IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Transkripsi

1 70 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bogor Aspek Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat. Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak antara 6 o 19 6 o 47 LS dan 106 o o 103 BT. Sebelah Utara, Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kota Depok dan DKI Jakarta, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Cianjur, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak Provinsi Banten dan tengahtengah terletak Kota Bogor. Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta, sebelah Barat Daya berbatasan dengan Kabupaten Tangerang serta di sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± ,304 Ha, dengan tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian Utara hingga dataran tinggi di bagian Selatan, yaitu sekitar 29,28% berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut (dpl), 42,62% berada pada ketinggian meter dpl, 19,53% berada pada ketinggian meter dpl, 8,43% berada pada ketinggian meter dpl dan 0,22% berada pada ketinggian meter dpl. Kabupaten Bogor memiliki 40 Kecamatan, 428 Desa/Kelurahan, RW dan RT. Mayoritas desa di Kabupaten Bogor mempunyai ketinggian kurang dari 500 m pada permukaan laut, yaitu sebanyak 234 desa, sedangkan diantara m terdapat 144 desa dan selebihnya sekitar 50 desa berada lebih dari 500 m dari permukaan laut. Berdasarkan klasifikasi daerah, yang dilihat dari aspek potensi lapangan usaha, kepadatan penduduk dan sosial di wilayah Kabupaten Bogor terdapat kategori desa perkotaan sebanyak 96 desa dan desa pedesaan sebanyak 332 desa.

2 71 Tabel 15. Banyaknya desa menurut desa perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Bogor Tahun 2008 No. Kecamatan Desa Perkotaan Desa Pedesaan Jumlah 1 Nanggung Leuwiliang Leuwisadeng Pamijahan Cibungbulang Ciampea Tenjolaya Dramaga Ciomas Tamansari Cijeruk Cigombong Caringin Ciawi Cisarua Megamendung Sukaraja Babakanmadang Sukamakmur Cariu Tanjungsari Jonggol Cileungsi Klapanunggal Gunung Putri Citeureup Cibinong Bojonggede Tajurhalang Kemang Rancabungur Parung Ciseeng Gunung Sindur Rumpin Cigudeg Sukajaya Jasinga Tenjo Parung Panjang Kabupaten Bogor Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Bogor 2009

3 Aspek Geomorfologis Kondisi morfologi Kabupaten Bogor sebagian besar berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa dan basalt. Gabungan batu tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif lulus air dimana kemampuannya meresapkan air hujan tergolong besar. Jenis pelapukan batuan ini relatif rawan terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang tinggi. Selanjutnya, jenis tanah penutup didominasi oleh material vulkanik lepas agak peka dan sangat peka terhadap erosi, antara lain Latosol, Aluvial, Regosol, Podsolik dan Andosol. Oleh karena itu, beberapa wilayah rawan terhadap tanah longsor. Dataran rendah Kabupaten Bogor terletak di bagian Utara Kabupaten Bogor, tepatnya di lembah Sungai Ciliwung dan Cisadane, sedangkan dataran tinggi terletak di wilayah bagian Selatan, berupa pegunungan, dengan puncak Gunung Halimun (1.764 m), Gunung Salak (2.211 m) serta Gunung Pangrango (3.018 m), yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Kabupaten Bogor terletak pada ketinggian m dari permukaan laut. Desa yang tersebar di Kabupaten Bogor mayoritas memiliki ketinggian kurang dari 500 m dari permukaan laut. Rincian ketinggian dan persentase wilayah Kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16. Pembagian wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan ketinggian tempat No Pembagian Wilayah Ketinggian Tempat (m DPL) Persentase (%) 1 Wilayah Dataran Rendah ,28 2 Wilayah Dataran bergelombang ,62 3 Wilayah Pegunungan ,53 4 Wilayah Pegunungan Tinggi ,34 5 Wilayah Puncak Gunung ,22 Sumber: Rencana Strategi Kabupaten Bogor Kemiringan lahan di Kabupaten Bogor cukup bervariasi dari 0% 100% dan dikelompokkan menjadi empat, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 17.

4 73 Tabel 17. Kemiringan lahan di Kabupaten Bogor Kelompok Kemiringan Kecamatan 1 0 5% Nanggung, Cigudeg dan Gunung Sindur % Jonggol, Rumpin, Cariu, Parung Panjang, Tenjo, Pamijahan, Leuwiliang dan Jasinga % Cijeruk, Ciempea, Dramaga, Bojonggede, Parung, Megamendung, Cisarua, Cibungbulang, Caringin, Ciomas, Cileungsi dan Kemang % Citeureup, Ciawi, Sukaraja, Gunung Putri dan Cibinong Sumber: Rencana Strategi Kabupaten Bogor Aspek Klimatologi Iklim wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah (tipe A) di bagian Selatan dan iklim tropis basah (tipe B) di bagian Utara, dengan ratarata curah hujan tahunan mm/tahun, kecuali di wilayah bagian Utara dan sebagian kecil wilayah Timur curah hujan kurang dari mm/tahun. Suhu ratarata di wilayah Kabupaten Bogor adalah C, dengan ratarata tahunan sebesar 25 C. Iklim panas hampir meliputi semua wilayah Kabupaten Bogor, baik Bogor bagian Barat, Bogor Tengah maupun Bogor Timur. Sementara iklim sejuk dan sejuk sekali berada di beberapa wilayah Bogor Barat dan Bogor Tengah, seperti di Kecamatan Rumpin, Cijeruk, Leuwiliang, Nanggung, Pamijahan, Cigudeg, Nanggung, Ciawi dan Cisarua. Kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah, dengan ratarata 1,2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka ratarata sebesar 146,2 mm/bulan. Curah hujan tahunan berkisar antara mm sampai lebih dari mm/tahun Aspek Demografi dan Sosial Budaya Kependudukan Kabupaten Bogor sebagian besar terdiri dari etnik suku bangsa Sunda dan sebagian suku Betawi. Bahasa utama adalah bahasa Sunda. Pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial berkaitan dengan kualitas manusia dan masyarakat Kabupaten Bogor. Kondisi tersebut tercermin pada kuantitas dan kualitas penduduk seperti pendidikan, kesehatan, tingkat kemiskinan, kesempatan kerja, pemuda, olahraga, kebudayaan dan tingkat kriminalitas.

5 74 Pembangunan bidang pendidikan telah dilaksanakan dengan menitikberatkan pada upaya rintisan akselerasi penuntasan program wajib belajar 9 tahun melalui pendidikan formal maupun non formal. Pada rentang tahun , indeks pendidikan meningkat dari 75,60 pada tahun 2003 menjadi 78,39 pada tahun 2010 atau sebesar 2,79 poin. Pencapaian indeks pendidikan merupakan gabungan dari Angka Melek Huruf (AMH) dan Ratarata Lama Sekolah (RLS). AMH meningkat dari 92,80% pada tahun 2003 menjadi 95,02% pada tahun Ratarata lama sekolah meningkat dari 6,18 tahun pada tahun 2003 menjadi 7,98 tahun pada tahun 2010 atau sebesar 1,80 poin. Indeks pendidikan menunjukkan tingkat kualitas SDM Kabupaten Bogor. Walaupun terjadi peningkatan indeks pendidikan Kabupaten Bogor yang ditunjukkan oleh Angka Melek Huruf (AMH) dan Ratarata Lama Sekolah (RLS), namun capaian ini belum cukup untuk dapat mengakses peluang kerja yang tercipta di sektor industri pengolahan yang menyumbang 60,12% PDRB Kabupaten Bogor. Hal ini berdampak kepada angka pengangguran terbuka di Kabupaten Bogor sebesar 10,64% pada tahun Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2010 sebanyak jiwa, terdiri dari penduduk lakilaki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa atau rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 106, artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 106 lakilaki. Struktur penduduk akan mempengaruhi angka beban tanggungan (dependency ratio), pada tahun 2010 setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Bogor akan menanggung sekitar 54 orang penduduk usia tidak produktif. Berkenaan dengan pembangunan kualitas hidup penduduk Kabupaten Bogor, perkembangan kualitas sumberdaya manusia Kabupaten Bogor menunjukkan kondisi yang semakin membaik. Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dihitung berdasarkan tiga indikator, yaitu: indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks daya beli. IPM Kabupaten Bogor meningkat sebesar 4,35 dari angka 67,81 pada tahun 2003 menjadi 72,16 pada tahun Secara rinci nilai tersebut merupakan kontribusi dari komponen pembentuknya, terdiri dari angka harapan hidup (68,86 tahun), angka melek huruf (95,02%), ratarata lama sekolah (7,98 tahun) dan kemampuan daya beli masyarakat sebesar Rp / kapita/bulan.

