practicum apk industrial engineering 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "practicum apk industrial engineering 2012"

Transkripsi

1 practicum apk industrial engineering 01 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, masyarakat yang saling berkompetisi dalam bekerja di dalam ruangan yang sejuk dan dingin atau di luar ruangan yang cenderung lebih panas dibandingkan dengan bekerja di dalam ruangan. Kondisi lingkungan kerja tersebut akan mempengaruhi kinerja yang berkaitan keefektifan dan keefisienan pekerja tersebut, karena kondisi lingkungan kerja merupakan seluruh keadaan yang ada di sekitar tempat kerja seperti temperatur, sirkulasi udara, kelembaban udara, pencahayaan, getaran mekanis, kebisingan, aroma-aroma, serta hal-hal lain yang terkait dengan lingkungan fisik. Hal ini akan sangat mempengaruhi hasil dari pekerjaan orang tersebut, kondisi tubuh dari pekerja tersebut akan mengalami perubahan-perubahan secara otomatis menyesuaikan dengan lingkungan di sekitar ia melakukan pekerjaan. Tubuh mempunyai batas untuk penyesuaian terhadap suhu di luar, batas tersebut tidak melebihi 0 % untuk kondisi panas dan 35 % untuk kondisi dingin. Dengan lingkungan kerja yang baik dan sesuai, maka kinerja dari pekerja akan lebih maksimal sehingga hasil pekerjaan dapat memuaskan. Namun sebaliknya, jika lingkungan kerja kurang baik dan cenderung tidak sesuai dengan kondisi tubuh dari pekerja, maka kinerja dari pekerja cenderung kurang maksimal dan akan berdampak buruk dengan hasil pekerjaan kurang memuaskan Oleh sebab itu, sangat diperlukan kajian lebih lanjut mengenai penyesuaian lingkungan fisik terhadap pekerja. Untuk mempelajari tentang kondisi lingkungan fisik, maka dilakukan beberapa percobaan di laboratorium dengan suhu yang berbeda (dingin, normal, dan panas) untuk mengetahui produktivitas kerja dari operator dalam menghitung data pada tiga suhu tersebut (dingin, normal, dan panas). restu,anis, afif Page 1

2 practicum apk industrial engineering Tujuan Tujuan dari praktikum lingkungan fisik adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui adanya pengaruh atau tidak mengenai perbedaan suhu terhadap kinerja kerja,. Untuk mengetahui tingkat kesalahan dan waktu rata-rata dari kinerja kerja pada suhu yang berbeda-beda, 3. Untuk mengetahui suhu optimal yang dapat memberikan waktu tercepat dan hasil penghitungan data yang benar, dan 4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mengurangi tingkat ketelitian pada suhu yang tidak optimal. restu,anis, afif Page

3 practicum apk industrial engineering 01 BAB II LANDASAN TEORI Lingkungan fisik (menurut Moekijat, 1995) adalah sesuatu yang berada di sekitar para pekerja yang meliputi cahaya, warna, udara, suara, serta musik yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. The Liang Gie (000 ) juga berpendapat bahwa lingkungan fisik merupakan segenap faktor fisik yang bersamasama merupakan suatu suasana fisik yang melingkupi suatu tempat kerja. Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah keadaan di sekitar pekerja/operator yang meliputi: cahaya, warna, siklus udara, kebisingan, suhu, dan temperature yang mempengaruhi pekerja/operator dalam menjalankan aktivitasnya..1 Kondisi Lingkungan Fisik yang Mempengaruhi Kerja Berikut beberapa faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi kerja, antara lain: 1. Temperatur Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan dengan sedikit fluktuasi sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian dalam perut yang disebut dengan suhu tubuh (core temperature). Suhu inti ini diperlukan agar alatalat itu dapat berfungsi normal. Sebaliknya, lawan dari core temperature adalah shell temperature, yang terdapat pada otot, tangan, kaki dan seluruh bagian kulit yang menunjukkan variasi tertentu. Manusia mempunyai kemampuan untuk mempertahankan keadaan normal tubuh (mempunyai kemampuan untuk beradaptasi). Kapasitas untuk beradaptasi inilah yang membuat manusia mudah untuk mentolerir kekurangan panas secara temporer yang berjumlah ratusan kilo kalori pada seluruh tubuh. Dengan kata lain, tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya. Tetapi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 0% untuk restu,anis, afif Page 3

4 practicum apk industrial engineering 01 kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh. Perbedaan tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut (Sutalaksana, 1979): a. 49 C, temperatur dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas kemampuan fisik dan mental, b. 30 C, aktivitas mental dan daya tangkap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan dan timbul kelelahan fisik, c. 4 C, kondisi kerja optimum, dan d. 10 C, kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul. Hasil penyelidikan didapatkan bahwa produktivitas manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 4-7 C.. Kelembaban Banyaknya kadar air yang terkandung di dalam udara (dinyatakan dalam %) disebut kelembaban. Kelembaban sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara. Suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan mengakibatkan penguapan panas dari tubuh secara berlebihan (karena sistem penguapan). Pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. 3. Siklus Udara (Ventilation) Kotornya udara di sekitar kita dapat mempengaruhi kesehatan tubuh dan mempercepat proses kelelahan. Udara di sekitar kita mengandung sekitar 1% oksigen, 0,03% karbon dioksida, dan 0,9% campuran gas-gas lain. Sirkulasi udara akan menggantikan udara kotor dengan udara yang bersih, agar sirkulasi terjaga dengan baik, dapat ditempuh dengan memberi ventilasi yang cukup (lewat jendela), dapat juga dengan meletakkan tanaman untuk menyediakan kebutuhan akan oksigen yang cukup. 4. Pencahayaan (Lighting) Pencahayaan adalah faktor yang penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik. Lingkungan kerja yang baik akan dapat memberikan kenyamanan dan meningkatkan produktivitas pekerja. Efisiensi kerja seorang operator ditentukan pada ketepatan dan kecermatan saat melihat dalam bekerja, sehingga dapat restu,anis, afif Page 4

5 practicum apk industrial engineering 01 meningkatkan efektifitas kerja, serta keamanan kerja yang lebih besar. Cahaya merupakan sumber yang memancarkan energi, sebagaian dari energi diubah menjadi cahaya tampak. Tingkat penerangan yang baik merupakan salah satu faktor untuk memberikan kondisi penglihatan yang baik. Dengan tingkat penerangan yang baik akan memberikan kemudahan bagi seorang operator dalam melihat dan memahami display, simbol-simbol dan benda kerja secara baik pula. Indra yang yang berhubungan dengan pencahayaan adalah mata. Karakteristik dan batasan daya lihat menusia penting untuk dipahami oleh seorang desainer display. Penerangan akan mempengaruhi seorang pekerja untuk dapat melihat dengan baik. Untuk dapat melihat dengan baik maka dibutuhkan suatu penerangan yang baik pula. Ciri-ciri penerangan yang baik yaitu: a. Sinar / cahaya yang cukup, b. Sinar / cahaya yang tidak berkilau atau menyilaukan, c. Kontras yang tepat, d. Kualitas pencahayaan (brightness) yang tepat, dan e. Pemilihan warna ruangan yang tepat. 5. Kebisingan (Noise) Salah satu polusi yang tidak dikehendaki oleh telinga adalah kebisingan, karena dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut akan dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran dan menimbulkan kesalahan komunikasi. Dalam kaitan ini kebisingan memiliki efek yang berbeda terhadap kinerja. Definisi ini dapat meliputi variasi yang luas dari situasi bunyi yang dapat merusak pendengaran. Suara radio tetangga bisa anda anggap sebagai bising/mengganggu karena musik yang mereka senangi itu mungkin tidak cocok dengan kesukaan anda. Bising juga berasal dari dunia sekitar yang bisa benar-benar merusak indra pendengaran. Ada pengaruh kebisingan pada produktivitas khususnya untuk pekerjaan yang rumit dan memerlukan konsentrasi penuh. Ada tiga aspek yang menetukan kualitas bunyi yang menentukan tingkat gangguan terhadap manusia yaitu: restu,anis, afif Page 5

6 practicum apk industrial engineering 01 a. Lama waktu bunyi tersebut terdengar, b. Intensitas biasanya diukur dengan desibel (db) yang menunjukan besarnya arus energi per satuan luas, dan c. Frekuensi suara yang menunjukan jumlah gelombang suara yang sampai ditelinga seseorang setiap detik (Hz). Peralatan kerja bertenaga listrik maupun mekanis yang konvensional, seperti misalnya gergaji lingkar ( circular saws), drill, gerinda, pengencang mur-baut dan lainnya yang sejenis, akan menghasilkan tingkat kebisingan yang dapat menimbulkan masalah serius bagi indera pendengaran kita bahkan dapat menyebabkan ketulian atau yang disebut dengan Noise Induced Deafness. Sumber kebisingan dapat berupa apa saja, mulai dari mesin-mesin dipabrik (suara bernada tinggi dari mesin bubut, suara hempasan dari mesin tekan), suara klik dari keyboard, pesawat yang melintas diangkasa, lalu-lintas dijalan raya (kendaraan bermotor). Pada prinsipnya kebisingan merupakan suara yang mengganggu atau suara yang tidak dikehendaki oleh yang mendengarnya. Bising atau tidaknya suatu suara tidak hanya ditentukan oleh keras atau lemahnya suara itu saja, tetapi juga ditentukan oleh selera atau persepsi seseorang terhadap sumber bunyi tersebut. 6. Bau-bauan Adanya bau-bauan yang dipertimbangkan sebagai polusi akan dapat mengganggu konsentrasi pekerja. Temperatur dan kelembaban adalah dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian air conditioning yang tepat adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja. 7. Getaran Mekanis Getaran atau vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subjek dengan getaran-getaran osilasi, misalnya mesin, peralatan atau perkakas kerja yang bergetar dan memajani pekerja melalaui transmisi. Adapun besar getaran ditentukan oleh: a. Sifat getaran, yaitu frekuensi, intensitas/amplitudo, dan durasi dari vibrasi. b. Mekanika input indenpen, yaitu tahanan yang diberikan oleh struktur tubuh terhadap getaran. restu,anis, afif Page 6

7 practicum apk industrial engineering 01 Getaran dapat didefinisikan dalam beberapa arti, seperti : osilasi mekanik, gerakan partikel di sekitar equilibrium (salah satu bagian otak) yang memberikan efek pada kesehatan, kenyamanan, dan performance dari seseorang. Getaran dipengaruhi oleh frekuensi dan intensitas getaran itu sendiri. Frekuensi diukur dengan hertz (Hz) dan intensitas getaran dapat diukur dengan berbagai cara misalnya : tinggi amplitudo, akselerasi, kecepatan dan tinggi penempatan getaran (Pulat, 1996). Ada beberapa istilah umum yang digunakan dalam Vibrasi, antara lain: a. Osilasi, osilasi terjadi bila sebuah sistem diganggu dari posisi keseimbangannya, b. Frekuensi, frekuensi dapat diartikan sebagai banyaknya osilasi dalam setiap detik, c. Amplitudo, amplitudo adalah simpangan penuh yang terjadi ketika bergetar, d. Periode, periode didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan benda untuk melakukan satu osilasi penuh, e. Resonansi, resonansi adalah keadaan tertentu yang terjadi pada suatu benda ketika padanya datang stimulus berupa gaya periodik yang frekuensinya sama dengan frekuensi alamiah benda yang dapat bergetar itu, f. Akselerasi, akselerasi sering disebut percepatan atau perlajuan, g. Kecepatan, kecepatan itu sendiri dapat diartikan sebagai satuan yang dibutuhkan suatu benda untuk berpindah tempat sejauh satu meter dalam satu detik, dan h. Intensitas, intensitas dapat diartikan banyaknya osilasi dalam jarak yang sama. Seperti yang dijelaskan di awal konsep, getaran mekanis dapat memberikan efek kepada kesehatan, kenyamanan, dan performance dari seseorang.. Lingkungan Kerja Menurut Mardiana (005), Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan restu,anis, afif Page 7

8 practicum apk industrial engineering 01 secara efektif dan optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antara bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja. Lingkungan kerja (m enurut Nitisemito, 001) adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugastugas yang diembankan. Telah dikatakan sebelumnya bahwa lingkungan dan kondisi kerja yang tidak optimal dapat memberikan beban tambahan kepada operator dalam menjalankan aktivitasnya yang jelas akan sangat mempengaruhi hasil kerjanya. Sebaliknya lingkungan kerja yang optimal, yang meliputi pencahayaan yang optimal, siklus udara yang baik, serta tingkat kebisingan yang relative kecil akan meningkatkan etos kerja dan motivasi operator yang nantinya diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal. Lingkungan kerja dibedakan menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial dan kedua-duanya saling keterkaitan terhadap kesehatan fisik dan emosional operator. Lingkungan fisik mencakup pencahayaan, kebisingan, siklus udara, suhu dan temperatur, kondisi bangunan, dan sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut hubungan emosi antara operator itu sendiri baik dengan rekan kerja maupun dengan atasan serta tingkat ketelitian (Nitisemito, 001)..3 ANOVA (Analysis of Variances). Teknik statistik yang memungkinkan kita untuk mengetahui apakah dua atau lebih mean populasi akan bernilai sama dengan menggunakan data dari sampel masing-masing populasi disebut dengan analisis varians. Akan tetapi, biasanya analisis varians lebih efektif digunakan untuk menguji tiga atau lebih populasi. Tentunya jumlah variabel yang berkaitan dengan sampel bisa satu atau lebih. Dalam terjemahan Bahasa Indonesia, ANOVA adalah sidik ragam atau analisis ragam, pertama kali diperkenalkan oleh R.A. Fisher pada tahun 195 yang kemudian dianugerahi gelar Baronet oleh Ratu Inggris. Sidik ragam merupakan pengembangan dari uji t untuk dua sampel bebas. Jadi, ANOVA dipergunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata lebih restu,anis, afif Page 8

9 practicum apk industrial engineering 01 dari dua macam perlakuan atau lebih. Bila tetap dipergunakan uji t untuk membandingkan lebih dari nilai rata-rata akan memerlukan banyak uji secara terpisah. Hal akan menjemukan dan kemungkinan akan menjadi besarnya galat jika uji itu dilakukan berulang-ulang. Perlakuan dalam statistika tidak harus memberikan sesuatu terhadap unit eksperimen, tetapi dapat berbentuk seperti jenis kelamin, ras, umur, waktu siang dan malam serta yang lainnya. Pada ANOVA jumlah kuadrat total dibagi menjadi komponen-komponen berdasarkan sumber keragaman yang diketahui. ANOVA dapat dikelompokkan menjadi ANOVA satu arah dan ANOVA dua arah. 1. ANOVA satu arah adalah ANOVA yang terdiri atas satu peubah bebas atau faktor dengan taraf lebih dari dua. Sampel dibagi menjadi beberapa kategori dan ulangan. Komponen-komponen Tabel Analisis Variansi satu arah dapat dijelaskan pada persamaan-persamaan Tabel. sebagai berikut: Tabel. ANOVA Ekaarah (Satu Arah) Derajat Jumlah Rataan Sumber Variasi Fhit Kebebasan Kuadrat Kuadrat s Perlakuan k-1 JKA = ( ) Galat k(n-1) JKG nk-1 JKT Sumber: Walpole, Ronald E hal. 53 JKG k(n 1) s H0 tolak bila fhit >f α; k-1 ; k(n- 1) dimana: k N n JKT : banyaknya kolom : banyaknya pengamatan keseluruhan data : banyaknya ulangan di kolom ke-i : jumlah kuadrat total. ANOVA Arah tanpa interaksi Dalam kategori, terdapat blok/sub-kelompok sebagai berikut: Kolom : kategori-1 Baris : blok, kategori- Setiap sel berisi satu data. Apabila terdapat himpunan data random yang saling independent, dan tidak ada faktor yang mempengaruhi, maka data tersebut akan bervariasi terhadap meannya. Pada data random yang dipengaruhi oleh suatu faktor, variasi terhadap pengaruh faktor ikut berkontribusi. restu,anis, afif Page 9

10 practicum apk industrial engineering Distribusi F Nilai F tabel tergantung dari α dan derajat bebas. Nilai α = luas daerah penolakan H o = taraf nyata. Derajat bebas (db) dalam Dist F ada dua (), yaitu : 1. db numerator = d db kelompok; db baris; db interaksi. fn. db denumerator = d db galat/error. fd.4 Pengolahan Data Perhitungan yang digunakan dalam mengolah data hasil pengamatan praktikum ini perlu dilakukan beberapa tahap berikut: 1. Waktu Total Untuk memperoleh waktu total yakni dengan menjumlah seluruh data masingmasing operator pada ketiga percobaan seperti pada Persamaan.1 sebagai berikut: Waktu Total: X 1 + X + + X n..... (.1). Waktu Rata-Rata Waktu rata-rata diperoleh dengan menghitung waktu total tiap operator dibagi dengan jumlah sampel data, dengan menggunakan Persamaan. berikut: Waktu rata-rata = Waktu total...(.) Jumlah sampel data 3. JKK (Jumlah Kuadrat antar Kolom) Untuk mencari nilai Jumlah Kuadrat antar Kolom menggunakan Persamaan.3 sebagai berikut: JKK= T i T... (.3) n i N 5. JKT (Jumlah Kuadrat Total) Jumlah Kuadrat Total diperoleh menggunakan Persamaan.4 sebagai berikut: T JKT= X ij (.4) N restu,anis, afif Page 10

11 practicum apk industrial engineering JKS (Jumlah Kuadrat Sisaan) Untuk mencari nilai Jumlah Kuadrat Sisaan dengan menggunakan Persamaan.5 sebagai berikut: JKS= JKT JKK (.5) dimana: k = jumlah perlakuan / populasi N = banyaknya pengamatan Selanjutnya dicari nilai Derajat Numenator dan Derajat Denumenator serta nilai Ragam antar Kolom untuk memperoleh nilai F hitung. 7. V 1 (Derajat Numerator) Untuk mencari nilai V 1 yang merupakan derajat bebas antar kolom yaitu dengan menggunakan Persamaan.6 sebagai berikut: V 1 = k 1... (.6) 8. V (Derajat Denumerator) Untuk mencari nilai V 1 menggunakan Persamaan.7 sebagai berikut: yang merupakan derajat bebas sisaan yaitu dengan V = k(n k) (.7) 9. S 1 (Ragam antar kolom) Nilai ragam antar kolom S 1 berikut: diperoleh menggunakan Persamaan.8 sebagai S 1 = JKK V (.8) 10. S (Ragam antar kolom) Sedangkan nilai ragam antar kolom S didapatkan dengan Persamaan.9 berikut: S = 11. F hitung JKS (.9) V Selanjutnya nilai F hitung didapatkan dengan Persamaan.10 sebagai berikut: S1 F hit = S..... (.10) restu,anis, afif Page 11

12 practicum apk industrial engineering 01 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengumpulan Data Berdasarkan hasil pengamatan data yang diperoleh dari pengukuran waktu kinerja operator untuk menghitung data pada lingkungan dengan suhu yang berbeda ( panas, normal, dan dingin) dan menggunakan stopwatch ditunjukkan pada Tabel 3.1 berikut ini : Tabel 3.1 Data Pengukuran Waktu Percobaan Operator Waktu Tiap Produk (detik) 33,9 35,8 33, 5,8 36, 35,7 1 (Restu) 6,5 9,9 6,7 5, 9,5 34,5 P A N A S (Afif) 30,6 33,0 8, 9,1 33,0 5,1 44,0 37,5 37,5 37,9 40,1 3,4 33,5 39,0 3,5 34,5 34,1 39,4 3,6 34,1 34,3 33,4 31,3 3,0 N O R M A L D I N G I N 1 (Restu) (Afif) 1 (Restu) (Afif) 31,0 7,5 34,5 3, 34,9 30,6 33,8 37,5 34,7 3,0 5,9 30,5 5,6 9, 31, 7,8 3,6 33,5 41, 35,1 36,4 31,0 30, 3,4 9,7 31,0 33,5 34,7 3,6 9, 35, 31,0 38,7 34,5 34,5 37, 39,9 34,5 34,8 3,3 31,5 33, 30,0 35,9 3, 30,5 33, 31,7 30, 34,8 35,4 33,0 3,4 3, 39,7 41,5 45,1 4,9 40,4 47, 38,1 39,1 37,6 35,8 37,8 40,4 4,7 44,3 40,9 43,4 36,0 41,8 Sumber : Pengumpulan Data 3. Pengolahan Data Pengolahan data kali ini diambil secara langsung dengan melakukan pengamatan terhadap kinerja masing-masing operator pada tiga ruangan yang memiliki suhu yang restu,anis, afif Page 1

13 practicum apk industrial engineering 01 berbeda secara berturut-turut dengan menggunakan stopwatch, kemudian selanjutnya data tersebut diolah dan diperoleh waktu total, waktu rata-rata, dan Tabel ANOVA Waktu Total (WT) Setelah melakukan percobaan kita dapat memperoleh waktu total dengan cara menjumlah seluruh data masing-masing operator pada ketiga percobaan yang telah dilakukan seperti pada Persamaan.1 sebagai berikut: 1. Operator 1 (Restu) Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator 1 pada tiga suhu yang berbeda. a. Suhu Panas Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator 1 pada suhu panas. = 33,9 + 35,8 + 33, + 5,8 + 36, + 35,7 + 6,5 + 9,9 + 6,7 + 5, + 9,5 + 34,5 + 30,6 + 33,0 + 8, + 9,1 + 33,0 + 5,1 = 551,9 detik b. Suhu Normal Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator 1 pada suhu normal. = 31,0 + 7,5 + 34,5 + 3, + 34,9 + 30,6 + 33,8 + 37,5 +34,7 + 3,0 + 5,9 + 30,5 + 5,6 + 9, + 31, + 7,8 + 3,6 + 33,5 = 565 detik c. Suhu Dingin Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator 1 pada suhu dingin. = 39,9 + 34,5 + 34,8 + 3,3 + 31,5 + 33, + 30,0 + 35,9 +3, + 30,5 + 33, + 31,7 + 30, + 34,8 + 35,4 + 33,0 + 3,4 + 3, = 597,7 detik. Operator (Afif) Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator pada tiga suhu yang berbeda. a. Suhu Panas Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator pada suhu panas. = 44,0 + 37,5 + 37,5 + 37,9 + 40,1 + 3,4 + 33,5 + 39,0 + 3,5 + 34,5 + 34,1 + 39,4 + 3,6 + 34,1 + 34,3 + 33,4 + 31,3 + 3,0 = 640,1 detik restu,anis, afif Page 13

14 practicum apk industrial engineering 01 b. Suhu Normal Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator pada suhu normal. = 41, + 35,1 + 36,4 + 31,0 + 30, + 3,4 + 9,7 + 31,0 + 33,5 + 34,7 + 3,6 + 9, + 35, + 31,0 + 38,7 + 34,5 + 34,5 + 37, = 608,1 detik c. Suhu Dingin Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator pada suhu dingin. = 39,7 + 41,5 + 45,1 + 4,9 + 40,4 + 47, + 38,1 + 39,1 + 37,6 + 35,8 + 37,8 + 40,4 + 4,7 + 44,3 + 40,9 + 43,4 + 36,0 + 41,8 = 734,7 detik 3.. Waktu Rata-Rata Setelah menghitung waktu total dari masing-masing operator di ketiga ruangan, kita dapat mendapatkan waktu rata-rata dengan menggunakan Persamaan. berikut ini: 1. Operator 1 (Restu) Berikut ini adalah perhitungan waktu rata-rata operator 1 pada tiga suhu yang berbeda. a. Suhu Panas = b. Suhu Normal = c. Suhu Dingin =. Operator (Afif) 551, ,7 18 = 30,66 detik = 31,39 detik = 33,1 detik Berikut ini adalah perhitungan waktu rata-rata operator pada tiga suhu yang berbeda. a. Suhu Panas = b. Suhu Normal = c. Suhu Dingin = , ,7 18 = 35,56 detik = 33,78 detik = 40,8 detik restu,anis, afif Page 14

15 practicum apk industrial engineering 01 Dari perhitungan waktu total dan waktu rata-rata diatas, dapat disajikan pada Tabel 3. berikut ini : Tabel 3. Data Perhitungan Waktu Total dan Waktu Rata-rata Percobaan Operator Waktu Tiap Produk (detik) P A N A S N O R M A L D I N G I N 1 (Restu) (Afif) 1 (Restu) (Afif) 1 (Restu) (Afif) Sumber : Pengolahan Data 33,9 35,8 33, 5,8 36, 35,7 6,5 9,9 6,7 5, 9,5 34,5 30,6 33,0 8, 9,1 33,0 5,1 44,0 37,5 37,5 37,9 40,1 3,4 33,5 39,0 3,5 34,5 34,1 39,4 3,6 34,1 34,3 33,4 31,3 3,0 31,0 7,5 34,5 3, 34,9 30,6 33,8 37,5 34,7 3,0 5,9 30,5 5,6 9, 31, 7,8 3,6 33,5 41, 35,1 36,4 31,0 30, 3,4 9,7 31,0 33,5 34,7 3,6 9, 35, 31,0 38,7 34,5 34,5 37, 39,9 34,5 34,8 3,3 31,5 33, 30,0 35,9 3, 30,5 33, 31,7 30, 34,8 35,4 33,0 3,4 3, 39,7 41,5 45,1 4,9 40,4 47, 38,1 39,1 37,6 35,8 37,8 40,4 4,7 44,3 40,9 43,4 36,0 41,8 Waktu Ratarata (detik) Waktu Total (detik) 30,66 551,9 35,56 640,1 31, ,78 608,1 33,1 597,7 40,8 734, Tabel ANOVA Setelah melakukan pengukuran waktu total dan waktu rata-rata dilanjutkan dengan pembuatan Tabel ANOVA yang berasal dari data pengukuran waktu kinerja masingmasing operator dengan tiga kondisi suhu ruang yang berbeda-beda yaitu ruangan bersuhu panas, suhu normal, dan suhu dingin. restu,anis, afif Page 15

16 practicum apk industrial engineering Operator 1 (Restu) Berdasarkan data hasil perhitungan di atas dapat disajikan waktu kerja operator 1 pada Tabel 3.3 berikut ini: Tabel 3.3 Waktu Kerja Operator 1 Suhu Panas (detik) Suhu Normal (detik) Suhu Dingin (detik) X 1 X 1 X X X 3 X 3 33,9 1149,1 31, ,9 159,01 35,8 181,64 7,5 756,5 34,5 1190,5 33, 110,4 34,5 1190,5 34,8 111,04 5,8 665,64 3, 1036,84 3,3 1043,9 36, 1310,44 34,9 118,01 31,5 99,5 35,7 174,49 30,6 936,36 33, 110,4 6,5 70,5 33,8 114,44 30, ,9 894,01 37,5 1406,5 35,9 188,81 6,7 71,89 34,7 104,09 3, 1036,84 5, 635,04 3, ,5 930,5 9,5 870,5 5,9 670,81 33, 110,4 34,5 1190,5 30,5 930,5 31,7 1004,89 30,6 936,36 5,6 655,36 30, 91,04 33, , 85,64 34,8 111,04 8, 795,4 31, 973,44 35,4 153,16 9,1 846,81 7,8 77,84 33, , ,6 106,76 3,4 1049,76 5,1 630,01 33,5 11,5 3, 1036,84 T 1 = 551,9 T = 565 T 3 = 597,7 1714,6 T 1 = ,61 T = 3195 T 3 = 35745, ,9 N 1 = 18 N = 18 N 3 = X 1 = 17174,77 X = 17915,84 X 3 = 19945, ,56 Sumber : Pengolahan Data Perhitungannya adalah sebagai berikut: a. JKK (Jumlah Kuadrat antar Kolom) Untuk mencari nilai Jumlah Kuadrat antar Kolom menggunakan Persamaan.3 sebagai berikut: JKK = 551, , ,6 54 = [1691, , ,96] 54441,73 = 54503, ,73 = 61,8 restu,anis, afif Page 16

17 practicum apk industrial engineering 01 b. JKT (Jumlah Kuadrat Total) Dan untuk menentukan nilai dari Jumlah Kuadrat Total yakni menggunakan Persamaan.4 sebagai berikut: JKT = 55036, ,6 54 = 55036, ,73 = 594,83 c. JKS (Jumlah Kuadrat Sisa) Setelah mendapatkan nilai JKK dan JKT kita dapat menghitung nilai JKT dengan menggunakan Persamaan.5 sebagai berikut: JKS = 594,83 61,8 = 533,01 d. V 1 (Derajat Numerator) Untuk mencari nilai V 1 yaitu dengan menggunakan Persamaan.6 sebagai berikut: V 1 = 3-1 = e. V (Derajat Denumerator) Untuk mencari nilai V menggunakan Persamaan.7 sebagai berikut: V = 3 (18-1) = 51 f. S 1 (Ragam Antar Kolom) yang merupakan derajat bebas sisaan yaitu dengan Setelah mendapatkan nilai V 1 dan V kita bisa menghitung nilai ragam antar kolom (S 1 ) dengan menggunakan Persamaan.8 sebagai berikut: S 1 = 61,8 = 30,91 g. S (Ragam Antar Kolom) Untuk menghitung nilai ragam antar kolom S didapatkan dengan menggunakan Persamaan.9 sebagai berikut: S = 533,01 51 = 10,84 restu,anis, afif Page 17

18 practicum apk industrial engineering 01 h. F hitung Setelah mendapatkan nilai S 1 dan S, selnjutnya kita dapat menghitung nilai F hitung dengan menggunakan Persamaan.10 sebagai berikut: 30,91 F hitung = 10,84 =,85 Setelah melakukan perhitungan, selanjutnya memasukkan data hasil perhitungan di atas ke dalam Tabel ANOVA. Adapun hasil perhitungan data pada operator 1 di atas dimasukkan ke dalam Tabel ANOVA pada Tabel 3.4 berikut: Tabel 3.4 Tabel ANOVA pada Operator 1 Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat (JK) Bebas (db) Tengah f hitung f tabel Rata-Rata Kolom 61,8 30,91,85 F (;51) = 3,179 Galat 9894, ,0 Total 9839,06 53 Sumber : Pengolahan Data. Operator (Afif) Dari data waktu perhitungan kinerja masing-masing operator, dapat di sajikan waktu dari operator pada Tabel 3.5 sebagai berikut: Tabel 3.5 Waktu Kerja Operator Suhu Panas (detik) Suhu Normal (detik) Suhu Dingin (detik) X 1 X 1 X X X 3 X 3 44, , 1697,44 39,7 1576,09 37,5 1406,5 35,1 13,01 41,5 17,5 37,5 1406,5 36,4 134,96 45,1 034,01 37,9 1436,41 31, ,9 1840,41 40,1 1608,01 30, 91,04 40,4 163,16 3,4 1049,76 3,4 1049,76 47, 7,84 33,5 11,5 9,7 88,09 38,1 1451,61 39, , ,1 158,81 3,5 1056,5 33,5 11,5 37,6 1413,76 34,5 1190,5 34,7 104,09 35,8 181,64 34,1 116,81 3,6 106,76 37,8 148,84 39,4 155,36 9, 85,64 40,4 163,16 3,6 106,76 35, 139,04 4,7 183,9 34,1 116,81 31, ,3 196,49 Sumber : Pengolahan Data restu,anis, afif Page 18

19 practicum apk industrial engineering 01 Lanjutan Tabel 3.5 Waktu Kerja Operator Suhu Panas (detik) Suhu Normal (detik) Suhu Dingin (detik) X 1 X 1 X X X 3 X 3 34,3 1176,49 38,7 1497,69 40,9 167,81 33,4 1115,56 34,5 1190,5 43,4 1883,56 31,3 979,69 34,5 1190,5 36, , , 1383,84 41,8 1747,4 T 1 = 640,1 T = 608,1 T 3 = 734,7 198,9 T 1 = 40978,01 T = ,61 T 3 = , ,71 N 1 = 18 N = 18 N 3 = X 1 = 968,91 X = 074,11 X 3 = 30154, ,99 Sumber : Pengolahan Data Perhitungannya adalah sebagai berikut: a. JKK (Jumlah Kuadrat antar Kolom) Untuk mencari nilai jumlah kuadrat antar kolom dapat menggunakan Persamaan.3 sebagai berikut: JKK = 640,1 608, , ,9 54 = [76, , ,01] 781,8 = 7394,3 781,8 = 481,49 b. JKT (Jumlah Kuadrat Total) Selanjutnya untuk mendapatkan nilai jumlah kuadrat total dapat menggunakan Persamaan.4 sebagai berikut: JKT = 73847,99 198,9 54 = 73847,99 781,8 = 1035,17 c. JKS (Jumlah Kuadrat Sisa) Setelah mendapatkan nilai JKK dan JKT kita dapat menghitung nilai jumlah kuadrat sisa dengan menggunakan Persamaan.5 sebagai berikut: JKS = 1035,17 481,49 = 553,68 restu,anis, afif Page 19

20 practicum apk industrial engineering 01 d. V 1 (Derajat Numerator) Untuk mencari nilai derajat numerator dapat menggunakan Persamaan.6 sebagai berikut: V 1 = 3 1 = e. V (Derajat Denumerator) Untuk mencari nilai derajat numerator didapat dengan menggunakan Persamaan.7 sebagai berikut: V = 54 3 = 51 f. S 1 (Ragam Antar Kolom) Selanjutnya adalah mencari nilai ragam antar kolom yang didapatkan dengan menggunakan Persamaan.8 sebagai berikut: S 1 = 481,49 = 40,75 g. S (Ragam Antar Kolom) Kemudian untuk mencari nilai ragam antar kolom didapatkan dengan menggunakan Persamaan.9 sebagai berikut: S h. F hitung = 553,68 51 = 10,86 Setelah mendapatkan nilai dari S 1 dan S maka dapat dicari nilai F hitung dengan menggunakan Persamaan.10 sebagai berikut: F hitung = 40,75 10,86 =,17 Setelah melakukan perhitungan, selanjutnya memasukkan data hasil perhitungan di atas ke dalam Tabel ANOVA. Adapun hasil perhitungan data pada operator di atas dimasukkan kedalam Tabel ANOVA pada Tabel 3.6 berikut: restu,anis, afif Page 0

21 practicum apk industrial engineering 01 Tabel 3.6 Tabel ANOVA untuk Operator Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat (JK) Bebas (db) Tengah f hitung f tabel Rata-Rata Kolom 1481,51 740,76,17 F (;51) = 3,179 Galat 553, ,86 Total 035,17 53 Sumber : Pengolahan Data 3.3 Analisa Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pekerjaan seorang operator, maka selanjutnya dilakukan analisa terhadap hasil pengolahan data di atas Pengaruh Iklim Terhadap Kerja Setelah proses pengolahan data telah dilakukan, maka didapatkan hasil yang digunakan untuk membuat suatu analisa sesuai data tersebut. Berikut adalah analisa pengaruh iklim terhadap kinerja masing-masing operator dalam suhu ruangan yang berbeda yaitu dalam suhu ruangan panas, dingin, dan normal. 1. Operator 1 (Restu) Berikut ini akan dijelaskan hasil analisa pengaruh iklim terhadap kinerja operator 1: a. Pada percobaan pertama berada di ruangan yang bersuhu dingin < 16⁰C dengan tempat yang lebih nyaman dan luas yang membuat suasana kerja lebih nyaman sehingga operator menjadi lebih konsentrasi. Pencahayaan yang baik membuat operator lebih teliti dalam menghitung data tersebut walaupun waktu rata-rata operator untuk menghitung data paling besar dibandingkan dengan ruangan yang lain karena masih dalam percobaan pertama sehingga kelincahan jari dari operator tersebut masih kurang, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menghitung data-data tersebut. b. Pada percobaan kedua berada di ruangan yang bersuhu panas > 30⁰C dengan tempat yang kecil, siklus udara yang sangat minim, pencahayaan yang cukup terang dan banyaknya orang dalam satu ruangan menyebabkan operator menjadi tidak teliti dalam menghitung data, diakibatkan karena terburu-buru ingin cepat menyelesaikan pekerjaan. Walaupun operator sudah cukup cepat dalam menghitung data pada ruangan ini dibandingkan dengan ruangan yang lain, tetapi hal tersebut tidak terlalu berpengaruh karena ketidaknyamanan yang restu,anis, afif Page 1

22 practicum apk industrial engineering 01 dirasakan oleh operator membuat operator tersebut kehilangan konsentrasi karena rasa panas yang dirasakan. c. Pada percobaan ketiga berada di ruang yang bersuhu normal 0-30⁰C dengan siklus udara yang cukup baik dan pencahayaan yang kurang dalam ruangan tersebut. Hal ini mengakibatkan operator kurang teliti dalam menghitung data yang dikarenakan ruangan cukup gelap. Pada ruangan ini juga tidak terdapat fasilitas yang memadai untuk memudahkan operator menghitung data seperti tidak tersedianya kursi dan meja sehingga pekerjaan tersebut dilakukan dengan tidak ergonomis.. Operator (Afif) Berikut ini akan dijelaskan hasil analisa dari pengaruh iklim terhadap kinerja operator. a. Pada percobaan pertama berada di ruangan bersuhu dingin < 16⁰C yang mengakibatkan hasil kerja operator menjadi paling lamban dan kurang teliti dari ruangan yang lain, dikarenakan karena operator merasa terlalu nyaman dalam melakukan perhitungan data. Waktu rata-rata operator dalam ruangan yang bersuhu dingin ini paling besar dibandingkan dengan ruangan lainnya karena masih dalam percobaan pertama sehingga kelincahan jari dari operator tersebut masih kurang, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menghitung data-data tersebut. b. Pada percobaan kedua berada di ruangan bersuhu panas >30⁰C yang menyebabkan kinerja operator menjadi lebih cepat dari sebelumnya walaupun minimnya siklus udara yang ada dan panasnya udara menyebabkan operator terburu-buru untuk menyelesaikan pekerjaan. Kelincahan jari operator menjadi lebih baik dalam percobaan kedua ini menyebabkan waktu rata-rata yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan ruangan yang bersuhu dingin. c. Pada percobaan ketiga berada di ruangan yang bersuhu normal sekitar 0-30⁰C, operator melakukan perhitungan data paling baik daripada berada dalam ruangan dingin dan panas sebelumnya walaupun pada ruangan bersuhu normal kurang adanya pencahayaan namun sirkulasi udara pada ruangan tersebut cukup baik. Operator lebih mahir dalam menggunakan kalkulator sehingga waktu restu,anis, afif Page

23 practicum apk industrial engineering 01 rata-rata yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan ruangan-ruangan sebelumnya Grafik Perbandingan Iklim Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dalam melihat pengaruh antara suhu dan kinerja kerja operator, maka setelah melakukan data pengukuran waktu yang ditunjukkan pada Tabel 3.1, data tersebut disajikan pada Gambar 3.1. W a k t u Grafik Perbandingan Iklim Operator Dingin Panas Normal Jumlah Perhitungan Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Iklim Operator 1 Pada gambar diatas dijelaskan tentang perbandingan iklim dari operator 1 dalam mengitung data dalam ruangan bersuhu dingin, panas,dan normal dengan 18 kali melakukan perhitungan data. Berdasarkan grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa iklim lingkungan kerja tidak terlalu mempengaruhi kinerja dari operator 1. Walaupun pada saat penghitungan pertama kali yang berada di ruangan bersuhu dingin terdapat rentan waktu yang cukup jauh dikarenakan kelincahan jari yang kurang baik. W a k t u Grafik Perbandingan Iklim Operator Dingin Panas Normal Jumlah Perhitungan Gambar 3. Grafik Perbandingan Iklim Operator restu,anis, afif Page 3

24 practicum apk industrial engineering 01 Pada gambar di atas terlihat jelas bahwa iklim kerja dapat mempengaruhi kinerja operator. Pada gambar tersebut tertera waktu operator melakukan perhitungan data paling lama pada ruangan bersuhu dingin, dan waktu untuk melakukan perhitungan data yang paling cepat berada pada ruangan yang bersuhu normal Faktor Ketelitian Masing-masing operator memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda. Semua itu terjadi karena banyaknya faktor yang mempengaruhi tingkat ketelitian setiap operator, seperti kebisingan, pencahayaan dan lain-lain. Ada beberapa yang mempengaruhi tingkat ketelitian masing-masing operator pada tiga ruangan yang memiliki suhu ruangan yang berbeda-beda. 1. Operator 1 Faktor yang mempengaruhi kinerja operator 1 pada suhu panas yaitu kebisingan, tidak tersedianya fasilitas yang memadai, seperti meja dan kursi untuk melakukan pekerjaan, dan sirkulasi udara kurang. Pada suhu normal, faktor yang mempengaruhi kinerja operator 1 yaitu kebisingan, kurang adanya pencahayaan, dan tidak tersedianya fasilitas yang memadai, seperti meja dan kursi untuk melakukan pekerjaan. Dan pada suhu dingin, faktor yang mempengaruhi kinerja operator 1 yaitu kebisingan, dan tidak tersedianya fasilitas yang memadai, seperti meja dan kursi untuk melakukan pekerjaan.. Operator Adapun faktor yang mempengaruhi kinerja operator pada suhu panas yaitu kebisingan, tidak tersedianya fasilitas yang memadai, seperti meja dan kursi untuk melakukan pekerjaan, dan sirkulasi udara kurang. Pada suhu normal, faktor yang mempengaruhi kinerja operator pada suhu normal yaitu kebisingan, dan kurang adanya pencahayaan. Dan pada suhu dingin, faktor yang mempengaruhi kinerja operator pada suhu dingin yaitu kebisingan, serta tidak tersedianya fasilitas yang memadai, seperti meja dan kursi untuk melakukan pekerjaan. Masing-masing operator pun memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda pada setiap ruangan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor diatas. Terdapat operator yang memiliki restu,anis, afif Page 4

25 practicum apk industrial engineering 01 kinerja yang baik dengan hasil optimal pada saat berada dalam ruangan dengan suhu dingin, dan sebaliknya seperti pada Tabel 3.7 berikut ini: Tabel 3.7 Tingkat Ketelitian Setiap Operator Suhu Panas Suhu Normal Suhu Dingin Operator Operator Sumber : Pengamatan Data Uji Hipotesis ANOVA Setelah melakukan analisa terhadap data real yang diambil secara langsung dan telah diolah pada tabel ANOVA pada pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai beberapa hal pada pembahasan uji hipotesis ANOVA berikut untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kerja masingmasing operator. 1. Operator 1 (Restu) a. Formula Hipotesis H 0 H 1 = Tidak ada pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kerja operator. = Ada pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kerja operator. b. Tingkat Signifikansi α = 0,05, c. Aturan Keputusan Tolak H 0 dan terima H 1 jika F hit > F tabel. d. Pengambilan Keputusan F hit =,85 Karena F hit < F tabel = F hit < 3,179. e. Kesimpulan Tidak ada pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kerja operator.. Operator (Afif) a. Formula Hipotesis H 0 H 1 = Tidak ada pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kerja operator. = Ada pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kerja operator. restu,anis, afif Page 5

26 practicum apk industrial engineering 01 b. Tingkat Signifikansi Untuk α = 0,05 c. Aturan Keputusan Tolak H 0 dan terima H 1 jika F hit > F tabel. d. Pengambilan Keputusan F hit =,17 Karena F hit > F tabel = F hit > 3,179 e. Kesimpulan Ada pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kerja operator. restu,anis, afif Page 6

27 practicum apk industrial engineering 01 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut. 1. Operator 1 tidak ada pengaruh iklim terhadap kinerja kerja karena H 0 diterima, sedangkan terdapat pengaruh iklim terhadap kinerja kerja untuk operator karena H 0 ditolak.. Pada suhu dingin waktu rata-rata operator 1 adalah 33,1 detik dan memiliki tujuh kesalahan, dan waktu rata-rata dari operator adalah 40,8 detik dan memiliki tujuh kesalahan. Pada suhu panas waktu rata-rata dari operator 1 adalah 30,66 detik dan mempunyai sembilan kesalahan, dan waktu rata-rata dari operator adalah 35,56 detik dan mempunyai lima kesalahan. Pada suhu normal waktu rata-rata operator 1 adalah 31,39 detik dan mempunyai sepuluh kesalahan, dan waktu ratarata dari operator adalah 33,78 detik dan mempunyai tiga kesalahan. 3. Perbedaan suhu sangat mempengaruhi optimalnya operator dalam bekerja, ini dapat dilihat pada suhu dingin kerja operator 1 lebih optimal dibandingkan dengan suhu normal dan panas. Operator 1 melakukan tujuh kesalahan dan memiliki waktu rata-rata sebesar 33,1 detik sedangkan operator memiliki kinerja yang optimal pada suhu normal yaitu melakukan tiga kesalahan dan memiliki waktu rata-rata 33,78 detik, ini lebih baik dibandingkan dengan di suhu panas dan normal. 4. Berdasarkan pengolahan data dan analisa pada bab sebelumnya, kedua operator tidak melakukan kinerja yang optimal pada ruangan dengan suhu panas, ini di karenakan panas di dalam ruangan mengakibatkan ketelitian operator terganggu oleh faktor-faktor yang mengurangi efektifitas kerja, seperti kebisingan, panas, baubau, ruangan sempit sehingga pengap dan sesak. restu,anis, afif Page 7

28 practicum apk industrial engineering Saran Adapun saran pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut: 1. Dalam praktikum suhu dalam ruangan sebaiknya diukur dengan memperlihatkan hasil pengukuran suhu tersebut kepada praktikan agar data yang dilaporkan lebih valid sehingga benar-benar berpengaruh pada aktivitas kerja.. Ketika praktikan melakukan perhitungan data, sebaiknya disediakan meja dan kursi agar kinerja operator lebih maksimal dengan mempertimbangkan tingkat ergonomisnya dan operator dapat menggambarkan kondisi kerja yang sesungguhnya. restu,anis, afif Page 8

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment ERGONOMI Ergonomics Human Machine Work Environment RANCANGAN YANG ERGONOMIS Fokus Perhatian : MANUSIA dalam Perencanaan Man-Made Objects dan Lingkungan Kerja Tujuan Rancang Bangun dalam Menciptakan Produk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling utama dalam kerja dimana manusia berperan sebagai perencana dan

BAB I PENDAHULUAN. paling utama dalam kerja dimana manusia berperan sebagai perencana dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu lingkungan kerja, manusia mempunyai peranan yang paling utama dalam kerja dimana manusia berperan sebagai perencana dan perancang suatu sistem kerja.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Ergonomi Istilah Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergo berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan, sehingga ergonomi dapat diartikan sebagai studi tentang aspek manusia

Lebih terperinci

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT.

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Lingkungan Kerja Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Definisi Kebisingan Adalah bunyi yang tidak menyenangkan, bunyi yg menggangu. Pengukuran : - Sound level meter - Mikrofon - Sound Analyzer ALAT

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 11 LINGKUNGAN KERJA FISIK 2 Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Lingkungan Kerja

Lebih terperinci

SISTEM KERJA. Nurjannah

SISTEM KERJA. Nurjannah SISTEM KERJA Nurjannah Definisi Sistem Kerja Sistem adalah komponen komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama guna mencapai tujuan tertentu. Kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 10 LINGKUNGAN KERJA FISIK 1 Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Lingkungan Kerja

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES DENGAN MEMPERHATIKAN LINGKUNGAN DAN KETELITIAN KERJA OPERATOR

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES DENGAN MEMPERHATIKAN LINGKUNGAN DAN KETELITIAN KERJA OPERATOR ANALISIS KEMAMPUAN PROSES DENGAN MEMPERHATIKAN LINGKUNGAN DAN KETELITIAN KERJA OPERATOR Kim Budi Winarto a, Frida Budilasita b Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Surakarta a Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan lingkungan menyatakan bahwa setiap manusia mengupayakan kesehatan lingkungan yang salah satunya, lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Permukiman Lingkungan pemukiman/perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2000:10), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peran tenaga kerja agar efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Bunyi dapat dihasilkan oleh dua benda yang saling berbenturan, alat musik, percakapan manusia, suara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan kerja 2.1.1 Definisi Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai secara langsung.

BAB II LANDASAN TEORITIS. karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai secara langsung. BAB II LANDASAN TEORITIS A. Uraian Teoritis 1. Pengertian Lingkungan Kerja Lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangat perlu mendapat perhatian, karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai

Lebih terperinci

MODUL III LINGKUNGAN KERJA FISIK

MODUL III LINGKUNGAN KERJA FISIK BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri, sumber daya manusia merupakan salah satu aspek terpenting dalam jalannya sistem. Namun seringkali banyak ditemui halangan keberhasilan dikarenakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan data penelitian yang telah diolah, penulis menemukan hal-hal sebagai berikut : 1. Miskonsepsi yang terungkap melalui penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Budaya adalah penentu yang kuat dari keyakinan, sikap dan perilaku orang, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Budaya adalah penentu yang kuat dari keyakinan, sikap dan perilaku orang, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Organisasi 2.1.1 Pengertian Budaya Organisasi Budaya adalah penentu yang kuat dari keyakinan, sikap dan perilaku orang, dan pengaruhnya dapat diukur melalui bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang 1. Grafik antara tekanan gas y yang massanya tertentu pada volume tetap sebagai fungsi dari suhu mutlak x adalah... a. d. b. e. c. Menurut Hukum Gay Lussac menyatakan

Lebih terperinci

Evaluasi Lingkungan Fisik Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan Pada PLTU Unit 1 dan 2 PT. Indonesia Power UBP Semarang

Evaluasi Lingkungan Fisik Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan Pada PLTU Unit 1 dan 2 PT. Indonesia Power UBP Semarang Evaluasi Lingkungan Fisik Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan Pada PLTU Unit 1 dan 2 PT. Indonesia Power UBP Semarang Annisa Qisti Nurdinati, KRMT. Haryo Santoso, *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) PERTEMUAN #6 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Robbins & Coulter (2011) manajemen melibatkan aktivitas aktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini

BAB II LANDASAN TEORI. aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Kerja 2.1.1 Definisi Lingkungan Kerja Aspek yang menunjang manusia untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini

Lebih terperinci

Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik Kerja Terhadap Waktu Penyelesaian Pekerjaan:Studi Laboratorium

Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik Kerja Terhadap Waktu Penyelesaian Pekerjaan:Studi Laboratorium Performa (2011) Vol. 10, No.1: 19-28 Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik Kerja Terhadap Waktu Penyelesaian Pekerjaan:Studi Laboratorium R. Hari Setyanto Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 2.1 Konsentrasi Belajar 2.1.1. Definisi Konsentrasi Belajar Konsentrasi belajar merupakan suatu prilaku dan fokus perhatian siswa untuk dapat memperhatikan

Lebih terperinci

BIOAKUSTIK. Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi,

BIOAKUSTIK. Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi, BIOAKUSTIK Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi, Bioakustik membahas bunyi yang berhubungan dengan makhluk hidup, terutama manusia. Bahasan bioakustik: proses pendengaran dan instrumen

Lebih terperinci

ASPEK PENCAHAYAAN DALAM PEKERJAAN PEMERIKSAAN VISUAL

ASPEK PENCAHAYAAN DALAM PEKERJAAN PEMERIKSAAN VISUAL ASPEK PENCAHAYAAN DALAM PEKERJAAN PEMERIKSAAN VISUAL Etika Muslimah 1, Much. Djunaedi 2, Galih Obor Nusa 3 1,2,3 Jurusan Teknik Indutri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja yang nyaman, aman dan kondusif dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Salah satu diantaranya adalah lingkungan kerja yang bebas dari kebisingan.

Lebih terperinci

PENGARUH PENCAHAYAAN, KEBISINGAN DAN TEMPERATUR TERHADAP PERFORMANSI KERJA

PENGARUH PENCAHAYAAN, KEBISINGAN DAN TEMPERATUR TERHADAP PERFORMANSI KERJA PENGARUH PENCAHAYAAN, KEBISINGAN DAN TEMPERATUR TERHADAP PERFORMANSI KERJA Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta E-mail: indahpratiwi.ums@gmail.com Abstrak Kondisi kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila berada

Lebih terperinci

bagian atau disebut juga aspek pembentuk lingkungan kerja. Adapun beberapa

bagian atau disebut juga aspek pembentuk lingkungan kerja. Adapun beberapa BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENGERTIAN LINGKUNGAN KERJA Untuk dapat menyusun perencanaan lingkungan kerja dengan baik, manajemen perusahaan harus benar-benar mengetahui unsur-unsur apa saja yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan

Lebih terperinci

LINGKUNGAN KERJA FISIK

LINGKUNGAN KERJA FISIK 81 LINGKUNGAN KERJA FISIK A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan temperatur terhadap hasil kerja dan Menentukan tingkat temperatur yang optimal. 2. Mengetahui hubungan antara intensitas

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

Getaran, Gelombang dan Bunyi

Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran 01. EBTANAS-06- Pada getaran selaras... A. pada titik terjauh percepatannya maksimum dan kecepatan minimum B. pada titik setimbang kecepatan dan percepatannya maksimum

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan dan kemajuan dalam bidang teknologi berkembang dengan sangat pesat, perkembangan ini dirasakan hampir disemua sektor industri, salah

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Gelombang - - GELOMBANG - GELOMBANG ------------------------------- 1 Gelombang Gelombang Berjalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Kantor Menurut George Terry (dikutip Sayuti 2013:8) mengemukakan manajemen kantor ialah perencanaan, pengendalian dan pengorganisasian pekerjaan perkantoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Sehingga perusahaan perlu untuk berhati-hati dalam merekrut

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Sehingga perusahaan perlu untuk berhati-hati dalam merekrut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah perusahaan, sumber daya manusia merupakan aset yang paling berharga dimana aset tersebut yang selanjutnya akan menggerakkan asetaset lainnya. Sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi juga diartikan sebagai kolektivitas orang-orang yang bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi juga diartikan sebagai kolektivitas orang-orang yang bekerja sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi pada dasarnya adalah salah satu unit sosial yang dikoordinasikan secara sengaja terdiri dari dua orang atau lebih yang berfungsi dan berwenang untuk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Tinjauan Statistik 3.1.1 Analisis Deskriptif Analisis statistik deskriptif adalah suatu metode analisis yang merupakan teknik mengumpulkan, mengolah, menyederhanakan, menyajikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebisingan adalah salah satu kondisi lingkungan kerja yang mempengaruhi performansi kerja seseorang. Pada dasarnya, segala bunyi yang tidak dikehendaki oleh penerimanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan serta keselamatan kerja merupakan masalah penting dalam setiap proses operasional di tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kerja. 2 Iklim kerja atau cuaca kerja yang terlalu panas atau dingin dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan industri dengan produk dan distribusinya telah menimbulkan suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kenyamanan adalah bagian dari salah satu tujuan utama dari ilmu ergonomika yang harus dicapai. Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. Kenyamanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kompensasi dan Jenis-Jenis Kompensasi 1. Pengertian Kompensasi Seseorang yang telah ikut bekerjasama dalam suatu perusahaan/organisasi sering disebut sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara tersebut ikut bergetar (Harnapp dan Noble, 1987). dirasakan sebagai gangguan (Mangunwijaya, 1988).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara tersebut ikut bergetar (Harnapp dan Noble, 1987). dirasakan sebagai gangguan (Mangunwijaya, 1988). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bunyi Bunyi dihasilkan dari pergesekan benda padat, gas, cair atau kombinasinya. Pergesekan tersebut mengakibatkan geteran yang akan menganggu keseimbangan molekul-molekul udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 guna mewujudkan manusia

Lebih terperinci

LINGKUNGAN KERJA FISIK

LINGKUNGAN KERJA FISIK LINGKUNGAN KERJA FISIK A. DESKRIPSI Menurut Sedarmayanti (1996),lingkungan kerja fisik adalah semua yangterdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja baik secaralangsung maupun tidak

Lebih terperinci

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari FISIKA 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari MATERI Satuan besaran Fisika Gerak dalam satu dimensi Gerak dalam dua dan tiga dimensi Gelombang berdasarkan medium (gelombang mekanik dan elektromagnetik) Gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB I PENDAHULUAN. untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja bila berada pada kondisi yang ekstrim. Kondisi temperatur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Temperatur Udara 2.1.1 Definisi Temperatur Udara Temperatur yaitu tingkat panas suatu benda yang berhubungan dengan energi, dengan berbagai skala, dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi iklim kerja yang kurang sesuai, seperti suhu lingkungan kerja yang terlalu panas atau dingin, dapat menimbulkan masalah kesehatan pekerja. Iklim kerja panas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas seseorang sangat dipengaruhi banyak faktor, misalnya daya ingat (memory), kondisi lingkungan kerja, kondisi psikologis dan mental, kondisi fisiologis, dan

Lebih terperinci

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011 ERGONOMI - TEMPERATUR - Universitas Mercu Buana 2011 Tubuh Manusia dan Temperatur Kroemer & Kroemer,, 2001) Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga

Lebih terperinci

GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI

GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran 01. EBTANAS-06-24 Pada getaran selaras... A. pada titik terjauh percepatannya maksimum dan kecepatan minimum B. pada titik setimbang kecepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan merugikan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan teknologi yang semakin maju ini, dunia pendidikan dituntut agar dapat lebih bersaing, sehingga dunia pendidikan diharapkan

Lebih terperinci

2) Ukuran Data Tidak Sama k n i T 2.. JKT = X 2 ij - i=1 j=1 N k JKK = T 2 i. T 2.. i=1 n i N JKG = JKT - JKK Sumber Jumlah db Kuadrat Tengah F. Hitun

2) Ukuran Data Tidak Sama k n i T 2.. JKT = X 2 ij - i=1 j=1 N k JKK = T 2 i. T 2.. i=1 n i N JKG = JKT - JKK Sumber Jumlah db Kuadrat Tengah F. Hitun MODUL DISTRIBUSI F (ANOVA) I. PENDAHULUAN Ditemukan oleh seorang ahli statistik yang bernama R.A. Fisher pada tahun 1920. Distribusi F/ANOVA adalah prosedur statistika untuk mengkaji (mendeterminasi) apakah

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Pengukuran Lingkungan Kerja 6.1.1 Pengukuran Pencahayaan Ruang Kerja Radar Controller Pada ruang Radar Controller adalah ruangan bekerja para petugas pengatur lalu lintas udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Dinamisnya mobilitas penduduk

Lebih terperinci

Analisis Varian. Statistika Ekonomi. Ir Tito Adi Dewanto

Analisis Varian. Statistika Ekonomi. Ir Tito Adi Dewanto Analisis Varian Statistika Ekonomi Ir Tito Adi Dewanto 1 Uji Anova Anova : menguji rata-rata satu kelompok / lebih melalui satu variabel dependen / lebih berbeda secara signifikan atau tidak. ONE WAY ANOVA

Lebih terperinci

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN JOB INSECURITY TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN DAMPAKNYA PADA KINERJA KARYAWAN OUTSOURCING (STUDI KASUS MALL LIPPO CIKARANG)

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN JOB INSECURITY TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN DAMPAKNYA PADA KINERJA KARYAWAN OUTSOURCING (STUDI KASUS MALL LIPPO CIKARANG) PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN JOB INSECURITY TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN DAMPAKNYA PADA KINERJA KARYAWAN OUTSOURCING (STUDI KASUS MALL LIPPO CIKARANG) Selby Kristanti Binus University, Jakarta, DKI Jakarta,

Lebih terperinci

SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi. Oleh

SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi. Oleh SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi Oleh Diar Arsyianti ( 406112402734) Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

Jadi penataan ruang kantor merupakan faktor penting yang menunjang kelancaran suatu pekerjaan.

Jadi penataan ruang kantor merupakan faktor penting yang menunjang kelancaran suatu pekerjaan. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian manajemen kantor dan kantor Menurut Mills (2007:6) mengatakan bahwa manajemen kantor adalah cabang manajemen yang berhubungan dengan pemerolehan, perekaman, penganalisaan

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU HIGIENE LINGKUNGAN KERJA ANALISIS HIGIENE LINGKUNGAN KERJA DI BATIK EL-DYNA. Oleh : ELVI DINA YUNIATI D

TUGAS INDIVIDU HIGIENE LINGKUNGAN KERJA ANALISIS HIGIENE LINGKUNGAN KERJA DI BATIK EL-DYNA. Oleh : ELVI DINA YUNIATI D TUGAS INDIVIDU HIGIENE LINGKUNGAN KERJA ANALISIS HIGIENE LINGKUNGAN KERJA DI BATIK EL-DYNA Oleh : ELVI DINA YUNIATI D11.2012.01487 FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG JUNI 2013 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Gelombang Bunyi - Latihan Soal Doc. Name: K13AR12FIS0101 Version : 2015-09 halaman 1 01. Efek Doppler menunjukkan perubahan. (A) kekerasan suara (B) nada (C) amplituda (D) kecepatan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA DAN MASA KERJA TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAHAN (Suatu Studi di Industri X Tahun 2014)

PENGARUH LAMA DAN MASA KERJA TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAHAN (Suatu Studi di Industri X Tahun 2014) PENGARUH LAMA DAN MASA KERJA TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAHAN (Suatu Studi di Industri X Tahun 2014) Neila Mokoagow, Dian Saraswati, Sri Manovita Pateda 1 nelamokoagow@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah proses belajar-mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar- mengajar tersebut melibatkan peran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STATISTIK ELEMENTER UJI ANALISIS VARIAN DUA ARAH (TWO WAY ANOVA) Dosen Pengampu Dr. Sri Harini, M.Si

LAPORAN PRAKTIKUM STATISTIK ELEMENTER UJI ANALISIS VARIAN DUA ARAH (TWO WAY ANOVA) Dosen Pengampu Dr. Sri Harini, M.Si LAPORAN PRAKTIKUM STATISTIK ELEMENTER UJI ANALISIS VARIAN DUA ARAH (TWO WAY ANOVA) Dosen Pengampu Dr. Sri Harini, M.Si Oleh Nurul Anggraeni Hidayati NIM. 14610002 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP SELEKSI TINGKAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP SELEKSI TINGKAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007 SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP SELEKSI TINGKAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007 Tes Pilihan Ganda Petunjuk: Pilihlah salah satu opsi jawaban yang paling benar, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada

Lebih terperinci

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja Standar Nasional Indonesia Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja ICS 13.100 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas, ada masalah-masalah terkait kenyamanan yang akan dibahas dalam laporan ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas, ada masalah-masalah terkait kenyamanan yang akan dibahas dalam laporan ini yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Pada kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari sebuah aktivitas yaitu makan. Makan adalah sebuah aktivitas manusia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Cultivator Mesin pertanian yang digunakan adalah cultivator Yanmar tipe Te 550 n. Daya rata - rata motor penggerak bensin pada cultivator ini sebesar 3.5 hp (putaran

Lebih terperinci

ATMOSFER I. A. Pengertian, Kandungan Gas, Fungsi, dan Manfaat Penyelidikan Atmosfer 1. Pengertian Atmosfer. Tabel Kandungan Gas dalam Atmosfer

ATMOSFER I. A. Pengertian, Kandungan Gas, Fungsi, dan Manfaat Penyelidikan Atmosfer 1. Pengertian Atmosfer. Tabel Kandungan Gas dalam Atmosfer KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian dan kandungan gas atmosfer. 2. Memahami fungsi

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) Julianus Hutabarat,Nelly Budiharti, Ida Bagus Suardika Dosen Jurusan Teknik Industri,Intitut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter, kapasitas

Lebih terperinci

Gelombang Bunyi. Keterangan: γ = konstanta Laplace R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K)

Gelombang Bunyi. Keterangan: γ = konstanta Laplace R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K) Gelombang Bunyi Bunyi termasuk gelombang mekanik, karena dalam perambatannya bunyi memerlukan medium perantara. Ada tiga syarat agar terjadi bunyi yaitu ada sumber bunyi, medium, dan pendengar. Bunyi dihasilkan

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari

Lebih terperinci

Analisis Ragam & Rancangan Acak Lengkap Statistik (MAM 4137)

Analisis Ragam & Rancangan Acak Lengkap Statistik (MAM 4137) 10th Meeting Analisis Ragam & Rancangan Acak Lengkap Statistik (MAM 4137) by Ledhyane I.H Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa akan dapat menggunakan rangkaian prosedur percobaan dengan menggunakan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang, sedangkan di era krisis global saat ini kebutuhan hidup melambung tinggi termasuk

Lebih terperinci

Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16

Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16 Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16 Adanya Ancaman zat zat dan kondisi lingkungan yang berbahaya perlu mendapatkan perhatian khusus untuk melindungi dan mencegah pekerja dari dampak buruk yang dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

UN SMA IPA Fisika 2015

UN SMA IPA Fisika 2015 UN SMA IPA Fisika 2015 Latihan Soal - Persiapan UN SMA Doc. Name: UNSMAIPA2015FIS999 Doc. Version : 2015-10 halaman 1 01. Gambar berikut adalah pengukuran waktu dari pemenang lomba balap motor dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci