, (2015) Pramuwisata sebagai Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata Pramuwisata merupakan salah satu profesi penting dalam bisnis pariwisata. Pramuwisata termasuk dalam salah satu jenis usaha pariwisata yang tercantum dalam Pasal 14 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan bersama dengan jenis usaha pariwisata lainnya seperti, usaha daya tarik wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran, jasa informasi pariwisata, jasa konsultan pariwisata, wisata tirta, dan spa (Kemenpar, 2009). Menurut International Travel Dictionary (Suyitno, 2005:1), pengertian tour guide adalah a person employed, either directly by the traveler, an official or privat tourist organization or travel agent to inform directly and advice the tourists before and during his journey. Damarjati (dalam Suyitno, 2005:2), menyatakan bahwa pramuwisata adalah seseorang yang telah memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi dari instansi atau lembaga resmi pariwisata. Pengertian pertama mengacu kepada rincian tugastugas yang dilaksanakan oleh pramuwisata, sedangkan pengertian kedua mengacu pada kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang pramuwisata. Secara teknis, menurut Suyitno (2005:2), tugas-tugas pokok dari seorang pramuwisata diantaranya mengarahkan sebuah tur, membawa wisatawan mendapatkan pengalaman-pengalaman selama tur, dan memberikan informasi tentang segala sesuatu yang dibutuhkan wisatawan. Secara umum Rachman (2013:24-25) membagi tugas-tugas pramuwisata yang mencakup tugas dalam kantor, pelayanan regular tur, tugas picking up dan dropping-off services, dan tugas antar jemput wisatawan. Dalam industri pariwisata, pramuwisata dibagi beberapa Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman:
14 macam yaitu pramuwisata umum (general guide) dan pramuwisata khusus (special guide). Pramuwisata umum biasanya bekerja pada biro perjalanan (travel agent) dan dia bisa berstatus karyawan (payroll guide) atau honorer (freelance guide). Sedangkan pramuwisata khusus biasanya beroperasi pada daya tarik wisata tertentu seperti museum, candi, dan daya tarik wisata lainnya (Rachman dkk, 2013: 19). Level brand recall cukup baik mengingat pada tahun 2014, logo branding Wonderful Indonesia telah mengalami sedikit perubahan (reposisi) pada logotype dan logogramnya. Pesona Indonesia bahkan merupakan branding baru untuk memromosikan pariwisata nusantara yang juga baru dirilis pada tahun Meski hasil survei menunjukkan hal yang positif, yaitu masih di atas brand unaware (tidak mengenali brand) dan brand recognition (dapat mengenali brand dengan bantuan tertentu), sangat disayangkan level brand awareness pramuwisata Provinsi DIY tidak berada pada area top of mind atau yang paling populer dalam ingatan. Idealnya, setiap pramuwisata yang bekerja di Provinsi DIY menempatkan Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia dalam level top of mind. Ketika branding tersebut berada pada level top of mind, pramuwisata dapat menjalankan fungsi marketing dengan mempromosikan branding tersebut kepada wisatawan dalam keseharian maupun dalam kegiatankegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan profesionalnya. Tingkatan brand a wareness pramuwisata Provinsi DIY berada pada skor level ketiga piramida brand awareness yaitu brand recall, yang berarti mampu mengenali branding tanpa bantuan stimulus tertentu. Sebagai salah satu profesi yang bersentuhan langsung dengan wisatawan, idealnya tingkat brand awareness pramuwisata Provinsi DIY berada pada tingkat tertinggi brand awareness yaitu top of mind. Diperlukan usaha-usaha strategis untuk memaksimalkan tingkat brand awareness para pramuwisata baik yang berkerja di wilayah Provinsi DIY maupun di daerah lain di Indonesia. Hal penting yang harus dilakukan adalah melakukan sosialisasi mengenai branding terhadap para pramuwisata, sehingga pemahaman terhadap pentingnya branding menjadi lebih baik. Promosi yang dilakukan untuk menarik wisatawan Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
15 supaya berkunjung ke Indonesia harus diimbangi dengan sosialisasi branding terhadap para pemangku kepentingan bidang pariwisata termasuk di dalamnya pramuwisata Indonesia. Upaya sosialisasi membutuhkan koordinasi yang baik di level pusat dan daerah, karena sebagai pemegang kewenangan di daerah, pemerintah kabupaten/kota di daerahdaerah seluruh Indonesia juga ingin mengangkat branding lokal yang merepresentasikan keunggulan produk pariwisata daerahnya. SIMPULAN Persepsi pramuwisata terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, belum sepenuhnya dipahami secara baik. Terdapat 31,25% pramuwisata belum mengetahui bahwa Indonesia memiliki branding pariwisata. 48,75% pramuwisata menyatakan belum mengetahui branding promosi pariwisata mancanegara, dan 42,50% pramuwisata tidak mengetahui adanya branding pariwisata nusantara. Hal ini berarti pramuwisata belum mampu mengenali branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia secara maksimal, sehingga mereka tidak dapat menjadi mediator untuk pemasaran destinasi pariwisata. Kondisi ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah dalam proses penetapan tenaga pramuwisata. Pramuwisata harus memenuhi standar kompetensi (pengetahuan, keahlian dan sikap) sebagai pramuwisata yang memahami tentang branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, melalui sosialisasi atau bimtek kepramuwisataan. Peningkatan kompetensi pramuwisata ini sekaligus merupakan modal yang kuat untuk mendukung strategi pemasaran destinasi pariwisata Indonesia. Penelitian ini hanya mengukur tingkatan brand awareness pramuwisata dan belum menggali lebih jauh faktor-faktor yang secara langsung memengaruhi tingkat brand awareness tersebut. Penelitian ini lebih bersifat praktis ketimbang akademis, karena hasil yang dicapai antara lain, sebagai referensi penyusunan kebijakan pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Kedepannya perlu dilakukan kajian-kajian lain seperti pengukuran tingkat brand equity (ekuitas merek) Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, atau penelitian yang menguji hubungan brand awareness atau brand equity dengan variabel lain seperti tingkat pendidikan, masa kerja, dan Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman:
16 DAFTAR PUSTAKA Buku Andrologi, Febrian (2014). Analisis Pengaruh Brand Image dan Brand Awareness Terhadap Brand Loyalty dan Dampaknya Terhadap Brand Equity. Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Semarang: Universitas Diponegoro. Arikunto, Suharsini (2013). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta. Durianto Darmadi, Sugiarto, Sitinjak Tony (2001). Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Maulana, Addin (2014). Tinjauan Kesadara Merek Pariwisata Indonesia Wonderful Indonesia. Bulletin Penelitian Destinasi Pariwisata Vol.1: Rachman Arief, Hutagalung Husen, Silano Patrick (2013). Pemandu Wisata, Teori dan Praktik, City Sight tingkatan kualifikasi kompetensi pramuwisata sehingga dapat diketahui variablevariabel lain yang memengaruhi tingkat brand awareness pramuwisata Indonesia. Seeing, Excursion dan Overland Tour, Media Bangsa Penerbit, Jakarta. Rangkuti, Freddy (2009). The Power of Brand: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sugiyono (2015). Statistika untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung. Suyitno (2005). Pemanduan Wisata (Tour Guiding), Graha Ilmu, Yogyakarta. Perundang-Undangan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11. Sekretariat Negara, Jakarta Republik Indonesia. (2014). Keputusan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor KM.03/UM.001/MP/20 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
17 14 tentang Logo Wonderful Indonesia dan/atau Logo Pesona Indonesia. Republik Indonesia. (2015). Peraturan Menteri Pariwisata Tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun Jakarta Word Economic Forum (2015). The Travel & Tourism Competitiveness Report 2015 Artikel Media Massa (2016). Menentukan Jumlah Sampel Berdasarkan Rumus Slovin. Dunduh pada tanggal 10 Oktober 2016 dari om/menentukan-jumlahsampel-berdasarkanrumus-slovin/
18 Lampiran Gambar 9. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 1 Gambar 12. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 4 Gambar 10. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 2 Gambar 13. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 5 Gambar 11. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No3 Penelitian, 2015 Gambar 14. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 6 Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman:
19 Gambar 15. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 7 Gambar 18. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No. 10 Gambar 16. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 8 Gambar 17. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No. 9
Penghitungan skor jawaban sebagai berikut:
Penghitungan skor jawaban sebagai berikut: Skor maksimal setiap = pertanyaan 5 Skor minimal setiap = pertanyaan 1 Jumlah Pertanyaan = 10 Jumlah Responden = 80 Skor terendah = 800 Skor tertinggi = 4.00
Lebih terperinciTINGKAT KESADARAN PRAMUWISATA TERHADAP BRANDING WONDERFUL INDONESIA DAN PESONA INDONESIA: STRATEGI PEMASARAN DESTINASI PARIWISATA
TINGKAT KESADARAN PRAMUWISATA TERHADAP BRANDING WONDERFUL INDONESIA DAN PESONA INDONESIA: STRATEGI PEMASARAN DESTINASI PARIWISATA Level Awareness of Tourist Guide Toward Wonderful Indonesia and Pesona
Lebih terperinciAddin Maulana Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka No. 17, Jakarta
TINJAUAN KESADARAN MEREK PARIWISATA INDONESIA WONDERFUL INDONESIA Addin Maulana Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka No. 17, Jakarta 10110 Email: addin.maulana@yahoo.co.id Abstrak
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor, yang merupakan salah satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang digunakan
Lebih terperinciAnalisis Ekuitas Merek pada PT. Sentul City Tbk.
Analisis Ekuitas Merek pada PT. Sentul City Tbk. Imanuel Gunadi 0700714294 Robert 0700715795 ABSTRAK PT. Sentul City Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan property. Pengertian ini
Lebih terperinciHarry Christian Barus
PENGARUH EKUITAS MEREK ( BRAND EQUITY ) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE BLACKBERRY (Studi pada Mahasiswa Program S1 Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Harry Christian
Lebih terperinciBAB III PERUMUSAN MASALAH
BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan pemilihan masalah untuk dipecahkan 3.1.1 Latar belakang masalah Sejak diberlakukan open sky policy, persaingan di bisnis penerbangan semakin tinggi terbukti masuknya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Berdasarkan uraian latar belakang dan landasan teori pada bab sebelumnya, penelitian ini menggunakan kerangka berpikir sebagai berikut: BRAND AWARENESS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Website Wonderful Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Website Wonderful Indonesia Wonderful Indonesia atau nama lainya adalah Indonesia.travel merupakan situs resmi pariwisata Indonesia yang dikeluarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia saat ini mulai berkembang dengan pesat. Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata Indonesia saat ini mulai berkembang dengan pesat. Indonesia memiliki potensi wisata untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata tingkat dunia.
Lebih terperinciABSTRACT. By looking at the phenomenon occurs, that in fact there are many pharmacy
ABSTRACT By looking at the phenomenon occurs, that in fact there are many pharmacy businesses in Tasikmalaya has made consumers have many alternatives to choose which pharmacy to visit to buy drugs. This
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Merek memberikan nilai tambah bagi suatu produk ataupun jasa, sehingga nilai total produk yang memiliki merek baik menjadi tinggi dibandingkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK...iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...xii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN...
ABSTRAK Persaingan di pasar ponsel yang semakin ketat membuat setiap produsen ponsel untuk memiliki strategi dalam mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasarnya. Demikian pula dengan Samsung yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Aaker dalam Durianto dkk (2001:4), brand equity dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena persaingan dunia asuransi terutama asuransi jiwa di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Namun demikian masyarakat Indonesia belum memiliki tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
79 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan desain penelitian deskriptif, di mana tujuan penelitian adalah untuk menguraikan sifat
Lebih terperinciANALISIS PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP EKUITAS MEREK KOPI BERONTOSENO
ANALISIS PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP EKUITAS MEREK KOPI BERONTOSENO (Studi Kasus Pada Pengunjung De Bronto s Coffee Di Kota Kediri) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperolah Gelar
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPENGARUH ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN NOTEBOOK TOSHIBA. Gesit Sukma Arif Wibowo
PENGARUH ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN NOTEBOOK TOSHIBA Gesit Sukma Arif Wibowo www.ubur2@gmail.com ABSTRAK Pengaruh Elemen-Elemen Brand Equity Terhadap Keputusan Pembelian Notebook
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor utama yang diandalkan setiap negara. Seiring dengan permintaan pariwisata yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industry terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Sektor pariwisata akan menjadi pendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Industri pariwisata telah berkembang dengan pesat di berbagai negara dan menjadi sumber devisa yang cukup besar. Di Indonesia pariwisata menjadi suatu bukti keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata telah menjadi salah satu sektor perekonomian utama di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata telah menyumbangkan
Lebih terperinciDIPONEGORO JOURNAL OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE Tahun 2014, Hal 1-10
PENGARUH KESADARAN MEREK, PERSEPSI KUALITAS, DAN ASOSIASI MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI EKUITAS MEREK (STUDI PADA MAHASISWA PENGGUNA SMARTPHONE BLACKBERRY DI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG)
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perilaku Konsumen Menurut Engel et al. (1994), perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang terlibat langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teori A. Definisi Merek Menurut Durianto, dkk (2001:1) Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi. digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Merek dan Perspektif Merek 1. Definisi Merek Menurut UU No.15 Tahun 2001 merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi dari
Lebih terperinciDAVID SANTOSO ABSTRACT. Keywords: Brand Awareness; Brand Image; Brand Loyalty; Brand Extention; Parent Brand. PENDAHULUAN
PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND IMAGE, DAN BRAND LOYALTY, TERHADAP PARENT BRAND TOP COFFEE DI SURABAYA DENGAN BRAND EXTENSTION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DAVID SANTOSO ABSTRACT The expansion of the brand
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis elemen-elemen brand equity (ekuitas merek), yaitu brand awareness (kesadaran merek), brand association
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ini menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas pasar
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xvii. DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xix BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia dewasa ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan tersebut dilihat dari jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi
Lebih terperinciANALISIS BRAND AWARENESS POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA (Studi Kasus pada Masyarakat Kota Tegal)
ANALISIS BRAND AWARENESS POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA (Studi Kasus pada Masyarakat Kota Tegal) Hetika 1, Yeni Priatna Sari 2, Erni Unggul Sedya Utami 3 1,2,3 Program Studi DIII Akuntansi Politeknik Harapan
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords : trust in a brand, brand loyalty. vii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT The development of business world in this globalization era is so fast, it is shown by the way competition among companies has becomes more high and tight. This condition cause every company generally
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri pariwisata nasional. Indonesia merupakan negara yang memiliki luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri penting bagi perekonomian Indonesia. Usaha jasa pariwisata terus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia sebagai upaya pengoptimalan sumber
Lebih terperinciKata kunci : kemasan, kewajaran harga, brand awareness dan brand loyalty.
ABSTRAK Persaingan bisnis oleh-oleh makanan khususnya di Kota Bandung sedang mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kartika Sari adalah salah satu merek bolen yang dikenal Wisatawan Nusantara sebagai oleh-oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan perekonomian masyarakat dewasa ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern sesuai
Lebih terperinciE. Kata Kunci : Persepsi Wisatawan, Kualitas Pelayanan, Pramuwisata
ABSTRAK Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Skripsi A. Nama :Ida Bagus Putu Saskara Putra B. Judul :Persepsi Wisatawan Terhadap Kualitas Pelayanan Pramuwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam khususnya perusahaan sepeda motor keluaran Jepang. Persaingan terletak pada model, kepraktisan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kajian akan diarahkan pada gambaran profil perusahaan, serta posisinya di antara bank-bank lain yang bergerak dibidang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian berlokasi di lingkungan Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin, Makassar dan obyek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan Penelitian... 8 1.4 Manfaat Penelitian... 9 1.5 Ruang Lingkup
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. eksplanatori. Menurut Singarimbun dan Efendi (1997), penelitian eksplanatori
35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan jenis data, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanatori. Menurut Singarimbun dan Efendi (1997), penelitian eksplanatori merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas
Lebih terperinciUniversitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Mie Instan merupakan salah satu kategori produk makanan kering cepat saji dengan tingkat persaingan yang sangat ketat dan penetrasi produk yang hampir mendekati titik jenuh yaitu: (84%). Keadaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Deskriptif yaitu hanya
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Deskriptif yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa 1. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Brand awareness, representation, attention, comprehension dan media iklan. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Pada umumnya orang membayangkan produk sebagai sesuatu yang berwujud nyata, memiliki bentuk, dapat dilihat, disentuh atau pada intinya menggambarkan produk sebagus sesuatu yang berbentuk lahiriah.
Lebih terperinciRyandhi Widjaya ABSTRAK
ANALISIS BRAND EQUITY DARI WHOLE MARKET DAN KEPUASAN KONSUMEN DARI MEMBER CELEBRITY FITNESS CABANG MALL PURI INDAH (STUDI KASUS JAKARTA BARAT) Ryandhi Widjaya 0800735305 ABSTRAK Sebuah merek seringkali
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemasaran merupakan ujung tombak bagi suatu perusahaan untuk tetap dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan ujung tombak bagi suatu perusahaan untuk tetap dapat bertahan hidup dan harus mempunyai strategi khusus dalam memasarkan produknya. Pemasaran
Lebih terperinciABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh iklan televisi dan brand equity terhadap loyalitas pelanggan produk air mineral Aqua.
ABSTRAK Iklan televisi merupakan sebuah media yang efektif dalam suatu pemberian informasi kepada konsumen. Televisi adalah sebuah media yang mampu menjangkau wilayah luas, dapat dimanfaatkan oleh semua
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
Lebih terperinciBab VI. Penutup. Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa wisata MICE menjadi salah satu wisata yang menjanjikan
Bab VI Penutup 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa wisata MICE menjadi salah satu wisata yang menjanjikan bagi Daerah Istimewa Yogyakarta. Faktor-faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan di dunia pemasaran jasa yang semakin maju, mendorong para pelaku yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan di dunia pemasaran jasa yang semakin maju, mendorong para pelaku yang terlibat harus dapat meningkatkan kualitas. Jasa merupakan kegiatan perekonomian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situasi pasar saat ini semakin kompetitif dengan persaingan yang semakin meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek (brand)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Travel & Tourism Competitiveness Report dari World Economic
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Travel & Tourism Competitiveness Report dari World Economic Forum disebutkan bahwa peringkat Pariwisata Indonesia naik dari peringkat ke- 70 pada tahun 2013 menjadi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pemasaran merupakan ilmu dan seni yang mengatur tentang sistem
20 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran merupakan salah satu cabang dari ilmu manajemen yang sangat penting dalam suatu perusahaan selain cabang ilmu manajemen lainnya.
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus yang menganalisis tanggapan konsumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini teknologi komunikasi dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini teknologi komunikasi dan informasi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan individu baik laki-laki
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu: pendekatan kualitatif yang berupa eksploratif dan pendekatan kuantitatifyang berupa deskriptif.
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI MBA TOUR & TRAVEL
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI MBA TOUR & TRAVEL Putu Putri Susanti I Nyoman Sudiarta I Made Kusuma Negara E-mail : putriie_lila@yahoo.com PS. S1 Industri Perjalanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan perekonomian masyarakat dewasa ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern sesuai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian brand lainnya menurut Freddy Rangkuti (2002: 2) adalah sebagai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Merek (brand) Aaker dalam Rangkuti (2002: 36) menyatakan merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu
32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan kesadaran merek, asosiasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PRAMUWISATA YANG BERTUJUAN UNTUK MENGURANGI ANGKA PRAMUWISATA ILEGAL Oleh : Isma Novita Yani I Gusti Ayu Agung Ariani Program
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian. Kesimpulan tersebut dikompilasi berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejarah. Salah satunya adalah Makam Bung Karno. Makam Bung Karno
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blitar adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki potensi wisata sejarah. Salah satunya adalah Makam Bung Karno. Makam Bung Karno merupakan makam Proklamator
Lebih terperinciABSTRACT. iii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT This research has a background of the emergence of inter-brand competition phenomenon, primarily for the category of notebook in Indonesia. This research specially discusses equity strength of
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan kerangka pemikiran dan tujuan penelitian di atas, maka
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Variabel Berdasarkan kerangka pemikiran dan tujuan penelitian di atas, maka variabel dalam penelitian ini adalah variabel dari brand equity. Brand Equity
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengunjungi daerah-daerah wisata tersebut. dan berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi sangat besar bagi Indonesia yang kini banyak dikembangkan di berbagai daerah. Kepariwisataan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi terhadap
Lebih terperinciSTRATEGI PENCITRAAN MEREK DALAM PERSPEKTIF INTERAKSIONISME SIMBOLIK
1 JURNAL ILMIAH STRATEGI PENCITRAAN MEREK DALAM PERSPEKTIF INTERAKSIONISME SIMBOLIK (Studi Kasus di Pt. Radio Permata Swaranusa) Oleh : Ranggi Radix Adhyaksa / FX. Bambang KP PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan yang telah diuraikan dalam metodologi penelitian, untuk menjawab tujuan penelitian perlu dilakukan analisis pengujian. Analisis data akan dilakukan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan di bab sebelumnya, yaitu: Kartu telepon CDMA yang memiliki tingkat awareness paling
Lebih terperinciBisma, Vol 1. No. 10, Februari 2017 PENGARUH BRAND EQUITY TERHADAP LOYALITAS NASABAH TABUNGAN BISNIS PADA PT BANK PANIN, Tbk. CABANG UTAMA PONTIANAK
PENGARUH BRAND EQUITY TERHADAP LOYALITAS NASABAH TABUNGAN BISNIS PADA PT BANK PANIN, Tbk. CABANG UTAMA PONTIANAK Stevanni Christin Email: stevanni.christine@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya
Lebih terperinciDAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i v ix BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian...
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAYANAN RESERVASI HOTEL DI PT. BALI MEGAH WISATA TOUR AND TRAVEL
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAYANAN RESERVASI HOTEL DI PT. BALI MEGAH WISATA TOUR AND TRAVEL Si Gede Ngurah Bramantya Agustiano I Made Kusuma Negara I Wayan Suardana Email : bramagustiano@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemasaran kini tak lagi sekedar sarana promosi. Didalamnya mencakup upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merek bukanlah sekedar nama atau simbol. Tetapi lebih kepada aset perusahaan yang bersifat intangible. Merek adalah nama, istilah, simbol atau kombinasi
Lebih terperinciBAB 1. Menurut data IDC (Internet Indo Data Centra Indonesia), ada sekitar 196 juta
2 BAB 1 Menurut data IDC (Internet Indo Data Centra Indonesia), ada sekitar 196 juta pengguna Internet di seluruh dunia sampai akhir tahun 1999, dan menjadi 502 juta pengguna pada tahun 2003. Untuk tahun
Lebih terperinciANALISIS ELEMEN-ELEMEN EKUITAS MEREK PADA PT. ASURANSI RAYA
ANALISIS ELEMEN-ELEMEN EKUITAS MEREK PADA PT. ASURANSI RAYA Habibie Halim - 0700729390 ABSTRAK Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem perekonomian Indonesia
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penilitian ini bertujuan menganalisis pengaruh Electronic word of mouth
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penilitian ini bertujuan menganalisis pengaruh Electronic word of mouth dan detination image terhadap travel intention pada wisata nusantara di kawasan wisata mandeh Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu, maka yang menjadi tujuan pemasaran adalah brand loyality. Tanpa sebuah brand
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika keseluruhan aktivitas pemasaran harus diringkas menjadi satu kata saja, maka kata yang keluar adalah branding. Jika semua tujuan pemasaran digabung menjadi satu,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalananan wisatawan dunia mencapai 1 miliar pada tahun 2012. Menurut Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka tersebut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini peneliti akan membahas metode penelitian, yang meliputi objek dan subjek penelitian, teknik pengambilan sampel, jenis data, teknik pengumpulan data, definisi operasional
Lebih terperinciABSTRACT. Keyword: city branding, city image, and decision to visit. vii
ABSTRACT This research aims to investigate the influence of city branding on city image, investigate the influence of city branding on decision to visit, and investigate the influence of citu image on
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati konsumen agar mau membeli produk maupun jasa yang diwakilinya. Merek juga diibaratkan sebagai sebuah nyawa
Lebih terperinci2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor pariwisata saat ini telah menjadi sektor industri yang sangat besar di dunia. Pertumbuhuan pariwisata saat ini merupakan bentuk nyata dari perjalanan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terlibat langsung di
III. METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terlibat langsung di dalam penelitian. 2. Objek Penelitian Objek penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis baik yang bergerak di bidang jasa dan non jasa semakin ketat dan meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu hingga era globalisasi ini persaingan bisnis baik yang bergerak di bidang jasa dan non jasa semakin ketat dan meningkat. Persaingan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen
Lebih terperinciPENGARUH EKUITAS MEREK DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR MATIC HONDA VARIO
PENGARUH EKUITAS MEREK DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR MATIC HONDA VARIO Siti Muniah 1, Apriatni EP 2 & Sendhang Nurseto 3 muniahsiti@gmail.com Abstract CV. Cendana Motor Sukorejo
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yang rasional, empiris, dan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2005;01), Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, dan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat kompetitif di era globalisasi sangat sekali memberikan peluang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan yang sangat kompetitif di era globalisasi sangat sekali memberikan peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang ada di Indonesia. Di satu
Lebih terperinci-i- DAFTAR ISI. Kata Pengantar... BAB I PENDAHULUAN... 1
-i- -i- DAFTAR ISI Kata Pengantar... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud... 1 C. Ruang Lingkup... 1 D. Dasar Hukum... 1 E. Pengertian Umum... 2 BAB II PENYELENGGARAAN KEGIATAN SOSIALISASI...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan budaya, keindahan alam, serta keramahan masyarakatnya. Hal inilah yang membuat Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Potensi pariwisata merupakan aset terpenting dalam meningkatkan daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Potensi pariwisata merupakan aset terpenting dalam meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat regional bahkan internasional. Potensi yang dimiliki Indonesia
Lebih terperinciAnalisis Strategi Bisnis Untuk Meningkatkan Brand Equity. Terhadap Merek PUTERI Pada Perusahaan. PT. Mustika Ratu Tbk DEVINA LESTHANA
Analisis Strategi Bisnis Untuk Meningkatkan Brand Equity Terhadap Merek PUTERI Pada Perusahaan PT. Mustika Ratu Tbk DEVINA LESTHANA 0700703082 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui brand equity
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang mungkin kiranya kita sebagai warga negara Indonesia patut untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pariwisata dan turisme sangat pesat belakangan ini. Terlepas dari isu-isu keamanan yang terjadi di setiap negara, pariwisata tumbuh sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. harus dapat menjawab tantangan tantangan yang ada di pasar saat ini dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam industri bisnis saat ini semakin menantang, perusahaan harus dapat menjawab tantangan tantangan yang ada di pasar saat ini dan diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengembangkan sektor pariwisata, hal ini dilihat dari pertumbuhan sektor pariwisata yang tumbuh pesat. Dengan semakin meningkatnya
Lebih terperinci