6 75 Pada periode secara umum terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin dari menjadi (naik 18,86%). Selanjutnya dari tahun 2006 sampai tahun 2010 jumlah penduduk miskin cenderung mengalami penurunan yaitu dari menjadi (turun 11,06%). Persentase jumlah penduduk miskin pada periode secara umum mengalami kenaikan dari 12,54% menjadi 13,83% dan mengalami penurunan pada periode dari 13,83% menjadi 9,97%. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten Bogor sebanyak jiwa, sedangkan tahun 2010 jumlahnya meningkat mencapai jiwa. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dalam kurun waktu sepuluh tahun, ratarata adalah 3,15%. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2010 berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel 18.

7 76 Tabel 18. Jumlah penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2010 No. Kecamatan Lakilaki Perempuan Jumlah 1 Nanggung Leuwiliang Leuwisadeng Pamijahan Cibungbulang Ciampea Tenjolaya Dramaga Ciomas Tamansari Cijeruk Cigombong Caringin Ciawi Cisarua Megamendung Sukaraja Babakan Madang Sukamakmur Cariu Tanjungsari Jonggol Cileungsi Klapanunggal Gunung Putri Citeureup Cibinong Bojonggede Tajurhalang Kemang Rancabungur Ciseeng Gunung Sindur Rumpin Cigudeg Sukajaya Jasinga Tenjo Parung Panjang Kabupaten Bogor Sumber : Hasil Sensus Penduduk 2010 (BPS Kabupaten Bogor, 2011).

8 77 Kepadatan penduduk mencerminkan banyaknya penduduk tiap satuan luas wilayah. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, kepadatan penduduk Kabupaten Bogor adalah hampir 18 orang per ha. Adapun kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi adalah Kecamatan Ciomas yaitu mencapai 91 orang per ha, disusul kecamatan Bojonggede sebanyak 80 orang per ha dan Kecamatan Cibinong sebanyak 75 orang per ha Aspek Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor pasca krisis tahun 1997 menunjukkan kecenderungan meningkat, yang dikontribusikan oleh tiga sektor utama yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi tersebut belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan masih tingginya jumlah pengangguran dan penduduk miskin. PDRB Kabupaten Bogor berdasarkan harga berlaku pada tahun 2010 mencapai Rp 73,80 triliun, lebih besar dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu sebesar Rp 44,79 triliun. Nilai PDRB berdasarkan harga konstan, yaitu semula sebesar Rp 26,54 triliun pada tahun 2006, kemudian naik menjadi Rp 32,53 triliun pada tahun Sedangkan pendapatan per kapita menurut PDRB harga berlaku, pada tahun 2007 sebesar Rp /kapita/tahun meningkat menjadi Rp /kapita/tahun pada tahun Selama lima tahun terakhir, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor menunjukkan peningkatan pada setiap tahun, yaitu semula LPE adalah 4,81% pada tahun 2003, meningkat menjadi 4,32% pada tahun 2009 dan 5,09% pada tahun Kondisi ini mengungkapkan bahwa telah terjadi perkembangan ekonomi yang menggembirakan di wilayah Kabupaten Bogor, dengan kontribusi terbesarnya berasal dari sektor sekunder. Kondisi struktur ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2010, bila dilihat berdasarkan nilai PDRB harga berlaku, maka kelompok sektor sekunder (industri manufaktur, listrik, gas dan air serta bangunan) memberikan kontribusi terbesar, yaitu sebesar 67,23%, kemudian sektor tersier (perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan, jasajasa lainnya) yakni sebesar 27,18% dan kontribusi terkecil adalah dari sektor primer (pertanian dan pertambangan), yaitu hanya 5,59% dari total PDRB Kabupaten Bogor dan kontribusi dari sektor primer ini menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun.

9 78 Pertumbuhan ekonomi akan berarti peningkatan kesejahteraan apabila tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut lebih besar dari tingkat inflasi di setiap tahun yang sama. Tingkat inflasi Jawa Barat yang tercatat pada tahun 2008 sebesar 11,11% atau naik dua kali lipat dibandingkan tahun 2007 (5,1%). Tingkat inflasi di Jawa Barat lebih tinggi dibandingkan dengan ratarata inflasi nasional selama tahun 2008 yang sebesar 11,06% Aspek Pelayanan Umum Pendidikan Kondisi kinerja pembangunan bidang pendidikan mengalami perubahan fluktuatif. Berdasarkan data pada Bappeda Kabupaten Bogor Tahun 2010, angka partisipasi kasar SD/MI sebesar 127,27%, sementara angka partisipasi murni SD/MI sebesar 109,34%. Pada tingkat SMP/MTs, angka partisipasi kasar sebesar 93,67% dan angka partisipasi murni sebesar 81,98%. Sementara itu pada tingkat SMA/MA, angka partisipasi kasar sebesar 42,25% dan angka partisipasi murninya sebesar 40,70%. Banyaknya sekolah di Kabupaten Bogor pada tahun dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 19. Banyaknya sekolah di Kabupaten Bogor Tahun Jumlah Sekolah Negeri Swasta Negeri Swasta SD SLTP SLTA Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, Kesehatan Status kesehatan penduduk dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah layanan kesehatan. Efektifitas layanan kesehatan secara makro ditentukan oleh aksesibilitas sarana serta tenaga pemberi layanannya. Sarana kesehatan yang digunakan masyarakat terdiri dari rumah sakit, puskemas dan balai pengobatan. Sedangkan pemberi layanan di antaranya adalah dokter, perawat, bidang dan apoteker. Aksesibilitas juga dipengaruhi oleh luas wilayah layanan serta jumlah yang harus dilayani. Semakin luas wilayah layanan, maka semakin berat upaya yang harus dilakukan untuk menjangkau masyarakat dan dijangkau masyarakat. Demikian pula semakin banyak jumlah penduduk, maka semakin besar beban tugas yang harus dilakukan.

10 79 Berdasarkan data pada Bappeda Kabupaten Bogor pada tahun 2010, rasio cakupan pelayanan kesehatan dasar penduduk dimana perbandingan puskesmas dengan penduduk adalah 1 : dan perbandingan pustu dengan penduduk sebesar 1 : Selain itu pada tahun 2010, cakupan pelayanan kesehatan dasar gakin sebesar 29,7%, angka kesembuhan TB baru mencapai 59,10%; ibu hamil gizi baik sebesar 91,5%, balita kurang energi protein sebesar 9,9%, balita gizi baik sebesar 88,9%. Pada tahun 2010, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompetensi baru mencapai 58,05% dan cakupan pelayanan UCI desa/ baru mencapai 67,76% Sarana dan Prasarana Umum Panjang ideal jalan dalam melayani pergerakan masyarakat berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah dan PDRB Kabupaten Bogor adalah 3.680,60 km. Sedangkan panjang jalan yang ada adalah km atau 47,77% dari kebutuhan ideal, yang terdiri dari jalan nasional sepanjang km, jalan provinsi km dan jalan kabupaten yang bernomor ruas sepanjang km. Selain itu, terdapat pula jalanjalan yang tidak bernomor ruas dan jalanjalan desa dengan jumlah yang terus bertambah pada setiap tahun, akibat pembukaan jalan baru atau peningkatan jalan yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat ataupun pengusaha. Panjang jalan di Kabupaten Bogor sampai dengan bulan Desember 2007 dalam kondisi mantap (kondisi baik dan sedang) adalah sepanjang 1.032,60 km atau 68,54%, sedangkan sisanya sepanjang 473,97 km atau sebesar 31,46% dalam kondisi rusak. Belum maksimalnya infrastruktur transportasi dalam memfasilitasi pergerakan masyarakat disebabkan rendahnya jumlah jalan mantap dan pembangunan jalanjalan baru serta belum maksimalnya struktur konstruksi jalan. Kondisi tersebut diperburuk dengan tingginya beban lalu lintas yang sering melampaui kapasitas. Berdasarkan data jumlah bangunan rumah tinggal yang layak huni sebanyak bangunan yang ada di Kabupaten Bogor, sampai saat ini yang memiliki IMB baru mencapai 52% sedangkan bangunan lainnya sebanyak bangunan antara lain bangunan industri, bangunan perdagangan dan bangunan peribadatan serta perkantoran yang memiliki IMB sebanyak ± 74,2%. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana permukiman seperti, perumahan dan cakupan layanan air bersih sangat penting bagi masyarakat.

11 80 Jumlah rumah di Kabupaten Bogor pada tahun 2006 sebanyak unit, dengan jumlah rumah terbanyak terdapat di Kecamatan Ciampea sebanyak unit (rumah permanen unit dan rumah tidak permanen unit), dan jumlah rumah paling sedikit di Kecamatan Rancabungur sebanyak unit. Permukiman kumuh tersebar di 187 lokasi pada luas lahan 240 Ha dengan jumlah bangunan sebanyak unit dan dihuni oleh keluarga (KK). Jumlah rumah yang berdiri di daerah limitasi sebanyak rumah dan dihuni oleh KK, yaitu terletak di bantaran sungai sebanyak rumah dihuni KK serta terletak di bawah jaringan listrik tegangan tinggi sebanyak rumah dihuni KK Kebijakan Penataan Ruang Pola pemanfaatan ruang di Kabupaten Bogor mencakup pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya. Sebagian besar wilayah di sebelah selatan sepanjang perbatasan Kabupaten Bogor menjadi kawasan lindung karena memiliki hutan yang cukup lebat, topografi, elevasi dan curah hujan yang tinggi. Sedangkan kawasan budidaya tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor. Secara umum, tata ruang Kabupaten Bogor terbentuk dengan struktur ruang wilayah yang menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem perwilayahan pengembangan, merupakan bentuk/gambaran sistem pelayanan berhirarki, yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pelayanan serta mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan dan perkotaan di wilayah Kabupaten Bogor. a. Sistem perdesaan yang meliputi pola penggunaan lahan budidaya yang terdiri atas penggunaan hutan, perkebunan, kebun campuran, semak/belukar, tanah kosong, pemukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan dengan luasan untuk kegiatan kebun campuran ,5 Ha (28,48%), pemukiman ,2 Ha (15,99%), semak belukar ,1 Ha (15,03%), hutan vegetasi lebat dan perkebunan/tanaman tahunan ,3 Ha (19,33%), sawah irigasi/ tadah hujan Ha (7,95%), tanah kosong ,9 Ha (12,15%). Masalah yang dihadapi adalah meningkatnya konversi lahan dari pertanian ke non pertanian yaitu peningkatan luas permukiman sebesar Ha dan menjadi tanah kosong seluas Ha, kebun campuran seluas Ha, sebagian besar menggunakan lahan

12 81 semak/belukar seluas Ha, sawah irigasi seluas Ha, kebun campuran seluas 552,6 Ha, sawah tadah hujan seluas 676 Ha, perkebunan 712 Ha, hutan/vegetasi lebat 126 Ha dan badan air 242 Ha. Areal lahan yang mengalami penurunan yaitu pada lahan sawah irigasi seluas Ha, sawah tadah hujan seluas Ha, perkebunan seluas Ha, hutan seluas Ha dan badanbadan air seluas 707 Ha; b. Sistem perkotaan, tingginya konversi lahan dari pertanian untuk permukiman perkotaan dalam kurun waktu 5 tahun mencapai ± Ha. Penggunaan lahan dari kebun campuran Ha (17,6%), sawah tadah hujan Ha (17%), perkebunan Ha (16%) dan sawah irigasi Ha (13%), hutan/vegetasi lebat 720 Ha (6,8%) dan badan air 124 Ha (1,2%); c. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Bogor dikelompokkan menjadi hutan/vegetasi lebat, perkebunan, kebun campuran, semak/belukar, tanah kosong, kawasan terbangun/pemukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan. Penggunaan tanah yang dominan adalah penggunaan tanah kebun campuran yaitu mencapai luasan ,5 Ha (28,48%), kawasan terbangun/pemukiman ,2 Ha (15,99%), semak belukar ,1 Ha (15,03%), hutan vegetasi lebat/perkebunan ,3 Ha (19,33%), sawah irigasi/tadah hujan Ha (7,95%), tanah kosong ,9 Ha (12,15%). Komposisi pemanfaatan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 2006, yaitu untuk kawasan hutan lindung Ha (13,30%), kawasan lahan basah Ha (17,94%), kawasan lahan kering Ha (15,06%), kawasan tanaman tahunan Ha (7,82%), kawasan hutan produksi Ha (16,25%), kawasan pariwisata Ha (0,53%), kawasan permukiman perdesaan Ha (6,41%), kawasan permukiman perkotaan Ha (16,41%), kawasan pengembangan perkotaan Ha (4,60%), kawasan peruntukan industri Ha (1,68%) Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor mempunyai daerah kawasan hutan yang terdiri dari hutan lindung atau produksi. Daerah hutan lindung umumnya terdapat di daerah dataran tinggi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air, sedangkan hutan produksi relatif terbatas dan menyebar terutama di daerah Cigudeg dan Klapanunggal. Luas kawasan hutan Kabupaten Bogor seluas ,02 Ha atau sebesar 28,12% dari luas seluruh wilayah Kabupaten Bogor. Berdasarkan

13 82 fungsinya dari ,02 Ha kawasan hutan tersebut sebesar 8,67% atau sebesar ,29 Ha merupakan hutan produksi dan sisanya sebesar 19,45% atau sebesar ,73 Ha merupakan hutan lindung. Daerah kawasan hutan tersebut saat ini cenderung berkurang tutupan hutannya. Berdasarkan citra landsat tahun 1999, diketahui kawasan yang bervegetasi hutan adalah seluas ,03 ha atau 37,05%, sedangkan sisanya sebesar 62,95% atau ,27 Ha merupakan kawasan hutan yang tidak berhutan (non hutan yang merupakan sawah, pemukiman, tegalan, tanah terbuka), semak dan belukar. Jika dilihat kondisi citra landsat 2002, maka daerah kawasan lindung yang berhutan tinggal 60%, sedangkan daerah berhutan di kawasan hutan produksi tinggal 20%. Berdasarkan penutupan vegetasinya, kawasan hutan yang berhutan (bervegetasi hutan) adalah seluas ,03 Ha (37,05%), sedangkan sisanya sebesar 62,95% atau ,27 Ha merupakan kawasan hutan yang tidak berhutan (non hutan yang merupakan sawah, pemukiman, tegalan, tanah terbuka), semak dan belukar. Kondisi fisik sungaisungai di DAS dan Sub DAS di bagian Selatan umumnya memiliki beda tinggi antara dasar sungai dengan lahan di sekitar berkisar antara 3 5 m, sehingga aliran sungai berpotensi untuk meluap di sekitarnya, baik akibat banjir maupun arus balik akibat pembendungan. Sedangkan untuk bagian UtaraBarat (Cimanceuri dan Cidurian Hilir) beda tinggi antara dasar sungai dan lahan bantaran di sekitarnya umumnya > 5 m, sehingga umumnya menyulitkan untuk pengambilan langsung maupun pembendungan. Berdasarkan hasil studi Preliminary Study on Ciliwung Cisadane Flood Control Project, 2001 di Kabupaten Bogor terdapat lokasi yang berpotensi untuk pembuatan waduk, yaitu Waduk Sodong dan Waduk Parung Badak. Waduk ini berfungsi sebagai pengendali banjir maupun irigasi. Rencana waduk Sodong berlokasi di Sungai Cikaniki Kecamatan Leuwiliang, anak sungai Cisadane dengan potensi genangan km² dan volume juta m³. Sedangkan Waduk Parung Badak berada di bagian Hulu Sungai Cisadane di Kecamatan Rancabungur, dengan potensi genangan 2,75 km² dan volume juta m³. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air sungai tahun 2007 diketahui bahwa :

14 83 Sungai Ciliwung, kadar ratarata parameter BOD melampaui kelas mutu I dan II tetapi memenuhi untuk kelas mutu III dan IV; Sungai Cileungsi, kadar ratarata dari parameter BOD melampaui kelas mutu I IV; Sungai Cisadane, kadar ratarata dari parameter BOD melampaui kelas mutu I dan II tetapi memenuhi kelas mutu II dan IV; Sungai Kalibaru, kadar ratarata parameter BOD melampaui kelas mutu I, II dan III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV; Sungai Cikeas, kadar ratarata parameter BOD melampaui kelas mutu I, II dan III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV; Sungai Cikaniki, kadar ratarata parameter BOD melampaui kelas mutu I dan II tetapi memenuhi untuk kelas mutu III; Sungai Cibeet, kadar ratarata parameter BOD melampaui kelas mutu I, II dan III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV; Sungai Cipamingkis, kadar ratarata parameter BOD memenuhi untuk kelas mutu IV. Berdasarkan data dari Dinas Bina Marga dan Pengairan tahun 2006 di Kabupaten Bogor terdapat sejumlah mata air terdapat danau atau situ sebanyak 95 buah dengan luas 496,28 Ha. 4.2 Gambaran Umum Kawasan Puncak Aspek Geografis dan Administrasi Luas total Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2009 adalah seluas Ha. Batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Babakan Madang; Sebelah Barat : Kecamatan Ciomas dan Cijeruk; Sebelah Timur : Kecamatan Sukamakmur; Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. Luas masingmasing desa yang berada di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 20.

15 84 Tabel 20. Luas wilayah di Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung No Kecamatan Kelurahan/Desa Luas Lahan (Ha) 1 Ciawi Banjarwangi 110,00 Banjarwaru 197,00 Bantarsari 138,00 Bendungan 133,00 Bitungsari 147,00 Bojongmurni 160,00 Ciawi 75,00 Cibedug 260,00 Cileungsi 701,00 Citapen 268,00 Jambuluwuk 101,00 Pandansari 189,00 Telukpinang 125,00 Total 2.604,00 2 Cisarua Batulayang 226,00 Tugu Utara 1.703,00 Cibeureum 1.129,00 Cilember 200,00 Cisarua 200,00 Citeko 603,00 Jogjogan 154,00 Kopo 435,00 Leuwimalang 135,00 Tugu Selatan 1.713,00 Total 6.498,00 3 Megamendung Cipayungdatar 775,00 Cipayunggirang 235,00 Gadog 194,00 Megamendung 1.200,00 Kuta 180,00 Sarimahi 196,00 Sukagalih 247,00 Sukakarya 339,00 Sukamaju 210,00 Sukamanah 181,00 Sukaresmi 249,00 Total 4.006,00 Jumlah ,00 Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2009.

16 Aspek Klimatologi Berdasarkan klasifikasi Oldeman tipe iklim di Kawasan Puncak termasuk pada tipe B2 dan C1. Setiap tipe iklim menunjukkan perbedaan kondisi bulan basah dan bulan kering. Tipe iklim B2 merupakan daerah yang mempunyai 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering. Sedangkan tipe iklim C1 yaitu daerah yang mempunyai 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering. Bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang mempunyai curah hujan ratarata lebih dari 200 mm, sedangkan bulan kering adalah bulan yang mempunyai curah hujan ratarata kurang dari 100 mm. Tipe iklim B2 terdapat di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung. Sedangkan tipe ikllim C1 terdapat di Kecamatan Ciawi. Berdasarkan data yang diperoleh dari stasiun pengamatan Dramaga, jumlah curah hujan ratarata tahunan di Kabupaten Bogor tercatat cukup tinggi, yaitu mencapai mm. Sedangkan pada stasiun pengamatan Citeko, jumlah curah hujan ratarata tahunan di Kabupaten Bogor mencapai mm. Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa ratarata jumlah curah hujan pada Kecamatan Cisarua, Kecamatan Ciawi dan Kecamatan Megamendung adalah 292,59 mm. Curah hujan tertinggi terdapat di Kecamatan Cisarua, yaitu 324 mm/tahun. Kecamatan Megamendung memiliki curah hujan, yaitu 316,25 mm/tahun dan curah hujan pada Kecamatan Ciawi yaitu 247,51 mm. Suhu udara di daerah penelitian 14,8 0 Celsius Celsius. Suhu terendah pada umumnya terjadi pada bulan November dan Desember, sedangkan suhu udara tertinggi terjadi pada bulan April sampai Mei. Seperti daerahdaerah lainnya di Indonesia, suhu udara mempunyai hubungan dengan ketinggian, suhu udara ratarata terendah (14,8 0 C) terdapat di sekitar Gunung mas, sedangkan suhu udara tertinggi terjadi di Kecamatan Ciawi Aspek Geomorfologi Berdasarkan kondisi lereng dan beda tinggi, terdapat 4 (empat) satuan morfologi yaitu pedataran tinggi, bergelombang landai, perbukitan terjal dan pegunungan. Uraian kondisi setiap satuan morfologi tersebut sebagai berikut: 1) Morfologi pedataran tinggi Satuan morfologi ini mempunyai lereng kurang dari 8% terletak pada elevasi antara 800 dan meter di atas muka laut. Batuan penyusun morfologi

17 86 pedataran tinggi adalah lahar dan breksi hasil erupsi Gunung Gede. Sungaisungai yang mengalir berpola subdendritik dengan lembahlembah sungai yang landai; 2) Morfologi bergelombang landai Kabupaten Bogor berada pada elevasi sampai meter dari muka laut. Morfologi bergelombang umumnya merupakan kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango. Kemiringan lereng pada morfologi bergelombang landai umumnya antara 8 25%. Batuan penyusun morfologi ini lava dan breksi dengan sungaisungai yang terdapat pada morfologi bergelombang landai adalah dendritikparalalel dengan lembahlembahnya yang curam; 3) Morfologi perbukitan terjal Morfologi perbukitan terdapat dibagian tengah Kawasan Puncak, berada di antara satuan morfologi bergelombang landai dan pegunungan terjal. Morfologi ini mempunyai kemiringan lereng berkisar dari 2% sampai lebih 40%, tersusun oleh satuan breksi dan tufa. Elevasi terendah pada morfologi perbukitan terjal adalah meter dari muka laut dan elevasi tertinggi yaitu meter dari muka laut. Sungaisungai yang mengalir berpola sub radialsub paralel. Secara administratif morfologi ini termasuk Kecamatan Cisarua; 4) Morfologi pegunungan sangat terjal Morfologi pegunungan terjal merupakan bagian lereng daerah pegunungan. dengan puncakpuncaknya antara lain Gunung Telaga (1.725 meter dpl), Gunung Halang (1.253 meter dpl) dan Gunung Cadasgantung (1.115 meter dpl). Elevasi berkisar antara 825 dan meter di atas muka laut dengan kemiringan lereng > 40%. Satuan morfologi ini tersusun oleh endapan volkanik seperti tufa dan breksi. Sungaisungai yang mengalir pada satuan morfologi ini berpola dendritik Aspek Geologis Stratigrafi Zona Bogor terdiri dari urutanurutan pelapisan sedimen neogen yang tebal dengan batuan dasar tidak diketahui. Zona Bogor disusun oleh batuan klastika, yaitu batu pasir, batu lempung, napal dan konglomerat dengan lensalensa batu gamping serta endapan hasil kegiatan gunung api. Kawasan perencanaan pada dasarnya tersusun oleh enam satuan litologi. dimana sifat umum dari setiap satuan litologi tersebut adalah:

18 87 1) Breksi dan lahar Umumnya tersingkap dalam keadaan lapuk sehingga komponennya mudah lepas. berwarna coklat tua. Breksi yang segar berwarna abuabu kecoklatan, sangat keras dan kompak, permeabilitasnya rencah (orde 10 7 cm/detik), stabil pada kedudukan lereng sangat curam. Lahar umumnya berwarna abuabu agak kecoklatan, agak terkonsolitasi atau lepas, permeabilitasnya rendah hingga besar, umumnya membentuk lereng landai, agak mudah digali dengan peralatan sederhana seperti cangkul dan lainnya. Tanah pelapukannya berupa lempung hingga lempung pasiran setempat bercampur kerikil berwarna coklat hingga coklat tua kemerahan, plastik bila lembab, keras bila kering, permeabilitasnya sangat rendah, di daerah lereng landai datar, yaitu pada punggungan lereng Gunung Gede ketebalannya bervariasi antara 215 meter; 2) Lava Bersusunan andesit atau basalt. umumnya tersingkap baik agak lapuk. Batu segar dijumpai setelah penggalian tanah pelapukan setebal 15 meter yang segar biasanya berkekar atau berongga abuabu tua, kompak dan sangat keras. Permeabilitasnya sangat rendah, peresapan air hujan hanya dapat terjadi melalui bidangbidang kekar dan rongga. Tanah pelapukannya berupa lempung laterik yang bersifat plastis dengan permeabilitasnya rendah. berwarna coklat kemerahan; 3) Tufa Umumnya telah melapuk menjadi lempung, biasanya bercampur dengan batu apung dan pasir, mudah hancur atau gembur, permeabilitas sedang; 4) Batu Pasir Kuarsa Batu pasir kuarsa yang segar berwarna coklat kelabu hingga kuning kecoklatan. bersifat sangat kompak dan keras, biasanya berkekar, stabil pada kedudukan lereng curam, permeabilitas rendah, penerusan air hanya terjadi melalui bidangbidang kekar atau rekahan. Tanah pelapukannya berupa lempung pasiran hingga pasir lempungan. merah kecoklatan, gembur, permeabilitas rendah hingga sedang, ketebalannya antara 16 meter;

19 88 5) Tufa dan Breksi Berwarna coklat kelabu, kompak, setempat dijumpai berkekar, keras, permeabilitas rendah. Tanah pelapukannya berupa lempung hingga lempung pasiran coklat kemerahan dan plastis; 6) Breksi Aliran Tersingkap lapuk. masih bersifat kompak dan agak keras membentuk daerah perbukitan tinggi berlereng curam. Tanah pelapukannya berupa lempung coklat merah, plastis, ketebalan antara 03 meter Aspek Tanah Kawasan Puncak tersusun oleh tiga jenis tanah, yaitu regosol, andosol dan latosol. Sifatsifat umum dari jenis tanah tersebut adalah sebagai berikut: 1) Regosol Regosol terbentuk dari hasil pelapukan abu/pasir volkan. membentuk morfologi perbukitan terjal dan pegunungan sangat terjal (geomorfologi perbukitan dan pegunungan volkanik). Pada Kawasan Puncak jenis tanah ini terdapat di puncak perbukitan dan pegunungan volkan. Jenis tanah ini berwarna coklat tua (7.5 YR 3/2) dengan tekstur lempung berliat, gumpal bersudut, plastis (basah), gembur (lembab) dan keras (kering). Kesuburan jenis tanah ini rendah dengan kandungan bahan organik sangat rendah sampai sedang (0,372,41%). kapasitas tukar kation (KTK) rendah sampai sedang (7,017,8%), kejenuhan basa (KB) rendah sampai tinggi (3571%), P 2 O 5 sangat rendah (18 ppm) dan K 2 O tinggi sampai sangat tinggi (4262 ppm); 2) Andosol Jenis tanah ini membentuk morfologi perbukitan terjal dan pegunungan sangat terjal. tersusun dari hasil pelapukan abu/pasir volkan. Warna tanah coklat kemerahan (5 YR 3/2), kelabu (5 YR 3/3), coklat tua (7,5 YR 3/2) dan coklat sangat tua kekelabuan (10 YR 3/2). Tekstur liat berdebu, gumpal, tidak lekat dan tidak plastis sampai plastis (basah) dan gembur (lembab). Kesuburan jenis tanah ini rendah dengan ph masam sampai netral masam (ph=5,5 7,0) kandungan bahan organik rendah sampai sedang (1,64 2,63%), Kapasitas Tukar Kation (KTK) tinggi (31,2 33,9), kejenuhan basa

20 89 rendah (2325%), P 2 O 5 sangat rendah sampai rendah (320 ppm) dan K 2 O sangat rendah sampai sedang (525 ppm); 3) Latosol Latosol terbentuk dari hasil pelapukan abu/pasir volkan, membentuk morfologi dataran tinggi, bergelombang halus dan perbukitan terjal. Warna tanah ini merah kotor (2,5 YR 3/2), coklat tua kemerahan (5 YR 3/2, 5 YR 3/3) dan coklat tua kekuningan (5 YR 3/2), coklat tua sampai merah tua kekelabuan (7,5 YR 4/2 5 YR 4/2) dan coklat tua (7,5 YR 4/2), liat, agak remah dan agak plastis. Kesuburan jenis tanah ini rendah dengan ph masam sampai agak masam (ph = 5,5 6,5), kandungan bahan organik sangat rendah sampai rendah (0,37 2,46%), kapasitas tukar kation (KTK) tinggi (15,7 30,8), kejenuhan basa (KB) rendah (24 42%). P 2 O 5 sangat rendah sampai rendah (216 PPM) dan K 2 O sangat rendah sampai rendah (0,37 2,46 ppm) Aspek Hidrologi Secara hidrologi Kawasan Puncak terbagi dalam dua Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Ciliwung di Kawasan Puncak Bogor dan DAS Citarum/Sub DAS Cikundul di Kawasan Puncak Cianjur Kedua DAS tersebut berbatasan hampir di tengahtengah, sehingga aliran Sungai Ciliwung mengalir ke Utara ke Teluk Jakarta dan Sungai Cikundul mengalir ke Selatan dan bermuara ke Waduk Cirata. DAS Ciliwung yang berada di Kawasan Puncak Bogor memiliki 19 anak sungai. dengan total panjang anakanak sungai Ciliwung di Kecamatan Ciawi: 47 km dan di Kecamatan Cisarua/ Megamendung: 68,5 km. Debit air sungai DAS Ciliwung di Kawasan Puncak bervariasi sungai Ciliwung mempunyai debit maksimum 42,2 m 3 /detik sedang debitdebit anak sungainya mempunyai debit minimum 3,2 m 3 /detik. Sungai yang ada di Kawasan Puncak Cianjur adalah Sungai Cikundul, Sungai Cisarua, Sungai Cianjur, Sungai Cibeet. Secara umum sifat fisik air sungai di bagian tengah dan hilir berwarna agak keruh. Hal ini disebabkan pengaruh limbah domestik (rumah tangga), sedangkan air sungai di bagian hulu cukup jernih dan tidak berbau. Pemanfaatan air sungai selain untuk keperluan rumah tangga juga dipakai untuk pengairan pesawahan, baik melalui irigasi tradisional, semi teknis maupun teknis. Tataan air tanah di kawasan Puncak akan diuraikan sebagai berikut:

21 90 1) Air Tanah Dangkal Pada Wilayah Ciawi, muka air tanah secara berangsur ke arah Utara semakin dangkal dengan kisaran 0,5 15 di bawah permukaan tanah setempat, dengan kedalaman sumur antara 1 9 m umumnya akan searah dengan kemiringan lereng dan membentuk pola yang relatif radial; 2) Air Tanah Dalam Lapisan pembawa air (aquifer) air tanah dalam pada umumnya terdiri dari batu pasir kurang padu. batupasir tufaan, berumur tersier dan kwarter tua. Lapisan pembawa air di Ciawi relatif lebih tipis dibandingkan dengan daerah lainnya dalam lingkup Kabupaten Bogor; 3) Air Permukaan Kawasan Puncak (Kecamatan Cisarua, Kecamatan Ciawi dan Kecamatan Megamendung) yang termasuk dalam DAS Ciliwung memiliki total panjang anakanak sungai Ciliwung di Kecamatan Ciawi sepanjang ± 47 km serta Kecamatan Cisarua dan Megamendung ± 68,5 km. Debit air maksimum sungai DAS Ciliwung 42,2 m³/detik sedang debitdebit minimum anak sungainya 3,2 m³/detik. Pemanfaatan air sungai selain untuk keperluan rumah tangga juga dipakai untuk pengairan persawahan, baik melalui irigasi tradisional, semi teknis maupun teknis. Luas untuk masingmasing DAS/sub DAS yang terdapat di Kawasan Puncak dapat dilihat pada tabel 21.

22 91 Tabel 21. Luas DAS yang terdapat di Kawasan Puncak Kecamatan Kelurahan/Desa DAS Sub DAS Luas (Ha) CIAWI Banjarwangi Ciliwung Ciliwung 3,34 Cisadane Cipinang 108,43 Banjarwaru Ciliwung Ciliwung 56,56 Cisadane Cipinang 91,14 Bantarsari Ciliwung Ciliwung 76,64 Cisadane Cipinang 97,39 Bendungan Ciliwung Ciliwung 155,47 Cisadane Cipinang 0,38 Bitungsari Cisadane Cipinang 169,66 Bojongmurni Ciliwung Ciliwung 931,42 Cisadane Cipinang 481,8 Ciawi Ciliwung Ciliwung 66,37 Cisadane Cipinang 79,14 Cibedug Cisadane Cipinang 526,39 Cileungsi Cisadane Cipinang 843,21 Citapen Cisadane Cipinang 290,3 Jambuluwuk Ciliwung Ciliwung 40,17 Cisadane Cipinang 317,28 Pandansari Ciliwung Ciliwung 225,48 Telukpinang Cisadane Cipinang 155,2 Total 4.715,77 CISARUA Batulayang Ciliwung Ciliwung 273,9 Cibeureum Ciliwung Ciliwung 1.111,17 Cilember Ciliwung Ciliwung 296,68 Cisarua Ciliwung Ciliwung 246,97 Citeko Ciliwung Ciliwung 583,06 Jogjogan Ciliwung Ciliwung 236,31 Kopo Ciliwung Ciliwung 659,47 Leuwimalang Ciliwung Ciliwung 131,54 Tugu Selatan Ciliwung Ciliwung 2.662,38 Tugu Utara Ciliwung Ciliwung 1.192,76 Total 7.394,24 MEGAMENDUNG Cipayungdatar Cileungsi Cikeas 19,98 Ciliwung Ciliwung 953 Cipayunggirang Ciliwung Ciliwung 192,69 Gadog Ciliwung Ciliwung 191,58 Kuta Ciliwung Ciliwung 552,49 Megamendung Cileungsi Cikeas 18,36 Ciliwung Ciliwung 2.476,97 Sukagalih Ciliwung Ciliwung 405,65 Sukakarya Ciliwung Ciliwung 435,04 Sukamahi Ciliwung Ciliwung 258,22 Sukamaju Ciliwung Ciliwung 247,8 Sukamanah Ciliwung Ciliwung 175,12 Cisadane Cipinang 14,49 Sukaresmi Ciliwung Ciliwung 238,14 Cisadane Cipinang 63,37 Total 6.242,90

23 92 Selain sungai. badan air lainnya adalah situ atau telaga. Terdapat dua buah situ yang terletak di Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua, yaitu Situ Ciburial (luas 0,75 Ha dengan kondisi baik) serta Situ Telaga Warna (luas 1,50 Ha dengan kondisi baik) Aspek Tutupan Lahan Sebelum tahun 2000, kenaikan tutupan lahan permukiman relatif lambat yaitu dari 3,96% pada tahun 1992 menjadi 8,49% pada tahun 2000, atau meningkat sebesar 4,53%, akan tetapi setelah tahun 2000 kenaikan tutupan lahan relatif lebih cepat selama kurun waktu 6 tahun dari tahun 2000 sampai dengan 2006, tutupan lahan permukiman meningkat sebesar 12%, dengan data pada tabel 22 sebagai berikut: Tabel 22. Persentase tutupan lahan Tahun 1992, 1995, 2000 dan 2006 No Penggunaan 1992 (%) 1995 (%) 2000 (%) 2006 (%) 1. Permukiman 3,96 5,72 8,49 20,17 2. Vegetasi lebat/hutan 41,62 39,73 37,76 29,55 3. Perkebunan 14,93 13,15 13,41 12,80 4. Lahan Kering 35,85 36,62 36,42 33,80 5. Lahan basah/badan air 2,00 4,78 3,35 3,67 6. Lainlain 1,84 0,00 0,57 0,00 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Dewi Kondisi Sarana Prasarana Sarana Pendidikan Fasilitas pendidikan pada tiga kecamatan di Kawasan Puncak pada tahun 2008 didominasi oleh fasilitas pendidikan Sekolah Dasar. Fasilitas pendidikan dengan jumlah terkecil adalah fasilitas pendidikan SMU. Fasilitas pendidikan SD terbanyak terdapat di Kecamatan Megamendung yaitu di Desa Cipayung Datar dengan jumlah 12 unit. Sementara jumlah fasilitas pendidikan terkecil terdapat di Desa Kuta dan Desa Sukaresmi masingmasing hanya 1 unit. Fasilitas pendidikan SD di Kecamatan Cisarua terbanyak di Desa Cisarua sebanyak 6 unit, sedangkan jumlah fasilitas terkecil di Desa Batulayang dan Desa Leuwimalang sebanyak masingmasing 1 unit. Jumlah SD Kecamatan Ciawi seluruhnya adalah 29 unit dengan jumlah terbanyak di Desa Bendungan sebanyak 5 unit dan terkecil di Desa Bojongresmi, Bitungsari dan Banjarwaru

24 93 Sukaresmi masingmasing sebanyak 1 unit. Jumlah fasilitas pendidikan di Kawasan Puncak dapat dilihat pada tabel 23 berikut. Tabel 23. Jumlah fasilitas pendidikan di Kecamatan Cisarua, Ciawi dan Megamendung KECAMATAN TK SD SLTP SLTA CISARUA CIAWI MEGAMENDUNG Sumber : BPS Kab Bogor Sarana Kesehatan Fasilitas kesehatan di wilayah penelitian didominasi oleh fasilitas posyandu. dengan jumlah terbanyak di Kecamatan Megamendung sebanyak 136 unit. Sementara fasilitas kesehatan dengan jumlah terkecil adalah rumah sakit, yaitu masingmasing 1 unit di Kecamatan Cisarua dan Ciawi. Fasilitas kesehatan terbanyak di Kecamatan Ciawi terdapat di Desa Banjarwaru dan Desa Bendungan masingmasing sebanyak 15 unit dan terendah di Desa Banjarwangi sebanyak 8 unit. Fasilitas kesehatan terbanyak di Kecamatan Megamendung terdapat di Desa Cipayung Datar sebanyak 26 unit, sedangkan jumlah fasilitas terkecil di Desa Sukakarya sebanyak 4 unit. Fasilitas kesehatan di Kecamatan Cisarua jumlah terbesar terdapat di Desa Kopo sebanyak 30 unit. Sedangkan jumlah terkecil terdapat di Desa Leuwimalang sebanyak 8 unit. Data selengkapnya tercantum pada tabel 24. Tabel 24. Jumlah fasilitas kesehatan di Kecamatan Cisarua, Ciawi dan Megamendung Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Posyandu Pos KB Balai Pengobatan Cisarua Ciawi Megamendung Sumber : BPS Kab Bogor Kondisi Sosial Kependudukan Penduduk di wilayah penelitian pada akhir tahun 2008 sebanyak jiwa dengan kepadatan sebesar jiwa/km 2. Perkembangan tertinggi terdapat di Kecamatan Cisarua yaitu sebesar 4,06% per tahun. Kecamatan lainnya

25 94 berturutturut Kecamatan Cisarua ( jiwa), Megamendung ( jiwa) dan Ciawi ( jiwa). Kawasan Puncak memiliki karakteristik sosial yang khas. Terdapat lebih dari 300 majelis taklim dan pesantren yang tersebar di sepanjang koridor jalan di kawasan Puncak sehingga membentuk masyarakat Puncak menjadi religius. Kondisi ini memberikan pengaruh terhadap jenis aktifitas wisata yang dikembangkan yang harus sejalan dengan karakteristik masyarakat Puncak. Contoh nyata dari pentingnya memperhatikan kondisi masyarakat setempat dalam mengembangkan jenis dan daya tarik wisata di kawasan Puncak yaitu terjadinya resistensi/penolakan terhadap aktifitas wisata malam/hiburan malam, seperti: pub, diskotik, cafe/karaoke dan lainlain. Kawasan Puncak merupakan daerah tujuan wisata dengan pasar wisatawan utama berasal dari Jakarta yang memiliki beranekaragam latar belakang kondisi sosial budaya. Hal ini akan berpengaruh pula terhadap kondisi sosial budaya masyarakat setempat. baik pengaruh positif maupun negatif. Proses alih mata pencaharian yang dulunya sebagai petani dan pemilik lahan menjadi penjaga villa akibat alih fungsi lahan dan alih kepemilikan lahan merupakan salah satu contoh dampak dari keberadaan Puncak sebagai kawasan wisata terhadap masyarakat setempat. Aspek sosial budaya masyarakat lokal pada akhirnya menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam setiap rencana pengembangan pariwisata. baik dalam fasilitas dan prasarana pendukung wisata serta pemilihan jenis daya tarik dan atraksi wisata karena sangat berpengaruh terhadap keberhasilan rencana produk wisata yang ditawarkan Kondisi Aksesibiltas dan Transportasi Aksesibilitas Kawasan wisata Puncak memiliki tiga gateway utama. yakni: (1) Ciawi dan Megamendung di Utara tepatnya pintu keluar tol Jagorawi di Gadog dan Ciawi untuk wisatawan dari arah Bogor. Jakarta dan sekitarnya; (2) Cisarua, daerah batas Bogor Cianjur untuk pintu masuk wisatawan dari arah Cianjur, Bandung dan sekitarnya; dan (3) Cijeruk, daerah batas BogorSukabumi untuk wisatawan dari Sukabumi dan sekitarnya.

26 95 gateway Hinterland Kelompok atraksi / objek wisata Koridor wisata Hinterland Hinterland Hinterland PPP gateway Koridor wisata gateway Hinterland Gambar 11. Gateway (pintu masuk) ke Kawasan Puncak (Kab.Bogor, 2008). Pusat pelayanan pariwisata kawasan Puncak eksisting saat ini secara administratif adalah di Kecamatan Cisarua dan Megamendung yang berada pada koridor jalan raya BogorPuncakCianjur. Elemenelemen pusat pengembangan pariwisata berupa fasilitas pelayanan dan prasarana pendukung pariwisata di Kawasan Wisata Puncak terkonsentrasi di kedua kecamatan tersebut. Lokasi fasilitas pelayanan dan prasarana pariwisata terpusat pada koridor jalan raya Puncak di kawasan perkotaan Cisarua dan Megamendung. Fasilitas pelayanan dan prasarana pariwisata tersebut pada dasarnya melayani kebutuhan masyarakat lokal (fasilitas perkotaan) dan juga melayani kebutuhan wisatawan Transportasi Berkenaan dengan konstelasi regional, sistem jaringan jalan di Kawasan Puncak, yaitu mulai dari Kota Bogor sampai dengan Kota Cianjur melalui Ciawi. Cisarua dan Cipanas ditetapkan sebagai jaringan jalan kolektor primer. Pada sisi pengelolaan jalan, ruas jalan tersebut masuk dalam pengelolaan jalan provinsi artinya sistem perencanaan. pembangunan dan pemeliharaan jalan tersebut diprioritaskan didanai APBD Provinsi Jawa Barat. Pada jaringan jalan kolektor primer tersebut, volume lalu lintas akan meningkat dengan cepat pada waktu akhir minggu (week end), terutama pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Intensitas kegiatan tersebut sering menimbulkan kemacetan dalam bentuk antrian yang sangat panjang di Kawasan Puncak. Kondisi ini sangat merugikan terutama bagi masyarakat yang akan melakukan pergerakan menerus tanpa harus melakukan maksud kegiatan pariwisata di Kawasan Puncak.

27 96 Upaya pengaturan lalulintas dilakukan dalam bentuk pengaturan sistem pergerakan satu arah pada jamjam tertentu dan sistem pengalihan arus lalulintas, terutama untuk kendaraan besar (seperti bus dan truk) untuk tidak melalui Kawasan Puncak melainkan melalui jalur Sukabumi. Terdapat empat fungsi jalan yang berada di wilayah Kawasan Puncak, yaitu: a. Arteri Primer Jalan regional yang terdapat di Kecamatan Ciawi sebagai jalan penghubung menuju jalan tol. Panjang jalan ini adalah sekitar 0,22% dari total panjang jalan di Kawasan Puncak. Selain jalan regional yang berfungsi sebagai jalan arteri tersebut, wilayah ini pun dilalui oleh jalan tol yang terdapat di Kecamatan Ciawi. Panjang jalan tol tersebut adalah sekitar 0,68% dari total panjang jalan; b. Kolektor Kolektor primer Jalan regional yang menghubungkan Kota Cianjur Kota Bogor; Kolektor sekunder Meliputi jalan Desa Teluk Pinang Banjarwangi Jambuluwuk. Jalan Desa Bendungan Sukamaju. Jalan Gadog Sukamahi Sukamanah Sukagalih Kuta Kopo. Jalan Desa Cilember Jogjogan Cisarua; c. Lokal sekunder Meliputi jalanjalan desa yang menghubungkan desa pusat pertumbuhan (DPP) dengan jaringan jalan kolektor primer dan Jalan kolektor sekunder; d. Jalan setapak Guna lebih jelasnya mengenai panjang jalan di wilayah Puncak dapat dilihat pada tabel 25.

28 97 Tabel 25. Panjang jalan di Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung No Kecamatan Kelas Jalan Panjang (m) 1 Ciawi Jalan Arteri 1.610,13 Jalan Kolektor 3.382,50 Jalan Lokal ,98 Jalan Setapak ,22 Jalan Toll 5.121, ,12 2 Cisarua Jalan Kolektor ,80 Jalan Lokal ,55 Jalan Setapak ,36 375,198,71 3 Megamendung Jalan Kolektor 6.229,12 Jalan Lokal ,83 Jalan Setapak , ,02 Jumlah Total ,85 Sumber : Kab. Bogor, Kemacetan yang sering terjadi adalah akibat dari bertumpuknya pergerakan lokal dengan pergerakan langsung (regional) di pusat kegiatan perkotaan Kawasan Puncak, yaitu terutama di Ciawi (sekitar perempatan ke arah Bogor Sukabumi Puncak dan Megamendung), kemudian di sekitar Megamendung (di sekitar pasar Cipayung), di Cisarua (terutama disekitar Pasar Cisarua sampai dengan Taman Safari) dan di sekitar Cipanas (mulai dari Pasar Cipanas sampai dengan pertigaan ke kantor Kecamatan Pacet). Selain itu kemacetan disebabkan juga oleh kurangnya disiplin pengendara terutama pengendara angkutan umum serta pengaruh dari hambatan samping jalan yang cukup tinggi. Jalan Raya Puncak sebagai jaringan jalan utama (kolektor primer) merupakan pembentuk struktur Kawasan Puncak, sehingga dengan hanya mengandalkan satu ruas jalan (single line) ini maka bentuk kawasan perkotaan yang terjadi, cenderung mengarah pada pola linier. Secara umum terdapat beberapa trayek angkutan umum yang melintasi Kawasan Puncak. Berdasarkan Peraturan Bupati Bogor No. 16 Tahun beberapa trayek angkutan umum yang melintasi wilayah perencanaan diantaranya dapat dilihat pada tabel 26.

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,31 Ha. Secara geografis terletak di antara 6⁰18'0" 6⁰47'10" Lintang Selatan dan 106⁰23'45" 107⁰13'30" Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,

Lebih terperinci

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun Data dan informasi perencanaan pembangunan daerah yang terkait dengan indikator kunci penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana yang diinstruksikan dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kabupaten Bogor Secara geografis Kabupaten Bogor terletak antara 6º18 0-6º47 10 Lintang Selatan dan 106º 23 45-107º 13 30 Bujur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Gambar 2. Wilayah Administrasi Kabupaten Bogor. tanah di wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur

KEADAAN UMUM LOKASI. Gambar 2. Wilayah Administrasi Kabupaten Bogor. tanah di wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur 34 IV. KEADAAN UMUM LOKASI 4.1. Geografis Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 6 18"0" - 6 47"10" Lintang Selatan dan 106 23"45" - 107 13"30" Bujur Timur, yang berdekatan dengan Ibu kota

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Karakteristik Biofisik 4.1.1 Letak Geografis Lokasi penelitian terdiri dari Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, Kabupaten Bogor yang terletak antara 6⁰37 10

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini akan memberikan gambaran wilayah studi yang diambil yaitu meliputi batas wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu, kondisi fisik DAS, keadaan sosial dan ekonomi penduduk, serta

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Propinsi Jawa Barat yang pada tahun 2004 memiliki luas wilayah 2.301,95 kilometer persegi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH 57 BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah 298.838,304 Ha,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN APBD MENURUT TAHUN ANGGARAN 205 KODE PENDAPATAN DAERAH 2 3 4 5 = 4 3 URUSAN WAJIB 5,230,252,870,000 5,84,385,696,000 584,32,826,000 0 PENDIDIKAN 0 0 Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 1.4. Kondisi Fisik Wilayah dan Administratif Pemerintahan Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 6 18 0 6 47 10 Lintang Selatan dan 106 23 45 107 13 30 Bujur

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

VI. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

VI. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 18 VI. KODII UMUM DARAH PLITIA 4.1 Letak dan Lokasi Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Cibinong. Kabupaten Bogor dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan mengenai sejarah singkat, keadaan umum Kabupaten Bogor yang meliputi lokasi dan kondisi geografis, klasifikasi dan tataguna lahan, keadaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi seperti pertanian dan kehutanan, pemukiman penduduk, komersial, dan penggunaan untuk industri serta

Lebih terperinci

KONDISI UMUM 4.1 Aspek Fisik Wilayah Administrasi

KONDISI UMUM 4.1 Aspek Fisik Wilayah Administrasi IV KONDISI UMUM 4.1 Aspek Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung secara geografis terletak pada 6º 05 51-6º 46 12 Lintang Selatan (LS) dan 106º 47 09-107º 0 0 Bujur Timur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 9 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kecamatan Megamendung Kondisi Geografis Kecamatan Megamendung Kecamatan Megamendung adalah salah satu organisasi perangkat daerah Kabupaten Bogor yang terletak

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Zona Pengembangan Pertanian dan Perdesaan di Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN Bab sebelumnya telah memaparkan konsep pembangunan wilayah berkelanjutan dan indikator-indikatornya sebagai landasan teoritis sekaligus instrumen dalam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 50 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Fisik Kawasan Perkotaan Purwokerto Kawasan perkotaan Purwokerto terletak di kaki Gunung Slamet dan berada pada posisi geografis 109 11 22-109 15 55 BT dan 7 22

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR : 10 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mempercepat tujuan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Letak Geografis dan Luas Kecamatan Sukanagara secara administratif termasuk dalam Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Letak Kabupaten Cianjur secara geografis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Berdasarkan data

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Bogor, terdapat 80 desa yang tergolong pada desa tertinggal berdasarkan kriteria indeks desa tertinggal (IDT)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Bab ini menjelaskan berbagai aspek berkenaan kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bogor yang meliputi: Organisasi Badan Pelaksana an Pertanian,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 7. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor

Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administratif 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH KEADAAN UMUM WILAYAH Letak dan Tipe Penggunaan Lahan Keadaan Biofisik Sub DAS Cisadane Hulu dengan luas wilayah 23.739,4 ha merupakan bagian dari DAS Cisadane (156.043 ha), terletak di 106 44 106 56 LS

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 5.1 Data dan Analisis Penghitungan Komponen Penduduk

PEMBAHASAN 5.1 Data dan Analisis Penghitungan Komponen Penduduk V PEMBAHASAN 5.1 Data dan Analisis 5.1.1 Penghitungan Komponen Penduduk Kependudukan merupakan salah satu komponen yang penting dalam perencanaan suatu kawasan. Faktor penduduk juga memberi pengaruh yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Wilayah Bodetabek Sumber Daya Lahan Sumber Daya Manusia Jenis tanah Slope Curah Hujan Ketinggian Penggunaan lahan yang telah ada (Land Use Existing) Identifikasi Fisik Identifikasi

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008-2013 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii BAB

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Curah Hujan Data curah hujan sangat diperlukan dalam setiap analisis hidrologi, terutama dalam menghitung debit aliran. Hal tersebut disebabkan karena data debit aliran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Profil Daerah 1. Letak Geografis Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Karanganyar ± 77.378,64 ha terletak antara

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM USAHA

V GAMBARAN UMUM USAHA V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum KUD Giri Tani 5.1.1. Sejarah dan Perkembangan KUD Giri Tani KUD Giri Tani didirikan pada tanggal 26 maret 1973 oleh Alm. H. Dulbari, yang menjabat sebagai Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

(RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

(RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR 2014 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas Lokasi penelitian berada di wilayah Desa Mangun Jaya Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Desa ini terletak kurang lebih 20 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci